Anda di halaman 1dari 9

JURNAL

PENGARUH IPM TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA


BARAT TAHUN 2019-2022

KELOMPOK II

JUAN F. TARAN / 2020 50 034

ELISA U. MANDACAN/ 2020 50 008

SAMUEL NAKOH/ 2020 50 010

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAPUA
2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan
karunia yang Ia berikan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih juga
kami ucapkan kepada semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan memicu penelitian yang lebih mendalam. Kami sadar bahwa dalam proses
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca sekalian.

Manokwari, Mei 2023

Kelompok II

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan adalah fenomena kompleks yang memiliki sifat multidimensi dan
tidak dapat dengan mudah diukur melalui angka absolut. Sebagai contoh, "Salah satu
faktor yang menyebabkan ketertinggalan dan menghambat pembangunan suatu negara
adalah tingginya tingkat kemiskinan" (Kuncoro, 2005). Kemiskinan memiliki dampak
yang merambat (efek pengganda) terhadap berbagai aspek dalam masyarakat secara
menyeluruh. Selain itu, kemiskinan juga menjadi akar dari berbagai masalah sosial yang
terjadi di lingkungan masyarakat.
Keberadaan penduduk miskin dalam suatu wilayah tidak akan membawa
kemakmuran bagi wilayah tersebut, sehingga perlu dilakukan upaya untuk memberantas
kemiskinan. Smith (dalam Todaro, 2004:219) menyatakan bahwa "tidak ada masyarakat
yang makmur dan bahagia jika sebagian besar penduduknya berada dalam kemiskinan
dan kesengsaraan". Oleh karena itu, pemberantasan kemiskinan menjadi tantangan utama
dalam pembangunan, karena pembangunan ekonomi tidak hanya tergantung pada
pendapatan yang dihasilkan suatu wilayah, tetapi juga pada peningkatan kualitas
kehidupan penduduk.
Menurut Subandi (2012), salah satu strategi yang efektif untuk mengentaskan
kemiskinan adalah melalui pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Pembangunan
SDM dapat dicapai dengan meningkatkan akses terhadap layanan sosial seperti
pendidikan, kesehatan, dan gizi. Hal ini merupakan strategi pemerintah untuk
mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan
manusia dapat diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human
Development Index (HDI), yang merupakan indeks komposit yang digunakan untuk
mengukur pencapaian kualitas pembangunan manusia.
Todaro (2006) menjelaskan bahwa IPM menggambarkan indeks pengembangan
manusia yang mencakup aspek perluasan, pemerataan, dan keadilan dalam bidang
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat. Rendahnya IPM akan berdampak
pada rendahnya produktivitas kerja penduduk. Produktivitas yang rendah mengakibatkan
pendapatan yang rendah, sehingga meningkatkan jumlah penduduk miskin. Dalam hal
ini, pembangunan manusia diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau
Human Development Index (HDI), yang merupakan indeks komposit untuk mengukur
pencapaian kualitas pembangunan manusia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap Kemiskinan di


Provinsi Papua Barat pada tahun 2019-2022?

1.3 Tujuan
1. Melihat bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap
Kemiskinan di Provinsi Papua Barat pada tahun 2019-2022.

1.4 Manfaat
1. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah untuk membantu dalam menentukan
kebijakan yang akan dilakukan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemiskinan
Menurut Niemietz (2011) dalam Maipita (2014), kemiskinan adalah
ketidakmampuan untuk membeli barang-barang kebutuhan dasar seperti makanan,
pakaian, papan, dan obat-obatan. Sedangkan Badan Pusat Statistik (2016) mendefinisikan
kemiskinan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Kemudian menurut Kuncoro (2000) dalam Tyas (2016) kemiskinan adalah
ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang atau daerah tidak
dapat meningkatkan kehidupan yang lebih layak atau dapat dikatakan tidak dapat
meningkatkan standar hidup yang lebih baik.
Kemiskinan jika tidak diatasi maka akan terjebak dalam lingkaran setan
kemiskinan. Menurut Ragnar Nurske, lingkaran setan kemiskinan (the vicious circle of
poverty) menggambarkan bahwa penyebab kemiskinan dikarenakan tabungan rendah,
investasi rendah, kekurangan modal, rendahnya produktifitas, pendapatan rendah yang
kembali menyebabkan tabungan rendah dan seterusnya (Prawoto, 2009).
Adapun terjadinya kemiskinan di antaranya disebabkan oleh keterbelakangan
manusia dan sumber daya alam. Pengelolaan sumber daya alam sangat tergantung
kemampuan produktif manusia. Jika penduduknya banyak yang miskin dan
berpendidikan rendah maka akan mengakibatkan langkanya keterampilan teknik,
pengetahuan, dan aktivitas kewiraswataan yang secara otomatis akan menyebabkan
sumber daya alam yang tersedia justru terbengkalai, tidak berkembang, atau bahkan salah
guna. Sumber daya alam ini akan memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Di sisi
lain, kurangnya sumber daya alam akan menyebabkan kemiskinan karena sumber daya
alam adalah sumber utama kebutuhan hidup manusia. Kemiskinan sumber daya alam
merupakan sebab dan sekaligus akibat kemiskinan manusia (Jhingan, 2016:34).
Selanjutnya, penyebab lain dari kemiskinan adalah kurangnya sumber daya
manusia. Jika manusia tidak memiliki keterampilan maka ia tidak akan memiliki
pendapatan yang menyebabkan daya belinya berkurang sehingga masuk ke dalam lingkar
kemiskinan. Ini akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah bahkan
negara. Sumber daya manusia akan memengaruhi IPM dan dapat memengaruhi tingkat
pengangguran.

