KEADAAN UMUM
LOKASI
Gambar 3.1
Peta Administrasi Aceh Barat Daya
10
3.1.2 Luas Daerah
Luas daerah yang dipetakan adalah + 22,5 Ha yang mana merupakan lokasi
perkebunan penduduk, sedangkan Luas WIUP yang diusulkan kepada pemerintah
daerah adalah 20 Ha.
11
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya
Jumlah Penduduk (Jiwa)
No Kecamatan
2010 2011 2012 2013 2014
1 Manggeng 14,344 14,916 15,133 15,449 15,078
2 Lembah Sabil 10,040 11,129 11,324 11,441 11,653
3 Tangan-Tangan 12,487 13,114 13,353 13,568 13,832
4 Setia 8,096 8,604 8,795 9,007 9,231
5 Blangpidie 22,259 23,157 23,770 24,192 24,600
6 Jeumpa 9,724 10,356 10,706 10,937 11,487
7 Susoh 23,173 23,973 24,441 24,707 25,055
8 Kuala Batee 19,657 20,369 20,949 21,466 21,932
9 Babahrot 17,249 18,819 19,222 19,877 20,551
Grafik 3.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya
Dari sisi jenis kelamin, terlihat bahwa penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya pada
selama 5 tahun terakhir tahun 2010 – 2014 didominasi oleh laki-laki yang terus
meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2014 hampir 50,59% penduduk Kabupaten
Aceh Barat Daya atau sekitar 77.939 jiwa adalah laki-laki, dan selebihnya
49,41% atau sekitar 76.110 jiwa adalah perempuan. Perkembangan jumlah
penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya berdasarkan jenis kelamin selama periode
2010-2014 dapat dilihat seperti pada tabel berikut:
12
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
JENIS TAHUN
KELAMIN 2010 2011 2012 2013 2014
LAKI-LAKI 69.661 73.221 74.874 76.349 77.939
PEREMPUAN 68.000 71.566 73.050 74.561 76.110
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
b. Pendidikan
Salah satu indikator untuk melihat kemajuan suatu daerah dapat dilihat dari
pendidikan terutama dalam hal pemerataan akses terhadap pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk mengukur tingkat
penduduk di Kebupaten Aceh Barat pada tahun 2014 penddidikan tingkat SD
mencapai 94,32%. Sedangkan pada tingkat SLTP mencapai 99,51 % dan pada
tingkat SLTA mencapai 94,64 %, angka pendidika terendah terdapat pada tingkat
SD. Tingkat pendidikan dalam 5 tahun terakhir di Kabupaten Aceh Barat Daya
mengalami fluktuasi dalam pencapaiannya. Berikut adalah angka pendidikan
Kabupaten Aceh Barat Daya selama 5 tahun terakhir.
13
Tabel 3.3
Tingkat Pendidikan Kabupaten Aceh Barat Daya
TINGKAT TAHUN
NO
PENDIDIKAN 2010 2011 2012 2013 2014
1 SD/MI 102.20 108.03 109.99 104.35 94.32
2 SLTP/MTs 98.81 105.14 109.27 105.93 99.51
3 SMA/MA 98.76 93.73 101.24 102.90 94.64
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Barat Daya
Grafik 3.3
Tingkat Pendidkan Kabupaten Aceh Barat Daya
14
Tabel 3.4
Perkembangan Kontribusi Sektor-sektor Terhadap PDRB Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2009-2013
TAHUN
NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013
Milyar (Rp) % Milyar (Rp) % Milyar (Rp) % Milyar (Rp) % Milyar (Rp) %
1 Pertanian 263,957 41.57 271,132 40.7 280,413 40,03 291,127 39,49 302,207 39
2 Pertambangan & Penggalian 4,044 0.64 4,19 0.63 4,332 0.62 4,488 0.61 4,629 0.6
3 Industri Pengolahan 26,112 4.11 27,047 4.06 27,932 3.99 28,933 3.92 29,84 3.85
4 Listrik, Gas & Air Bersih 1,375 0.22 1,455 0.22 1,544 0.22 1,633 0.22 1,729 0.22
5 Konstruksi 67,984 10.71 72,682 10.91 77,852 11.11 83,232 11.29 87,968 11.35
Perdagangan, Hotel &
139,534 21.97 150,857 22.64 161,552 23.06 172,568 23.41 184,004 23.75
6 Restoran
7 Pengangkutan & Komunikasi 26,241 4.13 27,375 4.11 28,584 4.08 29,911 4.06 31,275 4.04
Keuangan, Persewaan &
8,844 1.39 9,207 1.38 10,098 1.44 10,481 1.42 10,792 1.39
8 Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 96,912 15.26 102,272 15.35 108.18 15.44 114,873 15.58 122,437 15.8
Sumber : BPS Aceh Barat Daya
10
Selama periode 5 tahun terakhir laju pertumbuhan mengalami perlambatan di
tahun 2013 yang tumbuh sebesar 5,10% bila dibandingkan dengan pertumbuhan di
tahun 2011-2012 masing-masing sebesar 5,14% dan 5,25%. Perlambatan tersebut
terutama dipengaruhi oleh masih belum optimalnya pengelolaan di sektor – sektor
lain yang bisa memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah, namun masih
sangat bergantung kepada sektor primer seperti sektor pertanian yang selama
periode tersebut menjadi penyumbang terbesar bagi PDRB Kabupaten Aceh
Barat Daya. Kendatipun demikian, sejak tahun 2009 hingga 2013 pertumbuhan
PDRB Kabupaten Aceh Barat Daya mengalami pertumbuhan yang terus
meningkat di tahunnya pada 9 (sembilan) sektor tersebut di atas.
Secara umum aktifitas ekonomi Kabupaten Aceh Barat Daya selama 5 tahun
terakhir mengalami trend kenaikan yang positif hal ini dicerminkan dari
pertumbuhan PDRB baik Atas Dasar Harga Konstan maupun Atas Dasar
Harga Berlaku. Seiring dengan hal tersebut PDRB per kapita ADHB dan PDRB per
kapita ADHK juga meningkat dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun tersebut. Pada
tahun 2009 PDRB ADHB sebesar Rp. 8.178.129,16 meningkat pada tahun 2013
menjadi Rp. 15.190.250,-. Sedangkan PDRB ADHK pada tahun 2009 sebesar Rp.
4.848.601,88 meningkat menjadi Rp. 5.723.527 pada tahun 2013 Perkembangan
aktifitas ekonomi dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.5
Perkembangan PDRB, PDRB Per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Aceh Barat DayaTahun 2009 – 2013
TAHUN
URAIAN SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
PDRB ADHB JUTA Rp 1.314.210,59 1.488.071,17 1.673.546,80 1.852.306,24 2.056.532,00
PDRB ADHK JUTA Rp 635.002,93 666.215,03 700.487,26 737.245,87 774.879,83
PDRB/KAPITA ADHB Rp 10.588.140,53 11.744.376 12.902.418 13.967.863 15.190.250
PDRB/KAPITAN ADHK Rp 5.115.999,13 5.258.001 5.400.493 5.559.420 5.723.527
PERTUMBUHAN
EKONOMI % 4,44 4,92 5,14 5,25 5,1
Sumber : Kajian Perekonomian Aceh Barat Daya
Selama tahun 2009-2013, PDRB Aceh Barat Daya telah mengalami
kenaikan tingkat pendapatan regional per kapita yang disebabkan oleh
pertumbuhan PDRB Aceh Barat Daya lebih tinggi dibanding dengan
10
pertumbuhan jumlah penduduknya. Hal ini ditunjukkan oleh capaian pendapatan
regional per kapita Aceh Barat Daya ADHB pada tahun 2013 sebesar Rp 15,19
juta, tumbuh sebesar 8,73 persen dibanding tahun 2012 yang mencapai Rp 13,97
juta. Sedangkan tinjauan pendapatan regional per kapita Aceh Barat Daya ADHK
2000, untuk melihat pendapatan regional per kapita secara riil, menunjukkan capaian
Rp 5,72 juta atau tumbuh sebesar 2,88 persen dibanding tahun 2012. Secara rata-rata,
pertumbuhan per kapita ADHB selama periode 2009-2013 mencapai 8,97 persen
dan ADHK 2000 mencapai 2,83 persen.
11
2009 sebesar 11.902 hektar yang terdiri dari persawahan teknis, setengah teknis,
irigasi desa, tadah hujan dan irigasi sederhana. Luas persawahan teknis sebesar 5.415
Ha / BPS & RTRW, luas persawahan setengah teknis sebesar 1.000 Ha, luas
persawahan irigasi desa sebesar 120 Ha, luas persawahan tadah hujan sebesar
1.239 Ha dan luas persawahan irigasi sederhana sebesar 4.128 Ha. Pada tahun 2011
terjadi peningkatan total luas areal persawahan, yaitu sebesar 23.050 Ha yang
terdiri dari persawahan teknis 5.487 Ha, persawahan setengah teknis 5.156 Ha,
persawahan irigasi desa 3.739 Ha, persawahan tadah hujan 5.105 Ha dan
persawahan irigasi sederhana 3.563 Ha (Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Aceh Barat Daya, 2011). Berdasarkan Qanun Kabupaten Aceh
Barat Daya Nomor 17 Tahun 2013 menyebutkan bahwa Lahan Basah seluas
8.904,03 Ha.
12
Meliputi bantaran sungai, daratan limpah banjir sekitar sungai yang
cukup besar
3.4.2 Stratigafi
Daerah penyelidikan disusun oleh batuan sedimen, batan vulkanik, ba-tuan
beku dan batuan metamorf. Be-berapa jenis litologi kelompok tersebut, antara lain
batu gamping, batu marmer, sekis, serpentinit, batu-an meta sedimen, breksi
vulkanik, intrusi batuan beku, lava dan mineral bijih besi.
Batuan sedimen merupakan salah satu jenis batuan yang umum dijum-pai di
daerah ini, terdiri atas batu-pasir, batu lempung dan batu gamping. Secara
keseluruhan batuan sedimen di lokasi ini telah mengalami tektonik yang cukup kuat,
ditandai oleh sifat fisik batuannya yang keras serta telah mengalami pengkekaran
yang sangat intensif. Di beberapa lokasi singkapan dijumpai slicken side yang
menunjuk-kan batuan penyusun telah meng-alami pensesaran.
Satuan batu gamping yang meru-pakan batuan penyususun utama di daerah
penyelidikan membentuk mor-fologi perbukitan terjal. Ciri fisik batu-annya keras,
umumnya tidak berlapis, berwarna coklat muda hingga kepu-tihan, dibeberapa
tempat diterobos oleh intrusi batuan beku, sehingga batu gamping mengalami
metamorfisma membentuk marmer.
Sekis merupakan salah satu jenis batuan metamorfik yang ditemukan di daerah
penyelidikan. Sebaran batuan-nya terbatas yaitu ditemukan di le-reng buit.
Batuannya memiliki ciri fisik berwarna abu-abu, keras dan berlapis.
Breksi vulkanik yang juga banyak tersingkap di daerah penelitian, me-miliki ciri
fisik keras, berwarna abu-abu kehitaman, komponen terdiri atas batuan beku basaltik
dan andesitik, ukuran komponen mulai dari bebera-pa cm hingga mencapai 0,5
meter. Satuan batuan ini lebih banyak ter-singkap di daerah perbukitan ber-
gelombang sedang hingga lemah.
Batuan metasedimen yang umum tersingkap di lapangan berupa batu-tanduk,
berwarna abu-abu kehitaman dan keras. Batuan ini hanya ditemukan dibeberapa
lokasi saja dengan sebaran terbatas.
Lava andesitik umum dijumpai di daerah penyelidikan dan umumnya dijumpai
di dalam sebaran satuan breksi vulkanik. Lava yang ditemukan di lapangan,
13
umumnya tersebar ter-batas dengan ciri fisik berwarna abu-abu, keras dan
terkekarkan secara intensif. Di beberapa tubuh batuannya dipotong oleh sejumlah
bidang kekar dan vein.
Intrusi batuan beku dijumpai di beberapa lokasi, dijumpai sebagai dike dan sill.
Di beberapa bagian permu-kaan tubuh batuannya mengandung mineral besi, seperti
yang ditemukan di daerah Alue Pisang.
15
B. Jenis Tanah
Secara umum kondisi jenis tanah yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya akan
dipengaruhi oleh adanya faktor curah hujan, iklim, dan juga struktur geologi. Hal
inilah yang membuat adanya perbedaan sifat antara jenis tanah yang satu dengan
yang lainnya. Adapun jenis tanah yang berada di Kabupaten Aceh Barat Daya
sendiri terdiri dari 6 (enam) jenis, yaitu histosols, entisols, inseptisols, andisols,
alfisols dan ultisols.
Jenis tanah di Kabupaten Aceh Barat Daya didominasi oleh jenis inseptisols
yang lokasinya berada di bagian Utara dan Selatan Kabupaten Aceh Barat Daya atau
tepatnya di Kecamatan Tangan-Tangan dan sebagian kecil di Kecamatan
Manggeng. Untuk jenis tanah oxisols dan ultisols lokasinya berada di bagian
Tengah Kabupaten Aceh Barat Daya, tepatnya di Kecamatan Blangpidie dan
sebagian di Kecamatan Kuala Batee dan Kecamatan Jeumpa, sedangkan untuk
jenis mollisols hanya berada di Kecamatan Babahrot.
16
ultrabasa yaitu peridotite/serpentinite. Hal ini disebabkan Batuan Ultrabasa kaya
akan unsur Fe, Mg, Ni, dan Cr (Bowen Series).
3.5.2. Sifat dan Kualitas Endapan
Indikasi mineralisasi yang ditemukan di lapangan ditunjukkan oleh petunjuk
yang kuat dengan zona-zona alterasi seperti propilit, argilik dan skarn.
Mineralisasi yang mengandung sulfida seperti pirit, kalkopirit maupun bornit kovelit
dan oksida cenderung terdapat pada bagian utara terjadi pada batuan karbonat
(marmer).
Sementara indikasi mineralisasi yang mengandung mineral oksida seperti
magnetit dan hematit cenderung terdapat pada bagian barat terjadi pada batuan
(vulkanik?)Hasil analisis geokimia terhadap sejumlah conto batuan maupun bijih
menunjukkan trend trend yang spesifik. Dari hasil analisis kimia menunjukkan
bahwa mineralisasi besi yang terdapat dibagian barat menunjukkan kadar yang baik
dengan kandungan Fe totalnya ada yang mencapai 64 % (PSM-TR.1 (kadarFe
64,04%), sedangkan nilai tinggi lainnya mencapai 63% (PSM-19 (kadar Fe 63,21%),
62% PSM-TR.3 (kadar Fe 62,62%), 59% PSM-13 (kadar Fe 59%), serta 57% PSM-
42 (kadar Fe 57,19%), Adapun mineralisasi terkait bijih sulfide ditemukan di bagian
utara yaitu di PSM-1 dengan kandungan Cu berkadar 1098 ppm, Pb 198 ppm, Zn
757 ppm dan kandungan Au mencapai 375 ppb. Sedangkan di PSM 25 kandungan
Cu. berkadar 27 ppm, Pb 38 ppm, Zn 183 ppm dan kandungan Au 8 ppb.
Indikasi mineralisasi sulfide dari segi kadar tidak begitu tinggi namun dari
hasil pengamatan petrografi bijih memperlihatkan variasi alterasi dan mineralisasi
yang spesifik. Sebaran unsur anomali Au maupun mineral sulfida lainnya menempati
bagian utara.Sementara sebaran mineralisasi terkait bijih besi terdapat dibagian
barat.Dengan melihat pola mineralisasi yang terkuat dipermukaan kedua jenis
mineralisasi ini memiliki potensi yang cukup baik.Untuk mineralisasi bijih besi
keterdapatnya yang mengelompok di suatu tempat tertentu pada areal perbukitan
memberi petunjuk bahwa mineralisasi primer (bawah permukaan) terletak tidak jauh
dengan mineralisasi yang terekspos sekaran.Ini menjadi suatu bahan pertimbangan
untuk dilakukannya studi tentang keterdapatan bijih besi secara lebih jauh.
Sedangkan untuk mineralisasi terkait dengan sulfida keterdapatannya
terutama dikaitkan dengan studi mineragrafi dan petrografi memberikan petunjuk
17
kuat tentang mineralisasi yang berdasarkan studi diatas tersebut yang mengarah
kepada jenis sulfida logam dasar dan emas jenis skarn.
Gambar 3.5
Sumber http://www.tukangbatu.com/2016/02/klasifikasi-sumberdaya-dan-cadangan.html
1.Hasil Eksplorasi
terdiri dari data dan informasi yang diperoleh dari program eksplorasi yang
mungkin berguna bagi investor. Hasil Eksplorasi mungkin merupakan atau bukan
merupakan bagian dari pernyataan resmi dari Sumberdaya Mineral atau Cadangan
Bijih.Pelaporan mengenai informasi ini adalah lumrah dalam tahap awal eksplorasi
dimana kuantitas data yang tersedia pada umumnya tidak cukup untuk melakukan
estimasi Sumberdaya Mineral secara wajar.
18
Laporan publik dari Hasil Eksplorasi harus mengandung informasi yang cukup untuk
membuat penilaian yang berimbang terhadap signifikansinya. Laporan harus meliputi
informasi yang relevan seperti konteks ekplorasi, jenis dan metode percontoan,
interval percontoan dan metodenya, lokasi conto yang relevan; distribusi, dimensi
dan lokasi relatif semua data assay yang relevan, metode-metode agregasi data, status
kepemilikan lahan ditambah lagi informasi tentang kriteria lainnya.
2.Sumberdaya Mineral
Suatu konsentrasi atau keterjadian dari material yang memiliki nilai ekonomi
pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas dan kuantitas tertentu yang
memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya dapat diekstraksi secara
ekonomis. Lokasi, kuantitas, kadar, karakteristik geologi dan kemenerusan dari
Sumberdaya Mineral harus diketahui, diestimasi atau diintepretasikan berdasar bukti-
bukti dan pengetahuan geologi yang spesifik. Sumberdaya Mineral dikelompokkan
lagi berdasar tingkat keyakinan geologinya, kedalam kategori Tereka, Tertunjuk dan
Terukur.
19
dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji, sumuran uji,
”terowongan uji” dan lubang bor. Lokasi pengambilan data masih terlalu
jarang atau spasinya belum tepat untuk memastikan kemenerusan geologi
dan/ atau kadar, tetapi secara meruang cukup untuk mengasumsikan
kemenerusannya. Sumberdaya Mineral Tertunjuk memiliki tingkat keyakinan
yang lebih rendah penerapannya dibanding dengan Sumberdaya Mineral
Terukur, tetapi memiliki tingkat keyakinan yang lebih tinggi penerapannya
dibanding dengan Sumberdaya Mineral Tereka.
Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Resource) merupakan bagian
dari Sumberdaya Mineral dimana tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik,
kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat kepercayaan
yang tinggi. Hal ini didasarkan pada hasil eksplorasi rinci dan terpercaya, dan
informasi mengenai pengambilan dan pengujian conto yang diperoleh dengan
teknik yang tepat dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji,
sumuran uji, ”terowongan uji” dan lubang bor. Lokasi informasi pada
kategori ini secara meruang adalah cukup rapat untuk memastikan
kemenerusan geologi dan kadar.
20
V=L
V = Volume Cadangan
Tabel 3.3 sumberdaya
LUAS PENAMPANG 1 LUAS PENAMPANG 2 VOLUME
924.943.244 934.727.628 12609038594
947.850.258 947.640.107 12793351596
945.326.936 930.226.472 12573157836
960.388.036 954.897.424 12896605836
952.395.593 955.690.622 12898528368
950.922.512 936.681.645 12659443075
943.231.883 940.442.809 12698766996
958.191.465 950.797.832 12843164365
969.704.233 977.069.616 13183074433
95.888.244 953.301.529 12012157357
978.409.994 0 978409994
TOTAL 128,145,698,450
3.Cadangan Bijih
Cadangan Bijih adalah bagian dari Sumberdaya Mineral Terukur dan / atau
Tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini termasuk tambahan
material dilusi ataupun ”material hilang”, yang kemungkinan terjadi ketika material
tersebut ditambang. Pada klasifikasi ini pengkajian dan studi yang tepat sudah
dilakukan, dan termasuk pertimbangan dan modifikasi dari asumsi yang realistis atas
faktor-faktor penambangan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan,
sosial dan pemerintahan.Pada saat laporan dibuat, pengkajian ini menunjukkan
bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan dan masuk akal.Cadangan Bijih dipisahkan
berdasar naiknya tingkat keyakinan menjadi Cadangan Bijih Terkira dan Cadangan
Bijih Terbukti.
21
Cadangan Bijih Terkira (Probable Reserve) merupakan bagian
Sumberdaya Mineral Tertunjuk yang ekonomis untuk ditambang, dan dalam
beberapa kondisi, juga merupakan bagian dari Sumberdaya Mineral Terukur.
Ini termasuk material dilusi dan ”material hilang” yang kemungkinan terjadi
pada saat material ditambang. Pengkajian dan studi yang tepat harus sudah
dilaksanakan, dan termasuk pertimbangan dan modifikasi mengenai asumsi
faktor-faktor yang realistis mengenai penambangan, metalurgi, ekonomi,
pemasaran, hukum, lingkungan, sosial dan pemerintahan. Pada saat laporan
dibuat, pengkajian ini menunjukkan bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan
dan masuk akal. Cadangan Bijih Terkira memiliki tingkat keyakinan yang
lebih rendah dibanding dengan Cadangan Bijih Terbukti, tetapi sudah
memiliki kualitas yang cukup sebagai dasar membuat keputusan untuk
pengembangan suatu cebakan.
Cadangan Bijih Terbukti (Proven Reserve) merupakan bagian dari
Sumberdaya Mineral Terukur yang ekonomis untuk ditambang. Hal ini
termasuk material dilusi dan ”material hilang” yang mungkin terjadi ketika
material di tambang. Pengkajian dan studi yang tepat harus telah
dilaksanakan, dan termasuk pertimbangan dan modifikasi mengenai asumsi
faktor-faktor yang realistis mengenai penambangan, metalurgi, ekonomi,
pemasaran, hukum, lingkungan, sosial dan pemerintahan. Pada saat laporan
dibuat, pengkajian ini menunjukkan bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan
dan masuk akal.
22
kondisi ekonomi ,penambangan,metalurgi,pemasaran,lingkungan,social dan
pemerintah. Cadangan di bagi 4 istilah yaitu:
23