Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PEMERINTAHAN PUSAT DAN ERA

OTOMI DAERAH

DISUSUN OLEH :
GLORIA AROYA IBO
2021031014064
(B)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK S1


FAKULTAS FISIP
UNIVERSITAS CENDERAWSIH
HUBUNGAN PEMERINTAHAN PUSAT DAN ERA OTONOMI
DAERAH
1.1 Pendahuluan
Pemerintah daerah adalah subdivisi pemerintahan nasional. Dalam negara kesatuan
pemerintah daerah langsung di bawah pemerintah pusat, sedangkan dalam negara serikat
pemerintah daerah di bawah negara bagian dalam pelaksaan otonomi daerah, daerah
pemerintahan daerah harus mempunyai sumber-sumber keuangan yang memadai untuk
membiayai menyelenggaraan otonomia. Kapasitas keuangan pemerintah daerah akan
menentukan kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi-fungsinya seperti
melaksankan fungsi pelayanan masyarakat, melaksanakan fungsi pembangunan dan
pelindungan masyarakat rendahnya kemampuan keuangan daerah akan menimbulkan siklus
efek negative antara lain rendahnya tingkat pelayanan masyarakat yang pada gilirannya akan
mengundang campur tangan pusat atau bahkan dalam bentuk ekstrim menyebabkan
dialihkannya sebagai fungsi-fungsi pemerintah daerah ke tingkat pemerintah yang lebih atas
ataupun kepada instansi vertical (unit dekonsentrasi). Kemampuan keuangan daerah
ditentukan oleh ketersediaan sumber-sumber pajak dan tingkat hasil dari objek tersebut.
Tingkat hasil pajak ditentukan oleh sejauh mana sumber pajak responsive terhadap kekuatan-
kekuatan yang mempengaruhi objek pengeluaran, seperti insflasi, pertambahan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya akan berkorelasi dengan tingkat pelayanan baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Disamping itu, sumber –sumber pendapatan potensial
yang dimiliki oleh daerah akan menentukan tingkat kemampuan keuangannyaa. Setiap daerah
mempunyai potensi pendapatan yang berbeda karena perbedaan kondisi ekonomi, sumber
daya alam, besaran wilayah, tingkat pengangguran, dan besarnya penduduk.
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila
penyelenggaraan urusan pemerintah diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan
yang cukup kepada daerah. Daerah harus memiliki hak untuk mendapatkan sumber keuangan
yang diantara lain berupa : kepastian tersedia pendanaan dari pemerintah sesuai dengan
urusan pemerintah yang diserahkan: kewenangan menggugat dan mendayagunakan pajak dan
retribusi daerah yang untuk mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber daya nasional yang
berada didaerah dan dana perimbangan lainnya : hak untuk mengelola kekayaan daerah dan
mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan.
Dengan demikian, hubungan keuangan pusat daerah menyangkut pembagian kekuasaan
dalam pemerintahan, dan hak memperoleh dan membelanjakannya. Hubungan keuangan
pusat daerah mencerminkan tujuan politik yang mendasar sekali karena perannya dalam
menentukan bobot kekuasaan yang dijalankan pemerintah daerah dalam keseluruhan system
pemerintah.
Berdasarkan undang-undang no 23 th 2014, hubungan keuangan antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah mencakup
1. Pemberian sumber penerimaan daerah berupa pajak daerah dan retribusi daerah;
2. Pemberian dana bersumber dari perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah;
3. Pemberian dana penyelenggaraan antonomi khusus untuk pemerintahan daerah
tertentu yang ditetapkan dalam UUD;dan
4. Pemberian pinjaman dan atau hibah, dan darurat, insetif(fiscal).
HUBUNGAN PUSAT- ERA OTONOMI DAERAH DALAM BIDANG
KEUANGAN

