Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH,

DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN


STRUKTUR EKONOMI
PROVINSI BENGKULU 2010-2019

PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
DIO PRASETYO
NIM C1A017023

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2021
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya, kemajuan moneter memiliki empat aspek utama, khususnya: (1)

pembangunan, (2) pelonggaran kebutuhan, (3) perubahan atau perubahan keuangan, dan (4)

perbaikan yang layak dari budaya agraris ke budaya modern. Perubahan mendasar adalah

penting untuk perluasan dan pembangunan yang layak dan pengurangan kemiskinan, sama

seperti mendukung kemajuan praktis itu sendiri (Todaro, 1999).

Proses terjadinya perubahan struktur biasanya ditandai dengan: (1) pengurangan

porsi area esensial (pertanian), (2) peningkatan porsi area opsional (industri), dan (3 ) bagian

daerah tersier (administrasi) yang juga menambah pemekaran sesuai dengan perkembangan

moneter (Todaro , 1999).

Isu-isu yang sering dibahas adalah: (1) terlepas dari apakah penurunan porsi

makanan sesuai dengan penurunan porsi bisnis sektoral, dan (2) bisnis berkembang pesat.

Jika perubahan tersebut tidak disesuaikan, diharapkan akan terjadi kemelaratan dan double-

dealing SDM di bidang esensial (Supriyati dan Sumedi, 2001).

Perubahan strukrur itu sendiri adalah jalannya perubahan desain perekonomian dari

kawasan agraris ke kawasan modern, pertukaran dan administrasi, di mana setiap

perekonomian akan mengalami perubahan secara bergantian. Pada umumnya perubahan

yang terjadi di negara non industri adalah perubahan dari kawasan hortikultura ke kawasan

modern. Perubahan desain atau perubahan ekonomi dari konvensional ke masa kini secara

keseluruhan dapat dicirikan sebagai penyesuaian ekonomi yang diidentikkan dengan

struktur bisnis, penciptaan, pertukaran, dan berbagai variabel yang diperlukan tanpa henti

untuk meningkatkan gaji dan bantuan sosial pemerintah melalui memperluas gaji per kapita.

(Chenery 1986).
Pembangunan moneter publik mempengaruhi desain keuangan lokal karena

pembangunan publik berdampak pada pembangunan teritorial, dengan alasan bahwa daerah

tersebut merupakan bagian dalam suatu negara. Indonesia 3 adalah negara kesatuan, di mana

rencana perbaikan menggabungkan rencana publik dan rencana provinsi. Kemajuan moneter

yang terletak di daerah pedesaan, modern, pertukaran dan administrasi yang telah

mendorong pencapaian yang diperluas baik di tingkat publik maupun lokal.

Struktur ekonomi daerah mempengaruhi peningkatan bidang moneter lainnya yang

saling terkait. Suatu daerah dapat dikatakan maju jika dijunjung tinggi keterbukaan

informasi, adanya aset reguler yang cukup diawasi oleh SDM yang mungkin dapat

mencapai kemajuan kemajuan wilayah.

Di dalam pembangunana ekonomic, biasany dikuti oleh perubahan dalam strktur

permlntaan domestik, prodksi dan perdagangana global. Hal ini sering disinggung sebagai

proses alokasi, biasanya ditandai oleh perubahan strukrur ekonomi. Salah satu bagian utama

dari proses yang disebutkan sebelumnya adalah ditandai dengan perubahan kompsisi PDRB

dari sekor primer, sekumder dan tersier.

.Dalam menghadapi persaingan dunia yang semakin maju Indonesia dituntut untuk

melakukan pembangunan disegala bidang, salah satunya pembangunn infrastrktur dan

pembangnan ekonmi. Otonomi daerah adalah salah satu langka pemerinta dalam mengatur

sistm perekonomian berdasarkan potenensi disuatu daerah tertentu dan mengetahui setiap

permasalahan perekonomian salah satunya mengenai pengeluaran pemerintah atau

mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). (Hamzah Halim, 2010)

Indonesia merupkan negara yang memilki 34 provinsi, yg merupakn negara agraris yang

seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan inovasi bergerak menuju negara modern.

Perkembangan ekonomi yang tak terhindarkan dan perkembangan moneter yang tinggi telah

mendorong perubahan konstruksi perekonomian Indonesia. Pulau Sumatera sebagai pulau di


sebelah barat Indonesia juga telah mengalami perubahan desain perekonomian yang

sebenarnya, dan pembangunan moneter Sumatera terus berkembang, masih ada beberapa

daerah yang masih mengalami keterlambatan dalam pembangunan.

Provinsi bengkulu merupakan provinsi yang terletak di sebelah barat pegunungan bukit

barisan. Luas wilayah provinsi bengkulu mencapai lebih kurang 1.991.933 hektar atau

19.919,33 kilometer persegi dengan jumlah penduduk sebanyak 1.991.838 jiwa yang terdiri

atas 1.014.918 jiwa penduduk laki-laki dan 976.920 jiwa penduduk perempuan ditahun 2019

(BPS). Wilayah Bengkulu berperan penting dalam perekonomian masyarakat, khususnya di

bidang pertanan tanaman pangan, perkebunan, hewan dan perikanan. Ukuran PDRB

bergantung pada kemampuan aset normal dan variabel penciptaan suatu negara. PDRB saat

ini dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangan moneter daerah untuk lebih

mengembangkan bantuan pemerintah. (Sakirno, 2006).

