Anda di halaman 1dari 39

PEMETAAN SOSIAL EKONOMI DESA-DESA

PENGHASIL MIGAS DI PROVINSI RIAU


Draft
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kemiskinan masih menjadi masalah utama di tingkat dunia dan berbagai negara, tidak
terkecuali di Indonesia.Upaya global mengentaskan kemiskinan diantaranya dimandatkan
sebagai tujuan Sustainable Development Goals (SDG’s) yang menargetkan mengentaskan
kemiskinan ekstrim hingga tahun 2030. Data PBB menunjukkan bahwa sejak 2015-2018
kemiskinan dunia menunjukkan tren penurunan dari 10,1% menjadi 8,6%. Namun, sejak
pandemi Covid 19, kemiskinan dunia naik secara tajam dari 8.3% di tahun 2019 menjadi
9.20% di tahun 2020. Kondisi ini sekaligus menjadi titik meningkatnya kemiskinan
ekstrim sejak tahun 1998, menjadi kenaikan kemiskinan paling tinggi sejak tahun 1990,
dan menunjukkan kemunduran selama 3 tahun.

Kemiskinan, sebagai salah satu persoalan pembangunan pada dasarnya dapat


ditanggulangi melalui manajemen pendapatan daerah, yang salah satu sumbernya berasal
dari pengelolaan sumberdaya alam, yang telah banyak menopang perekonomian negara
salah satunya adalah minyak dan gas (Migas). Sejak dimulainya pengembangan aktivitas
Migas pada pertengahan abad ke-19, Migas telah memainkan peran yang cukup dominan
untuk menumbuhkan perekonomian negara. Riau, sebagai salah satu lumbung Migas
Indonesia, telah berperan menjadi penyumbang terbesar minyak bumi nasional. Riau
memiliki potensi minyak bumi yang besar dan mampu menghasilkan 365,8 ribu barel
minyak bumi per hari1.

Hubungan linear antara produksi yang berlimpah dengan pendapatan daerah yang
signifikan mestinya memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Namun pada kenyataannya, justru sebaliknya. Kondisi sosial ekonomi
masyarakat di sekitar produksi Migas, justru menunjukkan indeks pembangunan yang
lebih rendah dibanding non wilayah penghasil (Pusdatin ESDM, 2016). Secara lebih
spesifik lebih banyak ditemukan masyarakat miskin di daerah produksi Migas terbesar
seperti Aceh, Riau, Kalimantan Timur dan Papua.

Tim Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) selama tahun


2006-2014 menemukan bahwa setengah dari 18 wilayah penghasil Migas, angka
kemiskinannya berada di atas agregat kemiskinan nasional. Salah satu faktor kunci
penyebabnya adalah karena pengelolaan Dana Bagi Hasil (DBH) Migas yang belum
berorientasi pada pengentasan kemiskinan. Temuan dari Article 33 menunjukkan bahwa
wilayah penghasil Migas besar, pembelanjaan APBD terbesarnya adalah untuk belanja
pegawai, baik belanja langsung maupun tidak langsung.

Pemetaan sosial ekonomi desa penghasil Migas di Provinsi Riau ini diperlukan untuk
menjawab keterkaitan antara pengelolaan DBH Migas dengan kemiskinan. Apakah
besarnya DBH Migas yang diperoleh daerah berbanding lurus dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitarnya, atau sebaliknya, penerimaan DBH Migas yang
besar tidak berdampak pada penurunan angka kemiskinan di desa penghasil dan sekitar
penghasil Migas. Pemetaan ini juga dilakukan untuk melihat apakah keberadaan aktivitas
1
https://www.idxchannel.com/milenomic/5-daerah-penghasil-minyak-bumi-terbesar-di-indonesia-riau-
hingga-papua-barat
perusahaan Migas memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat
di sekitarnya, diantaranya melalui pelaksanaan program CSR perusahaan.

I.2. Tujuan
Untuk mengetahui keterkaitan persoalan kemiskinan dan keberadaan aktivitas perusahaan
Migas, maka dilakukan pemetaan ini, yang bertujuan untuk menggambarkan data dasar
kondisi sosial ekonomi desa-desa penghasil atau di sekitar penghasil Migas di Provinsi
Riau. Secara lebih luas pemetaan ini juga untuk memperoleh gambaran tingkat
partisipasi masyarakat dan perempuan dalam proses perencanaan pembangunan desa
kaitannya untuk kebutuhan pengawasan program pembangunan.

Tujuan pemetaan ini dalam kaitannya dengan peningkatan ekonomi perempuan adalah
untuk mengidentifikasi kelembagaan perempuan dan ekonomi di desa yang diharapkan
dapat menjadi kanal pelaksanaan program pengentasan kemiskinan di desa. Berkaitan
dengan pemanfaatan anggaran desa, pemetaan ini bertujuan untuk mengetahui orientasi
pemanfaatan anggaran di desa untuk program-program peningkatan ekonomi masyarakat
dan pengentasan kemiskinan.

I.3. Metode dan Cakupan Wilayah Pemetaan


I.3.1. Metode
Pemetaan ini dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif dengan
penyajian analitis deskriptif. Data dan informasi yang dianalisis dikumpulkan dengan
menggunakan metode:
1. Analisis data sekunder untuk data konteks regional dan desa yang diperoleh berupa
profil desa, profil kemiskinan, demografi, dan lain-lain.
2. Pengambilan responden dilakukan secara purposive sampling di tiap desa sebanyak
15 responden, termasuk kepala keluarga perempuan. Jumlah responden dari 8 desa
sebanyak 120 responden.
3. Wawancara mendalam pada individu-individu kunci di desa, seperti perangkat desa
(kepala desa), perwakilan BPD, tokoh lokal, adat dan perempuan.

I.3.2. Cakupan Wilayah


Pemetaan ini dilakukan di desa-desa daerah penghasil atau sekitar penghasil Migas (ring
1) di 3 kabupaten penghasil Migas terbesar di Provinsi Riau yaitu Kabupaten Bengkalis,
Rokan Hulu, dan Pelalawan. Desa yang dipilih sejumlah 8 desa tersebar di 3 kabupaten
dengan rincian sebagai berikut: (1) Kabupaten Pelalawan di desa Mak Teduh, kecamatan
Kerumutan, dan Ukui 2 kecamatan Ukui; (2) Kabupaten Rokan Hulu di desa Telok Sono
kecamatan Bonai Darusalam, desa Bonai kecamatan Bonai Darusalam, dan desa Koto
Tandun kecamatan Tandun; (3) Kabupaten Bengkalis di desa Bumbung Kecamatan
Bengkalis, desa Sebangar di Kecamatan Bathin Solapan, dan desa Tengganau kecamatan
Pinggir.

I.4. Waktu Pelaksanaan


Pemetaan dilakukan selama 3 (tiga) bulan dari bulan Maret 2023 hingga Mei 2023,
dilanjutkan untuk penyusunan laporan dilaksanakan selama 2 bulan yaitu Juni-Juli 2023.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II.1. Profil Responden


Responden dalam pemetaan ini adalah kepala keluarga yang berdomisili di sekitar
penghasil Migas. Dari 120 responden, terdapat 27 kepala keluarga perempuan. Profil
responden dari 8 desa di 3 Kabupaten Bengkalis, Pelalawan, Rokan Hulu mencakup
tentang jenis kelamin, umur, pendidikan, dan tanggungan keluarga disajikan pada Tabel
1.

Tabel 1. Profil Responden Pemetaan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di/Sekitar


penghasil Migas

di desa-desa daerah penghasil atau sekitar penghasil Migas

Deskripsi Bengkalis Pelalawan Rokan Hulu


Jenis
Kelamin
Perempuan 12 orang 10 orang 8 orang
Laki-laki 33 orang 20 orang 37 orang
Umur 26 - 80 tahun 28 - 48 tahun
Pendidikan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki
Tak Sekolah 1 - - - - -
SD 9 10 4 4 6 16
SMP - 5 1 5 2 4
SMA 2 17 2 10 - 15
D3/S1 - 1 3 1 - 2

49, 17, 46, 7. Apa bisa ditambahkan kolomh JUMLAH

Tabel 1 menunjukan bahwa tingkat pendidikan kepala keluarga sebagai responden


berpendidikan setingkat SD (41%), SMA/SMK (38%), SMP (14%), dan D3/S1 sebanyak
6%. Responden laki-laki memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dibandingkan
perempuan. Responden perempuan tidak sekolah ditemui sebanyak 1 orang di Kabupaten
Bengkalis. Selanjutnya tingkat pendidikan responden masih didominasi tingkat
pendidikan SD. Hal masih belum sesuai dengan target pemerintah Indonesia yang
mencanangkan program wajib belajar 9 tahun pada tahun 2009, dan pada tahun 2015
meningkatkan menjadi program wajib belajar 12 tahun.

Tingkat Pendidikan secara mikro berdampak pada proses pengambilan keputusan di


dalam keluarga, sementara secara lebih luas tingkat pendidikan menjadi salah satu faktor
yang berperan penting dalam kegiatan ekonomi dan pendapatan masyarakat. Sebaliknya,
kegiatan ekononi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga dapat berdampak
pada tingkat pendidikan masyarakat.

Pada bagian selanjutnya, pembahasan mengenai kondisi ekonomi, sosial dan politik
masyarakat di sekitar daerah penghasil Migas disajikan berdasarkan kluster geografis
kabupaten.

II.2. Kabupaten Bengkalis


II.2.1. Potensi Sumberdaya Alam
Wilayah Kabupaten Bengkalis terletak pada bagian pesisir Timur Pulau Sumatera antara
2°7'37,2" - 0°55'33,6" Lintang Utara dan 100°57'57,6" - 102°30'25,2" Bujur Timur. Wilayah
Kabupaten Bengkalis berbatasan :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten Kepulauan
Meranti.
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan Hulu,
dan Kota Dumai.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka dan Kabupaten Kepulauan Meranti.

Wilayah Kabupaten Bengkalis dialiri beberapa sungai. Diantara sungai yang ada di daerah ini
yang sangat penting sebagai sarana perhubungan utama dalam perekonomian penduduk
adalah Sungai Siak dengan panjang 300 km, Sungai Siak Kecil 90 km dan Sungai Mandau 87
km. Kabupaten Bengkalis sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Riau yang mengandalkan
penerimaan dari sektor Migas sebagai sumber pendapatan.

Minyak dan Gas sebagai leading sector menyumbang 70% dari pendapatan daerah yang
bersumber dari DBH. Pada tahun 2020, kabupaten Bengkalis menjadi kabupaten terbesar
kedua menerima DBH Migas sebesar Rp 664,13 M setelah Kabupaten Bojonegoro (Jawa
Timur). Pada tahun 2023, Kabupaten Bengkalis bergeser menduduki posisi kabupaten
terbesar ketiga setelah Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Banyu Asin, namun dengan
jumlah transfer DBH meningkat …..% dibandingkan tahun 2020 menjadi sebesar Rp 709.86
M.

Selain Migas, potensi sumber daya alam yang mendukung perekonomian daerah bersumber
dari subsektor perkebunan dengan komoditas kelapa sawit dan karet. Untuk sub-sektor
pertanian pangan komoditas yang utama adalah nanas, buah naga, pisang dan buah rambutan
(Sumber DPMPTSP Bengkalis dan BPS Bengkalis).

2.2.1. Luas Wilayah, Populasi dan Pertumbuhan Penduduk


Luas wilayah Kabupaten Bengkalis 7.773,93 km2, terdiri dari pulau-pulau dan lautan.
Tercatat sebanyak 17 pulau utama disamping pulau-pulau kecil lainnya. Jika dirinci luas
wilayah menurut 11 kecamatan di Kabupaten Bengkalis, Kecamatan Pinggir merupakan
kecamatan yang terluas yaitu 2.503 km2 (32,20%) dan kecamatan yang terkecil adalah
Kecamatan Bantan dengan luas 424,4 km2 (5,46%).

Jarak terjauh antara ibukota kecamatan dengan ibukota Kabupaten Bengkalis adalah ibukota
Kecamatan Mandau yaitu Kelurahan Air Jamban (Duri) dengan jarak lurus 103 km.
Sedangkan jarak terdekat selain Kecamatan Bengkalis adalah ibukota Kecamatan Bantan,
yaitu desa Selat Baru, dan ibukota Kecamatan Bukit Batu, yaitu Kelurahan Sungai Pakning
dengan jarak lurus 15 km. Mengenai luas wilayah kecamatan dan jumlah kelurahan/desa
ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa Dalam Kecamatan di Kabupaten Bengkalis

No
Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Luas Area (Km2) Jumlah Kelurahan/Desa
.
1. Bantan Selat Baru 42.440 23
2. Bengkalis Bengkalis Kota 51.400 31
3. Bukit Batu Sungai Pakning 48.800 9
4. Mandau Air Jamban 18.000 11
5. Pinggir Pinggir 124.197 10
6. Rupat Batu Panjang 89.635 16
7. Rupat Utara Tanjung Medang 62.850 8
8. Siak Kecil Lubuk Muda 74.221 17
9. Bathin Solapan Sebangar 64.000 13
10.Bandar Laksamana Tenggayun 74.747 7
11.Talang Muandau Beringin 120.703 9
Jumlah ? ?
Sumber: http://www.dpmptsp.bengkaliskab.go.id/index.php?
com=halutama&link=gambaran_umum diakses 9 Juli 2023 pukul 3.23 wib

Dari Tabel 2 di atas diketahui bahwa kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah
kecamatan Pinggir dengan luas wilayah 124.197 km 2 (..,..% dari luas Kabupaten Bengkalis)
sementara kecamatan dengan jumlah desa terbanyak adalah kecamatan Bantan dengan jumlah
desa sebanyak 23 desa (..,.. %). Luasan wilayah Kabupaten Bengkalis 30.646,83 km2
memiliki jumlah penduduk 553.938 jiwa berdasarkan data BPS Bengkalis di tahun 2019.
Pertambahan penduduk di kabupaten Bengkalis selama 2018 -2020 adalah sebesar 6.982
atau rata-rata pertambahannya 3.491 jiwa (sumber data BPS diolah). Sebaran penduduk
berdasarkan jenis kelamin per kecamatan disajikan pada Tabel 3. Mengenai jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin di 3 desa lokasi pemetaan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 3. Sebaran Penduduk di Kabupaten Bengkalis Tahun 2019, Jiwa


Jumlah Penduduk
Kecamatan Laki-Laki Perempuan
2019 2019
Mandau 77.297 73.509
Pinggir 45.776 43.177
Bathin Solapan 31.443 29.493
Talang Muandau 11.884 10.856
Bukit Batu 10.666 10.279
Siak Kecil 7.738 7.219
Bandar Laksamana 12.358 11.761
Rupat 17.005 16.111
Rupat Utara 7.070 6.713
Bengkalis 41.694 40.417
Bantan 21.331 20.141
284.262 269.676
Total 553.938
Source Url: https://bengkaliskab.bps.go.id/indicator/12/30/1/jumlah-penduduk-
kab-bengkalis-menurut-registrasi-disdukcapil.html
Access Time: July 5, 2023, 2:44 pm

Ditambah aja kolom Jumlah jika perlu kolom persen

Tabel 4. Jumlah Penduduk di Desa Pemetaan Kabupaten Bengkalis


Desa Populasi
Laki-laki Perempuan Total
Bumbung 3.967 3.802 7.769 (1.916 KK)
Sebangar 3.862 3.576 7.438 ( 2.066 KK)
Tengganau 3.230 3.121 6.351 (1.649 KK)
Sumber: Monografi Desa

Tambah aja kolom Jumlah dan KK sehingga bisa dibaca lebih mudah

Penduduk desa Bumbung yang menetap didominasi oleh masyarakat dari 4 suku yaitu: Batak
(Sumatera Utara) sebanyak 44%, Jawa (40%), Melayu (6.7%), dan suku Sakai sebanyak 3%.
Penduduk desa Sebangar didominasi masyarakat Suku Jawa (36%), Batak (39%), Melayu
(11%), dan Minang (8%) serta berasal dari suku Nias, Banjar dan Aceh. Sementara itu, di
desa Tengganau sebagian besar masyarakat dari suku Jawa (40%), Batak (39%), Minang
(8,5%), Melayu (5%), dan Nias (3,5%). Selebihnya berasal dari suku Bugis, Banjar, dan
Sakai.

II.2.2. Kualitas Pembangunan


Kegiatan utama perekonomian masyarakat ditujukan untuk pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat. Salah satu indikator pengukuran tingkat kesejahteraan masyarakat, dalam
pencapaian pembangunan yaitu menggunakan Indeks Pembangunan Manusia. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM)2 mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah
komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui
pendekatan tiga dimensi dasar, yaitu mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan
kehidupan yang layak.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bengkalis menempati peringkat keempat di tingkat


provinsi dengan nilai IPM 73,58 pada tahun 2021. Angka ini lebih tinggi dari IPM Provinsi
Riau yaitu 72,94. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan manusia di Kabupaten
Bengkalis masih lebih baik dibandingkan pembangunan manusia di Provinsi Riau. Angka
IPM Kabupaten Bengkalis menunjukkan peningkatan selama 5 tahun terakhir (sejak 2017)
yakni 72,27. Angka IPM Kabupaten Bengkalis sejak tahun 2017 hingga 2021 masuk dalam
kategori tinggi.

II.2.3. Pertumbuhan Perekonomian


Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi dan kinerja pembangunan
daerah dalam suatu periode tertentu dapat diketahui dari nilai Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) baik atas harga berlaku maupun konstan. PDRB menurut harga berlaku
digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur
ekonomi suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak
dipengaruhi oleh faktor harga. Semakin tinggi nilai PDRB suatu daerah menunjukkan
tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi serta menggambarkan bahwa daerah tersebut
mengalami kemajuan dalam perekonomian. Tabel 5 menampilkan PDRB Kabupaten
Bengkalis berdasarkan ADHB.

Tabel 5. PDRB Kabupaten Bengkalis ADHB Menurut Lapangan Usaha

2
IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh
pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya (BPS)
PDRB Kabupaten Bengkalis Atas Dasar Harga
Sektor PDB Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
2018 2019 2020
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 12,256,418.50 13,053,199.90 14,662,023.40
Pertambangan dan Penggalian 102,564,234.50 92,403,776.80 64,817,022.50
Industri Pengolahan 17,572,815.20 18,490,471.40 19,691,575.70
Konstruksi 3,974,961.20 4,253,804.50 4,183,956.20
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8,318,439.80 9,186,855.90 8,455,506.00
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan, dan Jaminan Sosial
Wajib 1,123,653.60 1,179,860.40 1,195,661.00
148,603,299.80 141,555,846.60 115,882,667.50
PDRB Lapangan Usaha (100,00) (100,00) (100,00)
59,540,790.10 64,309,615.90 66,319,115.50
PDRB Tanpa Migas (..,..) (..,..) (..,..)

2018: Angka Sementara 2019: Angka Sangat Sementara


Source Url: https://bengkaliskab.bps.go.id/indicator/52/31/1/pdrb-kabupaten-bengkalis-atas-dasar-
harga-berlaku-menurut-lapangan-usaha-.html
Access Time: July 18, 2023, 6:00 pm
Catatan: Angka dalam tanda kurung ( ) adalah persen

Dari Tabel 5 diketahui bahwa sektor penyumbang PDRB Kabupaten Bengkalis tertinggi
bersumber dari lapangan usaha pertambangan dan penggalian, dimana Migas menjadi salah
satu sektornya, diikuti dengan lapangan usaha pertanian, perkebunan, dan perikanan, industri
pengolahan, dan perdagangan besar dan eceran. Upah Minimun Kabupaten (UMK)
Kabupaten Bengkalis pada tahun 2023 sebanyak 3.599.029 pelaku, sedangkan dari aspek
UMP paling tinggi dari kabupaten lain di Provinsi Riau, yakni Rp. 3.191.662.

2.2.2 Potensi Sumberdaya Alam dan Perekonomian di lokasi pemetaan


2.2.2.1. Desa Bumbung
Desa Bumbung merupakan desa pemekaran dari desa Sebangar pada tahun 2004. Desa
Bumbung memiliki luas wilayah 97.40 km2 / 17.90 Ha. Mata pencaharian masyarakat desa
Bumbung sebagian besarnya bekerja sebagai Pekebun/Petani sebanyak 781 orang, wirawasta
675 orang, Buruh Harian Lepas (BHL) 337 orang, buruh tani 258, karyawan swasta 243, dan
sebanyak 387 orang tidak memiliki pekerjaan tetap (serabutan). Berdasarkan pengamatan di
lapangan desa Bumbung memiliki ketergantungan ekonomi yang sangat tinggi dari aktivitas
perkebunan sawit. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya ditemukan hamparan kebun kelapa
sawit di desa Bumbung tersebut. Selain kelapa sawit, masyarakat juga mengelola budidaya
tanaman hortikultura, yaitu sayuran dan buah-buahan.

2.2.2.2. Desa Sebangar


Luas wilayah Desa Sebangar adalah 12.000 ha yang terdiri dari 31 Rukun Tetangga (RT) dan
9 Rukun Warga (RW). Peruntukan luas wilayah desa Sebangar yang paling luas digunakan
untuk Perkebunan seluas 5.000 ha yang terdiri atas tanah perkebunan rakyat 1.280 ha dan
kebun perorangan seluas 3.720 ha. Selain perkebunan, mata pencaharian masyarakat desa
Sebangar mengelola ternak sapi (150 ekor), kerbau (98 ekor), dan babi (132 ekor).
2.2.2.3. Desa Tengganau
Pemanfaatan lahan di desa Tengganau terdiri atas: 15.858 ha berupa tanah kering yang
digunakan untuk tegal/ladang seluas 14.266 ha, pemukiman 1.385 ha, dan sisanya 207 berupa
tanah pekarangan; selanjutnya tanah perkebunan seluas 9.921 ha yang terdiri atas 2.926 lahan
perkebunan perorangan/rakyat, swasta 6.432 ha, dan negara 563 ha. Masih terdapat hutan
seluas 112 ha berupa hutan suaka alam. Komoditas pertanian tanaman pangan yang
diusahakan adalah sayuran dan buah-buahan. Luas dan produksi tanaman pangan disajikan
pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas dan Produksi Tanaman Pangan di Desa Tengganau


Komoditas Luasan (ha) Produksi (ton)
Jagung 2 -
Cabe 4 2
Sawi 0,5
Kacang kedelai 1 0,5
Kacang Panjang 2 -
Ubi kayu 6 8
Rambutan 0,5 0,5
Pepaya 0,5 1
Pisang 1 0,5
Jambu air 0,5 0,5

Tabel 6 dan 7 digabung saja

2.2.2. Potret kemiskinan di lumbung migas

Kemiskinan secara global didefinisikan sebagai ketidakmampuan dalam memenuhi


kebutuhan dasar (PBB). Sedangkan kemiskinan menurut BPS adalah ketidakmampuan dari
sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur
dari sisi pengeluaran. Seseorang dikategorikan miskin jika memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan Provinsi Riau pada tahun 2022
sebesar Rp 605.912, sementara garis kemiskinan Kabupaten Bengkalis di tahun yang sama
adalah 648.933. BPS Bengkalis mengungkapkan jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Bengkalis tahun 2022 adalah 19.922 jiwa3. Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan
pada tahun 2018 yakni sebanyak 35.000 jiwa.

Garis kemiskinan pada tahun 2021 mulai digunakan terminologi baru untuk menggambarkan
kondisi ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar, yaitu makanan, air
bersih, sanitasi layak, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan dan akses informasi terhadap
pendapatan dan layanan sosial. Seseorang dikategorikan miskin ekstrem, jika biaya
kebutuhan hidup sehari-harinya berada dibawah garis kemiskinan ekstrem atau setara dengan
USD 1.9 (Purchasing Power Parity, PPP). BPS pada tahun 2021 menetapkan tingkat
pengeluaran yang dikategorikan miskin ekstrem, jika pengeluarannya di bawah Rp
10.739/orang/hari atau Rp 322.170/orang/bulan. Sehingga perbedaan antara penduduk miskin
dan miskin ekstrim dilihat dari pengeluaran perkapita, yaitu Rp 10.739/hari atau Rp
322.170/bulan, sedangkan pengeluaran perkapita kategori miskin ekstrem adalah Rp
15.750/hari dan Rp. 472.525/bulan.

3
https://statistik.bengkaliskab.go.id/jumlahmiskin/grafikpublik dikases 10 Juli 2023
Menurut BPS Bengkalis tahun 2022, pengeluaran perkapita tingkat Kabupaten Bengkalis
sebesar Rp 988.083/kapita/bulan. Angka ini lebih tinggi dari angka pengeluaran per
kapita/bulan di tingkat provinsi yaitu Rp 929.833. Sementara Upah Minimum Kabupaten
(UMK) untuk Kabupaten Bengkalis tahun 2022 adalah Rp. 3.350.646,31. Kemiskinan di
desa lokasi pemetaan dapat ditelusuri dan diindikasikan melalui pengamatan jumlah
pendapatan dan pengeluaran per kapita, kepemilikan dan kondisi rumah, serta asset lainnya.

2.2.3. Pekerjaan, Penghasilan dan Pengeluaran Masyarakat


Sebagian besar mata pencaharian responden di desa Bumbung sebagai pekebun kelapa sawit
sebanyak 4 orang, sektor informal (berdagang, warung, dukun tradisional dan buruh)
sebanyak 4 orang, sisanya sebagai pekerja swasta, tenaga honor desa, beternak, buruh,
bekerja serabutan 1 orang, dan tidak bekerja sebanyak 1 orang. Kondisi ini menggambarkan
masih adanya ketidakpastian penghidupan bagi sebagian masyarakat yang diwakili oleh
masyarakat yang tidak bekerja dan bekerja serabutan.

Sementara di desa Tengganau, 4 responden bekerja sebagai pekebun sawit, sisanya bekerja
sebagai tenaga honorer desa (1 orang), buruh kebun sawit (1 orang), karyawan di perusahaan
(Tol) 1 orang, sisanya bekerja di sektor informal seperti mengelola warung, beternak ayam,
berjualan jamu, dan pengobat tradisional (dukun kampung). Disamping masih terdapat 2
orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap, dan 1 orang tidak bekerja yang dibiayai oleh
anaknya.

Di desa Sebangar, terdapat 3 responden bekerja sebagai pekebun sawit, sisanya bervariasi
dari tenaga honor di kantor desa (2 orang), petani (1 orang), usaha bongkar muat barang (1
orang), swasta (3 orang), dan sisanya di sektor informal (berjualan goreng, usaha warung mi,
bengkel, dan berjualan jamu), 1 orang bekerja sebagai buruh harian lepas. Data ini
menunjukkan bahwa dominasi mata pencaharian masyarakat di 3 desa didominasi oleh
pekebun sawit dan sektor informal. Dilihat dari perbandingan penduduk usia produktif 18 –
56 yang memiliki kerja tidak tetap yang tertinggi berjumlah 459 orang.

