Anda di halaman 1dari 35

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1.

Kondisi Geografis

K abupaten Majalengka merupakan bagian dari wilayah administrasi Provinsi Jawa


Barat yang memiliki luas wilayah 120.424 hektar yang terdiri atas 26 kecamatan, 13 kelurahan dan 321 desa. Secara geografis, Kabupaten Majalengka terletak pada koordinat 60 3216,39 sampai dengan 70 4 24,75 Lintang Selatan dan 1080 2 30,87 sampai dengan 1080 24 32,84 Bujur Timur. Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten berkisar antara 0 - 37 Kilometer, dan jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah 91 Kilometer serta jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Negara adalah 200 Kilometer. Batas wilayah administrasi, Kabupaten Majalengka sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah Selatan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah Barat dengan Kabupaten Sumedang, dan Sebelah Timur

berbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon. Berdasarkan klasifikasi kemiringan lahan, Kabupaten Majalengka diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelas yaitu landai atau dataran rendah (0 15 persen), berbukit bergelombang (15 40 persen) dan perbukitan terjal (>40 persen). Sebesar 13,21 persen dari luas wilayah Kabupaten Majalengka berada pada kemiringan lahan di atas 40 persen, 18,53 persen berada dalam kelas kemiringan lahan 15 - 40 persen, dan 68,26 persen berada pada kelas kemiringan lahan 0 - 15 persen. Sedangkan berdasarkan ketinggian, wilayah Kabupaten Majalengka diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klasifikasi utama yaitu dataran rendah (0 - 100 m dpl), dataran sedang (>100 - 500 m dpl) dan dataran tinggi (> 500 m dpl). Dataran rendah sebesar 42,21 persen dari luas wilayah, berada di Wilayah Utara Kabupaten Majalengka, dataran sedang sebesar 20,82 persen dari luas wilayah, umumnya berada di Wilayah Tengah, dan dataran tinggi sebesar 36,97 persen dari luas wilayah, mendominasi Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka, termasuk di dalamnya wilayah yang berada pada ketinggian di atas 2.000 m dpl yaitu terletak di sekitar kawasan kaki Gunung Ciremai. Sumber daya air di Kabupaten Majalengka dibagi ke dalam dua bagian yaitu air permukaan dan air bawah tanah. Potensi air permukaan diperoleh dari 2 (dua) sungai Cimanuk dan sungai Cilutung serta beberapa anak sungai lainnya. Sementara potensi air

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-1

permukaan lainnya berasal dari sumber mata air yang umumnya berada di wilayah Selatan Kabupaten Majalengka. Sedangkan untuk kondisi Air Bawah Tanah (ABT), secara umum berada di Wilayah Utara dan Tengah Kabupaten Majalengka yang potensi ketersediaan ABT cukup baik, kecuali untuk Kecamatan Kertajati, Dawuan, dan Ligung kondisinya kurang baik.

2.2.

Evaluasi Pembangunan Tahun 2004-2008 Pelaksanaan pembangunan daerah meliputi bidang Sosial Budaya, Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi,

Perekonomian, Sarana dan Prasarana, Pengembangan

Wilayah dan Penataan Ruang, Politik, Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, Hukum, Aparatur, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Perkembangan pembangunan selama periode 2004-2008 diuraikan di bawah ini.

2.2.1. Sosial Budaya Pembangunan kualitas hidup penduduk Kabupaten Majalengka menjadi prioritas pembangunan daerah. Perkembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) Kabupaten Majalengka menunjukkan perkembangan yang semakin membaik, hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM dihitung berdasarkan tiga indikator yaitu Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan, dan Indeks Daya Beli. Pada Tahun 2008, IPM Kabupaten Majalengka mencapai angka 69,42, meningkat sebesar 0,17 poin dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 69,25. Dalam rentang 2004-2008, IPM Kabupaten Majalengka meningkat sebesar 1,41 dari angka 68,01 pada Tahun 2004 menjadi 69,42 pada Tahun 2008. Untuk lebih jelasnya mengenai capaian IPM Kabupaten Majalengka Tahun 20042008 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 CAPAIAN IPM KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 INDIKATOR 1 IPM
Indeks Kesehatan

2004 2 68,01 70,68 67,41

2005 3 68,52 71,17 67,70

2006 4 68,81 71,25 67,75

2007 5 69,25 71,32 67,79

2008*) 6 69,42 71,36 67,82

Angka Harapan Hidup (Tahun)

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-2

INDIKATOR 1 Indeks Pendidikan Angka Melek Huruf (%) Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Indeks Daya Beli Paritas Daya Beli (Rp)

2004 2 75,61 91,92 6,45 57,74 549,85

2005 3 75,98 92,33 6,49 58,41 552,75

2006 4 76,18 92,60 6,50 58,99 555,30

2007 5 77,16 93,71 6,61 59,27 556,45

2008*) 6 77,49 94,02 6,67 59,41 556,76

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

1. Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) sampai dengan akhir tahun 2008 sebesar 1.198.170 jiwa dengan kepadatan ratarata 1.149 jiwa/Kilometer persegi. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Majalengka sebesar 0,84 persen. Hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan. Jumlah penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan kepadatan penduduk di Kabupaten Majalengka selama kurun 2004-2008 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2 JUMLAH PENDUDUK, LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 PENDUDUK Jumlah (Jiwa) Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk (persen) Kepadatan (Jiwa/ KM2) 2004 1.160.583 574.614 585.969 0,86 964 2005 1.169.337 577.633 591.704 0,82 971 2006 1.179.136 582.474 596.662 0,84 979 2007 1.188.189 588.321 599.868 0,76 987 2008*) 1.198.170 593.265 604.405 0,84 1.149

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

2. Pendidikan Pembangunan bidang pendidikan telah dilaksanakan dengan menitikberatkan pada upaya akselerasi penuntasan program Wajib Belajar 9 tahun melalui pendidikan formal maupun non formal, serta rintisan Wajib Belajar 12 tahun. Seiring dengan hal tersebut upaya mengedepankan sekolah kejuruan diarahkan pada fokus pembelajaran atau pendidikan vokasional (life skill).

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-3

Untuk komposisi penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan, jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) merupakan lulusan terbanyak yaitu sebesar 45,00 persen, diikuti oleh SLTP sebesar 15,70 persen, SLTA sebesar 10,20 persen, D1/D3 sebesar 1,00 persen, dan Universitas sebesar 1,40 persen.
Tabel 2.3 PERSENTASE PENDUDUK MENURUT JENJANG PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 PENDUDUK MENURUT JENJANG PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN (%) 2004 Tidak punya SD SLTP SLTA D1 / D3 Universitas 29,97 47,61 13,30 7,75 0,75 0,62 2005 27,48 49,43 13,36 6,63 1,50 1,33 2006 23,53 49,95 15,20 6,38 1,43 1,16 2007 23,89 47,10 15,37 9,28 2,10 2,20 2008*) 26,70 45,00 15,70 10,20 1,00 1,40

JENJANG PENDIDIKAN

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Kelompok usia sekolah menggambarkan penduduk yang harus mendapatkan pendidikan mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Usia 7-12 tahun merupakan usia terbanyak yaitu mencapai 131.690 orang, yang diikuti oleh usia 13-15 tahun sebesar 64.938 orang dan usia 16-18 tahun sebesar 58.224 orang.
Tabel 2.4 JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK USIA SEKOLAH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 PENDUDUK MENURUT KELOMPOK USIA SEKOLAH (Jiwa) 2004 7-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-24 tahun JUMLAH 133.122 60.243 53.148 127.251 373.764 2005 145.220 61.003 54.446 89.052 349.721 2006 138.889 74.806 58.812 108.743 381.250 2007 140.288 65.493 56.725 74.306 336.812 2008*) 131.690 64.938 58.224 n/a n/a

KELOMPOK USIA SEKOLAH

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara n/a : Not Available

Tingkat kemajuan pendidikan masyarakat dapat ditinjau dari besarnya persentase Angka Partisipasi Pendidikan. Angka Partisipasi Pendidikan dapat pula menjadi indikator dan jaminan keberhasilan pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun. Berdasarkan data tahun 2008 Angka Partisipasi Murni (APM) untuk tingkat SD atau sederajat di Kabupaten

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-4

Majalengka sudah cukup tinggi (97,90 persen) ini berarti dari hampir seluruh anak usia masuk sekolah SD atau sederajat sudah tertampung, dan hanya kurang dari 3 persen yang tidak sekolah. Adapun APM untuk SMP atau sederajat sebesar 87,58 persen, serta APM SMA atau sederajat hanya sebesar 38,02 persen. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk tingkat pendidikan SD atau sederajat mencapai 101,96 persen, APK untuk SMP atau sederajat sebesar 103,85 persen serta APK SMA atau sederajat hanya 42,13 persen.
Tabel 2.5 ANGKA PARTISIPASI MURNI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 ANGKA PARTISIPASI MURNI (%) 2004 92,97 63,43 22,71 2005 95,67 60,61 31,50 2006 92,26 68,88 27,37 2007 95,16 70,42 31,86 2008*) 97,90 87,58 38,02

TINGKAT PENDIDIKAN SD atau sederajat SMP atau sederajat SMA atau sederajat

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Tabel 2.6 ANGKA PARTISIPASI KASAR KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 ANGKA PARTISIPASI KASAR (%) TINGKAT PENDIDIKAN SD atau sederajat SMP atau sederajat SMA atau sederajat 2004 104,25 79,71 27,03 2005 103,51 78,83 37,41 2006 105,21 83,82 35,26 2007 102,74 80,15 37,39 2008*) 101,96 103,85 42,13

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan perlu didukung oleh tersedianya sarana prasarana dan tenaga pengajar yang memadai. Pada tahun 2008 jumlah sarana pendidikan SD/MI sebanyak 885 buah, SMP/MTs sebanyak 144 buah, dan SMA/SMK/MA sebanyak 70 buah. Perguruan tinggi yang ada saat ini adalah Universitas Majalengka, Sekolah Tinggi Agama Islam PUI, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan YPIB dan STKIP Yasika.