Berdasarkan data tabel 1.1 Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu, pada tabel

berikut dapat dilihat Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Konstan 2010 dari tahun 2015 sampai tahun 2019 di Pulau Sumatra dari 10 provinsi tersebut

terus mengalami kenaikan akan tetapi ada yang mengalami penurunan namun secara rata-

rata mengalami peningkatan.


Tabel 1.1 Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Di Pulau Sumatera

Tahun 2015–2019 (Persen)

PDRB
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019
1 Aceh 5,74 5,69 5,68 5,68 5,66
2 Sumatera Utara 22,48 22,67 22,87 22,98 23,13
3 Sumatera Barat 7,17 7,27 7,31 7,35 7,39
4 Riau 22,89 22,46 22,05 21,61 21,26
5 Jambi 6,37 6,38 6,4 6,4 6,4
6 Sumatera Selatan 12,99 13,04 13,2 13,38 13,53
7 Bengkulu 1,94 1,95 1,97 1,98 1,98
8 Lampung 10,17 10,25 10,39 10,45 10,53
9 Kep. Bangka Belitung 2,34 2,33 2,34 2,34 2,31
10 Kepulauan Riau 7,91 7,96 7,79 7,83 7,81
Total 100 100 100 100 100
Sumber: BPS, Provinsi Bengkulu

Dari tabel 1.1 Menunjukkan tingkat kontribusi PDRB antar Provinsi di Pulau

Sumatera. Terdapat 4 provinsi yang memiliki nilai rata-rata tinggi yaitu Provinsi Riau

dengan nilai tertinggi di tahun 2015 sebesar 22,89% sedangkan di tahun 2019 menjadi

urutan kedua sebesar 21,26%, Provinsi Sumateta Utara di tahun 2015 sebesar 22,48% dan

pada tahun 2019 menjadi yang tertinggi yaitu 23,13%, diikuti Provinsi Sumatera Selatan

ditahun 2015 sebesar 12,95% sementara itu ditahun 2019 naik menjadi 13,53%, dan

Provinsi Lampung ditahun 2015 menunjukan pada angka 10.17% namun pada tahun 2019

mengalami kenaikan 10,48%. Sedangkan untuk provinsi dengan nilai kontribusi pdrb yang

terendah meliputi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2015 pada angka 2,34%

sedangkan 2019 pada angka 2,31% dan Provinsi Bengkulu menjadi provinsi yang memiliki

nilai kontribusi pdrb yang terendah tahun 2015 sebesar 1,94% sedangkan 2019 naik menjadi

1,98%. Hal ini menjadi Bengkulu menjadi provinsi yang memiliki kontribusi PDRB yang

terendah di Sumatera.

Perkembangan berbagai sector ekonomi selama tahun 2015 sampai dengan tahun

2019 menunjukan peningkatan, hal ini terlihat dari kontribusi PDRB Bengkulu atas dasar
harga konstan 2010. pada tabel 1.2 berikut merupakan perkembangan sector dan kontribusi

berdasarkan PDRB atas harga konstan2010.

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa di Provinsi Bengkulu sector Tersier merupakan

sector yang memilki nilai PDRB tertinggi dibandingkan sector lainny. Hal ini membuktikn

bahwa sector tersier di Provinsi Bengkulu menjadi sector terbesar dlm menyumbang

pemdapatan PDRB, Kedua disusuli oleh sector primer dan terakhir sector sekunder.

Pada tabel 1.2 menunjukan bahwa pola struktur perekonomian di provinsi Bengkulu

dari tahun 2015-2019 menunjukan pola T-P-S, yaitu sector tersier sebagai penyumbang

terbesar selanjutnya sector primer dan terakhir sector jasa.

Tabel 1.2 Perkembangan Sektor-Sektor Dan Kontribusinya Berdasarkan PDRB

Harga Konstan 2010 Di Provinsi Bengkulu

PDRB (Miliar Rupiah) Kontribusi %


Tahun Sekunde Sekunde
Primer r Tersier Primer r Tersier
12.657,3
2015 7 4.182,00 21.226,64 33,25 10,98 55,78
13.024,4
2016 7 4.435,17 22.616,89 32,49 11,06 56,43
13.412,2
2017 4 4.645,42 23.015,42 31,87 11,40 54,70
13.832,9
2018 6 4.882,75 25.455,45 31,32 11,05 57,62
14.267,7
2019 7 5.106,57 26.987,57 30,77 11,01 58,21
67.194,8 119.301,9
Total 1 23.251,91 7 159,70 55,50 282,74
Sumber: BPS, Provinsi Bengkulu Dalam Angka, 2015-2019

Dilihat dari tabel 1.2 menunjukan adanya perkembangan yang terjadi terhadap

sector-sector yang mendukung pertumbuhan ekonomi di provinsi Bengkulu, diantaranya

sector primer, sector sekunder dan sector tersier. Pada 5 tahun terakhir memperlihatkan

sector yang memiliki sector yang memiliki kontribusi terbesar dalam menunjukan PDRB di

Provisi Bengkulu adalah tersier dengan nilai PDRB sebesar Rp.119,301,97 dengan 282,74%
angka ini bisa dikatakan cukup besar dibandingkan dengan sector-sector lainnya, seperti

halnya sector primer dengan angka PDRB nya 5 tahun terakhir hanya Rp 67.174,81 dengan

kontribusi 159,70% sementara itu sector sekunder berada pada urutan terakhir pada angka

Rp.23.251,91 dan kontribusi sebesar 55,50%. Untuk mendukung bergeraknya pembangunan

ekonomi maka pemerintah memiliki peran yang penting. Pemerintah seharusnya melakukan

berbagai pengeluaran yang berhubungan dengan pembelanjaan dan pembiayaan yang

bertujuan membiayai kegiatan masyarakat di berbagai bidang.

