OLEH
2018 63 031
UNIVERSITAS PAPUA
2020
LAJU PERTUMBUHAN PDRB TIAP PROVINSI INDONESIA BERDASARKAN HARGA
KONSTAN 2007-2019 (DALAM PERSEN)
Dari data laju pertumbuhan PDRB tiap provinsi Indonesia berdasarkan harga konstan
(2007-2019) dalam persen dapat kita ketahui perkembangan ekonomi nasional dan daerah.
LPE Nasional Indonesia 2007 mengalami penurunan 0.36% di tahun 2009 dan kembali normal
naik 1.67% pada tahun 2010 dengan PDRB 4,76%.namun hal ini tidak bertahan dari tahun 2011
LPE indonesia menurun hingga PDRB nya menjadi 3,83% di tahun 2019.Dari tahun 2007- 2019
rata rata laju pertumbuhan PDb Indonesia adalah 4,06%.Tahun 2007-2011 rata rata PDB
Indonesia yaitu 4.06%.Pada tahun 2011-2015 rata rata laju pertumbuhan PDB Indonesia yaitu
4,094% yang mana turun pada periode 5 tahun sebelumnya.Tahun ini merupakan periode ekonmi
yang melambat
Tahun 2015-2019 rata rata laju pertumbuhan PDB Indonesia adalah 3,758% yang mana
sangat jauh turun dari periode tahun 2011-2015.penurunan pertumbuhan pada periode ini di
karenakan akselerasi pertumbuhan ekonomi yang sederhana di lanjut dengan awal atau
berpengaruhnya krisis COVID 19
A. provinsi yang melampai PDB perkapita nasional atau provinsi surplus
Dari tahun 2007 - 2011 ada 12 provinsi yang melewati PDB Indonesia. Yaitu ,sumatera
utara,sumatera barat,DKI Jakarta,Jawa Tengah,Jawa Timur,Kalimantan Barat,sulawesi
tengah,sulawesi tenggara,sulawesi selatan,sulawesi utara dan gorontalo.pada tahun 2008
sulawesi barat masuk menjadi provisi surplus.Pada tahun ini provinsi yang memiliki rata rata laju
pertumbuhan PDRB yang mengalami peningkatan setiap tahunnya adalah Sumatra utara
dengan rata rata 5,092% yang mana pada provinsi Sumatra utara peningkatan laju PDRB di
dukung besar oleh;lapangan usaha pertanian,yang naik setiap tahunnya dari tahun 2007 dengan
jumlah 41.010 miliar rupiah – 70.636 miliar rupiah pada tahun 2011. terutama pada tanaman
perkebunan dan tanaman bahan makanan.Industry pengolahan terutama industry bukan
migas.mengalami peningkatan tiap tahunnya dengan jumlah 45.531 miliar rupiah pada tahun
2007 hingga 70.672 miliar rupiah dan Perdagangan,Hotel dan restoran,perdagangan besar dan
eceran.
Pada tahun ke 2 sulawesi utara masuk dalam provinsi surplus dengan PDRB tertinggi pada
tahun 2008 (9,5%).PDRB Sulawesi Utara pada empat tahun terakhir telah mengalami
peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang menunjukkan
perekonomian di Sulawesi Utara semakin berkembang dengan pembangunan di berbagai
sektor.sektor yang paling mendukung adalah sector pertaniaan 20,40% dengan nilai tertinggipada
tanaman perkebunan.selain itu bangunan 16,39%; perdagangan,hotel dan restoran 15,42%;
pengangkutan dan komunikasi 11,99%; juga jasa jasa pemerintahan umum dengan nilai 10,60%.
pada tahun ini papua barat melewati PDB nasional pada 2 tahun terakkir dengan nilai PDRB
tertinggi sepanjang tahun 2007-2011 bahkan 2019.
