Diterima Pertama The quality of budgeting is an instrument to assess the performance of the
21 Juni 2018 entity. Analysis of budget execution can be engaged by comparing budget
realization in LRA and budget in DIPA. The budgetary variances arise due
Dinyatakan Diterima to differences, but unfortunately the government has not been intensively
using variance analysis as an evaluation of budgeting. The qualitative
21 Desember 2018
research with this case study approach aimed to analyze the variance of
the budget and relate it to the performance assessment of Foreign
KATA KUNCI:
Corporate and Individual Tax Service Office. The results showed the
Varians, Anggaran, Kinerja.
absorption rate of 94,42% with variance (difference) of IDR974.697.831
or equivalent to 5,58% for expenditure activities. The absorption of the
KLASIFIKASI JEL: budget encourages the achievement of output targets and Key
H61, H68 Performance Indicators (IKU) that impact on the Performance Value
Organization (NKO) at a good level of 93,57%. The study recommends the
importance of reviewing the accuracy of the expenditure allocation and
budgeting must also meet the criteria of Architecture and Performance
Information (ADIK).
ABSTRAK
Kualitas penganggaran belanja merupakan instrumen untuk menilai
kinerja satuan kerja. Analisis pelaksanaan anggaran dapat dilakukan
dengan membandingkan realisasi anggaran pada Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan anggaran pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA). Varians anggaran belanja timbul akibat perbedaan, namun
sayangnya pemerintah belum intensif menggunakan analisis varians
sebagai evaluasi penganggaran. Penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi kasus ini bertujuan menganalisis varians anggaran belanja dan
mengaitkannya dengan penilaian kinerja KPP Badan dan Orang Asing.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat penyerapan anggaran 94,42%
dengan varians (selisih) sebesar Rp974.697.831 atau setara dengan
5,58% untuk kegiatan belanja. Penyerapan anggaran tersebut
mendorong tercapainya target keluaran dan Indikator Kinerja Utama
(IKU) yang berdampak pada Nilai Kinerja Organisasi (NKO) pada level
baik yakni 93,57%. Studi merekomendasikan agar ditinjau kembali
apakah alokasi belanja telah didistribusikan pada pos-pos yang tepat
sehingga realisasi lebih baik lagi. Penyusunan anggaran juga harus
memenuhi kriteria Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) mengingat
kompleksitas revisi jenis belanja.
Halaman 348
ANALISIS VARIANS ANGGARAN BELANJA UNTUK PENGUKURAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.348-363
KINERJA | STUDI TERAPAN PADA KPP BADAN DAN ORANG ASING
Halaman 349 Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan
bahwa analisis varians dilakukan untuk memahami 1.2. Tujuan dan Kerangka Pemikiran
perbedaan antara kinerja aktual dengan beberapa Atas dasar pertimbangan serta melihat
tingkatan kinerja yang telah direncanakan atau penelitian mengenai varians anggaran belanja yang
ditargetkan sebelumnya serta merupakan sebuah dikaitkan dengan kinerja organisasi khususnya
bentuk umpan balik yang penting bagi organisasi. pemerintah belum banyak dilakukan, maka peneliti
Luckett & Enggleton dalam Emsley (2000) juga tertarik untuk menghitung varians anggaran
menambahkan bahwa analisis varians dapat belanja yang terjadi pada tahun anggaran 2016
dijalankan melalui tiga proses tahapan yakni tahap untuk kemudian melihat pengaruhnya terhadap
pertama, dengan menghitung besarnya varians; penilaian capaian kinerja KPP Badan dan Orang
langkah kedua, mengidentifikasi permasalahan Asing. Penelitian ini bertujuan untuk:
yang menimbulkan varians, dan yang ketiga,
menemukan penyebab permasalahan tersebut. 1.2.1. mengetahui besarnya total varians dalam
Penggunaan analisis ini tidak hanya terbatas pada pelaksanaan anggaran belanja pada KPP
organisasi bisnis saja namun juga bisa diterapkan Badan dan Orang Asing,
pada organisasi pemerintahan guna mengevaluasi 1.2.2. melakukan identifikasi masalah penyebab
kinerja organisasi dalam hal efektivitas terjadinya varians tersebut, menunjukkan
dan efisiensi. pengaruhnya terhadap pengukuran dan
Penilaian kinerja KPP Badan dan Orang Asing penilaian kinerja, serta
melalui mekanisme Nilai Kinerja Organisasi (NKO) 1.2.3. memberikan masukan penyelesaian atas
yang berbasis Balanced Scorecard, memasukkan varians yang terjadi sehingga KPP Badan dan
realisasi anggaran belanja sebagai salah satu Orang Asing dapat melakukan perbaikan
Sasaran Strategis/Indikator Kinerja Utama (IKU) yang berkelanjutan dalam rangka
yang ikut diperhitungkan dalam perspektif menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
learning and growth. Sasaran strategis ini kantor pelayanan pajak.
mengambil porsi 10% dari total penilaian
keseluruhan kinerja organisasi dan menempati Penelitian ini dibatasi ruang lingkupnya hanya
urutan ketiga setelah realisasi penerimaan pajak untuk tahun anggaran (TA) 2016, sebagai case
dan extra effort dalam perspektif stakeholder yang study. Dalam melakukan analisis varians pada KPP
merupakan tugas dan fungsi utamanya sebagai Badan dan Orang Asing, peneliti menggunakan
kantor pelayanan pajak. Melihat kenyataan anggaran belanja pada Rencana Kerja dan
tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) dan
realisasi anggaran belanja memiliki peran penting DIPA KPP Badan dan Orang Asing TA 2016 sebagai
dalam menentukan capaian kinerja KPP Badan dan biaya standar dan angka realisasi belanja pada
Orang Asing yang diukur berdasarkan NKO, Laporan Realisasi Angggaran (LRA) dan Laporan
sehingga semakin besar nilai varians anggaran Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) sebagai
belanja maka akan berdampak pada semakin biaya aktual. Anggaran dan realisasi belanja
rendahnya nilai kinerja KPP Badan dan Orang kemudian dibandingkan dan dihitung selisihnya
Asing. Namun sebagaimana pada umumnya, untuk menentukan varians belanja yang terjadi
varians anggaran belanja masih belum mendapat kemudian dianalisis pengaruhnya terhadap
perhatian serius dari organisasi-organisasi pengukuran kinerja yang dituangkan dalam NKO.
