Anda di halaman 1dari 27

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1. Gambaran Umum Wilayah Kelurahan


2.1.1. Visi dan Misi Permukiman
Visi dan Misi Permukiman :
Berdasarkan visi kabupaten ”Terwujudnya Gowa yang handal dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat dan
pelayanan pemerintahan 2015-2020”, visi kabupaten ini akan menjadi acuan dalam visi kecamatan. Visi kecamatan adalah
”Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang profesional dan kreatif menuju masyarakat yang mandiri 2015-2020”. Ini
merupakan visi kecamatan yang menjadi acuan kelurahan, pembahasan visi merupakan sangat penting karena ini merupakan
harapan dan cita-cita yang kita inginkan
Visi
Berdasarkan hasil musyawarah di Sekretaris Bonto-Bontoa pada tanggal 03 Oktober 2020, telah dirumuskan visi
permukiman bahwa visi permukiman kumuh adalah ”Terciptanya di Masyarakat Hidup yang Aman dan Nyaman Bebas
dari Volusi dan Banjir yang Mengatasnamakan Asas Persaudaraan 2020-2025 ”.
Misi
Sedangkan misi adalah :
1. Mengutamakan Sumber Daya Manusia (SDM).
2. Mengutamakan Kerja Sama di Masyarakat untuk Menciptakan Lingkungan yang Bersih dan Tertata.
3. Bagaimana upaya yang dilakukan agar warga mengerti dan memahami akan pentingnya kebersihan dan
lingkungan yang sehat melalui sosialisasi dan pelatihan-pelatihan.
4. Memadukan Penataan Kawasan Kumuh dengan Kebijakan-kebijakan Aturan Perencanaan Kota
5. Memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah.
6. Mengintegrasikan kebijakan dan mengkolaborasikan kelembagaan.
2.1.2. Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah
Kelurahan Bonto-bontoa merupakan salah satu dari 14 kelurahan yang ada di Kecamatan Somba Opu, dengan kondisi
topografi berupa dataran. Luas wialayah Kelurahan Bonto-bontoa adalah sebesar 99,96 Km 2. Adapun batas wilayah Kelurahan
Bonto-bontoa adalah sebagai berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Paccinongan
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tompobalang
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sungguminasa
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Batangkaluku

Kelurahan bonto-bontoa terbagi atas 2 lingkungan, yaitu Lingkungan bonto-bontoa yang terdiri dari 4 RW dan Lingkungan
Bontokamase yang terdiri dari 1 RW, maka Kelurahan Bonto-bontoa memiliki total RW sebanyak 5 RW, dan jumlah total RT
sebanyak 22 RT.

Jumlah Luas
No RW %
RT (Ha)
1 RW 1 5 RT 16,632 16,64
2 RW 2 6 RT 41,015 41,03
3 RW 3 5 RT 17,150 17,15
4 RW 4 4 RT 12,667 12,67
5 RW 5 2 RT 12,502 12,51
Jumlah 22 RT 99,966 100
Sumber : Hasil Analisis

2.1.3. Kondisi Fisik Dasar


1) Kemiringan Tanah (Topografi)
Kondisi topografi kelurahan Bonto-bontoa berada di daerah dataran rendah yang memiliki ketinggian 0-25 (mdpl) meter
dari permukaan laut. Sedangkan kondisi kemiringan kelurahan Bonto-bontoa yang dengan kemiringan 0-2°.
2) Jenis Tanah (Geologi)
Kondisi geologi kelurahan Bonto-bontoa merupakan jenis tanah alvial, sedangkan litologi terdiri dari qac, kerikil, pasir,
lempung, lumpur, batugamping, kora.
3) Hidrologi
Kondisi hidrologi berada pada 319,4 curah hujan (mm/thn), sedangkan hari hujan berada pada 148 hari wilayah ini berada
didataran rendah dengan endapan aluvial sungai dan pantai, endapan hasil gunung api. Untuk kebutuhan air masyarakat banyak
memanfaatkan air tanah dalam berupa sumur bor, sedangkan sumber air bersih untuk minum bersumber dari PDAM.
2.1.4. Kondisi Demografi
Perkembangan penduduk merupakan salah satu kondisi kependudukan yang merupakan indeks perbandingan jumlah
penduduk pada suatu tahun terhadap jumlah penduduk pada tahun sebelumnya. Adapun faktor yang mempengaruhi
perkembangan jumlah penduduk dalam suatu wilayah yakni angka kelahiran dan kematian yang merupakan pertambahan alami
penduduk. Selain itu terdapat faktor lainnya yang mempengaruhi perkembangan penduduk yakni faktor migrasi penduduk
yang merupakan perpindahan keluar dan masuknya penduduk dalam suatu wilayah.
Sumber : BPS Kecamatan Somba Opu Dalam Angka 2020

Laju
Jumlah Kepadatan
Tahun Pertumbuha
Penduduk Penduduk
n
2015 14.622 146,27
2016 15.135 151,41 +513
2017 15.463 154,69 +328
2018 15.981 159,87 +518
2019 16.511 165,17 +530
Sumber : BPS Kecamatan Somba Opu Dalam Angka 2020

RT/RW Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


Kepala Kepala Kepala Kepala Pendudu Penduduk Penduduk
Keluarga Rumah Keluarga Keluarga k laki-laki Perempua
Tangga MBR Non n
MBR
RW 01 564 503 237 266 1.036 1.149 2.185
RW 02 771 790 202 488 1.452 1.589 3.041
RW 03 339 258 159 99 564 646 1.210
RW 04 330 303 84 219 668 764 1.432
RW 05 217 166 8 158 345 423 768
Jumlah 2.221 2.020 690 1.230 4.065 4.571 8.636
Sumber : Data Baseline 2017

2.1.5. Pola Penggunaan Lahan


Menggambarkan kondisi potensi dan permasalahan tata guna lahan (peta area konservasi dan area budidaya yang memengaruhi
kawasan kumuh). Penggunaan lahan Kelurahan Bonto-Bontoa secara umum masih di dominasi permukiman. Sementara untuk
penggunaan lahan permukiman masih tersebar secara linear di sepanjang jaringan jalan eksisting.

Jenis Penggunaan Luas (Ha) %


Lahan
Permukiman 78,17 78,20
Perkantoran 0,62 0,62
Pendidikan 2,17 2,17
Peribadatan 0,36 0,36
Kesehatan 0,07 0,07
Pariwisata 0,7 0,7
Pertanahan & Keamanan 0,02 0,02
Perdagangan 2,28 2,28
Industri 0,36 0,36
Sosial 0,06 0,06
Transportasi 0,06 0,06
Irigasi 0,18 0,18
Jalan 6,21 6,21
Kanal 0,08 0,08
Tanaman 5,13 5,13
Sawah 1,99 1,99
Tanah Konsong 2,13 2,13
Total 99,96 100
Sumber : Hasil Survey Lapangan 2020
Berdasarkan luasannya maka penggunaan lahan yang paling besar di Kelurahan Bonto-Bontoa yakni permukiman dengan
luas sebesar 78,17 Ha atau sebesar 78,20% dari luas penggunaan lahan. Untuk penggunaan lahan yang paling kecil di
Kelurahan Bonto-Bontoa yakni pertahanan dan keamanan dengan luas 0,02 Ha atau 0,02 % dari luas penggunaan lahan.

Potensi dan Permasalahan Penggunaan Lahan


Jenis
Penggunaan Potensi Permasalahan
Lahan
Permukiman
Persawahan
Ladang

Sumber : Hasil Survey Lapangan dan FGD


2.1.4. Sebaran Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum
1) Fasilitas Sosial
a. Fasilitas Perkantoran
Kondisi sarana perkantoran di Kelurahan Bonto-bontoa selaan kantor pemerintahan yaitu Kantor Kelurahanan Bonto-
bontoa terdapat juga beberapa kantor pemeritahan dan swasta seperti Kantor Pengelolaan air UPTD serta banyak lagi
perkantoran yang ada dikelurahan Bonto-bontoa, dari banyaknya kawasan perkantoran dan balai-balai nampak bahwa
Kelurahan Bonto-bontoa merupakan kawasan yang sangat strategis, dengan jaringan jalan yang terhubungan kearah
mana.
b. Fasilitas Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat intelektual penduduk dalam suatu kota.
Kualitas penduduk dalam bidang pendidikan, sangat penting untuk diketahui, sebab dapat menggambarkan kemampuan
penduduk dalam menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk mengukur tingkat pendidikan penduduk di suatu wilayah, yakni dengan memperhatikan sarana pendidikan yang
tersedia di wilayah tersebut. Adapun sarana pendidikan yang terdapat di Kelurahan Bonto-Bontoa adalah:
Tabel 3.6 Jumlah Sarana Pendidikan di Kelurahan Bonto-Bontoa Tahun 2020

No. Nama Lembaga Jumlah


1 TK/TPA 7
2 SD 8
3 SMP 3
4 SMA/MA 6
Jumlah 24
Sumber: Baseline dan Profil Kelurahan Bonto-Bontoa Tahun 2017

Berdasarkan tabel jumlah saranan pendidikan yang ada di Kelurahan Bonto-Bontoa maka terdapat 7 unit TK/TPA, 8
unit SD, 3 unit SMP, dan 6 unit SMA/MA.
c. Fasilitas Kesehatan
Kesehatan penduduk merupakan faktor penting yang perlu terus ditingkatkan, sebab jika penduduk itu terus-menerus
sakit, akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas. Artinya, semakin banyak penduduk yang sakit, akan semakin
rendahlah kualitas penduduk dilihat dari aspek kesehatan. Kualitas kesehatan masyarakat dalam suatu kelurahan sangat
ditentukan oleh tingkat pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan itu sendiri dan keberadaan
fasilitas kesehatan yang ditunjang oleh tenaga ahli dibidang kesehatan (medis dan paramedis). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 3.7 Jumlah Sarana Kesehatan di Kelurahan Bonto-Bontoa Tahun 2020
No. Nama Lembaga Jumlah
1 Poliklinik 1
2 Posyandu 4
3 Dokter Praktek 1
4 Apotek 1
Jumlah 7
Sumber: Baseline dan Profil Kelurahan Bonto-Bontoa Tahun 2017

