Anda di halaman 1dari 3

Catatan EKonomi 2020: What’s Next?

Tahun 2020 akan segera berakhir dalam hitungan hari. Sejarah mencatat bahwa kondisi
ekonomi 2020 akan sangat berbeda dari berbagai tahun sebelumnya karena pandemi Covid
19 yang sukses meluluh lantakkan ekonomi di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia.
Sejak ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Maret
2020, wabah Covid-19 tidak hanya memengaruhi sektor kesehatan, tetapi juga ekonomi.
Meski tak mudah, namun kondisi ekonomi nasional di penghujung 2020 kian menunjukkan
perbaikan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada kuartal III-2020 terkontraksi minus 3,49% secara year on year (yoy). Meski demikian,
kontraksi di kuartal III-2020 lebih baik dibandingkan posisi pada kuartal II-2020 yang
tercatat minus 5,32% (yoy).
Perekonomian yang terkontraksi di level provinsi dan nasional ini tentunya juga
tercermin pada level regional khususnya pada wilayah Malang Raya. Wilayah Malang Raya
meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu yang terkenal dengan pesona
wisatanya juga tak luput dari dampak negatif ekonomi akibat Covid 19. Pembatasan aktivitas
masyarakat untuk meminimalisasi penyebaran virus secara langsung menyebabkan terjadinya
efek domino pada sektor-sektor perekonomian lainnya seperti jasa akomodasi dan penyediaan
makanan minuman, perdagangan, serta transportasi. Data BPS menunjukkan bahwa dalam
kurun waktu tiga bulan terakhir, Kota Malang mengalami deflasi. Pada Agustus 2020 tercatat
Kota Malang mengalami deflasi 0,06%, lalu September 2020 deflasi 0,05%, dan kembali
mengalami deflasi pada Oktober 2020 sebesar 0,06%. Meski demikian, sepanjang bulan
Desember 2020 menunjukkan hasil yang positif dan mencerminkan adanya pertumbuhan
ekonomi. BPS menunjukkan bahwa pada awal Desember 2020 Kota Malang mengalami
inflasi sebesar 0,31% month to month. Hal itu mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat
mulai tumbuh yang tercermin dari kenaikan harga, khususnya pada komoditas makanan,
minuman, dan tembakau sebagai akibat dari permintaan yang meningkat. Tak hanya itu,
peningkatan kinerja ekonomi Malang Raya di akhir tahun 2020 di sektor perdagangan besar
dan eceran juga terlihat dari hasil survei penjualan eceran (SPE) yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dmenunjukkan bahwa total omzeit di wilayah Malang Raya telah mulai tumbuh
sebesar 11,84% (mtm) sepanjang bulan Desember 2020. Angka tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi omzet bulan November 2020 yang terkontaksi sebesar -7,49%
(mtm).
Optimalisasi Kinerja Pemerintah
Sejak munculnya kasus pertama Covid 19 di Indonesia pada Maret 2020 silam,
peningkatan jumlah masyarakat yang terinfeksi virus Covid 19 belum juga menunjukkan
adanya penurunan. Bahkan, wilayah Malang Raya dalam beberapa waktu terakhir mengalami
kenaikan yang signifikan hingga sempat mencapai lebih dari 60 kasus kasus per hari pada 12
Desember 2020. Bahkan, saat ini tingkat hunian pasien positif terpapar covid-19 yang sedang
rawat inap di rumah sakit Malang Raya mencapai 70%. Kenaikan jumlah masyarakat yang
terinfeksi Covid 19 tak hanya mengguncang sektor kesehatan tetapi juga berdampak pada
sektor ekonomi. Jika peningkatan jumlah masyarakat yang terinfeksi Covid 19 tak segera
diatasi, maka besar kemungkinan sektor ekonomi di Malang Raya yang telah mulai bangkit
akan kembali terpuruk akibat badai virus Covid 19. Hal itu mengingat kinerja pertumbuhan
ekonomi daerah masih sangat dipengaruhi oleh faktor kesehatan yang menyebabkan
pembatasan fisik dan sosial, serta aktivitas pariwisata.
Secara umum, catatan ekonomi 2019 memperkuat tanggapan bahwa perekonomian
sangat tergantung pada kinerja pemerintah, terutama dalam mengelola fiskal. Tak dapat
dipungkiri bahwa pada sisi penerimaan secara nasional kini mengalami penurunan tajam
(shortfall) hingga 18,5% yang selanjutnya berdampak pada anggaran Transfer ke Daerah dan
Dana Desa (TKDD) yang diterima daerah. Saat ini, pemangkasan TKDD dilakukan oleh
pemerintah sebagai bentuk penyesuaian atas penurunan penerimaan pajak. Data menunjukkan
bahwa penerimaan pajak hingga akhir November 2020 mencapai Rp 925 triliun atau turun
18,5% dibandingkan dengan pencapaian tahun 2019 sebesar Rp 1.136,13 triliun.
Di sisi lain, ketika pemerintah terpaksa melakukan pemangkasan TKDD akibat
penurunan penerimaan nasional, sebagian besar pemerintah daerah (Pemda) mengalami
penurunan Pendapatan Asli Daerah (PAD) akibat pandemi Covid-19. Data menunjukkan
bahwa Kota Malang pada semester 1 2020 mengalami penurunan PAD hingga Rp 165 miliar
atau turun sebesar 26,65% dari proyeksi awal APBD murni tahun anggaran 2020. Selain itu,
PAD Kota Batu yang memiliki pesona wisata sebagai penopang ekonomi juga turut
mengalami penurunan PAD. Angka PAD Kota Batu yang semula ditargetkan dalam APBD
murni sebesar Rp 207 miliar, namun ketika terjadi pandemi diturunkan hingga Rp 105 miliar
atau turun sebanyak Rp 83 miliar atau berkurang 40,10% dari target awal.
Pada sisi belanja, khususnya berupa gaji dan tunjangan saat ini tidak mengalami
penurunan. Meski demikian, pengeluaran masyarakat dan swasta kini masih jauh dari yang
diharapkan. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa konsumsi rumah tangga hingga kini
masih menjadi penopang struktur PDB Indonesia. Pada triwulan III 2020, sumbangsih
konsumsi rumah tangga mencapai 57,31%. Oleh sebab itu, Belanja APBD diharapkan
mampu menjadi mesin pertumbuhan ekonomi daerah untuk dapat memberikan stimulus di
dalam meningkatkan konsumsi masyarakat dan swasta. Artinya, dukungan pemerintah
terhadap peningkatan daya beli masyarakat masih perlu terus diupayakan.
Optimisme Menyongsong 2021
Di tengah ketidakpastian pandemi, akhir tahun 2020 ditutup dengan tren perbaikan
beberapa variabel ekonomi yang dapat menjadi optimisme baru dalam menyongsong 2021.
Tren perbaikan kinerja ekonomi, konsumsi dan investasi diharapkan akan terus meningkat
sebagaimana juga diindikasikan oleh beberapa leading indicators seperti Purchasing
Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia dan data penjualan ritel. PMI Manufaktur
Indonesia pada triwulan III naik ke level 48,3, setelah sempat turun tajam pada triwulan II
pada level 31,7. Indeks Penjualan Riil juga pulih dengan tumbuh -9.6% dibanding kinerja
pada triwulan II yang terkontraksi dalam hingga -18,2%. Selain itu, Sektor-sektor yang
terkait pariwisata dan mobilitas masyarakat, yang tertekan sangat dalam pada triwulan II,
juga mencatat perbaikan meskipun masih dalam zona kontraksi. Malang Raya sebagai salah
satu wilayah yang menjadi destinasi wisata telah mulai mengalami kenaikan okupansi hotel,
meski angkanya masih di bawah 50% dibandingkan kondisi normal.
Memacu pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi tak bisa hanya bertumpu pada
faktor-faktor ekonomi saja. Di luar berbagai faktor ekonomi yang terus distimulus, terdapat
pula faktor kesehatan yang juga tetap harus dijaga agar keduanya dapat berjalan selaras.
Ketersediaan vaksin dan fasilitas kesehatan yang memadai di setiap daerah adalah kunci
untuk semakin memperkuat optimisme yang dibangun di 2021 mendatang.
Selain itu, menjadi hal penting juga bagi setiap daerah untuk mampu menelisik
berbagai sektor yang berpotensi dapat tumbuh dengan cepat (jumpstart) di tahun 2021.
Perdagangan berbasis e-commerce, penguatan jaringan antar pelaku ekonomi, pembangunan
platform yang melibatkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), penguatan Sumber Daya
Manusia (SDM) melalui kegiatan pelatihan Information Communication Technology (ICT)
yang dibiayai oleh pemerintah, dan bantuan pembiayaan bagi UMKM oleh perbankan
merupakan beberapa upaya yang dapat dilakukan pemerintah daerah dalam mempercepat
perbaikan ekonomi daerah akibat pandemi. Semoga.

Anda mungkin juga menyukai