pemerintah, termasuk KPP Badan dan Orang Asing. Kerangka pemikiran studi ini diorganisasikan
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.
Sumber: Disesuaikan dari pemodelan Luckett & Enggleton dalam Emsley (2000)
ANALISIS VARIANS ANGGARAN BELANJA UNTUK PENGUKURAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.348-363
KINERJA | STUDI TERAPAN PADA KPP BADAN DAN ORANG ASING
Halaman 351 Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan
oriented maupun nonprofit oriented yang telah digunakan secara meluas pada organisasi
dihasilkan selama satu periode waktu yang telah nirlaba maupun pemerintahan di seluruh dunia.
ditentukan. Kinerja merupakan suatu istilah yang Sejak tahun 2007, pemerintah, dalam hal ini
secara umum digunakan untuk sebagian atau Kementerian Keuangan telah menetapkan
seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu penggunaan metode Balanced Scorecard dalam
organisasi pada suatu periode dengan referensi pengelolaan kinerja yang bertujuan agar kinerja
pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa menjadi terukur dan terarah. Staf Pengajar Jurusan
lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar Pendidikan Akuntansi UNY (2008: 15)
efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas mengatakan: “Sebagai alat evaluasi kinerja,
manajemen dan semacamnya. Oleh karena itu, Balanced Scorecard mengimplementasi program
disebutkan bahwa “Organizations need highly perbaikan yang berkelanjutan (continuous
performing individuals in order to meet their goals, improvement programs) yaitu mengukur kinerja
to deliver the products and services they specialized organisasi secara komprehensif dan seksama
in, and finally to achieve competitive advantage. untuk mencapai target kinerja yang diharapkan.”
Performance is also important for the individual” Balanced Scorecard terdiri dari empat perspektif
(Sonnentag dan Frese, 2001). yaitu perspektif finansial (Finansial Perspective),
Pengukuran kinerja merupakan unsur yang pelangggan (Customer Perspective), proses bisnis
sangat penting untuk menilai akuntabilitas internal (Internal Process Perspective), serta
organisasi dan manajer dalam menghasilkan pertumbuhan dan pembelajaran (Learning and
pelayanan publik yang lebih baik. Selain itu, Growth Perspective) yang semuanya mampu
pengukuran kinerja juga membawa banyak menggambarkan adanya keseimbangan antara
manfaat bagi organisasi. Mardiasmo (2004) tujuan jangka pendek dan jangka panjang antara
menjelaskan terdapat tiga maksud dalam ukuran finansial dan nonfinansial. Keempat
pengukuran kinerja yaitu membantu memperbaiki perspektif ini kemudian menjadi bagian dari
kinerja pemerintah, pengalokasian sumber daya penjabaran NKO Kementerian Keuangan tidak
dan pembuatan keputusan, dan mewujudkan terkecuali pada Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan
pertanggungjawaban publik dan memperbaiki satker vertikalnya guna mengukur dan menilai
komunikasi kelembagaan. kinerja unit yang telah memiliki peta strategi.
Keberhasilan suatu organisasi dapat
dilakukan melalui dua penilaian yaitu dengan 2.3. Pengukuran Kinerja
mengevaluasi kinerja finansial dan kinerja Witjaksono dalam Husain (2014) menyatakan
nonfinansial. Evaluasi kinerja finansial saja tidak varians atau selisih adalah perbedaan antara suatu
bisa mencerminkan kinerja organisasi yang rencana atau target dan suatu hasil. Varians
sesungguhnya karena hanya melihat dari satu tersebut menyangkut ketiga elemen biaya produksi
faktor saja. Oleh karena itu, untuk menilai kinerja yaitu: varians bahan baku, varians tenaga kerja dan
organisasi dapat dilakukan dengan mengukur varians overhead pabrik. Selisih biaya produksi
kinerja yang terintegrasi baik bersifat finansial yang dikeluarkan kemudian dianalisis dengan
maupun nonfinansial. Penilaian tersebut dapat biaya standar dan dari analisis ini diselidiki
ditemukan dalam model evaluasi berbasis penyebab terjadinya, untuk kemudian dicari jalan
Balanced Scorecard. untuk mengatasi terjadinya selisih yang
Balanced Scorecard (BSC) merupakan sebuah merugikan. Hansen & Mowen (2005: 373)
konsep pengukuran kinerja yang pertama kali menuturkan bahwa “Unfavorable (U) variances
diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. occur whenever actual prices or usage of inputs are
Norton melalui majalah Harvard Business Review greater than standard prices or usage. When the
pada tahun 1992. Konsep ini dianggap dapat opposite occurs, favorable (F) variances are
membantu organisasi untuk menerjemahkan visi obtained.”
