Anda di halaman 1dari 34

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Kondisi Geofrafis


Kabupaten Bandung merupakan Kabupaten yang terletak di Provinsi
Jawa Barat. Kabupaten Bandung memiliki potensi terbesar dalam sektor
industri dan pariwisata. Letak Kabupaten Bandung yang berada di daerah
pegunungan atau dataran tinggi memiliki suatu daya tarik tersendiri sebagai
area rekreasi. Kabupaten Bandung memiliki bukit-bukit dengan hamparan
kebun teh dan tempat wisata alam yang sangat indah sehingga
menjadikannya sebagai salah satu daerah tujuan wisata.
Berdasarkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat Indonesia, Ibu kotanya
yaitu Soreang. Letak Kabupaten Bandung secara geografis berada pada 6°,41’
– 7°,19’ Lintang Selatan dan diantara 107°22’ – 108°5’ Bujur Timur. Dengan
batas-batas wilayah Kabupaten Bandung yaitu :
Sebelah timur : Berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan
Kabupaten Garut
Sebelah barat : Berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat
Sebelah utara : Berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat
Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Garut, Kabupaten
Cianjur, dan Kabupaten Bandung Barat
Sebagian besar wilayah Bandung adalah pegunungan. Di antara puncak-
puncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung Bukittunggul (2.200 m),
Gunung Tangkubanperahu (2.076 m) (Wilayah KBB) di perbatasan dengan
Kabupaten Purwakarta. Sedangkan di selatan terdapat Gunung Patuha (2.334
m), Gunung Malabar (2.321 m), serta Gunung Papandayan (2.262 m) dan
Gunung Guntur (2.249 m), keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut.
Wilayah Kabupaten Bandung beriklim tropis dipengaruhi oleh angina muson
dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 1500 sampai dengan 4000
mm/tahun, suhu rata-rata berkisar antara 19°C sampai dengan 24°C.

9
2.2 Kondisi Kewilayahan
Luas wilayah Kabupaten Bandung yaitu sebesar 176.239,67 Ha atau
1.762,4 km2. Secara administratif , Kabupaten Bandung saat ini memiliki desa
sebanyak 270 desa dan 10 kelurahan. Desa/Kelurahan tersebut tersebar di 31
Kecamatan. Pada level pemerintahan desa/kelurahan satuan lingkungan
setempat (SLS) terkecil adalah Rukun Tetangga (RT) yang dibawahi oleh
Rukun Warga (RW).
Kecamatan-kecamatan yang mempunyai wilayah kelurahan antara lain
adalah:
a. Kecamatan Rancaekek, 1 kelurahan ;
b. Kecamatan Baleendah, 5 kelurahan ;
c. Kecamatan Margahayu, 1 kelurahan ;
d. Kecamatan Dayeuhkolot, 1 kelurahan ;
e. Kecamatan Cimenyan, 2 kelurahan.
Kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan paling banyak berada
dalam wilayah kecamatan Ciparay, yaitu sebanyak 14 desa, sedangkan
Kecamatan Margahayu dan Rancabali merupakan wilayah kecamatan dengan
jumlah desa/kelurahan paling sedikit, yaitu sebesar 5 desa/kelurahan. Dilihat
dari data tahun sebelumnya, jumlah desa/kelurahan dari tahun 2016 sampai
2020 masih sama yaitu 280 desa/kelurahan.
Dari data jarak antar kecamatan dengan ibukota Kabupaten Bandung,
maka kecamatan Nagreg merupakan wilayah paling jauh dengan Ibukota
Kabupaten Bandung di Soreang, yaitu sebesar 60 km. Sedangkan kecamatan
Kutawaringin merupakan wilayah Kecamatan yang paling dekat dengan
Ibukota Kabupaten Bandung di Soreang, yaitu sebesar 3 km. Gambaran
kewilayahan, jarak dan peta wilayah administrasi Kabupaten Bandung, secara
lengkap dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini.
Tabel II. 1 Luas Wilayah Kabupaten Bandung Per Kecamatan
Luas Area Jumlah
No Kecamatan
km² % Kelurahan
1 Ciwidey 48.47 2.75% -
2 Rancabali 148.37 8.42% -
3 Pasirjambu 239.58 13.59% -

10
Luas Area Jumlah
No Kecamatan
km² % Kelurahan
4 Cimaung 55.00 3.12% -
5 Pangalengan 195.41 11.09% -
6 Kertasari 152.07 8.63% -
7 Pacet 91.94 5.22% -
8 Ibun 54.57 3.10% -
9 Paseh 51.03 2.90% -
10 Cikancung 40.14 2.28% -
11 Cicalengka 35.99 2.04% -
12 Nagreg 49.30 2.80% -
13 Rancaekek 45.25 2.57% 1
14 Majalaya 25.36 1.44% -
15 Solokan Jeruk 24.01 1.36% -
16 Ciparay 46.18 2.62% -
17 Baleendah 41.56 2.36% 5
18 Arjasari 64.98 3.69% -
19 Banjaran 42.92 2.44% -
20 Cangkuang 24.61 1.40% -
21 Pameungpeuk 14.62 0.83% -
22 Katapang 15.72 0.89% -
23 Soreang 25.51 1.45% -
24 Kutawaringin 47.30 2.68% -
25 Margaasih 18.35 1.04% -
26 Margahayu 10.54 0.60% 1
27 Dayeuhkolot 11.03 0.63% 1
28 Bojongsoang 27.81 1.58% -
29 Cileunyi 31.58 1.79% -
30 Cilengkrang 30.12 1.71% -
31 Cimenyan 53.08 3.01% 2
Jumlah 508.3 100,00% 10
Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka, 2020

11
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bandung, 2020

Gambar II.1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Bandung

12
2.3 Kondisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam
suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui
kemampuan sumber daya ekonomi, distribusi, dan struktur ekonomi suatu
daerah. Sementara PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.
Di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh
sekitar 5%, perekonomian Kabupaten Bandung periode 2016-2020 dapat
tetap tumbuh di atas 5%, yakni sebesar 6,34% (2016), 6,15% (2017), 6,26%
(2018), 6,09% (2019), dan 5,84% (2020). Peningkatan volume ekonomi
tersebut tercermin baik dari sisi produksi (supply side) maupun sisi permintaan
akhir (demand side). Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi tertinggi dari
sisi produksi didukung oleh pertumbuhan pada kategori Informasi dan
Komunikasi yang tumbuh di atas 10%. Sementara dari sisi permintaan akhir,
pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada komponen Pengeluaran
Konsumsi Pemerintah yang tumbuh sebesar 5,22%.
Pada periode tahun 2016-2020 PDRB Kabupaten Bandung atas dasar harga
Berlaku meningkat cukup signifikan, yakni sebesar 85.619 miliar Rupiah
(2016), 94.335 miliar Rupiah (2017), 102.866 miliar Rupiah (2018), 113.128
miliar Rupiah (2019), dan 123.485 miliar Rupiah (2020). Peningkatan ini
dipengaruhi baik oleh perubahan harga maupun perubahan volume.
Peningkatan PDRB sisi produksi diikuti oleh peningkatan PDRB dari sisi
permintaan akhir atau PDRB pengeluaran.
Gambaran secara lengkap tentang data PDRB Kabupaten Bandung tersebut,
secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini.

13
Tabel II.2 PDRB Kabupaten Bandung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Jenis
Pengeluaran (Miliar Rupiah), 2016-2020 / GRDP of Bandung Regency at Current
Prices by Expenditure (Million Rupiah) 2016-2020

Jenis Pengeluaran
Type of Expenditure 2016 2017 2018 2019 2020

(1 (2) (3) (4) (5) (6)


)
Pengeluaran Konsumsi 68 028,57 75 202,22 82 727,01 90 684,63 98 627,42
Rumah Tangga
Household Consumption
Expenditure
Pengeluaran Konsumsi LNPRT 407,27 440,01 473,84 562,42 601,10
NPISH Consumption
Expenditure
Pengeluaran Konsumsi 4 317,58 4 523,19 4 939,25 5 281,82 5 602,38
Pemerintah
Government Consumption
Expenditure
Pembentukan Modal Tetap 17 560,50 19 303,47 21 365,58 23 414,14 24 986,03
Bruto
Gross Fixed Capital Formation
Perubahan Inventori 2 691,24 2 997,08 2 990,85 3 149,16 3 203,45
Changes in Inventories
Ekspor Barang dan ... ... ... ... ...
Jasa/Exports of Goods and
Services
Dikurangi: Impor Barang dan ... ... ... ... ...
Jasa
Less: Import of Goods and
Services
Diskrepansi Statistik 1 ... ... ... ... ...
Statistical Discrepancies 1
Produk Domestik
Regional Bruto/Gross 85 619,62 94 334,76 102 865,60 112 982,08 123 485,84
Regional Domestic
Product

Sumber : BPS, Berbagai Sensus, Survei Dan Sumber Lain/BPS-Statistics Indonesia, Various
Census, Survey, And Other Sources, 2021

14
2.4 Kondisi Transportasi

Peran transportasi dalam mendukung perekonomian sangatlah besar,


oleh karena itu harus adanya upaya meningkatkan pembangunan infrastruktur
transportasi baik darat, laut dan udara seperti pembukaan jalan baru,
pembangunan pelabuhan dan bandara. Dengan pembangunan sarana
transportasi tersebut diharapkan distribusi barang dan jasa menjadi lancar,
yang pada akhirnya tingkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat
menjadi meningkat. Pengembangan sistem transportasi Kabupaten Bandung
pada dasarnya harus mampu mengatasi permasalahan transportasi yang ada
saat ini dan masa mendatang, serta mendukung strategi pembangunan
daerah secara keseluruhan pada Kabupaten Bandung. Dan hasil kajian awal
dan kondisi tata guna lahan, potensi sumber daya alam dan pola arus lalu
lintas, serta ketersediaan prasarana dan permasalahan transportasi yang ada
saat ini, maka untuk dapat mencapai tujuan tersebut di atas berdasarkan
RTRW Kabupaten Bandung tahun 2016-2036 rencana pengembangan sistem
transportasi darat di wilayah Kabupaten Bandung antara lain dengan
meningkatkan jaringan jalan, jaringan kereta api dan jaringan pelayanan lalu
lintas. Untuk peningkatan jaringan jalan meliputi peningkatan:

a. jaringan jalan nasional


b. jaringan jalan provinsi
c. jaringan jalan kabupaten
d. jaringan jalan bebas hambatan
e. pengembangan terminal
Peningkatan Jaringan jalan nasional meliputi:
a. peningkatan jalan ruas Cileunyi – Cicalengka – Nagreg yang merupakan
jalan Arteri Primer;
b. peningkatan infrastruktur transportasi jalan lintas cepat Cileunyi –
Rancaekek yang merupakan jalan Arteri Primer; dan
c. peningkatan jalan ruas Cileunyi – Sumedang yang merupakan jalan
Kolektor Primer 1.

