Anda di halaman 1dari 6

Pembangunan Bidang Pendidikan : Perencanaan Yang Lebih Fokus dan

Berorientasi Ke Timur Indonesia Merupakan Solusi Atasi Kesenjangan dan


Percepat Pencapaian Target Nasional

Abstrak
Kesenjangan input pendidikan mulai dari rasio luas wilayah/sekolah, rasio guru/kelas, jumlah
guru berijasah S1 hingga kondisi kelas yang rusak serta ketimpangan pembangunan ekonomi
merupakan alasan yang kuat dibutuhkannya perencanaan dan implementasi pembangunan
pendidikan yang lebih fokus dan berorientasi ke timur Indonesia.

Pembangunan sebuah negara tidak bisa


perlu terus ditingkatkan sehingga mampu
memberikan daya saing yang tinggi. Kualitas
dilepas dari pembangunan sumber daya ini salah satunya dapat ditingkatkan melalui
manusianya. Hubungan keterkaitan ini akan pembangungan di bidang pendidikan.
begitu terlihat pada hubungan pembangunan
Beberapa Permasalahan dan Isu Strategis
ekonomi dengan pembangunan sumber daya
Pendidikan Dasar dan Menengah
manusia (SDM). Dalam teori ekonomi
disebutkan bahwa human capital merupakan Pembangunan bidang pendidikan dasar dan
salah satu faktor penting dalam proses menengah di Indonesia terus mengalami
pertumbuhan ekonomi. Dengan human perbaikan dari tahun ke tahun. Salah satu
capital yang berkualitas, maka akan perbaikan tersebut dapat terlihat dari
mendorong kreatifitas dan produktifitas peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK)
masyarakat yang pada akhirnya akan dan Angka Pertisipasi Murni (APM).
mempengaruhi kinerja ekonomi. Kinerja Tabel 1
ekonomi yang semakin membaik akan APK dan APM dalam kurun tahun ajar 2010/11 sampai
dengan 2012/13, terus mengalami peningkatan
memberikan imbal balik kepada masyarakat
atas kreatifitas dan produktifitasnya melalui APK DAN APM 2010/11 2011/12 2012/13
APK SD dan Sederajat 115.33 115.43 115.88
peningkatan pendapatan rumah tangganya.
APM SD dan Sederajat 95.41 95.55 95.71
Hubungan timbal balik ini juga dijelaskan
APK SMP dan Sederajat 98.2 99.47 100.16
oleh Ramirez dkk (1998) dalam working APM SMP dan Sederajat 75.64 77.71 78.43
papernya yang berjudul “Economic Growth APK SM dan Sederajat 70.53 76.4 78.19
and Human Development”. Peningkatan APM SM dan Sederajat 56.52 57.74 58.25
pendapatan tersebut juga pada akhirnya Sumber : Kemendikbud
akan mempengaruhi pola konsumsi
masyarakat, termasuk pengeluaran untuk Meskipun ada peningkatan APK dan APM,
pendidikan, yang akhirnya mendorong masih ada beberapa permasalahan yang
peningkatan kapasitas dan kapabilitas SDM. perlu perhatian besar di bidang pendidikan
Keseluruhan runtutan perubahan tersebut antara lain:
pada akhirnya akan menghela kesejahteraan Pertama, Ketimpangan akses pendidikan.
masyarakat ke tingkatan yang jauh lebih Meskipun mengalami perbaikan, 4.29 persen
baik. anak usia 7-12 tahun, 21,57 persen anak usia
Peningkatan kesejahteraan masyarakat 13-15 tahun dan 41,75 persen anak usia 16-
tersebut merupakan salah satu dari tujuan 18 tahun tidak bersekolah atau belum
pembangunan sebuah negara. Dari mengenyam pendidikan menurut jenjang
hubungan kausalitas pada alinea pendidikan yang sesuai dengan umurnya.
sebelumnya, dapat ditarik sebuah Angka yang relatif besar ini harus menjadi
kesimpulan bahwa SDM dan pembangunan perhatian pemerintah dalam konteks
SDM adalah modal utama dalam pembangunan nasional dan peningkatan
pembangunan nasional. Oleh karena itu daya saing SDM Indonesia ke depan.
kualitas sumber daya manusia Indonesia
Kesenjangan akses terhadap pendidikan Ketiga, kondisi infrastruktur pendidikan.
semakin nyata bila dilihat dari kelompok Permasalahan dan isu strategis lainnya
penduduk berdasarkan status sosial. Di adalah ketersediaan dan kualitas sarana dan
tahun 2012, Angka Partisipasi Sekolah (APS) prasarana pendididikan yang masih rendah
penduduk usia 13-15 tahun pada kelompok dan tidak merata, jarak tempuh atau daya
20 persen termiskin sebesar 81 persen dan jangkau penduduk ke fasilitas pendidikan
kelompok 20 persen terkaya sebesar 94,9 yang masih jauh serta mahalnya biaya
persen. pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
masyarakat. Pada tahun 2013, ruang kelas
Kedua, kesenjangan hasil pembangunan
yang masih dalam kondisi rusak (baik rusak
pendidikan antar wilayah. Permasalahan
ringan maupun berat) untuk jenjang SD
penting lainnya adalah kesenjangan hasil
sebanyak 24 persen dari total kelas 901.457,
pembangunan pendidikan antar wilayah
SMP sebanyak 26 persen dari total kelas
maupun antar propinsi belum terselesaikan,
253.998 dan SMA/K sebanyak 12 persen dari
yang terlihat dari perbandingan capaian
total kelas 216.140.
APM tahun 2004 dengan 2013. Pada tahun
2004, APM Sekolah Dasar (SD) wilayah Nusa Daya jangkau ke fasilitas pendidikan yang
Tenggara, Maluku dan Papua jauh tertinggal diukur dengan rasio luas wilayah propinsi
dari capaian wilayah Sumatera, Jawa dan Bali dengan jumlah sekolah, baik SD, SMP dan
yang terlihat dari nilai APMnya dan tidak ada SMA/K masih relatif jauh dan butuh
satu propinsipun di wilayah Nusa Tenggara, perhatian khusus dari pemerintah. Untuk
Maluku dan Papua yang berada diatas nilai wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua,
APM nasional. Kondisi ini berbanding seorang siswa SD harus menempuh rata-rata
terbalik dengan kondisi di Jawa dan 32,16 km untuk dapat mengenyam
Sumatera dimana di pulau Jawa sebanyak 6 pendidikan. Siswa SMP dengan jarak tempuh
propinsi (85%) dan Sumatera sebanyak 4 126,81 km dan siswa SMA/K dengan jarak
(40%) propinsi nilai APM SDnya sudah tempuh 105,69 km. Kondisi ini berbeda
diatas nilai APM nasional. drastis dengan siswa SD, SMP dan SMA/K di
wilayah Jawa Bali. Siswa SD di Jawa Bali
Kondisi yang sama juga terlihat dari nilai
hanya menempuh 13,66 km, SMP 60,31 km
APM menurut wilayah, dimana nilai APM SD
dan SMA/K menempuh 72,86 km.
tahun 2013 untuk wilayah Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua masih relatif jauh Terakhir, mutu pendidikan yang masih
dibandingkan dengan nilai APM nasional dan rendah. Permasalahan dan isu stertegis yang
APM wilayah Sumatera dan Jawa-Bali. terungkap pada alinea-alinea sebelumnya
Tabel 2 masih hanya terkait pada akses pendidikan,
Ketimpangangan hasil pembangunan pendidikan antar belum menyentuh mutu pendidikan itu
wilayah masih belum terselesaikan sendiri. Berkaitan dengan mutu pendidikan,
WILAYAH
ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) Tahun 2004 & 2013
masih banyak pekerjaan rumah yang harus
SD 2004 SD 2013 SMP 2004 SMP 2013 SM 2004 SM
Sumatera 93.94 94.75 61.27 80.29 41.74 60.73
diselesaikan. Mulai dari 74% aktifitas
Jawa + Bali 95.12 96.73 59.44 79.69 39.77 57.56 pembelajaran sifatnya masih satu arah,
Kalimantan - Sulawesi 92.75 95.44 50.15 74.10 35.00 58.75 akreditasi lembaga pendidikan yang masih
Nusa Tenggara - Maluku - Papua 89.98
Nasional 94.12
92.89
95.71
51.79
58.06
71.41
78.43
34.63
39.24
54.95
58.25
rendah, masih kurangnya ketersediaan
Sumber : Kemendikbud, diolah
perpustaakan dan laboratorium di lembaga
pendidikan, kualifikasi guru yang masih
Kesenjangan tersebut belum terselesaikan rendah, kesenjangan mutu pendidikan di
juga terlihat dari delta atau selisih capaian wilayah Indonesia Timur dan Indonesia
APM (SD, SMP & SM) wilayah Nusa tenggara, Barat, sertifikasi guru yang belum linear
Maluku dan Papua dengan APM wilayah dengan peningkatan kualitas guru dan
Sumatera atau Jawa yang masih relatif rendahnya relevansi pendidikan dengan
sangat besar. dunia kerja. Kesenjangan ketersediaan guru
di kota dan desa, di daerah terpencil hingga ketimpangan mutu pendidikan antar daerah
di Indonesia Timur dan barat merupakan atau wilayah. Hal ini merupakan pekerjaan
salah satu permasalahan yang menyebabkan rumah yang harus diselesaikan.

Boks 1.
Sasaran, Arah dan Strategi Kebijakan Pembangunan Pendidikan Dasar dan Menengah

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, sasaran pokok
pembangunan nasional sub bidang pendidikan dasar dan menengah difokuskan pada beberapa target
kenaikan indikator pendidikan antara lain adalah kenaikan APM dan APK SD/SDLB/Paket A, APM dan APK
SMP/SMPLB/Paket B, APK SMA/SMK/SMLB/Paket C, kenaikan angka melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi serta penurunan angka putus sekolah disetiap jenjang pendidikan.
Tabel 3
Beberapa Sasaran Pokok Pembangunan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam RPJMN 2015-2019
SASARAN 2015 2016 2017 2018 2019
APM SD/SDLB/PAKET A (%) 82.00 82.51 82.88 84.52 85.20
APK SD/SDLB/PAKET A (%) 97.65 97.85 98.02 99.92 100.55
Angka Putus Sekolah SD (%) 1.07 1.04 1.00 0.98 0.97
APM SMP/SMPLB/PAKET B (%) 71.88 72.69 73.07 73.70 73.72
APK SMP/SMPLB/PAKET B (%) 80.73 81.89 82.40 83.61 83.77
Angka Putus Sekolah SMP (%) 1.14 1.11 1.08 1.03 1.01
Angka Melanjutkan SD ke SMP (%) 83.40 83.64 84.95 86.89 87.67
APK SMA/SMK/SMLB/Paket C (%) 73.82 76.68 79.08 80.51 82.18
Lulusan SMP/MTs melanjutkan ke SMA dan SMK (%) 80.00 82.00 84.00 86.00 88.00
Persentase kecamatan yang memiliki Minimal 1 Sekolah Menengah 76.60 82.50 88.30 94.20 100.00
Angka siswa putus sekolah SMA/SMK (%) 1.20 1.10 1.00 0.90 0.80
Sumber : Dokumen RPJMN 2015-2019, Bappenas

Dari tabel 3 diatas, untuk tahun 2016 pemerintah menargetkan adanya kenaikan APM SD/SDLB/Paket C
sebesar 0,51 persen, APK sebesar 0,2 persen serta penurunan angka putus sekolah SD sebesar 0,03 persen.
Untuk SMP, pemerintah menargetkan peningkatan APM SMP/SMPLB/Paket C sebesar 0,81 persen, APK
sebesar 1,16 persen dan penurunan angka putus sekolah sebesar 0,03 persen. Sedangkan untuk SMA/SMK,
pemerintah menargetkan APK SMA/SMK/SMLB/Paket C sebesar 2,856 persen dan penurunan angka putus
sekolah sebesar 0,1 persen. Target-target tersebutkan merupakan target yang difokuskan untuk
meningkatkan angka partisipasi masyarakat untuk mengeyam pendidikan.
Target-target tersebut akan dicapai melalui arah dan strategi kebijakan dalam berbagai kegiatan-kegiatan
prioritas nasional. Di dalam RPJMN 2015-2019, kegiatan proritas dalam kerangka meningkatkan angka
partisipasi bersekolah antara lain melalui pemberian peluang bagi kelompok penduduk miskin untuk
bersekolah melalui pemberian bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Bantuan Operasional Sekolah
(BOS), pembangunan sekolah dan kelas baru untuk SD, SMP dan sekolah menengah, rehabilitasi ruang kelas,
pembangunan sekolah SD-SMP satu atap, meningkatkan jumlah SMK yang memberikan pendidikan
kewirausahaan dan teaching factory, peningkatan relevansi SMK terhadap industri atau dunia kerja, serta
pembangunan SMK kelautan dan pertanian..
Sedangkan untuk peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah, pemerintah menargetkan peningkatan
jumlah SD/SDLB dan SMP/SMPLB berakreditasi B, jumlah SD/SDLB dan SMP/SMPLB yang memiliki sarana
dan prasarana sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP), SD/SDLB dan SMP/SMPLB yang memenuhi
Standar Pelayanan Minimal (SPM), SD/SDLB dan SMP/SMPLB yang memiliki Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PTK) sesuai NSP, persentase kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 sekolah menengah
rujukan/model serta peningkatan persentase PTK sekolah menengah yang meningkat karirnya. Untuk
mencapai target-target tesebut, kegiatan prioritas diarahkan antara lain melalui peningkatan jumlah sekolah
yang mendapat pembinaan akreditasi dan bantuan peralatan pendidikan, peningkatan perpustakaan/pusat
sumber belajar SD/SMP/SM dan laboraturium SMP/SM yang dibangun maupun direhabilitasi, mendorong
peningkatan siswa yang mengikuti lomba/kompetisi/olimpiade/debat dan unjuk prestasi tingkat nasional
dan internasional serta mendorong siswa untuk memperoleh beasiswa bakat dan prestasi. Sedangkan untuk
PTK, dicapai melalui peningkatan jumlah PTK yang menerima tunjangan fungsional, profesi dan khusus,
peningkatan jumlah PTK berkualifikasi akademik S1/D4 serta tersedianya jenis penghargaan dan
perlindungan bagi PTK.
Pembangunan Berorientasi Ke Timur wilayah dan jumlah sekolah inilah yang
Indonesia : Solusi Atasi Kesenjangan menjadi penyebab terjadinya kesenjangan
dan Percepatan Pencapaian Target hasil pembangunan pendidikan di wilayah
Timur dan Barat Indonesia.
Dari berbagai kegiatan prioritas dalam
dokumen RPJMN 2015-2019 yang Kesenjangan input pendidikan lainnya
tergambar dalam boks 1 diatas, dapat adalah rasio jumlah guru di setiap sekolah.
dikatakan bahwa dimensi rencana Tabel 5
kegiatan/pembangunan pendidikan yang Jumlah guru Sekolah Dasar (SD) di Papua dan
berdimensi kewilayahan (menfokuskan Maluku hanya 5-10 orang sedangkan di
Jawa/Sumatera sudah 12 orang. Kondisi
kepada wilayah Timur Indonesia) tidak kesenjangan di jenjang SMP dan SM tidak jauh
terpapar dengan jelas. Padahal berbeda
permasalahan yang paling serius, salah WILAYAH/PROPINSI
RASIO GURU/SEKOLAH
satunya adalah kesenjangan antar SD SMP SM
Sumatera 12.21 17.22 21.69
daerah/wilayah di Indonesia. Jawa-Bali 12.48 20.19 22.43
Salain itu, dimensi kewilayahan dalam Kalimantan 11.47 10.78 17.74
Sulawesi 10.01 13.30 18.30
konteks peningkatan mutu pendidikan Nusa Tenggara Barat 12.18 13.95 16.54
dalam RPJMN 2015-2019 juga tidak Nusa Tenggara Timur 9.90 11.40 17.53
terpapar dengan jelas Maluku 10.64 13.41 18.50
Maluku Utara 7.39 9.17 11.15
Pada alinea-alinea awal sudah terpapar Papua 5.75 12.13 15.96
dengan jelas bahwa kesenjangan Papua Barat 5.25 11.19 11.89
pembangunan pendidikan antara wilayah Sumber : Kemendikbud, diolah
timur dengan wilayah barat. Kesenjangan
Tabel 5 memberikan gambaran yang jelas
tersebut tidak hanya saja pada
tentang kesenjangan rasio guru terhadap
kesenjangan akses dan partisipasi
jumlah sekolah di di wilayah Sumatera,
pendidikan, akan tetapi juga terhadap
Jawa dan Bali dengan wilayah timur
mutu pendidikan. Kesenjangan tersebut
Indonesia. Ketersedian guru per setiap
tidak terlepas dari kesenjangan input
sekolah, baik SD, SMP maupun SM, di
pendidikan di kedua wilayah, mulai dari
propinsi-propinsi bagian timur Indonesia
ketersedian sekolah dan sarana
masih jauh dibawah rata-rata propinsi-
prasarananya hingga kepada kuantitas
propinsi Pulau Jawa dan Bali.
dan kualitas tenaga pendidiknya.
Tabel 4 Jumlah guru baik SD, SMP maupun SM
Jarak SD ke SD lain di papua mencapai 131,14 km dan yang tingkat pendidikan tertingginya
SMP 698,11 km, berbeda jauh dengan di wilayah minimal strata 1 di wilayah Nusa
Sumatera, Jawa dan Bali
RASIO LUAS WILAYAH/SEKOLAH Tenggara, Maluku dan Papua juga jauh
WILAYAH/PROPINSI
SD SMP SM tertinggal dengan propinsi-propinsi di
Sumatera 15.34 58.82 95.99 wilayah Sumatera, Jawa dan Bali.
Jawa-Bali 1.75 8.40 11.43
Nusa Tenggara Barat 5.96 22.51 37.75 Jumlah guru SD yang memiliki ijasah
Nusa Tenggara Timur 10.11 35.61 83.28 minimal S1 di wilayah Nusa Tenggara,
Maluku 26.98 85.14 142.60 Maluku dan Papua hanya mencapai 38
Maluku Utara 25.22 79.56 127.42 persen, sedangkan diwilayah lain sudah
Papua 131.24 698.11 1096.34
melebihi 50 persen. Sedangkan untuk SMP
Papua Barat 99.51 455.51 688.12
Sumber : Kemendikbud & BPS, diolah
dan SM, jumlah guru di wilayah Nusa
Tenggara, Maluku dan Papua masih jauh
tertinggal dibandingkan wilayah lain.
Dari table 4 dapat terlihat berapa jauh
Kesenjangan kualitas guru yang diukur
jarak tempuh yang harus dijalani oleh
dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan
seorang siswa di Nusatenggara, Maluku
inilah yang menjadi salah satu faktor yang
dan Papua. Kesenjangan rasio antara luas
menyebabkan kesenjangan mutu wilayah–jumlah sekolah, rasio guru-
pendidikan antar wilayah. jumlah sekolah, persentase guru berijasah
Gambar 1 minimal S1 dan persentase kelas dengan
Guru SD dengan Ijasah Minimal S1 di Nusa kondisi baik, dapat ditarik sebuah
Tenggara, Maluku dan Papua hanya 38 persen, kesimpulan bahwa kesenjangan hasil
sedangkan di Jawa sudah 76 persen
pembangunan pendidikan tersebut tidak
terlapas dari kesenjangan faktor inputnya.
Dengan memperhatikan kesenjangan
input tersebut, harusnya perencanaan
pembangunan pendidikan lebih
berorientasi ke timur Indonesia.
Tapi jika memperhatikan perencanaan
pendidikan dalam dokumen RPJMN 2015 -
2019,perencanaan yang lebih berorientasi
ke timur Indonesia serta lebih
Sumber : Kemendikbud, diolah mengedepankan pendekatan wilayah
belum terlihat dan terpapar dengan jelas
Kesenjangan lainnya juga terlihat dari dan tegas. Padahal, pembangunan
persentase ruang kelas dengan kondisi pendidikan yang lebih fokus dan lebih
baik. berorientasi ke timur Indonesia
Tabel 6 merupakan salah satu jawaban dalam
Ketersedian ruang kelas dengan kondisi baik di
wilayah timur Indonesia masih tertinggal
menyelesaikan kesenjangan serta dapat
dibandingkan bagian barat menjadi tools untuk mempercepat
PERSENTASE RUANG KELAS KONDISI BAIK perbaikan hasil pembangunan pendidikan
WILAYAH
SD SMP SM secara nasional. Pembangunan pendidikan
Sumatera, Jawa & Bali 79.25 76.24 88.14
yang berdimensi ke timur dalam konteks
Kalimantan 77.24 74.52 85.41
Sulawesi 76.24 71.84 86.52 menyelesaikan disparitas harus berpijak
Nusa Tenggara, Maluku & Papua 77.51 67.52 81.96 pada perencanaan dan penganggaran yang
Sumber : Kemendikbud, diolah tepat jumlah, fungsi dan tepat guna
dengan tetap memperhatikan karakter
Untuk SD, kondisi kelas baik hanya wilayah, karakter sosial yang multi etnik
sebesar rata-rata 77,51 persen di Nusa serta tuntutan/kebutuhan setiap daerah.
Tenggara, Maluku dan Papua, sedangkan
di wilayah Sumatera, Jawad an Bali sudah
mencapai 79,25. Untuk SMP, wilayah Nusa Kesenjangan Ekonomi Memperkuat
Tenggara, Maluku dan Papua hanya (dibutuhkan) Pentingnya Perencanaan
sebesar 67,52 persen sedangkan Pembangunan Pendidikan Berorientasi
Sumatera, Jawa dan Bali sudah mencapai Ke Timur Indonesia
76,24 persen. Dan untuk Sekolah
Menengah (SM), 81,96 persen berbanding Kemampuan keuangan keluarga atau
88,14 persen. Bagaimana mungkin masyarakat memiliki peran yang cukup
mengharapkan mutu pendidikan yang besar terhadap angka parisipasi sekolah di
jauh lebih baik, jika ketersediaan ruang suatu daerah. Kemampuan keuangan
kelas dalam kondisi baik juga masih cukup keluarga tersebut tidak terlepas dari
rendah. perkembangan perekonomian suatu
daerah atau seberapa besar share
Dengan menyandingkan kesenjangan perekonomian daerah yang dapat
capaian hasil pembangunan pendidikan dinikmati oleh kelompok masyarakat. Jika
antara bagian timur dengan barat melihat kesenjangan perekonomian antar
Indonesia, dengan kesenjangan rasio daerah/wilayah yang masih belum
terselesaikan hingga saat ini, menjadi timur Indonesia khususnya di wilayah
sebuah kewajaran kesenjangan tersebut Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan
linear dengan kesenjangan hasil Papua masih jauh tertinggal dibandingkan
pembangunan pendidikan. dengan wilayah lain. Ketertinggalan
tersebut bermakna bahwa ada perbedaan
Data kontribusi wilayah terhadap Produk
kemampuan keuangan keluarga yang
Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2005
cukup signifikan di antar wilayah tersebut.
dan tahun 2013 pada table 7
Kemampuan keuangan keluarga di
menunjukkan bahwa kontribusi propinsi-
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan
propinsi di wilayah timur Indonesia hanya
Papua jauh lebih rendah dibandingkan
sekitar 15 persen. Dalam kurun waktu
wilayah lain. Menjadi wajar hasil
tersebut tidak ada perubahan yang
pembangunan pendidikan di wilayah
signifikan, bahkan kontribusi Nusa
tersebut juga jauh lebih rendah
Tenggara, Maluku & Papua menurun dari
dibandingkan wilayah lain, sebagai akibat
3,66 persen menjadi 3,01 persen.
dari ketidakmampuan keuangan keluarga
Tabel 7 untuk memberikan peluang sekolah yang
Kontribusi wilayah timur Indonesia hanya 15
persen dan kontribusi Nusa Tenggara, Maluku dan lebih besar bagi anak usia sekolah.
Papua mengalami penurunan di tahun 2013
dibandingkan tahun 2005 Kesenjangan peluang bersekolah bisa saja
WILAYAH
Kontribusi PDB Tanpa Migas diselesaikan oleh pemerintah daerah,
2005 2013 mengingat pelayanan bidang pendidikan
Sumatera 18.83 19.08 merupakan salah satu urusan yang sudah
Jawa-Bali 66.10 65.35
didaerahkan ketika sistem pemerintahan
Kalimantan 6.63 7.24
Sulawesi 4.79 5.33
Indonesia mulai menganut sistem
Nusa Tenggara, Maluku & Papua 3.66 3.01 desentralisasi. Akan tetapi, peran tersebut
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah belum bisa sepenuhnya dijalankan oleh
pemerintah daerah. Hal ini disebabkan
Kesenjangan kontribusi tersebut, sudah oleh politik anggaran pemerintah daerah
pasti akan linear dengan kesenjangan yang masih belum menjadikan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pembangunan layanan dasar (termasuk
dan pengeluaran per kapita sebagai proksi pendidikan) sebagai anggaran prioritas
tingkat pendapatan keluarga/masyarakat. dalam APBD, keterbatasan keuangan
Tabel 8 daerah, ketergantungan keuangan daerah
Kesenjangan PDRB Per Kapita dan Pengeluaran Per terhadap dana perimbangan serta alokasi
Kapita sebagai akibat kesenjangan ekonomi antar
wilayah belanja pegawai yang masih relatif besar
PDRB Per Kapita Pengeluaran dan membebani APBD.
WILAYAH Tanpa Migas Perkapita
(Ribu Rupiah) (Rupiah) Kondisi kesenjangan pembangunan
Sumatera 9,743 751,494 ekonomi dan belum optimalnya peran
Jawa-Bali 14,007 853,272 pemerintah daerah dalam menjalankan
Kalimantan 12,349 834,230
Sulawesi 7,375 604,498
urusan bidang pendidikan, dapat menjadi
Nusa Tenggara, Maluku & Papua 5,157 620,011 alasan yang memperkuat dibutuhkanya
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah perencanaan dan implementasi
pembangunan pendidikan yang lebih
PDRB per kapita dan pengeluaran per fokus dan berorientasi ke timur Indonesia.
kapita propinsi yang berada di wilayah (RAS)

Anda mungkin juga menyukai