dan strategi organisasi ke dalam aksi dengan Tidak berbeda dengan sektor swasta, varians
memanfaatkan sekumpulan indikator yang tidak juga dapat dijadikan sebagai salah satu alat analisis
hanya terbatas dalam aspek keuangan saja namun dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan anggaran
juga melibatkan aspek nonkeuangan yang terjalin organisasi sektor publik. Hal ini karena varians
dalam sebuah hubungan sebab-akibat. Dalam BSC, dianggap dapat memberikan indikasi atau suatu
kinerja organisasi diukur dengan menggunakan peringatan bahwa operasi tidak berjalan
sebuah alat ukur komprehensif yang menggunakan sebagaimana yang direncanakan semula
empat perspektif untuk menggabungkan kedua (Witjaksono, 2013: 155). Menurut Lastowo (2010:
aspek tersebut, yaitu perspektif keuangan, 18) varians ini dapat digunakan untuk mengukur
perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, prestasi, memperbaiki efisiensi, dan memberi
serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. perlakuan tertentu terhadap fungsi yang
Dalam perkembangannya, BSC yang dulu bertanggung jawab. Jika kita beranggapan
digunakan hanya pada bisnis dan industri kini juga anggaran yang disusun telah sesuai dan benar
maka menjadi kewajiban untuk kita agar
ANALISIS VARIANS ANGGARAN BELANJA UNTUK PENGUKURAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.348-363
KINERJA | STUDI TERAPAN PADA KPP BADAN DAN ORANG ASING
Halaman 353 Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan
Sumber: Diolah dari DIPA Petikan Halaman IA.1 TA 2016 KPP Badan dan Orang Asing
Tabel 1 menjelaskan bahwa dalam rangka sebagai satuan ukurnya. Output database
menjalankan Kegiatan Pelaksanaan Penyuluhan, perpajakan memiliki volume target 1 (satu)
Pelayanan, Pengawasan dan Konsultasi Perpajakan database, output dukungan layanan perkantoran
di Daerah pada tahun anggaran 2016, KPP Badan dan layanan perkantoran sama-sama memiliki
dan Orang Asing memiliki 5 (empat) jenis output volume target 12 (dua belas) bulan layanan, dan
yang harus dicapai, yaitu database perpajakan output perangkat pengolah data dan komunikasi
(008) dan dukungan layanan perkantoran (017) serta peralatan dan fasilitas perkantoran memiliki
sebagai output utama terkait dengan pelaksanaan volume target masing-masing 23 (dua puluh tiga)
tugas dan fungsinya sebagai kantor pelayanan dan 20 (dua puluh) unit.
pajak serta layanan perkantoran (994), perangkat Guna mendukung tercapainya volume target
pengolah data dan komunikasi (996), dan output yang telah disusun tersebut, baru kemudian
peralatan dan fasilitas perkantoran (997) sebagai anggaran dihitung, dialokasikan, dan diusulkan
output pendukung dalam rangka mencapai output dalam dokumen penganggaran RKA-K/L yang
utama. disusun dua tahun sebelum tahun pelaksanaan.
Dengan diterapkannya penganggaran Anggaran yang diusulkan tersebut kemudian
berbasis kinerja (PBK) dalam penyusunan ditetapkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan
anggaran pemerintah, KPP Badan dan Orang Asing Anggaran (DIPA) setelah melalui beberapa proses
juga ikut menyusun anggaran belanja dengan penyesuaian yang sejalan dengan proses
berorientasi kepada output yang ingin dicapai penyusunan APBN. Adapun anggaran yang
untuk tahun berkenaan. Berhasil atau tidaknya dialokasikan pada masing-masing output yang
suatu organisasi salah satunya dinilai dari tercantum dalam DIPA KPP Badan dan Orang Asing
pencapaian target atas output tersebut. Setiap TA 2016, yang dirinci per jenis belanja, tercantum
output tentunya memiliki sejumlah volume target pada Tabel 2.
Sumber: Diolah dari DIPA Petikan Halaman II.1 TA 2016 KPP Badan dan Orang Asing
Dari data yang disajikan pada tabel di atas dalam rangka menjalankan Kegiatan Pelaksanaan
dapat diketahui bahwa KPP Badan dan Orang Asing Penyuluhan, Pelayanan, Pengawasan dan
memperoleh dana sebesar Rp 15.106.625.000 guna Konsultasi Perpajakan di Daerah selama tahun
membiayai pelaksanaan tugas dan fungsi (belanja anggaran 2016. Dana tersebut selanjutnya di-
barang), operasional (belanja pegawai dan barang), breakdown sesuai jenis output, yaitu sebesar Rp
dan pengadaan barang modal (belanja modal) 41.240.000 untuk output database perpajakan yang
ANALISIS VARIANS ANGGARAN BELANJA UNTUK PENGUKURAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.348-363
KINERJA | STUDI TERAPAN PADA KPP BADAN DAN ORANG ASING
Halaman 355 Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan
Database
1 41.240 16.162 39,19 25.078 60,81 F
Perpajakan
Dukungan
2 Layanan 313.950 261.675,953 83,35 52.274,047 16,65 F
Perkantoran
ANALISIS VARIANS ANGGARAN BELANJA UNTUK PENGUKURAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.348-363
KINERJA | STUDI TERAPAN PADA KPP BADAN DAN ORANG ASING
Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan
Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan Halaman 356
Layanan 886.085,01
3 14.515.369 13.629.283,981 93,90 6,10 F
Perkantoran 9
Perangkat
Pengolah Data
4 153.913 147.757 96,00 6.156 4,00 F
dan
Komunikasi
Peralatan dan
5 Fasilitas 82.153 75.594,585 92,02 6.558,415 7,98 F
Perkantoran
974.697,83
Jumlah 15.106.625 14.131.927,169 94,42 5,58
1
Sumber: Diolah dari Laporan POK TA 2016 KPP Badan dan Orang Asing
Tabel 3. di atas menunjukkan setiap varians yaitu staf senior Seksi PDI pada KPP Badan dan
belanja untuk masing-masing output kegiatan Orang Asing, yang menyatakan bahwa jika dilihat
diberi label F (Favorable). Hal ini terjadi karena dari besarnya persentase, IKU kualitas pelaksanaan
Pemerintah Indonesia menggunakan basis anggaran menduduki peringkat ketiga setelah IKU
maksimal dalam menyusun anggaran belanja, yang realisasi penerimaan negara dan extra effort yang
artinya anggaran belanja yang dialokasikan kepada masing-masing berbobot 12,5% dari total bobot
tiap-tiap satuan kerja merupakan batasan tertimbang perhitungan NKO. Itu artinya di
maksimal yang dapat dibelanjakan oleh satker samping realisasi penerimaan negara dan extra
untuk tahun bersangkutan. Satuan kerja tidak effort yang merupakan IKU utama dari kantor
diperkenankan melakukan belanja dalam jumlah pelayanan pajak, kualitas pelaksanaan anggaran
melebihi yang telah dianggarkan, kecuali jika lah yang memiliki posisi tertinggi dalam penilaian
terdapat kebutuhan mendesak yang kemudian kinerja KPP Badan dan Orang Asing.
dilakukan melalui mekanisme revisi dan disetujui Berikut ini merupakan hasil penilaian kinerja
oleh pemerintah. Oleh karena itu, analisis varians triwulan IV tahun anggaran 2016 pada KPP Badan
yang dilakukan pada satuan kerja Pemerintah dan Orang Asing yang menerapkan konsep BSC
hampir selalu menunjukkan jumlah yang yang dijabarkan dan dijelaskan menurut jenis
menguntungkan (Favorable). Selain itu, dapat perspektif dalam NKO-nya.
dilihat jumlah varians (selisih) belanja yang terjadi
pada KPP Badan dan Orang Asing secara 4.3.1. Perspektif Pemangku Kepentingan
keseluruhan adalah sebesar Rp974.697.831 atau (Stakeholder Perspective)
5,58% dari total anggaran yang ditetapkan. Selisih Menurut Niven (2003), organisasi
pada output database perpajakan (008) adalah nonprofit/publik yang menggunakan BSC dapat
sebesar Rp25.078.000 (60,81%), dukungan memodifikasi perspektif yang digunakan baik dari
layanan perkantoran (017) sebesar Rp52.274.047 segi jumlah maupun jenis. Modifikasi ini dilakukan
(16,65%), layanan perkantoran (994) sebesar sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam
Rp886.085.019 (6,10%), perangkat pengolah data merefleksikan strateginya secara lebih baik.
dan komunikasi (996) sebesar Rp6.156.000 (4%), Sebagai organisasi pemerintahan, tujuan
serta peralatan dan fasilitas perkantoran (997) didirikannya KPP Badan dan Orang Asing adalah
sebesar 6.558.415 (7,98%). bukan untuk memaksimalisasi hasil-hasil
keuangan, akan tetapi lebih kepada keseimbangan
4.3. Pengukuran dan Penilaian Kinerja KPP pertanggungjawaban keuangan (anggaran) melalui
Badan dan Orang Asing pelayanan yang diberikan kepada pihak-pihak yang
Nilai varians yang semakin kecil berkepentingan (stakeholder) sesuai dengan visi
menunjukkan penyerapan anggaran yang semakin dan misi organisasi pemerintah. Stakeholder
tinggi. Dalam penyusunan Nilai Kinerja Organisasi dimaksud meliputi masyarakat, Dewan Perwakilan
(NKO), penyerapan anggaran akan menjadi salah Rakyat (DPR), Kementerian/Lembaga (K/L),
satu komponen penentu dalam pengelolaan bahkan termasuk Direktorat Jenderal Pajak sebagai
anggaran yang optimal (IKU 10a-N) yang diukur instansi induk. Mengingat kedudukannya sebagai
berdasarkan persentase kualitas pelaksanaan organisasi penghimpun pajak, maka perspektif ini
anggaran sebagai bagian dari Learning & Growth utamanya digunakan untuk menilai kemampuan
Perspective pada KPP Badan dan Orang Asing. KPP Badan dan Orang Asing dalam rangka
Kualitas pelaksanaan anggaran memiliki porsi yang mencapai target penerimaan pajak yang menjadi
cukup signifikan, yaitu 10% atau satu per tiga dari tanggung jawabnya. Adapun target dan realisasi
30% total bobot tertimbang perhitungan NKO. Hal terkait perspektif pemangku kepentingan
ini juga dipertegas oleh salah satu narasumber, ditunjukkan pada Tabel 4.
ANALISIS VARIANS ANGGARAN BELANJA UNTUK PENGUKURAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.348-363
KINERJA | STUDI TERAPAN PADA KPP BADAN DAN ORANG ASING
Halaman 357 Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan
Sumber: Laporan Nilai Kinerja Organisasi KPP Badan dan Orang Asing TA 2016 (Seksi PDI)
4.3.2. Perspektif Pelanggan (Customer Perspective) pembayar pajak atau yang kerap disebut dengan
Pelanggan merupakan pihak yang terkait istilah wajib pajak (WP). Perspektif pelanggan pada
langsung dengan pelayanan yang diberikan oleh KPP Badan dan Orang Asing sebagai organisasi
suatu organisasi. Pada dasarnya perspektif pemerintah dinilai melalui tingkat pemenuhan
pelanggan antara organisasi pemerintahan dengan layanan yang diberikan dan besarnya tingkat
organisasi bisnis adalah sama, yaitu mengetahui kepatuhan wajib pajak terdaftar baik secara formal
bagaimana pelanggan melihat organisasi. maupun material. Besarnya target dan realisasi
Perbedaannya hanya terletak pada siapa yang 2016 untuk perspektif ini ditunjukkan pada Tabel
menjadi pelanggannya. Pelanggan utama bagi KPP 5.
Badan dan Orang Asing adalah masyarakat
Sumber: Laporan Nilai Kinerja Organisasi KPP Badan dan Orang Asing TA 2016 (Seksi PDI)
4.3.3. Perspektif Proses Internal (Internal Process untuk menciptakan nilai bagi stakeholder dan
Perspective) customer guna membangun keunggulan organisasi
Perspektif proses internal menunjukkan melalui perbaikan proses internal organisasi
rangkaian proses dalam suatu unit organisasi secara berkelanjutan. Dalam perspektif ini,
ANALISIS VARIANS ANGGARAN BELANJA UNTUK PENGUKURAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.348-363
KINERJA | STUDI TERAPAN PADA KPP BADAN DAN ORANG ASING
Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan
Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan Halaman 358
organisasi mengidentifikasi proses kunci yang mencerminkan pelaksanaan tugas dan fungsi
harus dikelola dengan baik agar terbangun sebagai kantor pelayanan pajak, seperti pelayanan
keunggulan organisasi (Gaspersz, 2006). Pada KPP dan penyuluhan, pengawasan, pemeriksaan, serta
Badan dan Orang Asing, komponen perspektif penyidikan dan penagihan yang target dan
proses internal yang diperhitungkan dalam NKO capaiannya dijabarkan lebih lanjut pada tabel
untuk tahun 2016 adalah semua hal yang berikut.
Persentase penyelesaian
5c-N pemeriksaan oleh Petugas Pemeriksa 100,00% 6,25% 33,33% 6,25%
Pajak
Halaman 359 Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan
Tabel 7. Target dan Realisasi Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan pada NKO
KPP Badan dan Orang Asing Tahun Anggaran 2016
Sumber: Laporan Nilai Kinerja Organisasi KPP Badan dan Orang Asing TA 2016 (Seksi PDI)
Berdasarkan uraian target dan realisasi NKO nilai sebesar 97, 35% atas target sebesar 95%. IKU
untuk masing-masing perspektif di atas diperoleh ini mencerminkan penyerapan anggaran sekaligus
kesimpulan bahwa hasil penilaian kinerja KPP pencapaian output pelaksanaan anggaran yang
Badan dan Orang Asing hingga triwulan IV adalah tercantum dalam DIPA tahun anggaran 2016 KPP
sebesar 93,57%. Besaran NKO ini termasuk dalam Badan dan Orang Asing.
kategori baik (90%-100%) jika mengacu pada Realisasi untuk IKU 10a-N sebesar 97,35%
penjelasan yang disampaikan oleh narasumber berbeda dengan persentase penyerapan anggaran
dari Seksi PDI, sebagai pihak yang bertugas pada Tabel 3 yang nilainya hanya sebesar 94,42%.
mengumpulkan dan melakukan perhitungan NKO Narasumber yang dalam hal ini adalah Bendahara
KPP Badan dan Orang Asing setiap tahunnya. Pengeluaran pada KPP Badan dan Orang Asing
Persentase tersebut diperoleh atas hasil menjelaskan bahwa perbedaan tersebut terjadi
konsolidasi dari seluruh nilai kinerja perspektif karena angka sebesar 94,42% merupakan nilai
(NKP) dalam peta strategis di atas, dimana realisasi atas keseluruhan anggaran dalam DIPA
perspektif pemangku kepentingan menyumbang yang mencakup seluruh jenis belanja, baik belanja
sebesar 16,4% dari total 25%, perspektif pegawai (51), belanja barang (52), maupun belanja
pelanggan sebesar 13,74% dari total 15%, modal (53). Adapun untuk menghitung persentase
perspektif proses bisnis sebesar 29, 18% dari 30%, kualitas pelaksanaan anggaran dalam IKU 10a-N
dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan pada sasaran strategis pengelolaan anggaran yang
sebesar 34,25% dari total 30%. optimal, penyerapan anggaran hanya terbatas pada
Sebagai satu-satunya yang berhasil realisasi belanja barang dan modal saja untuk
melampaui target dalam NKO, NKP pembelajaran kemudian dihitung bersama dengan pencapaian
dan pertumbuhan ditopang oleh 3 (tiga) nilai keluaran (output) dalam DIPA.
sasaran strategis (NSS), salah satunya berasal dari Mengingat KPP Badan dan Orang Asing tidak
nilai sasaran strategis pengelolaan anggaran yang memiliki pagu kontrak untuk TA 2016, maka
optimal yang diukur berdasarkan persentase perhitungan realisasi IKU 10a-N dapat dijabarkan
kualitas pelaksanaan anggaran (IKU 10a-N) dengan sebagai berikut:
ANALISIS VARIANS ANGGARAN BELANJA UNTUK PENGUKURAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.348-363
KINERJA | STUDI TERAPAN PADA KPP BADAN DAN ORANG ASING
Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan
Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan Halaman 360
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor namun dengan harga lebih rendah yang
158 Tahun 2014 yang ditindaklanjuti dengan Surat dilakukan oleh Pejabat Pengadaan untuk TA
Edaran Nomor SE-32/MK.1/2015 dan S- 2016 (efisiensi).
236/PJ.013/2016 ditegaskan bahwa persentase Salah satu faktor penyebab terjadinya varians
kualitas pelaksanaan anggaran dalam IKU satker dalam anggaran belanja yang perlu mendapat
sedikitnya harus mencapai 95% (sembilan puluh penekanan dari penjelasan tersebut adalah perihal
lima persen) dari yang telah dianggarkan. Hal ini revisi anggaran dalam DIPA yang masih terhitung
menunjukkan bahwa meskipun KPP Badan dan sulit untuk dijalankan bukan hanya bagi KPP Badan
Orang Asing masih memiliki varians belanja dan Orang Asing sendiri namun juga untuk hampir
sebesar Rp974.697.831 atau 5,58% dari total seluruh satker pemerintahan. Jarak antara proses
anggaran, namun realisasi sasaran strategis perencanaan anggaran dan pelaksanaan anggaran
pengelolaan anggaran yang optimal sebesar yang cukup lama, perubahan keadaan
97,35% telah berhasil melampaui target yang atau perubahan prioritas yang tidak diantisipasi
ditetapkan dan telah berhasil memberikan pada saat proses perencanaan, perubahan
kontribusi yang maksimal, sebesar 10%, bagi metodologi pelaksanaan kegiatan, perubahan
proses penilaian kinerja (NKO) KPP Badan dan kebijakan pemerintah dalam tahun anggaran
Orang Asing untuk tahun anggaran 2016. berjalan seperti penghematan anggaran adalah
Perolehan NKO sebesar 93,57% mencerminkan beberapa alasan yang dibenarkan dalam
keberhasilan KPP Badan dan Orang Asing dalam melakukan revisi anggaran. Namun, munculnya
menjalankan kinerjanya dengan baik terlebih lagi stereotype yang menyebutkan bahwa revisi adalah
melalui proses pelaksanaan dan pengelolaan bentuk ketidakbecusan dalam penganggaran yang
anggaran yang efisien yang tercermin dari adanya dilakukan oleh satker serta dengan adanya
varians sebesar Rp974.697.831. pembagian kewenangan revisi dalam tiga level,
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti yaitu kewenangan Kuasa Pengguna Anggaran
lakukan kepada Bendahara Pengeluaran KPP (KPA), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Badan dan Orang Asing, varians belanja pada KPP Perbendaharaan, dan Direktorat Jenderal Anggaran
Badan dan Orang Asing yang terjadi utamanya (DJA), menjadi halangan yang cukup besar bagi
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: satker untuk melakukan revisi jika dihadapkan
1. Dikeluarkannya 2 (dua) Instruksi Presiden RI, pada sisa tahun pelaksanaan anggaran yang relatif
yaitu nomor 4 dan 8 tahun 2016 terkait singkat.
penghematan dan pemotongan belanja K/L Tiap kewenangan revisi, baik berupa
dalam rangka pelaksanaan APBN TA 2016. pergeseran, penambahan, maupun pengurangan
2. Mekanisme revisi anggaran yang cukup sulit memiliki ruang lingkup dan persyaratan yang
dan memakan waktu terutama untuk revisi berbeda. Makin tinggi tingkatannya. maka akan
anggaran yang menjadi kewenangan semakin rumit persyaratan serta semakin banyak
Direktorat Jenderal Anggaran. waktu yang dibutuhkan hingga revisi selesai dan
3. Anggaran Belanja Pegawai tidak boleh belanja dapat dilaksanakan kembali. Sementara di
direvisi ke jenis belanja lainnya karena sisi lain, waktu terus berjalan dan target
mengantisipasi terjadinya pagu minus pada penyerapan harus terus dikejar demi penilaian
akhir tahun anggaran. kinerja yang baik bagi organisasi.
4. Adanya selisih harga belanja barang akibat Mekanisme revisi anggaran yang terbilang
perbedaan standar biaya yang digunakan rumit dan memerlukan waktu yang tidak sedikit ini
dalam penyusunan anggaran dengan yang seharusnya bisa dijadikan sebagai bahan
terjadi di lapangan. pembelajaran bagi para pihak pengelola keuangan
5. Pengadaan barang modal (996 dan 997) pada KPP Badan dan Orang Asing untuk lebih
dengan spesifikasi dan kualitas yang sama mengoptimalkan penggunaan Arsitektur dan
ANALISIS VARIANS ANGGARAN BELANJA UNTUK PENGUKURAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.348-363
KINERJA | STUDI TERAPAN PADA KPP BADAN DAN ORANG ASING
Halaman 361 Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan
Informasi Kinerja (ADIK) agar keterkaitan antara dan dipandang sebelah mata. Proporsi tersebut
input, output, dan kegiatan dalam RKA-K/L yang merupakan peringkat ketiga bobot paling besar
disusun untuk tahun-tahun berikutnya dapat dalam penilaian kinerja setelah realisasi
terlihat semakin jelas. Pada akhirnya anggaran penerimaan pajak dan extra effort sebesar masing-
dapat dialokasikan secara efektif dan efisien sesuai masing 12,5%. Hal tersebut secara tidak langsung
dengan kebutuhan, tingkat varians anggaran menunjukkan bahwa tingkat varians berperan
belanja dapat ditekan, serta senantiasa dapat sangat signifikan terhadap penilaian kinerja
memberikan kontribusi optimal bagi pencapaian organisasi (KPP Badan dan Orang Asing).
target nilai kinerja organisasi setiap tahunnya.
6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan peneliti,
Penelitian ini disusun untuk mengidentifikasi meskipun pengelolaan anggaran telah optimal dan
dan menunjukkan pengaruh varians yang terjadi output telah tercapai serta berdampak pada nilai
antara anggaran dan realisasi belanja terhadap kinerja organisasi yang baik, namun keberadaan
capaian kinerja KPP Badan dan Orang Asing TA varians belanja yang cukup signifikan sebesar
2016. Berdasarkan hasil dan pembahasan, varians Rp974.697.831 seharusnya dapat dihindari atau
belanja yang terjadi pada KPP Badan dan Orang paling tidak dikendalikan pada level yang lebih
Asing adalah sebesar Rp974.697.831 atau sama rendah. Sisa dana tersebut harusnya dapat
dengan 5,58% dari total anggaran belanja yang dimanfaatkan dan dikelola secara bijak untuk
dituangkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendesak
Anggaran (DIPA) TA 2016. lainnya apabila perencanaan anggaran telah
Varians anggaran belanja untuk tahun menggunakan mekanisme dan metode yang tepat.
anggaran 2016 tersebut utamanya disebabkan oleh Penulis memberi rekomendasi agar ke
terbitnya dua Instruksi Presiden RI, yaitu nomor 4 depannya para pihak yang terlibat dalam proses
dan 8 tahun 2016, terkait penghematan dan penyusunan anggaran pada KPP Badan dan Orang
pemotongan belanja K/L dalam rangka Asing kembali meninjau dan mendiskusikan
pelaksanaan APBN TA 2016 serta mekanisme apakah alokasi belanja telah didistribusikan pada
revisi anggaran yang cukup sulit dan pos-pos yang tepat dan nantinya benar-benar
menghabiskan waktu terutama untuk revisi dapat terealisasi sebelum mengajukan usulan
anggaran yang menjadi kewenangan Direktorat anggaran ke tingkat yang lebih tinggi. Penyusunan
Jenderal Anggaran (DJA). Selain itu, larangan revisi anggaran juga harus memenuhi kriteria Arsitektur
atas anggaran Belanja Pegawai ke jenis belanja dan Informasi Kinerja (ADIK) mengingat terdapat
lainnya guna mengantisipasi terjadinya pagu minus jenis belanja yang tidak dapat direvisi
pada akhir tahun anggaran, adanya selisih harga sembarangan ditambah proses revisi yang cukup
belanja barang akibat perbedaan standar biaya rumit serta membutuhkan waktu yang tidak
yang digunakan dalam penyusunan anggaran sebentar. Jangan sampai terdapat pos belanja
dengan yang terjadi di lapangan, serta efisiensi dengan tingkat varians yang tinggi sedangkan ada
pelaksanaan belanja modal yang dilakukan oleh pos belanja lain yang kekurangan dana akibat
pejabat pengadaan KPP Badan dan Orang Asing lemahnya proses penganggaran. Jika konstruksi
juga turut andil dalam menciptakan varians ADIK yang mulai diimplementasikan dalam proses
anggaran belanja tersebut. penganggaran di lingkungan Direktorat Jenderal
Namun demikian, dibalik varians anggaran Pajak telah diadaptasi dengan baik maka bukanlah
belanja yang terjadi, sasaran strategis pengelolaan hal mustahil anggaran negara yang berkualitas dan
anggaran yang optimal sebesar 97,35%, yang tepat guna dapat terealisasi dalam waktu singkat.
dihitung berdasarkan penyerapan anggaran dan Tanpa adanya perbaikan dan perubahan
tingkat capaian output, mampu melampaui target yang nyata dalam perencanaan dan penyusunan
yang semula telah ditetapkan (95%). KPP Badan anggaran, akumulasi jumlah varians anggaran akan
dan Orang Asing juga terbukti telah menjalankan semakin membengkak. Yang artinya sejumlah dana
kinerjanya dengan baik. Hal ini tercermin dari yang digelontorkan tidak akan tepat sasaran akibat
capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO) 2016 tidak menerapkan ADIK dalam penyusunannya.
sebesar 93,57% dimana penyerapan anggaran dan Selain itu, akan adanya dana menganggur di
pencapaian output ikut menyumbangkan kas negara yang sebenarnya dapat dimanfaatkan
kontribusi proporsi maksimalnya, yaitu sebesar untuk melaksanakan program-program
10% dari total bobot tertimbang NKO. pemerintah yang terkendala masalah pendanaan
Semakin kecil varians mengindikasikan bisa saja terjadi. Seperti yang kita ketahui bersama,
semakin baiknya tingkat penyerapan/realisasi pemerintah selalu mengambil kebijakan anggaran
anggaran belanja. Meskipun proporsi penilaian defisit sebagai pilihan utama dimana sebagian dana
yang diberikan untuk realisasi anggaran dalam yang tidak dibiayai dari penerimaan negara
perhitungan NKO hanya sebesar 10%, namun biasanya berasal dari utang. Setiap rupiah dana
bukan berarti hal tersebut lantas dapat diabaikan yang disediakan dari utang pemerintah harus
ANALISIS VARIANS ANGGARAN BELANJA UNTUK PENGUKURAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.348-363
KINERJA | STUDI TERAPAN PADA KPP BADAN DAN ORANG ASING
Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan
Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan Halaman 362
dibayar kembali ditambah bunga yang telah Emsley, David. (2000). Variance analysis and
ditentukan. Dengan kata lain, ketika varians terjadi, performance: Two empirical studies.
pengelolaan anggaran yang dilakukan pemerintah Accounting, Organizations and Society 25
menjadi tidak efektif dan justru mengarah pada (2000) 1-12.
pemborosan sumber daya keuangan. Garrison, Ray H. & Eric W. Noreen (2008).
