Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH PEMBANGUNAN EKONOMI BERBASIS PERTANIAN TERHADAP

PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DOMPU

Oleh :

PELITA RIZQIAH

A1A019185

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Todaro (2006), tujuan utama pembangunan ekonomi bukan hanya


pertumbuhan perekonomian semata, tetapi juga pengentasan kemiskinan,
penanggulangan ketimpangan pendapatan, dan penyediaan lapangan kerja dalam konteks
perekonomian yang terus berkembang. Hal ini dapat dimaknai bahwa kemiskinan
menjadi permasalahan krusial yang harus diatasi. Keberhasilan suatu perekonomian tidak
lagi hanya diukur melalui peningkatan PDB semata, tetapi juga kemampuan suatu
wilayah dalam mengatasi permasalahan kemiskinan.

Fenomena kemiskinan hingga saat ini masih menjadi isu utama yang dihadapi
oleh banyak negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia. Dalam pengertian
sempit, kemiskinan dapat dilihat sebagai keadaan di mana seseorang atau sekelompok
masyarakat tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap
sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Namun jika dilihat lebih luas,
kemiskinan juga berkaitan dengan berbagai dimensi antara lain sosial, budaya, sosial
politik, lingkungan (alam dan geografis), kesehatan, pendidikan, agama, dan budi pekerti
(Suryawati, 2005).

Kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya
masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk
minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini
mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan
lainnya yang tersedia pada jaman modern. Menanggulangi dan menentaskan kemiskinan
bukanlah usaha yang mudah dan sederhana, tetapi harus dilakukan dengan perencanaan
yang terintegrasi dan terkoordinir dengan baik dengan bermacam-macam kebijakan yang
harus tercermin dalam setiap kebijakan pemerintah dan dilakukan secara bersama sama
oleh pemerintah dan masyarakat dalam waktu yang relatif panjang. Keadaan kemiskinan
umumnya diukur dengan tingkat pendapatan. Pendapatan suatu rumah tangga dapat
diperoleh dari tiga sumber yaitu berusaha, bekerja, dan perolehan dari pemilikan aset.
Rumah tangga miskin biasanya tidak atau sangat sedikit memiliki aset yang dapat
mendatangkan penghasilan.Sumber pendapatan yang pertama, yaitu berusaha dengan
skala sangat kecil-kecil dan atau bekerja sebagai buruh, kedua hal inilah yang paling
mungkin untuk ditingkatkan, terutama bagi mereka yang memang ingin bekerja dan
berusaha.Upaya penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan penyediaan kebutuhan
dasar seperti pangan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, dan
sebagainya.

Tabel 1.1

Presentase Kemiskinan Kabupaten Dompu Tahun 2016-2021

Tahun Jumlah Presentase Penduduk Jumlah Penduduk Miskin


Miskin % (Jiwa)
2016 14,23 34.310
2017 13,43 32.850
2018 12,40 30.740
2019 12,25 30.810
2020 12,16 30.970
2021 12,60 33.260
Sumber data : Badan pusat statistik kabupaten Dompu (2016-2021) dan Sekretaris
Bappeda dan Litbang Dompu
Kabupaten Dompu, sebelum tahun 2016 merupakan daerah dengan angka
kemiskinan tertinggi di Nusa Tenggara Barat. Program peningkatan ekonomi dengan
pengembangan komoditi jagung, membuat daerah ini perlahan-lahan mampu
mengentaskan kemiskinan hingga mendekatai angka di bawah satu digit. Program
Tanaman Jagung di Kabupaten Dompu telah memberikan manfaat yang nyata dalam
membangun ekonomi rakyat serta berdampak positif pada sektor pembangunan lainnya,
baik Pendidikan, Kesehatan Sosial Budaya serta menciptakan keamanan dan ketertiban
rakyat. Namun, program yang telah menurunkan angka kemiskinan masyarakat Bumi
Nggahi Rawi Pahu ini, sampai sekarang belum ditemukan formulasi yang jitu agar dapat
ditanam dua bahkan tiga kali dalam setahun. Sektor pertanian menjadi sektor yang
mampu membuat Kabupaten Dompu, bangkit dari segi ekonomi. Salah satu pendongkrak
naiknya PDRB Kabupaten Dompu dari sektor pertanian, adalah pengembangan komoditi
jagung.

Selama kurun waktu 7 Tahun, Persentase penduduk miskin di Kabupaten Dompu


sebesar 12,40 persen dan mengalami penurunan dari tahun 2017 yang berada di kisaran
13,43 % ,Tetapi pada tahun 2021 kembali naik menjadi 12,60 % . 6Tentu penurunan
jumlah penduduk miskin masih dapat terus ditekan sehingga kelayakan hidup bisa
dirasakan oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Dompu. Program pertanian unggulannya
adalah tanaman jagung yang selama beberapa tahun terakhir terus mengalami perluasan
luas tanam dan peningkatan produktivitas. Dengan kata lain dapat diuraikan bahwa sektor
pertanian mampu menggerakkan pengangguran untuk mulai berusaha meningkatkan
pendapatan rumah tangga, serta terdapat pula petani yang sebelumnya berpendapatan di
bawah garis kemiskinan mengalami surplus sehingga berpendapatan di atas garis
kemiskinan.

Melalui banyak pogram yang disediakan oleh pemerintah strategi tanaman jagung
yang merupakan bagian dari program PIJAR guna mendukung adanya pemberdayaan
bagi masyarakat kabupaten Dompu agar tercipta laju ekonomi yang lebih baik.
Peningkatan produktivitas komoditas jagung di Kabupaten Dompu tersebut secara tidak
langsung ikut memicu tingkat pendapatan para petani. Suksesnya program tanaman
jagung diharapkan akan dapat memberikan peningkatan pendapatan para petani yang ikut
menekan angka kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Melalui
program tanaman jagung yang mempertimbangkan berbagai faktorfaktor pendukung
kelancaran dan keberhasilan program tersebut maka dapat mendorong peningkatan
pendapatan rumah tangga masyarakat dan ikut meningkatkan produktivitas untuk
komoditas jagung. Produksi yang semakin meningkat ikut memberikan konstribusi positif
terhadap sektor pertanian di Kabupaten Dompu.

Dalam menuju lumbung pangan dunia 2045, pemerintah telah menetapkan


komoditas pertanian strategis sejak tahun 2016 - 2045. Jagung merupakan komoditas
unggulan tahun 2017. Selaras dengan target tersebut, Menteri Pertanian telah menetapkan
Dompu sebagai salah satu dari 3 (tiga) kabupaten di NTB sebagai lumbung jagung
nasional pada 20 Agustus 2016 yang lalu.Target produksi nasional tahun 2017 untuk
komoditas jagung sebesar Rp25,20 juta ton. Penetapan lumbung jagung nasional tersebut
diharapkan memberikan efek positif bagi masyarakat khususnya di Kabupaten Dompu.
Harga jagung naik, maka kesejahteraan petani ikut naik. Berdasarkan data dari
Kementerian Pertanian, Jagung merupakan salah satu produksi pangan strategis. Tahun
2016, produksi jagung meningkat sebesar 18,10% yakni dari 19,6 juta ton pada tahun
2015 menjadi 23,2 juta ton per 2016. Impor jagung menurun yakni tahun 2015 sebesar
3,22 juta ton menjadi hanya sebesar 1,07 juta ton per 2016.Dari sisi kredit/pembiayaan,
sejak tahun 2011 - 2016 realisasi pembiayaan komoditas jagung naik dari sebesar 52,83%
yakni dari Rp1,87 triliun menjadi Rp3,436 triliun.

Berdasarkan penjelasan pendahuluan di atas ditemukan beberapa permasalahan


yang terdapat pada pengentasan analisis pembangunan ekonomi melalui program
pertanian di kabupaten Dompu yaitu Perkembangan hasil produksi jagung di kabupaten
dompu selama beberapa tahun terakhir terus mengalami peningkatan, maka sudah
selayaknya jagung di jadikan komoditas unggulan sektor pertanian Kabupaten Dompu.
Tentunya akan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani jagung. Tetapi , kita
lihat sekarang ini berdasarkan studi pendahuluan menurunnya produktivitas jagung di
akibatkan banyak gejala-gejala, seperti akibat banyaknya penebangan pohon secara liar
dimana lahan tersebut digunakan untuk menanam jagung yang dapat mengakibatkan
banjir bandang, susahnya mendapatkan benih yang bagus karena benih yang mereka
dapat masih muda, selain itu setiap tahun harga yang cukup mahal bagi petani sehingga
benih yang berkualitas sulit di dapatkan 7 petani. Dan biaya pupuk dan pastisida yang
semakin tahun semakin mahal harganya hal ini juga menjadi kendala para usaha tani
jagung..

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut : “Apakah pengaruh pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian
terhadap pengentasan kemiskinan di kabupaten Dompu?

1.3 Pertanyaan Penelitian


Apakah pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian jagung berpengaruh
terhadap pengentasan kemiskinan di Kabupaten Dompu ?

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian


terhadap pengentasa kemiskinan di kabupaten Dompu.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat penelitian diharapkan adalah :

a) Secara teoritis

Secara teori, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
informasi serta wawasan untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam
pengembangan pada konsep perencanaan pembangunan ekonomi yang berbasis
pertanian.

b) Secara praktis

Dari segi praktis, pada penelitian ini dilakukan untuk dapat dijadikan sebagai
wawasan baik bagi mahasiswa tentang perencanaan pembangunan ekonomi dalam
tatanan kehidupan mahasiswa, terutama dalam pembahasan perencanaan
pembangunan yang merupakan hal menarik untuk diteliti dan menambah
wawasan melalui penggetahuan tentang perencanaan pembangunan ekonomi.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pembangunan Ekonomi

2.1.1 Pengertian pembangunan ekonomi

Pembangunan ekonomi terdiri dari dua kata yaitu pembangunan dan ekonomi.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, pembangunan adalah hasil pekerjaan
membangun, sedangkan ekonomi adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan
pengolahan barang industri, pertanian dan perdagangan (Badudu, 2001). Pengertian
pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini didefinisikan
sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita riil penduduk suatu
masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1996 dalam Saerofi, 2005).
Berdasarkan definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya
suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan
memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan itu
diharapkan adanya kenaikan pendapatan riil masyarakat berlangsung untuk jangka
panjang. Pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berlangsung pada setiap daerah di
wilayah Indonesia harus disesuaikan dengan potensi dan prioritas yang dimiliki oleh
masing-masing daerah sehingga keseluruhan pembangunan merupakan satu kesatuan
yang utuh dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional (Choirullah, 2007).

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi terus


menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan hakikat dari proses dan sifat
pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, jadi bukan merupakan
gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi berkaitan pula dengan
pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu
pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah
penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah
penduduk.
2.1.2 Tujuan Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu aspek kehidupan yang terus-


menerus dikembangkan di seluruh dunia. Hal ini dikarenakanpembangunan ekonomi
menyangkut kesejahteraan masyarakat luas. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi
adalah untuk mencapai kemakmuran seluruh rakyat dalam suatu negara secara merata.
Untuk mencapai tujuan tersebut negara akan mengeluarkan dana yang besar guna
membangun sarana dan prasarana Ekonomi yang menunjang. Indonesia terus
mengupayakan pembangunan ekonomi sejak masa kemerdekaan sampai sekarang. Setiap
kali berganti masa pemerintahan, kebijakan di bidang pembangunan ekonomi selalu
mengalami perubahan. Kebijakan pembangunan masa Presiden Soeharto berbeda dengan
masa Presiden Joko Widodo, meskipun pada dasarnya sama yaitu untuk mencapai tujuan
nasional negara kita yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Guna merealisasikan tujuan nasional tersebut, pembangunan nasional
diselenggarakan secara berencana, terarah, meyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Adapun tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 di dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dalam suasana perikehidupan
bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia
yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai. Selain itu, tujuan pembangunan nasional
juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Tujuan jangka pendek Tujuan pembangunan nasional jangka pendek adalah


meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan masyarakat yang adil,
merata serta meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan
berikutnya.
b. Tujuan jangka panjang Tujuan pembangunan nasional dalam jangka panjang
adalah mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata secara
material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah NKRI yang
merdeka, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa
yang aman, tenteram, dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.

2.1.3 Manfaat pembangunan ekonomi

Pembangunan ekonomi pada suatu negara memberikan beberapa manfaat yang


baik bagi masyarakat maupun negara. Beberapa manfaat terjadinya pembangunan
ekonomi antara lain sebagai berikut:

a. Kekayaan dari output suatu masyarakat atau perekonomian akan bertambah.


b. Memberikan kesempatan kepada manusia yang lebih besar untuk
mengoptimalkan manfaat dari sumber daya yang ada.
c. Pembangunan ekonomi dapat menambah kesempatan untuk mengadakan pilihan
yang lebih luas.
d. Terjadinya pembangunan ekonomi, akan tersedia lebih banyak jasa yang
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia.
e. Pembangunan ekonomi akan mengurangi jurang perbedaan antara negaranegara
yang sedang berkembang dengan negara-negara yang sudah maju.

2.2 Teori Sektor Pertanian

2.2.1 Pengertian Pertanian

Sektor pertanian merupakan sumber daya alam yang memiliki keunggulan


komparatif dibanding bangsa lain. Proses pembangunan yang ideal mampu menghasilkan
produkproduk pertanian yang memiliki keunggulan kompetitif terhadap bangsa lain, baik
untuk kepentingan ekspor maupun substitusi impor (Tambunan, 2001). Sektor pertanian
merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan
kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangan terhadap PDB, Penyedia
lapangan kerja dan penyediaan pangan dalam negeri.

1. Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan


manusia mengahasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidup. Oleh karenanya sektor pertanian adalah
sektor yang paling dasar dalam perekonomian yang merupakan penopang
kehidupan produksi sektor-sektor lainnya seperti subsektor perikanan, subsektor
perkebunan, subsektor perternakan.

2. Pembangunan di bidang pertanian adalah suatu hal yang tidak dapat ditawar-
tawar lagi, karena sebagian besar rakyat indonesia mengkonsumsi beras dan
bekerja di sektor pertanian.

3. Sedangkan peranan penting dari sektor pertanian itu sendiri adalah dalam
membentuk penyediaan kesempatan kerja dan berkontribusi terhadap
pembentukan produk domestik bruto dan ekspor.

4. Menurut Mosher pertanian adalah suatu bentuk produksi yang khas yang
didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Petani mengelola dan
merangsang pertumbuhan tanaman dalam suatu usaha tani, dimana kegiatan
produksi merupakan bisnis, sehingga pengeluaran dan pendapatan sangat penting
artinya. Menurut Van Aarsten pertanian adalah digunakan kegiatan manusia untuk
memperoleh hasil yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang pada
mulanya dicapai dengan jalan sengaja menyempurnakan segala kemungkinan
yang telah diberikan oleh alam guna mengembangkan tumbuhan dan hewan
tersebut.

2.2.2 Peranan Sektor Pertanian

Sumbangan atau jasa sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak dalam
hal, antara lain :

a. Menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian
meningkat.
b. Meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian mendorong
keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier.
c. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal bagi
pembangunan melalui eksport hasil pertanian terus-menerus.
d. Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah.
e. Memperbaiki kesejahteraan masyarakat.

Di negara terbelakang produksi pangan mendominasi sektor pertanian. Jika output


membesar lantaran meningkatnya produktifitas, maka pendapatan para petani akan
meningkat. Kenaikan pendapatan perkapita akan sangat meningkatkan permintaan
pangan. Dalam perekonomian seperti itu elastisitas pendapatan permintaan adalah sangat
tinggi yang bisanya bergerak antara 0,6 persen sampai 0,8 persen. Peran nyata sektor
pertanian sebagai tumpuan pembangunan ekonomi nasional pada masa krisis dan selama
pemulihan ekonomi, maka sektor pertanian perlu diposisikan sebagai sektor andalan dan
didukung secara konsisten dengan mengembangkan ekonomi yang bersifat resource
based. Atas dasar tersebut, potensi perekonomian pedesaan diharapakan akan menjadi
determinan dari perekonomian nasional secara keseluruhan dan dengan demikian
perubahan yang terjadi pada struktur perekonomian pedesaan perlu dicermati terutama
dampaknya terhadap struktur kesempatan kerja dan pendapatan di wilayah pedesaan
(Resthiningrum, 2011).

2.2.3 Kontribusi Ekonoi dari sektor pertanian

Menurut analisis Klasik dari Kuznets adalah pertanian di negara-negara sedang


berkembang merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial, terdapat 4 bentuk
kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yaitu sebagai berikut:

a. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi non pertanian sangat tergantung pada produk-
produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai
makanan tetapi juga untuk penyediaan bahan baku untuk keperluan kegiatan produksi di
sektor-sektor non pertanian tersebut.
b. Karena kuatnya bias agraris dari ekonomi selama tahaptahap awal pembangunan, maka
populasi di sektor pertanian daerah pedesaan membentuk suatu bagian yang sangat besar
dari pasar permintaan domestik terhadap produk-produk dari industri dan sektor-sektor
lain di dalam negeri, baik untuk barang-barang produsen maupun barang-barang
konsumen, kuznets menyebutnya kontribusi pasar.
c. Karena relatif pentingnya pertanian bisa dilihat dari sumbangan out-put nya terhadap
pembentukan produk domestik bruto dan andilnya terhadap penyerapan tenaga kerja
tanpa bisa dihindari menurun dengan pertumbuhan atau semakin tingginya tingkat
pembangunan ekonomi.
d. Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca
perdagangan atau neraca pembayaran, baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau
peningkatan produksi komoditi-komiditi pertanian menggantikan impor.

2.2.4 Syarat-syarat Pemabangunan Pertanian

Pertanian memperoleh energi dari sinar matahari dan prosesnya melalui proses-
proses biologis dari pertumbuhan hewan dan tanaman, petani adalah manusia-manusia
dan anggota-anggota keluarga serta anggota masyarakat setempat. Menurut A.T Mosher
1965 dalam bukunya lincolin Arsyad ekonomi pembangunan, menganalisis syarat-syarat
pembangunan pertanian jika pertanian dikembangkan dengan baik. Mosher
mengelompokan syarat-syarat pembangunan pertanian tersebut menjadi dua yaitu syarat-
syarat mutlak dan syarat-syarat pelancar.

a. Syarat-Syarat Mutlak

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani

2. Teknologi yang senantiasa berkembang

3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal

4. Adanya perangsang produksi bagi tani

5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu

b. Syarat-Syarat Sarana Pelancar

1. Pendidikan pembangunan

2. Kredit produksi

3. Kegiatan gotong royong petani


4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian

5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian

2.2.5 Kedudukan Sektor Pertanian dalam Perekonomian

Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari


pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional.Hasil kajian pembangunan ekonomi
di berbagai negara menunjukkan bahwa terdapat mekanisme keterkaitan antara
pembangunan pertanian dengan pembangunan industri dan jasa. Keberhasilan
pembangunan pertanian terutama dalam meningkatkan pendapatan dan ketersediaan
bahan pangan pokok masyarakat akan memacu berkembangnya sektor industri dan jasa
serta mempercepat trasformasi struktur perekonomian nasional. Bukti-bukti empiris juga
menunjukkan bahwa ketangguhan sektor industri akan semakin kokoh apabila didukung
oleh berkembangnya sektor pertanian yang tangguh dan berkelanjutan, sehingga nampak
keterkaitan antara pertanian, industri dan jasa (Badan Agribisnis, 2000).

Kenyataan menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan penting


dalam sumbangannya terhadap produk domestik bruto.Tingkat pertumbuhan sektor
pertanian penting artinya dalam kaitannya dengan pertumbuhan sektor perekonomian
lainnya.Hanya saja sumbangan sektor pertanian terhadap produk domestik bruto dari
tahun ke tahun semakin menurun sejalan dengan perkembangan perekonomian suatu
negara. Lebih jauh, bila kita lihat penurunan sumbangan sektor pertanian terhadap produk
domestik bruto setiap negara tentu berbeda-beda, disatu pihak akan sangat tergantung
pada pertumbuhan sektor pertanian dan di lain pihak akan sangat tergantung pada sektor-
sektor yang lainnya, maka jelas kondisi ini akan menggambarkan kedudukan relatif
sektor pertanian akan merosot baik dilihat dari struktur produk domestik bruto maupun
kesempatan kerja. Hal ini didukung oleh pendapat Kuznet (1966) yang membagi peranan
sektor menjadi beberapa bagian dalam pembangunan ekonomi, yaitu :

(1) kontribusi produk,

(2) kontribusi pasar,

(3) kontribusi faktor.


Dengan demikian peran utama sektor pertanian terhadap perkembangan
perekonomian suatu negara adalah pertumbuhan dalam sektor pertanian itu sendiri.
Kenaikan output sektor pertanian akan meningkatkan produk nasional kotor negara yang
bersangkutan, karena gross nasional produk merupakan jumlah nilai tambah diberbagai
sektor perekonomian, kontribusi ini yang dinamakan dengan kontribusi produk.
Sedangkan kontribusi pasar terjadi melalui mekanisme permintaan terhadap produksi
faktorfaktor lain dan penawaran produksi pertanian, kotribusi faktor terjadi apabila
transfer faktor-faktor produksi sektor pertanian ke sektor non pertanian.Potensi sektor
pertanian dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional bila dilihat dari
kontribusinya pada berbagai kegiatan perekonomian. Krisis ekonomi menunjukkan fakta
yang berlawanan dengan periode sebelumnya.Proporsi angkatan kerja yang terserap di
sektor pertanian cendrung meningkat pada tahun 1997 - 1998. Selama dua tahun terakhir
jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian mengalami peningkatan dari 7.88
persen menjadi 11.7 persen di wilayah perkotaan, sedangkan di perdesaan proporsi
penyerapan 20 tenaga kerja juga meningkat dari 57.94 persen menjadi 62.86 persen.
Sementara di sektor lain kecendrungannya mengalami penurunan (Adriani, 2000). Jadi
pada periode krisis ekonomi, sektor pertanian adalah sektor yang dapat bertahan,
walaupun pada periode sebelumnya sektor pertanian adalah sektor yang cendrung
terabaikan oleh para penentu kebijakan.Para penentu kebijakan pemerintah yang
umumnya didominasi oleh ekonom makro dan industrialis mengalami kekurangan
apresiasi terhadap pentingnya peranan sektor pertanian terutama di wilayah perdesaan.

2.2.6 Program Pembangunan Pertanian di Kabupaten Dompu

Dalam rangka mempercepat pencapaian tujuan pembangunan (mewujudkan


kesejahteraan masyarakat), maka program pembangunan lebih dipertajam lagi dimana
masing-masing pemerintahan menetapkan program prioritas atau unggulan. Adapun
program prioritas atau unggulan yang sangat populer dengan sebutan program PIJAR
(Sapi, Jagung, dan Rumput Laut). Penetapan program prioritas atau unggulan ini
didasarkan atas : Pertama, potensi obyektif yang dimiliki oleh Provinsi Nusa Tenggara
Barat khususnya kabupaten Dompu diantaranya hewan ternak sapi, potensi jagung dan
rumput laut yang dihasilkan oleh masyarakat. Kedua, sumber daya lahan yang dimiliki
tersedia cukup luas. Ketiga, karakteristik masyarakat hampir 85%-90% masyarakat
menjadikan mata pencaharian sebagai peternak sapi, petani jagung dan petani rumput laut
dan masyarakat sudah sangat familiar dengan profesi sebagai peternak sapi, petani
jagung, dan petani rumput laut.

Melalui banyak pogram yang disediakan oleh pemerintah strategi tanaman jagung
yang merupakan bagian dari program PIJAR guna mendukung adanya pemberdayaan
bagi masyarakat kabupaten Dompu agar tercipta laju ekonomi yang 4 lebih baik. Program
PIJAR sendiri mulai dikembangkan pada tahun 2008-2009 dalam rangka untuk
meningkatkan pendapatan. Potensi pertanian Kabupaten Dompu, secara garis besar terdiri
dari lahan sawah seluas19.194 hektar dan lahan kering 213.261 hektar, salah satu
komoditi pangan utama yang secara tradisional telah lama ditanam oleh para petani dan
berperan sebagai salah satu penopang utama kebutuhan ekonomi keluarga adalah jagung.
Peningkatan produktivitas komoditas jagung di Kabupaten Dompu tersebut secara tidak
langsung ikut memicu tingkat pendapatan para petani. Suksesnya program tanaman
jagung diharapkan akan dapat memberikan peningkatan pendapatan para petani yang ikut
menekan angka kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Melalui program tanaman jagung yang mempertimbangkan berbagai faktorfaktor


pendukung kelancaran dan keberhasilan program tersebut maka dapat mendorong
peningkatan pendapatan rumah tangga masyarakat dan ikut meningkatkan produktivitas
untuk komoditas jagung. Produksi yang semakin meningkat ikut memberikan konstribusi
positif terhadap sektor pertanian di Kabupaten Dompu dan memberikan konstribusi
terhadap pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Dompu. Hal ini
terbukti dengan total PDRB tahun 2014 sebesar 1.147.385.042,Tahun 2015
1.203.791.552, tahun 2016 1.233.502.338, tahun 2017 1.140.738.619 (BPS Dompu 2018)

2.3 Kemiskinan

2.3.1 Pengertian Kemiskinan

Menurut Arsyad (2006), kemiskinan merupakan sebuah fenomena multidimensi


di mana kebutuhan manusia bermacam-macam sehingga kemiskinan pun memiliki
berbagai aspek. Aspek primer yaitu yang berupa miskin asset, organisasi sosial politik
dan pengetahuan, serta ketrampilan, sedangkan aspek sekunder berupa miskin akan
jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi. Lebih lanjut, kemiskinan sendiri
memiliki dua pendekatan untuk mengukurnya, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan
relatif. Kemiskinan sering dihubungkan dengan tingkat pendapatan seseorang dengan
kebutuhannya. Kebutuhan yang dimaksud di sini ialah kebutuhan pokok atau kebutuhan
dasar minimum yang terdiri atas pangan, sandang, dan papan, di mana ketiganya
merupakan syarat agar seseorang dapat dikatakan hidup secara layak. Ketika pengasilan
yang diperoleh individu tidak mampu mencukupi kebutuhannya akan ketiga kebutuhan
tersebut, maka dia dapat dikatakan miskin. Dengan demikian, kemiskinan pun dapat
dihitung dengan cara membandingkan tingkat pendapatan seseorang yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pokok agar bisa hidup. Konsep perhitungan inilah yang
sering disebut dengan kemiskinan absolut. Konsep kemiskinan relatif dipandang melalui
aspek ketimpangan sosial. Ada masyarakat yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar
minimumnya namun ternyata masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
masyarakat sekitarnya (lingkungannya), maka masyarakat tersebut dapat dikatakan masih
berada dalam kategori miskin. Semakin besar ketimpangan antara tingkat kehidupan
golongan atas dengan golongan bawah, maka semakin besar pula jumlah penduduk yang
dapat dikategorikan miskin. Sehingga konsep kemiskinan relatif ini erat hubungannya
dengan masalah distribusi pendapatan. Todaro dan Smith (2006) menjelaskan bahwa
kemiskinan yang terjadi di negara-negara berkembang adalah akibat dari interaksi antara
6 karakteristik yaitu:

1) pendapatan nasional negara berkembang yang dan laju pertumbuhan ekonomi


lambat,

2) pendapatan perkapita masih rendah dan pertumbuhannya sangat lambat,


bahkan ada beberapa yang mengalami stagnasi,

3) distribusi pendapatan tidak merata,

4) mayoritas penduduk hidup di bawah tekanan kemiskinan absolut,

5) fasilitas dan pelayanan kesehatan buruk,


6) fasilitas pendidikan maupun isi kurikulumnya relatif kurang relevan maupun
kurang memadai.

2.3.2 Bentuk dan jenis kemiskinan

Dimensi kemiskinan yang dikemukakan oleh Chambers memberikan penjelasan


mengenai bentuk persoalan dalam kemiskinan dan faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kondisi yang disebut memiskinkan. Konsep kemiskinan tersebut memperluas
pandangan ilmu sosial terhadap kemiskinan yang tidak hanya sekedar kondisi
ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhankebutuhan pokok, akan tetapi
juga kondisi ketidakberdayaan sebagai akibat rendahnya kualitas kesehatan dan
pendidikan, rendahnya perlakuan hukum, kerentanan terhadap tindak kejahatan
(kriminal), resiko mendapatkan perlakuan negatif secara politik, dan terutama
ketidakberdayaan dalam meningkatkan kualitas kesejahteraannya sendiri. Berdasarkan
kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk permasalahan multidimensional,
kemiskinan memiliki 4 bentuk. Adapun keempat bentuk kemiskinan tersebut adalah
(Suryawati, 2004):

1. Kemiskinan Absolut Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi di mana pendapatan


seseorang atau sekelompok orang berada di bawah garis kemiskinan sehingga kurang
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan,
perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Garis kemiskinan diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata
untuk kebutuhan pokok berkaitan dengan pemenuhan standar kesejahteraan. Bentuk
kemiskinan absolut ini paling banyak dipakai sebagai konsep untuk menentukan atau
mendefinisikan kriteria seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin.
2. Kemiskinan Relatif Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang
terjadi karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke
seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan
atau ketimpangan standar kesejahteraan. Daerahdaerah yang belum terjangkau oleh
program-program pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah daerah
tertinggal.
3. Kemiskinan Kultural Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi
sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya
berasal dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf
hidup dengan tata cara moderen. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas,
pemboros atau tidak pernah hemat, kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada
pihak lain.
4. Kemiskinan Struktural Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang
disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya
terjadi pada suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang
mendukung adanya pembebasan kemiskinan.

Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki unsur diskriminatif.


Bentuk kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang paling banyak
mendapatkan perhatian di bidang ilmu sosial terutama di kalangan negaranegara pemberi
bantuan/pinjaman seperti Bank Dunia, IMF, dan Bank Pembangunan Asia. Bentuk
kemiskinan struktural juga dianggap paling banyak menimbulkan adanya ketiga bentuk
kemiskinan yang telah disebutkan sebelumnya (Jarnasy, 2004: 8-9). Setelah dikenal
bentuk kemiskinan, dikenal pula dengan jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya.

Adapun jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya adalah:

1. Kemiskinan Alamiah Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terbentuk


sebagai akibat adanya kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau
ketiadaan pra sarana umum (jalan raya, listrik, dan air bersih), dan keadaan
tanah yang kurang subur. Daerah-daerah dengan karakteristik tersebut pada
umumnya adalah daerah yang belum terjangkau oleh kebijakan pembangunan
sehingga menjadi daerah tertinggal.
2. Kemiskinan Buatan Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang diakibatkan
oleh sistem moderenisasi atau pembangunan yang menyebabkan masyarakat
tidak memiliki banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya, sarana, dan
fasilitas ekonomi secara merata. Kemiskinan seperti ini adalah dampak negatif
dari pelaksanaan konsep pembangunan (developmentalism) yang umumnya
dijalankan di negara-negara sedang berkembang. Sasaran untuk mengejar
target pertumbuhan ekonomi tinggi mengakibatkan tidak meratanya
pembagian hasil-hasil pembangunan di mana sektor industri misalnya lebih
menikmati tingkat keuntungan dibandingkan mereka yang bekerja di sektor
pertanian.

Kedua jenis kemiskinan di atas seringkali masih dikaitkan dengan konsep


pembangunan yang sejak lama telah dijalankan di negara-negara sedang berkembang
pada dekade 1970an dan 1980an (Jarnasy, 2004: 8).

Persoalan kemiskinan dan pembahasan mengenai penyebab kemiskinan hingga


saat ini masih menjadi perdebatan baik di lingkungan akademik maupun pada tingkat
penyusun kebijakan pembangunan (Suryawati, 2004: 123).

Salah satu perdebatan tersebut adalah menetapkan definisi terhadap seseorang


atau sekelompok orang yang disebut miskin. Pada umumnya, identifikasi kemiskinan
hanya dilakukan pada indikator-indikator yang relatif terukur seperti pendapatan per
kapita dan pengeluaran/konsumsi rata-rata.

Ciri-ciri kemiskinan yang hingga saat ini masih dipakai untuk menentukan
kondisi miskin adalah:

1) Tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja,
dan ketrampilan yang memadai.

2) Tingkat pendidikan yang relatif rendah

3) Bekerja dalam lingkup kecil dan modal kecil atau disebut juga bekerja di
lingkungan sektor informal sehingga mereka ini terkadang disebut juga setengah
menganggur

4) Berada di kawasan pedesaan atau di kawasan yang jauh dari pusat-pusat


pertumbuhan regional atau berada pada kawasan tertentu di perkotaan (slum area)
5) Memiliki kesempatan yang relatif rendah dalam memperoleh bahan kebutuhan
pokok yang mencukupi termasuk dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan
pendidikan sesuai dengan standar kesejahteraan pada umumnya.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa ciri-ciri kemiskinan di atas


tidak memiliki sifat mutlak (absolut) untuk dijadikan kebenaran universal terutama dalam
menerangkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan ataupun
terbentuknya kemiskinan. Sifat-sifat kemiskinan di atas hanya merupakan temuan
lapangan yang paling banyak diidentifikasikan atau diukur.

2.3.3 Penyebab Kemiskinan

Menurut Mudrajat Kuncoro terdapat tiga penyebab kemiskinan dipandang dari


sisi ekonomi yaitu:

a. Secara makro, kemiskinan munncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan


sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk
miskin hanya memilih sumber daya alam dalam jumlah terbatas dan kualitasnya
rendah
b. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia
c. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses terhadap modal Menurut Todaro,
kemiskinan timbul karena ada sebagian daerah yang belum sepenuhnya ditangani.

Ada sebagian sektor yang harus menampung tenaga kerja secara berlebih dengan
tingkat produktivitas yang rendah, dan ada pula sebagian masyarakat yang belum ikut
serta dalam proses pembangunan sehingga belum dapat menikmati hasilnya secara
memadai.

2.3.4 Strategi dalam mengurangi kemiskinan

Menurut Arsyad, ada beberapa strategi dalam mengurangi kemiskinan yaitu:

a) Pembangunan Pertanian Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan


ekonomi dari pengurangan kemiskinan di Indonesia. Aspek dari pembangunan
pertanian yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pengurangan
kemiskinan terutama di perdesaan. Kontribusi terbesar bagi peningkatan
pendapatan perdesaan dan pengurangan kemiskinan di perdesaan dihasilkan dari
adanya revolusi teknologi dalam pertanian padi, termasuk pembangunan irigasi.
b) Perananan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) memberikan peran yang lebih besar dalam perancangan dan implementasi
program pengurangan kemiskinan. Keterlibatan LSM dalam mengurangi
kemiskinan dapat meringankan biaya fianansial dan staf dalam penerapan
proggram padat karya untuk mengurangi kemiskinan.

2.3.5 Teori Kemiskinan

a) Teori Lingkaran Setan Kemiskinan Nurkse mengutarakan pemikirannya dalam


teori lingkaran setan kemiskinan (Vicius Circle of Poverty). Terjadinya
kemiskinan disebabkan karena keterbelakangan manusia dan sumber daya alam.
Pengelolaan sumber daya alam sangat bergantung pada kemampuan produktif
manusia. Jika penduduknya banyak yang miskin dan pendidikannya rendah, maka
akan mengakibatkan kelangkaan keterampilan teknik, pengetahuan, dan aktivitas
kewiraswastaan yang secara otomatis akan menyebabkan sumber daya alam yang
tersedia terbengkalai, tidak berkembang, dan bahkan salah guna. Di sisi lain,
kurangnya sumber daya alam akan menyebabkan kemiskinan, karena sumber
daya alam adalah sumber utama kebutuhan dalam kehidupan manusia.
Kemiskinan sumber daya alam merupakan sebab dan sekaligus akibat kemiskinan
manusia.
b) Teori Arthur Lewis Arthur Lewis mengatakan bahwasanya tingkat pertumbuhan
ekonomi akan diikuti oleh aliran vertikal dari penduduk kaya ke penduduk miskin
yang terjadi dengan sendirinya. Manfaat pertumbuhan ekoonomi akan dirasakan
penduduk kaya terlebih dahulu, dan kemudian pada tahap selanjutnya penduduk
miskin mulai memperoleh manfaat ketika penduduk kaya mulai membelanjakan
hasil dari pertumbuhan ekonomi yang telah diterimanya. Hal ini berarti bahwa
kemiskinan akan berkurang dalam skala yang sangat kecil apabila penduduk
miskin hanya menerima sedikit manfaat dari total manfaat yang ditimbulkan dari
adanya pertumbuhan ekonomi.
c) Teori Marjinal Teori ini berasumsi bahwa setiap wilayah pasti mempunyai
masyarakat dengan tingkat kehidupan rendah atau hidup miskin. Oscar Lewis
(1966) adalah tokoh dari aliarn teori Marjinal. Konsepnya yang terkenal adalah
Culture of Poverty. Menurut Lewis, setiap masyarakat di dunia menjadi miskin
disebabkan adanya budaya hidup rendah seolah-olah tidak perduli dengan
kemajuan zaman, sehigga ingin hidup dengan semaunya sendiri tanpa ada
perasaan untuk hidup jauh lebih baik, pasrah dengan keadaan, kurang pendidikan
dan pengetahuan, kurang ambisi dalam membangun masa depan, kejahatan dan
kekerasan yang banyak terjadi.

2.3.6 Indikator kemiskinan Di indonesia

Tingkat Kemiskinan Head Count Index (HCI-P0), yaitu persentase penduduk


dengan pengeluaran per kapita kurang dari garis kemiskinan. Status miskin adalah yang
berada di bawah Garis Kemiskinan (GK). Tingkat kemiskinan dihitung dengan rumus
sebagai berikut: Dimana, adalah

0; adalah garis kemiskinan; adalah rata-rata pengeluaran per kapita sebulan


penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q),

yi < z; banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan; dan adalah
jumlah penduduk.

Jumlah Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin adalah jumlah penduduk yang
hidup di bawah garis kemiskinan pada suatu periode tertentu. Sesuai dengan formulasi
sebelumnya, penduduk miskin dihitung setiap 6 bulan sekali, yaitu pada bulan Maret dan
September. Bagi pemerintah, jumlah penduduk miskin merupakan target pembangunan
yang perlu ditekan setiap tahun sampai dengan angka terendah. Berbagai program dan
kebijakan pemerintah diarahkan untuk mencapai jumlah penduduk miskin sesuai dengan
target dalam rencana pembangunan. Beberapa program di antaranya bertujuan untuk
menurunkan beban pengeluaran melalui program perlindungan sosial. Selain itu, untuk
tujuan meningkatkan pendapatan rumah tangga juga diterapkan kebijakan serupa, namun
dalam dimensi yang berbeda, seperti program kredit usaha rakyat dan dana desa.
Kesenjangan Kemiskinan Indeks Kesenjangan Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1)
merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin
terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata
pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Dimana, adalah

1; adalah garis kemiskinan; adalah rata-rata pengeluaran per kapita sebulan


penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q),

yi < z; banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan;

dan adalah jumlah penduduk. Secara umum, angka ini berguna untuk menentukan biaya
mengentaskan kemiskinan dengan membuat target transfer yang sempurna terhadap
penduduk miskin dengan asumsi perfect targeting, tanpa kebocoran dan hambatan
program. Semakin kecil nilai kesenjangan kemiskinan, semakin besar pula potensi
ekonomi untuk dana pengentasan kemiskinan berdasarkan identifiasi karakteristik
penduduk miskin dan juga untuk target sasaran bantuan dan program. Penurunan nilai
indeks kesenjangan kemiskinan mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk
miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran
penduduk miskin juga semakin menyempit. Keparahan Kemiskinan Indeks Keparahan
Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran
pengeluaran di antara penduduk miskin. Dimana, adalah

2; adalah garis kemiskinan; adalah rata-rata pengeluaran per kapita sebulan


penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q),

yi < z; banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan;

dan adalah jumlah penduduk. Secara umum, semakin tinggi nilai indeks semakin tinggi
pula ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Angka ini berguna untuk
memberikan informasi yang saling melengkapi pada insiden kemiskinan. Sebagai contoh,
mungkin terdapat kasus bahwa beberapa kelompok penduduk miskin memiliki insiden
kemiskinan yang tinggi tetapi tingkat kesenjangan kemiskinannya rendah, sementara
kelompok penduduk lain mempunyai insiden kemiskinan yang rendah tetapi memiliki
tingkat kesenjangan kemiskinan yang tinggi bagi penduduk yang miskin.
2.4 Keterkaitan sektor pertanian dengan penduduk miskin

Terdapat banyak penjelasan mengenai penyebab kemiskinan. Salah satu penyebab


umum terjadinya kemiskinan adalah adanya keterbelakangan perekonomian pada suatu
wilayah. Menurut Kuncoro (2000), negara tersebut miskin karena menggantungkan diri
pada sektor pertanian yang subsisten, metode produksi tradisional, serta sikap apatis
terhadap lingkungan. Daerah dengan sektor pertanian sebagai basis ekonominya memiliki
kecenderungan tingkat kemiskinannya tinggi (Bappeprov Jatim, 2012). Daerah perkotaan
umumnya basis aktivitas ekonominya bukan di sektor pertanian, namun berbeda dengan
di pedesaan yang sebagain besar masyarakat menggantungkan hidupnya pada pertanian.
Oleh sebab itulah penduduk miskin lebih banyak berada di pedesaan. Munculnya
kemiskinan yang besar di sektor pertanian di Indonesia disebabkan tidak meratanya akses
petani terhadap faktor produksi terutama lahan dan modal (Budiantoro, 2013).
Ketertinggalan dan keterbelakangan dalam akses tersebut kemudian menciptakan
rendahnya produktivitas di sektor pertanian itu sendiri. Produktivitas yang rendah
tercermin dari tingkat pengembalian yang rendah. Tingkat pengembalian yang rendah
untuk tenaga kerja di sektor pertanian tercermin melalui upah rata-rata dan jam kerja
yang rendah di sektor tersebut. Selain itu, kenyataan bahwa banyak tenaga kerja di sektor
pertanian yang tidak diupah juga menyebabkan tingkat pengembalian rendah pada sektor
ini. Tingkat produktivitas dan tingkat pengembalian yang rendah di sektor pertanian
menjelaskan mengapa kabupaten/kota dengan proporsi tenaga kerja yang besar pada
sektor pertanian cenderung memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi (Bappeprov Jatim,
2012). Atau dalam arti lain, kemiskinan berkorelasi dengan produktivitas tenaga kerja
pada sektor pertanian. Semakin rendah produktivitas mereka, maka semakin tinggi
tingkat kemiskinan di daerah tersebut.
2.5 Penelitian terdahulu

Nama penelitian Judul dan Metode Hasil Penelitian


No. (Tahun) Penelitian

1. Murohman , M Peran Sektor Ekonomi hasil penelitian menunjukkan:


Parulian Hutagaol, Dalam Pengentasan 1. Sektor pertanian masih
Alla Asmara(2014) Kemiskinan Di mempunyai peran penting dalam
Kalimantan Barat. perekonomian di Kalimantan Barat.
Metode yang digunakan Hal ini ditujukkan oleh tingginya
dalam penelitian ini peran pertanian khususnya pertanian
adalah analisis I-O padi dan palawija dalam
Miyazawa dan pembentukan output, penyerapan
dekomposisi indeks tenaga kerja, dan distribusi
kemiskinan FGT pendapatan rumah tangga.
(Foster-Greer- 2. Peranan sektor ekonomi dalam
Thorbecke) menurut tipe pengentasan kemiskinan ditunjukkan
dampak.. oleh peningkatan pendapatan yang
diperoleh dalam
proses produksi sektor ekonomi
yang didistribusikan kepada rumah
tangga miskin. Dampak langsung
penurunan kemiskinan tertinggi
terjadi pada sektor industri
sedangkan dampak total tertinggi
terjadi pada sektor pertanian
tanaman padi dan palawija.
2. Bella Ginatie(2016) Analisis Dampak Berdasarkan hasil analisis tentang
Pertumbuhan Sektor pengaruh pertumbuhan sektor
pertanian terhadap pertanian terhadap kemiskinan Jawa
kemiskinan Jawa Timur. Timur, maka dapat disimpulkan
Metode penelitian
analisis yang sebagai berikut:
menggabungkan time 1. Pertumbuhan sektor pertanian
series dan cross section terbukti dapat membantu
mengurangi laju kemiskinan di Jawa
Timur yang masih tergolong tinggi
dan didominasi oleh penduduk yang
berada di pedesaan khususnya
bekerja di pertanian.
2. Terdapat perbedaan antara daerah
basis dan nonbasis pertanian dalam
mengurangi kemiskinan dimana
pengurangan kemiskinan wilayah
basis pertanian masih relatif lambat
dibandingkan dengan daerah yang
bukan berbasis pertanian (industri).
3. IPM terbukti dapat menjadi salah
satu solusi untuk memerangi
kemiskinan, sehingga perbaikan
kualitas manusia dalam bidang
kesehatan, pendidikan, dan standar
hidup layak dapat membuat
kesejahteraan hidup masyarakat
meningkat.
4. Tingkat pengangguran tidak
terbukti mempengaruhi kemiskinan
mengindikasikan masih banyak
terdapat pengangguran terselubung
di Jawa Timur.
3. Agus Setyawan , Rina Analisis pengaruh sektor Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Indiastuti , dan Tati S. pertanian dan sektor in sektor pertanian, dalam hal ini
Joesron (2012) dustri pengolahan pangsa sektor pertanian pada PDRB
terhadap kemiskinan di Jawa Tengah, berpengaruh negatif
Jawa Tengah. Metode terhadap kemiskinan meskipun tidak
Penelitian Analisis signifikan. Hal memberikan satu
deskriptif dan bukti bahwa sektor pertanian
ekonometrika dilakukan memiliki potensi untuk menjadi
melalui pendekatan sektor yang diandalkan, khususnya
fixed effect pada panel terkait dengan penanggulangan
kemiskinan. Hal ini sejalan dengan
kebijakan yang telah tertuang dalam
salah satu misi RPJMD Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-
2013, yakni pembangunan ekonomi
kerakyatan berbasis agrobisnis dan
pertanian. Hanya saja, saat ini sektor
pertanian di Jawa Tengah lebih
banyak bersifat tradisional dengan
tingkat produktivitas yang rendah.
Oleh karena itu, pemerintah perlu
mengambil kebijakan yang
mengarah kepada modernisasi
pertanian, di antaranya
pengembangan teknologi pertanian,
penyediaan bahan-bahan dan alat
produksi, serta penyediaan pasar
untuk hasil-hasil pertanian.
Selanjutnya, diharapkan sektor
pertanian akan menjadi sektor yang
lebih produktif dan mampu
meningkatkan kesejahteraan para
petani.
4. Yennita Peran sector pertanian Hasil penelitian ini untuk menjawab
Sihombing(2021) terhadap perekonomian tujuan penulisan melalui telaah
wilayah pedesaan dalam literatur dengan mendeskripsikan
mengentaskan peran sektor pertanian terhadap
kemiskinan. Pengkajian perekonomian wilayah perdesaan
dilakukan dengan dengan menggunakan data sekunder
menggunakan metode yang bersumber dari Kementerian
Desk Research, Pertanian, berbagai hasil penelitian,
kemudian di analisis jurnal, kebijakan pemerintah, dan
dengan mengunakan lembaga terkait yang dapat
analisa deskripktif mempertajam kedalaman analisis.
kualitatif. Sektor pertanian berperan penting
terhadap upaya pengurangan
kemiskinan di wilayah perdesaan.
Sektor pertanian menjadi kunci dan
dapat sebagai leading sector dalam
mengurangi kemiskinan secara
agregat, mengingat kemiskinan
terbesar terdapat di wilayah
perdesaan. Pengembangan ekonomi
perdesaan dalam menurunkan
tingkat kemiskinan di dapat
dilakukan oleh pemerintah terkait
maupun masyarakat perdesaan
melalui program pembangunan
ekonomi masyarakat perdesaan.

5. Muhammad Arif Pengaruh nilai PDRB Hasil yang diperoleh dalam


Prastyadi(2021) sector pertanian dan penelitian ini; (1) berdasarkan
sector industri terhadap pengujian secara simultan (uji F),
tingkat kemiskinan pada menunjukkan bahwa sektor
16 Provinsi di pulau pertanian dan sektor industri
Jawa dan Sumatera. berpengaruh negatif dan signifikan
Metode penelitian teknik terhadap tingkat kemiskinan; (2)
analisis regresi data berdasarkan pengujian secara parsial
panel dengan (uji t), menunjukkan bahwa secara
pendekatan Fixed Effect terpisah, sektor pertanian dan sektor
Model. industri sama-sama berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan; dan (3)
berdasarkan hasil koefisien
determinasi R2 , menunjukkan nilai
96 persen yang berarti bahwa
variabel bebas sektor pertanian dan
sektor industri dapat menjelaskan
variasi variabel terikat yakni tingkat
kemiskinan sebesar 96 persen.

2.6 Kerangka konseptual

Pembangunan Ekonomi

Berbasis Pertanian Jagung

Pengentasan kemiskinan

Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi


Pada dasarnya kerangka konseptual adalah suatu arahan untuk dapat
menghasilkan gambaran atas apa yang menjadi suatu Fokus dalam penelitian. Adapun
penelitian yang membahas tentang pengaruh pembangunan ekonomi berbasis pertanian
terhadap pengentasan kemiskinan di Kabupaten Dompu, Sektor pertanian merupakan
salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya
yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil strategis terutama
yang menyangkut komoditas pangan. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk
pertanian ini diharapkan dapat dilakukan secara lebih terencana dengan pemanfaatan
yang optimum serta dapat dinikmati oleh seluruh penduduk Indonesia. Di lain pihak, luas
lahan pertanian yang semakin sempit digilas oleh lahan perumahan dan lahan industri
serta jumlah penduduk yang semakin tinggi berdampak terhadap sulitnya pemenuhan
komoditas pangan khususnya dan kehidupan generasi yang akan datang pada umumnya.
Oleh karena itu, masalah pertanian menjadi sangat kompleks karena berkaitan dengan
hajat hidup masyarakat sekarang dan yang akan datang.

Kemudian fokus penelitian yang dikaji yaitu tentang bagaimana pembangunan


ekonomi berbasis pertanian, Apakah mempengarui atau belum mempengaruhi
kemiskinan yang ada di Kabupaten Dompu.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Kuantitatif dengan jenis data sekunder.


Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti suatu populasi
atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data
bersifat statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

3.2 Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di kabupaten Dompu, Provinsi Nusa


Tenggara Barat(NTB). Waktu penelitian setalah seminar proposal dilakukan.

3.3 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan. Tidak hanya orang objek dan beda alam pun dapat
dikatakan sebagai populasi, populasi juga bukan hanya tergantung pada jumlah objek
yang ada pada objek atau subyek yang di pelajari, tetapi dapat juga meliputi seluruh
karakteristik atau sifat yang ada pada objek dan subjek itu.

Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang bekerja sebagai petani yang
ada di kabupaten Dompu.

3.4 Metode pengumpulan data

Teknik pengumpulan datanya yaitu dokumentasi berdasarkan data yang diperoleh


Badan Pusat Statistik (BPS). Variabel yang digunakan adalah tingkat kemiskinan, laju
pertumbuhan sektor pertanian, dummy wilayah basis atau nonbasis pertanian, Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).
3.5 Sampel dan Teknik Sampling

3.5.1 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
tersebut.dalam penelitian inisampel yang digunakan adalah masyarakat yang bekerja
sebagai petani yang ada di kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.

3.5.2 Teknik pengambilan sampel

pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan


menggunakan probability sampling. Probability sampling adalah teknik sampling (teknik
pengambilan sampel)yag memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.salah satu teknik dalam probability
sampling adalah simple random sampling. Simple random sampling adalah simple
(sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara kala tanpa
memperhatikan starta yang ada dala populasi tersebut.cara ini dilakukan apabila anggota
populasi dianggap homogen.

3.6 Jenis dan sumber data

3.6.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka yang menunjukkan nilai terhadap
besaran atas variable yang diwakilkannya. Data kuantitatif yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti.

3.6.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli (tidak melalui perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian (Sugiyono,2020). Data primer
dalam penelitian ini diambil berdasarkan dept interview kepada responden.
2. Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen
(sugiyono,2020). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari badan
pusat Statistika Kabupaten Dompu, Kabupaten Dompu dalam angka 2021.

3.7 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2020: 68).

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengentasan kemiskinan.


Pembangunan ekonomi yang berbasis pertanian jagung menjadi perhatian peneliti untuk
mengetahui pengaruhnya dalam mengentaskan kemiskinan.

3.8 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

3.8.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk


memperoleh data dari responden yang ditentukan di dalam penelitian, pengumpulan data
dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara (Sugiyono,
2020). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu :

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan


menganlisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik, Sukmadinata (2007:221). Dokumentasi yang dilakukan penelitian ini
yaitu dengan mengambil data pada Badan Pusat Statistika (BPS).
2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab


lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang
mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai. dalam hal ini
yang akan saya wawacarai adalah Kepala Bappeda Kabupaten DOMPU.

Orang yang mengajukan pertanyaan dalam proses wawancara disebut


pewawancara (interview) dan yang memberikan wawancara tersebut
interviewe.

3.8.2 Alat Pengumpulan Data


1. Daftar Pertanyaan

Daftar pertanyaan merupakan Teknik pengumpulan data yang dilakukan


dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disediakan oleh
pewawancara.

2. Recorder

Alat perekam yang digunakan untuk merekam suara atau gambar pada saat
melakukan penelitian.

3.9 Prosedur Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data
panel. Analisis data panel merupakan kombinasi dari deret waktu (time series) dan kerat
lintang (cross section). Penggunaan data panel memberikan banyak keuntungan secara
statistik maupun teori ekonomi. Beberapa manfaat menggunakan data panel adalah
memberikan data yang informatif dan lebih efisien, memungkinkan analisis terhadap
sejumlah permasalahan ekonomi yang krusial yang tidak dapat dijawab oleh analisis data
runtun waktu atau kerat lintang saja, dan memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi dalam
memodelkan perbedaan perilaku antar individu dibandingkan data kerat lintang. Dalam
analisis model data panel terdapat tiga macam pendekatan yang terdiri dari pooled least
square, fixed effect, dan random effect. Dalam analisis data panel, terdapat beberapa
langkah untuk menentukan model terbaik yang dapat digunakan. Pengujian yang perlu
dilakukan dalam analisis data panel adalah: 1) Uji Chow, untuk memilih model terbaik
antara pooled least square atau fixed effect, 2) Uji Hausman, untuk menentukan secara
tepat spesifikasi model yang akan digunakan antara model fixed effect atau random
effect, dan 3) Uji LM, untuk memilih model terbaik antara pooled least square dengan
random effect. Selanjutnya, penelitian ini terdiri dari satu variabel dependen dan empat
variabel independen dengan kombinasi data panel yang menghasilkan 50 observasi.
Fungsi persamaannya adalah sebagai berikut:

Y = α0 + α1 X1+ β1 (D1) X1 + α2 X2 + α3 X3

Dimana :

Y = Kemiskinan

α0 - α3 = Koefisien variabel X1 - X3

β1 = Koefisien dummy

X1 = Pertumbuhan Sektor Pertanian

X2 = Indeks Pembangunan Manusia

X3 = Tingkat Pengangguran Terbuka

D1 = Variabel dummy wilayah basis pertanian/nonbasis pertanian


Daftar Pustaka

Bungaran Saragih. 2010. Agribisnis: Paradigma baru pembangunan ekonomi berbasis

pertanian. Bogor: PT penerbit IPB Press.

Arsyad, Lincolin. 2006. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi

Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Badan Pusat Statistik. 2021. Statistika kemiskinan 2021. Diakses pada 13 Januari 2022

Bella Ginantie, 2016. Analisis Dampak Pertumbuhan Sektor pertanian terhadap kemiskinan Jawa

Timur.

Budiantoro, Setyo, dan Wiko Saputra. 2013. Pertumbuhan Sektor Pertanian dan Pilihan Investasi

untuk Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta Selatan: Prakarsa.

Jenal Abidin,Rina octaviani, dan Fredian Tonny Nasdian. 2013. Strategi penanggulangan

kemiskinan melalui pengembangan pertanian di kabupaten Bogor, Studi kasus di

Kecamatan Pemjahan dan Leuwiliang.

Locatelli. 2010. Studi Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) Di

Desa Purbayan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

Moch.Arifien, Fafurida, dan Vitradesie Noekent. 2012. Perencanaan pembangunan berbasis

pertanian tanaman pangan dalam upaya penanggulangan masalah kemiskinan.

Muhammad Arif Prastyadi, 2021 Pengaruh nilai PDRB sector pertanian dan sector industri

terhadap tingkat kemiskinan pada 16 Provinsi di pulau Jawa dan Sumatera.


Muhammad Hasan, Hartoto, Abdelina. 2022. Ekonomi pembangunan: sebuah tinjauan teori dan

praktis, Bandung: Widana Bakti

Permatasari, Nia Priyarsono, Dominicus Savio Rifin, Amzul, 2015 Perencanaan pembangunan

ekonomi wilayah berbasis pertanian dalam rangka pengurangan kemiskinan di

Kalimantan Barat.

Ramlawati, 2020 Peranan sector pertanian dalam perencanaan pembangunan ekonomi di

Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sulastri Dekakutari, 2019 Pengelola proyek penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP)

(Desa Matua Kecamatan Woja Kabupaten Dompu).

Todaro, Michael P dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesembilan.

Jakarta: Erlangga.

Trimo Yulianto. 2015. Memahami kembali strategi pengentasan kemiskinan diindonesia.

Ufira Isbah, dan Rita Yani Iyan. 2016. Analisis peran sektor pertanian dalam perekonomian dan

kesempatan kerja di Provinsi Riau.

Yennita Sihombing, 2021 Peran sector pertanian terhadap perekonomian wilayah pedesaan dalam

mengentaskan kemiskinan.

Anda mungkin juga menyukai