Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG

Ircham Adri Nur Rachman


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: irchamadri@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor-sektor unggulan yang ada dalam
perekonomian Kabupaten Malang guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Analisis pada penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Malang dan PDRB
Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Jawa Timur tahun 2015-2017. Alat analisis yang digunakan
adalah analisis Locaion Quotient (LQ), analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis
Kontribusi Sektoral, analisis Shift-Share, dan analisis Tipologi Klassen. Sesuai hasil alat analisis
Tipologi Klassen, sektor-sektor ekonomi unggulan Kabupaten Malang jika dibandingkan dengan
Provinsi Jawa Timur adalah: (a) sektor indstri pengolahan, (b) sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan, (c) sektor jasa lainnya. Perencanaan pembangunan Kabupaten Malang dapat mengacu
kepada sektor-sektor unggulan tersebut guna mempercepat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Kata kunci: Pembangunan Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi, Sektor Ekonomi Unggulan, Location
Quotient, Model Rasio Pertumbuhan, Kontribusi Sektoral, Shift-Share, Tipologi Klassen.

ABSTRACT

This research is aiming to recognize the leading sectors on Malang Regency to faster the
economic growth. This research using Malang Regency and East Java Province GDRP based on
constant price from 2015 to 2017. The method used in this research are Location Quotient (LQ)
analysis, Growth Ratio Model analysis, Sectoral Contribution analysis, Shift Share analysis, and
Klassen Typology analysis. Based on Klassen Typology analysis, leading sectors on Malang Regency
when compared to East Java Province are: (a) manufacturing sector, (b) agriculture, forestry, and
fishing sector, (c) other service activities sector. Development planning on Malang could refer to those
leading sectors to faster the overall economic growth on.

Keywords: Economic Development, Economic Growth, Leading Sector, Location Quotient, Groth
Ratio Model, Sectoral Contribution, Shift-Share, Klassen Typology.

A. PENDAHULUAN

Dalam beberapa tahun terakhir terjadi perubahan cepat pada tatanan dunia yang sangat
memperngaruhi kegiatan ekonomi nasional hingga regional.. Untuk menghadapi berbagai tantangan
akibat dari cepatnya perubahan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir dibutuhkan perencanaan
yang tepat dalam proses pembangunan ekonomi. Untuk dapat melakukan perencanaan yang tepat
dalam pembangunan ekonomi maka dibutuhkan pengetahuan pihak pemerintah akan keunggulan
dibidang ekonomi pada daerah yang bersangkutan agar tujuan pembangunan ekonomi pun akan
tercapai, dimana tujuan dari pembangunan ekonomi yaitu meningkatkan taraf hidup bermasyarakat,
memperluas lapangan kerja, memeratakan pendapatan, dan mengatasi kemiskinan. Di Indonesia
sendiri, era otonomi daerah telah memberikan kesempatan pada pemerintah daerah baik provinsi
maupun Kabupaten/Kota untuk mengembangkan keunggulan daerah yang dimilikinya. Pemerintah
daerah memiliki wewenang untuk mengelola sendiri keuangan sekaligus menentukan arah
pembangunan yang akan dilaksanakan
Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses pembangunan multidimensional yang
didalamnya meliputi transformasi struktur ekonomi yang terintegrasi dengan perkembangan teknologi
dan perubahan sistem sosial. Proses perubahan struktur ekonomi ini melibatkan seluruh aktivitas sektor
ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah adalah proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat
mengelola sumber daya yang dimiliki dan membentuk pola kemitraan antara pemerintah dengan pihak
swasta dalam rangka menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan
ekonomi daerah (Arsyad, 2004).
Transformasi struktural perekonomian merupakan sebuah prasyarat dari pertumbuhan
ekonomi yang mendukung keberlanjutan pembangunan. Dalam konteks perubahan struktur
perekonomian daerah, maka pemerintah Kabupaten atau Kota harus mampu menganalisa dengan baik
pergesaran sektor yang terjadi. Kemunculan sektor-sektor baru merupakan hal yang baik bagi
perekonomian daerah kedepannya. Jika dapat dioptimalkan maka sektor-sektor baru tersebut dapat
menopang perekonomian daerah yang bersangkutan. Kemunculan sektor-sektor baru ini pada akhirnya
dapat meningkatkan nilai produksi daerah. Perkembangan dalam sektor-sektor baru pada
perekonomian daerah akan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut, dimana pertumbuhan
ekonomi adalah salah satu tolak ukur penting dalam pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur dalam mengetahui sukses atau
tidaknya proses pembangunan di suatu daerah karena di dalam pembangunan ekonomi terdapat
pertumbuhan ekonomi. Sukirno (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah
proses kegiatan perekonomian yang mengakibatkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat. Indikator yang dapat
digunakan dalam mengukur laju pertumbuhan ekonomi daerah adalah tingkat pertambahan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa memandang tingkat pertumbuhan penduduk dan ada
perubahan atau tidak dalam pergeseran struktur ekonomi.
Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu Provinsi dengan kontribusi sumbangan PDRB
terhadap Nasional yang tergolong besar. Provinsi Jawa Timur tercatat sebagai penyumbang PDRB
terbesar kedua di Indonesia. Sumbangan PDRB Jawa Timur hanya berada dibawah DKI Jakarta. Posisi
penyumbang PDRB terbesar yaitu DKI Jakarta merupakan hal yang wajar karena DKI Jakarta sebagai
ibukota Indonesia adalah pusat aktifitas ekonomi di Indonesia. Lima penyumbang PDRB terbesar di
Indonesia di dominasi oleh Provinsi yang ada di Pulau Jawa. Lima Provinsi dengan sumbangan PDRB
teratas terhadap Nasional dan presentase angkanya dapat dibuktikan dengan gambar berikut:

