Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN KEMISKINAN

Berita Resmi Statistik No. 33/12/6471/Th. XVI, 1 Desember 2021

KOTA BALIKPAPAN

PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN di Kota Balikpapan


Tahun 2021
➢ Persentase penduduk miskin Kota Balikpapan pada 2021
sebesar 2,89 persen, meningkat 0,32 persen poin
terhadap 2020.
➢ Jumlah penduduk miskin Kota Balikpapan pada 2021
sebesar 18.530 orang, meningkat 1.510 orang terhadap
2020.
➢ Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Balikpapan pada
2021 sebesar 0,50 poin, naik 0,12 poin terhadap 2020.
➢ Nilai P1 yang naik menjadi 0,12 menunjukkan terjadi
peningkatan rata-rata kesenjangan pengeluaran
penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.
➢ Garis Kemiskinan Kota Balikpapan pada 2021 tercatat
sebesar Rp657.521,-/kapita/bulan.
➢ Kota Balikpapan menduduki angka kemiskinan terkecil di
Kalimantan Timur dan secara Nasional menduduki posisi
Sumber : Google Picture
ke-7 setelah Kota Sawah Lunto (2,38%), Kota Tangerang
Selatan (2,57%), Kota Depok (2,58%), Kab. Badung
Jumlah Penduduk
(2,62%), Kab. Bangka Barat (2,75%), dan Kota Pekanbaru Miskin Kota Balikpapan
(2,83%). meningkat menjadi
➢ Di tahun 2021, hampir seluruh kabupaten/kota di Provinsi sebanyak 18.530 orang
Kalimantan Timur mengalami kenaikan jumlah penduduk
atau 0,32 persen
miskin kecuali Kabupaten Mahakam Hulu.
Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat
perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung
strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat.
Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya dapat menjadi instrumen tangguh bagi
pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin. Data
kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap
kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan target
penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka.
Badan Pusat Statistik (BPS), sebagai lembaga yang berperan dalam menyediakan
data kemiskinan, telah menggunakan modul konsumsi Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) sejak tahun 1976 untuk menghitung angka kemiskinan dengan menggunakan
konsep kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).
Selain itu, BPS menggunakan metode Garis Kemiskinan (GK) untuk menghitung persentase
penduduk miskin di suatu daerah dengan menggunakan dua komponen; yaitu Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). GKM
merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan dari 52 jenis komoditi (padipadian,
umbi-umbian, ikan sayuran, daging, telur dan lainnya) yang disetarakan dengan
2.100 Kilokalori perkapita perhari. Lalu, GKBM adalah kebutuhan minimum dari 51 jenis
komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan (seperti perumahan, sandang,
pendidikan, kesehatan, dll).

Tabel 1. Angka Kemiskinan di Kota Balikpapan Tahun 2015-2021


Indikator Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Jumlah
Orang 615.574 625.968 636.012 645.727 655.178 662.257 641.453
Penduduk
Garis
Rupiah/
Kemiskinan 485.665 498.721 530.710 545.971 572.108 613.622 657.521
Org/Bln
(Rp)
Jumlah
Penduduk Jiwa 17.890 17.550 17.860 17.008 15.780 17.020 18.530
miskin
Persentase
Penduduk
% 2,91 2,81 2,82 2,64 2,42 2,57 2,89
Miskin (%)
(Po)
Indeks
Kedalaman
- 0,22 0,30 0,23 0,67 0,26 0,38 0,50
Kemiskinan
(P1)
Indeks
Keparahan
- 0,03 0,05 0,03 0,26 0,06 0,12 0,15
Kemiskinan
(P2)
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) (Diolah)

Berita Resmi Statistik No. 33/12/6471/Th. XVI, 1 Desember 2021


2
Adapun nilai GK Balikpapan pada tahun 2021 sebesar Rp. 657.521,-/orang/bulan.
Artinya, jika satu keluarga memiliki empat orang Anggota Rumah Tangga, keluarga tersebut
harus memiliki pendapatan minimal Rp. 2.630.084 (4 orang x Rp. 657.521,-) agar dikatakan
tidak miskin, Saat pendapatannya dibawah angka tersebut, artinya keempat anggota rumah
tangga tersebut dikategorikan sebagai penduduk miskin. Jika dilihat dari tabel 1, GK dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan yang juga dipengaruhi oleh inflasi.
Pada tahun 2021, jumlah penduduk miskin di Balikpapan naik menjadi 18.530 jiwa
dengan persentase sebesar 2,89 persen, Indeks Kedalaman kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) di Balikpapan juga mengalami peningkatan. P1 Balikpapan
naik dari 0,38 di tahun 2020 menjadi 0,50 di tahun 2021. Hal ini menunjukan adanya
peningkatan rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Artinya, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan, maka semakin banyak usaha yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk
mengeluarkan penduduk tersebut dari jurang kemiskinan. Lalu, P2 Balikpapan naik dari 0,12
di tahun 2020 menjadi 0,15 di tahun 2021. Hal ini menunjukan semakin tidak meratanya
pengeluaran di antara penduduk miskin di Balikpapan, atau dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi ketimpangan pengeluaran yang terjadi di antara penduduk miskin di Balikpapan.

Tabel 2. Tingkat Kemiskinan Provinsi Kalimantan Timur Menurut Kabupaten/Kota Tahun


2021

Jumlah
Persentase Indeks Indeks
Penduduk Garis
Penduduk Kedalaman Keparahan
Kabupaten/Kota Miskin Kemiskinan
Miskin (%) Kemiskinan Kemiskinan
(000 (Rp)
(Po) (P1) (P2)
Jiwa)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Paser 27,56 9,73 1,37 0,32 527.659
Kutai Barat 15,38 10,24 1,07 0,21 598.037
Kutai Kartanegara 62,36 7,99 1,22 0,37 569.640
Kutai Timur 37,78 9,81 1,64 0,44 626.492
Berau 13,62 5,88 0,95 0,20 595.550
Penajam Paser Utara 12,13 7,61 1,18 0,30 513.666
Mahakam Hulu 3,18 11,90 1,77 0,37 644.910
Kota Balikpapan 18,53 2,89 0,50 0,15 657.521
Kota Samarinda 42,84 4,99 1,07 0,32 750.055
Kota Bontang 8,41 4,62 0,47 0,08 665.572
Prov. Kalimantan Timur 241,77 6,54 1,22 0,34 689.035
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) (Diolah)

Berita Resmi Statistik No. 33/12/6471/Th. XVI, 1 Desember 2021


3
Jika ditinjau berdasarkan wilayah kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur, seluruh
kabupaten/kota mengalami kenaikan tingkat kemiskinan, kecuali Kabupaten Mahakam Hulu.
Dari sepuluh kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur, Kota Balikpapan menjadi daerah
dengan tingkat kemiskinan terendah, disusul Kota Bontang (4,62 persen) dan Kota Samarinda
(4,99 persen).
Secara umum, angka Kemiskinan di Balikpapan pada tahun 2015-2021 mengalami
fluktuasi baik dari sisi jumlah maupun persentase. Secara persentase, penduduk miskin Kota
Balikpapan mengalami penurunan sejak tahun 2015. Namun, terjadi kenaikan persentase
penduduk miskin pada dua tahun terakhir ini. Hal ini ditengarai sebagai konsekuensi dampak
pandemi Covid-19. Kenaikan persentase penduduk miskin tertinggi terjadi pada tahun 2021,
sedangkan penurunan persentase penduduk miskin tertinggi terjadi pada tahun 2019.

Grafik 1. Tingkat Kemiskinan Kota Balikpapan Tahun 2021

2,91 2,81 2,82 2,89


2,64 2,57
2,42

0,67
0,38 0,5
0,22 0,3 0,23 0,26 0,26
0,03 0,05 0,03 0,06 0,12 0,15
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
P0 P1 P2

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) (Diolah)

Bantuan yang diberikan oleh pemerintah, selain perlu menyeluruh dan tepat waktu
pemberian, harus memperhatikan pola konsumsi masyarakat agar bantuan yang diberikan
tepat sasaran dan sesuai kebutuhan. Pada Grafik 2, disajikan data rata-rata pengeluaran
berdasarkan kelompok pengeluaran masyarakat di Kota Balikpapan Tahun 2021. Jika
dilihat terdapat sedikit perbedaan pola konsumsi berdasarkan kelompok pengeluaran
masyarakat. Pada kelompok pengeluaran 20 persen tertinggi, konsumsi terbanyak ada
pada komoditi non-makanan (69,38% non-makanan dan 30,62% makanan). Demikian halnya
pada kelompok pengeluaran 40 persen bawah dan kelompok 40 persen tengah, dengan
komsumsi terbanyak pada komoditi non makanan. Tercatat pada kelompok masyarakat dengan
40 persen bawah memiliki pola konsumsi 51,69% non-makanan dan 48,31% makanan, sementara
pada 40 persen tengah memiliki pola konsumsi 57,40% non-makanan dan 42,60% makanan.

Berita Resmi Statistik No. 33/12/6471/Th. XVI, 1 Desember 2021


4
Grafik 2. Rata-Rata Pengeluran Total Makanan dan Non Makanan Berdasarkan Kelompok
Pengeluaran di Kota Balikpapan Tahun 2021

628.470
1.251.129 1.421.719
3.338.404

587.485
928.559 901.569
1.473.050

40% Bawah 40% Tengah 20% tinggi Rata-rata

Total Makanan Total Non Makanan

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) (Diolah)

Tabel 3. Distribusi Pengeluran Makanan dan Non-Makanan untuk Kelompok Pengeluaran


40% Bawah di Kota Balikpapan Tahun 2021

Pengeluaran Perkapita Sebulan 40% Bawah Pengeluaran Perkapita Sebulan 40% Bawah
(1) (2) (3) (4)
Padi-Padian 60.874 Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga 369.127
Umbi-Umbian 6.286 Aneka Barang dan Jasa 168.970
Ikan 63.375 Pakaian, Alas Kaki, dan Tutup Kepala 21.442
Daging 27.999 Barang Tahan Lama 15.381
Telur Dan Susu 33.184 Pajak, Pungutan dan Asuransi 48.126
Sayur-Sayuran 50.692 Keperluan Pesta dan Upacara/Kenduri 5.424
Kacang-Kacangan 12.295 TOTAL PENGELUARAN NON MAKANAN 628.470
Buah-Buahan 20.539 TOTAL PENGELUARAN 1.215.954
Minyak Dan Kelapa 13.981
Bahan Minuman 15.775
Bumbu-Bumbuan 10.354
Bahan Makanan Lainnya 11.551
Makanan Minuman Jadi 199.874
Rokok Dan Tembakau 60.704
TOTAL PENGELUARAN MAKANAN 587.485
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) (Diolah)

Berita Resmi Statistik No. 33/12/6471/Th. XVI, 1 Desember 2021


5
Tabel 4 menyajikan distribusi pengeluaran berdasarkan kelompok pengeluaran 40
persen bawah di Kota Balikpapan pada tahun 2021. Dari pengeluaran kelompok ini,
diharapkan dapat turut memperlihatkan pola konsumsi masyarakat miskin yang berada dalam
kelompok 40 persen pengeluaran bawah. Pengeluaran perkapita perbulan terbesar dari
penduduk dengan pengeluaran 40 persen bawah adalah dari pengeluaran non-makanan, dimana
memberikan andil sebesar 51,69 persen. Perumahan dan fasilitas rumah
tangga menjadi kontribusi pengeluaran terbesar dari sisi non-makanan, yaitu sebesar 58,73
persen. Hal ini bisa menjadi masukan untuk pemerintah daerah agar mampu memberikan
kemudahan dan bantuan terhadap penduduk, terutama penduduk dengan pengeluaran 40
persen bawah, agar mampu mengakses sarana dan prasarana perumahan yang layak huni
dan murah. Selanjutnya pada pengeluaran makanan, makanan dan minuman jadi
memberikan kontribusi terbesar pada pengeluaran penduduk 40 persen bawah di
Balikpapan, yaitu sebesar 34,02 persen. Kelompok komoditas padi-padian, ikan, serta rokok
dan tembakau memiliki kontribusi yang hampir mirip yaitu sekitar 10 persen.
Untuk kedepannya, usaha menurunkan angka kemiskinan daerah ini relatif lebih
berat sebab kondisi pandemi dan meningkatnya angka pengangguran. Selain itu, indeks
kedalaman dan keparahan kemiskinan yang semakin meningkat mengisyaratkan bahwa
penduduk miskin di Balikpapan dapat berpeluang masuk dikategorikan “sangat miskin” jika
besaran pendapatannya semakin jauh dengan garis kemiskinan.
Untuk itu program pengentasan kemiskinan ke depan lebih mengarah kepada
bantuan modal dan pembinaan yang mengarah meningkatkan pendapatan rumah tangga
miskin, sesuai kondisi kegiatan ekonominya. Sebagai contoh, bantuan teknis dan modal kerja
bagi usaha pertanian berupa pembinaan kepada petani ke komoditas yang ekonomis
dengan panca usaha tani. Sementara bagi usaha lainnya seperti industri mikro kecil, dapat
berupa bantuan teknik dan design produk serta bantuan pinjaman modal dan ini harus
dilakukan secara terintegrasi dari dinas/instansi terkait termasuk dengan lembaga keuangan.

Berita Resmi Statistik No. 33/12/6471/Th. XVI, 1 Desember 2021


6
Penjelasan Teknis dan Sumber Data

1. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi


kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat
dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.
2. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua
komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan
(GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah
perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan.
3. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum
makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi
kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian,
ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan
lemak, dll).
4. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan,
sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan
diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.
5. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan 2021 adalah
data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) pada Bulan Maret 2021.
6. Pada tahun 2015 terjadi pergeseran sampel besar Susenas September ke Susenas Maret,
sehingga hasil Susenas Maret (termasuk angka kemiskinan) dapat mewakili sampai level
kabupaten/kota, sedangkan Susenas September hanya sampai level provinsi.

Berita Resmi Statistik No. 33/12/6471/Th. XVI, 1 Desember 2021


7
BADAN PUSAT STATISTIK
KOTA BALIKPAPAN

Informasi lebih lanjut hubungi :


BPS Kota Balikpapan

Telp./Faks : (0542) 737554/421620


Website : balikpapankota.bps.go.id
E–mail : bps6471@bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai