Anda di halaman 1dari 6

Perbandingan Pembangunan Ekonomi (Sektor Pertanian, Industri dan Jasa) Provinsi Sumatera Barat dengan Provinsi Riau

I. Sumatera Barat Sumatera Barat terletak pada posisi 3o 50' LS 1o 0' LU 98o 10' 102o 10' BT. Luas wilayah Sumatera Barat seluas 42.297,30 km2. Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Sumatera Barat tahun 2011 sebanyak 4.904.460 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 115 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi Sumatera Barat masih bertumpu di Kota Padang yakni sebesar 17,22 persen sedangkan kabupaten yang lainnya dibawah 10 persen. Sementara untuk laju pertumbuhan penduduk kabupaten/kota tertinggi terdapat di Kabupaten Dharmasraya 3,09 persen sedangkan yang terendah di Kabupaten Tanah Data rsebesar 0,33 persen. Penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan, meskipun memiliki potensi penduduk usia produktif yang besar, namun sebagian besar masih merupakan tamatan pendidikan dasar mencapai 40,99 persen, dan menengah (SMP dan SMA) mencapai sekitar 50,91 persen. Sementara untuk tamatan pendidikan tinggi (universitas dan akademi) tidak sampai 10 persen dari total penduduk usia kerja. Sementara berdasarkan tipe daerah, sebagian besar penduduk usia kerja terdapat di perdesaan, yaitu sekitar 61,25 persen. Angkatan kerja. Perkembangan angkatan kerja Provinsi Sumatera Barat dalam selama periode 2008-2013 meningkat, jumlah angkatan kerja tahun 2013 (Februari) tercatat sebanyak 2.390.620 jiwa atau sekitar 2,03 persen dari jumlah angkatan kerja nasional, yang terdiri dari 2.239.650 jiwa duduk bekerja dan 151.300 jiwa pengangguran terbuka. Penyebaran jumlah angkatan kerja terbesar di Kota Padang mencapai 334.691 jiwa, dan paling rendah di Kota Padang Panjang sebanyak 21.125 jiwa. Penduduk Bekerja. Jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 mencapai 2.239.650 jiwa atau meningkat sebanyak 282.987 jiwa dari tahun 2008. Pola persebaran penduduk yang bekerja sebagian besar tersedia di perdesaan dibandingkan di perkotaan, dan bekerja dominan di sektor pertanian (40,60%) dan sektor perdagangan (21,19%). Sementara dilihat dari pendidikan yang ditamatkan, sebagian besar penduduk yang bekerja merupakan tamatan sekolah dasar dan menengah. Penyebaran jumlah penduduk yang bekerja bekerja antar kabupaten/kota terbesar di Kota Padang, yaitu sebanyak 296.263 jiwa. Perkembangan kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat selama kurun waktu 2008-2013, secara absolut terjadi penurunan sebanyak 69,73 ribu jiwa, jumlah penduduk miskin tahun 2013 (Maret) sebanyak 407 ribu jiwa. Seperti halnya dengan kondisi tingkat kemiskinan dari tahun 2008-2013 mengalami penurunan dan hingga akhir tahun 2013 mencapai 8,14%. Kondisi kemiskinan Provinsi Sumatera Barat tergolong rendah jika dibandingkan terhadap rata-rata kemiskinan nasional (11,37%). Struktur perekonomian Provinsi ini tahun 2011, didominasi besarnya kontribusi sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 23,50%, sektor perdagangan, hotel dan restoran (18,03%),

dan sektor jasa(16,31%). Selain ketiga sektor diatas, sektor lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar adalah sektor industry pengolahan (11,39%), dan sektor pengangkutan dan komunikasi (15,68%). Perkembangan ekonomi Sumatera Barat dalam tiga tahun terakhir mengalami percepatan, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 mencapai 6,35% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara untuk pertumbuhan sektor, seluruh sektor tumbuh positif pada tahun 2011 dan sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi serta sekaligus pendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat adalah: sektor bangunan (9,13%), sektor pengangkutan (8,94%), dan sektor jasa (8,04%). PDRB perkapita dengan migas ADHB Provinsi Sumatera Barat dan kabupaten/kota dari tahun 2005-2012 meningkat setiap tahunnya, PDRB perkapita tahun 2012 Sumatera Barat mencapai sebesar 22.209 ribu/jiwa lebih rendah dari PDRB perkapita nasional (33.748 ribu/jiwa). Sementara untuk perbandingan PDRB perkapita kabupaten/kota di Sumatera Barat kecenderungan adanya kesenjangan yang cukup tinggi, dimana sebagian besar kabupaten/kota memiliki PDRB perkapita dibawah rata-rata PDRB perkapita provinsi, dengan PDRB perkapita tertinggi mencapai 32.655 ribu/jiwa terdapat di Kota Padang dan terendah sebesar 11.117 ribu/jiwa di Kabupaten Solok Selatan. Perkembangan realisasi investasi PMA Provinsi Sumatera Barat dalam tiga tahun terakhir (2010-2012) cenderung meningkat, nilai realisasi investasi PMA tahun 2012 tercatat sebesar 75,02 juta US$ meningkat dibandingkan tahun 2011 (22,93 juta US$) dengan jumlah proyek sebanyak 45 proyek.Sementara untuk perkembangan realisasi investasi PMDN pada tahun 2012 cenderung menurun, nilai realisasi investasi PMDN tahun 2012 sebesar mencapai 885,28 miliar rupiah lebih rendah dari nilai realisasi PMDN 2011 (1.026,22 miliar rupiah) dengan jumlah proyek sebanyak 22 proyek. Prasarana wilayah: a. Jaringan Irigasi Luas Potensial jaringan irigasi diSumatera Barat meliputi 282.238 hektar atau 3,83 persen dari jaringan irigasi potensial di Indonesia., Sementara untuk jaringan irigasi terbangun tersier sekitar 279.227 hektar dan luas jaringan irigasi utama sekitar 280.538 hektar.Sementara menurut kewenangan, sekitar 90.620 hektar atau sekitar 29 persen kewenangan pusat, 51.136 hektar (16%) kewenangan provinsi, dan 169.033 hektar (54%) kewenangan kabupaten/kota. b. Infrastruktur Jalan c. Jaringan Listrik Perkembangan jumlah produksi listrik yang dibangkitkan di Provinsi Sumatera Barat dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah produksi energi listrik tahun 2011 mencapai 287,05Gwh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 161,15 Gwh. II. Riau Keberadaannya Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka terletak antara 01 05 00 Lintang Selatan - 02 25 00 Lintang Utara atau antara 100 00 00 - 105 05 00 Bujur Timur. Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Riau tahun 2010 sebanyak 5.538.367jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 62 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi Riau masih bertumpu di Kota Pekan Baru yakni sebesar 16,21 persen dan Kabupaten Kampar sebesar 12,43

persen sedangkan kabupaten yang dibawah 10 persen. Dilihat dari sisi laju pertumbuhan selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) Provinsi Riau sebesar 3,59 persen lebih tinggi dari pertumbuhan nasional penduduk nasional (1,49%). Penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan, meskipun memiliki potensi penduduk usia produktif yang besar, namun sebagian besar masih merupakan tamatan pendidikan dasar mencapai 39.80 persen, dan menengah (SMP dan SMA) mencapai sekitar 52,97 persen. Sementara untuk tamatan pendidikan tinggi (universitas dan akademi) tidak sampai 10 persen dari total penduduk usia kerja. Sementara berdasarkan tipe daerah, sebagian besar penduduk usia kerja terdapat di perdesaan, yaitu sekitar 60,83 persen. Angkatan Kerja. Perkembangan angkatan kerja Provinsi Riau dalam 5 tahun terakhir meningkat, jumlah angkatan kerja tahun 2013 (Februari) sebanyak 2.815.,854 jiwa atau sekitar 2,32 persen dari total angkatan kerja nasional, yang terdiri dari 2.699.454 jiwa penduduk bekerja dan 116.400 jiwa pengangguran terbuka. Penduduk Bekerja. Jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Riau tahun 2013 (Februari) mencapai 2.699.454 jiwa atau meningkat sebanyak 643.951 jiwa dari tahun 2008. Persebaran penduduk bekerja sebagian besar terdapat di perdesaan dibandingkan di perkotaan, dan sebagian besar penduduk yang bekerja masih mengantungkan pendapatannya di sektor pertanian (44.73%) dan sektor perdagangan (20.54%). Sementara dilihat dari pendidikan yang ditamatkan, sebagian besar penduduk yang bekerja tamatan sekolah dasar dan menengah. Persebaran jumlah penduduk yang bekerja terbesar terdapat di Kota Pekanbaru, yaitu mencapai 389.921 jiwa. Perkembangan kemiskinan di Provinsi Riau dalam kurun waktu 2008-2013, secara absolut terjadi penurunan sebanyak 97,42 ribu jiwa, dengan jumlah penduduk miskin tahun 2013 (Maret) tercatat sekitar 469 ribu jiwa. Seperti halnya dengan kondisi tingkat kemiskinan dari tahun 2008-2013 mengalami penurunan dan hingga akhir tahun 2013 mencapai 7,72%. Kondisi kemiskinan Provinsi Riau tergolong rendah jika dibandingkan terhadap rata-rata kemiskinan nasional (11,37%). Struktur perekonomian Provinsi Riau tahun 2011, didominasi bersarnya kontribusi sektor sektor pertambangan dengan kontribusi sebesar 37,42%, sektor industry pengolahan (19,37%), dan sektor pertanian (18,87%). Selain ketiga sektor diatas, sektor lainnya yang memiliki kontribusi cukup besar adalah sektor perdaggangan (9,74%), dan sektor bangunan (6,23%). Perkembangan ekonomi Riau dalam tiga tahun terakhir mengalami percepatan, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2012 mencapai 3,55% lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara untuk pertumbuhan sektor, seluruh sektor tumbuh positif pada tahun 2011 dan sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi serta sekaligus pendorong pertumbuhan ekonomi Riau adalah: sektor bangunan (12,77%), sektor perdagangan (10,09%), dan sektor pengangkutan (9,73%). PDRB perkapita dengan migas ADHB Provinsi Riau dan kabupaten/kota dari tahun 20052012 meningkat setiap tahunnya, PDRB perkapita tahun 2012Riau mencapai sebesar 79.113 ribu/jiwa lebih tinggi dari PDRB perkapita nasional (33.748 ribu/jiwa). Sementara untuk perbandingan PDRB perkapita kabupaten/kota di Riau kecenderungan adanya kesenjangan yang cukup tinggi, dimana sebagian besar kabupaten/kota memiliki PDRB perkapita dibawah rata-rata PDRB perkapita provinsi, dengan PDRB perkapita tertinggi mencapai 206.862 ribu/jiwa

terdapat di Kabupaten Bengkalis dan terendah sebesar 30.803 ribu/jiwa di Kabupaten Rokan Hulu. Perkembangan realisasi investasi PMA Provinsi Riau dalam tiga tahun terakhir (20102012) meningkat, nilai realisasi investasi PMA tahun 2012 tercatat sekitar 1.152,85 juta US$ meningkat dibandingkan tahun 2011 (212,34 juta US$) atau sekitar 1,09 persen dari total PMA nasional dengan jumlah proyek sebanyak 81 proyek.Sementara untuk perkembangan nilai realisasi investasi PMDN pada tahun 2012 tercatat sebesar 5.450,43 miliar rupiah menurun dari PMDN tahun 2011 (7.462,6miliar rupiah) dengan jumlah proyek sebanyak 51 proyek. III. Pembahasan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau merupakan dua provinsi yang lokasinya berdekatan. Namun karena perbedaan pemerintah daerah yang menangani masing-masing provinsi, tentunya perkembangan kondisi ekonomi kedua wilayah ini dapat berbeda. Dilihat dari kepadatan penduduknya Provinsi Sumatera Barat lebih padat daripada Provinsi Riau. Namun terlihat fenomena distribusi penduduk yang sama dengan kepadatan penduduk yang bertumpu pada ibukota provinsi masing-masing. Kualitas tenaga kerja masing-masing provinsi rata-rata sama. Walaupun Provinsi riau sedikit lebih baik. Sebagian besar penduduk yang bekerja merupakan tamatan sekolah dasar dan menengah. Sekitar 60% penduduk usia kerja terdapat di pedesaan. Sehingga dapat disimpulkan sebagian besar penduduk yang bekerja masih mengantungkan pendapatannya di sektor pertanian dan sektor perdagangan. Struktur perekonomian Provinsi Riau tahun 2011, didominasi besarnya kontribusi sektor pertambangan dengan kontribusi sebesar 37,42%. Sedangkan untuk Provinsi Sumatera Barat sektor pertambangan tidak terlalu besar. Disamping itu masing-masing provinsi masih didominasi oleh sektor pertanian, Provinsi Sumatera Barat sebesar 23,50% sedangakan Provinsi Riau lebih rendah sebesar 18,87%. Dapat dilihat bahwa perekonomian sektor pertanian Provinsi Riau mulai berkurang dibandingkan Provinsi Sumatera Barat. Sektor industri pengolahan merupakan tiga besar sektor perekonomian yang berkontribusi besar di Provinsi Riau sebesar 19,37%, sedangkan di Provinsi Sumatera Barat sektor industri pengolahan masih 11,39%, Selain itu, pada perekonomian Provinsi Sumatera Barat sektor lain yang berpengaruh adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran (18,03%), sektor jasa(16,31%), sektor pengangkutan dan komunikasi (15,68%). Pada perekonomian Provinsi Riau Barat sektor lain yang berpengaruh adalah sektor perdagangan (9,74%) dan sektor bangunan (6,23%). Sedangkan kondisi kemiskinan kedua provinsi relatif sama, tergolong rendah jika dibandingkan terhadap rata-rata kemiskinan nasional (11,37%). Perkembangan ekonomi Sumatera Barat dan Riau dalam tiga tahun terakhir sama-sama mengalami percepatan. Sementara untuk pertumbuhan sektor, seluruh sektor tumbuh positif pada tahun 2011 dan sektor dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi serta sekaligus pendorong pertumbuhan ekonomi kedua provinsi adalah sektor bangunan dengan Riau lebih berkembang dari pada Sumatera Barat sebesar 12,77%, sedangkan Sumatera Barat 9,13%. Dalam sektor pengangkutan Riau masih lebih tinggi yaitu 9,73% daripada Sumatera Barat yang 8,94%. Selain itu pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat didorong oleh sektor jasa sebesar 8,04%, sedangkan Riau juga didorong oleh sektor perdagangan sebesar 10,09%. PDRB perkapita dengan migas ADHB kedua Provinsi dari tahun 2005-2012 meningkat setiap tahunnya. Namun Riau lebih menunjukkan peningkatan yang lebih signifikan

