Anda di halaman 1dari 10

BAB VI

ISU STRATEGIS PENANGGULANGAN KEMISKINAN

VI.1 ISU STRATEGIS


Penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Majalengka
membutuhkan percepatan karena kemiskinan masih cukup tinggi baik
dari persentase maupun jumlahnya (absolut) serta laju penurunanyang
lambat. Percepatan penanggulangan kemiskinan perlu dilakukan
dengan memperhatikan isu-isu strategis dalam konteks kondisi umum
daerah, termasuk kondisi makroekonomi (pertumbuhan ekonomi,
inflasi, dan pengangguran), serta secara khusus mempertajam analisis
kondisi kemiskinan dalam dimensi konsumsi maupun multi dimensi
(non konsumsi).Isu strategi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
Majalengka juga dirumuskan berdasarkan prioritas pembangunan
nasional dalam penanggulangan kemiskinan. Secara nasional dalam
RPJMN 2020-2024 terdapat dua kerangka kebijakan dalam upaya
pengentasan kemiskinan, yaitu kerangka kebijakan makro dan mikro.
Dalam kerangka kebijakan makro, pemerintah terus menjaga stabilitas
inflasi, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, menciptakan
lapangan kerja produktif, menjaga iklim investasi dan regulasi
perdagangan ,meningkatkan produktivitas sektor pertanian, serta
mengembangkan infrastruktur di wilayah tertinggal. Sedangkan dalam
kerangka mikro, upaya mengurangi kemiskinan dikelompokkan dalam
dua strategi utama, yaitu penyempurnaan kebijakan bantuan sosial
yang bertujuan untuk menurunkan beban pengeluaran dan
peningkatan pendapatan kelompok miskin dan rentan melalui program
ekonomi produktif. Strategi kedua ini dikembangkan pemerintah dalam
upaya membuat kelompok miskin dan rentan lebih produktif dan
berdaya secara ekonomi sehingga tidak terus bergantung pada bantuan
pemerintah. Selain itu, pemerintah mengupayakan pendanaan bagi

VI-1
inisiatif-inisiatif masyarakat yang terbukti memiliki dampak sosial
ekonomi. Dalam jangka menengah kombinasi dari berbagai skema
tersebut diharapkan dapat mendorong kelompok rentan untuk dapat
meningkat menjadi kelompok ekonomi menengah.Konteks penajaman
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Majalengka perlu
mempertimbangkan sebaran penduduk miskin yang masih didominasi
oleh penduduk miskin perdesaan dan karakteristik kemiskinan
perdesaan dengan kelompok sasaran petani (buruh petani, petani
gurem dan pekerja serabutan) dan kelompok nelayan (buruh nelayan
dan nelayan kecil).

Kemiskinan dalam konteks strategi penanggulangan kemiskinan


dimaknai sebagai ketidakmampuan atau keterbatasan kemampuan
penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup pada batas minimum
kesejahteraan ekonomi. Manifestasi keterbatasan atau
kekurangmampuan adalah:

1. Keterbatasan/ketidakmampuan memenuhi asupan kalori dan


protein untuk bertahan hidup;
2. Keterbatasan/ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan sandang
untuk hidup layak;
3. Keterbatasan/ketidakmampuan memenuhi kebutuhan biaya
kesehatan;
4. Keterbatasan/ketidakmampuan memenuhi kebutuhan biaya;dan
5. Keterbatasan/ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tempat
tinggal yang memiliki sarana minimal penunjang kesehatan.

Ketidakmampuan atau keterbatasan memenuhi kebutuhan hidup


ada yang be risiko memberi ancaman darurat untuk keberlangsungan
hidup, yaitu jika tidak mampu memenuhi asupan pangan, sandang,
dan mengatasi kesehatan pada batas minimal. risiko yang lebih
mengancam ini menuntut penanganan pengentasan kemiskinan lebih

VI-2
utama. Intervensi penanganan lebih memerlukan kebijakan karikatif,
semisal bantuan sosial, bantuan langsung, dan sejenisnya.

Jenis risiko ketidakmampuan atau keterbatasan memenuhi


kebutuhan hidup yang kedua lebih bersifat ancaman jangka menengah,
yaitu apabila warga masyarakat memiliki keterbatasan modal untuk
meningkatkan kemampuan pendapatan dan daya beli memenuhi
kebutuhan yang mutlak untuk kesejahteraan dasar. risiko jenis kedua
ini bersumber pada keterbatasan modal pendidikan, gangguan modal
kesehatan, dan beban keluarga yang harus ditanggung. Intervensi
penanganan risiko kemiskinan jenis kedua ini memerlukan kebijakan
yang berbasis pemberdayaan ekonomi.

Jenis risiko ketiga juga bersifat jangka menengah atau jangka


panjang, yaitu ketidakmampuan atau keterbatasan memenuhi
kebutuhan hidup yang disebabkan oleh buruknya daya dukung
lingkungan fisik untuk produkif. Semisal, rumah atau lingkungan
pemukiman yang tidak sehat rentan mengancam kesehatan, dan pada
gilirannya mengancam kemampuan produktif untuk memperoleh
penghasilan. Kondisi rumah atau lingkungan pemukiman sebenarnya
juga produk atau cerminan kondisi kemiskinan itu sendiri. Intervensi
penanganan risiko kemiskinan jenis kedua ini memerlukan kebijakan
yang berbasis pemberdayaan ekonomi, dan pemberdayaan komunitas
sosial, dan jika memungkinkan dilengkapi kebijakan karikatif berwujud
subsidi atau bantuan sosial.

Beberapa Permasalahan yang ada di Kabupaten Majalengka yang


berkaitan dengan tingginya kemiskinan di Kabupaten Majalenga antara
lain:

1. Masih tingginya harga bahan pokok kebutuhan hidup masyarakat


di Majalengka;
2. Masih rendahnya pendidikan masyarakat Kabupaten Majalengka;

VI-3
3. Masih rendahnya cakupan jaminan kesehatan masyarakat
Kabupaten Majalengka;
4. Masih tingginya nilai inflasi;
5. Masih tingginya angka pengangguran terbuka;
6. Masih tingginya angka ketimpangan pembangunan antara daerah
Utara dan Selatan Kabupaten Majalengka;
7. Masih rendahnya kepemilikan lahan bagi usaha tani;dan
8. Menurunnya budaya malu menerima bantuan

Tiga karakteristik kelompok rumah tangga yang diperkirakan


berada pada 40 persen penduduk dengan tingkat kesejahteraan
terendah adalah:

1. Angkatan kerja yang bekerja tidak penuh (underutilized) terdiri dari


penduduk yang bekerja paruh waktu (part time worker), termasuk di
dalamnya adalah rumah tangga nelayan, rumah tangga petani
berlahan sempit, rumah tangga sektor informal perkotaan, dan
rumah tangga buruh perkotaan;
2. Usaha mikro kecil termasuk rumah tangga yang bekerja sebagai
pekerja keluarga (unpaid worker); dan
3. Penduduk miskin yang tidak memiliki aset maupun pekerjaan.Selain
itu, dalam implementasinya upaya penanggulangan kemiskinan di
Kabupaten Majalengka masih belum efektif karenaadanya
ketidaktepatan sasaran program dan kegiatan maupun lokasi
intervensi penanggulangan kemiskinan.

Hal ini terjadi karenabelum terintegrasinya program dan


kegiatan penanggulangan kemiskinan, belum tervalidasinya data
kemiskinan secara periodik, belum efektifnya sistem pengawasan
secara partisipatif, dan belum optimalnya pemberdayaan kelompok
sasaran (petani dan nelayan) dan belumoptimalnya pendampingan
berkelanjutan kepada kelompok sasaran penerima program.Isu-isu

VI-4
strategis kemiskinan di Kabupaten Majalengka merepresentasikan
kondisi masih rendahnya akses pelayanan dasar (basic needs access)
meliputi akses rumah layak, pangan terjangkau, pendidikan, dan
kesehatan; serta lemahnya pengembangan kehidupan ekonomi
berkelanjutan (sustainable livelihood) yang ditunjukkan dengan
rendahnya kesempatan berusaha dan bekerja, akses permodalan,
pasar, aset produksi, keterampilan, dan produktivitas yaitu
ketidakmampuan rumah tanggauntuk menghasilkan pendapatan. Oleh
karena itu untuk mengatasi isu-isu tersebut penanggulangan
kemiskinan di Kabupaten Majalengka hendaknya diprioritaskan pada
upaya untuk memperbaiki kehidupan masyarakat melalui peningkatan
layanan dasar (pendidikan dan kesehatan), menciptakan peluang usaha
baru untuk mengurangi pengangguran,perbaikan prasarana dasar(air
minum dan sanitasi layak), serta menjamin kecukupan dan
ketersediaan pangan terutama beras.

Secara rinci strategi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten


Majalengka sebagai berikut:

1. Penyediaan basic life accessuntuk penduduk miskin perkotaan dan


perdesaan utamanya pada kelompok petani, nelayan, buruh, pelaku
UKM dan kelompok rentan lainya, melalui peningkatan akses
pendidikan, peningkatan akses mutu layanan kesehatan yang
merata serta penurunan angka kematian, kesakitan, dan kecacatan,
serta peningkatan akses air minumdan sanitasi layak
2. Penguatan sustainable livelihood dalam kerangka mengurangi
pengangguran dan menjaga kelompok rentan dari kehilangan
pekerjaan melalui peningkatan kondisi yang baik
(enablingenvironment)bagi masuknya investasi baru, pengembangan
startupwirausaha baru melalui pelatihan keterampilan usaha
produktif berbasis sumber daya lokal dengan mempertimbangkan

VI-5
sasaran pemuda, perempuan dan kelompok rentan, pemberdayaan
dan pengembangan ekonomi masyarakat terutama pada sektor
pertanian, peternakan, perikanan, pariwisata, industrikreatif dan
usaha kecil termasuk peningkatan produktivitas ekonomi
perempuan dalam rumah tangga (ekonomi rumah tangga);
peningkatan peran dan produktivitas Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) atau Badan Usaha Milik Antar Desa (BUMADes).
3. Peningkatanketersediaan dan kecukupan pangan terutama beras
melalui peningkatan produksi dan menjaga stabilitas harga beras,
serta stimulan lumbung pangan pada daerah rawan pangan dan
pemberian bantuan sumber pangan lainnya.
4. Penguatan tata kelola dankoordinasi kelembagaan penanggulangan
kemiskinan antara lain melalui peningkatan dan perluasan
pengelolaan basis data penanggulangan kemiskinan, perbaikan
program bantuan sosial berbasis individu dan rumah tangga serta
program penanggulangankemiskinan berbasis komunitas yang
didukung pendampingan secara terpadudan tersedianya mekanisme
pengaduan masyarakat.

Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Majalengka


diprioritaskan pada dimensi-dimensi yang berkaitan dengan pelayanan
dasar (pendidikan dan kesehatan), peningkatan pendapatan
(ketenagakerjaan), serta dimensi yang berkaitan dengan prasarana
dasar dan ketahanan pangan, diuraikan sebagai berikut:

1. Dimensi Pendidikan

Difokuskan untuk meningkatkan akses layanan pendidikan


SMA/MA/Sederajatmelalui prioritas intervensi :

a. Mendekatkan akses dan memadainya sarpras pendidikan dengan


prioritas wilayah di Kecamatan yaitu Kecamatan…….

VI-6
b. Mengurangi beban pengeluaran penduduk miskin untuk
mengikuti Pendidikan dengan prioritas wilayah di beberapa
kecamatan yaitu…… Prioritas intervensi tersebut antara lain
diwujudkan melalui program pembinaan SMA, program
pembinaan SMK, dan program pendidikan khusus.

2. Dimensi Kesehatan

Difokuskan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat


melalui prioritas intervensi :

a. Peningkatan akses mutu layanan kesehatan yang meratadengan


prioritas wilayah di beberapa kecamatan yaitu
b. Penurunan angka kematian, kesakitan, dan kecacatan terutama
dilakukan untuk :1) Mengendalikan penyebaranTB dengan
prioritas wilayah beberapa kecamatan yaitu……………2)
Mengendalikan penyebaran HIV dengan prioritas wilayah
beberapa kecamatan yaitu…………… .3)Mengurangi stunting
dengan prioritas wilayah beberapa kecamatan
yaitu…………….Prioritas intervensi tersebut diwujudkan melalui
program pelayanan kesehatan, program sumber daya manusia
kesehatan, program promosi dan pemberdayaan, program
kesehatan lingkungan, serta program pencegahan dan
pengendalian penyakit.

3. Dimensi Ketenagakerjaan

Difokuskan untuk menurunkan pengangguran dengan prioritas


intervensi:

a. Penambahan kesempatan kerja barupada sektor formal melalui:


1)Bursa kerja dengan prioritas wilayah Beberapa Kecamatan

VI-7
yaitu….. 2)Wirausaha baru dengan prioritas wilayah beberapa
kecamatan yaitu…. .
b. Pengurangan resiko kehilangan pekerjaan bagi kelompok rentan
dengan prioritas wilayah kecamatan yaitu…. .Prioritas intervensi
tersebut diwujudkan melalui program peningkatan kesempatan
kerja, program pembinaan dan pengembangan pemuda, program
pendidikan perkoperasian dan UKM, program pengembangan
produk tekstil dan alas kaki, program penguatan dan
pengembangan industri Agro, program penguatan dan
pengembangan industri Non Agro,danprogram peningkatan
kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

4. Dimensi Infrastruktur Dasar

Difokuskan untuk meningkatkan akses air minum dan sanitasi


layak bagi masyarakat terutama masyarakat miskin danrentan dengan
prioritas intervensi :

a. Peningkatan layanan air minumdengan prioritas wilayah


beberapa kecamatan yaitu…………
b. Pengembangan sumber-sumber air minumdengan prioritas
wilayah beberapa kecamatan yaitu………..
c. Peningkatan kepemilikan jambandengan prioritas wilayah
beberapa kecamatan yaitu….

Prioritas intervensi tersebut diwujudkan melalui program


peningkatan kinerja pengelolaan air minum dan sanitasi, program
pengembangan kegeologian, dan program kesehatan masyarakat.

5. Dimensi Ketahanan Pangan


Difokuskan untuk meningkatkan konsumsi pangan masyarakat miskin
dengan prioritas intervensi :

VI-8
a. Peningkatan produksi padi dengan prioritas wilayah beberpa
kecamatan yaitu……...
b. Menjaga stabilitas harga beras dengan prioritas beberpa
kecamatan yaitu……....Prioritas intervensi tersebut diwujudkan
melalui program peningkatan agribisnis, program peningkatan
ketahanan pangan serta program peningkatan logistik daerah,
akses pasar dalam negeri dan pemberdayaan UDKM

Strategi penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Majalengka


selain diprioritaskan melalui intervensi pada 5 dimensi tersebut, juga
dilakukan melalui program-program lain yang mendukung
penanggulangan kemiskinan antara lain penanganan RTLH,
sambungan listrik murah, pembangunan sumur bor, bantuan modal
usaha, pelayanan panti, baik melalui pendanaan APBD Provinsi
Kabupaten Majalengka maupun dukungan pendanaan lainnya (APBN,
APBD Provinsi Jawa Barat dan CSR).

Tabel 6. 1
Transformasi Strategi Penanggulangan Kemiskinan

2013‐2014 2015‐ 2020 2021‐2025 Sasaran

 Sistem Jaminan Sosial (Social


Security System): bidang Semua
kesehatan dan penduduk
 Kelompok Sistem Perlindungan ketenagakerjaan (kecelakaan
Bantuan dan Sosial yang kerja, kematian, hari tua,
Perlindungan pensiun)
Komprehensif Penduduk
PROGRAM/KLASTER)
STRATEGI (KELOMPOK

Sosial  Sistem Bantuan Sosial (Social


Assistance): reguler dan miskin,
temporer rentan dan
berkebutu‐
 Jaminan layanan dasar: han khusus
pendidikan, kesehatan,
 Kelompok Pro‐ Peningkatan administrasi kependudukan
Rakyat  Tersedianya Infrastruktur dasar 40 persen
Pelayanan Dasar bagi
Penduduk Miskin secara terpadu penduduk
dan Rentan termiskin

 Meningkatnya kapabilitas dan


produktivitas
 Melembaganya pembangunan
partisipatif
(untuk perdesaan dan perkotaan) 40 persen
 Kelompok Pengembangan penduduk
Pemberdayaan Penghidupan termiskin

VI-9
Masyarakat Penduduk Miskin usia
 Kelompok dan Rentan produktif
Kredit Usaha
Mikro dan Kecil

Tahapan Rekonsolidasi Transformasi Keberlanjutan


dan
Ekspansi
Program‐program dalam klaster keempat (program pro rakyat)
dan berbagai program pemenuhan hak‐hak dan kebutuhan dasar dari
berbagai kementerian/lembaga akan diarahkan menjadi upaya afirmatif
dalam bentuk peningkatan penjangkauan pelayanan dasar bagi
penduduk miskin dan rentan, tanpa diskriminasi. Meskipun
pemerintah telah berupaya untuk memberikan pelayanan dalam rangka
pemenuhan hak‐hak dan kebutuhan dasar semua warga negara
Indonesia, kebanyakan penduduk miskin dan rentan belum terlayani
karena kondisi kehidupannya yang berbeda. Oleh karena itu, pelayanan
administrasi kependudukan, pendidikan, kesehatan, perlindungan dari
eksploitasi, dan pemenuhan infrastruktur dasar akan disesuaikan
desainnya agar dapat menjangkau penduduk miskin dan rentan,
perempuan dan laki‐laki, dengan lebih baik. Sasaran kelompok program
ini adalah 40 persen penduduk termiskin.

VI-10

Anda mungkin juga menyukai