Anda di halaman 1dari 29

Geografi Sumber Daya Manusia

Provinsi SUMATERA UTARA


Kawita Iga Abrila
Sumatera Utara

Sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian utara


Pulau Sumatra. Provinsi ini ibu kota di Kota Medan, dengan
luas wilayah 72.981,23 km2.
penduduk Sumatra Utara berjumlah 15.305.230 jiwa, dengan
kepadatan penduduk 210 jiwa/km2.
Jumlah Penduduk
Berdasarkan hasil SP2020, penduduk Sumatera Utara pada bulan
September 2020, sebanyak 14,80 juta jiwa. Sejak Indonesia
menyelenggarakan Sensus Penduduk yang pertama pada tahun 1961,
jumlah penduduk Sumatera Utara terus mengalami peningkatan. Hasil
SP2020 dibandingkan dengan SP2010 memperlihatkan penambahan
jumlah penduduk sebanyak 1,82 juta jiwa atau rata-rata sebanyak 181,72
ribu jiwa setiap tahun

Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2010-2020), laju


pertumbuhan penduduk Sumatera Utara sebesar 1,28 persen
per tahun. Terdapat percepatan laju pertumbuhan penduduk
sebesar 0,06 persen poin jika dibandingkan dengan laju
pertumbuhan penduduk pada periode 2000-2010 yang
sebesar 1,22 persen
Perekonomian

Perekonomian Sumatera Utara tahun 2020 yang diukur berdasarkan


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku
mencapai Rp 811.282,84 miliar dan PDRB per kapita mencapai Rp
55,18 juta.
Ekonomi Sumatera Utara tahun 2020 mengalami kontraksi 1,07
persen dibanding capaian tahun 2019 sebesar 5,22 persen. Dari sisi
produksi, kontraksi tertinggi dialami oleh Lapangan Usaha
Transportasi dan Pergudangan sebesar 12,77 persen. Dari sisi
pengeluaran, kontraksi tertinggi dialami oleh Komponen Ekspor
Barang dan Jasa sebesar 10,36 persen.
Struktur PDRB Sumatera Utara menurut lapangan usaha atas
dasar harga berlaku pada tahun 2020 tidak menunjukkan
perubahan berarti. Perekonomian Sumatera Utara masih
didominasi oleh Lapangan Usaha utama, yaitu: Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan (21,33 persen); Industri Pengolahan
(19,29 persen); Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor (18,88 persen); dan Konstruksi (13,59
persen).
menunjukkan keadaan ketenagakerjaan di Provinsi
Sumatera Utara pada tahun 2017-2020. Jumlah angkatan
kerja dan penduduk yang bekerja selama periode 2017-
2020 ditemukan meningkat, sedangkan jumlah
pengangguran terbuka ditemukan berfluktuasi.
Berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan,
penduduk yang bekerja tamatan SD/Tidak Tamat SD
diketahui sebanyak 1.837.649 orang (26,85%), tamatan
SMP sebanyak 1.413.722 orang (20,66%), tamatan SMA
sebanyak 2.737.300 (40,00%), serta angkatan kerja
berpendidikan Diploma I, II, III & IV/Perguruan Tinggi
sebanyak 853.581 orang (12,47%).

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami


penurunan dari tahun 2019 (70,19%) ke tahun 2020
(68,67%). TPAK merupakan persentase jumlah angkatan
kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini
mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif
secara ekonomi di suatu wilayah dan menunjukkan
besaran relatif suplai tenaga kerja yang tersedia untuk
produksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat dari 5,41
persen pada tahun 2019 menjadi 6,91 persen pada tahun 2020.
TPT menggambarkan proporsi angkatan kerja yang tidak memiliki
pekerjaan dan secara aktif mencari dan bersedia untuk bekerja,
atau perbandingan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah
angkatan kerja.
Pendidikan

Rata-rata Lama Sekolah penduduk berumur 15 tahun ke atas meningkat


setiap tahunnya, yaitu 8,93 tahun pada tahun 2014 menjadi 9,54 tahun
pada tahun 2020. Melalui capaian ini, Provinsi Sumatera Utara termasuk
dalam kategori provinsi telah mencapai program wajib belajar 9 tahun.
Tingkat partisipasi sekolah penduduk menurut kelompok
umur sekolah atau jenjang pendidikan tertentu diukur
dengan indikator angka partisipasi. Terdapat tiga jenis
indikator yang memberikan gambaran mengenai
partisipasi sekolah, yaitu Angka Partisipasi Sekolah
(APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), dan Angka
Partisipasi Murni (APM).
APS merupakan persentase jumlah murid
kelompok usia sekolah tertentu yang
bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan
dibagi dengan penduduk kelompok usia
sekolah yang sesuai. Indikator ini digunakan
untuk mengetahui banyaknya anak usia
sekolah yang masih bersekolah di semua
jenjang pendidikan.

APS tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 untuk tiap kelompok
umur sekolah. Pada Tahun 2020, APS pada kelompok umur sekolah
7-12 tahun mengalami penurunan sebesar 0,06% dibandingkan
pada tahun 2018, sedangkan APS kelompok umur 13-15 tahun,
kelompok umur sekolah 16-18 tahun, dan kelompok umur 19-24
tahun cenderung meningkat. Semakin tinggi kelompok umur maka
tingkat partisipasi sekolahnya semakin kecil. Hal ini dimungkinkan
pada kelompok umur 16-18 tahun dan 19-24 tahun telah masuk
dalam angkatan kerja dan bekerja.
APK merupakan indikator yang
dapat memberikan gambaran
mengenai partisipasi penduduk
yang bersekolah pada jenjang
pendidikan tertentu tanpa
memperhatikan umur. APK
adalah rasio jumlah siswa,
berapa pun usianya, yang
sedang sekolah di tingkat
pendidikan tertentu terhadap
jumlah penduduk kelompok usia
yang berkaitan dengan jenjang
pendidikan tertentu, dinyatakan
dalam persen.

diketahui nilai APK untuk SD/MI tahun 2018-2020 melebihi 100 persen, yang
menunjukkan masih adanya penduduk yang terlalu cepat sekolah (penduduk usia
di bawah 7 tahun yang sudah bersekolah) atau terlambat bersekolah (penduduk
usia lebih dari 12 tahun masih bersekolah di SD/sederajat). Nilai APK dari tahun
2018-2020 untuk kelompok SMP/MTs meningkat, sedangkan kelompok
SMA/SMK/MA cenderung fluktuatif, dan belum ditemukan kenaikan yang terus-
menerus setiap tahunnya.
APM merupakan perbandingan
antara jumlah siswa kelompok
usia sekolah pada jenjang
pendidikan tertentu dengan
penduduk usia sekolah yang
sesuai dengan usianya,
dinyatakan dalam persen.
Berbeda dengan APK, APM
menggunakan batasan
kelompok umur.

menunjukkan nilai APM tahun 2020 untuk SD/sederajat


(97,72%), SMP/sederajat (80,56% ), dan
SMA/sederajat (67,99% ). Jika dibandingkan tahun
2019, terdapat peningkatan nilai APM pada jenjang
pendidikan SD, SMP dan SMA.
Pembangunan manusia Provinsi
Sumatera Utara terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Dalam enam tahun terakhir, nilai
IPM Provinsi Sumatera Utara telah
meningkat 2,26 poin, yaitu dari
69,51 pada tahun 2015 menjadi
71,77 pada tahun 2020. Selama
periode tersebut, IPM Provinsi
Sumatera Utara rata-rata tumbuh
sebesar 0,38% per tahun dan
meningkat dari level 'sedang
menjadi 'tinggi".
Kesehatan

Kesehatan masyarakat suatu wilayah di pengaruhi oleh


keberadaan sarana Kesehatan. Undang-undang nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa
fasilitas pelayanan Kesehatan adalah suatu alat atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan Kesehatan, baik promotive, preventif, kuratif,
maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, atau masyarakat.
Puskesmas

Dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2017, tidak ada


penambahan Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara. Pada
tahun 2018, terdapat penambahan 9 Puskesmas baru, dan
bertambah lagi sebanyak 21 Puskesmas baru di tahun 2019, dan
6 Puskesmas baru di tahun 2020. Peningkatan jumlah
Puskesmas tidak secara langsung menggambarkan pemenuhan
kebutuhan pelayanan kesehatan primer di suatu wilayah.
Pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan primer dapat dilihat
secara umum dari rasio Puskesmas terhadap kecamatan. Rasio
Puskesmas terhadap kecamatan pada tahun 2020 sebesar 1,34.
Hal ini menggambarkan bahwa rasio ideal Puskesmas terhadap
kecamatan, yaitu minimal 1 Puskesmas di 1 kecamatan, sudah
terpenuhi di Provinsi Sumatera Utara, tetapi perlu diperhatikan
distribusi dari Puskesmas tersebut di seluruh kecamatan.
Klinik

Kabupaten/Kota dengan Klinik Utama terbanyak adalah


Kabupaten Tapanuli Utara dengan jumlah 11 Klinik
Utama diikuti Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang
dengan jumlah 10 Klinik Utama, diikuti Kabupaten
Labuhanbatu (4 Klinik Utama) dan Kota
Pematangsiantar (3 Klinik Utama). Terdapat 22
kabupaten/kota yang melaporkan tidak memiliki Klinik
Utama di wilayahnya.
Rumah Sakit
Jumlah Rumah Sakit di Provinsi Sumatera Utara berfluktuasi dari tahun 2017-
2020. Pada tahun 2017, terdapat 208 Rumah Sakit di Provinsi Sumatera
Utara. Jumlah Rumah Sakit meningkat menjadi 213 unit pada tahun 2018,
namun jumlahnya berkurang pada tahun 2019 menjadi 205 unit dikarenakan
beberapa RS diantaranya tutup atau berubah menjadi klinik, dan meningkat
kembali di tahun 2020 menjadi 208 unit.

terdiri dari 183 Rumah Sakit umum (RSU) dan 25 Rumah Sakit khusus (RSK).
Berdasarkan kepemilikan, 53 unit berstatus RS milik Pemerintah dan 155 unit
lainnya berstatus RS milik swasta. Berdasarkan penyelenggaraan dan
kepemilikan RS, RS Pemerintah terbagi atas 1 unit RS Pusat Kemenkes, 2
Unit RS Kemendikti, 6 unit RS Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, 36 unit
RSU Pemerintah Kabupaten/Kota dan 8 unit RS TNI/Polri.
Selain berdasarkan jenis pelayanannya, Rumah Sakit juga dikelompokkan
berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan menjadi Kelas A, Kelas B, Kelas C,
dan Kelas D. Pada tahun 2020 di Provinsi Sumatera Utara, terdapat 2 RS Kelas A
(0,96%), 28 RS Kelas B (13,46% ), 115 RS Kelas C (55,29%), 58 RS Kelas D
(27,88%), dan sebanyak 5 RS lainnya (2,40%) belum ditetapkan kelas.
Tenaga kesehatan menjadi salah satu faktor yang
sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan yang berkualitas
harus didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas pula, disamping sumber daya- sumber daya
yang lain. Hal yang penting diperhatikan dalam
pengadaan sumber daya manusia kesehatan adalah
jumlah, jenis, distribusi dan rasionya terhadap jumlah
penduduk.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
setiap tahunnya mengumpulkan data SDMK
berdasarkan tugas dan fungsinya. Total SDMK
di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2020
sebanyak 81.098 orang yang terdiri dari 65.434
orang tenaga kesehatan (80,68%) dan 15.664
orang tenaga penunjang/pendukung kesehatan
(19,32%). Proporsi tenaga kesehatan
terbanyak yaitu tenaga kebidanan sebanyak
26,95 persen dari total tenaga kesehatan,
sedangkan proporsi tenaga kesehatan yang
paling sedikit yaitu tenaga keterapian fisik
sebesar 0,36 persen dari total tenaga
kesehatan.
Tenaga medis berdasarkan fungsi yaitu tenaga medis yang
memberikan pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
fungsinya. Proporsi tenaga medis terbanyak yaitu dokter umum
sebanyak 57,91 persen.
Dapat dilihat bahwa proporsi tenaga kesehatan
terbesar adalah perawat sebesar 30,74 persen,
sedangkan proporsi tenaga kesehatan paling
rendah adalah dokter gigi spesialis sebesar 0,16
persen.
Untuk mendukung efektivitas pembiayaan kesehatan,
maka pendanaan kesehatan diutamakan untuk
peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
terkhusus pada masyarakat miskin melalui program
Jaminan Kesehatan Nasional, penguatan kesehatan
pada masyarakat yang tinggal di daerah terpencil,
perbatasan dan kepulauan (DTPK), penguatan sub-sub
sistem dalam SKN dalam upaya penurunan angka
kematian ibu dan bayi (AKI dan AKB), angka kematian
balita (AKABA), peningkatan gizi masyarakat,
pengendalian penyakit menular, pencegahan penyakit,
serta penyehatan lingkungan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai