Anda di halaman 1dari 76

KEMENTRIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN PELAKSANAAN AKTUALISASI


PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL
GOLONGAN III

“VALIDASI DATA PENDUDUK MISKIN MELALUI KOORDINASI DAN


KOLABORASI DATA
DI KECAMATAN SIPORA UTARA KABUPATEN KEPULUAN MENTAWAI”

Disusun oleh :
Nama : Syaiful Kasman, S.Sos
NIP : 19881123 202203 1 006
Jabatan : Analis Sosial Budaya
Instansi : Bappeda Kabupaten Kepulauan Mentawai
Kelas/Kelompok : II / II
No. Absen : A2.2.14
Angakatan : II

PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


REGIONAL BUKITTINGGI
KEMENTRIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5

Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), pengertian ASN

adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan pegawai pemerintah

dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.

Menurut Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 14 Tahun

2018, pengadaan PNS adalah kegiatan untuk mengisi kebutuhan

PNS melaluli seleksi calon pegawai negeri sipil atau disingkat

dengan CPNS.

Calon Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat CPNS

adalah warga negara Indonesia yang lolos seleksi pengadaan PNS,

diangkat dan ditetapkan oleh PPK (pejabat Pembina kepegawaian),

serta telah mendapatkan persetujuan teknis dan penetapan nomor

induk pegawai. Pengertian Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah

warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat

sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina

kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan

Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa, ASN

dituntut untuk dapat melaksanakan profesinya sebaik-baiknya

dengan berdasarkan prinsip nilai dasar, kode etik, komitmen,

integritas moral, tanggung jawab pada pelayanan publik, kompetensi

sesuai bidangnya, kualifikasi akademik, jaminan perlindungan

1
hukum, dan profesionalisme jabatan. Kesemua prinsip itu

dituangkan pada Core Value (BerAKHLAK) Berorientasi Pelayanan,

Akuntabel, Kompoten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.

Lembaga Administrasi Negara menterjemahkan amanat

undang-undang tersebut dalam bentuk Pedoman Penyelenggaraan

Pelatihan yang tertuang dalam Peraturan Kepala Lembaga

Administrasi Negara Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon PNS. Pelatihan ini

memadukan pembelajaran klasikal dan non-klasikal di tempat

pelatihan serta ditempat kerja, yang memungkinkan peserta mampu

untuk menginternalisasi, menerapkan dan mengaktualisasikan serta

membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi), dan merasakan

manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter PNS

yang profesional.

Bappeda Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan

Organisasi Perangkat Daerah yang memiliki tugas pokok membantu

Bupati dalam hal perencanaan, penelitian dan pengembangan

daerah. Untuk melaksanakan tugas tersebut, BAPPEDA memainkan

fungsi sebagai perumus, pelaksan, dan evluator kebijakan daerah

urusan perencanaan, penelitian, dan pengembangan. termasuk juga

fungsi lainnya yang diberikan oleh Bupati.

Salah satu hal yang menjadi tugas dari bappeda adalah

penanggulangan kemiskinan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Merumuskan kebijakan dalam upaya penurunan persentase

2
kemiskinan. Penanggulangan kemiskinan berarti peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

Kemiskinan merupakan keresahan para kaum terpelajar dulu

sebelum Indonesia lahir dan sekaligus menjadi alasan kuat

perjuangan kemerdekaan. Para pejuang mengiklaskan darah dan

keringat mereka dalam upaya mewujudkan kemerdekaan itu, dalam

upaya peningkatan kesejahteraan, dalam upaya penanggulangan

kemisknian.Sebut saja Tanmalaka, Agus Salim, Rohana Kudus,

Soekarno, M.Hatta, Sutan Syahrir, Raden Saleh, dan sederatan

kaum terpelajar lainnya yang dengan penuh hormat tidak bisa

dituliskan satu persatu.

Memajukan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat

(rakyat Indonesia) merupakan salah satu konsesus nasional.

Merupakan cita-cita kita berbangsa dan bernegara. Secara legal

dituangkan dalam pembukaan UUD 1945, tepatnya di alenia ke-

empat. Dalam upaya mewujudkan cita-cita luhur itulah dilakukan

penanggulangan kemiskinan.

Kemiskinan di sini merujuk kepada definisi yang digunakan

oleh Badan Pusat Statistik (BPS), UU no 13 tahun 2011, PBB, dan

Bank Dunia. Dari empat sumber tersebut kemiskinan dapat diartikan

sebagai suatu kondisi ketidak mampuan (seseorang, keluarga,

masyarakat atau penduduk) secara ekonomi dalam memenuhi

kebutuhan dasar untuk bisa hidup layak sebagai manusia.

Kebutuhan dasar yang dimaksud yakni terdiri dari makanan layak,

3
air minum bersih, sanitasi layak, rumah layak, kesehatan layak,

pendidikan yang baik, akses informasi, dan akses layanan sosial.

Senada dengan itu dalam islam ada konsep fakir dan miskin.

Keduanya sama-sama tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan dasar. Perbedaannya, miskin masih memiliki pekerjaan

atau penghasilan, sementara fakir sama sekali tidak. Kita juga di

dorong untuk memperhatikan dua orang ini, fakir dan miskin.

BPS membagi kebutuhan dasar menjadi dua, yakni kebutuhan

dasar makanan dan kebutuhan dasar non-makanan. Keduanya

kemudian menjadi dasar BPS dalam menghitung garis kemiskinan

di satu daerah. Garis kemiskinan tersebut kemudian menjadi acuan

untuk menentukan dan menghitung jumlah masyarakat miskin

disuatu daerah.

Tahun 2022 angka garis kemiskinan secara berurutan dari

Nasional, Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Kepulauan

Mentawai adalah Rp. 450.158, Rp. 610.941, dan Rp. 386.152.

Setiap orang yang pengeluarannya dibawah angka tersebut setiap

bulannya digolongkan miskin. Berdasarkan itulah kemudian dihitung

jumlah masyarakat miskin. Mulai dari level nasional, provinsi,

kabupaten dan kota.

Berdasarkan data BPS dalam kurun waktu 6 tahun terakhir,

angka kemiskinan Kabupaten Kepulauan Mentawai relatif

berfluktuasi. Naik turun. Namun tetap berkisar diangka 13 dan 14 %.

4
Berikut data detail dari BPS tentang angka atau jumlah kemiskinan

di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Jumlah Persentase
Garis Kemiskinan Jumlah
Tahun Penduduk Penduduk
(Rp/Kapita/Perbulan) Penduduk
Miskin Miskin

2017 280.695 88.692.000 12.950.000 14.67


2018 294.284 90.373.000 12.990.000 14.44
2019 310.033 92.021.000 13.220.000 14.43
2020 340.191 87.623.000 13.370.000 14.35
2021 356.403 88.389.000 14.310.000 14.84
2022 386.152 89.401.000 13.740.000 13.97
BPS: Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam

Angka Tahun 2018 dan 2023.

Dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya di Sumatera

Barat, paling tidak dalam waktu enam tahun terakhir, persentase

penduduk miskin Kabupaten Kepulauan Mentawai berada pada

peringkat teratas. Selain Mentawai, dari 2017 sampai dengan 2022,

tidak ada kabupaten dan kota lain di Sumatera Barat yang

persentase penduduk miskinnya itu di atas 10 %. Mentawai bahkan

diatas 13,90% jumlah penduduk miskinnya. Memang pahit, tapi

begitulah fakta dari BPS yang harus kedepankan untuk diperbaiki

bersama.

Walaupun ada lonjakan dan penurunan dalam enam tahun

terakhir, namun tetap saja persentase penduduk miskin mentawai

berada diatas 13%. Kalau dirata-ratakan, dalam enam tahun terakhir

persentase penduduk miskin di Mentawai adalah 14.45%. Artinya,

rata-rata ada sekitar 13.430.000 jiwa masyarakat Mentawai

tenggelam dalam kemiskinan.

5
Dan yang tidak kalah pentingnya kita belum mengetahui akar

persoalan, penyebab dari kemiskinan itu. Pada prinsipnya kita tidak

tau apa yang menyebabkan terjadinya penurunan dan lonjakan itu.

Sehingga perencanaan penanggulangan kemiskinan boleh

dikatakan, belum berdasarkan pada basis data yang kuat.

Tentu sebagian ada yang memperdebatkan tentang data BPS

ini. yang berpendapat bahwa kaca mata yang diguankan tidak cocok

dengan kondisi Mentawai. Dan hal lainya yang menyebabkan angka

kemiskinan di Mentawai relatif lebih tinggi.

Penyebab dari kemiskinan juga beragam. Sebagian

berpendapat kemiskinan itu disebabkan oleh struktur masyarakat itu

sendiri. Dan sebagian lagi berpendapat bahwa kemiskinan

disebabkan oleh budaya dari masyarakat itu. Jadi ada kemiskinan

struktural dan ada kemiskinan cultural. Keduanya memiliki

kebenaran masing-masing.

Idealnya, secara matematis, meningkatnya angka garis

kemiskinan maka akan menyebabkan meningkatnya angka

kemiskinan. Namun tidak dengan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Persentase penduduk miskin justru turun saat angka garis

kemiskinan naik.

Angka garis kemiskinan itu sendiri juga perlu dipertanyakan.

Harga sembako atau makanan (kebutuhan) pokok di Kabupaten

Kepulauan Mentawai jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

Kabupaten dan kota lainnya di Sumatera Barat. Seharusnya, sesuai

6
dengan penghitungan angka garis kemiskinan, maka angka garis

Mentawai akan lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten dan

kota lainnya di Sumatera Barat. Sebaliknya, data BPS mengatakan

bahwa angka kemiskinan Kabupaten Kepulauan Mentawai justru

lebih tinggi.

Dalam beberapa diskusi formal tentang kemiskinan. Banyak

pihak meragukan tentang angka-angka kemiskinan yang

dikeluarkan oleh BPS ini. sebagian besar tidak percaya dengan

mengatakan “dimana 14% penduduk miskin itu berada?”

Persoalannya lain, ada yang mengedepankan bahwa

Mentawai tidak memiliki definisi sendiri tentang kemiskinan, tidak

memiliki cara pandang sendiri tentang kemiskinan. Kemudian tidak

memiliki data yang akurat juga tentang jumlah masyarakat miskin.

Padahal seharusnya, dari sudut pandang otonomi daerah,

Mentawai lebih tau dari pada BPS tentang kondisi masyarkatnya.

Hanya saja kita tidak atau belum memiliki kemampuan untuk

melakukan itu.

Setidaknya ada dua OPD yang saat ini bersentuhan langsung

dengan kemiskinan, yakni Dinas Sosial dan P3A dan DPMDP2KB.

Kemudian ada BPS yang setiap tahun melakukan penghitung

masyarakat miskin. Kemudian ada tiga data yang menunjukkan

jumlah penduduk miskin, yakni P3KE,DTKS, dan PK21.

Ketiganya berjalan sendiri dan tidak ada atau belum ada

simpul yang betul-betul menjadi penghubung. Baik secara

7
konseptual maupun teknikal. Bappeda, dalam hal ini bidang

perencanaan pembangunan manusia masyarakat, sosial, budaya,

dan pemerintahan, belum optimal memainkan peran sebagai

mandatori perencanaan daerah.

Persoalan yang paling penting dan mendasar adalah tentang

akurasi data. Validasi data yang dilakukan sebelumnya belum

optimal sehingga data penduduk miskin masih belum seutuhnya

kuat. Dinas sosial misalnya, mengakui bahwa DTKS sebagai

sumber data yang mereka gunakan belum akurat, masih banyak

orang miskin yang belum terdata dan masih ada orang kaya yang

masuk dalam daftar miskin.

Persoalan lainnya adalah bahwa semua indikator (alat ukur)

tentang kemiskinan itu berasal dari luar Mentawai. Sumber data

penduduk miskin Mentawai itu dikeluarkan oleh badan dan lembaga

yang bukan dari Mentawai. Artinya, Mentawai dicap miskin oleh

orang atau pihak diluar Mentawai. Ini tentu agak sedikit sulit untuk

kita terima.

Bisa saja indikator yang mereka gunakan tidak sesuai dengan

kondisi masyarakat Mentawai. Misalnya saja tentang beras sebagai

indikator makanan pokok. Masyarakat di Siberut makan sagu,

pisang, dan keladi dengan jumlah yang melimpah. Tentu tidak bisa

disebut miskin hanya karena tidak makan nasi, tidak ada beras di

dapur.

8
Bangunan rumah juga begitu. Kondisi ekologis Mentawai

menyulitkan untuk membuat rumah dari bahan beton. Gugusan

pulau ini merupakan batuan muda. Sebaliknya akan sangat mudah

untuk memabngun rumah dari kayu dengan atap daun. Kalau

indikator kemiskinan itu adalah rumah beton, tentu tidak cocok

dengan Mentawai. Jadi perlu ada kesesuaian indkator kemiskinan

dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat Mentawai.

Gejolak kemiskinan ini harus diselesaikan. Sebagai anak

bangsa yang terdidik, kita harus memiliki kerisauan dan kepedulian

terhadap kondisi kemiskinan itu. Tanpa adanya kerisauan dan

kepedulian, maka kita akan terus terjebak dalam lingkaran

administrasi saja.

B. Tujuan

Aktualisasi ini ditujukan untuk bisa menghasilkan data yang

akurat tentang penduduk miskin Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Yang bisa dijadikan rujukan dalam menyusun perencanaan daerah

dalam hal penanggulangan kemiskinan. Dengan begitu Bappeda

bisa merumuskan kebijakan perencanaan yang tepat sasaran dalam

penanggulangan kemiskinan.

C. Ruang Lingkup

Mengingat keterbatasan anggaran, tenaga dan waktu. Maka

kegiatan ini dilakukan sebatas Kecamatan Sipora Utara saja.

Kondisi geografis kepulauan Mentawai tidak memingkinkan kita

dalam waktu satu bulan untuk bisa menyelesaikan validasi pada

9
semua desa yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawaii. Kedepan,

diharapkan bisa dilanjutkan keseluruh wilayah administrasi

Kabupaten Kepulauan Mentawai.

BAB II

PROFIL INSTANSI DAN PESERTA

A. Profil Instansi

A.1. Geografis

Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan sebuah gugusan

kepulauan yang berada di Ujung samudera Hindia, di Pantai Barat

Sumatera. Mentawai memiliki 99 pulau dengan empat pulau utama (besar)

yakni Siberut, Pagai Utara, Pagai Selatan, dan Sipora. Secara geografis

berada antara 0º55’00”-3º21’00’ Lintang Selatan dan 98º35’00”-100º32’00’

Bujur Timur.

Sebelah Utara Mentawai berbatasan dengan Selat Siberut. Sebelah

Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Sebelah Timur berbatasan

dengan Selat Mentawai. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera

Hindia. Mentawai memiliki pantai dan ombak yang indah, terutama di

Bagian barat dan selatan yang berbatasan dengan Samudera Hindia.

Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki luas wilayah sekitar

6.011,35 km2 dengan panjang garis pantai 1.402,66 km. Terdiri atas 10

kecamatan, 43 desa dan 341 dusun. Kecamatan terluas adalah Siberut

10
Barat, dengan luas wilayah 1.124,86 km2. Yang terkecil adalah Kecamatan

Sikakap yang hanya memiliki luas 278,45 km2 . Mentawai di huni oleh

89.401 jiwa, yang terdiri dari Suku Mentawai/Si Mattawai

(Mayoritas/penduduk asli), Minangkabau, Batak, Nias, NTT, dan Cina.

Gambar Peta Wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai

Awalnya Mentawai merupakan bagian dari Kabupaten Padang

Pariaman. Kemudian mekar di tahun 1999 menjadi Kabupaten Kepulauan

Mentawai, berdasarkan UU RI No. 49 Tahun 1999. Seiring dengan

pemekaran tersebut dibentuklah Organisasi Perangkat Daerah OPD.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan

Mentawai, yang biasa disingkat Bappeda Mentawai merupakan organisasi

yang lahir beriiringan dengan proses pemekaran itu. Bappeda memiliki

tugas pokok di bidang perencanaan, penelitian, dan pengembangan.

A.2. VISI DAN MISI

11
Visi:

“Mentawai yang Mandiri Maju dan Sejahtera”

Misi:

1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Sehat, Cerdas, dan

Produktif

2. Mewujudkan Infrastruktur yang Merata, Berkualitas dan Berwawasan

Lingkungan

3. Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Masyarakat yang Berdaya Saing

Berbasis Maritim

4. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Profesional, Bersih,

Akuntabel dan Melayani

5. Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Harmonis dan Berbudaya

12
A.3. STRUKTUR ORGANISASI

KEPALA BAPPEDA

Sahad Pardamaian, ST
NIP. 19730616 200112 1003

KASUB BAG. UMUM & KASUB BAG. PROGRAM &


KEPEGAWAIAN KEUANGAN
Daniel Bawuna, SH Yesmiwita, SKM., MM
NIP. 19850126 201101 1 006 NIP. 19811025 200501 2 009

Gambar 2 Struktur Kepemimpinan Bappeda Kabupaten Kepulauan

Mentawai

A.4. TUPOKSI BAPPEDA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 55 Tahun 2021 Bappeda

mempunyai tugas membantu Bupati dalam menyelenggarakan fungsi

13
penunjang perencanaan, penelitian dan pengembangan. Untuk

melaksanakan tugas tersebut Bappeda menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan Daerah urusan perencanaan, penelitian dan

pengembangan

2. Pelaksanaan kebijakan urusan perencanaan, penelitian dan

pengembangan

3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan perencanaan,

penelitian dan pengembangan

4. Pelaksanaan administrasi urusan perencanaan, penelitian dan

pengembangan; dan

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan

tugas dan fungsinya.

Bappeda terdiri dari empat Bidang, yakni:

1. Bidan Bidang Perencanaan Pembangunan Ekonomi Dan Sumber

Daya Alam.

2. Bidang Bidang Analisis Data Pembangunan Perencanaan Program,

Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan, Penelitian dan

Pengembangan.

3. Bidang Bidang Perencanaan Pembangunan Infrastruktur dan

Pengembangan.

4. Bidang Perencanaan Pembangunan Manusia, Masyarakat, Sosial,

Budaya dan Pemerintahan.

14
Bidang Perencanaan Pembangunan Manusia, Masyarakat, Sosial,

Budaya dan Pemerintahan tempat atau unit tugas saya dipimpin oleh

seorang kepala bidang. Bidang ini memiliki tugas pokok “Melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta evaluasi

dan pelaporan di bidang perencanaan pembangunan manusia, masyarakat,

sosial, budaya dan pemerintahan.”

Fungsi dari Bidang Perencanaan Pembangunan Manusia,

Masyarakat, Sosial, Budaya dan Pemerintahan adalah

1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang perencanaan

pembangunan manusia dan masyarakat, perencanaan

pembangunan sosial dan budaya dan di bidang perencanaan

pembangunan pemerintahan dan reformasi birokrasi;

2. Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang

perencanaan pembangunan manusia dan masyarakat,

perencanaan pembangunansosial dan budaya dan di bidang

perencanaan pembangunan pemerintahan dan reformasi

birokrasi;

3. Penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang perencanaan

pembangunan manusia dan masyarakat, perencanaan

pembangunan sosial dan budaya dan di bidang perencanaan

pembangunan pemerintahan dan reformasi birokrasi;

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai

tugas dan fungsinya.

6. NILAI-NILAI BAPPEDA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

15
Nilai – nilai Bappeda Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah

BerAKHLAK. BerAKHLAK merupakan singkatan dari Berorientasi

Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan

Kolaboratif. Nilai itulah yang menjadi acuan bagi staf bappeda dalam

melaksanakan tugas sehari – hari sebagai ASN.

Berorientasi pelayanan artinya memahami dan memenuhi

kebutuhan masyarakat. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat

diandalkan. Serta selalu melakukan perbaikan sebagai bentuk dalam

proses perbaikan yang tiada henti.

Akutabel artinya melaksanakan tugas dengan jujur,

bertanggungjawab, cermat, disiplin dan memliki integritas yang tinggi.

Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara

bertanggungjawab, efektif, dan efisien. Tidak menyalah gunakan

kewenangan jabatan untuk kepentingan apapun.

Kompeten artinya selalu meningkatkan kemampuan dan

kompetensi diri dalam menghadapi setiap tantangan. Membantu

orang lain untuk bersama belajar. Melaksanakan tugas dengan

kualitas terbaik.

Harmonis berarti menghargai setiap orang tanpa memandang

latar belakang sosialnya. Dengan senang hati menolong orang lain.

Selalu membangun lingkungan kerja yang kondusif.

16
Loyal berarti memegang teguh ideologi pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945. Setia kepada NKRI serta pemerintah

yang sah. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi, dan

negara. Menjaga dengan baik rahasia jabatan dan negara.

Adaptif artinya cepat menyesuaikan diri dalam menghadapi

beragam perubahan. Terus menerus berinovasi dan

mengembangkan kreatifitas. Terakhir adalah bertindak proaktif.

Kolaboratif artinya memberi kesempatan kepada para pihak

untuk berkontribusi. Terbuka dalam bekerjasama untuk

menghasilkan nilai tambah. Menggerakkan pemanfaatan berbagai

sumber daya untuk tujuan bersama.

