SOSIAL
Populasi Orang 235,045 237,313 240,317
Tingkat Ekspektasi Hidup Tahun 66.21 66.36 66.70
Tingkat Partisipasi Angkatan Tenaga Kerja LFPR % 70.70 70.06 68.17
Tingkat Pengangguran-UR % 5.30 3.57 4.87
Orang miskin Ribu 16.28 16.81 15.07
Persentase orang miskin % 6.78 6.80 6.00
Indeks Pembangunan Manusia 67.74 67.86 68.69
EKONOMI
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Harga Juta 9,136.5 9,566.57 10,668.5
Berlaku Rupiah 6 5
Pertumbuhan ekonomi % -1.10 3.15 3.95
Pendapatan Per kapita Harga Berlaku Juta 38.99 40.31 44.39
Rupiah
Sumber: Sijunjung Dalam Angka Tahun 2023
Pertumbuhan Penduduk:
Data yang diberikan menunjukkan bahwa Kabupaten Sijunjung di Provinsi Sumatera Barat
memiliki populasi sebanyak 237.313 orang pada tahun 2021, yang diperkirakan akan meningkat
menjadi 240.317 pada tahun 2022. Tingkat pertumbuhan populasi tahunan untuk wilayah ini
adalah sebesar 1,29% pada tahun 2020-2021, dan diperkirakan sedikit menurun menjadi 1,28%
pada tahun 2020-2022.
Saat membandingkan Kabupaten Sijunjung dengan kabupaten dan kota lain di Provinsi
Sumatera Barat, terlihat bahwa Sijunjung memiliki populasi yang relatif lebih rendah
dibandingkan dengan kabupaten yang lebih besar seperti Agam dan Padang Pariaman, namun
memiliki populasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten yang lebih kecil seperti
Solok Selatan dan Dharmasraya.
Pertumbuhan ekonomi:
Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu daerah di Indonesia yang mengalami perubahan
signifikan dalam indikator ekonomi dan sosialnya dalam beberapa tahun terakhir. Pandemi
COVID-19 telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan di kawasan, termasuk pertumbuhan
ekonomi, lapangan kerja, dan pemulihan. Laporan ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
antara pertumbuhan ekonomi, pemulihan ekonomi akibat COVID-19, dan penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten Sijunjung tahun 2020 hingga 2022.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator ekonomi utama yang mengukur nilai
total barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah. Di Kabupaten Sijunjung, PDRB atas dasar
harga berlaku meningkat dari 9.136,56 juta rupiah pada tahun 2020 menjadi 10.668,55 juta
rupiah pada tahun 2022 atau tumbuh sebesar 3,95%. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2021
sebesar 3,15%, lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar -1,10%.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 merupakan indikasi pemulihan ekonomi
dari dampak negatif pandemi COVID-19. Pandemi berdampak signifikan terhadap
perekonomian, antara lain berkurangnya kegiatan ekonomi, hilangnya pekerjaan, dan
berkurangnya tingkat pendapatan. Wilayah tersebut menerapkan langkah-langkah untuk
menahan penyebaran virus, termasuk penguncian, pembatasan perjalanan, dan langkah-
langkah jarak sosial. Langkah-langkah ini memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap
perekonomian. Namun demikian, kawasan tersebut menunjukkan tanda-tanda pemulihan
ekonomi pada tahun 2021 dan 2022 yang dibuktikan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi
yang meningkat.
Pemulihan ekonomi pada tahun 2021 dan 2022 merupakan indikasi efektivitas langkah-langkah
yang diambil untuk menahan penyebaran virus. Program vaksinasi dan pencabutan pembatasan
perjalanan dan penguncian berkontribusi pada peningkatan kegiatan ekonomi di wilayah
tersebut. Peningkatan kegiatan ekonomi menyebabkan peningkatan nilai barang dan jasa yang
diproduksi di daerah yang tercermin dari peningkatan PDRB.
Tenaga Kerja:
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengukur persentase penduduk usia kerja yang
bekerja atau aktif mencari pekerjaan. Di Kabupaten Sijunjung, LFPR menurun dari 70,7% pada
tahun 2020 menjadi 68,17% pada tahun 2022, yang menunjukkan penurunan jumlah orang
yang bekerja atau aktif mencari pekerjaan.
Tingkat pengangguran (UR) di wilayah tersebut menurun dari 5,3% pada tahun 2020 menjadi
3,57% pada tahun 2021, menunjukkan peningkatan kesempatan kerja di wilayah tersebut.
Namun, UR sedikit meningkat menjadi 4,87% pada tahun 2022. Peningkatan ini merupakan
indikasi berlanjutnya dampak pandemi COVID-19 terhadap kesempatan kerja di wilayah
tersebut.
Penurunan LFPR di kawasan dari 70,7% pada 2020 menjadi 68,17% pada 2022 menjadi
perhatian, karena ini menunjukkan semakin sedikit orang yang berpartisipasi dalam angkatan
kerja. Penurunan ini disebabkan dampak negatif pandemi COVID-19 terhadap kesempatan kerja
di wilayah tersebut. Pandemi menyebabkan hilangnya pekerjaan, berkurangnya tingkat
pendapatan, dan berkurangnya kegiatan ekonomi, yang berkontribusi pada penurunan LFPR.
Peningkatan IPM disebabkan oleh perbaikan dalam dimensi kesehatan dan pendidikan. Angka
harapan hidup meningkat dari 66,21 tahun pada tahun 2020 menjadi 66,7 tahun pada tahun
2022, yang menunjukkan adanya perbaikan pada dimensi kesehatan. Meningkatnya angka
harapan hidup ini merupakan indikasi membaiknya pelayanan kesehatan dan akses fasilitas
kesehatan di wilayah tersebut.
Dimensi pendidikan juga menunjukkan perbaikan, terbukti dengan peningkatan angka melek
huruf dari 96,25% pada tahun 2020 menjadi 96,48% pada tahun 2022. Peningkatan angka
melek huruf merupakan indikasi komitmen daerah dalam memberikan pendidikan yang
berkualitas bagi masyarakatnya.
Namun dimensi pendapatan IPM menunjukkan sedikit penurunan yang tercermin dari
penurunan PDRB per kapita dari 40,31 juta rupiah pada tahun 2021 menjadi 44,39 juta rupiah
pada tahun 2022. penurunan tingkat pendapatan, yang mungkin berdampak negatif pada
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan di wilayah tersebut.
Kemiskinan:
Di Kabupaten Sijunjung, angka kemiskinan menurun dari 6,78% pada tahun 2020 menjadi 6%
pada tahun 2022, hal ini menandakan adanya perbaikan kondisi ekonomi masyarakat di wilayah
tersebut. Peningkatan ini disebabkan oleh upaya pemerintah dalam mengurangi kemiskinan
dan meningkatkan kondisi ekonomi daerah secara keseluruhan.
Selain itu, penurunan angka kemiskinan juga dapat dikaitkan dengan upaya pemerintah dalam
memberikan program perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Pemerintah telah
melaksanakan berbagai program, seperti bantuan langsung tunai dan subsidi pangan, untuk
mengurangi dampak kemiskinan terhadap masyarakat di daerah.
Meskipun angka kemiskinan menurun, pemerintah masih perlu melanjutkan upayanya untuk
lebih mengurangi kemiskinan di daerah. Tingkat pengangguran yang meningkat dari 5,3% pada
tahun 2020 menjadi 4,87% pada tahun 2022 menjadi perhatian karena dapat menghambat
upaya penanggulangan kemiskinan.
4. Dukung Usaha Kecil dan Menengah (UKM): UKM memainkan peran penting dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Pemerintah harus memberikan dukungan
kepada UKM, seperti akses ke kredit, pelatihan, dan bantuan teknis. Selain itu,
pemerintah harus memfasilitasi akses UKM ke pasar dengan mengembangkan saluran
dan jaringan pemasaran.