Gambar 1: Provinsi Penyumbang PDRB Tertinggi Terhadap Nasional (persen)


DKI Jakarta
17.43

41.35 Jawa Timur


14.61

5.1 Jawa Barat


12.92
8.59
Jawa Tengah

Sumber : BPS Provinsi Jatim diolah, 2019

Dapat dilihat dari gambar 1 bahwa Provinsi Jawa Timur merupakan penyumbang PDRB
terbesar kedua. Berkaca dari data ini maka dapat dikatakan bahwa pemerintah Provinsi Jawa Timur
sudah relatif lebih baik dalam mengelola perekonomian daerah dibandingkan pemerintah daerah di
Provinsi lainnya. PDRB Provinsi Jawa Timur memberikan kontribusi yang tinggi terhadap PDRB
Indonesia, namun hanya dimotori oleh beberapa wilayah. Ketimpangan tersebut dapat dilihat dari
presentase sepuluh wilayah penyumbang PDRB tertinggi terhadap Jawa Timur yang berkontribusi
lebih dari setengah PDRB Jawa Timur, hal tersebut berarti 28 wilayah sisanya menyumbang kurang
dari setengah terhadap PDRB Jawa Timur. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tabel berikut :
Tabel 1: Wilayah Dengan Kontribusi PDRB Tertinggi Terhadap Jawa Timur (persen)
No Kabupaten/Kota 2015 2016 2017
1 Kota Surabaya 23,96 24,18 24,3
2 Kabupaten Sidoarjo 8,62 8,57 8,55
3 Kabupaten Pasuruan 6,18 6,15 6,13
4 Kabupaten Gresik 5,94 5,78 5,82
5 Kota Kediri 5,65 5,7 5,7
6 Kabupaten Malang 4,35 4,38 4,38
7 Kabupaten Banyuwangi 3,55 3,55 3,55
8 Kabupaten Mojokerto 3,49 3,49 3,48
9 Kabupaten Jember 3,32 3,35 3,31
10 Kabupaten Bojonegoro 2,87 2,98 3,19
Sumber : BPS Provinsi Jatim diolah, 2019

Kontribusi Kabupaten Malang terhadap PDRB Jawa Timur konsisten di seiktar angka 4,3%
yang menempatkan Kabupaten Malang di peringkat ke enam penyumbang PDRB terbesar terhadap
PDRB Jawa Timur, namun hal tersebut harusnya masih dapat ditingkatkan lagi mengingat Kabupaten
Malang memiliki faktor tanah dan kekayaan alam yang mendukung, seperti yang dikatakan oleh
(Sukirno, 2011) bahwa faktor tanah dan kekayaan alam akan mempermudah suatu daerah dalam
mencapai pertumbuhan ekonomi. Dari studi yang berjudul Pengembangan Daya Saing Daerah
Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur Berdasarkan Potensi Daerahnya dilakukan oleh Huda dan
Santoso (2014), Kabupaten Malang merupakan daerah yang termasuk dalam kategori memiliki
sokongan sumber daya alam atau input diatas rata-rata namun menghasilkan output dibawah rata-rata.
Jika dilihat dari sumber daya alam yang dimiliki, Kabupaten Malang sebenarnya memiliki potensi
untuk berperan lebih dalam pembentukan PDRB Jawa Timur.
Dalam melihat PDRB suatu daerah diperlukan juga melihat laju PDRB dari tahun ke tahun.
Laju yang mengalami tren meningkat menandakan telah berlangsungnya pertumbuhan ekonomi. Laju
pertumbuhan Provinsi Jawa timur dibandingkan dengan Kabupaten Malang pada tahun 2015 sampai
tahun 2017 dan laju pertumbuhan Indonesia dapat dibuktikan pada gambar berikut :