1.2 Pembahasan
A. PENGERTIAN HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAERAH
Hubungan keuangan pusat-daerah merupakan salah satu aspek dari hubungan
pusat daerah yang terjadi karena adanya pembagian kewenangan dan fungsi
diantara tingkatan pemerintahan sebagai perwujudan dari pelaksanaan asas
desentralisasi dalam penyelengaraan pemerintahan.
Menurut ahmad yani (2002), hubungan keuangan yang dalam Bahasa belanda
“financieele verhouding” atau lazimnya disebut perimbangan keuangan karena inti
hubungan keuangan adalah “perimbangan keuangan”, dimana perimbangan
keuangan itu sendiri tidak lain adalah memperbesar pendapatan asli daerah
sehingga lumbung keuangan daerah dapat berisi lebih banyak.
Dengan demikian, substansi dari hubungan keuangan tersebut adalah
perimbangan keuangan. Perimbangan tidak lain adalah memperbesar atau
memperbanyak pendapatan asli daerah sehingga daerah mempunyai kemampuan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Dalam kenyataannya,
perimbangan keuangan antar pusat dan daerah, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dan cermati sebagai berikut :
1. Meskipun pendapatan asli daera tidak banyak, tidak selalu berarti lumbung
keuangan daerah tidak berisi banyak. Bahkan mungkin cukup banyak. Hanya
tidak bersumber dari pendapatan sendiri, melainkan dari uang yang diserahkan
pusat kepada daerah seperti subsidi dan lain sebagainya. Tidak berarti pula
lumbung keuangan yang terbatas itu menyebabkan rakyatnya tidak menikmati
kesejahteraan karena usaha kesejahteraan itu ikut diselenggarakan pusat;
2. Meskipun ada skema hukum perimbangan keuangan, dalam kenyataannya
perimbangan keuangan pusat dan daerah hanya merupakan ilusi karena dalam
keadaan apapun keuangan pusat akan selalu lebih kuat dari keuangan daerah;
3. Meskipun sumber lumbung keuangan daerah diperbesar, dapat diperkirakan
tidak aka nada daerah yang benar-benar mampu membelanjai secara penuh
rumah tangganya sendiri.

Hubungan keuagan pemerintah daerah dan pusat dapat diartikan pula sebagai
suatu system yang mengatur caranya sejumlah dana dibagi antar berbagai tingkat
pemerintah, serta bagaimana cara mencari sumber-sumber pembiayaan daerah
untuk menunjang kegiatan-kegiatan sector publiknya (devas, 1989:179).
Ciri utama yang menunjukan suatu daerah otonom mampu berotonomi terletak
pada kemampuan keuangan derahnya. Artinya, daerah otonom harus memiliki
kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri,
mengelola, dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerahnya.

Maka prinsip-prinsip hubungan keuangan pusat dan daerah yang patut


diperhatikan adalah sebagai berikut;
- Prinsip otonomi : memberikan keleluasaan pada daerah untuk menentukan
kebijaksanaan sendiri (memanfaatkan sumber daya keuangan yang ada didaerah).
Oleh karena itu, prioritas pembiayaan daerah perlu diberikan secara berurutan yaitu
PAD dan block grant;
- Prinsip pemerataan : sedapat mungkin diusahakan terciptanya pemerataan
pelayanan diseluruh wilayah Indonesia;
- Prinsip keadilan : daerah penghasil utama pendapatan negara perlu diberikan
kompensasi atas konstribusinya terhadap pendapatan nasional. ;
- Prinsip kepastian dan terprediksi : perlu diberikan kriteria alokasi keuangan pusat
dan daerah yang jelas, terbuka dan transparan. Dengan car aini diharapkan daerah
dapat memastikn berapa alokasi yang akan diterima sebelum perencanaan
pembangunan daerah masyarakatnya.
- Prinsip demokrasi : penentuan kebijaksanaan alokasi anggaran dari pusat kepala
daerah tidak semata-mata monopoli pusat, namun juga perlu diberikan mekanisme
yang memberikan kesempatan bargaining daerah kepada pusat.

Sementara itu, dalam undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang


pemerintahan daerah dinyatakan bahwa prinsip umum hubungan keuangan
pemerintah pusat dengan daerah adalah sebagai berikut.
1. Pemerintah pusat memiliki hubungan keuangan dengan daerah untuk
membiayai penyelenggaraan urusan pemerintahan yang diserahkan dan/atau
ditugaskan kepala daerah.
2. Hubungan keuangan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada kepada daerah.
3. Hubungan keuangan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
ditugaskan kepada daerah disertai dengan pendanaan sesuai dengan urusan
pemerintahan yang ditugaskan sebagai pelaksaan dari tugas pembantuan.
4. Dalam menyelenggarakan sebagai urusan pemerintahan yang diserahkan
dan/atau ditugaskan, penyelenggara pemerintahan daerah mempunyai
kewajiban dalam pengelolaan keuangan daerah.

K.J.davey, sebagaimana dikutip yuswanto (2010), menyatakan bahwa


hubungan keuangan antara pusat dan daerah adalah menyangkut pembagian
tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu antara tingkat-
tingkat pemerintahan dan pembagian sumber penerimaan untuk menutup
pengeluaran akibat kegiatan-kegiatan tersebut. Tujuan utamanya adalah untuk
mencapai perimbangan antara berbagai pembagian.
Hubungan keuangan pusat-daerah mencerminkan tujuan politik yang mendasar
karena perannya menentukan bobot kekuasaan yang dijalankan pemerintah daerah
dalam seluruh system pemerintahan dalam mana hubungan itu harus serasi
(harmonis) dengan peranan yang dimainkan pemda yang bersangkutan. Jadi, inti
permasalahannya ialah bagaimana merumuskan peranan pemerintahan daerah
tersebut. Ada dua peranan yang dapat dimainkan pemerintah daerah. Pertama,
menekankan peranan pemerintah daerah sebagai rangkaian dari kemauan dan
identitas masyarakat setempat. Kedua, pemerintah pusat pada dasarnya adalah
Lembaga penyelenggara layanan-layanan tertentu untuk daerah dan sebagai alat
yang tepat untukpemberian layanan yang semata-mata bermanfaat untuk daerah.
Bedasarkan pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan keuangan antara
pusat-daerah pada hakikatnya mencakup pembagian sumber pembiayaan antara
pemerintah pusat dengan daerah.
RUANG LINGKUP HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT- ERA OTONOMI
DAERAH

A. DECENTRALISATIE WET 1903 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN


1948
Perkembangan keuangan daerah di Indonesia sudah berlangsung lama sejak
zaman hindia belanda. Berdasarkan decentralisatie wet 1903 tersebut, daerah
diberikan tunjangan tetap dari kas negara yang merupakan jumlah dana yang
dipisahkan dari budget pemerintah untuk membiayai usaha-usaha daerah. Dana
keuangan yang diberikan kepada daerah terdiri dari :
1. Tunjangan tetap (vaste withering)
2. Tunjangan yang sama besar dengan hasil bruto pajak yang dipungut daerah
(accres regeling);
3. Wewenang melakukan pungutan-pungutan pajak;
4. Wewenang untuk memperoleh pinjaman.

Pada tahun 1922 terjadi resesi yang menyebabkan terjadinya penurunan anggaran
pemerintah, khususnya untuk kepentingan biaya daerah. Daerah ditugaskan untuk
Menyusun anggaran belanja secermat mungkin dan apabila terdapat kekurangan akan
ditutup dari anggaran pemerintah. Sebaliknya, kalau ada kelebihan harus disetor ke
kas pemerintah.
Oleh karena itu keadaan keuangan hindia belanda memburuk, maka pada tahun
1932 toeslag dan accres dihapuskan system sluit post dihidupkan Kembali. Daerah
tidak dapat dengan seenaknya memintakan pengeluaran untuk menutupi selisih antara
pengeluaran dan pendapatan menjadi suatu plafon atu batas tertentu. Apabila pada
akhir anggaran terdapat surplus, maka kelebihan itu diperhitungkn oleh pemerintah
pusat dalam memberikan subsidi untuk tahun berikutnya.

B. PERIMBANGAN KEUANGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32


TAHUN 1956
Mengenai sumbangan, penjelasan umum UU nomor 32 tahun 1956 menyatakan
bahwa sumbangan keuangan akan diberikan dalam keadaan terkendali. Hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa apabila terjadi keadaan luar biasa, daerah
mengalami kesulitan keuangan maka pemerintah pusat akan memberikan bantuan
keuangan. Dalam kenyataan, undang-undangnomor 32 tahun 1956 sulit dilaksanakan,
terutama dalam menerapkan system bagi hasil pajak negara. Pembagian kepada
daerah berdasarkan 8 faktor tersebut sulit dihitung, dan data yang diperlukan untuk
mwnghitungnya sulit diperoleh tepat pada waktunya.

C. HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT-DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG


NOMOR 5 TAHUN 1974
Dalam kenyataan, realisasi dari semua sumber pendapatan yang dikemukakan di
atas berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya, sesuai dengan
kondisi masing-masing. Akan tetapi secara umum, berdasarkan hasil kajian yang
selama ini dilaksanakan, pendapatan asli daerah jumlahnya lebih kecil dibandingkan
dengan pendapatan yang berasal dari pemerintah pusat.
Sementara itu, sumber pembiayaan pembangunan daerah, pada prinsipnya tidak
dapat melepaskan diri dari sumber pendapatan daerah, karena Sebagian pembiayaan
pembangunan daerah dibebankan kepada pendapatan asli daerah yang jumlahnya
tertuang dalam APBD. Pada masa orde baru, sumber pembiayaan pembangunan
daerah bermacam-macam, dan masing-masing mempunyai mekanisme sendiri-
sendiri. Sumber-sumber tersebut terbagi ke dalam berkut ini.
1. Pembiayaan yang bersumber dari pemerintah pusat (APBN)
Pembiayaan ini dimasukan untuk:
a. Melaksanakan proyek-proyek pembangunan tahunan (APBN) sesuai dengan
repelita.
b. Mencapai pemerataan pembangunan antar daerah.
c. Mencapai tujuan-tujuan pembangunan di sector-sektor atau kegiatan-kegiatan
tertentu.
2. Pembiayaan yang bersumber dari pemerintah daerah (APBD)
Secara garis besar, sumber dana pembangunan yang berasal dari APBD dapat
dikelompokkan dalam:
a. Tabungan pemerintahan daerah.
b. Pinjaman daerah.
3. Pembiayaan pembangunan oleh masyarakat/dunia usaha

D. HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT-ERA OTONOMI DAERAH MENURUT


UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2004
Hubungan keuangan pusat daerah atau menurut undang-undang nomor 33 tahun
2004 disebut dengan perimbangan keuangan pusat daerah dimaksudkan untuk
mendukung pendanaan atas penyerahan urusan kepada pemerintah daerah yang diatur
dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004. Penyelenggaraan pemerinyahan dan
pelayanan tersebut dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip transparan, partisipasi, dan
akuntabilitas. Masyarakat dapat memperoleh informasi yang diinginkan, sejauh
mungkin melibatkan masyarakat dalam setiap pengambilan kebijakan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian, hubungan keuangan antar pemerintah baru muncul apabila
wilayah suatu Negara luas sehingga pemerintahan harus terbagi, berlapis-lapis seperti
di Indonesia(ada pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah). Berasarkan
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa masalah hubungan fiscal meliputi
meliputi-meliputi di sekitar sumber-sumber pembelanjaannya (bagaimana mncarinya)
dan masalah-masalah disekitar penggunaan dana tersebut.
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan keuangan pusat dan
daerah itu pada intinya adalah pembagian sumber pendapatan antara pemerintahan
pusat dan pemerintah daerah sebagai kosenkuensi dianutnya asas desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dalam merealisasikan hubungan keuangan pusat daerah ada beberapa hal penting
yang perlu diketahui, yaitu sebagai berikut.
1. Prinsip hubungan pusat dan daerah
a. Function follow money
Prinsip ini mengandung arti bahkan fungsi mengikuti pendanaan.
b. Money follow function
Prinsip pendanaan mengikuti fungsi atau tugas yang harus dilaksanakan oleh
pemerintahan daerah.
c. System campuran
Prinsip ini pemerintah daerah diberi sumber pendapatan daerah untuk
penyelenggaraan kewenangann pemerintah daerah.
2. Asas pembiayaan
a. Dana desentralisasi
Adalah penyerahan wewenang pemerintah kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam system Negara kesatuan
republic Indonesia.
b. Dana dekonsentrasi
Adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubenur sebagai wakil
pemerintah.
c. Dana tugas pembantuan
Adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa atau sebutan
lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaannya kepada yang menugaskan dana tugas pembantuan merupakan
bagian anggaran kementrian Negara/lembaga yg dialokasikan berdasarkan
rencana kerja dan anggaran kementrian Negara/lembaga.
d. Pendapat asli daerah (PAD)
Adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
e. Dana perimbangan
Adalah dana yang bersumber daari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah unuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi.
f. Lain-lain pendapatan
Terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat.
g. Pinjaman daerah
Adalah semua transalsi yang mengakibatkan daerah meneima sejumlah uang
atau menerima manfaat yang bernilai uag dari pihak lain sehingga daerah
tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
h. Obligasi daerah
adalah pinjaman daerah yang ditawarkan kepada public melalui penawaran
umum dipasar modal.

E. RUANG LINGKUP HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT-ERA OTONOMI


DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah menurut undang-undang
nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, meliputi;
1. Penyerahan dan pengaturan pajak daerah dan retribusi daerah
2. Dana perimbangan
3. Dana otonomi khusus
4. Pemberian pinjaman dan/atau hibah, dana darurat, dan insentif (fiscal)
5. Pengelolaan keuangan daerah
6. Dana tugas pembantuan
1.3 KESIMPULAN
Hubungan keuangan pusat-daerah berkaitan dengan pembagian tanggung jawab untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu antara tingkat pemerintahan dan pembagian
sumber penerimaan untuk menutup pengeluaran sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan
tersebut. Hubungan ini terjadi karena adanya pembagian kewenangan dan fungsi diantara
tingkatan pemerinntahan sebagai perwujudan dari pelaksanaan asas desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Tujuan hubungan ini ialah untuk mencapai perimbangan
antara potensi dan sumber daya masing-masing daerah dibawah supervise pusat.ada
beberapa model hubungan keuangan pusat-daerah yang dapat digunakan, yaitu by
percentage, by origin, by formula.
Hubungan keuangan antara pusat-daerah berdasarkan decentralisatie wet 1903, antara
lain terlihat dari pemberian tunjangan tetap dari kas Negara kepada daerah yang
merupakan jumlah dana yang dipisahkan dari budget pemerintahan untuk membiayai
usaha-usaha daerah. Sementara iu, menurut undang-undang nomor 22 tahun 1948, antara
lain terlihat dari sumber keuangan daerah yang meliputi pajak daerah termasuk retribusi
daerah.
Sementara itu, hubungan keuangan pusat-daerah menurut undang-undang nomor 5
tahun 1974 trcermin dari adanya pendapatan daerah yang berasal dari pemerintah pusat,
yaitu sumbangan, dan sumbangan-sumbangan lain yang diatur dengan peraturan
perundangan.
Dana perimbangan menurut undang-undang nomor 33 thun 2004 meliputi dana bagi
hasil (DBH), dana alokasiumum, dan dana alokasi khusus. Sementara itu, dalam UU
nomor 23 th 2014, hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
mencakup pemberian sumber penerimaan daerah; pemberian ana perimbangan keuangan;
pemberian dana penyelenggaraan otonomi khusu unuk pemerintahan daerah tertentu
yang ditetapkan dalam undang-undang; dan pemberian pinjaman dan/atau hibah, dana
darurat, dan insentif ( fiscal).
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad yani. 2000. Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah di Indonesia.
Jakarta : rajawali pers.

Davey, K.J, 1989. pembiayaan pemerintah daerah praktek-praktek interternasional dan


relevasinya bagi dunia ketiga. Penerjamah amanulah dkk, Jakarta:UI press.

Devas, nick. Brian binder. Anne booth. Kenneth davey. Roy Kelly. 1989. Keuangan pemerintah
daerah diindoneia. Penerjemah masri maris. Jakarta: UI press.

Undang-undang nomor 22 tahun 1948 tentang pemerintahan daerah.

Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah.

Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

Undang- undang nomor 32 tahun 1956 tentang perimbangan keuangan antara Negara dengan
darah-daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri.

Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan
pemerintahan daerah.

Undang-undang nomor tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah.

Yani, ahmad. 2008. Hubungan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah diindonesia.
Jakarta : rajawali pers.

Anda mungkin juga menyukai