PENDAHULUAN
1
2
dan memupuk demokrasi lokal (Chalid, 2005 : 52). Dalam upaya peningkatan
kesejahteraan rakyat melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkeadilan,
maka tantangan utama pembangunan yang harus dihadapi dan diatasi yaitu :
a. Penciptaan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang mampu
menciptakan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan.
b. Pembangunan tata kelola yang baik untuk dapat meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pengeluaran pemerintah
c. Peningkatan sinergi antara pemerintah dan pemerintah daerah
(Permendagri No. 37 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan APBD).
Kadjatmiko dalam (Halim, 2007 : 28) mengatakan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat yang
didasarkan pada arah desentralisasi daerah diberikan kewenangan untuk
memungut pajak dan retribusi (tax assigment). Otonomi daerah yang berlaku di
Indonesia didasarkan pada UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
yang telah direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004. Dalam UU No. 32 Tahun
2004 dijelaskan bahwa pemerintah daerah memisahkan fungsi eksekutif dengan
fungsi legislatif. Berdasarkan fungsinya, Pemerintah Daerah (eksekutif) dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif) terjadi hubungan keagenan (Halim
& Abdullah, 2006 : 37).
Dirjen Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan Marwanto
Harjowiryono mengungkapkan banyak daerah yang menghabiskan anggaran
belanja hingga 80% untuk belanja pegawai, hal ini dapat mengurangi kemampuan
APBD untuk melaksanakan program kesejahteraan rakyat (wartaekonomi.co.id 22
Juli 2013). Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya
memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang
layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial (Chalid, 2005 : 54).
Berikut ini merupakan data keadaan belanja daerah kabupaten/kota di
Kalimantan Barat.
3
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa selama periode lima tahun dari
tahun 2010 sampai dengan 2014 secara rata rata terlihat kabupaten yang
mempunyai belanja daerah paling tinggi terdapat di kota Pontianak dan kabupaten
Kapuas Hulu masing-masing sebesar Rp. 179.213.429.974,3 dan Rp.
167.535.464.391,7.Sedangkan kabupaten yang mempunyai belanja daerah paling
kecil adalah kabupaten Sekadau sebesar Rp. 471.776.979,3
Pajak daerah merupakan salah satu penunjang belanja daerah semakin
tinggi pajak daerah maka akan semakin tinggi pula belanja daerah sehingga setiap
daerah berlomba-lomba untuk meningkatkan pajak daerah karena pajak daerah
juga merupakan indikator seberapa besar kemandirian daerah dilihat dari berapa
besar pajak daerah yang diperoleh daerah. Berikut ini adalah perkembangan pajak
daerah kabupaten/kota di Kalimantan Barat.
Tabel 1.2
Perkembangan Pajak Daerah Kab/Kota di Provinsi Kalimantan Barat
Periode 2010-2014 (ribu rupiah)
Kabupaten/
2010 2011 2012 2013 2014 rata-rata
Kota
Sambas 2.786.277 2.786.277 7.250.270 9.266.605 39.002.399 12.218.366
Bengkayang 518.870 1.848.663 3.976.909 6.150.675 8.900.909 4.279.205
Landak 1.450.920 3.324.000 12.813.226 10.732.613 53.183.039 16.300.760
Pontianak 3.767.853 6.693.743 9.211.313 23.178.301 24.482.214 13.466.685
12.722.24
Sanggau 4.700.381 16.565.605 26.376.343 24.672.459 17.007.406
4
Ketapang 5.314.795 8.863.818 21.973.182 95.499.467 95.499.467 45.430.146
10.701.57
Sintang 2.304.670 7.548.708 13.691.637 26.262.474 12.101.813
6
Kapuas Hulu 752.763 838.000 6.492.823 5.060.609 28.590.607 8.346.960
Sekadau 367.175 9.600.231 4.691.995 15.908.537 6.742.143 7.462.016
Melawi 1.868.498 2.268.312 6.383.865 8.544.296 6.529.223 5.118.839
Kayong Utara 1.772.180 1.410.350 47.782.406 2.570.297 48.259.999 20.359.046
41.811.68
Kubu Raya 3.990.452 33.695.092 48.513.648 64.729.599 38.548.096
7
58.769.56 58.770.00 162.782.49 179.655.42 179.655.42 127.926.58
Kota Pontianak
1 0 2 7 7 1
Kota 10.151.93
4.587.494 15.174.662 17.123.636 23.438.439 14.095.234
Singkawang 8
Sumber : BPS Kalimantan Barat, 2010-2015
5
Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa selama periode 2010 sampai
2014 secara rata-rata pajak daerah yang tertinggi adalah kota Pontianak sebesar
Rp. 127.926.581 ribu, disusul oleh kabupaten Ketapang sebesar Rp. 45.430.146,
ribu sedangkan pajak daerah terendah kabupaten Bengkayang sebesar Rp.
4.279.205 ribu.
Tabel 1.3
Perkembangan Retribusi Daerah Kab/Kota di Provinsi Kalimantan Barat
Periode 2010-2014 (ribu rupiah)
Kabupaten/
2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata
Kota
17.546.58
Sambas 8.557.264 8.557.264 4.328.038 3.104.706 8.418.771
1
13.076.44
Bengkayang 1.995.549 5.575.794 6.644.456 7.442.364 6.946.921
1
10.175.87
Landak 570.455 2.169.000 4.971.243 6.873.053 4.951.925
2
19.434.17
Pontianak 2.766.001 3.737.980 9.101.839 9.526.083 8.913.215
2
10.941.90 13.155.06 22.727.56 21.801.93
Sanggau 7.506.802 15.226.654
7 7 3 3
Ketapang 3.410.406 4.231.970 9.277.826 7.940.106 7.940.106 6.560.083
17.388.51 18.804.72 11.064.29 11.708.97
Sintang 9.846.636 13.762.627
4 4 2 0
11.769.68 12.046.44 25.596.99
Kapuas Hulu 1.724.849 6.281.000 11.483.794
4 2 3
Sekadau 864.636 3.537.454 5.546.452 7.331.009 8.239.613 5.103.833
12.628.26
Melawi 4.398.737 3.204.883 6.632.101 4.673.696 6.307.537
9
Kayong Utara 515.798 683.302 504.013 610.656 3.325.374 1.127.829
11.575.75 25.180.12
Kubu Raya 2.467.485 5.570.968 6.835.292 10.325.926
9 6
18.305.29 18.305.00 26.992.84 53.412.35 53.412.35
Kota Pontianak 34.085.569
9 0 1 2 2
Kota 15.882.74 20.401.92 17.119.25 24.071.02
9.771.335 17.449.258
Singkawang 9 3 6 6
Sumber : BPS Kalimantan Barat, 2010-2015
6
Berdasarkan tabel 1.3 dapat dilihat retribusi daerah selama periode 2010
sampai 2014 secara rata-rata retribusi yang paling tinggi terdapat di kota
Pontianak sebesar Rp. 34.085.569, disusul oleh kota Singkawang sebesar Rp.
17.449.258, sedangkan retribusi paling kecil adalah kabupaten Ketapang sebesar
Rp. 1.127.829.
menghabiskan anggaran belanja hingga 80% untuk belanja pegawai, hal ini dapat
mengurangi kemampuan APBD untuk melaksanakan program kesejahteraan
rakyat di provinsi Kalimantan Barat.