ABSTRAK
Karya ilmiah ini bertujuan untuk untuk mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan
pandemi COVID-19 terhadap kegiatan perekonomian dan perpajakan di Indonesia,
mengidentifikasi insentif pajak penghasilan yang diberikan Kementerian Keuangan dan
Direktorat Jenderal Pajak kepada wajib pajak terdampak pandemi COVID-19, dan
mengetahui pertimbangan yang mendasari pemberian insentif pajak penghasilan kepada
wajib pajak terdampak pandemi COVID-19. Insentif PPh yang diberikan meliputi insentif
PPh Pasal 21 DTP, PPh Pasal 22 Impor DTP, PPh Final berdasarkan PP 23 Tahun 2018
DTP, PPh Final Jasa kontruksi P3-TGAI DTP, dan Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25.
Pemberian insentif ini diharapkan dapat memberikan tambahan penghasilan bagi para
pekerja, mempertahankan daya beli masyarakat, memberikan stimulus bagi industri untuk
tetap mempertahankan laju impor, menjaga stabilitas ekonomi, peningkatan ekspor, dan WP
dapat lebih optimal dalam manajemen kas dengan adanya percepatan restitusi.
Kata-kata kunci: Insentif Perpajakan, COVID-19, Pajak Penghasilan
PENDAHULUAN
Dalam sejarah, dunia beberapa kali mengalami keadaan krisis yang disebabkan oleh suatu
wabah penyakit, beredarnya Corona Virus Disease 2019 atau yang selanjutnya disebut COVID-19
menjadi sebuah catatan baru dalam sejarah kehidupan manusia. Pada tahun 2020, seluruh dunia
digemparkan oleh kemunculan suatu wabah yang ditemukan secara tiba-tiba, hal ini berawal dari
sebuah kabar burung yang beredar pada penghujung tahun 2019, telah muncul virus yang menyerupai
Severe-Acute Respiratory Syndrome (SARS) di daerah Wuhan, Ibukota Provinsi Hubei, Tiongkok,
penemuan ini menggegerkan seisi dunia yang panik tanpa persiapan. Pada tanggal 5 Januari 2020,
Badan Dunia untuk Kesehatan atau World Health Organization (WHO) untuk pertama kalinya
mengumumkan bahwa telah muncul sebuah virus baru di Wuhan, Tiongkok, virus tersebut adalah
Corona Virus Disease 2019 yang secara resmi dinamakan COVID-19. COVID-19 menyebar begitu
cepat ke seluruh penjuru dunia dalam skala yang luas, sehingga pada tanggal 11 Maret 2020, WHO
mendeklarasikan bahwa COVID-19 merupakan sebuah pandemi global.
COVID-19 menyebabkan kepanikan massal bagi masyarakat dan pemerintah di tiap-tiap
negara yang terdampak, terlepas dari status kemakmuran ekonomi dan kemajuan teknologi di suatu
negara. Di Indonesia, pada tanggal 13 April 2020, Presiden Joko Widodo secara resmi menetapkan
COVID-19 sebagai bencana nasional melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2020. Semenjak saat itu, masyarakat diimbau untuk melakukan karantina mandiri atau self-
quarantine, yang menyebabkan berbagai kegiatan terutama aktivitas ekonomi di segala sektor ditunda
dan bahkan terpaksa diberhentikan demi memperlambat laju transmisi COVID-19.
COVID-19 melahirkan dampak sosial-ekonomi yang sangat signifikan, selain menyebabkan
kekacauan di bidang kesehatan, COVID-19 juga memaksa dunia untuk memperlambat laju
perekonomian di negara masing-masing, kegiatan dunia usaha mengalami gangguan di bidang
produksi, distribusi, dan kegiatan operasional lainnya, hal ini tentu menghambat kinerja
perekonomian negara.
Dengan keadaan seperti ini, pemerintah dituntut untuk mengelola kebijakan penanganan
pandemi dengan tata kelola yang cepat tanggap melalui sistem manajemen krisis yang baik agar
keadaan perekonomian negara tidak terpuruk, pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan
Direktorat Jenderal Pajak melaksanakan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam rangka
menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional, sekaligus melindungi dan
mempertahankan kemampuan para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.
Dalam penulisan karya tulis tugas akhir ini, penulis akan menganalisis kebijakan yang
dibuat pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak,
dalam pemberian insentif pajak untuk wajib pajak yang terdampak pandemi Corona Virus
Disease 2019 atau COVID-19, terutama insentif pajak penghasilan. Melalui Karya Tulis
Tugas Akhir ini penulis mengangkat judul “Analisis Kebijakan Pemberian Insentif Pajak
Penghasilan Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Coronavirus Disease 2019”. Tujuan
penulisan karya tulis ini adalah untuk mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan pandemi
COVID-19 terhadap kegiatan perekonomian dan perpajakan di Indonesia, mengidentifikasi
insentif pajak penghasilan yang diberikan Kementerian Keuangan dan Direktorat Jenderal
Pajak kepada wajib pajak terdampak pandemi COVID-19, dan mengetahui pertimbangan
yang mendasari pemberian insentif pajak penghasilan kepada wajib pajak terdampak pandemi
COVID-19.
METODE
Penulisan karya ilmiah ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang dikumpulkan oleh penulis langsung dari sumber pertama objek atau subjek
penelitian, sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh penulis tidak
langsung dari sumber pertama objek atau subjek penelitian dan bersifat sebagai data
pendukung. Adapun metode yang digunakan untuk memperoleh data tersebut adalah metode
penelitian kepustakaan dan metode studi dokumen.
Metode penelitian kepustakaan dilakukan dengan mempelajari sejumlah literatur,
buku, jurnal, penelitian sebelumnya, dan peraturan perpajakan yang berlaku terkait dengan
pemberian insentif pajak penghasilan untuk wajib pajak terdampak pandemi COVID-19
2019. Tujuan penelitian kepustakaan ini adalah agar diperolehnya landasan teoritis mengenai
permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini.
Metode studi dokumen adalah metode pengumpulan data dengan menganalisis
kumpulan dokumen yang dapat membantu analisis penulisan karya tulis. Dokumen yang
dapat membantu analisis penulis antara lain dokumen yang menunjukkan data pengaruh
COVID-19 terhadap perekonomian dunia dan proses bisnis wajib pajak baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Insentif PPh Pasal 21 pada PMK No. 86/PMK.03/2020 sttd. PMK No.
110/PMK.03/2020 berupa PPh Pasal 21 ditanggung Pemerintah (DTP) atas penghasilan yang
diterima Pegawai dengan kriteria tertentu diberikan sejak Masa Pajak April 2020 sampai
dengan Masa Pajak Desember 2020. Berdasarkan pasal 2 ayat (3) PMK ini, pegawai yang
dapat menerima insentif PPh 21 DTP harus memenuhi syarat-syarat antara lain:
1. Menerima atau memperoleh penghasilan dari Pemberi Kerja sektor tertentu, yaitu WP
yang termasuk kedalam 1.189 KLU yang terlampir pada Lampiran PMK
86/PMK.03/2020, WP KITE dan WP yang telah mendapatkan izin Penyelenggara Kawasan
Berikat, izin Pengusaha Kawasan Berikat, atau izin PDKB;
2. Memiliki NPWP; dan
3. Pada Masa Pajak yang bersangkutan menerima atau memperoleh Penghasilan Bruto yang
bersifat tetap dan teratur yang disetahunkan tidak lebih dari Rp 200.000.000,00 (dua ratus
juta rupiah).
Untuk menerima manfaat insentif tersebut, pemberi kerja diwajibkan menyampaikan
pemberitahuan kepada kepala KPP tempat Pemberi Kerja terdaftar melaluisaluran tertentu
pada laman www.pajak.go.id. Untuk pemberi kerja yang memiliki kantor pusat dan cabang,
pemberitahuan tersebut hanya perlu dilakukan oleh kantorpusat dan berlaku untuk seluruh
kantor cabang.
2.2. Insentif PPh Final berdasarkan PP 23 Tahun 2018
Insentif PPh Final berdasarkan PP 23 Tahun 2018 pada PMK No. 86/PMK.03/2020
sttd. PMK No. 110/PMK.03/2020 berupa PPh Final PP 23 DTP Atas penghasilan dari usaha
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu diberikan
sejak Masa Pajak April 2020 sampai dengan Masa Pajak Desember 2020. Berdasarkan pasal
6 PMK ini, WP PP 23 Tahun 2010 yang dapat menerima insentif PPh Final PP 23 tahun 2010
DTP harus menyampaikan laporan realisasi PPh final ditanggung Pemerintah melalui saluran
tertentu pada laman www.pajak.go.id tiap bulan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
2.3. Insentif PPh Final Jasa Kontruksi
Insentif PPh Final Jasa Konstruksi pada PMK No. 86/PMK.03/2020 sttd. PMK No.
