Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

A. Kabupaten Bantaeng

1. Aspek Geografi dan Demografi

Kabupaten Bantaeng secara geografis terletak ± 120 km arah selatan Makassar,

Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dengan posisi 5°21’13’’-5°35’26’’ Lintang Selatan dan

119°51’42’’-120°05’27’’ Bujur Timur. Berada di kaki Gunung Lompobattang, Kabupaten

Bantaeng memiliki Topografi yang terdiri dari daerah pantai, daratan, dan pegunungan. Luas

wilayah daratan mencapai 395.83 km2 dan luas wilayah perairan mecapai 144 km2. 59,33

km2 atau sekitar 14,99% dari wilayahnya merupakan daerah pesisir dengan kemiringan 0-2

meter, 168,75 km2 atau sekitar 42,64% dari luas wilayahnya merupakan daratan yang landai

dengan kemiringan 2-15 meter, 81,86 km2 atau sekitar 20,68% dari luas wilayahnya

merupakan daratan dengan kemiringan 15-40 meter sedangkan 83,80 km2 atau sekitar

21,17% sisanya merupakan daerah daratan dengan kemiringan lebih dari 40 meter. Letak

geografi Kabupaten Bantaeng yang strategis memiliki alam tiga dimensi, yakni bukit

pegunungan, lembah dataran dan pesisir pantai, dengan dua musim. Iklim di daerah ini

tergolong iklim tropis basah dengan curah hujan tahunan rata-rata setiap bulan 14 mm.

Dengan adanya kedua musim tersebut sangat menguntungkan bagi sektor pertanian.

Didukung pula dengan keberadaan 11 sungai kecil dan sedang yang melalui daerah ini, tanah

Mediteran Coklat yang luasnya mencapai 41,45% dari total luas wilayah, sangat cocok untuk

lahan pertanian. Kabupaten Bantaeng terletak di bagian selatan propinsi Sulawesi Selatan

yang berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba

Sebelah Timur : Kabupaten Bulukumba

Sebelah Selatan : Laut Flores


Sebelah Barat : Kabupaten Jeneponto.

Secara administratif, Kabupaten Bantaeng terbagi atas 8 wilayah Kecamatan dengan 21

Kelurahan dan 46 Desa. Berdasarkan data terakhir, jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng

sebanyak 180.255 jiwa yang terdiri dari laki-laki 87.295 jiwa dan perempuan 92.960 jiwa

dengan rincian jumlah penduduk Kabupaten Bantaeng Tahun 2014, dapat dilihat pada tabel-

tabel berikut:

Tabel
Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatannya Tiap
Kecamatan Kabupaten Bantaeng Tahun 2014
No. Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Jumlah Kepadatan
(Km2) Desa/Kelurahan Penduduk Penduduk
1 Bissappu 32,84 11 31,553 960,81
2 Uluere 67,29 6 11,032 163,95
3 Sinoa 43 6 12,065 280,58
4 Bantaeng 28,85 9 37,458 1298,37
5 Eremerasa 45,01 9 18,988 421,86
6 Tompobulu 76.99 10 23,373 303,58
7 Pajukukang 48,9 10 29,601 605,34
8 Gantarangkeke 52,95 6 16,185 305,67
Kab. Bantaeng 395,83 67 180,255 455,38
Sumber: Data Bappeda Tahun 2014.

2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1 Fokus Kesejahteraan Dan Pemerataan Ekonomi

a. Pendapatan Domestik Bruto (PDRB)

Kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Bantaeng menghasilkan keragaman hayati dan

hewani yang dapat bernilai ekonomis. Dengan kondisi alam yang sangat cocok dengan

berbagai jenis hewan dan tanaman, memberikan peluang daerah Bantaeng untuk

dikembangkan menjadi sentra produksi beberapa komoditas unggulan, sehingga Bantaeng

bisa menjadi sentra penghasil benih dan bibit unggul. Beberapa komoditi yang sudah berhasil

dikembangkan adalah tanaman pangan yaitu padi, jagung, talas, ubi kayu, kacang hijau dan

kacang tanah. Khusus untuk tanaman talas, daerah ini akan menjadi penghasil bibit
tananaman talas dan akan disuplai ke daerah lain yang membutuhkan. Sedangkan untuk

tanaman sayuran yang telah dikembangkan seperti kol, kentang, wortel, labu siam, bawang

merah dan petai, menjadikan Kabupaten Bantaeng menjadi penyuplai komoditi ini di

kawasan Selatan Sulawesi Selatan. Tanaman buah-buahan yang sudah berhasil

dikembangkan seperti mangga, strawberi dan apel. Pengembangan budidaya tanaman apel

dan strawberi di daerah ini menjadi pemicu banyaknya wisatawan lokal yang berkunjung ke

Bantaeng. Di bidang perternakan, selain ayam di daerah ini cocok dikembangkan ternak sapi,

kuda dan kambing. Di bidang perkebunan iklim sebagian besar wilayah kabupaten Bantaeng

cocok untuk tanaman kakao, kapuk, kopi, cengkeh dan kelapa. Di bidang perikanan

khususnya budidaya rumput laut daerah ini berhasil merubah perekonomian masyarakat

pesisir yang identik dengan masyarakat berpenghasilan rendah menjadi masyarakat yang

berpenghasilan memadai. Selain itu, telah dikembangkan budidaya ikan air tawar yang

kedepannya Kabupaten Bantaeng akan menjadi Kabupaten produsen bibit ikan air tawar.

Keberhasilan yang telah dicapai di bidang pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan

kehutanan menyebabkan sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar pada PDRB

Kabupaten Bantaeng. Demikian halnya dibidang perindustrian daerah ini berpacu dan

berbenah membuka industri untuk mengolah bahan baku yang tersedia cukup banyak di

daerah ini. Industri yang sudah ada antara lain industri pengalengan ikan dan industry

pembuatan kue kering, kripik dengan bahan baku dari jagung dan rumput laut. Peluang usaha

yang berhasil diciptakan diharapkan membuka lowongan kerja di daerah ini, sehingga dapat

mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan dan menambah daya beli masyarakat.

Dari hasil perhitungan PDRB, Kabupaten Bantaeng selama periode 2010-2014 menunjukkan

peningkatan yang menggembirakan karena beberapa sektor mengalami pertumbuhan yang

cukup signifikan. Demikian halnya apabila dilihat dari konstribusi PDRB Bantaeng terhadap
PDRB Sulawesi Selatan yang semakin meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel berikut ini.

Tabel
Perkembangan PDRB Kab. Bantaeng dan Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2010 – 2014

Tahun PDRB Sul-Sel PDRB Kab. Peran PDRB Kab.


Bantaeng Bantaeng
Terhadap PDRB
Sul-Sel
2010 99,707,775.80 1,532,794.97 1.54
2010 117,612,050.92 1,831,773.14 1.56
2011 137,146,162.09 2,179,096.90 1.63
2012 159,427,096.96 2,536,709.90 1.59
2014 *) 2,960,654.54 *)
Rata-rata 1.58
Sumber : Data Bappeda Tahun 2014 *) Data belum tersedia

B. Pertumbuhan Ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB yang berhasil diciptakan pada

tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Dimana Nilai PDRB

yang digunakan itu adalah Nilai PDRB atas dasar harga konstan. Penggunaan nilai atas dasar

harga konstan ini karena telah dikeluarkannya pengaruh perubahan harga, sehingga

perubahan yang

diukur merupakan pertumbuhan ekonomi. Sejak tahun 2002 pertumbuhan ekonomi baik

nasional maupun regional dihitung dengan menggunakan harga konstan 2000 sebagai tahun

dasar, yang sebelumnya menggunakan tahun dasar tahun 1993. Perubahan tahun dasar untuk

perhitungan PDRB atas dasar harga konstan biasanya dilaksanakan setiap sepuluh tahun,

kecuali apabila pada periode sepuluh tahun tersebut terjadi gejolak ekonomi. Pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Bantaeng Tahun 2014 sebesar 8.98%, lebih tinggi bila dibandingkan

pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 yang tumbuh hanya 8.49%. Pertumbuhan tersebut

didukung oleh beberapa sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan ditahun 2014.
C. Pertumbuhan Riil Setiap Sektor.

Pertumbuhan ekonomi secara riil setiap sektor menggambarkan bergeraknya sektor ekonomi

yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.7 di bawah ini.

Beberapa sektor mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai dampak ditingkatkannya

penggunaan sumber daya yang dimiliki sektor ekonomi tersebut dan diharapkan hasil dari

pertumbuhan yang timbul secara nyata betul-betul dapat dirasakan oleh masyarakat

Kabupaten Bantaeng.

Tabel
Pertumbuhan Riil Setiap Sektor di Kab. Bantaeng
Tahun 2010- 2014 (Persen)
No Lapangan Usaha Tahun
. 2010 2011 2012 2014 2015
1 Pertanian 7,65 7,18 4,16 4,27 *
2 Pertambangan dan Penggalian 19,61 15,52 19,92 19,97 *
3 Industri Pengolahan 5,39 10,18 16,97 17,88 *
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 7,96 6,95 29,56 29,55 *
5 Bangunan 12,16 8,66 14,99 15,01 *
6 Perdagangan, Restoran, dan 8,24 10,74 16,60 16,62 *
Hotel
7 Angkutan komunikasi 9,45 12,50 19,27 19,46 *
8 Bank & Lembaga Keuangan 11,68 13,00 19,27 19,44 *
9 Jasa-jasa 4,47 7,73 4,81 4,93 *
PDRB 7,90 8,43 8,49 8,98
Sumber : Data Bappeda Tahun 2014, *) Data belum tersedia

Dari tabel dan gambar dapat dilihat bahwa sektor pertanian, pertambangan dan penggalian,

serta sektor bangunan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dibandingkan sektor lain.

