Anda di halaman 1dari 30

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Kondisi Umum Daerah


2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi
Kabupaten Ngawi merupakan salah satu Kabupaten yang
secara geografis berada di Provinsi Jawa Timur bagian Barat,
merupakan daerah penghubung dengan Provinsi Jawa Tengah,
Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jakarta yang mempunyai
aksesibilitas transportasi cukup ramai.
Luas wilayah adalah 1.295,9851 Km² atau 129.598,51 Ha.,
secara administratif pemerintahan terbagi kedalam : 19
Kecamatan, 4 Kelurahan, 213 Desa. Secara astronomis terletak
pada posisi 7º21’-7º31’ Lintang Selatan dan 111º07’-111º40’ Bujur
Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan
(Provinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten
Bojonegoro (Provinsi Jawa Timur)
- Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Sragen (Provinsi Jawa Tengah)
- Sebelah Selatan : Kabupaten Magetan dan Kabupaten
Madiun (Provinsi Jawa Timur)
- Sebelah Timur : Kabupaten Madiun (Provinsi Jawa Timur)

Kondisi topografi wilayah cukup bervariasi, yaitu topografi


datar, bergelombang, berbukit dan bahkan pegunungan tinggi,
dengan ketinggian 40-3.031 meter dari atas permukaan air laut.
Secara umum, di bagian Tengah adalah daerah dataran
yang merupakan lahan pertanian subur, di bagian Selatan
merupakan daerah perbukitan dan pegunungan yang membujur
dari Timur ke Barat, meliputi wilayah Kecamatan Kendal,
Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Ngrambe dan Kecamatan Sine
yang berada di lereng Gunung Lawu.

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-1


Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi akhir tahun 2016 adalah
896.859 jiwa, terdiri dari 448.445 penduduk laki-laki dan 448.414
penduduk perempuan, dengan sex ratio sebesar 100,01 artinya bahwa
setiap 100 penduduk wanita terdapat sekitar 100 penduduk laki-laki,
yang berarti bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari
perempuan, juga berarti lebih besarnya jumlah tenaga kerja laki-laki
(BPS, 2017). Dengan fenomena adanya tenaga kerja laki-laki yang
tersedia cukup banyak diharapkan mampu mendukung
pengembangan sektor utama pertanian dan industri kecil maupun
industri rumah tangga yang berpotensi menjadi basis ekonomi
unggulan di Kabupaten Ngawi.

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat.


2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
a. PDRB Kabupaten Ngawi
Dengan mengacu pada Dokumen Indikator Ekonomi
Daerah, Angka PDRB Ngawi atas dasar harga berlaku tahun
2016 mencapai 16.530,38 milyar rupiah naik sekitar 10,24
persen dari tahun 2015 yang mencapai 14.994,49 milyar
rupiah (tabel 10.1) Sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan (2010) tahun 2016 mencapai 11.807,56 milyar
rupiah, naik sekitar 5,20 % dar tahun sebelumnya yang
mencapai 11.223,11 milyar rupiah (tabel 10.2). Sampai
dengan tahun 2016 perekonomian Kabupaten Ngawi masih
didominasi sektor pertanian. Sumbangan sektor ini
terhadap total PDRB sampai dengan 2016 sekitar 39,02
persen (tabel 10.3). Sektor pertanian menjadi sektor
unggulan bagi Kabupaten Ngawi distribusi persentase PDRB
ADHB terhadap total PDRB selalu diatas 39 persen. Sektor
lainnya yang memberi sumbangan cukup besar terhadap
perekonomian Kabupaten Ngawi adalah sektor
perdagangan. Sumbangan sektor perdagangan di tahun
2016 mencapai 15,49 persen.

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-2


Setelah mengalami perlambatan pertumbuhan yang
cukup tajam pada tahun sebelumnya, pada tahun 2016
ekonomi Kabupaten Ngawi mengalami percepatan, dari 5,08
persen menjadi 5,21 persen. Peningkatan ini ditopang oleh
peningkatan produksi di bidang pertanian, meskipun secara
umum nilai produksi pertanian di jawa timur mengalami
penurunan namun pertanian di kabupaten ngawi masih
menunjukan peningkatan produksi. Disamping sektor
pertanian ternyata proyek pembangunan jalan tol yang
melewati Kabupaten Ngawi telah mendorong pertumbuhan
lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian dan
lapangan usaha Konstruksi masing-masing sebesar 7,23
persen dan 8,28 persen.
Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Ngawi
(persen) 2012-2016

Adapun pertumbuhan ekonomi secara sektoral dapat


dilihat pada tabel dibawah ini.

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-3


Tabel 2.1
Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Ngawi (persen),
2012-2016

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-4


Dari perkembangan ekonomi seperti tersebut diatas
berpengaruh juga terhadap kesejahteraan masyarakat
ngawi. Tingkat ketercapaian indikator makro Pemerintah
Kabupaten Ngawi yang mencerminkan derajat
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Ngawi dalam kurun
waktu 1 (satu) Tahun Anggaran (Tahun 2017) dapat
digambarkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3.3.1
Capaian Indikator Makro Kabupaten Ngawi Tahun 2017
No Indikator Makro Target Realisasi Target Realisasi Tingkat
2012 2012 2017 2017 Capaian
1 Kemiskinan
Jumlah Penduduk Miskin 197.884 382.512 162.957 162.774 99,88
Persentase Penduduk Miskin 21,70 23,84 17,80 17,78 99,88
2 Pendidikan
AMH (%) 83,89 83,89 100 100 100
RLS (Tahun) 11 7,10 11 11,96 108,72

APM
SD/MI/Paket A 99,99 100 100 100 100
SMP/MTs/Paket B 98 95,24 99 88,09 88,97
SMU/MA/Paket C 76 61 77 62,21 80,79

APK
SD/MI/Paket A 100 100 100 100 100
SMP/MTs/Paket B 100 97,51 100 98,49 98,49
SMU/MA/Paket C 83 79,61 84 80,39 95,70

