JURNAL ILMIAH
Disusun Oleh:
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK), pertumbuhan ekonomi, angkatan kerja dan tingkat pendidikan terhadap
pengangguran pada daerah TPT tinggi dan daerah TPT rendah dengan studi kasus pada 38
kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur tahun 2011-2015. Data yang digunakan dalam
penelitian adalah data sekunder dengan jumlah sampel sebanyak 188. Dimana data tersebut diuji
menggunakan metode uji regresi logistik dan dibantu dengan alat uji Eviews 8. Penggunaan
metode uji regresi logistik dipilih dengan pertimbangan variabel dependen yang bersifat dummy
atau lebih dari dua karakeristik (pengangguran pada daerah TPT tinggi dan pengangguran pada
daerah TPT rendah). Kedua daerah tersebut memiliki karakteristik penduduk dan potensi ekonomi
yang berbeda. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK) memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pengangguran di daerah
TPT tinggi dari pada di daerah TPT rendah namun tidak signifikan. Pertumbuhan ekonomi
memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pengangguran di daerah TPT rendah dari pada di
daerah TPT tinggi namun tidak signifikan. Angkatan kerja dan tingkat pendidikan memiliki
pengaruh yang lebih besar terhadap pengangguran di daerah TPT tinggi dari pada di daerah TPT
rendah secara signifikan.
Kata Kunci : Pengangguran pada Daerah TPT Tinggi dan TPT Rendah, UMK, Pertumbuhan
Ekonomi, Angkatan Kerja, Tingkat Pendidikan, Regresi Logistik
A. PENDAHULUAN
Pengangguran merupakan salah satu masalah yang cukup berat dalam makro ekonomi. Karena
kebijakan untuk menurunkan jumlah pengangguran justru tidak berjalan dengan baik atau tidak
tepat sasaran (Mankiw, 2007). Selain itu Sukirno dalam Hartanto dan Masjkuri (2017),
menjelaskan bahwa semakin tinggi angka pengangguran akan menimbulkan dampak buruk pada
perekonomian dan kondisi sosial di masyarakat. Dari tahun 2011 hingga 2015 jumlah
pengangguran tertinggi di Indonesia terletak pada lima provinsi di Pulau Jawa. Berikut adalah
provinsi dengan jumlah pengangguran tertinggi di Indonesia dari tahun 2011 hingga 2015:
Tabel 1 : Provinsi Dengan Jumlah Pengangguran Tertinggi Di Indonesia Tahun 2011-2015
Tahun
Provinsi
2011 2012 2013 2014 2015
Jawa Barat 1,901,843 1,828,986 1,870,649 1,775,196 1,794,874
Jawa Tengah 1,002,662 962,141 1,022,728 996,344 863,783
Jawa Timur 821,546 819,563 871,338 843,490 906,904
Banten 680,564 519,210 509,286 484,053 509,383
DKI Jakarta 555,408 529,976 467,178 429,110 368,190
Sumber: Data Diolah SIMREG BAPPENAS, 2018
Tabel 1 menjelaskan bahwa jumlah pengangguran tertinggi di Indonesia didominasi oleh
beberapa provinsi di Pulau Jawa. Jumlah tersebut menunjukkan angka yang fluktuatif. Dimana
pengangguran tertinggi berada di Provinsi Jawa Barat diikuti oleh Provinsis Jawa Tengah, Jawa
Timur, Banten dan DKI Jakarta. Namun demikian, Provinsi Jawa Timur menunjukkan laju
pertumbuhan jumlah pengangguran dengan kecenderungan meningkat apabila dibandingkan
dengan keempat provinsi lain. Berikut adalah laju pertumbuhan jumlah pengangguran pada kelima
provinsi tersebut dari tahun 2012 hingga 2015:
Tabel 2 : Laju Pertumbuhan Jumlah Pengangguran Pada 5 Provinsi Dengan Jumlah
Pengangguran Tertinggi Di Indonesia Tahun 2012-2015
Tahun
Provinsi
2012 2013 2014 2015
Jawa Barat -4% 2% -5% 1%
Jawa Tengah -4% 6% -3% -13%
Jawa Timur 0% 6% -3% 8%
Banten -24% -2% -5% 5%
DKI Jakarta -5% -12% -8% -14%
Sumber: Data Diolah SIMREG BAPPENAS, 2018
Tabel 2 menjelaskan bahwa dari kelima provinsi tersebut, sebagian besar memiliki laju
pertumbuhan jumlah pengangguran yang cenderung menurun dari tahun 2012 hingga 2015,
kecuali Provinsi Jawa Timur. Dimana pada rentang tahun tersebut, Provinsi Jawa Timur
mengalami dua kali peningkatan, yaitu pada tahun 2013 (6%) dan 2015 (8%) serta satu kali
penurunan pada tahun 2014 (-3%) dan satu kali dalam keadaan konstan di tahun 2012 (0%).
