PENDAHULUAN
Salah satu kebijakan dari pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya dana
transfer yang diberikan oleh Pemerintah pusat kepada pemerintah daerah melalui
alokasi Dana Alokasi Umum yang bersumber dari dana APBN. Dana transfer dari
Pemerintah pusat merupakan salah satu sumber penerimaan yang digunakan untuk
Keuangan Pusat dan Daerah, membawa perubahan yang mendasar pada sistem
kemampuan daerah dalam menggali sumber keuangan sendiri yang didukung oleh
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, serta antara provinsi
1
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah, peningkatan PAD
anggaran yang salah satunya berasal dari dana transfer yang diberikan oleh
pemerintah pusat dalam hal ini Dana Alokasi Umum dan dana Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang berasal dari pendapatan lokal kabupaten/kota itu sendiri.
perkembangan antara Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja Daerah jauh lebih
Umum dengan Belanja Daerah, Hal ini tentunya dapat memberikan implikasi
2
dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dalam ketentuan perundang-
undangan.
Tujuan utama dari adanya dana transfer yang diberikan oleh Pemerintah
penerimaan, hal ini terjadi ketika pemerintah menerima grant, maka akan
Fenomena flypaper effect terjadi dalam dua versi. Pertama, merujuk pada
Kedua mengarah pada elastisitas pengeluaran terhadap dana transfer yang lebih
3
tinggi daripada elastisitas pengeluaran terhadap penerimaan pajak daerah
(Listiorini, 2012:112)
berikutnya, maka hal ini akan berdampak pada celah kepincangan fiskal, dan
Selain itu, implikasi dari terjadinya flypaper effect pada Belanja Daerah di
adanya respon yang berlebihan dalam pemanfaatan dana transfer, yang pada
Selatan yang memiliki Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum yang
berbeda dimasing masing wilayah. Berikut ini merupakan tabel besarnya nilai
Selatan.
4
Tabel 1.1 Data Pendapatan Asli Daerah per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2013-2016
(Dalam Juta Rupiah)
Tahun
Kabupaten/Kota
2013 2014 2015 2016
Lahat 78313 125319 189.584 184972
Musi Banyuasin 112649.5 172925 173.234 169012
Musi Rawas 75367 120153 98383 96743
Muara Enim 125111 138706 182.898 150192
Ogan Komering Ilir 68701 145591 138.652 108992
Ogan Komering Ulu 44680 79344 106821 87578
Palembang 558705 734219 737.237 781413
Prabumulih 50623 64170 72236 86253
Pagar Alam 29552 34179 53419 51113
Lubuklinggau 41693 50181 60.543 75797
Banyuasin 81364 106918 118.975 104218
Ogan Ilir 22080 49061 42844 109762
Oku Timur 36918 62418 64.280 69357
Oku Selatan 22897 33316 39355 35696
Empat lawang 24230 32656 25480 22347
pendapatan yang berasal dari sumber-sumber penerimaan daerah itu sendiri. Data
Kota Palembang dengan nominal tertinggi sebesar Rp. 781.413 (dalam jutaan)
5
sedangkan nilai PAD terendah yaitu Kabupaten Empat Lawang dengan nominal
Tabel 1.2 Data Dana Alokasi Umum Perkabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan
(Dalam Juta Rupiah )
Tahun
Kabupaten/ Kota
2013 2014 2015 2016
Lahat 566788 615240 662781 703887
Musi Banyuasin 451258 411870 535577 324837
Musi Rawas 635201 420562 578786 641789
Muara Enim 678488 593564 610384 673162
Ogan Komering Ilir 844191 931159 931158 1049995
Ogan Komering Ulu 517310 568771 568562 635551
Palembang 1125008 1203662 1210604 1292124
Prabumulih 352645 383313 406701 414173
Pagar Alam 316529 354727 351582 390188
Lubuklinggau 377967 414758 451555 446789
Banyuasin 772464 824219 875974 930550
Ogan Ilir 520228 561377 557402 623839
Oku Timur 615539 680714 693714 760211
Oku Selatan 459578 512120 523633 588216
Empat lawang 308418 360872 366775 416952
*Diolah, 2017
Dana Alokasi Umum adalah dana transfer yang diterima oleh pemerintah
periode tahun 2007 hingga 2016 yang mengalami fluktuasi namun cenderung
6
meningkat diberbagai daerah. Berdasarkan grafik diatas, besarnya dana alokasi
umum yang diterima oleh Pemerintah Daerah jauh lebih besar daripada
Kabupaten/Kota itu sendiri, Dana Alokasi Umum yang diterima oleh Pemerintah
Daerah paling besar diterima oleh kota Palembang sebagai ibukota Provinsi
dengan nominal dana transfer sebesar Rp.1292124. Dana Alokasi Umum yang
diberikan oleh pemerintah pusat sebagai dana transfer yang dialokasikan ke tiap
7
Oku Timur 1084185 1161250 1327372 1285285
Oku Selatan 812222 875216 1052753 101440
Empat lawang 675748 800896 936332 648861
oleh Pemerintah Daerah yaitu sumber penerimaan dari PAD dan DAU.
daerah, maka dari itu terdapat indikasi yang kuat bahwa perilaku Belanja Daerah
sangat dipengaruhi oleh sumber penerimaan berupa dana transfer (DAU) yang
berasal dari Pemerintah Pusat untuk memenuhi kebutuhan Belanja Daerah dan
banyak menggunakan dana transfer, maka hal ini berarti di wilayah tersebut
8
Provinsi Sumatera Selatan maka penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang
“Analisis Flypaper Effect Pada Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli
Provinsi Sumatera-Selatan’’
Berdasarkan pada uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam
1.) Apakah terjadi Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Sumatera Selatan
9
3.) Untuk memberikan bukti empiris bagaimana pengaruh Pendapatan Asli
Sumatera Selatan
Manfaat penelitian dilihat baik dari segi teori maupun terapan antara lain :
1.) Sebagai masukan dan tambahan referensi bagi pihak-pihak yang ingin
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Landasan Teori
Ekonom Jerman Adolf Wagner adalah tokoh utama hukum ini. Pada tahun 1982,
pengeluaran pemerintah tumbuh terus menerus, dalam ukuran absolut atau relatif,
kebutuhan untuk meningkatkan belanja negara, sesuai dengan tiga alasan berikut
ekonomi.
11
PkPP/ PPK
Z= Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
Kurva Wagner
1 2 3 4 Waktu (tahun)
Gambar.2.1 Hukum Wagner tentang aktivitas Pengeluaran Pemerintah
*Sumber Mangkoesoebroto, 2001:172
pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam persentase terhadap GNP dan
(Mangkoesoebroto, 2001:172).
12
ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintahan
(Dumairy, 1999)
investasi swasta terhadap GNP semakin besar, tetapi rasio investasi pemerintah
terhadap GNP akan semakin kecil. Sementara itu, Rostow berpendapat bahwa
(Mangkoesoebroto, 2001)
Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya
13
dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang
tidak langsung.
Transfer payment bukan pembelian barang atau jasa oleh pemerintah dipasar
payment mempunyai status dan pengaruh yang sama dengan pos gaji pegawai
Otonomi berasal dari bahasa Yunani ‘’autos’’ dan ‘’nomos’’. Kata pertama berarti
sendiri dan kata kedua yang berarti pemerintah. Otonomi bermakna memerintah
sendiri, dalam wacana administrasi publik daerah sering disebut sebagai local self
14
kabupaten/kota serta diserahkan juga kewenangan yang lebih besar pada
pemerintah kabupaten/kota.
menjalankan atau melaksanakan sesuatu oleh suatu unit politik atau bagian
wilayah dalam kaitannya dengan masyarakat politik atau negara. Konsep otonomi
daerah sendiri tidak datang begitu saja tetapi merupakan keputusan politik yang
yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri dalam rangka
pemerintah pusat.
desentralisasi tidak dapat dilepaskan dari isu kapasitas keuangan daerah, dimana
keuangannya.
15
Menurut Saragih (2003) desentralisasi fiskal secara singkat dapat diartikan
sebagai suatu proses distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan yang lebih
tinggi kepada pemerintahan yang lebih rendah, untuk mendukung fungsi atau
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara
kebijakan fiskal yang utama bagi pemerintah daerah dan juga menunjukan
kapasitas dan kemampuan daerah. Menurut Oates (1999 : 1246) ada dua bentuk
instrumen fiskal yang penting pada sistem federal yaitu pajak, dan hibah
sharing). Menurut Usui dan Alisjahbana, kunci utama dari desentralisasi fiskal
Seluruh pendapatan daerah yang diperoleh baik dari daerahnya sendiri maupun
bantuan dari pemerintah pusat akan digunakan untuk membiayai seluruh
pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa Pendapatan Asli
16
Daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Belanja Daerah
adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih dalam periode anggaran yang bersangkutan. Belanja Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa
Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan
pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupeten/kota yang terdiri
dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian
atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan
pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Belanja Daerah dikelompokkan ke dalam belanja
tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja
yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan. Sementara belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Belanja Daerah juga terkait dengan penerimaan daerah, apabila
penerimaan lokal suatu daerah cukup tinggi maka akan semakin besar pula
kemampuan Belanja Daerah, sehingga alokasi Belanja Daerah harus tepat sesuai
dengan kebutuhan masyarakat agar alokasi anggaran lebih efektif dan efisien
(Susestyo et al, 2018: 128)
Menurut UU No. 33 Tahun 2004 Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU
adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan
dalam konteks otonomi dan desentralisasi untuk saat ini masih sangat didominasi
oleh bantuan dan sumbangan dari pemerintah pusat baik dalam bentuk Dana
17
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan bagi hasil, sedangkan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus urusan daerah sesuai dengan prioritas
2) Dana Alokasi Umum (DAU) untuk daerah propinsi dan untuk daerah
kabupaten/kota ditetapkan masing – masing 10% dan 90% dari Dana Alokasi
18
2.1.8 Flypaper Effect dalam Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Pengaruh transfer pada kinerja fiskal pemerintah daerah dapat dijelaskan dari teori
(conditional grants) berpengaruh pada konsumsi barang privat melalui efek harga.
matching grants), akan menurunkan harga barang publik. Dalam konteks ini,
silangnya. Jika, harga barang publik yang lebih rendah akan meningkatkan
konsumsi barang privat apabila pemerintah daerah telah menurunkan tarif pajak.
Dengan adanya hal tersebut, maka kenaikan transfer sebagian berakibat pada
kenaikan konsumsi barang publik dan sebagian lagi pada konsumsi barang privat
flypaper effect ini dapat terjadi dalam dua versi (Gorodnichenko dalam Hastuti ,
2011: 32). Yaitu merujuk pada peningkatan pajak daerah dan anggaran belanja
19
Menurut Maimunah Flypaper Effect disebut sebagai suatu kondisi yang
terjadi saat pemerintah daerah merespon (belanja) lebih banyak (lebih boros)
dengan Pendapatan Asli Daerah ( dalam Adiputra, 2014: 1234). Ia juga meneliti
tahun selanjutnya.
1. Faktor Geografis
Apabila suatu wilayah yang sangat luas, distribusi dari sumber daya nasional,
sumber energi, sumber daya pertanian, topografi, iklim dan curah hujan tidak akan
merata. Apabila faktor-faktor lain sama, maka kondisi geografi yang lebih baik
2. Faktor Historis
Tingkat pembangunan suatu masyarakat juga bergantung pada masa yang lalu
untuk menyiapkan masa depan. Bentuk organisasi ekonomi yang hidup di masa
lalu menjadi alasan penting yang dihubungkan dengan isu insentif, untuk pekerja
dan pengusaha. Sistem feodal memberikan sangat sedikit insentif untuk pekerja
20
keras. Sistem industri dimana pekerja merasa tereksploitasi, bekerja tanpa
istirahat, suatu perencanaan dan sistem yang membatasi akan memberi sedikit
3. Faktor Politik
wilayah tidak akan berkembang. Selain itu, jika pemerintah stabil tapi lemah,
sendiri dan menolak tekanan atau kontrol sosial akan menggagalkan tujuan dari
kebijakan pembangunan.
Faktor administrasi yang efisien atau tidak efisien berpengaruh dalam menambah
birokrasi yang efisien akan berhasil dalam pembangunan regional dan sebaliknya.
5. Faktor Sosial
wilayah yang belum berkembang tidak memiliki lembaga dan keinginan (attitude)
yang kondusif untuk pembangunan ekonomi. Dilain pihak penduduk dari wilayah
yang lebih maju memiliki kelembagaan dan keinginan yang kondusif untuk
pembangunan.
21
6. Faktor Ekonomi
kumulatif dari berbagai faktor, siklus kemiskinan yang buruk, kekuatan pasar
yang bebas dan pasar tidak sempurna, berlangsung yang menambah perbedaan
Mendagri Nomor 59 Tahun 2007 bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari A.
Pendapatan Asli Daerah yaitu : hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah propinsi yaitu pajak kendaraan
bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan
bermotor, pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan. Sedangkan jenis pajak daerah untuk kabupaten terdiri dari pajak
hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak
Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
22
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Ada tiga
golongan retribusi daerah yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan
(a) Retribusi jasa umum. Yaitu retribusi atas jasa yang diberikan emerintah daerah
untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan.
(b) Retribusi Jasa Usaha. Yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh
(c) Retribusi perizinan tertentu. Yaitu retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah
daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
lingkungan.
3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya
yang dipisahkan. Yang termasuk dalam jenis pendapatan ini yaitu deviden atau
bagian laba yang diperoleh oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang
dibagikan bagi pemegang saham, dalam hal ini merupakan pendapatan bagi
pemerintah daerah.
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Yang tergolong dalam jenis
pendapatan ini antara lain pendapatan bunga deposito, jasa giro, hasil penjualan
23
surat berharga investasi, pendapatan dari ganti rugi atas kerugian/kehilangan
Pajak daerah merupakan salah satu sumber bagi peningkatan PAD di suatu
meningkatkan pajak daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah, yaitu
rasio antara pajak daerah terhadap total pendapatan daerah (APBD). Rasio pajak
pajak daerah, semakin tinggi penerimaan pajak suatu daerah maka akan semakin
tinggi tax ratio nya. Formulasi untuk menghitung rasio pajak daerah sebagai
berikut :
Pajak Daerah
Rasio Pajak Daerah=
Total Pendapatan Daerah
komitmen dan koordinasi antar lembaga negara serta kesamaan persepsi antara
daerah.
24
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maddah dan Tabar (2016) dalam
jurnal yang berjudul ‘’ Studying the Flypaper Effect in the Provinces of Iran
tahun 2000 -2013 yang dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik Iran dan
model penelitian ini dalam bentuk logaritmik dengan teknik estimasi metode
GMM dan analisis eksperimental. Model dalam penelitian ini adalah sebagai
pendapatan pajak dan pendapatan hibah signifikan pada level 1%. Koefisien
kontribusi pajak sangat kecil karena kapasitas pajak lemah, dan kelambatan
signifikan dari pendapatan dana hibah pemerintah pusat yang diberikan kepada
pemerintah daerah .
Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Banten’’ oleh Amalia (2015) dengan
objek penelitian meliputi 8 kabupaten dan kota di Provinsi Banten dengan sumber
data yang diperoleh dari laporan realisasi APBD 2010-2013. Desain penelitian
25
dalam bentuk data panel.Adapun metode analisis data yang digunakan adalah
regresi berganda. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis dalam penelitian ini terdiri dari: estimasi model regresi dengan
menggunakan data panel, uji asumsi klasik, uji analisis regresi dan analisis
Dimana :
BD : Belanja Daerah
i : Cross-section
t : Time series
β0 : Intesep/konstanta
e : Error term
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) PAD dan DAU secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah, (2) PAD dan DAU secara parsial
berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Daerah, (3) tidak terjadi flypaper
effect pada kabupaten dan kota di Provinsi Banten pada tahun 2010-2013.
26
(2015) ini berfokus pada 10 Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Tengah.
Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui data sekunder dengan jenis
data time series dan cross section. Sumber data yang diperlukan dalam penelitian
ini berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tengah, referensi studi
kepustakaan melalui, jurnal, artikel, makalah yang didapat dari perpustakaan dan
internet. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
ekonometrika data panel dengan GLS (Generalized Least Squares). Model dari
Keterangan:
a = konstanta
e = error term
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa secara parsial DAU dan
nilai t statistik lebih besar dari t tabel α = 1% yaitu DAU sebesar 15,293 > 2,704
dan PAD sebesar 3,861 > 2,704. Secara simultan DAU dan PAD juga
27
berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Daerah karena nilai F statistik
lebih besar dari nilai F tabel α = 1% yaitu sebesar 165,716 > 99,50. Dalam
penelitian juga didapat hasil bahwa terjadi flypaper effect dimana sumber
berikutnya.
Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah
yang digunakan adalah Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah sebagai
variabel independen dan Belanja Daerah yang ditunjukkan oleh APBD sebagai
ini adalah observasi dan dokumentasi . Sumber data didapat dari BPS yaitu berupa
data sekunder DAU,PAD dan Belanja Daerah. Teknik analisis data yang
Trend Teknik analisis Least Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama
2010 juga dikuatkan dengan penerimaan Pajak Daerah yang terus meningkat dari
tahun 2005-2010. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Daerah tidak
lebih besar daripada pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah,
dimana Pendapatan Asli Daerah (PAD) (0.039) < α (0.05) dan Dana Alokasi
Umum (DAU) (0.030) < α (0.05). Dengan kata lain Kabupaten Karangasem sudah
28
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan
Analisis ini menggunakan analisis regresi data panel. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum
(DAU) secara umum berpengaruh positif terhadap Belanja Daerah (BD). Hasil
pengujian untuk runtun waktu menunjukkan bahwa dengan data tahun 2003-2013
terjadi flypaper effect yang ditunjukkan dengan pengaruh DAU lebih signifikan
terhadap Belanja Daerah dari pada pengaruh PAD terhadap Belanja Daerah.
Kabupaten / kota di Jawa Timur umumnya mengalami flypaper effect terbukti atau
khususnya yang berasal dari komponen DAU. Semakin besar dana transfer (DAU)
semakin tinggi untuk melaksanakan program dan kegiatan yang ada di daerah.
Effect Pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Terhadap Belanja Daerah Pada Kota dan Kabupaten di Pulau Kalimantan’’ Dari
berganda, penelitian ini menyimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
29
Dana Alokasi Umum (DAU) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Belanja Daerah pada kota dan Kabupaten Pulau di Kalimantan, pengujian secara
Sedangkan dana alokasi umum secara empiris tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Belanja Daerah pada Kota dan Kabupaten di Pulau Kalimantan dan
besarnya pengaruh Pendapatan Asli Daerah lebih tinggi dari pada pengaruh dana
alokasi umum terhadap belanja daerah pada kota dan provinsi di pulau
adalah penelitian yang meneliti keberadaan Flypaper effect di kota Slovenia yang
menggunakan data cross section dengan menggunakan data pengeluaran dan data
pendapatan untuk tahun fiskal 2006 di 193 kota Slovenia. Sumber data termasuk
data sekunder yang diperoleh dari Departemen Keuangan. Teknik analisis yang
penyediaan barang dan jasa, yang memberikan dasar pemikiran untuk pemerintah
Faktor yang menentukan fungsi pengeluaran untuk barang yang disediakan oleh
30
EXP = f (REV, TAXPRICE, NEEDS)
oleh pemerintah, REV adalah jumlah total sumber daya yang tersedia untuk
berpengaruh pada hasil pengeluaran kota. Kesimpulan dari hasil analisis yang
Efek dari masalah ini harus ditangani lebih lanjut, karena keberadaan efeknya
(DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah (BD) pada
Flypaper Effect hanya pada perhitungan Belanja Daerah ditahun 2003, sedangkan
tahun 2001, 2002, 2004, dan 2005 tidak ditemukan adanya Flypaper Effect pada
31
Untuk dapat mengetahui kerangka pemikiran dalam penelitian Flypaper Effect
pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta
Flypaper Effect
Belanja Daerah
Gambar.2.2 Kerangka pikir Flypaper Effect pada DAU dan PAD serta
pengaruhnya terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi
Sumatera-Selatan.
Besar kecilnya Dana Alokasi Umum yang diterima dari Pemerintah Pusat dan
Pendapatan Asli Daerah yang diterima suatu daerah dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya Belanja Daerah. Kontribusi Dana Alokasi Umum yang lebih besar dari
pada Pendapatan Asli Daerah dapat menyebabkan terjadinya flypaper effect atau
kondisi dimana Pemerintah Daerah merespon Belanja Daerah lebih besar daripada
32
Berdasarkan pembahasan, teori, dan penelitian-penelitian sebelumnya, hipotesis
H1: Terjadi Flypaper effect pada Dana Alokasi Umum dan Pendapatan
BAB III
33
METODE PENELITIAN
Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah serta pengaruh dari variabel
34
3.2 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh dan bersumber dari pihak lain yaitu dari
Data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan
jenis data panel, karena terdiri dari beberapa entitas dalam kurun waktu tertentu.
Data Panel merupakan pengabungan data time series dan cross section yang
merupakan data yang berdasarkan periode waktu, dan data cross section yang
mendapat hasil estimasi yang terbaik serta efisien, karena peningkatan jumlah
35
3.2.3. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
karena alat analisis yang digunakan menggunakan model model statistik dan
ekonometrika.
Asli Daerah (PAD) terhadap besarnya Belanja Daerah. Pengolahan data dilakukan
perubahan Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja
Daerah. Teknik analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
variabel Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah maka digunakan
36
Sumsel (BDkt)= βo+ β1 Sumsel (DAUkt)+ β2 Sumsel (PADkt) ................... µkt
Keterangan:
Sumsel (BDkt) = Nilai total Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota (k) tahun (t)
Data Panel ialah penggabungan dari data time series yang merupakan data
yang berdasarkan periode waktu, dan data cross section yang merupakan
pengambilan sampel dari individu, data panel digunakan agar mendapat hasil
estimasi terbaik serta efisien, karena peningkatan jumlah variabel yang diteliti
menggunakan data panel yaitu, Fixed Effect, Random Effect, dan Common Efffect.
1. Fixed Effect
Teknik dengan pengujian model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data
intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan adanya perbedaan intersep antara
perusahaan namun intersepnya sama antar waktu (time in variant). Disamping itu,
model ini juga mengansumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar
37
dengan sebutan Fixed Effect Model atau Least Square Dummy Variabel (LSDV)
2. Random Effect
Random Effect Model adalah model estimasi regresi panel dengan asumsi
koefisien slope kontan dan intersep berbeda antara individu dan antar waktu
3. Common Effect
Model Common Effect atau Pooled Least Square Model adalah model estimasi
yang menggabungkan data time series dan data cross section dengan
maupun waktu sehingga perilaku data antar perusahaan diasumsikan sama dalam
Fixed Effect atau Random Effect yang lebih tepat digunakan dalam regresi data
panel. Uji ini dikembangkan oleh Hausman dengan didasarkan pada ide bahwa
LSDV di dalam model Fixed Effect dan GLS adalah efesien sedangkan model
38
OLS adalah tidak efesien, di lain pihak alternatifnya metode OLS efesien dan
Suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat - sifat
tidak bias linier terbaik untuk penaksir. Disamping itu suatu model dikatakan
cukup baik dan dapat dipakai untuk memprediksi apabila sudah lulus dari
serangkaian uji asumsi klasik yang melandasinya. Uji asumsi klasik terdiri dari:
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat
terjadi korelasi diantara variabel independen. Keadaan ini hanya terjadi pada
regresi linear berganda, karena jumlah variabel bebasnya lebih dari satu.
Sedangkan pada regresi sederhana, tidak mungkin adanya kasus ini disebabkan
variabel bebasnya hanya terdiri dari satu variabel. Ada beberapa cara untuk
39
pengujian ini, menggunakan analisis matrik korelasi antar variabel independen
dengan melihat nilai collerations antar variabel bebas, Jika korelasi antar variabel
bebas kurang dari 0.80, maka, hal ini berarti tidak terjadi multikolonieritas dalam
model regresi.
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan
yang lain , sehingga hasil estimasi menjadi tidak bias (Ghozali, 2007). Jika
varians dari residu atau dari satu pengamatan yang lain tetap, maka disebut
dengan cara uji glejser , Uji glejser meregresikan variabel-variabel bebas terhadap
residual antar waktu pada model penelitian yang digunakan, sehingga estimasi
menjadi bias.
Menurut Gujarati dan Porter ( 2009), persamaan yang memenuhi asumsi klasik
hanya persamaan data panel yang menggunakan teknik analisis Generalized Least
Square (GLS). Dalam eviews, hanya random effect model yang menggunakan
40
metode GLS, sedangkam fixed effect dan commond effect menggunakan Ordinary
estimasiyang sesuai untuk persamaan regresi adalah random effect, maka tidak
perlu dilakukan uji asumsi klasik, namun apabila persamaan regresi lebih cocok
menggunakan commond effect atau fixed effect, maka perlu dilakukan uji asumsi
klasik.
maka koefisien korelasi itu bernilai 1 atau -1. Tanda positif atau negatif hanya
atau negatif.
lebih besar dari nilai F tabel maka variabel-variabel bebas secara keseluruhan
41
berpengaruh terhadap variabel terikat. (Gujarati, 2004: 45). Untuk mengetahui
terikat dapat menggunakan cara dengan melihat apakah hipotesis tersebut diterima
Ho diterima Ho ditolak
tertentu.
42
3.3.5 Uji T Statistik ( T- test)
Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah Belanja Daerah
Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Definisi operasional dan
Selatan sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam hal ini Belanja Daerah
yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung dengan periode
tahun anggaran 2007 sampai dengan 2016 yang dihitung dengan satuan rupiah.
DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
terakhir dengan periode tahun anggaran 2007 sampai dengan 2016 dengan satuan
rupiah.
43
3.4.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2016 dengan satuan rupiah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
Flypaper effect adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pemerintah daerah
merespon belanja lebih banyak dengan menggunakan dana transfer (grants) yang
menggunakan kemampuan keuangan daerah itu sendiri yaitu besarnya nilai PAD.
Atau dapat dilihat dari perbandingan antara koefisien DAU dengan koefisien
PAD, sehingga dapat difungsikan jika b1 > b2 berarti > 1 maka terjadi flypaper
44
BAB IV
Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Sumatera yang
memiliki luas wilayah 87.421,17 Km2 dan terletak pada 1 0 - 4 0 Lintang Selatan
dan 1020 - 1060 Bujur Timur. Secara administrasi wilayah Provinsi Sumatera
45
Lampung di Sebelah Selatan dan wilayah sebelah Barat berbatasan dengan
provinsi Bengkulu.
iklim tropis dengan suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 180C, dan suhu rata-
daerah antara 400 meter sampai dengan 1700 meter diatas permukaan laut (dpl).
mulai dari dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan. Wilayah pantai timur
sebagian besar merupakan daerah rawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang
surut air laut, dan di wilayah bagian barat merupakan dataran yang luas, namun
daerah perbukitan dan daerah lembah. Bagian barat dari bukit barisan merupakan
lereng, dengan sepanjang wilayah ini terdapat daerah daerah perkebunan karet,
perkebunan teh, perkebunan kelapa sawit, kopi, dan berbagai macam sayuran
yang menjadi salah satu hasil sumber daya alam Provinsi Sumatera-Selatan
Sama halnya dengan Provinsi lain yang terdapat di Indonesia, dengan adanya
pemberlakuaan otonomi daerah pada tahun 1999, Provinsi sumatera selatan terus
46
baru di wilayah Provinsi Sumatera-Selatan. Dalam perkembangan nya hingga
kabupaten/kota induk, antara lain: Pada tahun 2001, Kota Pagaralam dimekarkan
dari Kabupaten Lahat, Kota Prabumulih dimekarkan dari Kabupaten Muara Enim,
dan Kota Lubuklinggau yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Musi Rawas,
pemekaran menjadi Kabupaten OKU Timur dan OKU Selatan dan di tanggal yang
sama Kabupaten Ogan Komering Ilir dimekarkan menjadi Kabupaten Ogan Ilir,
mekarkan dari Kabupaten Lahat. Setelah 5 tahun tidak terjadi pemekaran wilayah
induk Muara Enim, kemudian ditahun berikutnya, pada tahun 2013 Kabupaten
Rawas.
47
Tabel 4.1 Pembagian Daerah Administrasi Provinsi Sumatera Selatan
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016
No Kabupaten/Kota Ibukota Luas Wilayah (KM2) Kecamatan Kelurahan Desa
1 . Ogan Komering Ulu Baturaja 3.747,77 12 14 143
2 OKU Timur Martapura 3 397,10 19 7 252
3 OKU Selatan Muara Dua 4 544,18 20 7 305
4 Ogan Komering Ilir Kayu Agung 17 086,39 18 13 314
5 Muara Enim Muara Enim 6.901,36 20 10 245
6 . Lahat Lahat 4.297,12 22 18 360
7 Musi Rawas Muara Beliti 6.330,53 14 13 186
8 Musi Banyuasin Sekayu 14.530,36 14 13 227
9 . Banyuasin Pangkalan Balai 12.361,43 19 16 288
10 Ogan Ilir Indralaya 2.411,24 16 14 224
11 Empat Lawang Tebing Tinggi 2.312,12 10 3 153
12 Panukal Abab Lematang Ilir Talang Ubi 1.844,71 5 6 65
13 Musi Rawas Utara Muara Rupit 5.836,70 7 7 82
14 Palembang Palembang 363,68 16 107 _
15 Prabumulih Prabumulih 458,11 6 22 15
16 Pagaralam Pagaralam 632,80 5 35 _
17 Lubuklinggau Lubuklinggau 365,49 8 72 _
Jumlah 87 421, 17 231 2.859 377
jumlah kecamatan dan desa terbanyak adalah Kabupaten Lahat dengan total
kecamatan berjumlah 22 kecamatan dan 360 desa. Kabupaten Ogan Komering ilir
yang kemudian di ikuti oleh Kabupaten Musi Banyuasin dengan persentase 16.62
sebesar 365,49 Km2 yang senilai dengan 0.42% dari keseluruhan wilayah provinsi
Sumatera-Selatan.
48
4.1.3 Perkembangan Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
rangka pelaksanaan otonomi daerah. Dana Alokasi Umum diukur dari jumlah
penerimaan transfer yang diberikan oleh pemerintah pusat. Dana Alokasi Umum
Pagar Alam
Lahat
Musi Rawas
Empat lawang
Palembang
Musi Banyuasin
Lubuklinggau
Ogan Komering Ulu
Prabumulih
Banyuasin
Oku Selatan
Ogan Komering Ilir
Ogan Ilir
Oku Timur
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Grafik 4.1.1 Rata-Rata Pertumbuhan Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera-selatan 2007- 2016
49
Rata-Rata pertumbuhan perkembangan Dana Alokasi Umum di Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera-Selatan terbesar adalah Kabupaten Empat Lawang, yaitu senilai 16.47
%. Hal ini dikarenakan Empat Lawang merupakan wilayah pemekaran yang terakhir
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, sehingga peningkatan penerimaan Dana Alokasi
Selatan, sedangkan daerah yang mempunyai pertumbuhan Dana Alokasi Umum terendah
yang didalamnya terdapat fungsi dan kewenangan daerah yang harus dijalankan
berlaku.
Daerah rendah, disebabkan oleh karena daerah tersebut masih tertinggal dan
50
masih sedikitnya infrastruktur yang menunjang pendapatan atau penerimaan dana
dari wilayah yang bersangkutan. Berikut adalah data rata – rata persentase
2016 :
Pagar Alam
Lahat
Musi Rawas
Palembang
Empat lawang
Musi Banyuasin
Prabumulih
Lubuklinggau
Banyuasin
Oku Selatan
Ogan Komering Ilir
Oku Timur
Ogan Ilir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
periode tahun 2007- 2016 adalah Kabupaten Empat Lawang dengan persentase
Asli Daerah yang cukup minim bahkan terendah dalam beberapa tahun periode,
51
penghasil PAD di Kabupaten Empat lawang, seperti pajak dan dana dana
Pagar Alam
Lahat
Empat lawang
Musi Rawas
Palembang
Musi Banyuasin
Prabumulih
Lubuklinggau
Banyuasin
Oku Selatan
Ogan Komering Ilir
Ogan Ilir
Oku Timur
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Daerah terendah adalah Kabupaten Musi Banyuasin yang hanya senilai 4.33%.
Hal ini menunjukan bahwa kabupaten Empat Lawang yang dalam hal ini
52
merupakan kabupaten pemekaran terakhir mempunyai tingkat Belanja Daerah
yang sangat tinggi, hal ini disebabkan karena Kabupaten Empat Lawang sedang
Hasil estimasi pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah
tabel 4.2.1.1
Dependent Variable: BD
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 02/27/18 Time: 18:54
Sample: 2007 2016
Periods included: 10
Cross-sections included: 15
Total panel (balanced) observations: 150
Swamy and Arora estimator of component variances
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
53
Berdasarkan hasil estimasi diatas, dapat dibentuk model persamaan untuk
melihat pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap
model Commond effect, Fixed Effect, atau Random effect yang paling sesuai
dengan penelitian.
yaitu model commond effect, fixed effect dan random effect. Setelah dilakukan
pengujian terhadap 3 model yang telah di estimasi tersebut, akan dipilih model
mana yang paling tepat atau sesuai dengan penelitian. Berdasarkan karakteristik
data yang dimiliki, ada 3 pengujian yang digunakan untuk memilih model regresi
data panel ( CE,FE,RE), yaitu: F test ( Chow test), Hausman Test dan Langrangge
54
4.2.2.1 Uji Chow (Chow Test)
Uji Chow ialah pengujian untuk menentukan model Fixed Effect atau
Common Effect yang lebih tepat digunakan dalam mengestimasi data panel.
Pengujian ini berguna untuk menentukan model Fixed Effet atau Common
Effect yang lebih tepat digunakan dalam mengestimasi data panel, dari estimasi
output diatas dapat dinyatakan model FE lebih tepat dari CE Karena nilai Prob.
Cross section < 0.05 atau kurang dari alpha 5%. Karena nilai probabilitas cross
section F statistik 0,00000 < 0,05 maka dapat disimpulkan model FE lebih tepat
55
4.2.2.2 Uji Haustman (Haustman Test)
Setelah dilakukan uji Chow terhadap estimasi data panel, maka dilanjutkan
dengan uji haustman, uji Hausman adalah pengujian statistik untuk memilih
apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang lebih tepat digunakan dalam
regresi data panel. Uji ini dikembangkan oleh Hausman dengan didasarkan pada
ide bahwa LSDV di dalam model Fixed Effect dan GLS adalah efesien sedangkan
model OLS adalah tidak efesien, di lain pihak alternatifnya metode OLS efesien
Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
0.3373 , yang nilainya > dari 0,05 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa model
Effect ( RE). Hal ini dikarenakan hasil dari uji chow dan uji hausmant
56
menunjukan model Random Effect lebih baik daripada model Fixed Effect dan
Common Effect.
di analisis lebih lanjut, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel (Priyastama, 2017: 122).
regresi pada penelitian ini maka dapat dilihat dari nilai koefisien matrix korelasi
variabel-variabel bebas. Apabila koefisien > 0.80, maka di dalam model regresi
terjadi multikolinearitas.
Adapun nilai korelasi variabel dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.
PAD DAU
1.000000 0.723451
0.723451 1.000000
Sumber: Eviews 8, Diolah.
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai lebih besar
dari 0.80 yang berarti bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas.
57
4.2.3.2 Uji Heteroskedastisitas
(Priyastama, 2017: 125). Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
heteroskedastisitas pada model adalah dengan melakukan uji glejser. Uji glejser
Karena nilai probabilitas variabel variabel bebas pada uji glejser > 0.05 , maka
pada model penelitian tidak terdapat adanya gangguan heteroskedastisitas.
Autokorelasi terjadi jika terdapat korelasi antara observasi satu dengan observasi
yang berlainan waktu (untuk data time series) dan runtut ruang( untuk data cross
melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan
sebagai berikut:
58
a. Tidak terjadi autokorelasi apabila D-W test berkisar 2, yaitu terletak antara
du dan 4-du, pada umumnya nilai D-w yang berkisar antara 1,5 – 2.5
b. Terjadi masalah autokorelasi apabila D-W < DL, atau D-W mendekati 0
berarti pada model mengalami autokorelasi positif, dan apabila D-W >
c. Ragu –ragu / tanpa keputusan, yaitu jika DL < D-Wtest < Du atau 4-du <
d-w test < 4-dl. Oleh karena itu kita harus membandingkan nilai Durbin
Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 4.2 , nilai Durbin Watson Statistik
adalah senilai 2.006445 dengan n sebesar 150 sampel, dan nilai k = 2. Nilai D L
pada tabel Durbin Watson untuk n=150 sampel dan k=2 adalah 17062,
sedangkan nilai Du adalah 17602, setelah dihitung nilai 4-Du adalah 2.2398 dan
4-DL adalah 2.2938. Maka Pengujian Autokorelasi dapat diliat pada gambar
dibawah ini.
Autokorelasi Autokorelasi
Ragu -ragu Tidak Ada Ragu -ragu
Postif Negatif
Autokorelasi
DL 1.760 2
Du 1 .7 602
4- Du 1.760 2
4- DL 1 .7 602
2.0064
0 1 .7 602 1.7062 1.7602 2.2398 2.2938 4
Karena nilai Durbin–watson statistik senilai 2.0064 dan terletak diantara Du dan
59
Dengan demikian, asumsi- asumsi klasik seperti multikolinearitas,
model ini.
Unweighted Statistics
Hipotesis :
Ho : Tidak ada pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah
Belanja Daerah
60
Kriteria pengujian :
secara signifikan terhadap variabel BD atau Belanja Daerah (F-hitung < F-tabel).
Uji T statistik yaitu pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel
uji T yang dilakukan dalam penelitian ini yang dianalisis menggunakan software
eviews 8:
Effects Specification
S.D. Rho
Berdasarkan hasil pada tabel diatas uji regresi parsial (Uji t) menunjukkan
bahwa nilai koefisien regresi variabel PAD sebesar 1,6790 dengan t sebesar 4.218
61
dengan probabilitas 0,000 hal ini menunjukkan pengaruh PAD terhadap BD
positif dan signifikan karena diterima pada alpha atau taraf signifikasi < 5% .
Sedangkan, nilai koefisien regresi variabel DAU sebesar 1.712 dengan t sebesar
8.604 dan taraf signifikansi sebesar 0.00< 0.05, hal ini menunjukan bahwa
Untuk melihat apakah terjadi flypaper effect atau tidak dapat dilihat dari
perbandingan antara koefisien DAU dan koefisien PAD, atau dapat difungsikan
jika b1 > b2 berarti > 1 maka terjadi flypaper effect (Tresch, 2002:924).
effect atau tidak di suatu daerah, maka dapat dilakukan dengan dua (2) cara yaitu:
a. Dengan melihat pengaruh dari PAD. Jika PAD tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap belanja daerah maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi
flypaper effect.
b. Melihat nilai koefisien dari variabel independent, yaitu DAU dan PAD. Jika
nilai koefisien yang dimiliki oleh PAD lebih besar dari nilai koefisien yang
dimiliki oleh DAU maka dapat dikatakan tidak terjadi flypaper effect. Sedangkan
sebaliknya jika nilai koefisien yang dimiliki oleh salah satu yang berasal dari
transfer daerah yaitu DAU lebih besar daripada nilai koefisien dari PAD maka
selama periode 2007-2016. Hal ini dikarenakan koefiesien Dana Alokasi Umum
62
lebih besar daripada koefisien Pendapatan Asli Daerah , dengan nilai koefisien
Pendapatan Asli Daerah yang hanya sebesar 1,679038 atau lebih kecil 0.33874
4.3 Pembahasan
Pengujian Flypaper effect dapat dilihat dari besarnya nilai Dana Alokasi
Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel diatas, maka dapat disimpulkan
periode 2007-2016. Hal ini dikarenakan koefisien Dana Alokasi Umum lebih
Pendapatan Asli Daerah yang hanya sebesar 1,679038 atau lebih kecil 0.33874
apabila dibandingkan dengan nilai koefisien Dana Alokasi Umum. Hal ini berarti
masih cukup tinggi terhadap dana transfer yang diberikan oleh pemerintah pusat
dalam melakukan kegiatan Belanja Daerah yang digunakan untuk fasilitas publik
Selatan. Maka dari itu, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Salawi dan Lapian (2015) dan Oktavia (2014) yang menyimpulkan bahwa
flypaper effect terjadi pada daerah-daerah yang belum mandiri dalam kemampuan
sedang giat dalam melakukan pembangunan, namun Pendapatan Asli Daerah yang
63
diterima belum mampu untuk membiayai keselurahan program/kegiatan Belanja
Daerah Pemerintah, sehingga masih sangat bergantung dengan dan transfer yang
Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel, koefisien variabel Dana Alokasi
Umum sebesar 1.72919 dengan t sebesar 8.60447 dan probabilitas 0,000. Hal ini
karena diterima pada alpha atau taraf signifikasi < 5%. Nilai Koefisien Dana
Alokasi Umum adalah sebesar 1,712912, artinya apabila variabel lain tidak
berubah atau dianggap konstan, maka jika Dana Alokasi Umum meningkat
dengan hasil uji parsial/uji statistik dimana dana alokasi umum berpengaruh
Provinsi Sumatera Selatan. Keadaan ini menunjukan bahwa semakin tinggi Dana
Alokasi Umum yang diterima oleh pemerintah daerah maka akan semakin
berjalan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afriza
Daerah, akan tetapi hasil dari penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian
yang dilakukan oleh Widodo ( 2007) yang menyatakan bahwa besarnya pengaruh
64
dikarenakan wilayah yang menjadi penelitian Widodo merupakan wilayah yang
keuangan daerah.
signifikan karena nilai probabilitas variabel PAD 0.0000 atau < 0.05 (alpha 5%).
Nilai koefisien Pendapatan Asli Daerah sebesar 1,679038, artinya apabila variabel
lain tidak berubah atau dianggap konstan, maka jika Pendapatan Asli Daerah
ini sejalan dengan hasil uji parsial/uji statistik dimana pendapatan asli daerah
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Argi (2011) yang menyatakan
signifikan.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Variabel Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah secara bersama-sama
dan Pendapatan Asli Daerah juga berpengaruh positif signifikan secara parsial,
namun meskipun variabel Dana Alokasi umum dan Pendapatan Asli Daerah
tetap terjadi pada Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah di
5.2 Saran
66