Kelurahan bonto-bontoa terbagi atas 2 lingkungan, yaitu Lingkungan bonto-bontoa yang terdiri dari 4 RW dan Lingkungan
Bontokamase yang terdiri dari 1 RW, maka Kelurahan Bonto-bontoa memiliki total RW sebanyak 5 RW, dan jumlah total RT
sebanyak 22 RT.
Jumlah Luas
No RW %
RT (Ha)
1 RW 1 5 RT 16,632 16,64
2 RW 2 6 RT 41,015 41,03
3 RW 3 5 RT 17,150 17,15
4 RW 4 4 RT 12,667 12,67
5 RW 5 2 RT 12,502 12,51
Jumlah 22 RT 99,966 100
Sumber : Hasil Analisis
Laju
Jumlah Kepadatan
Tahun Pertumbuha
Penduduk Penduduk
n
2015 14.622 146,27
2016 15.135 151,41 +513
2017 15.463 154,69 +328
2018 15.981 159,87 +518
2019 16.511 165,17 +530
Sumber : BPS Kecamatan Somba Opu Dalam Angka 2020
Berdasarkan tabel jumlah saranan pendidikan yang ada di Kelurahan Bonto-Bontoa maka terdapat 7 unit TK/TPA, 8
unit SD, 3 unit SMP, dan 6 unit SMA/MA.
c. Fasilitas Kesehatan
Kesehatan penduduk merupakan faktor penting yang perlu terus ditingkatkan, sebab jika penduduk itu terus-menerus
sakit, akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas. Artinya, semakin banyak penduduk yang sakit, akan semakin
rendahlah kualitas penduduk dilihat dari aspek kesehatan. Kualitas kesehatan masyarakat dalam suatu kelurahan sangat
ditentukan oleh tingkat pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan itu sendiri dan keberadaan
fasilitas kesehatan yang ditunjang oleh tenaga ahli dibidang kesehatan (medis dan paramedis). Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 3.7 Jumlah Sarana Kesehatan di Kelurahan Bonto-Bontoa Tahun 2020
No. Nama Lembaga Jumlah
1 Poliklinik 1
2 Posyandu 4
3 Dokter Praktek 1
4 Apotek 1
Jumlah 7
Sumber: Baseline dan Profil Kelurahan Bonto-Bontoa Tahun 2017
Dari tabel jumlah sarana kesehatan di Kelurahan Bonto-Bontoa maka terdapat 1 unit Poliklinik, 4 unit
Posyandu, 1 Unit Dokter Praktek dan 1 unit Apotek.
d. Fasilitas Peribadatan
Dalam melaksanakan suatu ibadah, penduduk membutuhkan suatu fasilitas peribadatan sebagai tempat melaksanakan
ibadah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.9.
Tabel 3.9 Jumlah Sarana Peribadatan di Kelurahan Tamarunang Tahun 2020
No. Nama Lembaga Jumlah
1 Masjid 13
2 Mushollah 2
3 Gereja 0
Jumlah 15
Sumber: Baseline dan Profil Kelurahan Bonto-Bontoa Tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas di Kelurahan Bonto-Bontoa terdapat 13 unit masjid dan 2 unit Mushollah sebagai sarana
peribadatan yang digunakan oleh masyarakat Kelurahan Bonto-Bontoa.
e. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Dengan adanya fasilitas perdagangan, masyarakat mudah melakukan proses jual-beli barang. Sarana perdagangan ini
tidak hanya sekedar tempat terjadinya jual-beli bagi penduduk tetapi juga sebagai tempat berlangsungnya aktivitas
sosial penduduk. Dengan tersedianya berbagai jenis sarana perdagangan, dapat meningkatkan perekonomian penduduk
di suatu wilayah. Untuk lebih jelasnya, berikut sarana perdagangan yang terdapat di Kelurahan Bonto-Bontoa pada
tabel berikut.
Tabel 3.8 Jumlah Sarana Perdagangan dan Jasa di Kelurahan Bonto-Bontoa Tahun 2020
No. Nama Lembaga Jumlah
1 Mini Market 2
2 Bank 2
3 Koperasi Pegawai 1
4 Pasar 0
5 Kios 0
6 Warung 280
Jumlah 285
Sumber: Baseline dan Profil Kelurahan Bonto-Bontoa Tahun 2017
Berdasarkan tabel sarana perdagangan dan jasa di Kelurahan Tamarunang terdapat 2 unit Mini Market, 2 Unit Bank,
1 unit Koperasi Pegawai, dan 280 unit Warung.
f. Ruang Terbuka Hijau
Fasilitas ruang terbuka hijau yang terdapat di Kelurahan Romangpolong yaitu … unit taman dan … unit tempat
pemakaman umum (TPU)
2) Fasilitas Umum
A. Kondisi Fisik Jalan Lingkungan
Berdasarkan hasil data baseline kondisi jaringan jalan lingkungan di kawasan kumuh di Kelurahan Bonto-bontoa yaitu
di Lingkungan Bonto-bontoa adalah sepanjang 7303 Meter. Untuk lebih detailnya mengenai kondisi Jalan lingkungan
dapat dilihat pada table dibawah ini :
Tabel 3.15. Kondisi jaringan jalan di Kawasan Kumuh Kel. Bonto-bontoa
Panjang jalan
Total Jaringan Panjang jalan lingkungan dgn Panjang kebutuhan
Jalan lingkungan dgn lebar > 1.5 meter jalan baru (Hasil
No RT/RW
Lingkungan yg lebar > 1,5 yang Perencanaan)
ada (meter) meter (meter) permukaannya (meter)
diperkeras (meter)
RT001-
1 2770 2100 1540 0
RW003
RT002-
2 2059 1750 1255 100
RW003
RT003-
3 1129 915 512 150
RW003
RT004-
4 1345 1025 1025 0
RW002
Sumber : Hasil Survey Lapangan 2020
Panjang Total Panjang Kondisi jaringan drainase Persentase Kondisi jaringan drainase
Drainase pada lokasi permukiman memiliki pada lokasi permukiman memiliki
Eksisting kualitas tidak rusak/berfungsi baik kualitas minimum memadai
I 7.622 2.285 30%
II 7.387 2.215 30%
III 3.295 2.334 71%
IV 5.818 2.865 49%
V 3.921 1.175 30%
Jumlah 28.007 10.874 39%
Sumber : Data Baseline 2017
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sex rasio di Kelurahan Bonto-Bontoa sebesar 88,93 yang artinya bahwa setiap 100 jiwa
penduduk perempuan maka terdapat 89 jiwa penduduk laki-laki. Yang menandakan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih
banyak daripada jumlah penduduk laki-laki.
2) Jumlah Penduduk Berdasarkan Rentang Usia
3) Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
4) Jumlah Kelompok Masyarakat
5) Potensi dan Masalah Sosial
a) Potensi Sosial
Masyarakat Kelurahan Bonto-Bontoa memiliki tingkat pendidikan rata-rata Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) yang memiliki potensi masyarakat melek huruf dan mampu berhitung serta masyarakatnya rata-rata
masih berusia produktif yang juga didukung dengan kelompok ibu-ibu yang memiliki semangat dan kemampuan meningkatkan
kesejahteraan keluarga. Di Kelurahan Bonto-Bontoa terdapat kampung Keluarga Berencana (KB), dengan masyarakat
kelurahan yang rata-rata memiliki jumlah tanggungan 2-3 orang, walaupun masih ada beberapa keluarga yang memiliki jumlah
tanggungan keluarga 4-5 orang.
Selain itu dari segi kesehatan masyarakat disana tergolong kategori taraf kesehatan yang baik, penyakit yang diderita rata-rata
penyakit ringan seperti batuk, pilek dan penyakit lainnya yang tergolong bisa di sembuhkan. Di Kelurahan Bonto-Bontoa juga
terdapat tempat berobat berupa puskesmas yang dekat dengan tempat tinggal masyarakat setempat dan relative murah dengan
sumber dana biaya berobat masyarakat rata-rata dari BPJS/KIS.
