Anda di halaman 1dari 20

BAB III

KEADAAN UMUM

3.1 Lokasi dan Luas Daerah


3.1.1 Lokasi Daerah
Lokasi bahan galian Bijih Besi secara administratif termasuk ke dalam wilayah
Kabupaten Aceh Barat Daya, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Adapun batas –
batas Daerah Kecamatan Babahrot meliputi :
Utara : Kabupaten Gayo Lues
Selatan : Samudera Hindia
Barat : Kabupaten Nangan Raya
Timur : Kecamatan Kuala Batee

LOKASI

Gambar 3.1
Peta Administrasi Aceh Barat Daya

10
3.1.2 Luas Daerah
Luas daerah yang dipetakan adalah + 22,5 Ha yang mana merupakan lokasi
perkebunan penduduk, sedangkan Luas WIUP yang diusulkan kepada pemerintah
daerah adalah 20 Ha.

3.2 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan


3.2.2 Kesampaian Daerah
Lokasi penyelidikan secara ad-ministratif termasuk ke dalam wilayah
Kabupaten Aceh Barat Daya, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Lokasi penambangan dapat dicapai dari Kota Banda Aceh menuju Kabupaten
Aceh Barat-daya Kecamatan Bahbarot sekitar 300 km.

3.2.3 Sarana Perhubungan Setempat


Sarana Perhubungan dapat menggunakan kendaraan roda empat dan Roda dua
melalui jalan raya dari Kota Banda Aceh menuju Kabupaten Aceh Barat-daya
Kecamatan Bahbarot sekitar 300 km.

3.3 Keadaan Lingkungan Daerah


3.3.1. Kependudukan
a. Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya sampai Tahun 2014 sebanyak
733.222 jiwa. Angka peningkatan jumlah penduduk cenderung meningkat dan
bertambah setiap tahunnya dari tahun 2010 – 2014. Sebanyak 23,17% dari total
penduduk Aceh Barat Daya berdomisili di Kecamatan Susoh, hal ini menjadikan
Kecamatan Susoh menjadi kecamatan yang terbanyak penduduknya. Sedangkan
yang terendah adalah Kecamatan Setia dengan 8,09% dari total penduduk.
Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya selama 5 tahun
terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.

11
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya
Jumlah Penduduk (Jiwa)
No Kecamatan
2010 2011 2012 2013 2014
1 Manggeng 14,344 14,916 15,133 15,449 15,078
2 Lembah Sabil 10,040 11,129 11,324 11,441 11,653
3 Tangan-Tangan 12,487 13,114 13,353 13,568 13,832
4 Setia 8,096 8,604 8,795 9,007 9,231
5 Blangpidie 22,259 23,157 23,770 24,192 24,600
6 Jeumpa 9,724 10,356 10,706 10,937 11,487
7 Susoh 23,173 23,973 24,441 24,707 25,055
8 Kuala Batee 19,657 20,369 20,949 21,466 21,932
9 Babahrot 17,249 18,819 19,222 19,877 20,551

Grafik 3.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya

Dari sisi jenis kelamin, terlihat bahwa penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya pada
selama 5 tahun terakhir tahun 2010 – 2014 didominasi oleh laki-laki yang terus
meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2014 hampir 50,59% penduduk Kabupaten
Aceh Barat Daya atau sekitar 77.939 jiwa adalah laki-laki, dan selebihnya
49,41% atau sekitar 76.110 jiwa adalah perempuan. Perkembangan jumlah
penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya berdasarkan jenis kelamin selama periode
2010-2014 dapat dilihat seperti pada tabel berikut:

12
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
JENIS TAHUN
KELAMIN 2010 2011 2012 2013 2014
LAKI-LAKI 69.661 73.221 74.874 76.349 77.939
PEREMPUAN 68.000 71.566 73.050 74.561 76.110

Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

b. Pendidikan
Salah satu indikator untuk melihat kemajuan suatu daerah dapat dilihat dari
pendidikan terutama dalam hal pemerataan akses terhadap pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Untuk mengukur tingkat
penduduk di Kebupaten Aceh Barat pada tahun 2014 penddidikan tingkat SD
mencapai 94,32%. Sedangkan pada tingkat SLTP mencapai 99,51 % dan pada
tingkat SLTA mencapai 94,64 %, angka pendidika terendah terdapat pada tingkat
SD. Tingkat pendidikan dalam 5 tahun terakhir di Kabupaten Aceh Barat Daya
mengalami fluktuasi dalam pencapaiannya. Berikut adalah angka pendidikan
Kabupaten Aceh Barat Daya selama 5 tahun terakhir.

13
Tabel 3.3
Tingkat Pendidikan Kabupaten Aceh Barat Daya
TINGKAT TAHUN
NO
PENDIDIKAN 2010 2011 2012 2013 2014
1 SD/MI 102.20 108.03 109.99 104.35 94.32
2 SLTP/MTs 98.81 105.14 109.27 105.93 99.51
3 SMA/MA 98.76 93.73 101.24 102.90 94.64
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Barat Daya

Grafik 3.3
Tingkat Pendidkan Kabupaten Aceh Barat Daya

3.3.2 Sosial Ekonomi


a. Pertumbuhan PDRB
Dalam perkembangannya, perekonomian Kabupaten Aceh Barat Daya
mengalami trend yang fluktuatif dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2009- 2013).
Keadaan ini dapat diamati dari pergerakan beberapa indikator ekonomi makro
Kabupaten Aceh Barat Daya salah satunya adalah laju pertumbuhan ekonomi
daerah yang tercermin dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar
Harga Konstan. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Aceh Barat Daya selama 5
tahun secara berturut-turut (2009-2013). Berikut dapat dilihat pada table dibawah
ini:

14
Tabel 3.4
Perkembangan Kontribusi Sektor-sektor Terhadap PDRB Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2009-2013
TAHUN
NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013
Milyar (Rp) % Milyar (Rp) % Milyar (Rp) % Milyar (Rp) % Milyar (Rp) %
1 Pertanian 263,957 41.57 271,132 40.7 280,413 40,03 291,127 39,49 302,207 39
2 Pertambangan & Penggalian 4,044 0.64 4,19 0.63 4,332 0.62 4,488 0.61 4,629 0.6
3 Industri Pengolahan 26,112 4.11 27,047 4.06 27,932 3.99 28,933 3.92 29,84 3.85
4 Listrik, Gas & Air Bersih 1,375 0.22 1,455 0.22 1,544 0.22 1,633 0.22 1,729 0.22
5 Konstruksi 67,984 10.71 72,682 10.91 77,852 11.11 83,232 11.29 87,968 11.35
Perdagangan, Hotel &
139,534 21.97 150,857 22.64 161,552 23.06 172,568 23.41 184,004 23.75
6 Restoran
7 Pengangkutan & Komunikasi 26,241 4.13 27,375 4.11 28,584 4.08 29,911 4.06 31,275 4.04
Keuangan, Persewaan &
8,844 1.39 9,207 1.38 10,098 1.44 10,481 1.42 10,792 1.39
8 Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 96,912 15.26 102,272 15.35 108.18 15.44 114,873 15.58 122,437 15.8
Sumber : BPS Aceh Barat Daya

10
Selama periode 5 tahun terakhir laju pertumbuhan mengalami perlambatan di
tahun 2013 yang tumbuh sebesar 5,10% bila dibandingkan dengan pertumbuhan di
tahun 2011-2012 masing-masing sebesar 5,14% dan 5,25%. Perlambatan tersebut
terutama dipengaruhi oleh masih belum optimalnya pengelolaan di sektor – sektor
lain yang bisa memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah, namun masih
sangat bergantung kepada sektor primer seperti sektor pertanian yang selama
periode tersebut menjadi penyumbang terbesar bagi PDRB Kabupaten Aceh
Barat Daya. Kendatipun demikian, sejak tahun 2009 hingga 2013 pertumbuhan
PDRB Kabupaten Aceh Barat Daya mengalami pertumbuhan yang terus
meningkat di tahunnya pada 9 (sembilan) sektor tersebut di atas.
Secara umum aktifitas ekonomi Kabupaten Aceh Barat Daya selama 5 tahun
terakhir mengalami trend kenaikan yang positif hal ini dicerminkan dari
pertumbuhan PDRB baik Atas Dasar Harga Konstan maupun Atas Dasar
Harga Berlaku. Seiring dengan hal tersebut PDRB per kapita ADHB dan PDRB per
kapita ADHK juga meningkat dalam kurun waktu 7 (tujuh) tahun tersebut. Pada
tahun 2009 PDRB ADHB sebesar Rp. 8.178.129,16 meningkat pada tahun 2013
menjadi Rp. 15.190.250,-. Sedangkan PDRB ADHK pada tahun 2009 sebesar Rp.
4.848.601,88 meningkat menjadi Rp. 5.723.527 pada tahun 2013 Perkembangan
aktifitas ekonomi dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.5
Perkembangan PDRB, PDRB Per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten Aceh Barat DayaTahun 2009 – 2013
TAHUN
URAIAN SATUAN
2009 2010 2011 2012 2013
PDRB ADHB JUTA Rp 1.314.210,59 1.488.071,17 1.673.546,80 1.852.306,24 2.056.532,00
PDRB ADHK JUTA Rp 635.002,93 666.215,03 700.487,26 737.245,87 774.879,83
PDRB/KAPITA ADHB Rp 10.588.140,53 11.744.376 12.902.418 13.967.863 15.190.250
PDRB/KAPITAN ADHK Rp 5.115.999,13 5.258.001 5.400.493 5.559.420 5.723.527
PERTUMBUHAN
EKONOMI % 4,44 4,92 5,14 5,25 5,1
Sumber : Kajian Perekonomian Aceh Barat Daya
Selama tahun 2009-2013, PDRB Aceh Barat Daya telah mengalami
kenaikan tingkat pendapatan regional per kapita yang disebabkan oleh
pertumbuhan PDRB Aceh Barat Daya lebih tinggi dibanding dengan

10
pertumbuhan jumlah penduduknya. Hal ini ditunjukkan oleh capaian pendapatan
regional per kapita Aceh Barat Daya ADHB pada tahun 2013 sebesar Rp 15,19
juta, tumbuh sebesar 8,73 persen dibanding tahun 2012 yang mencapai Rp 13,97
juta. Sedangkan tinjauan pendapatan regional per kapita Aceh Barat Daya ADHK
2000, untuk melihat pendapatan regional per kapita secara riil, menunjukkan capaian
Rp 5,72 juta atau tumbuh sebesar 2,88 persen dibanding tahun 2012. Secara rata-rata,
pertumbuhan per kapita ADHB selama periode 2009-2013 mencapai 8,97 persen
dan ADHK 2000 mencapai 2,83 persen.

3.3.3 Tata Guna Lahan


Luas Kabupaten Aceh Barat Daya adalah 1.882,05 Km2 atau 188.205,02 Ha
yang terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.Berdasarkan digitasi citra
satelit luas kawasan lindung sebesar 115.039,38 Ha atau 61.12%, terdiri dari
kawasan hutan lindung 48.775,72 Ha, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL)
63.074,24 Ha, wilayah sempadan sungai seluas 2.900,24 Ha dan sempadan
pantai seluas 295,22 Ha. Sedangkan kawasan budidaya sebesar 16.475,16 Ha. Jika
berdasarkan perbandingan data tersebut maka luas yang dapat dibudidayakan di
Kabupaten Aceh Barat Daya relatif kecil bila dibandingkan dengan luas wilayahnya.

Penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Barat Daya didominasi oleh lahan


Persawahan/pertanian, kehutanan dan perkebunan. Luas persawahan pada tahun

11
2009 sebesar 11.902 hektar yang terdiri dari persawahan teknis, setengah teknis,
irigasi desa, tadah hujan dan irigasi sederhana. Luas persawahan teknis sebesar 5.415
Ha / BPS & RTRW, luas persawahan setengah teknis sebesar 1.000 Ha, luas
persawahan irigasi desa sebesar 120 Ha, luas persawahan tadah hujan sebesar
1.239 Ha dan luas persawahan irigasi sederhana sebesar 4.128 Ha. Pada tahun 2011
terjadi peningkatan total luas areal persawahan, yaitu sebesar 23.050 Ha yang
terdiri dari persawahan teknis 5.487 Ha, persawahan setengah teknis 5.156 Ha,
persawahan irigasi desa 3.739 Ha, persawahan tadah hujan 5.105 Ha dan
persawahan irigasi sederhana 3.563 Ha (Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Aceh Barat Daya, 2011). Berdasarkan Qanun Kabupaten Aceh
Barat Daya Nomor 17 Tahun 2013 menyebutkan bahwa Lahan Basah seluas
8.904,03 Ha.

Kawasan lindung di Kabupaten Aceh Barat Daya menurut fungsinya terdiri


hutan lindung, hutan Tanaman Nasional Gunung Leuser (TNGL), sempadan sungai,
sempadan pantai dan lokasi DPCLS (HL-APL). Total luas kawasan lindung di
Kabupaten Aceh Barat Daya sebesar 115.851,02 Ha, yang terdiri atas hutan
lindung sebesar 48.776,29 Ha, TNGL sebesar 63.074,24 Ha, sempadan sungai
sebesar 2.900,24 Ha, sempadan pantai sebesar 295,22 Ha dan lokasi DPCLS (HL-
APL) sebesar 805,04 Ha. Sedangkan Kawasan Budidaya sebesar 72.354,00 Ha.
Sementara total luas kawasan perkebunan di Kabupaten Aceh Barat Daya seluas
27.357,00 Ha yang terdiri dari areal perkebunan skala besar seluas 12.463,59 Ha dan
luas areal untuk perkebunan masyarakat seluas 14.893,42 Ha.

3.4 Geologi Daerah


3.4.1 Fisiografi
Fisiografi Wilayah Aceh Barat Daya dapat dibagi menjadi 2 (dua) Satuan
Geromorfologi, yaitu:
1. Satuan prbukitan bergelombang sedang-kuat
 Dicirikan dengan satuan batu pasir-lempung
2. Satuan daratan alluvial

12
 Meliputi bantaran sungai, daratan limpah banjir sekitar sungai yang
cukup besar

3.4.2 Stratigafi
Daerah penyelidikan disusun oleh batuan sedimen, batan vulkanik, ba-tuan
beku dan batuan metamorf. Be-berapa jenis litologi kelompok tersebut, antara lain
batu gamping, batu marmer, sekis, serpentinit, batu-an meta sedimen, breksi
vulkanik, intrusi batuan beku, lava dan mineral bijih besi.
Batuan sedimen merupakan salah satu jenis batuan yang umum dijum-pai di
daerah ini, terdiri atas batu-pasir, batu lempung dan batu gamping. Secara
keseluruhan batuan sedimen di lokasi ini telah mengalami tektonik yang cukup kuat,
ditandai oleh sifat fisik batuannya yang keras serta telah mengalami pengkekaran
yang sangat intensif. Di beberapa lokasi singkapan dijumpai slicken side yang
menunjuk-kan batuan penyusun telah meng-alami pensesaran.
Satuan batu gamping yang meru-pakan batuan penyususun utama di daerah
penyelidikan membentuk mor-fologi perbukitan terjal. Ciri fisik batu-annya keras,
umumnya tidak berlapis, berwarna coklat muda hingga kepu-tihan, dibeberapa
tempat diterobos oleh intrusi batuan beku, sehingga batu gamping mengalami
metamorfisma membentuk marmer.
Sekis merupakan salah satu jenis batuan metamorfik yang ditemukan di daerah
penyelidikan. Sebaran batuan-nya terbatas yaitu ditemukan di le-reng buit.
Batuannya memiliki ciri fisik berwarna abu-abu, keras dan berlapis.
Breksi vulkanik yang juga banyak tersingkap di daerah penelitian, me-miliki ciri
fisik keras, berwarna abu-abu kehitaman, komponen terdiri atas batuan beku basaltik
dan andesitik, ukuran komponen mulai dari bebera-pa cm hingga mencapai 0,5
meter. Satuan batuan ini lebih banyak ter-singkap di daerah perbukitan ber-
gelombang sedang hingga lemah.
Batuan metasedimen yang umum tersingkap di lapangan berupa batu-tanduk,
berwarna abu-abu kehitaman dan keras. Batuan ini hanya ditemukan dibeberapa
lokasi saja dengan sebaran terbatas.
Lava andesitik umum dijumpai di daerah penyelidikan dan umumnya dijumpai
di dalam sebaran satuan breksi vulkanik. Lava yang ditemukan di lapangan,
13
umumnya tersebar ter-batas dengan ciri fisik berwarna abu-abu, keras dan
terkekarkan secara intensif. Di beberapa tubuh batuannya dipotong oleh sejumlah
bidang kekar dan vein.
Intrusi batuan beku dijumpai di beberapa lokasi, dijumpai sebagai dike dan sill.
Di beberapa bagian permu-kaan tubuh batuannya mengandung mineral besi, seperti
yang ditemukan di daerah Alue Pisang.

3.4.3 Struktur Geologi


Struktur geologi batuan di Kabupaten Aceh Barat Daya, terbagi atas:
A. Batuan Beku
Batuan ekstrusif atau endapan volkanik di daerah penelitian terjadi pada Jura
akhir – awal Kapur yaitu Formasi Tapaktuan (Muvt) yang didominasi oleh komposisi
basalt dan andesit, aglomerat, breksi dan tufa.Satuan batuan ini umumnya
terdistribusi di bagian zona pantai barat. Batuan intrusi di daerah ini memiliki umur
yang berbeda-beda, pengukuran umur dari tubuh intrusi ini umumnya bersifat
spekulatif. Ada sepuluh tubuh intrusi granitoid yang memotong Formasi Kluet dan
secara tektonik hal ini berhubungan dengan deformasi dan metamorfosa yang
terjadi pada umur Perm Tengah antara lain intrusi Granit Raneuh (MPira), Intrusi
Lamarayeu (MPila) dan Intrusi Merah (MPimr). Pada akhir Jura - awal kapur intrusi
ini berlanjut dan diwakili oleh intrusi kecil diorit pada bagian bawah Formasi Kluet
dengan disertai beberapa lapisan tipis metagabro.
Lima tubuh intrusi pluton menerobos bagian zona pantai barat pada Kapur
Akhir dan beberapa diantaranya terdapat di daerah penelitian yaitu Intrusi Susoh
(Tmisu ), Intrusi Kila (Tmikl) dan Mikrodiorit Gani (Tmign). Beberapa umur batuan
intrusi yang telah didating umurnya dengan metode K/Ar yaitu granit Samadua
berumur 50,9 ± 1 Ma. Pada Pliosen Awal terdapat juga serpentinit pada zona-zona
sesar (Tuse) dan pada Pleistosen terdapat dike-dike mikrogabro (Qpds).

B. Struktur Geologi dan Tektonik


Pola struktur busur kepulauan yang dijumpai di sepanjang Aceh barat daya,
menunjukkan bahwa aceh barat daya adalah perwujudan dari sebuah bentuk busur
kepulauan yang menempati bagian tepi benua aktif (active continental margin), yang
14
berhubungan dengan proses interaksi konvergen yang disertai penyusupan (subduksi)
Lempeng Hindia Australia ke arah Utara–Timur Laut (NNE) di bawah
Lempeng Eurasia (Katili, 1972; Daly, 1987). Aceh barat daya saat ini merupakan
bagian dari lempeng mikro Sunda.Kerak Samudra Hindia bersama dengan kerak
Benua Australia mengalami subduksi sepanjang bagian barat dari lempeng
Sundaland dan ditandai dengan adanya Palung Sunda di pantai barat Sumatera
(Curray, et.al., 1979). Pembentukan magma yang berasosiasi dengan subduksi
telah meningkatkan kegiatan pembentukan jalur volkanik dari Zaman Tersier
sampai sekarang dan mendominasi pembentukan gejala-gejala geologi di Pulau
Sumatera (Page,et.al., 1979).
Tiga periode tektonik besar yang membentuk Sumatera sejak Pra Tersier
hingga saat ini telah membentuk fisiografi Pulau Sumatera yang dicerminkan oleh
struktur menjadi sedemikian kompleks. Sesar besar Sumatera (Sumateran Fault
System) menjadi elemen tektonik yang paling signifikan di Sumatera. Patahan ini
memanjang berarah Barat laut-Tenggara yang mewakili arah-arah dominan
pembentukan struktur geologi di daerah Sumatera selain beberapa kelompok arah
yang lain seperti arah Utara-Selatan dan Timur laut-Barat Daya. Pulau Sumatera
memiliki struktur geologi yang rumit sebagai respon dari proses tektonikyang
berulang kali. Sesar-sesar mendatar berarah Baratlaut- Tenggara dan Utara-Selatan
dengan sedikit pergerakan naik menjadi struktur yang paling sering dijumpai disertai
dengan lipatan berarah Baratlaut-Tenggara serta Barat-Timur. Sesar-sesar normal
seringkali hadir sebagai pembentuk cekungan- cekungan ekonomis di Sumatera
sebagai hasil dari wrench faulting dari zona sesar mendatar di bagian belakang busur
vulkanik.
Pada saat ini, lempeng Samudera Hindia masih menyusup ke bawah lempeng
benua Eurasia dengan arah N 20 o E dengan kecepatan pergerakan 6-7 cm/tahun. Hal
ini mengakibatkan masih sering terjadi gempa tektonik di sepanjang pantai barat
pulau Sumatera dan masih aktifnya pegunungan di daerah busur vulkanik Sumatera
yang keduanya disebabkan oleh subduksi antara dua lempeng. yang disebutkan diatas
hal inilah yang menyebabkan Pulau Sumatera berada dalam kondisi tektonik yang
aktif.

15
B. Jenis Tanah
Secara umum kondisi jenis tanah yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya akan
dipengaruhi oleh adanya faktor curah hujan, iklim, dan juga struktur geologi. Hal
inilah yang membuat adanya perbedaan sifat antara jenis tanah yang satu dengan
yang lainnya. Adapun jenis tanah yang berada di Kabupaten Aceh Barat Daya
sendiri terdiri dari 6 (enam) jenis, yaitu histosols, entisols, inseptisols, andisols,
alfisols dan ultisols.
Jenis tanah di Kabupaten Aceh Barat Daya didominasi oleh jenis inseptisols
yang lokasinya berada di bagian Utara dan Selatan Kabupaten Aceh Barat Daya atau
tepatnya di Kecamatan Tangan-Tangan dan sebagian kecil di Kecamatan
Manggeng. Untuk jenis tanah oxisols dan ultisols lokasinya berada di bagian
Tengah Kabupaten Aceh Barat Daya, tepatnya di Kecamatan Blangpidie dan
sebagian di Kecamatan Kuala Batee dan Kecamatan Jeumpa, sedangkan untuk
jenis mollisols hanya berada di Kecamatan Babahrot.

3.5 Keadaan Endapan


Keadaan, sifat dan kualitas endapan bijih besi diperoleh berdasarkan data singkapan,
sample, dan data uji laboratorium. Berdasarkan analisis tersebut dapat diperoleh
gambaran mengenai penyebaran Biji besih potensial dan dapat diketahui jumlah
potensi sumberdaya dan cadangan bijih besi yang terdapat di lokasi tersebut. Data
tersebut dapat menjadi gambaran awal perencanaan dari suatu proses penambangan
bijih besi tersebut.

3.5.1. Bentuk dan Penyerapan Endapan


Berdasarkan analisis data singkapan, conto dan data uji kualitas endapan baHan
galian dapat diperoleh gambaran bentuk dan penyebaran endapan bijih besi yang
potensial serta dapat diketahui jumlah potensi sumberdaya dan cadangan bijih besi
dilokasi tersebut. Kondisi Endapan Bijih Besi Bijih besi yang terendapkan di
dalamwilayah penyelidikan berupa bijih besi laterit berukuran halus seperti lempung,
pasir, kerikil dan kerakal (gravel ores). Endapan bijih besi ini merupakanproses
pengkayaan supergene(supergene enrichment) terhadap batuan dasar (parent rock)

16
ultrabasa yaitu peridotite/serpentinite. Hal ini disebabkan Batuan Ultrabasa kaya
akan unsur Fe, Mg, Ni, dan Cr (Bowen Series).
3.5.2. Sifat dan Kualitas Endapan
Indikasi mineralisasi yang ditemukan di lapangan ditunjukkan oleh petunjuk
yang kuat dengan zona-zona alterasi seperti propilit, argilik dan skarn.
Mineralisasi yang mengandung sulfida seperti pirit, kalkopirit maupun bornit kovelit
dan oksida cenderung terdapat pada bagian utara terjadi pada batuan karbonat
(marmer).
Sementara indikasi mineralisasi yang mengandung mineral oksida seperti
magnetit dan hematit cenderung terdapat pada bagian barat terjadi pada batuan
(vulkanik?)Hasil analisis geokimia terhadap sejumlah conto batuan maupun bijih
menunjukkan trend trend yang spesifik. Dari hasil analisis kimia menunjukkan
bahwa mineralisasi besi yang terdapat dibagian barat menunjukkan kadar yang baik
dengan kandungan Fe totalnya ada yang mencapai 64 % (PSM-TR.1 (kadarFe
64,04%), sedangkan nilai tinggi lainnya mencapai 63% (PSM-19 (kadar Fe 63,21%),
62% PSM-TR.3 (kadar Fe 62,62%), 59% PSM-13 (kadar Fe 59%), serta 57% PSM-
42 (kadar Fe 57,19%), Adapun mineralisasi terkait bijih sulfide ditemukan di bagian
utara yaitu di PSM-1 dengan kandungan Cu berkadar 1098 ppm, Pb 198 ppm, Zn
757 ppm dan kandungan Au mencapai 375 ppb. Sedangkan di PSM 25 kandungan
Cu. berkadar 27 ppm, Pb 38 ppm, Zn 183 ppm dan kandungan Au 8 ppb.
Indikasi mineralisasi sulfide dari segi kadar tidak begitu tinggi namun dari
hasil pengamatan petrografi bijih memperlihatkan variasi alterasi dan mineralisasi
yang spesifik. Sebaran unsur anomali Au maupun mineral sulfida lainnya menempati
bagian utara.Sementara sebaran mineralisasi terkait bijih besi terdapat dibagian
barat.Dengan melihat pola mineralisasi yang terkuat dipermukaan kedua jenis
mineralisasi ini memiliki potensi yang cukup baik.Untuk mineralisasi bijih besi
keterdapatnya yang mengelompok di suatu tempat tertentu pada areal perbukitan
memberi petunjuk bahwa mineralisasi primer (bawah permukaan) terletak tidak jauh
dengan mineralisasi yang terekspos sekaran.Ini menjadi suatu bahan pertimbangan
untuk dilakukannya studi tentang keterdapatan bijih besi secara lebih jauh.
Sedangkan untuk mineralisasi terkait dengan sulfida keterdapatannya
terutama dikaitkan dengan studi mineragrafi dan petrografi memberikan petunjuk
17
kuat tentang mineralisasi yang berdasarkan studi diatas tersebut yang mengarah
kepada jenis sulfida logam dasar dan emas jenis skarn.

3.5.3. Sumber Daya dan cadangan


Perhitungan cadangan merupakan hal yang paling vital dalam kegiatan
eksplorasi. Perhitungan yang dimaksud di sini dimulai dari sumberdaya sampai pada
cadangan tertambang yang merupakan tahapan akhir dari proses eksplorasi. Hasil
perhitungan cadangan tertambang kemudian akan digunakan untuk mengevaluasi
apakah sebuah kegiatan penambangan yang direncanakan layak atau tidak.

Gambar 3.5

Hubungan antara Hasil Eksplorasi, Sumberdaya Mineral dan Cadangan Bijih

Sumber http://www.tukangbatu.com/2016/02/klasifikasi-sumberdaya-dan-cadangan.html

1.Hasil Eksplorasi
terdiri dari data dan informasi yang diperoleh dari program eksplorasi yang
mungkin berguna bagi investor. Hasil Eksplorasi mungkin merupakan atau bukan
merupakan bagian dari pernyataan resmi dari Sumberdaya Mineral atau Cadangan
Bijih.Pelaporan mengenai informasi ini adalah lumrah dalam tahap awal eksplorasi
dimana kuantitas data yang tersedia pada umumnya tidak cukup untuk melakukan
estimasi Sumberdaya Mineral secara wajar.

18
Laporan publik dari Hasil Eksplorasi harus mengandung informasi yang cukup untuk
membuat penilaian yang berimbang terhadap signifikansinya. Laporan harus meliputi
informasi yang relevan seperti konteks ekplorasi, jenis dan metode percontoan,
interval percontoan dan metodenya, lokasi conto yang relevan; distribusi, dimensi
dan lokasi relatif semua data assay yang relevan, metode-metode agregasi data, status
kepemilikan lahan ditambah lagi informasi tentang kriteria lainnya.

2.Sumberdaya Mineral
Suatu konsentrasi atau keterjadian dari material yang memiliki nilai ekonomi
pada atau di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas dan kuantitas tertentu yang
memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya dapat diekstraksi secara
ekonomis. Lokasi, kuantitas, kadar, karakteristik geologi dan kemenerusan dari
Sumberdaya Mineral harus diketahui, diestimasi atau diintepretasikan berdasar bukti-
bukti dan pengetahuan geologi yang spesifik. Sumberdaya Mineral dikelompokkan
lagi berdasar tingkat keyakinan geologinya, kedalam kategori Tereka, Tertunjuk dan
Terukur.

 Sumberdaya Mineral Tereka (Inferred Resource) merupakan bagian dari


Sumberdaya dimana tonase, kadar, dan kandungan mineral dapat diestimasi
dengan tingkat kepercayaan rendah. Hal ini direka dan diasumsikan dari
adanya bukti geologi, tetapi tidak diverifikasi kemenerusan geologi dan/ atau
kadarnya. Hal ini hanya berdasarkan dari informasi yang diperoleh melalui
teknik yang memadai dari lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji,
sumuran uji dan lubang bor tetapi kualitas dan tingkat kepercayaannya
terbatas atau tidak jelas. Sumberdaya Mineral Tereka memiliki tingkat
keyakinan lebih rendah dalam penerapannya dibandingkan dengan
Sumberdaya Mineral Terunjuk
 Sumberdaya Mineral Tertunjuk (Indicated Resource) merupakan bagian
dari Sumberdaya Mineral dimana tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik,
kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat kepercayaan
yang wajar. Hal ini didasarkan pada hasil eksplorasi, dan informasi
pengambilan dan pengujian conto yang didapatkan melalui teknik yang tepat

19
dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji, sumuran uji,
”terowongan uji” dan lubang bor. Lokasi pengambilan data masih terlalu
jarang atau spasinya belum tepat untuk memastikan kemenerusan geologi
dan/ atau kadar, tetapi secara meruang cukup untuk mengasumsikan
kemenerusannya. Sumberdaya Mineral Tertunjuk memiliki tingkat keyakinan
yang lebih rendah penerapannya dibanding dengan Sumberdaya Mineral
Terukur, tetapi memiliki tingkat keyakinan yang lebih tinggi penerapannya
dibanding dengan Sumberdaya Mineral Tereka.
 Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Resource) merupakan bagian
dari Sumberdaya Mineral dimana tonase, densitas, bentuk, karakteristik fisik,
kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat kepercayaan
yang tinggi. Hal ini didasarkan pada hasil eksplorasi rinci dan terpercaya, dan
informasi mengenai pengambilan dan pengujian conto yang diperoleh dengan
teknik yang tepat dari lokasi-lokasi mineralisasi seperti singkapan, paritan uji,
sumuran uji, ”terowongan uji” dan lubang bor. Lokasi informasi pada
kategori ini secara meruang adalah cukup rapat untuk memastikan
kemenerusan geologi dan kadar.

Estimasi Sumberdaya Mineral bukanlah hasil kalkulasi yang presisi,


bergantung pada interpretasi atas informasi yang terbatas mengenai lokasi, bentuk
dan kemenerusan dari keterjadian mineral dan hasil analisa conto yang tersedia.
Pelaporan mengenai gambaran tonase dan kadar harus mencerminkan ketidakpastian
relatif atas estimasi dengan cara pembulatan sampai kepada gambaran tonase dan
kadar yang tepat, dan dalam kasus Sumberdaya Mineral Tereka, adalah dengan
menggunakan istilah tertentu seperti ”kira-kira”. Metode penampang masih sering
dilakukan pada tahap tahap paling awal dari perhitungan .hasil perhitungan secara
manual dapat dipakai sebagai alat pembanding untuk mengecek hasil perhitungan
yang lebih canggih menggunakan computer. Hasil perhitungan secara manual tidak
dapat digunakan secara langsung dalam perencanaan tambang menggunakan
computer.Adapun rumus dari Metode Penampang :

20
V=L

= luas penampang endapan

L = Jarak antar Penampang

V = Volume Cadangan
Tabel 3.3 sumberdaya
LUAS PENAMPANG 1 LUAS PENAMPANG 2 VOLUME
924.943.244 934.727.628 12609038594
947.850.258 947.640.107 12793351596
945.326.936 930.226.472 12573157836
960.388.036 954.897.424 12896605836
952.395.593 955.690.622 12898528368
950.922.512 936.681.645 12659443075
943.231.883 940.442.809 12698766996
958.191.465 950.797.832 12843164365
969.704.233 977.069.616 13183074433
95.888.244 953.301.529 12012157357
978.409.994 0 978409994
TOTAL 128,145,698,450

3.Cadangan Bijih
Cadangan Bijih adalah bagian dari Sumberdaya Mineral Terukur dan / atau
Tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini termasuk tambahan
material dilusi ataupun ”material hilang”, yang kemungkinan terjadi ketika material
tersebut ditambang. Pada klasifikasi ini pengkajian dan studi yang tepat sudah
dilakukan, dan termasuk pertimbangan dan modifikasi dari asumsi yang realistis atas
faktor-faktor penambangan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan,
sosial dan pemerintahan.Pada saat laporan dibuat, pengkajian ini menunjukkan
bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan dan masuk akal.Cadangan Bijih dipisahkan
berdasar naiknya tingkat keyakinan menjadi Cadangan Bijih Terkira dan Cadangan
Bijih Terbukti.

21
 Cadangan Bijih Terkira (Probable Reserve) merupakan bagian
Sumberdaya Mineral Tertunjuk yang ekonomis untuk ditambang, dan dalam
beberapa kondisi, juga merupakan bagian dari Sumberdaya Mineral Terukur.
Ini termasuk material dilusi dan ”material hilang” yang kemungkinan terjadi
pada saat material ditambang. Pengkajian dan studi yang tepat harus sudah
dilaksanakan, dan termasuk pertimbangan dan modifikasi mengenai asumsi
faktor-faktor yang realistis mengenai penambangan, metalurgi, ekonomi,
pemasaran, hukum, lingkungan, sosial dan pemerintahan. Pada saat laporan
dibuat, pengkajian ini menunjukkan bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan
dan masuk akal. Cadangan Bijih Terkira memiliki tingkat keyakinan yang
lebih rendah dibanding dengan Cadangan Bijih Terbukti, tetapi sudah
memiliki kualitas yang cukup sebagai dasar membuat keputusan untuk
pengembangan suatu cebakan.
 Cadangan Bijih Terbukti (Proven Reserve) merupakan bagian dari
Sumberdaya Mineral Terukur yang ekonomis untuk ditambang. Hal ini
termasuk material dilusi dan ”material hilang” yang mungkin terjadi ketika
material di tambang. Pengkajian dan studi yang tepat harus telah
dilaksanakan, dan termasuk pertimbangan dan modifikasi mengenai asumsi
faktor-faktor yang realistis mengenai penambangan, metalurgi, ekonomi,
pemasaran, hukum, lingkungan, sosial dan pemerintahan. Pada saat laporan
dibuat, pengkajian ini menunjukkan bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan
dan masuk akal.

3.5.4 Cadangan Tidak Tertambang dan Tertambang


Cadangan Tertambang (Mineable Reserved) adalah sejumlah cadangan yang secara
teknis-ekonomis dapat ditambang.Faktor seperti cut-off grade dan stripping ratio
telah diperhitungkan.Secara umum cadangan (reserve) dibedakan dua katagori yaitu:
a.probable reserve adalah bagian dari sumber daya terindikasi yang memenuhi
kondisi untuk di klasifikasikan menjadicadangan . b.proven reserve adalah bagian
dari sumber daya terukur yang memenuhi kondisi untuk di klasifikasikan
menjadicadangan .kondisi –kondisi yang memungkinkan perubahan sumber daya
mineral terukur dan terindikasi menjadi proven reserve dan probable reserve adalah

22
kondisi ekonomi ,penambangan,metalurgi,pemasaran,lingkungan,social dan
pemerintah. Cadangan di bagi 4 istilah yaitu:

A .Cadangan tereka(inferred reserve) adalah hasil penafsiran berdasarkan sebagian


besar dari informasi geologi di lengkapi dengan beberapa contoh singkapan secara
kuantitatif kesalahan cadangan terduga.

B.Cadangan terindikasi (indicated reserve) adalah cadangan hasil penafsiran dan


perhitungan berdasarkan contoh:singkapan,parid uji,sumur uji,pemboran.yang tidak
seteliti pada cadangan terukur dengan jarak yang kurang rapat ,di bantu penafsiran
geologi yang rinci secara kuantitatif maksimum 40% cadangan terunjuk
C.Cadangan tertambang (mineable reserve) adalah bagian cadangan dari bahan
galian yang layak terambang dengan teknologi penambangan saat ini.

D.Cadangan terukur(measured reserve) adalah cadangan hasil penafsiran dan data


dari pada : singkapan,parid uji,sumur uji,pemboran yang teliti dengan jarak relatif
rapat di lengkapi dengan informasi geologi yang rinci.

23

Anda mungkin juga menyukai