Apabila hal tersebut tidak segera diatasi maka jumlah pengangguran di Jawa Timur akan
mengalami peningkatan pada tahun-tahun selanjutnya.
BPS, 2018 menjelaskan bahwa pengangguran dapat diproksikan dalam Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) dan dinyatakan dalam satuan persen. Pengangguran di Jawa Timur
memiliki jumlah yang bervariasi. Sehingga apabila dikelompokkan berdasarkan tinggi dan
rendahnya TPT, maka kabupaten dan kota di Jawa Timur dapat dikelompokkan menjadi dua
daerah yaitu daerah TPT Tinggi dan daerah TPT rendah. Ada pun data mengenai daerah TPT
tinggi dan daerah TPT rendah di Provinsis Jawa Timur dari tahun 2011 hingga 2015, sebagai
berikut:
Tabel 3 : Kelompok Daerah TPT Tinggi Dan Daerah TPT Rendah Di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2011-2015
40%
40%
22%
20%
0%
Daerah TPT
Tinggi Daerah TPT
Rendah
Sumber: Data Diolah Peraturan Gubernur Jawa Timur Tentang UMK, 2018
Gambar di atas menunjukkan bahwa pada daerah TPT tinggi hanya terdapat 40% daerah
dengan rata-rata UMK tinggi sedangkan pada daerah TPT rendah hanya terdapat 22% daerah.
Rata-rata UMK tinggi diperoleh dari perbandingan antara rata-rat UMK tiap kabupaten dan kota
terhadap rata-rata UMK secara keseluruhan dari tahun 2011 hingga 2015. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada kedua kelompok daerah tersebut memiliki rata-rata UMK yang rendah.
Selain upah terdapat indikator lain yang memiliki hubungan dengan pengangguran yaitu
pertumbuhan eknomi. Mankiw (2007) menjelaskan bahwa pertumbuhan eknomi memiliki
hubungan positif dengan pengangguran yang disebut dengan Hukum Okun. Namun pada daerah
TPT tinggi justru memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Ada pun data mengenai presentase
rata-rata pertumbuhan ekonomi tinggi pada daerah TPT tinggi dan daerah TPT rendah dari tahun
2011 hingga 2015, yaitu:
Gambar 2: Presentase Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Tinggi Pada Daerah TPT Tinggi
Dan Daerah TPT Rendah Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2015
100% 70%
50% 33%
0%
Daerah TPT
Tinggi Daerah TPT
Rendah
50%
39%
50%
0%
Daerah TPT Daerah TPT
Tinggi Rendah
65%
80%
60% 28%
40%
20%
0%
Daerah TPT Daerah TPT
Tinggi Rendah
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Lokasi dan waktu yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu pada 38 kabupaten dan kota di Provinsis Jawa Timur dari
tahun 2011 hingga 2015. Sedangkan data yang digunakan bersumber dari Badan Pusat Statistik,
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, SIMREG BAPPENAS dan Peraturan Gubernur Jawa
Timur Tentang UMK. Adapun variabel yang akan dianalisis yaitu pengangguran pada daerah TPT
tinggi dan pengangguran pada daerah TPT rendah (Y), Upah Minimum Kabupaten/Kota (X 1),
pertumbuhan ekonomi (X2), angkatan kerja (X3) dan tingkat pendidikan (X4). Data pada penelitian
ini akan diuji dengan metode uji regresi logistik. Karena variabel dependen bersifat dummy atau
lebih dari satu karakteristik, yaitu pangangguran pada daerah TPT tinggi (karakteristik pertama
dinyatakan dalam angka 1) dan pangangguran pada daerah TPT rendah (karakteristik kedua
dinyatakan dalam angka 0) dengan alat bantu analisis Eviews 8. Sehingga model yang akan
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
( )
Dimana:
= Peluang meningkatnya pengangguran pada daerah TPT tinggi (Y = 1)
= Peluang meningkatnya pengangguran pada daerah TPT rendah (Y = 0)
= Upah Minimum Kabupaten/Kota (Rupiah)
= Pertumbuhan Ekonomi (%)
= Angkatan Kerja (Jiwa)
= Tingkat Pendidikan (Tahun)
= Konstanta
= Koefisien Regresi Variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota
= Koefisien Regresi Variabel Pertumbuhan Ekonomi
= Koefisien Regresi Variabel Angkatan Kerja
= Koefisien Regresi Variabel Tingkat Pendidikan
= Error
Uji regresi logistik terdiri dari beberapa uji yaitu uji, anatar lain:
1. Uji keseluruhan model (Overall Model Fit Test)
Uji Overall Model Fit bertujuan untuk mengetahui apakah model yang digunakan telah cocok
dengan data pada observasi atau tidak. Uji ini dapat diketahui melalui hasil uji regresi logistik,
yaitu pada nilai Sum Squared Residual. Apabila nilai Sum Squared Residual menunjukkan nilai
yang positif, maka dapat disimpulkan bahwa model telah cocok dengan data (Fahmi, 2016).
2. Uji kelayakan model (Andrews and Hosmer-Lemeshow Goodness of Fit test)
Ekananda (2015) menjelaskan uji kelayakan model bertujuan untuk mengetahui apakah model
sudah layak atau tidak untuk digunakan. Ada pun cara untuk melakukan uji kelayakan model
pada regresi logistik, yaitu dengan Andrews and Hosmer-Lemeshow Goodness of Fit Test. Pada
hasil uji tersebut, apabila nilai Probability Chi-Squared H-L Statistic > α (0.05), maka model
telah layak digunakan dan dapat dilakukan tahap pengujian selanjutnya.
3. Uji koefisien determinasi (McFadden R-squared)
Ekanandan (2015) menjelaskan bahwa uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan sebuah model dalam menerangkan variasi variabel dependen oleh
variasi variabel independen. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai Mc.Fadden R-squared yang
berada pada rentang 0 hingga 1. Namun Zaidi dan Amirat (2016) menjelaskan bahwa pada
rentang 0,2 hingga 0,4 memberikan kesimpulan bahwa model yang digunakan sudah sangat
baik.
4. Uji hipotesis (Uji Pengaruh Simultan dan Uji Pengaruh Parsial)
a. Uji Pengaruh Simultan
Bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh semua variabel independen terhadap
variabel dependen secara simultan. Pengujian tersebut dapat diketahui melalui nilai
Probability Likelihood Ratio Statistic dari hasil uji regresi logistik. Apabila nilai
Probability Likelihood Ratio Statistic (LR statistic) < α (0.05), maka seluruh variabel
independen secara simultan signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen (Ekananda,
2015).
b. Uji Pengaruh Parsial
Uji pengaruh parsial bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari tiap-tiap
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengujian tersebut dapat
diketahui melalui nilai Probability z-Statistic pada hasil uji regresi logistik. Apabila nilai
Probability z-Statistic < α (0.05), maka seluruh variabel independen secara parsial
signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen (Ekananda, 2015).
5. Perhitungan Odds Ratio
Nachrowi (2002) mendefinisikan odds ratio sebagai peluang atau kemungkinan terjadinya
suatu peristiwa yang besarannya dibandingkan dengan peluang atau kemungkinan terjadinya
peristiwa lain, dalam hal ini adalah variabel dependen dummy melalui prediksi dari beberapa
variabel independen.
Gambar 6 : Hasil Uji Kelayakan Model Regresi (Andrews And Hosmer-Lemeshow Goodness
Of Fit Test)
Goodness-of-Fit Evaluation for Binary Specification
Andrews and Hosmer-Lemeshow Tests
Equation: EQUATION1
Date: 04/21/18 Time: 09:08
Grouping based upon predicted risk (randomize ties)
( )
E. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan tinggi dan rendahnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), maka kabupaten
dan kota di Provinsi Jawa Timur dapat dibagi menjadi dua kelompok daerah yaitu daerah TPT
tinggi dan daerah TPT rendah. Dimana kedua kelompok daerah tersebut memiliki karakterstik
penduduk dan potensi ekonomi yang berbeda. Hasil pengujian yang telah dilakukan juga
menyimpulkan bahwa variabel UMK memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pengangguran
di daerah TPT tinggi dari pada daerah TPT rendah namun tidak signifikan. Variabel pertumbuhan
ekonomi memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pengangguran di daerah TPT rendah dari
pada daerah TPT tinggi namun tidak signifikan. Sedangkan variabel angkatan kerja dan tingkat
pendidikan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pengangguran di daerah TPT tinggi dari
pada daerah TPT rendah secara signifikan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diajukan adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis data, menyimpulkan bahwa variabel UMK memiliki pengaruh lebih
besar terhadap pengangguran di daerah TPT tinggi meskipun tidak signifikan. Sehingga upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kestabilan harga melalui peningkatan produksi
barang dan jasa di dalam negeri. Apabila upaya demikian belum berhasil, maka pemerintah
dapat memenuhi pasar dengan produk-produk impor. Sehingga harga dari kebutuhan hidup
layak menjadi lebih stabil pada tingkat tertentu.
2. Variabel pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pengangguran di
daerah TPT rendah meskipun tidak signifikan. Sehingga perlu dilakukan peningkatan
pertumbuhan ekonomi pada sektor-sektor padat karya terutama sektor industri UMKM melalui
kemudahan perizinan dan permodalan. Selain itu juga perlu dilakukan pengembangan pada
sektor pertanian melalui efisiensi produksi dengan meningkatkan teknologi pertanian dan
kualitas tanaman guna mendorong hasil produksi yang lebih efisien.
3. Variabel angkatan kerja memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pengangguran di daerah
TPT tinggi secara signifikan. Sehingga upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu
mengembangkan lapangan usaha padat karya terutama pada sektor industri yang sebelumnya
juga padat modal. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan industri UMKM.
Selain itu pemerintah juga dapat menggalakkan program penurunan jumlah penduduk melalui
program KB, penggunaan alat kontrasepsi, dan penegakan UU tentang batas usia minimal
pernikahan.
4. Variabel tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pengangguran di
daerah TPT tinggi secara signifikan. Sehingga upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah
yaitu menggalakkan program peningkatan pendidikan baik formal maupun non formal. Upaya
peningkatan pendidikan formal yaitu dengan menambah jumlah subsidi pendidikan formal,
memperbaiki akses menuju sekolah dan menambah tenaga pengajar pada daerah terpelosok.
Sedangkan upaya peningkatan pendidikan non-formal dapat dilakukan dengan memberi dan
menambah jumlah subsidi program pelatihan kerja dan lebih intensif mengadakan Job Fair
yang tidak hanya berpusat di kota, namun juga di tempat yang mudah dijangkau oleh daerah
pedesaan.
Pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepad Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan ridhoNya serta kemudahan dan kelancaran disetiap waktu. Kedua, kepada kedua orang
tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materiil. Ketiga, kepada semua pihak
yang telah memberi dukungan dan bantuan serta kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi
Universitas Brawijaya dan Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA