Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

PERMASALAHAN KEMISKINAN DAERAH

Determinan kemiskinan menjelaskan akar masalah yang dihadapi pada masing-masing


dimensi kemiskinan non konsumsi (pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, ketahanan pangan
dan infrastruktur dasar), yang diketahui berdasarkan analisis dengan mempertimbangkan aspek
ketersediaan dan aspek pemanfaatan. Determinan kemiskinan juga menjelaskan daerah prioritas
intervensi wilayah sebagai bahan intervensi kebijakan, sehingga kebijakan yang diambil bisa lebih
efektif dan tepat sasaran.

I.1 Dimensi Pendidikan


Masalah Utama Dimensi Pendidikan Kemiskinan berkaitan erat dengan kualitas
sumber daya manusia. Kemiskinan muncul karena sumber daya manusia yang tidak
berkualitas. Untuk itu menjadi penting pendidikan yang baik yang diperuntukkan bagi setiap
orang sehingga diharapkan setiap orang memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan,
mempunyai pilihan untuk mendapat pekerjaan, dan menjadi lebih produktif sehingga dapat
meningkatkan pendapatan. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan
pengembangan diri terbatas,menyebabkan sempitnya lapangan pekerjaan yang dimasuki,
serta membatasi kemampuan untuk mencari dan memanfaatkan peluang.Pemenuhan
pendidikan sebagai hak warga negara harus segera dilakukan oleh pemberi layanan (negara),
hal ini merupakan sasaran jangka pendek, yaitu agar setiap warga negara dipastikan
mendapatkan pendidikan yang layak. Sejalan dengan itu, perbaikan akses pendidikan juga
perlu dibarengi dengan perbaikan kualitas pendidikan, sehingga pada akhirnya dalam jangka
panjang pendidikan menjadi salah satu pilar perbaikan sumberdaya manusia dan perbaikan
kesejahteraan masyarakat.

Beberapa indikator yang digunakan untuk menggambarkan kondisi keterkaitan


kemiskinan dan pendidikan di Kabupaten Majalengka, yaitu rata-rata lama sekolah, harapan
lama sekolah, serta angka partisipasi baik angka partisipasi murni dan angka partisipasi
kasar. Akses terhadap layanan pendidikan, terutama pendidikan menengah masih menjadi
tantangan utama dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Majalengka, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pentingnya akses pendidikan
menengah di Kabupaten Majalengka menjadi prioritas dapat dilihat dari capaian Indikator
Utama yang menunjukkan akses pendidikan tersebut,di Kabupaten Majalengka pada tahun
2022 .Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA/Sederajat merupakan Indikator Utama yang
angkanya masih rendah dan berada di bawah nasional, sedangkan ndikator APM pada
jenjang pendidikan dasar (SD/MI/Sederajat dan SMP/MTs/Sederajat) angkanya sudah di atas
nasional.
Angka Partisipasi Kasar (APK) didefinisikan sebagai jumlah siswa pada
jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada usia
tersebut. Angka ini menunjukkan tingkat keikut-sertaan masyarakat dalam
menempuh pendidikan. Angka APK SD/MI Kabupaten Majalengka tahun 2021
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2020, sedangkan
APK SMP/MTs tahun 2021 mengalami penurunan dibanding tahun 2020.
Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.10.

BAB IGambar 2.10.


Perkembangan APK SD/MI dan SMP/MTs
Kabupaten Majalengka

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Angka Partisipasi Murni (APM) didefinisikan sebagai jumlah siswa yang


berusia pada jenjang pendidikan tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada
usia tersebut. Angka ini menunjukkan tingkat keikutsertaan mayarakat dalam
menempuh pendidikan. Status APM SD/MI pada tahun 2021 menurun
dibanding tahun 2020, dan APM SMP/MTs pada tahun 2021 mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2020. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar
2.11.
BAB IIGambar 2.11.
Perkembangan APM SD/MI dan SMP/MTs
Kabupaten Majalengka

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka Tahun 2022


Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap sistem
pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut
memperhitungkan adanya perubahan penduduk antara usia muda dengan
ukuran pertumbuhan jumlah murid yang ditampung pada setiap jenjang
sekolah. Peningkatan jumlah usia sekolah harus diimbangi dengan
penambahan infrastruktur sekolah dan peningkatan akses masuk sekolah.
Adapun perkembangan Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Majalengka
dapat dilihat pada gambar berikut ini:

BAB IIIGambar 2.12.


Perkembangan APS SD/MI dan SMP/MTs
Kabupaten Majalengka

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Laju peningkatan APM SMA/MA/Sederajat di Kabupaten Majalengka dalam 5 tahun


terakhir(2014-2018)sebesar 0,33 persen, namun jika dilihat dalam satu tahun terakhir (2017 –
2018)laju peningkatannya paling lambatdibanding tahun-tahun sebelumnya yaitu hanya 0,11
persen

Gambar PerkembanganAPM SMA/MA/Sederajat Kab. Majalengka dengan APM


SMA/MA/Sederajat NasionalTahun 2018-2022 (Tabel dan Gambar)

Angka Kelulusan dan Angka Melanjutkan Sekolah, salah satu


indikator mutu penyelenggaraan pendidikan adalah dengan mengukur capaian
Angka Kelulusan para siswa dalam menyelesaikan pendidikannya. Standar
maksimal bagi indikator ini adalah 100% siswa lulus. Berdasarkan data dari
Dinas Pendidikan Majalengka, angka kelulusan pada siswa SD/MI dan
SMP/MTs tahun 2021 telah mencapai angka 100%. Indikator lain dalam mutu
penyelenggaraan pendidikan yaitu Angka Melanjutkan siswa SD/MI ke
SMP/MTs turun pada tahun 2021 yaitu sebesar 87,20% dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 99,10%, sebaliknya Angka Melanjutkan siswa
SMP/MTs ke SMA/MA/SMK naik sebesar 91,10% dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 91,01%. Dalam hal kulitas para pengajar, kualitas tenaga
pengajar di Kabupaten Majalengka semakin meningkat yang diindikasikan
semakin meningkatnya Guru yang memenuhi kualifikasi S1/DIV yaitu
sebanyak 99,43%. Data Perkembangan
Angka Kelulusan, Angka Melanjutkan Sekolah dan Kualifikasi Guru, dapat
dilihat pada tabel di bawah.

BAB IVTabel 2.23.


Angka Kelulusan, Angka Melanjutkan Sekolah dan Kualifikasi
Guru di Kabupaten Majalengka

Tahun (%)
No. Uraian
2017 2018 2019 2020 2021
1. AL SD/MI 100 99,8 100 100 100
2. AL SMP/MTS 100 96,8 100 100 100
AM SD/MI KE
3. 95,54 99,4 100,00 99,10 87,20
SMP/MTS
AM SMP/MTS KE
4. 80 90,50 90,80 91,01 91,10
SMA/MA/SMK
GURU YANG
5. MEMENUHI 88,32 90,00 91,49 99,32 99,43
KUALIFIKASI
S1/DIV
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Ketersediaan Sekolah, Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah


sekolah tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia
pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung
semua penduduk usia pendidikan dasar. Datanya dapat terlihat pada tabel
2.24. sebagai berikut:

BAB VTabel 2.24.


Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Pendidikan
Dasar Kabupaten Majalengka

Jenjang
No. 2017 2018 2019 2020 2021
Pendidikan
A SD/MI
Jumlah gedung
1. 667 667 668 668 671
sekolah (Unit)
Jumlah penduduk
2. kelompok usia 7- 108.268 119.512 121.267 128.534 130.561
12
tahun (Jiwa)
3. Rasio 1 : 162 1 : 179 1 : 181 1:192 1:194
B SMP/MTs
Jumlah gedung
1. 165 104 112 112 121
sekolah (Unit)
Jumlah penduduk
2. kelompok usia 61.781 59.980 60.454 63.460 63.866
13-
15 tahun (Jiwa)
3. Rasio 1 : 374 1 : 576 1 : 539 1:566 1:527
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Rasio Guru Terhadap Murid, adalah jumlah guru tingkat


pendidikan dasar per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini
mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk
mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu
pengajaran.

BAB VITabel 2.25.


Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar
Kabupaten Majalengka

Jenjang
No. 2017 2018 2019 2020 2021
Pendidikan
A SD/MI
Jumlah Guru
1. 6.104 6.148 6.120 6.039 5.886
(Jiwa)
Jumlah Murid
2. 121.934 122.146 111.538 111.704 112.122
(Jiwa)
3. Rasio 1 : 20 1 : 20 1 : 18 1 : 19 1:19
B SMP/MTs
Jumlah Guru
1. 2.099 2.296 2.301 2.315 2.346
(Jiwa)
Jumlah
2. 38.519 38.215 38.326 39.516 39.898
Murid (Jiwa)
3. Rasio 1 : 19 1:17 1 : 17 1 : 17 1:17
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Khusus pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat yang menjadi urusan


wajib Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka, dalam rangka Penerapan
dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Urusan Pendidikan
melalui 3 jenis pelayanan seperti tabel dibawah ini

BAB VIITabel 2.26


Target dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
Kabupaten Majalengka Urusan Pendidikan Tahun
2021

Jenis
Target Capaian
No. Pelayana Indikator Pencapaian
SPM SPM
n
Dasar
1. Pendidikan Jumlah Warga Negara Usia 7-15 100% 94,00%
Dasar Tahun yang berpartisipasi
Dalam
pendidikan dasar (SD/MI)
Jumlah Warga Negara Usia 7- 100% 100,00
15 %
Tahun yang berpartisipasi
Dalam pendidikan dasar
(SMP/MTs)
2. Pendidikan Jumlah Warga Negara Usia 7-18 100% 78,99%
Kesetaraa Tahun yang belum
n menyelesaikan pendidikan
dasar atau menengah
yang berpartisipasi
dalam pendidikan
kesetaraan
3. Pendidikan Jumlah warga negara usia 5 - 6 100% 93,00%
Anak Usia tahun yang berpartisipasi dalam
Dini pendidikan PAUD
Sumber: LKPJ Kabupaten Majalengka Tahun 2021.

Dengan demikian, indikator utama dimensi pendidikan dalam penanggulangan


kemiskinan di Kabupaten Majalengka diprioritaskan pada indikator akses layanan pendidikan
menengah, yaitu: Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA/Sederajat. Analisis terhadap APM
dari masing-masing jenjang menunjukkan APM SMA/MA/Sederajat merupakanyang terendah,
namun demikian pada jenjang pendidikan dasar SMP/MTs angkanya juga masih jauh dari
target nasional dan Sasaran Pembangunan Berkelanjutan, yaitu pendidikan dasar untuk
semua (100%).Rendahnya akses terhadap pendidikan terutama pendidikan menengah di
Kabupaten Majalengka dialami oleh seluruh anak usia sekolah terutama di perdesaan, namun
demikian yang paling rendah aksesnya adalah anak-anak dari keluarga miskin dan rentan.
Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar angka putus sekolah dan angka
melanjutkan sekolahnya,

Prioritas Intervensi Dimensi Pendidikan Penanganan masalah utama kemiskinan pada


dimensipendidikan di Kabupaten Majalengka difokuskan padaperbaikan akses pendidikan
SMA/MA/Sederajat. Intervensi pemerintah dalam bentuk program dan kegiatan yang dapat
memperbaiki indikator utama akses pendidikan menengah menjadi prioritas dalam
perencanaan dan penganggaran perangkat daerahpenyelenggara layanan dalam bidang
pendidikan, dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka.

VII.1 Dimensi Kesehatan


Masalah Utama Dimensi Kesehatan Kemiskinan merupakan akar dari setiap persoalan
kesehatan.Masyarakat miskin identik dengan lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat,
perilaku dan kesadaran hidup sehat yang rendah, serta terbatasnya akses ke layanan
kesehatan yang manusiawi. Semakin miskin dan kumuh sebuah komunitas masyarakat, bisa
dipastikan derajat kesehatan mereka pun rendah, tak peduli mereka memiliki kartu berobat
gratis atau tidak. Hal ini dikarenakan rendahnya kesadaran dan inisiatif hidup sehat mereka
akibat kualitas sumber daya manusia rendah.Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat miskin adalah dengan memperbaiki tingkat kesejahteraan. Semakin tinggi
tingkatkesejahteraanmasyarakat, akan semakin baik pula derajat kesehatan. Derajat
kesehatan masyarakat dapat diketahui dari capaian Umur Harapan Hidup (UHH). UHH
mengindikasikan tingkat kesejahteraan penduduk, dari sisi dimensi kesehatan masyarakat

Gambar Perbandingan Umur Harapan Hidup(UHH) (Tabel dan Gambar)

Umur Harapan Hidup dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain


kondisikesehatanseseorang, riwayat medis keluarga, faktor lingkungan, keadaan ekonomi,
sosial, psikis, jenis kelamin, dan ras.Dalam rangka meningkatkan usia harapan hidup perlu
difokuskan pada kondisi kesehatan masyarakat, faktor lingkungan dan kondisi sosial
ekonomi.Kesehatan masyarakat yang buruk sepertipenderita penyakit menular
(Tubercolosisdan HIV) dalam jangka panjang berdampak pada kondisi ekonomi penderita
karena membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit. Keterbatasan sosial ekonomi juga
mempengaruhi terhadap pengendalian penyakit karena tidak mendapatkan akses pelayanan
kesehatan baik, kondisi tersebut juga berdampak pada tumbuh kembang anak. Di sisi lain
pola hidup yang tidak bersih/sehat seperti tidak tersedianya jamban yang layak juga
berpengaruh terhadap lemahnya pencegahan penyakit.

Angka Kematian Bayi, adalah kematian yang terjadi antara saat


setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak
faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi
penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neo- natal
adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan
umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang
diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama
kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo- natal, adalah
kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu
tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh
lingkungan luar. Angka Kematian Bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial
ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan AKB
untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan
kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor
endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk
mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan
program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian pil
besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan angka kematian Post-Neo Natal
dan angka kematian anak serta kematian balita dapat berguna untuk
mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan
penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi
dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

BAB VIIITabel 2.27.


Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup
Kabupaten Majalengka

No. Tahun Angka Kematian Bayi


(Permil)
1. 2017 4,29
2. 2018 4,01
3. 2019 3,76
4. 2020 3,62
5. 2021 2,29
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Angka Kematian Ibu, Perkembangan Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran
Hidup dapat dilihat pada tabel berikut:
BAB IXTabel 2.28.
Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup
Kabupaten Majalengka

No. Tahun Angka Kematian Ibu (Permil)


1. 2017 84,05
2. 2018 77,32
3. 2019 73,20
4. 2020 66,77
5. 2021 81,07
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), yaitu suatu wadah komunikasi


alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan Keluarga
Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan
dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan
keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan
sumber daya manusia sejak dini.
Tujuan penyelenggaraan posyandu:
1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu
Hamil, melahirkan dan nifas).
2. Membudayakan Norma Keluarga Kecil, Bahagia dan Sejahtera.
3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya
yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera,
Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga
Sejahtera.

Pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak-anak sejak


usia dini, merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan
dasar yang meliputi peningkatan derajat kesehatan dan gizi yang baik,
lingkungan yang sehat dan aman, pengembangan psikososial/emosi,
kemampuan berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir
dan daya cipta) serta perlindungan anak. Pengalaman empirik dibeberapa
tempat menunjukan, bahwa strategi pelayanan kesehatan dasar masyarakat
dengan fokus pada ibu dan anak seperti itu, dapat dilakukan pada posyandu.
Karena posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk
menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasarnya, maka
diharapkan pula strategi operasional pemeliharaan dan perawatan
kesejahteraan ibu dan anak secara dini, dapat dilakukan di setiap
posyandu.
Terkait dengan hal tersebut diatas perlu dilakukan analisis rasio
posyandu terhadap jumlah balita dalam upaya peningkatan fasilitasi
pelayanan pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam
kandungan, dan agar status gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat
dipertahankan dan atau ditingkatkan.
Pembentukan posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan
puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih
tercapai dan idealnya satu posyandu melayani 100 balita. Data rasio posyandu
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

BAB XTabel 2.29.


Perkembangan Rasio
Posyandu di Kabupaten
Majalengka

Jumlah Rasio
Jumlah
No. Tahun Balita Posyandu Per
Posyandu(Unit)
(Jiwa) 1000 Balita
(Permil)
1. 2017 1.466 96.026 15,26
2. 2018 1.461 94.484 15,46
3. 2019 1.485 92.969 15,97
4. 2020 1.489 91.473 16,27
5. 2021 1.422 6.571 70,32
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Rasio dan Cakupan Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik dan Pustu,


Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit, yang dimaksud rumah sakit umum adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan rujukan. Di Kabupaten Majalengka terdapat 2 (dua) Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) yaitu RSUD Majalengka dan RSUD Cideres, 1 Rumah
Sakit Umum Swasta (RS Mitra Sumberjaya) di Sumberjaya, 1 Rumah Sakit
Khusus Bedah Budi Kasih di Panyingkiran serta 32 Puskesmas dan 74
Puskesmas Pembantu yang tersebar di 26
kecamatan. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan untuk
wilayah selatan Kabupaten Majalengka sedang dibangun Rumah Sakit Talaga,
diharapkan dapat segera selesai dan beroperasi.

BAB XITabel 2.30.


Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, dan Poliklinik
Kabupaten Majalengka Tahun 2021

Jumla
No. Kecamatan h
Rumah Puskesma Pustu Poliklinik
Sakit s
1. Lemahsugih - 2 5 1
2. Bantarujeg - 1 3 1
3. Malausma - 1 3 -
4. Cikijing - 1 2 3
5. Cingambul - 1 5 -
6. Talaga - 1 3 4
7. Banjaran - 1 3 1
8. Argapura - 1 3 1
9. Maja - 1 5 -
10. Majalengka 1 2 2 10
11. Cigasong - 1 2 4
12. Sukahaji - 2 1 1
13. Rajagaluh - 1 4 1
14. Sindangwangi - 1 3 -
15. Sindang - 1 0 -
16. Leuwimunding - 1 2 1
17. Palasah - 1 2 -
18. Jatiwangi - 2 3 7
19. Dawuan 2 1 1 1
20. Kasokandel - 1 1 3
21. Panyingkiran 1 1 1 1
22. Kadipaten - 1 2 3
23. Kertajati - 2 8 4
24. Jatitujuh - 2 2 4
25. Ligung - 1 5 3
26. Sumberjaya 1 1 3 5
Jumlah 5 32 74 59
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Pelayanan kesehatan di Kabupaten Majalengka dapat diukur


berdasarkan indikator kinerja aspek pelayanan umum diantaranya berupa rasio
puskesmas, poliklinik, dan puskesmas pembantu per satuan
penduduk. Data tersebut dalam kurun waktu 2017-2021 dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

BAB XIITabel 2.31.


Rasio dan Cakupan Puskesmas, Poliklinik dan Pustu

Tahun
No. Aspek Indikator
2017 2018 2019 2020 2021
1. Rasio puskesmas,
poliklinik, pustu per 1000 0,12 0,11 0,12 0,12 0,12
penduduk
2. Cakupan puskesmas (%) 123,08 123,08 123,08 123,08 123,08
3. Cakupan puskesmas
pembantu (%) 19,53 18,66 21,28 21,28 21,28
4. Rasio Rumah Sakit per
100.000 penduduk 0,32 0,31 0,38 0,38 0,38
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Rasio Dokter, Sementara itu, untuk jumlah tenaga dokter di


Kabupaten Majalengka pada tahun 2021 rasionya sebesar 0,28 terhadap
100.000 penduduk. Pemenuhan tenaga medik untuk dokter umum dan
dokter gigi di pelayanan primer sangat berpengaruh pula terhadap
pemenuhan SDM kesehatan yang dipersyaratkan oleh BPJS, sehingga
berdampak pada besarnya kapitasi yang diterima oleh setiap puskesmas.
Sedangkan kebutuhan tenaga medik di RSUD Cideres dan RSUD
Majalengka lebih terfokus pada pemenuhan dokter spesialis dibeberapa
spesifikasi.

BAB XIIITabel 2.32.


Jumlah Tenaga Medis Dokter di Kabupaten Majalengka Tahun
2021

Unit Kerja/ Dokter Dokter Dokter


No. Kecamatan
Puskesma Umum Gigi Spesialis
s
1. Lemahsugih Lemahsugih 3 1 -
Margajaya 3 - -
2. Bantarujeg Bantarujeg 2 1 -
3. Malausma Malausma 2 - -
4. Cikijing Cikijing 3 1 -
5. Cingambul Cingambul 2 - -
6. Talaga Talaga 3 1 -
7. Banjaran Banjaran 2 - -
8. Argapura Argapura 2 1 -
9. Maja Maja 3 1 -
10. Majalengka Majalengka 3 1 -
Munjul 2 1 -
11. Cigasong Cigasong 2 1 -
Unit Kerja/ Dokter Dokter Dokter
No. Kecamatan
Puskesma Umum Gigi Spesialis
s
12. Sukahaji Sukahaji 2 1 -
Salagedang 3 - -
13. Sindang Sindang 1 - -
14. Rajagaluh Rajagaluh 3 1 -
15. Sindangwangi Sindangwangi 1 - -
16. Leuwimunding Leuwimunding 2 1 -
17. Palasah Waringin 2 1 -
18. Jatiwangi Jatiwangi 3 1 -
Loji 2 - -
19. Dawuan Balida 2 1 -
20. Kasokandel Kasokandel 2 - -
21. Panyingkiran Panyingkiran 2 - -
22. Kadipaten Kadipaten 2 - -
23. Kertajati Kertajati 2 1 -
Sukamulya 2 - -
24. Jatitujuh Jatitujuh 5 1 -
Panongan 2 - -
25. Ligung Ligung 2 1 -
26. Sumberjaya Sumberjaya 3 1 -
27. RSUD Majalengka 34 3 15
28. RSUD Cideres 32 3 28
29. RS Khusus Bedah Budi Kasih 4 - -
30. RS Ibu Anak Mitra Plumbon 7 - -
31. RS Ibu Anak Livasya 3 - -
32. Dinas Kesehatan 1 - -
33. Labkesda 1 - -
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2022.

BAB XIVTabel 2.33.


Rasio Dokter terhadap 1.000 penduduk
Kabupaten Majalengka

Tahun
No. Aspek Indikator
201 2018 2019 2020 2021
7
1. Rasio dokter terhadap
1.000 penduduk 0,1 0,16 0,21 0,16 0,28
9
2. Rasio Tenaga Medis per
satuan penduduk N/A 0,39 0,42 0,30 0,28
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka Tahun 2022.
Rasio dokter terhadap 1.000 penduduk, adalah
merupakan perbandingan ideal antara jumlah
ketersediaan tenaga dokter terhadap

1.000 penduduk. Tenaga dokter di sini adalah dokter yang bertugas di


Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah yang ada di Kabupaten
Majalengka.
Komplikasi Kebidanan yang ditangani, perhatian khusus Pemerintah
Kabupaten Majalengka untuk menekan kematian ibu dan kematian bayi salah
satunya berusaha memperluas pelayanan cakupan komplikasi kebidanan yang
harus ditangani. Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan
tingkat kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dan kesehatan
ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama
untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa
nifas. Kaitannya dengan tingkat pelayanan kesehatan ibu hamil perlu
diantisipasi berbagai komplikasi kebidanan yang harus dapat ditangani
sehingga berpengaruh pada tingkat keselamatan ibu dan anak yang dilahirkan.
Berdasarkan data yang diperoleh, cakupan komplikasi kebidanan yang
ditangani digambarkan pada sebagai berikut:
BAB XVTabel 2.34.
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang
Ditangani di Kabupaten Majalengka