Konsumsi pemerintah teritorial (umum dan kabupaten/kota) yang tercermin dalam APBD

dipisahkan menjadi dua kelompok utama, yaitu penggunaan rutin atau penggunaan konvensi

provinsi dan penggunaan perbaikan atau penggunaan bantuan publik. Dari kedua jenis

penggunaan tersebut, penggunaan rutin merupakan jenis penggunaan yang paling banyak

dikembangkan penggunaannya di berbagai daerah, baik di wilayah provinsi maupun di

banyak kabupate. Pengeluara rutin mencakup penggunaan staf, barang dagangan, dukungan,

perjalanan dinas, kredit di samping minat dan alokasi.

Berdasarkan Tabel 1.3 menunjukan bahwa selama priode 2010-2019 pertumbuhan

pengeluaran konsumsi pemerintah di Provinsi Bengkulu terus mengalami peningkatan dari

tahun ketahun.

Tabel 1.3 Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Bengkulu Menurut Jenis Belanja

(Ribu Rupiah) 2010-2019

Provinsi Bengkulu
Tahun BTL BL Total
2010 521.635.607 449.562.954 971.198.561
2011 494.038.124 515.176.929 1.009.215.053
2012 786.792.319 731.660.414 1.518.452.805
2013 795.311.582 931.694.776 1.727.006.358
2014 908.754.313 1.025.967.285 1.934.721.598
2015 1.222.626.500 1.336.502.893 2.459.129.292
2016 1.219.472.558 1.117.674.418 2.337.147.039
2017 1.500.252.284 1.366.961.042 2.867.213.326
2018 1.622.411.064 1.357.167.172 2.979.578.236
2019 1.568.400.511 1.549.903.066 3.118.303.518
Sumber: BPS, Provinsi Bengkulu

Dari tabel 1.3 Menunjukkan adanya perbedaan dalam jumlah pengeluaran yang

dilakukan oleh pemerintah untuk tiap daerah setiap tahunnya. Secara umum pengeluaran

pemerintah berdasarkan data APBD dari tahun 2010-2019 mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Secara umum, pengeluaran pemerintah dalam bentuk Belanja Tidak Langsung

dan Belanja Langsung pada tahun 2010 memiliki nilai Rp. 521.635.607 dan Rp.

449.562.954, tahun 2015 Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung menjadi Rp.

1.222.626.500 dan tahun terakhir 2019 menjadi Rp. 1.568.400.511 dan Rp. 1.549.903.066

Hal ini pula yang diduga mempengaruhi Perubahan struktur ekonomi diprovinsi bengkulu.

Menurut Tambuhan (2001), Pengeluaran pemerintah secara langsung dan tidak langsung

dapat memengaruhi perubahan struktur ekonomi. Menurut Silaban (2018), Pengeluaran

pemerintah akan berpengaruh terhadap perubahan struktur ekonomi. Semakin tinggi

pengeluaran pemerintah, akan semakin tinggi perubahan struktur ekonomi dari sektor

Pertanian ke sektor Industri dan sektor Jasa. Sebaliknya, jika semakin rendah pengeluaran

pemerintah, akan semakin rendah perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian menuju

sektor Industri dan sektor Jasa.

Maka dari itu berdasarkan uraian diatas maka topic yang relevan dalam penelituan ini

adalah berjudul ‘’Analisis pengarh pengeluaran pemerintah, dan jumlah penduduk terhadp

perubahn strukur eknomi provinsi bengkulu tahun 2010-2019’’.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, Maka rumusan

masalahnya adalah :

1. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerinta, dan jmlah penduduk terhadap

perubahan sector primer ?


2. Bagaiamana pengaruh pengeluaran pemerintah, dan jumlh penduduk terhadp

perubahan sector sekunder ?

3. Bagaimna pengarh pengeluaran pemerinta, dan jumlah pendudk terhadp perubahan

sector tersier ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah, dan jumlah penduduk

terhadap perubahan sector primer

2. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah, dan jumlah penduduk

terhadap perubahan sector tersier

3. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah, dan jumlah penduduk

terhadap perubahan sector sekunder

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil dari penulusian peneliti diharapkan dapat mengetahui apakah ada pengaruh

pengeluaran pemerintah dan jumlah penduduk yang terjadi terhadap perubahan

struktur ekonomi di Provinsi Bengkulu dari tahun 2010-2019.

2. Hasil dari peneltian ini diharapkan mampu dijadikan referensi dan dikembangkan

oleh penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Bengkulu dengan ruang lingkup penelitian

berupa identifikasi kabupaten/kota. Dalam model Regresi data panel dimana data panel

merupakan gabungan antara data time series dan data cross section. Dan variabel

penelitian ini adalah Belanja tidak langsung (X1), Belanja tidak langsung (X2) dan jumlah

penduduk (X1), dan Perubahan Struktur Ekonomi (Y)


BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Dalam tinjauan ini, diperlukan beberapa hipotesis dan hasil pemeriksaan dari beberapa

penyelidikan masa lalu yang diidentifikasi dengan masalah yang sebanding, sehingga ini

dapat menjadi alasan bagi para ilmuwan dalam melakukan eksplorasi ini.

