OLEH:
1810010010
KUPANG
2022
SURAT PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................................i
SURAT PENGESAHAN..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................................v
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................8
BAB II...............................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................9
2.1 Kajian Pustaka.................................................................................................9
2.2 Kajian Empiris...............................................................................................32
2.3 Kerangka Berpikir.........................................................................................35
2.4 Hipotesi...........................................................................................................36
BAB III...........................................................................................................................37
METODE PENELITIAN..............................................................................................37
3.1 Jenis Penelitian...............................................................................................37
3.2 Pendekatan Penelitian....................................................................................37
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................38
3.4 Jenis dan Sumber Data..................................................................................38
3.5 Teknik Pengumpulan Data............................................................................38
3.6 Operasional Variabel......................................................................................39
3.7 Teknik Analisa Data.......................................................................................40
3.8 Penentu Model Estimasi Regresi Data Panel................................................43
3.9 Asumsi Klasik.................................................................................................44
3.10 Uji Statistik.....................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................50
iv
v
DAFTAR TABEL
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
pengentasan kemiskinan harus dilakukan dengan komprehensif mencakup
berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.
Tabel 1.1
Data Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi NTT Tahun 2010-2020
Jumlah Penduduk
Tahun
Miskin
2016 1.149,92
2017 1.150,79
2018 1.142,17
2019 1.146,36
2020 1.153,76
Sumber: https://ntt.bps.go.id
Dari tabel 1.1 di atas dapat dlihat bahwa kemiskinan yang ada di Provinsi
Nusa Tenggara Timur cenderung naik dari tahun ke tahun, meskipun pada
tahun 2016 sampai tahun 2018 mengalami peningkatan yang fluktuatif.
Dimana pada tahun 2017 jumlah kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
mengalami peningkatan sebesar 1.150,79 lebih tinggi dibanding tahun
sebelumnya yaitu tahun 2016 yang berjumlah 1.149,92 orang dan naik lagi
pada tahun 2018 sebesar 1.124,17. Kemudian pada tahun 2018 sampai dengan
2
2020 mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan. Secara garis besar
dari data tabel 1.1 di atas, jumlah penduduk miskin yang ada di Provinsi Nusa
Tenggara Timur mengalami peningkatan.
Tabel 1.3
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pertumbuha
Tahu PDRB
n Ekonomi
n ADHK (Rp)
(%)
59.678.012,4
2016 5,12
1
62.725.410,4
2017 5,11
7
65.929.193,5
2018 5,11
4
69.385.992,3
2019 5,24
8
68.806.665,2
2020 -0,83
8
3
Sumber: https://ntt.bps.go.id
Tabel 1.3 menunjukan bahwa produk nasional bruto provinsi Nusa Tenggara
Timur dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan. Sama halnya dengan
pertumbuhan ekonomi yang menunjukan peningkatan dari 5.12% sampai
5.24%, namun pda tahun 2020 PDRB menurun Rp.579.327,1. Dan juga pada
tahun yang sama pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 terkontraksi sebesar
0,83%, lebih rendah dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh sebesar 5,24%,
namun lebih tinggi dibanding nasional yang terkontraksi 2,07%. Seluruh
komponen di sisi pengeluaran mengalami kontraksi sebagai dampak pandemi
COVID-19. Kontraksi yang lebih dalam tertahan oleh konsumsi rumah tangga
yang ditopang dengan adanya program Jaringan Pengaman Sosial (JPS) baik
dari Pemerintah Pusat dan Daerah untuk memulihkan daya beli masyarakat.