Penghasilan responden di desa Tengganau didominasi pendapatan di bawah UMK sebanyak


10 orang, yang berkisaran Rp. 200.000 - Rp 3.000.000. Pendapatan responden per bulan
sebanyak Rp 3.500.000 - Rp 42.500.000. Untuk desa Bumbung, terdapat 11 responden
memiliki pendapatan per bulan di bawah UMK, yakni berkisar Rp 500.000 - Rp 3.000.000
per bulan. Sementara penghasilan responden di atas UMK berkisar Rp 6.000.000 - Rp
12.500.000. Pendapatan responden di atas UMK bekerja sebagai pekebun sawit.

Di desa Sebangar, pendapatan responden di bawah UMK sebanyak 5 responden berkisaran


Rp 300.000 - Rp 3.000.000. Responden yang memiliki pendapatan di bawah UMK bekerja di
sektor informal (jualan jamu), buruh harian lepas, dan bekerja sebagai tenaga kerja di kantor
desa. Sementara responden dengan penghasilan di atas UMK yakni Rp 3.500.000 - Rp
8.000.000, umumnya bekerja sebagai pekebun sawit, swasta, dan mekanik bengkel. Dari data
uraian di atas diketahui bahwa 2 desa yaitu Tengganau dan Sebangar masih banyak
masyarakat yang pendapatannya di bawah UMK Kabupaten Bengkalis. Selain itu,
pendapatan di atas UMK bekerja di usaha sawit. Dengan demikian, dari 3 desa ini masih
terdapat rumah tangga miskin.
Aspek lain yang perlu diamati kemiskinan di suatu wilayah yaitu mengamati pengeluaran per
bulan/ KK, atau pengeluaran per kapita / bulan untuk melihat ada tidaknya kemiskinan
ekstrim di wilayah tersebut. Dari ketiga desa lokasi pemetaan di Bengkalis, diketahui bahwa
tingkat pengeluaran KK per bulan untuk masing-masing desa adalah sebagai berikut: desa
Tengganau Rp 300.000 - Rp. 5.000.000 dengan pengeluaran per bulan terbanyak sebesar Rp.
2.000.000; desa Bumbung pengeluaran masyarakat berkisar antara Rp 500.000 - Rp
5.000.000. Pengeluaran per bulan terbanyak sebesar Rp. 2.000.000. Sementara untuk desa
Sebangar pengeluaran responden per bulan berkisar Rp 500.000 - Rp 8.000.000 dengan
pengeluaran responden terbanyak sebesar Rp 3.000.000.

Sementara untuk pengeluaran per kapita di setiap desa diuraikan berikut ini. Desa Sebangar
berkisar: Rp 60.000 - Rp 1.000.000, desa Bumbung Rp 333.333 - Rp 1.600.000, dan desa
Tengganau Rp 100.000 - Rp 833.333. Dari ketiga desa ini, kemiskinan ekstrim masih
terdapat di desa Sebangar dan desa Tengganau dengan pengeluaran per kapita per bulan
berada di bawah angka kemiskinan ekstrim yaitu Rp. 322.170. Berdasarkan data monografi
desa Tengganau terdapat kepala keluarga pra sejahtera sebanyak 98 KK.

2.2.4. Insfratruktur Jalan dan Akses, dan Perumahan


Dari ketiga desa pemetaan, akses menuju desa Bumbung dan desa Sebangar relatif masih
dalam kondisi baik dan bisa dilalui kendaraan. Namun, desa Tengganau yang akses menuju
desa dari arah Pekanbaru dari jalan lintas Timur sepanjang 1-2 km masih merupakan jalan
tanah kuning yang ketika musim panas berdebu, dan ketika musim hujan berlumpur. Jalan di
dalam desa masih banyak yang merupakan jalan tanah batu kerikil dan aspal namun dalam
kondisi mulai rusak (pecah). Hal ini menjadi kendala masyarakat dalam melakukan kegiatan
sehari-hari termasuk dalam melaksanakan kegiatan ekonomi. Di desa Sebangar jalan antar
dusun sepanjang 6 km rusak.

Gambar 1. Jalan di desa Bumbung yang mengalami kerusakan

Akses ke desa Bumbung dan Sebangar dapat dilalui dengan kondisi jalan baik dari
Pekanbaru (ibu kota provinsi) melalui tol Bathin Solapan dengan jarak tempuh 15 – 20
menit. Sementara ke desa Tengganau dari pintu tol Pinggir dapat ditempuh selama 15 – 30
menit menggunakan kendaraan roda dua. Sementara jarak ke kecamatan dari desa Tengganau
tidak terlalu jauh dengan jarrah tempuh 15 menit. Dari desa Bumbung dan desa Sebangar ke
kantor kecamatan dapat ditempuh selama 20-30 menit menggunakan kendaraan roda dua.
Gambar 2. Jalan antar dusun di desa Tengganau Gambar 3. Jalan luar desa Tengganau

Selain infrastruktur jalan, dan akses, salah satu aspek layanan dasar yang tak kalah penting
adalah perumahan. Rumah menjadi tempat hidup bagi masyarakat sehingga mereka dapat
dengan nyaman menjalankan aktifitas sehari-hari. Masyarakat dengan kesejahteraan tinggi
dapat dilihat dari kondisi rumah yang lebih permanen (konstruksi semen), sementara
masyarakat dengan tingkat kesejahteraan yang lebih rendah biasanya penduduknya memiliki
rumah berbahan kayu, dan atau semi permanen.
Gambar. Kondisi perumahan masyarakat di desa Bumbung

2.2.5. Sumber air bersih


Baik desa Bumbung, desa Sebangar maupun desa Tengganau memiliki persoalan dalam
ketersediaan air bersih untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, dan cuci, serta konsumsi.
Dari hasil pengumpulan data dan pengamatan di lapangan diketahui bahwa untuk kebutuhan
harian seperti MCK masyarakat di desa Bumbung 80% menggunakan air dari sumur bor, dan
20% memanfaatkan air tanah/rawa. Sementara di desa Sebangar 60% responden
menggunakan air dari sumur bor, dan sisanya menggunakan air tanah. Di desa Tengganau
80% responden memanfaatkan air dari sumur bor, 6.6% menggunakan sumur tanah, 6.6%
memanfaatkan air rawa, dan sisanya menggunakan air isi ulang.
Secara spesifik, pemerintah ketiga desa mengeluhkan kondisi ketersediaan air bersih yang
sulit diperoleh. Di desa Sebangar meskipun air isi ulang tersedia dan diproduksi oleh
perusahaan swasta namun harganya cukup berat untuk masyarakat.
Sementara untuk air minum, ketiga desa lokasi pemetaaan sebanyak lebih dari 50%
menggunakan air isi ulang selebihnya bersumber dari air sumur tanah, dan sumur bor. Secara
lebih rinci di desa Bumbung 60% responden menggunakan air isi ulang untuk kebutuhan
minum keluarga, dan 40% menggunakan air sumur bor. Di desa Sebangar 53% responden
minum menggunakan air isi ulang, 33% menggunakan air sumur bor, 6,6% menggunakan air
sumur tanah, dna 6,6% menggunakan air sumur dan juga air hujan. Di desa Tengganau, 80%
responden minum menggunakan air isi ulang, dan 13,3% memanfaatkan air sumur bor, dan
6,7% mengkonsumsi air tanah. Konsumsi air isi ulang banyak dilakukan oleh masyarakat di
ketiga desa dengan mempertimbangkan ketersediaan air bersih layak minum yang sangat sulit
di desa, selain alasan kemudahan/kepraktisan. Harga beli air isi ulang di masing-masing desa
adalah Rp. 5.000,- untuk yang tidak dimasak, sementara untuk air isi ulang dimasak dibeli
dengan harga Rp 7.000,--/gallon. Khusus untuk desa Tengganau, masyarakat mengeluhkan
harga air yang dianggap cukup memberatkan, Terutama ketika musim kemarau ketika air bor
atau air tanah sulit diperoleh, maka kebutuhan membeli air isi ulang semakin meningkat
karena digunakan juga untuk kebutuhan rumah tangga lainnya seperti masak, dan mandi.
Di desa Sebangar sumber air bersih bagi masyarakat desa adalah dari mata air (15 titik),
sumur tanah (500 unit), sumur bor (750 unit), air sungai namun dalam keadaan tercemar, bak
penampung air hujan 100 unit, dan depot air isi ulang sebanyak 5 unit yang dimanfaatkan
oleh 500 jiwa.

2.2.6. Kondisi Layanan Publik Dasar


Layanan dasar wajib Pemerintah termasuk di dalamnya adalah: Pendidikan, Kesehatan,
Perumahan, dan Sosial. Namun, pemetaan ini diantaranya memfokuskan pada aspek
Pendidikan dan kesehatan.

2.2.6.1. Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan
menjadi salah satu indikator dalam mengukur kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dengan
tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan memiliki kualitas hidup yang baik serta
kesejahteraan yang baik pula. Aspek pendidikan yang diamati di desa adalah jumlah dan
kondisi sarana Pendidikan di desa, dan akses (termasuk jarak tempuh menuju sekolah).
Tabel 8 berikut menggambarkan jumlah dan kondisi sekolah di 3 desa di kabupaten
Bengkalis termasuk akses.

Tabel 8. Jumlah Sekolah di desa Pemetaan di kabupaten Bengkalis


Desa Jumlah Sekolah Rasio Guru/Murid
Bumbung PAUD (3)
TK (6)
SD/MI (3 )
SMP ( 2)
SMA (1)
Sebangar Play Group (1 ) 1:6
TK (2) 1:4
SD (3) 1 : 13
SMA (2) 1 : 31
Tengganau TK/PAUD (3)
SD (2)
SMP (1)
Sumber: Monografi desa

Selain melihat jumlah sarana pendidikan, dan aksesnya, kualitas pendidikan masyarakat dapat
diketahui dari jumlah tamatan sekolah yang ada di desa. Untuk desa Bumbung, kelompok
masyarakat didasarkan pada tamatan sekolah dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9. Jumlah Penduduk dan Tamatan Jenjang Pendidikan di desa pemetaan di Bengkalis
Jenjang Pendidikan Bumbung Tengganau Sebangar
Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen
TK 856 11
SD/MI 2.388 31 908 18
SMP 1.556 20 678 14
SMA/SMU 1.394 18 1.925 39
Akademi D1/D3 73 1 391 8
S1 212 3 48 1
Pasca Sarjana 6 0.01
Pondok Pesantren 69 0.8
Pendidikan Keagamaan 57 0.7
Kursus Keterampilan 37 0.5
Tidak Sekolah/Tidak 1.121 14 990 20
Tamat
TOTAL 7.769 100 4.940 100
Sumber: Monografi desa
Di desa Tengganau terdapat 82 anak usia sekolah 7 -15 tahun yang tidak bersekolah.

2.2.6.2. Kesehatan dan Stunting


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang
Kesehatan terdapat 12 jenis pelayanan dasar yang harus dilakukan Pemerintah
Kabupaten/Kota, diantaranya pelayanan kesehatan untuk: Ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru
lahir, balita, usia Pendidikan dasar, usia produktif, usia lanjut, hipertensi, Diabetes mellitus,
ODGJ berat, TB, dan HIV. Di tingkat desa, SPM bidang kesehatan ini dilakukan melalui
kegiatan di Puskesma, Polindes, dan juga Poskesdes. Kualitas layanan akan dipengaruhi oleh
jumlah keberadaan sarana kesehatan, Tenaga Medis, dan juga lokasi pusat layanan kesehatan
di desa.
Selain gizi buruk di tingkat balita, isu lain yang menjadi isu prioritas nasional dalam RPJMN
2020 -2024 adalah stunting. Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan kasus stunting
daei 24,4% menjadi 14% pada tahun 2024. Stunting berdasarkan Perpres No 72 tahun 2021
merupakan kondisi gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi
kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya di bawah
standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.

Tabel 10. Layanan Kesehatan di desa Pemetaan di Bengkalis


Layanan Desa Bumbung Desa Sebangar Desa Tengganau
Kesehatan
Poskesdes 1 1
Posyandu/Polindes 9 1 4
Puskesmas 1
Rumah Bersalin 1 3
Apotik/Toko Obat 2 1
Rumah Bersalin 1 5
Balai Kesehatan Ibu 1
dan Bayi
Sumber : Monografi Desa
Untuk persoalan bayi bergizi kurang terdapat 16 kasus, dan di desa Sebangar terdapat
jumlah bayi dengan gizi kurang/buruk (stunting) sebanyak 28 orang.

2.2.6. Partisipasi Masyarakat dan Perempuan dalam perencanaan Pembangunan Desa


Dari hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa tingkat partisipasi responden
dalam perencanaan pembangunan desa masih rendah. Di desa Tengganau hanya 3 responden
yang pernah terlibat dalam pertemuan perencanaan pembangunan desa, di desa Bumbung 4
responden, dan desa Sebangar lebih tinggi dibanding 2 desa lainnya yaitu 9 responden dari
total 15 responden dengan 1 KK perempuan. Frekuensi keterlibatan responden dalam
pertemuan perencanaan desa berkisar antara 1 – 2 kali untuk desa Tengganau, 1 – 10 kali
untuk desa Bumbung, dan 1 – 20 kali untuk desa Sebangar. Dari yang terlibat dalam
pertemuan perencanaan desa, seluruh responden di desa Tengganau pernah mengajukan
usulan perbaikan desa, Bumbung sebanyak 4 responden, dan Sebangar sebanyak 11
responden. Usulan untuk pembangunan biasanya berkisar tentang pembangunan jalan,
pembuatan sumur bor, aspirasi dari tiap dusun, drainase/gorong-gorong, dan kegiatan
pemuda. Berdasarkan data monografi desa Sebangar, usulan masyarakat dan diterima dalam
rencana pembangunan desa sebanyak 23% dan tingkat keterlibatan perempuan dalam
perencanaan desa 32%.
Untuk akses terhadap anggaran desa, lebih dari 50% responden di 3 desa menjawab
pernah/bisa mengakses anggaran/informasi anggaran desa. Secara rinci responden di desa
Tengganau sebanyak 11 responden, Bumbung 9 responden, dan Sebangar 11 responden.

2.2.7. Kelembagaan Ekonomi Desa


Akses ke pasar untuk desa Tengganau dapat ditempuh dengan jarak 1 – 10 km dengan
kondisi jalan aspal dan tanah kuning, kondisi jalan baik. Pasar di desa Bumbung dapat
ditempuh oleh responden dengan jarak 200 m – 11 km dengan kondisi jalan aspal bagus,
sementara desa Sebangar jarak dari kediaman responden ke pasa berkisar 1- 8 km dengan
kondisi jalan aspal baik. Sehari-hari responden di 3 desa membeli kebutuhan harian di
warung di desa, tukang jualan keliling, hingga ke pasar.

2.2.8. Kelembagaan Desa dan Kelembagaan Perempuan


Kelembagaan di desa selain Perangkat desa (Kades) dan BPD untuk desa di Bengkalis
disajikan di Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Kelembagaan Desa dan Kelembagaan Perempuan di desa di Kabupaten Bengkalis
Lembaga Desa Bumbungg Desa Tengganau Desa Sebangar
LPM 1
Lembaga Adat 1 1 1
PKK 1 1 1
Bumdes 1 1 1
Karang Taruna 1 1 1
Kelompok 5
Tani/Ternak
Sumber: Monografi Desa

Untuk kelembagaan adat dan praktek adat di desa pemetaan, di 2 desa (Sebangar dan
Tengganau) praktek adat yang masih dilakukan adalah musyawarah adat, sanksi adat, dan
adat perkawinan. Untuk desa Sebangar, praktek juga masih dilakukan pada kegiatan
pembangunan rumah.

2.2.9. Dukungan dan Akses Lembaga Pembiayaan


Sebanyak 5 dari responden di desa Tengganau pernah mengakses bantuan dana dari
perbankan untuk kebutuhan membangun rumah, dan usaha warung, termasuk 2 KK
perempuan. Jumlah pinjaman berkisar antar 20 hingga 70 juta. Untuk desa Bumbung,
sebanyak 9 responden pernah mengakses pinjaman dari lembaga keuangan termasuk Bank,
Bumdes, dan EUD SP untuk kepentingan membangun usaha dengan kisaran 10 – 100 juta.
Sementara di desa Sebangar hanya 4 responden yang pernah mengakses dana pinjaman di
bank dengan kisaran pinjaman 15 – 100 juta untuk kepentingan usaha.

2.2.10. Profil CSR dan Persepsi Masyarakat terhadap Kehadiran dan aktivitas Migas
Kehadiran aktivitas perusahaan di desa diharapkan dapat memberikan dampat pada
perekonomian masyarakat desa. Selain membuka lapangan pekerjaan yang dapat dipenuhi
oleh sumberdaya manusia di desa, kehadiran dan dampaknya dapat dilihat pada
kontribusinya bagi perbaikan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan di sekitar perusahaan
tersebut. Dan salah satu indikator kontribusi perusahaan dapat dilihat dari besaran CRS yang
diberikan kepada masyarakat di sekitarnya.
Jumlah perusahan dan sektor usaha yang terdapat di Kabupaten Bengkalis disajikan di tabel
12 berikut ini.

Tabel 12. Perusahaan dan Kegiatannya di Desa Lokasi Pemetaan, Bengkalis


No Nama Perusahaan Usaha Perusahaan Lokasi (Desa)
1 PT. Semesta Ternak ayam potong Bumbung
Mitamra Sejahtera
2 PT. Pelita Agung Perkebunan sawit Bumbung
Industri
3 PT Arara Abadi HTI/akasia Bumbung
4 PT Pertamina Hulu Bumbung,
Rokan Tengganau, dan
Sebangar
5 PT Adei Plantation Perkebunan sawit Tengganau
6 PT Tengganau PKS Tengganau
Mandiri Lestari
7 PT BUKAKA Sebangar

Berdasarkan wawancara dengan beberapa masyarakat kegiatan CSR perusahaan diantaranya:


dari PT. PLTG seperti pelatihan memasak, alat olahraga, kambing dan sapi sewaktu lebaran,
PT. Adei bantuan anak yatim, sembako, uang dan hewan kurban setiap tahun. PT. PHR
bantuan hewan kurban langsung ke ketua Suku Sakai tidak melalui desa namun informasi
tidak pasti (desa Tengganau), pemberian sembako setiap tahun dari PT. BUKAKA di desa
Sebangar.
Persepsi masyarakat terhadap perusahaan di 3 desa di lokasi pemetaan masih egative.
Masyarakat merasa tidak ada dampak dari kehadiran perusahaan di desa mereka, dan
perangkat desa juga tidak mengetahui perusahaan apa saja yang beroperasi di desa mereka.
Secara khusus 100% dari responden di desa Tengganau mengatakan tidak ada dampak positif
dari keberadaan perusahaan di desa mereka. Alasan dari pandangan mereka adalah
belum/tidak menerima manfaat apapun dari perusahaan, sebaliknya aktivitas perusahaan
menyebabkan polusi bau dan suara yang cukup mengganggu, Salah satu responden
memyampaikan sebuah pengalaman yang cukup menyenangkan ketika dilakukan
pengeboran sumur bor baru tahun 2000, masyarakat RT 03 diungsikan untuk menyewa
rumah lain Rp. 500.000 per bulan, dan biaya makan sebulan 55.000/orang. Dan dana itu
hanya diberikan selama 1 bulan saja. Sedikit berbeda dengan desa Tengganau, sebanyak 40%
responden di desa Bumbung mengatakan perusahaan memberikan sedikit dampak positif
untuk mereka dari hal memudahkan mendapatkan gas, dan menyerap tenaga kerja, dan
pemerintah menerima pajak dari perusahaan. Selebihnya mengatakan bahwa kehadiran
perusahaan tidak memberikan dampak berarti bagi peningkatan perekonomia/kesejahteraan
masyarakat. Di desa Sebangar, lebih sedikit dari desa Bumbung, sebanyak 33,33% responden
menyebutkan mendapatkan sedikit manfaat dari kehadiran perusahaan dengan alasan yang
sama dengan 2 desa lainnya. Termasuk, informasi dari salah satu Ketua RW di desa
Sebangar, yang menyebutkan bahwa aktivitas salah satu perusahaan migas di desa malah
memperburuk kondisi jalan di salah satu dusun di desa tersebut yang memperburuk akses
bagi anak sekolah dan masyarakat.

2.2.11. Program Penanggulangan Kemiskinan di Desa


Desa-desa pemetaan menjalankan program baik penanggulangan kemiskinan, ataupun
pemulihan ekonomi dari COVID 19 yang merupakan program nasional/Pusat yakni BPNT
(bantuan Pangan Non Tunai) sebanyak 57 orang, dan Program Keluarga harapan (PKH)
sebanyak 121 KK (desa Sebangar). Sementara program desa spesifik yang ditujukan untuk
masyarakat yang bersumber dari Dana Desa tidak ada informasi.

2.3. Kabupaten Pelalawan


2.3.1. Potensi dan Sumberdaya Alam
Kabupaten Pelalawan dibentuk berdasarkan UU. No. 53 Tahun 1999, yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Kampar, dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal
12 Oktober 1999. Kabupaten Pelalawan terletak di pesisir Timur Pulai Sumatera, dengan
wilayah daratan yang membentang di sepanjang bagian Hilir Sungai Kampar serta berdekatan
dengan Selat Malaka. Secara geografis Kabupaten Pelalawan terletak antara 1°25″ LU dan
0°,20″ LS serta antara 100°,42″ ~ 103°,28″ BT dengan batas-batas wilayah :
 Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Siak
 Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten
Indragiri Hilir
 Sebelah Barat : berbatasan dengan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Kampar
 Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Riau
Angka Garis kemiskinan kabupaten Pelalawan di tahun 2022 adalah Rp. 655.641,00 dengan
komposisi penduduk miskin 8.97%.
2.3.2. Luas Wilayah, Populasi dan Pertumbuhan Penduduk
Luas Kabupaten Pelalawan 13.924,94 Km sebagian besar wilayah terdiri dari daratan, dan
sebagian lainnya kepulauan. Beberapa Pulau Besar yang ada di wilayah Kabupaten Pelalawan
diantaranya Pulau Mendul ( Penyalai ), Pulau Muda, Pulau Serapung, Pulau Lebuh, dan
Pulau-pulau kecil lainnya.
Tabel 13 berikut menggambarkan luas wilayah kecamatan dan jumlah desa di kecamatan
tersebut.
Tabel 13. Kecamatan, Luas dan Jumlah Desa di desa Pemetaan di Kabupaten Pelalawan
No. Kecamatan Ibu Kota Kecamatan Luas Area (ha) Jumlah Kelurahan/Desa
1. Langgam 144.245,09 Ha 8
2. Bunut 40.802,77 Ha 10
3. Pangkalan Kuras 118.388,79 Ha 17
4. Kuala kampar 150.265,19 Ha 10
5. Pangkalan Kerinci 19.355,53 Ha 7
6. Ukui 129.956,06 Ha 12
7. Pelalawan 149.811,31 Ha 9
8. Pangkalan Lesung 50.485,12 Ha 10
9. Kerumutan 96.003,66 Ha 10
10. Teluk Meranti 423.984,41 Ha 9
11. Bandar Petalangan 37.255,16 Ha 11
12. Bandar Sekijang 31.941,2 Ha 5
Sumber:
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/
Daftar_kecamatan_dan_kelurahan_di_Kabupaten_Pelalawan
Dari Tabel 13 di atas diketahui bahwa kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah
kecamatan Teluk Meranti dengan luas wilayah 423.984,41 ha, sementara Kecamatan dengan
jumlah desa terbanyak adalah kecamatan Pangkalan Kuras dengan dengan jumlah desa
sebanyak 17 desa/kelurahan. Total populasi kabupaten Pelalawan di tahun 2022 adalah
422.907 jiwa. Sementara sebaran populasi berdasarkan kecamatan disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Sebaran Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Pelalawan Tahun 2022
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
Kecamatan di Kabupaten Pelalawan (Jiwa)

2020 2021 2022


Langgam 32.997 34.256 37.315
Pangkalan Kerinci 94.585 97.269 103.968
Bandar Sei Kijang 21.481 21.909 23.035
Pangkalan Kuras 61.123 62.831 67.101
Ukui 40.298 41.092 43.184
Pangkalan Lesung 29.832 30.259 31.464
Bunut 15.465 15.851 16.829
Pelalawan 19.120 19.489 20.464
Bandar Petalangan 16.447 16.840 17.842
Kuala Kampar 17.837 17.856 18.086
Kerumutan 24.420 24.958 26.348
Teluk Meranti 16.441 16.654 17.271
Kabupaten Pelalawan 390.046 399.264 422.907
Source Url: https://pelalawankab.bps.go.id/indicator/12/60/1/jumlah-penduduk-menurut-
kecamatan-di-kabupaten-pelalawan.html
Access Time: July 17, 2023, 10:32 am

Tabel 14 menunjukkan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah kecamatan


Pangkalan Kerinci dengan jumlah populasi 103.968 jiwa dan populasi terendah di Kecamatan
Teluk Meranti dengan jumlah populasi 17.271 jiwa.
Sementara di 2 desa lokasi pemetaan, populasi di masing-masing desa disajikan sebagai
berikut.
Tabel 15. Populasi di desa Mak Teduh dan desa Ukui Dua, Pelalawan
Desa Populasi Total
Laki-laki Perempuan
Mak Teduh 893 847 1.740 (471 KK)
Ukui Dua 2.254 2.187 4.441 (1.190 KK)
Sumber: Monografi Desa

2.3.3. Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat


Data IPM Kabupaten Pelalawan menunjukkan bahwa angka IPM kabupaten Pelalawan
mengalami peningkatan setiap tahunnya, meskipun tidak terlalu besar yaitu 1.37 poin.
Namun, secara umum IPM Kabupaten Pelawan secara berturut-turut masih di bawah nilai
IPM Provinsi Riau sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 16.

Tabel 16. IPM Kabupaten Pelalawan dan Provinsi Riau, 2020 - 2022
IPM Kabupaten Pelalawan
Indikator IPM
2020 2021 2022
Umur Harapan Hidup Saat Lahir (tahun) 71.16 71.24 71.53
Harapan Lama Sekolah (tahun) 12.24 12.41 12.68
Rata-rata Lama Sekolah (tahun) 8.50 8.70 8.72
Pengeluaran per kapita disesuaikan (000 11.606,00 11.672,00 12.163,00
Rp/tahun)
IPM Kabupaten Pelalawan 71.56 72.08 72.93
IPM Provinsi Riau 72.71 72.94 73.52
Source Url: https://pelalawankab.bps.go.id/indicator/26/37/1/indeks-pembangunan-manusia-
kabupaten-pelalawan.html
Access Time: July 17, 2023, 10:27 am

Sementara itu dari sisi pertumbuhan ekonomi secara makro, sektor penyumbang PDRB
terbesar di kabupaten Pelalawan adalah industri pengolahan. Sektor lain yang berkontribusi
signifikan adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan. Secara lebih lengkap disajikan pada
Tabel 17.

Tabel 17. PDRB ADHB Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Pelalawan, 2020-2022
Lapangan Usaha (PDRB) PDRB Kabupaten Pelalawan Atas Dasar Harga
Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Milyar
Rupiah)
2020 2021 2022
Pertanian, kehutanan, dan
Perikanan 20,571.00 23,700.70 26,193.19
Pertambangan dan Penggalian 890.82 1,158.13 1,591.99
Industri Pengolahan 24,681.78 27,887.11 32,218.37
Konstruksi 1,178.92 1,279.78 1,479.23
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor 1,427.52 1,549.91 1,828.25
PDRB 50,681.06 57,618.56 65,569.24
Source Url: https://pelalawankab.bps.go.id/indicator/52/8/1/pdrb-kabupaten-
pelalawan-atas-dasar-harga-berlaku-menurut-lapangan-usaha.html
Access Time: July 19, 2023, 7:39 am

2.3.4. Potensi Sumberdaya Alam dan Perekonomian di lokasi pemetaan


2.3.4.1. Desa Mak Teduh
Desa Mak Teduh berbatasan dengan desa-desa lainnya yaitu:
Sebelah Utara dengan desa Teluk Binjai, sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan
Kelurahan Kerumutan, dan sebelah Barat berbatasan dengan desa Pangkalan Tampoi. Desa
Mak Teduh memiliki luas wilayah 32.527 ha dengan pemanfaatan lahan
sebagai berikut:

Tabel 18. Pemanfaatan Tanah di desa Mak Teduh


Jenis Tanah Luasan
Tanah sawah 160,00 Ha
Tanah kering 460,00 Ha
Tanah basah (rawa/gambut) 4.700,34 Ha
Tanah perkebunan 16.520,00 Ha
Fasilitas umum 203,66 Ha
Tanah hutan 10.483,00 Ha
Total luas 32.527,00 Ha
Sumber: Monografi desa

Mata pencaharian masyarakat desa Mak Teduh sebagian sebagai Pekebun/Petani sebanyak
384 orang, wirawasta 92 orang, karyawan perusahaan swasta 24 orang, BHL 12 orang, dan
sebanyak . orang belum memiliki pekerjaan. Berdasarkan pengamatan di lapangan desa Mak
Teduh memiliki ketergantungan ekonomi yang sangat tinggi dari aktivitas perkebunan sawit.
Ini dapat dilihat dari banyaknya ditemukan hamparan kebun sawit di desa Mak Teduh. Dari
total luasan perkebunan sawit di desa Mak Teduh, seluas 7.520 merupakan kebun
perorangan, dan sisanya 9.000 ha merupakan milik swasta. Selain sawit, masyarakat juga
melakukan budidaya tanaman padi ladang seluas 160 ha. Kegiatan ekonomi masyarakat
lainnya adalah beternak ayam, dan burung wallet.

2.3.4.2. Desa Ukui Dua


Luas wilayah Desa Ukui Dua 50.000 Ha dengan pemanfaatan lahan yang didominasi untuk
perkebunan. Pemanfaatan tanah lainnya dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19. Pemanfaatan Tanah di desa Ukui Dua
Jenis Tanah Luasan (ha)
Tanah sawah 0
Tanah kering 22.000
Tanah basah (rawa/gambut) 10.040
Tanah perkebunan 17.827
Fasilitas umum 130
Tanah hutan 3
Jumlah 50.000
Sumber: Monografi desa

Perekonomian desa Ukui Dua banyak ditopang aktivitas perkebunan kelapa sawit (2.000 ha),
cengkeh (879 ha) dan juga karet (286 ha); selanjutnya pertanian dengan komoditas tanaman
hortikultura sayuran (jagung, cabe, terong, dan kacang panjang).
Diagram di bawah ini menunjukkan persentase mata pencaharian masyarakat di desa Ukui
Dua.

Mata Pencaharian Masyarakat


15
68 20
3 67
1740
20

139

845

Pertanian/kebun sawit Perkebunan sawit (swasta) Peternakan


Perikanan Kehutanan Pemilik usaha
Perdagangan Jasa Wiraswasta
Tidak tetap
Sumber: Monografi desa (diolah)
Bagan di atas menunjukkan bahwa sektor mata pencaharian terbesar adalah petani/pekebun
sawit, sektor perkebunan sawit (swasta), perikanan dan jasa. Kendatipun demikian, sektor
mata pencaharian tersebut diikuti dengan serapan tenaga kerja yang bersifat buruh (tidak
sebagai pemilik) yakni sebanyak 17%.

2.3.5. Kemiskinan di Kabupaten Pelalawan


Kemiskinan di desa-desa lokasi pemetaan akan dianalisis melalui jumlah pendapatan dan
pengeluaran per kapita responden, dan juga kepemilikan atas kondisi rumah, dan asset oleh
responden.

2.3.5.1 Pekerjaan, Penghasilan dan Pengeluaran Masyarakat


Mata pencaharian responden di desa Mak Teduh sebagian besar adalah petani/pekebun (6
orang), swasta (3 orang), buruh sawit (2 orang), selebihnya bekerja sebagai tenaga security,
honor, kontraktor, dan usaha warung. Di Desa Ukui Dua sebanyak 10 responden bekerja
sebagai petani/pekebun termasuk 3 KK perempuan, selebihnya bekerja sebagai guru, PNS,
Usah peron, buruh, dan wirausaha. Penghasilan responden di desa Mak Teduh berkisar
antara 2 – 19 juta rupiah dengan pengeluaran bulanan berkisar antara 1,5 juta – 10 juta.
Sementara di desa Ukui Dua pengeluaran bulanan responden berkisar antara 1,5 juta- 9 juta.
Untuk jumlah pengeluaran per kapita di desa Mak Teduh bernilai 500 rb – 1 juta rupiah, dan
di desa Ukui Dua berkisar 500 ribu sampai dengan 6,6 juta. Pengeluaran per kapita yang
tinggi disebabkan oleh penghasilan yang tinggi, yang biasanya responden berprofesi sebagai
kontraktor ataupun memiliki usaha peron.

2.3.5.2. Insfratruktur Jalan, Akses, dan Perumahan


Jalan di desa Mak Teduh sebagian berupa aspal dalam kondisi bagus, sebagian lagi terutama
yang berdekatan dengan lokasi perkebunan perusahaan jalannya rusak (tanah kuning).
Dahulunya merupakan jalan aspal, namun karena aktivitas berat kendaraan angkutan
perusahaan dan juga akibat curah hujan yang tinggi jalanan aspal tersebut menjadi rusak
berat.
Di desa Ukui Dua jalan di desa berupa aspal dalam kondisi bagus, hanya sebagian di bagian
dekat perusahaan sawit kondisinya rusak berat. Di sepanjang jalan tersebut ada rumah-rumah
penduduk, dan penduduk mengeluhkan jika musim panas jalan berdebu, dan di musim hujan
jalan menjadi licin.
Gambar 1. Jalan di desa Mak Teduh, berupa tanah kuning

Gambar 2. Kondisi jalan kecamatan


menuju Mak Teduh

Untuk kondisi perumahan, rumah masyarakat di


desa Ukui Dua sudah permanen (semen), dan
sebagian masih berupa rumah kayu, namun di desa
Mak Teduh rata-rata rumah masyarakat dibuat dari
kayu (papan).
Gambar 3. Kondisi Rumah Masyarakat desa Mak
Teduh
Gambar 4 . Kondisi Rumah Masyarakat di desa Ukui Dua

2.3.5.3. Sumber air bersih


Penggunaan air untuk kebutuhan harian baik itu MCK, dan air minum di dua desa pemetaan
ini didominasi oleh sumur bor (untuk kebutuhan harian di desa Mak Teduh), sedangkan di
desa Ukui Dua kebutuhan air untuk harian bersumber dari air tanah, selain menggunakan air
sumur bor. Untuk kebutuhan minum, seluruh responden di kedua desa menggunakan air isi
ulang yang belum dimasak dan air isi ulang yang telah dimasak dengan harga beli Rp 5.000 –
Rp 7.000. Penggunaan air isi ulang ini disebabkan karena kondisi/kulitas air tidak layak
minum. Sebagain masyarakat menyampaikan air di desa mereka itu berminyak sehingga tidak
bisa digunakan untuk konsumsi air minum.

2.3.6. Kondisi Layanan Publik Dasar


Layanan dasar wajib Pemerintah termasuk di dalamnya adalah: Pendidikan, Kesehatan,
Perumahan, dan Sosial. Namun, pemetaan ini diantaranya memfokuskan pada aspek
Pendidikan dan kesehatan.

2.3.6.1. Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan
menjadi salah satu indikator dalam mengukur kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dengan
tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan memiliki kualitas hidup yang baik serta
kesejahteraan yang baik pula. Aspek pendidikan yang diamati di desa adalah jumlah dan
kondisi sarana Pendidikan di desa, dan akses (termasuk jarak tempuh menuju sekolah), dan
rasio guru dan murid di desa.
Tabel 20 berikut menggambarkan jumlah dan kondisi sekolah di 2 desa di kabupaten
Pelalawan, termasuk jarak dan akses menuju sekolah.

Tabel 20. Jumlah sarana pendidikan, Jarak dan akses menuju sarana pendidikan di desa Mak
Teduh dan Desa Ukui Dua.
Desa Jumlah Akses/Jarak Tempuh
Sekolah
Mak Teduh PAUD (3)
TK (6)
SD/MI (3 ) 30 m – 2 km ditempuh dengan jalan kaki dan
berkendara roda dua
SMP ( 2) 900 m, ditempuh dengan kendaraan roda dua,
kondisi jalan bagus
SMA (1) 1 – 4 km, dengan kendaraan roda dua, jalan bagus
Ukui Dua Play Group (1 )
TK (2)

SD (3) 500 m – 4km, ditempuh dengan kendaraan roda dua,


jalan bagus
SMP 1 – 4 km, ditempuh dengan motor, kondisi jalan
bagus
1-2 km, ditempuh dengan kendaraan bermotor,
SMA (2) kondisi jalan bagus
Sumber: wawancara responden
Untuk pengeluaran biaya pendidikan di desa Mak Teduh berkisar antara 200 ribu – 3 juta
rupiah, dan di desa Ukui Dua berkisar antara 350 rb – 1 juta rupiah.

2.3.6.2. Kesehatan dan Stunting


Sarana pelayanan kesehatan yang ada di desa Ukui Dua terdiri atas: Puskesmas ( 1), Polindes
(1 unit), Balai kesehatan Ibu dan Anak (1 unit) praktek bidan (1 unit). Selain itu des aini
memiliki sarana kesehatan umum berupa toko obat (1 unit). Tenaga kesehatan yang ada di
desa adalah dukun bersalin terlatih (4 orang), bidan (4 orang), perawat (2 orang).

Desa Mak Teduh memiliki 3 unit Posyandu, Bidan 3 orang, dan dukun bersalin terlatih
sebanyak 8 orang. Selain sarana kesehatan publik, masyarakat di desa Mak Teduh memiliki
preferensi untuk berobat ke dukun tradisional. Salah satu penyebabnya adalah karena
keberadaannya dekat dan pengobatannya dianggap lebih murah dan mudah.
Di desa Mak Teduh, 33.33 % responden pernah mengakses layanan kesehatan. Terkait
kualitas layanan kesehatan responden sebagian besar menyampaikan layanan kesehatan di
desa baik, hanya saja bagi sebagian responden jarak ke pusat layanan kesehatan cukup jauh.
Sementara itu di desa Ukui Dua, tingkat pemanfaatan pusat layanan kesehatan relatif lebih
tinggi dari desa Mak Teduh yakni 60%. Kualitas dan akses menuju pusat layanan kesehatan
juga baik, tidak ada persoalan yang cukup berarti.

2.3.7. Partisipasi Masyarakat dan Perempuan dalam perencanaan Pembangunan Desa


Sebanyak 20% responden dari desa Mak Teduh menjawab terlibat dalam pertemuan
perencanaan pembangunan desa dengan kisaran keterlibatan 3 – 10 kali pertemuan.
Sementara di desa Ukui Dua responden yang terlibat dalam perencanaan pembangunan desa
lebih banyak yakni 40% termasuk 1 KK perempuan, dengan frekuensi keterlibatan 2 – 10
kali. Terkait pentingnya masyarakat terlibat dalam perencanaan pembangunan desa, sebanyak
20% responden di desa Mak Teduh menjawab perlu dengan alasan ikut andil dalam
pembangunan desa, dan sebanyak 27% responden di desa Ukui Dua menjawab sama dengan
alasan ikut andil dalam pembangunan desa, dan karena responden merupakan anggota BPD.
Terkait pernah atau tidak mengusulkan program/kegiatan dalam pertemuan perencanaan
pembangunan desa, hanya 3 responden yang menjawab pernah di desa Mak Teduh, dan 4
ressponden di desa Ukui Dua (termasuk 1 KK perempuan). Untuk akses terhadap informasi
anggaran desa, 2 responden di desa Mak Teduh menjawab dapat mengakses, dan 5 responden
di desa Ukui Dua (termasuk 2 KK perempuan) menjawab pernah mengakses.

2.3.8. Kelembagaan Ekonomi Desa


Desa Ukui Dua dan Mak Teduh memiliki masing-masing 1 koperasi di desanya. Selain itu
pasar sebagai pusat transaksi perdagangan di dua desa pemetaan berjarak antara 600 m – 1
km di desa Mak Teduh dengan kondisi jalan sebagian rusak, dan di desa Ukui Dua untuk ke
pasar responden harus menempuh jarak 700 m – 3 km dengan kondisi jalan baik. Untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari responden di desa Mak Teduh membelinya dari tukang
jualan motor keliling (garendong), warung hingga pasar. Sementara responden di desa Ukui
Dua lebih memilih membeli kebutuhan sehari- hari di pasar.

2.3.9. Kelembagaan Desa dan Kelembagaan Perempuan


Desa Mak Teduh dan Desa Ukui Dua memiliki kelembagaan di desa sebagaimana desa-desa
lainnya. Kelembagaan perempuan yang ada adalah PKK, dan KWT untuk desa Ukui Dua.
Lebih rinci mengenai kelembagaan di desa ditampilkan pada tabel 21 berikut.

Tabel 21. Kelembagaan Desa dan Perempuan di desa Mak Teduh dan Ukui Dua
Lembaga Desa Mak Teduh Desa Ukui Dua
LPM 1 1
Lembaga Adat 4 1
PKK 1 1 (Aktif)
Bumdes - 1
Karang Taruna 1 1
Kelompok 3 1 (KWT)
Tani/Ternak/nelayan
Arisan 15
Sumber: Monografi desa

Di desa Ukui Dua, masih terdapat kelembagaan gotong royong dan juga organisasi
keagaamaan berupa Pengajian/Yasinan. Sementara di desa Mak Teduh kelembagaan
pengajian/yasinan juga masih aktif. Di Mak Teduh perempuan berkumpul biasanya 1 kali
dalam sebulan dalam kegiatan Yasin. Selain itu jika ada kegiatan UMKM di Kecamatan,
biasanya para perempuan, dan anggota PKK berkumpul.
Kelembagaan adat di desa Ukui Dua masih diterapkan pada musyawarah adat, perkawinan,
kematian, dan kelahiran penduduk, pembangunan rumah hingga penyelesaian konflik.
Sementara di desa Mak Teduh, praktek adat masih selain hal yang sama dengan desa Ukui
Dua juga menerapkan praktek adat dalam hal bercocok tanam, dan dalam hal pengelolaan
sumber daya alam.
2.3.10. Dukungan dan Akses Lembaga Pembiayaan
Seluruh responden dari desa Mak Teduh, baik KK laki-laki dan KK perempuan belum pernah
mengakses pinjaman dana dari lembaga keuangan baik itu dari bank, Bumdes, maupun dari
Koperasi. Sementara di desa Ukui Dua terdapat 3 responden yang pernah meminjam uang
dari Koperasi dengan nilai pinjaman 3 – 5 juta.
2.3.11. Profil CSR dan Persepsi Masyarakat terhadap Kehadiran dan aktivitas Migas
Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dua desa di lokasi pemetaan disajikan dalam Tabel
berikut.
Tabel 22. Perusahaan dan Aktivitasnya di Desa Mak Teduh dan desa Ukui Dua
No Nama Perusahaan Kegiatan/Usaha Desa
1 PT. Pertamina Hulu Rokan Migas Mak Teduh, Ukui Dua
2 PT Arara Abadi HTI/Akasia Mak Teduh
3 PT Mekarsari Alam Perkebunan sawit Mak Teduh
Lestari
4 PT Mitra Tani HTI Akasia
5 PT Indosawit II Perkebunan sawit Ukui Dua
6 PT. Gandahera Hendana Perkebunan sawit Ukui Dua1
Plantation
Sumber: wawancara dengan aparat desa
Persepsi masyarakat mengenai keberadaan perusahaan dan dampaknya menunjukkan 100%
dari responden di desa Mak Teduh menyampaikan tidak ada dampak positif dari keberadaan
perusahaan terhadap perekonomian dan kehidupan mereka, dan juga tidak pernah menerima
bantuan dari perusahaan. Untuk CSR, masyarakat desa Mak Teduh pernah melakukan aksi
damai untuk meminta perusahaan (PT PHE, anak perusahaan PT Pertamina Hulu Rokan)
memperbaiki jalan di desa mereka sepanjang 1,5 km di tahun 2019. Perusahaan berjanji
untuk memenuhi permintaan tersebut, namun hingga laporan ini dibuat perusahaan belum
merealisasikan permintaan masyarakt tersebut. Namun, ada proses mediasi dari pemerintah
Kabupaten yang meminta agar perusahaan PHE segera merealisasikan janji mereka untuk
memperbaiki jalan di desa Mak Teduh tersebut4. Sementara di desa Ukui Dua, 40% dari
responden menjawab ada manfaat dari keberadaan perusahaan di desa mereka dengan alasan
perusahaan berkontribusi pada perbaikan jalan di desa mereka. Sementara 60% dari
responden menjawab tidak ada dampak positif dari keberadaan perusahaan di desa mereka.
Perusahaan yang rutin menyalurkan dana CSR di desa Ukui Dua hanya satu perusahaan,
yaitu PT. Gandaerah Hendana yang digunakan untuk perbaikan jalan utama, bibit atau dana
dari proposal yang masyarakat ajukan.
2.4. Kabupaten Rokan Hulu
2.4.1. Potensi dan Sumberdaya Alam
Kabupaten Rokan Hulu, merupakan sebuah kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kampar,
yang berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999 berdasarkan kepada UU Nomor 53 tahun 1999
dan UU No 11 tahun 2003 tentang perubahan UU RI No 53 tahun 1999, yang diperkuat
dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 010/PUU-1/2004, tanggal 26 Agustus 2004.
Pusat kabupaten berada di Pasir Pangaraian. Rokan Hulu merupakan Kabupaten di Provinsi
Riau, yang terletak di Barat Laut Pulau Sumatra pada 1000 - 1010 52´ Bujur Timur dan 00 15´ -
10 30´ Lintang Utara. kabupaten yang diberi julukan Negeri Seribu Suluk ini mempunyai luas
wilayah 7.449.85 Km2 dan berbatasan langsung dengan :
1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Provinsi Sumatra Utara dan Kabupaten Rokan Hilir
2. Sebelah Barat, berbatasan dengan Provinsi Sumatra Utara dan Sumatra Barat
3. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Kampar, Bengkalis dan Siak
4. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Provinsi Sumatra Barat.
Kabupaten Rokan Hulu berada pada ketinggian 70-86 Meter dari permukaan laut. Di sebelah
Barat Kabupaten mempunyai kontur tanah yang bergelombang yang merupakan bagian
pegunungan Bukit Barisan ( 15 % ) sedangkan sebagian besar lainnya ( 85 % ) merupakan
daerah rendah yang subur, terdapat tiga buah sungai besar yaitu : Sungai Rokan Kiri, Sungai
Rokan Kanan, dan Sungai Sosah.
Perekonomian Kabupaten Rokan Hulu tahun 2022 yang diukur berdasarkan Produk Domestk
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 49,61 triliun dan atas dasar
harga konstan 2010 mencapai Rp 15,93 triliun. Kabupaten Rokan Hulu berada pada urutan
ke-9 dalam hal sumbangan PDRB terhadap Provinsi Riau. Selama lima tahun terakhir (2018-
2022) struktur perekonomian Kabupaten Rokan Hulu didominasi oleh 5 (lima) kategori
lapangan usaha, yaitu Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Industri Pengolahan;
4
https://pelalawanpos.co/news/detail/2056/dihadiri-bupati-h-zukri-masyarakat-desa-mak-teduh-dan-pt-phe-
buat-kesepakatan-realisasi-jalan-aspal
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor Pertambangan dan
Penggalian; serta Konstruksi. Hal ini dapat dilihat dari peranan masing-masing lapangan
usaha terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Rokan Hulu. Kontribusi terbesar dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2022 adalah dari lapangan usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, yaitu mencapai 54,70 persen disusul oleh lapangan
usaha Industri Pengolahan sebesar 26,15 persen, dan diikuti oleh lapangan usaha
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 5,05 persen.
Sementara itu, lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 4,88 persen dan
Konstruksi sebesar 3,20 persen (BPS Kabupaten Rokan Hulu, 2022).

2.4.2. Luas Wilayah, Populasi dan Pertumbuhan Penduduk


Dengan jumlah penduduk sebanyak 594.438 jiwa Kabupaten Rokan Hulu memiliki luas
wilayah 7.449,85 km2, dimana 85% terdiri dari dataran dan 15% rawa-rawa dan perairan.
Tabel 23 berikut menggambarkan luas wilayah kecamatan dan jumlah desa di Kabupaten
Rokan Hulu.
Tabel 23. Luas Kecamatan dan Jumlah Desa di Kabupaten Rokan Hulu
No Populasi Luas Area Jumlah
Kecamatan
. (jiwa) (Km2) Kelurahan/Desa
1. Bangun Purba 20.028 150,15 7
2. Bonai Darussalam 28.488 1.149,19 7
3. Kabun 27.703 355,46 6
4. Kepenuhan 28.809 502,81 10
5. Kepenuhan Hulu 18.973 297,33 5
6. Kunto Darussalam 48.069 777,64 10
Pagaran Tapah
7. 12.394 150,46 3
Darussalam
8. Pendalian IV Koto 13.501 204.24 5
9. Rambah 54.444 343,23 14
10. Rambah Hilir 42.536 279,16 13
11. Rambah Samo 36.307 352,33 14
Rokan IV Koto 23.947 952,31 14
12
13 Tambusai 65.098 775,16 12
14 Tambusai Utara 89.450 951.48 11
15 Tandun 32.503 277,63 9
16 Ujung Batu 52.188 133,66 5
Sumber:
Dari Tabel 23 di atas diketahui bahwa kecamatan dengan luas wilayah terbesar adalah
kecamatan Bonai Darussalam dengan luas wilayah 1.149,19 km2, sementara Kecamatan
dengan jumlah desa terbanyak adalah kecamatan Rambah samo, dan kecamatan dengan
populasi terbanyak adalah Rambah, Rambah Samo dan Rokan IV Koto.
Sementara pertambahan penduduk selama kurun waktu 2021 – 2023 disajikan dalam Tabel
24 di berikut.
Tabel 24. Pertambahan Penduduk Kabupaten Rokan Hulu per Kecamatan dari Tahun 2021-
2023
Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertambaha
2021 2022 2023 n Penduduk
Rokan IV Koto 23.269 23.610 23.947 678
Pendalian IV Koto 12.984 13.242 13.501 517
Tandun 31.270 31.886 32.503 1.233
Kabun 26.689 27.196 27.703 1.014
Ujung Batu 50.103 51.144 52.188 2.085
Rambah Samo 34.635 35.468 36.307 1.672
Rambah 52.043 53.239 54.444 2.401
Rambah Hilir 41.041 41.790 42.536 1.495
Bangun Purba 19.220 19.623 20.028 808
Tambusai 62.892 63.997 65.098 2.206
Tambusai Utara 86.586 88.022 89.450 2.864
Kepenuhan 27.271 28.035 28.809 1.538
Kepenuhan Hulu 18.362 18.669 18.973 611
Kunto Darussalam 45.820 46.940 48.069 2.249
Pagaran Tapah Darussalam 11.972 12.184 12.394 422
Bonai Darussalam 26.795 27.634 28.488 1.693
Rokan Hulu 570.952 582.679 594.438 23.486
Hasil Sensus Penduduk 2020; Tahun 2021-2023 : Hasil Proyeksi Penduduk Interim 2020–2023
(Pertengahan tahun/Juni)
Source Url: https://rohulkab.bps.go.id/indicator/12/48/1/jumlah-penduduk.html
Access Time: July 17, 2023, 2:03 pm

Sementara di 3 desa lokasi pemetaan, populasi di masing-masing desa disajikan sebagai


berikut.
Tabel 25. Populasi di 3 desa pemetaan di kabupaten Rokan Hulu
Desa Populasi Total
Laki-laki Perempuan
Bonai 2.369 2.305 4.674 jiwa
Koto Tandun 2.626 1.278 2.823 jiwa ( 703 KK)
Teluk Sono 2.134 1.949 4.083 jiwa (1.139 KK)
Sumber: Monografi Desa

2.4.3. Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Rokan Hulu


IPM Kabupaten Rokan Hulu sepanjang tahun 2020 hingga 2022 mengalami kenaikan namun
tidak signifikan, sebanyak 0.93 poin. Namun, dibandingkan angka IPM provinsi, angka IPM
Kabupaten Rokan Hulu secara konstan masih berada di bawah IPM Provinsi Riau.
Tabel 26. IPM Kabupaten Rokan Hulu 2020- 2022
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Metode
Kabupaten Baru
2020 2021 2022
Rokan Hulu 69.38 69.67 70.31
Provinsi Riau 72.71 72.94 73.52
Source Url: https://rohulkab.bps.go.id/indicator/26/40/1/indeks-
pembangunan-manusia-ipm-metode-baru.html
Access Time: July 17, 2023, 6:09 pm

Dari sisi pertumbuhan ekonomi, PDRB Kabupaten Rokan Hulu berdasarkan lapangan usaha
ditampilkan pada Tabel 27 berikut.
Tabel 27. PDRB ADHB Rokan Hulu Berdasarkan Lapangan Usaha
PDRB ADHB menurut Lapangan Usaha
Lapangan Usaha PDRB (Juta Rupiah)
2020 2021 2022
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 19,566,346.04 23,454,972.59 27,136,878.51
B. Pertambangan dan Penggalian 1,543,781.79 1,849,414.37 2,419,446.25
C. Industri Pengolahan 9,113,030.88 10,568,202.22 12,974,185.93
D. Kontruksi 1,280,257.43 1,381,520.45 1,587,317.70
E. Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1,929.021.55 2,132,630.33 2,506,400.08
Produk Domestik Regional Bruto 36,087,003.01 42,177,506.45 49,614,314.49
Source Url: https://rohulkab.bps.go.id/indicator/52/29/1/pdrb-adhb-menurut-lapangan-
usaha.html; Access Time: July 19, 2023, 8:05 am

2.4.4. Potensi Sumberdaya Alam dan Perekonomian di lokasi pemetaan


2.4.4.1. Desa Bonai
Desa Bonai terdiri atas 3 dusun, masuk dalam kecamatan Bonai Darussalam dan memiliki
batas desa sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Petani Kec Mandau Kab Bengkalis
Sebelah selatan : Desa Putat Kec Pujud Kab Rohil
Sebelah Barat : Desa Siarang/Air Hitam Kec T.Puth Kab Rohil
Sebelah Timur : Desa Kasang Padang Kec Bonai Darussalam Kab Rohul

Struktur mata pencaharian masyarakat desa Bonai disajikan dalam Tabel 28 berikut.
Tabel 28. Struktur Mata Pencaharian di desa Bonai
N Mata
Jumlah
o Pencaharian
1 Petani 779
2 Pedagang 389
3 PNS 2
4 Tukang 50
5 Guru 7
6 Bidan/Perawat 2
7 Pensiunan 1
8 Supir 21
9 Buruh 877
10 Swasta 578
Total 2.706
Sumber: monografi desa
Dari tabel 28 di atas diketahui bahwa mata pencaharian utama masyarakat desa Bonai adalah
buruh, petani/pekebun, swasta, petani, pedagang, dan tukang. Sektor penggerak
perekonomian desa yang utama bersumber dari perkebunan sawit seluas 25.000 ha, dan
komoditas pertanian lainnya adalah ubi kayu (2 ha). Sementara produk peternakan yang
dilakukan oleh masyarakat desa Bonai adalah ayam (1.542 ekor), kambing (104 ekor), itik
(93 ekor), burung ( 47 ekor), sapi (20 ekor), dan kerbau (10 ekor).
Sementara luas lahan dan pemanfaatannya adalah sebagai berikut:
1. Pemukiman : 1.000 ha
2. Pertanian/Perkebunan : 40.000 ha
3. Perkantoran : 2 ha
4. Sekolah : 4 ha
5. Jalan : 100 ha
6. Lapangan olahraga : 4 ha
7. Pustu : 0,5 ha
8. Lahan Persiapan Sarana Lain : 5 ha

Bagian besar lahan desa Bonai merupakan lahan pertanian/perkebunan yang didominasi oleh
komoditas kelapa sawit.