Dari tabel jumlah sarana kesehatan di Kelurahan Bonto-Bontoa maka terdapat 1 unit Poliklinik, 4 unit
Posyandu, 1 Unit Dokter Praktek dan 1 unit Apotek.
d. Fasilitas Peribadatan
Dalam melaksanakan suatu ibadah, penduduk membutuhkan suatu fasilitas peribadatan sebagai tempat melaksanakan
ibadah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.9.
Tabel 3.9 Jumlah Sarana Peribadatan di Kelurahan Tamarunang Tahun 2020
No. Nama Lembaga Jumlah
1 Masjid 13
2 Mushollah 2
3 Gereja 0
Jumlah 15
Sumber: Baseline dan Profil Kelurahan Bonto-Bontoa Tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas di Kelurahan Bonto-Bontoa terdapat 13 unit masjid dan 2 unit Mushollah sebagai sarana
peribadatan yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Bonto-Bontoa.
e. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Dengan adanya fasilitas perdagangan, masyarakat mudah melakukan proses jual-beli barang. Sarana perdagangan ini
tidak hanya sekedar tempat terjadinya jual-beli bagi penduduk tetapi juga sebagai tempat berlangsungnya aktivitas
sosial penduduk. Dengan tersedianya berbagai jenis sarana perdagangan, dapat meningkatkan perekonomian penduduk
di suatu wilayah. Untuk lebih jelasnya, berikut sarana perdagangan yang terdapat di Kelurahan Bonto-Bontoa pada
tabel berikut.
Tabel 3.8 Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa di Kelurahan Bonto-Bontoa Tahun 2020
No. Nama Lembaga Jumlah
1 Mini Market 2
2 Bank 2
3 Koperasi Pegawai 1
4 Pasar 0
5 Kios 0
6 Warung 280
Jumlah 285
Sumber: Baseline dan Profil Kelurahan Bonto-Bontoa Tahun 2017

Berdasarkan tabel sarana perdagangan dan jasa di Kelurahan Tamarunang terdapat 2 unit Mini Market, 2 Unit Bank,
1 unit Koperasi Pegawai, dan 280 unit Warung.
f. Ruang Terbuka Hijau
Fasilitas ruang terbuka hijau yang terdapat di Kelurahan Romangpolong yaitu … unit taman dan … unit tempat
pemakaman umum (TPU)
2) Fasilitas Umum
A. Kondisi Fisik Jalan Lingkungan
Berdasarkan hasil data baseline kondisi jaringan jalan lingkungan di kawasan kumuh di Kelurahan Bonto-bontoa yaitu
di Lingkungan Bonto-bontoa adalah sepanjang 7303 Meter. Untuk lebih detailnya mengenai kondisi Jalan lingkungan
dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel 3.15. Kondisi jaringan jalan di Kawasan Kumuh Kel. Bonto-bontoa
Panjang jalan
Total Jaringan Panjang jalan lingkungan dgn Panjang kebutuhan
Jalan lingkungan dgn lebar > 1.5 meter jalan baru (Hasil
No RT/RW
Lingkungan yg lebar > 1,5 yang Perencanaan)
ada (meter) meter (meter) permukaannya (meter)
diperkeras (meter)
RT001-
1 2770 2100 1540 0
RW003
RT002-
2 2059 1750 1255 100
RW003
RT003-
3 1129 915 512 150
RW003
RT004-
4 1345 1025 1025 0
RW002
Sumber : Hasil Survey Lapangan 2020

2.2. Profil Permukiman Kelurahan


2.2.1. Tipologi dan Karakteristik Permukiman
Menggambarkan tipologi dan karakteristik permukiman
Kecenderungan perkembangan permukiman

2.2.2. Profil Permasalahan Permukiman Kelurahan


Profil permukiman (7 aspek) dilengkapi peta-peta tematik, matriks permasalahan, grafik dan foto. (NUMERIK 2019
KEKUMUHAN PER RT)
Kondisi Bangunan Hunian
Bangunan hunian merupakan kebutuhan dasar seluruh masyarakat dimana berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana
pembinaan keluarga. Berdasarkan pada ketentuan, penyediaan bangunan hunian tidak hanya sebatas pembangunannya saja tapi
juga ditinjau dari segi kelayakan hunian dan kualitas lingkungan permukiman.

Tabel …. Kondisi Bangunan Hunian Kelurahan Bonto-Bontoa

RW Jumlah Tingkat Jumlah Persentase Jumlah Bangunan Persentase Bangunan


Total Kepadatan Keteraturan Keteraturan hunian memiliki hunian memiliki kondisi
Bangunan Bangunan Bangunan Bangunan kondisi Atap, Lantai, Atap, Lantai, Dinding
(unit) (unit/Ha) Hunian Hunian Dinding sesuai sesuai persyaratan teknis
persyaratan teknis
I 505 30,36 195 39% 430 85%
II 694 16,92 409 59% 596 86%
III 258 28,69 112 43% 189 73%
IV 303 23,93 222 73% 265 87%
V 166 13,28 114 69% 144 87%
Jumlah 1.926 19,27 1.052 55% 1.624 84%
Sumber : Data Baseline 2017

RW Panjang total Total Panjang keseluruhan Presentase Jalan


Jaringan Jalan jalan lingkungan yang Sesuai Persyaratan
Lingkungan yang ada permukaannya tidak rusak Teknis
I 14.826 7.307 49%
II 12.626 5.999 47%
III 5.958 3.295 55%
IV 7.855 4.549 58%
V 6.570 3.285 50%
Jumla 47.835 24.435 51%
h
Sumber : Data Baseline 2017

Panjang Total Panjang Kondisi jaringan drainase Persentase Kondisi jaringan drainase
Drainase pada lokasi permukiman memiliki pada lokasi permukiman memiliki
Eksisting kualitas tidak rusak/berfungsi baik kualitas minimum memadai
I 7.622 2.285 30%
II 7.387 2.215 30%
III 3.295 2.334 71%
IV 5.818 2.865 49%
V 3.921 1.175 30%
Jumlah 28.007 10.874 39%
Sumber : Data Baseline 2017

RW Jumlah Masyarakat Persentase Masyarakat Jumlah Persentase


terlayani Sarana Air terlayani Sarana Air Masyarakat Masyarakat
Minum untuk minum, Minum untuk minum, terpenuhi terpenuhi
mandi, dan cuci mandi, dan cuci kebutuhan air kebutuhan air
(perpipaan atau non (perpipaan atau non minum, mandi, minum, mandi,
perpipaan terlindungi perpipaan terlindungi cuci (minimal cuci (minimal
yang layak) yang layak) 60liter/org/hari) 60liter/org/hari)
I 375 75% 472 94%
II 430 54% 575 73%
III 116 45% 99 38%
IV 234 77% 261 86%
V 41 24% 149 89%
Jumla 1.196 59% 1.556 77%
h
Sumber : Data Baseline 2017

RW Jumlah Persentase Jumlah Jamban Persentase Jamban


Masyarakat Masyarakat memiliki keluarga/jamban bersama keluarga/jamban bersama
memiliki akses akses jamban sesuai persyaratan teknis sesuai persyaratan teknis
jamban keluarga / keluarga / jamban (memiliki kloset leher angsa (memiliki kloset leher angsa
jamban bersama bersama (5 yang terhubung dengan yang terhubung dengan
(5 KK/jamban) KK/jamban) septic-tank) septic-tank)
I 503 100% 501 99%
II 683 86% 676 85%
III 252 97% 253 98%
IV 303 100% 303 100%
V 166 100% 166 100%
Jumla 1.907 95% 1.899 94%
h
Sumber : Data Baseline 2017

RW Jumlah Kepala Persentase Jumlah Sampah Persentase Jumlah KK Persentase


Keluarga dengan Prasarana dan domestik rumah Sampah domestik dengan prasarana prasarana &
Prasarana dan Sarana tangga di kawasan rumah tangga di & sarana sarana
Sarana Persampahan permukiman kawasan persampahan persampahan
Persampahan Sesuai dengan terangkut ke permukiman yang kondisi dengan kondisi
Sesuai dengan persyaratan TPS/TPA min. terangkut ke konstruksinya konstruksinya
persyaratan Teknis dua kali seminggu TPS/TPA min. baik/tidak rusak baik/tidak rusak
Teknis dua kali seminggu (terpelihara) (terpelihara)
I 177 35% 409 81% 466 93%
II 0 0 419 53% 0 0
III 0 0 150 58% 0 0
IV 82 27% 141 47% 147 50%
V 0 0 148 89% 0 0
Jumla 259 13% 1.267 63% 613 30%
h
Sumber : Data Baseline 2017

RW Jumlah Bangunan Persentase Kawasan Jumlah Bangunan Hunian Persentase


Hunian memiliki permukiman memiliki dengan kawasan sarana
prasarana proteksi prasarana proteksi permukiman memiliki proteksi
kebakaran kebakaran sarana proteksi kebakaran kebakaran
I 503 100% 0 0
II 790 100% 0 0
III 258 100% 0 0
IV 240 75% 0 0
V 166 100% 0 0
Jumlah 1.957 97% 0 0
Sumber : Data Baseline 2017

Diagram Kesesuaian dengan Persyaratan Teknis Bangunan


Kondisi Aksesibilitas Lingkungan
Ketersediaan akses cukup penting dalam rangka mendukung aktifitas pencapaian menuju suatu kawasan maupun mendukung
kegiatan pergerakan dalam kawasan. Berdasarkan ketentuan, aksesibilitas lingkungan dikatakan dapat memenuhi syarat apabila
jalan lingkungan memiliki lebar dimensi lebih dari 1.5 meter, jalan lingkungan yang ada permukaannya diperkeras, kemudian
tidak mengalami kerusakan serta dilengkapi dengan saluran samping jalan (saluran drainase).
Diagram Jalan Sesuai Persyaratan Teknis
2.3. Profil Permukiman Kumuh Kelurahan
2.3.1. Evaluasi Capaian RPLP 2016-2019
1) Identifikasi Lokasi tidak kumuh pelayanan > 80%
Berdasarkan data baseline tahun 2019, terdapat 1 RT di Kelurahan Bonto-Bontoa yang terindikasi tidak kumuh dengan
pelayanan >80% yaitu RT004 – RW002.
2) Identifikasi Lokasi tidak kumuh pelayanan < 80%
Berdasarkan data baseline tahun 2019, terdapat 3 RT di Kelurahan Bonto-Bontoa yang terindikasi tidak kumuh dengan
pelayanan <80% yaitu RT001 – RW003, RT002 – RW003 dan RT003 – RW003
2.3.2. Sebaran Permukiman Kumuh
Berdasarkan SK Kumuh Kabupaten Gowa Nomor 355/VIII/2020, Kelurahan Bonto-Bontoa merupakan salah satu kawasan
kumuh yang ada di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dengan luas 30.92 Ha yang masing-masing terletak di RT001-
RW004, RT002-RW001, RT002-RW002, RT003-RW003, RT003-RW004, RT004-RW001, RT005-RW001, RT005-RW003,
dan RT006-RW002
2.3.3. Profil Permukiman Kumuh
1) Profil SK Kumuh Lama
Data Numerik Kekumuhan Akhir RT 2019
2) Profil SK Kumuh 2020
Data Numerik Kekumuhan Awal RT 2020
2.3.4. Penyebab Permasalahan Permukiman Kumuh
Adapun permasalahan permukiman yang terdapat di Kelurahan Romangpolong dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.16. Permasalahan Permukiman Kumuh Kelurahan Bontoa-Bontoa

No. Indikator Uraian Masalah


1. Bangunan Rumah Tidak Teratur
Kondisi Bangunan Sudah Tua
Kepadatan bangunan cukup tinggi
Rumah tidak layak huni
2. Jalanan Jalan sempit
Kondisi jalan rusak
Beberapa ruas jalan buntu
Sebagian ruas jalan struktur permukaannya masih tanah
3. Drainase Tergenang akibat saluran air tidak lancer
Banyaknya tumpukan sampah
Sedimen pada saluran drainase
Drainase lingkungan lebih rendah dari drainase sekunder sehingga air tidak bisa mengalir
Sebagian besar plat penutup sangat berat sehingga susah untuk dibersihkan
Ketersediaan drainase belum memadai
4. Persampahan Tidak ada tempat pembuangan sampah skala lingkungan
5. Air Minum Air sumur masih bau dan keruh
Sumber air berdekatan dengan septicktank
6. Sanitasi Masih ada rumah tangga yang belum memiliki jamban sendiri
Masih ada rumah tangga yang belum memiliki septicktank
Saluran limbah rumah tangga bercampur dengan drainase lingkungan
7. Proteksi Kebakaran Letak posko kebakaran melebihi 2,5 km
Belum tersedia sarana proteksi kebakaran
Beberapa ruas jalan lingkungan sempit sehingga sulit diakses mobil kebakaran
Sumber : Focus Group Discussion 2020
Gambaran Kondisi Sosial Ekonomi
2.4.1. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat
Masyarakat Kelurahan Bonto-bontoa yang sudah masuk area perkotaan sudah mulai terkikis sedikit demi sedikit budaya
kekeluargaan dan sudah mulai menonjol sifat individualisme namun dalam kehidupan beragama masih nampak dengan aktifnya
kegiatan-kegiatan yang berbasis keagamaan seperti aktifnya remaja mesjid, majlis taklim, dan masih adanya kelompok-kelompok
barazanji, begitupun pada saat bulan suci ramadhan masih adanya buka puasa bersama, shalat tarawih bersama, dan takbir
bersama begitupun pada saat hari jum’at di adakan jum’at ibadah dengan pencerahan kalbu, apakah di kantor kelurahan atau di
mesjid. Sedangkan pada hari raya Idul Fitri diadakan acara halal bihalal. Dan pada saat menyambut maulid Nabi Besar
Muhammad masing-masing mesjid merayakan acara maulid apakah dengan cara ceramah maulid atau perayaan maulid adat.
Budaya gotong royong masih terlihat dengan adanya kerja bakti membersihkan lingkungan masing-masing.
Di kelurahan Bonto-bontoa disamping adanya lembaga-lembaga, Pemerintah, kemasyarakatan, terdapat juga lembaga budaya seni
paganrang bulo, yang merupakan musik tradisional yang tampil pada saat penyambutan acara, baik itu acara yang dilaksanakan
oleh pemerintah maupun yang dilaksanakan masyarakat.
Adapun suku yang mendiami Kelurahan Bonto-bontoa didominasi oleh Suku Makassar sebagai suku asli, diikuti oleh suku bugis
dan jawa sebagai pendatang. Gaya bicara orang Makassar yang lugas sering dianalogikan dengan badik mereka yang selalu
diselipkan pada pakaian didepan perutnya, ketika digengam maka badik itupun senantiasa dinampakkan didepan. Gaya bicara ini
oleh orang Makassar sendiri disebut “tembak langsung” atau “silangsunganna”, berbicara langsung pada tujuan, tidak berbelit-
belit, bicara ada adanya.
Orang Makassar berkarakter keras dan sangat menjunjung tinggi kehormatan. Karakater keras tersebut bukan vandalism,
anarkisme atau merusak dan tindak brutal lainnya. Keras yang dimaksud adalah tegas, berbicara lugas, berterus terang dan
bertanggung jawab. Di balik sikap keras itu, orang Makassar sesungguhnya adalah orang yang ramah, sangat menghargai orang
lain serta menjunjung tinggi nilai kesetiakawanan. Jika marah maka nada dan kata amarah yang keluar, jika memuji maka nada,
ekspresi dan mimik mukanya akan menampakkan pujian yang totalitas. Jikapun situasi memaksa mereka untuk mengungkapkan
bentuk sindiran atau majas, maka ungkapan akan mereka ungkapkan dalam bentuk pribahasa daerah yang disebut Galigo.
2.4.2. Potensi dan Masalah Sosial
Kondisi Sosial
Kondisi sosial masyarakat Kelurahan Bonto-Bontoa dapat dilihat dari segi penduduk berdasarkan jenis kelamin, jumlah
penduduk berdasarkan rentang usia dan jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan serta jumlah kelompok masyarakat
yang terdapat di lingkungan masyarakat Kelurahan Bonto-Bontoa.
1) Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2.17. Jumlah Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Bonto-Bontoa

RW Jenis Kelamin Total Rasio Jenis


Laki-laki Perempuan Kelamin
RW 001 1.036 1.149 2.185 90.17
RW 002 1.452 1.589 3.041 91.38
RW 003 564 646 1.210 87.31
RW 004 668 764 1.432 87.43
RW 005 345 423 768 81.56
Total 4.065 4.571 8.636 88.93
Sumber : Data Baseline 2017

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sex rasio di Kelurahan Bonto-Bontoa sebesar 88,93 yang artinya bahwa setiap 100 jiwa
penduduk perempuan maka terdapat 89 jiwa penduduk laki-laki. Yang menandakan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih
banyak daripada jumlah penduduk laki-laki.
2) Jumlah Penduduk Berdasarkan Rentang Usia
3) Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
4) Jumlah Kelompok Masyarakat
5) Potensi dan Masalah Sosial
a) Potensi Sosial
Masyarakat Kelurahan Bonto-Bontoa memiliki tingkat pendidikan rata-rata Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) yang memiliki potensi masyarakat melek huruf dan mampu berhitung serta masyarakatnya rata-rata
masih berusia produktif yang juga didukung dengan kelompok ibu-ibu yang memiliki semangat dan kemampuan meningkatkan
kesejahteraan keluarga. Di Kelurahan Bonto-Bontoa terdapat kampung Keluarga Berencana (KB), dengan masyarakat
kelurahan yang rata-rata memiliki jumlah tanggungan 2-3 orang, walaupun masih ada beberapa keluarga yang memiliki jumlah
tanggungan keluarga 4-5 orang.
Selain itu dari segi kesehatan masyarakat disana tergolong kategori taraf kesehatan yang baik, penyakit yang diderita rata-rata
penyakit ringan seperti batuk, pilek dan penyakit lainnya yang tergolong bisa di sembuhkan. Di Kelurahan Bonto-Bontoa juga
terdapat tempat berobat berupa puskesmas yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat setempat dan relative murah dengan
sumber dana biaya berobat masyarakat rata-rata dari BPJS/KIS.
Di Kelurahan Romangpolong juga memiliki interaksi sosial yang baik dan memiliki lembaga sosial yang berpotensi
memperkuat rasa solidaritas dan kegotongroyongan masyarakat setempat seperti Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM),
PKK Kelurahan, dan Karang Taruna.
b) Masalah Sosial
Dengan tingkat pendidikan di Kelurahan Bonto-Bontoa yang rata-rata Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menemgah Atas (SMA) menyebabkan masih adanya pengangguran dan sulit bersaing dalam mencari pekerjaan. Adapun mata
pencaharian juga tergolong usaha skala kecil karena kurangnya keterampilan berwirausaha sehingga menyebabkan
kesenjangan ekonomi dan sosial.
Selain itu Kelurahan Bonto-Bontoa juga masih perlu peningkatan kesadaran menjalankan program Keluarga Berencana (KB).
Serta peningkatan kesadaran mengenai pola hidup sehat, baik dari segi jasmani maupun lingkungan sekitar, karena di
Kelurahan Romangpolong ini masih terlihat banyaknya penumpukan sampah yang dari segi kesehatan dan estetika juga kurang
baik.
Walaupun memiliki beberapa lembaga atau organisasi sosial namun masih perlu adanya peningkatan partisipasi baik dari
anggota khususnya dan masyarakat setempat umumnya. Dan juga perlu adanya aturan kelompok yang memadai serta mampu
dipatuhi bersama sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat baik untuk peningkatan pola hidup sehat maupun peningkatan
partisipasi mewujudkan visi bersama.
Tabel 2.21. Potensi dan Masalah Sosial
Potensi Permasalahan
1. Masyarakat melek huruf dan mampu berhitung 1. Kurangnya keterampilan berwirausaha dan keterampilan
2. Rata-rata masyarakat usia produktif lainnya
3. Memiliki kelompok ibu-ibu yang memiliki semangat 2. Masih perlu peningkatan kesadaran menjalankan
dan kemampuan meningkatkan kesejahteraan keluarga program keluarga berencana (KB)
4. Terdapat kampung keluarga berencana (Kampung KB) 3. Masih perlu peningkatan kesadaran mengenai pola hidup
5. Memiliki tingkat kesehatan yang baik serta memiliki bersih dan sehat
fasilitas kesehatan di kelurahan dengan pembiayaan 4. Masih perlu peningkatan partisipasi anggota masyarakat
yang dapat ditanggung oleh BPJS/KIS dan peran aktif lembaga kemasyarakatan serta kerjasama
6. Memiliki interaksi sosial yang baik dan tingkat ke pemerintah setempat
gotong royongan yang tinggi

2.4.3. Sumber Kehidupan dan Penghidupan (Livelihood)


1) Kondisi MBR dan Non MBR
Tingkat ekonomi penduduk di Kelurahan Bonto-Bontoa cenderung beragam, mulai dari yang berpenghasilan rendah (MBR)
sampai dengan rumah tangga berpenghasilan menengah keatas (Non MBR). Jumlah Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) di Kelurahan Bonto-Bontoa sebanyak 690 rumah tangga. Dengan jumlah MBR tertinggi berada di RW001 yaitu
sebesar 237 rumah tangga. Sedangkan untuk non MBR tertinggi di RW005 sebanyak 8 rumah tangga. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.22. Jumlah Rumah Tangga MBR dan Non MBR Menurut Lokasi Kumuh

Jumlah Kepala
Lokasi MBR Non-MBR
Rumah Tangga
RW001 237 266 503
RW002 202 488 790
RW003 159 99 258
RW004 84 219 303
RW005 8 158 166
Total 690 1.230 2.020
Sumber : Data Baseline 2017

MBR disuatu kawasan menunjukkan kecenderungan tingkat perekonomian yang rendah di kawasan tersebut. Dengan demikian
di Kelurahan Bonto-Bontoa dengan tingkat perekonomian yang rendah berada pada RW003. Tingkat perekonomian erat
kaitannya dengan pengentasan kekumuhan karena berpengaruh pada pembangunan suatu wilayah. Sebagian besar penduduk
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) bermukim di permukiman kumuh. Perbandingan selisih jumlah penduduk MBR
dan Non-MBR juga berpengaruh pada tingkat partisipasi masyarakat disuatu lingkungan. Karena kecenderungan rumah tangga
MBR dan Non-MBR sulit untuk membaur dalam peran serta masyarakat dalam kegiatan sosial yang diadakan di suatu
Kelurahan. Hal tersebut juga disebabkan oleh perbedaan aktivitas setiap masyarakat.

2) Kondisi Mata Pencaharian


Mata pencaharian utama di Kelurahan Bonto-Bontoa didominasi oleh bidang jasa sebanyak 309 rumah tangga, selanjutnya
yaitu bidang home industry / olahan sebanyak 100 rumah tangga, pada bidang pertanian sebanyak 83 rumah tangga dan bidang
pemerintahan dan perdagangan masing-masing 1 rumah tangga.
Tabel 2.23. Jumlah Rumah Tangga berdasarkan Mata Pencaharian
Perdagangan/jasa
Pertanian,perkebunan, (guru, tenaga Pegawai
Lokasi kehutanan, peternakan
Perikanan/nelayan Pertambangan/galian Industri/pabrik Konstruksi/bangunan
kesehatan, hotel, pemerintah
dll)
RW 001 1 1 1 16 131 286 68
RW 002 1 7 0 11 82 422 167
RW 003 2 0 0 18 19 188 31
RW 004 1 0 0 0 26 198 78
RW 005 0 0 0 0 3 116 47
Total 5 8 1 45 261 1210 391
Sumber : Pendataan MBR 2020

Mayoritas mata pencaharian masyarakat Kelurahan Bonto-Bontoa dalam bidang perdagangan dan jasa. Kondisi perekonomian
masyarakat di Kelurahan Bonto-Bontoa tergolong dalam kondisi perekonomian yang baik, walaupun demikian masih perlu
adanya peningkatan perekonomian yang mandiri dan berkelanjutan agar mampu berdaya saing. Hal tersebut dapat didukung
dengan adanya usaha mikro dan home industry.
a. Usaha Mikro
Di Kelurahan Bonto-Bontoa terdapat beberapa usaha mikro yang berpotensi untuk dikembangkan. Banyaknya usaha mikro
yang tersebar di Kelurahan Bonto-Bontoa memberikan pergerakan perekonomian pada kawasan ini. Usaha mikro yang
terdapat di Kelurahan Bonto-Bontoa yaitu berupa toko kelontong, ATK, warung makan, jasa laundry, salon, distributor LPG,
distributor air kemasan, kafe atau warung kopi, butik pakaian dan lain sebagainya. Selain usaha mikro ini juga terdapat pabrik
Roti dan pabrik Mie yang juga memungkinkan untuk mempekerjakan tenaga kerja masyarakat setempat.
b. Home Industry
Selain usaha mikro, produktifitas lain yang juga mampu meningkatkan perekonomian kawasan ini adalah berupa home
industry yang juga memungkinkan untuk mempekerjakan tenaga kerja masyarakat setempat, selain itu bahan baku yang
digunakan juga bahan baku lokal yang mudah didapat dan alat produksi yang masih dominan tradisional sehingga mudah
digunakan. Beberapa jasa dan home industry disana walaupun masih menggunakan cara konvensional dalam usahanya tapi
juga sudah mulai bermitra dengan jasa online. Beberapa industri rumah tangga yang terdapat dalam Kelurahan Bonto-Bontoa
yang berpotensi dikembangkan adalah industri makanan berupa kue, roti ataupun cemilan lainnya, selain itu juga terdapat
penjahit dan industri.
Dalam pengembangan usaha industri ini tentunya perlu adanya pembinaan dari pemerintah berupa bantuan modal ataupun
pembelajaran wirausaha demi peningkatan produktifitas dan kemandirian industri rumahan setempat. Hal tersebut tentunya
dengan dukungan dari pemerintah yang bekerjasama dengan industri rumah tangga setempat diharapkan mampu
mengembangkan dan menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat agar mampu mewujudkan visi lingkungan yang
produktif, mandiri, berkelanjutan dan mampu berdaya saing disertai dengan good governance.
c. Potensi dan Permasalahan Ekonomi
Kondisi ekonomi diuraikan berdasarkan potensi dan permasalahan ekonomi yang dinilai dari data yang sudah ada seperti
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), usaha mikro dan home industry kawasan setempat. Yang selanjutnya potensi dan
masalah tersbut selanjutnya menjadi penentuan program non-fisik dalam pengembangan dan peningkatan kualitas lingkungan
permukiman setempat. Pembangunan wilayah tidak hanya berfokus pada kondisi fisik kawasan, tetapi juga berfokus pada
kondisi non-fisik berupa pengembangan sumberdaya manusia sebagai pengelola dan pemelihara kegiatan pembangunan
tersebut.
Tabel 2.24. Potensi dan Permasalahan Ekonomi
Potensi Permasalahan
1. Memiliki kawasan strategis berupa berada di sekitar 1. Keterbatasan modal yang bisa dimanfaatkan oleh
Kawasan perkotaan Sungguminasa yang menjadi modal masyarakat
lokasi tumbuh berkembang yang mampu mendorong 2. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai peluang
pengembangan dan peningkatan perekonomian kawasan untuk mengembangkan wirausaha
2. Banyak usaha mikro dan home industry yang potensial 3. Para pencari kerja kurang tertarik dengan usaha yang ada
3. Banyak peluang usaha dan lapangan pekerjaan di wilayah sekitarnya
4. Kurangnya kreativitas dan motivasi masyarakat untuk
melihat peluang usaha
Sumber : Analisis Data 2020

