Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

TINJAUAN PEREKONOMIAN
KOTA MATARAM

4.1. GAMBARAN UMUM

Kota Mataram merupakan salah satu kota yang berada di kawasan timur Indonesia,
terletak diujung barat Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Secara geografis Kota
Mataram terletak antara 116o 04’–116o 10’ Bujur Timur dan 08o 33’-08o38’ Lintang
Selatan . Batas wilayah Kota Mataram adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Gunungsari dan Kecamatan Lingsar

Sebelah Selatan : Kecamatan Labuapi

Sebelah Barat : Selat Lombok

Sebelah Timur : Kecamatan Narmada dan Kecamatan Lingsar

Kota Mataram termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian 16 m dari


permukaan laut dengan luas wilayah 61,30 km2, atau hanya 0,30 persen dari luas Propinsi
Nusa Tenggara Barat yang memiliki luas 20.153,20 km 2 . Semenjak tahun 2006 Kota
Mataram terdiri atas 6 (enam) Kecamatan. Diantara enam kecamatan tersebut, Kecamatan
Selaparang merupakan kecamatan dengan wilayah terluas yang luasnya mencapai 10,77
km2 (17,56 persen) dari total luas wilayah Kota Mataram. Sementara Kecamatan
Ampenan merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yakni seluas 9,46 (15,43
persen) dari luas wilayah Kota Mataram.

Kota Mataram secara resmi terbentuk pada tanggal 31 Agustus 1993 dan pada
tanggal 31 Agustus 2012 Kota Mataram genap berusia 19 tahun. Sebelum resmi menjadi
Kota Mataram, status Kota Mataram adalah Kota Administratif yang pada waktu itu
terdiri dari 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan, Kecamatan Mataram dan
Kecamatan Cakranegara. Pada saat itu Kota Administratif Mataram merupakan bagian
dari wilayah Kabupaten Lombok Barat.

Seiring dengan perkembangan dan pembangunan yang berlangsung di Kota


Mataram, jumlah kecamatan dan kelurahan serta lingkungan pun mengalami penambahan

PDRB Kota Mataram Tahun 2012 37


untuk mempermudah pelayanan terhadap masyarakat. Secara administrasi enam
kecamatan di Kota Mataram terbagi lagi atas 50 kelurahan serta 317 lingkungan.
Kecamatan Sekarbela memiliki jumlah kelurahan paling sedikit yakni hanya lima
kelurahan yang terbagi atas 33 lingkungan. Sementara itu, Kecamatan Cakranegara
memiliki kelurahan dan lingkungan terbanyak yakni 10 kelurahan yang terdiri atas 72
lingkungan.

Jumlah penduduk Kota Mataram pada tahun 2012 adalah sebesar 413.210 jiwa
yang terdiri atas laki-laki berjumlah 204.676 jiwa dan perempuan berjumlah 208.534
jiwa. Dibandingkan dengan tahun 2011, jumlah penduduk Kota Mataram mengalami
kenaikan sebesar 1,55 persen.

Pertambahan jumlah penduduk yang tidak seiring dengan penambahan luas wilayah
berdampak langsung terhadap kepadatan penduduk di Kota Mataram. Kepadatan
penduduk di Kota Mataram pada tahun 2012 mencapai 6.741 jiwa/ km2, meningkat
sebesar 1,02 persen dibandingkan dengan kepadatan penduduk pada tahun 2011.

Tabel 4.1.
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Mataram Dirinci
Menurut Kecamatan Tahun 2011-2012

Penduduk Kepadatan Penduduk


Luas
(Jiwa) (Jiwa /Km2)
Kecamatan Wilayah
(Km2 ) 2011 2012 2011 2012
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Ampenan 9,46 79.367 80.281 8.390 8.486

2. Sekarbela 10,32 53.946 55.237 5.227 5.352

3. Mataram 10,76 73.921 75.218 6.870 6.991

4. Selaparang 10,77 73.222 74.148 6.799 6.885

5. Cakranegara 9,67 64.771 65.792 6.698 6.804

6. Sandubaya 10,32 61.683 62.534 5.977 6.059

Kota Mataram 61,30 406.910 413.210 6.638 6.741

Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah kecamatan yang ada di Kota
Mataram, Kecamatan Ampenan merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan

38 PDRB Kota Mataram Tahun 2012


penduduk yang paling tinggi, yaitu mencapai 8.4860 jiwa/ km 2. Sedangkan kecamatan
dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Sekarbela dengan kepadatan
mencapai 6.059 jiwa/ km2.

4.2. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah yang diciptakan oleh seluruh aktivitas
perekonomian di suatu daerah pada tahun tertentu. Dengan kata lain, PDRB
menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya
guna menciptakan nilai tambah bagi masing–masing sektor perekonomian.

Selama tahun 2010-2012 nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota
Mataram Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2010, nilainya mencapai 4,824 triliun rupiah, meningkat menjadi 5,501 triliun rupiah pada
tahun 2011 dan terus bertambah pada tahun 2012 menjadi 6,044 triliun rupiah.

Ditinjau perkembangan persektornya, tahun 2012 sektor pertanian menghasilkan


nilai tambah bruto adh. berlaku sebesar Rp. 207,48 miliar. Dari nilai tambah sebesar itu
sebagian besar dihasilkan oleh tanaman bahan makanan yaitu sekitar 41,16 persen,
kemudian perikanan sebesar 33,65 persen, peternakan 25,02 persen, terkecil adalah
perkebunan sebesar 0,17 persen.

Sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2012 menghasilkan nilai tambah
bruto sebesar Rp. 649,29 miliar Dari NTB senilai itu, sektor ini hanya dihasilkan oleh sub
sektor penggalian. Dilihat dari perkembangan nilai tambah bruto yang diciptakan sektor
pertambangan dan penggalian dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini
dikarenakan potensi penggalian yang ada di Kota Mataram semakin berkurang karena
pemanfaatan oleh sektor lain seperti sektor bangunan.

Perkembangan sektor industri dalam perekonomian Kota Mataram semakin


memperlihatkan potensinya. Pada tahun 2012, nilai tambah bruto yang dihasilkan sektor
ini mencapai Rp. 609,19 miliar , mengalami peningkatan yang cukup pesat dibandingkan
nilai tambah yang dihasilkan pada tahun 2011 sebesar Rp. 550,19 miliar. Kedepannya
diharapkan peranan sektor ini bisa lebih besar dengan didorong peran serta pemerintah
dalam menciptakan usaha sektor industri pengolahan yang lebih luas skalanya.

PDRB Kota Mataram Tahun 2012 39


Grafik 4.1.
Nilai Tambah Bruto ADHB Sektor-Sektor PDRB Kota Mataram Tahun 2012
(Ribu Rupiah)

Sektor listrik, gas dan air bersih merupakan kegiatan ekonomi yang produksinya
sangat dibutuhkan oleh penduduk suatu daerah. Tahun 2012, nilai tambah bruto kegiatan
sektor ini baru mencapai Rp. 71,60 milyar, dimana sebagian besar yakni 62,47 milyar
(87,26 %) dihasilkan oleh sub sektor listrik dan sisanya (12,60 %) dari sub sektor air
bersih.

Tahun 2012, kegiatan sektor kontruksi yaitu antara lain pembangunan berbagai
fasilitas umum seperti perbaikan infrastruktur jalan, jembatan, perumahan dan lainnya
masih tampak marak seperti halnya tahun-tahun sebelumnya. Maraknya pembangunan
ruko dan pengalihan lahan pertanian untuk kawasan perumahan mampu meningkatkan
nilai tambah bruto sektor konstruksi tahun 2012. Nilai tambah bruto adh berlaku dari
kegiatan konstruksi pada tahun 2012 mencapai Rp. 587,395 miliar.

Meningkatnya jumlah penduduk dan daya beli masyarakat, maka meningkat pula
kebutuhan penduduk akan barang dan jasa. Sebagai ibukota Provinsi, Kota Mataram
merupakan pusat perdagangan Hal tersebut tercermin dalam nilai tambah bruto sektor

40 PDRB Kota Mataram Tahun 2012


perdagangan, hotel dan restoran. Tahun 2012 sektor perdagangan, hotel dan restoran telah
mencapai nilai sebesar Rp. 1,41 trilliun, diantarannya dihasilkan dari kegiatan
perdagangan besar dan eceran Rp. 1,27 trilliun, dan sisanya dihasilkan dari kegiatan hotel
dan restoran.

Perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah, salah satunya sangat ditentukan oleh
kelancaran distribusi hasil kegiatan produksi barang dan jasa dari suatu tempat produksi ke
tempat lainnya (konsumen akhir). Distribusi barang/jasa juga didukung oleh kegiatan
komunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2012 telah menghasilkan
nilai tambah sebesar Rp. 1,18 trilliun diantaranya Rp. 886,85 miliar dihasilkan dari
kegiatan pengangkutan dan Rp. 296,82 milyar dihasilkan dari kegiatan komunikasi.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan secara keseluruhan telah mencapai
nilai tambah bruto sebesar Rp. 1,15 trilliun, diantaranya dihasilkan dari kegiatan perbankan
sebesar Rp 906,89 miliar dan sisanya merupakan nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh
lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan, dan jasa
perusahaan.

Tabel 4.2.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kota Mataram Tahun 2010 - 2012

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Ribu Rp) PDRB Atas Dasar Harga Konstan (Ribu Rp)
Sektor
2010 2011* 2012** 2010 2011* 2012**
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pertanian 186.728.218 199.737.268 207.485.390 85.779.802 88.068.648 90.351.691

Pertambangan 751.166 690.716 649.288 376.158 330.983 292.059


Industri
490.036.708 550.190.117 609.199.370 258.579.222 277.250.452 294.273.629
Pengolahan
LGA 55.822.526 61.978.017 71.596.604 17.376.807 19.046.464 21.298.973

Bangunan 413.445.538 485.867.056 587.395.648 201.831.341 220.036.527 246.242.877

Perdagangan 982.021.318 1.184.262.048 1.406.338.897 411.144.215 464.253.310 528.015.760

Pengangkutan 1.275.674.043 1.320.613.939 1.183.673.056 584.482.794 591.876.188 473.878.708

Keuangan 809.161.972 984.965.842 1.152.796.422 375.364.255 426.584.609 486.165.236

Jasa-Jasa 611.240.299 713.541.406 825.674.512 255.688.622 271.134.500 289.191.814


PDRB Kota 2.190.623.21
4.824.881.788 5.501.846.409 6.044.809.187 2.358.581.681 2.429.710.747
Mataram 6
Keterangan : *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara

PDRB Kota Mataram Tahun 2012 41


Sektor jasa yang terbagi dalam dua kelompok kegiatan yakni jasa yang dilakukan
pemerintah dan yang dilakukan swasta. Kegiatan ekonomi disektor jasa pada tahun 2012
telah menghasilkan nilai tambah bruto sebesar Rp. 825,67 miliar, diantaranya Rp. 635,86
miliar dihasilkan dari kegiatan jasa pemerintahan umum dan Rp. 189,80 milyar dihasilkan
oleh jasa swasta termasuk yang dilakukan oleh perorangan.

Pertumbuhan ekonomi riil dicerminkan oleh PDRB adh konstan 2000. Dari tabel 4…
terlihat bahwa pada tahun 2012 PDRB Kota Mataram adh konstan 2000 mencapai Rp.
2,42 trilyun atau mengalami kontraksi sebesar 3,02 persen. Pertumbuhan di tahun 2012
melambat dibandingkan dengan tahun sebelunya yaitu tahun 2011 dimana laju
pertumbuhan sebesar 7,67 persen dan nilai PDRB-nya sebesar Rp. 2,35 trilyun. Kondisi ini
dikarenakan menurunnya nilai tambah pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai
imbas kepindahan aktivitas Bandara Udara Selaparang ke Bandara Internasional Lombok
di Praya.

4.3. STRUKTUR EKONOMI

Dari waktu ke waktu, proses pembangunan ekonomi di suatu daerah akan


mengakibatkan terjadinya pergeseran struktur perekonomian. Peranan atau kontribusi
sektor ekonomi menunjukkan struktur perekonomian yang terbentuk di suatu wilayah.
Struktur ekonomi ini menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi
dalam menciptakan nilai tambah, sekaligus menggambarkan ketrgantungan daerah
terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi.
Struktur perekonomian dicerminkan oleh kontribusi dari masing-masing sektor terhadap
nilai PDRB.

Secara makro, sektor-sektor ekonomi dapat dibagi ke dalam tiga kelompok sektor
utama yang disebut kelompok sektor primer, sekunder dan tersier. Pengelompokkan ini
didasarkan output maupun input dari asal terjadinya proses produksi untuk masing-masing
produsen. Disebut sektor primer karena outputnya masih merupakan tingkat dasar dan
sangat tergantung pada sumber daya alam. Sektor primer ini meliputi sektor pertanian dan
sektor pertambangan dan penggalian. Untuk sektor ekonomi yang outputnya berasal dari
sektor primer dikelompokkan menjadi sektor sekunder. Kelompok sektor sekunder
meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum serta sektor

42 PDRB Kota Mataram Tahun 2012


bangunan. Sedangkan sektor lainnya yakni sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta
sektor jasa-jasa dikelompokkan menjadi kelompok sektor tersier.

Peranan PDRB atas dasar harga berlaku menurut kelompok sektor dalam kurun
waktu 2010-2012 masih dodominasi oleh kelompok sektor tersier. Pada tahun 2012
kontribusi sektor tersier sedikit mengalami penurunan dari 76,40 persen pada tahun 2011
menjadi 75,58 persen . Penurunan ini marupakan dampak kepindahan Bandara Selaparang
ke Bandara Internasional Lombok, sehingga pada tahun 2012 subsektor angkutan udara
tidak lagi berkontribusi pada pembentukan PDRB Kota Mataram.

Tabel 4.3.
PDRB Kota Mataram Menurut Kelompok Sektor Tahun 2010-2012 (Ribu Rp)

Kelompok Sektor 2010 2011* 2012**

(1) (2) (3) (4)

Primer 187.479.384 200.427.984 208.134.678


Sekunder 959.304.772 1.098.035.190 1.268.191.622
Tersier 3.678.097.632 4.203.383.235 4.568.482.887
PDRB Kota
4.824.881.788 5.501.846.409 6.044.809.187
Mataram

Peranan kelompok sektor primer selama kurun waktu 2010-2012 juga selalu
menunjukkan kontribusi yang menurun. Hal ini dikarenakan semakin berkurangnya lahan
pertanian beralihfungsi menjadi bangunan perumahan dan kompleks pertokoan.

Kelompok sektor sekunder justru memberikan kontribusi yanng meningkat pada


pembentukan PDRB Kota Mataram Atas dasar Harga Berlaku pada tahun 2012. Semakin
pesatnya pembangunan fasilitas umum berupa perbaikan jalan dan jembatan, pembangunan
perumahan dan kompleks pertokoan mendorong peningkatan nilai tambah kelompok
sektor sekunder.

PDRB Kota Mataram Tahun 2012 43


Grafik 4.2. Kontribusi Kelompok Sektor Primer, Grafik 4.3.Kontribusi Kelompok Sektor Primer, Sekunder
Sekunder dan Tersier Terhadap PDRB Kota Mataram dan Tersier Terhadap PDRB Kota Mataram Tahun 2012
Tahun 2011

Untuk meningkatkan perekonomian Kota Mataram, kebijakan pemerintah diperlukan


untuk memberikan dorongan kepada sektor perekonomian yang potensial dan memiliki
kontribusi yang dominan terhadap pembentukan PDRB. Struktur perekonomian Kota
Mataram dilihat berdasarkan sembilan sektor ekonomi pembentuknya sedikit mengalami
pergeseran antar tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011.

Pada tahun 2011, sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang
memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Mataram dengan
kontribusi sebesar 24 persen. Namun sebagai dampak kepindahan Bandara Selaparang ke
Bandara Internasional Lombok di Praya, kontribusi sektor ini turun menjadi 19,58 persen.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2012 merupakan leading sector
bagi perekonomian Kota Mataram. Kontribusi sektor ini pada pembentukan PDRB Kota
Mataram sebesar 23,27 persen. Penyumbang terbesar dari sektor ini adalah subsektor
perdagangan besar dan eceran dengan kontribusi sebesar 21,10 persen dengan nilai sebesar
Rp. 1,406 triliun. Posisi Kota Mataram sebagai ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat
menjadikannya sebagai pusat perdagangan, dimana arus keluar masuk barang dari berbagai
daerah terjadi di Kota Mataram. Peranan pemerintah daerah dalam mendukung aktivitas
perdagangan cukup besar yang ditandai dengannya banyaknya bangunan ruko-ruko baru
di Kota Mataram.

44 PDRB Kota Mataram Tahun 2012


Sektor pengangkutan dan komunikasi yang sebelumnya selalu memberikan
kontribusi terbesar, pada tahun 2012 mampu memberikan kontribusi sebesar 19,58 persen,
menempati posisi kedua setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Keberadaan
Bandara Internasional Lombok di Praya sebagai pengganti Bandara Selaparang di Mataram
memberikan dampak semakin banyak armada angkutan yang melayani penumpang dari
dan ke Bandara baik yang dikelola oleh pemerintah maupun oleh swasta.

Grafik 4.4. Peranan Nilai Tambah Sektor-Sektor Terhadap Grafik 4.5. Peranan Nilai Tambah Sektor-Sektor Terhadap
PDRB Kota Mataram Tahun 2011 PDRB Kota Mataram Tahun 2012

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan perkembangan yang


cukup pesat. Pada tahun 2011, kontribusi sektor ini hanya sebesar 17,90 persen, sedangkan
pada tahun 2012 menjadi 19,07 persen. Subsektor bank mampu berkontribusi sebesar 15
persen terhadap pembuntakan PDRB Kota Mataram. Subsektor bank merupakan
penunjang semua kegiatan perekonomian masyarakat baik melalui simpanan maupun
kredit yang tersalurkan. Semakin beragamnya jenis layanan perbankan membuat subsektor
ini mampu berkembang seiring dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Kelompok sektor tersier lainnya adalah sektor jasa-jasa. Kontribusi sektor ini
terhadap pembentukan PDRB Kota Mataram sebesar 13,66 persen. Nilai tambah yang
dihasilkan sektor ini masih didominasi oleh kontribusi subsektor pemerintahan umum.
Sektor jasa-jasa juga memberikan kontribusi yang meningkat dibandingkan dengan tahun
2011 yang hanya sebesar 12,97 persen.

Sektor-sektor yang termasuk dalam kelompok sektor sekunder juga menunjukkan


perkembangan yang signifikan. Sektor industri pengolahan pada tahun 2012 mampu

PDRB Kota Mataram Tahun 2012 45


menciptakan nilai tambah bruto sebesar 609 miliar rupiah dengan kontribusi sebesar 10,08
persen. Sektor industri pengolahan memiliki potensi yang besar untuk berkembang
menjadi leading sector bagi perekonomian Kota Mataram. Industri pengolahan memiliki
dampak yang luas terhadap perkembangan sektor perekonomian yang lainnya.

Tabel 4.4.
Kontribusi Masing-masing Sektor (persen) Terhadap Pembentukan PDRB Kota
Mataram Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010 – 2012

Lapangan Usaha 2010 2011* 2012**


(1) (2) (3) (4)
1. Pertanian 3,87 3,63 3,43
2. Pertambangan dan Penggalian 0,02 0,01 0,01
3. Industri Pengolahan 10,16 10,00 10,08
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,16 1,13 1,18
5. Bangunan 8,57 8,83 9,72
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 20,35 21,52 23,27
7. Pengangkutan dan Komunikasi 26,44 24,00 19,58
8. Keuangan,Persewaan &Jasa
16,77 17,90 19,07
Perusahaan
9. Jasa-jasa 12,67 12,97 13,66

PDRB 100,00 100,00 100,00


Keterangan: *) angka sementara
**) angka sangat sementara

Sektor bangunan pada tahun 2012 juga memberikan kontribusi yang cukup besar
pada pembentukan PDRB Kota Mataram. Sektor ini mampu memberikan kontribusi
sebesar 9,72 persen, meningkat dibandingkan kontribusinya tahun 2011 yang hanya
sebesar 9,72 persen. Kelompok sektor sekunder lainnya adalah sektor listrik, gas dan air
bersih yang memberikan kontribusi sebesar 1,18 persen. Walaupun kantribusinya relatif
kecil dibandingkan sektor lainnya pada kelompok sektor sekunder, namun sektor ini juga
meningkat kontribusinya dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya 1,13 persen.

Berbeda dengan sektor-sektor yang lain, sektor pertanian dan sektor pertambangan
setiap tahun memberikan kontribusi yang terus menurun. Sektor pertanian pada tahun 2012
memberikan kontribusi sebesar 3,43 persen, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 3,63
persen. Sedangkan sektor pertambangan memberikan kontribusi sebesar 0,01 persen pada
tahun 2012.

46 PDRB Kota Mataram Tahun 2012


4.4. PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah
dicerminkan oleh laju PDRB berdasarkan harga konstan. Berbagai kebijakan diambil
pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil. Kebijakan
tersebut akan tercermin dari kondisi makro ekonomi yang kondusif seperti tingkat inflasi
yang cukup terkendali dan nilai tukar rupiah yang semakin menguat terhadap mata uang
asing terutama Dolar Amerika (USD).

Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya mencerminkan aktifitas perekonomian suatu


daerah. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan, sedangkan
pertumbuhan yang positif menunjukkan terjadinya perlambatan dalam kegiatan
perekonomian.

Grafik 4.6.
Laju Pertumbuhan PDRB Adh Konstan Kota Mataram
Tahun 2006-2012

Pada periode 2011-2012 merupakan masa transisi perpindahan bandara Selaparang


ke Bandara Internasional Lombok, sehingga pertumbuhan ekonomi Kota Mataram yang
ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan lebih lambat dibandingkan pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2010. Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Kota
Mataram mencapai 3,02 persen lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan

PDRB Kota Mataram Tahun 2012 47


ekonomi tahun 2011 yang mencapai 7,67 persen. Pada tahun 2012 sektor pengangkutan
dan komunikasi khususnya subsektor angkutan udara tidak lagi berkontribusi terhadap
pembentukan PDRB, hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi tahun 2012
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2011.

Pada tahun 2012, hampir seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif
kecuali sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada tahun 2012 adalah sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan yang mencapai 13,97 persen. Pertumbuhan sektor ini tak
lepas dari subsektor pendukungnya tertama subsektor bank dan sewa bangunan.
Pertumbuhan sektor perbankan di Kota Mataram seiring dengan geliat perekonomian di
segala sektor yang ada. Sebagian besar aktivitas perekonomian dalam skala besar
senantiasa berhubungan dengan perbankan. Pertumbuhan subsektor perbankan di Kota
Mataram secara fisik dapat dilihat dari penambahan jumlah kantor bank. Sedangkan
subsektor lainnya yang juga mengalami pertumbuhan cukup signifikan adalah subsektor
sewa bangunan. Pertumbuhan subsektor sewa bangunan seiring dengan pembangunan
ruko-ruko dan perumahan di wilayah Kota Mataram. Kepemilikan properti bukan hanya
sekedar kebutuhan akan tempat tinggal namun lebih berkembang sebagai investasi.

Laju pertumbuhan sektor Perdagangan, hotel dan restoran sebagai leading sector
perekonomian Kota Mataram pada tahun 2012 mencapai 13,73 persen. Sebagai daerah
tujuan wisata, Pulau Lombok banyak dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun
mancanegara. Hal ini turut mendorong pertumbuhan sektor ini.

Sektor lainnya yang mengalami pertumbuhan di atas 10 persen adalah sektor


bangunan dan sektor listrik, gas dan air masing-masing sebesar 11,91 persen dan 11,83
persen. Pembangunan fasilitas umum berupa jalan dan jembatan serta pembangunan ruko
dan kawasan perumahan turut mendorong pertumbuhan sektor bangunan.

Pertambahan jumlah penduduk memberikan dampak terhadap penyediaan kebutuhan


tempat tingga dan berbagai fasilitasnya seperti ketersediaan listrik dan air. Hal inilah yang
berperan dalam pertumbuhan sektor listrik, gas dan air.

Sektor jasa-jasa dan industri pengolahan merupakan sektor yang potensial untuk
dikembangkan di daerah perkotaan seperti halnya Kota Mataram. Sektor jasa-jasa mampu

48 PDRB Kota Mataram Tahun 2012


mencapai pertumbuhan sebesar 6,66 pada tahun 2012, sedangkan sektor industri
pengolahan mencapai pertumbuhan sebesar 6,14 persen.

Tabel 4.5.
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
Kota Mataram Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 - 2012 (Persen)

Lapangan Usaha 2010 2011* 2012**


(1) (2) (3) (4)
1. Pertanian 0,19 2,67 2,59
2. Pertambangan dan Penggalian -20,56 -12,01 -11,76
3. Industri Pengolahan 4,20 7,22 6,14
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 10,55 9,61 11,83
5. Bangunan 8,43 9,02 11,91
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7,62 12,92 13,73
7. Pengangkutan dan Komunikasi 7,99 1,26 -19,94
8. Keuangan, Persewaan &jasa Perusahaan 11,94 13,65 13,97
9. Jasa-jasa 8,98 6,04 6,66

PDRB 7,95 7,67 3,02/9,78x)


Keterangan *) : angka sementara
**) : angka sangat sementara
x) : tahun 2011 tanpa angkutan udara

Sebagaimana karakteristik wilayah perkotaan pada umumnya, lahan pertanian


banyak berkurang karena beralih fungsi menjadi pusat perdagangan, kawasan industri dan
kawasan perumahan. Demikian pula yang terjadi di Kota Mataram. Sektor pertanian pada
tahun 2012 mencapai pertumbuhan sebesar 2,59 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan tahun 2011 yang mencapai 2,67 persen.

Dari sembilan sektor perekonomian yang ada, terdapat dua sektor yang mengalami
pertumbuhan negatif, yaitu sektor pertambangan dan penggalian sektor pengangkutan dan
komunikasi. Sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan negatif yakni
sebesar -11,76 persen. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor ekonomi
yang sangat tergantung pada sumber daya alam. Semakin berkurangnya stok sumber daya
alam yang ada di suatu daerah tanpa adanya penemuan potensi yang baru akan
menyebabkan nilai tambah sektor tersebut akan semakin berkurang.

PDRB Kota Mataram Tahun 2012 49


Sektor pengangkutan dan komunikasi yang selama ini selalu menjadi leading sector
perekonomian Kota Mataram pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan negatif, sebesar
-19,94. Namun bukan berarti sektor ini tidak mengalami perkembangan, karena
pertumbuhan negatif yang terjadi karena subsektor angkutan udara yang tidak lagi
menyumbangkan nilai tambah pada perekonomian Kota Mataram. Hal ini merupakan
dampak kepindahan operasional Bandara Selaparang ke Bnadara Internasional Lombok di
Praya. Pertumbuhan positif yang telah dicapai oleh subsektor lainnya pada sektor
pengangkutan dan komunikasi tidak mampu mendongkrak pertumbuhan sektor ini kearah
positif.

4.5. PDRB PER KAPITA

Angka PDRB Per Kapita memberikan gambaran kasar bagian PDRB yang diterima
secara rata-rata oleh seluruh penduduk dalam suatu daerah. Meskipun kasar, PDRB Per
Kapita tetap dianggap relevan digunakan untuk mengukur kemakmuran suatu daerah.
Besaran PDRB Per Kapita akan memberikan dampak pada kesejahteraan penduduk, jika
laju pertumbuhannya dari tahun ke tahun lebih besar dibandingkan dengan laju kenaikan
harga dan laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah.

Tabel 4.6.
PDRB Per Kapita, Laju Pertumbuhan dan Indeks Perkembangan
PDRB Per Kapita Kota Mataram Tahun 2010 - 2012

RINCIAN 2010 2011* 2012**

(1) (2) (3) (5)

I. ATAS DASAR HARGA BERLAKU

1. PDRB Per Kapita (Rp.) 11.977.077 13.521.040 14.628.903

2. Perkembangan (%) 14,49 12,89 8,19

II. ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000

1. PDRB Per Kapita (Rp.) 5.437.908 5.796.323 5.880.087

2. Laju Pertumbuhan (%) 6,09 6,59 1,45


Keterangan *) : angka sementara
**) : angka sangat sementara

PDRB per kapita merupakan pembagian antara besaran PDRB dengan jumlah
penduduk pertengahan tahun. Meskipun besar kecilnya pendapatan per kapita suatu region

50 PDRB Kota Mataram Tahun 2012


merupakan salah satu ukuran bagi tingkat kemakmuran region tersebut, namun belum bisa
digunakan langsung dalam pengukuran pemerataan pendapatan.

Pada tahun 2012 PDRB Per Kapita Kota Mataram atas dasar harga berlaku mencapai
Rp 14.628.903,-, mengalami peningkatan sebesar 8,19 persen dibandingkan dengan tahun
2011 sebesar Rp 13.521.040,-.

Jika unsur inflasi dikeluarkan maka PDRB per kapita atas dasar harga konstan pada
tahun 2012 tercatat sebesar Rp. 5.880.087,- meningkat sebesar 1,45 persen jika
dibandingkan dengan tahun 2011 dengan besaran PDRB per kapita Rp. 5.796.323,-.

PDRB Per Kapita masih mempunyai beberapa kelemahan jika digunakan sebagai
salah satu ukuran kemakmuran dari suatu daerah, sehingga dibutuhkan dukungan indikator
lain supaya lebih terukur. Hal tersebut disebabkan PDRB Per Kapita kurang memberikan
gambaran riil pendapatan masyarakat dan belum memperhitungkan pendapatan yang keluar
masuk atau belum memperhitungkan ketimpangan pendapatan yang terjadi dalam
masyarakat.

4.6. INDEKS HARGA IMPLISIT

Salah satu indikator makro ekonomi yang berpengaruh terhadap perkembangan


ekonomi adalah tingkat perubahan harga (inflasi). Gambaran tentang tingkat perubahan
harga di dalam PDRB tercermin dari indeks harga implisit. Hal ini disebabkan karena
masalah tingkat harga merupakan variabel penting yang dapat mempengaruhi daya beli
(Purchasing Power Parity) masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak akan
membawa dampak terhadap kesejahteraan masyarakat kalau tingkat harga meningkat lebih
tinggi.

Seperti diketahui PDRB pada dasarnya merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa
yang diprodusir oleh penduduk dari suatu daerah (region) pada waktu tertentu.
Perbandingan antara PDRB yang dihitung berdasarkan harga yang berlaku dengan harga
yang konstan, merupakan angka indeks implisit yang dapat dipergunakan untuk mengetahui
adanya perubahan harga barang dan jasa secara keseluruhan

Berkembangnya perekonomian suatu daerah dapat diartikan bahwa semua


komponen nilai tambah pajak, penyusutan, termasuk upah dan gaji serta keuntungan
pengusaha (bagian dari surplus usaha) juga meningkat. Dengan catatan harga barang

PDRB Kota Mataram Tahun 2012 51


kebutuhan relatif stabil, kenaikan upah dan gaji sebagai balas jasa faktor produksi tenaga
kerja akan dapat menaikkan daya beli masyarakat. Bila daya beli masyarakat meningkat
otomatis terjadi perbaikan tingkat kesejahteraan dan secara simultan akan mendorong
peningkatan sektor produksi dan distribusi barang dan jasa. Lebih jauh, kondisi tersebut
akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi.

Salah satu indikasi stabilnya perekonomian suatu daerah adalah stabilnya inflasi/
deflasi. Inflasi atau deflasi adalah perubahan harga barang di tingkat konsumen, atau
merupakan perubahan dari indeks harga konsumen (IHK). Terkait dengan inflasi, berbagai
kebijakan dibidang moneter telah diambil oleh pemerintah dalam menstabilkan kondisi
harga-harga barang. Dalam PDRB, kenaikan harga barang-barang dicerminkan oleh
perkembangan laju indeks harga implisit (IHI). Indeks harga implisit menggambarkan
tingkat inflasi yang menyeluruh dari seluruh kegiatan perekonomian mulai sektor pertanian
sampai dengan jasa-jasa atau dengan kata lain tingkat perubahan indeks harga implisit
menggambarkan tingkat perubahan harga yang terjadi pada sektor/sub sektor. Secara
agregat indeks harga implisit menunjukkan tingkat perubahan harga yang terjadi di suatu
wilayah dalam kurun waktu satu tahun.

Perkembangan harga barang akan mempengaruhi kemampuan masyarakat membeli


barang-barang kebutuhan hidup. Sehingga dalam hal ini pertumbuhan ekonomi yang tinggi
apabila tanpa diikuti oleh stabilnya harga-harga barang, dikatakan belum mampu
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Tabel 4.7.
Perbandingan IHI dengan Inflasi Kota Mataram
Tahun 2008 – 2012

Perubahan Perubahan
Tahun IHI
IHI (%) IHK (%)

(1) (2) (3) (4)


2008 193,55 9,18 13,01

2009 204,10 5,45 3,14

2010 220,25 7,92 11,07

2011* 233,27 5,91 6,38

2012** 248,79 6,65 4,10

Keterangan *) : angka sementara **) : angka sangat sementara

52 PDRB Kota Mataram Tahun 2012


Perbedaan inflasi ditinjau dari IHI dengan IHK, yaitu dalam inflasi berdasarkan IHK
hanya berdasarkan pada tingkat kenaikan harga barang saat diterima oleh konsumen,
sedangkan dalam inflasi PDRB atau yang sering disebut dengan implisit PDRB,
penghitungan juga mempertimbangkan kenaikan biaya produksi yang ditanggung oleh
pengusaha.

Besaran IHK sangat ditentukan oleh perubahan harga komoditi yang paling dominan
dikonsumsi suatu daerah, sedangkan besaran IHI sangat ditentukan oleh perubahan harga
sektor ekonomi yang paling potensi atau memiliki kontribusi yang dominan. Untuk melihat
tingkat perubahan harga (inflasi) Kota Mataram tahun 2008 sampai 2012 secara rinci dapat
dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8.
Inflasi Kota Mataram Menurut Kelompok Pengeluaran
Tahun 2010 – 2012 (Persen)

Inflasi (%)
Kelompok Pengeluaran
2010 2011 2012
(1) (2) (3) (4)
UMUM 11,07 6,38 4,10

Bahan Makanan 23,54 1,57 -0,24

Makanan Jadi,Minuman,Rokok dan 10,98 7,16 5,56


Tembakau
Perumahan, Air, Listrik Gas dan Bahan
5,59 15,90 9,47
bakar
Sandang 3,84 6,43 3,32

Kesehatan 2,07 1,96 2,46

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 3,22 4,41 3,47

Transport dan Komunikasi 5,71 1,41 1,82

PDRB Kota Mataram Tahun 2012 53

Anda mungkin juga menyukai