Peningkatan Jaringan jalan provinsi meliputi:


a. peningkatan jalan Kolektor Primer 2;

15
b. pembangunan jalan provinsi;
c. pembangunan dan peningkatan infrastruktur transportasi jalan lintas
cepat Ciwidey; dan
d. pembangunan jalan Lingkar Bandung Utara.

Peningkatan Jaringan jalan kabupaten meliputi :


a. peningkatan jalan kolektor primer 4 diantaranya jalan lingkar Banjaran,
lingkar Selatan Majalaya, lingkar Cileunyi, lingkar Sungapan - Soreang,
lingkar Katapang – Baleendah, lingkar Baleendah - Ciparay, lingkar
Margaasih, lingkar Margahayu, lingkar perkotaan di setiap Kec. Di
Kabupaten Bandung dan lingkar ring road II dan jalan lingkar perkotaan
di setiap Kecamatan di Kabupaten Bandung;
b. peningkatan jalan lokal primer 1;
c. peningkatan jaringan jalan sekunder;
d. pembangunan jalan kolektor primer 4;
e. pembangunan jalan lokal primer;
f. pembangunan jalan lokal sekunder

Peningkatan Jaringan jalan bebas hambatan meliputi :


a. jalan tol Soreang – Pasir Koja;
b. jalan tol Ujungberung – Gedebage – Majalaya;
c. jalan tol Cileunyi – Sumedang – Dawuan;
d. jalan tol Cileunyi – Nagreg – Ciamis – Banjar;
e. jalan tol dalam kota Terusan Pasteur – Ujungberung – Cileunyi; dan
f. jalan tol lingkar Bandung Selatan.

Menurut RTRW Kabupaten Bandung 2016-2036, rencana


pengembangan pelayanan lalu lintas kendaraan umum dalam trayek adalah
sebagai berikut:
a. pengembangan angkutan Antar Kota Antar Provinsi;
b. pengembangan angkutan Antar Kota Dalam Provinsi;
c. pengembangan angkutan umum perkotaan yang disediakan untuk
melayani pergerakan pusat kegiatan di pinggir kota secara radial ke pusat
kota, antar pusat kegiatan di sekitar pusat kota, dan daerah permukiman

16
dengan kawasan pusat kota;
d. pengembangan angkutan umum perdesaan yang disediakan untuk
melayani pergerakan antar kawasan perdesaan dan antar lingkungan
permukiman;
e. pengembangan moda angkutan umum massal pada koridor Bandung-
Kopo-Soreang, Bandung-Dayeuhkolot-Banjaran, Bandung – Baleendah –
Ciparay – Majalaya, Bandung - Cileunyi – Rancaekek/Cicalengka -
Majalaya, dan Soreang – Banjaran – Baleendah - Majalaya; dan
f. pengembangan jaringan fasilitas pejalan kaki dan sepeda.

Untuk Pengembangan angkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam


trayek meliputi :
a. pengembangan angkutan taksi Kabupaten Bandung dan/atau Bandung
Raya untuk keperluan pelayanan angkutan umum dari pintu ke pintu;
b. pengembangan angkutan pariwisata untuk mendukung kegiatan
pariwisata;
c. angkutan dengan tujuan tertentu; dan
d. angkutan kawasan tertentu.

2.4.1 Angkutan Umum Dalam Trayek

Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Pasal 142


tentang Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam
Trayek, Kabupaten Bandung dilayani oleh jenis angkutan sebagai
berikut:

2.4.1.1 Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)


Angkutan AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) adalah
angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah
kabupaten/kota dalam satu daerah Provinsi dengan menggunakan
mobil bus umum yang terikat dalam trayek (PM No.98, 2013).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka Angkutan AKDP ini
merupakan kendaraan yang melayani rute perjalanan dari dalam
Kabupaten Bandung menuju kota lain tetapi masih dalam lingkup
Provinsi Jawa Barat. Berikut adalah trayek - trayek AKDP yang

17
melayani Kabupaten Bandung:

Tabel II. 3 Daftar Trayek AKDP Kabupaten Bandung

Terdaftar Beroperasi
No Nama Trayek
(Kendaraan) (Kendaraan)

1 Soreang - Cipatik - Cililin 16 45

2 Soreang - Leuwi Pnajang 924 320

3 Soreang – Caringin 31 18

4 Banjaran – Tegallega 564 300

5 Ciwidey – Bandung 115 55

6 Ciwidey - Bandung – Garut 10 5

Pangalengan - Leuwi
7 30 15
Panjang

8 Pangalengan – Tegallega 90 50

9 Ciparay - Baleendah 450 202

10 Majalaya – Bandung 65 40

Majalaya - Sapan –
11 48 50
Bnadung
Majalaya - Sayanag –
12 32 10
Gedebage
Majalaya - Cileunyi -
13 82 80
Gedebage

14 Majalaya – Bandung 75 10

15 Majalaya – Cicaheum 45 10

Jumlah 2577 1210

Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung, 2020

Dari data diatas dapat diketahui bahwa Angkutan Antar Kota


Dalam Provinsi (AKDP) di Kabupaten Bandung dilayani oleh 20
perusahaan yang melayani perjalanan antar kota dalam provinsi.

18
Sumber : Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020

Gambar II.2 Visualisasi Bus AKDP

2.4.1.2 Angkutan Perkotaan


Angkutan Perkotaan adalah Angkutan dari satu tempat ke
tempat lain dalam satu kawasan perkotaan dengan menggunakan
mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam
trayek (PM No. 98, 2013). Angkutan perkotaan di Kabupaten
Bandung memiliki 77 trayek namun yang aktif dan beroperasi
adalah 32 trayek. Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan,
angkutan perkotaan di Kabupaten Bandung tidak memiliki sarana
atau prasarana yang bisa menunjang operasional dari angkutan
tersebut. Berikut kami sajikan daftar jurusan angkutan perkotaan
yang tersedia sesuai dengan Surat Keputusan Walikota nomor
188.45-16/2003 (untuk angkotan kota) dan Surat Keputusan
Walikota nomor 188.45-95/2014 (untuk Angkutan umum massal).

19
Tabel II. 4 Daftar Trayek Angkutan Kota Kabupaten Bandung

No TRAYEK

1 SOREANG - BANJARAN
2 SOREANG - CILAME - BATU KARUT - CIKONENG
3 SOREANG - CIWIDEY
4 BANJARAN - ASEM - SAYURAN - TCI
5 BANJARAN - BAROS
6 BANJARAN - ARJASARI
7 BANJARAN - GAMBLOK
8 BANJARAN - PANGALENGAN
9 CIPARAY - ARJASARI
10 CIPARAY - CIBEREUM - SANTOSA
11 CIPARAY - LEMBUR AWI - PACET
12 CILEUNYI - RANCAEKEK - MAJALAYA
13 CILEUNYI - CICALENGKA
14 RANCAEKEK - CICALENGKA - CURUG CINDULANG
15 CICALENGKA - NAGREG - CIJOLANG
16 CICALENGKA-CIJAPATI
17 MAJALAYA - CIPARAY
18 MAJALAYA - KAMOJANG
19 MAJALAYA - LEMBUR AWI
20 MAJALAYA - PASEH
21 MAJALAYA - CICALENGKA
22 PALASARI - SAYATI
23 PANGALENGAN - CISEWU
24 CIWIDEY - GAMBUNG
25 CIWIDEY - PATENGGANG
26 CIWIDEY - CIMASKARA
27 CIWIDEY - CIPELAH
28 CIWIDEY - DEWATA

20
29 CIWIDEY - PARANGGONG
30 CIWIDEY - PATUHAWATI
31 CIWIDEY - RANCABALI - SINUMBRA
32 CIWIDEY - SINGKUP
Sumber : Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020

Secara lebih rinci, rute yang dilewati oleh masing-masing trayek


adalah sebagai berikut:
1. Soreang – Banjaran
Soreang-Bojongsayang-Cangkuang-Ciheran-Warung-Banjaran
2. Soreang – Cilame – Cikoneng
Soreang-Cilowa-Bdleuwikuya-Cilame-Bobojong-Kampungsalam-
Awilega-Cinangka-Cikoneng
3. Soreang – Ciwidey
Soreang-Sadu-Pasirjambu-Ciwidey Banjaran – Arjasari
Banjaran-Tegal lega-M Toha-Palasari-Dayeuh Kolot-Jambatan-
Sepen Pasir Poros-Arjasari
4. Banjaran – Asem – Sayuran – Taman Cibaduyut
Banjaran-Pajagalan-Sindanglengo-Waas-Cibintinu-Palasari-Bojong
Pulus-Pameutingan-Rancabungur-Psr.Pogor-Bj.Malaka-Cilebak
Kulon-Bj.Tanjung-Kp.Baru-T.Cibaduyut
5. Banjaran – Arjasari
Banjaran-Tegal lega-M Toha-Palasari-Dayeuh Kolot-Jambatan-
Sepen-Pasir Poros-Arjasari
6. Banjaran – Baros
7. Banjaran – Gamblok
8. Banjaran - Pangalengan
9. Ciwidey – Cimaskara
Ciwidey-Sukasari-Jambunungggal-Huluwotan-WarungPalu-
Batununggal-RancaUpas-Rancawalini-Rancabali-Boyongbong-
Rancasuni-Sinumbra-Cimaskara
10. Ciwidey – Cipelah
Ciwidey-Sukasari-Jambunungggal-Huluwotan-WarungPalu-
Batununggal-RancaUpas-Rancawalini-Rancabali-Boyongbong-
21
Rancasuni-Sinumbr-Sukaraja-Sukaati-Cipelah
11. Ciwidey – Patenggang
Ciwidey-Sukasari-Jambu Nunggal-Hulu Wotang-Warungpalu-
Barutunggal-Rancaupas-Rancawalini-Rancabali-Pamagersaren-
Patenggang
12. Ciwidey – Dewata
Ciwidey-Megargalih-Batureok-Legok Godok-Cukang Genteng-
Mandala-Dewata
13. Ciwidey – Gambung
Ciwidey-Cisondari-Pasir Jambu-Gambung
14. Ciwidey – Patuhawati
Ciwidey-Sukasari-Jambu Nunggal-Hulu Wotang-Warungpalu-
Barutunggal-Rancaupas-Rancawalini-Rancabali-Pamagersaren-
Patuhawati
15. Ciwidey – Singkup
Ciwidey-Sukasari-Jambu Nunggal-Hulu Wotang-Warungpalu-
Barutunggal-Rancaupas-Rancawalini-Rancabali-Singkup
16. Ciwidey – Rancabali – Sinumbra
Ciwidey-Sukasari-Jambu Nunggal-Hulu Wotang-Warungpalu-
Barutunggal-Rancaupas-Rancawalini-Rancabali-Rancasuni-Eueul-
Sinumbra
17. Ciwidey - Paranggong
18. Pangalengan – Cisewu
Pangalengan-Babakanparki-Kiarasinarwangi-Palayanan-Cileunca-
Curul-Cisewu
19. Majalaya – Kamojang
Majalaya-Sukamanah-Sukamantri-Sudi-Sindangsari-Mekarwangi-
Ibun-Laksana-Kamojang
20. Majalaya – Cicalengka
Majalaya-Bojong-Cijagra-Tangsimekar-Cigentur-Mandalasari-
Cikasungka-Hegarmanah-Cicalengka
21. Majalaya – Ciparay
Majalaya-Sabuali-Cikondang-Cimaranggi-Ceuri-Laosasak-
Bojongnangka-Palawija-Leles-Magung-Ciparay

22
22. Majalaya – Lembur Awi
Majalaya-Sabuali-Cikondang-Cimaranggi-Ceuri-Laosasak-
Bojongnangka-Palawija-Leles-Magung-Ciparay-Bugel-Cirasea-
Ssukamaju-Pakutandang-Buntrak-Garduh-Desa Cikoneng-
Cipeujuh-Maruyung-Cagak-Cikujang-Wanir-Lemburawi-Limus-
Pangauban-Cibangoak-Cikitu-Pamoyangan-Pacet
23. Majalaya – Paseh
Majalaya-Balekambang-Mantricina-Sukamantri-Rancaekek-
Kacangan-Cisero-Legokgede-Cibeureum-Paseh
24. Majalaya - Ciparay
25. Ciparay – Lembur Awi – Pacet
Ciparay-Bugel-Garduh-Cangkrong-Cikoneng-Cilandak-Cibodas-
Cagak-Cikujang-Lenmbur Awi-Pacet
26. Ciparay – Arjasari
Ciparay-Bugel-Garduh-Citamiang-Ranca Beulang-Cisalam-Pojok-
Partol Sari-Arjasari
27. Ciparay – Cibereum – Sentosa
Ciparay-Bugel-Sukamaju-Betra-Garduh-Kukun-Cikoneng-Cilandak-
Cibodas-Cikujang-Lemburawi-Pangauban-Cibangoak-Pamoyanan-
Sayuran-Cibeureum
28. Palasari – Sayati
Palasari-SindarReret-Rancaengang-Sekeawi-Cibogo-Citeureup-
Patrol-Bojong Sayang-Sayuran-Citamiang Kidul-Curugdogdog-
Sayati
29. Cileunyi – Cicalengka
Cileunyi-Nyalindug-Linggar-Cangkuang-BojongKoneng-Gadok-
Bojong Salam-Peundeul-Cicalengka
30. Cileunyi – Rancaekek – Majalaya
Cileunyi-Nyallindung-linggar-Cangkuang-Bojong Koneng-Godek-
Bojong Salam-Peundeul-Cicalengka-Nagrek
31. Cijapati – Cicalengka
Cijapati-Cihayir-Cicalengka
32. Rancaekek – Cicalengka – Curug Cindulang
Rancaekek-Panuusan-Lingar-Cangkuang-Bojong Koneng-Bojong

23
Monyet-Cicalengka-Curug Cindulang

Angkutan kota di Kabupaten Bandung menggunakan kendaraan


mikro bus (carry). Untuk carry berkapasitas 12 orang, sedangkan elf
berkapasitas 15 orang, namun pada keadaan yang sebenarnya
berkapasitas lebih dari 15 orang. Tarif yang dikenakan merupakan tarif
jarak untuk setiap penumpang, artinya tarif yang dikenakan
penumpang sesuai jarak perjalanan dari menggunakan angkot
tersebut.

Gambar II. 3 Visualisasi Angkutan Perkotaaan


Sumber : Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020

2.4.2 Angkutan Umum Tidak Dalam Trayek

Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Pasal 151


tentang Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak
Dalam Trayek, Kabupaten Bandung dilayani oleh jenis angkutan
sebagai berikut:

24
2.4.2.1 Angkutan Kawasan Tertentu
Angkutan Orang Dengan Tujuan Tertentu adalah
Angkutan orang tidak dalam Trayek dengan menggunakan
Mobil Penumpang umum atau Mobil Bus umum untuk
keperluan selain pelayanan taksi, pariwisata, dan kawasan
tertentu antara lain angkutan antar jemput, angkutan
karyawan, angkutan permukiman, angkutan carter, dan
angkutan sewa (PM 32 Tahun 2016). Di Kabupaten Bandung
angkutan ini disebut dengan angkutan ontang-anting.
Angkutan ontang – anting merupakan angkutan pariwisata
yang ada di Ciwidey, Kabupaten Bandung. Angkutan ontang –
anting ini terdapat sekitar 70 kendaraan. Sistem
pemberangkatan angkutan ini adalah ketika angkutan ini sudah
penuh oleh penumpang maka angkutan tersebut akan segera
berangkat menuju objek wisata tujuan dengan tarif Rp 35.000
per orang.