B. Profil Peserta

Nama : Syaiful Kasman, S.Sos


Agama : Islam

Tempat, Tgl Lahir : Padang, 23 November 1988

Jabatan : Analis Sosial Budaya

Pangkat/Golongan : Penata Muda / III.a

Pendidikan Terakhir : Sarjana Antropoogi Universitas Andalas

Alamat : Jl. Raya Tuapejat, KM. 1,5

No.Telepon : 082386277405

Email : ipulkun23@gmail.com

Status : Menikah

17
Jenis Kelamin : Laki-laki

PENDIDIKAN FORMAL

 1995 – 2001 SD Negeri 52 Padang

 2001 – 2004 SMP Negeri 28 Padang

 2004 – 2007 SMA Negeri 3 Padang

 2008 – 2014 Universitas Andalas Padang

Adapun uraian tugas saya sebagai “analis sosial budaya” adalah

sebagai berikut :

1. Menyiapkan bahan perumusan kebijakan program

pembangunan bidang perencanaan sosial budaya.

2. Menyiapkan bahan pelaksanaan kebijakan program

pembangunan bidang perencanaan sosial dan budaya.

3. Menyiapkan bahan evaluasi kebijkan program pembangunan

bidang perencanaan sosial dan budaya

4. Menganalisa kebijakan program pembangunan bidang sosial

budaya

18
BAB III

RINGKASAN RANCANGAN AKTUALISASI

A. Deskripsi Core Isu

A.1 Masih lemahnya akurasi data penduduk miskin di Kabupaten

Kepulauan Mentawai.

14,67%, 14,44%, 14,43%, 14,35%, 14,84%, dan 13,97%. Itu

adalah persentase penduduk miskin Kabuapten Kepulauan Mentawai

secara berurutan dari tahun 2017 sampai dengan 2022. Kalau

dikonversikan kedalam jumlah jiwa, maka secara berurutan dari tahun

2017 sampai dengan 2022 adalah 12.950.000 jiwa, 12.990.000 jiwa,

13.220.000, 13.370.000 jiwa, 14.310.000 jiwa, dan 13.740.000 jiwa. Itu

mernurut penghitungan BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Dalam beberapa rapat, banyak pihak heran dengan angka-

angka itu. Angka tersebut sangat fantastis. Sehingga muncul

pertanyaan dimana mereka yang miskin dengan angka 14.310.000 jiwa

itu berada? Atau pertanyaan bagaimana metodenya dan apa

indikatornya?

19
Erwin dalam bukunya Pembangunan dan Kemiskinan Pada

Masyarakat Mentawai, mengatakan bahwa bisa saja parameter yang

digunakan dalam mengukur kemiskinan di Mentawai kurang tepat.

Jakarta sentris. Tidak berangkat dari pemahaman masyarakat tentang

kemiskinan. Misalnya tentang berapa kali makan nasi dan jenis rumah

yang ditempati yang dijadikan indikator penilaian. Orang Mentawai

makan sagu, pisang, dan keladi. Kebutuhan pokoknya melimpah meski

tidak sama dengan makanan pokok masyarakat Jakarta dan

masyarakat suku lainnya yang makan nasi. Begitu juga dengan

rumahnya, berbeda dengan masyarakat lainnya. Orang Mentawai

membuat rumah dari kayu dengan atap daun, ini miskin menurut kaca

mata BPS, tapi tidak menurut orang Mentawai. Sehingga sulit untuk

menerima penggunaan indikator yang jakarta sentris tersebut dalam

mengukur kemiskinan di Mentawai.

Luar dari BPS ada tiga data lainnya yang juga bicara tentang

kemiskinan. Katanya ini menjawab, minimal bisa menjawab pertanyaan

dimana mereka yang miskin itu berada? Pertama ada Data Pensasaran

Pensasaran Percepatan Penurunan Kemiskinan Ekstrim yang biasa

disingkat P3KE. Kemudian ada data Data Terpadu Kesejahteraan

Sosial atau yang biasa disingkat DTKS.

Untuk DTKS ini, dalam beberapa diskusi, disampaikan oleh

kepala dinas sosial bahwa tidak semua orang miskin masuk kedalam

DTKS dan ada orang yang tidak miskin tapi masuk dalam DTKS.

20
Memang DTKS ditujukan untuk mendata orang miskin, idealnya seluruh

orang yang masuk dalam DTKS itu adalah orang miskin. Namun yang

ideal itu tidak terealisasi.

Ada banyak faktor, salah satunya adalah mekanisme pendataan

yang tidak profesional. Subjektifitas dalam pendataan sangat tinggi.

Salah satu contohnya adalah intervensi kepala desa dalam pendataan,

jelas itu akan bias kepentingan kepala desa. Dan ini sulit dikontrol oleh

dinas sosial dan P3A. Ini menurut kepala dinas kesehatan.

Perencanaan yang baik dan tepat sasaran membutuhkan basis

data yang kuat, yang akurat. Sulit untuk menentukan pilihan tindakan

jika tidak ada data yang valid, yang akurat dan aktual. Begitu juga untuk

menentukan lokasi prioritas intervensi, akan sangat sulit tanpa data

yang jelas.

Banyak dampak negatif yang diakibatkan dari kemiskinan.

Persoalan sosial dan lingkungan seringkali disebabkan karena faktor

kemiskinan. Sebut saja persoalan tingginya angka putus sekolah,

tingginya angka kematian ibu dan anak, prostitusi, gelandangan,

kejahatan pidana, lingkungan kumuh, penebangan hutan secara liar

dan lain sebagainya.

Termasuk juga persoalan stunting, keluarga miskin adalah

keluarga berisiko stunting. Anak-anak mereka terancam stunting. Sulit

untuk mereka bisa memenuhi kebutuhan gizi anaknya dengan kondisi

ekonomi yang sangat payah.

21
Dari aspek pendidikan, angka putus sekolah masyarakat

Mentawai cukup tinggi. Rata-rata siswa yang sampai di bangku SMA

hanya sekitar 40% dari jumlah siswa di bangku SD. Kemudian tahun

2022 hanya sekitar 10,32% masyarakat Mentawai usia 15 tahun

keatas yang menyelesaikan pendidkan sampai di bangku sarjana. Ini

merupakan akibat dari kemiskinan, sekligus menjadi jalan (sebab)

pewarisan kemiskinan.

Mengentaskan atau menanggulangi kemiskinan berarti

meningkatkan kesejahteraan. Meningkatkan (memajukan)

kesejahteraan bangsa merupakan amanat dari pembukaan UUD 1945

alenia ke-4. Artinya penanggulangan kemiskinan merupakan bagian

dari upaya (proses) mewudkan cita-cita kita berbangsa dan bernegara.

Validasi data kemiskinan merupakan bagian dari rangkaian

proses penanggulangan kemiskinan. Untuk bisa menghasilkan data

yang akurat, yang kuat, dan sesuai dengan fakta lapangan.

Penanggulangan kemiskinan akan sangat sulit untuk dilakukan jika

tidak berdasarkan pada data yang akurat. Tanpa basis data yang kuat

akan sulit untuk menemukan penyebab dari kemiskinan, sulit untuk

menentukan pilihan kegiatan yang tepat, sulit untuk menentukan lokasi

prioritas, dan juga sulit untuk menentukan kebutuhan anggaran.

Kesulitan Mentawai dalam penanggulangan kemiskinan,

khususnya melakukan validasi data, belum mendapatkan bimbingan

atau arahan khusus dari pemerintah pusat dan provinsi. Tidak adanya

22
arahan kusus ini juga menjadi salah satu penyebab tidak bergeraknya

TKPK-Mentawai.

A.2 Rendahnya Pengetahuan Stakeholder Terkait (Pemda,

Lembaga Sosial, Lembaga Agama, Pemdes, dan Masyarakat Luas)

Tentang Bahaya Stunting

Stunting adalah gangguan tumbuh kembang pada anak yang

disebabkan oleh kurangnya gizi kronis dan infeksi berulang. Tanda-

tanda anak stunting bisa dilihat dari tinggi dan berat badan yang tidak

sesuai dengan usia. Atau dari hasil pemantauan, tinggi dan berat

badannya tidak ada kemajuan dari penimbangan awal. Standar dari

tinggi dan berat badan ini merujuk pada standar yang dilkeluarkan oleh

Menteri Kesehatan RI.

Dampak buruk stunting adalah rendahnya kualitas fisik anak-

anak, termasuk otaknya. Kecerdasan bang sa menurun. Fisik lemah

dan aktivitas sehari-hari tidak optimal. Lebih jauh lagi stunting ini akan

berdampak pada rendahnya indek pembangunan manusia.

Bonus demografi atau surplus demografi merupakan suatu

kebaikan (hal positif) dalam pembangunan,. Tetapi akan menjadi

petaka jika bonus atau surplus domografi tersebut adalah dalam kondisi

stunting. Bukannya memajukan negara, malah menambah (menjadi)

beban negara. Kemajuan bangsa akan sulit dicapai jika generasi

penerus berada dalam kondisi stunting. Untuk itu pemerintah dengan

23
semangat tinggi berupaya keras dalam menurunkan prevalensi stunting

di masyarakat.

Di Mentawai, angka prevalensi stuntingnya cukup tinggi, yakni

32% ditahun 2022. Angka tersebut mengalami kenaikan, yang

sebelumnya di tahun 2021 berada di angka 27,3%. Pemkab Mentawai

berkomitmen untuk menurunkan angka prevalensi stunting ini untuk

bisa mendukung target penurunan stunting nasional sampai di angka

14% di tahun 2024. Itu berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI)

yang dilakakan oleh Kementerian Kesehatan RI.

Desa menjadi ujung tombak dalam penurunan prevalensi

stunting. Untuk itu pihak desa (pemerintah, masyarakat dan unsur

lainnya) harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang stunting ini.

Mulai dari dampak, faktor penyebab, dan strategi nasional dalam

penanggulangannya. Termasuk salah satu yang penting adalah rembuk

stunting sebagai strategi dalam penurunan prevalensi stunting.

Dalam kurun waktu Desember 2022, Bappeda melakukan

monitoring dan evaluasi kegiatan penurunan stunting di kecamatan dan

di desa. Salah satu temuannya adalah belum utuhnya informasi tentang

stunting di tingkat desa. Banyak pemerintah desa belum paham tentang

stunting.

Indikatornya terlihat dari ketidak tahuan mereka tentang rembuk

stunting. Sebagian ada yang tahu, pernah dengar, tapi tidak paham

substansi dari persoalan stanting dan pentingnya rembuk stunting

24
sebagai salah satu upaya penurunan prevalensi stanting itu. Adapun

desa yang telah melakukan rembuk stunting, ada bukti administrasinya,

tapi mereka malah bingung ketika kita tanyakan tentang rembuk

stunting itu.

Stunting hanya dilihat dari kaca mata administrasi saja.

Sehingga penanganannya atau aktivitasnya hanya mekanik, pemuas

administrasi saja. Artinya tidak ada kesadaran secara organik akan

bahaya stunting. Kondisi ini menyebabkan penangan dilapangan tidak

maksimal.

Padahal desa merupakan ujung tombak dari penurunan

prevalensi stunting. Namun substansi tentang stunting ini tidak sampai

di Desa. Baik itu di aparatur pemerintahannya ataupun masyarakat luas

yang ada di desa itu.

