Anda di halaman 1dari 9

Analisis Potensi Sektor Ekonomi dengan Metode LQ dan Shift Share di

Kabupaten Jepara

Riska Aristi
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Bandar Lampung

Abstrak. Sektor ekonomi basis merupakan salah satu faktor terjadinya


pertumbuhan ekonomi dan terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor unggulan dan potensi sektor
ekonomi di Kabupaten Jepara. Data yang digunakan adalah data sekunder
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jepara dan Jawa Tengah
tahun 2017 hingga tahun 2022 serta pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu pendekatan deskriptif dengan menganalisis secara kuantitatif. Dengan
menggunakan teknik analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share.
Hasil penelitian yang didapatkan terdapat 9 sektor basis di Kabupaten Jepara, 17
sektor yang tumbuh relatif cepat, 1 sektor di Kabupaten Jepara yang cenderung
mendorong pertumbuhan PDRB Jawa Tengah,
Kata kunci:PDRB; pertumbuhan ekonomi;LQ;Shift Share.
Abstract.The basic economic sector is one of the factors for economic growth and
the realization of social welfare. The aim of this research is to determine the
leading sectors and potential economic sectors in Jepara Regency. The data used
is secondary data obtained from the Central Statistics Agency (BPS) of Jepara
and Jawa Tengah Regency from 2017 to 2022 and the approach used in this
research is a descriptive approach by analyzing quantitatively. By using Location
Quotient (LQ) analysis techniques and Shift Share analysis. The research results
obtained were that there were 9 basic sectors in Jepara Regency, 17 sectors that
were growing relatively fast, 1 sector in Jepara Regency that tended to encourage
growth in Jawa Tengah’s GRDP,
Keywords: GRDP; economic growth; LQ; Shift Share.

PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi menurut (Kuncoro, 2013) adalah peningkatan pendapatan
rill per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai dengan
perbaikan kelembagaannya. Proses pembangunan ekonomi adalah proses yang
bertujuan untuk meningkatkan PDB suatu wilayah yang lebih tunggi dibanding
laju pertumbuhan penduduk. Arsyad (2010) menyatakan bahwa pembangunan
ekomomi adalah proses jangka panjang perbaikan kelembagaan yang mengarah
pada peningkatan rill per kapita penduduk suatu negara. Ciri-ciri pembangunan
ekonomi adalah merupakan proses roses perubahan yang berkesinambungan,
upaya peningkatan pendapatan per kapita, pertumbuhan pendapatan per kapita
harus dipertahankan dari waku ke waktu; dan memperbaiki semua domain
kelembagaan (hukum, ekonomi, politik, sosial dan budaya). Pembangunan daerah
(regional) mengacu pada fungsi potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan
sumber daya manusia, investasi, pembangunan sarana dan prasarana, transportasi
dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan
antar daerah, serta seperti kemampuan pendanaan dan penganggaran,
kewirausahaan, organisasi kelembagaan regional, dan lingkungan pembangunan
yang lebih luas(Fattah & Rahman, 2013).
Pertumbuhan ekonomi menurut (Agma, 2015) adalah pembangunan yang
dihasilkan dari kegiatan ekonomi yang mendukung hasil yang lebih tinggi bagi
individu serta meningkatkantingkat kekayaan dan kesejahteraan mereka.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tentunya akan meningkatkan derajat
kesejahteraan komunal dalam suatu bangsa, karena dengan tumbuhnya
perekonomian suatu negara maka produksi perkapitanya juga akan meningkat.
Menurut (Todaro, 2000) Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai total dari
nilai keluaran akhir suatu perekonomian yang dicapai pada tingkat daerah (baik
yang dilakukan oleh penduduk setempat atau penduduk dari daerah lain yang
tinggal di daerah tersebut). PDRB adalah seluruh nilai tambah produk dan jasa
yang diperoleh melalui berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah, terlepas dari
siapa pemiliknya dari sumber pendapatan, baik penduduk lokal maupun
pengunjung dari daerah lain yang tinggal di daerah tersebu t(Kairupan, 2013).
Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu tolak ukur pembangunan
daerah dan tolak ukur kemakmuran suatu daerah.Dalam Produk Domestik
Regional Bruto tinggi rendahnya PDRB dipengaruhi oleh beberapa sektor
ekonomi.
Setiap sektor ekonomi dalam lapangan usaha menyumbang sejumlah uang yang
berbeda. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, PDRB terdapat 17 lapangan usaha
yaiytu pertanian; kehutanan, dan perikanan; pertambangan dan Penggalian;
industri pengolahan; pengadaan istrik dan gas; pengadaan air, pengelolaan
sampah, Limbah dan daur ulang; konstruksi; perdagangan besar dan eceran
(reparasi mobil dan sepeda motor); transportasi dan pergudangan; penyediaan
akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa keuangan dan
asuransi; real estate; jasa perusahaan; administrasipemerintahan, pertahanan, dan
jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa jesehatan dan kegiatan sosial;dab jasa
lainnya. Untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi daerah, pemerintah
Kabupaten Jepara harus meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
menyesuaikan potensi daerah, dengan memaksimalkan agar prioritas
pembangunan ekonomi sejalan dengan potensi yang dimiliki Kabupaten Jepara.
Karena setiap daerah memiliki potensi pertumbuhan yang berbeda, maka setiap
daerah bertanggung jawab untuk menentukan sektor ekonomi yang mendominasi
(Sjafrizal, 2014).
1.200.000.000