2.1 Pembangunan ekonomi daera

Kemajuan keuangan teritorial ditandai dengan hubungan positif antara pemerintah

yang dikelola negara terdekat dan semua komponen masyarakat dalam menangani semua

aset lancar di daerah tersebut. Kemajuan keuangan seperti yang ditunjukkan oleh Todaro

dan Smith (2004) dicirikan sebagai batas ekonomi publik yang kondisi moneter dasarnya

cukup statis dan kemudian berubah selama rentang waktu yang signifikan. Untuk situasi ini

Todaro (2004) mengungkap tiga prinsip panduan dalam kemajuan suatu lokal: Kekuatan;

kapasitas untuk mengatasi masalah mendasar (pakaian, makanan, surga, kesejahteraan, dan

asuransi) untuk mengikuti kehidupan. Keyakinan, perbaikan harus mengakulturasi individu.

Dari perspektif ekspansif, perbaikan ruang harus memperluas kebanggaan sebagai orang di

sekitar sana. Independensi dari administrasi; Menurut Blakely (1989) yang dirujuk oleh

Mudrajad Kuncoro (2004), peningkatan moneter provinsi adalah interaksi di mana negara-

negara tetangga dan semua bagian masyarakat mengawasi berbagai aset yang ada dan

menyusun contoh asosiasi untuk membuat posisi baru dan memperkuat kemajuan tindakan

keuangan. di dekat sini.

Menurut Suparmako (2002), sasaran perbaikan moneter wilayah adalah untuk

membangun upah per kapita yang asli dan memiliki komponen pemerataan atau nilai dalam

upah dan pembukaan usaha. Dengan mengetahui tujuan dan sasaran kemajuan, prosedur
peningkatan potensial saat ini akan lebih terlibat dan metodologi akan berubah menjadi

aturan untuk negara bagian terdekat atau setiap individu yang akan melakukan latihan bisnis

teritorial di ruang yang bersangkutan. Sejalan dengan itu, dalam menyusun suatu

metodologi untuk membina harapan yang ada di daerah, dapat ditempuh langkah-langkah

berikut: Membedakan daerah pergerakan mana yang mungkin dapat dibentuk dengan

mempertimbangkan kualitas dan kekurangan masing-masing daerah.

2.2 Pertumbuhan Ekonomi

Makna perkembangan moneter pada dasarnya unik dalam kaitannya dengan gagasan

perputaran keuangan, namun dari perbedaan itu cenderung dirasakan bahwa dalam mengkaji

kemajuan dan perkembangan moneter tidak berdiri sendiri-sendiri, namun perkembangan

keuangan sebagai salah satu tolak ukur pencapaian perbaikan yang signifikan mengingat hal

itu termasuk upaya membangun kreasi daerah. ini harus dirangkai dengan tujuan yang

berbeda terutama dalam alokasi gaji..

Pembangunan keuangan adalah masalah ekonomi makro yang berlarut-larut. Dalam

setiap periode masyarakat umum akan memperluas kapasitasnya untuk mengirimkan tenaga

kerja dan produk. Ini karena perluasan dalam unsur-unsur umum penciptaan. Setip

tahun/periode jumlah tenaga kerj akan terus bertamba krn adanya kumpulan orang-orang

yang akan memasuki angkatan kerja. Spekulasi masa lalu akan membangun modal barang

dagangan dan batas penciptaan di masa sekarang. Selain itu, usaha umumnya diikuti oleh

perbaikan inovatif dalam metode penciptaan, dan ini akan mempercepat batas ekspansi yang

sedang berlangsung. Negara-negara lain umumnya tidak siap untuk melakukan

pembangunan moneter sesuai dengan peningkatan batas penciptaan yang digerakkan oleh

variabel penciptaan yang berkembang. (Sukirno, 2007).

Rumus pertumbuhan ekonomi untuk menghitung pdrb rill:


Yt−Y t−1
¿ x 100 %
Yt−1

Ket.

Yt = Pdrb rill tahun t

Yt-1 = Pdrb rill tahunt-1

2.3 Pengeluaran Pemerintah

2.3.1 Pengertian Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah akan digunakan untuk barang modal, tenaga kerja pelanggan

dan produk. Pengeeluaran pemerintah melalui adalah penggunaan uang tunai dan aset suatu

negara untuk mendanai latihan yang dikoordinasikan oleh negara atau pemerintah untuk

memahami kapasitasnya dalam mencapai kesuksesan. Dalam buku Marzuki Ilyas,

pengeluaran pemerintah mencakup semua konsumsi untuk mendukung pelaksanaannya,

kegunaan ini ditujukan untuk mencapai bantuan pemerintah kepada masyarakat secara

keseluruhan. Hal ini cenderung disimpulkan bahwa konsumsi administrasi adalah rencana

pengeluaran yang digunakan oleh otoritas publik dalam membiayai berbagai kegiatan dan

penggunaan yang berbeda untuk membuat daerah setempat berkembang secara keseluruhan.

Tugas otoritas publik sangat penting untuk mengatur jalannya perekonomian untuk

membuat kekuatan dalam kerangka keuangan.

Pengeluaran pemerintah dibedakan dua macam, yaitu (Bastian,2006) :

1) Biaya rutin.

Konsumsi rutln yaitu penggunaan yang dilakukan oleh otoritas publik untk

mengikuti serta mengawasi pemerintah sehari hari, termasuk penggunaan tenaga kerja,

penggunaan barang dagangan, berbagai jenis sponsor angsuran dan bunga atas

kewajiban negara. Rencana keuangan penggunaan standar memainkan peran penting

dalam menjaga dengan otoritas publik, melalui konsumsi rutin, otoritas publik dapat
menyelesaikan tujuan utamanya untuk mengikuti dukungan, latihan fungsional dan

pemeliharaan sumber daya negara, komitmen kepada pihak luar, keamanan orang miskin

dan tertindas. mengikuti kekuatan moneter (Bastian, 2006).

2) Peningkatan Konsumsi

Konsumsi perbaikan adalah penggunaan yang digunakan untuk mendanai

proyek-proyek kemajuan yang dibebankan pada rencana belanja negara dalam rangka

melaksanakan sasaran publik. Peningkatan konsumsi terdiri dari 1) kemajuan

penggunaan sebagai pembiayaan rupiah mulai dari dalam negeri dan dari luar negeri

sebagai proyek, 2) penggunaan melalui pembiayaan yang bersumber dari luar negeri

sebagai penghargaan (Bastian, 2006).

2.3.2 Teori pengeluaran pemerinta.

1. Rostw dan Musgrve

Sebagaimana ditunjukkan oleh hipotesis yang dibuat oleh Rostow dan Musgrave yang

menghubungkan perbaikan pemerintahan melalui fase-fase financial turn of events,

khususnya tahap yang mendasari, tahap sedang dan tahap tingkat tinggi. Pada tahap awal

pergantian peristiwa keuangan, tingkat usaha pemerintah untuk menambah spekulasi sangat

besar karena pada tahap ini otoritas publik harus memberikan kerangka, seperti instruksi,

kesejahteraan, yayasan transportasi, dll.

Pada fase tengah pergantian peristiwa keuangan, usaha pemerintah masih diperlukan,

namun pada tahap ini pekerjaan spekulasi swasta semakin besar. Tugas otoritas publik tetap

besar di tengah-tengah, dengan alasan bahwa pekerjaan swasta yang sangat besar

menyebabkan banyak kekecewaan pasar dan selanjutnya membuat otoritas publik

memberikan tenaga kerja dan produk publik dalam jumlah yang lebih besar dan kualitas

yang lebih baik.


Pada tingkat tinggi, Rostow berpendapat bahwa kemajuan terjadi ketika pelaksanaan

pemerintah bergeser dari memberikan dasar keuangan ke pengeluaran untuk administrasi

yang ramah, misalnya, program bantuan pemerintah lanjut usia, program sekolah, proyek

administrasi kesejahteraan umum, kerangka kerja, dll. Hipotesis Rostow dan Musgrave

adalah pandangan yang muncul dari persepsi yang bergantung pada perbaikan moneter yang

dialami oleh banyak negara, namun tidak bergantung pada hipotesis tertentu selain tidak

pasti apakah fase-fase perkembangan keuangan terjadi secara bertahap, atau beberapa fase

dapat terjadi semua sementara.

2. Peacock dan Wisman

Peacock dan Wisman mengajukan hipotesis tentang kemajuan pengeluaran pemerintah.

Hipotesis ini dikenal sebagai The Uprooting Impact dimana hipotesis ini bergantung pada

pandangan bahwa otoritas publik dengan sengaja membangun pengeluaran, sementara

individu tidak memilih untuk membayar biaya yang semakin banyak untuk mendukung

pengeluaran pemerintah yang sedang berkembang. Hipotesis ini didasarkan bahwa daerah

memiliki tingkat duty resistance, dimana masyarakat pada umumnya dapat memahami

besarnya tuntutan pengeluaran yang dibutuhkan oleh otoritas publik untuk mendanai

konsumsi pemerintah

2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran Pemerintah

Seperti yang ditunjukkan oleh Suminto (2004) konfigurasi baru untuk belnja Negara

yaitu:

1) Penggunaan pemerinta pusat.

Yang dimaksud dengan Penggunaan pemerinta psat menurut undang undang n0m0r

41 tahn 2008 tentang rencana keuangan pendapatan dan penggunaan Negara tahun 2009

pasal 1 ayt 11 yaitu: belnja pemrintah pust terdidri , konsumsi modal , angsuran bunga
obligasi, wakaf, belanja penghargaan, bantuan sosial, dan penggunaan yang berbeda Belanja

pemerintah pusat terdiri dari:

a) Belanja Pekerja

Makna penggunaan pekerja menurut Suminto (2004) adalah konsumsi

perwakilan yang mewajibkan semua penggunaan negara yang digunakan untuk

membayar kompensasi yang representatif, termasuk imbalan yang berbeda yang menjadi

kebebasan mereka, dan membayar honorarium, waktu tambahan, remitansi luar biasa

dan penggunaan pekerja, serta membayar tunjangan. dan cakupan medis (komitmen

kepada perwakilan). sosial). Pengelompokan ini mengingat penggunaan untuk

tarif/kompensasi proyek yang sejauh ini telah didelegasikan menggunakan kemajuan.

Dengan pengaturan ini, Anda akan melihat pos-pos yang mencakup antara angkatan

kerja menggunakan rutinitas yang didelegasikan dan peningkatan. Ini adalah tempat di

mana efektivitas akan dicapai."

b) Belanja Barang Dagangan

Yang dimaksud dengan konsumsi barang dagangan sebagaimana dikemukakan

oleh suminto 2004 yaitu: “Belnja produk dilakukan untuk mendanai pelaksanaan

fungsional pemerintah untuk perolehan tenaga kerja dan produk, dan biaya untuk

memenuhi sumber daya negara. Kemudian lagi, itu umumnya diharapkan bernama

peningkatan konsumsi.

c) Konsumsi modal

Konsumsi modal menurut suminto (2004) yaitu: “Penggunaan modl yang

mewajibkan semua penggunaan negra yng ditujukan untuk perolehan produk-produk

usaha (sebagai sumber daya tetap dan sumber daya yang berbeda). Hal-hal konsumsi

modal diperinci untuk penggunaan modal pada barang-barang tetap. /sumber daya aktual

dan penggunaan modal pada sumber lain/non-aktual.


d) Angsuran Bunga Obligasi

Menurut Srl lestari (2011) yaitu sebgai ‘’Bunga angsuran atas obligasi yang

mencakup kewajiban dalam negeri dan kewajiban asing”.

e) Subsidi

Seperti yang ditunjukkan oleh Suminto (2004), sebagai berikut: “Wakaf

mewajibkan semua konsumsi negara yang dialokasikan untuk membayar bobot sponsor

pada produk-produk penting dan sangat diperlukan tertentu yang mempengaruhi

keberadaan banyak individu, untuk menjaga nilai kesehatan sehingga sangat baik

mungkin masuk akal oleh sebagian besar pertemuan individu. Sponsor diberikan melalui

organisasi negara dan bisnis milik pribadi".

f) Belanja Penghargaan

Penggunaan penghargaan berdasarkan kemendagri nomor 59/2007, yaitu otoritas

publik atau negara teritorial lainnya, organisasi lokal, jaringan dan asosiasi wilayah lokal

yang belum ditetapkan".

g) Bantuan Sosial

Bantuan sosial sebagaimana dimaksud oleh suminto (2004) yaitu ‘’Bantuan yang

mewajibkan semua konsumsi negra dibagi sebgai gerakan uang tunai/barng yang di beri

kepda penghuni, untuk menghindari bahaya sosial yang mungkin terjadi, misalnya pindah

untuk angsuran sosial. cadangan remunerasi".

h) Belanja Lainnya

Yang dimaksud dengan Konsumsi lain yaitu: “Penggunaan rencana keuangan untk

latihan-latihan yg bersifat aneh dan tidak dapat diandalkan untuk diulang kembali, seperti

peristiwa bencana para eksekutif, malapetaka sosial, dan penggunaan lain yang tidak

terduga yang bersifat mendasar dalam kehidupan sehari-hari. struktur pelaksanaan

kewenangan pemerintah pusat/daerah”.


i) Belanja Teritorial

Arti Penggunaan Daerah menurut Suminto (2004) adalah sebagai berikut: “Mencari

lokal mewajibkan semua konsumsi pemerintah pusat yang ditunjuk untuk kabupaten,

yang penggunaannya sepenuhnya diteruskan ke daerah”.

2.4 Penduduk
2.4.1 Arti Penduduk

Penduduk merupakan komponen penting dalam tindakan keuangan karena

memberikan tenaga kerja, spesialis, dan visioner bisnis yang diharapkan untuk melakukan

latihan moneter.

Badan Pengukuran Pusat mencirikan penduduk sebagai semua individu yang hidup

dalam ruang geologis Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam waktu yang cukup lama

atau lebih atau yang hidup di bawah setengah tahun namun berniat untuk menetap.

Pembangunan kependudukan adalah harmoni yang unik antara kekuatan yang ekspansi dan

kekuatan yang mengurangi populasi.

Perkembangan penduduk adalah penyesuaian jumlah individu di suatu wilayah

tertentu pada waktu tertentu dari waktu yang lalu. Perkembangan penduduk yang cepat

menghadirkan masalah yang signifikan untuk bantuan pemerintah dan untuk perbaikan,

maka jumlah individu yang sangat besar jika tidak disesuaikan dengan bantuan keuangan

yang tinggi akan menciptakan berbagai masalah seperti kemiskinan dan rapuhnya kondisi

masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, upaya untuk membendung pembangunan

dan peningkatan jumlah individu dari tahun ke tahun perlu dilakukan untuk memberikan

jabatan dan pondasi serta peningkatan nilai SDM akan dilakukan dan pengurangan jumlah

penduduk merupakan salah satu tahapan penting dalam mempercepat laju pembangunan.

perkembangan moneter.

2.4.2. Faktor yang memengaruhi jumlah penduduk


Jumlah penduduk di suatu negara dipengaruhi oleh tiga perhatian utama, yaitu

kematangan, kematian, dan migrasi. Masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Kesuburan (kelahiran), adalah kemampuan seorang wanita atau sekelompok wanita

secara nyata untuk mengandung seorang anak atau penggandaan nyata seorang

wanita hanya sebagai demonstrasi konsep yang menghasilkan kelahiran hidup.

Kesuburan atau kelahiran adalah salah satu faktor yang meningkatkan populasi

meskipun dalam pergerakan.

2. Mortalitas (kematian), merupakan salah satu dari tiga bagian segmen yang dapat

mempengaruhi perubahan populasi. Ukuran kematian menunjukkan angka yang

digunakan sebagai alasan untuk menentukan laju perpindahan penduduk di suatu

negara.

3. Relokasi, khususnya pengembangan individu dari daerah provinsi ke daerah

perkotaan. Pergerakan dapat mengubah cara pandang dan perilaku individu,

meningkatkan kemampuan dan membuat seseorang lebih imajinatif, sedangkan

akibat buruknya adalah jika pembangunan di tingkat populasi metropolitan lebih

tinggi dari laju pembangunan modern dan perkembangan keuangan akan membuka

posisi terbuka.

2.5 Struktur Ekonomi dan Pola Perubahan Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi dapat dicirikan sebagai pengaturan pekerjaan setiap bidang dalam

perekonomian, baik yang ditunjukkan oleh bidang usaha maupun pembagian wilayah

menjadi wilayah esensial, tambahan, dan tersier. Area moneter dengan area dapat dilihat

dengan metodologi 3 dimensi, khususnya (Zadjuli, 1986)

a. Pendekatan berdasarkan pada jenis pendapatan.

b. Pendekatan berdasarkan pada pemanfaatan.


c. Pendekatan berdasarkan pada dua kerangka keuangan yang berjalan saling

berdampingan.

Pendekatn yang digunakan adalah jenis pendekatn pendpatan yang biasa disebut

dengan metode sisi produksi. Pendkatan ini memastikan harga (barang) yang diciptakan

oleh bidang usah. Struktur ekonomi menurt bidang usah terdiri dari 17 bidang, khususnya.

pertanian, penjaga hutan dan perikanan, penggalian dan pencarian, industri penanganan,

pasokan listrik dan gas, pasokan udara, pemborosan eksekutif, limbah dan penggunaan

kembali, pengembangan, diskon dan pertukaran eceran: perbaikan kendaraan dan sepeda,

transportasi dan pergudangan, pengaturan kenyamanan dan makanan dan minuman, data

dan korespondensi, administrasi moneter dan perlindungan, tanah, administrasi

perusahaan, organisasi pemerintah, perlindungan dan bantuan pensiun yang diperlukan,

administrasi pelatihan, administrasi kesejahteraan dan latihan sosial, administrasi lain.

Strukur ekonomi dapat dibedakn menjadi tiga yaitu primer, sekunder, dan tersier.

(Tambunan, 2001).

2.5.1 Teori Perubahan Struktur Ekonomi

Teori perubahan tersebut menitikan pada perubahan yang dialami oleh negara-

negara berkembang, yang awalnya lebih berarti dan memusatkan perhatian pada bidang

pertanian ke bidang yang lebih modern, dan didominasi bidang indusrti dan jasa ( Todaro,

1991).

Perubahan struktur juga disebut juga perubahan mendasar sebagai suatu

perkembangan dari perubahan-perubahan yang diidentikkan dengan yg lain. Ekonomi di

suatu daera dalam jangaka waktu yg panjanh akan mengalami perubahan strukturi

ekonomi, yang semula bergantung pada bidang pertanin beralih ke bidanh industry dan

jasa.( Kuznet 1993)


Hipotesis Chenery berpusat pada perubahan utama dalam fase-fase perjalanan

perubahan struktur di suatu negara melalui perubahan dari agribisnis konvensional ke

bidang modern sebagai sector utama

Unsur-unsur yang menyebabkan perubahan strukture meliputi:

1. Kondisi awal dan desain ekonomi dalam negeri

2. Ukuran pasar lokal

3. Bayar desain alat angkut

4. Atribut Industrialisasi

5. keberadaan aset reguler

6. Strategi pertukaran yang tidak biasa

2.7 Kerangka Analisis

Kerangka Analisis (Kerangka Berfikir) yang merupakan kerangka konseptual

tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai factor yang telah di identifikasi

sebagai masalah yang penting, sehingga secara teoritis bisa dijelaskan hubungan antara

variable independent dan depenendent (Sutisno,2005)

Belanja Tidak Langsung (X1)

Perubahan Struktur
Belanja Langsung (X2)
Ekonomi (Y)

Jumlah Penduduk (X3)


2.4 Hipotesis Penelitian:

Menurt Suharsmi (2006) hip0tesis adalah sebagai jawaban yang waktuny bersifat

semntara, sampai terbukti mlalui data yg terkumpul. Hipotesis dari penelitian ini adalah :

a. Pengeluran pemerinth di bidang Belanja tidak langsung positif terhadap Perubahan

struktur ekonomi Provinsi Bengkulu

b. Pengeluaran pemerintah di bidang Belanja langsung positif terhadap Perubahan

struktur ekonomi Provinsi Bengkulu

c. Jumlah penduduk positif terhadap Perubahan struktur ekonomi Provinsi Bengkulu


BAB III METODE PENELITIAN

1.1 Jenis Penelitian Dan Desain Penelitian

Jenis penelirian ini adalah explanatory reseach, Explanatory research merupakan

penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan antara variable bebas (Independent

Variable) terhadap variable terikat (Dependent Variable). Dalam penelitian ini,

mengupayakan menjelaskan hubungan variable bebas yaitu Belanja langsung, Belanja

tidak langsung dan jumlah penduduk (X) terhadap variable terikat yaitu Perubahan

Struktur Ekonomi (Y)

1.2 Jenis Dan Sumber Data


Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder, Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data yang berasal dari

Badan Pusat Statistik (BPS), Kemenkeu, penelitian kepustakaan, dan riset internet.

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu data PDRB, Pengeluaran

pemerintah, Jumlah penduduk dan perubahan struktur ekonnomi Provinsi Bengkulu.

3.2 Definisi operasionl dan pengukuran variabel

Definisi operasional yang dimaksud dengan penjelasah tentang variable-variabel yang

digunakan dalaam penelitian lni, dan merupakan upaya untuk menghindar penafsiran yang

berbda. Untuk itu diperlukan penjelasan secara ringkas tentang variable yang digunakan

1. Pengluaran pemerinta (government exvenditure) adalah bagian dari kebijkan fiska

yang diartinya untuk mengatur jalannya perekonomian dengan mengatur

pengeluaran pemrintah tiap tahunny dan dipublis oleh Kemenkeu dan bps provinsi

bengkulu

2. Belnja tidak langsung adalah belanja yang diestimasikan namun tidak secara

langsung mengenai program pemerinta. Di provinsi bengkulu tahun 2010-2019

satuan rupiah.
3. Belannja langsung adalah belanja yg diestimasikan secara langsung mengenai

progrm yang akan dilaksanakan pemerinta. Provins bengkulu tahun 2010-2019

satuan rupiah.

4. Jumla penduduk adalah jumlah orang yang berdiam/berdomisili disuatu wilayah

sselama enam bulan atau lebi yang memiliki tujuan untuk menetap. Data variable

yang digunakan jumla pendudk di provinsi bengkulu 2010-2019. Dalam satuan jiwa

5. Perubahan Struktur Sektor Primer adalah sektor ekonomi yang mengandalkan

sumber daya alam secara langsung.. Sektor primer, terdiri dari sektor pertanian,

peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian, Provinsi Bengkulu

tahun 2010-2019 dalam satuan Rupiah.

6. Perubahan Struktur Sektor Sekunder adalah sektor ekonomi yang mengolah hasil

sektor primer menjadi barang manufaktur dan konstruksi. Industri pada sektor ini

dapat dibagi menjadi industri ringan dan industri berat Sektor sekunder, terdiri dari

industri pengolahan. Provinsi Bengkulu tahun 2010-2019 dalam satuan Rupiah

7. Perubhan Struktur Sektor Terseier adalah menghasilkan suatu jasa dari pada produk

akhir seperti sektor sekunder. Sektor tersier, terdiri dari perdagangan, hotel, restoran,

pengangkutan dan komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain

(termasuk pemerintahan). Provinsi Bengkulu tahun 2010-2019 dalam satuan Rupiah

3.3 Metode Analisis


Dalam penelitian ini digunakan Metode analisis sekunder, mengunakan tabel,

diagrm, seperti data dari BPS Provinsi Bengkulu, kemenkeu dan dinas yg terkait untuk

melihat pengeluaran yang dilakukan pemerintah terhadap perubahan struktur ekonomi.

3.5 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah Regresi data panel dimana data

panel merupakan gabungan antara data time series dan data cross section. Data cross
section adalah data memiliki banyak objek pada periode atau waktu yang sama, sedangkan

data time series adalah data yang dikumpulkan dari tahun ketahun terhadap satu objek.

Analisis regresi data panel adalah alat analisis regresi dimana data yang dikumpulkan

merupakan data yang memiliki banyak objek tetapi pada jangka waktu lebih dari satu

tahun atau secara berkala.

A. Analisis Regresi Data Panel

Untuk menganalisis Sektor Primer, Sektor Sekunde, dan Sektor Tersier dilakukan

dengan analisis sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis Sektor Primer, dilakukan dengan analisis regresi data panel

dengan persamaan struktural sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 +e

b. Untuk menganalisis Sektor Sekunder, dilakukan dengan analisis regresi data panel

dengan persamaan struktural sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

c. Untuk menganalisis Sektor Tersier, dilakukan dengan analisis regresi data panel

dengan persamaan struktural sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

Keterangan:

Y = Transformasi Struktur Ekonomi (Dependent Variable)

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

X1 = Belanja Tidak Langsung

X2 = Belanja Langsung

X3 = Jumlah Penduduk
e = Standar

B. Pemilihan Model Estimasi Data Panel

Dalam regresi data panel terdapat tiga model yang digunakan. Model yang

digunakan dalam regresi data panel, yaitu common effect model (OLS pooled), fixed

effect model (LSDV), dan random effect model (Gujarati, 2013).

1) Common Effect Model

2) Fixed Effect Model

3) Random Effect Model

C. Uji Kesesuaian Model

Dalam menentukan sebuah model yang tepat yang akan digunakan pada

penelitian ini, maka harus dilakukan beberapa pengujian yang dilakukan sebagai berikut:
1) Uji Chow (Chow Test)

2) Uji Hausman (Hausman Test)

3) Uji Lagrange Multiplier (LM)

D. Pengujian Statistik

Dalam menentukan tingkat signifikansi dari masing-masing koefisien regresi

variabel bebas terhadap variabel terikat, maka perlu dilakukan pengujian statistik,

meliputi uji koefisien determinasi (R2), Uji F, dan Uji t.

1) Koefisien Determinasi (R2)

2) Uji F

3) Uji T

Anda mungkin juga menyukai