Anda di halaman 1dari 23

UNIVERSITAS IBNU SINA (UIS)

Jalan Teuku Umar, Lubuk Baja, Kota Batam-Indonesia Telp. 0778 – 408 3113
Email : info@uis.ac.id / uibnusina@gmail.com Website : uis.ac.id

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR),


KINERJA KEUANGAN, DAN INTENSITAS ASET TETAP
TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK
(Studi Empiris pada Perusahaan Industri Makanan dan Minuman yang
Terdaftar diBursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021)

Sindy Alifia Utami 1, Sapta Setia Darma 2


Program Studi Akuntansi S1, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Pamulang,
Tangerang Selatan
Email : sindyau16@gmail.com, saptasdarma@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris tentang pengaruh Corporate
Social Responsibility, Kinerja Keuangan dan Intensitas Aset Tetap terhadap Aggresivitas
Pajak. Kinerja keuangan di ukur menggunakan Leverage dan Profitabilitas. Penghindaran
pajak diukur menggunakan beban pajak dibagi dengan laba sebelum pajak yang terdapat di
laporan keuangan perusahaan sampel. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif
dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
menggunakan perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman periode tahun 2015 -
2021. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel yangterdapat
pada penelitian ini sebanyak 10 perusahaan dengan data sebanyak 45. Metodologi yang
digunakan adalah menggunakan uji chow, uji hausman, dan uji langrange multiple untuk
pemilihan model. Serta uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji analisis regresi data
panel. Berdasarkan hasil pengujian di dapatkan bahwa Intensitas Aset Tetap berpengaruh
terhadap penghindaran pajak. Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan
melaluiLeverage dan Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Kata Kunci: Corporate Social Responsibility, Kinerja Keuangan, Intensitas Aset


Tetap danAgresivitas Pajak.

67
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

1. Pendahuluan
Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini
dikarenakan pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang berasal dari iuran
wajib rakyat, dimana ketentuan pungutannya diatur dalam Undang- Undang Dasar 1945
Amandemen III pada Pasal 23A yang berbunyi “pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”. Menurut Undang- Undang
Nomor 28 Tahun 2007 yang merupakan perubahan ketiga atas Undang- Undang Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
pada Pasal 1 Ayat 1 yang menerangkan bahwa, Pajak merupakan konstribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnyakemakmuran negara.Menurut Soemitro dalam
Mardiasmo (2016:3), pajak adalah iuran rakyar kepada kas negara berdasarkan undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Widayati dan Nurlis yang dikutip dalam penelitian Ramadiansyah, Sudjana,
& Dwiatmanto (2014:6) menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang
mendorong Wajib Pajak untuk membayar pajak salah satunya adalah kesadaran bahwa pajak
merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara.Pajak mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan
pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua
pengeluaran termasuk pengeluaranpembangunan. Di sisi lain pajak jugasangat penting dalam
mengatur pertumbuhanekonomi melalui kebijaksanaan pajak dan mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupan bernegara. Menurut Diana Sari (2013:37) pajak mempunyai
beberapa fungsi yaitu sebagai fungsi penerimaan, fungsi mengatur, fungsi stabilitas, dan
fungsi retribusi pendapatan.
Pajak digunakan oleh pemerintah untuk melaksanakan tanggung jawab negara di
berbagai sektor kehidupan untuk mencapai kesejahteraan umum. Bagi rakyat sebagai wajib
pajak sendiri, pajak merupakan perwujudan pengabdian dan peran serta wajib pajak untuk
ikut berkontribusi dalam peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara continue dan berkesinambungan
serta bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Diantari dan Agung,
2016:702-732).Perusahaan membayar pajak sesuai dengan laba yang telah dihasilkan. Bagi
perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba sebelum pajak.
Penerimaan pajak sebagaimana yang ditulis pada Ringkasan Penerimaan APBN Tahun
2017-2021 terjadi penurunan dari tahun ke tahun, yang menyebabkan defisit pada anggaran
negara. Dengan terjadinya hal ini membuat pemerintah semakin berusaha untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat guna mencapai kesejahteraan umum. Berikut ini merupakan tabel
persentase pemungutan penerimaan pajak dari tahun 2017 hingga 2021.
Tabel 1.1
Persentase Pemungutan Pajak Badan di Indonesia

Tahun Target (Triliun) Realisasi (Triliun) Persentase


2017 Rp 1.472,7 Rp 1.339,8 91 %
2018 Rp 1.424 Rp 1.315,9 92 %
2019 Rp 1.577,56 Rp 1.332,1 89,4%
2020 Rp. 126,7 Rp. 1.072,1 88,6 %
2021 Rp 1.229,6 Rp. 1.277,5 103,9 %

68
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

Tabel 1.2
Porsi Penerimaan Pajak Pada Total Penerimaan Negara(Terhadap APBN)

Pendapatan Negara Belanja Negara Surplus / Defisit (%)


Tahun
(Miliar Rupiah) (Miliar Rupiah) Terhadap PDB
2017 1.666.375,9 2.007.351,8 (2,51)
2018 1.903026,6 2.217.252,5 (2,12)
2019 2.165.111.8 2.461.112,1 (1,84)
2020 1.647,7 2.595,4 (1,76)
2021 2.011,3 2.786,37 (8,59)

Sumber: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2021 realisasi penerimaan pajak
sangat jauh melebihi target pemerintah. Penerimaan Direktorat Jendral Pajak Kementrian
Keuangan berhasil meningkat. Penerimaan pajak hingga 31 Desember 2021 mampu
terkumpul Rp 1.277,5 triliun atau mencapai 103,9% dari target di APBN 2021 sebesar Rp.
103,9 triliun. Dengan realisasi ini maka penerimaan pajak naik 19,2% dibandingkan periode
tahun sebelumnya. Berdasarkan Tabel 1.2 APBN tahun 2021 mengalami kenaikan yang besar
dari sisi penerimaan negara dan belanja negara, serta difisit anggaran juga lebih dari yang di
rencanakan. Menurut data yang diperoleh dari ringkasan APBN yang telah di publikasi tahun
2017-2021 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dapat di lihat pada tahun 2021 mengalami
surplus terhadap PDB sebesar 22,06 % dari tahun sebelumnya. Kenaikan ini sangat
signifikan di banding tahun sebelumnya karena terpukul pandemic covid-19. Jika masyarakat
lebih sadar akan pentingnya membayar pajak demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat
indonesia pastiakan sanga membantu pertumbuhan perekonomian di Indonesia.
Terdapat informasi yang diberikan oleh Sri Mulyani Indrawati, bahwa meski
penerimaan pajak mengalami naik- turun, pajak tetap mampu menjalankan fungsinya untuk
mendorong investasi dan mendukung dunia usaha. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah
untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak sehingga dapat
membuat regulasi yang lebih tepat lagi bagi ketentuan perpajakan. Hal ini karena belum tentu
kebijakan peningkatan tarif pajak juga akan mengarah pada peningkatan penerimaan pajak
Perusahaan sebagai salah satu wajib pajak mempunyai kewajiban utuk membayar
pajak yanng besarnya dihitung dari laba bersih yang diperolehnya. Semakin besar pajak yang
dibayarkan perusahaan, maka pendapatan negara semakin banyak. Namun sebaliknya bagi
perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih. Oleh karena itu,
pemerintah terus berusaha untuk memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak. Sementara
disisi lain bertentangan dengan tujuan perusahaan, dimana perusahaan berusaha untuk
meminimalkan beban pajaknya sehingga pemilik memperoleh kesejahteraan dan dapat
melangsungkan bisnis perusahaannya (Yoehana,2013:5). Dengan demikian perusahaan sering
kali melakukan tindakantax planning atau agresivitas pajak
Agresivitas pajak didefinisikan sebagai kegiatan manajerial yang dilakukan melalui
perencanaan pajak, yaitu dengan merekayasa penghasilan kena pajak (Lanis dan Richardson,
2011:2). Pembayaran pajak diangap tidak memberikan manfaat langsung terhadap
perusahaan, oleh karena itu perusahaan enggan untuk membayar pajak dan lebih memilih
untuk meminimalkan pajak yang ditanggung dengan penghindaran pajak secara agresivitas
pajak.

69
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

Menurut Erle dan Schon (2008) dalam Lanis dan Richardson (2012:87) tindakan
agresivitas pajak dianggap sebagai suatu kegiatan yang tidak bertanggung jawab secara
sosial. Watson (2011) dalam Bani dan Wahyu (2015) dalam Diponegoro Joernal Of
Accounting Vol.4 Nomor 4 Tahun 2015 Halaman 2, pada dasarnya perusahaan dengan
tingkat CSR rendah merupakan perusahaan yang tidak bertanggung jawab secara sosial,
sehingga akan melakukan tindakan perencanaan pajak yang lebih agresif dibanding
perusahaan yang sadar sosial atau memiliki tingkat CSR yang lebih tinggi.
Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai upaya dariperusahaan
untuk menaikkan citra di masyarakat dengan berbagai program yang menunjukkan kepedulian
sosial kepada masyarakat, menunjukkan profit yang maksimal, serta mampu menyejahterakan
karyawan (Said, 2015:143). Dalam UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 pasal 1 ayat 3,
menyatakan bahwa tanggung jawab sosial sebagai salah satu bentuk komitmen perseroan
dalam rangka ikut berperan membangun ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yangbermanfaat baik bagi perseroan maupun lingkungan sekitar.
Lanis dan Richardson (2012:87) menyebutkan bahwa corporate
socialresponsibility sebagai faktor kunci keberhasilan dan keberlangsungan hidupperusahaan.
Wahyudi (2015) dalam Diponegoro Journal Of Accounting, Vol. 6, Nomor 6 Tahun 2017,
Hal 3 menambahkan, meskipun CSR tidak diharuskan secara hukum, tetapi sangat dihargai
dan menambah nilai baik jika perusahaan melakukannya.Menurut Balakrishman,et.al (2011)
dalam Kuriah (2016) bahwa transparansi yang lemah mengakibatkan perusahaan agresif
terhadap pajak. Apabila perusahaan menerapkan kegiatan CSR, maka perusahaan tersebut
dapat dikatakan peduli terhadap lingkungan sosial dan seharusnya taat membayar pajak
secara wajar sesuai hukum serta tidak melakukan agresivitas pajak. Dalam penelitian Lanis
dan Richardson (2012:87) menyatakan CSR berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak,
yaitu jika suatu perusahaan menerapkan CSR dengan baik maka tindakan agresivitas pajak
dapatdiminimalkan.
Menurut Fahmi (2012:2) Kinerja keuangan adalah gambaran tentang keberhasilan
perusahaan berupa hasil yang telah dicapai berkat berbagai aktivitas yang telah dilakukan.
Kinerja keuangan merupakan suatu analisis untuk menilai sejauh mana suatu perusahaan
suatu perusahaan telah melakukan aktivitas sesuai aturan-aturan pelaksanaan keuangan.
Kinerja keuangan diduga secara tidak langsung dapat mempengaruhi tindakan manajer dalam
melakukan agresivitas pajak, karena berkaitan dengan perhitungan perencanaan pajak. Metode
yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan yang dicapai perusahaan secara komprehensif
yaitu analisis rasio keuangan. Salah satu analisis rasio keuangan yang digunakan yaitu
leverage dan profitabilitas. Leverage merupakan rasio kinerja keuangan yang dapat
menunjukkan besarnya jumlah utang di perusahaan. Besar kecilnya leverage berkaitan dengan
pajak yang dibayarkan, karena biaya bunga dapat mengurangi beban pajak (Bani dan Wahyu,
2015). Profitabilitas diukur dengan return on asset (ROA) menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola asset untukmendapatkan laba sebagai dasar pengenaan pajak.
Intensitas Asset Tetap merupakan perbandingan intensitas kepemilikan aset tetap suatu
perusahaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Kepemilikan aset tetap yang tinggi
akan menghasilkan beban depresiasi yang tinggi pula, hal ini mengakibatkan berkurangnya
laba perusahaan. Sehingga tingginya jumlah aset perusahaan akan meningkatkan agresivitas
pajak yang diakibatkan oleh tingginya biaya depresiasi yang melekat pada aset
tersebut.Perusahaan yang memiliki proporsi aset tetap yang tinggi akan membayar pajak yang
rendah. Karena perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari biaya depresiasi yang melekat
pada aset. Menurut Brocher et al (2017) pajak perusahaan dipengaruhi oleh aset tetap karena

70
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

adanya beban depresiasi yang melekat pada aset yang menyebabkan timbulnya beban
depresiasi atas aset tetap yang akanmengurangi pembayaran pajak(Imelia,2012).
Berdasarkan pernyataan diatas peneliti berasumsi bahwa ada kaitan antara corporate
social responsibility terhadap agresivitas pajak yaitu apabila perusahaan menjalankan CSR
bersikap agresif terhadap pajak akan kehilangan reputasi dimata stakeholder dan
menghilangkan dampak positif terkait CSR, melalui CSR diharapkan perusahaan
mendapatkan legitimasi dari masyarakat dengan bertindak sesuai dengan norma dan nilai
masyarakat. Salah satunya dengan membayar pajak sesuai ketentuan umum tanpa melakukan
agresivitas pajak. kinerja keuangan berpengaruh terhadap agresivitas pajak yaitu melalui
kinerja keuangan manajemen dapat melihat pengelola kekayaan perusahaan yang dilihat dari
laba perusahaan dan apabila laba perusahaan semakin tinggi maka tarif pajak akan semakin
tinggi dan membuat perusahaan semakin agresif terhadap pajak. intensitas aset tetap terhadap
agresivitas pajak berupa Semakin tinggi tingkat aset tetap suatu perusahaan maka beban
penyusutan yang dikenakan pada perusahaan tersebut akan semakin besar, besarnya beban
penyusutan ini akan mengurangi jumlah laba perusahaan, inilah yang menyebabkan
perusahaan semakin agresif terhadap pajak. Dapat di simpulkan bahwa adanya keterikatan
antara variabel satu dengan variabel lain. Maka oleh karena itu penelitian ini dibuat, namun
penelitian itu harus diteliti terlebih dahulu agar dapat di uji kebenarannya.
Adapun fenomena Agresivitas Pajak yang mendukung informasi- informasi diatas
yang terdaftar di BEI terjadi pada Praktik penghindaran merupakan hal yang lazim dilakukan
oleh perusahaan besar di Indonesia. Salah satunya yaitu kasus yang dilakukan oleh PT
Toyota Manufakturing dengan melakukan suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis
dengan maksud mengurangi laba, membuat seolah-olah perusahaan rugi untuk menghindari
pajak disuatu Negara. Kasus yang lakukan oleh perusahaan otomotif yakni PT. Toyota
manufacturing Indonesia mengakibatkan kerugian Negara mencapai 10,7 triliun rupiah
dikarenakan PT. Toyota manufakturing ini melakukan penghindaran
pajak dengan motif transfer pricing. Menurut Yoehana (2013) Agresivitas pajak perusahaaan
yaitu keinginan perusahaan untuk meminimalkan beban pajak yang di bayar
dengan cara legal maupun illegal. Agresivitas perusahaan juga dinilai dari seberapa besar
perusahaan melakukan penghindaran pajak dengan memanfaatkan kelonggaran dalam aturan
perpajakan, oleh karena itu perusahaan akan dianggap semakin agresif terhadap perpajakan
maka kegiatan yang dilakukan perusahaan Toyota manufacturing Indonesia tersebuttermasuk
dalam tindakan agresivitas pajak. Tindakan Agretivitas Pajak dilakukan dengan cara
meminimalisasi jumlah kena pajak yang didapat perusahaan, merupakan hal yang sering
terjadi pada perusahaan- perusahaan besar saat ini. Hal ini tidak sesuai dengan aturan yang
telah berlaku baik di masyarakat maupun dalam pemerintahan. Pemerintah, sebagai penerima
pajak, akan dirugikan dengan tindakan tersebut karena dapat mengurangi pendapatan
pemerintah untuk pembangunan negara. Bagi masyarakat, dampak yang akan
didapatkan adalah mereka tidak mendapatkan fasilitas yang memadai dan menunjang
pembangunan yang didapat dari pemerintah atas tindakantersebut
Selain itu fenomena mengenai penghindaran pajak pada salah satu perusahaan sektor
barang konsumsi yaitu pada sub sektor barang konsumsi yang dilakukan oleh PT Coca Cola
indonesia. PT CCI diduga mengakali pajak pada tahun 2002-2006 yang menimbulkan
kekurangan pembayaran pajak senilai Rp 49,24 miliar. Beban biaya yang besar menyebabkan
penghasilan kena pajak berkurang, sehingga setoran pajaknya pun berkurang. Beban biaya itu
antara lain untuk iklan produk minuman total sebesar Rp 566,84 miliar. Akibatnya ada
penurunan penghasilan kena pajak menurut DJP Total penghasilan kena pajak CCI pada
periode itu adalah Rp 603,48 miliar. Dengan selisih itu, DJP menghitung kekurangan pajak

71
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

penghasilan (PPh) CCI Rp 49,24 miliar. Bagi DJP beban biaya ini sangat mencurigakan dan
mengarahkan pada praktik transfer princing demi meminimalisirkan pajak.
Faktor pendorong perusahaan untuk melakukan tindakan agresivitas pajak adalah 1)
Jumlah pajak yang harus dibayar, besar jumlah pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak,
semakin besarpajak yang harus dibayar, semakin besar pula kecenderungan wajib pajak untuk
melakukan pelanggaran. 2.) Besar sanksi, semakin ringan sanksi yang dikenakan terhadap
pelanggaran, maka semakin besar kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran
(Savitra, 2017).
Dari fenomena diatas ada keterkaitan antara variabel satu dengan yang lainnya.
Keterkaitan antara Corporate social responsibility dengan agresivitas pajak yaitu perusahaan
tidak hanya mementingkan kesejahteraan dari perusahaannya saja, namun harus
mementingkan tanggung jawab lingkungan sosial untuk menarik konsumen, melalui CSR
diharapkan perusahaan mendapatkan legitimasi dari masyarakat dengan norma dan nilai
masyrakat, salah satunya dengan membayarkan pajak sesuai dengan ketentuan umum tanpa
melakukan agresivitas pajak. Adanya keterkaitan antara Rasio kinerja keuangan berupa
leverage dan profitabilitas dengan agresivitas pajak, semakin tinggi tingkat leverage maka
semakin tinggi pula tindakan agresivitas pajak, dimana banyak sekali perusahaan yang
memanfaatkan hutang untuk meminimalkan beban pajak perusahaan dan cenderung
mengarah ke agresif terhadap pajak seperti yang dijelaskan dalam fenomerna diatas. Begitu
pula profitabilitas, ada keterkaitan antara profitabilitas dengan agresivitas pajak, profitabilitas
dapat diukur menggunakan return on aset, semakin bersar ROA maka laba perusahaan
semakin besar, perusahaan yang memiliki laba besar mencerminkan keberhasilan
pengelolaan manajemen, laba menjadi dasar tarif pajak,apabila ROA tinggi maka beban pajak
perusahaan semakin meningkat dan mengakibatkan ETR sebagai pengukuran agresivitas pajak
semakin tinggi, hal ini dapat disimpulkan bahwa perusahan dengan ROA yang tinggi akan
semakin taat terhadap pajak dan meminimalisir tindakan agresivitas pajak. Yang terakhir
yaitu adanya keterkaitanantara intensitas aset tetap terhadap agresivitas pajak, semakin tinggi
tingkat aset tetap suatu perusahaan maka beban penyusutan yang dikenakan pada perusahaan
tersebut akan lebih besar. Besarnya beban penyusutan ini akan mengurangi jumlah laba
perusahaan dan nanti akan mengurangi beban pajak yang dibayarkan pada perusahaan, itulah
mengapa ketiga variabel tersebut saling berpengaruh satu sama lain seperti yang dijelaskan
pada fenomena.
Study tentang hubungan Corporate Social Responsibility (CSR), Kinerja Keuangan,
Intensitas Aset Tetap terhadap Agresivitas Pajak yang pernah dilakukan diantara oleh Shinta
tahun 2017 di Surakarta, yang membahas tentang pengaruh Corporate social responsibility,
Kinerja Keuangan dan mekanisme Corporate Governance terhadap agresivitas pajak. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa ketiga variabel berpengaruh negatif terhadap agresivitas
pajak. Penelitian berikutnya oleh Yoehana pada tahun 2013 di Semarang, yang membahas
tentang
pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap agresivitas pajak. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility berpengatuh negatif
terhadap agresivitas pajak. Penelitian berikutnya diteliti oleh Amelia tahun 2018 di
Yogyakarta, yang membahas tentang pengaruh Corporate Social Responsibility dan Corporate
Governance terhadap agresivitas pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR
berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak dan Corporate Governance berpengaruh
signifikan terhadap agresivitas pajak. Penelitian berikutnya oleh Fionasari tahun 2018 di
Riau, yang membahas tentang Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Agresivitas
Pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Corporaet Social Responsibility berpengaruh

72
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

negatif terhadap Agresivitas Pajak. Penelitian berikutnya oleh Gunawan tahun 2017 di Jakarta,
yang membahas tentang Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Corporate
Governance terhadap Agresivitas Pajak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Corporate
Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak, Corporate
Governance tidak berpengaruh signifikan terhadap Agresivitas Pajak. Penelitian berikutnya
oleh Listika tahun 2017 di Riua, yang membahas tentang Pengaruh Corporate Social
Responsibility, KepemilikanMayoritas dan Corporaet Governanceterhadap Agresivitas Pajak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility berpengaruh
terhadap Agresivitas Pajak, Kepemilikan Mayoritas berpengaruh negatif terhadap terhadap
AgresivitasPajak, dan Corporate Governanceberpengaruh negatif terhadap AgresivitasPajak
Penelitian berikutnya diteliti oleh Arinda tahun 2018 di Jakarta, yang membahas
tentang Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Kualitas Audit Tax Avoidance dengan
Corporate Governance sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Leverage berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance, dan Kualitas Audit berpengaruh
negatif terhadap Tax Avoidance. Penelitian berikutnya diteliti oleh Pratiwi tahun 2018 di
Tangerang Selatan, yang membahas tentang Pengaruh Kepemilikan Instutional dan Kinerja
Keuangan terhadap penghindaran pajak melalui Corporate Governance sebagai pemedia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepemilikan Instutional tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Penghindaran Pajak, dan Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak.
Penelitian berikutnya oleh Syahibu tahun 2018 di Bandung, yang membahas tentang
Pengaruh Manajemen Laba dan Intensitas Aset Tetap terhadap Penghindaran Pajak. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Manajemen Laba dan Intensitas Aset
Tetap secara simultan terhadap Penghindaran Pajak. Penelitian berikutnya oleh Savitri tahun
2017 di Semarang, yang membahas tentang Pengaruh Leverage, Intensitas Persediaan,
Intensitas Aset Tetap dan Profitabilitas terhadap Agresivitas Pajak. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Leverage berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak, Intensitas Persediaan
tidak berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak, Intensitas Aset Tetap tidak berpengaruh
terhadapAgresivitas Pajak, dan Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya seperti pada penelitian yang
dilakukan Shinta tahun 2017 di Surakarta yang meneliti tentang Pengaruh Corporate Social
Responsibility, Kinerja Keuangan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap
Agresivitas Pajak, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel berpengaruh
negatif terhdap Agresivitas Pajak. Sementara pada penelitian ini menjelaskan Pengaruh
Corporate Social Responsibility, Kinerja Keuangan dan Intensitas Aset Tetap terhadap
Agresivitas Pajak. Pada penelitian ini peneliti mengganti Variabel X3 dengan Intensitas Aset
Tetap dan mengubah tahun penelitian yaitu 2017-2021 dan menambahkan subsektor pada
perusahaan manufaktur makanan dan minuman. Penelitian ini tertarik untuk memodifikasi
variabel dalam penelitian tersebut yakni menjadikan variabel kontrol (leverage dan
profitabilitas) sebagai variabel independen serta menambah beberapa variabel independen
lainnya (Intensitas Asset Tetap). Modifikasi dilakukan karena sebagian peneliti se
belumnya tidak mengungkapkan hubungan variabel kontrol dengan agresivitas pajak yang
sebenarnya dapat dijadikan faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan agresivitas
pajak atau tidak melakukan.
Penelitian ini akan memilih perusahaan yang bergerak disektor manufaktur makanan
dan minuman dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objeknya. Adapun alasan
memilih perusahaan manufaktur makanan dan minuman sebagai objek penelitian karena
perusahaan manufaktur merupakan jenis usaha yang bergerak disektor riil dan memiliki
jumlah perusahaan paling banyak dibandingkan jenis usaha lainnya. Selain itu permasalahan

73
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

dalam perusahaan manufaktur lebih kompleks, karena perusahaan manufaktur merupakan


perusahaan yang menjual produknya dimulai dengan proses produksi yang tidak terputus
mulai dari pembelian bahan baku, proses pengolahan bahan hingga menjadi barang jadi.
Sehingga diharapkan akan lebih mampu menggambarkan keadaanperusahaan di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penelitian ini diberi judul: Pengaruh
Corporate SocialResponsibility (CSR), Kinerja Keuangan dan Intensitas Asset Tetap
terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur industri
Makanan dan minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017- 2021).
2.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif untuk menguji pengaruh antar variabel
bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan data penelitian berbentuk angka. Menurut
Sugiyono (2015:14) “Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono
(2015:137) sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen. Data sekunder
pada penelitian ini diperoleh secara tidak langsung, melainkan hanya mengambil data yang
telah diolah dan disajikan oleh pihak lain.
Gambaran Umum Objek Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang tergabung
dalam sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2017-2021. Pada periode tersebut jumlah keseluruhan perusahaan manufaktur sub
sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah
yaitu sebanyak 41 perusahan.
Metode yang dipilih untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Purposive
sampling yaitu dipilih dengan tujuan mendapatkan sampelyang represif berdasarkan kriteria
yang di tentukan, kemudahan data yang di dapat serta tidak memerlukan biaya yang tinggi
agar dapat mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan merupakan representasi dari
populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan penelitian ini. Berdasarkan kriteria sampel
yang telah ditetapkan, berhasil diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 9 perusahaan yang
lolos dikali dengan 5 tahun penelitian sehingga jika ditotal data penelitian ada sebanyak 45
laporan keuangan perusahaan yang dianggap layak
Sampel perusahaan tersebut berasal dari data laporan keuangan yang telah diaudit dan
sesuai dengan kriteria. Dari data di atas terdapat adanya data outlier dari laporan keuangan
yaitu memiliki karakter yang berbeda jauh dari observasi- observasi lainnya dan muncul
dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk vaariabel tunggal ataupun kombinasi sehingga pada
proses perhitungan eviews data tidak dapat untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Data
diperoleh melalui website www.idx.co.id. Ringkasan pemilihan sampel berdasarkan kriteria
purposive sampling yang telah ditetapkan disajikan dan dijelaskan pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1
Pengambilan Sampel dengan Purpose Sampling
No Kriteria Pelanggaran Jumlah
Kriteria
1 Perusahaan manufaktur sektor industri barang 41
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2017-2021

74
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

2 Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan (1) 40


tahunan dalam website perusahaan atau website Bursa
Efek Indonesia
selama periode 2017-2021
3 Perusahaan yang menggunakan mata uang selain Rupiah (0) 40
4 Perusahaan yang mengalami kerugian selama (24) 16
periode 2017-2021
5 Perusahaan yang menyajikan data serta informasi (0) 16
laporan keuangan secara lengkap yang dapat digunakan
dalam penelitian ini sesuai pengukuran variabel-variabel
penelitian selama periode2017-2021.
Data outlier (7) 9
Jumlah sampel perusahaan yang digunakan 9
Jumlah sampel penelitian (9 perusahaan x 5 tahun) 45

Sumber : Data diolah dengan microsoft excel, (2022)


di masukkan. Cara mendeteksinya yaitu dengan jarak antara rata-rata dan mediannya.
Hasilnya yaitu ditemukan data yang ekstrim yaitu adanya perusahaanyang terjadi outlier dan
harus di hilangkan agar data normal. Adapun nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel
penelitian yang sesuai dengan kriteriaadalah sebagai berikut:

Tabel 4.2
Daftar Perusahaan Sampel
No Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
2 ADES PT Arkasha Wira International Tbk.
3 CAMP PT Campina Ice Industry Tbk.
4 KEJU Pt Mulya Boga Raya.
5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk.
6 DVLA Siantar Top Tbk.
7 HMSP PT HM Sampoerna Tbk.
8 HOKI Buyung Putra SembadaTbk.
9 SIDO PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk
Sumber: Data diolah penulis

4.2 Uji Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif digunakan untukmenggambarkan suatu data penelitian berdasarkan
output Eviews 12 statistik deskriptif meliputi mean, median, minimum, maximum, standar
deviasi, skewness, kurtosis, jarque bera, probabilitas,sum, sum sq. dev dan
observations. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel, data panel
yaitu data gabungan antara data time Hasil statistik deskriptif untuk variabel corporate
social responsibility (X1) menampilkan nilai rata-rata (mean) sebesar 0.200222 dengan
penyimpangan (standard deviation) sebesar 0.112785 lebih kecil dari nilai rata-ratanya
(mean). Nilai standar deviasi lebih kecil dari mean maka menandakan data variabel (X1)
bersifat homogeny yang artinya data dengan baik mewakili himpunan data. Sedangkan untuk
nilai minimum sebesar series dan data cross section (Ghozali dan Ratmono, 2013 ; 231).
Data silang (cros section) meliputi 1- perusahaan sektor industri konsumsi manakan
dan minuman periode tahun 2017-2021, sehingga data yang tersedia dalam penelitian ini,
dari periode tahun 2017-2021 terdapat 9 perusahaan di kali 5 tahun yaitu terdapat 45 data
perusahaan. Berikut statistik deskriptif ditunjukkan pada tabel 4.3 di bawah ini :

75
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

Tabel 4.3
Analisis Statistik Deskriptif
Date: 08/07/22 Time:
00:58Sample: 2017
2021

Y X1 X2_1 X2_2 X3

Mean 0.240889 0.200222 0.245556 0.168889 0.256444


Median 0.240000 0.160000 0.240000 0.160000 0.210000
Maximum 0.310000 0.380000 0.500000 0.390000 0.570000
Minimum 0.180000 0.010000 0.060000 0.020000 0.060000
Std. Dev. 0.025390 0.112785 0.102924 0.097193 0.140893
Skewness 0.261654 0.161581 0.392611 0.585800 0.447094
Kurtosis 3.718558 2.132810 2.611792 2.502870 2.029406

Jarque-Bera 1.481581 1.605846 1.438650 3.037095 3.265549


Probability 0.476737 0.448017 0.487081 0.219030 0.195387

Sum 10.84000 9.010000 11.05000 7.600000 11.54000


Sum Sq. Dev. 0.028364 0.559698 0.466111 0.415644 0.873431

Observations 45 45 45 45 45

Sumber : Data diolah dengan Eviews 12, (2022)

0,010000 dan nilai maksimum sebesar 0.380000. Hasil statistik deskriptif untuk
variabel Leverage (X2_1) menampilkan nilai rata-rata (mean) sebesar 0.245556 dengan
penyimpangan (standard deviation) sebesar 0.102924 lebih kecil dari nilai rata-ratanya
(mean). Nilai standar deviasi lebih kecil dari mean maka menandakan data variabel (X2_1)
bersifat homogeny yang artinya data dengan baik mewakili himpunan data. Sedangkan untuk
nilai minimum sebesar 0.060000 dan nilai maksimum sebesar 0.500000.
Hasil statistik deskriptif untuk variabel profitabilitas (X2_2) menampilkan nilai
rata-rata (mean) sebesar 0,168889 dengan penyimpangan (standard deviation) sebesar
0,097193 lebih kecil dari nilai rata-ratanya (mean). Nilai standardeviasi lebih kecil dari mean
maka menandakan data variabel (X2_2) bersifat homogen yang artinya data dengan baik
mewakili himpunan data. Sedangkan untuk nilai minimum sebesar 0,020000 dan nilai
maksimum sebesar 0,390000.
Hasil statistik deskriptif untuk variabel Intensitas Aset Tetap (X3) menampilkan nilai
rata-rata (mean) sebesar 0,256444 dengan penyimpangan (standard deviation) sebesar
0,140893 lebih kecil dari nilai rata-ratanya (mean). Nilai standardeviasi lebih kecil dari mean
maka menandakan data variabel (X3) bersifat homogeny yang artinya data dengan baik
mewakili himpunan data. Sedangkan untuk nilai minimum sebesar 0,060000 dan nilai
maksimum sebesar 0,570000.

4.3 Pengujian Model Data Panel


Pengujian model data panel digunakan untuk menentukan model terbaik antara
Common Effect Model, Fix Effect Model atau Random Effect Model dalam dapat dilihat
nilai probabilitas apabila nilai Cross-section Chi-square sebesar 0.0006 < 0,05, maka dapat
disimpulkan model yang paling tepat adalah FEM (Fix Effect Model), sehingga model
estimasi yang dilakukan selanjutnya adalah uji hausman.
4.3.1 Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk menentukan apakah menggunakan fixed melakukan
uji asumsi klasik maupun pengujian hipotesis.
4.3.2 Uji Chow
Uji Chow merupakan uji untuk menentukan model terbaik antara Fixed Effect Model

76
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

dengan Common/Pool Effect Model. Jika hasilnya menyatakan menerima hipotesis nol atau
nilai probabilitas > 0,05 maka model yang terbaikuntuk digunakan adalah Common Effect
Model. Akan tetapi, jika hasilnya menyatakan menolak hipotesis nol atau nilai probabilitas <
0,05 maka model terbaik yang digunakan adalah Fixed Effect Model, dan pengujian akan
berlanjut ke uji Hausman (Basuki, 2019). Berikut adalah hasil dari uji chow yang dilakukan
dalam penelitian ini :

Table 4.4
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: MODEL_FEM
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 2.434146 (8,32) 0.0352


Cross-section Chi-square 21.389616 8 0.0062

(Sumber : Hasil output eviews, 2022)

Hasil uji chow pada tabel 4.4 diatas dapat dilihat nilai probabilitas apabila nilai Cross-
section Chi-square sebesar 0.0006 < 0,05, maka dapat disimpulkan model yang paling tepat
adalah FEM (Fix Effect Model), sehingga model estimasi yang dilakukan selanjutnya adalah
uji hausman.
ketentuan jika probabilitas < 0,05 berarti H0 ditolak dan H1 ditterima maka model
yang digunakan adalah fixed effect. Sedangkan jika probabilitas > 0,05 berarti H1 diterima
maka model yang digunakan adalah random effect. Berikut adalah hasil dari uji hausman
yang dilakukan dalam penelitian ini :
Tabel 4.5
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects -
Hausman TestEquation:
MODEL_REM
Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 13.493957 4 0.0091

(Sumber : Hasil output eviews, 2022)


Hasil pengujian pada tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa nilai probabilitas apabila
nilai cross-section random adalah 0.0091 atau < 0.05, berarti H0 ditolak dan H1 diterima
maka model yang digunakan adalah FEM (Fix Effect Model) lebih tepat digunakan.
4.4 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang ada agar dapat
menentukan model analisis yang paling tepat digunakan. Adapun pengujian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas.
4.4.1 Uji Normalitas

77
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual
terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai
residual yang terdistribusi secara normal. Nilai signifikansi dari residual yang berdistribusi
secara normal adalah jika nilai probability dalam pengujian Jarque Bera > 0,05 (Ghozali dan
Ratmono, 2013:165-168).

(Sumber : Hasil output eviews, 2022)

Gambar 4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai p value (probalility) sebesar 0,06 > 0,05.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan karena memenuhi
asumsi normalitas atau dapat dikatakan sebaran data penelitian berdistribusi normal.
4.4.2 Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam metode regresi yang
dilakukan ditemukanadanya korelasi antar variabel bebas.
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas maka dapat dilihat dari nilai korelasi antar
dua variabel bebas tersebut. Indikasi terjadinya multikolinearitas apabila koefisien korelasi di
antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,80 (Winarno, 2015).
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinieritas
X1 X2_1 X2_2 X3

X1 1.000000 -0.122768 0.304561 0.208161


X2_1 -0.122768 1.000000 -0.179963 0.212675
X2_2 0.304561 -0.179963 1.000000 -0.245691
X3 0.208161 0.212675 -0.245691 1.000000
(Sumber : Hasil output eviews,2022)

Hasil output pada tabel 4.6 diatas, korelasi antara X1 (Corporate Social
Responsibility) dan X2_1 (leverage) sebesar -0,122768 kemudian korelasi antara X2_1
(leverage) dan X2_2 (Profitabilitas) sebesar -0,179963,. Sementara kolerasi antara
X2_2 (Profitabilitas) dan X3 (Intensitas Aset Tetap)
sebesar -0,245691 kemudian X1 (Corporate Social Responsibility) dan X3 (Intensitas Aset
Tetap) sebesar 0,208161.
Hasil uji multikolinearitas menunjukkan tidak terdapat nilai korelasi yang tinggi antar
variabel bebas tidak melebihi 0,80 (Ghozali, 2013:83). Sehingga dapat disimpulkan tidak
terdapat multikolinearitas antar variabel bebas.

78
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

1.4.3 Uji Heteroskedastisitas


Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variansi dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Nilai Sig > 0,05 (α) maka tidak terjadi
heteroskesdastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskesdastisitas
Imam Ghozali (2018). Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini dideteksi dengan
menggunakan uji Glejser.
Uji Glejser digunakan dengan meregresikan antara variabel independen dengan nilai
absolut residualnya. Jika nilai signifikan antara variabel independen dengan absolut residual
>0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Hasil output Eviews dari uji glejser
dapat dilihat dari tabel 4.7 dibawah ini
Table 4.7
Hasil Uji Glejser
Heteros kedas ticity Test:
Glejser Null hypothesis:
Homos kedas ticity

F-s tatistic 0.533872 Prob. F(4,40) 0.7116


Obs*R-s quared 2.280664 Prob. Chi-Square(4) 0.6843
Scaled explained SS 2.355421 Prob. Chi-Square(4) 0.6707

Test Equation:
Dependent Variable:
ARESID Method: Least
Squares
Date: 08/07/22 Time:
01:23 Sam ple: 1 45
Included observations : 45

Variable Coefficient Std. Error t-Statis tic Prob.

C 0.022758 0.008633 2.636036 0.0119


X1 0.008406 0.021387 0.393051 0.6964
X2_1 0.005753 0.021843 0.263385 0.7936
X2_2 -0.032366 0.024909 -1.299346 0.2013
X3 -0.016169 0.017101 -0.945500 0.3501

(Sumber : Hasil output eviews, 2022)


Tabel diatas dengan Uji glejser menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel
independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen. Hal ini terlihat
dari nilai sig varibel Corporate Social Responsibility (X1) sebesar (0,6964). Sementara
leverage (X2_1) sebesar (0,7936), Profitabilitas (x2_2) sebesar (0,2013), dan (X3) sebesar
(0,3501) tidak ada yang signifikan (taraf signifikasi > 0,05) maka dapat disimpulkan model
regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
4.4.2 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan
residual pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 dalam model regresi linier
(Ghozali, 2016:107). Uji yang digunakan untuk mengetahui data terkena autokorelasi atau
tidak adalah dengan uji Durbin Watson. Uji Durbin Watson dilakukan dengan cara
membandingkan nilai Durbin Watson dengan nilaipada tabel Durbin Watson. Hasil dari uji
autokorelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Table 4.8
Hasil Uji Autokorelasi
Breus ch-Godfrey Serial Correlation LM Tes t:
Null hypothes is : No s erial correlation at up to 2 lags

F-s tatis tic 1.883055 Prob. F(2,38) 0.1660


Obs *R-s quared 4.057715 Prob. Chi-Square(2) 0.1315

Tes t Equation:

79
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

Dependent Variable:
RESIDMethod: Leas t
Squares Date:
08/07/22 Tim e:
01:20 Sam ple: 1 45
Included obs ervations : 45
Pres am ple m is s ing value lagged res iduals s et to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statis tic Prob.

C -0.000228 0.013346 -0.017085 0.9865


X1 -0.002294 0.033083 -0.069354 0.9451
X2_1 -0.000156 0.034273 -0.004561 0.9964
X2_2 0.003728 0.040643 0.091729 0.9274
X3 0.000862 0.026523 0.032483 0.9743
RESID(-1) 0.173583 0.172776 1.004673 0.3214
RESID(-2) -0.281947 0.166499 -1.693385 0.0986

R-s quared 0.090171 Mean dependent var -1.00E-17


Adjus ted R-s quared -0.053486 S.D. dependent var 0.021614
S.E. of regres s ion 0.022184 Akaike info criterion -4.636840
Sum s quared res id 0.018701 Schwarz criterion -4.355804
Log likelihood 111.3289 Hannan-Quinn criter. -4.532072
F-s tatis tic 0.627685 Durbin-Wats on s tat 2.050153
Prob(F-s tatis tic) 0.707050

(Sumber : Hasil output eviews, 2022)