1.000.000.000
PDRB (Juta Rupiah0
800.000.000

600.000.000

400.000.000

200.000.000

0
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Tahun

Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah

Gambar 1PDRB kabupaten jepara dan jawa tengah (2017-2022)

Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah


7,00
6,00
5,00
Laju Pertumbuhan (%)

4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
-1,00 2017 2018 2019 2020 2021 2022
-2,00
-3,00
-4,00
Tahun

Gambar 2. pertumbuhan PDRB Jepara dan Jawa Tengah (2017-2022)

METODE
Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah jenis data sekunder.
Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistika Kabupaten Jepara dan Jawa
Tengah, untuk memperoleh data atau informasi statistik Produk Domestik
Regional Bruto menurut lapangan usaha berdasarkan harga konstan dari tahun
2017 hingga tahun 2022. Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai total
barang dan jasa yang diproduksi atau dihasilkan di suatu daerah (dalam penelitian
ini yaitu daerah Kabupaten Jepara).
Pendekatan analisis deskriptif kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Teknik
penelitian deskriptif kuantitatif adalah pendekatan analisis data yang
menggunakan data berupa angka atau nilai, yang kemudian dievaluasi dengan
menambahkan informasi berupa frase untuk menjelaskan data kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis
Location Quotient, dan Shift Share.
1. Analisis Location Quotient (LQ)
Location Quotient merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengukur dari versi basis ataupun non basis. Sektor basis adalah sektor
dengan nilai LQ > 1. Sedangkan non basis adalah sektor dengan nilai LQ < 1.
Rumus yang digunakan untuk model rasio pertumbuhan adalah (Hendrati,
2018) :
Vaji/Vaii
LQ = PDRBj/PDRBi

Keterangan:
Vaji = besaran PDRB Kabupaten sektor i
Vaii = besaran PDRB Provinsi sektor i
PDRBj = besaran PDRB total Kabupaten
PDRBi = besaran PDRB total Provinsi

2. Analisis Shift Share


Analisis Shift Share dibagi menjadi tiga komponen menurut (Tarigan 2005)
yaitu Potentional Regional, Proportional Shift, dan Differential Shift. Berikut
penjelasan ketiga komponen tersebut
a. Proportional Shift (PS)
Proportional Shift (PS) digunakan untuk mengetahui sektor perekonomian
di kabupaten apakah tumbuh relatif cepat atau relatif lambat dibandingkan
sektor perekonomian yang sama di provinsi. Perhitungan PR dapat ditulis
sebagai berikut :
0 𝑄𝑡 𝑌𝑡
PS =𝑄𝑖𝑗 (𝑄𝑖0 - 𝑌0 )
𝑖
Keterangan:
0
𝑄𝑖𝑗 = PDRB Kabupaten sektor i tahun dasar
𝑡
𝑄𝑖 = PDRB Provinsi sektor i tahun t
𝑄𝑖0 = PDRB Provinsi sektor i tahun dasar
Yt = Total PDRB Provinsi tahun t
Y0 = Total PDRB Provinsi tahun dasar
Dari hasil perhitungan PS dapat disimpulkan apabila PS < 0, maka sektor
tersebut tumbuh relatif lambat dari sektor yang sama ditingkat provinsi,
sedangkan apabila PS > 0, maka sektor tersebut tumbuh relatif cepat dari
sektor yang sama ditingkat provinsi.

b. Differential Share (DS)


Differential Shift (DS) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh daya
saing industri daerah (lokal) kabupaten dengan perekonomian yang
dijadikan acuan. Suatu daerah dapat saja memiliki keunggulan
dibandingkan daerah lainnya karena lingkungan dapat mendorong sektor
tertentu untuk tumbuh lebih cepat atau dalam hal ini keunggulan
lokasional. DS dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
0 𝑄𝑡 𝑄𝑡
DS =𝑄𝑖𝑗 (𝑄𝑖𝑗0 - 𝑄𝑖0 )
𝑖𝑗 𝑖
Keterangan:
0
𝑄𝑖𝑗 = PDRB Kabupaten sektor i tahun dasar
𝑡
𝑄𝑖𝑗 = PDRB Kabupaten sektor i tahun t
0
𝑄𝑖𝑗 = PDRB Kabupaten sektor i tahun dasar
𝑡
𝑄𝑖 = PDRB Provinsi sektor i tahun t
𝑄𝑖0 = PDRB Provinsi sektor i tahun dasar

Dari perhitungan DS dapat disimpulkan sebagai berikut:DS < 0, maka


sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih lambat di banding yag
sama di daerah lain atau dengan kata lain sektor tersebut tidak mempunyai
keuntungan lokasional yang baik; dan DS > 0, maka sektor tersebut
memiliki pertumbuhan yang lebih cepat di banding sektor yang sama di
daerah lain atau dengan kata lain sektor tersebut mempunyai keuntungan
lokasional yang baik.

c. Proportional Regional (PR)


Tujuan menggunakan PR adalah untuk mengetahui sektor mana yang
cenderung mendorong atau menghambatpertumbuhan ekonomi provinsi.
Perhitungan PR adalah sebagai berikut :

0 𝑌𝑡
PR =𝑄𝑖𝑗 (𝑌0 -1)
Keterangan:
0
𝑄𝑖𝑗 = PDRB Kabupaten sektor i tahun dasar Y
Yt = Total PDRB Provinsi tahun t
Y0 = Total PDRB Provinsi tahun dasar

Hasil perhitungan PR dapat disimpulkanapabila PR< ΔQ, maka produksi


sektor yang ada di kabupaten cenderung mendorong pertumbuhan
ekonomi di provinsi; dan PR > ΔQ, maka produksi sektor yang ada di
kabupaten cenderung menghambat pertumbuhan ekonomi di provinsi.
HASIL
Tabel 1. Hasil perhitungan location quotient kabupaten jepara tahun 2017-2022

Kategor
Lapangan Usaha Rata-rata Keterangan
i
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,98 non basis
B Pertambangan dan Penggalian 0,76 non basis
C Industri Pengolahan 0,98 non basis
D Pengadaan Listrik dan Gas 1,07 basis
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
E 1,05 basis
dan Daur Ulang
F Konstruksi 0,65 non basis
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
G 1,22 basis
Mobil dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 1,28 basis
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,33 basis
J Informasi dan Komunikasi 0,81 non basis
K Jasa Keuangan 0,78 non basis
L Real Estate 0,95 non basis
M,N Jasa Perusahaan 1,43 basis
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
O 0,84 non basis
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 1,24 basis
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,12 basis
R,S,T,U Jasa Lainnya 1,47 basis
Sumber : Data sekunder diolah
Dari tabel 1, hasil perhitungan Location Quotiient dapat diketahui bahwa terdapat
9 sektor basis di Kabupaten Jepara yaitu sektor pengadaan listrik dan gas,
pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, perdagangan besar
dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi dan pergudangan,
penyediaan akomodasi dan makan minum, jasa perusahaan, jasa pendidikan, jasa
kesehatan dan kegiatan sosial, dan jasa lainnya. Ke sembilan sektor usaha tersebut
merupakan sektor unggulan Kabupaten Jepara untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi daerah.
Tabel 2. Hasil analisis Shift Share kabupaten Jepara tahun 2017-2022
Kategori Lapangan Usaha Ds Ps Pr Δq

Pertanian,
A Kehutanan, dan 52.420,13 724.557,33 1.161.629,64 505.411,74
Perikanan
Pertambangan dan
B -335.490,90 227.854,86 241.499,49 349.135,53
Penggalian
Industri
C 457.348,30 3.191.386,74 2.410.442,47 -1.238.292,57
Pengolahan
Pengadaan Listrik
D 1.889,98 12.108,76 7.675,42 -6.323,32
dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan
E -141,62 6.642,47 6.982,68 481,83
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
F Konstruksi 49.313,36 686.077,44 496.310,68 -239.080,12
Perdagangan
Besar dan Eceran;
G -128.304,37 1.880.938,46 1.404.577,17 -348.056,92
Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor
Transportasi dan
H -65.027,22 482.099,35 311.087,00 -105.985,12
Pergudangan
Penyediaan
I Akomodasi dan 850,17 479.874,67 303.382,46 -177.342,39
Makan Minum
Informasi dan
J 231.463,65 427.784,72 157.837,75 -501.410,61
Komunikasi
K Jasa Keuangan -14.367,70 225.353,59 169.238,40 -41.747,50
L Real Estate -3.985,80 201.010,75 124.591,77 -72.433,18
M,N Jasa Perusahaan 5.578,67 63.099,54 29.550,82 -39.127,39
Administrasi
Pemerintahan,
O Pertahanan dan -31.087,44 196.807,81 217.223,77 51.503,40
Jaminan Sosial
Wajib
P Jasa Pendidikan 94.102,22 545.890,87 224.701,55 -415.291,54
Jasa Kesehatan
Q dan Kegiatan 10.263,19 116.528,71 53.294,29 -73.497,60
Sosial
R,S,T,U Jasa Lainnya -2.504,48 269.151,23 175.426,99 -91.219,76

Bersarkan Tabel 2. dapat diketahui terdapat 9 sektor usaha yang memiliki nilai DS
> 0, yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, industri pengolahan,
pengadaan listrik dan gas, konstruksi, penyediaan akomodasi dan makan minum,
informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa kesehatan
dan kegiatan sosial. Kesembilan sektor tersebut memiliki keunggulan lokasi yang
sangat baik atau tumbuh lebih cepat dibanding dengan sektor usaha yang sama
pada kabupaten laain di Provinsi Jawa Tengah.
Analisis Proportional Shift diatas menunjukkan bahwa seluruh sektor usaha yang
ada di Kabupaten Jepara memiliki nilai PS > 0. Artinya, seluruh sektor usaha di
Kabupaten Jepara tumbuh relatif cepat dari sektor yang sama ditingkat Provinsi
Jawa Tengah. Nilai PS tertinggi berada pada sektor usaha industri pengolahan
yang artinya sektor ini merupakan sektor yang tumbuh paling cepat, sementara
sektor yang memiliki nilai PS terendah adalah sektor pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah dan daur ulang memiliki pertumbuhan yang masih cukup lambat.
Analisis Proportional Regional (PR) Kabupaten Jepara menunjukkan bahwa
terdapat satu sektoryang memiliki nilai PR < ΔQ, yaitu sektor pertambangan dan
penggalian. Sektor tersebut memiliki pertumbuhan proporsional di daerah terkait
cenderung mendorong pertumbuhan pada tingkat Provinsi Jawa Tengah. Sektor
usaha lain menunjukkan nilai PR > ΔQ, sehingga cenderung menghambat
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang di lakukan, maka dapat diketahui bahwa
Kabupaten Jepara memiliki sektor basis sebanyak 9 sektor, yang berarti
Kabupaten Jepara memiliki sektor basis dibandingkan sektor non basis.
Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara mampu menjaga dan mengendalikan
stabilitas sektoral yang ada di kabupaten tersebut.
Analisis Shift Share menunjukkan hasil bahwa terdapat sembilan sektor usaha
yang memiliki keunggulan lokasi yang sangat baik atau tumbuh lebih cepat
dibanding dengan sektor usaha yang sama pada kabupaten laain di Provinsi Jawa
Tengah, dan terdapat satu sektor yang mendorong pertumbuhan
ekonomi di Jawa Tengah. Dari ketiga analisis yang digunakan maka dapat
dikatakan bahwa sektor basis sebagai sektor yang memiliki potensi karena
memiliki manfaat lokasi yang kuat dan berkembang cukup cepat. Sektor tersebut
antara lain adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, industri
pengolahan, pengadaan listrik dan gas, konstruksi, penyediaan akomodasi dan
makan minum, informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan
jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Namun, untuk hanya terdapat satu sektor yang
berpotensi membantu mendorong pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di
Kabupaten Jepara, yaitu sektor pertambangan dan penggalian. Pmerintah
Kabupaten Jepara diharapkan dapat memprioritaskan sektor-sektor yang memiliki
potensi pembangunan dan memperhatikan daerah-daerah yang belum efektif
dalam membantu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Kabupaten Jepara.
DAFTAR PUSTAKA
Agma, S. F. 2015. Peranan Foreign Direct Investment Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia. Jurnal Ilmiah.

Arsyad, L. 2010. Ekonomi Pembangunan (Ke-5). UPP STIM YKPN.

Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2022. Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Jepara Menurut Lapangan Usaha 2017-2022.

Fattah, A., & Rahman, A. 2013. Analysis of regional economic development in


the regency/municipality at South Sulawesi province in Indonesia. Journal
of Economics

Hendrati, I. M. 2018. Analisis Potensi Investasi Dalam Perencanaan


Pembangunan Ekonomi Daerah.

Kuncoro, M. 2013. Economic geography of Indonesia: can MP3EI reduce inter-


regional inequality. South East Asian Journal of Contemporary Business,
Economics, and Law, 2(2), 17-33.

Sjafrizal. 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi.


Rajawali Pers.

Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara.

Todaro, M. P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai