Anda di halaman 1dari 24

EKONOMI MODAL SOSIAL

IMPLEMENTASI MODAL SOSIAL TERHADAP COVID-19 di KABUPATEN LIMA


PULUH KOTA

Disusun oleh:

CITRA VALERINA 1910511013

ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

2020/2021
PROFIL KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Kabupaten Lima Puluh Kota dengan luas daerah 3.354,30 km2, terletak di bagian Timur
wilayah Sumatera Barat yaitu 00 22’LU dan 00 23’LS serta antara 1100 16’ – 1000 51’BT dan
berbatasan langsung dengan Propinsi Riau. Wilayah pemerintahan secara administrative yang
terdiri dari 13 Kecamatan dengan 76 Nagari dan 384 Jorong ini memiliki jumlah penduduk
327.652 jiwa.

Kabupaten Lima Puluh Kota yang terletak di bagian timur wilayah Sumatera Barat,
merupakan pintu gerbang Sumatera Barat menuju pantai timur pulau Sumatera. Pantai timur
yang berbatasan langsung dengan wilayah perdagangan selat Malaka termasuk dalam
Development Gravity Centre dunia abad 21. Menjadikan daerah ini sebagai wilayah jalur dengan
strategis perdagangan utama menuju wilayah timur. Secara geo ekonomis terintegrasi dengan
perekonomian wilayah propinsi Riau.

Perkembangan perekonomian daerah ini cukup menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari
laju pertumbuhan ekonominya. Distribusi PDRB terbesar masih didominasi oleh sector pertanian
yaitu sebesar 34,67% yang diikuti oleh sector bangunan 21,90%, dan sector jasa 16,42%. Bila
dicermati peningkatan pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan jumlah barang dan jasa yang di
produksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

1. Pendidikan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Pendidikan salah satu ukuran tingkat kesejahteraan penduduk perlu di pacu peningkatannya
untuk menggambarkan sejauh mana program pemerintah dalam bidang pendidikan ini tercapai di
Kabupaten Lima Puluh Kota.

Jumlah sekolah di Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2016 mengalami perubahan
dibandingkan tahun sebelumnya mulai dari : Taman Kanak kanak 231 sekolah, SD/Sederajat
sebanyak 375 sekolah, SMP/Sederajat 79 sekolah, SMA/SMK/Sederajat sebanyak 30 sekolah
dan 1 perguruan tinggi. Secara umum indicator yang digunakan dalam publikasi ini adalah Rasio
siswa terhadap jumlah sekolah, jumlah kelas, dan jumlah guru. Rasio siswa terhadap kelas
menunjukkan banyaknya siswa yang dapat di tamping di setiap kelas untuk mengikuti
pendidikan.

Rasio siswa terhadap guru menunjukkan banyaknya siswa yang diajar/dididik/diawasi oleh
setiap guru. Indicator ini menggambarkan beban kerja guru dalam mengajar serta dapat
menunjukkan mutu pengajaran di kelas, karena semakin tinggi nilai rasionya berarti semakin
kurang tingkat pengawasan atau perhatian guru terhadap siswa sehingga mutu pengajaran
semakin rendah. Dalam proses penddikan di sekolah, guru memgang tugas ganda yaitu sebagai
pengajar dan pendidik.
Pendidikan Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan awal 9 tahun pertama masalah
sekolah anak-anak yang melandasi pendidikan menengah. Untuk mencapai sasaran tersebut
pemerinah telah melakukan upaya peningkatan seperti meningkatkan sarana dan prasarana
pendidikan, perbaikan kurikulum dan sebagainya.

Dengan demikian dapat dilihat dari tahun 2015-2016 Rasio siswa-sekolah sebesar 125 naik
jadi 126, artinya setiap sekolah rata-rata menampung siswa sebanyak 126 orang, Rasio siswa-
kelas 19 menjadi 20, setiap kelas menampung siswa sebanyak 20 siswa. Rasio Siswa-Guru yaitu
12, artinya satu orang guru mengajar/mendidiki 12 siswa.

Pendiidkan sekolah menengah merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan dasar yang
melandasi jenjang pendidikan menengah. Dapat dilihat perubahan dari tahun sebelumnya (2015-
2016) Rasio Siswa-sekolah dari 226 dari 227, Rasio siswa-kelas 28 – 32 siswa, rasio siswa –
guru turun 13 menjadi 9 siswa.

Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan jenjang lanjutan pendidikan


menengah. Dari tahun 2015-2016 Rasio siswa-sekolah 318 menjadi 317, Rasio siswa-kelas 28-
35, Rasio siswa-guru 9-9.

Pendidikan perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magester doctor dan spesialis lainnya. Tahun
2015 jumlah mahasiswa 1028 sedangkan tahun 2016 menjadi 1801, jumlah dosen 2015/163,
2015/163, dan jumlah kelulusan 2016/399, 2016/415 mahasiswa.

Menurut angka partisipasi sekolah secara umum penduduk perempuan usia 5 tahun ke atas
yang tidak/beum pernah sekolah 6,61% yang masih sekolah 25,00%, dan yang tidak pernah
sekolah lagi 68,39%. Sedangkan penduduk laki-laki usia 5 tahun ke atas yang tidak/belum
pernah sekolah sebesar 5,49%, yang masih sekolah 27,96% dan yang tidak sekolah lagi sebesar
66,55%. Jadi persentase angka partisipasi penduduk yang masih sekolah usia 7-12 tahun sebesar
99,62% untuk laki-laki, 97,52% untuk perempuan. Artinya 100 orang penduduk laki-laki usia 7-
12 tahun ada 1 orang tidak/belum sekolah dan 3 orang penduduk perempuan.

Angka partisipasi penduduk usia 13-15 untuk laki-laki 91,57% dan 96,27% untuk
perempuan, usia ini menjadi sasaran program pemerintah kebijakan pendidikan dasar 9 tahun.

Bila dilihat lebih jauh APS dapat di bedakan menjadi Angka Partisipasi Keras (APK) dan
Angka Partisipasi Murni (APM). APK adalah rasio jumlah siswa berapapun usianya yang sedang
bersekolah di tingkatan pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk. APK didapat dengan
membagi jumlah penduduk yang sedang bersekolah tanpa memperhitungkan umur pada jenjang
pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikan. Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia
yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah pendeuduk usia sekolah ditingkat
pendidikan tertentu.
APK SD 2015 sebesar 111,02 % sedangkan tahun 2016 sebesar 107,02 %
APK SMP 2015 sebesar 91,57 % sedangkan tahun 2016 sebesar 82,47 %
APK SMA 2015 sebesar 59,31 sedangkan tahun 2016 sebesar 82,82 %
APM SD 2015 98,96 %, tahun 2016 98,69 %
APM SMP 2015 70,50 %, tahun 2016 71,11 %
APM SMA 2015 51,68 %, tahun 2016 70, 65 %.
Tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk mempunyai pengaruh
terhadap kesejahteraan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung. Artinya semakin
tinggi jenjang pendidikan seseorang kemungkinannya untuk memperoleh
pekerjaan semakin besar sehingga tingkat kesejahteraannya diharapkan semakin meningkat.
Sedangkan pengaruh langsung, akan terlihat dari pola pikir masyarakat, karena semakin tinggi
jenjang pendidikan maka cara berpikirnya akan lebih maju sehingga lebih mudah menerima
perubahan dan kemajuan.
Persentase penduduk tahun 2016 yang memiliki ijazah SD untuk laki-laki 30,57 %, SMP
19,93 % dan 22,90 % SMA, sedang ijazah SD, SMP dan SMA untuk perempuan masing-
masing 25, 94, 16,64 dan 25,48 %.
Untuk perempuan yang memilki ijazah Diploma I/II/III yaitu sebesar 1, 27 % sedangkan
untuk laki-laki1,64 %. Persentase lak-laki yang memiliki ijazah DIV/S1/S2;S3 sebesar 4,08 dan
4,77 untuk perempuan. Hal ini menggambarkan bahwa sudah tidak ada lagi perlakuan
diskiriminasi gender.
Secara umum dapat di lihat bahwa di tahun 2016 tercatat 23,59 % penduduk di Kabupaten
Lima Puluh kota tidak memiliki Ijazah SD, dengan kata lain hampir 24 % penduduk Kabupaten
Lima Puluh Kota tidak tamat SD bahkan belum pernah sekolah sama sekali.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan kemampuan minimum yang dibutuhkan oleh
penduduk untuk dapat menuju hidup yang lebih sejahtera. Persentase penduduk usia 15 tahun ke
atas yang bias baca tulis tahun 2016 sebesar 96,92 %. Sementara itu angka buta huruf (tidak
dapat baca tulis) penduduk tahun 2016 sekitar 3,08 %. Persentase penduduk laki-laki yang buta
huruf sebesar 1,96 % lebih rendah dari penduduk perempuan yakni sebesar 4,14 %.

2. Kesehatan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Terdapat 2 rumah sakit di Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki kekurangan dan kelemahan
berobat di rumah sakit. Keunggulan berobat di rumah sakit adalah karena tempatnya yang luas,
ada fasilitas rawat inap, banyak dokter spesialis, banyak dokter gigi, banyak poliklinik, ada
fasilitas UGD dan IGD, banyak perawat dan parkir yang luas.

Puskesmas yang tersedia di Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat 22 puskesmas. Berobat di
PKM (Puskesmas) bagi sebagian orang lebih praktis dan lebih nyaman. Ini karena dengan
mengunjungi Puskesmas ada kelebihan dan kekurangan, serta ada keunggulan dan kelemahan.

Kelebihan berobat di Puskesmas adalah lokasinya yang dekat dengan pemukiman penduduk
di desa, kampong, dusun, dan kota. Juga banyak berada dekat pasar, dan dekat keramaian.
3. Dampak pandemi terhadap perubahan modal sosial di Kabupaten Limapuluh kota
• Di Kabupaten Limapuluh Kota tepatnya di Tanjung Pati, sebelum adanya covid
masyarakat aktif dalam pengembangan acara-acara di masjid. Seperti shalat berjamaah
lima waktu, pengajian sunnah rutin, dan buka bersama pada puasa sunnah senin-kamis,
ayyamul bidh maupun Ramadhan, perlombaan bertemakan islam dan acara khatam. Akan
tetapi, saat adanya pandemic covid semua aktifitas itu terhenti, bahkan shalat idul fitri
pun juga ditiadakan. Melihat dampak dari covid ini sangat berpengaruh besar terhadap
social masyarakat yang jarang ada kesempatan untuk berkomunikasi satu sama lain
karena adanya anjuran dari pemerintah untuk menjaga jarak.
• Acara-acara seperti KAN (Kerapatan Adat Minang) dan Bundo Kanduang, rutin
mengadakan rapat kerja dan setiap tahunnya mempunyai acara besar-besaran, Acara
Batagak Penghulu, baralek pernikahan ditiadakan saat adanya covid-19. Acara-acara ini
ditiadakan disebabkan oleh program dari pemerintah yaitu ppkm yang mengharuskan
acara-acara yang mengumpulkan orang banyak ditiadakan sementara hingga covid
mereda.
• Kabupaten Lima Puluh Kota yang menjadi jalan lintas Sumatera Barat-Pekan Baru yang
sering menjadi tempat persinggahan bagi orang yang datang untuk membeli oleh-oleh
seperti sanjay dan makanan-makanan ringan lainnya. Tetapi saat pandemic covid yang
membatasi masyarakat untuk berpergian sector penjualan makanan ringan ini mengalami
kerugian yang sangat banyak bahkan dalam sehari itu bisa tidak ada jual beli sama sekali.
• Acara-acara yang biasanya digelar oleh para pemuda setempat seperti peringatan hari
kemerdekaan, Balimau sebelum puasa yang biasanya diadakan di Kapalo Banda dan
Harau, dan tahun baru juga ditiadakan akibat covid. Ini juga menyebabkan keakraban
diantara pemuda menjadi renggang.

4. Peranan modal sosial dalam penanganan covid-19


• Dalam grup WA kajian Grup Paliko Shohib diadakan program kajian rutin dan kegiatan-
kegiatan keagamaan seperti reminder puasa senin-kamis, shalat lima waktu dan shalat
sunnah lainnya. Kegiatan ini ditujukan agar para anggota grup lebih mendekatkan diri
kepada Allah dan berharap agar musibah pandemic covid ini segera hilang.
• Di wilayah perkampungan yang sedikit angka covidnya, pada malam kamis rutin
menyelenggarakan yasinan di masjid setempat. Tujuannya sama untuk mendekatkan diri
kepada Allah.
• WA grup Kajian tadi juga banyak orang yang berjualan seperti baju gamis, buku islami,
dan perangkat alat shalat lainnya. Bisnis ini bersifat online tetapi jarak yang ditempuh
untuk pengiriman tidak terlalu memakan waktu, ini juga menjadi salah satu cara orang
untuk berjualan pada saat ppkm berlangsung yang mana tidak memperbolehkan para
pedagang membuka toko di pasar. Pengiriman ini juga menggunakan jasa pengiriman
setempat yaitu Payo Kurir.
BAB I

MODAL SOSIAL

Konsep modal sosial yang mulai dikenal kembali sebagai suatu istilah dalam ilmu
pengetahuan melalui Pierre Bourdieu pada tahun 1980an, yang mengartikanya sebagai
“...kumpulan sumber daya yang berhubungan dengan suatu jaringan hubungan yang telah
berlangsung sejak dulu” (Portes 1998:3). Woolcock menyatakan bahwa popularitas modal sosial
dalam lingkaran akademis sekarang ini, telah memungkinkan terjadinya dialog baru di dalam
disiplin sosiologi, terutama antar berbagai disiplin ilmu sosial. Modal sosial menjadi konsep
yang bermanfaat di tingkat mikro (sub-societal), yang setidaknya terdiri dari dua dimensi utama,
yaitu pengintegrasian sebagai sebuah ikatan intrakomunitas dan pertalian (linkage) sebagai
jaringan ekstra-komunitas. Pengintegrasian, merupakan ikatan kuat bukannya ikatan lemah
(Granovetter 1973); substantif, tidak formal, tetapi rasional (Weber 1978); Integrasi dan pertalian
(linkage) adalah dua bentuk modal sosial, yang keduanya harus dilibatkan di dalam format aksi
kolektif, seperti halnya pengembangan komunitas.

Terdapat tiga unsur, komponen, sumber daya dan elemen penting dalam sebuah modal sosial
yaitu kepercayaan (trust), nilai dan norma (norms) dan jaringan (networks). Penjelasan ketiga
komponen modal sosial tersebut adalah sebagai berikut:

• Kepercayaan (Trust)

Menurut Giddens, kepercayaan adalah keyakinan akan reliabilitas seseorang atau sistem,
terkait dengan berbagai hasil dan peristiwa, dimana keyakinan itu mengekspresikan suatu iman
(faith) terhadap integritas cinta kasih orang lain atau ketepatan prinsip abstrak (pengetahuan
teknis) (Damsar, 2009:185).

Sedangkan menurut Fukuyama (1996), kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam
sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerja sama
berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.

Kepercayaan berfungsi untuk mereduksi atau meminimalisasi bahaya yang berasal dari
aktivitas tertentu. Kepercayaan biasanya terikat bukan kepada risiko, namun kepada berbagai
kemungkinan. Kepercayaan memperbesar kemampuan manusia untuk bekerjasama bukan
didasarkan atas kalkulasi rasional kognitif, tetapi melalui pertimbangan dari suatu ukuran
penyangga antara keinginan yang sangat dibutuhkan dan harapan secara parsial akan
mengecewakan. Kerjasama tidak mungkin terjalin kalau tidak didasarkan atas adanya saling
percaya di antara sesama pihak yang terlibat dan kepercayaan dapat meningkatkan toleransi
terhadap ketidakpastian (Damsar, 2009:202).

• Nilai dan Norma (Norms)


Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan tentang apakah pengalaman itu berarti atau
tidak. Nilai merupakan bagian penting dari kebudayaan, suatu tindakan dianggap sah apabila
harmonis dan selaras dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat dimana
tindakan tersebut dilakukan (Setiadi dan Kolip, 2011:119).

Sedangkan norma adalah aturan-aturan dalam kehidupan sosial secara kolektif atau bersama
yang mengandung berbagai sangsi, baik sangsi secara moral maupun sangsi fisik, bagi orang
atau sekelompok orang yang melakukan pelanggaran atas nilai-nilai sosial. Norma ditujukan
untuk menekan anggota masyarakat agar segala perbuatan yang dilakukannya tidak bertentangan
dengan nilai-nilai yang telah disepakati bersama (Setiadi dan Kolip, 2011:131).

Nilai dan norma adalah hal dasar yang terdapat pada proses interaksi sosial. Nilai dan norma
mengacu pada bagaimana seharusnya individu bertindak dalam masyarakat. Norma merupakan
bagian dari modal sosial yang terbentuknya tidak diciptakan oleh birokrat atau pemerintah.
Norma terbentuk melalui tradisi, sejarah, tokoh karismatik yang membangun sesuatu tata cara
perilaku seseorang atau sesuatu kelompok masyarakat, didalamnya kemudian akan timbul modal
sosial secara spontan dalam kerangka menentukan tata aturan yang dapat mengatur kepentingan
pribadi dan kepentingan kelompok (Fukuyama, 1996).

• Jaringan Sosial (networks)

Jaringan adalah ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media
(hubungan sosial) yang diikat dengan kepercayaan. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma
yang mengikat kedua belah pihak. Jaringan adalah hubungan antar individu yang memiliki
makna subjektif yang berhubungan atau dikaitkan sebagai sesuatu sebagai simpul dan ikatan
(Damsar, 2009:214).

Jaringan terbentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau
agama, hubungan genealogis, dan lain-lain. Pembentukan jaringan masyarakat untuk
mendapatkan modal sosial perlu diorganisasikan dalam suatu institusi dengan perlakuan khusus
(Robison, 2011).

Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Jaringan
hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologis khas sejalan dengan karakteristik
dan orientasi kelompok. Kelompok sosial biasanya terbentuk secara tradisional atas dasar
kesamaan garis turun temurun (repeated sosial experiences) dan kesamaan kepercayaan pada
dimensi kebutuhan (religious beliefs) cenderung memiliki kohesif tinggi, tetapi rentang jaringan
maupun trust yang terbangun sangat sempit (Mawardi, 2007).

Fungsi Modal Sosial

Modal sosial merupakan suatu komitmen dari setiap individu untuk saling terbuka, saling
percaya, memberikan kewenangan bagi setiap orang yang dipilihnya untuk berperan sesuai
dengan tanggung jawabnya. Sarana ini menghasilkan rasa kebersamaan, kesetiakawanan, dan
sekaligus tanggung jawab akan kemajuan bersama.

1. Modal sosial mempunyai fungsi sebagai berikut:

2. Alat untuk menyelesaikan konflik yang ada di dalam masyarakat.

3. Memberikan kontribusi tersendiri bagi terjadinya integrasi sosial.

4. Membentuk solidaritas sosial masyarakat dengan pilar kesukarelaan.

5. Membangun partisipasi masyarakat.

6. Sebagai pilar demokrasi.

7. Menjadi alat tawar menawar pemerintah.

Jenis-jenis Modal Sosial

Menurut Woolcock (2001), terdapat tiga jenis modal sosial yaitu sebagai berikut:

1. Social bounding (perekat sosial). Social bounding adalah, tipe modal sosial dengan
karakteristik adanya ikatan yang kuat (adanya perekat sosial) dalam suatu sistem
kemasyarakatan. Social bounding umumnya dalam bentuk nilai, kultur, persepsi, dan tradisi
atau adat-istiadat.

2. Social bridging (jembatan sosial). Social bridging merupakan suatu ikatan sosial yang
timbul sebagai reaksi atas berbagai macam karakteristik kelompoknya. Social bridging bisa
muncul karena adanya berbagai macam kelemahan yang ada di sekitarnya, sehingga mereka
memutuskan untuk membangun kekuatan dari kelemahan.

3. Social linking (hubungan/jaringan sosial). Merupakan hubungan sosial yang


dikarakteristikkan dengan adanya hubungan di antara beberapa level dari kekuatan sosial
maupun status sosial yang ada dalam masyarakat. Misalnya: Hubungan antara elite politik
dengan masyarakat umum.

Bentuk-bentuk Modal Sosial

Modal sosial juga dinyatakan sebagai berikut , “bukanlah masalah apa yang Anda ketahui,
melainkan siapa yang Anda kenal.” Bentuk-bentuk modal sosial antara lain adalah :

1. Struktur kewajiban, ekspektasi, dan kepercayaan.

2. Jaringan informasi

3. Norma dan sanksi yang efektif


Tiga unsur utama yang merupakan pilar modal sosial

Coleman mengidentifikasi tiga unsur utama yang merupakan pilar modal sosial.

Pertama, kewajiban dan harapan yang timbul dari rasa kepercayaan dalam lingkungan sosial. Ia
mengambil contoh sistem arisan yang populer dalam masyarakat di banyak negara Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Sistem arisan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
memiliki hubungan pertemanan, tetangga atau kekerabatan merupakan sebuah contoh yang jelas
tentang bagaimana pentingnya arti kepercayaan.

Pilar kedua modal sosial menurut Coleman adalah pentingnya arus informasi yang lancar di
dalam struktur sosial untuk mendorong berkembangnya kegiatan dalam masyarakat. Arus
informasi yang tidak lancar cenderung menyebabkan orang menjadi tidak tahu atau ragu-ragu
sehingga tidak berani melakukan sesuatu.

Pilar ketiga adalah norma-norma yang harus ditaati dengan sanksi yang jelas dan efektif. Tanpa
adanya seperangkat norma yang disepakati dan dipatuhi oleh segenap anggota masyarakat maka
yang muncul adalah keadaan anomie dimana setiap orang cenderung berbuat menurut kemauan
sendiri tanpa merasa ada ikatan dengan orang lain. Juga tidak ada mekanisme untuk menjatuhkan
sanksi karena tidak ada norma yang disepakati bersama berkaitan dengan sanksi tersebut.
BAB II

COVID-19 di KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Kemunculan virus corona mulai terdeteksi pertama kali di Negara China pada awal
Desember 2019. Kala itu, sejumlah pasien berdatangan ke rumah sakit di Wuhan dengan gejala
penyakit yang tidak dikenal.

Kemudian, Dr. Li Wenliang menyebarkan berita mengenai virus misterius tersebut di media
social. Diketahui, sejumlah pasien pertama memiliki akses ke pasar ikan Huanan yang juga
menjual binatang liar. Menurut CNN, coronavirus sebenarnya sudah ada sejak lama. Namun,
virus tersebut biasa ditemukan pada hewan, seperti kucing, anjing, babi, sapi, kalkun, ayam,
tikus, kelinci, dan kelelawar.

Namun, virus corona pada hewan hanya dapat menyebar antara binatang yang satu dengan
yang lain. Bahkan, sebagian hanya bertahan pada satu inang aslinya saja dan tidak menyebar.
Kemudian, penelitian yang diterbitkan bulan Februari menyebutkan bahwa tampaknya virus
corona berasal dari kelelawar. Virus tersebut berhasil bermutasi dari tubuh sang inang.

Penelitian tersebut menemukan coronavirus pada kelelawar memiliki 96% genetic yang
mirip dengan virus corona yang saat ini menginfeksi orang di seluruh dunia. Namun, virus
corona bukan infeksi langsung dari kelelawar, melainkan dari spesies lain yang terinfeksi dari
kelelawar dan akhirnya menyerang tubuh manusia.

Awal Mula Virus Corona di Indonesia

Wabah virus corona masih terus menghinggapi sejumlah Negara di dunia. Tak terkecuali
Indonesia. Jika sebelumnya Indonesia menjadi salah satu Negara yang belum terinfeksi, kini
Tanah Air sudah menginformasikan kasus pertamanya. Dua pasien terindikasi ini salah satunya
merupakan guru dansa. Pasien berusia 31 tahun ini lantas melakukan kontak fisik dengan WNA
Jepang. Untuk informasi, sebelum ke Indonesia, WNA Jepang ini bermukim di Malaysia sejak
14 Februari 2020 lalu.

Mengetahui hal ini, pihak rumah sakit langsung memasukkan pasien dalam status
pemantauan terkait virus corona. Setelah menjalankan tahapan pemeriksaan di rumah sakit.
Pasien kemusian dikonfirmasi positif terinfeksi virus corona. Kemudian, pasien langsung
didpindahkan ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakrta Utara.

banyak yang meragukan Indonesia terkait penanganan virus corona. Bapak Jokowi pun
meyakini sejak awal pemerintah telah benar-benar mempersiapkan segala sesuatunya. Termasuk
rumah sakit 100 dengan ruang standar isolasi.

Untuk mencegah penyebaran dan penularan virus Corona menyebar luas ke dalam
masyarakat, pemerintah membuat serangkain kebijakan untuk menanganinya. Kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah tersebut ada yang tertulis, dan ada pula yang tidak tertulis. Kebijakan
yang tertulis bentuknya misalnya seperti Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (PERPU), Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (PERPRES),
Peraturan Menteri (PERMEN), Peraturan Daerah (PERDA), Peraturan Bupati (PERBUP),
Peraturan Walikota (PERWALI), dan lain-lain termasuk di dalamnya adalah Surat Keputusan
(SK), dan Surat yang berasal dari pemerintah. Sedangkan kebijakan yang tidak tertulis bentuknya
adalah ajakan tidak tertulis yang berasal dari pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh
budaya, tokoh agama, yang berisi larangan dan himbauan terkait dengan pencegahandan
penanganan COVID-19.

Contoh kebijakan tertulis seperti: KEPPRES No. 11/2020 tentang Penetapan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), PERPU Nomor 1 Tahun 2O2O
Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam rangka Menghadapi Ancaman
yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan; PP Nomor
21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), Surat Edaran No. 57/2020 Tanggal 28
Mei 2020 Tentang Perpanjangan Pelaksanaan Kerja dari Rumah/Work From Home (WFH) bagi
Aparatur Sipil Negara (ASN) hingga 4 Juni 2020; Keputusan Presiden (KEPPRES) No. 12
Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) Sebagai Bencana Nasional,dan lain-lain.

Merespon tren perkembangan penyebaran dan penularan Corona yang terus meningkat,
sejak tanggal 17 April 2020 Presiden mengumumkan COVID-19 sebagai bencana nasional
melalui KEPPRES No. 12 Tahun 2020. Kasus coronavirus terus mengalami peningkatan jumlah.
Hingga tanggal 17 Juni 2020 total jumlah kasus positif corona di Indonesia mencapai 40.400
orang, pasien yang sembuh sebanyak 15.703 orang, dan pasien yang meninggal dunia sebanyak
2.231 orang (www.tribunjogja.id). Jumlah kasus orang terinfeksi Corona terus
mengalamipeningkatan,diperkirakankurvanya akanmelandai padaakhir tahun 2020.

Pasca penetapan COVID-19 sebagai pandemi, reaksi masyarakat beragam. Ada warga yang
merasa takut, marah, panik, bingung, dan sedih (Utami, 2020). Virus Corona membuat warga
masyarakat mengalami trauma dan suasana jiwa terancam dan ketakutan (threat and fear).
(Abdullah, 2020) mengidentifikasi ada empat jenis trauma yang disebabkan oleh coronavirus
yaitu: Pertama, trauma individual yang muncul dalam bentuk “social withdrawal” di mana
seseorang yang dicurigai tertular coronavirus atau korban pemutusan hubungan kerja cenderung
mengisolasi diri dari kelompok dan lingkungan sosial; Kedua, trauma individual yang bersifat
“histeria”; Ketiga, trauma psychologis yang bersifat “violence act”; dan Keempat, trauma
psikologis yang bersifat “collective attach” sebagai respons ataskepanikanmassal yang
dialamikomunitas (Sigit, 2020).
Dampak virus Corona sangat besar, bersifat global, dan massif. Ia tidak hanya
mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat secara umum, namun juga mempengaruhi aktivitas
ekonomi, sosial, psikologis, budaya, politik, pemerintahan, pendidikan, olahraga, agama, dan
lain-lain. Karena itu dibutuhkan kebijakan pemerintah yang tepat untuk mencegah dan mengatasi
virus Corona ini. Kebijakan yang diperlukan bukan hanya kebijakan untuk mencegah dan
menyembuhkan pasien yang terinfeksi Corona, tetapi juga kebijakan untuk mengatasi dampak
sosial, psikologis, dan ekonomi yang ditimbulkan oleh virus Corona.

Setelah Corona menjadi wabah (pandemic) pada awal bulan Maret 2020 sampai sekarang,
pemerintah membuat berbagai macam kebijakan untuk menghadapi serta mengatasi pandemic
COVID-19 seperti kebijakan: (1) berdiam diri di rumah (Stay at Home); (2) Pembatasan Sosial
(Social Distancing); (3) Pembatasan Fisik (Physical Distancing); (4) Penggunaan Alat Pelindung
Diri (Masker); (5) Menjaga Kebersihan Diri (Cuci Tangan); (6) Bekerja dan Belajar di rumah
(Work/Study From Home); (7) Menunda semua kegiatan yang mengumpulkan orang banyak; (8)
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB); hingga terakhir, (9) pemberlakuan kebijakanNew
Normal.

Sebagai buntut dari pelaksanaan kebijakan pemerintah tersebut, maka semua aktivitas
masyarakat utamanya kegiatan bertemu dengan sesama “face to face” yaitu interaksi antara
manusia satu dengan manusia lainnya, yang awalnya semua dilakukan secara langsung di luar
rumah, namun karena adanya COVID-19, semua kegiatan manusia baik itu kegiatan pabrik,
kegiatan industri, kegiatan bisnis, kegiatan pendidikan, kegiatan perkantoran, kegiatan sosial,
budaya, kegiatan bisnis, kegiatan olah raga, kegiatan politik hingga aktivitas keagamaan,
semuanya dilarang dan hanya boleh dilakukan di rumah.

Harus diakui bahwa di tengah wabah COVID-19 seperti sekarang, bantuan sosial (social
assistance) dan perlindungan sosial (social protection) dari pemerintah sangat diperlukan karena
hal tersebut bisa menjadi penyambung napas jutaan orang yang terkena dampak, tidak hanya
golongan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) seperti: buruh bangunan, buruh
pabrik, buruh tani, nelayan, ojek, pedagang, karyawan, pekerja kontrak, pekerja serabutan,
petani, peternak, supir, wiraswasta, tetapi juga semua golongan kelas sosial (social class) dalam
masyarakat. Sayangnya, pengelolaan data yang buruk selama bertahun-tahun membuat program
jaring pengaman sosial (social-safety net program) yang diluncurkan Presiden Joko Widodo
compang-camping di lapangan. Fakta di lapangan telah mengamini bahwa buruknya data
pemerintah telah menyebabkan kegaduhan di kalangan masyarakat, tidak hanya terjadi di tingkat
pusat tetapi juga di tingkat daerah). Kasat-kusut terkait bantuan sosial ini telah dilaporkan oleh
Koran (TEMPO, 2020) bahwa Program Jaring Pengaman Sosial untuk meredam dampak
COVID-19 acak-acakan, tumpang tindih,dan salah sasaran akibat data amburadul.

Besar bantuan yang dialokasikan pemerintah untuk masyarakat miskin dan mereka yang
terimbas COVID-19 sebenamya cukup memadai. Pemerintah pusat menyediakan empat jenis
bantuan sosial reguler, termasuk Program Keluarga Harapan (PKH), dengan total bantuan Rp
37,4 Triliun untuk 10 juta keluarga, serta pembagian bahan kebutuhan pokok senilai Rp 43,6
Triliun untuk 20 juta keluarga. Selain itu, pemerintah mengalihkan 35 persen dari total Dana
Desa tahun ini, sebesar Rp 72 Triliun, menjadi bantuan langsung tunai. Ada pula bantuan sosial
khusus untuk daerah tertentu yang paling parah dihantam wabah COVID-19. Di daerah-daerah,
setiap pemerintah daerah berinovasi mengalokasikan dana khusus untuk pandemik COVID-19.
Bantuan sosial itu diberikan dalam bentuk dana tunai dan paket sembako atau sembilan
bahankebutuhan pokok.

Sungguh sangat disayangkan jika dana sebesar itu salah sasaran (tidak tepat sasaran), bahkan
tidak sampai kepada mereka yaitu kelompok sosial yang amat membutuhkan bantuan yang
seharusnya menerima bantuan sosial. Jadi inilah pokok persoalan bangsa terkait bantuan sosial
yang tidak kunjung selesai yaitu terkait masalah kelompok sasaran (tergetting groups) yang
“tidak tepat sasaran”, dan masalah data penerima bantuan sosial yang tidak sesuai dengan jumlah
riil orang miskin di lapangan. Meskipun pemerintah sudah mencoba memperbaiki data ini,
namun masalah fundamental dalam penyaluran bantuan sosial initidak kunjung selesai sampai
hari ini.

Covid -19 di Indonesia masih ada dan cenderung lonjakan kasus meningkat pada bulan Juni
2021. Perkembangan Covid-19 pada tahun 2020 di Indonesia sendiri diberitakan terjadi pada
bulan Maret 2020 dan kemudian mengalami peningkatan di Bulan Juni 2020 serta mengalami
penurunan kasus di bulan Oktober 2020 dan mengalami peningkatan lagi di Bulan Desember
2020.

Di tahun 2021 ini kasus Covid-19 sempat turun pada bulan April 2021 dan kemudian
menignkat tajam di bulan Juni 2021. Terhitung setahun tertanggal 2 Maret 2020 – 1 Maret 2021
jumlah kasus positif Covid-19 adalah sejumlah 1,34 Juta dengan kasus meninggal sejumlah
36.325. Tercatat tiga Provinsi di tahun 2020 dengan kasus terbanyak yaitu DKI Jakarta sejumlah
13.358 kasus terkonfirmasi, Jawa Tengah sebanyak 11.366 kasus aktif, Jawa Barat berjumlah
11.244 kasus.

Di tahun 2020 Indonesia menduduki peringkat 4 di Asia dengan jumlah kasus positif
terbanyak setelah India, Iran dan Turki. Di tahun 2020 terhitung 507 tenaga kesehatan gugur di
29 Provinsi dengan tercatat tiga tenaga kesehatan terbanyak yang gugur adalah dokter sebanyak
228 orang, perawat 167 orang dan bidan 68 orang.

Tahun 2021 jumlah peningkatan kasus memuncak di bulan Juni ditandi dengan beberapa
Rumah Sakit rujukan covid-19 di Indonesia saat ini sudah mencapai overload dan melebihi BOR
dari rumah sakit. Per tanggal 27 Juni 2021 tercatat 21.342 kasus baru Covid-19. Dikutip dari
Worldmeter Indonesia menduduki peringkat pertama dalam penambahan kasus positif Covid-19
dalam satu hari disusul Rusia dengan jumlah penambahan kasus 20.538 sehari dan Iran sejumlah
9.758 kasus baru sehari.
Saat provinsi Sumatera Barat berada dalam zona merah atau zona risiko penularan tinggi
covid 19. Status tersebut berdasarkan hasil perhitungan 15 indikator data onset pada minggu ke-
69 pandemi covid-19 di Sumbar oleh Satuan Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19
Provinsi, yang datanya diinput dan diolah oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.

Berdasarkan data onset yang dirangkum dari data perkembangan covid di Kabupaten Kota
dan berdasarkan indicator Kesehatan Masyarakat, provinsi Sumatera Barat berada di zona merah
dengan skor 1,79. Menurun dari minggu sebelumnya pada skor 2,05. Pada saat itu Kabupaten
Lima Puluh Kota berada si zona oranye.

Pertama kali sejak April 2020, Kabupaten Lima Puluh Kota mencatatkan 813 kasus positif
Covid dengan rincian 20 orang meninggal dunia dan 577 orang sudah sembuh. Sisanya masih
dirawat di rumah sakit, karantina, dan isolasi mandiri. Dengan ini Kabupaten Lima Puluh Kota
termasuk zona merah.

Ciri-ciri Covid 19

• Napas Pendek
Ciri-ciri terkena virus corona yang pertama adalah sesak napas atau napas pendek. Sesak
napas atau napas pendek ini bisa terjadi tanpa diikuti dengan batuk.
• Demam
Ciri-ciri yang kedua adalah demam. Namun hal ini tidak selalu berarti jika suhu tubuhmu
lebih tinggi atau lebih rendah dari suhu normal maka kamu positif Covid-19. Beberapa
orang memang memiliki suhu tubuh inti yang lebih rendah atau lebih tinggi dari suhu
tubuh normal, yaitu 37 derjat celcius. Oleh karena itu para ahli mengatakan bahwa jangan
memfokuskan pada angka.
• Batuk Kering
Batuk kering adalah salah satu gejala umum yang banyak dirasakan oleh pasien terinfeksi
covid-19. Tetapi batuk akibat covid bukanlah batuk biasa. Batuk tersebut akan sangat
mengganggu dan bisa dirasakan dating dari dalam dada.
• Menggigil dan pegal-pegal
Rasa tersebut biasanya dating pada malam hari. Namun menurut para ahli, tidak semua
orang merasakan reaksi yang parah. Beberapa orang bahkan bisa sama sekali tidak
merasakan ciri-ciri terkena covid tersebut.
• Kebingungan Mendadak
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serukat atau CDC mengatakan
bahwa perlu waspada jika secara tiba-tiba merasakan kebingungan atau ketidakmampuan
untuk bergerak dan bangun. Hal itu mengindikasikan bahwa kamu memerlukan
perawatan darurat.
• Masalah Pencernaan
Banyak pasien yang mengaku bahwa merasakan diare saat positif covid. Dr. Sanjay
Gupta mengatakan bahwa dalam sebuah penelitian di China yang meneliti sekitar 200
pasien yang paling awal terinfeksi, ditemukan bahwa gejala pencernaan atau lambung
sebenarnya sudah dialami oleh setengah dari pasien tersebut.
• Mata Merah Muda
Berdasarkan penelitian dari China, Korea Selatan, dan negara lainnya menunjukkan
bahwa sekitar satu hingga tiga persen pasien positif COVID-19 juga menderita
konjungtivitis atau yang lebih sering disebut mata merah muda.
Konjungtivitis adalah peradangan pada lapisan jaringan yang tipis dan transparan, yang
disebut konjungtiva, yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata.
Kondisi ini bisa sangat menular jika disebabkan oleh virus.
• Kehilangan Bau dan Rasa
ada kasus COVID-19 yang ringan hingga sedang, hilangnya kemampuan untuk mencium
bau dan mengecap rasa bisa muncul sebagai salah satu tanda awal COVID-19 yang
paling tidak biasa.
Sebuah analisis terbaru terhadap kasus-kasus ringan di Korea Selatan menemukan gejala
utama pada 30% pasien adalah hilangnya penciuman. Di Jerman, lebih dari dua dari tiga
kasus yang dikonfirmasi menderita anosmia.
• Kelelahan
Ciri-ciri terkena virus Corona yang kesembilan adalah kelelahan. Bagi beberapa orang,
rasa lelah yang ekstrem bisa menjadi tanda awal terinfeksi COVID-19. WHO
menemukan hampir 40% dari sekitar 6 ribu orang yang terinfeksi COVID-19 mengalami
kelelahan. Kelelahan tersebut masih dapat berlanjut sekalipun virus telah hilang. Menurut
laporan dari pasien COVID-19 yang telah sembuh, kelelahan dan kekurangan energi terus
berlanjut melewati masa pemulihan standar beberapa minggu.
• Sakit Kepala, Sakit Tenggorokan, Hidung Tersumbat
Ciri-ciri terkena virus Corona yang terakhir adalah merasakan sakit kepala, sakit
tenggorokan, dan hidung tersumbat. WHO menemukan sebanyak 14% dari 6 ribu kasus
COVID-19 di China memiliki gejala berupa sakit kepala dan sakit tenggorokan.
Sementara sekitar 5% lainnya merasakan hidung tersumbat. Ciri-ciri terkena virus
Corona ini jelas sangat mirip dengan flu. Faktanya sendiri memang ada banyak gejala
COVID-19 yang menyerupai flu, pilek, atau alergi.

Kondisi Pertumbuhan Ekonomi saat Pandemi Covid-19 di Indonesia

Pertumbuhan ekonomi Negara Indonesia di tengah wabah coronavirus mengalami


penurunan. Perihal tersebut dikarenakan kebijakan yang diterapkan pemerintah untuk mencegah
penyebaran covid. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan lockdown, menjadi
salah satu kebijakan yang diterapkan pemerintah. Sehingga, hal itu membuat sejumlah kegiatan
perekonomian tidak dapat berjalan dengan lancer.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kelambatan yang menjadi dampak dari adanya
pandemic covid, Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan bahwa ekonomi Indonesia
tumbuh melambat sebesar 2,97% (yoy) yang terjadi pada kuartal I per tahun 2021.

Jika dibandingkan dengan kuartal IV per tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia
mengalami penurunan sebesar 2,41%. Pertumbuhan ekonomi melambat seiring dengan
melemahnya daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat merupakan ihwal yang menjadi
komponen yang dijadikan alat ukur pengeluaran pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga melemah. Pada kondisi pandemic ini pertumbuhan
konsumsi rumah tangga mencapai 2,84%, hal itu melambat jika dibandingkan dengan kuartal IV
per tahun 2019 yang dapat menembus terhadap 5,02%. Kinerja konsumsi mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, karena konsumsi rumah tangga dapat menipang
lebih dari 50% produk domestic bruto.

Kondisi pengangguran di Indonesia hasil survey Badan Pusat Statistik 2010 jumlah
penduduk Indonesia lebih dari 237 jiwa. Jumlah penduduk Indonesia memiliki hubungan dengan
pertumbuhan ekonomi dan angka pengangguran. Pada tahun 2007 jumlah penduduk Indonesia
mencapai lebih dari 224 jiwa.

Perihal tersebut berarti, jumlah penduduk 2007 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
2010 maka jumlah penduduk Indonesia dapat dikatakan mengalami kenaikan. Kenaikan jumlah
penduduk dapat menimbulkan angka pengangguran juga mengalami kenaikan.

Kenaikan angka pengangguran diakibatkan kenaikan jumlah penduduk yang tidak dapat
diserap oleh lapangan pekerjaan yang tersedia. Factor lain yang dapat menjadi angka
pengangguran adalah kondisi lingkungan disebuah Negara. Dengan adanya wabah virus corona
ini menyebabkan kegiatan ekonomi menjadi melemah dan terhambat. Perusahaan banyak yang
terus melakukan proses produksinya tetapi tidak dapat dibarengi dengan pemasukan atau
pendapatan. Sehingga, perusahaan tidak dapat menanggung biaya beban gaji atau upah untuk
setiap karyawan.

Perusahaan, pada akhirnya memutuskan untuk melakukan pemutusan hubungan kerja


(OHK) kepada karyawan. Karyawan yang terkena PHK berasal dari sector formal dan non
formal. Pekerja sector formal merupakan mereka yang berusaha dibantu buruh tetpa, dan mereka
yang menjadi buruh, karyawan, dan pegawai. Sedangkan pekerja sector non formal adalah
mereka yang berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas, dan pekerja
tidak dibayar.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh melambat sebesar 2,97% (yoy) yang terjadi pada
kuartal I per tahun 2021. Jika dibandingkan dengan tahun 2020 pada kuartal empat di mana
pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mengalami kenaikan hingga mencapai angka 5,02%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan sebesar 2,41%. Dengan adanya
penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi maka tingkat penganggran di Indonesia juga
mengalami kenaikan. Kenaikan jumlah pengangguran mengakibatkan deficit anggaran Negara
bertambah.

Cara Pencegahan Penyebaran COVID-19

Sebelum mengetahui bagaimana cara pencegahan virus Corona, maka penting kiranya kita
sebagai warga mengenali terlebih dahulu cara penyebaran virus Corona. Virus ini menyebar
melalui kontak langsung dengan tetesan cairan pernapasan orang yang terinfeksi (melalui batuk
dan bersin). Individu juga dapat terinfeksi dari dan dengan menyentuh permukaan yang
terkontaminasi virus dan menyentuh wajah mereka (contoh: mata, hidung, mulut). Virus
COVID-19 bisa bertahan di permukaan selama beberapa jam, namun desinfektandapat
membunuhnya (WHO, 2020).

Setelah virus Corona mewabah dan memakan korban jiwa dalam jumlah banyak sejak
periode awal Maret 2020 sampai dengan Juni 2020, virus Corona menjadi ramai diberitakan oleh
TV dan media sosial. Dengan banyaknya pemberitaan media terkait virus Corona, dengan
sendirinya pengetahuan masyarakat terkait COVID-19 menjadi terbentuk disebabkan oleh
kekhawatiran bahkan ketakutan akan terjangkit oleh virus Corona. Pengetahuanyang melekat
dalam pikiranmasyarakat terkait COVID-19 adalah:

1. Penyebaran virus Corona sangat cepat;


2. Virus Corona mematikan;
3. Virus Corona berasal dari China (Wuhan);
4. Virus Corona menyerang saluran pernapasan;
5. Wabah virus Corona menyebar secara global (global pandemic);
6. Virus Corona memilikigejala umum sepertiflu batuk;
7. Hingga kinivaksin virus Corona belum ditemukan.

Oleh karena pengetahuan umum masyarakat (public opinion) tentang Corona telah terbentuk,
utamanya pengetahuan tentang cara penyebaran dan bahaya virus Corona yang mematikan, maka
selanjutnya sikap yang diperlukan dilakuan oleh masyarakat adalah mencegah dan menghentikan
agar virus Corona tidak menjangkiti warga masyarakat dalam jumlah lebih banyak lagi. Langkah
selanjutnya adalah menghentikan penyebaran virus Corona agar korban bisa diminimalisir.
Langkah-langkah kesehatan publik (public health) yang dapat ditempuh oleh warga masyarakat
untuk mencegah dan memperlambat penyebaran virus Corona, sebagaiman saran World Health
Organization dan Kementerian KesehatanRepublik Indonesia (Gayes & Mahestu, 2020),
diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, menjaga jarak dengan orang lain, minimal 1,5 meter, utamanya jika sedang berada
di luar rumah atau di ruang publik tempat keramaian (crowded). Kedua, Hindari keluar rumah,
apabila terpaksa harus keluar rumah hanya untuk keperluan yang sangat penting dan mendesak.
Ketiga, selalu menggunakan masker jika bepergian atau keluar rumah, serta menutup mulut dan
hidung dengan siku yang tertekuk atau menutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau
bersin. Untuk kesehatan, segera buang tisu yang telah digunakan. Keempat, selalu mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir. Kelima, selalu membersihkan permukaan dan barang
yang sering disentuh dengan menggunakan desinfektan. Keenam, membiasakan diri untuk
mengkonsumsi makanan dan minuman dengan gizi yang seimbang. Ketujuh, meningkatkan
imunitas tubuh dengan olah raga teratur, istirahat yang cukup dan berjemur di sinar matahari di
waktu pagi hari antara jam 06.00 – 09.00 Wita. Terakhir, menghindari perasaan cemas
(ansietas), gelisah, panik, dan stress yang berlebihan, yang menyebabkan penurunan imunitas
tubuh.

Di samping hal tersebut di atas, warga perlu juga melakukan hal-hal berikut agar terhindar
dari penularan virus Corona. Berbagai cara yang dapat dilakukan warga agar warga dapat
terhindar dari penularan COVID-19 yakni sebagai berikut: Pertama, apabila berpergian, hindari
menggunakan transportasi publik (angkot, bus, kereta api, dll); Kedua, menghindari tempat
hiburan seperti bioskop, mall, restoran, café, dll.; Ketiga, membatasi belanja hanya untuk
kebutuhan hidup yang penting dan pokok-pokok saja, seperti belanja kebutuhan sembilan bahan
pokok; Keempat, mengurangi kontak langsung dengan warga (social and physical distancing);
Kelima, selama masa pandemi belum berakhir, hindari kunjungan ke Fasilitas Kesehatan
(Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, dokter), meskipun sakit yang diderita di luar gejala COVID-
19. Banyak kasus yang terjadi di masyarakat, ketika warga menderita sakit, keluhannya adalah
sakit maag, tipes, atau flu biasa, pihak Rumah Sakit memvonis warga dengan virus Corona.
Akibatnya banyak warga yang meninggal dunia karena salah melakukan diagnosis penyakit.
Terakhir, adalah berdiam diri di rumah atau tetap berada di rumah saja sepanjang hari bersama
keluarga (stay at home with family).

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) se Sumatera Barat mulai diterapkan pada tanggal
21 April 2020, PSBB ini bertujuan untuk membatasi perjalanan keluar rumah, meniadakan
kegiatan yang mengumpulkan orang banyak, membatasi jumlah penumpang pada angkutan
umum, membatasi para pengunjung pasar, tempat hiburan, restoran dan hotel untuk
menghentikan penyebaran covid-19 di Sumatera Barat. PSBB tahap II diterapkan hingga tanggal
7 Juni 2020 dan akan melakukan evaluasi dialnjutkan dengan perancangan program PSBB tahap
III. Dalam PSBB tahap III ini dilakukan persiapan dan pelaksanaan tahapan-tahapan menuju new
normal dengan mengurangi pembatasan, dimana teknis pelaksanaannya diserahkan kepada
masing-masing kepala daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan regulasi yang ada.

Dalam aturan pemerintah mengenai PPKM, Kabupaten Lima Puluh Kota menempati pada
level 3. Dalam penerapannya Tim Satgas Covid 19 Kabupaten Lima Puluh Kota juga melakukan
kegiatan Monev Posko PPKM Mikro, di Nagari Situjuah Banda Dalam dan Nagari Situjuan
Batua, dalam kegiatan tersebut juga dihadiri BPBD, Kasat Bimas, Pendamping Desa, Kasi ktr
Camat, Bhabinkamtibnmas, bhabinsa, dan puskesmas.
Implementasi Modal Sosial terhadap Covid-19 di Kabupaten Lima Puluh Kota

Penyebaran virus corona padaa jangka waktu yang relatif singkat, virus ini dengan sangat
cepat telah menyebar ke hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Sejumlah
pengamat mengkategorikan Covid-19 sebagai salah satu jenis virus yang sangat berbaya dan
mematikan. Orang yang terinfeksi virus Covid-19 ditandai akan mengalami gejala flu yang
disertai demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala (Yuliana, 2020). WHO
mengemukakan pada sejumlah kasus ditemukan pasien yang memiliki imunitas sangat lemah
dapat berakibat fatal apabila tidak mendapatkan penanganan medis secara cepat dan tepat yakni
dapat mengakibatkan kematian (Yusup, Badriyah, Suyandi, & Asih, 2020). Melihat begitu
berbahayanya dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19, hampir setiap negara di dunia termasuk
Indonesia mengambil langkahlangkah preventif berupa pembatasan sosial, pengaturan jarak
fisik, serta karantina wilayah baik dalam skala penuh maupun terbatas serta mencari vaksin yang
tepat sebagi pencegahan.

Kebijakan pemerintah dalam Pembatasan Sosial Distancing atau Pembatasan Skala Besar
(PSBB) terpaksa diambil oleh sejumlah negara sebagai pilihan pahit untuk meminimalkan dan
menekan jumlah penyebaran Covid-19 yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Di saat yang
sama, para ahli kesehatan di berbagai negara juga belum menemukan vaksin tepat dan mampu
mengobati orang yang terinfeksi virus covid-19. Dengan kata lain, Covid-19 bukan hanya
menjadi pandemik, tetapi juga telah menjadi bencana yang sangat mematikan bagi manusia di
berbagai negara. Mengacu kepada hasil update terakhir tertanggal 14 Mei 2020 ini, tercatat
sudah ada 12 negara di dunia yang mengalami bencana pandemic Covid-19, dengan jumlah
terkonfirmasi 4.452.806 kasus, meninggal dunia 298.737 orang, sedangkan pasien yang berhasil
sembuh yakni 1.675.928. Sedangkan data terkonfirmasi di Indonesia, berdasar data yang
diunggah melalui situs https://covid19.go.id/ telah mempublikasikan data yang cukup
mencengangkan, yaitu dinyatakan positif 16.006 kasus, sembuh 3.518 orang, dan meninggal
dunia 1.043 orang. Berdasarkan kondisi tesebut seluruh pihak baik pemerintah maupun
masyarakat berharap banyak semua kasus tersebut dapat menurun jumlahnya melalui
diberlakukannya kebijakan pembatasan sosial (Social Distancing), pembatasan jarak fisik
(Physical Distancing).

Modal sosial kemudian dianggap sebagai kerangka teoritis yang bermanfaat dalam
paradigma pembangunan inklusif berkelanjutan. Posisi modal sosial menjadi penting untuk
disorot mengingat paradigma pembangunan yang diberlakukan tersebut lebih bersifat bottom up
ketimbang top down. Modal sosial masuk dalam dimensi sosial dari paradigma pembangunan
berkelanjutan yang mencoba mengintegrasikan tiga dimensi: sosial, ekonomi dan lingkungan.
Selain itu, posisi modal sosial juga berperan positif dalam dimensi politik karena mendorong
partisipasi, aksesibilitas dan kebebasan masyarakat yang juga menjadi prinsip dalam paradigma
pembangunan inklusif berkelanjutan.

Beberapa masalah sejak diterapkannya social distancing permasalah warga terutama


berkenaan dengan penguatan tali silaturahim, perbaikan dan pemeliharaan sarana pelayanan
publik karena memiliki kelebihan dan paling sesuai, meskipun pada komunitas tersebut terdapat
modal sosial lain. Ketiga. Jimpitan semula sebagai pengikat tali silaturahim warga kemudian
justru menjadi jembatan bagi pengikat tali silaturahim yang terbentuk pada modal sosial lainnya.

Pada saat pandemic covid-19 saat ini, modal sosial dibutuhkan dalam berinterkasi dengan
masyarakat. Dengan adanya Pemberlakuan Social Distancing Di Masa Pandemi setidaknya
masyarakat dapat mengimplementasikan Modal Sosial yangh meliputi nilai atau norma-norma
informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang saling
terkait, yang didasarkan pada nilai kepercayaan, norma, dan jaringan sosial dan mereka saling
menghargai.

Dampak dari PSBB berimplikasi pada ekonomi social dan budaya. Pemberlakuan Social
Distancing Di Masa Pandemi setidaknya masyarakat dapat mengimplementasikan Modal Sosial
yang meliputi nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota
suatu kelompok masyarakat yang saling terkait, yang didasarkan pada nilai kepercayaan, norma,
dan jaringan sosial dan mereka saling menghargai, pengembangan modal sosial adalah
terciptanya kelompok masyarakat yang semakin mandiri, yang mampu berpartisipasi secara lebih
berarti.

Masyarakat kabupaten Lima Puluh Kota biasanya dalam grup WA kajian Grup Paliko
Shohib diadakan program kajian rutin dan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti reminder puasa
senin-kamis, shalat lima waktu dan shalat sunnah lainnya. Kegiatan ini ditujukan agar para
anggota grup lebih mendekatkan diri kepada Allah dan berharap agar musibah pandemic covid
ini segera hilang.

Di wilayah perkampungan yang sedikit angka covidnya, pada malam kamis rutin
menyelenggarakan yasinan di masjid setempat. Tujuannya sama untuk mendekatkan diri kepada
Allah.
WA grup Kajian tadi juga banyak orang yang berjualan seperti baju gamis, buku islami, dan
perangkat alat shalat lainnya. Bisnis ini bersifat online tetapi jarak yang ditempuh untuk
pengiriman tidak terlalu memakan waktu, ini juga menjadi salah satu cara orang untuk berjualan
pada saat ppkm berlangsung yang mana tidak memperbolehkan para pedagang membuka toko di
pasar. Pengiriman ini juga menggunakan jasa pengiriman setempat yaitu Payo Kurir.

Setiap penduduk setidaknya dapat mengimplementasikan Modal Sosial yang meliputi nilai
atau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota kelompok masyarakat
yang saling terkait, yang didasarkan pada nilai kepercayaan, norma, dan jaringan social dan
mereka saling menghargai, pengembangan modal social adalah terciptanya kelompok
masyarakat yang semakin mandiri, yang mampu berpartisipasi secara lebih berarti. Modal sosial
dapat menyelesaikan permasalah warga terutama berkenaan dengan penguatan tali silaturahim,
perbaikan dan pemeliharaan sarana pelayanan publik karena memiliki kelebihan dan paling
sesuai, meskipun pada komunitas tersebut terdapat modal sosial lain.

Pro dan Kontra Vaksinasi di Kabupaten Lima Puluh Kota

Anggota DPR dari Fraksi Demokrat turun langsung ke masyarakat untuk memantau
bagaimana perkembangan vaksin di Kabupaten lima Puluh Kota. Kumjungan anggota DPR
bersama Kapolres Lima Puluh Kota untuk meninjau Gebyar Sumatera Barat Sadar Vaksin.

Gebyar vaksin ini dilakukan sampai ke pelosok-pelosok daerah bertujuan untuk tercapainya herd
immunity atau kekbalan kelompok. Dengan itu harapannya dapat beraktivitas normal setelah
lama lumpuh akibat pandemic covid.

Sebelumnya tingkat partisipasi vaksin di Kabupaten Lima Puluh Kota cukup rendah dan
dengan adanya Gebyar Vaksin ini masyarakat antusias merespon baik kegiatan ini dengan
kesadaran diri. Tingkat partisipasi yang rendah akan vaksin ini disebabkan hoax yang selama ini
beredar dan tersebar di dunia maya.
Bupati Lima Puluh Kota, Safaruddin Dt.Bandaro Rajo,SH memberikan tantangan 100.000
vaksinansi di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota kepada Kepala Dinas Kesehatan, dr.Hj.Tien
Septino, M.Kes. gebyar vaksinasi dilaksanakan di Pondok Pesantren Al Kautsar Muhammadyah
Tanjung Pati, di Sarilamak. Kegiatannya berlangsung serentak di wilayah Kabupaten Lima Puluh
Kota. Demi mencapai target vaksinasi tersebut, Bupati dan jajarannya menintruksikan sampai
akhit Oktober tahun 2021 seluruh Puskesmas harus melakukan vaksin setiap hari.

Selain itu diadakan juga Gebyar Petani Sadar Vaksin yang diharapkan akan menaikkan
tingkar vaksinasi di Kabupaten Lima Puluh Kota. Gebyar petani sadar vaksin merupakan upaya
pencapaian realisasi sesuai dengan target vaksin di Limapuluh Kota. Kegiatan ini merupakan
kerjasama antara Dinas Tanaman Pangan, Holtikultural dan Perkebunan Kabupaten Limapuluh
Kota, Dinas Kesehatan Kabupaten Lima Puluh Kota, dan Pemerintah Nagari Durian Tiggi
Kecamatan Kapur IX serta Polres Lima Puluh Kota. Pelaksanaan gebyar vaksinasi bertepatan di
Kantor Walinagari Durian Tinggi Kecamatan Kapur IX.

Kerjasama pelaksanaan vaksin bagi masyarakat petani ini merupakan upaya dari Polres 50
Kota dengan Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota untuk mendorong angka vaksinasi di
Kabupaten Lima Puluh Kota. Dari hasil penghimpunan data, diperkirakan sebanyak 700 orang
lebih berasal dari 31 kelompok tani (Poktan) dan warga akan melakukan vaksinasi mengambil
tempat di Gedung Pertemuan Kenagarian Durian Tinggi.
BAB III

KESIMPULAN

Modal social di Kabupaten Lima Puluh Kota masih kental terasa, meskipun Kabupaten Lima
Puluh Kota merupakan Kabupaten yang besar tetapi tidak menyurutkan masyarakat untuk
merenggangkan hubungan terlebih saat adanya Covid-19. Terhalangnya aktivitas masyarakat
yang biasanya dapat merekatkan hubungan satu sama lain tidak berlangsung lama dan
masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota juga memiliki caranya sendiri untuk tetap
mempertahankan hubungan satu sama lain dengan memanfaatkan teknologi yang ada.

Dalam penerapan modal social di Kabupaten Lima Puluh Kota masyarakat lebih
mengutamakan keamanan dan keselamatan satu sama lain dengan mematuhi kebijakan
pemerintah dengan menjaga jarak, melakukan PSBB di rumah, lock down, dan masih banyak lagi
hingga kebijakan vaksin untuk menekan angka penularan covid-19. Meskipun sempat tersebar
banyak isu-isu negative mengenai covid, akhirnya pemerintah dapat meyakinkan masyarakat
Kabupaten Lima Puluh Kota bahwa covid aman dan ini dapat dijadikan salah satu terobosan
untuk Kabupaten Lima Puluh Kota new normal.
DAFTAR PUSTAKA

Ade Suherman, T. A. (n.d.). Persepsi Masyarakat Terhadap Pemberlakuan Social Distancing Di Masa
Pandemi Covid-19 Sebagai Implementasi Modal Sosial. 26-28.

Fachri, F. (2021). Kabupaten Lima Puluh Kota Sumbar Masuk Zona Merah. Kabupaten Limapuluh Kota:
REPUBLIKA.ID.

Nuraini, T. N. (2020). Cerita Lengkap Asal Mula Munculnya Virus Corona di Indonesia. Jakarta:
merdeka.com.

Nuraini, T. N. (2020). Cerita Lengkap Asal Mula Munculnya Virus Corona di Indonesia. Jakarta:
merdeka.com.

Nurhamlin, H. J. (n.d.). Modal Sosial Masyarakat Perkotaan. sosial capital, 3-10.

Pendidikan, G. (2022). Modal Sosial. Jakarta: seputarilmu.com.

Situmorang, H. D. (2021). Rezka Oktoberia dan polda Sumatera Barat Gencarkan Vaksinasi. Lima Puluh
Kota: BERITA SATU.

Tuwu, D. (n.d.). KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN PANDEMI COVID-19. 276-278.

yasmin, P. (2020). Asal Usul Virus Corona Berasal, dari Mana Sebenarnya? Jakarta: detiknews.

Anda mungkin juga menyukai