Berdasarkan table di atas, nilai prob.chi- square (yang Obs*R-squared) sebesar 0,1315
> 0,05 Maka tidak terjadi masalah autokorelasi, untuk membuktikan kembali tedapat data-
data sebagai berikut :
DW = 2.050153
DU = 1.7762
DL = 1.2874
4-DU = 4 - 1.7762 = 2.2238
4-DL = 4 – 1.2874 = 2.7126
Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa nilai pada kolom Durbin Watson diperoleh DW
sebesar 2.050153. Nilai tersebut berada pada posisi diantara “-2 sampai dengan +2” sehingga
kesimpulannya tidak terjadi autokorelasi.hasil perhitungan Durbin Watson,
posisi DW berada diantara DU dengan (4-DU) dengan nilai Durbit Witson sebesar 2.2238
Sehingga, pada model ini tidak terjadi autokorelasi.
4.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis pertama (H1) pada penelitian ini akan dilakukan menggunakan uji
simultan (Uji F) untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel
terikat. Sementara pengujian secara parsial bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan
signifikansi dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis kedua
(H2), hipotesis ketiga (H3) dan hipotesis keempat (H4) pada penelitian ini akan diuji
menggunakan uji parsial (Uji- t). Sebelum melakukan uji t dan uji F, maka dilakukan uji
koefisien determinasi dan uji regresi data panel terlebih dahulu.
4,6 Uji Analisis Regresi Data Panel
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR),
Kinerja Keuangan dan Intensitas Aset Tetap terhadap Agresivitas Pajak Berikut ini hasil
regresi data panel :
Table 4.9
Hasil Uji Regresi Data Panel

Dependent Variable:
Y Method: Panel

80
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

Least SquaresDate:
08/07/22 Time:
01:28 Sample: 2017
2021
Periods included: 5
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 45

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.126126 0.035148 3.588481 0.0011


X1 0.118866 0.145688 0.815897 0.4206
X2_1 0.087425 0.058356 1.498131 0.1439
X2_2 0.098812 0.056608 1.745546 0.0905
X3 0.206282 0.071496 2.885218 0.0069

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.538327 Mean dependent var 0.241124


Adjusted R-squared 0.365200 S.D. dependent var 0.025081
S.E. of regression 0.019983 Akaike info criterion -4.750999
Sum squared resid 0.012778 Schwarz criterion -4.229074
Log likelihood 119.8975 Hannan-Quinn criter. -4.556431
F-statistic 3.109432 Durbin-Watson stat 1.823746
Prob(F-statistic) 0.005123

(Sumber : Hasil uji Eviews, 2022)

Dari hasil uji diatas makapersamaan regresi data panel diatas dapat diinterprestasikan
sebagaiberikut: Y = 0,126126+0,118866 + 0,087425+ 0,098812+ 0,206282 + e
1. Konstanta sebesar 0,126126 menyatakan bahwa jika variabel independen (Corporate
Social Responsibility, Kinerja Kekuangan, dan Intensitas Aset Tetap) dianggap konstan
(0), maka Agresivitas Pajak akan terjadi sebesar 0,126126.
2. Koefisien regresi variabel Corporate Social Responsibility (X1) sebesar 0,118866
mengindikasikan bahwa setiap kenaikan satuan variable Corporate Social Responsibility
maka Agresivitas Pajak akan mengalami kenaikan sebesar0,118866.
3. Koefisien regresi variabel Leverage (X2_1) sebesar 0,087425 mengindikasikan dibuat
kotak bahwa setiap kenaikan satuan variabel leverage maka Agresivitas Pajak akan
mengalamipertambahan sebesar0,087425.
4. Koefisien regresi variabel capital intensity (X2_2) sebesar 0,098812 mengindikasikan
bahwa setiap kenaikan satuan variabel Profitabilitas maka Agresivitas Pajak akan
mengalami kenaikan sebesar0,098812.
5. Koefisien regresi variabel capital intensity (X3) sebesar 0,206282 mengindikasikan
bahwa setiap kenaikan satuan variabel Intensitas Aset Tetap maka Agresivitas Pajak
akan mengalami kenaikan sebesar0,206282.

4.7 Uji Koefisiensi Determinasi R2


Penelitian ini menggunakan Adjusted R2 karena menggunakan lebih dari satu variabel
independen dan jika menggunakan nilai R square nilainya akan berubah jika ditambahkan
denganbeberapa variabel independen (Setia Naga, 2018).
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

81
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

R-squared 0,538327
Adjusted R-squared 0,365200

Hasil output diatas, didapatkan nilai Adjusted R-squared sebesar 0,365200. Hal ini
berarti bahwa pengaruh variableindependen Corporate Social Responsibility (X1),
Kinerja Keuangan (X2) dan Intenistas Aset Tetap (X3) terhadap variabel dependen
Agresivitas Pajak (Y) sebesar (0,365200) atau sebesar 36 %. Sedangkan sisanya 100%-
36% =64% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini.
4.3.1 Uji F
Uji F diperlukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan dan untuk mengetahui ketepatan model regresi yang digunakan.
Uji ketepatan model bertujuan untuk mengetahui apakahperumusan model tepat atau fit.

Tabel 4.11
Hasil Uji Silmutan (F)

F-statistic 3.109432
Prob(F-statistic) 0.005123
(Sumber : Hasil output eviews, 2022)
Berdasarkan pengujian analisis regresi data panel pada tabel 4.11, diperoleh df1 = k
(jumlah variabel independen ditambah variabel dependen) - 1 yaitu 5 - 1 = 4. Sementara df2
= n (jumlah data) – k (jumlah variabel independen ditambah variabel dependen) yaitu 45 - 5 =
40, dengan alpha (α) = 0,05 sehingga diketahui nilai F-tabel sebesar 2.606. Pengaruh
Corporate Social Responsibility, Kinerja Keuangan (Leverage & Profitabilitas) dan Intensitas
Aset Tetap Terhadap Agresivitas Pajak pada perusahaan sub sektor barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-2021. Berdasarkan hasil uji F diperoleh
nilai F hitung sebesar 3.109432 > Ftable yaitu sebesar 2.606 dengan nilai signifikasi sebesar
0,0005 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa modelregresi yang dipilih layak untuk menguji
data dan model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Corporate Social Responsibility,
Kinerja Keuangan (Leverage & Profitabilitas) dan Intensitas Aset secara simultan (bersama-
sama) berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak sehingga Ho atau hipotesis pertama
(H1)diterima.
4.7.2 Uji Regresi Persial (Uji t)
Metode data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda
dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% (alfa = 0.05). Uji t dilakukan untuk
melihat pengaruh variable independen secara persial terhadap variable dependen. Uji t
bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan signifikansi dari masing- masingvariabel
independen (variabel Konservatisme Akuntansi, capital intensity dan Ukuran Perusahaan)
terhadap variabel dependen (tax avoidance). Kriteria dalam pengujian ini sebagai berikut:
Ho : apabila p-value < 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Ha : apabila p-value > 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Hasil uji t variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada output
Eviews tabel 4.12 dibawah ini

82
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

Tabel 4.12
Hasil Uji t
Dependent Variable: Y Method: Panel Least SquaresDate: 08/07/22
Time: 01:28 Sample: 2017 2021
Periods included: 5
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 45

Variabl Coefficient Std. Error t- Prob.


e Statistic

C 0.126126 0.035148 3.588481 0.0011


X1 0.118866 0.145688 0.815897 0.4206
X2_1 0.087425 0.058356 1.498131 0.1439
X2_2 0.098812 0.056608 1.745546 0.0905
X3 0.206282 0.071496 2.885218 0.0069
(Sumber : Hasil output eviews, 2022)

Hasil t hitung di atas dapat dibandingkan dengan nilai t tabel. Nilai t tabel dapat dicari
pada tabel t dengan ketentuan jumlah sampel (n) = 45 ; jumlah variabel bebas (k) = 4; taraf
signifikan α = 0,05; df = n-k-1 = 45-4-1 = 40, maka diperoleh nilai t tabel sebesar 2,02108.
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.12 di atas dapat disimpulkan:
1. Corporate Social Responsibility mempunyai nilai t hitung 0,815897 yang lebih kecil
dari t tabel 2,02108 dan tingkat signifikan sebesar 0,4206 lebih besar dari taraf
signifikan α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Corporate Social
Responsibility secara parsial tidak berpengaruh signifikandengan Agresivitas Pajak.
2. Leverage mempunyai nilai t hitung 1.498131 yang lebih kecil dari t tabel 2,02108 dan
tingkat signifikan sebesar 0,1439 lebih besar dari taraf signifikan α = 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa leverage secara parsial tidak berpengaruh signifikan dengan
Agresivitas Pajak.
3. Profitabilitas mempunyai nilai t hitung 1.745546 yang lebih kecil dari t tabel 2,02108
dan tingkat signifikan sebesar 0.0905 lebih besar dari taraf signifikan α = 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh
signifikandengan Agresivitas Pajak.
4. Intensitas Aset Tetap mempunyai nilai t hitung 2.885218 yang lebih besar dari t tabel
2,02108 dan tingkat signifikan sebesar 0.0069 lebih besar dari taraf signifikan α = 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Intensitas Aset Tetap secara parsial tidak
berpengaruh signifikan dengan Agresivitas Pajak.

4.8 Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil pengujian hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini, setelah dilakukan
uji statistic maka secara ringkas disajikan sebagai berikut:
Table 4.13
Hipotesis Pernyataan Hasil

83
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

H1 Diduga Corporate Social Hipotesis diterima


Responsibility, Kinerja
Keuangan (Leverage &
Profitabilitas) dan Intensitas
Aset Tetap berpengaruh
terhadap Agresivitas Pajak.
H2 Diduga Corporate Social Hipotesis ditolak
Responsibility (CSR) tidak
berpengaruh terhadap
Agresivitas Pajak
H3 Diduga Leverage tidak Hipotesis ditolak
berpengaruh terhadap
Agresivitas Pajak
H4 Diduga Profitabilitas tidak Hipotesis ditolak
berpengaruh terhadap
Agresivitas Pajak
H5 Diduga Intensitas Aset Tetap Hipotesis diterima
berpengaruh terhadap
penghindaran pajak.

4.9 Pengaruh Corporate Social Responsibility, Kinerja Keuangan (Leverage


& Profitabilitas) danIntensitas Aset Tetap berpengaruhterhadap penghindaran pajak
Corporate Social Responsibility, Kinerja Keuangan (Leverage & Profitabilitas)
dan Intensitas Aset Tetap berpengaruh terhadap penghindaran pajak.. Hasil uji simultan
diperoleh nilai dihitung sebesar 3.109432 > Ftable yaitu sebesar2.606 dengan nilai signifikasi
sebesar 0,005123 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipilih layak
untuk menguji data sehingga dapat Corporate Social Responsibility, Kinerja Keuangan
(Leverage & Profitabilitas) berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak. Hal ini mengindikasikan
bahwa semakin besar Corporate Social Responsibility, Kinerja Keuangan (Leverage &
Profitabilitas) akan meningkatkan risiko terhadap penghindaran pajak.Sesuai dengan teori
keagenan dimana variabel Corporate Social Responsibility, Kinerja Keuangan (Leverage &
Profitabilitas) secara bersama-sama menyebabkan perusahaan (agent) melakukan asimetris
informasi karena adanya perbedaan kepentingan demi mengupayakan beban pajakseminimal
mungkin. Namun dalam sisi lain berupaya menampilkan kondisi perusahaan melalui laporan
keuangan yang menampilkan kondisi performa terbaik untuk mempengaruhi pemegang
saham (principle) dalam memperolehinvestasi

4.9.1 Pengaruh Corporate SocialResponsibility terhadapPenghindaran Pajak


Hasil penelitian membuktikan bahwa Corporate Social Responsibility tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penghindaran pajak. Pada t hitung 0,815897 yang lebih
kecil dari t tabel 2,02108 dan tingkat signifikan sebesar 0,4206 lebih besar dari taraf
signifikan α =0.05, artinya disimpulkan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh
pada penghindaran pajak. Sehingga H1 ditolak dan dapat diartikan bahwa apabila nilai
pengungkapan CSR benar, maka belum tentu perusahaan akan semaki tidak agresif.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Shinta (2017) bahwa Corporate Social
Responsibility tidak berpengaruh signifikan terhadap agresifitas pajak. Serta sejalan dengan
penelitian Amelia yang menyatakan bahwa ”Corporate Social Responsibility berpengaruh

84
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

negative terhadap Agresivitas pajak Hal ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lanis dan Richardson (2012) dan Kuriah (2016) yang menyatakan bahwa
pengungkapan CSR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas pajak. Yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi level kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan maka
semakin rendah tingkat agresivitas pajak perusahaan. Perbedaan ini dapat dikarenakan
perbedaan item pengungkapan dimana item pengungkapan dalam penelitian Lanis dan
Richardson (2012) menggunakan pengungkapan menurut standar luar negeri yaitu GRI,
sedangkan item pengungkapan CSR yang sesuai dengan kondisi di Indonesia adalah menurut
BAPEPAM.
Indonesia pada awal pelaksanaan CSR masih bersifat sukarela namun sekarang
menjadi sesuatu yang wajib yang diatur dalam UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas. Dengan diwajibkannya kegiatan CSR di Indonesia menyebabkan pengungkapan
CSR oleh setiap perusahaan tidak terdapat variasi yang mencolok karena perusahaan setiap
tahunnya melakukan CSR yang hampir sama.
4.9.2 Pengaruh Leverage terhadapAgresivitas Pajak
Penelitian ini membuktikan bahwa Leverage memiliki pengaruh terhadap penghindaran
pajak. Sesuai dengan hasil t hitung 1.498131 < 2,02108 dan tingkat signifikan sebesar 0,1439
> taraf signifikan α = 0,05. Sehingga H2 ditolak yang artinya variabel leverage tidak
berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal ini sesuai dengan penelitian Shinta (2017)
bahwa Leverage berpengaruh negative terhadap Agresivitas pajak. Leverage dapat
menghasilkan beban bunga yang harus ditanggung perusahaan Semakin tinggi
ketergantungan perusahaan maka semakin besar beban bunga dari leverage yang dimiliki
perusahaan. Beban bunga akan memberikan dampak pengaruh beban pajak perusahaan.
Penelitian ini mendukung penelitian oleh Siregar dan Dini (2015) bahwa semakin
tinggi nilai leverage makan nilai ETR menurun atau terjadi agresivitas pajak, hal ini
disebabkan perusahaan yang memiliki hutang tinggi akan mendapat potongan atas beban
bunga. Sedangkan penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Tiaras dan Wijaya (2015)
bahwaleverage tidak berpengaruh pada agresivitas pajak
4.9.3 Pengaruh Profitabilitas terhadapAgresivitas Pajak
Hasil t hitung di atas dapat dibandingkan dengan nilai t tabel. Nilai t tabel dapat dicari
pada tabel t dengan ketentuan jumlah sampel (n) = 45; jumlah variabel bebas (k) = 4; taraf
signifikan α = 0,05; df = n-k-1 = 45-4-1 = 40, maka
diperoleh nilai ttabel sebesar 2,00324.
Ukuran Perusahaanmempunyai nilai t hitung 1.745546 yang kecil dari t tabel 2,02108
dan tingkat signifikan sebesar 0.0905 lebih besar dari taraf signifikan α = 0,05. Sehingga H3
ditolak yang artinya variabel profitabilitas berpengaruh berpengaruh terhadap agresivitas
pajak.
Semakin tinggi nilai profitabilitas (ROA) maka laba yang dihasilkan tinggi. Laba
sebagai dasar tarif pajak, apabila ROA tinggi maka ETR akan tinggi. Hal ini menggambarkan
bahwa perusahaan dengan nilai ROA tinggi akan semakin taat terhadap pajak dan
meminimalisir tindakanagresivitas pajak (Lanis dan Richardson,2012).
Penelitian ini mendukung penelitian oleh Lanis dan Richardson (2012), Kurniasih dan
Sari (2013), dan Pradipta (2014). Namun tidak konsisten dengan penelitian Jessica dan Toly
(2014) yang mengatakan bahwa return on asset tidak memiliki pengaruh terhadap agresivitas
pajak.

85
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

4.9.4 Pengaruh Intensitas Aset Tetapterhadap Agresivitas Pajak


Mempunyai nilai t hitung 2.885218 yang lebih besar dari t tabel 2,02108 dan tingkat
signifikan sebesar 0.0069 lebih kecil dari taraf signifikan α = 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Intensitas Aset Tetap secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Agresivitas Pajak.
Penelitian ini mendukung penelitian oleh Syahbudi (2018) yang mengatakan bahwa
Intensitas Aset Tetap berpengaruh terhadap agresivitas pajak.Kesimpulan Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis pengaruh Corporate Soacial Responsibility, Kinerja Keuangan,
dan Intensitas Aset Tetap terhadap Agresivitas pajak pada perusahaan sub sektor barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2017- 2021.Berdasarkan
data yang dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan serta pembahasan pada
bagian sebelumnyadapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian bahwa Corporate Social Responsibility, Kinerja Keuangan, dan Intensitas
Aset Tetap berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Besarnya Corporate Social
Responsibility, Kinerja Keuangan, dan Intensitas Aset Tetap simultan mempengaruhi
Agresivitas pajak.
2. Hasil pengujian membuktikan bahwa Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak.
3. Hasil pengujian membuktikan bahwa Leverage tidak berpengaruh terhadap Agresivitas
pajak.
4. Hasil pengujian membuktikan bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
Agresivitas pajak. Hasil pengujian membuktikan bahwa Intensitas Aset Tetap
berpengaruh terhadap Agresivitas pajak

5.2 Keterbatasan Penelitian


1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sehingga jumlah sampel
terbatas.
2. Penelitian ini hanya mengambil jangka waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2017 sampai
dengan 2021, sehingga data yang diambil kemungkinan kurang mencerminkan kondisi
perusahaan dalam jangka panjang.
3. Variabel independen yang digunakan hanya membahas pengaruh internal tidak
menggunakan pengaruh eksternal seperti inflasi, sukuk bunga, nilai tukar rupiah dan
lain-lain

5.3 Saran
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu akuntansi khususnya tentang analisis penghindaran pajak. Serta
diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai faktor- faktor yang dapat
mempengaruhi penghindaran pajak. Dalam proses penelitian ini penulis merasa masih
memiliki banyak keterbatasan. Berdasarkan keterbatasan- keterbatasan yang dirasakan
oleh peneliti selama penelitian ini, maka peneliti memberikansaran untuk perkembangan
penelitian selanjutnya terkait dengan kegiatan penghindaran pajak. Penelitian selanjutnya
diharapkan dapatmemberikan hasilyang lebih maksimal dan lebih berkualitas dengan
mempertimbangkansaran di bawah ini:
1. Untuk akademis pada penelitian selanjutnya disarankan menambahkan sampel selain
perusahaan manufaktur sub sektor barang konsumsi atau memperluas sampel penelitian

86
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

yakni menggunakan perusahaan sektor lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
untuk melihatadanyapengaruh dari variabel terkait diindustri lain terhadap
penghindaranpajak.Menambah atau mengganti variabel- variabel lain selain variabel yang
telah dimasukkan dalam penelitianini. Serta Menambah periode penelitian sehingga
dapat memberikan hasilpenelitian yang lebih baik dan lebihakurat.
2. Untuk investor dapat mempelajari lebih lanjut dalam menganalisis laporan keuangan
dalam menentukanpendanaan investasi dan memfokuskan pada capital intensity
perusahaan dan memahami apakah perusahaan melakukan upaya penghindaran pajak
yang dilegalkan secara udang-undang.
3. Untuk pemerintah terutama Direktorat Jendral Pajak disarankan untuk melakukan
evaluasi dan pengawasan lebih ketat terhadap wajib pajak dalam peraturan perpajakan,
sehingga meminimalisir upaya penghindaran pajak yang seringkali dilakukan oleh wajib
pajak

DAFTAR PUSTAKA
Amelia, 2018 “pengaruh corporate social responsibility, dan corporate governance terhadap
agresivitaspajak ”
Arinda , 2018 “kinerja keuangan dankwalitas audit tax avoidance dengan corporate
governance sebagaivariabel moderasi ”
Arinda, H. & Dwimulyani, S. (2018). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Dan Kualitas
Audit Terhadap Tax Avoidance Dengan Good Corporate Governance Sebagai
Variabel Moderasi. Jakarta: Jurnal Akuntansi Trisakti.
Assitia Rizka Alifa, Nuraini Fitria Sinulingga, Rumintang Oktaviani Sibarani, Waryu,
Suripto(2020) “pengaruh Corporate Social Responsibility, Intensitas Modal dan
Koneksi Politik terhadap AgresivitasPajak”
Ayu Intan Dwiyanti1 I Ketut Jati2 juornal juni 2019“Pengaruh Profitabilitas, Capital
Intensity, dan Inventory Intensity pada Penghindaran Pajak”.
Barly, H. (2018). Pengaruh Leverage Dan Firm Size Terhadap Penghindaran Pajak.
TangerangSelatan: Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas Pamulang.
Basyaib, Fachmi. (2007). Keuangan Perusahaan. Jakarta: Kencana.
Brigham, E.F., dan Houston. (2006). Fundamental of Financial Management:Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan. Jakarta:Salemba Empat.
Budianti, S. & Curry, K. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Dan Capital Intensity
Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Jakarta: Universitas Trisakti.
Dharma, N. B. S. & Noviari, N. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan
Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance. Bali: Universitas Udayana.
Dwiyanti, I. A. I & Jati, I. K. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Capital Intensity, dan
Inventory Intensity pada Penghindaran Pajak. Bali:Universitas Udayana.
Fionasari, 2018 “pengaruh corporate social responsibility, terhadap agresivitaspajak ”
Gunawan , 2017 “pengaruh corporate social responsibility, dan corporate governance
terhadap agresivitaspajak ”
Listika , 2018 “pengaruh corporate social responsibility, kepemilikan mayoritas, dan
corporate governanceterhadap agresivitas pajak ”
Mahlia, Rachel Apriliana, Ratu Husnul, Salsabila Afifah, Holiawati 2020 “Pengaruh
Likuiditas,Leverage, dan Profitabilitas terhadap Agresivitas Pajak”
Novita Adiyani, Rananda Septanta, S.E.,
M. Akt.(2017), Pengaruh Likuiditas, dan Provitabilitas, terhadap Agresivitas Pajak dengan
CSR sebagai Variabel Intervening. novita dan rananda septanta, S.E., M. Akt 2018
87
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

“pengaruh likuiditas dan provitabilitas terhadap agresivitas pajak dengan CSR


sebagai variabel intervening
pratiwi, 2018 “pengaruh kepemilikan institutional dan kinerja keuangan terhadap
penghindaran pajak melaluicorporate governance sebagai media ”
Rahmat Setiawan (2017). “ Pengaruh Penerapan sistem E-Filling dan Tingkat Kepuasan
Wajib Pajak terhadap Efisiensi pelaporan SPTdengan pemahaman internet sebagai
variabel pemoderasi”. UniversitasPamulang.
savitri , 2017 “pengaruh leverage, intensitas persediaan, intensitas asset tetap dan
profitabilitas terhadap agresivitas pajak ”
Shinta budianti, khirtina curry 2018 “pengaruh profitabilitas, likuiditas dan capital intensity
terhadap tax avoidance”
Skripsi Univesitas KristenBandung“Pengaruh ProfitabilitasTerhadap Tax Avoidance 2019.
Sriyana, J. (2014). Metode Regresi Data Panel. Yogyakarta: EKONISIA.
Sugiyono (2015).“ Metode PenelitianManajemen”. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono 2012.“Metodelogi PenelitianBisnis”. Cetakan 15 Bandung: Alfabeta.
Sugiyono 2015:81“Sampel penelitian menentukan besar sampel yang akan diambil untuk
melaksanakan suatu penelitian”.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabeta.
Sujarweni, V. W. (2014). Metode Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
syahibu , 2018 “pengaruh manajemen laba dan intensitas asset tetap terhadap penghindaran
pajak ” Valentika, N. & Nursyiwan, V. I. (2020). Partial Least Square: Effect of
Flexibility of Satisfaction and Loyalty. Economics Jurnal Online Ekonomi dan
Pendidikan, 18(1), 50-57
Vidiyanna Rizal Putri1, Bella Irwasyah Putra2 1 Juni2017“Pengaruh laverage, profitability,
ukuranperusahaan dan proporsi kepemilikan institusional terhadap
taxavoidance”
Widyantari, Putri A.A. Ayu. (2011). Opini audit going concern dan faktor- faktor yang
memengaruhi: studi padaperusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Tesis.
Wiguna, I. P., & Jati, I. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Preferensi Risiko
Eksekutif, dan Capital Intensity Pada Penghindaran Pajak. Bali: Universitas Udayana.
Wigya Shinta, 2017 “pengaruh corporate social responsibility, kinerja keuanggan dan
corporate governanceterhadap agresivitas pajak ”
Winarno, W. W. (2015). Metode Penelitian: Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews, Edisi 1 Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Yoehana, 2013 “pengaruh corporate social responsibility, terhadap agresivitaspajak ”
https://www.kajianpustaka. com/2020/09/konserv atisme- Akuntansi.html
diakses tahun 2021
https://bloginformasiakunta nsi.blogspot.com/201 5/03/konservatisme-
akuntansi-part-1.htmldiakses tahun 2021

88
REALIBLE ACCOUNTING JOURNAL Vol. 2 No. 1, AGUSTUS 2022
e-ISSN 2807-1158
p-ISSN 2808-0807

https://katadata.co.id/yuliawati/indep th/5e9a554f7b34d/gelombang-penghindaran-
pajak-dalam-pusaran- batu-bara diakses tahun 2021 https://penelitianilmiah.com/teknik-
analisis-data/ diakses tahun 202

89

Anda mungkin juga menyukai