OTOMI DAERAH
DISUSUN OLEH :
GLORIA AROYA IBO
2021031014064
(B)
1.2 Pembahasan
A. PENGERTIAN HUBUNGAN KEUANGAN PUSAT DAERAH
Hubungan keuangan pusat-daerah merupakan salah satu aspek dari hubungan
pusat daerah yang terjadi karena adanya pembagian kewenangan dan fungsi
diantara tingkatan pemerintahan sebagai perwujudan dari pelaksanaan asas
desentralisasi dalam penyelengaraan pemerintahan.
Menurut ahmad yani (2002), hubungan keuangan yang dalam Bahasa belanda
“financieele verhouding” atau lazimnya disebut perimbangan keuangan karena inti
hubungan keuangan adalah “perimbangan keuangan”, dimana perimbangan
keuangan itu sendiri tidak lain adalah memperbesar pendapatan asli daerah
sehingga lumbung keuangan daerah dapat berisi lebih banyak.
Dengan demikian, substansi dari hubungan keuangan tersebut adalah
perimbangan keuangan. Perimbangan tidak lain adalah memperbesar atau
memperbanyak pendapatan asli daerah sehingga daerah mempunyai kemampuan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Dalam kenyataannya,
perimbangan keuangan antar pusat dan daerah, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dan cermati sebagai berikut :
1. Meskipun pendapatan asli daera tidak banyak, tidak selalu berarti lumbung
keuangan daerah tidak berisi banyak. Bahkan mungkin cukup banyak. Hanya
tidak bersumber dari pendapatan sendiri, melainkan dari uang yang diserahkan
pusat kepada daerah seperti subsidi dan lain sebagainya. Tidak berarti pula
lumbung keuangan yang terbatas itu menyebabkan rakyatnya tidak menikmati
kesejahteraan karena usaha kesejahteraan itu ikut diselenggarakan pusat;
2. Meskipun ada skema hukum perimbangan keuangan, dalam kenyataannya
perimbangan keuangan pusat dan daerah hanya merupakan ilusi karena dalam
keadaan apapun keuangan pusat akan selalu lebih kuat dari keuangan daerah;
3. Meskipun sumber lumbung keuangan daerah diperbesar, dapat diperkirakan
tidak aka nada daerah yang benar-benar mampu membelanjai secara penuh
rumah tangganya sendiri.
Hubungan keuagan pemerintah daerah dan pusat dapat diartikan pula sebagai
suatu system yang mengatur caranya sejumlah dana dibagi antar berbagai tingkat
pemerintah, serta bagaimana cara mencari sumber-sumber pembiayaan daerah
untuk menunjang kegiatan-kegiatan sector publiknya (devas, 1989:179).
Ciri utama yang menunjukan suatu daerah otonom mampu berotonomi terletak
pada kemampuan keuangan derahnya. Artinya, daerah otonom harus memiliki
kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri,
mengelola, dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerahnya.
Pada tahun 1922 terjadi resesi yang menyebabkan terjadinya penurunan anggaran
pemerintah, khususnya untuk kepentingan biaya daerah. Daerah ditugaskan untuk
Menyusun anggaran belanja secermat mungkin dan apabila terdapat kekurangan akan
ditutup dari anggaran pemerintah. Sebaliknya, kalau ada kelebihan harus disetor ke
kas pemerintah.
Oleh karena itu keadaan keuangan hindia belanda memburuk, maka pada tahun
1932 toeslag dan accres dihapuskan system sluit post dihidupkan Kembali. Daerah
tidak dapat dengan seenaknya memintakan pengeluaran untuk menutupi selisih antara
pengeluaran dan pendapatan menjadi suatu plafon atu batas tertentu. Apabila pada
akhir anggaran terdapat surplus, maka kelebihan itu diperhitungkn oleh pemerintah
pusat dalam memberikan subsidi untuk tahun berikutnya.
Ahmad yani. 2000. Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah di Indonesia.
Jakarta : rajawali pers.
Devas, nick. Brian binder. Anne booth. Kenneth davey. Roy Kelly. 1989. Keuangan pemerintah
daerah diindoneia. Penerjemah masri maris. Jakarta: UI press.
Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
Undang- undang nomor 32 tahun 1956 tentang perimbangan keuangan antara Negara dengan
darah-daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri.
Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan
pemerintahan daerah.
Yani, ahmad. 2008. Hubungan keuangan antara pemerintahan pusat dan daerah diindonesia.
Jakarta : rajawali pers.