Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

Kata Pengantar

Profil Penyusun

Daftar Isi

Daftar Tabel

Daftar Gambar
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Alexander (Catanese dan Snyder, 1986: 145-149) perencanaan merupakan salah
satu cara pemecahan masalah atau solusi terhadap isu-isu yang dihadapi oleh masyarakat atau
publik. Menurut Djunaedi (2012), di Indonesia ada empat jenis rencana dipandang dari macam
proses perencanaannya, yaitu : rencana induk (master plan), rencana umum (comprehensive
plans), rencana strategis (strategic plans), dan rencana partisipatori (participatory plans). Pada
dasarnya sebuah perencanaan itu sangat penting di dalam sebuah wilayah ataupun kawasan,
entah itu Negara, Provinsi, Kota/ Kabupaten maupun Desa.

Provinsi Maluku ialah sebuah provinsi yang berada di Indonesia bagian timur dan
Ibukota provinsinya Kota Ambon, Luas wilayah Kota Ambon sebagian besar berada di wilayah
Pulau Ambon. dimana secara keseluruhan Kota Ambon berbatasan dengan Kabupaten Maluku
Tengah. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979 luas wilayah Kota Ambon
seluruhnya 377 Km2 dan berdasarkan hasil Survey Tata Guna Tanah tahun 1980 luas daratan
Kota Ambon tercatat 359,45 km2. Sesuai Perda Kota Ambon Nomor 2 Tahun 2006, Kota
Ambon memiliki lima kecamatan dengan luas masing-masing: Kecamatan Nusaniwe 8.834,30
Ha, Kecamatan Sirimau 8.681,32 Ha, Kecamatan Teluk Ambon 9.368,00 Ha, Kecamatan Teluk
Ambon Baguala 4.011,00 Ha dan Kecamatan Leitimur Selatan dengan luas 5.050 Ha.

Pada kecamatan nusaniwe terbagi atas 8 (delapan) Kelurahan dan 5 (lima) Negeri
Definitif, yaitu Kelurahan Nusaniwe, Kelurahan Benteng, Kelurahan Wainitu, Kelurahan
Kudamati, Kelurahan Mangga Dua, Kelurahan Urimessing, Kelurahan Waihaong, Kelurahan
Silale, Negeri Latuhalat, Negeri Seilale, Negeri Nusaniwe, Negeri Amahusu, Negeri Urimessing.

Semua kelurahan maupun negeri yang ada pada kecamatan nusaniwe ini, tentu memiliki
potensi dan masalah yang berbeda-beda. Untuk itulah Potensi dan masalah yang ada perlu kita
identifikasikan dan menganalisiskannya, karena dengan mengetahui potensi dan masalah yang
ada, tentu akan dapat membantu dalam hal pengembangan wilayah yang ada ataupun sumber
daya manusia (SDM) demi mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur.
Tujuan :

1. Untuk mengetahui masalah dan potensi yang ada di kecamatan Nusaniwe


2. Untuk menganalisis aspek-aspek fisik, ekonomi dan kependudukan

METODOLOGI

Jenis Data :

1) Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung
dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang
memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus
mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus
grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner.

2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai
sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh
dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-
lain.

Sumber Data :

1) BPS

Badan Pusat Statistik, Instansi ialah sebuah badan yang membantu dalam memenuhi
kebutuhan data Geografis, Pemerintahan, Kependudukan, Sosial, Ekonomi, Transportasi,
serta Pariwisata

2) BAPPEKOT

Badan Perencanaan Pembangunan Kota, Instansi ialah sebuah badan yang membantu
dalam memenuhi kebutuhan data Peta (Jpeg) untuk pembuatan data peta kota, kecamatan,
maupun peta lainnya
3) SURVEY

Data-data yang didapatkan dalam survei ialah kondisi jalan, titik-titik koordinat sarana
kesehatan, pendidikan, peribadatan dan foto.

4) DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

Pada instansi ini membantu dalam memenuhi data-data penduduk menurut kelompok
umur, angka kelahiran, angka kematian per kecamatan.

Teknik Pengumpulan Data :


1. Teknik observasi
2. Teknik komunikasi (Wawancara, Angket/kuesioner)

1) Teknik observasi
 Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian (margono, 1997: 158).
 Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat
terjadi/berlangsungnya peristiwa
2) Teknik komunikasi
 Teknik komunikasi langsung (interview/wawancara)
 Suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi penting yang diinginkan
 Merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan pertanyaan
secara lisan dan dijawab secara lisan pula melalui kontak langsung dengan
tatap muka
 Teknik komunikasi tidak langsung (angket/kuesioner)
Alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis
untuk dijawab secara tertulis oleh responden.

Metode-Metode (Deskriptif; Asumtif; Normatif; Keruangan; Eksploratif)

1. Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan keadaan atau kondisi eksisting


sesuai hasil pengamatan yang terjadi di wilayah studi. Metode ini dilakukan dengan cara
mendeskripsikan hasil survey di wilayah studi kelompok yaitu di Kecamatan Nusaniwe,
Kota Ambon.

2. Metode Asumtif

Metode asumtif digunakan untuk mengasumsikan suatu kemungkinan dampak


yang akan terjadi akibat dari suatu kondisi di wilayah studi. Metode ini dilakukan dengan
cara menciptakan perkiraan atau asumsi berdasarkan kondisi dan data sesuai hasil analisis
data survei untuk mengetahui gambaran potensi dan masalah yang ada di Kecamatan
Nusaniwe.

3. Metode Normatif

Metode normatif merupakan metode penelitian yang menggunakan berbagai data


sekunder. Metode ini menggunakan analisis kualitatif yaitu menjelaskan data-data yang
ada dengan kata-kata atau pernyataan, bukan angka.

4. Metode Analisis Keruangan (Spasial Analysis)

Metode ini mengkaji kesamaan atau perbedaan suatu fenomena geosfer lewat
aspek keruangan. Aspek-aspek ruang dan spasial geografi meliputi faktor lokasi, kondisi
alam, dan kondisi sosial budaya masyarakat di Kecamatan Nusaniwe. Selain itu, metode
ini juga mengkaji distribusi/persebaran sarana prasarana di Kecamatan Nusaniwe,
interelasi dan interaksi-interaksi antar Kecamatan Nusaniwe dan Kecamatan lain, maupun
antara Kecamatan Nusaniwe dan Kota Ambon.

5. Metode Eksploratif
Metode eksploratif dilakukan dengan menggali data dan informasi tentang topik
atau isu-isu yang sedang berkembang di wilayah studi untuk kepentingan penelitian.
Tujuannya adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang lebih akurat yang akan
dijawab dalam penelitian selanjutnya.

Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, tujuan, metodologi, metode-metode, sistematika penulisan serta
ruang lingkup.

BAB II KONSTELASI

Bab ini berisikan hubungan kecamatan nusaniwe terhadap kota ambon, kecematan nusaniwe
dengan kecamatan-kecamatan yang lain di kota ambon. Serta sejarah kecamatan nusaniwe.

BAB III KOMPILASI DAN ANALISIS DATA

Bab ini berisikan data fisik dasar (ketinggian, curah hujan, hidrologi, kelerengan, jenis tanah,
resiko bencana), data fisik ruang (administrasi), analisis keruangan, pola pemanfaatan ruang,
KDB, KLB, struktur ruang, analisis arah perkembangan kota, serta daya dukung lahan.

BAB IV BWK DAN SUB BWK KOTA

Bab ini berisi profil kota (peran, fungsi, profil), serta potensi dan masalah di kecamatan
nusaniwe.

Ruang Lingkup

Lingkup wilayah dalam penelitian ini ialah pada Kota Ambon, Kecamatan Nusaniwe.
Kecamatan ini memiliki luas daerah 88,35 km2 dan jumlah penduduk pada kecamatan ini 99.397
jiwa yang terdiri dari 49.973 penduduk perempuan, dan jumlah penduduk laki-laki 49.424 jiwa.
Wilayah ini terdiri dari 8 kelurahan dan 5 negeri.
Pada Kecamatan Nusaniwe sangat berperan penting dalam membantu memenuhi
kebutuhan masyarakat yang ada di kecamatan sirimau yang berupa hasil perikanan, pertanian,
peternakan, serta pariwisata maupun SDM (Sumber Daya Manusia).

Batasan Materi
Lingkupan materi ini membahas tentang aspek fisik, ekonomi dan kependudukan serta
potensi dan masalah yang ada pada kecamatan nusaniwe.
BAB II

KONSTELASI

Hubungan Kecamatan Nusaniwe terhadap Kota Ambon

Kecamatan nusaniwe saat ini telah menjadi salah satu objek wisata di kota ambon, dari
tahun ke tahun terjadi peningkatan wisatawan yang datang. Salah satu objek wisata. Wisata
bersejarah maupun wisata alam, wisata alam paling terkenal di kecamatan nusaniwe terdapat di
(dusun air low)yaitu Pantai Pintu Kota menjadi pantai yang terkenal karena keunikannya, yakni
terdapatnya lubang besar yang menerobos tebing karang sampai tembus di kedua sisinya, adapun
pantai namalatu yang terdpat di desa latuhalat. dalam hal ini juga pendapatan dari pariwisata di
kecamatn nusaniwe dapat membantu dalam meningkatkan pendapatan di kota ambon.

Selain objek wisata, keterkaitan antara wilayah di kecamatan nusaniwe khususnya desa
latuhalat dengan dusun serie terhadap peningkatan pendapatan di kota ambon dalam sektor
perikanan adalah pemasokan jumlah ikan dalam menambah pendapatan asli daerah di kota
ambon.

Hubungan Kecamatan Nusaniwe terhadap Kecamatan yang lain

Pada kecamatan nusaniwe sangat berperan penting dalam membantu memenuhi


kebutuhan masyarakat yang ada di kecamatan sirimau yang berupa hasil perikanan, pertanian,
peternakan, serta pariwisata maupun SDM (Sumber Daya Manusia).
Sejarah

Abad
Abad 13
13 M
M Abad
Abad 15-16
15-16 1069-1610
1069-1610 1639
1639
Generasi Terbentuk Belanda Nusaniwe
Mula-Mula Kerajaan menguasai menjadi
Nusaniwe Nusaniwe sempit

1959 1945
1945
1978
1978 1977
1977 1959

Kerajaan di alihkan Terbentuk


DibangunM Dusun Erie
useum ke daerah
Siwalima urimessing

2000
2000 2000-an
2000-an 2014-sekarang
2014-sekarang

tempat Sarana
wisata pendidikan,
pantai yang perkantoran,
telah dibuka barang dan
untuk jasa
umum bermunculan
RS
UMUM
Muncul

Sejarah pertebaran generasi atau penduduk mula-mula di pulau ambon dan lease, tidaklah
terlepas pisah dari penduduk asli pulau seram, Halmahera dan jawa (Tuban). Masyarakat/
kelompok-kelompok kecil yang datang itu biasanya mendiami daerah-daerah pegunungan
sebagai tempat permukiman pertama yang disebut “Negeri lama”. Ketika terjadi peperangan dan
pertambahan penduduk di kemudian hari maka terjadi pula perpindahan dari daerah pegunungan
ke bagian pesisir (pantai) yang di sebut “kampong/negeri baru”. Menggali/mengenal asal mula
dusun Airlouw, itu berarti menggali/mengenal Nusaniwe secara utuh. Dengan kata lain Airlouw
(dulu Hatiary) adalah nusaniwe atau rossaniwe yang artinya, pulau kelapa (Nusa=pulau, dan
niwel:kelapa). Menurut cerita, orang pertama atau generasi mula-mula yang masuk dan
mendiami negeri tau dusun Nusaniwe berasal dari seram utara tepatnya kampong tobu pada
abad 13 M.

Kisah ini berawal dari dua bersaudara yaitu surihai dan lasang pius Wattilete. Dengan
bertolak dari tempat asal dan menyisir pantai hutumuri ke arah barat tibalah mereka di suatu
labuan atau pantai yang di sebut juga “Labuan sipadore”, artinya sampai sudah sore (Labuan
Sipadore di sebut juga Labuan Raja” yang artinya pantai tempat mandi raja dan keluarga)
Tempat pertama surinai dan lasang pius waittitele adalah lahuung yang berlokasi di sebuah
gunung yang diberi nama gunung Tola (artinya tempat bertolak) dari lahuung mereka bertolak ke
“Tariu” (artinya tempat yang tenang, teduh,sunyi/tidak ada suara), daerah disamping sekarang
merupakan tempat rumah tua kapitan wattilete dan sebagai tempat upacara panas Adat/panas
pela Kapitan dan malessy.

Pada perkembanagan selanjutnya, ketika terjadi pertambahan penduduk di kemudian hari


maka mulailah terbentuk suatu kelompok masyarakat kecil yang di “Amanila (artinya tinggal
Bapa)” yang berdekatan dengan “Rumila(artinya rumah ilah). Amanila di hubungkan dengan
tempat tinggal surinai dan lasang pius Wattilete, disitu terdapat “Rumila” yang merupakan baileo
(sebutan sekarang) adalah tempat berkumpul Upulatu/Raja dan warganya serta berbagai tempat
upacara kepada Ilah-ilah(arimistik).