3 Kesehatan
AHH 67 68,48 68 69,62 102,38

4 Ketenaga Kerjaan
Angka Partisipasi Angakatan 73,42 32,95 73,42 40,86 55,65
Kerja

5 Keuangan Daerah
PAD (milyar) 42,853 65,682 51,424 100,690 195,80
Dana Perimbangan (milyar) 826,948 937,619 895,860 1.084,973 117,09
Lain-lain Pendapatan yang sah 184,846 239,032 188,417 293,370 155,70
(milyar)
APBD (Milyar) 1.054,649 1.103,520 1.135,703 1.497,304 131,83

6 IPM 70,78 67,69 71,51 70,25 98,23

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-5


b. PDRB PERKAPITA
PDRB perkapita menunjukan nilai PDRB per kepala atau
per satu orang penduduk. Angka ini sering digunakan
sebagai tolok ukur kemakmuran dan tingkat
pembangunan suatu wilayah. PDRB kabupaten Ngawi
pada tahun 2016 mencapai Rp. 19.928.611,00, meningkat
sekitar 10 persen dibanding tahun sebelumnya atau
meningkat sekitar Rp. 1.836.425,00 per penduduk.
Meskipun naik tapi kenaikannya jika dibandingkan
kenaikan tahun sebelumnya lebih rendah.

Gambar 2.2 PDRB Per Kapita Kab. Ngawi (Rupiah) 2012-


2016

c. Inflasi
Tabel 2.2
Tingkat Inflasi Kabupaten Ngawi dan Indonesia Tahun 2010-
2016
No Tahun Kabupaten Ngawi Jawa Timur Indonesia
1. 2010 6,5 7.00 6,69

2. 2011 6,27 4.09 3,79

3. 2012 5,19 4.50 4,3

4. 2013 6,58 7.59 8,38

5. 2014 4,6 7.77 8,36

6. 2015 7,21 3,08 3,35

7. 2016 4,79 2,74 3,02

Setelah mengalami kenaikan yang cukup tajam di


tahun 2015 (3,35) , pada tahun 2016 nilai inflasi di
Kabupaten Ngawi mengalami penurun yang cukup besar

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-6


juga dan berada di bawah target inflasi yang ada di RPJMD
yaitu sekitar 5-7 (3,02). Meskipun demikian jika kita
bandingkan dengan kondisi di Jawa Timur dan Indonesia
nilai inflasi Kabupaten Ngawi berada diatasnya. Hal ini
perlu mendapat perhatian juga dari pemkab Ngawi agar
nilai inflasi dapat terus turun sehingga perekonomian
Kabuapaten Ngawi dapat lebih efisien dan tidak
menimbulkan biaya tinggi.
d. Indeks Gini

Tabel 2.3
Indeks Gini Kab. Ngawi Tahun 2010-2015

No Tahun Kabupaten Ngawi Jawa Timur Indonesia

1. 2010 0.22 0.34 0,38

2. 2011 0,29 0.37 0,41

3. 2012 0,3 0.36 0,41

4. 2013 0,32 9.36 0,41

5. 2014 0.367 0.40 0.41

6. 2015 0,366 0,37 0,408

7. 2016 0,351 0,40 0,39


Sumber : BPS, 2017
Gini Ratio merupakan salah satu indikator yang
memberikan
gambaran tingkat ketimpangan pendapatan suatu wilayah.
Besaran Gini Ratio atau Gini index berkisar antara 0 sampai
dengan 1. Distribusi pendapatan antar penduduk di suatu
daerah dapat dikatakan merata jika Gini Ratio mendekati
angka 0, demikian juga sebaliknya distribusi pendapatan
penduduk suatu daerah akan semakin tidak merata
(timpang) jika Gini Ratio mendekati angka 1.
Secara sederhana, perkembangan Gini Ratio di Kab.
Ngawi dapat dikelompokkan dalam 2 periode, yaitu periode
2011-2014 dimana Gini Ratio cenderung terus meningkat,
RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-7
dan periode 2014-016 dimana Gini Ratio mulai
menunjukkan tren menurun, sehingga tren secara
keseluruhan tampak membentuk pola seperti gunung.
Mengacu pada klasifikasi yang telah ada, angka ini
menunjukkan bahwa Kabupaten Ngawi termasuk wilayah
yang memiliki ketimpangan pendapatan rendah. Dalam
perkembangannya, terlihat Gini Ratio semakin membesar di
tahun-tahun berikutnya. Puncaknya pada tahun 2014 Gini
Ratio Kabupaten Ngawi meningkat menjadi 0,36782,
termasuk dalam klasifikasi ketimpangan sedang. Pada
tahun 2015 Gini Ratio sedikit menurun menjadi 0,36653
dan kembali menurun sedikit di tahun 2016 menjadi
0,35118. Meskipun trennya menurun, namun Gini Ratio di
dua tahun terakhir nilainya masih lebih besar dibanding
Gini Ratio tahun 2013 dan sebelumnya. Tren penurunannya
pun masih tergolong sangat lambat. Hal ini menunjukkan
bahwa, meskipun ketimpangan pendapatan mengalami
perbaikan, namun distribusi pendapatan penduduk Ngawi
di tahun 2016 masih lebih tidak merata dibandingkan
periode tahun 2013 dan sebelumnya.
Pemerintah Kabupaten Ngawi perlu bekerja keras
untuk mengendalikan ketimpangan pendapatan agar tidak
semakin membesar, justru mengecil sesuai dengan tren dua
tahun terakhir namun dengan laju yang lebih cepat.
Pemerintah juga perlu mewaspadai dan mengantisipasi
adanya fenomena trade off antara pertumbuhan ekonomi
dengan ketimpangan pendapatan. Jika tidak diantisipasi,
fenomena trade off ini akan memperlambat upaya
pengentasan kemiskinan, bahkan pada tingkat
ketimpangan tertentu bisa jadi meningkatkan kemiskinan,
meskipun perekonomian mengalami pertumbuhan yang
pesat. \

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-8


2.1.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial
Pendidikan merupakan salah satu sektor penting
yang secara langsung memberikan kontribusi terbesar
dalam mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM). Selain itu, pendidikan dapat dikatakan sebagai
katalisator factor utama dalam pengembangan SDM,
dengan anggapan semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula kesadaran dalam berbagai aspek.
Jumlah penduduk yang relatif besar apabila tidak diimbangi
dengan kualitas pendidikan yang baik dapat menjadi beban
pembangunan. Pembangunan manusia yang berhasil dan
meningkatkan pengetahuan yang bermuara pada
peningkatan kualitas SDM. Pencapaian tersebut akan
meningkatkan produktifitas sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan mutu hidup dalam arti hidup layak.
Tingkat pendidikan masyarakat Ngawi dapat dilihat
dari indikator lama sekolah masyarakat Ngawi. Indikator
Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Ngawi Tahun 2016
adalah 12,65 tahun meningkat 2,77 persen dari tahun 2015
yaitu 12,31 tahun. Sedangkan Rata-rata lama sekolah
Kabupaten Ngawi Tahun 2016 adalah 6,54 tahun
meningkat 0,11 persen dari tahun 2015 yaitu 6,53 tahun
(IPM Kabupaten Ngawi, 2017). Upaya meningkatkan angka
lama sekolah tidak cukup hanya dilakukan pada sasaran
usia sekolah saja (SD-SMA). Tapi juga harus dilakukan
pada usia dewasa. Oleh karena dukungan dana dan
ketersediaan sarana dan fasilitas, terutama di kecamatan-
kecamatan yang lama sekolah dan angka putus sekolahnya
tinggi. bisa juga bekerjasama dengan organisasi swadaya
masyarakat, organisasi agama di berbagai tingkat untuk
membantu meningkatkan pengetahuan dan pendidikan
masyarakat. Distribusi guru untuk pemerataan akses
pendidikan masyarakat perlu diperhatikan, terutama pada
desa yang secara geografi dan akses cukup jauh. eberapa
usaha yang dapat ditempuh untuk mengurangi siswa
RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-9
mengulang kelas dan putus sekolah adalah memberi
beasiswa bagi anak yang terpaksa bekerja, dari keluarga
tidak mampu, membudayakan kegiatan-kegiatan sekolah
yang menarik minat dan perhatian siswa, membudayakan
kelompok belajar bersama.
2.1.2.3 Fokus Seni Budaya Dan Olahraga
Pembangunan kebudayaan di Kabupaten Ngawi
ditujukan untuk melestarikan dan mengembangkan
kebudayaan daerah serta mempertahankan jati diri dan
nilai-nilai budaya daerah ditengah-tengah semakin
derasnya arus informasi dan pengaruh negative budaya
global. Pembangunan seni dan budaya di Kabupaten Ngawi
sudah mengalami kemajuan yang ditandai dengan
meningkatnya pemahaman terhadap nilai budaya dan
penggunaan Bahasa Jawa dilingkungan pendidikan dan
instansi pemerintah. Kepemudaan dan Olahraga pembinaan
generasi muda dilaksanakan melalui kegiatan Pasukan
Pengibar Bendera Pusaka Paskibraka, aubade, Pramuka,
dan penyelenggaraan upacara bendera. Pembinaan olahraga
dilaksanakan melalui kegiatan pembinaan olahraga pelajar
dan pembinaan olahraga masyarakat yang meliputi :
kegiatan lomba gerak jalan, lomba senam dan kegiatan
senam masal.
2.1.3 Aspek Pelayanan Umum
2.1.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib
Ada tiga urusan wajib yang akan dibahas dalam RKPD
Kabupaten Ngawi Tahun 2019, yaitu Pendidikan, Kesehatan
dan Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

1. Pendidikan

a. Angka Partisipasi Sekolah


Salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan pendidikan, diantaranya
adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS). Indikator ini
menunjukkan seberapa banyak anak usia sekolah
menurut tingkat pendidikan tertentu berada dalam

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-10


lingkup pendidikan dan penyerapan dunia pendidikan
formal terhadap penduduk usia sekolah. Secara
umum, kondisi APS di Kabupaten Ngawi mulai tahun
2013 hingga tahun 2015 menunjukkan tren ke arah
peningkatan. Jika tahun 2014 APS Usia SD 99,44,
tahun 2014 menjadi 100,00 persen. Untuk APS Usia
SMP tahun 2014 dari 99,63 persen, meningkat
menjadi 100,00 persen tahun 2015. Untuk APS Usia
SMA tahun 2014 sebesar 80,90 persen, tahun 2015
menjadi 75,17 persen (Profil Kabupaten Ngawi 2017,
IV-12).
b. Rata-rata lama sekolah/Harapan Lama Sekolah
Harapan lama sekolah dari penduduk 7 tahun
keatas di Kabupaten Ngawi tahun 2016 sebesar 12,65
tahun meningkat 2,77 persen dari sebelumnya 12,31
tahun, sementara rata-rata lama sekolah penduduk 25
tahun keatas di Kabupaten Ngawi tahun 2016 adalah
6,54 tahun meningkat 0,11 persen dari tahun 2015
yaitu 6,53 tahun (IPM Kab. Ngawi, 2017).

c. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah


Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah
sekolah berdasarkan tingkat pendidikan per 10.000
jumlah penduduk usia pendidikan. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan untuk menampung
semua penduduk usia pendidikan.
Berikut gambaran mengenai kondisi
ketersediaan sekolah dan penduduk usia sekolah di
Kabupaten Ngawi per jenjang pendidikan selama
kurun waktu tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 :

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-11


Tabel 2.4
Rasio Murid Terhadap Jumlah Gedung Sekolah di Kab. NgawiTahun
2012-2016
No. Jenjang Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016

1. Rasio murid per gedung sekolah SD dan


108 107 110 109 105
MI
2. Rasio murid per gedung sekolah
117 117 118 120 296
SMP/MTs
3. Rasio murid per gedung sekolah
504 506 494 501 316
SMA/SMK/MA
Sumber:BPS, 2017

d. Rasio guru/murid
Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru
berdasarkan tingkat pendidikan per 10.000 jumlah
murid berdasarkan tingkat pendidikan. Rasio ini
mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar juga
mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar
tercapai mutu pengajaran.
Berikut gambaran mengenai kondisi
ketersediaan guru dan penduduk usia sekolah di
Kabupaten Ngawi per jenjang pendidikan selama
kurun waktu tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 :
Tabel 2.5
Rasio Murid Terhadap Jumlah Guru di Kab. NgawiTahun 2012-2016
No. Jenjang Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016

1. Rasio murid per guru sekolah SD dan MI 13 11 11 11 12


2.
Rasio murid per guru sekolah SMP/MTs
13 14 14 14 15
3. Rasio murid per guru sekolah
SMA/SMK/MA 12 13 13 13 15
Sumber:BPS, 2017

2. Kesehatan

Untuk mengukur Indikator capian kinerja


kesehatan yang paling lengkap dapat diwakili oleh angka
harapan hidup. Akan tetapi secara umum masih banyak
indikator lain yang dapat digunakan untuk menilai
kualitas layanan kesehatan.
RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-12
a. Angka Harapan Hidup
Dari survey yang dilakukan Angka Harapan
Hidup Kabupaten Ngawi tahun 2016 diperoleh angka
71,63 tahun, meningkat 0,14 persen dari dari tahun
sebelumnya yaitu 71,53 tahun (IPM Kabupaten Ngawi,
2017). Penambahan usia harapan hidup waktu lahir
menunjukkan telah terjadinya peningkatan
kemampuan penduduk dalam memperbaiki kualitas
hidup dan lingkungan. Peningkatan kualitas hidup
akan sebanding dengan peningkatan status sosio-
ekonomi keluarga. Sedangkan kualitas lingkungan
berkaitan dengan tingkat kesadaran masyarakat untuk
hidup dalam lingkungan fisik yang lebih baik. Cara
pengukuran Angka Harapan Hidup sebenarnya adalah
berhubungan dengan angka kematian bayi. Angka
kematian bayi semakin rendah, maka angka harapan
hidup semakin tinggi dan sebaliknya. Dengan
demikian upaya menurunkan angka kematian bayi
adalah suatu yang mutlak untuk meningkatkan angka
harapan hidup.
b. Indikator Kesehatan Balita
Tabel 2.6
Indikator Kesehatan Balita 2012-2016
Indikator Kesehatan 2012 2013 2014 2015 2016
Balita (%) (%) (%) (%) (%)
Persalinan yang 97,89 92,94 89,2 93,5 99,2
ditangani oleh dokter,
tenaga medis dan bidan
Balita yang sudah 97,85 87,25 90,8 90,8 103
mendapatkan imunisasi
Balita yang mengalami 1,08 1,44 2,1 1,6 1
gizi buruk
Jumlah kematian bayi 137 100 80 96 78
Angka Kematian Bayi 11,2 7,26 7,03 8,7 7,3
Sumber : BPS Kabupaten Ngawi 2017

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-13


Dari data diatas terlihat bahwa indikator
kesehatan balita di kabupaten Ngawi dari tahun ke
tahun secara umum mengalami peningkatan. Hal ini
harus terus dipertahankan dan harus ditingkatkan
pula.
c. Sarana Kesehatan

Tabel 2.7
Puskesmas dan Jaringannya di Kab. Ngawi Tahun 2016
d.
S Jejaring Puskesmas
No Puskesmas
S Pustu Posyandu Polindes Puskesmas
1.u Sine 4 77 15 1
2.m Ngrambe 4 72 11 1
3. Jogorogo 3 60 8 1
s
4. Kendal 3 62 7 1
u
5 Geneng 4 74 8 1
6m Gerih 2 41 6 1
7b Kwadungan 3 45 10 1
8e Pangkur 2 39 6 1
9r Karangjati 4 55 12 1
10 Bringin 3 42 8 1
11.
: Padas 2 45 8 1
12. Kasreman 2 37 8 1
13.
B Ngawi 3 101 9 2
14.
P Paron 5 109 12 2
15
S
Kedunggalar 4 93 11 2
16 Pitu 3 45 8 1
,
17 Widodaren 6 89 8 2
18 Mantingan 2 52 8 2
2
19 Karanganyar 3 50 6 1
0 Jumlah 62 1.188 169 24
Sumber: BPS, 2017

Fasilitas kesehatan di Kabupaten Ngawi


tergolong cukup memadai. Fasilitas tersebut antara
lain satu rumah sakit yang dimiliki oleh pemerintah
daerah dan dua rumah sakit yang dimiliki oleh swasta.
Adapun puskesmas dan puskesmas pembantu telah
ada di tiap kecamatan.

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-14


3. Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Lingkungan
Hidup
Tabel
Evaluasi Pencapaian Sasaran Meningkatnya kualitas dan
kuantitas jalan dan jembatan yang memadai Dalam mendukung
pengembangan kawasan agropolitan, PHBM maupun kawasan
lain

No Indikator Sasaran Satuan Tahun 2014 Capaian Tahun 2017 Capaian


Target Realisasi Kinerja Target Realisasi Kinerja
Tahun Tahun
2012 2017
1 Panjang Jalan Km 210 210 100 210 237 112
Kabupaten dalam
kondisi baik (km)
2 Proporsi Panjang Jalan % 34,83 34,83 100 34,83 34,83 100
dalam kondisi baik (%)
3 Jumlah Jembatan dalam Unit 338 338 100 338 338 100
kondisi baik (buah)
4 Proporsi Jembatan % 93 93 100 93 93 100
dalam kondisi baik
5 Proporsi Utilitas Jalan % 49,75 49,75 100 49,75 49,75 100
dalam kondisi baik
(gorong – gorong
maupun trotoar)
Capaian sasaran Meningkatnya kualitas dan
kuantitas jalan dan jembatan yang memadai dalam
mendukung pengembangan kawasan agropolitan,
PHBM maupun kawasan lain dari 4 indikator sasaran
yang ditetapkan dapat tercapai keseluruhan dengan
tingkat capaian mencapai 100% dan 1 indikator
sasaran tercapai >100%, yaitu indikator sasaran
panjang Jalan Kabupaten dalam kondisi baik. 5
sasaran tersebut dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan
Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Kebersihan
Kabupaten Ngawi. Disamping itu indikator sasaran
tersebut telah terakomodir dalam Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yang pada Tahun 2017 ini merupakan
prioritas program dari Pemerintah Kabupaten Ngawi.

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-15


Tabel
Evaluasi Pencapaian Sasaran
Meningkatnya kualitas dan kuantitas lingkungan pemukiman yang memadai dalam
mendukung program penanggulangan kemiskinan

No Indikator Sasaran Satuan Tahun 2012 Capaian Tahun 2017 Capaian


Target Realisasi Kinerja Target Realisasi Kinerja
Tahun Tahun
2012 2017
1 Prosentase rumah % 38.43 38.43 100 39,93 38.43 98
tinggal bersanitasi,

2 Rasio rumah layak huni, % 31,12 31,12 100 38,12 31,12 81


3 Rasio permukiman % 64,50 64,50 100 68,75 64,50 93
layak huni
4 Lingkungan pmkiman 2 2 100 4 2 50%
permukiman kumuh
yang diperbaiki
5 Prosentase Permukiman % 31,70 31,70 100 33,50 31,70 94
tertata
6 Prosentase Rumah RT 36,150 36,150 100 42,150 73,050 173,30
tangga pengguna air
bersih
7 Prosentase penduduk % 25,00 25,00 100 31,80 44,11 128,7
berakses air minum,
8 Rasio tempat ibadah per unit
satuan penduduk dengan
target
o Masjid 1.411 1.411 100 1.411 1.411 100
o Mushola 4339 4339 100 4339 4339 100
o Gereja 77 77 100 77 77 100
o Kuil 1 1 100 1 1 100
o Vihara 2 2 100 2 2 100

Capaian sasaran meningkatnya kualitas dan kuantitas


lingkungan pemukiman yang memadai dalam mendukung
program penanggulangan kemiskinan pada Tahun 2017 3
indikator mampu mencapai target sasaran sebesar 100%
dan > dari 100%, sedangkan 5 indikator sasaran lain belum
dapat mencapai target sasaran sebesar 100%. Capaian
sasaran yang paling berhasil ditunjukkan dengan indikator
persentase rumah tangga pengguna air bersih yang
mencapai 73.050 rumah tangga atau 173,30% tingkat
capaiannya dari tsarget rencana sebesar 42,15 rumah
tangga pelanggan air bersih.

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-16


Sedangkan 5 inidkator sasaran yang belum mencapai
target 100% yang paling menonjol ketidak berhasilan tingkat
capaiannya adalah lingkungan pemukiman kumuh yang
diperbaiki yang hanya mampu mencapai target sebesar 50%
saja atau hanya 2 lingkungan pemukiman yang mampu
diperbaiki dari 4 target lingkungan pemukiman kumuh yang
menjadi indikator sasaran yang ditetapkan pada Tahun 2017
ini.
2.1.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
1. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)
Iklim investasi merupakan salah satu aspek penting
dalam pembangunan. Setiap daerah harus mampu
menciptakan iklim investasi yang kondusif, karena iklim
investasi yang kondusif akan medorong peningkatan modal
yang dapat digunakan dalam mendukung kegiatan
pembangunan. Sebaliknya jika iklim investasi tidak
menentu, maka para investor tidak akan tertarik untuk
melakukan investasi sehingga akan menghambat
peningkatan modal. Tabel dibawah ini menunjukan
perkembangan jumlah investasi di Kabupaten Ngawi
Tabel 2.8
Rencana PMDN yang disetujui Pemerintah Menurut Sektor di
Kab. NgawiTahun 2012-2015
Sektor /Sub 2012 2013 2014 2015
Sektor
Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai
investa Rp. (Juta) investa Rp. (Juta) investa Rp. (Juta) investas Rp. (Juta)
si si si i

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Pertanian
34 7.340.000.000 2 1.250.000.000 17 6.670.000.000 6 3.505.000.00
0
2. Peternakan
5 610.000.000 - - 3 500.000.000 2 600.000.000
3. Perikanan
2 230.000.000 2 200.000.000 2 200.000.000 1 100.000.000
4. Perkebunan/
3 595.000.000 - - 12 2.745.000.000 1 100.000.000
Kehutanan

5. Pertambangan &
- - 1 1.000.000.000 - - - -

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-17


Sektor /Sub 2012 2013 2014 2015
Sektor
Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai Jumlah Nilai
investa Rp. (Juta) investa Rp. (Juta) investa Rp. (Juta) investas Rp. (Juta)
si si si i

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

galian Gol. C

6. Perindustrian
77 8.945.000.000 48 11.500.000.000 27 3.824.000.000 20 39.745.000.0
00
7. Perdagangan
269 51.050.930.000 491 82.897.000.000 444 100.321.350.574 367 65.825.930.0
00
8.Perhotelan/Losm
43 8.177.075.000 1 6.200.000 1 6.875.000.000
en /Penginapan

9.
6 2.094.800.000 2 200.000.000 5 215.500.000.000 15 1.720.000.00
Restoran/Rumah 0
Makan, Cafe

10. Gedung
5 1.300.000.000 1 500.000.000 1 130.000.000 6 2.280.000.00
Perumahan, Ruko 0
11. Gedung
2 200.000.000 - - - -
Perkantoran,
Supermarket &
supermall

12. Kontruksi
52 10.179.250.500 31 11.940.100.000 53 41.745.000.000 39 15.716.030.0
00
13. Pergudangan
23 3.076.400.000 - -
14. Transportasi
5 2.100.000.000 9 3.350.000.000 8 3.100.000.000 23 7.550.210.00
darat/ Laut 0
15. Kesehatan
12 2.290.000.000 5 1.850.000.000 11 450.000.000 1 10.000.000
16. Koperasi
9 4.103.970.000 - - 14 17.150.858.402 3 331.352.000
17. Jasa
2 305.000.000 7 2.700.000.000 2 804.000.000 27 6.340.000.00
Hiburan/Rekreasi 0
18. Lain-lain
106 28.420.620.000 39 506.974.778.14 21 12.295.000.000 42 10.425.000.0
0 00
Jumlah
655 131.018.045.50 639 624.368.078.14 621 412.310.208.976 553 154.248.522.
0 0 000
Sumber : BPS Kab. Ngawi, Tahun 2015

2.1.4 Aspek Daya Saing Daerah


Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah
dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi
dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-18


dan internasional. Aspek daya saing daerah terdiri dari
kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur,
iklim berinvestasi dan sumber daya manusia. Indikator aspek daya
saing daerah adalah sebagai berikut.
2.1.4.1 Struktur Ekonomi Daerah
Perekonomian masyarakat Ngawi masih banyak
bergantung pada kategori pertanian, kehutanan dan
perikanan, hal ini tergambar dari struktur ekonomi pada
PDRB Kabupaten Ngawi. Dari struktur ekonomi tersebut
dapat terlihat sumbangan atau peran masing-masing
lapangan usaha. Sumbangan terbesar pada tahun 2016
dihasilkan oleh lapangan usaha kategori pertanian,
kehutanan dan perikanan sebesar 39,02 persen;
kemudian lapangan usaha kategori Perdagangan besar
dan eceran, reparasi mobil dan motor sebesar 15,49
persen. Sumbangan dari lapangan usaha lain yaitu
lapangan usaha kategori jasa pendidikan sebesar 5,41
persen dan lapngan usaha kategori Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial wajib
sebesar 5,24 persen. Sementara peranan lapangan usaha
kategori yang lain kontribusinya dibawah 5 persen.

2.1.4.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur


Fasilitas atau infrastruktur merupakan salah satu
aspek penting dalam proses pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan fasilitas atau infrastruktur memiliki
keterkaitan sangat kuat dengan kesejahteraan dan
kualitas lingkungan suatu wilayah. Hal tersebut
ditunjukkan dengan indikasi bahwa wilayah yang memiliki
kelengkapan sistem infrastruktur yang berfungsi dengan
baik mendukung terwujudnya tingkat kesejahteraan sosial
dan kualitas lingkungan serta pertumbuhan ekonomi yang
lebih baik pula.
RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-19
Pengembangan infrastruktur wilayah harus
mengacu pada rencana tata ruang, karena pembangunan
sektoral harus sinergi dengan pembangunan wilayah yang
tertuang dalam rencana tata ruang. Berdasarkan Perda
Nomor 10 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Ngawi Tahun 2010-2030
memuat rencana struktur ruang, pola ruang dan
penetapan kawasan strategis kabupaten. Rencana
struktur ruang memuat rencana sistem perkotaan dan
infrastruktur wilayah. Rencana pola ruang memuat
rencana kawasan lindung dan rencana kawasan budidaya.
Kebutuhan pengembangan prasarana wilayah di
Kabupaten Ngawi antara lain memuat :
1. Rencana Pengembangan jalan nasional bebas hambatan
dengan ruas:
• Mantingan - Ngawi
• Ngawi - Kertosono
2. Pengembangan Jalan Nasional Kolektor Primer dengan
ruas:
• Babat - Bojonegoro - Padangan - Ngawi
• Ngawi - Maospati - Madiun - Caruban
3. Jaringan nasional arteri primer dengan ruas :
• Surabaya - Mojokerto - Jombang - Kertosono -
Nganjuk - Caruban - Ngawi - Mantingan
a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Tata ruang memberikan dampak yang besar dalam
mempengaruhi daya saing di daerah, hal ini bisa dilihat
dari berbagai aspek diantaranya : ketaatan terhadap
RTRW, luas wilayah produktif, luas wilayah industri, luas
wilayah kebanjiran dan luas wilayah perkotaan. Berikut
ini adalah data terkait hal tersebut diatas.

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-20


Tabel 2.9
Daya Saing Daerah terkait Tata Ruang
No Aspek Keterangan
1 Ketaatan terhadap RTRW 95%
2 Luas Wilayah Produktif 50.404 ha
3 Luas Wilayah Industri 1.628 ha
4 Luas Wilayah Banjir 30.017 ha
5 Luas Wilayah Perkotaan 40.472 ha
6 Luas Wilayah Kekeringan 35.502 ha
Sumber : Data RTRW dan Data Statistik Daerah 2015

Dari data tersebut terlihat bahwa mempunyai


wilayah produktif (wilayah pertanian) yang cukup besar
dan merupakan salah satu kabupaten yang menyokong
ketahanan pangan di tingkat provinsi maupun nasional.
Namun secara hidrologi, Kabupaten Ngawi yang dilalui
oleh dua sungai besar yaitu Sungai Bengawan Solo dan
Kali Madiun, pada saat musim hujan sering menimbulkan
dampak banjir di beberapa wilayah terutama di daerah
aliran sungai tersebut yang secara eksisting merupakan
daerah pertanian produktif.
Selain itu, Kabupaten Ngawi juga memiliki wilayah
kekeringan yaitu di daerah utara bengawan Solo yang
secara geologis merupakan daerah pegunungan Kendeng
yang cenderung kering dan tandus.

2.1.4.3 Fokus Iklim Berinvestasi


Investasi merupakan salah satu indikator penting
dalam meningkatkan dalam pembangunan perekonomian.
Investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan
penciptaan lapangan kerja baru sehingga diharapkan akan
mengurangi beban pengangguran dan kemiskinan. Kondisi
keamanan dan politik di Kabupaten Ngawi yang stabil
merupakan modal penting dalam menarik minat investor.

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-21


Salah satu indikator yang dapat digunakan dalam
melihat iklim investasi adalah angka kriminalitas. Angka
kriminalitas dapat menggambarkan tingkat keamanan
masyarakat. Semakin rendah angka kriminalitas, maka
semakin tinggi tingkat keamanan masyarakat. Angka
kriminalitas di Kabupaten Ngawi pada tahun 2012-2016
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.10
Angka Kriminalitas Kab. Ngawi Tahun 2012-2016
Tahun
Uraian
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Kriminal 659 657 505 349 466
Jumlah Penduduk 912.867 915.493 915.493 915.493 896.859
Angka Kriminalitas 7,22 7,18 5,52 3,81 5,20
Sumber: BPS, 2017
Tabel diatas menunjukkan bahwa dalam lima
tahun terakhir, jumlah tindakan kriminal di Kabupaten
Ngawi penurunan, kecuali pada tahun 2016. Pada tahun
2016 tindakan kriminal adalah sebanyak 466 tindakan
kriminal, meningkat sebanyak 123 tindakan dari tahun
2015. Tahun 2016 angka kriminalitas juga mengalami
kenaikan 1,51 dari tahun 2015 sehingga mencapai 5,20.

2.1.4.4 Fokus Sumber Daya Manusia


Faktor terpenting dalam mewujudkan pembangunan
adalah sumber daya manusia (SDM), karena SDM berperan
dalam mengelola dan mengoptimalkan fungsi sumber daya
lain dalam pembangunan. Sumber daya manusia yang
berkualitas akan menentukan keberhasilan pemerintah
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
pembangunan. Kualitas sumber daya manusia yang dimiliki
oleh suatu daerah dapat dilihat berdasarkan rasio tingkat
pendidikan penduduknya dan Rasio Ketergantungan. Salah

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-22


satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam
kerangka pembangunan di Kabupaten Ngawi adalah kualitas
sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan
erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk
mengisi kesempatan kerja baik di dalam negeri maupun di
luar negeri. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat
ditentukan oleh tingkat pendidikannya, artinya semakin
tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu
wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya.
Kualitas tenaga kerja di suatu daerah dapat dilihat dari
tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaikan S1,
S2 dan S3.
Rasio ketergantungan merupakan salah satu indikator
penting dalam pembangunan. Semakin tinggi persentase
tingkat ketergantungan maka semakin tinggi beban yang
harus ditanggung penduduk yang produktif untuk
membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif lagi, demikian pula sebaliknya. Rasio
ketergantungan Kabupaten Ngawi pada tahun 2010-2016
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.11
Rasio Ketergantungan di Kab. Ngawi Tahun 2010-2016
Tahun
Uraian
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Penduduk
186.077 187.130 188.189 189.256 190.326 180.825 180.941
Usia <15 thn
Jumlah Penduduk
77.053 77.478 86.961 87.211 78.771 79.476 79.592
Usia > 64
Jumlah Penduduk
631.688 635.234 638.804 642.393 646.002 568.482 568.947
15 s/d 64
Rasio
Ketergantungan 42 42 43 43 42 46 46
(%)
Sumber: BPS, 2017

Tabel diatas menunjukkan bahwa rasio


ketergantungan di Kabupaten Ngawi pada tahun 2010-2014
mengalami pertumbuhan fluktuatif, namun tetap berkisar
antara 42-43 %. Namun di tahun 2015 rasio ketergantunga
RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-23
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sekitar
4% mejadi 46%. Dan kondisi ini terus bertahan hingga di
tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa, rasio
ketergantungan di Kabupaten Ngawi masih cukup tinggi dan
belum ada penurunan signifikan dalam tujuh tahun ini.
2.2 EVALUASI RKPD
Evaluasi pelaksanaan RKPD tahun 2017 sangat penting guna
mengetahui capain pembangunan dan permaslahan yang dihadapi guna
menntukan Prioritas Pembangunan di tahun-tahun selanjutnya. Hasil
evaluasi RKPD tahun 2017 dapat dilihat pada lampiran bab 2.

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-24


2.3 Permasalahan Pembangunan Daerah
Ada beberapa tantangan pembangunan yang harus disikapi
secara serius oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi, secara umum
tantangan tersebut adalah :
jumlah angka kemiskinan yang masih berkisar pada 14% pada
Tahun 2017, ketersediaan infrastruktur wilayah yang memadai hanya
mampu mencapai sebesar 57,97 % saja dari target yang ditetapkan,
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngawi sebesar 6,84 relatif kecil
bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi provinsi Jawa
Timur yang mencapai 10,8 tiap tahunnya. Adapun permaslahan
pembagunan per urusan pemerintah daerah adalah sebagai berikut :
 Pendidikan.
1. Tingkat ekonomi masyarakat yang tidak merata, sehingga banyak

masyarakat miskin yang tidak mampu menyekolahkan anak-

anaknya kejenjang yang lebih tinggi dan lebih berkonsentrasi

terhadap membantu memperbaiki perekonomian keluarga.

2. Komunikasi global yang tanpa batas pada saat ini juga turut

menyumbang besarnya permasalahan pendidikan di Kabupaten

Ngawi, banyak remaja putus sekolah karena melakukan tindakan-

tindakan yang kurang mendukung motivasi mereka melanjutkan

pendidikan yang lebih tinggi.

 Kesehatan.
1. Masih banyaknya masyarakat yang belum dapat memahami arti

penting program kesehatan bagi keluarga, sehingga sebagian

besar dari masyarakat kurang member apresiasi positif terhadap

nilai penting kesehatan keluarga dalam kehidupan mereka.

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-25


2. Adanya pemahaman yang keliru melalui pendekatan dogma

agama, sehingga program keluarga berencana masih dianggap

bertentangan dengan keyakinan mereka,

3. Belum secara keseluruhan alat kontrasepsi tersedia pada sarana

kesehatan terdekat (didesa) sehingga masyarakat enggan untuk

memperoleh alat kontrasepsi sebagaimana yang mereka inginkan

apabila mereka harus pergi kekota yang memerlukan waktu dan

biaya tambahan untuk memperolehnya.

 Ketahanan Pangan.
1. Masih rendahnya tingkat pendidikan para petani yang ada, yang

berakibat terhadap pola pengolahan lahan pertanian masih

mempergunakan metoda konvensional yang hasilnya secara

langsung belum dapat meningkat secara baik.

2. Terbatasnya peralatan pertanian modern yang dimiliki oleh petani

yang berdampak langsung terhadap produktivitas hasil pertanian

yang kurang optimal.

3. Kurang meratanya distribusi pangan bagi seluruh penduduk yang

ada di Kabupaten Ngawi karena factor geografis tempat tinggal

mereka yang cenderung sulit dijangkau dengan kendaraan roda

empat

 Penanaman Modal
1. Perekonomian Kabupaten Ngawi masih didominasi oleh sektor

pertanian, sehingga secara umum belum banyak investor yang

berminat pada bidang-bidang lain selain investor yang bergerak

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-26


pada bidang pertanian, yang berpengaruh terhadap terbatasnya

jenis investasi yang prospektif yang ada di Kabupaten Ngawi.

2. Kurangnya tenaga berpendidikan dengan keterampilan yang

memadai dalam bidang-bidang produksi tertentu yang tersedia di

Kabupaten Ngawi, sehiingga akan menyulitkan investor untuk

mencari tenaga ahli produksi bagi usaha yang akan mereka

jalankan.

 Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Perikanan


1. Seringnya terjadi banjir setiap tahunnya, yang berakibat rusaknya

hasil produksi pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan

karena genangan air banjir tersebut.

2. Masih terbatasnya sarana produksi modern yang dimiliki oleh

petani yang berakibat kurang optimalnya capaian produksi dan

produktivitas mereka.

3. Kurangnya penduduk yang memiliki lahan sendiri dan sebagian

besar mereka hanyalah petani penggarap/pekerja dari pengusaha

dibidang pertanian.

4. Pola distribusi pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan

yang masih mempergunakan sarana pemasaran konvensional

dan belum terbentuknya jaringan kerja mereka dengan pengusaha

besar yang umumnya berada dikota besar.

 Perdagangan
1. Masih banyaknya pedagang besar yang sering memainkan

harga pasar yang berakibat fluktuatifnya harga masing-masing

komoditas dipasar.

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-27


2. Pertumbuhan usaha waralaba yang sangat pesat (Indomaret,

alfamart) yang berdampak pada lesunya pasar tradisional yang

ada

 Perindustrian
1. Masih terbatasnya potensi diversifikasi industri yang cenderung

berpotensi terhadap industry pengolahan hasil pertanian.

2. Belu banyaknya tenaga kerja yang berpengalaman bekerja

dibidang industri pada Kabupaten Ngawi.

3. Kurang optimalnya promosi potensi pengembangan industry di

Kabupaten Ngawi yang dilakukan

 Pariwisata
1. Kurangnya sarana akomodasi yang dimiliki oleh Kabupaten Ngawi

utamanya hotel yang dekat dengan kawasan wisata yang ada.

2. Belum optimalnya sarana informasi promosi wisata yang dilakukan

oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi

 Ketenagakerjaan
1. Terbatasnya jenis pelatihan yang diadakan untuk dapat bekerja

pada bidang-bidang industri besar.

2. Jumlah angkatan kerja yang cenderung meningkat dari tahun

ketahun tidak sebanding dengan jumlah penyediaan potensi

peluang kerja yang ada

 Kearsipan
1. Kurangnya pemahaman tentang nilai penting arsip bagi

pemerintahan oleh masing-masing SKPD yang ada.

2. Sarana prasarana pengelolaan arsip yamg kurang memadai yang

ada pada masing-masing SPD.

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-28


3. Terbatasnya jumlah aparatur yang memiliki keahlian dibidang

kearsipan.

 Komunikasi dan Informatika


1. Belum adanya komitmen yang kuat dari pimpinan untuk

menyikapi implementasi teknologi informasi dalam system

pemerintahan

2. Alokasi anggaran yang disediakan bagi pengembangan teknologi

informasi

 Perpustakaan
1. Belum lengkapnya judul koleksi buku yang dimiliki

2. Masih kurangnya minat membaca masyarakat terhadap kolejksi

buku perpustakaan yang ada

 Pemberdayaan Masyarakat Desa


1. AKsesbilitas jalan yang kurang baik pada lokasi-lokasi desa

dipinggiran kota/ tempat yang terpencil

2. Tingkat perkembangan desa yang bervariasi sesuai dengan

karakteristik desa masing-masing

3. Ketersediaan SDM di desa yang cakap pada bidang administrasi

masih sangat sedikit jumlahnya.

 Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang

1. Masih banyak akses jalan menuju desa-desa yang belum memadai

untuk ditingkatkan menjadi Jalan Kabupaten

2. Terdapat banyak aliran sungai yang menjadi batas antar desa,

sehingga untuk menyambungkan akses tersebut diperlukan jumlah jembatan

yang relative banyak

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-29


3. Seringnya terjadi bencana banjir di Kabupaten Ngawi

4. Belum semua area pertanian dapat dialiri air irigasi karena

keterbatasan jaringan irigasi yang ada

5. Banyaknya sumur tanah yang berdekatan letaknya berdampak mengurangi

debit air pada masing-masing saluran irigasi.

 Perumahan dan Kawasan Permukiman


1. Masih banyaknya rumah tidak layak huni yang berada menyebar
di seluruh wilayah Kabupaten Ngawi, sehingga menyulitkan
distribusi perbaikan pada lokasi-lokasi tersebut.
2. Belum meratanya pendapatan penduduk yang berdampak masih
banyaknya penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan
 Penataan Ruang
1. Belum tersedianya SDM yang berkompeten pada bidang
perencanaan Tata Ruang pada masing-masing Kecamatan
2. Peruntukan tata ruang saat ini masih belum mengacu pada
RDTRK karenabeberapa kepentingan masiing-masing wilayah
yang fluktuatif.
 Lingkungan Hidup
1. Kesadaran penduduk untuk membuang sampah sesuai dengan
tempatnya masih rendah
2. Belum seluruh perusahaan yang ada menerapkan SIstem AMDAl
pada operasionalisasi produksinya.
3. Luasan RTH belum sesuai dengan standarisasi yang
dipersyaratkan

RKPD Kab. Ngawi Tahun 2019 Bab II-30

Anda mungkin juga menyukai