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-5

Tabel 2.7 JUMLAH SARANA PENDIDIKAN DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 TINGKAT PENDIDIKAN SD /MI SMP/ MTs SMA/ SMK / MA JUMLAH SARANA PENDIDIKAN (Buah) 2004 878 132 61 2005 897 135 61 2006 869 136 63 2007 878 135 60 2008*) 885 144 70

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Berdasarkan data tahun 2008 rasio murid terhadap guru menunjukkan angka yang normal yaitu rasio murid terhadap guru TK sebesar 10, rasio murid terhadap guru SD sebesar 18, rasio murid terhadap guru SMP sebesar 18, rasio murid terhadap guru SMA sebesar 14, dan rasio murid terhadap guru SMK sebesar 11. Sedangkan rasio murid

terhadap sekolah TK sebesar 32, rasio murid terhadap sekolah SD sebesar 154, rasio murid terhadap sekolah SMP sebesar 299, rasio murid terhadap sekolah SMA sebesar 577, dan rasio murid terhadap sekolah SMK sebesar 364.

Tabel 2.8 JUMLAH GURU, MURID, SEKOLAH NEGERI/SWASTA SERTARASIO MURID TERHADAP GURU DAN SEKOLAH LINGKUP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 JUMLAH TAHUN 1 2004 JENJANG 2 TK SD SMP SMA SMK TK SD SMP SMA SMK TK SD SMP SMA SMK TK SD SMP SEKOLAH (buah) 3 204 818 67 20 20 214 834 68 20 20 231 830 69 20 22 251 815 69 MURID (orang) 4 5.878 127.181 31.465 10.948 6.019 6.697 126.664 31.493 10.948 6.019 7.310 127.997 37.136 12.308 6.854 8.763 127.073 36.931 GURU (orang) 5 481 4.256 1.664 576 247 532 6.160 1.299 496 3.839 858 4.713 1.698 552 171 994 6.577 2.163 Murid:Guru 6 12 30 19 19 24 13 21 25 23 2 9 27 22 22 40 9 19 17 RASIO Murid:Sekolah*) 7 29 156 470 547 301 31 152 463 547 301 32 154 538 615 312 35 156 535

2005

2006

2007

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-6

JUMLAH TAHUN 1 SMA SMK TK SD SMP SMA SMK JENJANG 2 SEKOLAH (buah) 3 35 21 273 823 135 21 28 MURID (orang) 4 22.352 6.868 8.741 127.078 40.394 11.691 10.150 GURU (orang) 5 1.601 659 851 7.111 2.307 849 902 Murid:Guru 6 14 10 10 18 18 14 11

RASIO Murid:Sekolah*) 7 639 327 32 154 299 557 363

2008*)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

3. Kesehatan Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Kesehatan sebagai hak asasi manusia mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya mempertahankan yang sehat untuk tetap sehat. Indeks kesehatan meningkat sejalan dengan penurunan angka kematian ibu dan bayi. Berdasarkan Indikator Indonesia Sehat 2010 dan pedoman lainnya bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) diharapkan menurun hingga 150 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) menurun hingga 40 per 1.000 Kelahiran Hidup dan Angka Harapan Hidup (AHH) meningkat menjadi 67,9 tahun pada tahun 2010. Gambaran pencapaian di Kabupaten Majalengka sebagaimana tabel 2.9 berikut menunjukkan perlunya upaya percepatan yang lebih baik lagi dengan berbagai langkah kebijakan yang lebih efektif.
Tabel 2.9 PERKEMBANGAN INDEKS KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008

No. 1 2 3 4

KOMPOSIT 2004 Indeks Kesehatan (IK,%) Angka Harapan Hidup (AHH, Tahun) Angka Kematian Bayi (AKB, per 1.000) Angka Kematian Ibu (AKI, per 100.000) 70,68 67,41 48,50 158,79 2005 71,17 67,70 43,10 147,90

TAHUN
2006 71,25 67,75 41,25 147,60 2007 71,32 67,79 41,10 197,17 2008*) 71,36 67,82 40,97 148,36

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-7

Di Kabupaten Majalengka, tahun 2008, terdapat 2 (dua) buah Rumah Sakit yang dapat melayani masyarakat Kabupaten Majalengka dan luar kabupaten. Keberadaan Puskesmas hampir merata di setiap kecamatan dengan jumlah 30 buah yang didukung dengan Puskesmas Pembantu 73 buah, Puskesmas Keliling 33 buah, Apotek 58 buah dan Toko Obat 42 buah.

Tabel 2.10 JUMLAH SARANA PELAYANAN KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 JENIS SARANA KESEHATAN Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Posyandu Apotek Toko Obat SARANA PELAYANAN KESEHATAN (Buah) 2004 2 29 73 28 1.372 39 37 2005 2 29 73 28 1.479 45 36 2006 2 29 73 30 1.479 47 44 2007 2 29 73 30 1.428 53 42 2008*) 2 30 73 33 1440 58 46

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

4. Pemuda dan Olah Raga Pembangunan pemuda sebagai salah satu unsur sumber daya manusia dan tulang punggung serta penerus cita-cita bangsa, kualitasnya terus disiapkan dan dikembangkan melalui peningkatan aspek pendidikan, kesejahteraan hidup dan tingkat kesehatan. Untuk mewadahi aktivitas dan kreativitas generasi muda yang lebih berkualitas dan mandiri, serta memiliki produktivitas, terdapat berbagai wahana yang dikembangkan oleh Pemerintah, kepemudaan. Di Kabupaten Majalengka terdapat beberapa organisasi yang menaungi aktivitas kepemudaan yang bergerak di bidang sosial, pendidikan dan keagamaan, diantaranya KNPI, Karang Taruna, Remaja Masjid dan lain-lain. Perkumpulan olah raga di Kabupaten Majalengka diantaranya perkumpulan Sepak Bola sebanyak 328, Bola Volley sebanyak 427, Bulu tangkis sebanyak 190, Tenis meja sebanyak 204, Catur sebanyak 54, Bola Basket sebanyak 55, Panahan sebanyak 3, Pencak Silat sebanyak 63, Atletik sebanyak 13, Renang sebanyak 4 dan Karate sebanyak 4 perkumpulan. dan atas inisiatif masyarakat seperti melalui berbagai organisasi

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-8

Pembangunan dan pembinaan olah raga disamping optimalisasi olah raga prestasi, dilakukan juga upaya membangun budaya olah raga dalam masyarakat. Untuk meningkatkan keberhasilan dalam bidang olah raga, masih diperlukan peningkatan pembinaan dan dukungan sarana prasarana olah raga, baik untuk olah raga masyarakat maupun sarana olah raga terpadu dengan standar nasional.

5. Seni dan Budaya Dalam bidang seni dan budaya, pembangunannya ditujukan untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah di tengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negatif budaya global. Selain itu kesenian dan kebudayaan merupakan cerminan dari seberapa tinggi peradaban manusia yang dimiliki.
Tabel 2.11 JUMLAH PERKUMPULAN KESENIAN DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 JUMLAH PERKUMPULAN KESENIAN (Buah) 2004 2005 2006 2007 2008*) 2 3 4 5 6 76 97 92 17 15 25 28 6 42 9 72 26 11 31 3 2 42 9 72 32 15 32 3 2 19 15 9 55 2 22 16 9 32 2

PERKUMPULAN KESENIAN 1 KELOMPOK KARAWITAN Sekar Gending Sekar Gending KELOMPOK PEDALANGAN Wayang Golek Wayang Kulit KELOMPOK SENI TARI Tari Upacara Tari Rakyat Tari Topeng KELOMPOK PERTUNJUKAN RAKYAT Terbangan Helaran Humor Ketangkasan KELOMPOK MUSIK Vokal Instrument Music Campuran KELOMPOK TEATER Teater Rakyat Teater Modern Teater Transisi

20 37 16 27 61 1 39 3 1 16

17 21 18 2 0 0 69 5 3 0

18 24 20 4 47 3 72 7 6 0

7 29 8 7 112 4 2 -

20 29 15 5 112 2 3 -

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-9

PERKUMPULAN KESENIAN 1 SENI RUPA SENI SASTRA

JUMLAH PERKUMPULAN KESENIAN (Buah) 2004 2005 2006 2007 2008*) 2 3 4 5 6 20 3 3 7 7 15 3 6 5 5

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Sedangkan budaya yang masih dapat dijumpai dalam kehidupan masyarakat yaitu diantaranya Upacara Adat Sumur Sindu, Upacara Sambut Pengantin, Upacara Guar Bumi, Upacara Mapag Sri, dan beberapa tradisi budaya yang masih dilestarikan oleh perorangan yang merupakan tradisi budaya dalam kehidupannya.

6. Agama Kualitas kehidupan beragama di Kabupaten Majalengka dapat dilihat dari kesadaran masyarakat untuk mengimplementasikan ajaran agama, menciptakan

kerukunan, dan toleransi antar umat beragama dalam kehidupannya. Kondisi tersebut menciptakan hubungan yang harmonis dan kondusif. Antara sesama pemeluk agama maupun antar umat beragama di Kabupaten Majalengka. Hal-hal tersebut dapat menunjang kesalehan sosial di masyarakat. Namun untuk memperoleh kesalehan sosial yang optimal, masih diperlukan peningkatan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama di kalangan masyarakat terutama di kalangan peserta didik sehingga dapat menanamkan suatu pondasi yang kuat untuk menangkal pengaruh negatif yang datangnya dari dalam maupun dari luar. Tabel berikut menggambarkan mengenai pemeluk agama dan sarana ibadah yang ada di Kabupaten Majalengka pada tahun 2004-2008.
Tabel 2.12 JUMLAH PEMELUK AGAMA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 JUMLAH PEMELUK AGAMA (Jiwa) 2004 1.172.810 1.568 931 49 177 259 2005 1.166.413 1.502 953 155 292 22 2006 1.176.379 1.787 773 90 107 142 2007 1.192.827 2.048 268 15 94 87 2008*) 1.176.413 1.886 599 48 190 87

AGAMA Islam Kristen/Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-10

Tabel 2.13 JUMLAH SARANA IBADAH DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 JUMLAH SARANA IBADAH (Buah) SARANA Mesjid Langgar Mushola Gereja Pura Vihara 2004 1.128 4.491 1.260 11 0 3 2005 1.133 4.700 1.224 12 0 2 2006 1.031 4.509 1.390 12 1 2 2007 940 4.838 1.082 12 0 3 2008*) 960 4.336 1.402 12 1 3

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

7. Pengarusutamaan Gender Keberpihakan terhadap peningkatan peran perempuan di seluruh sektor

pembangunan telah dilakukan. Pemerintah Kabupaten Majalengka secara bertahap berupaya untuk mengintegrasikan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam berbagai sektor pembangunan sesuai dengan proporsi dan karakteristik yang dimiliki. Organisasi Wanita, baik Sosial, Profesi maupun Kemasyarakatan serta Keagamaan, diantaranya : Gabungan Organisasi Wanita, Organisasi Wanita Persatuan antara lain Dharma Wanita Persatuan, Persit, Pia Ardia Garini, Bhayangkari dan Ikatan Isteri Dokter Indonesia (IIDI). Selain itu, terdapat Organisasi Wanita di Bidang Kemasyarakatan antara lain Tim Penggerak PKK, Wirawati Cahya Panca dan IKKT. Organisasi Wanita Profesi yang ada diantaranya Ikatan Bidan Indonesia (IBI), HWK, IWAPI dan PERWOSI serta Organisasi Wanita Keagamaan antara lain seperti Al-Hidayah, Wanita PUI, Muslimat NU, Wanita Muhammadiyah dan Perempuan Persis.

8. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kondisi kesejahteraan sosial masyarakat diindikasikan dengan jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). PMKS tahun 2008 meliputi anak balita terlantar sebanyak 1.372 orang, anak terlantar sebanyak 4.069 orang, korban tindak kekerasan atau diperlakukan salah sebanyak 217 orang, anak nakal sebanyak 509 orang, anak jalanan sebanyak 95 orang, wanita rawan sosial ekonomi sebanyak 8.457 orang, lanjut usia terlantar sebanyak 8.301 orang, penyandang cacat sebanyak 10.057 orang, Tuna Susila sebanyak 244 orang, pengemis sebanyak 91 orang, gelandangan sebanyak 78 orang, bekas warga binaan pemasyarakatan sebanyak 542 orang, korban

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-11

penyalahgunaan NAPZA sebanyak 164 orang, Keluarga fakir miskin sebanyak 53.168 KK, keluarga berumah tidak layak huni sebanyak 8.676 KK, keluarga bermasalah sosial psikologis sebanyak 298 KK, pekerja migran sebanyak 239 orang, keluarga rentan sebanyak 1.929 KK, Komunitas Adat Terpencil 220 KK, korban bencana alam 199 orang, dan korban bencana sosial 67 orang. Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) antara lain Organisasi Sosial/Yayasan Sosial 69 buah, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) 336 orang, Karang Taruna 334 buah, Dunia Usaha yang konsen terhadap masalah sosial 76, Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM) sebanyak 5 buah. 9. Ketenagakerjaan Salah satu sasaran utama pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk dapat menyerap angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahunnya. Jumlah pengangguran Kabupaten Majalengka dari tahun 2004 ke tahun 2008 mengalami penurunan, hal tersebut dapat dilihat dari 11,13 persen yang mencari pekerjaan, turun menjadi 4,97 persen pada tahun 2008.

Tabel 2.14 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA PENDUDUK SATUAN USIA KERJA ANGKATAN KERJA Bekerja Mencari Pekerjaan BUKAN ANGKATAN KERJA Orang Orang % Orang % Orang % Orang % 2004 963.639 546.327 (56,69) 485.517 (88,87) 60.810 (11,13) 417.312 (43,31) 2005 939.535 571.412 (60,82) 511.870 (89,58) 59.542 (10,42) 368.123 (39,18) 2006 872.051 543.608 (62,34) 475.732 (87,51) 67.876 (12,49) 328.443 (37,66) 2007 901.587 622.618 (69,06) 576.147 (92,54) 46.471 (7,46) 278.969 (30,94) 2008*) 915.483 569.658 (62,20) 524.195 (57,26) 45.483 (4,97) 345.825 (37,78)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Dilihat dari lapangan kerja, sektor pertanian merupakan sektor yang menampung paling banyak tenaga kerja (27,86 persen), kemudian diikuti oleh sektor perdagangan (19,51 persen), dan industri pengolahan (17,10 persen). Proporsi penduduk yang bekerja berdasarkan lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 2.15.

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-12

Tabel 2.15 PERSENTASE PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008

LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, gas dan air minum Konstruksi Perdagangan Angkutan dan Komunikasi Keuangan Jasa-jasa Lainnya

PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA (%) 2004 36,82 1,45 19,06 0,09 4,89 23,83 5,50 0,47 7,89 2005 29,95 2,29 18,36 0,39 7,93 26,15 5,97 0,68 8,28 2006 31,24 0,67 19,39 0,10 5,36 26,65 5,80 0,51 10,27 2007 37,61 0,35 13,94 0,24 5,35 26,61 5,47 1,19 9,23 2008*) 27,86 4,17 17,10 0,68 4,50 19,51 6,55 5,59 13,83

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten Majalengka yang masih relatif besar, hal ini terlihat dari data tahun 2008 sebesar 11,73 persen. Besarnya angka TPT ini disebabkan oleh lapangan kerja yang tersedia tidak seimbang dengan meningkatnya jumlah penduduk pencari kerja serta masih rendahnya tingkat pendidikan, keterampilan dan keahlian masyarakat.

Tabel 2.16 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT ) KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008

NO. 1. 2. 3. 4. 5.

TAHUN 2004 2005 2006 2007 2008*)

PERSENTASE TPT (%) 11,13 10,42 12,49 7,46 11,73

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Peningkatan kompetensi, produktivitas dan daya saing tenaga kerja terus dilakukan sebagai upaya penanggulangan pengangguran di Kabupaten Majalengka. Upaya yang telah dilakukan dalam ketenaga kerjaan, diantaranya pemberian pelatihan dan uji sertifikasi untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja. Perluasan kesempatan kerja

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-13

masih tetap perhatian, diantaranya melalui kegiatan pemberian kerja sementara di desa dan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri.

2.2.2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Berkaitan dengan pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, keberadaannya pada saat ini masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat dan terbatasnya sumber daya Iptek, belum meratanya pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna (TTG) di seluruh bidang kehidupan masyarakat, serta masih kurangnya pemanfaatan sistem informasi dan telematika pada lingkungan pemerintah.

2.2.3. Perekonomian Kondisi perekonomian makro Kabupaten Majalengka mengalami pertumbuhan pada kurun waktu tahun 2004-2008, hal ini ditunjukkan dengan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Majalengka setiap tahunnya selalu mengalami pertumbuhan yang positif. Hal ini tercermin dari LPE tahun 2004 sebesar 4,09 persen atau naik 0,84 persen dari tahun 2003. Pada tahun 2005 LPE mencapai 4,47 persen, tahun 2006 sebesar 4,18 persen dan tahun 2007 sebesar 4,87 persen, serta tahun 2008 sebesar 4,54 persen. Terjadinya penurunan LPE pada tahun 2006 disebabkan oleh pengaruh kebijakan perekonomian nasional yaitu kenaikan harga BBM, kenaikan harga kebutuhan pokok dan bencana kekeringan pada tahun 2005, sedangkan penurunan LPE pada tahun 2008 lebih disebabkan oleh pengaruh krisis global. Hal lain yang juga mendukung peningkatan LPE adalah terkendalinya laju inflasi. Tingkat inflasi yang terjadi selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya, namun tingkat inflasi yang terjadi di Kabupaten Majalengka masih dalam batas, kecuali tahun 2005 inflasi meningkat signifikan sebesar 17,79 persen, hal ini disebabkan oleh kenaikan harga BBM sebanyak 2 kali yaitu pada bulan Maret dan Oktober tahun 2005. Tahun 2004 inflasi sebesar 5,64 persen, tahun 2005 sebesar 17,79 persen, tahun 2006 sebesar 7,03 persen dan tahun 2007 sebesar 7,47 persen serta tahun 2008 sebesar 14,14 persen.

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-14

Tabel 2.17 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 TAHUN 2004 4,09 5,64 2005 4,47 17,79 2006 4,18 7,03 2007 4,87 7,47 2008*) 4,54 14,14

No. 1. 2.

Indikator Makro Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) (%) Inflasi (%)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Peningkatan LPE yang cukup signifikan ini tentunya diharapkan dapat mengurangi angka kemiskinan dan jumlah pengangguran di Kabupaten Majalengka, namun peningkatan pertumbuhan ekonomi secara makro tersebut belum sepenuhnya dapat

mempengaruhi proporsi penduduk miskin dan tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Majalengka. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Majalengka atas dasar harga konstan tahun 2000 pada kurun waktu tahun 2004-2008 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini didukung oleh kenaikan hampir semua sektor lapangan usaha dengan dominasi sektor pertanian diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Pada tahun 2004 PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp.3.387.039.350.000, tahun 2005 sebesar Rp.3.538.226.770.000, tahun 2006 sebesar Rp. 3.686.235.930.000, dan tahun 2007 sebesar Rp.3.865.690.520.000, serta

pada tahun 2008 sebesar Rp.4.041.007.620.000. Selanjutnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Kabupaten

Majalengka atas dasar harga konstan tahun 2000 setiap tahun mengalami kenaikan dari Rp. 2.918.394,76 pada tahun 2004 menjadi Rp. 3.372.649 pada tahun 2008. Kenaikan PDRB per kapita menunjukkan bahwa kondisi perekonomian Kabupaten Majalengka meningkat, sejalan dengan jumlah penduduk dan keadaan penduduk pada tahun berjalan.

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-15

Tabel 2.18 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN PDRB PERKAPITA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008
No. 1. INDIKATOR PDRB (Jutaan rupiah konstan thn 2000) Lapangan Usaha Pertanian harga Sektor SATUAN Rp.000.000,00 TAHUN 2004 3.387.039,35 2005 3.538.226,77 2006 3.686.235,93 2007 3.865.690,52 2008*) 4.041.007,62

Rp.000.000,00 % b. Pertambangan dan Galian Rp.000.000,00 % c. Industri Pengolahan Rp.000.000,00 % d. Listrik, Gas, Air Bersih Rp.000.000,00 % e. Bangunan Rp.000.000,00 % f. Perdagangan, Hotel dan Restoran Rp.000.000,00 % g. Pengangkutan dan Komunikasi Rp.000.000,00 % h. Keuangan Rp.000.000,00 % i. Jasa Rp.000.000,00 % 2. PDRB Per Kapita (dalam rupiah) RP. Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

a.

981.266,70 (28,97) 141.788,32 (4,19) 572.793,62 (16,91) 21.342,03 (0,63) 149.552,04 (4,42) 659.656,03 (19,48) 216.135,03 (6,38) 183.749,17 (5,43) 460.756,41 (13,60) 2.918.394,76

1.035.689,70 (29,27) 146.408,36 (4,14) 593.388,35 (16,77) 23.069,94 (0,65) 154.676,78 (4,37) 684.773,40 (19,35) 226.478,59 (6,40) 197.534,32 (5,58) 476.207,32 (13,46) 3.025.840,09

1.046.430,59 (28,39) 150.590,75 (4,09) 624.229,78 (16,93) 24.480,32 (0,66) 165.831,17 (4,50) 724.540,91 (19,66) 238.842,61 (6,48) 205.604,05 (5,58) 505.685,75 (13,72) 3.126.217,78

1.093.907,26 (28,30) 159.586,22 (4,13) 657.996,42 (17,02) 26.149,82 (0,68) 175.415,37 (4,54) 756.470,52 (19,57) 250.435,89 (6,48) 219.085,84 (5,67) 526.643,19 (13,62) 3.253.430,66

1.125.872,71 (27,86) 168.466,18 (4,17) 691.093,64 (17,10) 27.557,26 (0,68) 181.660,15 (4,50) 788.470,17 (19,51) 264.858,19 (6,55) 229.950,10 (5,69) 563.079,21 (13,93) 3.372.649

1. Pertanian Pertanian di Kabupaten Majalengka secara umum memiliki potensi yang besar dan variatif, serta didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas (tanaman, ternak, ikan, kebun dan hutan). Kontribusi terbesar dari sektor pertanian adalah dari sub sektor tanaman bahan pangan rata-rata mencapai 24,26 persen terhadap PDRB Kabupaten Majalengka, ini berarti produksi terbesar di Kabupaten Majalengka berasal dari usaha budi daya tanaman bahan pangan.
Tabel 2.19 LUAS LAHAN SAWAH MENURUT KLASIFIKASI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 Luas Lahan Sawah (Ha) 2004 17.453,00 7.880,00 12.697,00 12.895,00 50.925,00 2005 17.434,00 7.880,00 12.797,00 12.795,00 50.906,00 2006 17.434,00 7.879,00 12.799,00 12.793,00 50.905,00 2007 17.462,00 8.008,00 13.150,00 12.412,00 51.032,00 2008*) 17.441,00 7.839,00 13.012,00 12.660,00 50.092,00

Klasifikasi Tanah Irigasi Teknis Irigasi 1/2 Teknis Irigasi Sederhana Tadah Hujan JUMLAH

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-16

Berdasarkan tabel tersebut, selama perkembangan 5 (lima) tahun luas lahan pertanian di Kabupaten Majalengka dengan irigasi teknis mengalami penurunan sebesar 12 hektar, dari 17.453 hektar pada tahun 2004 menjadi 17.441 hektar pada tahun 2008. Demikian pula pada irigasi sederhana terdapat penambahan seluas 315 hektar, hanya pada luas lahan sawah tadah hujan terdapat penurunan pada tahun 2008 seluas 235 hektar apabila dibandingkan pada tahun 2004. Dari luas lahan 51.032,00 hektar menghasilkan padi sawah sekitar 552.960 ton per tahun dengan produksi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Fluktuasi produksi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 2.20 PRODUKSI PADI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 Produksi (Ton) 2004 560.175 548.365 11.810 2005 545.430 537.977 7.453 2006 503.647 493.444 10.203 2007 559.697 552.960 6.737 2008*) 559.698 552.960 6.738

Komoditas - Padi Padi Sawah Padi Ladang

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Tabel 2.21 PRODUKSI PALAWIJA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 Produksi (Ton) 2004 65.433 1.150 4.146 51.024 13.316 2005 78.563,00 1.388,00 2.849,00 56.928,00 20.350,00 2006 79.543,00 848,10 2.769,23 37.310,00 11.618,24 2007 74.319,00 476,00 2.315,00 39.773,00 17.617,00 2008*) 74.321,00 475,00 2.319,00 39.773,00 17.646,00

Komoditas Jagung Kedelai Kacang Tanah Ubi Kayu Ubi Jalar

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Tabel 2.22 PRODUKSI SAYURAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 Produksi (Ton) Komoditas 1 Bawang Daun Bawang Merah Cabai Besar 2004 2 23.507,00 33.250,80 11.038,00 2005 3 54.531,00 32.946,00 7.441,00 2006 4 56.644,60 35.111,60 7.572,00 2007 5 39.975,00 27.059,00 10.367,00 2008*) 6 86.464,00 33.015,00 12.833,00

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-17

Produksi (Ton) Komoditas 1 Kacang Merah Kacang Panjang Kentang Kubis Petsai/Sawi Tomat Wortel 2004 2 1.678,70 1.822,80 27.515,00 34.325,00 8.852,00 24,90 1.270,00 2005 3 1.688,00 804,00 17.021,00 43.555,00 5.855,00 9.193,00 2.296,00 2006 4 1.708,40 833,00 15.612,30 26.254,50 7.787,40 9.175,00 2.149,50 2007 5 1.424,00 812,00 21.348,00 39.742,00 8.532,00 7.536,00 1.183,00 2008*) 6 1.087,00 598,00 21.640,00 34.117,00 11.890,00 6.756,00 1.555,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Tabel 2.23 PRODUKSI BUAH-BUAHAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 Produksi (Ton) 2004 2.556,70 125,35 3.273,91 609,30 571,21 62,52 204,99 63.801,95 2005 11.463,10 653,72 3.094,50 1.084,14 1.187,74 32,66 131,07 41.256,51 2006 12.173,80 996,50 3.675,00 3.549,70 500,30 174,40 786,40 42.188,50 2007 13.800,10 414,30 4.763,50 1.731,40 2.897,40 166,00 201,70 44.912,20 2008*) 18.445,10 2.714,00 6.219,00 3.670,00 3.037,00 145,60 765,10 45.225,00

Komoditas Pisang Rambutan Alpukat Durian Jambu Biji Jeruk Besar Jeruk Siam Mangga

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Tabel 2.24 PRODUKSI PERKEBUNAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 Produksi (Ton) 2004 4.991,44 1.833.380 1.266,38 4.572.218,00 328.609,00 968,72 766,36 15.574,41 836,86 5.874,00 2005 4.638,72 1.440.842,00 1.789,85 4.657,87 518,53 905,18 783,24 19.770,52 898,95 5.337,00 2006 4.247,71 1.726.744,00 1.979,86 4.439,79 631,06 1.010,12 821,66 1.689,00 247.469,60 1.851,94 6.765,28 2007 6.841,65 1.602.225 2.100,72 3.774,40 447,48 1.301,86 654,49 1.004,51 72.457,02 1.304,67 6.216,63 2008*) 1.313,00 2.359,00 280,00 814,00 409,00 815,003.885,00 6.216,63

Komoditas Aren Bambu (Batang) Cengkeh Kelapa Dalam Kelapa Hibrida Kopi Melinjo Nilam Tebu Teh Tembakau

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-18

Tabel 2.25 PRODUKSI KEHUTANAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 Produksi (Ton) 2004 3.328 10.971,26 2005 4.128 13.217,84 2006 4.496 68.076,17 2007 4.990 15.921 2008*) 5.208 15.171,34

Komoditas Madu Kayu

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Tabel 2.26 PRODUKSI PETERNAKAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 Produksi (Ton) 2004 331,27 681,66 669,95 952.848 1.592,42 99,25 719,88 124,78 6.013,57 960,99 2005 407,90 631,75 775,41 1.016.496 1.173,75 38,81 947,85 32,06 8.868,16 1.101,29 2006 519,33 404,70 515,22 912.638 1.128,60 14,81 716,28 38,49 9.050,29 1.158,13 2007 582,85 423,18 376,88 1.106.352 1.160,91 6,24 618,18 41,32 9.927,22 648.15 2008*) 495,40 420,59 362,19 1.404.000 1.438,96 12,89 564,69 39,95 9.021,43 615,18

Komoditas 1. Telur : - Ayam Ras - Ayam Kampung - Itik 2. Susu 3. Daging : - Sapi - Kerbau - Domba - Kambing - Ayam Pedaging - Ayam Buras

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Tabel 2.27 PRODUKSI PERIKANAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 Produksi (Ton) 2004 123,60 1.167,88 2.311,05 307,24 95,35 220,18 2005 125,33 1.449,56 2.743,84 208,24 65,40 108,77 2006 78,23 1.435,05 2.000,01 111,86 21,41 26,57 2007 414,22 1.473,81 2.260,83 209,34 40,19 35,07 2008*) 455,59 1.495,48 2.411,81 212,72 94,78 118,92

Komoditas Gurame Mas Nila Nilem Tambak Tawes

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

2. Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan di Kabupaten Majalengka pengembangannya difokuskan pada sistem distribusi barang dan peningkatan akses pasar, baik pasar daerah maupun pasar luar daerah. Pengembangan sistem distribusi diarahkan untuk memperlancar arus barang,

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-19

memperkecil disparitas antar daerah, mengurangi fluktuasi harga dan menjamin ketersediaan barang yang terjangkau oleh masyarakat. Sedangkan peningkatan akses produk

pasar, baik dalam daerah maupun luar daerah dilakukan melalui promosi Kabupaten Majalengka. Fasilitas perdagangan berupa

pasar desa sebanyak 33 buah yang tersebar di

beberapa Kecamatan dengan frekuensi hari pasar 2 kali seminggu sampai dengan harian, pasar milik Pemerintah Daerah sebanyak 4 buah yang terdapat di Kecamatan Cigasong, Sumberjaya, Talaga dan Kadipaten, Jumlah kelompok pertokoan sebanyak 3.440 buah, Supermarket (Pasar Swalayan, Toserba, Minimarket) sebanyak 27 buah, Restoran (Rumah Makan, Kedai Makanan) sebanyak 21 buah, sedangkan sarana akomodasi meliputi penginapan sebanyak 9 buah yang terdiri atas 192 kamar, sementara jumlah restoran sebanyak 21 buah.

Tabel 2.28 BANYAKNYA SARANA PERDAGANGAN DAN PENGINAPAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 SARANA PERDAGANGAN DAN PENGINAPAN (buah) SuperRestoran Hotel Pasar Kelompok market (Rumah (Pengina Desa Pertokoan (Swalayan Makan) pan) ,Toserba) 26 267 17 47 9 28 267 17 58 9 28 6.004 21 65 9 30 6.004 21 65 9 33 3.440 27 21 9

No.

Tahun

Pasar Pemda 4 4 4 4 4

1 2 3 4 5

2004 2005 2006 2007 2008*)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi terhadap PDRB tahun 2004-2008 rata-rata sebesar 19,51 persen.

3. Industri Sektor industri pengolahan yang berkembang di Kabupaten Majalengka saat ini mayoritas berupa industri berskala mikro, kecil dan menengah, antara lain industri kerajinan dan industri olahan makanan. Sementara industri besar perkembangannya

relatif lebih lambat. Kelompok perindustrian di Kabupaten Majalengka saat ini tergabung dalam 2 (dua) kelompok besar, yaitu IKAHH (Industri Komoditas Agro dan Hasil Hutan) serta ILMEA (Industri Logam Mas, Elektronik dan Aneka).

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-20

Tabel 2.29 BANYAKNYA PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG BERDASARKAN PRODUKSI UTAMA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 Produksi Utama (Unit) No. 1 2 3 4 5 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008*)
Pakaian Makanan Genteng T. Beton P.Jaringan Listrik Bubuk Plastik Kerajinan Rotan Bola Sepak Sapu Ijuk Lain nya

3 3 3 11 23

5 4 6 8

326 318 324 401 450

1 1 1 1 1

1 1 1 1 1

5 5 5 3

25 25 50 50 64

1 1 1 1 2

1 1 1 5 21

10 10 10 7

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2004 sebesar 16,91 persen, meningkat pada tahun 2008 mencapai 17,10 persen yang berada pada urutan ketiga setelah sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. 2.2.4. Sarana dan Prasarana 1. Transportasi dan Perhubungan Infrastruktur merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan daerah. Pembangunan infrastruktur meliputi infrastruktur transportasi, prasarana sumber daya air, prasarana energi, prasarana telekomunikasi, perumahan dan permukiman serta prasarana persampahan. Prasarana transportasi berupa jalan meliputi jalan desa, kabupaten, jalan provinsi dan jalan nasional. Perkembangan kondisi ketiga status jalan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.30 PERKEMBANGAN KONDISI JALAN DESA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 KONDISI JALAN Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah PANJANG JALAN (Km) 2004 60,818 40,546 84,470 152,046 337,880 2005 70,955 43,924 77,712 145,288 337,880 2006 77,712 47,303 70,955 141,910 337,880 2007 108,180 120,080 28,020 81,610 337,880 2008*) 227,431 35,344 29,771 45,334 337,880

NO 1 2 3 4

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-21

Tabel 2.31 PERKEMBANGAN KONDISI JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 NO 1 2 3 4 KONDISI JALAN Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah PANJANG JALAN (Km) 2005 2006 2007 271,100 271,100 306,000 248,200 248,200 96,100 145,800 145,800 177,700 28,000 28,000 113,300 693,100 693,100 693,100

2004 242,885 242,950 159,600 40,265 685,700

2008*) 362,080 166,970 78,700 107,850 715,600

Sumber data : Dinas Kimpraswil Kab. Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Tabel 2.32 PERKEMBANGAN KONDISI JALAN PROVINSI DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 KONDISI JALAN Baik Sedang Rusak Rusak berat Jumlah PANJANG JALAN (Km) 2004 60,150 60,479 2,300 0,000 122,929 2005 62,929 28,000 32,000 0,000 122,929 2006 62,929 28,000 32,000 0,000 122,929 2007 90,800 32,129 0,000 0,000 122,929 2008*) 105,800 17,129 0,000 0,000 122,929

NO 1 2 3 4

Sumber data : Dinas Kimpraswil Kab. Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Tabel 2.33 PERKEMBANGAN KONDISI JALAN NASIONAL DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 KONDISI JALAN Baik Sedang Rusak Rusak berat Jumlah PANJANG JALAN (Km) 2004 11,000 14,395 0,500 0,000 25,895 2005 21,895 4,000 0,000 0,000 25,895 2006 25,895 0,000 0,000 0,000 25,895 2007 20,000 5,895 0,000 0,000 25,895 2008*) 23,250 2,645 0,000 0,000 25,895

NO 1 2 3 4

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Memperhatikan data tersebut, dalam perkembangan selama 4 (empat) tahun, secara kuantitas panjang jalan kabupaten mengalami penambahan sepanjang 7,40 Km berupa peningkatan status jalan desa yang berubah menjadi jalan kabupaten. Sementara itu, secara kualitas kondisi jalan kabupaten yang kondisinya baik mengalami peningkatan dari 35,42 persen menjadi 50,60 persen. Jalan provinsi dengan kondisi baik mengalami

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-22

peningkatan dari semula 48,93 persen menjadi 86,07 persen, dan jalan nasional dari 42,47 persen pada tahun 2004 menjadi 89,79 persen pada tahun 2008 dalam kondisi baik. Sedangkan untuk meningkatkan aksesbilitas regional akan dibangun jalan tol Cileunyi-Sumedang-Kertajati yang akan berdampak mengurangi kemacetan di Kabupaten Majalengka serta memperpendek jarak tempuh menuju kota-kota di sekitar Kabupaten Majalengka. Prasarana transportasi berupa terminal yang saat ini terdapat di Kabupaten Majalengka, sampai tahun 2008 masih tetap berjumlah 7 terminal yaitu Terminal Cipaku, Cigasong, Rajagaluh, Maja, Talaga, Bantarujeg dan Cikijing dengan luas keseluruhan 33.473 meter persegi. Klasifikasi terminal seluruhnya merupakan Terminal tipe C, dan jenis angkutan yang dilayani meliputi Bis Angkutan Kota Dalam Propinsi (AKDP), mini bus, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Keberadaan terminal tersebut belum seluruhnya optimal melayani sistem perjalanan di Kabupaten Majalengka baik mobilisasi internal ataupun eksternal.

2. Sumber Daya Air Kabupaten Majalengka dilalui dua sungai besar yaitu sungai Cimanuk dan Cilutung yang dapat menunjang kegiatan pertanian, industri, dan kebutuhan domestik. Bencana banjir dan kekeringan juga masih terus terjadi antara lain akibat menurunnya kapasitas infrastruktur sumber daya air dan daya dukung lingkungan serta tersumbatnya muara sungai karena sedimentasi yang tinggi. Pembangunan bidang sumber daya air di Kabupaten Majalengka, akan memperhatikan kebijakan yang lebih mengarah pada Pembangunan Prasarana Penyediaan Air Baku untuk mendukung Program Pemerintah mencapai Swasembada Pangan, di samping Pengendalian Daya Rusak Air berupa Pengendalian Banjir serta Konservasi sumber air. Selanjutnya rencana mewujudkan pembanguna Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang diharapkan dapat mengairi sawah di wilayah Utara Kabupaten Majalengka yang sering mengalami kekeringan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka, selama

perkembangan 5 (lima) tahun luas lahan irigasi teknis mengalami penurunan seluas 12 ha yaitu dari 17,453 ha pada tahun 2004 menjadi 17,441 ha pada tahun 2008,

sedangkan luas lahan yang terairi irigasi setengah teknis dan irigasi sederhana seluas 20.897 ha dan sawah tadah hujan seluas 12,660 ha. Fasilitasi penyediaan air minum di Kabupaten Majalengka terdiri atas sistem perpipaan dan non-perpipaan. Sistem perpipaan melayani sebagian besar wilayah

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-23

perkotaan, dan hanya sebagian kecil wilayah yang terlayani. Sumber air yang digunakan untuk penyediaan air minum perpipaan umumnya diambil dari mata air dan sumber air permukaan. Sedangkan sistem non-perpipaan banyak terdapat di wilayah perdesaan dengan memanfaatkan sumur gali dan pompa, sungai atau mata air yang terdapat di sekitarnya. Rumah tangga yang masih belum menggunakan sumber air minum bersih pada tahun 2008 sebanyak 93.044 rumah tangga.

3. Energi Potensi energi berupa minyak bumi dan gas alam di Kabupaten Majalengka terdapat di 3 lapangan yaitu lapangan randegan, lapangan tugu barat dan lapangan Pasar Catang yang seluruhnya berada dalam pengelolaan PT. PERTAMINA daerah operasi hulu Jawa bagian Barat. Jumlah sumur migas sebanyak 28 buah yang terdiri atas 11 sumur aktif dan produktif, 15 sumur tidak aktif yang digunakan sebagai cadangan, 2 sumur dalam pemeliharaan dan sedang dibangun. Lokasi sumur tersebut tersebar di 6 desa dan 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Sumberjaya: Desa Bongas Wetan 4 Sumur, Cidenok 4 sumur, Garawangi 5 sumur dan Loji Kobong 1 sumur; Kecamatan Kertajati : Desa Mekarmulya 13 sumur; dan Kecamatan Ligung berada di Desa Kodasari 1 sumur. Berdasarkan hasil penelitian tahun 2002 potensi sisa cadangan minyak bumi sebanyak 15.823.868 MSTB, sedangkan untuk gas alam potensinya sebesar 81.088,10 MMSCF. 4. Telekomunikasi Pelayanan sistem komunikasi di Kabupaten Majalengka dilakukan oleh sistem prasarana pos dan telekomunikasi. Jaringan telepon terpasang di Kabupaten Majalengka pada tahun 2002 sejumlah 1.048 SST, sedangkan pada tahun 2006 kapasitas terpasang mengalami kenaikan hingga mencapai 5.122 SST termasuk telepon umum dan wartel (kios) telepon yang tersebar di seluruh Kecamatan. Selain itu, untuk wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh jaringan telekomunikasi kabel, terdapat jaringan telepon seluler untuk mendukung sistem telekomunikasi di Kabupaten Majalengka, terutama dalam bentuk format GSM (Global System Mobile) dengan jaringan berupa tiang-tiang Base Transreceiver Station (BTS) yang dilakukan oleh perusahaan operator swasta. Bentuk pelayanan Pos di Kabupaten Majalengka adalah dalam bentuk Kantor Pos dan Pos Keliling beserta jaringannya untuk menjangkau seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Majalengka. Sampai dengan tahun 2008, pelayanan Pos dan Giro dilayani oleh

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-24

1 (satu) buah Kantor Pos Giro dan dibantu yang oleh 22 Kantor Pos Pembantu yang tersebar di kecamatan-kecamatan dan juga 93 Pos Keliling.

5. Perumahan dan Permukiman Rumah dan fasilitasnya merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang harus terpenuhi. Karena itu aspek kesehatan dan kenyamanan sangat menentukan dalam pemilikan rumah tinggal terkait dengan kesejahteraan penghuninya. Secara umum, kualitas rumah tinggal ditentukan oleh kualitas bahan bangunan yang digunakan dan fasilitas ditentukan dengan kelengkapannya. Kedua parameter ini mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Data perkembangan kualitas perumahan diperlihatkan pada tabel berikut.
Tabel 2.34 RUMAH TANGGA YANG BELUM MENDAPATKAN FASILITAS RUMAH DAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RTLH) DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008 FASILITAS BERDASARKAN RUMAH TANGGA (Unit) 2004 41.272 109.440 89.911 51.033 2005 40.272 104.440 87.911 41.533 2006 39.272 99.440 85.911 41.033 2007 38.272 98.742 83.911 40.533 2008*) 37.193 93.044 83.691 40.214

NO 1 2 3 4

INDIKATOR KUALITAS Penerangan Listrik Air Bersih Jamban Sendiri RTLH

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

Berdasarkan tabel di atas, sampai dengan tahun 2008 masih terdapat 37.193 rumah tangga belum menggunakan listrik sebagai alat penerangan, 93.044 rumah tangga belum menggunakan sumber air bersih serta masih terdapat 83.691 rumah tangga yang belum memiliki jamban sendiri. Sedangkan untuk Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) sampai tahun 2008 masih terdapat 40.214 RTLH.

6. Persampahan Sampai tahun 2008, pelayanan persampahan di Kabupaten Majalengka, masih dilayani oleh fasilitas 2 Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) yaitu TPA Heuleut dan TPA Talaga. Sampah di Kabupaten Majalengka berasal dari berbagai sumber seperti dari perumahan, pasar, rumah sakit, tempat-tempat umum, dan industri. Sampah organik dan rumah tangga mendominasi komposisi sampah yang dihasilkan di Kabupaten Majalengka.

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-25

Berdasarkan data tahun 2008, dari 7 kecamatan terlayani meliputi 6 kelurahan dan 22 desa dengan jumlah penduduk 163.745 jiwa. Rata-rata volume sampah terangkut setiap harinya sebesar 142,00 meter kubik dan dalam sebulan mencapai 4.260,00 meter kubik. Sementara potensi timbulan sampah di seluruh wilayah Kabupaten Majalengka saat ini setiap harinya mencapai 2.995,43 meter kubik, dalam arti baru 4,20 persen saja sampah di Kabupaten Majalengka yang terangkut. Wilayah yang telah terlayani pelayanan persampahan sampai dengan tahun 2008 yaitu Kecamatan Majalengka, Kecamatan Panyingkiran, Kecamatan Kadipaten, Kecamatan Cigasong, Kecamatan Rajagaluh, Kecamatan Cikijing, Kecamatan Talaga, sebagian Kecamatan Dawuan, dan sebagian Kecamatan Jatiwangi. Penanganan sampah di Kabupaten Majalengka, dilaksanakan oleh Dinas Kimpraswil meliputi penyapuan jalan utama, pertokoan, pembersihan saluran-saluran di sepanjang jalan utama, dan penanganan sebagian permukiman. Pelayanan yang dilakukan untuk daerah permukiman hanya meliputi pengangkutan dan pembuangan akhir, karena pengumpulannya dilakukan secara swadaya oleh masyarakat setempat.

2.2.5. Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang Kebijakan dasar pengembangan wilayah dan penataan struktur tata ruang Kabupaten Majalengka, berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Majalengka 2005-2015 adalah sebagai berikut : 1) Penataan ruang wilayah dilakukan berdasarkan fungsi utama kawasan meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. 2) Penataan ruang berdasarkan aspek administrasi, meliputi seluruh wilayah

administrasi Kabupaten Majalengka. 3) Penataan ruang Wilayah Kabupaten Majalengka, mencakup dimensi penataan ruang daratan dan penataan ruang udara. 4) Penataan ruang wilayah Kabupaten Majalengka diselenggarakan sebagai bagian integral dari kebijaksanaan penataan ruang nasional dan propinsi. 5) Penataan ruang Kabupaten Majalengka dilakukan dengan mempertimbangkan perwujudan visi dan misi Kabupaten Majalengka, serta hambatan dan tantangan yang ada, baik dari internal maupun eksternal wilayah Kabupaten Majalengka 6) Pembangunan sarana dan prasarana ke seluruh wilayah kabupaten secara integral, sekaligus pembukaan layanan transportasi umum dab kemudahan pencapaian

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-26

(aksesibilitas) ke pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah serta ke seluruh pelosok dalam rangka melayani kebutuhan transportasi yang terjangkau daya beli masyarakat umum; 7) Mempertahankan fungsi kawasan lindung, terutama area hutan lindung, kawasan konservasi, sungai dan mata air, ruang terbuka hijau, serta menata kawasan budidaya sehingga tidak mengalami degradasi. Pembangunan struktur ruang kabupaten selain berdasarkan adanya potensi kecenderungan (trend oriented), mengarah pula pada faktor pembentukan struktur ruang optimal (target oriented). Konsep struktur tata ruang Kabupaten Majalengka di masa mendatang dikembangkan melalui pengelolaan potensi sumber daya yang ada pada setiap wilayah kecamatan terhadap jenis kegiatan yang akan berkembang,

pengembangan infrastruktur dan luasan wilayah sesuai dengan fungsi dan potensi masing-masing kecamatan yang dikehendaki. Berdasarkan pertimbangan kebijakan dasar pengembangan wilayah dan penataan struktur ruang di atas, maka secara makro konsep wilayah pengembangan Kabupaten Majalengka dibagi menjadi 3 (tiga) Wilayah Pengembanan (WP) Utama, yaitu : 1) Wilayah Pengembangan (WP) Utara, dengan fungsi utama pengembangan Kawasan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), Kawasan Komersial

(Perdagangan dan Jasa), Industri dan Pengembangan Perumahan, meliputi : Kecamatan Kadipaten, Kertajati, Jatitujuh, Dawuan, Jatiwangi, Ligung, dan Sumberjaya, Kadipaten. 2) Wilayah Pengembangan (WP) Tengah, dengan fungsi utama pengembangan kawasan Pemerintahan, Pendidikan, Jasa, Pelayanan Sosial dan Pengembangan Perumahan, meliputi : Kecamatan Majalengka, Cigasong, Leuwimunding, Palasah, Panyingkiran, Rajagaluh, Sukahaji, dan Sindangwangi, dengan pusat Wilayah Pengembangannya berada di Kecamatan Majalengka. 3) Wilayah Pengembangan (WP) Selatan, dengan fungsi utama sebagai kawasan konservasi, pengembangan kegiatan Sosial Ekonomi berbasis Pertanian, dan Pengembangan Kawasan Pariwisata, meliputi : Kecamatan Argapura, Banjaran, Maja, Talaga, Cikijing, Cingambul, Bantarujeg, dan Lemahsugih, dengan pusatnya di Kecamatan Talaga. dengan pusat Wilayah Pengembangannya berada di Kecamatan

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-27

2.2.6. Politik Dalam pelaksanaan Pemilu Legislatif tahun 2004 dari 823.457 hak pilih yang ada di Kabupaten Majalengka, yang menggunakan hak pilih sebanyak 694.688 orang atau 84,34 persen, sedangkan dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden terdapat sebanyak 834.840 hak pilih dengan jumlah penduduk yang menggunakan hak pilih sebanyak 714.812 orang atau 85,62 persen. Pemilihan Umum tahun 2004 diikuti oleh 24 Partai politik untuk mengisi 45 kursi keanggotaan pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majalengka. Rekapitulasi perolehan suara dan peroleh kursi keanggotaan DPRD Kabupaten Majalengka pada Pemilu tahun 2004 dengan komposisi PDI Perjuangan 153.836 suara dengan mendapatkan 11 kursi, Partai Golkar 146.661 suara memperoleh 11 kursi, Partai Persatuan Pembangunan 71.796 suara memperoleh 6 kursi, Partai Amanat Nasional 62.718 suara memperoleh 5 kursi, Partai Keadilan Sejahtera 47.179 suara dengan 5 kursi, Partai Patriot Pancasila dan PKB masing-masing 3 kursi dan PKPI 1 kursi.

2.2.7. Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat Secara umum ketentraman dan ketertiban di Kabupaten Majalengka relatif terkendali. Namun masih terdapat beberapa pelanggaran dan beberapa kasus kriminal yang menunjukkan masih rendahnya kesadaran hukum masyarakat. Situasi kodusif pada bidang ketentraman dan ketertiban Masyarakat, diharapkan dapat memberikan keyakinan dan kepercayaan yang besar kepada masyarakat dan dunia usaha untuk melakukan aktifitas ekonomi dan sosial. Dalam upaya menegakan peraturan daerah, pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat, Pemerintah Kabupaten Majalengka telah membentuk lembaga Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), yang mempunyai tugas membantu Bupati dalam pengawasan, penegakkan, pembinaan ketentraman dan ketertiban serta penegakkan peraturan daerah yang berlaku serta ditunjang oleh keterlibatan dan dukungan dari masyarakat.

2.2.8. Hukum Penegakkan hukum dan penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dalam penyelenggaraan pemerintahan belum optimal. Guna meningkatkan penegakkan hukum,

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-28

peningkatan pengetahuan dan pemahaman aparatur terhadap aturan (hukum) perlu terus ditingkatkan seiring dengan peningkatan pengawasan terhadap penegakkannya. Demikian pula pemahaman dan kesadaran masyarakat masih perlu ditingkatkan sehingga dapat mendukung terhadap penegakan supremasi hukum dalam segala aspek kehidupan. Produk Peraturan Daerah tahun 2004 sebanyak 34 buah, tahun 2005 sebanyak 14 buah, tahun 2006 sebanyak 14 buah, tahun 2007 sebanyak 15 buah, dan tahun 2008 sebanyak 15 buah Perda.

2.2.9. Aparatur Keadaan aparatur di Kabupaten Majalengka pada Tahun 2008 sejumlah 14.551 orang, terdiri atas Pejabat Eselon II sebanyak 28 pegawai; Pejabat Eselon III sebanyak 171 pegawai; Pejabat Eselon IV sebanyak 815 pegawai; dan Pejabat Eselon V sebanyak 78 pegawai. Apabila dilihat dari golongan (pangkat) dapat digambarkan sebagai berikut : Golongan IV sebanyak 5.228 pegawai; Golongan III sebanyak 5.352 pegawai; Golongan II sebanyak 3.741 pegawai; dan Golongan I sebanyak 230 pegawai. Jumlah aparatur pemerintah desa berdasarkan data tahun 2006 sebanyak 2.737 orang dengan kualifikasi tingkat pendidikan SD sederajat 50,92 persen, SLTP 22,01

persen, SLTA 22,52 persen, Diploma 1,90 persen, dan S1 2,60 persen. Secara umum dari segi kuantitas dan kualitas aparatur pemerintah di Kabupaten Majalengka sampai saat ini belum memadai. Rasio tenaga administrasi dan profesi guru sudah memadai, sedangkan rasio tenaga medis, perencana, auditor, penyuluh pertanian, dan akunting relatif masih kurang. Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pemerintah telah berupaya melakukan peningkatan kinerja birokrasi antara lain melalui penyelenggaraan diklat aparatur, penyederhanaan prosedur pelayanan, penataan regulasi, peningkatan

pengawasan dan sebagainya. Meskipun demikian, pada kenyataannya kinerja birokrasi masih belum sesuai dengan yang diharapkan masyarakat, antara lain dicerminkan dengan masih adanya penyelenggaraan pelayanan yang belum optimal.

2.2.10.

Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Kondisi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang mempengaruhi terhadap kelangsungan kehidupan suatu wilayah, sangat bergantung terhadap keberadaan hutan di wilayahnya. Hutan merupakan lahan yang ditumbuhi oleh berbagai jenis pepohonan, yang

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-29

berfungsi sebagai kawasan konservasi yang memberikan perlindungan pada kawasankawasan di sekitarnya. Luasan hutan di Kabupaten Majalengka sampai dengan tahun 2008 adalah sebesar 36.526,13 Ha atau sebesar 30,35 persen dari luas wilayah. Jenis hutan di Kabupaten Majalengka berdasarkan statusnya terbagi dua yaitu Hutan rakyat, merupakan kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat, dan Hutan Negara yaitu

merupakan kawasan hutan yang dikelola oleh pemerintah seperti halnya hutan lindung, hutan konservasi dan hutan produksi. Berdasarkan data tahun 2004, luas lahan kritis 35.122,11 hektar, sedangkan pada tahun 2008 menjadi 23.686,25 Ha atau terjadi penurunan seluas 11.435,86 Ha. Jumlah mata air sebanyak 310 buah tersebar di 26 Kecamatan, dengan keberadaan airnya kontinu sepanjang tahun 295 buah, sembilan bulan 6 buah, enam bulan 5 buah, dan tiga bulan 2 buah, situ ada 15 buah dan embung 3 buah. Potensi pertambangan berupa batu andesit dengan volume sebanyak 830 juta meterkubik, sirtu 2,8 juta meterkubik dan lempung 6,5 juta meterkubik. Hutan konservasi di Kabupaten Majalengka terdapat Taman Nasional Gunung Ciremai dengan luas keseluruhan 15.500 Ha dan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Majalengka seluas 6.933,13 Ha (5,76 persen) dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka. Berdasarkan kebijakan pola tata ruang Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Majalengka, ditetapkan luas kawasan lindung sebesar 40,76 persen dari luas wilayah Kabupaten Majalengka. Kondisi saat ini baru 15,85 persen yang telah ada, sehingga perlu pelestarian kawasan-kawasan lainnya yang dapat diberi fungsi lindung. Sementara itu, hutan produksi dan lahan-lahan di lereng pegunungan saat ini oleh masyarakat sekitar telah dijadikan menjadi lahan budidaya berupa areal perkebunan dan palawija atau hortikultura. Oleh karena itu sangat perlu adanya peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya kawasan lindung sebagai kawasan konservasi yang akan memberikan kelangsungan hidup masyarakat Majalengka di masa yang akan datang.

2.3.

Evaluasi Indikator Makro Sosial Ekonomi Pada pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang tahap ke 1 (satu) yaitu

tahun 2004-2008 telah diperoleh berbagai gambaran umum hasil kinerja pemerintahan daerah, yang merupakan implementasi dari kebijakan operasional rencana strategis diantaranya capaian Indikator Makro yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan Pemerintah Kabupaten Majalengka dalam meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-30

kepada masyarakat yang seluruhnya bermuara pada indikator IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Berdasarkan evaluasi terhadap pencapaian 11 indikator makro selama pelaksanaan pembangunan periode 2004-2008 secara umum dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2.35 PERKEMBANGAN INDIKATOR MAKRO KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2004-2008
No. 1 INDIKATOR IPM - Angka Harapan Hidup (Tahun) - Angka Melek Huruf (persen) - Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) - Kemampuan Daya Beli (000 Rp) Jumlah Penduduk (LPP, dalam %) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT dalam %) Penduduk miskin sasaran (Jiwa) ( R T M S ) berdasarkan data PPLS Tingkat Kemiskinan (%) Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) berdasarkan data BPS Tingkat Kemiskinan (%) PDRB adh 2000 (Miliar Rp.) PDRB per kapita (Juta Rp.) LPE (persen) Harga Beras (Rp/Kg) Inflasi (%) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Pendapatan Asli Daerah (Milar Rp) 2004 68,01 67,41 91,92 6,45 549,85
1.160.583

2005 68,52 67,70 92,33 6,49 552,75


1.169.337

2006 68,81 67,75 92,60 6,50 555,30


1.179.136

2007 69,25 67,79 93,71 6,61 556,45


1.188.189

2008*) 69,42 67,82 94,02 6,67 566,76


1.198.170

2 3 4

(0,86) 11,13 350.429 30,19 202.174 17,42 3.387,04 2,918 4,09 2.933,00 5,64 56,69 25,30

(0,82) 10,42 385.232 (115.339) 32,42 226.987 19,41 3.538,23 3,025 4,47 2.934,00 17,79 60,82 32,46

(1,01) 12,49 385.232 (115.339) 32,42 222.982 18,91 3.686,24 3,126 4,18 4.394,28 7,03 61,18 50,53

(0,77) 7,46 385.232 (115.339) 32,42 213.874 18,00 3.865,69 3,253 4,87 5.315,03 7,55 62,25 45,52

(0,84) 11,73 362.129 (108.422) 30,22 218.313 18,22 4.041,01 3,372 4,54 5.400,00 14,14 62,23 47,50

5 6 7 8 9 10 11

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Keterangan : *) Data Sementara

2.4.

Isu Strategis Isu strategis merupakan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena atau

belum dapat diselesaikan pada periode lima tahun sebelumnya dan memiliki dampak jangka panjang bagi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan, sehingga perlu diatasi secara bertahap. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengkajian masih terdapat tiga

aspek permasalahan utama yaitu :

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-31

2.4.1. Aspek Sosial 1. Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Indek pendidikan Kabupaten Majalengka, pada tahun 2008 sebesar 77,49 dengan angka melek huruf 94,02 persen dan rata-rata lama sekolah 6,67 tahun, masih berada di bawah indek pendidikan Jawa Barat. 2. Masih rendahnya derajat kesehatan masyarakat Angka harapan hidup Kabupaten Majalengka pada tahun 2008 sebesar 67,82, meskipun pelayanan kesehatan secara umum belum merata terutama bagi masyarakat miskin. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian ibu dan balita.

2.4.2. Aspek Perekenomian Masyarakat. Aspek perekonomian sangat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang akan berdampak terhadap pencapaian tingkat kesejahteraan

masyarakat. Beberapa permasalahan dalam aspek perekonomian yaitu : 1. Masih tingginya tingkat kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Majalengka pada tahun 2008 sebanyak 218.313 jiwa mengalami peningkatan sebanyak 4.439 jiwa dari tahun 2007 sebanyak 213.874 jiwa. Penyebabnya adalah rendahnya daya beli masyarakat, derajat kesehatan masyarakat masih rendah dan kurangnya pemerataan serta perluasan akses pendidikan. 2. Masih tingginya tingkat pengangguran terbuka Tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Majalengka sebesar 11,73 persen pada tahun 2008, terjadi kenaikan dari tahun 2007 sebesar 7,46 persen. Penyebabnya adalah lapangan kerja yang tersedia tidak seimbang dengan meningkatnya jumlah penduduk pencari kerja, dan tingkat pendidikan, keterampilan dan keahlian mayarakat masih rendah. 3. Masih rendahnya produksi dan produktivitas pertanian Rendahnya produksi dan produktivitas pertanian disebabkan terjadinya kerusakan dan kejenuhan lahan, belum optimalnya pemanfaatan potensi sumber daya lahan

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-32

pertanian, belum optimalnya penggunaan teknologi pertanian dan sarana produksi pertanian. 4. Masih rendahnya Pengembangan Sektor UKM dan IKM terutama yang berbasis pengolahan pertanian Rendahnya pengembangan sektor ini disebabkan rendahnya spirit juara dan kewirausahaan, rendahnya daya saing proses dan produk (standarisasi), belum terciptanya linkage industry antara hulu sampai hilir, dan rendahnya aksesibilitas permodalan dan pasar. 5. Belum optimalnya Pengembangan Potensi Pariwisata Pengembangan potensi wisata masih belum optimal disebabkan belum adanya Master Plan Kawasan Wisata, belum adanya kelayakan studi pengembangan kawasan wisata, dan belum optimalnya manajemen pengelolaan obyek wisata. 6. Masih Rendahnya tingkat investasi Tingkat investasi di Kabupaten Majalengka masih rendah disebabkan belum adanya regulasi daerah tentang investasi di daerah, belum disusunnya Rencana Detail Tata Ruang untuk masing-masing wilayah pengembangan, dan belum optimalnya promosi potensi investasi.

2.4.3. Aspek Kemandirian Daerah Sejalan dengan desentralisasi (otonomi) penyelenggaraan pemerintahan daerah, daerah dituntut mampu menyelenggarakan pemerintahan secara mandiri dengan memanfaatkan sumber dan potensi yang dimiliki sehingga dapat mewujudkan

kesejahteraan masyarakat. Adapun permasalahan utama yang terkait dengan kemandirian daerah adalah : 1. Masih rendahnya kualitas sumber daya aparatur pemerintahan. 2. Masih lemahnya peran dan fungsi pemerintah sebagai regulator, fasilitator, motivator, dan akselerator pembangunan. 3. Menurunnya partisipasi dan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan. 4. Rendahnya kualitas kelembagaan dalam mendukung kinerja pemerintah yang efektif dan efisien. 5. Rendahnya sumber keuangan daerah dan masih tingginya ketergantungan terhadap sumber keuangan dari pemerintah pusat.

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-33

2.5.

Modal Dasar Kekuatan adalah potensi yang dimiliki daerah sebagai modal dalam pembangunan.

Kabupaten Majalengka memiliki potrensi sebagai sumber kekuatan yang dapat didayagunakan dalam membangun. Adapun potensi strategis yang dimiliki sebagai modal dasar pembangunan adalah : 1. Posisi wilayah Kabupaten Majalengka yang Strategis; a) Dalam Tata Ruang Nasional (PP. Nomor 26 tahun 2008) tentang Tata Ruang Nasional bahwa di Kabupaten Majalengka akan dibangun Bandara Sekunder Kertajati, dan di sekitar Cirebon akan dibangun pula Pelabuhan Laut Arjuna. b) Dalam sistem perencanaan struktur tata ruang Provinsi Jawa Barat, Majalengka berada di antara Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Bandung dan PKN Cirebon dengan PKW Kadipaten (Majalengka), serta akses menuju Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Indramayu dan PKW Tasikmalaya. Rencana Struktur Tata Ruang Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa Kabupaten Majalengka memiliki posisi strategis yang penataannya lebih diprioritaskan. c) Posisi strategis Kabupaten Majalengka didukung oleh beberapa kawasan strategis, sebagai berikut : 1) Kawasan Cepat Tumbuh yaitu kawasan di sepanjang koridor jalan negara Bandung-Cirebon, sepanjang koridor rencana jalan Tol Cikopo-Palimanan, jalan Tol Cisumdawu, dan kawasan sekitar Bandara Majalengka serta poros Kadipaten-Majalengka. 2) Kawasan Potensial Tumbuh yaitu kawasan di bagian Selatan Kabupaten Majalengka sepanjang koridor jalan Lemahsugih-Bantarujeg-Talaga-Cikijing. 2. Ketersediaan Sumber daya Alam yang Potensial; Kabupaten Majalengka sebagai daerah agraris memiliki sumber daya lahan yang sangat baik digunakan untuk pertanian, perkebunan dan kehutanan dengan beberapa keunggulannya, serta sumber daya alam lainnya yang potensial berupa

pertambangan, sumber daya air,

sumber alam yang indah yang dapat digunakan

untuk pariwisata, sumber daya hutan, minyak dan gas alam yang dapat dimanfaatkan bagi pengembangan perekonomian daerah.

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-34

3. Jumlah penduduk yang relatif besar dan agamis; a) Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka diperkirakan pada tahun 2013 mencapai 1.246.375 jiwa, dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang semakin meningkat, adalah merupakan suatu potensi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. b) Mayoritas penduduk Kabupaten Majalengka adalah beragama Islam. Kedewasaan pemahaman agama telah mendorong masyarakat mengimplementasikan nilai-nilai agama dalam segala aspek kehidupan serta kerukunan hidup antar umat beragama dapat terjalin dengan baik. 4. Karakteristik Budaya Lokal. Penduduk Majalengka memiliki khasanah dan keunikan dalam keragaman corak budaya. Potensi budaya daerah Kabupaten Majalengka tercermin dalam tatanan kehidupan masyarakat, corak kesenian, kreasi produk unggulan, bahasa maupun adat istiadat dan nilai-nilai kegotong royongan. Potensi keragaman budaya ini apabila dikelola secara bijaksana dan demokratis dapat dijadikan sebagai modal dasar pembangunan.

RPJM Daerah Kabupaten Majalengka, Tahun 2009-2013

II-35

Anda mungkin juga menyukai