Tahun Kemiskinan
2020 21,37
2021 21,84
2022 21,33
Tabel 1. Kemiskinan Papua Barat Tahun 2020-2022
(Sumber:BPS Prov.Papua Barat)
2.2 Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah sebagai salah satu tolak ukur kinerja
pembangunan secara keseluruhan. IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar.
Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life),
pengetahuan (knowledge), dan kehidupan yang layak (decent standard of living). Ketiga
dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk
mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya
untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator harapan lama
sekolah dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak
digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan
pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan
pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.
Dalam konsep pembangunan manusia, pembanguan seharusnya dianalisis serta
dipahami dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominnya.
Pembangunan pada dasarnya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk secara
keseluruhan dan berkesinambungan. Pembangunan harus mengutamakan penduduk
sebagai pusat perhatian. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan
bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu,
konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan
bukan hanya pada aspek ekonomi saja. Pembangunan manusia bukan hanya
memperhatikan pada upaya peningkatan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga
pada upaya-upaya memanfaatkan kamampuan manusia tersebut secara optimal.

Tahun IPM

2020 65,09

2021 65,26
2022 65,89
Tabel 2. IPM Papua Barat Tahun 2020-2022
(Sumber BPS Prov. Papua Barat)

III. METODE PENELIAN


Metode kuantitatif dan pengaruh hubungan antar variabel sering digunakan dalam
penelitian. Data yang digunakan dapat bersumber dari berbagai sumber atau jenis data
sekunder. Dalam konteks ini, regresi sederhana merupakan salah satu model yang sering
digunakan untuk mencapai tujuan penelitian dan menguji hipotesis.
Dalam penelitian, regresi sederhana digunakan untuk memprediksi dan menguji
apakah terdapat pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen. Nilai variabel
dependen dapat terlihat besar jika nilai variabel independen dapat ditentukan. Tujuan
utama dari penelitian regresi sederhana adalah membangun hubungan atau keterkaitan
antara variabel independen dan dependen. Besarnya pengaruh masing-masing variabel
dapat ditunjukkan menggunakan R-square dalam analisis regresi. Dalam penelitian ini,
terdapat dua variabel, yaitu kemiskinan sebagai variabel dependen, dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) sebagai variabel independen. Tingkat signifikansi pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen menunjukkan seberapa pentingnya
pengaruh tersebut.
Persamaan fungsinya sebagai berikut:
𝑌 = 𝖰0 + 𝖰1𝑋 + 𝑒
Penelitian atau analisis pengaruh variabel dependen serta variabel independen dapat
dianalisis melalui:
1. Membandingkan nilai besaran t hitung dengan nilai besaran t table
a. Jika nilai t hitung lebih besar t tabel (t hitung > t tabel), maka variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat.
b. Jika nilai t hitung lebih kecil t tabel (t hitung < t tabel), maka variabel bebas
tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
Menghitung T tabel di excel TINV(0,05;nk)

Keterangan:
(n)= Jumlah data
(k)= banyaknya (Dependent dan Independent)
2. Menganalisis nilai signifikasi dengan nilai probabilitas sebesar 0,05
a. Dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen jika nilai signifikansi berada di bawah nilai alpha 0,05
(sig < 0,05).
b. Dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen jika nilai signifikansi lebih besar dari nilai alpha 0,05
(sig>0,05).
Signifikan < 0,05 (nilai alfa), artinya signifikan
Signifikan > 0,05 (nilai alfa), artinya tidak signifikan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis dengan Regresi Sederhana dengan menggunakan metode analisis regresi
linier sederhana, tujuan dari bahan uji penelitian ini adalah untuk memastikan ada tidaknya
pengaruh antar variabel.

Berikut hasil persamaan regresi yang diperoleh dari data yang diolah dengan
software SPSS 24:
𝑌 = 𝖰0 + 𝖰1𝑋 + 𝑒
Kemiskinan = 𝛽0+𝛽1IPM+e
Kemiskinan = 3829,322 - 0,257IPM+e
Dari hasil persamaan model regresi diatas, dapat diketahui ketika Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) adalah nol, maka nilai jumlah kemiskinan adalah sebesar
3829,322%. Menurut interpretasi ini, kemiskinan akan berkurang sebesar 0,257% jika
IPM naik sebesar 1%.

A. Pengujian dengan Uji Hipotesis (UJI T)


Analisis statistik terhadap data yang terkumpul diperlukan untuk memperoleh jawaban
atas permasalahan penelitian ini. Perhitungan statistika dianggap signifikan kalau sig < 0,05.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1(Constant) 3829.322 4069.388 .941 .519
IPM -.257 .622 -.381 -.412 .751
a. Dependent Variable: Kemiskinan
Tabel 3. Uji T
(Sumber: SPSS 24)

Analisis yang diperoleh menunjukkan bahwa taraf signifikansinya adalah 0,519 > 0,05.
hal ini menunjukkan bahwa kemiskinan di Provinsi Papua Barat tidak dipengaruhi oleh
variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
B. Pengujian menggunakan Uji Koefisien Determinasi (R Square)
Berdasarkan data keluaran yang dianalisis, koefisien determinasi (R Square)
digunakan untuk mengukur sejauh mana pengaruh model persamaan terhadap variabel terikat.

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .381a
.145 -.709 37.080
a. Predictors: (Constant), IPM
Tabel 4.Hasil Uji Koefisien

Sumber: SPSS 24

Berdasarkan nilai R square sebesar 0,145, IPM akan berdampak 14,5 persen terhadap
kemiskinan di Provinsi Papua Barat pada tahun 2022. Sisanya sebesar 85,5 persen
disebabkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam data penelitian. Koefisien
korelasi (R) diketahui menjadi 0,381, menunjukkan bahwa kemiskinan di Provinsi Papua
Barat untuk tahun 2022 tidak dipengaruhi oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

Saran: Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan
mengenai pengaruh IPM terhadap kemiskinan di Provinsi Papua Barat pada tahun 2019-2022:
1. Perlu dilakukan peningkatan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) di Provinsi Papua Barat. Meskipun hasil analisis menunjukkan bahwa IPM
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kemiskinan, tetapi peningkatan IPM
dapat berdampak positif pada aspek-aspek lain dalam pembangunan manusia,
seperti pendidikan, kesehatan, dan harapan hidup.
2. Perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk menentukan variabel lain yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Papua Barat. Meskipun IPM
tidak terbukti menjadi faktor yang signifikan, ada kemungkinan bahwa ada faktor-
faktor lain yang memengaruhi tingkat kemiskinan di daerah tersebut. Penelitian
lebih lanjut dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor tersebut dan
merumuskan kebijakan yang lebih efektif untuk mengurangi kemiskinan.
3. Peningkatan akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja di Provinsi
Papua Barat juga dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan. Fokus pada
pembangunan infrastruktur, pelatihan keterampilan, dan penciptaan lapangan
kerja dapat membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mengurangi
ketergantungan pada sektor-sektor ekonomi yang rentan terhadap fluktuasi harga
komoditas.

Kesimpulan: Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap data kemiskinan dan IPM di Provinsi
Papua Barat tahun 2019-2022, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak ada pengaruh signifikan antara IPM dan tingkat kemiskinan di Provinsi Papua
Barat. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa perubahan IPM hanya
memiliki pengaruh sebesar 0,257% terhadap kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa
faktor-faktor lain di luar IPM lebih dominan dalam mempengaruhi tingkat kemiskinan di
provinsi tersebut.
2. Variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini kemungkinan memiliki
pengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Papua Barat. Meskipun IPM tidak
terbukti signifikan, penelitian lebih lanjut dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor
tersebut dan merumuskan kebijakan yang lebih tepat untuk mengurangi kemiskinan.
3. Peningkatan IPM di Provinsi Papua Barat tetap penting dalam meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Meskipun tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kemiskinan,
peningkatan IPM dapat berdampak positif pada aspek-aspek penting lainnya dalam
pembangunan manusia, seperti pendidikan, kesehatan, dan harapan hidup.

Anda mungkin juga menyukai