Dari sisi Lapangan Usaha (LU), kontraksi lebih dalam tertahan oleh LU
Informasi dan Komunikasi, LU Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan
Jaminan Sosial Wajib; LU Jasa Keuangan dan Asuransi; dan LU Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan yang mampu tumbuh positif di tengah pandemi
COVID-19. Kebijakan bekerja dari rumah, belajar dari rumah serta
meningkatnya transaksi elektronik masyarakat mendorong pertumbuhan LU
Informasi dan Komunikasi. (https://www.bi.go.id)
4
dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, sedangkan komponen
standar hidup layak diukur dengan indikator rata-rata konsumsi rill yang telah
disesuaikan. Berikut adalah perkembangan dan pertumbuhan kualitas sumber
daya manusia pada Provinsi Nusa Tenggara Timur yang diukur dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
Tabel 1.2
Presentase IPM di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2016-2020
Tahun Presentase
2016 63.13
2017 63.73
2018 64.39
2019 65.23
2020 65.19
Sumber : https://ntt.bps.go.id
5
yang sebesar Rp.1.264.590 per bulan. Hal ini menggambarkan bahwa kualitas
manusia yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih rendah dan harus
menjadi perhatian bagi pemerintah untuk mengatasi masalah Indeks
Pembangunan Manusia di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tabel 1.4
Jumlah Penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2015-2020
Tabel 1.4 menunjukan jumlah penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
cenderung naik dari tahun ke tahun. Dimana pada tahun 2017 naik sebesar
83.788 jiwa, kemudian tahun berikutnya naik sebesar 84.217 jiwa dengan total
jumlah penduduk menjadi 5.371.519 jiwa. Sampai pada tahun 2020 jumlah
penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur naik menjadi 5.541.394 jiwa. Jumlah
penduduk hasil SP2020 (September 2020) sebanyak 5,33 juta jiwa. Data ini
meningkat 0,64 juta jiwa dibanding dengan tahun 2010. Laju pertumbuhan
penduduk per tahun (2010-2010) sebesar 1,25%. Data ini menurun dibanding
periode (2000-2010). Kemudian persentase penduduk usia produktif (15-64
6
tahun) sebesar 69.5%, naik dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 7.5% Rasio
jenis kelamin 100 dimana jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibanding
dengan jumlah penduduk perempuan. Kemudian pulau Timor adalah pulau
dengan konsentrasi penduduk terbesar sebanyak 2.37 juta jiwa atau 44,52%
dari total penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tabel 1.5
Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun
2016- 2020
Tingkat
Tahun Pengangguran
Terbuka (%)
2016 3.25
2017 3.27
2018 3.01
2019 3.35
2020 4.28
Sumber : https://ntt.bps.go.id
Dari tabel 1.5 terlihat bahwa jumlah pengangguran terbuka di Provinsi Nusa
Tenggara Timur mengalami peningkatan yang fluktuatif namun cenderung
naik. Terlihat pada tahun 2016 TPT turun sebesar 0.58% yang sebelumnya
pada tahun 2015 TPT berjumlah 3.83%. Kemudian pada tahun 2017 naik
0.02% menjadi 3.27% Peningkatan yang besar terjadi pada 2020 dimana
Persentasi tingkat pengangguran terbuka naik 0.93% menjadi 4.28%. Tingkat
pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang
7
relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di suatu daerah
menjadi semakin serius.
8
1. Manfaat Teoritis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan menambah kajian ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Pembangunan serta
dapat melengkapi kajian mengenai pengaruh Pengaruh Produk Domestik
Regional Bruto, Indeks Pembangunana Manusia, Jumlah Penduduk, dan
Tingkat Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Nusa Tenggara
Timur Timur
2. Manfaat Praktis
Bagi pengambil kebijakan penelitian ini diharapkan mampu
memberikan informasi yang berguna dalam memahami Bagi pengambil
kebijakan penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang
berguna dalam memahami Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto,
Indeks Pembangunana Manusia, Jumlah Penduduk, dan Tingkat
Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
hidup di wilayah-wilayah yang lingkunganya buruk, dan memiliki
penghasilan yang rendah.
10
Untuk mengukur kemiskinan, Badan Pusat Statistik menggunakan
konsep kemmapuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).
Konsep ini mengacu pada Hanbook On Poverty and Inquality yang
diterbitkan oleh World Bank. Dengan Pendekatan ini kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi penduduk yang dikategorikan sebagai penduduk miskin
jika memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis
kemiskinan. (BPS, 2020).
11
penduduk miskin, selain itu ada faktor diksriminasi atau
keturunan.
3. Kemiskinan muncul karena perbedaan akses dalam moral.
2.1.3 Ukuran Kemiskinan
12
3. Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index P2), yaitu
gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk
miskin. Semakin tinggi nilai indeks maka aka semakin tinggi
ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
2.1.5 Teori Kemiskinana Nurkse Lingkaran Setan
13
mencapai tingkat pembangunan yang pesat, yaitu dari segi penawaran
modal dan dari segi permintaan modal.
Gambar 2.1
Lingkaran Setan
Ketidaksempurnaan Pasar,
Keterbatasan, SDM,
Keterbelakanagngan
14
Investasi Rendah Pendapatan Rendah
Tabungan Rendah
Secara umum ada dua arus besar dalam teori pertumbuhan ekonomi
yaitu mazhab historis dan mashab analitis (Hasyim, 2017:232). Mashab
historis sering disebut juga sebagai teori pertumbuhan ekonomi linear atau
sering dikatan menguraikan tahap-tahap dalam pertumbuhan ekonomi.
Toko mashab historis antara lain Karl Burcher dan Frederich List (ibid).
Mashab analitis berpegang pada teori sebab-akibat terjadi pertumbuhan
ekonomi atau lebih focus pada teori yang menjelaskan proses pertumbuhan
secara logis dan konsisten, namun sering bersifat abstrak dan kurang
berfokus pada isi empiris (Historisnya). Mashab analitis ini dapat
15
dibedakan menjadi: Teori Klasik, Teeori Neoklasik, Teori Pertumbuhan
Struktural. Mashab analitis inilah yang sering disebut mashab modern.
Salah satu toko pencetus mashab analitis adalah Harrord-Domar (ibid).
1. Teori Klasik
Menurut Smith (dalam Arsyad,1999) membedakan dua
aspek utama dalam pertumbuhan ekonomi yaitu: Pertumbuhan
output total dan pertumbuhan penduduk. Pada pertumbuhan
output total sistem produksi suatu negara dibagi menjadi tiga,
yaitu:
a) Sumber Daya Alam yang tersedia apabila sumber daya
alam belum dipergunakan secara maksimal maka jumlah
penduduk dan stok modal merupakan pemegang peranan
dalam pertumbuhan output.
b) Sumber Daya Insani Jumlah penduduk akan
menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan angkatan
kerja yang bekerja dari mayarakat.
c) Stok Barang Modal Jumlah dan tingkat pertumbuhan
output tergantung pada laju pertumbuhan stok modal.
2. Teori Neo Klasik
Teori ini dikembangkan oleh Robert Solow dan Trevor Swan
berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi bersumber pada
penambahan faktor–faktor yang mempengaruhi penawaran agregat.
Bahwa perkembangan faktor produksi dan kemajuan teknologi
merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi. Teori
neoklasik juga membagi tiga jenis input yang berpengaruh dalam
pertumbuhan ekonomi, yaitu:
a) Pengaruh modal dalam pertumbuhan ekonomi.
b) Pengaruh teknologi dalam partumbuhan ekonomi.
c) Pengaruh angkatan kerja yang bekerja dalam
pertumbuhan.
3. Teori Interregional
16
Teori ini merupakan perluasan dari teori basis ekspor
sehingga diasumsikan selain ekspor, pengeluaran pemerintah dan
investasi bersifat eksogen dan saling terkait dengan satu sistem dari
daerah lain. Teori neoklasik berpendapat faktor teknologi ditentukan
secara eksogen dari model. Kekurangan dalam keberadaan teknologi
ini yang menyebabkan munculnya teori baru yaitu teori pertumbuhan
endogen (Tarigan:2004).
4. Teori Harrod–Domar
Harrod–Domar (dalam Sadono, 2005), menyatakan agar
seluruh barang modal yang tersedia dapat digunakan sepenuhnya,
permintaan agregat harus bertambah sebanyak kenaikan kapasitas
barang modal yang terwujud sebagai akibat dari investasi, untuk
menjamin pertumbuhan ekonomi yang baik maka nilai investasi dari
tahun ketahun harus meningkat.
Model pertumbuhan Harrod–Domar secara sederhana dapat
dituliskan sebagai berikut:
a) Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari output
total (Y), maka secara persamaan:
S = sY
b) Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal
(K) yang diwakili oleh ∆K, sehingga persamaanya :
..I = ∆K
Karena jumlah stok modal K mempunyai hubungan
langsung dengan jumlah pendapatan nasional Y seperti
ditunjukan rasio modal–output, k, maka:
∆K = k∆Y
c) Versi sederhana dari teori Harrod – Domar, yaitu:
Akhirnya, karena tabungan total (S) harus sama dengan
total Investasi (I), maka:
S=I
17
2.1.7 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
18
penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan. Defenisi ini
memiliki tiga komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa
terlihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan barang; kedua,
teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomiyang
menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka
macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas
dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan
ideologi sehinggah inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat
manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. Teknomogi modern misalnya,
tidak cocok dengan corak/kehidupan desa, pola keluarga besar, usaha
keluarga, dan buta huruf.
19
masing barang dan jasa dengan jumlah kuantitas barang dan jasa yang
dihasilkan, hal ini secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
Y = Yt-1 PtQ1
Dimana:
Y = produk nasional atau produk nasional bruto (GNP atau GDP)
P = harga barang unit ke-1 hingga unit ke-n
Q= jumlah barang jenis ke-1 hingga jenis ke-n
b) Pendekatan Pendapatan
Pendekatan pendapatan (income approach) adalah suatu
pendekatan dimana pendapatan nasional diperolah dengan cara
menjumlahkan pendapatan dari berbagi dari faktor produksi yang
menyumbang terhadap proses produksi. Dalam hubungan ini
pendapatan nasional adalah penjumlahan dari unsurunsur atau jenis-
jenis pendapatan.Secara matematis pendapatan nasional berdasarkan
pendekatan pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut:
NI = Yw + Yi + Ynr + Ynd
Dimana:
Yw = Pendapatan dari upah, gaji dan pendapatan lainnya sebelum
pajak
Yr = Pendapatan dari bunga
Ynr dan Ynd = Pendapatan dari keuntungan dari perusahaan dan
pendapatan lainnya sebelum pendapatan lainnya sebelum
pengenaan .pajak.
c) Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan pengeluaran adalah pendekatan pendapatan nasional
atau produk domestik regional bruto diperoleh dengan cara
menjumlahkan nilai pasar dari seluruh pemintaan akhir (final demand)
atas output yang dihasilkan dalam perekonomian, diukur pada harga
pasar yang berlaku. Dengan perkataan lain Produk Domestik Regional
Bruto adalah penjumlahan nilai pasar dari permintaan sektor rumah
20
tangga untuk barang-barang konsumsi dan jasa-jasa (C), permintaan
sektor bisnis barang-barang investasi (I), pengeluaran pemerintah
untuk barang-barang dan jasa-jasa (G), dan pengeluaran sektor luar
negeri untuk kegiatan ekspor dan impor (X-M). (Sjafrizal, 2020:182-
185).
2. Metode Tidak Langsung
Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan
mengalokasikan nilai tambah kedalam masing-masing kelompok kegiatan
ekonomi pada tingkat regional sebagai alokator digunakan yang paling besar
tergantung atau erat kaitannya dengan produktifitas kegiatan ekonomi
tersebut Pendapatan regional suatu provinsi dapat diukur untuk menghitung
kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Kenaikan ini dapat disebabkan
karena dua faktor yaitu:
1. Kenaikan pendapatan yang benar-benar bisa menaikkan daya beli
penduduk (kenaikan rill).
2. Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi, kenaikan
pendapatan yang disebabkan kerena kenaikan harga pasar tidak
menaikkan daya beli penduduk dan kenaikan seperti ini merupakan
kenaikan pendapatan yang tidak riil. Oleh karena itu berdasarkan
kenyataan diatas untuk mengetahui kenaikan pendapatan yang
sebenarnnya (riil) maka faktor yang harus dieliminir pendapatan
regional dengan faktor inflasi (faktor inflasi) belum dihilangkan)
merupakan pendapatan regional dengan harga berlaku, sedangkan
pendapatan regional dimana faktor inflasi tidak lagi diperhitungkan
disebut dengan pendapatan regional atas dasar harga konstan.
2.1.9 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
21
digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human
Development. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses
hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, Kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya.
22
dan standar hidup layak. Saat perencanaan pembangunan, IPM juga
berfungsi memberikan tuntunan menentukan prioritas dalam merumuskan
kebijakan dan menentukan program (BPS,2020)
Dimana:
X2 = Indeks Pendidikan
3
Xi−Min Xi
IPM =∑ li ; li=
i=1 Max Xi−Min Xi
Dimana:
23
Max Xi = Nilai maksimum Xi
24
bangsanya. Tetapi kalau mereka tidak dapat memperoleh pekerjaan, maka
justru akan menekan standar hidup bangsanya lebih rendah (Ibid).
25
pengalihan sejumlah tertentu faktor tenaga kerja tidak akan mengurangi
output.
26
2. mereka yang mempersiapkan usaha yaitu suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha
atau pekerjaan
3. mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak
mungin
4. mereka yang sudah mendapatkan pekerjan tetapi belum mulai
bekerja.
27
lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan sehinggah
kegiatan yang dijalankan menjadi tidak efisien.
3. Pengangguran bermusim adalah pengangguran yang tercipta
akibat musim yang ada, biasanya pengangguran ini terdapat di
sektor perikanan dan pertanian.
4. Setengah menagnggur adalah pengangguran yang tercipta akibat
tenaga kerja bekerja tidak sepenuh dan jam kerja mereka adalah
jauh lebih rendah dan normal.
2.1.12 Dampak Pengangguran
28
Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu syarat tercapainya
pembangunan ekonomi, namun yang perlu diperhatikan tidak hanya angka
statistik, tetapi lebih kepada siapa yang menciptakan pertumbuhan
ekonomi tersebut. Jika hanya segelintir orang yang menikmati maka
pertumbuhan ekonomi tidak mampu mereduksi kemiskinan dan
memperkecil ketimpangan, namun sebaliknya jika Sebagian besar turut
berpartisipasi maka kemiskinan dapat direduksi dan gap antara orang kaya
dan miskin dapat diperkecil (Todaro, 2006:231).
29
2.1.14 Hubungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap
Kemiskinan
30
pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan
meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas kerjanya.
Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan
memperkerjakan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi, sehingga
perusahaan juga akan bersedia memberikan gaji yang lebih tinggi bagi
yang bersangkutan. Di sektor informal seperti pertanian, peningkatan
keterampilan dan keahlian tenaga kerja akan mampu meningkatkan hasil
pertanian, karena tenaga kerja yang terampil mampu bekerja lebih efisien.
Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan
memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang diperlihatkan melalui
peningkatan peningkatan pendapatan maupun konsumsinya. Rendahnya
produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh rendahnya akses mereka
untuk memperoleh pendidikan (Rasidin K dan Bonar M, 2004).
31
mempunyai kapasitas yang tinggi untuk menghasilkan dan menyerap hasil
produksi yang dihasilkan.
32
(terutama kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan sedikit berada
di atas garis kemiskinan), maka insiden pengangguran akan dengan mudah
menggeser posisi mereka menjadi kelompok masyarakat miskin. Yang
artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengganguran maka akan
meningkatkan kemiskinan.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Metode
Nama, Tahun, Tujuan Hasil
No Penelitia
dan judul Penelitian Penelitian
n
33
variabel Upah
Minimum
Kabupaten/Kot
a (UMK)
berpengaruh
positif
signifikan
terhadap
jumlah
penduduk
miskin di
Provinsi Jawa
Timur.
34
miskin di
Provinsi Jawa
Timur.
35
penelitian ini
adalah untuk
melihat variasi
tingkat
kemiskinan
antar waktu di
Kabupaten/Kot
a Jawa Tengah.
Gambar 2.2
PDRB
nmn Pengangguran
Tingkat
Kemiskinan
Indeks Pembangunan
Manusia
36
Jumlah Penduduk
2.4 Hipotesi
37
BAB III
METODE PENELITIAN
38
numerikal (angka) yang diolah e dngan menggunakan metode statistik. Pada
penelitian ini angka-angka variabel yang diteliti adalah Produk Domestik
Regional Brtuto, Indeks Pembangunan Manusia, Jumlah Penduduk,
Pengangguran, dan Kemiskinan.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa
Tenggara Timur yang berlokasi di Jl. Suprapto No.5, Oebobo, Kecamatan
Oebobo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dengan waktu penelitian yang
dibutuhkan adalah kurang lebih satu bulan.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Berikut ini merupakan jenis data dan sumber data yang akan digunakan
dalam penelitian:
1. Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,
yaitu data berupa angka-angka diantaranya berupa data Produk
Domestik Regional Bruto, Indeks Pembangunan Manusia, Jumlah
Penduduk, Pengangguran, dan Kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
2. Sumber Data yang dibutuhkan untuk menunjang penelitian ini adalah
data data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan oleh pihak lain dalam
hal ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa
Tenggara Timur berupa data Produk Domestik regional Bruto, Indeks
Pembangunan Manusia, Jumlah Penduduk, Pengangguran, dan
Kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Penulis meenggunakan beberapa metode atau teknik dalam
mengumpulkan data, seperti:
1. Observasi
Teknik ini dilakukan penulis dengan cara mengadakan pengamatan
langsung pada objek yang diteliti. Dalam hal ini penulis turun langsung
ke kantor Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Wawancara
39
Teknik ini dilakukan penulis dengan cara mengajukan pertanyaan
secara lisan kepada Kepala Badan atu Pegawai Badan Pusat Statisitik
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tujuan agar penulis memperoleh
informasi sesuai dengan kebutuhan penelitian.
3. Dokumentasi
Penulis menggunakan metode ini untuk mendapatkan data-data yang
bersumber pada dokumentasi tertulis maupun file dan jurnal terkait
yang sesuai dengan keperluan penelitian. Teknik ini dilakukan penulis
untuk memperoleh data Produk Domestik Regional Bruto, Indeks
Pembangunan Manusia, Jumlah Penduduk, Pengangguran, dan
Kemiskinan.
3.6 Operasional Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah variabel
yang akan dianalisis sesuai dengan permasalahan yang dibahas, sebagai berikut
:
Tabel 3.1
Defenisi Operasional Variabel
40
Pembangunana menjelaskan
Manusia/X2 bagaimana
penduduk dapat
mengakses hasil
pembangunan
dalam
memperoleh
pendidikan,
pendapatan,
kesehatan, dan
sebagainya.
4 Jumlah semua orang Jumlah penduduk Ordinal
Penduduk/X3 yang berdomisili
di wilayah
geografis selama
6 bulan atau lebih
dan atau mereka
yang berdomisili
kurang dari 6
bulan tetapi
bertujuan untuk
menetap
5 Pengangguran/X4 orang yang Tingkat Ordinal
masuk angkatan Pengangguran(%)
kerja (15 tahun
keatas) yang
sedang mencari
pekerjaan, yang
mempersiapkan
usaha, yang tidak
mencari
pekerjaan 60
karena merasa
tidak mungkin
mendapatkan
pekerjaan
(sebelumnya
dikatagorikan
pekerjaan
bekerja), dan
pada waktu yang
bersamaan
mereka tak
bekerja
41
menyeluruh bagaimana hubungan variabel yang satu dengan variabel yang
lain dengan menggunakan program Eviews 9. Adapun persamaan model
dalam bentuk cross section dapat dituliskan dalam model berikut:
Yi = β0 + β1 X1 + εi = 1, 2, …n
Dimana β0 adalah intersep atau sebuah bilangan konstanta, β1 adalah
koefisien regresi dan εi adalah variabel eror. Sedangkan persamaan model
regresi time series adalah sebagai berikut:
Yit = β0 + β1 Xt + εt = 1, 2, …t
Dimana:
Yit = Jumlah Penduduk Miskin i tahun t (jiwa)
β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi masing-masing variabel
X1it = Produk Domestik Regional Bruto Provinsi NTT tahun
2016-2020 (milyar rupiah)
X2it = Indeks Pembangunan Manusia Provinsi NTT tahun 2016-
2020 (persen)
42
X3it = Jumlah Penduduk Provinsi NTT tahun 2016-2020 (Jiwa)
X4it = Pengangguran Provinsi NTT tahun 2016-2020 (Jiwa)
43
Model ini mengamsumsikan bahwa pendekatan individu dapat
diakomodasikan dari perbedaan prinsipnya. Untuk mengestimasi data
panel Model Fixed Effect menggunakan Teknik variabel dummy untuk
menangkap perbedaan intersep antar variabel. Penggunaan model ini
tepat untuk melihat perubahan perilaku data dari masing-masing
variabel sehinggah data lebih dinamis dalam menginterpretasi data.
3. Random Effect Model (REM)
Dalam model Fixed Effect memasukan dummy membawa
konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan (dgree of freedom)
sehingga pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Untuk
mengatasi masalah tersebut dapat digunakan variabel gangguan (error
term) yang dikenal dengan random effect. Model ini mengestimasi
data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan
antar waktu dan antar individu.
3.8 Penentu Model Estimasi Regresi Data Panel
Basuki dan Prawoto (2016:277) menyatakan bahwa untuk memilih
model yang paling tepat dalam mengelola data panel terdapat beberapa
pengujian yang dilakukan, yaitu:
1. Uji Chow
Uji Chow atau Chow Test yaitu pengujian untuk menentukan
model Fix Effect atau Random Effect yang paling trpat untuk
digunakan dalam estimasi data panel. Hipotesis yang digunakan dalam
pengujian adalah sebagai berikut:
a) Jika nilai probabilitas > α (taraf signifikan sebesar 0,05) maka
H0 diterima, sehinggah model yang paling tepat untuk
digunakan adalah Common Effect Model.
b) Jika nilai probabilitas < α (taraf signifikan sebesar 0,05 maka
H0 ditolak, sehinggah model yang paling tepat digunakan
adalah Fixed Effect Model.
2. Uji Hausman
44
Uji Hausman atau Hausman Test yaitu pengujian statistik untuk
menentukan apakah model Fix Effect atau Random Effect yang paling
tepat untuk digunakan. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian
adalah sebagai berikut:
a) Jika nilai probabilitas > α (taraf signifikan sebesar 0,05) maka
H0 diterima, sehinggah model yang paling tepat untuk
digunakan adalah Random Effect Model
b) Jika nilai probabilitas < α (taraf signifikan sebesar 0,05 maka
H0 ditolak, sehinggah model yang paling tepat digunakan
adalah Fixed Effect Model.
3. Uji Lagrange Multiplier
Uji Lagrange Multiplier yaitu uji yang dilakukan ketika model
yang terpilih pada uji hausman ialah Random Effect Model (REM).
Untuk mengetahui model manakah antara Random Effect atau
Common Effect yang lebih baik. Hipotesis yang digunaka dalam
pengujian ini sebagai berikut:
a) Jika nilai Lagrange Multiplier (LM) lebih besar dari nilai
statistik chi-square sebagai nilai kritis dan nilai probabilitas
signifikan > 0,05 maka H0 ditolak. Artinya, estimasi yang tepat
untuk model regresi data panel adalah Random Effect Model.
b) Jika nilai Lagrange Multiplier (LM) lebih kecil dari nilai
statistik chi-square sebagai nilai kritis dan nilai probabilitas
signifikan > 0,05 maka H0 diterima. Artinya, estimasi yang
tepat untuk model regresi data panel adalah Common Effect
Model.
3.9 Asumsi Klasik
45
biasa disebut Ordinary Least Square. Dalam model ini ada beberapa syarat
yang harus dipenuhi agar model peramalan menjadi valid sebagai alat
peramalan. Syarat-syarat tersebut jika dipenuhi semuanya, maka model
regresi linear tersebut dikatakan BLUE (Best, Linear, Unbiased, Estimation).
Best artinya parameter harus memiliki minimum varians (distribusi eror) atau
memiliki varians yang lebih kecil di antara parameter-parameter lainya,
Linear artinya parameternya tidak berpangkat atau linier, Unbiased β dri
sampelnya harus sama dengan β dari populasi, sedangkan Estimator
merupakan β yang bagus atau β yang BLUE. Adapun asumsi dasar yang
harus dipenuhi antara lain:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menhuji apakah dalam
normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak
Hipotesis:
Value) < a (taraf nyata yang digunakan) maka tolak Ho, artinya
46
Probability (P-Value) > a maka terima Ho, artinya error term
terdistribusi normal.
2. Uji Mulitikolinearitas
47
bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Apabila varians dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan
apabila berbeda disebut heteroskedastisitas. Model yang baik
adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk
menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji
Glejser, yaitu meregresi nilai absolut residual terhadap variabel
independen. Tidak terjadi heteroskedasitas apabila nilai
signifikansinya > 0,05. Sebaliknya, terjadi heteroskedasitas
apabila nilai signifikansinya < 0,05 (Ghozali, 2018: 142).
3.10 Uji Statistik
1. Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara keseluruhan signifikan secara statistik dalam
mempengaruhi variabel dependen. Apabila nilai F hitung lebih besar dari
nilai F tabel maka variabel-variabel independen secara keseluruhan
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Hipotesis yang digunakan :
H0 = β1= β2= β3= β4 = β5 = β6 = β7 = 0
H1: minimal ada satu koefisien regresi tidak sama dengan nol (Gujarati,
1995)
Nilai F hitung dirumuskan sebagai berikut :
1 (R /(N K) R /(K )1 F 2 2 = . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(3.1)
Dimana:
K = jumlah parameter yang diestimasi termasuk konstanta
N = jumlah observasi Pada tingkat signifikasi 5 persen dengan kriteria
pengujian yang digunakan sebagai berikut:
1. H0 diterima dan H1 ditolak apabila F hitung < F tabel, yang artinya
variabel penjelas secara serentak atau bersama-sama tidak mempengaruhi
variabel yang dijelaskan secara signifikan.
48
2. H0 ditolak dan H1 diterima apabila F hitung > F tabel, yang artinya
variabel penjelas secara serentak dan bersama-sama mempengaruhi
variabel yang dijelaskan secara signifikan.
2. Uji F
Digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel penjelas yang
digunakan dalam model regresi secara serentak atau bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel yang dijelaskan, digunakan uji F, hipotesis
yang digunakan adalah:
H0: a1, a2, a3, a4 =0 Semua Variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen secara bersama-sama
Ha: a1, a2, a3, a4 ≠0 Semua Variabel independen mempengaruhi variabel
dependen secara bersama-sama.
Nilai F hitung dicari dengan rumus (Gujarati:2006)
df1 = k-1
df2 = n-k
keterangan:
k = jumlah variabel
n = jumlah observasi/sampel
Pada tingkat signifikansi 5% dengan kriteria pengujian yang
digunakan adalah apabila F hitung > F tabel, atau jika probabilitas F hitung >
tingkat signifikansi 5% (0,05) maka Ha diterima. Artinya variabel penjelas
secara serentak atau bersama-sama mempengaruhi variabel yang dijelaskan
secara signifikan sedangkan apabila F hitung < F tabel, atau jika probabilitas
F hitung < tingkat signifikansi 5% (0,05) maka H o diterima. Artinya variabel
penjelas secara serentak atau bersama-sama tidak mempengaruhi variabel
yang dijelaskan secara signifikan.
3. Uji Koefesien Determinasi
Nilai R2 disebut juga koefesien determinasi. Koefesien determinasi
bertujuan untuk mengetahui kemampuan model regresi dalam
49
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefesien determinasi
diperoleh dengan menggunakan rumus (Gujarati:2006):
Y 1+ ¿B X 2Y 2 +Bk X k Y k
R2=B1 X 1 2
¿ .........................................................3.2
B Yi
Nilai koefesien determinasi berada diantara nol dan satu (0 < R 2<
1). Nilai R2 yang kecil atau mendekati nol berarti kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas.
Sebaliknya nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel independen
memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel dependen.
50
DAFTAR PUSTAKA
Dita Sekar Ayu, (2018), “Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto,
Tingkat Pengangguran Terbuka, IPM, Jumlah Penduduk,
dan Upah Minimum Terhadap Kemiskinan di Jawa Timur
(2010-2015)”
51
R.Giovanni, (2018), “Analisis PDRB, Pengangguran, dan Pendidikan Terhadap
Kemiskinana di Pulau Jawa Tahun 2009-2016”
Subri, Mulyadi (2003), Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada Sukirno, Sadono (2006), Teori
Pengantar Makro Ekonomi. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
52
Todaro, M.P dan Smith. 2000. Pembangunan Ekonomi di dunia ke tiga Edisi ke
enam. Erlangga: Jakarta, cetakan I. BPFE: Yogyakarta
https://ntt.bps.go.idb
53