Di sisi lain, mengingat belanja negara Managerial Accounting (14e). Irwin McGraw-
merupakan salah satu sumber utama penggerak Hill: North America (GN).
perekonomian, rendahnya tingkat realisasi Granof, Michael H. (2005). Government and Non-
anggaran yang ditandai dengan besarnya varians For-Profit Accounting Third Edition. United
yang terjadi pada belanja pemerintah States: John Wiley & Sons, Inc.
menyebabkan total pembentukan modal atau Hansen, Don R. & Mowen Maryanne M. (2007).
investasi sebagai salah satu stimulus pertumbuhan Managerial Accounting 8th Edition. USA:
ekonomi menjadi semakin berkurang. Hal ini dapat Thomson South-Western.
berdampak pada terhambatnya peluang Husain, Arinna Pricilia. (2014). Analisis Varians
penyediaan tenaga kerja. Oleh karena itu, sangat Biaya Produksi sebagai Alat untuk Mengukur
bijak rasanya apabila saran tersebut mampu Tingkat Efisiensi Biaya Produksi pada UD.
didengarkan dan ditindaklanjuti demi keuangan Berkat Anugrah. Jurnal EMBA, Vol. 2 No.3
negara yang semakin baik di masa mendatang. September 2014, Hal. 1129-1138.
Selain saran dan implikasi di atas, peneliti Instruksi Presiden RI Nomor 4 tahun 2016 tentang
menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari Langkah-langkah Penghematan Belanja
kata sempurna dan memiliki banyak keterbatasan Kementerian/Lembaga dalam rangka
dan kelemahan, yang salah satu di antaranya Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
terlihat dari penggunaan data anggaran dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016.
realisasi belanja serta Nilai Kinerja Organisasi Instruksi Presiden RI Nomor 8 tahun 2016 tentang
(NKO) yang hanya menggunakan satu tahun Langkah-langkah Penghematan Belanja
anggaran saja (2016), sehingga data historis tidak Kementerian/Lembaga dalam rangka
tercakup dalam penelitian. Penulis juga Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
mengumpulkan data primer hanya melalui Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran
kegiatan wawancara yang dilakukan secara tidak 2016.
langsung, sehingga dimungkinkan jika terjadi Jurusan Pendidikan Akuntansi-Universitas Negeri
kesalahan intepretasi pada saat penyusunan Yogyakarta. Balanced Scorecard sebagai Alat
penelitian ini. Ditambah lagi dengan capaian Evaluasi Kinerja Koperasi Mahasiswa
kinerja organisasi yang hanya dilihat dari Nilai Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal
Kinerja Organisasi sebagai suatu indikator tunggal, Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VI No.1
tanpa mempedulikan kemungkinan adanya tahun 2008, Hal. 12-24.
variabel lain yang mungkin ikut mempengaruhi Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
dalam pelaksanaannya. 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan
Kinerja di Lingkungan Kementerian
PENGHARGAAN Keuangan.
Laporan Kinerja 2016 Direktorat Jenderal Pajak.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih Laporan Kinerja 2016 Kementerian Keuangan.
kepada KPP KPP Badan dan Orang Asing dan pihak Lastowo, Hendra. (2010). Evaluasi Anggaran
lain yang telah memberikan kontribusi berupa Belanja Sebagai Alat Pengendalian Keuangan.
sumbang saran dan kontribusi lainnya terhadap Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
penyelesaian penulisan penelitian ini yang tidak Luckett, P. F. & Eggleton, I. R. C. (1991). Feedback
dapat disebutkan satu per satu. Segala isi, and management accounting: A review of
pemikiran, dan hasil penelitian yang terdapat research into behavioral consequences.
dalam penelitian ini adalah sepenuhnya tanggung Accounting, Organizations and Society, 16(4),
jawab penulis termasuk kesalahan yang 371±394.
kemungkinan terjadi. Mardiasmo. (2004). Akuntansi Sektor Publik.
Yogyakarta: Andi.
DAFTAR PUSTAKA Media Indonesia (2017). Batasan Defisit 3% Masih
Akomodatif. http://mediaindonesia.com/read
Bagian Perencanaan, Biro Perencanaan dan /detail/112509-batasan-defisit-3-masih-
Keuangan. (2016). ADIK: Perencanaan akomodatif diakses pada 4 Mei 2018.
Anggaran Berbasis Outcome. Jakarta: Biro Nordiawan, Deddi. (2006). Akuntansi Sektor Publik.
Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Jakarta: Salemba Empat.
Jenderal Kementerian Keuangan. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
Datar, Srikant M., George Foster, Charles T. 158/PMK.02/2014 tentang Tata Cara
Horngren. (2006). Akuntansi biaya, edisi 12. Pemberian Penghargaan dan Pengenaan
Erlangga: Jakarta.
ANALISIS VARIANS ANGGARAN BELANJA UNTUK PENGUKURAN Indonesian Treasury Review Vol.3, No.4, (2018), Hal.348-363
KINERJA | STUDI TERAPAN PADA KPP BADAN DAN ORANG ASING
Halaman 363 Fitri Irka Wahyu Niansyah dan Ali Tafriji Biswan
Sanksi atas Pelaksanaan Anggaran Belanja tentang Tata Cara Pengukuran Indikator
Kementerian Negara/Lembaga. Kinerja Utama Penyerapan Anggaran dan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Pencapaian Output Belanja di Lingkungan
Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 53 Kementerian Keuangan.
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Surat Sekretariat Jenderal DJP Nomor S-
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan 236/PJ.013/2016 tentang Permintaan
Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Prognosa Penyerapan Anggaran Tahun
Pemerintah. Anggaran 2016.
Sonnentag, Sabine and Michael Frese. (2001). UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Psychological Management of Individual Witjaksono, Armanto. (2013). Akuntansi Biaya.
Performance. USA: John Wiley & Sons, Ltd. Edisi Revisi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Surat Edaran Nomor SE-32/MK.1/2015 World Bank. (2007). Budgeting. USA.