dibandingkan Sumatera Barat. PDRB perkapita tahun 2012 Riau mencapai sebesar 79.113 ribu/jiwa lebih tinggi dari PDRB perkapita nasional (33.748 ribu/jiwa). Sedangkan PDRB perkapita tahun 2012 Sumatera Barat mencapai sebesar 22.209 ribu/jiwa lebih rendah dari PDRB perkapita nasional (33.748 ribu/jiwa). Hal ini lumrah karena Riau didukung oleh sektor pertambangan dengan kontribusi sebesar 37,42%. Perkembangan realisasi investasi PMA masing-masing provinsi dalam tiga tahun terakhir (2010-2012) cenderung meningkat, namun terlihat perbedaan yang sangat signifikan pada kedua provinsi. Nilai realisasi investasi PMA Sumatera Barat tahun 2012 tercatat sebesar 75,02 juta US$ dengan jumlah proyek sebanyak 45 proyek. Sedangkan nilai realisasi investasi PMA Riau tahun 2012 tercatat sekitar 1.152,85 juta US$ dengan jumlah proyek sebanyak 81 proyek. Sementara untuk perkembangan realisasi investasi PMDN masing provinsi pada tahun 2012 memang cenderung menurun. Nilai realisasi investasi PMDN Sumatera Barat tahun 2012 sebesar mencapai 885,28 miliar rupiah lebih rendah dari nilai realisasi PMDN 2011 (1.026,22 miliar rupiah) dengan jumlah proyek sebanyak 22 proyek. Sedangkan untuk perkembangan nilai realisasi investasi PMDN Riau pada tahun 2012 tercatat sebesar 5.450,43 miliar rupiah menurun dari PMDN tahun 2011 (7.462,6miliar rupiah) dengan jumlah proyek sebanyak 51 proyek. IV. Kesimpulan Keadaan perekonomian masing-masing provinsi secara garis besar sama. Konsentrasi penduduk yang bekerja sama-sama sekitar 60% di daerah pedesaan. Kualitas tenaga kerja juga sama yang merupakan tamatan sekolah dasar dan menengah. Kondisi kemiskinan kedua provinsi relatif sama. Perkembangan ekonomi Sumatera Barat dan Riau dalam tiga tahun terakhir juga sama-sama mengalami percepatan. Selain itu, PDRB perkapita dengan migas ADHB kedua Provinsi dari tahun 2005-2012 meningkat setiap tahunnya. Namun terlihat pembangunan yang sangat signifikan pada perekonomian Provinsi Riau. Ditandai dengan menurunnya sektor pertanian Provinsi Riau dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Barat. PDRB perkapita tahun 2012 Riau yang jauh lebih besar daripada Sumatera Barat. Dapat dilihat juga, gencarnya pembangunan proyek-proyek di Riau, yang jumlahnya dua kali lipat lebih banyak daripada Sumatera Barat. Walaupun laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat didorong oleh sektor jasa sebesar 8,04%. Namun perekonomian Riau jauh lebih baik daripada Sumatera Barat dengan adanya kontribusi kontribusi sektor pertambangan yang besar. Sehingga dapat disimpulkan Provinsi Riau lebih maju dibandingkan Provinsi Sumatera Barat.

Sumber: http://bappenas.go.id/

TUGAS GEOGRAFI MANUSIA

PERBANDINGAN PEMBANGUNAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN PROVINSI RIAU

Dibuat oleh : Nama NIM : Riesa Sulastri : 13/348028/GE/07551

FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

Anda mungkin juga menyukai