Cakupan Komplikasi Kebidanan


No. Tahun
yang Ditangani (%)
1. 2017 117,04
2. 2018 118,32
3. 2019 120,24
4. 2020 181,72
5. 2021 103,04
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Data menunjukkan bahwa cakupan komplikasi kebidanan yang


ditangani selalu mengalami peningkatan dengan kondisi terakhir pada tahun
2021 sebesar 103,04%.
Pertolongan Persalinan, guna meningkatkan IPM, khususnya yang
terkait erat dengan indeks kesehatan diantaranya perlu perhatian terhadap
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan, capaiannya sebagaimana pada tabel berikut:
BAB XVITabel 2.35.
Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Yang
Memiliki Kompetensi Kebidanan Kabupaten Majalengka

Cakupan Pertolongan Persalinan


No. Tahun Oleh Tenaga Kesehatan Yang
Memiliki
Kompetensi Kebidanan (%)
1. 2017 97,16
2. 2018 101,19
3. 2019 103,14
4. 2020 105,22
5. 2021 106,8
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Sebagaimana terlihat pada data diatas bahwa pada tahun 2021


cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten
Majalengka terealisasi sebesar 106,8%.
Cakupan Universal Child Imunization (UCI), Pemerintah Kabupaten
Majalengka secara berkesinambungan terus menggalakan pelaksanaan
imunisasi. Kegiatan imunisasi tersebut bukanlah hal baru dalam dunia
kesehatan di Indonesia, namun perlu disadari masih banyak masyarakat atau
orang tua yang belum memahami secara utuh tetang pentingnya imunisasi bagi
bayi dan balita. Kemungkinan penyebabnya dikarenakan masih adanya
pandangan di masyarakat yang menganggap adanya efek kurang baik jika
diimunisasi atau mitos lainnya. Manfaat dari imunisasi bagi bayi untuk
mencegah bayi terjangkit penyakit baru yang menular dan mematikan serta
penyakit infeksi masih menjadi masalah di Indonesia.
BAB XVIITabel 2.36.
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI)
Kabupaten Majalengka

No. Tahun Cakupan Desa/Kelurahan Universal


Child Imunization (UCI) (%)
1. 2017 96,21
2. 2018 98,83
3. 2019 99,40

4. 2020 90,10
5. 2021 82,20
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Di Kabupaten Majalengka Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child


Imunization (UCI) selama periode 2017-2021 cenderung meningkat selama
lima tahun terakhir dan mencapai angka 99,4% pada tahun 2019, tetapi
menurun pada tahun 2020 menjadi sebesar 90,10% dan pada tahun 2021 yang
hanya mencapai 82,20%.
Balita Gizi Buruk, golden age rentang usianya 0-5 tahun sangat
membutuhkan asupan gizi yang baik bagi tumbuh kembangnya anak. Oleh
karena itu, deteksi dini bagi kasus gizi buruk harus dilakukan secara kontinyu.
Balita yang mengalami gizi buruk itu pertumbuhannya tidak seimbang dengan
usia balita yang wajar. Pertumbuhan mereka lambat, bahkan berat badannya
jauh dari berat ideal, selain itu ciri-ciri dan indikasi lainnya adalah kepala
membesar dan perut buncit, badan terlihat kurus, kering, dan tulangnya
kelihatan (stunting) yang disebabkan tubuh tidak menerima asupan gizi
seimbang. Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan di Kabupaten
Majalengka pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 telah mencapai
100% sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan Pemerintah,
hanya pada tahun 2020 turun menjadi 97,50% dan pada tahun 2021 meningkat
kembali menjadi 100%. Jejak rekam cakupan balita gizi buruk mendapat
perawatan di Kabupaten Majalengka sebagaimana tertuang dalam tabel
berikut:
BAB XVIIITabel 2.37.
Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan
Kabupaten Majalengka

Cakupan Balita Gizi Buruk


No. Tahun
Mendapat Perawatan (%)
1. 2017 100,00
2. 2018 100,00
3. 2019 100,00
4. 2020 97,50
5. 2021 100,00
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA,


penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa dimana Penyakit TBC
dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya
dan miskin serta dimana saja. Indonesia menduduki negara terbesar ketiga
di dunia dalam masalah penyakit TBC ini. Data Cakupan penemuan dan
penanganan penderita penyakit TBC BTA selengkapnya dapat diamati pada
tabel berikut.
BAB XIXTabel 2.38.
Cakupan Penemuan dan Pengobatan Penderita Penyakit TBC
Kabupaten Majalengka

Tahun
No. Indikator
2017 2018 2019 2020 2021

Cakupan
penemuan
1. dan 46,6 40,92 73,5 58,60 52,10
penanganan
penderita
penyakit TBC (%)
Tingkat
prevalensi
2. Tuberkulosis (per 144,33 128,66 179,17 178,00 137,0
100.000 0
penduduk)
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD,


penyebab kematian penduduk dapat diakibatkan karena penyakit demam
berdarah (DBD). Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus
dengue, yang merupakan virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus
dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Pencegahan demam berdarah dapat
dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan menguras
bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu,
mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali,
menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng
bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan desain rumah.
Tindak pencegahan agar tidak timbulnya penyakit DBD telah banyak
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Majalengka. Adapun data
penanganan penderita DBD di Kabupaten Majalengka tertuang dalam tabel
berikut:

BAB XXTabel 2.39.


Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD
Kabupaten Majalengka

Cakupan Penemuan dan Penanganan


No. Tahun
Penderita Penyakit DBD (%)
1. 2017 100,00

2. 2018 100,00

3. 2019 100,00

4. 2020 100,00
5. 2021 100,00
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.
Berdasarkan data di atas, cakupan penemuan dan penanganan
penderita penyakit DBD dalam kurun waktu 5 tahun, dari tahun 2017 sampai
dengan 2021 mencapai 100%.

Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat


Miskin, selain melayani pasien umum, pelayanan kesehatan rujukan
juga menangani pasen dari masyarakat miskin. Selama periode 2017-
2021, cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin
dapat dilihat pada tabel berikut:

BAB XXITabel 2.40.


Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Pasien Masyarakat Miskin Kabupaten
Majalengka

Cakupan Pelayanan Kesehatan


No. Tahun Rujukan Pasien Masyarakat
Miskin (%)
1. 2017 79,88
2. 2018 39,60
3. 2019 79,88
4. 2020 57,56
5. 2021 n/a
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Cakupan Kunjungan Bayi, kunjungan bayi di Kabupaten Majalengka


pada Puskesmas-puskesmas yang tersebar di 26 kecamatan di Kabupaten
Majalengka angkanya cenderung naik turun. Secara rinci data cakupan
kunjungan bayi dan pelayanan kesehatan lainnya tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:

BAB XXIITabel 2.41.


Cakupan Kunjungan Bayi Kabupaten Majalengka

Cakupan Kunjungan
No. Tahun
Bayi
(%)
1. 2017 113,41
2. 2018 110,43
3. 2019 112,30
4. 2020 112,94
5. 2021 127,53
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.

Khusus pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat yang menjadi urusan


wajib Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka, dalam rangka Penerapan
dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Urusan Kesehatan
melalui 12 jenis pelayanan seperti tabel dibawah ini
BAB XXIIITabel 2.42
Target dan Pencapaian Standar Pelayanan

Minimal Kabupaten Majalengka Urusan Kesehatan Tahun 2021


Jenis Target Capaian
No. Indikator Pencapaian
Pelayanan Capaian SPM
Dasar
Pelayanan Kesehatan Jumlah Ibu Hamil yang
1. 100 % 100 %
Ibu Hamil mendapatkan layanan kesehatan
Pelayanan Jumlah Ibu Bersalin
2. 100 % 100 %
Kesehatan Ibu yang mendapatkan
Bersalin layanan kesehatan
Pelayanan Kesehatan Jumlah Bayi Baru Lahir yang
3. 100 % 100 %
Bayi Baru Lahir mendapatkan layanan kesehatan
Pelayanan Jumlah Balita yang mendapatkan
4. 100 % 100 %
Kesehatan Balita layanan kesehatan
Pelayanan Jumlah Warga Negara
5. Kesehatan pada Usia Pendidikan dasar 100 % 93,11%
Usia Pendidikan yang mendapatkan
Dasar layanan kesehatan
Jumlah Warga Negara Usia
Pelayanan
6. Produktif yang 100 % 70,45%
Kesehatan pada
mendapatkan
Usia Produktif
layanan
kesehatan
Jumlah Warga Negara Usia Lanjut
Pelayanan
7. yang mendapatkan 100 % 81,65%
Kesehatan pada layanan
Usia Lanjut; kesehatan
Jumlah Warga Penderita
Pelayanan
8. Hipertensi 100 % 75,78%
Kesehatan
yang mendapatkan
penderita Hipertensi
layanan kesehatan
Pelayanan Kesehatan Jumlah Warga Negara Penderita
9. penderita Diabetes Diabetes Mellitus yang 100 % 89,41%
Melitus mendapatkan layanan kesehatan
Pelayanan Jumlah Warga Negara
10. Kesehatan orang dengan gangguan jiwa 100 % 99,79%
dengan berat yang terlayani
gangguan jiwa berat kesehatan
Pelayanan Jumlah Warga Negara
11. Kesehatan orang terduga tuberculosis 100 % 82,14%
terduga yang mendapatkan
tuberkulosis layanan kesehatan
Pelayanan
Kesehatan orang
Jumlah Warga Negara dengan
dengan resiko
resiko terinfeksi virus yang
terinfeksi virus yang
12. melemahkan daya tahan tubuh 100 % 69,11%
melemahkan daya
manusia (Human Immunodefici
tahan tubuh
ency Virus) yang mendapatkan
manusia (Human
layanan kesehatan
Immunodefici ency
Virus)
Sumber: LKPJ Kabupaten Majalengka Tahun 2021.

Prioritas Intervensi Dimensi KesehatanPenanganan masalah kemiskinan pada dimensi


kesehatan difokuskan pada masalah tingginya penderita Tubercolosisdan HIV, tingginya
prosentase stunting anak usia 0-59 bulan dan rendahnya capaian SPM kesehatan di
kabupaten/kota.Intervensiyang dilakukanpemerintah dalam bentuk program dan kegiatan
diharapkandapat

XXIII.1 Dimensi Ketenagakerjaan


Masalah Utama Dimensi Ketenagakerjaan Kemiskinandan pengangguran merupakan
dua permasalahan yang berkaitan. Pengangguran dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan
dan masalah kesejahteraan sosial lainnya. Tingkat pengangguran merupakan persentase
angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan (namun ingin bekerja), yangdiperoleh melalui
survei angkatan kerja nasional (Sakernas). Indikator tingkat pengangguran yang paling sering
digunakan adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), yang diartikan sebagai tenaga kerja
yang sungguh-sungguh tidak memiliki pekerjaan, atau sedang mencari pekerjaan.
Pengangguran umumnya terjadi karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan kerja yang tersedia, lapangan kerja yang ada tidak mampu untuk menyerap tenaga
kerja yang tersedia.Akses terhadap pekerjaan yang layak masih menjadi permasalahan
dalamupaya meningkatkan taraf hidup masyarakat di Kabupaten Majalengka. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan pemenuhan pekerjaan yang layak bagi angkatan
kerja khususnya pengangguran di Kabupaten Majalengka .

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), menggambarkan


persentase angkatan kerja (yaitu penduduk usia kerja yang bekerja, punya
pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan penganggur) terhadap
penduduk usia kerja. TPAK mengindikasikan besarnya persentase penduduk
usia kerja yang aktif secara ekonomi disuatu negara/wilayah. Semakin tinggi
TPAK menunjukkan bahwa semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja (labour
supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu
perekonomian.
Pada Tahun 2022 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di
Kabupaten Majalengka sebesar 69,66%. Ini berarti dari 100 penduduk
Majalengka usia 15 tahun ke atas, sebanyak 69 orang tersedia untuk
memproduksi barang dan jasa pada periode tertentu.
Tingkat Pengangguran Terbuka, pengangguran atau tuna karya
adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari
kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran
umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja
tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada. Pengangguran
seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah
sosial lainnya.
Sebagian negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal
istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa
dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
1. Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah
tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan
tertentu.
2. Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja
yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan
pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini
merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama
seminggu.
3. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja
yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran
jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan
padahal telah berusaha secara maksimal.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Jawa Barat, Tingkat
Pengangguran Terbuka Kabupaten Majalengka pada tahun 2021
sebesar 5,84% meningkat sebesar 1,47% dari tahun sebelumnya.
Peningkatan angka TPT salah satunya dipengaruhi oleh Pandemi Covid 19.
Data situasi ketenagakerjaan di Kabupaten Majalengka secara
lengkap bisa dilihat pada tabel berikut.

BAB XXIVTabel 2.54.


Data Situasi Ketenagakerjaan Kabupaten Majalengka

Tahun
No. Uraian Satuan
2017 2018 2019 2020 2021
Tingkat Partisipasi
1. % 66,11 65,76 67,97 69,66 67,63
Angkatan Kerja*)
Tingkat Pengangguran
2. % 5,02 4,95 4,37 5,84 5,71
Terbuka *)
Jumlah sengketa
3. pengusaha pekerja Kasus 6 9 2 10 2
per
tahun
Tahun
No. Uraian Satuan
2017 2018 2019 2020 2021
Pencari kerja
4. % 29,65 39,06 70,90 49,41 20,59
yang ditempatkan
Persentase tenaga
kerja yang
5. % 100 100 100 100 -
mendapatkan
pelatihan berbasis
masyarakat
Jumlah Balai
6. Unit 2 2 2 2 16
Latihan Kerja
Jumlah
7. Buah 117 126 63 55 55
Lembaga
Pelatihan Kerja
Jumlah Tenaga Kerja di
8. Orang 115 124 2.909 655 415
Luar Negeri
Jumlah Perusahaan
Perusa
9. yang 12 12 18 20 20
h aan
Memperkerjakan
Warga Negara Asing
Jumlah Pekerja Warga
10. Orang 103 112 112 157 161
Negara Asing
Sumber: Dinas K2UKM Kabupaten Majalengka, Tahun 2022. *) Sumber BPS Majalengka

Perbandingan angka Tingkat Pengangguran Terbuka antara Kabupaten


Majalengka, Provinsi Jawa Barat serta Nasional pada kurun waktu lima tahun
terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.55.
Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat Serta
Nasional

Tingkat Pengangguran
Terbuka 2017 2018 2019 2020 2021
(%)
Kabupaten Majalengka 5,02 4,95 4,37 5,48 5,71
Jawa Barat 8,49 8,17 7,99 7,69 9,82
Nasional 5,33 5,34 5,28 7,07 6,49
Sumber: BPS, dikompilasi Bappedalitbang, Tahun 2022.

Secara umum perkembangan TPT pada lima tahun terakhir di


Kabupaten Majalengka cukup bagus, ini ditandai dengan angka TPT yang
selalu berada di bawah angka Provinsi Jawa Barat dan Nasional.

Kondisi tersebut perlu menjadi perhatian Pemerintah,lulusan SMK yang dipersiapkan


sebagai tenaga kerja siap pakai namun belum sepenuhnya terserap di dunia kerja, sehingga
diperlukan link and matchantara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan pasar
kerja.Berdasarkan gambaran diatas, masalah utama kemiskinanpada dimensi
ketenagakerjaan adalah tingginya jumlah pengangguran terbuka di Kabupaten Majalengka,
sehingga tujuan yang ingin dicapai yaitu menurunnya pengangguran
Prioritas Intervensi Dimensi KetenagakerjaanPenangananmasalah utama bidang
ketenagakerjaan di Kabupaten Majalengka dalam rangka penangggulangan kemiskinan
difokuskan pada penurunan pengangguran. Intervensi pemerintah dalam bentuk program dan
kegiatan yang dapat memperbaiki indikator utama tingkat pengangguran terbukamenjadi
prioritas dalam perencanaan dan penganggaran perangkat daerahpenyelenggara layanan
dalam bidang ketenagakerjaandan perangkat daerah yang terkait, dalam hal ini Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata, DinasKoperasi dan
UKM, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu serta Dinas Pertanian dan
Perkebunan.

XXIV.1 Dimensi Infrastruktur Dasar


Masalah Utama Dimensi Infrastruktur DasarPeningkatan akses layanan infrastruktur
dasar (air minum layak, sanitasi layak dan elektrifikasi) masih menjadi perhatian Pemerintah
sejalan dengan upaya pemenuhan akses untuk semua lapisan masyarakat. Peningkatan
akses layanan infsrastruktur dasar menunjukkan masyarakat yang semakin sejahtera. Secara
umum dalam jangka panjang, tantangan utama pemenuhan akses infrastruktur dasar di
Kabupaten Majalengka berada pada akses air minum dan sanitasi layak karena berkaitan
langsung dengan pola hidup bersih dan sehat. Hal ini didasarkan kondisi bahwa pada tahun
2022 rasio elektrifikasi telah mencapai 99%, sedangkan akses terhadap air minum dan
sanitasi layak khususnya bagi rumah tangga miskin masih rendah.

akses terhadap air minum dan sanitasi layak khususnya bagi rumah tangga
miskin (Gambar dan Tabel)

Berdasarkan gambaran diatas, masalah utama kemiskinan pada dimensi


infrastrukturdasar adalah belum terpenuhinya akses air minumdan sanitasilayak, sehingga
tujuan yang ingin dicapai dalam penanggulangan kemiskinan pada dimensi infrastruktur dasar
yaitu meningkatnya akses air minumdan sanitasilayak untuk masyarakat.2.Prioritas Intervensi
DimensiInfrastruktur DasarPenangananmasalah utama dimensiinfrastruktur dasar di
Kabupaten Majalengka dalamrangka penanggulangan kemiskinan difokuskan kepada
perbaikan akses air minum dan sanitasi layak. Intervensi pemerintah dalam bentuk program
dan kegiatan yang dapat memperbaiki indikator utama akses air minum dan sanitasi layak
menjadi prioritasdalam perencanaan dan penganggaran pada perangkat daerah
penyelenggara layanan dalamdimensiinfrastruktur dasar dan perangkatdaerah lainnya yaitu
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Majalengka, Dinas Energi
dan Sumber Daya Mineral, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka.
XXIV.2 Dimensi Ketahanan Pangan
Masalah Utama Bidang Ketahanan Pangan Kemiskinan erat kaitannya dengan
ketahanan pangan karena kemiskinanmenyebabkan keterbatasan untuk mengonsumsi
pangan. Komoditas pangan utama di Kabupaten Majalengka yang berpengaruh terhadap
kemiskinan adalah beras karena merupakan komponen terbesar dalam penentuan garis
kemiskinan.Akses rumah tangga terhadap pangan (beras) secara umum dipengaruhi oleh
ketersediaan infrastruktur, institusi, jaringan distribusi dan kapasitas produksi antar wilayah
dan musim, yang berdampak pada pasokan dan stabilitas harga.Tantangan utama dalam
mewujudkan ketahanan pangandi Kabupaten Majalengka adalah masih terdapat kesenjangan
rumah tangga dalam mengakses pangan (beras) meskipun Kabupaten Majalengka
merupakan daerah surplus beras. Perlu ada upaya untuk menjaga ketersediaan stok pangan
(beras) melalui Sistem Logistik Daerah untuk menjamin stok dan harga yang stabil.Akses
pangan rumah tangga dapat diketahui darirata-rata konsumsi kalori per kapita. Standar
kecukupan kalori sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 adalah 2.150 kkal/hari.

Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak atas


pangan sekaligus menjadi pilar utama hak asasi manusia, selain itu ketahanan
pangan merupakan bagian sangat penting dari ketahanan nasional. Ketahanan pangan
tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga
mampu mengakses (termasuk membeli) pangan dan tidak terjadi ketergantungan
kepada pihak manapun. Dalam hal ini petani memiliki kedudukan strategis dalam
ketahanan pangan, karena petani adalah produsen pangan sekaligus sebagai
kelompok konsumen yang terbesar. Pertanian sangat erat
kaitannya dengan ketahanan pangan, karena pangan merupakan
kebutuhan yang bersifat mendasar bagi setiap manusia. Setiap negara
atau daerah selalu termotivasi untuk memiliki stok bahan pangan
pokok dalam jumlah relatif aman untuk kebutuhan rakyatnya dalam
jangka waktu tertentu. Capaian ketahanan pangan Pemerintah
Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel berikut:

BAB XXVTabel 2.56.


Capaian Ketahanan Pangan Kabupaten Majalengka

Tahun
No. Data Satuan
2017 2018 2019 2020 2021
A Ketersediaan dan Cadangan Pangan
Ketersediaan Energi dan Protein Perkapita
Kkal/
Ketersediaan Kapita/ 2.641,21 2.651,43 2.627,22 2.540,04 2.735,80
- Energi
Hari
1. Gram/
Ketersediaan Kapita/ 86,45 90,06 83,83 74,85 85,95
- Protein
Hari
Skor PPH % 87,00 87,00 86,90 93,80 94,00
- Ketersediaan
B Distribusi dan Akses Pangan
ketersediaan
Informasi pasokan,
1. % 100 100 100 100 100
harga dan akses
pangan
Stabilitas Harga
2. dan Pasokan % 100 100 100 100 100
Pangan
C Penganekaragaman dan Keamanan Pangan

Mempertahankan
Ketersediaan
1. % 100 100 100 100 100
Energi dan Protein
Perkapita
Cadangan Pangan
2. Ton 0 20 20 74 53,6
Pemerintah (CPP)
Ketersediaan
3. Unit 128 128 130 141 145
Pangan (LPM)
Sumber: DKP3 Kabupaten Majalengka, Tahun 2022.
akses masyarakat miskin terhadap komoditaspangan (Gambar dan
Tabel)

Berdasarkan gambaran tersebut dapat diketahui bahwa masalah


utama kemiskinan pada dimensi ketahanan pangan adalah rendahnya akses
masyarakat miskin terhadap komoditaspangan utama yaitu beras, yang
diindikasikan dari rendahnya rata-rata konsumsi kalorirumah tangga
miskindan rentan,sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam penanggulangan
kemiskinanpada dimensi ketahanan panganyaitu meningkatnya konsumsi
pangan masyarakat, khususnya pada rumah tangga miskin.2.Prioritas
Intervensi Dimensi Ketahanan PanganPenanganan masalah
utamakemiskinan pada dimensiketahanan pangan di Kabupaten Majalengka
difokuskan pada upaya-upaya untuk meningkatkan konsumsi pangan
masyarakat, khususnya pada rumah tangga miskin. Intervensi pemerintah
dalam bentuk program dan kegiatan yang dapat memperbaiki indikator utama
akses panganmenjadi prioritas dalam perencanaan dan penganggaran
perangkat daerah penyelenggara layanan dalam bidang ketahanan pangan,
dalam hal ini Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian dan Perkebunan
serta Dinas Perindustrian Kabupaten Majalengka.

Anda mungkin juga menyukai