Memang secara administrasi, untuk pencaiaran dan desa,

DPMDP2KB telah mewajibkan adanya laporan pelaksanaan kegiatan

rembuk stunting. Tapi sekali lagi itu hanya persoalan administrasi dan

bisa dengan mudah dipenuhi oleh desa. Tapi desa tidak tahu substansi

dari pentingnya kegiatan rembuk stunting. Indikatornya jelas ketika kita

diskusi dengan Desa Matobek dan Sikakap. Secara administrasi

mereka telah melakukan rembuk stunting, buktinya lengkap. Tapi

mereka gagap ketika kita tanya tentang rembuk stunting itu.

Contoh lainnya adalah tentang program pemberian makanan

tambahan. Laporannya hanya sebatas “desa telah membelanjakan

25
anggaran makan tambahan gizi”. Tapi apakah makanan tambahan itu

tepat sasaran, apaka diberikan kepada keluarga yang berisiko stunting

atau yang memang stunting? Itu tidak bisa dipastikan, salah satunya

karena kaca matanya masih administrasi belaka.

Dari 43 desa yang ada di Mentawai, hanya 2 desa yang bisa kita

kecualikan dari narasi di atas, yaitu Desa Taikako dan Silabu. Kepala

desa dan stafnya paham tentang stunting. Berdasarkan pemahaman

akan bahaya stunting mereka menganggarkan dana desa khusus untuk

aktivitas penurunan prevalensi. Bukan hanya anggaran untuk rembuk,

tapi mereka juga anggarkan dan dan desa untuk melakukan validasi

data anak-anak stunting di Desa mereka.

Lebih jauh lagi, kalau kita teliti lebih detail, maka akan dapat kita

temukan bahwa beberapa OPD di Pemda Mentawai juga belum

menyadari betul bahaya stunting ini. Indikatornya jelas, apalgi dalam

rapat-rapat tentang stunting. Termasuk juga saat pengambilan data

disetiap OPD. Sulitnya bukan main.

A.3 Masih belum maksimalnya manajemen data di Bidang

Perencanaan Pembangunan Manusia, Masyarakat, Sosial, Budaya

dan Pemerintahan

Surat-surat, SK, dan dokumen lainnya yang ada di bidang

perencana pembangunan manusia, sosial, budaya, dan pemerintah

pada dasarnya sudah diarsipkan. Hanya saja pengarsipannya ini masih

26
belum maksimal. Sehingga masih kesulitan dalam mencari satu

dokume yang dibutuhkan. Bahkan masih dalam satu tahun yang sama.

Persoalnnya terkadang ada pada urutannya yang tidak urut.

Kemudian Terkadang tempat penyimpanannya yang salah. Ada juga

yang hilang ntah kemana.

B. Analis Core Isu

B.1 Penetapan Isu Utama

Penetapan isu utama dilakukan dengan menggunakan metode

APKL. Yaitu dengan cara memilih berdasarkan pada akumulasi nilai

dari APKL pada setiap isu. A itu adalah aktual

APKL merupakan singkatan dari Aktual, Problematik,

Kekhalayakan, dan Layak. Aktual artinya muncul ditengah-tengah

masyarakat saat ini, menjadi persoalan publik. Problematik artinya

kompleksitas persoalan yang tinggi. Kekhalayakan artinya menjadi

persoalan banyak orang, mempengaruhi hajat hidup orang banyak.

Layak artinya masuk akal, realistis, terukur, dan bisa diselesaikan.

Untuk penilaian diberikan skala 1 – 5, yakni:

1 = Sangat Rendah
2 = Rendah
3 = Sedang
4 = Tinggi
5 = Sangat Tinggi

No Isu Kriteria Isu Jumlah Peringkat


A P K L

27
1 Masih lemahnya akurasi data penduduk 5 5 5 5 20 1
miskin di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
2 Rendahnya Pengetahuan Stakholder Terkait 5 5 4 4 28 2
(Pemda, Masyarakat, Lembaga Sosial,
Lembaga Agama, dll) Tentang Bahaya
Stunting.
3 Masih belum maksimalnya manajemen data 4 4 2 3 13 3
di Bidang Perencanaan Pembangunan
Manusia. Masyarakat, Sosial, Budaya dan
Pemerintahan

Hasil penggunaan metode APKL diketahui bahwa isu yang

paling aktual, paling problematik, menyentuh hidup orang banyak, dan

layak untuk dikedepankan adalah isu tentang masih lemahnya akurasi

data persentase penduduk miskin Kabupaten Kepulauan Mentawai. Ini

berkaitan dengan upaya penurunan angka kemiskinan di Kabupaten

Kepulauan Mentawai. Yang berdasarkan pada data BPS masih teratas

persentasenya di Sumatera Barat dalam kurun waktu enam tahun

terakhir.

B.2 Analisis Penyebab Core Isu

Untuk mengetahui dan memberikan peringkat dari penyebab

masih lemahnya akurasi data penduduk miskin di Kabupaten

Kepulauan Mentawai digunakan metode USG. USG itu singkatan dari

Urgency, Seriousness, dan Growth.

Urgency artinya seberapa penting atau seberapa mendesak

suatu penyebab isu ini dibahas, dianalisis dan ditindak lanjuti.

28
Seriousness, artinya seberapa seius isu itu dibahas dan dikaitkan

dengan akibat yang akan ditimbulkan. Growth artinya seberapa besar

kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditanganni.

Penilaiannya digunakan angka dengan skala 1 – 5.

1 = Sangat rendah
2 = Rendah
3 = Sedang
4 = Tinggi
5 = Sangat Tinggi
Tabel : Penyebab Core Isue dengan analisa USG

Isu U S G Total Prioritas


No
1 Belum maksimalnya upaya validasi 5 5 5 15 1
data penduduk miskin di Kabupaten
Kepulauan Mentawai
2 Belum maksimalnya peran TKPK-D 4 4 3 11 3
dalam menjalankan fungsi
menyiapkan kebutuhan data yang
valid tentang kemiskinan.
3 Masih rendahnya komitmen Pemda 4 4 5 13 2
dan Stakholder lainnya dalam upaya
penanggulangan kemiskinan daerah.

C. Gagasan Kreatif Penyelesaian Core Isu

Dari rangkaian analisa dengan menggunakan teknik APKL dan

USG diketahui bahwa “belum dilakukannya validasi data penduduk

miskin di Kabupaten Kepulauan Mentawai” menjadi persoalan utama

yang perlu dicarikan solusinya. Dicarikan ide kreatif penyelesaian

masalah tersebut. Aktivitas paling tepat dalam penyelesaian masalah

29
itu adalah melakukan validasi data penduduk miskin melalui koordinasi

dan kolabrasi data di Kecamatan Sipora Utara.

Peran desa sebagai ujung tombak pembangunan harus bisa

dimaksimalkan. Termasuk dalam melakukan validasi data penduduk

miskin sebagai upaya dalam penanggulangan kemiskinan daerah.

Desa adalah pihak yang paling mengetahui tentang kondisi

masyarakatnya.

Kegiatan yang dilakukan dalam memvalidasi data penduduk

miskin ini adalah sebagai berikut:

1. Konsulstasi dengan Mentor untuk melaksakan aktualisasi.

2. Koordinasi dengan Kepala Bidang Analisis Data

Pembangunan, Perencanaan Program, Pengendalian,

Evaluasi, Pelaporan Peneltian, dan Pengembangan di

BAPPEDA untuk mendapatkan data P3KE dan hal lainnya.

3. Koordinasi dengan bidang Sosial di Dinas Sosial dan P3A

untuk mendapatkan data keluarga penerima manfaat PKH

dan bantuan sosial lainnya.

4. Koordinasi dengan Bidang Pengendalian Penduduk dan KB

di DPMDP2KB untuk mendapatkan data keluarga pra

sejahtera

5. Koordinasi dengan BPS tentang kriteria miskin atau

indokator dari kemiskinan serta tekhnik survey yang

dilakukan

30
6. Sinkronisasi data-data yang telah didapatkan.

7. Koordinasi dengan pemerintahan desa untuk mengkroscek

atau mengupdate data penduduk miskin yang didapat dari

hasil sinkronisasi.

8. Penulisan laporan hasil validasi data penduduk miskin

Kebupaten Kepulauan Mentewai.

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan koordinasi

adalah untuk melihat dasar dari penetapan kemiskinan. Kriteria atau

indikator yang menjadi dasar untuk menentukan seseorang miskin atau

tidak.

BAB IV

CAPAIAN PELAKSANAAN AKTUALISASI

A. Matrik Jadwal Kegiatan Aktualisasi

Tabel. Jadwal Rencana Kegiatan Aktualisasi

Maret April
No Kegiatan
I II III IV I II III IV
1 Melakukan koordinasi dengan
Mentor
2 Melakukan koordinasi dengan
Kepala Bidang Analisis Data
Pembangunan, Perencanaan
Program, Pengendalian,
Evaluasi, Pelaporan Peneltian,
dan Pengembangan di
BAPPEDA
3 Melakukan Pengkajian dan
Kolaborasi Data Dengan; Dinas
Sosial dan P3A, DPMDP2KB,
dan BPS Kabupaten Kepulauan
Mentawai

31
4 Melakukan sinkronisasi data
5 Melakukan koordinasi dengan
pemerintahan desa
6 Penulisan laporan

Pada umunya kegiatan berjalan sesuai dengan yang direncanakan

berdsarkan pada tabel di atas. Hanya saja ada beberapa kegiatan yang

tidak dilakukan atau yang kemudian sedikit digeser tanggal pelaksanaannya.

Perubahan tersebut disebabkan karena adanya tingginya dinamika

lapangan. Hal yang sangat wajar mengingat kita tidak berhadapan dengan

ruang kosong.

Pertama kegiatan point ke-tiga, melakukan pengkajian dan

kolaborasi data, ini tidak dilakukan. Disebabkan karena memang data P3KE

itu merupakan hasil dari koordinasi dan kolaborasi data antara PK21

(digunakan oleh DPMDP2KB), DTKS (digunakan oleh Dinas Sosial dan

P3A), Kemendagri, dan Kemenkeu. Hal ini memang luput dari perhatian

pada saat membuat rancangan aktualisasi.

Sehingga yang dilakukan adalah melakukan validasi data P3KE

langsung ke desa-desa. Melibatkan pemerintahan desa dan untuk sebagian

kecil langsung berdiskusi dan melihat rumah penduduk yang terdaftar

dalam P3KE.

B. Matrik Pelaksanaan Aktualisasi

Unit Kerja : Analis Sosial Budaya – Bidang Perencanaan

Pembangunan Manusia, Masyarakat, Sosial,

32
Budaya, dan Pemerintahan-Bappeda Kabupaten

Kepulauan Mentawai.