Gambar 2: Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Malang, Jawa Timur, dan Indonesia (persen)
5.8
5.57
5.6 5.44 5.45

5.4 5.27 5.3


5.43
5.2 5.07
5.03
5 4.88

4.8
2015 2016 2017
Kabupaten Malang Jawa Timur Nasional

Sumber : BPS diolah, 2019


Jika dilihat dari laju pertumbuhannya, PDRB Kabupaten Malang berada dibawah Provinsi
Jawa Timur, meskipun masih berada diatas tingkat laju pertumbuhan PDRB Indonesia. Berarti
Kabupaten Malang memiliki potensi untuk berkontribusi lebih banyak terhadap PDRB Indonesia
kedepannya. Hal tersebut dapat terwujud dengan peran pemerintah yang tepat dalam pengoptimalan
keunggulan ekonomi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.
Pemerintah Kabupaten Malang harus memfokuskan pembangunan sesuai sektor-sektor
unggulan yang memiliki kemampuan sebagai penopang perekonomian Kabupaten Malang secara
keseluruhan, yang nantinya juga akan menarik investor menanamkan modal di Kabupaten Malang
karena memiliki nilai strategis dan yang dapat memberi keuntungan bagi penanam modal. Dengan
penanaman investasi nantinya juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang.
Dengan pemahaman kondisi tersebut maka kajian dengan tujuan menggali sektor ekonomi unggulan
yang dimiliki oleh Kabupaten Malang sangatlah penting. Diharapkan dari penelitian ini dapat
mengidentifikasi sektor-sektor unggulan yang dapat menjadi acuan dalam pembangunan ekonomi
Kabupaten Malang.

B. LANDASAN TEORI

a. Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi menurut Arsyad (2004) merupakan suatu proses yang menyebabkan
kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh
perbaikan sistem kelembagaan. Dengan demikian pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses
multidimensional, dimana pada proses tersebut selain mengejar pertumbuhan ekonomi juga mengejar
peningkatan pendapat perkapita masyarakat, mengurangi ketimpangan pendapatan serta pengentasan
kemisikinan. Pembangunan ekonomi juga meliputi berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial,
perilaku masyarakat, sistem kelembagaan. Salah satu hal yang sangat pnting dalam proses
pembangunan adalah semakin meluasnya kesempatan kerja yang bersifat produktif.

b. Teori PerubahanStruktural

Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transformasi


ekonomi yang dialami oleh negara sedang berkembang. Yang semula bertumpu pada sektor pertanian
menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, dan didominasi oleh sektor industri dan jasa
(Sun’an, 2015). Terjadinya proses transformasi perekonomian sedemikian rupa sehingga kontribusi
sektor manufaktur terhadap pendapatan nasional akhirnya melampaui kontribusi sektor pertanian,
sehingga dapat dikatakan sebuah perubahan besar terhadap komposisi industri di perekonomian suatu
negara (Todaro dan Smith, 2011).

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno (2011), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan


dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat
bertambah. Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi perlu membandinkan perekonomian dari suatu
periode ke periode lainnya. Dalam membandingkannya perlu disadari bahwa perubahan nilai
pendapatan nasional disebabkan oleh dua faktor yaitu perubahan tingkat kegiatan ekonomi dan
perubahan harga–harga produksi. Adanya pengaruh dari faktor yang pertama tersebut disebabkan oleh
perubahan struktur ekonomi yang lebih baik dan yang kedua tersebut disebabkan oleh penilaian
pendapatan nasional menurut harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.

d. Teori Basis Ekonomi

Tarigan (2005) menyampaikan teori basis ekonomi yang mendasarkan pandangannya bahwa
besarnya laju pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah ditentukan oleh besarnya ekspor yang dilakukan
oleh wilayah tersebut. Sektor ekonomi yang mampu melakukan ekspor ke daerah lain berarti
produktifitas sektor tersebut dapat memenuhi permintaan dari wilayah tersebut dan masih dapat
mengekspornya ke wilayah lain, dengan kata lain sektor ini tidak hanya bergantung dari permintaan
yang ada dari daerah sendiri.
Perbedaan antara kondisi geografis dan sumber daya antara satu daerah dengan daerah yang
lain membuat setiap daerah memiliki keuntungan dalam beberapa sektor kegiatan ekonomi.
Keuntungan tersebut dapat di jadikan suatu kegiatan basis ekspor oleh suatu daerah. Apabila kegiatan
sektor perekonomian yang menjadi keunggulan ini dapat dioptimalkan sehingga terjadi pertumbuhan
yang baik, maka sektor tersebut dapat di jadikan sebagai sektor kunci yang mendukung pertumbuhan
ekonomi di daerah tersebut.

e. Teori Sektor Unggulan

Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik
itu perbandingan berskala internasional, regional, maupun nasional. Pada lingkup nasional suatu sektor
dapat di kategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di suatu daerah dapat memenangkan
persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Silalahi,
2011). Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat
dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah.

C. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian kuantiatif deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan suatu gejala
sosial dengan melakukan penghitungan data untuk mendeteksi sektor ekonomi unggulan serta
identifikasi pembangunan ekonomi yang sesuai untuk mempercepat pembangunan di Kabupaten
Malang.

Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Malang dan Provinsi Jawa Timur tahun 2015 sampai 2017.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang dan
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.

Alat Analisis

1. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient menggambarkan perbandingan relatif antara besarnya kemampuan


sektor yang diselidiki di suatu daerah dengan sektor yang sama di daerah yang lebih luas (Tarigan,
2005). Rumus menghitung LQ adalah sebagai berikut :
𝑦𝑖/𝑦𝑡
LQ =
𝑌𝑖/𝑌𝑡
Dimana :
LQ = location quotient di wilayah Kabupaten Malang
yi = PDRB sektor i di Kabupaten Malang
yt = Total PDRB Kabupaten Malang
Yi = PDRB sektor i di Provinsi Jawa Timur
Yt = Total PDRB provinsi Jawa Timur
Keterangan :
a. Jika hasil LQ > 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor basis.
b. Jika LQ < 1 maka sektor tersebut dikategorikan sektor non basis.
2. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis model rasio pertumbuhan merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat
pertumbuhan ekonomi. Analisis MRP membagi rasio pertumbuhan ekonomi ke dalam dua golongan,
yaitu rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) dan rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr). Berikut
ini adalah penjelasan dari rasio pertumbuhan wilayah studi dan rasio pertumbuhan wilayah referensi:
1. Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) merupakan sebuah perbandingan anatara
pertumbuhan PDRB sebuah sektor di wilayah studi dengan pertumbuhan PDRB sebuah
sektor di wilayah referensi berikut ini adalah rumus perhitungan RPs :
∆𝑬𝒊𝒋/𝑬𝒊𝒋
RPs = ∆𝑬𝒊𝒏/𝑬𝒊𝒏
Δ Eij = Perubahan PDRB sektor i di wilayah Kabupaten Malang
E ij = PDRB sektor i Kabupaten Malang pada awal tahun penelitian
Δ Ein = Perubahan PDRB sektor i Provinsi Jawa Timur
E in = PDRB sektor i Provinsi Jawa Timur pada awal tahun penelitian
Jika nilai RPs > 1 artinya pertumbuhan yang dialami oleh sebuah sektor pada tingkat
wilayah studi (Kabupaten Malang) lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor
tersebut pada wilayah referensi (Jawa Timur).
Jika nilai RPs < 1artinya pertumbuhan yang dialami oleh sebuah sektor pada tingkat
wilayah studi (Kabupaten Malang) lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor
tersebut pada wilayah referensi (Jawa Timur).
2. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) mengagambarkan sebuah perbandingan antara
laju pertumbuhan PDRB sebuah sektor di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total
PDRB wilayah referensi. Berikut ini adalah rumus perhitungan RPr :
∆𝑬𝒊𝒏/𝑬𝒊𝒏
RPr = ∆𝑬𝒏/𝑬𝒏
Keterangan :
Δ E in = Perubahan PDRB sektor i Jawa Timur.
E in = PDRB sektor i Jawa Timur pada awal tahun penelitian.
Δ En = Perubahan total PDRB Jawa Timur.
En = PDRB Jawa Timur pada awal tahun penelitian
Jika nilai RPr > 1 artinya pertumbuhan sebuah sektor pada wilayah referensi (Jawa
Timur) lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB total wilayah tersebut (Jawa Timur).
Jika RPr < 1 artinya pertumbuhan sebuah sektor pada wilayah referensi lebih rendah
dari pertumbuhan PDRB total wilayah tersebut (Jawa Timur).

3. Analisis Kontribusi Sektoral

Analisis kontribusi sektoral meupakan alat analaisis untuk mengukur besaran kontribusi
masing-masing sektor ekonomi terhadap PDRB. Berikut ini adalah rumus perhitungan kontribusi
sektoral:
𝑵𝑻𝑩 𝒔𝒆𝒌𝒕𝒐𝒓 𝒊
Pi = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑷𝑫𝑹𝑩 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Keterangan :
Pi = peranan sektoral
i = sektor
NTB = nilai tambah terhadap PDRB

4. Analisis Shift share

Analisis shift share merupakan suatu alat analisis untuk menguraikan pengaruh faktor-faktor
penyebab pertumbuhan di suatu daerah dan kaitannya dengan wilayah yang lebih luas (Tarigan, 2005).
Penyebab pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dapat diuraikan menjadi komponen shift dan
komponen national share. Dimana komponen shift dapat dipecah lagi menjadi komponen proportional
shift dan komponen differential shift. Nilai dari komponen proportional shift disebut juga nilai
pengaruh bauran industri, sedangkan nilai dari komponen differential shift disebut juga nilai komponen
lokasional/regional (Tarigan, 2005). Persamaan yang digunakan pada analisis shift share adalah
sebagai berikut :
Dij = Nij + Mij + Cij
Keterangan :
i = Sektor-sektor ekonomi yang diteliti (17 sektor).
j = Variabel wilayah yang diteliti (Kabupaten Malang).
n = Variabel wilayah Provinsi Jawa Timur.
Dij = Pertumbuhan sektor i di Kabupaten Malang.
Nij = Pengaruh pertumbuhan nasional sektor i di Kabupaten Malang (national share).
Mij = Pengaruh bauran industri sektor i di Kabupaten Malang (proportional shift).
Cij = Pengaruh komponen lokasional sektor i di Kabupaten Malang (differential shift)
.
5. Analisis Tipologi Klassen

Analisis tipologi klasen merupakan sebuah analisis yang mengklasifikasikan sektor-sektor


ekonomi ke dalam beberapa kaetegori. Klasifikasi tipologi klassen pada penelitian ini menggunakan
hasil gabungan nilai dari alat analisis Location quotient (LQ) dengan model rasio pertumbuhan (MRP).
Klasifikasi sektoral berdasarkan tipologi klassen dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut :

Tabel 2: Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Sektoral


Kuadran I Kuadran II
Sektor maju, tumbuh pesat Sektor maju tapi tertekan
RPs > RPr, LQ > 1 RPs < RPr, LQ > 1

Kuadran III Kuadran IV


Sektor Potensial Sektor relatif tertinggal
RPs > RPr, LQ < 1 RPs < RPr, LQ < 1
D. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam upaya mengoptimalkan proses pertumbuhan ekonomi, setiap daerah perlu melihat sektor
yang menjadi unggulan dan juga memahami karakteristik perekonomian daerah tersebut. Penelitian ini
telah melakukan beberapa analisis yang bertujuan untuk mengenali sektor unggulan dan karakterikstik
perekonomian di Kabupaten Malang. Rekapann darii hasil analisis yang telah dilakukan dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 3: Rekapan Hasil Analisis LQ, MRP, Kontribusi Sektoral, Shift-Share, Tipologi Klassen
Kontribusi Shift Share
Sektor Lapangan Basis/ Tipologi
Sektoral National Proportional Differential RPs >/< RPr
Usaha Nonbasis Klassen
(%) Share Shift Shift
Pertanian, Kehutanan,
16,80 1080,62 -706,48 77,56 > 1
Dan Perikanan Basis
Pertambangan dan
Nonbasis 1,99 127,91 128,62 -183,08 < 4
Penggalian
Industri Pengolahan Basis 30,09 1874,13 -154,79 281,84 > 1
Pengadaan Listrik
Nonbasis 0,10 6,00 -4,28 3,83 > 3
dan Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah,
Basis 0,10 6,32 0,35 0,12 < 2
Limbah dan Daur
Ulang
Konstruksi Basis 11,91 743,18 96,83 -18,46 < 2
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
Basis 19,30 1200,16 116,81 64,84 < 2
Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan
Nonbasis 1,12 69,08 8,39 18,04 > 3
Pergudangan
Penyediaan
Akomodasi dan Nonbasis 3,29 201,95 102,36 -16,41 < 4
Makan Minum
Informasi dan
Nonbasis 4,94 304,53 99,32 -7,33 < 4
Komunikasi
Jasa Keuangan dan
Nonbasis 1,62 102,06 -15,54 -3,84 > 3
Asuransi
Real Estate Nonbasis 1,45 90,65 -15,95 19,97 > 3
Jasa Perusahaan Nonbasis 0,38 23,53 -0,69 1,17 > 3

Administrasi
Pemerintahan,
Nonbasis 1,82 116,22 -43,81 -12,14 > 3
Pertahanan, dan
Jaminan Sosial

Jasa Pendidikan Nonbasis 2,44 152,61 -15,26 6,67 > 3


Jasa Kesehatan dan
Nonbasis 0,59 36,80 0,38 -1,43 < 4
Kegiatan Sosial
Jasa lainnya Basis 2,06 128,71 -21,40 20,41 > 1
Sumber: Analisis data sekunder, 2019
a. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Merupakan sektor basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 16,80%. Memiliki nilai bauran industri negatif namun memiliki keunggulan lokasional.
Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sebagai sektor unggulan.

b. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Merupakan sektor nonbasis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 1,99%. Memiliki nilai bauran industri positif namun tidak memiliki keunggulan lokasional.
Memiliki prtumbuhan yang lambat dan tergolong sebagai sektor relatif tertinggal.

c. Sektor Industri Pengolahan

Merupakan sektor basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 30,09%, terbesar diantara 17 sektor yang ada. Memiliki nilai bauran industri negatif namun
memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan dan tergolong sebagai sektor
unggulan.

d. Sektor Pengadaan Listrik dan Gas

Merupakan sektor nonbasis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 0,10%, terkecil diantara 17 sektor yang ada. Memiliki nilai bauran industri negatif namun
memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sebagai sektor
potensial.

e. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Merupakan sektor basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 0,10%. Memiliki nilai bauran industri positif dan memiliki keunggulan lokasional. Memiliki
pertumbuhan yang lambat dan tergolong sebagi sektor maju tapi tertekan.

f. Sektor Konstruksi

Merupakan sektor basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 11,91%. Memiliki nilai bauran industri positif namun tidak memiliki keunggulan lokasional.
Memiliki pertumbuhan yang lambat dan tergolong sebagai sektor maju tapi tertekan.

g. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Merupakan sektor basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 19,30%, terbesar ke 2 dari 17 sektor yang ada. Memiliki nilai bauran industri positif dan
memiliki keunggulan lokasional. Memiliki pertumbuhan yang lambat dan tergolong sebagai sektor
maju tapi tertekan.

h. Sektor Transportasi dan Pergudangan

Merupakan sektor nonbasis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 1,12 %. Memiliki nilai bauran industri positif dan memiliki keunggulan lokasional. Memiliki
pertumbuhan yang cepat dan tergolong sebagai sektor potensial.
i. Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Merupakan sektor nonbasis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 3,29 %. Memiliki nilai bauran industri positif namun tidak memiliki keunggulan lokasional.
Memiliki pertumbuhan yang lambat dan tergolong sebagai sektor relatif tertingal.

j. Sektor Informasi dan Komunikasi

Merupakan sektor nonbasis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 4,94 %. Memiliki nilai bauran industri positif namun tidak memiliki keunggulan lokasional.
Memiliki pertumbuhan yang lambat dan tergolong sebagai sektor relatif tertinggal.

k. Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi

Merupakan sektor nonbasis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 1,62 %. Memiliki nilai bauran industri negatif dan tidak memiliki keunggulan lokasional.
Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sebagai sektor potensial.

l. Sektor Real Estat

Merupakan sektor nonbasis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 1,45 %. Memiliki nilai bauran industri negatif namun memiliki keunggulan lokasional.
Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sebagai sektor potensial.

m. Sektor Jasa Perusahaan

Merupakan sektor nonbasis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 0,38 %. Memiliki nilai bauran industri negatif namun memiliki keunggulan lokasional.
Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sebagai sektor potensial.

n. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

Merupakan sektor nonbasis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 1,82 %. Memiliki nilai bauran industri negatif dan tidak memiliki keunggulan lokasional.
Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sebagai sektor potensial.

o. Sektor Jasa Pendidikan

Merupakan sektor nonbasis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 2,44 %. Memiliki nilai bauran industri negatif namun memiliki keunggulan lokasional.
Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sebagai sektor potensial.

p. Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

Merupakan sektor nonbasis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 0,59 %. Memiliki nilai bauran industri positif namun tidak memiliki keunggulan lokasional.
Memiliki pertumbuhan yang lambat dan tergolong sebagai sektor relatif tertinggal.

q. Sektor Jasa lainnya

Merupakan sektor basis dan memiliki kontribusi terhadap PDRB total Kabupaten Malang
sebesar 2,06%. Memiliki nilai bauran industri negatif namun memiliki keunggulan lokasional.
Memiliki pertumbuhan yang cepat dan tergolong sebagai unggulan.
E. PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini yang bertujuan untuk mengenali
sektor unggulan dan karakteristik perekonomian di Kabupaten Malang, maka terdapat beberapa hal
yang bisa disimpulkan dari penelitian ini. Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Sektor-sektor basis di Kabpaten Malang adalah: 1) sektor pertanian, kehutanan, dan
perikanan, 2) sektor industri pengolahan, 3) sektor pengadaan air, pengelolaan sampah,
limbah dan daur ulang, 4) sektor konstruksi, 5) sektor perdagangan besar dan eceran,
reparasi mobil dan sepeda motor, 6) sektor jasa lainnya.
2. Kelima sektor yang dengan kontribusi terbesar terhadasp total PDRB Kabupaten Malang
adalah: 1) sektor industri pengolahan, 2) sektor perdagangan besar dan eceran reparasi
mobil dan sepeda motor, 3) sektor pertanian kehutanan dan perikanan, 4) sektor
konstruksi, 5) sektor informasi dan komunikasi.
3. Sektor-sektor yang memiliki daya saing lokasional yang baik sekaligus merupakan
sektor yang sedang mengalami pertumbuhan cepat di Jawa Timur adalah: 1) sektor
pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, 2) sektor perdagan besar
dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, 3) sektor transportasi dan pergudangan.
4. Sektor-sektor yang terklasifikasi sebagai sektor unggulan adalah: 1) sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan, 2) sektor industri pengolahan, 3) sektor jasa lainnya. Sektor-
sektor tersebut merupakan sektor yang patut dikembangkan dalam rangka menunjang
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang.

Saran

Berdasarkan penulisan di atas, maka terdapat beberapa hal yang bisa dijadikan saran untuk pihak-
pihak yang terkait. Saran-saran yang dapat peneliti berikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Dalam upaya mempercepat proses pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu
tolak ukur keberhasilan dalam pembangunan ekonomi, pemerintah Kabupaten Malang
dapat menjadikan sektor-sektor unggulan sebagai prioritas agar dapat mempercepat
proses pertumbuhan ekonomi.
2. Dalam upaya memeratakan dan memperepat pertumbuhan di Kabupaten Malang,
pemerintah dapat mencoba untuk mensinergikan sektor unggulan dengan sektor-sektor
lain yang berhubungan. Dengan upaya ini maka sektor-sektor yang disinergikan akan
saling mendorong dalam mempercepat dan memeratakan pertumbuhan ekonomi.
3. Karena keterbatasan dalam penilitan yang dilakukan, penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan lima alat analisis, kepada peneliti lainnya disarankan untuk melakukan
penelitian ini dengan menggunakan tambahan alat analisis lainnya. Selain itu juga
disarankan untuk memperbarui berbagai informasi dan data dalam melakukan analisis.
Dengan memperluas alat analisis dan memperbarui data, maka penelitian yang
dilakukan dapat memberikan hasil yang lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Anisah, Lilis. (2018). Analisis LQ, MRP dan Klassen dalam Penentuan Sektor Unggulan dan Potensi
di Kota Semarang. Seminar Regional BAPPEDA Provinsi Jawa Tengah 2018.

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima. Yogyakarta. UPP STIE YKPN.

Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Banyuwangi. 2015. Peningkatan Daya Saing Daerah.
http//bappeda.banyuwangikab.go.id diakses 15 Maret 2019.

Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Malang Dalam Angka. http//www.bps.go.id diakses 3 Maret
2019.

Badan Pusat Statistik. 2018. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka. http//www.bps.go.id diakses 3 Maret
2019.

Chen, W., & Xu, J. (2007). An application of Shift-Share model to economic analysis of county. World
Journal of Modelling and Simulation, 3(2), 90–99.

Gaffar, J. (2017). Analysis Potential Economic and Advantages Competitiveness of South Tangerang
City on Banen Province 2012-2016

Hassan, M. K. H., Rashid, Z. A., & Hamid, K. A. (2011). East coast economic region from the
perspective of shift-share analysis. International Journal of Business and Society, 12(1), 79–88.

Huda, M., & Santoso. (2014). Pengembangan Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa
Timur Berdasarkan Potensi Daerahnya. Jurnal Teknik Pomits, Vol. 3, No.2.

Islam, F. Bin, Mubassirah, F. A., Siddiq, F., Hossain, D., Sharmin, N., & Haque, A. (2016). Economic
growth analysis of six divisions of Bangladesh using location quotient and shift-share method.
Journal of Bangladesh Institute of Planners, Vol. 8, 144–154.

Jhingan, M.L. 2002. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Khusaini, M. (2015). A Shift-share Analysis on Regional Competitiveness - A Case of Banyuwangi


District, East Java, Indonesia. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 211, 738–744.

Letsoela, Mpolelo. (2017). Structural Change and Economic Development: An Analysis for Lesotho.
Respository Aberto da Universidade do Porto.

Limonov, L. E., & Rastvortseva, S. N. (2011). Evaluation of the branch competitiveness of the regions
of the Central Federal District in 2005–2009 using the shift-share analysis. Regional Research of
Russia, 1(4), 297–318.

Marlina, Yeni. (2014). Analisis Sektor Unggulan dalam Perekonomian Kota Bogor (2006-2012).
Central Library of Bogor Agricultural University.

Mohamed, Akram. 2017. The Shift-Share Analysis Of Tunisian Regions Local And Structural
Dynamics. International Journal of Current Research, Vol.9(10), 58944-58956

Pemerintah Kabupaten Malang. 2018. Profil Daerah Kabupaten Malang. http//www.malangkab.go.id


diakses 25 April 2019.
Pemerintah Kabupaten Malang. 2017. Laporan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah (IKPLHD) Kabupaten Malang Tahun 2016. http//www.malangkab.go.id diakses 25 April
2019.

Puspitawati, Linda (2013). Analisis Perbandingan Faktor-faktor Penyebab Ketimpangan Pembangunan


Antar Kabupaten/Kota di Kawasan Kedungsapur. Economic Development Analysis Journal, Vol.
2(2).
Santoso, E., Ananda, C., Santoso, D. (2013). Regional Competitiveness Analysis and Its Implication
on Regional Development in East Jawa Region.
.
Silalahi, Sahat. (2011). Analisa Penentuan Sektor Prioritas Dalam Pembangunan Perekonomian
Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Jurnal Ekonomi, Vol.4(3), 285-305.

Sukirno, Sadono. 2011. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali.

Sun’an, Muammil. 2015. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Suryabrata, Sumadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sutikno, & Maryunani. (2007). Analisis Daya Saing dan Potensi Daerah. Journal of Indonesian
Applied Economics, 1(1), 1–17.

Tallo, A. J., Arianti, S. P., Abdillah, F., Bahri, A. S., Heryanto, S., Fassa, F., Anshory, B. J. (2018).
Typology Analysis and Leading Sector of East Nusa Tenggara Province in 2017. Journal of
Physics: Conference Series, 1114(1).

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Todaro, M., & Smith. 2011. Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Erlangga.

Wahyudi, Setyo. (2017). The Development Model of Small-Industry in East Java: A Regional
Comparative Study. Journal of Business and Economics Review, Vol.2(4), 01-08.

Wahyuningtyas, Rosita. (2013). Analisis Sektor unggulan menggunakan data PDRB (Studi Kasus BPS
Kabupaten Kendal Tahun 2006-2010). Jurnal Gaussian, Vol. 2(3), 219-228.

Anda mungkin juga menyukai