Sumber : Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020

Gambar II.4 Visualisasi Angkutan Ontang-anting

2.4.2.2 Angkutan Paratransit


Angkutan paratransit di Kabupaten Bandung meliputi:

25
2.4.2.2.1 Ojek

Ojek berperan penting dalam mobilitas masyarakat


terutama untuk daerah-daerah yang tidak dilayani oleh
angkutan umum. Sampai saat ini belum tersedia peraturan
undang-undang yang mengatur bahwa ojek bukan angkutan
umum. Namun pada kenyataannya orang-orang lebih banyak
memilih untuk menggunakan ojek karena mudahnya akses ke
wilayah-wilayah yang belum terlayani oleh angkutan umum.
Untuk penumpang yang diangkut umumnya berjumlah satu
orang. Keberadaan ojek ini juga merupakan salah satu sumber
lapangan pekerjaan masyarakat Kabupaten Bandung sehingga
ojek masih aktif beroperasi. Tarif yang dikenakan kepada
penumpang didasarkan pada jarak dan kesepakatan antara
pengemudi ojek dengan penumpang. Selain itu ojek dapat
digunakan saat pengguna jasa harus tiba ditempat tujuan
dengan cepat.

Gambar II. 5 Visualisasi Ojek

Sumber : Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020


2.4.2.2.2 Delman

Delman adalah salah satu alat tranportasi tradisional yang


terdapat di Kabupaten Bandung. Delman beroda dua, tiga atau

26
empat yang tidak menggunakan mesin sebagai tenaga
pengeerak akan tetapi menggunakan tenaga kuda sebagai
penggannti mesin. Tarif yang di kenakan kepada penumpang
didasarkan pada jarak akan tetapi tarif dapat juga di peroleh
dengan melakukan tawar menwar terlebih dahulu dengan kusir
delman sebelum mekukan perjalanan ke tempat tujuan.

Sumber : Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020

Gambar II. 6 Visualisasi Delman

2.4.2.2.3 Becak

Becak adalah alat transportasi yang dapat berfungsi untuk


mengangkut orang maupun barang dalam jumlah kecil
menggunakan dasar sepeda yang di modifikasi menjadi roda tiga
yang dilengkapi dengan kabin penumpang dengan kapasitas 2
penumpang dan 1 pengemudi. Tarif yang di kenakan kepada
penumpang didasarkan pada jarak akan tetapi tarif dapat juga
di peroleh dengan melakukan tawar menwar terlebih dahulu
dengan sopir becak sebelum mekukan perjalanan ke tempat
tujuan.

27
Sumber : Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020

Gambar II. 7 Visualisasi Becak

Berikut adalah tabel jumlah kendaraan angkutan penumpang


umum para transit di Kabupaten Bandung:

Tabel II. 5 Jumlah Angkutan Paratransit

Jumlah Jumlah Jumlah


No Kecamatan
Delman Becak Ojek

1 SOREANG 224 48 24
2 MAJALAYA 154 171 30
3 KATAPANG 243 50 40
4 CANGKUANG 90 40 22
5 KUTAWARINGIN 13 6 27
6 MARGAASIH 12 9 39
7 MARGAHAYU 37 136 6
8 PAMEUNGPEUK 18 38 14
9 BANJARAN 147 126 46
10 CIMAUNG 0 0 46
11 PANGALENGAN 0 0 156
12 PASIR JAMBU 15 0 72
13 CIWIDEY 24 0 126
14 DAYEUH KOLOT 2 430 11
15 BALEENDAH 51 75 16
16 ARJASARI 82 5 25
17 ARJASARI 2 52 6 17

28
18 RANCABALI 0 0 29
19 BOJONGSOANG 0 86 18
20 BALEENDAH 2 51 75 16
21 CIPARAY 54 102 10
22 CIPARAY 2 52 125 21
23 PACET 56 0 62
24 KERTASARI 0 0 33
25 CIMENYAN 0 0 61
26 CILENGKRANG 0 0 24
27 CILEUNYI 0 0 24
28 RANCAEKEK 11 127 39
SOLOKAN
29 193 88 23
JERUK
30 PASEH 424 392 53
31 IBUN 16 39 28
32 CICALENGKA 8 0 48
33 CIKANCUNG 22 25 37
34 NAGREG 0 0 20

Sumber: Hasil Survei Inventarisasi Tim PKL Kabupaten Bandung,


2020

2.4.3 Prasarana Angkutan Kabupaten Bandung

2.2.3.1 Terminal
Terminal penumpang adalah pangkalan kendaraan umum yang
digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan,
menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta
perpindahan moda angkutan yang terpadu dan pengawasan angkutan
diselenggarakan Terminal penumpang (PM No. 132, 2015). Terminal
penumpang dibagi menjadi 3 tipe, yaitu terminal tipe A, terminal tipe
B, dan terminal tipe C. Penyelenggaraan terminal penumpang
angkutan jalan harus mempunyai fasilitas utama dan fasilitas
penunjang.

Di Kabupaten Bandung terdapat 9 (Sembilan) terminal yaitu


Terminal Soreang, Terminal Banjaran, Terminal Baleendah, Terminal
majalaya, Terminal Ciparay, Terminal Cicalengka, Terminal Cileunyi.
Terminal-terminal tersebut merupakan terminal tipe B, yang melayani
angkutan antar kota dalam provinsi, maupun agkutan dalam kota.

29
Sumber: Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020

Gambar II. 8 Peta Tata Letak Terminal dan Titik Perhentian di Kabupaten Bandung

30
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2015
Tentang Terminal Transportasi Jalan suatu terminal penumpang
harus mempunyai fasilitas utama antara lain:
a. Jalur Keberangkatan kendaraan;
b. Jalur Kedatangan kendaraan;
c. Ruang tunggu penumpang, pengantar, dan/atau
penjemput;
d. Tempat Parkir Kendaraan;
e. Fasilitas pengelolaan Lingkungan hidup;
f. Perlengkapan Jalan;
g. Fasilitas penggunaan teknologi;
h. Media informasi;
i. Penanganan pengemudi;
j. Pelayanan pengguna terminal dari perusahaan bus;
k. Fasilitas pengawasan keselamatan;
l. Jalur kedatangan penumpang;
m. Ruang tunggu keberangkatan;
n. Ruang pembelian tiket;
o. Ruang pembeli tiket untuk bersama;
p. Outlet pembelian tiket secara online (single outlet ticketing
online);
q. Pusat informasi;
r. Papan perambuan dalam terminal;
Fasilitas penunjang antara lain:
a. fasilitas penyandang cacat dan ibu hamil atau menyusui;
b. fasilitas keamanan;
c. fasilitas pelayanan keamanan;
d. fasilitas awak kendaraan;
e. fasilitas ramp check;
f. fasilitas pengendapan kendaraan;
g. fasilitas bengkel yang diperuntukan bagi operasional bus;
h. fasilitas kesehatan;
i. fasilitas peribadatan;
j. tempat transit penumpang (hall);

31
k. alat pemadam kebakaran; dan/atau
l. fasilitas umum.

Fasilitas umum sebagaimana dimaksud pada huruf l meliputi:


a. toilet;
b. fasilitas park and ride;
c. tempat istirahat awak kendaraan;
d. fasilitas pereduksi pencemaran udara dan kebisingan;
e. fasilitas pemantau kualitas udara dan gas buang;
f. fasilitas kebersihan, perawatan terminal, dan janitor;
g. fasilitas perbaikan ringan kendaraan umum;
h. fasilitas perdagangan, pertokoan, kantin pengemudi;
i. area merokok;
j. fasilitas restoran;
k. fasilitas Anjungan Tunai Mandiri (ATM);
l. fasilitas pengantar barang (trolley dan tenaga angkut);
m. fasilitas telekomunikasi dan area jaringan internet;
n. fasilitas penginapan;
o. fasilitas keamanan;
p. ruang anak-anak;
q. media pengaduan layanan; dan/atau
r. fasilitas umum lainnya sesuai kebutuhan.
2.2.3.2 Halte
Halte adalah tempat pemberhentian kendaraan umum
untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Selain itu,
shelter merupakan kantong penumpang. Halte di Kabupaten
Bandung terdapat 5 buah yang sebagian besar dalam kondisi
rusak sedang. Halte di Kabupaten Bandung dalam pengelolaanya
diatur oleh pemerintah. Lokasi halte di Kabupaten Bandung di
jalan-jalan yang ramai sehingga bisa memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi calo penumpang untuk menunggu angkutan
umum.

32
Sumber: Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020

Gambar II. 9 Peta Tata Letak Halte di Kabupaten Bandung

33
2.4.4 Jaringan Jalan

Keseimbangan jaringan transportasi pada umumnya terdorong


oleh adanya suatu kebutuhan, oleh sebab itu untuk mengembangkan
kapasitas dan jangkauan jaringan transportasi, yang ada maka sistem
jaringan jalan di Kabupaten Bandung ini memiliki pola jaringan jalan
berbentuk Linier/radial. Dari pola jaringan jalan linier/radial ini,
menunjukkan bentuk jalan kabupaten ini berkembang sebagai hasil
keadaan topografi lokal yang terbentuk sepanjang jalur. Jalur jalan
penyalur kemudian dihubungkan ke jalan utama. Lalu lintas bervolume
besar dan lalu lintas lokal sekarang dapat menggunakan jalan yang
sama dan mudah terbebani melebihi rencana dan begitu saja
berkembang. Kabupaten Bandung merupakan kabupaten yang kondisi
jaringan jalan padat pada daerah tertentu terutama pada bagian pusat
kegiatan. Sehingga dapat berdampak juga pada Central Bussines
District (CBD) di Kabupaten Bandung. Pada daerah CBD tersebut
mobilitas kendaraannya tergolong tinggi, karena merupakan kawasan
pemerintahan dan kawasan industri dan terletak ditengah-tengah
kecamatan lainnya. Sedangkan pada daerah bagian timur dan barat
kondisi jaringan jalannya tidak padat, dikarenakan pada daerah
tersebut didominasi oleh persawahan dan perkebunan teh. Namun
volume kendaraan pada daerah tersebut mengalami kenaikan jumlah
kendaraan karena merupakan lokasi wisata yang sering di kunjungi
pada hari libur.

2.4.4.1 Sistem Jaringan Jalan


Jaringan jalan merupakan unsur utama dalam
pembangunan kota utamanya yang berhubungan dengan
strategi pengembangan dan perluasan kota. Secara
keseluruhan ketersedian transportasi yang berada di
Kabupaten Bandung sudah dilalui oleh jaringan jalan.

2.4.4.2 Status dan Fungsi Jaringan Jalan


Jaringan jalan wilayah studi yang dikaji diantaranya

34
jaringan jalan menurut status yang terdiri dari 14 ruas jalan
nasional dengan panjang 95.683 km, 22 ruas jalan provinsi
dengan panjang 174.438 km, 24 ruas jalan kabupaten dengan
Panjang 253.82 km. Sementara jaringan jalan menurut fungsi
terdiri dari 14 ruas jalan arteri dengan panjang 95.683 km km,
38 ruas jalan kolektor dengan panjang 287.036 km dan 10 ruas
jalan lokal dengan panjang 141.221 km. Sehingga jaringan
jalan wilayah studi yang dikaji sepanjang 523.94 km.

35
Sumber : Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020
Gambar II.10 Peta Jaringan Jalan Kabupaten Bandung Berdasarkan Status Jalan

36
2.5. Kondisi Wilayah Kajian
Wilayah kajian pada penelitian ini yaitu se-Kabupaten Bandung. Yang
mana Kabupaten Bandung memiliki 270 Desa, 31 kecamatan, dan 10
Kelurahan. Dari 31 kecamatan tersebut berdasarkan PKL Kabupaten
Bandung tahun 2020 Kabupaten Bandung dibagi menjadi 34 Zona Internal
dan 7 Zona Eksternal. Setelah dilaksanakan pengambilan data tata guna
lahan, dapat diketahui bahwasannya pusat kegiatan Kabupaten Bandung
terpusat pada 2 titik, sehingga CBD dibentuk menjadi zona sendiri atau
disebut sebagai zona tarikan. CBD Kabupaten Bandung yaitu Kecamatan
Soreang dan Kecamatan Majalaya. Penentuan Zona tersebut dapat dilihat
pada Gambar II.11 berikut ini

37
Sumber: Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020

Gambar II.11 Peta Pebagian Zona Kabupaten Bandung

38
Berikut disajikan Tabel II.6 yang merupakan tabel pembagian
zona internal Kabupaten Bandung.

Tabel II. 6 Pembagian Zona Internal Kabupaten Bandung

Zona Kecamatan

1 Soreang
2 Majalaya
3 Katapang
4 Cangkuang
5 Kutawaringin, Soreang
6 Margaasih
7 Margahayu
8 Pamengpeuk
9 Banjaran
10 Cimaung
11 Pangalengan
12 Pasir Jambu
13 Ciwidey
14 Dayeuhkolot
15 Baleendah
16 Arjasari
17 Arjasari
18 Rancabali
19 Bojongsoang
20 Baleendah
21 Ciparay
22 Ciparay
23 Pacet
24 Kertasari
25 Cimenyan
26 Cilengkrang
27 Cileunyi
28 Rancaekek
29 Solokan Jeruk
30 Paseh
31 Ibun
32 Cicalengka

39
33 Cikancung
34 Cicalengka
Sumber: Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020

Tabel II. 7 Pembagian Zona Eksternal Kabupaten Bandung

Zona Wilayah
Ekternal
35 Garut
36 Garut Selatan
37 Cianjur
38 Bandung Barat
39 Cimahi
40 Kota Bandung
41 Sumedang
Sumber: Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020

Dalam penelitian ini yang dikaji yaitu trayek angutan perkotaan


di Kabupaten Bandung. Jumlah trayek yang akan dikaji yaitu 32 trayek.
Berikut ini merupakan ke-32 trayek yang akan dikaji

Tabel II. 8 Trayek Angkutan Perkotan

No TRAYEK

1 SOREANG - BANJARAN
2 SOREANG - CILAME - BATU KARUT - CIKONENG
3 SOREANG - CIWIDEY
4 BANJARAN - ASEM - SAYURAN - TCI
5 BANJARAN - BAROS
6 BANJARAN - ARJASARI
7 BANJARAN - GAMBLOK
8 BANJARAN - PANGALENGAN
9 CIPARAY - ARJASARI
10 CIPARAY - CIBEREUM - SANTOSA
11 CIPARAY - LEMBUR AWI - PACET

40
12 CILEUNYI - RANCAEKEK - MAJALAYA
13 CILEUNYI - CICALENGKA
14 RANCAEKEK - CICALENGKA - CURUG CINDULANG
15 CICALENGKA - NAGREG - CIJOLANG
16 CICALENGKA-CIJAPATI
17 MAJALAYA - CIPARAY
18 MAJALAYA - KAMOJANG
19 MAJALAYA - LEMBUR AWI
20 MAJALAYA - PASEH
21 MAJALAYA - CICALENGKA
22 PALASARI - SAYATI
23 PANGALENGAN - CISEWU
24 CIWIDEY - GAMBUNG
25 CIWIDEY - PATENGGANG
26 CIWIDEY - CIMASKARA
27 CIWIDEY - CIPELAH
28 CIWIDEY - DEWATA
29 CIWIDEY - PARANGGONG
30 CIWIDEY - PATUHAWATI
31 CIWIDEY - RANCABALI - SINUMBRA
32 CIWIDEY - SINGKUP
Sumber: Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020

Dari 34 zona internal di Kabupaten Bandung terdapat 13 zona


yang belum dilalui oleh trayek angkutan umum. Zona tersebut dapat
dilihat pada Tabel II.9 dibawah ini
Tabel II. 9 Zona Yang Belum Terlayani Angkutan Umum Kabupaten
Bandung

Zona Kecamatan

3 Katapang
6 Margaasih
7 Margahayu
8 Pamengpeuk

41
14 Dayeuhkolot
15 Baleendah
19 Bojongsoang
20 Baleendah
21 Ciparay
25 Cimenyan
26 Cilengkrang
29 Solokan Jeruk
34 Cicalengka
Sumber: Tim PKL Kabupaten Bandung, 2020

42

Anda mungkin juga menyukai