Identifikasi Isu : Isu yang teridentifikasi 3 buah

1. Masih lemahnya akurasi data penduduk

miskin di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

2. Rendahnya Pengetahuan Masyarakat Desa

Tentang Bahaya Stunting

3. Masih belum maksimalnya manajemen data

di Bidang Perencanaan Pembangunan

Manusia, Masyarakat, Sosial, Budaya dan

Pemerintahan

Isu yang : “Masih lemahnya akurasi data penduduk miskin di

Diangkat Kabupaten Kepulauan Mentawai”

Gagasan : Melakukan validasi data penduduk miskin dengan

Pemecahan Isu membangun komunikasi dengan pihak desa

(pemerintahan, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan

unsru masyarakat lainnya).

33
34
N Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Penguatan
o mata Pelatihan (Ber- Terhadap Nilai Ber-
AKHLAK) Visi/Misi AKHLAK di
Organisasi Organisasi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1 Melakukan 1. Mempersiapka Tersedianya bahan Akuntabel: saya akan Mendukung Memperkua
koordinasi n koordinasi. yang akan mempertanggungjawabka misi ke-4 t nilai loyal,
dengan mentor dikoordinasikan. n semua bahan Bappeda adaptif, dan
koordinasi. yaitu akuntabel
Kompeten: saya akan “mewujudka di Bappeda
membuat daftar n tata kelola
kebutuhan dengan detail, pemerintaha
sitematis dan terstruktur. n yang
Adaptif: saya akan profesional,
menggunakan TI dalam bersih dan
penyiapan koordinasi akuntabel
2. Melakukan TersedianyaDokumenta Adaptif: saya akan
Koordinasi si berupa foto dan menggunakan TI dan
catatan hasil dari menyesuaikan dengan
koordinasi. situasi dan kondisi mentor
Harmonis : Menjaga dan
mengembang
keselarasan antar suku
bangsa.
Kolaboratif: Saya akan

35
membangun komunikasi
dengan baik untuk
mewujudkan kerjasama
yang berkelanjutan.
Kompeten: Saya akan
mencatat dan
mendokumentasikan
dengan baik hasil dari
koordinasi ini.
3. Meminta izin Adanya izin dari Mentor Loyal:
melakukan untuk melakkan saya akan patuh dan taat
kegiatan kegiatan validasi data. untuk melaksanakan
validasi data perintah atasan
kemiskinan Akuntabel: saya akan
melakukan tugas dengan
jujur dan
bertanggungjawab.
Kompeten:
meningkatkan komptensi
diri untuk bisa
melaksanakan tugas
dengan baik.
2 Koordinasi 1. Mempersiapkan Tersedianya kebutuhan Akuntabel: saya akan Mendukung Memperkua
dengan bidang perlengkapan data dan bahan untuk mempertanggungjawabka misi ke-4 t nilai loyal,
Analisa Data kebutuhan data. dikoordinasikan n semua bahan Bappeda adaptif, dan

36
Pembangunan, koordinasi. yaitu akuntabel
Perencanaan Kompeten: saya akan “mewujudka di Bappeda
Program, daftar kebutuhan dengan n tata kelola
Pengendalian, detail, sitematis dan pemerintaha
Evaluasi, terstruktur. n yang
Pelaporan Adaptif: saya akan profesional,
Peneltian, dan menggunakan TI dalam bersih dan
Pengembanga penyiapan koordinasi akuntabel
n di BAPPEDA 2. Melakukan Adanya surat tugas dan Loyal:
di koordinasi catatan hasil saya akan patuh dan taat
dengan mentor koordinasi. untuk melaksanakan
perintah atasan
Akuntabel: saya akan
melakukan tugas dengan
jujur dan
bertanggungjawab.
Kompeten:
meningkatkan komptensi
diri untuk bisa
melaksanakan tugas
dengan baik.
3. Melakukan Tersedianya Data Akuntabel: saya akan Memperkua
koordinasi. penduduk miskin dari mempertanggungjawabka t nilai loyal
P3KE dan catatan n setiap data yang saya dan
penting lainnya tentang terima. harmonis,

37
kemiskinan Adaptif: saya akan serta
menggunakan TI dan kolaboratif
menyesuaikan dengan antar
situasi dan kondisi mentor bidang.
Harmonis : Menjaga dan
mengembang
keselarasan antar suku
bangsa.
Kolaboratif: Saya akan
membangun komunikasi
dengan baik untuk
mewujudkan kerjasama
yang berkelanjutan.
Kompeten: Saya akan
mencatat dan
mendokumentasikan
dengan baik hasil dari
koordinasi ini.
3 Melakukan 1. Mempersiapka Tersedianya bahan Akuntabel: saya akan Mendukung Memperkua
pengkajian dan n untuk koordinasi mempertanggungjawabka misi ke-4 t nilai loyal
kolaborasi data perlengkapan n semua bahan Bappeda dan
dengan: Dinas kebutuhan koordinasi. yaitu harmonis,
Sosial dan data. Kompeten: saya akan “mewujudka serta
P3A, daftar kebutuhan dengan n tata kelola kolaboratif
DPMDP2KB, detail, sitematis dan pemerintaha antar

38
dan BPS terstruktur. n yang bidang di
Kabupaten Adaptif: saya akan profesional, Bappeda.
Kepulauan menggunakan TI dalam bersih dan
Mentawai penyiapan koordinasi akuntabel
2. Melakukan Adanya izin dari Mentor Loyal:
koordinasi untuk melakukan saya akan patuh dan taat
dengan kegiatan validasi data. untuk melaksanakan
mentor perintah atasan
tentang Akuntabel: saya akan
persiapan melakukan tugas dengan
data yang jujur dan
sudah dibuat. bertanggungjawab.
Kompeten:
meningkatkan komptensi
diri untuk bisa
melaksanakan tugas
dengan baik.
3. Melakukan Data penduduk Akuntabel: saya akan
koordinasi. penerima PKH dan mempertanggungjawabka
bantuan sosial lainnya. n setiap data yang saya
terima.
Adaptif: saya akan
menggunakan TI dan
menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi mentor

39
Harmonis : Menjaga dan
mengembang
keselarasan antar suku
bangsa.
Kolaboratif: Saya akan
membangun komunikasi
dengan baik untuk
mewujudkan kerjasama
yang berkelanjutan.
Kompeten: Saya akan
mencatat dan
mendokumentasikan
dengan baik hasil dari
koordinasi ini.
1. Mempersiapka Tersedianya bahan Akuntabel: saya akan Mendukung Memperkua
n untuk koordinasi mempertanggungjawabka misi ke-4 t nilai loyal
perlengkapan n semua bahan Bappeda dan
kebutuhan koordinasi. yaitu harmonis,
data. Kompeten: saya akan “mewujudka serta
daftar kebutuhan dengan n tata kelola kolaboratif
detail, sitematis dan pemerintaha antar OPD.
terstruktur. n yang
Adaptif: saya akan profesional,
menggunakan TI dalam bersih dan
penyiapan koordinasi akuntabel

40
1. Melakukan Adanya surat tugas dan Loyal:
koordinasi catatan hasil saya akan patuh dan taat
dengan koordinasi. untuk melaksanakan
mentor perintah atasan
Akuntabel: saya akan
melakukan tugas dengan
jujur dan
bertanggungjawab.
Kompeten:
meningkatkan komptensi
diri untuk bisa
melaksanakan tugas
dengan baik.
2. Melakukan Data keluarga Akuntabel: saya akan
koordinasi. prasejahtera mempertanggungjawabka
n setiap data yang saya
terima.
Adaptif: saya akan
menggunakan TI dan
menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi mentor
Harmonis : Menjaga dan
mengembang
keselarasan antar suku
bangsa.

41
Kolaboratif: Saya akan
membangun komunikasi
dengan baik untuk
mewujudkan kerjasama
yang berkelanjutan.
Kompeten: Saya akan
mencatat dan
mendokumentasikan
dengan baik hasil dari
koordinasi ini.
1. Mempersiapka Tersedianya daftar Akuntabel: saya akan Mendukung Memperkua
n bahan kebutuhan untuk mempertanggungjawabka misi ke-4 t nilai loyal
diskusi koordinasikan n semua bahan Bappeda dan
koordinasi. yaitu harmonis,
Kompeten: saya akan “mewujudka serta
daftar kebutuhan dengan n tata kelola kolaboratif
detail, sitematis dan pemerintaha dengan
terstruktur. n yang instansi
Adaptif: saya akan profesional, vertikal.
menggunakan TI dalam bersih dan
penyiapan koordinasi akuntabel
2. Koordinasi Adanya surat tugas dan Loyal:
dengan catatan hasil koordinasi saya akan patuh dan taat
atasan/mentor lainnya untuk melaksanakan

42
perintah atasan
Akuntabel: saya akan
melakukan tugas dengan
jujur dan
bertanggungjawab.
Kompeten:
meningkatkan komptensi
diri untuk bisa
melaksanakan tugas
dengan baik.
3. Melakukan Indikator kemiskinan Akuntabel: saya akan
koordinasi menurut BPS dan mempertanggungjawabka
metode pengambilan n setiap data yang saya
data. terima.
Adaptif: saya akan
menggunakan TI dan
menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi mentor
Harmonis : Menjaga dan
mengembang
keselarasan antar suku
bangsa.
Kolaboratif: Saya akan
membangun komunikasi
dengan baik untuk

43
mewujudkan kerjasama
yang berkelanjutan.
Kompeten: Saya akan
mencatat dan
mendokumentasikan
dengan baik hasil dari
koordinasi ini.
4 Melakukan 1. Memilah Adanya satu Kompeten, saya akan Mendukung Memperkua
Pengkajian indikator yang rumusan indikator melakukan analisa misi ke-4 t kompten,
dan Kolaborasi digunakan oleh kemiskinan. dengan teliti terhadap Bappeda dan
Data Dengan; masing-masing setiap indikator yang yaitu akuntabel
Dinas Sosial instansi dalam digunakan. “mewujudka Bappeda.
dan P3A, menentukan Akuntabel: saya akan n tata kelola
DPMDP2KB, kemiskinan. mempertanggungjawabka pemerintaha
dan BPS n rumusan indikator yang n yang
Kabupaten saya hasilkan. profesional,
Kepulauan Adaptif: saya akan bersih dan
Mentawai mempelajari dan akuntabel
menggunakan teknik
analisa atau metode yang
sesuai.
2. Membuat Adanya daftar nama Kompeten: menyusun
daftar penduduk miskin daftar nama penduduk
penduduk yang akan miskin dengan terstruktur
miskin. diverifikasi dan cermat.

44
Akuntabel: saya akan
mempertanggungjawabka
n setiap data yang saya
hasilkan (daftar penduduk
miskin).
Berorientasi Pelayanan:
Saya akan profesional
dalam membuat daftar
nama.

3. Melakukan Catatan hasil Loyal:


koordinasi koordinasi. saya akan patuh dan taat
dengan untuk melaksanakan
mentor. perintah atasan
Akuntabel: saya akan
melakukan tugas dengan
jujur dan
bertanggungjawab.
Kompeten:
meningkatkan komptensi
diri untuk bisa
melaksanakan tugas
dengan baik.
5 Melakukan 1. Menyiapkan Adanya daftar nama Akuntabel: saya akan Mendukung Kolaboratif
verifikasi nama-nama penduduk miskin mempertanggungjawabka misi ke-4 dan

45
(kroscek) data penduduk perdesa dan dusun. n semua bahan Bappeda harmonis.
dengan miskin. koordinasi. yaitu
Pemerintahan Kompeten: saya akan “mewujudka
Desa daftar kebutuhan dengan n tata kelola
detail, sitematis dan pemerintaha
terstruktur. n yang
Adaptif: saya akan profesional,
menggunakan TI dalam bersih dan
penyiapan koordinasi akuntabel
2. Koordinasi Adanya catatan hasil Loyal:
dengan mentor koordinasi dan surat saya akan patuh dan taat
tugas. untuk melaksanakan
perintah atasan
Akuntabel: saya akan
melakukan tugas dengan
jujur dan
bertanggungjawab.
Kompeten:
meningkatkan komptensi
diri untuk bisa
melaksanakan tugas
dengan baik.
3. Melakukan Data penduduk miskin Adaptif: saya akan
kroscek data yang telah divalidasi. menggunakan TI dan
dengan menyesuaikan dengan

46
pemerintahan situasi dan kondisi desa
desa (pemerintahan, dan unsur
masyarakat lainnya).
Harmonis : Menjaga dan
mengembang
keselarasan antar suku
bangsa.
Kolaboratif: Saya akan
membangun komunikasi
dengan baik untuk
mewujudkan kerjasama
yang berkelanjutan.
Kompeten: Saya akan
mencatat dan
mendokumentasikan
dengan baik hasil dari
koordinasi ini.
4. Merekap semua Daftar nama penduduk Kompeten: saya akan
keterangan dari miskin berdasarkan merekap dengan baik dan
pemerintahan wilayah dan kondisi teliti, sistematis, dan
desa. sosialnya. terstruktur.
Akuntabel: saya akan
bertanggungjawab atas
rekapan yang saya buat.
Berorientasi Pelayanan:

47
saya akan merekap data
dengan profesional.
6 Membuat 1. Menyiapkan Adanya satu format Akuntabel: saya akan Mendukung Akuntabel
laporan format laporan. laporan sebagai rujukan mempertanggungjawabka misi ke-1 dan
validasi data penulisan. n format laporan yang Bappeda kompeten
kemiskinan saya susun. yakni
Kabupaten Kompeten: saya akan mewujudkan
Kepulauan daftar kebutuhan dengan sumber daya
Mentawai. detail, sitematis dan manusia
terstruktur. yang sehat,
Adaptif: saya akan cerdas, dan
menggunakan TI dalam produktif.
penyiapan format laporan
2. Menyiapkan Tersedianya semua data Akuntabel: saya akan
data – data untuk kebutuhan mempertanggungjawabka
untuk laporan. penulisan. n semua data yang saya
sediakan.
Kompeten: saya akan
daftar kebutuhan dengan
detail, sitematis dan
terstruktur.
Adaptif: saya akan
menggunakan TI dalam
penyiapan koordinasi
Berorientasi Pelayanan:

48
memperhatikan dengan
cermat setiap data
sehingga tidak ada yang
terlewatkan.
3. Membuat Adanya satu laporan Akuntabel: saya akan
(menulis) validasi data kemiskinan mempertanggungjawabka
laporan Kabupaten Kepulauan n laporan validasi data.
validasi data Mentawai Kompeten: saya akan
kemiskinan menulis dengan baik
sesuai dengan standar
penulisan laporan, detail,
sitematis dan terstruktur.
Adaptif: saya akan
menggunakan TI dalam
penulisan laporan
Berorientasi Pelayanan:
saya akan menuliskan
laporan dengan
profesional.
4. Menyerahkan Validasi data kemiskin Loyal:
laporan data sampai di tangan mentor saya akan patuh dan taat
kemiskinan (atasan) untuk segera untuk melaksanakan
ditindak lanjuti. perintah atasan
Akuntabel: saya akan
melakukan tugas dengan

49
jujur dan
bertanggungjawab.
Kompeten:
meningkatkan komptensi
diri untuk bisa
melaksanakan tugas
dengan baik.

C. Matrik Rekapitulasi Rencana Habituasi NND PNS (BerAKHLAK)

Jumlah
Mata K1 K2 K3 K4 K5 K6
No Aktualisasi/MP
Pelatihan
R1 R2 R1 R2 R1 R2 R1 R2 R1 R2 R1 R2 R1 R2
1 Berorientasi 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 3 3
pelayanan
2 Akuntabel 2 2 3 3 6 6 3 3 3 3 20 20
3 Kompeten 3 3 3 3 6 6 4 4 4 4 23 23
4 Harmonis 1 1 1 1 3 3 1 1 0 0 6 6
5 Loyal 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 8 8
6 Adaptif 2 2 2 2 6 6 2 2 3 3 16 16
7 Kolaboratif 0 0 1 1 3 3 1 1 0 0 5 5
Jumlah MP 9 9 11 11 27 27 13 13 13 13 81 81
yang

50
diaktualisasikan
per Kegiatan

Keterangan: K1 = Kegiatan 1 R 1 = Rencana


K2 = Kegiatan 2 R 2 = Realisasi

51
D. Capaian Penyelesaian Core Isu

Kondisi Core Isu

Sebelum Aktualisasi Sesudah Aktualisasi

Masih lemahnya akurasi data P3KE Pasca dilakukannya aktualisasi,

sebagai representasi penduduk miskin ditemukan adanya beberapa nama yang

di Kecamatan Sipora Utara Kabupaten tidak layak masuk dalam data P3KE.

Kepulauan Mentawai. Hal ini di indikasi Dikatakan tidak layak karena mereka

dengan belum dilakukankannya menerima gaji dari negara. Ada aparatur

verifikasi data penduduk yang terdaftar desa, ASN. Selain itu ada juga pengusaha

dalam data P3KE (Pensasaran atau pedagang yang cukup besar.

Percepatan Penurunan Kemiskinan Sebagian lagi ada yang sudah lama

Ekstrim). meninggal dan ada juga pindah.

E. Manfaat Terselesaikannya Core Isu

Pertama, secara pribadi ini bermanfaat bagi peningkatan kapasitas

penulis sebagai CPNS di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Menambah

pengetahuan terkait dengan kondisi kemisinan di Mentawai dan bentuk

intervensi yang sudah dilakukan.

Kedua, manfaat bagi instansi, khususnya Bappeda Kabupaten

Kepulauan Mentawai, ini merupakan informasi bahwa data P3KE itu

memang bisa menjadi acuan untuk melakukan intervensi.

52
Ketiga, manfaat bagi stakeholder lainnya adalah sebagai media

pembelajaran. . Instansi dalam bisa memanfaatkan hasil dari temuan

lapangan untuk mengambil pilihan tindakan strategis. ma

53
F. Rencana Tindak Lanjut Hasil Aktualisasi

Secara garis besar, rencana tindak lanjut yang ditawarkan adalah melakukan inisiasi program validasi data

kemiskinan di Mentawai. Kabupaten Kepulauan Mentawai ditargetkan menjadi pilot projek revisi kebijakan verifikasi

pendataan kemiskinan nasional. Beriut uraian kegiatan-kegiatan dalam upaya mewujudkan hal tersebut..

No Kegiatan Output Durasi dan Parapihak Terlibat Sumber Keterangan


Waktu Daya
1 Kajian tentang kondisi sosial Adanya satu 2 Bulan Bappeda, Dinas APBD
dan budaya masyarakat rumusan rumusan Sosial dan P3A,
Mentawai tentang kriteria DPMDP2KB, Dinas
kemiskinan Pertanian, BPS dan
Perguruan Tinggi.
2 Merumuskan kriteria Adanya satu 3 Bulan Bappeda, Dinas APBD
kemiskinan berdasarkan kriteria kemiskan Sosial dan P3A,
hasil kajian yang diperkuat sebagai acuan DPMDP2KB, Dinas
dengan Perda atau Perbup dalam mendeteksi Pertanian, dan
dan mendata BPS.
masyarakat miskin
di Kabupaten
Kepulauan
Mentawai.
3 Melakukan pendataan Adanya nama- Bappeda dan Dinas APBD
penduduk miskin nama masyarakat Sosial dan P3A,
berdasarkan pada kriteria miskin yang layak
yang telah ditetapkan untuk

54
mendapatkan
bantuan dari
pemerintah
4 Memperkuat jejaring sosial Adanya petugas 1 Bulan Bappeda, Dinas APBD
(pilar sosial) yang telah ada lapangan yang Sosial dan P3A,
memiliki komptensi DPMDP2KB, dan
teknis di bidang BPS.
pendataan dan
pemberdayaan
masyarkat.
5 Mendorong diterapkannya Adanya legalitas 4 Bulan Bappeda, Dinas APBD
perhutan sosial sebagai alat pengelolaan Sosial dan P3A,
peningkatan kesejahteraan kawasan hutan DPMDP2KB, Dinas
dengan tetap menjaga oleh masyarakat Pertanian, dan
kelestarian kawasan hutan. yang berda di BPS.
dalam dan
disekitar kawasan
hutan

55
BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Aktualisasi / Habituasi Mata Pelatihan

a. Kegiatan Ke 1

Dalam melakukan kegiatan ini, diterapkan nilai-nilai akuntabel,

kompeten, harmonis, loyal, dan adaptif.

b. Kegiatan ke 2

Kegiatan ini mengaplikasikan nilai-nilai akuntabel, kompeten,

harmonis, loyal, dan adaptif.

c. Kegiatan ke 3

Kegiatan ini menerapkan nilai-nilai akuntabel, kompeten,

harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif.

d. Kegiatan ke 4

Kegiatan ini tidak dilakukan sesuai dengan rencana awal

karena data P3KE telah dihasilkan dari sinkronisasi dengan

DTKS, PK21, Kemendagri dan Kemenkeu.

e. Kegiatan ke 5

Pada kegiatan ini diterapkan nilai-nilai berorientasi pelayanan,

akuntabel, kompeten, loyal, adaptif dan kolaboratif.

f. Kegiatan ke 6

Kegiatan ini menerapkan nilai-nilai berorientasi pelayanan,

akuntabel, kompeten, loyal, adaptif, dan kolaboratif.

56
2. Gagasan Kreatif Penyelesaian Isu

Dalam upaya penyelesaian core isu ini saya langsung turun

kelapangan. Melakukan koordinasi, diskusi dengan Dinas Sosial,

DPMDP2KB, dan BPS. Ketiga pihak tersebut sudah berpengalaman

dalam persoalan kemiskinan.

Kemudian dilakukan diskusi, verifikasi data dari satu desa ke

desa lainnya. Bahkan berkunjung langsung ke beberapa rumah yang

terdaftar dalam data P3KE. Melihat kondisi rumah mereka dan

kehidupan mereka secara langsung.

3. Capaian Hasil Penyelesaian Core Isu

Dinas Sosial dan P3A merupakan OPD yang paling akrab

dengan kemiskinan. Mereka jauh lebih berpengalaman dibandingkan

dengan OPD lainnya dalam hal kemiskinan. Termasuk juga

persoalan sosial lainnya. Dalam bahasa agama dinas sosial dan P3A

itu sudah khatam dalam soal kemiskinan, betul-betul kaffah.

Pertama dinas sosial mengakui bahwa mereka selalu

kesulitan dalam menerapkan kriteria kemiskinan yang telah

ditetapkan oleh pusat melalui kementerian sosial. Seringkali kriteria

tersebut tidak sesuai dengan kondisi sosial dan budaya Mentawai.

Sehingga menyulitkan dalam menentukan atau menggolongkan

masyarakat mana yang miskin dan berhak mendapatkan rehabilitasi,

jaminan, perlindungan dan pemberdayaan sosial.

Mereka mencontohkan lansia yang dikategorikan dengan usia

60+. Di Mentawai orang yang berusia 60+ masih kuat dalam artian

57
masih mampu melakukan aktivitas sosial sehari - hari, bahkan ada

yang masih memanjat pohon durian. Contoh kriteria lainnya adalah

soal kecemasan untuk tidak makan. Ini sungguh tidak mungkin

terjadi di Mentawai yang surplus makanan. Contoh lainnya adalah

kemiskinan dilihat dari dinding rumah yang terbuat dari kayu dengan

atap dari daun. Bahan bangunan yang paling cocok dengan kondisi

alam Mentawai ya dari kayu dan daun. Ini pulau muda, bebatuannya

batuan muda. Tidak ada batuan keras yang bisa digunakan sebagai

bahan bangunan untuk rumah beton.

Pemerintah daerah harus menetapkan kriteria kemiskinan

yang sesuai dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat Mentawai.

Tidak ada regulasi yang melarangk untuk daerah melakukan

pengkajian dan menetapakan kriteria kemiskinan tersbut. Artinya ada

ruang untuk pemerintah menetapkan kriteria kemiskinan di daerah

dengan perbup ataupun dengan perda.

Dinas sosial memiliki jejaring dari pusat sampai ke tingkat

desa. Ini kemudian bisa dimanfaatkan dengan maksimal untuk

menerapkan kriteria kemiskinan yang sudah di-perda-kan atau di-

perbup-kan. Di desa-desa itu ada Operator Desa, ada Pendamping

PKH, ada PSM, ada TAGANA. Dinas Sosial menyebutnya dengan

istilah “pilar sosial”.

Hanya saja yang jadi pertanyaan sekarang adalah tentang

kesejahteraan dari pilar sosial ini. Tentang gaji mereka. Jangan

sampai para pilar sosial ini pula yang jadi miskin karena aktif

58
maksimal dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan. Selain itu,

pilar sosial tentu akan lebih semangat jika ada penghargaan yang

cukup setimpal atas jasa-jasa mereka dalam penanggulangan

kemiskinan.

Pilar sosial ini merupakan ujung tombak dari upaya

penanggulangan kemiskinan. Mereka memahami dan menguasai

medan (masyarakat). Seharusnya, idealnya, tidak akan ada

kesalahan data jika peran dari pilar sosial ini dioptimalkan. Tidak

akan ada suara-suara yang berteriak tentang bantuan sosial yang

tidak tepat sasaran. Paling tidak kesalahan itu sangat kecil,

manusiawi lah.

Jadi dinas sosial dengan pilar-pilar sosialnya merupakan

garda terdepan dalam intervensi penanggulangan kemiskinan.

Mereka bersentuhan langsung dengan masyarakat. Namun, untuk

data kemiskinan secara nasional yang digunakan adalah data dari

BPS (Badan Pusat Statistik).

BPS melihat dan mengukur kemiskinan dari kemampuan

pengeluaran seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. BPS

menghitung dan menetapkan Garis Kemiskinan pada satu wilayah

sebagai acuan untuk menentukan apakah seseorang itu miskin atau

tidak pada wilayah tersebut. Jika pengeluaran penduduk pada satu

wilayah itu berada dibawah garis kemiskinan maka digolongkan

miskin, begitu sebaliknya.

59
Garis kemiskinan itu sendiri dihitung beradasarkan kebutuhan

konsumsi dan non-konsumsi. Jadi perubahan pada harga-harga

kebutuhan pokok akan berpengaruh pada perubahan angka garis

kemiskinan. Karena itu juga saat menghitung pengeluaran seseorang

itu juga dihitung berdasarkan pada pengeluaran konsumsi dan non-

konsumsi.

Misal, dari penghitungan garis kemiskinan didapatkan bahwa

daerah A itu Rp. 500.000 perkapita perbulan. Maka, orang-orang

yang pengeluarannya itu dibawah Rp.500.000 itu digolongkan miskin.

Untuk mendapatkan angka kemiskinan ini BPS melakukan survey. Di

Mentawai ada 54 blok survey dengan 10 sampel di setiap RT dari

kuota 54 blok surevy tersebut.

Menurut Pak Iskandar Muda, jika pengeluara konsumsi

makanan seseorang lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran

konsumsi non-makanan, maka itu indikasi bahwa seseorang tersebut

bisa dikategorikan miskin. Turunnya angka kemiskinan tahun 2023

sangat mungkin disebabkan oleh “cairnya” semua jenis bantuan

sosial untuk masyarakat. Sehingga pada saat penghitungan (survey)

dilakukan maka ada peningkatan konsumsi masyarakat. Baik

makanan maupun non-makanan. yang berarti juga menurunkan

angka kemiskinan.

Dengan begitu berarti penurunan angka kemiskinan bukan

dalam arti yang substantif. Ini hanya semacam obat pereda rasa

nyeri, ragam bantuan sosial yang didapatkan oleh masyarakat persis

60
seperti obat pereda rasa nyeri. Dia tidak mengobati, tidak

menghilangkan kemiskinan. Hanya untuk sementara membuat

masyarakat memiliki kemampuan ekonomi. Habis bantuan sosial

(apakah itu PKH atau jenis lainnya) maka akan kembali terhitun

miskin karena pengeluarannya kembali berada dibawah garis

kemiskinan.

Kemudian pandangan DPMDP2KB tentang keluarga pra

sejahtera. Keluarga prasejatera dilihat dari penghasilan keluar itu,

dilihat dari kondisi rmahnya apakah layak huni atau tidak. Namun

tetap saja ini berangkat dari cara pandangan dari luar desa (luar

mentawai). Jadi relatif mirip dengan dengan ciri-ciri kemiskinan. Data

yang digunakan dalam melihat kondisi keluarga ini adalah dari data

PK 21 (pendataan keluarga tahun 2021).

DPMDP2KB tidak memiliki program dalam upaya untuk

meningkatkan keluarga prasejahtera ini. Memang ada program

pemberdayaan dalam upaya peningkatan pendapatan keluarga.

Berupa pelatihan pembuatan kerajinan tangan, keripik pisang, dan

lain sebagainya. Hanya saja ini difokuskan pada keluarga yang

menggunaan KB, tidak untuk keluarga yang pra-sejahtera. Kalau ada

keluarga prasejahtera yang mendapatkan pemberdayaan dari

DPMDP2KB maka itu karena mereka menggunakan KB, bukan

karena mereka miskin.

Kita melompat pada deskripsi hasil dari kegiatan koordinasi

dengan enam desa di Kecamatan Sipora Utara. Sebanyak 4.954 KK

61
di Kabupaten Kepulauan Mentawai, menurut data P3KE digolongkan

kedalam tingkat kesejahteraan yang masih rendah. 284 KK

diantaranya berada di Kecamatan Sipora Utara yang merupakan

pusat Ibu Kota Kabupaten. Di dalam angka tersebut ada penduduk

yang rentan miskin, miskin, dan miskin ekstrim.

Ada enam desa yang masuk dalam wilayah administrasi

Kecamatan Sipora Utara, yaitu: Tuapejat, Sido Makmur, Sipora Jaya,

Bukit Pamewa, Goisooinan, dan Betumonga. Semua desa sepakat

mengatakan bahwa tidak ada masyarakat dalam kondisi miskin

ekstrim atau kemiskinan ekstrim. Miskin saja tentu ada, meskipun

pada prinsipnya sulit untuk mengatakan mereka miskin karena masih

punya lahan pertanian dan rumah tempat tinggal.

Miskin dalam bahasa Mentawai adalah magebak, orang

miskin disebut simagebak. Simagebak ini adalah orang yang tidak

memiliki lahan pertanian, tidak memiliki rumah, tidak seperangkat

alat untuk bisa memenuhi kebutuhan subsistensinya seperti yang

dituliskan pada bagian pendahuluan. Ini tidak akan ditemui dalam

masyarakat Mentawai.

Namun terlepas dari itu, dalam konteks validasi data ini kita

tetapt meminta kepada kepala desa, sekretaris desa dan kepala

dusun untuk memberikan pandangannya terhadap kondisi

kesejahteraan masyarakat mereka yang ada dalam data P3KE. Jadi

diantara kita coba untuk memilih, menentukan, orang-orang yang

bisa dikatakan miskin diantara masyarakat yang tidak miskin. yang

62
paling sulitlah secara ekonomi dibandingkan dengan orang lain yang

ada dala data P3KE.

Kemudian menanyakan apakah ada diantara mereka yang

sudah meninggal, sudah pindah, atau yang sudah meningkat

kesejahteraannya. Meminta keterangan terbaru tentang kondisi

sosial dari orang-orang yang ada dalam data P3KE tersebut.

Hasilnya beragam. Ada keluarga yang memang bisa

dikategorikan miskin. Ada keluarga yang sangat tidak tepat masuk

dalam data P3KE. Ada yang sudah pindah dan ada yang sudah lama

meninggal. Ada yang dalam data tidak punya rumah tapi sekarang

sudah punya rumah sendiri. Terakhir ada beberapa keluarga yang

menurut pemerintah desa lebih layak untuk dimasukkan dalam data

P3KE. Berikut tabel detail hasil validasi yang dilakukan.

1. Tabel Rekapitulasi Hasil Validasi Data P3KE

Jumlah
Jumlah Keluarga
Jumlah
Keluarga Yang Tidak Tidak Tidak
No Desa Keluarga Meninggal Pindah
Miskin Pasca Layak Diketahui Miskin
Dalam P3KE
Validasi Terdaftar
Dalam P3KE
1 Tuapejat 48 9 5 1 0 8 25
2 Sido Makmur 20 2 2 1 0 0 15
3 Sipora Jaya 22 7 3 1 0 3 8
4 Bukit Pamewa 26 8 3 0 2 1 12
5 Goisooinan 55 5 10 1 1 0 38
98
7 171 31 (18,1%) 23 (13,5%) 4 3 12
Jumlah (57,3%)

63
2. Tabel Daftar Nama Kepala Keluarga Miskin Hasil Verifikasi Data

P3KE Dengan Pemerintahan Desa.

Desa Tuapejat

Jenis Tanggal
No Desil Dusun Nama KK Pekerjaan Rumah
Kelamin Lahir
Haris 07/07/196 Milik
1 1 Jati Laki-laki Nelayan
Pratama 7 sendiri
Jualan
Yohana
Perempua 22/09/199 ikan,
2 1 Jati Siska Numpang
n 2 pendampin
Samaonai
g keluarga
20/09/196 Milik
3 2 Jati Pidarman Laki-laki Nelayan
8 sendiri
20/09/196 Milik
4 2 Kampung Masril Laki-laki Nelayan
8 Sendiri
05/02/196 Milik
5 2 Jati Alidin Laki-laki Petani
6 sendiri
29/09/197 Milik
6 3 Kampung Winmar Laki-laki Nelayan
2 sendiri
08/08/197 Milik
7 3 Kampung Izal Laki-laki Nelayan
5 sendiri
Roni 10/10/197 Milik
8 3 Kampung Laki-laki Nelayan
Mawardi 7 sendiri
02/02/196 Milik
9 3 Kampung Arkilaus Laki-laki Petani
6 sendiri

Desa Sido Makmur

Jenis Tanggal
No Desil Dusun Nama KK Pekerjaan Rumah
Kelamin Lahir
Sido Jelfry Ap 08/08/198 Pekerja Menump
1 1 Laki-Laki
Makmur Simatupang 7 lepas ang
Sido Rahmad 28/10/198 Pekerja Menump
2 3 Laki-Laki
Makmur Ardiyansah 6 lepas ang

64
Sipora Jaya

Jenis Tanggal
No Desil Dusun Nama KK Pekerjaan Rumah
Kelamin Lahir
Sipora Amrizal 15/03/197 Pekerja Milik
1 3 Laki-laki
Jaya Sakeru 5 lepas sendiri
Sipora 01/07/194
2 3 Zainal Laki-laki wiraswasta Kontrak
Jaya 5
Karang 13/06/197 Wiraswast Menump
3 3 Luat Lubis Laki - laki
Anyar 6 a ang
Tunas 06/05/195 Milik
4 3 Anwar Laki-laki Petani
Baru 5 sendiri
Sipora Nasrul 27/12/197 Pekerja Milik
5 3 Laki-laki
Jaya Nursalim 2 lepas sendiri
Dusun
11/06/195 Tidak Milik
6 3 Karya Nata Laki-laki
2 bekerja sendiri
Bakti
Karang 17/02/198 Pekerja
7 3 Nurhadi Laki-laki Kontrak
Anyar 0 lepas

Desa Bukit Pamewa

Jenis Tanggal
No Desil Dusun Nama KK Pekerjaan Rumah
Kelamin Lahir
Subur Aberi 10/03/199 Pekerja Milik
1 1 Laki-laki
Makmur Zalukhu 0 lepas sendiri
Subur 18/07/199 Pekerja Milik
2 1 Sodri Laki-laki
Makmur 5 lepas sendiri
Subur Abid Rizal 19/12/199 Pekerja Menump
3 1 Laki-laki
Makmur Setiawan 5 lepas ang
Bukit 07/10/198 Pekerja
4 2 Suteli Zai Laki-laki Kontra
Subur 3 lepas
Pamewa 21/01/198 Pekerja Milik
5 2 Wahyudi Laki-laki
Indah 3 lepas sendiri
Subur 03/11/195 Pekerja Milik
6 3 Jumani Laki-laki
Makmur 0 lepas sendiri
Pamewa Perempua 06/04/198 Pekerja Menump
7 3 Sinah
Indah n 7 lepas ang
Bukit 11/11/198 Pekerja Milik
8 3 Rasum Laki-laki
Subur 7 lepas sendiri

65
Desa Goisooinan

Jenis Tanggal
No Desil Dusun Nama KK Pekerjaan Rumah
Kelamin Lahir
03/04/196 Milik
2
1 Pogari Salatiel Laki-laki 2 Nelayan Sendiri
20/07/196 Milik
2
2 Pogari Jonesman Laki-laki 6 Nelayan Sendiri
Marlina Perempua 18/10/197 Milik
2
3 Kalio Sakerebau n 9 Petani Sendiri
05/05/197 Milik
3
4 Adduruh Alpiter Laki-laki 7 Petani Sendiri
Perempua 13/05/197 Milik
3
5 Adduruh Nonnik n 3 Petani Sendiri

Desa Betumonga
Jenis Tanggal
No Desil Dusun Nama KK Pekerjaan Rumah
Kelamin Lahir

3. Daftar Nama Kepala Keluarga Yang Sangat Janggal Masuk Dalam

Data P3KE di Kecamatan Sipora Utara

No NAMA ALAMAT KETERANGAN

1 Pusuibiat Desa Tupejat Dusun Kepala Desa Tuapejat


Mapaddegat

2 Nobel Desa Tuapejat Sekretaris Desa Tuapejat


Dusun Camp

3 Anjelus T. Desa Tuapejat Meninggal 2 tahun yang


Oinan Dusun Camp lalu

4 Nelda Desa Tuapejat Tidak ditemukan sebagai


Dusun Jati warga dusun Jati desa
Tuapejat.

5 Olamsi Desa Tuapejat Istrinya PNS


Madiera Dusun Turonia
Sihombing

66
6 Elfi Sayuti Desa Sidomakmur PNS di Siberut
Dusun Sido Makmur
7 Marinus Desa Sidomakmur Sudah lama meninggal
Dusun Sido Makmur
8 Rahadian Desa Sipora Jaya Tidak pernah dikenali
Suryanta Dusun Sipora Jaya sebagai warga Desa Sipora
Jaya
9 Jhon Bekher Desa Sipora Jaya Tidak pernah dikenali
Dusun Sipora Jaya sebagai warga Desa Sipora
Jaya
10 Jenius Desa Sipora Jaya Tidak pernah dikenali
Dusun Sipora Jaya sebagai warga Desa Sipora
Jaya
11 Tepanus Desa Bukit Pamewa Tidak terdaftar sebagai
Dusun Pamewa warga desa Bukit Pamewa
Indah
12 Anto Bangun Desa Bukit Pamewa Kondisi rumah tidak
Dusun Subur memungkin dia layak
Makmur dikatakan miskin, lantai
rumahnya keramik.
13 P.Marsa L Desa Bukit Pamewa Sudah lama pindah
Salelenggu Dusun Subur
Makmur
14 Siun Marsutin Desa Goisooinan Kepala Desa Goisooinan
Taileleu Dusun Kalio
15 Gustaf Adolf Desa Goisooinan Kepala Dusun Adduruh
Sababalat Dusun Adduruh
16 Jaibi Desa Goisooinan Wakil BPD
Dusun Kalio
17 Romulus Desa Goisooinan Anggota BPD
Siritoitet Dusun Adduruh
18 Aprizal Desa Goisooinan Istrinya PNS (Bidan)
Dusun Pogari
19 Jumartinus T Desa Goisooinan Penatua Gereja
Oinan Dusun Adduruh
20 Mawan Desa Goisooinan Sudah lama pindah ke

67
Samori Dusun Sagicci
21 Bhartolomeus Desa Goisooinan PNS, Kepala sekolah di
Siberut.
22 Adirman Desa Goisooinan Pedagang barang harian
Saogo Dusun Goisooinan dan penampung hasil bumi
23 Toni Zalukhu Desa Goisooinan Penampung hasil bumi
Dusun Adduruh (rempah-rempah)

4. Daftar Nama Kepala Keluarga Yang Direkomendasikan Layak

Untuk Dikategorikan Miskin Namun Tidak Ada Dalam Daftar P3KE

Kecamtan Sipora Utara.

NO NAMA ALAMAT KETERANGAN

1 Herman Desa Tuapejat Tidak memiliki


Dusun Jati pekerjaan, menumpang
di rumah mertua.
Memiliki 3 orang anak,
yang paling tua berusia
5 tahun.

2 Melia Muko- Desa Tuapejat Janda lansia


Muko Dusun Camp

3 Niman Desa Sido Makmur Jandanya almarhum


Dusun Sido Makmur Marinus, memang sudah
nikah lagi tapi kehidupan
ekonomi mereka tetap
sulit. Bahkan satu orang
anak mereka dirawat
oleh orang lain karena
tidak mampu secara
ekonomi.

4 Sariyani Desa Bukit Pamewa Janda dengan 3 orang


anak yang masih usia
sekolah. Saat ini mereka

68
menumpang di rumah
orang tua.

B. Rekomendasi

Berikut beberapa rekomendasi berdasarkan pada temuan lapangan

dari kegiatan validasi data penduduk miskin yang telah dilakukan:

1) Melakukan kajian lebih lanjut dengan fokus pada kondisi sosial dan

budaya masyarakat Mentawai.

2) Merumuskan dan menyepakati definisi dan kriteria kemiskinan yang

sesuai dengan kondisi sosial dan budaya Mentawai berdasarkan pada

hasil kajian yang telah dilakukan.

3) Membuat regulasi (perda atau perbup) tentang kriteria kemiskinan di

Mentawai sebagai dasar hukum dari kriteria yang telah ditetapkan.

4) Melakukan kegiatan validasi data penduduk miskin berdasarkan pada

definisi dan kriteria kemiskinan yang telah ditetapkan.

5) Memperkuat jejaring sosial yang telah ada (pilar sosial).

6) Menjadikan Perhutanan Sosial sebagai alat untuk peningkatan

ekonomi masyarak disekitar dan di dalam kawasan hutan.

DAFTAR PUSTAKA

69
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai. 2018. Kabupaten

Kepulauan Mentwai Dalam Angka 2018. Jakarta : Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai. 2019. Kabupaten

Kepulauan Mentwai Dalam Angka 2019. Jakarta : Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi

Republik Indonesia.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai. 2020. Kabupaten

Kepulauan Mentwai Dalam Angka 2020. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai. 2021. Kabupaten

Kepulauan Mentwai Dalam Angka 2021. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai. 2022. Kabupaten

Kepulauan Mentwai Dalam Angka 2022. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Mentawai. 2023. Kabupaten

Kepulauan Mentwai Dalam Angka 2023. Jakarta: Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Badan Pusat Statistik Sumatera Barat Dalam Angka 2018. Sumatera Barat

Dalam Angka 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

70
Badan Pusat Statistik Sumatera Barat Dalam Angka 2019. Sumatera Barat

Dalam Angka 2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Badan Pusat Statistik Sumatera Barat Dalam Angka 2020. Sumatera Barat

Dalam Angka 2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Badan Pusat Statistik Sumatera Barat Dalam Angka 2021. Sumatera Barat

Dalam Angka 2021. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Badan Pusat Statistik Sumatera Barat Dalam Angka 2022. Sumatera Barat

Dalam Angka 2022. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Badan Pusat Statistik Sumatera Barat Dalam Angka 2023. Sumatera Barat

Dalam Angka 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

71

Anda mungkin juga menyukai