110/PMK.03/2020 berupa PPh final Jasa atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak Penerima Program Percepatan Peningkatan tata guna Air irigasi (P3-TGAI) DTP sejak
Tanggal 14 Agustus sd Masa Desember 2020. Yang dimaksud WP P3-TGAI adalah
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air
(GP3A). dan/atau Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) yang melaksanakan P3-
TGAI sebagaimana telah ditetapkan olek Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan disahkan
oleh Kepala Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai atau Balai Wilayah Sungai
kementerian Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Untuk menerima manfaat
insentif tersebut, pemotong PPh Final Jasa Kontruksi tersebut diwajibkan menyampaikan
laporan realisasi PPh final ditanggung Pemerintah melalui saluran tertentu pada laman
www.pajak.go.id tiap bulan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
2.4. Insentif PPh Pasal 22 Impor
Insentif PPh Pasal 22 Impor pada PMK No. 86/PMK.03/2020 sttd. PMK No.
110/PMK.03/2020 berupa PPh Pasal 22 Impor dibebaskan dari pemungutan kepada Wajib
Pajak Tertentu berlaku sejak tanggal Surat Keterangan Bebas (SKB) diterbitkan sampai
dengan tanggal 31 Desember 2020. WP tertentu yang dapat memanfaatkan insentif PPh Pasal
22 Impor dibebaskan antara lain;
1. Termasuk kedalam 721 KLU yang terlampir pada Lampiran PMK 110/PMK.03/2020;
2. Telah ditetapkan sebagai WP KITE; dan
3. Telah mendapatkan izin Penyelenggara Kawasan Berikat, izin Pengusaha Kawasan Berikat,
atau izin PDKB.
Untuk menerima manfaat insentif tersebut, WP diwajibkan mengajukan permohonan
SKB melalui saluran tertentu pada laman www.pajak.go.id. Selain itu, Wajib Pajak yang
telah mendapatkan pembebasan PPh Pasal 22 Impor sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
harus menyampaikan laporan realisasi pembebasan PPh Pasal 22 Impor setiap bulan melalui
saluran tertentu pada laman www.pajak.go.id. Laporan realisasi pembebasan PPh Pasal 22
Impor paling lambat disampaikan tanggal 20 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Khusus untuk Masa Pajak April – Juni, laporan realisasi disampaikan paling lambat tanggal
20 Juli 2020.
2.5. Insentif PPh Pasal 25
Terdapat 3 macam jenis insentif PPh Pasal 25 yang dimaksud pada PMK No.
86/PMK.03/2020 sttd. PMK No. 110/PMK.03/2020, yaitu:
1. Insentif PPh Pasal 25 Badan berupa penurunan Tarif dari 25% menjadi 22% berlaku sejak
masa April 2020 sampai dengan Masa Desember 2020;
2. Insentif PPh Pasal 25 Badan berupa pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25 sebesar
30% (tiga puluh persen) dari angsuran PPh Pasal 25 yang seharusnya terutang berlaku
sejak masa April 2020 sampai dengan Masa Juni 2020; dan
3. Insentif PPh Pasal 25 Badan berupa pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25 sebesar
50% (lima puluh persen) dari angsuran PPh Pasal 25 yang seharusnya terutang berlaku
sejak masa Juli 2020 sampai dengan Masa Desember 2020.
WP yang dapat menerima insentif penguran angsuran PPh pasal 25 sebesar 30% dan
50% sesuai dengan poin 1 dan 2 diatas antara lain:
1. Termasuk kedalam 1.013 KLU yang terlampir pada Lampiran PMK 110/PMK.03/2020;
2. Telah ditetapkan sebagai WP KITE; dan
3. Telah mendapatkan izin Penyelenggara Kawasan Berikat, izin Pengusaha Kawasan
Berikat, atau izin PDKB.
Untuk menerima manfaat insentif tersebut, WP diwajibkan pemberitahuan kepada
kepala KPP tempat WP terdaftar melalui laman www.pajak.go.id. dan diwajibkan
menyampaikan laporan realisasi penguran angsuran PPh pasal 25 setiap bulannya melalui
saluran tertentu pada laman www.pajak.go.id tiap bulan paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya. Khusus untuk Masa Pajak April – Juni, laporan ealisasi disampaikan paling
lambat tanggal 20 Juli 2020.
2.6. Perbandinga Insentif Insentif Pepajakan antara PMK No.
44/PMK.03/2020 dan PMK No. 86/PMK.03/2020 sttd. PMK No.
110/PMK.03/2020.
Tabel 3. Perbandingan insentif perpajakan PMK No. 44/PMK.03/2020 dan PMK No.
86/PMK.03/2020 sttd. PMK No. 110/PMK.03/2020
PMK No. 86/PMK.03/2020 sttd. PMK
Bentuk Insentif PMK No. 44/PMK.03/2020
No. 110/PMK.03/2020
Sektor tertentu (1.189 KLU), WP
Sektor tertentu (1.062
KITE & KB
1. PPh KLU), WP KITE &
Insentif s.d. Desember 2020
Pasal 21 Kawasan Berikat (KB).
Pemberitahuan pusat & cabang
Ditanggung Insentif s.d. September
(WP KITE & KB)
Pemerintah 2020.
Pemberitahuan hanya disampaikan
(DTP). Pemberitahuan pusat &
pusat & berlaku untuk semua cabang
cabang.
(WP sektor tertentu/KLU)
WP PP 23 Tahun 2018
WP harus mengajukan
Surat Keterangan & WP PP 23 Tahun 2018
menyampaikan Laporan WP tidak perlu mengajukan Surat
2. PPh Final
Realisasi untuk Keterangan, cukup
UMKM
memanfaatkan insentif menyampaikan Laporan Realisasi
Ditanggung
Laporan Realisasi tiap Laporan Realisasi tiap bulan p.l.
Pemerintah.
bulan p.l. tgl 20 bulan tgl 20 bulan berikut
berikutnya Insentif s.d. Desember 2020
Insentif s.d. September
2020
3. PPh Final TIDAK DIATUR WP penerima P3-TGAI
Jasa Laporan Realisasi tiap bulan p.l.
Kontruksi tgl 20 bulan berikut
Penerima
Insentif s.d. Desember 2020
P3-TGAI
Sektor tertentu (721 KLU)
Sektor tertentu (431
WP KITE & KB
3. Pembeba KLU)
Insentif s.d. Desember 2020
san PPh WP KITE & KB
Pelaporan April-Juni: paling
Pasal 22 Insentif s.d. September
Impor. lambat 20 Juli 2020
2020
Pelaporan Juli-Des: setiap bulan
Pelaporan 3 bulanan
p.l. tgl 20 bulan berikutnya
4. Penguran Sektor tertentu (1.013 KLU)
Sektor tertentu (846
gan WP KITE & KB
KLU)
Angsuran Insentif s.d. Desember 2020
WP KITE & KB
PPh PasaL Pelaporan :
Insentif s.d. September
25 sebesar April-Juni: paling lambat 20 Juli
2020
30% dan 2020
50% Pelaporan 3 bulanan
Juli-Des: setiap bulan p.l. tgl 20
bulan berikutnya
Sumber: Diolah Penulis
KESIMPULAN
Menanggapi dampak negatif pandemic COVID-19 terhadap pertumbuhan ekonomi
dan penerimaan perpajakan, Pemerintah melaksanakan program PEN dalam rangka
menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional, sekaligus melindungi
dan mempertahankan kemampuan para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Salah
satu cara yang dilakukan Pemerintah adalah dengan memberikan insentif perpajakan PPh
melalui PMK No. 86/PMK.03/2020 sttd. PMK No. 110/PMK.03/2020. Insentif PPh yang
diberikan meliputi insentif PPh Pasal 21 DTP, PPh Pasal 22 Impor DTP, PPh Final
berdasarkan PP 23 Tahun 2018 DTP, PPh Final Jasa kontruksi P3-TGAI DTP, dan
Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25. Pemberian insentif ini diharapkan dapat memberikan
tambahan penghasilan bagi para pekerja, mempertahankan daya beli masyarakat,
memberikan stimulus bagi industri untuk tetap mempertahankan laju impor, menjaga
stabilitas ekonomi, peningkatan ekspor, dan WP dapat lebih optimal dalam manajemen kas
dengan adanya percepatan restitusi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2020). Berita Resmi Statistik No. 39/05/TH. XXIII. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2020). Kajian Stabilitas Keuangan No. 34, Maret 2020 (KSK 34).
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
DDTC. (2020, November 14). APBN Perubahan 2020, Penerimaan Pajak Turun 23,65%
dari Target Awal. Diambil kembali dari DDTC: https://news.ddtc.co.id/apbn-
perubahan-2020-penerimaan-pajak-turun-2365-dari-target-awal-20078.
DDTC. (2020, November 14). Lengkap! Ini Realisasi Penerimaan Perpajakan Per Akhir
April 2020. Diambil kembali dari DDTC: https://news.ddtc.co.id/lengkap-ini-
realisasi-penerimaan-perpajakan-per-akhir-april-2020-21046?page_y=1160
DDTC. (2020, 14 November). Postur APBN 2020 Direvisi Karena Pandemi Corona, Ini
Perinciannya. Diambil kembali dari DDTC: https://news.ddtc.co.id/postur-apbn-
2020-direvisi-karena-pandemi-corona-ini-perinciannya-20075?page_y=5
International Monetary Fund. (2020, April). World Economic Outlook. Washington D.C.:
International Monetary Fund.
World Health Organization. (2020). Situation Report Number 142. Geneva: World Health
Organization.