2.4. Gambaran Kondisi Rawan Bencana


a. Rawan Bencana Genangan
Daerah Rawan Bencana yang memiliki risiko tinggi terhadap ancaman terjadinya bencana baik akibat kondisi geografis,
geologis dan demografis maupun karena ulah manusia. Daerah rawan bencana alam terdiri atas:
• kawasan rawan genangan.
Adapun rawan bencana yang sering terjadi di Kelurahan Bonto-bontoa adalah genangan. Genangan air di kelurahan Bonto-
bontoa berada di lingkungan Bonto-bontoa yang hampir setiap musim hujan terdampak genangan air dari volume air hujan yang
tinggi. Hal ini disebabkan karena buruknya sistem saluran drainase dan didukung dengan lokasi kawasan permukiman tersebut
merupaka daerah yang rendah ketimbang lokasi yang berada disekitarnya. Berikut ini matriks potensi dan permasalahan yang
didapatkan pada saat pemetaan swadaya masyarakat.

Tabel 3.7. Matriks Potensi Dan Permasalahan Rawan Banjir


No. Permasalahan Penyebab
1 Sering terjadi banjir
- Kondisi jaringan drainase yang kurang baik, dimensi saluran yang tidak seimbang dengan saluran air
- Posisi tanahnya lebih rendah dari RT lainnya
- Saluran sekunder dan primer yang tidak terintegrasi sehingga air mengalir ke daerah yang lebih reandah
- Akibat terjadinya penyumbatan yang disebabkan oleh sampah dan sedimen pasir
- Sulitnya memberishkan jaringan drainase sekunder karena ditutup oleh plat dekker rumah toko.
- Tumbuhnya permukiman elit yang tidak mempertimbangkan sistem jaringan drainase yang terintegrasi dengan saluran
drainase perumahan dengan permukiman yang ada dibelakangnya.
- Efek pembangunan perumahan yang mengganti fungsi kantong – kantong air pada musim hujan
b. Rawan Bencana Kebakaran
Untuk kondisi rawan kebakaran di Kelurahan Romangpolong dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 2.19. Kondisi Pengelolaan Proteksi Kebakaran Kel. Romangpolong
RW Jumlah Bangunan Persentase Kawasan Jumlah Bangunan Hunian Persentase
Hunian memiliki permukiman memiliki dengan kawasan sarana
prasarana proteksi prasarana proteksi permukiman memiliki proteksi
kebakaran kebakaran sarana proteksi kebakaran kebakaran
I 503 100% 0 0
II 790 100% 0 0
III 258 100% 0 0
IV 240 75% 0 0
V 166 100% 0 0
Jumlah 1.957 97% 0 0
Sumber : Data Baseline 2017

Dari tabel tersebut diketahui bahwa persentase kawasan permukiman di Kelurahan Bonto-Bontoa yang memiliki prasarana
proteksi kebakaran sebesar 97%, yang artinya sebagian besar permukiman di Kelurahan Bonto-Bontoa terlayani prasarana
proteksi kebakaran. Prasarana proteksi kebakaran dalam hal ini adalah akses yang bisa dilalui oleh mobil pemadam kebakaran,
dengan aksesibilitas jalan dengan lebar ≥ 3.5 meter. Sedangkan untuk sarana proteksi kebakaran di Kelurahan Bonto-Bontoa
tidak ada bangunan hunian di kawasan permukiman yang memiliki sarana proteksi kebakaran.

Anda mungkin juga menyukai