Di Kelurahan Romangpolong juga memiliki interaksi sosial yang baik dan memiliki lembaga sosial yang berpotensi
memperkuat rasa solidaritas dan kegotongroyongan masyarakat setempat seperti Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM),
PKK Kelurahan, dan Karang Taruna.
b) Masalah Sosial
Dengan tingkat pendidikan di Kelurahan Bonto-Bontoa yang rata-rata Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menemgah Atas (SMA) menyebabkan masih adanya pengangguran dan sulit bersaing dalam mencari pekerjaan. Adapun mata
pencaharian juga tergolong usaha skala kecil karena kurangnya keterampilan berwirausaha sehingga menyebabkan
kesenjangan ekonomi dan sosial.
Selain itu Kelurahan Bonto-Bontoa juga masih perlu peningkatan kesadaran menjalankan program Keluarga Berencana (KB).
Serta peningkatan kesadaran mengenai pola hidup sehat, baik dari segi jasmani maupun lingkungan sekitar, karena di
Kelurahan Romangpolong ini masih terlihat banyaknya penumpukan sampah yang dari segi kesehatan dan estetika juga kurang
baik.
Walaupun memiliki beberapa lembaga atau organisasi sosial namun masih perlu adanya peningkatan partisipasi baik dari
anggota khususnya dan masyarakat setempat umumnya. Dan juga perlu adanya aturan kelompok yang memadai serta mampu
dipatuhi bersama sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat baik untuk peningkatan pola hidup sehat maupun peningkatan
partisipasi mewujudkan visi bersama.
Tabel 2.21. Potensi dan Masalah Sosial
Potensi Permasalahan
1. Masyarakat melek huruf dan mampu berhitung 1. Kurangnya keterampilan berwirausaha dan keterampilan
2. Rata-rata masyarakat usia produktif lainnya
3. Memiliki kelompok ibu-ibu yang memiliki semangat 2. Masih perlu peningkatan kesadaran menjalankan
dan kemampuan meningkatkan kesejahteraan keluarga program keluarga berencana (KB)
4. Terdapat kampung keluarga berencana (Kampung KB) 3. Masih perlu peningkatan kesadaran mengenai pola hidup
5. Memiliki tingkat kesehatan yang baik serta memiliki bersih dan sehat
fasilitas kesehatan di kelurahan dengan pembiayaan 4. Masih perlu peningkatan partisipasi anggota masyarakat
yang dapat ditanggung oleh BPJS/KIS dan peran aktif lembaga kemasyarakatan serta kerjasama
6. Memiliki interaksi sosial yang baik dan tingkat ke pemerintah setempat
gotong royongan yang tinggi
Jumlah Kepala
Lokasi MBR Non-MBR
Rumah Tangga
RW001 237 266 503
RW002 202 488 790
RW003 159 99 258
RW004 84 219 303
RW005 8 158 166
Total 690 1.230 2.020
Sumber : Data Baseline 2017
MBR disuatu kawasan menunjukkan kecenderungan tingkat perekonomian yang rendah di kawasan tersebut. Dengan demikian
di Kelurahan Bonto-Bontoa dengan tingkat perekonomian yang rendah berada pada RW003. Tingkat perekonomian erat
kaitannya dengan pengentasan kekumuhan karena berpengaruh pada pembangunan suatu wilayah. Sebagian besar penduduk
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) bermukim di permukiman kumuh. Perbandingan selisih jumlah penduduk MBR
dan Non-MBR juga berpengaruh pada tingkat partisipasi masyarakat disuatu lingkungan. Karena kecenderungan rumah tangga
MBR dan Non-MBR sulit untuk membaur dalam peran serta masyarakat dalam kegiatan sosial yang diadakan di suatu
Kelurahan. Hal tersebut juga disebabkan oleh perbedaan aktivitas setiap masyarakat.
Mayoritas mata pencaharian masyarakat Kelurahan Bonto-Bontoa dalam bidang perdagangan dan jasa. Kondisi perekonomian
masyarakat di Kelurahan Bonto-Bontoa tergolong dalam kondisi perekonomian yang baik, walaupun demikian masih perlu
adanya peningkatan perekonomian yang mandiri dan berkelanjutan agar mampu berdaya saing. Hal tersebut dapat didukung
dengan adanya usaha mikro dan home industry.
a. Usaha Mikro
Di Kelurahan Bonto-Bontoa terdapat beberapa usaha mikro yang berpotensi untuk dikembangkan. Banyaknya usaha mikro
yang tersebar di Kelurahan Bonto-Bontoa memberikan pergerakan perekonomian pada kawasan ini. Usaha mikro yang
terdapat di Kelurahan Bonto-Bontoa yaitu berupa toko kelontong, ATK, warung makan, jasa laundry, salon, distributor LPG,
distributor air kemasan, kafe atau warung kopi, butik pakaian dan lain sebagainya. Selain usaha mikro ini juga terdapat pabrik
Roti dan pabrik Mie yang juga memungkinkan untuk mempekerjakan tenaga kerja masyarakat setempat.
b. Home Industry
Selain usaha mikro, produktifitas lain yang juga mampu meningkatkan perekonomian kawasan ini adalah berupa home
industry yang juga memungkinkan untuk mempekerjakan tenaga kerja masyarakat setempat, selain itu bahan baku yang
digunakan juga bahan baku lokal yang mudah didapat dan alat produksi yang masih dominan tradisional sehingga mudah
digunakan. Beberapa jasa dan home industry disana walaupun masih menggunakan cara konvensional dalam usahanya tapi
juga sudah mulai bermitra dengan jasa online. Beberapa industri rumah tangga yang terdapat dalam Kelurahan Bonto-Bontoa
yang berpotensi dikembangkan adalah industri makanan berupa kue, roti ataupun cemilan lainnya, selain itu juga terdapat
penjahit dan industri.
Dalam pengembangan usaha industri ini tentunya perlu adanya pembinaan dari pemerintah berupa bantuan modal ataupun
pembelajaran wirausaha demi peningkatan produktifitas dan kemandirian industri rumahan setempat. Hal tersebut tentunya
dengan dukungan dari pemerintah yang bekerjasama dengan industri rumah tangga setempat diharapkan mampu
mengembangkan dan menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat agar mampu mewujudkan visi lingkungan yang
produktif, mandiri, berkelanjutan dan mampu berdaya saing disertai dengan good governance.
c. Potensi dan Permasalahan Ekonomi
Kondisi ekonomi diuraikan berdasarkan potensi dan permasalahan ekonomi yang dinilai dari data yang sudah ada seperti
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), usaha mikro dan home industry kawasan setempat. Yang selanjutnya potensi dan
masalah tersbut selanjutnya menjadi penentuan program non-fisik dalam pengembangan dan peningkatan kualitas lingkungan
permukiman setempat. Pembangunan wilayah tidak hanya berfokus pada kondisi fisik kawasan, tetapi juga berfokus pada
kondisi non-fisik berupa pengembangan sumberdaya manusia sebagai pengelola dan pemelihara kegiatan pembangunan
tersebut.
Tabel 2.24. Potensi dan Permasalahan Ekonomi
Potensi Permasalahan
1. Memiliki kawasan strategis berupa berada di sekitar 1. Keterbatasan modal yang bisa dimanfaatkan oleh
Kawasan perkotaan Sungguminasa yang menjadi modal masyarakat
lokasi tumbuh berkembang yang mampu mendorong 2. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai peluang
pengembangan dan peningkatan perekonomian kawasan untuk mengembangkan wirausaha
2. Banyak usaha mikro dan home industry yang potensial 3. Para pencari kerja kurang tertarik dengan usaha yang ada
3. Banyak peluang usaha dan lapangan pekerjaan di wilayah sekitarnya
4. Kurangnya kreativitas dan motivasi masyarakat untuk
melihat peluang usaha
Sumber : Analisis Data 2020
Dari tabel tersebut diketahui bahwa persentase kawasan permukiman di Kelurahan Bonto-Bontoa yang memiliki prasarana
proteksi kebakaran sebesar 97%, yang artinya sebagian besar permukiman di Kelurahan Bonto-Bontoa terlayani prasarana
proteksi kebakaran. Prasarana proteksi kebakaran dalam hal ini adalah akses yang bisa dilalui oleh mobil pemadam kebakaran,
dengan aksesibilitas jalan dengan lebar ≥ 3.5 meter. Sedangkan untuk sarana proteksi kebakaran di Kelurahan Bonto-Bontoa
tidak ada bangunan hunian di kawasan permukiman yang memiliki sarana proteksi kebakaran.