2.4.4.2. Desa Koto Tandun


Desa Koto Tandun merupakan desa pemekaran dari desa induk bernama desa Tandun per
07Juli 2007. Penduduknya sebagian besar merupakan penduduk dusun Langgak ketika masih
menjadi desa Tandun. Desa ini masuk dalam kecamatan Tandun. Kebanyakan penduduk
adalah suku Melayu, selain berasal dari berbagai daerah seperti Sumatera Barat, Sumatera
Utara, dan Pulau Jawa. Secara geografis desa Koto Tandun berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Desa Sinama Nenek
Sebelah selatan : Desa Bono Tapung
Sebelah Barat : Desa Tandun Barat
Sebelah Timur : Desa Tandun

Luas wilayah desa Koto Tandun adalah 2.105 ha dengan pemanfaatannya adalah sebagai
berikut:
1. Pemukiman : 98 Ha
2. Pertanian/Perkebunan : 1.905,64 Ha
3. Perkantoran : 0,09 Ha
4. Sekolah : 2 Ha
5. Jalan : 9,2 Ha
6. Lapangan bola kaki dan bola volly : 0,04 Ha
7. Pustu : 0,03 Ha
Struktur mata pencaharian penduduk desa Koto Tandun disajikan di Tabel 29 berikut.
Tabel 29. Mata Pencaharian penduduk desa Koto tandun
Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase
Petani/Pekebun 223 orang 8,55
Pedagang 4 orang 0,15
PNS 21 orang 0,80
Tukang 1 orang 0,04
Guru 14 orang 0,54
Bidan/ Perawat 8 orang 0,31
Polri 2 orang 0,08
Pesiunan 3 orang 0,11
Sopir/ Angkutan 9 orang 0,34
Buruh 26 orang 1,00
Honorer 3 orang 0,11
Swasta 459 orang 17,59
Karyawan 28 orang 1,07
BUMN/BUMD 17 orang 0,65
PerangkatDesa 4 orang 0,15
Mekanik 1 orang 0,04
Belum/Tidak Bekerja 864 orang 33,12
Total 2.609 100,00
Sumber: Monografi desa
Tabel 29 di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian terbesar di desa Koto Tandun adalah
swasta, diikuti dengan petani/pekebun, dan buruh. Sementara itu masih terdapat jumlah yang
cukup tinggi untuk masyarakat yang belum/tidak bekerja yaitu sebanyak 864 orang.
2.4.4.3. Desa Teluk Sono
Desa Teluk Sono memiliki luas wilayah 174,85 km2 dengan kepadatan penduduk 23,35 dan
berada di Kecamatan Bonai Darussalam. Desa Teluk Sono memiliki batas wilayah dengan
desa sekitarnya sebagai berikut: XXX
Pertumbuhan penduduk dari tahun 2017 hingga 2019 adalah 1,3%, sementara itu untu
struktur mata pencaharian masyarakat di desa Teluk Sono dapat dilihat di Tabel 30 berikut.

Tabel 30. Mata Pencaharian Penduduk desa Teluk Sono


No Mata Pencaharian Jumlah
1 Wiraswasta 683
2 Pertanian dan peternakan 484
3 Tenaga Pengajar 27
4 Aparatur negara 15
5 Nelayan 4
6 Tenaga Kesehatan 4
7 Belum/Tidak bekerja 1.771
Total 2.988
Sumber : monografi desa
2.4.5. Potret kemiskinan di lumbung migas
2.4.5.1 Pekerjaan, Penghasilan dan Pengeluaran Masyarakat
Penghasilan responden desa Koto Tandun berkisar antara 1 juta – 5 juta, sementara tingkat
penghasilan responden di desa Teluk Sono antara 1 juta – 8 juta, dan penghasilan responden
desa Bonai adalah lebih tinggi dari 2 desa lainnya yakni berkisar antara 2 juta – 10 juta.
Untuk mata pencaharian responden dari ketiga desa tersebut didominasi oleh pekerja swasta
untuk desa Koto Tandun (9 responden), Bertani/berkebun (8 responden) untuk desa Teluk
Sono, dan swasta ( 7 responden) serta Bertani (6 responden) untuk desa Bonai.
Pengeluaran KK di desa Koto Tandun berkisar 800 ribu – 4,5 juta rupiah, 700 ribu – 7 juta
untuk desa Teluk Sono, dan 1,5 juta – 8 juta untuk responden di desa Bonai. Sementara
pengeluaran per kapita di masing-masing desa adalah 114.285 – 1 juta rupiah untuk desa
Koto Tandun, 333.333 – 1,4 juta rupiah untuk desa Teluk Sono, dan 300 ribu – 1,6 juta untuk
responden di desa Bonai.
2.4.5.2. Infrastruktur Jalan dan Akses, dan Perumahan
Jarak dari desa Bonai ke ibukota kecamatan terdekat adalah 23 km dengan jarak tempuh 60
menit menggunakan kendaraan roda dua. Sementara jarak dari desa ke Ibukota Kabupaten
adalah 98 km dengan jarak tempuh 120 menit (2 jam).
Untuk menuju ke ibukota kecamatan dari desa Koto Tandun harus ditempuh selama 15 menit
dengan jarak tempuh 10 km. Sementara ke ibu kota kabupaten jaraknya 40 km dan dapat
ditempuh dengan kendaraan selama 1 jam (60 menit).

Desa Teluk Sono berjarak +/- 9 km ke kecamatan dengan kondisi jalan sebagian rusak, dan
dapat ditempuh selama 25 – 30 menit dengan kendaraan roda dua. Sementara untuk ke ibu
kota kabupaten jaraknya 90 – 100 km dapat ditempuh selama +/- 1,5 jam dengan kendaraan
roda dua dan kondisi jalan cukup baik.
Gambar 5 . Jalan Desa Teluk Sono per Mei 2023

Gambar 6. Jalan menuju kecamatan Bonai Darussalam


dari desa Teluk Sono

Khusus di desa Teluk Sono, jarak antar dusun (1, dan 2) ke dusun 3 harus menyeberangi
sungai menggunakan ponton yang dapat ditempuh selama 15 – 20 menit. Masyarakat yang
menggunakan roda dua harus membayar tiket sebesar Rp 5.000,- hingga Rp 10.000,-
sementara tiket untuk kendaraan roda empat adalah Rp. 15.000,- hingga Rp 20.000,--

Gambar 8. Ponton untuk menyeberang ke dusun 3 di desa Teluk Sono

Gambar 9. Akses Jalan dan Kondisi Jalan Menuju desa


Bonai.
Rumah-rumah masyarakat desa Bonai kebanyakan adalah terbuat dari kayu, sebagaimana
dapat dilihat di gambar 10.

Gambar 10. Rumah di desa Bonai

2.4.5.3. Sumber air bersih


Masyarakat di 3 desa pemetaan di Kabupaten Bengkalis rata-rata menggunakan air untuk
kebutuhan harian (non minum) bersumber dari sumur tanah, dan sumur bor. Masyarakat desa
Koto Tandun dominan menggunakan air dari sumur tanah ( 13 responden), sementara
masyarakat desa Teluk Sono dan Bonai dominan menggunakan air dari sumur bor (15
responden di Teluk Sono dan 14 responden di desa Bonai).
Untuk konsumsi air minum, sebagian besar masyarakat di tiga desa menggunakan air isi
ulang (13 responden di desa Koto Tandun, 13 responden di desa Teluk Sono, dan 12
responden di desa Bonai).
2.4.6. Kondisi Layanan Publik Dasar
Layanan dasar wajib Pemerintah termasuk di dalamnya adalah: Pendidikan, Kesehatan,
Perumahan, dan Sosial. Namun, pemetaan ini diantaranya memfokuskan pada aspek
Pendidikan dan kesehatan yang akan dianalisis berdasarkan kondisi, akses, dan rasio guru dan
murid yang tersedia.
2.4.6.1. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat di 3 desa lokasi pemetaan di kabupaten Rokan Hulu disajikan
pada tabel di bawah ini.
Tabel . Jumlah Penduduk desa dan Jenjang Pendidikan di desa pemetaan di Kabupaten Roka
Hulu
Tamatan Koto Teluk
Bonai % % %
Pendidikan Tandun Sono
PAUD/TK 97 11,53 0
SD/MI 426 50,65 702 33,86 806 38,27
SMP/MTs 78 9,27 516 24,89 519 24,64
SMA/MAN 130 15,46 449 21,66 703 33,38
D1-D3 23 2,73 39 1,88 33 1,57
S1 4 0,48 20 0,96 44 2,09
Pasca Sarjana (S2-S3) 0 0,00 2 0,10 1 0,05
Putus Sekolah 53 6,30 322 15,53
Buta Huruf 30 3,57 23 1,11
100,0 100,0 100,0
Total
841 0 2.073 0 2.106 0
Sumber : Monografi Desa
Masyarakat di 3 desa pemetaan di Kabupaten Rokan Hulu didominasi masyarakat dengan
jenjang pendidikan SD/MI, SMA, dan SMP. Sementara jumlah penduduk dengan jenjang
pendidikan S1 maupun pasca sarjana masih sangat sedikit. Di desa Bonai dan Koto Tandun
masih terdapat masyarakat yang putus sekolah dan juga buta huruf.
Saran pendidikan yang dimiliki desa Koto Tandun adalah sebagai berikut:
1. Gedung SD : 1 Unit di Lokasi Dusun III
2. Gedung PAUD : 1 unit ada disetiap Dusun
3. Gedung TK : 1 Unit di dusun II
3. PDTA : 2 Unit di Lokasi Dusun II , III
4. MI : 1 unit di Dusun II
5. Gedung SMP : 1 Unit di lokasi Dusun III

Sementara untuk desa Bonai terdapat:


1. Gedung SD : 4 Unit di Lokasi Dusun I-II-III
2. Gedung PAUD : 4 Unit di Lokasi Dusun I-II
3. PDTA dan MI : 3 Unit di Lokasi Dusun I-II
Gambar. SD di desa Teluk Sono di Dusun 3
Sementara di desa Teluk Sono sekolah yang ada hanya SD dan SMP, tidak ada SMA. Jarak
ke sekolah jauh juga rusak, jika hujan tidak bisa dilewati sehingga murid tidak bersekolah.
Selain itu, pemerintah juga mengeluhkan tingginya angka putus sekolah di desa tersebut.
Gambaran mengenai sekolah yang ada di desa pemetaan berikut dengan akses jalan disajikan
di Tabel berikut.
Sekolah Bonai Koto Tandun Teluk Sono
SD Jarak 100 m – 2 km, Jarak 10 m – 3 km, 100 – 500 m, ditempuh
ditempuh dengan ditempuh dengan dengan berjalan kaki,
berjalan kaki dan roda berjalan kaki dan kondisi jalan rusak
dua, kondisi jalan berkendara roda dua, sebagian
menuju sekolah baik kondisi jalan baik
SMP Jarak 100 m – 2 km, 500 m – 9 km, 50 m – 2,5 km,
ditempuh dengan ditempuh dengan cara
ditempuh dengan
berjalan kaki dan berjalan kaki dan berjalan kaki dan
berkendara roda dua, berkendara roda dua,
berkendara roda dua,
kondisi jalan bagus kondisi jalan baik kondisi jalan kurang
baik (rusak)
SMA 40 km, ditempuh 6 – 8 km, ditempuh 9 – 20 km, ditempuh
dengan kendaraan dengan berkendara dengan berkendara roda
roda dua, dengan roda dua, kondisi dua, kondisi jalan rusak
kondisi jalan baik jalan baik sebagian
Biaya 1 - 2 juta 500 ribu – 2,5 juta 300 ribu – 31 juta
pendidikan/bulan
Sumber: wawancara responden
Tabel di atas menunjukkan bahwa di ketiga desa semua sarana di tingkat pendidikan ada
yakni dari SD hingga SMA. Jarak menuju SMA di desa Bonai merupakan yang terjauh yakni
40 km. Dan akses jalan menuju sekolah yang kurang baik di seluruh lapisan sekolah ada di
desa Teluk Sono.
2.4.6.2. Kesehatan dan Stunting
Fasilitas kesehatan di tingkat desa yang tersedia di ketiga desa pemetaan di Kabupaten Rokan
Hulu adalah
Keseluruhan responden di 3 desa mengeluhkan jarak yang cukup jauh antara kediaman
mereka dengan lokasi poskesdes/polindes, namun demikian responden menyebutkan bahwa
pelayanan kesehatan di desa mereka tergolong baik.
2.4.7. Partisipasi Masyarakat dan Perempuan dalam perencanaan Pembangunan Desa
Perempuan sebagai bagian dari masyarakat di desa, perlu untuk terlibat dalam perencanaan
pembangunan desa, untuk memastikan kebutuhan mereka diakomodasi dan terpenuhi. Untuk
itu, perempuan juga diharapkan partisipasinya dalam kegiatan perenncanaan pembangunan
desa.
Partisipasi perempuan di 3 desa pemeetaan di Kabupaten Rokan Hulu disajikan pada Tabel
berikut.
Tabel . Tingkat partisipasi, frekuensi keterlibatan perempuan dalam pertemuan musrenbang
desa
Deskripsi Desa Bonai Desa Koto Tandun Desa Teluk Sono
Partisipasi dalam
3 responden 4 responden (1 KK 6 responden
musrenbang perempuan)
Frekuensi 15 – 20 kali 7 – 15 kali 10 – 15 kali
Keterlibatan dalam
musrenbang
Merasa penting 15 responden 12 responden (4 14 responden (1 KK
terlibat dalam (100%; 2 KK KK perempuan) perempuan)
musrenbang perempuan)
Usulan ke 3 responden 2 responden (1 KK 3 responden
musrenbang perempuan)
Mengakses 3 responden 3 responden (1 KK 3 responden
informasi perempuan)
Anggaran di desa
Sumber: wawancara responden
Tabel xx menunjukkan tingkat keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan
berkisar 20 – 40%, namun keterlibatan perempuan masih sangat rendah dalam kegiatan
musrenbang desa (1%) dari total responden di 3 desa tersebut. Frekuensi keterlibatan
masyarakat dalam musrenbang cukup signifikan dengan kisaran 7 – 20 kali pertemuan.
Sementara untuk alasan mengapa merasa penting terlibat dalam perencanaan desa, bagi
responden yang menjawab penting di ketiga desa pemetaan memiliki alasan untuk ikut andil
dalam proses perkembangan dan pembangunan di desa.
2.4.8. Kelembagaan Ekonomi Desa
Masyarakat di 3 desa pemetaan biasanya membeli barang kebutuhan harian di warung yang
ada di desa, sementara jarak pasar dari rumah responden bervariasi di tiap desa. Untuk desa
Koto Tandun jarak ke pasar adalah 6 – 15 km dengan kondisi jalan baik, sementara desa
Bonai jarak ke pasar antara 100 m – 3 km dengan kondisi jalan baik. Berbeda dengan dua
desa lainnya, bagi masyarakat Teluk Sono untuk ke pasar harus ditempuh dengan jarak 100 m
- 7 km dengan kondisi jalan yang kurang bagus.

2.4.9. Kelembagaan Desa dan Kelembagaan Perempuan


Kelembagaan di desa, termasuk kelembagaan perempuan di 3 desa pemetaan disajikan
sebagai berikut:
Tabel . Kelembagaan desa dan kelembagaan Perempuan di 3 desa pemetaan di Kabupaten
Rokan Hulu
Lembaga Desa Bonai Desa Teluk Sono Desa Koto Tandun
LPM 1 1
PKK 1 1 1
Posyandu 1 1 3
Pengajian 1 1 8
Arisan 10 1 2
Kelompok Tani 52 5
Gapoktan 1 1
Karang Taruna 1 1 1
Pemuda Adat Suku 1
Bonai
Arisan Masyarakat 1 20
Sanggar Bonai 1
Junjungan
Simpan pinjam 1
Serikat Buruh 1
Sumber: Monografi desa
Dari tabel di atas diketahui bahwa desa dengan kelembagaan kelompok tani terbanyak
adalah desa Bonai, sementara desa dengan kelembagaan non formal perempuan terbanyak
ada di desa Koto Tandun.
2.4.10. Dukungan dan Akses Lembaga Pembiayaan
Upaya memperbaiki perekonomian serta kesejateraan masyarakat dapat dilakukan secara
mandiri melalui pinjaman dari Koperasi atau lembaga perbankan lainnya. Di 3 desa lokasi
pemetaan sebanyak 27% responden di desa Koto Tandun pernah mengakses pinjaman dari
bank (KUR) dengan jumlah pinjaman antara 25 – 50 juta. Tidak ada pengakses pinjaman
bank tersebut KK perempuan. Sedangkan di desa Teluk Sono sebanyak 47% dari responden
pernah mengakses pinjaman dari perbankan dengan jumlah pinjaman 20 – 200 juta, tidak ada
pengakses pinjaman bank dari KK perempuan. Untuk desa Bonai sendiri hanya 40% dari
responden yang pernah mengakses dana pinjaman dari bank, dengan jumlah pinjaman 100 –
200 juta, dan terdapat 1 KK perempuan pernah menerima pinjaman.

2.4.11. Profil CSR dan Persepsi Masyarakat terhadap Kehadiran dan aktivitas Migas
Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di 3 desa lokasi pemetaan adalah sebagai berikut.
No Nama Perusahaan Kegiatan Desa
1 PT PHR Migas Bonai, Teluk Sono
2 PT Andika Perkebunan sawit Bonai, Teluk Sono
3 PT Hutahean Perkebunan sawit Teluk Sono
4 PT Subur Arum Makmur Perkebunan sawit Teluk Sono
(SAM)
5 PT Riau Anugerah Sentosa Perkebunan sawit Teluk Sono
(RAS)
6 PT Sarana Pembangunan Riau Migas Koto Tandun
(SPR)

Di desa Bonai, CSR perusahaan tidak ada sama sekali, dan tingkat serapan TK masyarakat di
perusahaan masih rendah 5 orang (tenaga pengaman perusahaan/security). Aparatur desa
Bonai pernah menyurati perusahaan dan juga pemerintah Kabupaten terkait bantuan
perusahaan untuk desa, namun belum menerima tanggapan yang cukup signifikan. Sementara
itu di desa Koto Tandun, CSR perusahaan diberikan dalam bentuk peminjaaman alat berat
untuk penyiapan lahan masyarakat, dan memberikan bantuan dana sejumlah 1-2 juta atas
permintaan bantuan yang masuk dari masyarakat.

2.4.12. Program Penanggulangan Kemiskinan Desa


Desa Teluk Sono terdapat kemiskinan ekstrim sebanyak 70 KK. Desa menganggarkan
pemberian bantuan ternak sapi dan kambing yang bersumber dari Dana Desa untuk
membantu perekonomian masyarakat. Begitu juga dengan desa Bonai, pemerintah desa
menganggarkan program bantuan ternak sapi pada tahun 2022 dan 2023 sebanyak 40 ekor
untuk membantu perekonomian masyarakat.
Sementara itu dari jawaban responden di 3 desa, diketahui bahwa jumlah responden yang
menerima bantuan dari desa hanya berkisar 6,7% - 20% (1-3 responden). Baik di desa Koto
Tandun dan Teluk Sono hanya 1 responden yang menerima bantuan dari desa dalam bentuk
dana tunai (Koto Tandun) dan peralatan (Teluk Sono). Di desa Bonai terdapat 3 responden
yang menerima bantuan program dari desa dalam bentuk bantuan tunai. Dan hanya 1 KK
perempuan yang menerima bantuan dari desa yakni di desa Bonai, selebihnya penerima
bantuan itu adalah KK laki-laki.
3. KESIMPULAN DAN SARAN
3.4. Kesimpulan
1. Kabupaten penghasil migas yang dipetakan, selain pendapatannya bersumber dari
migas, seluruhnya menggantungkan ekonomi dari kegiatan perkebunan terutama
kelapa sawit dan pertanian/peternakan.
2. Aspek layanan dasar yang cukup baik (telah memenuhi standar layanan minimun) di 3
kabupaten pemataan adalah sebagai berikut:
Akses jalan baik menuju dan di dalam desa di kabupaten Bengkalis cukup baik, juga
termasuk sarana pendidikan, dan kesehatan. Sementara di Kabupaten lainnya, aspek
yang cukup baik adalah aspek layanan kesehatan, dan pendidikan meskipun ada isu
spesifik yang masih kurang.
3. Aspek layanan dasar yang masih dirasakan bermasalah di masing-masing desa di 3
kabupaten penghasil migas (Bengkalis, Pelalawan, dan Rokan Hulu) dapat
disampaikan sebagai berikut:
i. Pemenuhan air terutama untuk konsumsi keluarga yang masih menggunakan
air isu ulang di 3 kabupaten pemetaan menunjukkan bahwa ada persoalan
kualitas sumberdaya alam di wilayah tersebut.
ii. Akses jalan baik menuju dan di dalam desa masih menjadi tantangan yang
cukup besar bagi masyarakat di desa Mak Teduh (Pelalawan), dan 3 desa di
kabupaten Rokan Hulu.
iii. Kualitas sarana pendidikan dan akses masih menjadi tantangan untuk desa-
desa di Kabupaten Rokan Hulu.
iv. Masih ada kebiasaan di desa-desa tertentu (desa Mak teduh) yang lebih
menggunakan pengobatan tradisional daripada layanan kesehatan publik
disebabkan akses yang cukup jauh.
4. Kelembagaan di desa tergolong cukup memenuhi standar yang diperlukan di desa.
Kelembagaan adat yang cukup kuat ditunjukkan di masyarakat desa Bonai (Rokan
Hulu).
5. Masih ditemukan adanya KK yang berada di garis kemiskinan di seluruh desa di
Kabupaten penghasil migas.
6. Masih ditemukan adanya masyarakat yang tidak tamat sekolah, putus sekolah maupun
angka buta huruf di desa-desa sekitar penghasil migas.
7. Masih terdapat persoalan masyarakat di desa-desa pemetaan terkait keberadaan dan
dampak perusahaan di desa mereka. Persepsi ini didominasi oleh masyarakat yang
menganggap bahwa keberadaan perusahaan tidak secara signifikan memberi dampak
positif bagi masyarakat desa. Sebagian masyarakat di desa justru malah menerima
konsekuensi negatef dari operasional perusahaan, baik dari rusaknya saran jalan
umum akibat perusahaan hingga tidak diterimanya bantuan CSR dari perusahaan.
Tingkat serapan tenaga kerja setempat juga masih rendah, dan ini terkait dengan
kondisi SDM di desa yang masih terbatas.
8. Tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa dapat
dikatakan cukup baik, namun tingkat partisipasi perempuan dalam perencanaan
pembangunan desa dapat dikatakan masih sangat rendah. Tingkat penerimaan usulan
masyarat untuk realisasi juga masih berkisar di 20 – 30 %.
9. Program penanggulangan kemiskinan di desa masih bersifat melanjutkan program-
program pemerintah pusat, meskipun ada beberapa desa yang telah melaksanakan
bantuan ekonomi untuk masyarakatnya namun jumlahnya masih sedikit.
10. Kelembagaan perempuan di desa-desa banyak dilakukan melalui organisasi PKK,
arisan, posyandu, maupun pengajian.
11. Program dukungan untuk peningkatan ekonomi perempuan melalui UMKM meskipun
telah dilakukan, namun jumlahnya masih terbatas. Selain itu masih terdapat
kekhawatiran keengganan dari para perempuan untuk berusaha kelompok disebabkan
pengalaman yang kurang berhasil sebelumnya.

3.5. Saran
i. Program penanggulangan di desa perlu melihat konteks persoalan spesifik di desa
karena setiap desa memiliki potensi dan permasalahan yang berbeda. Aspek yang
dapat diprioritaskan adalah infrastruktur jalan untuk desa Mak Teduh dan 3 desa
di Kabupaten Rokan Hulu, pendidikan untuk desa-desa di Kabupaten Rokan Hulu,
kesehatan untuk desa -desa di kabupaten Pelalawan dalam bentuk
edukasi/penyadartahuan.
ii. Masih dibutuhkan upaya penguatan kapasitas perempuan dalam aspek politik dan
ekonomi, termasuk melalui kegiatan-kegiatan penguatan kapasitas perempuan
agar perempuan dapat terlibat dalam setiap perumusan/perencanaan pembangunan
desa, dan juga dukungan untuk meningkatkan perekonomian perempuan dan
keluarganya.
iii. Program-program intervensi ke desa dapat dilakukan melakui kelembagaan
(termasuk kelembagan adat atau informal yang ada di desa) yang dalam kondisi
aktif dan berkembang, dan atau dapat menggunakan strategi pembentukan
kelompok baru yang dibarengi dengan penyadartahuan akan
keuntungan/kelebihan berusaha berkelompok.

DAFTAR PUSTAKA
https://bengkaliskab.bps.go.id/statictable/2017/02/26/22/produksi-tanaman-hortikultura-buah-
buahan-kabupaten-bengkalis-tahun-2015-kuintal-.html
http://www.dpmptsp.bengkaliskab.go.id/index.php?
com=halutama&link=sektor_pertanian_dan_perkebunan#:~:text=Dalam%20hal%20potensi
%20sumber%20daya,kelapa%20sawit%2C%20karet%20dan%20nenas.

Anda mungkin juga menyukai