Tahun 2011 – 2015 terdapat 21 provinsi surplus sumatera utara masih tetap dalam
provinsi surplus jugadengan Sulawesi tengah,sulawesi utara,sulawesi tenggara,sulawesi selatan ,
sulawesi barat dan gorontalo ,maluku utara ,sumatera selatan, ,lampung,DI Yogjakarta,jawa
barat,jawa timur,bali.pada periode ini Bengkulu ,jambi,Sumatra barat mampu melampaui PDB
Indonesia.Pada periode ini Sulawesi selatan memiliki rata rata laju pertumbuhan PDRB tertinggi
dari yang lain dengan nilai rata rata PDRB nya yaitu 8,874%.dapat diketahui tingginya laju
pertumbuhan PDRB pada provinsi ini adalah dengan Adanya lapangan usaha-lapangan usaha
lainnya yang mencatat pertumbuhan yang positif, di antaranya lapangan usaha Jasa Lainnya mencatat
sebesar 8,99 persen, lapangan usaha Konstruksi sebesar 8,32 persen, lapangan usaha Informasi dan
Komunikasi sebesar 7,92 persen, lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor sebesar 7,89 persen, lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian sebesar 7,85 persen
Secara keseluruhan pada tahun 2015, kategori Pertambangan dan Penggalian menunjukkan laju
pertumbuhan yang positif dengan pertumbuhan pada tahun 2015 mecapai 7,85 persen. Pertumbuhan
ini mengalami perlambatan dari tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,11 persen, lapangan usaha
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial sebesar 7,83 persen, lapangan usaha Jasa
Keuangan dan Asuransi sebesar 7,41 persen, lapangan usaha Real Estate sebesar 7,39 persen, lapangan
usaha Jasa Pendidikan sebesar 7,25 persen, lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan 6,91 persen,
lapangan usaha Industri Pengolahan sebesar 6,70 persen, lapangan usaha Jasa Perusahaan sebesar 5,87
persen, lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 5,71 persen, lapangan usaha
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 5,63 persen, dan lapangan usaha Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang sebesar 0,34 persen.
Tahun 2011 - 2019 ada 18 provinsi yang tergolong dalam provinsi surplus
adalah,sulawesi tengah,sulawesi selatan,sulawesi utara,sulawesi tenggara, jawa barat,gorontalo ,
sumatera utara,sumatera barat,sumatera selatan, bengkulu,lampung,DKI Yogjakarta,DI
jakarta,jawa tengah,jawa timur,bali,sulawesi barat, maluku utara.pada periode ini Rata rata
PDRB provinsi tertinggi yaitu provinsi Sulawesi tengah,dengan nilai rata rata 8,892% pada
tahun 2015 sulawesi tengah adalah provinsi dengan PDRB kedua tertinggi setelah NTB dengan
PDRB Sulawesi Tengah 13,68%,peningkatanyang sangat signifikan pada tahun 2015 ini
merupakan tingginya lapangan usaha industry pengolahan/manufacturing pada tahun ini dengan
dengan nilai 89,98% didukung dengan pertambangan dan penggalian 27,41% dan kontruksi
20,67%.namun tahun selanjutnya PDRB Sulawesi tengah menurun hinnga tahun 2018 namun
masih tetap diatas PDB Indonesia. pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi.
Sebagian besar kategori ekonomi pada tahun 2019 mencatat pertumbuhan positif dengan
pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh kategori Pertambangan dan Penggalian sebesar
16,27 %.
2011 – 2015 provinsi yang berpotensi untuk melampaui PDB Indonesia ada 7 provinsi yaitu
kalimantan selatan,NTT,NTB,kepulauan riau,SUMSEL,maluku dan papua barat.provinsi yang
berpotensi melampaui PDB nasional dengan nilai rata rata tertinggi adalah provinsi Maluku
dengan rata rata PDRB 4,28% . pada tahun 2015 tercatat hamper seluruh lapangan usaha
mengalami pertumbuhan yang positif,hanya untuk lapangan usaha pertambangan dan penggalian
yang mengalami kontraksi sebesar 0,97% dibandingkan dengan tahun 2014.
delapan lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan positif kurang dari 5% adalah Lapangan
Usaha Jasa Pendidikan tumbuh sebesar 4,645; lapangan usaha Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib tumbuh sebesar 4,25%; Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan tumbuh sebesar 3,88%; lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi tumbuh sebesar
3,03%; lapangan usaha Real Estate tumbuh sebesar 2,12 %; lapangan usaha Transportasi dan
Pergudangan tumbuh sebesar 2,11%; lapangan usaha Jasa Perusahaan tumbuh sebesar 1,43%;
dan lapangan usaha Industri Pengolahan sebesar 0,19%.Hal inilah yang membuat PDRB
Kalimantan utara melambat.
pada periode ini papua barat di bawah PDB Indonesia,Namun dengan laju pertumbuhan
PDRB papua barat sempat mengalami penaikan nilai pdrb pada tahun 2018 Nilai PDRB Provinsi
Papua Barat atas dasar dasar harga berlaku pada tahun 2018 mencapai 79,64 Triliun rupiah.
Secara nominal, nilai PDRB ini mengalami kenaikan sebesar 7,85 Triliun rupiah dibandingkan
dengan tahun 2017 yang mencapai 71,79 Triliun rupiah. Naiknya nilai PDRB ini dipengaruhi
oleh meningkatnya produksi di seluruh lapangan usaha dan adanya inflasi. Berdasarkan harga
konstan 2010, angka PDRB juga mengalami kenaikan, dari 56,90 Triliun rupiah pada tahun 2017
menjadi 60,45 Triliun rupiah pada tahun 2018. Hal ini menunjukkan selama tahun 2018 Provinsi
Papua Barat mengalami pertumbuhan ekonomi sekitar 6,24 persen, lebih cepat dibandingkan
tahun sebelumnya. Kenaikan PDRB ini murni disebabkan oleh meningkatnya produksi di seluruh
lapangan usaha, tidak dipengaruhi inflasi.namun papua barat . Peranan terbesar dalam
pembentukan PDRB Papua Barat pada tahun 2018 dihasilkan oleh lapangan usaha Industri
Pengolahan yaitu mencapai 26,78 % (Angka ini meningkat dari 25,93 %), disusul oleh kategori
Pertambangan dan penggalian sebesar 17,98 % (angka ini meningkat dari 17,97 %), perdagangan
besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 7,01 % (angka ini meningkat dari
6,89.%).dan hal yang menghalang sehingga papua barat belum dapat melampaui PDB Indonesia
adalah kontruksi sebesar 15,39 % (Angka ini menurun dari 15,64 %). Selanjutnya kategori dari
Pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 10,46 % (angka ini menurun dari 10,94%). Salah
satu penyebab menurunnya peranan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan adalah cuaca yang
buruk, dalam hal perikanan untuk melaut dimana dominasi perikanan untuk peranannya
sangatlah besar.
C. Provinsi minus
Dari tahun 2007 hingga 2019 provinsi aceh,dan riau memiliki laju pertumbuhan PDRB di
bawah PBD nasional dengan rata rata pertumbuhan aceh,-0,71%;riau -0,67% dan kalimantan
timur 0,27%.
Untuk tahun 2007 hingga 2011 provinsi yang belum dapat melampaui PDB Indonesia
atau provinsi minus (PDRB rendah) ada 11 provinsi Aceh,Riau,Jambi , Banten,Bali,Nusa
Tenggara Barat ,Nusa Tenggara timur, Kalimantan Timur ,Kalimantan Utara,maluku dan
papua.aceh dan papua sangat jauh di bawah PDB nasional dengan rata rata laju pertumbuhannya
yaitu -6.97%.dengan laju pertumbuhan aceh paling rendah yaitu -7,53%.
aceh sebagai provinsi minus dikarenakan terjadinya pertumbuhan negative pada industry
pengolahan karena pada sub sector ini terdapat sub sektor industri pengolahan minyak dan gas
yang mengalami pertumbuhan negatif seperti halnya subsektor pertambangan minyak dan gas.
sektor industry pengolahan mengalami pertumbuhan negatif yaitu minus 7,73% pada tahun 2008
dan minus 6,06 % pada tahun 2009.pada sector pertambangan dan penggalian juga mengalami
penurunan. Peranan sektor ini terus menurun setiap tahunnya seiring dengan penurunan produksi
minyak dan gas di Aceh. Pada tahun 2009 kontribusi sektor ini tinggal 11,59 persen terhadap
PDRB Provinsi Aceh. Sub sektor penggalian yang merupakan bagian dari sektor pertambangan
dan penggalian masih memberikan peranan yang sangat kecil yaitu 1%, namun mengalami
pertumbuhan sebesar 1,38 persen pada tahun 2009
Tahun 2011 – 2015 ada 6 yang tergolong provinsi minus yaitu;Aceh,Riau, Kepulauan
Bangka Belitung , Kalimantan Timur,Kalimantan utara ,papua. Tahun2011 PAPUA sangat jauh
dari PDB nasinal dengan laju pertumbuhan PDRBnya -6.19%.Pada provinsi ini lapangan usaha
pertambangan dan penggalian masih menjadi kontrubutor terbesar selama periode 2010-2014.
pada tahun 2009 papua barat memang sempat melampaui PDB Indonesia dengan mencapai
PDRB tertinggi pada periode 2009.akan tetapi kontrubusi ini terus menurun dari 53,87% dengan
nilai 59.693,87 miliar rupiah di tahun 2010 menurun menjadi 32,6% dengan nilai 49.585,83
miliar rupiah pada tahun 2015 dan nilai PDRB pada periode ini sangat jauh di bawah PDB
indonesia.kontribusi lapangan ini di dominasi oleh produksi pertambangan biji logam seperti
emas dan tembaga pada PT. Freepot.hal ini lah yang membuat papua menjadi provinsi minus
Tahun 2015 – 2019 yang tergolong provinsi munus ada 7 yaitu provinsi Aceh,Riau,Jambi
, Kepulauan Bangka Belitung,Kepulauan Riau,Kalimantan timur, dan papua.dari tahun 2007
hingga 2019. Pada periode 2007-2019 tidak ada tanda tanda Riau melewati PDB nasional.
Struktur perekonomian sebagian masyarakat Riau telah bergeser dari kategori Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan ke kategori ekonomi lainnya yang terlihat dari besarnya peranan
masing-masing kategori ini terhadap pembentukan PDRB Riau. Sumbangan terbesar pada tahun
2015 dihasilkan oleh kategori Pertambangan dan Penggalian, kemudian kategori Industri
Pengolahan, kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, kategori Perdagangan Besar dan
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, dan kategori Konstruksi. Sementara peranan kategori
lainnya di bawah 2 % Perekonomian Riau mengalami perlambatan,Laju pertumbuhan PDRB
Riau tahun 2015 mencapai 0,22%, sedangkan tahun 2014 sebesar 2,70 %. Pertumbuhan ekonomi
tertinggi dicapai oleh kategori Jasa Lainnya sebesar 10,14 %Dimana angka ini merupaka kecil
sekali disbanding dengan provinsi lainnya.pada pertumbuhan subkategori Pertambangan Minyak,
Gas dan Panas Bumi terus menurun selama tahun 2011-2015, dengan kontribusi sebesar 85.47
persen, 87.44 persen, 87.61 persen, 85.91 persen, dan 78.97 persen secara berturut-turut untuk
tahun 2011-2015.hal ini sangat membuat riau menjadi provinsi minus dan tidak mampu
melampau PDB Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA