Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah
satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi DKI Jakarta terletak antara
6o 12 Lintang Selatan dan 106o 48 Bujur Timur dengan batas wilayah Provinsi
DKI Jakarta bagian selatan adalah Kota Depok, bagian timur adalah Provinsi Jawa
Barat, bagian barat adalah Provinsi Banten dan bagian utara adalah Laut Jawa.
Luas wilayah DKI Jakarta menurut SK Gubernur Nomor 171 tahun 2007 adalah
sebesar 662,33 km2 untuk daratan dan 6.977,5 km2 untuk lautan termasuk wilayah
Jakarta Pusat, Kota administratif Jakarta Barat, Kota administratif Jakarta Utara
adalah Kota Jakarta Timur dengan luas wilayah 188,03 km2. Sedangkan daerah
dengan luas tersempit adalah Kabupaten Kepulauan Seribu sebesar 8,7 km2 (BPS,
Jakarta tahun 2000, 2005 dan 2010 secara berurut adalah 8.361.000 jiwa,
8.860.000 jiwa dan 9.588.200 jiwa. Adapun untuk kepadatan penduduk per kilo
meter persegi Provinsi DKI Jakarta tahun 2000 sebesar 12.592 km 2, 13.344 km2
42
tahun 2005 dan 14.440 km2 untuk tahun 2010 (BPS, Statistik Indonesia 2010).
Dari data yang telah ditunjukkan, Provinsi DKI Jakarta setiap tahunnya
pada tahun 2010 pada Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa penduduk di DKI Jakarta
umumnya memadati wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan
dengan kepadatan penduduk secara berurutan adalah 18.745 km2, 17.147 km2 dan
15.287 km2.
Tujuan dari pembangunan Provinsi DKI Jakarta yang terkait dengan visi
Indonesia yang manusiawi, efisien dan berdaya saing global, dihuni oleh
1. Jakarta sebagai ibukota negara dan kota perdagangan dan jasa hendaknya
internasional.
3. Jakarta hendaknya memilih penataan kota dan lingkungan yang baik dan
partisipasi masyarakat.
Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan PDRB di DKI Jakarta dari tahun 2000
Tabel 4.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga
Berlaku Provinsi DKI Jakarta Tahun 2000-2010
Tahun PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku
(Juta Rupiah)
2000 227.924.124
2001 263.720.107
2002 299.991.943
2003 334.364.795
2004 375.562.000
2005 433.860.000
2006 501.772.000
2007 566.449.400
2008 677.044.700
2009 757.696.600
2010 862.158.900
Sumber: BPS, 2010
PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2010
adalah sebesar Rp 862,16 triliun, sedangkan pada tahun 2009 sebesar Rp 757,70
triliun, atau terjadi peningkatan sebesar Rp 104,46 triliun. Peranan tiga sektor
utama yakni sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan, sektor perdagangan,
hotel, dan restoran, serta sektor industri pengolahan terhadap total perekonomian
DKI Jakarta pada tahun 2010 sekitar 64,16 persen. Dalam tahun 2010,
berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menghasilkan
nilai tambah bruto produk barang dan jasa terbesar adalah sektor keuangan, real
estat, dan jasa perusahaan sebesar Rp. 239,16 triliun, kemudian diikuti oleh sektor
pengolahan sebesar Rp 135,64 triliun. Sebutan Jakarta sebagai Kota Jasa (Service
City) tercermin dari struktur perekonomian Jakarta yang diukur dengan PDRB
menurut sektoral (lapangan usaha). Sekitar 71,27 persen PDRB Jakarta berasal
dari sektor tersier (perdagangan, keuangan, jasa, dan pengangkutan), 28,20 persen
bersih) dan hanya sebesar 0,53 persen dari sektor primer (pertanian dan
Tabel 4.3. PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2009-2010
4.3. Ketenagakerjaan
potensi utama yang sangat diperlukan. Terutama pada masa otonomi daerah,
dengan potensi tersebut tanpa adanya campur tangan dari pemerinatah pusat.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk usia kerja merupakan penduduk
tinggi maka pada tahun 1998 penduduk usia kerja merupakan penduduk yang
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, pada bulan Februari
2011, jumlah angkatan kerja tercatat 5,01 juta orang, naik sebesar 263,46 ribu
terjadi pada angkatan kerja laki-laki sebanyak 235,55 ribu dan perempuan
sebanyak 27,91 ribu. Jumlah penduduk yang bekerja meningkat dari 4,21 juta
orang pada Februari 2010 menjadi 4,47 juta orang pada Februari 2011, atau terjadi
peningkatan sebesar 258,22 ribu orang. Selama satu tahun ini, peningkatan jumlah
yang bekerja sebesar 230,38 ribu orang, sementara itu penduduk perempuan yang
menggambarkan presentase angkatan kerja yang tidak bekerja dan sedang mencari
pekerjaan atau mempersiapkan suatu usaha, atau mereka yang tergolong angkatan
kerja namun tidak terserap dalam pasar kerja (BPS, 2010). Selama periode 2010-
11,32 persen menjadi 10,83 persen, atau terjadi penurunan sebesar 0,49 persen.
Menurut jenis kelamin, TPT laki-laki mengalami penurunan dari 10,29 persen
menjadi 9,67 persen, dan TPT perempuan turun dari 12,90 persen menjadi 12,71
persen (Tabel 4.4). Namun, Secara absolut, jumlah orang yang menganggur
mengalami peningkatan sebesar 5,24 ribu orang dari 537,47 ribu orang pada
Februari 2010 menjadi 542,71 ribu orang pada Februari 2011. Selama setahun
terakhir, penambahan jumlah yang menganggur laki-laki sebesar 5,17 ribu orang
sebesar 1,10 persen yaitu dari 66,84 persen pada Februari 2010 menjadi 67,94
persen pada Februari 2011. TPAK laki-laki sedikit mengalami penurunan dari
83,20 pada Februari 2010 persen menjadi 83,15 persen pada Februari 2011,
menurut tiga sektor utama yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer
listrik, gas dan air. Sektor tersier merupakan gabungan sektor perdagangan, hotel
dan restoran; sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan dan jasa
Tabel 4.5. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Sektor
Utama Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010-2011
sektor utama. Pada sektor primer terjadi peningkatan penduduk yang bekerja
sebesar 60.390 orang, sektor sekunder sebesar 45.380 orang. Peningkatan terbesar
terjadi pada sektor tersier, yaitu sebanyak 152.460 orang, dari 3.383.780 orang
cukup signifikan pada sektor tersebut sebagian besar merupakan kontribusi dari
makan dan restoran, serta sektor keuangan, real estate dan usaha persewaan.
Lain halnya apabila melihat dari sisi pendidikan. Berdasarkan Tabel 4.6,
pada Februari 2011, jumlah penduduk yang bekerja menurut pendidikan tertinggi
yaitu sebesar 1.937.420 orang, diikuti dengan pendidikan Tinggi (Diploma dan
yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan utama. Dari enam
termasuk pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, pada bulan Februari 2011
formal, dan 1.410.820 ribu orang (31,58%) bekerja pada kegiatan informal.
Berdasarkan Tabel 4.7, terlihat bahwa dari 4.467.140 orang yang bekerja,
status pekerjaan yang terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar 2,9 juta orang
sedangkan yang terkecil adalah pekerja bebas sebesar 152.220 orang (3,41%).
Penduduk yang bekerja dengan status buruh/karyawan, 62,33 persen adalah laki-
laki dan 37,67 persen perempuan. Sementara itu, penduduk yang bekerja dengan
status berusaha sendiri, sebagian besar adalah laki-laki yaitu 70,06 persen dan
hanya 29,94 persen perempuan. Dalam periode satu tahun terakhir (Februari 2010
sebesar 302,94 ribu orang, dan pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar sebesar
Tabel 4.7. Penduduk usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status
Pekerjaan Utama Provinsi DKI Jakarta Tahun 2010-2011
ekonomi yang cukup pesat. Investasi yang ditanamkan ke Jakarta relatif paling
dan sarana transportasi jalan tol lingkar luar dan lingkar dalam Jakarta mampu
menyerap tenaga kerja dan semakin memudahkan orang di luar Jakarta untuk
melakukan migrasi ke Jakarta dengan cepat dan murah, baik migrasi permanen
Selain itu, tingkat Upah Minimum Regional yang tinggi di Jakarta juga
hingga saat ini membuat Jakarta menjadi kota tujuan untuk bermigrasi. Hal ini
9.588.200 jiwa dan termasuk provinsi dengan jumlah penduduk besar (Lampiran
3). Hubungan antara jumlah penduduk dengan pertumbuhan ekonomi yang positif
sesuai dengan pandangan ekonom klasik dan neo klasik. Menurut pandangan
ekonom klasik (Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John
Straurt Mill) maupun ekonom neo klasik (Robert Solow dan Trevor Swan)
pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal,
(3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang digunakan
Apabila kita melihat jumlah migrasi yang masuk ke Jakarta dari tahun
1990 hingga 1995 cenderung meningkat, namun mulai tahun 2000 hingga tahun
2005 jumlahnya semakin menurun (Lampiran 5). Hal ini disebabkan para migran
lebih memilih tempat tinggal di wilayah sekitar Jakarta, seperti Depok, Bogor,
Tangerang dan Bekasi (bodetabek). Karena harga lahan disana lebih murah
dibandingkan Jakarta, selain itu didukung dengan sarana transportasi yang murah
Sebenarnya, keadaan seperti ini akan memberikan dampak yang baik bagi Jakarta
dan wilayah penyangga Jakarta (bodetabek). Jakarta akan berkurang beban jumlah
meningkat (Lampiran 4). Apabila melihat dari kepadatan penduduk per kilo meter
persegi, Provinsi DKI Jakarta tetap berada peringkat paling atas untuk kategori
pada tahun 2010. Pentingnya pembangunan di daerah luar Jakarta juga diharapkan
melakukan migrasi karena tidak adanya lapangan pekerjaan di daerah asal migran,
oleh karena itu perlu adanya investasi untuk daerah sehingga dapat menyediakan
pada saat hari raya. Saat hari raya idul fitri, aparat kepolisian ditugaskan untuk
telah diberlakukan membuat peraturan yang telah dibuat tidak mencapai hasil
seperti yang diharapkan. Hal ini masih butuh perbaikan sistem agar peraturan ini