Menurut penuturan, dari Amanila da Rumila mereka membangun sebuah kota kecil dan
disitu terbentuklah kerajaan Nusaniwe yang pertama. Tempat dimana kota kecil/kerajaan
Nusaniwe didirikan adalah “Amatiang (artinya tiang Bapa)” atau Ukuhener (menujuk kepada
kekayaan alam kerajaan Nusaniwe berupa sumber air yang melimpah, pohon sagu dan pohon
duren pada zaman itu. Buktinya sampai sekarang ini kita masih bisa melihat banyak sungai atau
kali mati yang tersebar luas di pegunungan.
Lebih lanjut dikatakan oleh J.Wattilete (mantan Raja Nusaniwe) bahwa pamareuta (Raja)
dengan gelar Latu-latu Laiar yang diserta dengan pengawal/pelindung Raja adalah Surinai
(Kakak) yang bergelar Latu-latu kapitan. Pada zaman itu belum ada istilah raja, di zaman
kerajaan nusaniwe yang di kenal adalah pamareuta (Latu/Raja) yang disebut sebagai kepala
Adat/pimpinan. Pemerintahan Negeri/negeri saniri yang meliputi Soa-soa dengan mata rumahnya
dan sainiri besar yang meliputi seluruh komponen masyarakat termasuk tukang, kewang,
marinyo, aueng dan masyarakat. Luas wilayah kerajaan meliputi Labuan Honipopu (dibelakang
kota) sebagai benteng victoria dan berbatasan dengan petuanan Negeri Soya, Dira colonial pada
zaman portugis dan Belanda menjelajah maluku dan ambon khusunya (pada abad 15-16)

Akibat “strategi adu domba “Belanda(1069-1610) yang ingin menguasai Nusaniwe, maka
terjadilah “Kudeta” didalam kerajaan, mengakibatkan terjadi pula peralihan kekuasaan dari
Lasahanila Wattilete kelopulalan. Penguasaan kerajaan yang baru lopulalan/Latusoulalan yang
disebut juga Antony de sosya di bawah pimpinan andre fotando, mengirim ”Raja” tersebut ke
benteng Laha yang kemudian di baptis disana. Dengan demikian Nusaniwe merupakan
negeri/Desa pertama yang menerima Kristen di pulau Ambon sekitar abad 16 M.

Di zaman belanda itulah terjadi beberapa perubahan pada kerajaan Nusaniwe antara lain :
sistem pemerintah dari pamareuta/Upulatu di ganti dengan gelar raja. Masyarakat aman/Hena
(Orang kaya) di kerajaan Nusaniwe, diubah dengan masyarakat negeri, tahun 1639 oleh kerajaan
belanda, negeri Nusaniwe di beri gelar “koningen van Nusaniwe”/ disebut negeri Raja Nusaniwe
selain soya dan negeri kilang pada zaman itu. Selain dengan keinginan belanda untuk menjajah
dan menguasai seta pertambahan penduduk yang cukup pesat, mengakibatkan luas wilayah
petuanan negeri Nusaniwe menjadi sempit.

Di era Tahun 1945, negeri Nusaniwe hanya dudun Airlouw dan erie. Dulu dusun erie
adalah tempat berkebun, pusat dati-dati dari masyarakat yang tinggal di amatiang sekitar tariu.
Lama kelamaan karena pertambahan penduduk yang semakin banyak maka terbentuklah dusun
erie setelah dusun dusun Airlouw. Adapun terbentuk dusun Airlouw adalah sebagai berikut :
pada uraian yang terdepan di singgung bahwa Ukuhener/yang di pusat kerajaan Nusaniwe yang
letaknya di pegunungan.

Di kemudian hari kekayaan alam berupa pohon duren dan sagu hilang atas sumpahan
nenek moyang karena kaki Raja tertusuk duri sagu, maka pindah ke pesisir pantai.disana sukar di
temukan air tawar, yang ada hanyalah satu kolam air, yang jika di ambil sangatlah sulit jarena
ketaknya yang tersembunyi dan tertutup oleh akar-akar pohon, oleh bahasa setempat kolam itu
disebut”Airlouw” Airlouw terdiri dari dua kata yaitu Air : artinya air, dan Louw : satu cara
mengambil benda (AIR) dengan posisi badan membungkuk dan tangan terlunjur kedepan.
Berawal dari cerita tersebut daerah di sekitar itu di namakan Airlouw hingga kini merupakan
pusat kerajaan Nusaniwe yang kedua di pesisir (pusat kerajaan di pegunungan di pindahkan ke
pesisir pantai) dusun erie yang sekarang sebagai pusat pemerintahan negeri Nusaniwe karena
pertimbangan bahwa daerah tesebut dekat dengan pusat kota strategis karena menghadap pintu
masuk kota ambon yaitu tanjung Nusaniwe dan tanjung Allang

pada tahun 1959 kerajaan ini masih tetap berdiri di bawah pamareuta
lasahalila/lasahanila Wattilete dengan 10.000 prajurit pemerintah kerajaan kemudian di alihkan
ke daerah urimessing dan disitulah di bangun “baileo” yang kedua setelah “Runnila” (sekarang
tempat baileo Nusaniwe di belakang kantor PLN ambon daerah sekitar pohon pule). Di
Nusaniwe pada abad tersebut sudah ada ulihima/lima kelompok masyarakat atau dusun kecil
yang di pimpin oleh Aman/hena (orang kaya) dan pati (di desa Amahusu) yang semuanya berada
di bawa pimpinan Upu-Latu/Raja Nusaniwe yang disebut pemerintah, kelima dusun/Ulilima itu
adalah:

Papala : kampung yang di pimpin oleh Risakotta pada bagian Latuhalat

Ukuhuri : kampung yang di pimpin oleh Raja di sebelah barat/Latuhalat

Ukuhener : Daerah dari pos polisi Latuhalat sampai pintu kota

Hatiari : Airlouw yang sekarang

Seilale : di antara/di atas bukit (mengapit Latuhalat, Eriedan Airlouw


BAB III

KOMPILASI DAN ANALISIS DATA

Data Fisik Dasar: Ketinggian, Curah Hujan, Hidrologi, Kelerengan, Jenis Tanah, Resiko
Bencana

Ketinggian:

Keadaan topografi pada Kecamatan Nusaniwe secara umum dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1) Topografi relatif datar dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 0-10% terdapat di
kawasan sepanjang pantai dengan radius antara 0-300 meter dari garis pantai.
2) Topografi landai sampai miring dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 10-20%
terdapat pada kawasan yang lebih jauh dari garis pantai (100 meter kearah daratan).
3) Topografi bergelombang dan berbukit terjal dengan ketinggian 0-100 meter dan
kemiringan 20- 30% terdapat pada kawasan perbukitan.

Curah Hujan

Curah hujan di Kecamatan Nusaniwe pada bulan April 2019 masih tergolong menengah,
yaitu ada di kisaran 150-200 mm, dan masih bersifat normal di kisaran 85-115%. Curah hujan
dan sifat hujan di seluruh wilayah Kecamatan Nusaniwe terlihat sama, tidak ada daerah yang
memiliki curah hujan lebih tinggi dari daerah lainnya.
Pada bulan Juni 2019, curah hujan di Kecamatan Nusaniwe tergolong tinggi, yaitu sekitar
400-500 mm dan masih bersifat normal, dengan persentase 51-84% untuk wilayah desa
Latuhalat, Seilale, Nusaniwe, Amahusu, dan Kelurahan Benteng, Kudamati, Wainitu dan
sekitarnya, namun beberapa wilayah di Urimesing yang berbatasan langsung dengan Leitimur
Selatan Nampak berwarna kuning terang, artinya persentase sifat hujan di daerah tersebut sedikit
lebih tinggi, yaitu di angka 85-115%.
Secara umum curah hujan tertinggi di Kota Ambon selama periode 1979-2010 memang
terjadi pada bulan Juni, dan terendah pada bulan November. Mengacu pada rata-rata curah hujan
bulanan dalam 31 tahun terakhir, maka bulan basah (musim hujan) dengan curah hujan di atas
200 mm terjadi pada bulan Mei hingga September seiring berlangsungnya musim timur.
Sedangkan musim kering (musim panas) dengan curah hujan di bawah 200 mm terjadi dari bulan
Oktober hingga April seiring dengan berlangsungnya musim barat.

Hidrologi
Terdapat dua sungai yang mengalir di Kecamatan Nusaniwe yaitu Wai Batu Gantung
(9km) yang mengalir dari Mangga Dua, Batu Gantung hingga Waihaong, dan Wai Illa (5km)
yang mengalir di sepanjang desa Amahusu. Saat ini, sungai lebih banyak dimanfaatkan untuk
saluran drainase dan tempat pembuangan limbah rumah tangga.

Sumber air baku yang sudah dimanfaatkan oleh PDAM Kota Ambon adalah mata air dan
sumur dalam. Sumber mata air yang terdapat di wilayah Kecamatan Nusaniwe adalah sumber air
Wainitu, serta Air Keluar (Kusu-Kusu). Sumber air yang potensial terdapat pada sumber air
Wainitu untuk daerah pelayanan sekitar Pusat Kota.

Kelerengan

Topografi di Kota Ambon memiliki kontur dengan karakteristik landai sampai dengan
berbukit. Rata-rata kemiringan lereng di Kota Ambon yaitu kisaran 15-40% dari keseluruhan
Kota Ambon. Untuk wilayah Kecamatan Nusaniwe dapat dilihat pada tabel berikut:

Topografi di wilayah petuanan sangat variatif antara wilayah pesisir yang relatif datar,
terbentang pada daerah pegunungan yang berlereng terjal dengan rata-rata kemiringan di atas
15%. Kawasan permukiman berada linier sepanjang garis pantai baik pada dusun Erie maupun
dusun Airlouw yang relative datar dengan kemiringan rata-rata 2%.
Tabel. Kemiringan Lereng Kec. Nusaniwe

Jenis tanah yang tersebar di wilayah Kecamatan Nusaniwe antara lain :

a. Regosol; Tanah ini tersebar di sepanjang pesisir pantai dan daerah bertopografi datar di
desa Amahusu sampai pada daerah Latuhalat. Karakteristik Regosol antara lain
bertekstur pasir kasar (pasir > 60%) dari bahan-bahan albik tanpa horizon diagnostic
kecuali A okrik. Vegetasi penting yang tumbuh di atas tanah ini adalah kelapa, dan
tumbuhan semak belukar.
b. Aluvial; Tanah ini tersebar pada daerah-daerah bertopografi datar terutama di Kecamatan
Nusaniwe adalah daerah Kudamati, Bentas dan Salobar . Aluvial berkembang dari bahan
induk alluvium muda mempunyai susunan berlapis atau kadar C-Organik tidak teratur,
dan yang tidak mempunyai horizon diagnostic kecuali tertimbun oleh 50 cm atau lebih
bahan baru selain horizon A okrik, H histik atau sulfuric dengan kadar fraksi pasir < 60%
pada kedalaman 25 cm sampai 100 cm dari permukaan tanah mineral. Tanah ini memiliki
solum sedang sampai dalam, dengan tekstur sedang dan ber-drainase agak buruk,
Kemiringan Luas (Ha)
berasosiasi dengan Regosol, Kambisol,
0-2% 149
2-15% 2.866 dan Rendzina. Vegetasi umumnya
KECAMATA 15-25% 2.904 didominasi oleh kelapa dan tanaman
N 25-40% 2.263
>40% 653 campuran.
NUSANIWE
c. Renzina; Tanah ini tersebar di,
Latuhalat,dan Seilal. Karakteristik Renzina antara lain terdapat horizon A mollik dan di
bawahnya langsung berupa batu kapur, kadar CaCO3 lebih dari 40%. Bila horizon A
mengandung pecahan CaCO3 halus banyak, warna horizon A mollik dapat menyimpang.
Tanah memiliki solum dangkal sampai sedang dengan tekstur sedang sampai halus dan
ber-drainase baik di atas bahan induk koral, umumnya berasosiasi dengan Litosol dan
Kambisol. Vegetasi penting antara lain tanaman campuran, dan semak belukar

Rawan Bencana :

Akibat benturan lempeng tersebut juga terdapat zona-zona sesar dan deretan gunung api
aktif yang memanjang. Busur Banda - Sulawesi dan Halmahera merupakan bagian dari deretan
gunung api aktif yang memanjang mulai dari Sumatera - Jawa - Nusa Tenggara. Zona sesar
merupakan zona lemah dan bila terjadi pergerakan lempeng akan terjadi gempa bumi di
sepanjang zona lemah tersebut. Kompleksnya topografi dasar laut Maluku berada pada sebagian
wilayah pesisir yang berada pada kecamtan Nusaniwe disebabkan di kawasan ini terjadi benturan
atau gesekan antara empat lempeng litosfer, yakni lempeng Eurasia, Filipina, Pasifik, dan Indo -
Australia. Konsep tektonik lempeng menganggap bahwa kerak bumi terdiri atas lempeng-
lempeng litosfer yang berada di atas astenosfer dari mantel atas bumi yang plastis dan bergerak
relatif terhadap lempengan lainnya. Bentuk wilayah pesisir yang terletak di antara daratan dan
lautan selain ditentukan oleh kekerasan batuan dan pola morfologi, juga ditentukan oleh tahapan
tektoniknya. Dalam batasan geologi, bentuk pesisir pada wilayah Kecamtan Nusaniwe terdiri
dari bentuk pantai berundak; bentuk pantai terjal, dan bentuk pantai landai. Hampir seluruh
wilayah Maluku adalah terbentuk dari jenis batuan Gunung Api, dan beberapa kawasan di
selatan adalah jenis batuan Ultramafik. Beberapa kawasan di pesisir adalah jenis batuan
Aluvium; dan Regosol.

Data Fisik Ruang: Administrasi

Letak dan Batas Wilayah

Letak Wilayah Kecamatan Nusaniwe berada pada sebagian Pulau Ambon, di mana pada
bagian Utara berbatasan dengan Teluk Ambon, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda,
sebelah Timur berbatasan dengan Negeri Kilang(Kecamatan Leitimur Selatan), Kelurahan
Honipopu dan Kelurahan Ahusen (Kecamatan Sirimau Kota Ambon) dan sebelah Barat
berbatasan dengan Laut Banda.
Luas Wilayah

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979 dan sesuai dengan hasil Survei
Tata Guna Tanah Tahun 1980, luas Wilayah Kecamatan Nusaniwe tercatat 88,35 Km2, yang
terbagi atas 8 (delapan) Kelurahan dan 5 (lima) Negeri Definitif yaitu : Negeri Latuhalat dengan
luas 13,00 Km², Negeri Seilale dengan luas 2,41 Km², Negeri Nusaniwe dengan luas 16,00 Km²,
Negeri Amahusu dengan luas 8,00 Km², Kelurahan Nusaniwe dengan luas 0,16 Km², Kelurahan
Benteng dengan luas 0,87 Km², Kelurahan Wainitu dengan luas 0,30 Km², Kelurahan Kudamati
dengan luas 0,67 Km², Negeri Urimessing dengan luas 46,16 Km²

Analisis Keruangan

Pada Kecamatan nusaniwe awal mulaiya adanya permukiman diwilayah ini ialah di
dusun Airlouw (area pegunungan; Daerah dari pos polisi Latuhalat sampai pintu kota).Setelah itu
timbul juga wilayah-wilayah permukiman di daerah erie (wilayah pesisir). Dimana juga mulai
berkembang permukiman di wilayah Labuan Honipopu (dibelakang kota) sebagai benteng
victoria. Berselang waktu kemudian timbul juga permukiman baru di wilayah urimessing.

Jadi wilayah kecamatan nusaniwe ini berkembang dari dua sisi/arah dimana arah pertama
itu dari selatan kecamatan nusaniwe ke arah barat (pusat kota ambon saat ini) maupun
sebaliknya.

Pola Pemanfaatan Ruang

 Kawasan resapan air kecamatan nusaniwe ; meliputi hulu DAS air keluar dan dusun seri,
negeri urimessing, kawasan lindung dan penyangga berada di gunung nona, hulu DAS
Wai Ila Negeri Amahusu
 Rencana pengembangan dan pemeliharaan kawasan sekitar mata air : meliputi mata air
dusun seri berlokasi di negeri urimessing, mata air wai nitu dikelurahan wainitu dan
kelurahan kudamati
 Kawasan perlindungan cagar budaya : meliputi Tugu Doland di kelurahan kudamati,
kawasan museum siwalima di negeri amahusu, laboratorium alam plasma nuftah di
gunung nona
 Rencana pengelolaan dan rencana pelestarian taman wisata alam ; meliputi gua liang
ekang di negeri urimessing, kawasan gunung nona di negeri amahusu
 Rencana pengelolaan dan rencana pelestarian taman wisata alam laut ; meliputi laut
dinegeri latuhalat, dusun airlouw-negeri nusaniwe.
 Rencana pengelolaan kawasan rawan longsor ; meliputi negeri urimessing, negeri
amahusu, negeri nusaniwe,
 Kawasan lindung geologi ; meliputi kawasan kars pada negeri latuhalat, negeri amahusu,
kelurahan benteng, kelurahan kudamati, kawasan gunung nona.
 Kawasan terumbu karang ; meliputi sepanjang pesisir selatan kecamatan nusaniwe,
pesisir antara negeri latuhalat sampai negeri nusaniwe.
 Kawasan permukiman kepadatan sedang ; meliputi sekitar negeri amahusu, nusaniwe,
seilale, dan latuhalat.
 Kawasan permukiman/perumahan ; meliputi kawasan gunung nona, kusu-kusu sereh,
negeri amahusu, nusaniwe, seilale, latuhalat.
 Rencana pengembangan kawasan wisata alam bahari ; meliputi pintu kota, pantai
namalatu, taman laut nusaniwe, pantai nusaniwe, pantai amahusu termasuk batu capeo,
pantai air salobar.
 Rencana pengembangan wisata alam agro ; meliputi kawasan gunung nona.

KDB & KLB

KLB

Pada kecamatan nusaniwe ini memiliki lantai bangunan 1-3 akan tetapi rata-rata
bangunan diwilayah ini memiliki 1-2 lantai. Kebanyakan bangunan yang berlantai 1-2 ialah
permukiman, perdagangan dan jasa, serta kantor pemerintahan. Sedangkan bangunan yang
memiliki lantai lebih dari 2 ialah bangunan penginapan.
Struktur Ruang

Kecamatan Nusaniwe masuk dalam satuan wilayah pengembangan (SWP) I (bagian


wilayah yang berdekatan dengan pusat kota) dan SWP V, dimana SWP I akan dikembangkan
sebagai pusat penyelenggaraan pemerintahan provinsi maupun kota, perdagangan, jasa
keuangan, perhubungan darat dan laut, industri perikanan, dan aneka industri, pariwisata,
kesehatan, dan pendidikan. Sedangkan SWP V akan dikembangkan pusat pemerintahan
kecamatan, industri rumah tangga, perikanan, perkebunan peternakan, pariwisata, dan
permukiman.

Analisis Arah Perkembangan Kota

Menurut cerita, orang pertama atau generasi mula-mula yang masuk dan mendiami negeri
tau dusun Nusaniwe berasal dari seram utara tepatnya kampong tobu pada abad 13 M. Pada
perkembanagan selanjutnya, ketika terjadi pertambahan penduduk di kemudian hari maka
mulailah terbentuk suatu kelompok masyarakat kecil, mereka membangun sebuah kota kecil dan
disitu terbentuklah kerajaan Nusaniwe yang pertama.
Pada zaman itu belum ada istilah raja, di zaman kerajaan nusaniwe yang di kenal adalah
pamareuta (Latu/Raja) yang disebut sebagai kepala Adat/pimpinan. Pemerintahan Negeri/negeri
saniri yang meliputi Soa-soa dengan mata rumahnya dan sainiri besar yang meliputi seluruh
komponen masyarakat termasuk tukang, kewang, marinyo, aueng dan masyarakat. Luas wilayah
kerajaan meliputi Labuan Honipopu (dibelakang kota) sebagai benteng victoria dan berbatasan
dengan petuanan Negeri Soya, Dira colonial pada zaman portugis dan Belanda menjelajah
maluku dan ambon khusunya (pada abad 15-16).
Di zaman belanda itulah terjadi beberapa perubahan pada kerajaan Nusaniwe antara lain :
sistem pemerintah dari pamareuta/Upulatu di ganti dengan gelar raja. Masyarakat aman/Hena
(Orang kaya) di kerajaan Nusaniwe, diubah dengan masyarakat negeri, tahun 1639 oleh kerajaan
belanda, negeri Nusaniwe di beri gelar “koningen van Nusaniwe”/ disebut negeri Raja Nusaniwe
selain soya dan negeri kilang pada zaman itu.
Di era Tahun 1945, negeri Nusaniwe hanya dudun Airlouw dan erie. Dulu dusun erie
adalah tempat berkebun, pusat dati-dati dari masyarakat yang tinggal di amatiang sekitar tariu.
Lama kelamaan karena pertambahan penduduk yang semakin banyak maka terbentuklah dusun
erie setelah dusun dusun Airlouw.
pada tahun 1959 kerajaan ini masih tetap berdiri di bawah pamareuta
lasahalila/lasahanila Wattilete dengan 10.000 prajurit pemerintah kerajaan kemudian di alihkan
ke daerah urimessing dan distulah di bangun “baileo” yang kedua setelah “Runnila” (sekarang
tempat baileo Nusaniwe di belakang kantor PLN ambon daerah sekitar pohn pule).
Pada tahun 1977 Dibangunya Museum Siwalima pada daerah Amahusu yang menjadi
tempat penampungan aset-aset bersejarah. Dan juga Terdapat Rumah sakit umum yang
mempermudah pelayanan kesehatan terhadap masyarakat kota Ambon (Kudamati) Tahun 2000-
an terdapat banyak tempat wisata pantai yang telah dibuka untuk umum namun sarana prsarana
belum terlalu memadai (Pintu Kota, Namalatu, Santai Beach, Tapal kuda) selain tempat wisata
juga terdapat pelabuhan gudang arang yang dibangun sebagai pelabuhan barang dan jasa dalam
hal transprostasi laut kemudian terdapat rumah peribadatan agama katolik yang diabngun secara
megah dan besar di derah Benteng Kecamatan Nusaniwe, PT Pertamina mulai beroperasi untuk
mendistribusikan bahan bakar pada SPBU yang berada di daerah lainya, Failitas Pendidikan
seperti Perguruan Tinggi telah hadir pada daerah Kecamtan Nusaniwe serta dengan munculnya
berbagai pusat pelayanan masyarakat seperti perkantoran pemerintahan dan pelayanan barang
ataupu jasa lainya (swalayan, mimimarket ataupun pasar modern)
2014-sekarang terdapat kegiatan yang merupakan kerjasa sama antara Pemerintah Kota
dan Darwin dalam hal perlombaan perahu layar yagng diadakan pada perairan laut kecamatan
Nusaniwe serta kegiatan Tour the Molucca yang memakai akses jalan pada Kecamtatan ini untuk
keberlangsungan kegitan tersebut, serta dengan adanya pencangan kota Ambon sebagai kota
music kemudian acara puncak dari pencagan kegitan tersebut sering memanfaatkan derah pesisir
pantai Kecamtan Nusaniwe sebagai tempat penyelengaraan acara itu.

Daya Dukung Lahan

Pada Kecamatan Nusaniwe masih terdapat lahan-lahan yang belum disentuh oleh
masyarakat, pemerintah ataupun swasta untuk melakukan pembangunan, seperti permukiman,
perkantoran, maupun perdagangan dan jasa. dimana lahan-lahan ini masih digunakan sebagai
area pertanian meliputi : Ubi Kayu 52 Ha, Ubi Jalar 1 Ha, Jagung 1 Ha, Buah-buahan 34,35 Ha,
Sayur 54,75 Ha. Dan juga sebagai ruang terbuka hijau (RTH), serta Hutan Lindung.

Prasarana

 Jaringan Telepon

Keberadaan sambungan telepon di lokasi ini sudah merata karena sudah adanya
pelayanan yang diberikan oleh PT. TELKOM. Sistem jaringan telepon mengikuti pola
jaringan jalan, dengan pemasangan tiang-tiang penyangga pada bahu jalan atau sistem
serat optic (Fiber Optic) dengan kabel yang ditanam dalam tanah.

 Jaringan Listrik
Kondisi jaringan listrik pada lokasi studi sudah tercukupi karena lokasi yang
berdekatan dengan kegiatan pusat perkotaan. Pada kawasan pusat Kota, terdapat beberapa
tiang listrik dengan fungsi memberikan distribusi di sepanjang jalur jalan dan juga
sebagai penerangan jalan.

 Air Bersih

Sumber air dimanfaatkan masyarakat di Kecamatan Nusaniwe untuk memenuhi


kebutuhannya berasal diantaranya bersumber dari sumur pompa tangan atau sumur bor,
sumur gali, perlingan mata air (PMA), penampungan air hujan dan perusahaan penyedia
air minum yakni PDAM dan PT Dream Sukses Airindo (DSA).

 Persampahan

Pada kecamatan Nusaniwe memiliki pengelolaan persampahan yang baik dimana


di masing-masing negeri/kelurahan sudah ada pengelolaan sampah, tapi saluran
pembuangan di beberapa negeri/kelurahan pada kecamatan ini masih ada sampah yang
belum terurus, contohnya saja kelurahan benteng di area memasuki asrama tentara
lorong pertama sebelum dapat lorong KB , pada saluran di depan kios tersebut ada
banyak sampah padahal disitu bukanlah tempat sampahnya, tempat sampah yang
sebenarnya ada di samping kiri lorong KB.
Sarana

 Pendidikan
Pada tahun 2017 jumlah Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Nusaniwe sebanyak
81 buah dengan jumlah murid sebanyak 16.235 orang dan jumlah guru sebanyak 638
orang, dengan ratio murid terhadap guru sebesar 25.1 Jumlah SMP tahun 2017 sebanyak
11 buah, dengan jumlah murid 4.432 orang dan guru 309 orang, sehingga ratio murid
terhadap guru sebesar 14.1 Jumlah SMU/K tahun 2017 sebanyak 13 buah, murid 3.857
orang dan guru 410 orang, dengan ratio murid terhadap guru sebesar 9:1 Selain dari
status pendidikan tersebut di atas, untuk tingkat pendidikan tinggi, terdapat pula Akademi
Keperawatan Rumah Sakit Tingkat III Ambon yang pada tahun 2017 berhasil meluluskan
127 orang mahasiswa dan Universitas Kristen Indonesia Maluku telah meluluskan 532
orang mahasiswa.

Tabel. Sarana Pendidikan Kecamatan Nusaniwe

PENDIDIKA
N

Wilayah PENDIDIKAN
AKADEMIK
PERGURUAN
SD SMP SMA/SMK KEPERAWATA
Nusaniwe TINGGI
N
81 11 13 1 1

Diagram.
Sarana Pendidikan
kecamatan nusaniwe

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Gambar. Sarana Pendidikan di kecamatan nusaniwe

 Kesehatan
Kesehatan Tujuan pembangunan di sektor kesehatan yang dilakukan pemerintah
pada hakekatnya agar masyarakat dapat dengan mudah memperoleh pelayanan kesehatan
secara merata dan dengan harga yang relatif murah.
Dalam rangka tercapainya tujuan tersebut, maka di dalam pembangunan Sektor
Kesehatan di Kecamatan Nusaniwe dari tahun ke tahun, diarahkan kepada perbaikan dan
peningkatan berbagai sarana dan prasarana fasilitas kesehatan baik kuantitas maupun
kualitasnya sesuai dengan perkembangan kebutuhan.
Sampai dengan tahun 2017 jumlah Rumah Sakit di Kecamatan Nusaniwe
sebanyak 3 buah, Puskesmas 6 buah, Puskesmas Keliling 6 buah dan Puskesmas
Pembantu 12 buah, Posyandu 81 buah, Klinik/balai kesehatan 2 buah dan Tempat Pratek
Bidan 28 Buah. Dengan jumlah Tenaga Kesehatan sebanyak 67 orang dengan rincian:
Dokter Ahli 16 orang, Dokter Umum 19 orang, Dokter Gigi 5 orang, Apoteker 12 orang
dan Asisten Apoteker 15 Orang. Ada juga sarana penunjang lainnya seperti : Apotik 9
buah Depot obat 7 buah dan pedagang Farmasi ada 4 buah.

Tabel. Sarana Kesehatan Kecamatan Nusaniwe

Kesehata
n

Wilayah KESEHATAN
PUSKESMA TEMPAT
R PUSKESMA KLINI
PUSKESMAS S POSYANDU PRAKTEK
Nusaniwe S S KELILING K
PEMBANTU BIDAN
3 6 12 6 81 2 28

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Diagram. Sarana Pendidikan kecamatan nusaniwe


Gambar. Sarana Kesehatan di kecamatan nusaniwe

 Peribadatan
Dalam upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia dewasa ini, maka sudah
tentu faktor kehidupan beragama merupakan salah satu pilihan untuk terus dibina dan
dikembangkan, karena melalui kehidupan beragama yang baik akan melahirkan manusia-
manusia yang bermental baik.
Berdasarkan data dari Kantor Departemen Agama Kota Ambon, dari jumlah
penduduk di Kecamatan Nusaniwe pada tahun 2017 sebanyak 69.590 orang, tercatat
pemeluk agama Islam sebanyak 15.746, orang Kristen Protestan 47.225, Kristen Katolik
6.456 orang sedangkan untuk penduduk yang beragama Hindu 78 orang dan yang
beragama budha 85 orang.
Pada tahun 2017 tercatat jumlah sarana peribadahan yang tersebar pada setiap
Negeri/Kelurahan di Kecamatan Nusaniwe sebanyak 144 unit dengan rincian Mesjid
(termasuk langgar, surau dan mushalah) sebanyak 38 unit, Gereja Protestan 95 unit,
Gereja Katolik 5 unit, Pura 1 unit dan Wihara 1 unit.

Tabel. Sarana Peribadatan di Kecamatan Nusaniwe

Peribadata
n

Wilayah PERIBADATAN
Masji Gereja Gereja Pur
Wihara
Nusaniwe d Protestan Khatolik a
38 95 5 1 1

Diagram.
Sarana Peribadatan di
kecamatan nusaniwe

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Gambar. Sarana Peribadatan di kecamatan nusaniwe

 Transportasi
Peranan Sektor Perhubungan dan Komunikasi sangat penting dalam
Pembangunan, karena merupakan penunjang untuk kelancaran Pembangunan
sektorsektor lainnya.
Jumlah sarana Angkutan Darat yang beroperasi di Kecamatan Nusaniwe pada
tahun 2017 tercatat sebanyak 612 unit bus yang melayani 14 trayek. Dari sebanyak 612
unit yang ada, jumlah terbesar yang melayani trayek LIN III 148 unit, berikutnya trayek
Kudamati sebanyak 145 unit dan yang terkecil melayani trayek Air Louw sebanyak 2
unit.
Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah bus angkutan umum yang
melayani 14 trayek di Kecamatan Nusaniwe mengalami kenaikan sebesar 28 armada.

Kependudukan

Jumlah penduduk di Kecamatan Nusaniwe sebanyak 99.397 jiwa dengan luas wilayah
sebesar 88,34 km2, kepadatan penduduk di kecamatan ini tercatat 1.125 jiwa per km2. Jumlah
penduduk perempuan di Kecamatan Nusaniwe adalah 49.973 jiwa. Sedangkan jumlah Penduduk
Lakilaki berjumlah 49.424 jiwa. Apabila dibandingkan penduduk perempuan terhadap penduduk
laki-laki. Sex ratio penduduk Kecamatan Nusaniwe sebesar 98,9 hal ini menunjukan
perbandingan jumlah penduduk perempuan dan laki-laki tidak seimbang.
Negeri/Kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2017 di Kecamatan
Nusaniwe adalah Kelurahan Kudamati dengan 17.084 penduduk diikuti Kelurahan Benteng
dengan 16.507 penduduk, Sedangkan Negeri Seilale adalah Negeri dengan jumlah penduduk
terendah, yaitu sebanyak 1.622 jiwa dari jumlah penduduk Kecamatan Nusaniwe.
Pola yang berbeda akan terlihat jika kita mencoba mengamatinya berdasarkan kepadatan
penduduk/km2, dimana Negeri/kelurahan terpadat adalah Kelurahan Nusaniwe ( jiwa per km2)
dan yang terjarang penduduknya di Negeri Urimessing (201 jiwa per km2).

Tabel. Penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Nusaniwe

Penduduk
Tahun Total
L P
2015 52.839 54.436 107.275
2016 55.364 57.146 112.510
2017 49.424 49.973 99.397
2018 46.934 47.868 94.802
Diagram. Penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Nusaniwe

JUMLAH PENDUDUK
70,000

60,000

50,000

40,000

30,000

20,000

10,000

0
2015 2016 2017 2018

Penduduk L Penduduk P

Ekonomi
 Pertanian Tanaman Pangan
Komoditi pertanian tanaman pangan di Kecamatan Nusaniwe pada tahun 2017,
hasil produksi sedikit peningkatan kalau di bandingkan dengan hasil produksi di tahun
2016. Itu terjadi pada komoditi ubi kayu, dengan 52 Ha luas panen mampu memproduksi
558,83 Ton ubi kayu. Komoditi lainnya adalah ubi jalar, pada tahun 2017 hanya bisa
mencapai 1 Ha luas tanam dan hasil yang di capai 7 ton.
Tabel. Ubi Kayu

Luas Luas Panen Produksi Productivita


Desa
(Ha) (Ha) (Ton) s (Ton/Ha)
12,0
10,00 192,70 19,27
Latuhalat 0
Seilale 5,00 1,20 2,12 19,27
Nusaniwe 6,00 1,00 19,27 19,27
11,0
9,00 173,43 19,27
Amahusu 0
Kel. Nusaniwe 2,00 0,50 9,64 19,28
Kel. Benteng 1,00 0,05 0,96 19,20
Kel. Wainitu 1,00 0,01 0,19 19,00
Tabel Ubi Jalar Kel. Kudamati 1,00 0,05 0,96 19,20
10,0
7,00 134,89 19,27
Urimessing 0Luas Luas Panen Produks Productivita
Desa
Kel. Mangga (Ha)
1,00 (Ha)
0,09 i (Ton)
1,73 s 19,22
(Ton/Ha)
Dua
Latuhalat - - - -
Kel. Urimessing 1,00 - 0,02 - 0,39 - 19,50-
Seilale
Kel. Waihaong - 1,00 - 1,00 - 7,00 - 7,00
Nusaniwe
Kel. Silale
Amahusu 1,00 - 0,08 - 1,54 - 19,25-
Kec.
Kel.Nusaniwe
Nusaniwe - - - -
52,0 -
Kel. 2017
Benteng 29,00- 558,83- 19,27-
0
Kel. Wainitu - - - -
52,0
1016
Kel. Kudamati - 30,00- 582,00- 19,40-
0
Urimessing 52,0 - - - -
2015
Kel. Mangga Dua 0 - 30,00- 578,40- 19,28-
Kel. 2014
Urimessing - - - - - - - -
Kel. Waihaong 38,0 - - - -
2013 28,00 560,00 20,00
Kel. Silale 0 - - - -
Kec. Nusaniwe
2017 1,00 1,00 7,00 7,00
1016 - - - -
2015 1,00 2,00 8,75 26,25
2014 - - - -
11,0
2013 10,00 100,00 10,00
0
Tabel. Jagung

Luas Luas Panen Produks Productivita


Desa
(Ha) (Ha) i (Ton) s (Ton/Ha)
Latuhalat 1,75 0,75 2,12 2,83
Seilale - - - -
Nusaniwe 1,25 0,25 0,71 2,84
Amahusu 5,00 5,00 14,15 2,83
Kel. Nusaniwe - - - -
Kel. Benteng - - - -
Kel. Wainitu - - - -
Kel. Kudamati - - - -
Urimessing - - - -
Kel. Mangga Dua - - - -
Kel. Urimessing - - - -
Kel. Waihaong - - - -
Kel. Silale - - - -
Kec. Nusaniwe
2017 1,00 1,00 7,00 2,83
1016 - - - -
2015 8,00 6,00 17,00 2,38
2014 - - - -
2013 18,00 14,00 45,50 3,25

Tabel. Buah-Buahan

Jenis Buah Luas (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)


Alpukat 3.00 36.000 12.00
Duku 1.81 14.48 8.00
Mangga 2.52 25.20 10.00
Durian 2.15 26.88 12.50
Pepaya 1.35 54.00 40.00
Salak 9.49 142.35 15.00
Nenas 2.62 39.30 15.00
Pising 8.16 326.40 40.00
Rambutan 1.03 5.15 500
Jambu 0.79 12.14 24.80
Manggis 1.48 11,84 8.00
Total 34,35 693.38 190.30

Tabel. Sayur
Luas Luas Panen Produksi Produktivita
Jenis Sayur
(Ha) (Ha) (Ton) s
Kubis/Kol - - - -
Petsai/Sawi 10 9,50 88,54 9,32
Kacang Panjang 12 11.00 87,23 7,93
Tomat 2 2,00 27,12 13,56
Terong 5,5 3,50 31,19 8,92
Buncis 1 1,00 11,84 11,84
Ketimun 12,75 10,75 131,15 12,20
Wortel - - - -
Kangkung 8.5 8,50 72,51 8,53
Bayam 0,25 0,25 1,55 6,2
Labu Siam 3,25 0,75 36,06 48,08
Total 54,75 47,25 577,3 247,44

 Perikanan
Produksi perikanan pada tahun 2016 mengalami peningkatan baik produksi
maupun nilainya. Untuk produksi sebasar 14.430,58 ton dan nilainya mencapai angka
55.096.638 rupiah.

Tabel. Produksi dan nilai produksi perikanan

Tahun Produksi (Ton) Nilai ;Rp)


2016 14.430.58 55.096.638
2015 14.010,28 53.491.882
2014 13.343,12 50.944,21
2014 11.500,32 55.294.210
2012 20.636,31 51. 656.160

BWK DAN SUB BWK KOTA


PROFIL KOTA

1. Peran
2. Fungsi
3. Profil

POTENSI DAN MASALAH

Potensi :

 SDA

 Pertanian
 Perikanan
 Pariwisata

Masalah :

 SDM

 Lingkungan

 Sarana Prasarana

Anda mungkin juga menyukai