Oleh:
Ivan Ilham Al Fikri, Fatra Azizirahmansyah
Pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia mulai awal kuartal II
tahun 2020. Hal ini disebabkan adanya peraturan tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) sehingga menimbulkan lockdown kepada beberapa kota bertujuan memutuskan mata
rantai penyebaran Covid-19. Peraturan ini menyebabkan meningkatnya penurunan perekomian
pada perusahaan formal maupun non formal. Penurunan perekonomian menyebabkan
munculnya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) disebabkan oleh perusahaan tidak dapat
membayarkan upah yang seharusnya. Tidak hanya itu, penurunan ini banyak yang
menyebabkan perusahaan memutuskan untuk gulung tikar atau bangkrut. Kontraksi disebabkan
adanya penurunan konsumsi. Selain konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Pendapatan
konsumsi dari sektor transportasi udara sangat berpengaruh dengan kontraksi yang dialami pada
saat pandemi. Adanya peraturan PSBB menyebabkan masyarakat terbatas dapat berpergian
melalui transportasi udara. Dapat dilihat pendapatan pada sektor pelayanan udara berkurang
sekitar lebih dari Rp200 Miliar.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat adalah kebijakan fiskal dan kebijakan
moneter. Kebijakan ini direalisasikan bersama Pemerintah Daerah dan masyarakat karena
keduanya berperan strategis menjalankan kebijakan dengan lancar bertujuan memulihkan
perekonomian Indonesia. Pemerintah melakukan kebijakan fiskal dengan harapan dapat
mengurangi dampak negatif pada perekonomian Indonesia yang disebabkan oleh pandemi
Covid-19. Selain itu, kebijakan ini bertujuan agar menggerakkan kembali usaha para pelaku
usaha termasuk UMKM. Kebijakan fiskal mempunyai 3 (tiga) stimulus sebagai pergerakan
perubahan, yaitu:
1. Percepatan belanja Pemerintah
Relaksasi APBN mempersiapkan defisit yang dapat melampaui 3 persen dengan tujuan tahun
2023 akan kembali seperti semua ke level maksimal 3 persen. Relaksasi akan berkaitan dengan
alokasi belanja antar organisasi, antar fungsi, dan antar program serta mandatory
spending. Relaksasi alokasi atau realokasi Belanja Pemerintah Daerah, Pemberian Pinjaman
kepada LPS, Penerbitan SUN dan SBSN untuk dapat dibeli oleh Bank Indonesia , BUMN,
investor korporasi dan/atau investor ritel. Penggunaan sumber anggaran alternatif antara lain
SAL, dana abadi pendidikan, dan dana yang dikelola oleh Badan Layanan Umum.
Kebijakan moneter bertujuan agar kinerja perekonomian dunia terus membaik sesuai
prakiraan, ditengah ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun. Hal ini diakibatkan
adanya pandemi sehingga nilai tukar Indonesia mengalami penurunan yang drastis pada tahun
2020. Akan tetapi, kebijakan moneter yang diberikan pemerintah akan menguatkan nilai tukar
Rupiah sejalan dengan kembalimnya masuk aliran modal asing. Terlihat pada awal kuartal III
tahun 2021 nilai tukar Rupiah mengalami penguatan sebesar 0,49 persen secara rerata dan 0,30
persen secara point to point dibandingkan level Mei 2021.
Berdasarkan kurva diatas menunjukkan bahwa kurva AD-AS yang terjadi disaat
Indonesia mengalami kontraksi. Pada saat Indonesia mengalami kontraksi yang diakibatkan oleh
menurunnya jumlah uang yang beredar menyebabkan kurva aggregat demand bergeser ke
kiri. Pada saat penurunan ekonomi adanya pergeseran titik keseimbangan dari E1 menjadi E2 lalu
perlahan bergerak menjadi E3. Oleh karena itu, Pemerintah akan melakukan kebijakan
fiskal berupa intensif pajak dan belanja membuat konsumsi belanja RumahTangga pada
masyarakat meningkat. Selain itu, Pemerintah terus memantau kebijakan moneter dengan
tujuan jumlah uang beredar akan meningkat dan menurunkan tingkat bunga. Manfaat dari
penurunan tingkat bunga adalah meningkatnya daya tarik para investor untuk melakukan
investasi sehingga membantu Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat dan memulihkan
ekonomi Indonesia. Pemerintah harus melaksanakan kebijakan moneter agar mempertahankan
jumlah uang yang beredar di masyarakat dan suku bunga yang mempengaruhi investasi.
Kesimpulan
Pandemi Covid -19 sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia pada tahun
2020. Pandemi ini mengakibatkan adanya penurunan kepada semua komponen produk domestik
bruto (PDB) kecuali pengeluaran konsumsi pemerintah. Komponen produk domestik bruto
(PDB) yang mengalami penurunan bahkan kontraksi disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19
yang masuk ke Indonesia sehingga pertumbuhan perekonomian Indonesia termasuk dalam
kategori krisis. Perekonomian krisis terlihat dari kontraksinya pertumbuhan produk domestik
bruto (PDB) sebesar 2,19 persen (y-on-y). Komponen yang sangat berpengaruh adalah
pengeluaran konsumsi rumahtangga dan pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang
melayani rumahtangga yang mana kedua pengeluaran ini menurun karena adanya kebijakan dari
pemerintah akan upaya pemulihan perekonomian pada saat ini.
Oleh karena itu, Pemerintah mengadakan kebijakan dalam berbagai aspek guna
memajukan perekonomian Indonesia. Pemerintah lebih fokus kepada kebijakan fiskal dan
moneter. Kebijakan fiskal yang diambil mempunyai banyak ragamnya salah satunya insentif
pajak yang sangat berpengaruh. Insentif pajak membuat para masyarakat merasa keringanan
akan kewajiban mereka dan tidak mempengaruhi perekonomian mereka sehingga masyarakat
tetap bisa memenuhi kebutuhan hidupnya seperti sebelumnya. Tidak hanya itu, Pemerintah
melakukan kerja sama dengan Bank Indonesia untuk memajukan kebijakan moneter. Kebijakan
ini bertujuan menurunkan jumlah uang yang beredar dan suku bunga pada bank. Ketika suku
bunga mengalami penurunan pada saat itu juga para investor menginvestasikan kepemilikan
mereka kembali.
Semua kebijakan yang telah dirancang oleh Pemerintah memiliki tujuan agar output
pendapatan pada PDB dapat kembali seperti awal dan mengalani peningkatan, tidak hanya itu
tujuan lain adalah agar Indonesia mengalami inflasi kembali dan tingkat pengangguran di
Indonesia berkurang. Dapat disimpulkan ekonomi di Indonesia berdasarkan fakta saat ini
semakin membaik karena adanya rancangan kebijakan dari Pemerintah. Indonesia mengalami
pertumbuhan ekonomi (PDB) sebesar 3,69 persen sepanjang tahun 2021, lebih tinggi
dibandingkan tahun 2020 yang sempat mengalami kontraksi. Struktur ekonomi Indonesia secara
spasial didominasi oleh beberapa provinsi di Pulau Jawa sebagai kontribusi terbesar dan pesatnya
peningkatan pada kinerja ekonomi.
Referensi
Tim Kementerian Keuangan. 2021. “Informasi APBN 2021 Percepatan Pemulihan Ekonomi dan
Penguatan Reformasi:. (https://www.kemenkeu.go.id/media/16835/informasi-apbn-
2021.pdf)