Hal ini terjadi karena adanya penimbunan dan penggalian material baik pasir ataupun batu

pada proyek pembangunan smelter (pengolahan nikel) dan reklamasi pantai seruni di

Bantaeng serta adanya lanjutan penimbunan dan pengaspalan jalan yang dilakukan hampir

disemua jalan yang ada di Kabupaten Bantaeng, walaupun volumenya tidak sebanyak ditahun

2014. Sektor perdagangan hotel dan restoran juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi

sebagai akumulasi ketiga subsektor yang mendukungnya mengalami peningkatan


pertumbuhan. Subsektor hotel mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yang diikuti

oleh subsektor restoran sebagai dampak semakin banyaknya pengunjung yang menggunakan

fasilitas hotel dan restoran. Sektor listrik, gas dan air minum mengalami pertumbuhan paling

meningkat dari 29.46% tahun 2014 menjadi 29.55% pada tahun 2014.

B. Kabupaten Pinrang

1. Geografis

Kabupaten Pinrang merupakan wilayah provinsi Sulawesi Selatan yang secara

geografis terletak pada koordinat antara 4º10’30” sampai 3º19’13” Lintang Selatan dan

119º26’30” sampai 119º47’20”Bujur Timur. Daerah ini berada pada ketinggian 0-2.600 meter

dari permukaan laut. Kabupaten Pinrang berada ± 180 Km dari Kota Makassar, dengan

memiliki luas ±1.961,77 Km2, terdiri dari tiga dimensi kewilayahan meliputi dataran rendah,

laut dan dataran tinggi. Kabupaten Pinrang secara administratif pemerintahan terdiri dari 12

(dua belas) Kecamatan, 36 Kelurahan dan 68 Desa yang meliputi 81 Lingkungan dan 168

Dusun. Sebagian besar dari wilayah kecamatan merupakan daerah pesisir yang memiliki luas

1.457,19 Km2 atau 74,27% dari luas keseluruhan Wilayah Kabupaten Pinrang dengan

panjang garis pantai ± 101 Km. Adapun batas wilayah Kabupaten Pinrang sebagai berikut :

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja.

b) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Sidrap.

c) Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar serta Kabupaten Polewali Mandar.

d) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Parepare.


2. Administratif

Gambaran administrasi pemerintahan di Kabupaten Pinrang disajikan pada Tabel dan

Gambar berikut ini :

Tabel. Nama, Luas Wilayah Per-Kecamatan dan Jumlah/Desa

No. Kecamatan Ibu Kota Jumlah Jumlah LUas Wilayah

Kecamatan Kelurahan Desa Ha %Thd

Total

1. Suppa Majenang 2 8 7.420 3,78

2. Mattiro Sompe Langnga 2 7 9.699 4,94

3. Lanrisang Lanrisang 2 7 7.301 3,72


4. Mattiro Bulu Manarang 8 - 13.249 6,75
5. Watang Sawitto 4 6 5.897 3,01
Sawitto
6. Paleteang Laleng Bata - 7 3.729 1,90

7. Tiroang Mattiro 5 9 7.773 3,96


Deceng
8. Patampanua Teppo 2 12 13.685 6,98
9. Cempa Cempa - 7 9.030 4,60
10. Duampanua Lampa 5 - 29.186 14,88
11. Batulappa Kassa 6 - 15.899 8,10
12. Lembang Taddokong - 5 73.309 37,37
Jumlah 36 68 196.177 100,00
Sumber: Kabupaten Pinrang Dalam Angka, 2010.
Gambar 2.
Peta Administrasi Kabupaten Pinrang
3. Kondisi Fisik Wilayah

a. Kondisi Topografi dan Kelerengan

Kondisi topografi Kabupaten Pinrang memiliki rentang yang cukup lebar, mulai dari

dataran dengan ketinggian 0 m di atas permukaan laut hingga dataran yang memiliki

ketinggian di atas 1000 m di atas permukaan laut (dpl). Dataran yang terletak pada ketinggian

1000 m di atas permukaan laut sebagian besar terletak di bagian tengah hingga utara

Kabupaten Pinrang terutama pada daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Toraja.

Klasifikasi ketinggian/ topografi di Kabupaten Pinrang dapat dikelompokkan sebagai berikut:

- Ketinggian 0 – 100 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam daerah ketinggian ini sebagian besar terletak di wilayah

pesisir yang meliputi beberapa wilayah Kecamatan yakni Kecamatan Mattiro Sompe,

Lanrisang, Watang Sawtito, Tiroang, Patampanua dan Kecamatan Cempa

- Ketinggian 100 – 400 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam daerah dengan ketinggian ini meliputi beberapa wilayah

Kecamatan yakni Kecamatan Suppa, Mattiro Bulu, dan Kecamatan Paleteang.

- Ketinggian 400 – 1000 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini sebagian kecil wilayah meliputi

Kecamatan Duampanua.

- Ketinggian di atas 1000 m dpl

Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ketinggian ini terdiri dari sebagian Kecamatan

Lembang dan Batulappa. Untuk lebih jelasnya sebagaimana pada tabel berikut ini :

Anda mungkin juga menyukai