Anda di halaman 1dari 6

Bagaimana pengaruh sensitivitas pertumbuhan ekonomi terhadap APBN

APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) merupakan instrumen utama yang
menggambarkan kesehatan keuangan suatu negara. APBN mencerminkan pendapatan yang
diperoleh pemerintah dari berbagai sumber dan bagaimana pendapatan tersebut akan
digunakan untuk mendukung berbagai program dan kebijakan publik. Disisi lain,
pertumbuhan ekonomi adalah yang menggerakkan aktivitas ekonomi negara tersebut, yang
akan saya bahas adalah sejauh mana fluktuasi dalam pertumbuhan ekonomi dapat
memengaruhi pendapatan dan belanja negara.
Pertumbuhan ekonomi mengacu pada sejauh mana suatu negara mempengaruhi
pendapatan dan belanja negara. Dalam lima tahun terakhir, kita telah melihat berbagai tingkat
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Di bawah ini adalah data Produk Domestik Bruto (PDB)
untuk tahun 2018-2022:

Produk Domestik Bruto 2018-2022

Tahun Harga berlaku (Triliun) Per kapita (juta) PDB Pertumbuhan Ekonomi
2018 Rp14.838,7 Rp55.992.136 5,17 8,42%
2019 Rp15.832,6 Rp59.065.349 5,02 6,28%
2020 Rp15.434,2 Rp56.938.723 -2,07 -2,58%
2021 Rp16.970,8 Rp62.236.441 3,69 9,05%
2022 Rp19.588,4 Rp71.030.850 5,31 13,36%
Sumber: BPS Pertumbuhan Ekonomi

Pada tabel tersebut, pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2018 mencapai 8,42%.
Namun, pada tahun 2019, angka pertumbuhan ini mengalami penurunan menjadi 6,28%.
Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, terutama penurunan kontribusi sektor-sektor
penting seperti industri pengolahan (turun dari 4,27% menjadi 3,8%), perdagangan (turun
dari 4,97% menjadi 4,62%), pertanian (turun dari 3,88% menjadi 3,64%), dan konstruksi
(turun dari 6,09% menjadi 5,76%). Pada tahun 2020, seluruh sektor industri mengalami
kontraksi pertumbuhan akibat pandemi COVID-19 yang melanda dunia. Namun, pada tahun
2021, ekonomi Indonesia berhasil memulihkan diri dengan pertumbuhan mencapai 9,05%,
mengatasi penurunan sebelumnya sebesar -2,58%. Pada tahun 2022, situasinya semakin
membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekonomi memiliki peran krusial dalam membentuk postur Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) suatu negara. Untuk memahami bagaimana
pertumbuhan ekonomi dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap APBN, berikut
adalah rincian data pendapatan dan belanja negara dari tahun 2018-2020.
Pendapatan & Belanja Negara 2018-2022

Pendapatan Negara (Triliun) Belanja Negara (Triliun)


Tahun
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
2018 Rp1.894,72 Rp1.943,67 Rp2.220,65 Rp2.213,11
2019 Rp2.165,11 Rp1.960,63 Rp2.461,11 Rp2.309,28
2020 Rp1.699,94 Rp1.647,78 Rp2.739,16 Rp2.595,48
2021 Rp1.743,64 Rp2.011,34 Rp2.750,02 Rp2.786,41
2022 Rp2.266,19 Rp2.635,84 Rp3.106,42 Rp3.096,26
Sumber: LKPP Tahun 2018-2022

Dalam tabel tersebut, kita dapat melihat perkembangan pendapatan dan belanja negara dari
tahun 2018 hingga 2023. Pada tabel tersebut di tahun 2018 pendapatan negara sebesar
1.943,67 triliun rupiah naik dari yang direncanakan sebesar 1.894,72 triliun rupiah, naik
sebesar 48,95 triliun rupiah dan pada belanja negara realisasinya sebesar 2.213,11 triliun
rupiah lebih rendah dari yang di anggarankan sebesar 2.220,65 triliun rupiah.
Pada tahun 2019 pendapatan negara menurun dari yang direncanakan 2.165,11 triliun
rupiah menjadi 1.960,63 triliun rupiah begitu juga pada belanja negara realisasinya sebesar
2.309,28 triliun rupiah lebih rendah dari yang dianggarkan 2.739,16 triliun rupiah.
Pada tahun 2020 dunia dilanda pandemi covid-19 pendapatan negara turun dari yang
rancangan yang sebesar 1.699,94 triliun rupiah menjadi 1.647,78 triliun rupiah, jika kita
bandingkan rancangan pendapatan tahun 2019 dan 2020 selisih sebesar 465,17 triliun rupiah
dan pada belanja negara juga mengalami penurunan dari yang telah dianggarkan sebesar
2.739,16 triliun rupiah dan realisasinya sebesar 2.595,48 triliun rupiah, belanja negara pada
tahun 2020 meningkat dari tahun sebelumnya dikarenakan pemerintah kebijakan refocusing
dan realisasi anggaran pada APBN 2020 sebagai salah satu bentuk respons kebijakan fiskal
dalam mengatasi kondisi extraordinary pandemi COVID-19.
Tahun 2021 rancangan pendapatan negara sebesar 1.743,64 triliun rupiah namun pada
realisasinya 2.011,34 triliun rupiah melebihi dari yang telah direncanakan, belanja negara
juga naik dari yang telah dianggarkan sebesar 2.750,02 triliun rupiah menjadi 2.786,41 triliun
rupiah. Pada tahun ini pendapatan negara membaik salah satu faktornya adalah membaiknya
mobilitas masyarakat akibat pelanggaran PPKM.
Pada tahun 2022 rancangan pendapatan negara sebesar 2.266,19 triliun rupiah tetapi
pada realisasinya sebesar 2.635,84 triliun rupiah lebih tinggi dari rancangan, belanja negara
tahun 2023 dianggarkan sebesar 3.106,42 triliun rupiah dan realisasinya sebesar 3.096,26
triliun rupiah kurang dari yang telah direncanakan.
Dari gabungan kedua data tersebut, terlihat bahwa terdapat korelasi positif antara
pertumbuhan ekonomi dengan pendapatan dan belanja negara. Artinya, ketika pertumbuhan
ekonomi naik, cenderung pendapatan dan belanja negara juga mengalami peningkatan.
Sebaliknya, ketika pertumbuhan ekonomi turun, pendapatan dan belanja negara
cenderung
mengalami penurunan. Berikut adalah tabel dari gabungan data Pertumbuhan ekonomi dan
Pendapatan, Belanja negara:

Pertumbuhan ekonomi & Pendapatan, Belanja Negara 2018-2022

Pendapatan negara (Triliun) Belanja Negara (Triliun)


Tahun Pertumbuhan Ekonomi
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
2018 8,42% Rp1.894,72 Rp1.943,67 Rp2.220,65 Rp2.213,11
2019 6,28% Rp2.165,11 Rp1.960,63 Rp2.461,11 Rp2.309,28
2020 -2,58% Rp1.699,94 Rp1.647,78 Rp2.739,16 Rp2.595,48
2021 9,05% Rp1.743,64 Rp2.011,34 Rp2.750,02 Rp2.786,41
2022 13,36% Rp2.266,19 Rp2.635,84 Rp3.106,42 Rp3.096,26

Dari tabel ini dapat melihat antara pertumbuhan ekonomi dan pendapatan, belanja
negara. Pada tahun 2018 mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 8,42%, pendapatan
negara naik sebesar 48,95 triliun rupiah dari yang direncanakan, tetapi pada tabel belanja
negara tidak melebihi yang telah dianggarkan.
Pada tahun selanjutnya 2019 di tabel pertumbuhan ekonomi sebesar 6,28% lebih
rendah dari tahun sebelumnya, pada tabel pendapatan negara realisasinya 1.960,63 triliun
rupiah tidak sesuai dengan rancangan, pada tabel belanja negara juga sama realisasinya
mencapai 2.309,28 triliun rupiah di bawah dari yang sudah direncanakan.
Di tahun 2020 mengalami kontraksi pertumbuhan -2,58% pendapatan negara juga
tidak sesuai dengan rancangan yang realisasinya hanya mencapai 1.647,78 triliun rupiah dari
1.699,94 triliun rupiah yang dianggarkan, pada belanja negara juga mengalami hal yang sama
realisasinya 2.595,48 triliun rupiah dari yang direncanakan mencapai 2.739,16 triliun rupiah.
Pada tahun 2021 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 9,05%,
terlihat juga pada tabel pendapatan negara yang melebihi dari rancangan yaitu realisasinya
sebesar 2.011,34 triliun rupiah dari rancangan sebesar 1.743,64 triliun rupiah yang selisihnya
267,7 triliun rupiah, pada belanja negara juga meningkat realisasinya yaitu sebesar 2.786,41
triliun rupiah.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 juga meningkat dari tahun sebelumnya
menjadi 13,36% yang tahun sebelumnya 9,05%, pendapatan negara juga meningkat dari
rancangannya, realisasinya mencapai 2.635,84 triliun rupiah yang pada rancangannya
2,266,19 triliun rupiah, tetapi pada belanja negara di tahun 2022 tidak sesuai dengan
rancangannya yang realisasinya sebesar 3.096,26 triliun rupiah dan pada rancangan nya
sebesar 3.106,42 triliun rupiah.
Dari data PDB 2018-2022 dan Pendapatan, belanja negara 2018-2022, dapat
disimpulkan bahwa kedua data ini menegaskan hubungan yang kuat antara pertumbuhan
ekonomi dan APBN. Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat, pendapatan negara akan
meningkat, tetapi pada saat yang sama, kebutuhan belanja negara juga bisa meningkat. Ini
mengindikasikan bahwa APBN cukup sensitif terhadap perubahan dalam perekonomian. ini
juga mengisyaratkan bahwa tren yang sama kemungkinan akan berlanjut di tahun-tahun
berikutnya. Ketika pertumbuhan ekonomi terus meningkat, pemerintah akan menghadapi
tekanan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin bertambah, termasuk meningkatnya
belanja negara. Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat berkontribusi pada peningkatan
pendapatan negara, tetapi juga memerlukan penyesuaian dalam belanja negara untuk
mengakomodasi kebutuhan yang meningkat. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk
menjaga keseimbangan dalam mengelola APBN agar dapat mendukung pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan.
Referensi
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (2019). Laporan hasil pemeriksaan atas
laporan keuangan pemerintah pusat tahun 2018. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan
RI.
Badan Pusat Statistik. (2022). Pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan IV-2021.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2023). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2022.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Kementerian Keuangan . (2021). Buku II Nota Keuangan Beserta Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2022. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik
Indonesia.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2021). Buku II Nota Keuangan Beserta
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2021. Jakarta:
Kementerian Keuangan RI.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2022). Buku II Nota Keuangan Beserta
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2022. Jakarta:
Kementerian Keuangan RI.

Anda mungkin juga menyukai