TINJAUAN PEREKONOMIAN
KOTA MATARAM
Kota Mataram merupakan salah satu kota yang berada di kawasan timur Indonesia,
terletak diujung barat Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Secara geografis Kota
Mataram terletak antara 116o 04’–116o 10’ Bujur Timur dan 08o 33’-08o38’ Lintang
Selatan . Batas wilayah Kota Mataram adalah sebagai berikut:
Kota Mataram secara resmi terbentuk pada tanggal 31 Agustus 1993 dan pada
tanggal 31 Agustus 2012 Kota Mataram genap berusia 19 tahun. Sebelum resmi menjadi
Kota Mataram, status Kota Mataram adalah Kota Administratif yang pada waktu itu
terdiri dari 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan, Kecamatan Mataram dan
Kecamatan Cakranegara. Pada saat itu Kota Administratif Mataram merupakan bagian
dari wilayah Kabupaten Lombok Barat.
Jumlah penduduk Kota Mataram pada tahun 2012 adalah sebesar 413.210 jiwa
yang terdiri atas laki-laki berjumlah 204.676 jiwa dan perempuan berjumlah 208.534
jiwa. Dibandingkan dengan tahun 2011, jumlah penduduk Kota Mataram mengalami
kenaikan sebesar 1,55 persen.
Pertambahan jumlah penduduk yang tidak seiring dengan penambahan luas wilayah
berdampak langsung terhadap kepadatan penduduk di Kota Mataram. Kepadatan
penduduk di Kota Mataram pada tahun 2012 mencapai 6.741 jiwa/ km2, meningkat
sebesar 1,02 persen dibandingkan dengan kepadatan penduduk pada tahun 2011.
Tabel 4.1.
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Mataram Dirinci
Menurut Kecamatan Tahun 2011-2012
Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah kecamatan yang ada di Kota
Mataram, Kecamatan Ampenan merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan
PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah yang diciptakan oleh seluruh aktivitas
perekonomian di suatu daerah pada tahun tertentu. Dengan kata lain, PDRB
menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya
guna menciptakan nilai tambah bagi masing–masing sektor perekonomian.
Selama tahun 2010-2012 nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota
Mataram Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2010, nilainya mencapai 4,824 triliun rupiah, meningkat menjadi 5,501 triliun rupiah pada
tahun 2011 dan terus bertambah pada tahun 2012 menjadi 6,044 triliun rupiah.
Sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2012 menghasilkan nilai tambah
bruto sebesar Rp. 649,29 miliar Dari NTB senilai itu, sektor ini hanya dihasilkan oleh sub
sektor penggalian. Dilihat dari perkembangan nilai tambah bruto yang diciptakan sektor
pertambangan dan penggalian dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini
dikarenakan potensi penggalian yang ada di Kota Mataram semakin berkurang karena
pemanfaatan oleh sektor lain seperti sektor bangunan.
Sektor listrik, gas dan air bersih merupakan kegiatan ekonomi yang produksinya
sangat dibutuhkan oleh penduduk suatu daerah. Tahun 2012, nilai tambah bruto kegiatan
sektor ini baru mencapai Rp. 71,60 milyar, dimana sebagian besar yakni 62,47 milyar
(87,26 %) dihasilkan oleh sub sektor listrik dan sisanya (12,60 %) dari sub sektor air
bersih.
Tahun 2012, kegiatan sektor kontruksi yaitu antara lain pembangunan berbagai
fasilitas umum seperti perbaikan infrastruktur jalan, jembatan, perumahan dan lainnya
masih tampak marak seperti halnya tahun-tahun sebelumnya. Maraknya pembangunan
ruko dan pengalihan lahan pertanian untuk kawasan perumahan mampu meningkatkan
nilai tambah bruto sektor konstruksi tahun 2012. Nilai tambah bruto adh berlaku dari
kegiatan konstruksi pada tahun 2012 mencapai Rp. 587,395 miliar.
Meningkatnya jumlah penduduk dan daya beli masyarakat, maka meningkat pula
kebutuhan penduduk akan barang dan jasa. Sebagai ibukota Provinsi, Kota Mataram
merupakan pusat perdagangan Hal tersebut tercermin dalam nilai tambah bruto sektor
Perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah, salah satunya sangat ditentukan oleh
kelancaran distribusi hasil kegiatan produksi barang dan jasa dari suatu tempat produksi ke
tempat lainnya (konsumen akhir). Distribusi barang/jasa juga didukung oleh kegiatan
komunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2012 telah menghasilkan
nilai tambah sebesar Rp. 1,18 trilliun diantaranya Rp. 886,85 miliar dihasilkan dari
kegiatan pengangkutan dan Rp. 296,82 milyar dihasilkan dari kegiatan komunikasi.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan secara keseluruhan telah mencapai
nilai tambah bruto sebesar Rp. 1,15 trilliun, diantaranya dihasilkan dari kegiatan perbankan
sebesar Rp 906,89 miliar dan sisanya merupakan nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh
lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan, dan jasa
perusahaan.
Tabel 4.2.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kota Mataram Tahun 2010 - 2012
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Ribu Rp) PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Ribu Rp)
Sektor
2010 2011* 2012** 2010 2011* 2012**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pertanian 186.728.218 199.737.268 207.485.390 85.779.802 88.068.648 90.351.691
Pertumbuhan ekonomi riil dicerminkan oleh PDRB adh konstan 2000. Dari tabel 4…
terlihat bahwa pada tahun 2012 PDRB Kota Mataram adh konstan 2000 mencapai Rp.
2,42 trilyun atau mengalami kontraksi sebesar 3,02 persen. Pertumbuhan di tahun 2012
melambat dibandingkan dengan tahun sebelunya yaitu tahun 2011 dimana laju
pertumbuhan sebesar 7,67 persen dan nilai PDRB-nya sebesar Rp. 2,35 trilyun. Kondisi ini
dikarenakan menurunnya nilai tambah pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai
imbas kepindahan aktivitas Bandara Udara Selaparang ke Bandara Internasional Lombok
di Praya.
Secara makro, sektor-sektor ekonomi dapat dibagi ke dalam tiga kelompok sektor
utama yang disebut kelompok sektor primer, sekunder dan tersier. Pengelompokkan ini
didasarkan output maupun input dari asal terjadinya proses produksi untuk masing-masing
produsen. Disebut sektor primer karena outputnya masih merupakan tingkat dasar dan
sangat tergantung pada sumber daya alam. Sektor primer ini meliputi sektor pertanian dan
sektor pertambangan dan penggalian. Untuk sektor ekonomi yang outputnya berasal dari
sektor primer dikelompokkan menjadi sektor sekunder. Kelompok sektor sekunder
meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum serta sektor
Peranan PDRB atas dasar harga berlaku menurut kelompok sektor dalam kurun
waktu 2010-2012 masih dodominasi oleh kelompok sektor tersier. Pada tahun 2012
kontribusi sektor tersier sedikit mengalami penurunan dari 76,40 persen pada tahun 2011
menjadi 75,58 persen . Penurunan ini marupakan dampak kepindahan Bandara Selaparang
ke Bandara Internasional Lombok, sehingga pada tahun 2012 subsektor angkutan udara
tidak lagi berkontribusi pada pembentukan PDRB Kota Mataram.
Tabel 4.3.
PDRB Kota Mataram Menurut Kelompok Sektor Tahun 2010-2012 (Ribu Rp)
Peranan kelompok sektor primer selama kurun waktu 2010-2012 juga selalu
menunjukkan kontribusi yang menurun. Hal ini dikarenakan semakin berkurangnya lahan
pertanian beralihfungsi menjadi bangunan perumahan dan kompleks pertokoan.
Pada tahun 2011, sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang
memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Mataram dengan
kontribusi sebesar 24 persen. Namun sebagai dampak kepindahan Bandara Selaparang ke
Bandara Internasional Lombok di Praya, kontribusi sektor ini turun menjadi 19,58 persen.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2012 merupakan leading sector
bagi perekonomian Kota Mataram. Kontribusi sektor ini pada pembentukan PDRB Kota
Mataram sebesar 23,27 persen. Penyumbang terbesar dari sektor ini adalah subsektor
perdagangan besar dan eceran dengan kontribusi sebesar 21,10 persen dengan nilai sebesar
Rp. 1,406 triliun. Posisi Kota Mataram sebagai ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat
menjadikannya sebagai pusat perdagangan, dimana arus keluar masuk barang dari berbagai
daerah terjadi di Kota Mataram. Peranan pemerintah daerah dalam mendukung aktivitas
perdagangan cukup besar yang ditandai dengannya banyaknya bangunan ruko-ruko baru
di Kota Mataram.
Grafik 4.4. Peranan Nilai Tambah Sektor-Sektor Terhadap Grafik 4.5. Peranan Nilai Tambah Sektor-Sektor Terhadap
PDRB Kota Mataram Tahun 2011 PDRB Kota Mataram Tahun 2012
Kelompok sektor tersier lainnya adalah sektor jasa-jasa. Kontribusi sektor ini
terhadap pembentukan PDRB Kota Mataram sebesar 13,66 persen. Nilai tambah yang
dihasilkan sektor ini masih didominasi oleh kontribusi subsektor pemerintahan umum.
Sektor jasa-jasa juga memberikan kontribusi yang meningkat dibandingkan dengan tahun
2011 yang hanya sebesar 12,97 persen.
Tabel 4.4.
Kontribusi Masing-masing Sektor (persen) Terhadap Pembentukan PDRB Kota
Mataram Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 – 2012
Sektor bangunan pada tahun 2012 juga memberikan kontribusi yang cukup besar
pada pembentukan PDRB Kota Mataram. Sektor ini mampu memberikan kontribusi
sebesar 9,72 persen, meningkat dibandingkan kontribusinya tahun 2011 yang hanya
sebesar 9,72 persen. Kelompok sektor sekunder lainnya adalah sektor listrik, gas dan air
bersih yang memberikan kontribusi sebesar 1,18 persen. Walaupun kantribusinya relatif
kecil dibandingkan sektor lainnya pada kelompok sektor sekunder, namun sektor ini juga
meningkat kontribusinya dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya 1,13 persen.
Berbeda dengan sektor-sektor yang lain, sektor pertanian dan sektor pertambangan
setiap tahun memberikan kontribusi yang terus menurun. Sektor pertanian pada tahun 2012
memberikan kontribusi sebesar 3,43 persen, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 3,63
persen. Sedangkan sektor pertambangan memberikan kontribusi sebesar 0,01 persen pada
tahun 2012.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah
dicerminkan oleh laju PDRB berdasarkan harga konstan. Berbagai kebijakan diambil
pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil. Kebijakan
tersebut akan tercermin dari kondisi makro ekonomi yang kondusif seperti tingkat inflasi
yang cukup terkendali dan nilai tukar rupiah yang semakin menguat terhadap mata uang
asing terutama Dolar Amerika (USD).
Grafik 4.6.
Laju Pertumbuhan PDRB Adh Konstan Kota Mataram
Tahun 2006-2012
Pada tahun 2012, hampir seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif
kecuali sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun 2012 adalah sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan yang mencapai 13,97 persen. Pertumbuhan sektor ini tak
lepas dari subsektor pendukungnya tertama subsektor bank dan sewa bangunan.
Pertumbuhan sektor perbankan di Kota Mataram seiring dengan geliat perekonomian di
segala sektor yang ada. Sebagian besar aktivitas perekonomian dalam skala besar
senantiasa berhubungan dengan perbankan. Pertumbuhan subsektor perbankan di Kota
Mataram secara fisik dapat dilihat dari penambahan jumlah kantor bank. Sedangkan
subsektor lainnya yang juga mengalami pertumbuhan cukup signifikan adalah subsektor
sewa bangunan. Pertumbuhan subsektor sewa bangunan seiring dengan pembangunan
ruko-ruko dan perumahan di wilayah Kota Mataram. Kepemilikan properti bukan hanya
sekedar kebutuhan akan tempat tinggal namun lebih berkembang sebagai investasi.
Laju pertumbuhan sektor Perdagangan, hotel dan restoran sebagai leading sector
perekonomian Kota Mataram pada tahun 2012 mencapai 13,73 persen. Sebagai daerah
tujuan wisata, Pulau Lombok banyak dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun
mancanegara. Hal ini turut mendorong pertumbuhan sektor ini.
Sektor jasa-jasa dan industri pengolahan merupakan sektor yang potensial untuk
dikembangkan di daerah perkotaan seperti halnya Kota Mataram. Sektor jasa-jasa mampu
Tabel 4.5.
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kota Mataram Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 - 2012 (Persen)
Dari sembilan sektor perekonomian yang ada, terdapat dua sektor yang mengalami
pertumbuhan negatif, yaitu sektor pertambangan dan penggalian sektor pengangkutan dan
komunikasi. Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan negatif yakni
sebesar -11,76 persen. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor ekonomi
yang sangat tergantung pada sumber daya alam. Semakin berkurangnya stok sumber daya
alam yang ada di suatu daerah tanpa adanya penemuan potensi yang baru akan
menyebabkan nilai tambah sektor tersebut akan semakin berkurang.
Angka PDRB Per Kapita memberikan gambaran kasar bagian PDRB yang diterima
secara rata-rata oleh seluruh penduduk dalam suatu daerah. Meskipun kasar, PDRB Per
Kapita tetap dianggap relevan digunakan untuk mengukur kemakmuran suatu daerah.
Besaran PDRB Per Kapita akan memberikan dampak pada kesejahteraan penduduk, jika
laju pertumbuhannya dari tahun ke tahun lebih besar dibandingkan dengan laju kenaikan
harga dan laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah.
Tabel 4.6.
PDRB Per Kapita, Laju Pertumbuhan dan Indeks Perkembangan
PDRB Per Kapita Kota Mataram Tahun 2010 - 2012
PDRB per kapita merupakan pembagian antara besaran PDRB dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun. Meskipun besar kecilnya pendapatan per kapita suatu region
Pada tahun 2012 PDRB Per Kapita Kota Mataram atas dasar harga berlaku mencapai
Rp 14.628.903,-, mengalami peningkatan sebesar 8,19 persen dibandingkan dengan tahun
2011 sebesar Rp 13.521.040,-.
Jika unsur inflasi dikeluarkan maka PDRB per kapita atas dasar harga konstan pada
tahun 2012 tercatat sebesar Rp. 5.880.087,- meningkat sebesar 1,45 persen jika
dibandingkan dengan tahun 2011 dengan besaran PDRB per kapita Rp. 5.796.323,-.
PDRB Per Kapita masih mempunyai beberapa kelemahan jika digunakan sebagai
salah satu ukuran kemakmuran dari suatu daerah, sehingga dibutuhkan dukungan indikator
lain supaya lebih terukur. Hal tersebut disebabkan PDRB Per Kapita kurang memberikan
gambaran riil pendapatan masyarakat dan belum memperhitungkan pendapatan yang keluar
masuk atau belum memperhitungkan ketimpangan pendapatan yang terjadi dalam
masyarakat.
Seperti diketahui PDRB pada dasarnya merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa
yang diprodusir oleh penduduk dari suatu daerah (region) pada waktu tertentu.
Perbandingan antara PDRB yang dihitung berdasarkan harga yang berlaku dengan harga
yang konstan, merupakan angka indeks implisit yang dapat dipergunakan untuk mengetahui
adanya perubahan harga barang dan jasa secara keseluruhan
Salah satu indikasi stabilnya perekonomian suatu daerah adalah stabilnya inflasi/
deflasi. Inflasi atau deflasi adalah perubahan harga barang di tingkat konsumen, atau
merupakan perubahan dari indeks harga konsumen (IHK). Terkait dengan inflasi, berbagai
kebijakan dibidang moneter telah diambil oleh pemerintah dalam menstabilkan kondisi
harga-harga barang. Dalam PDRB, kenaikan harga barang-barang dicerminkan oleh
perkembangan laju indeks harga implisit (IHI). Indeks harga implisit menggambarkan
tingkat inflasi yang menyeluruh dari seluruh kegiatan perekonomian mulai sektor pertanian
sampai dengan jasa-jasa atau dengan kata lain tingkat perubahan indeks harga implisit
menggambarkan tingkat perubahan harga yang terjadi pada sektor/sub sektor. Secara
agregat indeks harga implisit menunjukkan tingkat perubahan harga yang terjadi di suatu
wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
Perubahan Perubahan
Tahun IHI
IHI (%) IHK (%)
Besaran IHK sangat ditentukan oleh perubahan harga komoditi yang paling dominan
dikonsumsi suatu daerah, sedangkan besaran IHI sangat ditentukan oleh perubahan harga
sektor ekonomi yang paling potensi atau memiliki kontribusi yang dominan. Untuk melihat
tingkat perubahan harga (inflasi) Kota Mataram tahun 2008 sampai 2012 secara rinci dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8.
Inflasi Kota Mataram Menurut Kelompok Pengeluaran
Tahun 2010 – 2012 (Persen)
Inflasi (%)
Kelompok Pengeluaran
2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4)
UMUM 11,07 6,38 4,10