Anda di halaman 1dari 90

ANALISIS PENGARUH BELANJA LANGSUNG,

BELANJA TIDAK LANGSUNG DAN JUMLAH


PENDUDUK TERHADAP STRUKTUR EKONOMI
PRIMER PROVINSI BENGKULU

SKRIPSI

OLEH :
DIO PRASETYO
NIM : C1A017023

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2022

i
ANALISIS PENGARUH BELANJA LANGSUNG,
BELANJA TIDAK LANGSUNG DAN JUMLAH
PENDUDUK TERHADAP STRUKTUR EKONOMI
PRIMER PROVINSI BENGKULU

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Bengkulu


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Ekonomi

OLEH :
DIO PRASETYO
NIM : C1A017023

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2022

ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Carilah ilmu sekalipun ke negeri cina, karena sesungguhnya mencari


ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-laki dan perempuan. sesungguhnya
malaikat menaungkan sayapnya kepada seseorang yang sedang menuntut ilmu ”
(H,R Ibnu Abdul Barr)

Persembahan
Dalam penyelesaian skripsi ini banyak suka maupun duka yang terjadi,
sehingga saya sangat bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas
terselesaikannya skripsi ini, dan tak lupa ucapan terimakasih kepada orang-orang
luar biasa yang selalu ada membantu saya, dengan segala kerendahan hati saya
persembahkan skripsi ini untuk:

1. Teruntuk kedua orang tuaku bapak (Sugiri wibowo) dan ibu (Feli Andriani)
yang selalu ingin melihat anaknya terus maju terimakasih karena kalian selalu
mendoakan, menyayangi, menyemangati dan juga selalu berjuang untuk
anak-anaknya. Sekali lagi terima kasih untuk Bapak dan Mak sehingga Dio
bisa sampai ke titik ini.
2. Untuk adik saya “Tasya nabila dan Rafa” yang selalu memberi dukungan
baik secara moril dan materil, serta tak henti memberi masukan juga
semangat dan mendoakanku untuk bisa menyelesaikan perkuliahan ini.
Semoga pencapaian ini menjadi hadia kecil dikeluarga kita menjadi pembuka
jalan untuk keluarga kita yang lebih baik.
3. Untuk para sahabat-sahabatku selama kuliah “Anti Badai” (Wahyu, Abietra,
Oneson, Fahri, Vevita, Rendang dan Afrini) terimakasih telah banyak mengisi
memori hidup saya selama periode kuliah.
4. Untuk sahabat-sahabat kepengurusan HMI KOMFE UNIB 2020-201
(Oneson, Abietra, Deka dan Nawawi) terimakasih telah berjuang bersama
walau keadaan yang tidak menyenangkan, tidak nyaman, dan penuh rasa sakit

v
telah membuat kita menjadi lebih kuat. Tetaplah pantau dan peduli dengan
rumah kita.
5. Untuk Adek-adekku di kepengurusan HMI KOMFE UNIB 2020-201 (Mey,
Rani Okta Kurnia, Vira Anjasmi, Debi Wahyuni, Afif Osmah dll yang tidak
bisa disebutkan satu-satu) terimkasih telah berjuang dengan keras dan ikhlas
untuk rumah kita, dengan satu slogan keluarga yaitu “Berteman Lebih Dari
Saudara” dan kalimat yang selalu meyakinkan kita disaat lelah “YAKUSA”.
6. Untuk abang dan mbak di HMI KOMFE UNIB (Bang bona, Bang dodi, Bang
rendi, Bang anto, Bang irfan, Bang zaki, Bang priska, Bang benny, Bang
batok, Mbak mifta, Mbak dwinta, Mbak ayu, Mbak sintia dan Mbak kres
serta Bang pras komfis) terimakasih atas bimbingan dan arahannya selama
ini.
7. Untuk adik-adik ku di HMI KOMFE UNIB terimaksih atas supportnya, dan
ingatlah untuk terus menjaga himpunan sekaligus rumah kita tetap hidup.
8. Untuk kawan – kawan angkatan ad-dzariyat (Dea, Vevita, Fitriani, Ayu,
Rafiqah, Hari, Nawawi, Deka, Ilham, Abietra, Gum, Zaeruri, Aristho, Bagas,
Satrio, Yusuf dan Hari) terimakasih telah menjadi pelengkap puzle di memori
ingatan selama perkuliahan ini.
9. Untuk kawan-kawan satu kelas dan kawan seangkatan ekonomi
pembangunan 2017 dimasa perkuliahan terima kasih telah bersama-sama
selama ini.

vi
vii
ANALYSIS OF THE EFFECT OF DIRECT SPENDING, INDIRECT
SPENDING, AND POPULATION ON THE PRIMARY ECONOMIC
STRUCTURE OF BENGKULU PROVINCE

Dio Prasetyo 1)
Barika 2)

Abstract

This study aims to analyze the effect of direct spending, indirect spending,
and population on the primary economic structure in Bengkulu Province with the
analytical method used in this study is panel data regression analysis. Where panel
data is a combination of time series data and cross section data. The cross section
unit in the study consisted of 10 objects represented from 9 regencies and 1 city in
Bengkulu Province. Meanwhile, the time series data used are the last 11 (eleven)
years, from 2010-2020. The results of data analysis show that the independent
variables of direct expenditure, indirect expenditure and population have an effect
on the primary economic structure in districts/cities in Bengkulu province. then.

Keywords: Direct Shopping, Indirect Shopping, Population, Primary Economic


Structure

1. Student
2. Supervisor

viii
ANALISIS PENGARUH BELANJA LANGSUNG, BELANJA TIDAK
LANGSUNG DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP STRUKTUR
EKONOMI PRIMER PROVINSI BENGKULU

Dio Prasetyo 1)
Barika 2)
RINGKASAN

Struktur Ekonomi Primer adalah sektor pertanian, kehutanan, perikanan


sektor pertambangan, dan sektor penggalian pada PDRB Kabupaten/Kota di
Provinsi Bengkulu. Sedangkan pengeluaran pemerintah merupakan bagian dari
kebijakan fiskal yaitu suatu tindakpan pemerintah untuk mengatur jalannya
perekonomian setiap tahunnya, Pemerintah memiliki peran dalam menentukan
terjadinya pergeseran struktur ekonomi, seperti pendapat tambunan (2001)
pengeluaran pemerintah akan berpengaruh terhadap pergeseran struktur ekonomi.
Semakin tinggi pengeluaran pemerintah, akan semakin tinggi struktur ekonomi
dari sektor pertanian ke sektor industri dan sektor jasa. Sebaliknya, jika semakin
rendah pengeluaran pemerintah, akan semakin rendah perubahan struktur ekonomi
dari sektor pertanian menuju sektor industri dan sektor jasa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui pengaruh
belanja langsung, belanja tidak langsung, dan jumlah penduduk terhadap struktur
ekonomi primer di Provinsi Bengkulu tahun 2010-2020. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah menggunakan Regresi data panel dimana data panel
yang merupakan gabungan antara data time series dan data cross section dan
dibantu dengan alat Program komputr Eviews 9.0. Jenis data yang digunakan dari
tahun 2010-2020 Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu bersumber dari Badan
Pusat Statistik, dan Kemenkeu.
Hasil analisis data dengan menggunakan α = 5% atau 0,05 menununjukan
bahwa variabel bebas belanja tidak langsung, dan jumlah penduduk berpengaruh
signifikan terhadap struktur ekonomi primer di Kabupaten/Kota di Provinsi
Bengkulu. Kemudian, variabel belanja langsung berpengaruh tidak signifikan
terhadap struktur ekonomi primer di Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu

1. Mahasiswa
2. Pembimbing

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat Hidayah dan Karunia_nya

kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis

Pengaruh Belanja langsung, Belanja tidak langsung dan Jumlah Penduduk

Terhadap Struktur Ekonomi Primer”. Laporan skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan program Strata-1 di Jurusan Ekonomi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bambang Agoes H, S.E., M.Sc selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu serta

selaku penguji II skripsi ini.

2. Ibu Barika SE.,M.Si selaku Dosen Pembimbing sekaligus Ketua penguji

Skripsi, Terima kasih atas bimbingan, arahan, dan motivasinya.

3. Ibu Dr.M Armelly, SE.,M.Si sebagai Sekretaris Penguji, dan Ibu Merri

Anitasari,SE.,MA sebagai Anggoga penguji I yang telah memberikan kritik

dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini

4. Ibu Ratu Eva Febriani, SE., M.Sc selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu.

5. Bapak Benardin, S.E.,M.T selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima

kasih atas Saran dan Bimbingannya selama ini.

x
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

7. Sahabat, dan Teman-Teman mahasiswa Ekonomi Pembangunan Angkatan


2017 tetap semangat bagi kita untuk menyelesaikan Skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Maka dari itu

penulis mengharapkan adanya masukan untuk perbaikan pada masa yang akan

datang agar dapat menjadi lebih baik.

Bengkulu, 30 September 2022

Penulis,

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..................................................................x
ABSTRACT............................................................................................................xi
RINGKASAN........................................................................................................xii
KATA PENGANTAR..........................................................................................xiii
DAFTAR ISI..........................................................................................................xv
DAFTAR TABEL................................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Masalah dan Pertanyaan Penelitian........................................................7
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................9
2.1 Landasan Teori.......................................................................................9
2.1.1 Struktur Ekonomi..........................................................................9
2.1.2 Pengeluaran Pemerintah..............................................................13
2.1.3 Jumlah Penduduk........................................................................19
2.2 Penelitian Terdahulu...........................................................................21
2.3 Rerangka Analisis................................................................................23
2.4 Hipotesis...............................................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................25
3.1 Penelitian dan Desain Penelitian..........................................................25
3.2 Defenisi Operasional............................................................................25
3.3 Jenis dan Sumber Data.........................................................................26

xii
3.4 Metode Pengumpulan Data..................................................................26
3.5 Metode Analisis...................................................................................27
3.5.1 Analisis Regresi Data Panel.......................................................27
3.5.2 Pemilihan Model Estimasi Data Panel.......................................28
3.5.3 Uji Kesesuaian Model................................................................29
3.5.4 Pengujian Statistik......................................................................31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................34
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................34
4.1.1 Deskripsi Data.............................................................................34
4.1.2 Hasil Analisis dan Uji Statistik....................................................42
4.2 Pembahasan..........................................................................................54
4.2.1 Pengaruh Belanja Langsung Terhadap Struktur Ekonomi
Primer di Kabupaten/Kota Provinsi Bengkulu..........................54
4.2.2 Pengaruh Belanja Tidak Langsung Terhadap Struktur Ekonomi
Primer di Kabupaten/Kota Provinsi Bengkulu............................55
4.2.3 Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Struktur Ekonomi
Primer di Kabupaten/Kota Provinsi Bengkulu............................56
BAB V PENUTUP.................................................................................................59
5.1 Kesimpulan..........................................................................................59
5.2 Saran.....................................................................................................60
5.3 Keterbatasan Dan Rekomendasi Untuk Penelitian Selanjutnya...........60
LAMPIRAN..........................................................................................................65

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kontribusi PDRB atas dasar harga konstan 2010 terhadap PDRB
Pulau Sumatra (Persen)............................................................................4

Tabel 1.2 Perkembangan Sektor-Sektor Dan Kontribusinya Berdasarkan PDRB


Harga Konstan 2010 Di Provinsi Bengkulu.............................................4

Tabel 1.3 Belanja Pemerintah Provinsi Bengkulu Menurut Jenis Pengeluaran


(Ribu Rupiah) 2010-2020........................................................................6

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu..............................................................................21

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bengkulu................36

Tabel 4.3 Jumlah Belanja langsung Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu


` Tahun 2010-2020 (Ribu Rupiah)..........................................................39

Tabel 4.4 Jumlah Belanja Tidak langsung Kabupaten/Kota di Provinsi


Bengkulu Tahun 2010-2020 (Ribu Rupiah)...........................................40

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu


Tahun 2010-202(Jiwa)..........................................................................41

Tabel 4.6 Uji Chow (Chow Test) dengan Redundant Fixed Effects Tests............43

Tabel 4.7 Uji Hausman (Hausman Test)................................................................44

Tabel 4.8 Uji Lagrange (LM).................................................................................45

Tabel 4.9 Hasil Uji F..............................................................................................46

Tabel 4.10 Nilai Prob. t-Statistit............................................................................47

Tabel 4.11 Nilai Prob. t-Statistik...........................................................................48

Tabel 4.12 Hasil Data Random Effect Model......................................................49

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rerangka Analisis..............................................................................24


Gambar 4.1 Peta Provinsi Bengkulu......................................................................35

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Uji Regresi Data Panel Kabupaten/Kota di Provinsi


Bengkulu Periode Tahun 2010-2020.................................................66

Lampiran 2. Hasil Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji Lagrange (LM)...................70

Lampiran 3. Common Effect Model.......................................................................71

Lampiran 4. Fixed Effect Model...........................................................................72

Lampiran 5. Random Effect Model........................................................................73

xvi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekokonomi merupakan bagian tak terpisahkan dari

pembangunan daerah yang ditunjukkan untuk mewujudkan tujuan pembangunan

nasional. Sasaran utama pembangunan nasional adalah terciptanya landasan yang

kuat bagi struktur perekonomian untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatannya

sendiri menuju masyarakat adil dan makmur sesuai dengan tujuan bangsa.

Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok

yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

transformasi ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat

agraris menjadi masyarakat industri. Transformasi struktural merupakan prasyarat

dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan serta penanggulangan

kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri.

Proses terjadinya struktur perekonomian ditandai dengan: (1) menurunnya

pangsa sektor primer (pertanian), (2) meningkatnya pangsa sektor sekunder

(industri), dan (3) pangsa sektor tersier (jasa) juga memberikan kontribusi yang

meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

Masalah yang sering diperdebatkan adalah: (1) apakah penurunan pangsa

pangan sebanding dengan penurunan pangsa penyerapan tenaga kerja sektoral,

dan (2) industri berkembang cepat. Jika transformasi kurang seimbang maka

dikuatirkan akan terjadi proses kemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia

pada sektor primer (Supriyati dan Sumedi, 2001).

1
Struktur ekonomi daerah berdampak pada peningkatan sektor-sektor

perekonomian lainnya yang saling berkaitan. Suatu daerah dapat dikatakan maju

apabila ditunjang dari segi pengetahuan masyarakat yang tinggi, adanya sumber

daya alam yang cukup memadai yang dikelola oleh sumber daya manusia yang

mempunyai potensi besar guna tercapainya kemajuan pembangunan daerah.

Di dalam proses pembangunan ekonomi tersebut biasanya akan diikuti

dengan terjadinya perubahan struktur permintaan domestik, struktur produksi

serta struktur perdagangan international. Proses ini seringkali disebut dengan

proses alokasi, biasanya ditandai dengan adanya transformasi sosial ekonomi,

Salah satu bagian yang terpenting dari proses tersebut di atas adalah transformasi

struktur perekonomian, yang diidentifikasi oleh adanya perubahan komposisi

(PDRB), dari sektor pertanian ke sektor manufaktur dan kemudian ke sektor jasa.

Dengan demikian, transformasi struktur perekonomian selama pelaksanaan

pembangunan ekonomi memang tidak dapat dihindari karena pembangunan

ekonomi menghendaki adanya hal tersebut.

Dalam menghadapi persaingan, Indonesia dituntut untuk melakukan

pembangunan disegala bidang, salah satunya pembangunan infrastruktur dan

pembangunan ekonomi. Di setiap daerah di Indonesia melakukan tugasnya untuk

membangun perekonomian nya salah satunya cara pembangunan ekonomi dengan

menggunakan otonomi daerah, dimana setiap daerah berhak mengatur sistem

perokonomian menurut potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut dan mengetahui

setiap permasalahan perekonomian salah satunya mengenai pengeluaran

2
pemerintah atau mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)

(Halim, 2010:12-14).

Provinsi Bengkulu merupakan provinsi yang terletak di sebelah barat

pegunungan bukit barisan. Luas wilayah Provinsi Bengkulu mencapai lebih

kurang 1.991.933 hektar atau 19.919,33 kilometer persegi dengan jumlah

penduduk sebanyak 2.019.848 jiwa yang terdiri atas 1.028.893 jiwa penduduk

laki-laki dan 990.920 jiwa penduduk perempuan di tahun 2020 (BPS). Provinsi

Bengkulu memiliki peran dalam perekonomian nasional terutama dalam sektor

pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan (primer). Besar

PDRB bergantung pada potensi sumber daya alam dan faktor produksi suatu

negara. PDRB yang ada dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan ekonomi

daerah dalam rangka dalam peningkatan kesejahteraan. (Sakirno, 2006:13).

Berdasarkan data tabel 1.1 dapat dilihat Kontribusi PDRB Atas Dasar Harga

Konstan 2010 dari tahun 2015 sampai tahun 2020 di Pulau Sumatra, dari 10

provinsi tersebut terus mengalami kenaikan, akan tetapi beberapa provinsi ada

yang mengalami penurunan namun secara rata-rata mengalami peningkatan.

Tabel 1.1 Menunjukkan tingkat kontribusi PDRB antar Provinsi di Pulau

Sumatera. Terdapat 4 provinsi yang memiliki nilai rata-rata tinggi yaitu Provinsi

Sumatera barat, Riau, Sumatera Selatan, dan Lampung. Dalam hal ini Provinsi

Bengkulu menjadi penyumbang kontribusi terendah

3
Tabel 1.1 Kontribusi PDRB atas dasar harga konstan 2010 terhdap PDRB
Pulau Sumatra (Persen)
PDRB
No Provinsi
2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Aceh 5,74 5,69 5,64 5,59 5,54 5,49
2 Sumatera Utara 22,48 22,67 22,86 23,05 23,24 23,43
3 Sumatera Barat 7,17 7,27 7,37 7,47 7,57 7,67
4 Riau 22,89 22,46 22,03 21,6 21,17 20,74
5 Jambi 6,37 6,38 6,39 6,4 6,41 6,42
6 Sumatera Selatan 12,99 13,04 13,09 13,14 13,19 13,24
7 Bengkulu 1,94 1,95 1,96 1,97 1,98 1,99
8 Lampung 10,17 10,25 10,33 10,41 10,49 10,57
Kep. Bangka
9
Belitung 2,34 2,33 2,32 2,31 2,3 2,29
10 Kepulauan Riau 7,91 7,96 8,01 8,06 8,11 8,16
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu

Perkembangan berbagai sektor ekonomi selama tahun 2015 sampai dengan

tahun 2020 menunjukan peningkatan, hal ini terlihat dari kontribusi PDRB

Provinsi Bengkulu atas dasar harga konstan 2010 dari tahun ketahun sektor dan

kontribusi berdasarkan PDRB atas harga konstan 2010.

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa di Provinsi Bengkulu terjadinya pergeseran

struktur perkonomian dengan menurunannya kontribusi PDRB dari sektor primer

serta meningkatnya kontribusi sektor sekunder dan sektor tersier.

Tabel 1.2 Perkembangan Sektor-Sektor Dan Kontribusinya Berdasarkan PDRB


Harga Konstan 2010 Di Provinsi Bengkulu
PDRB (Miliar Rupiah) Kontribusi %
Tahun
Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier
13.024,4
2016 7 4.435,17 22.616,89 32,49 11,06 56,43
13.412,2
2017 4 4.645,42 23.015,42 31,87 11,40 54,70
13.832,9
2018 6 4.882,75 25.455,45 31,32 11,05 57,62
14.267,7
2019 7 5.106,57 26.987,57 30,77 11,01 58,21
14.331,0
2020 7 5.051,75 26.995,62 30,92 11,02 58,17

4
Sumber: BPS, Provinsi Bengkulu Dalam Angka, 2015-2020

Tabel 1.2 menunjukan adanya perkembangan yang terjadi terhadap sektor-

sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bengkulu, diantaranya

sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Pada 5 tahun terakhir

memperlihatkan sektor primer mengalami penurunan nilai kontribusi di tahun

2016 sebesar 32,49% dan ditahun 2020 menjadi 20,39 sedangkan sektor lainnya

menggalami peningkatan.

. Untuk mendukung bergeraknya pembangunan ekonomi maka pemerintah

memiliki peran. Oleh sebab itu, Pemerintah melakukan berbagai pengeluaran

yang berhubungan dengan pembelanjaan dan pembiayaan yang bertujuan

membiayai kegiatan masyarakat di berbagai bidang.

Pengeluaran Pemerintah merupakan bagian dari kebijakan fiskal yaitu suatu

tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara

menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya

melalui pengeluaran pemerintah daerah berupa belanja langsung dan belanja tidak

langsung, yang tercermin dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN) untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk

daerah. Semakin besar belanja daerah diharapkan akan makin meningkatkan

kegiatan perekonomian daerah (terjadi ekspansi perekonomian) dan pada akhirnya

akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006 tentang

pengelolaan keuangan daerah pengeluaran pemerintah daerah (belanja) di

kelompokan menjadi dua yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung.

5
Pengeluaran pemerintah daerah melalui belanja langsung maupun belanja tidak

langsung merupakan alat intervensi pemerintah terhadap perekonomian yang

dianggap paling efektif. Dari dua jenis pengeluaran tersebut, belanja tidak

langsung merupakan jenis pengeluaran yang dominan dalam pembangunan di

sebagian besar di daerah baik di Provinsi Bengkulu maupun di sebagian besar

daerah di Indonesia.

Berdasarkan Tabel 1.3 menunjukan bahwa selama priode 2010-2020

pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah di Provinsi Bengkulu terus

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Tabel 1.3 Belanja Pemerintah Provinsi Bengkulu Menurut Jenis Pengeluaran


(Ribu Rupiah) 2010-2020
Tahun BL BTL
2010 449.562.954 521.635.607
2011 515.176.929 494.038.124
2012 731.660.414 786.792.391
2013 931.694.776 795.311.582
2014 1.025.967.285 908.754.313
2015 1.231.570.330 1.027.126.706
2016 935.429.609 1.094.260.686
2017 1.366.961.042 1.500.252.285
2018 1.357.167.173 1 622 411 064
2019 1.549.903.007 1 568 400 512
2020 998.877.305 1 699 580 773
Sumber: BPS, Provinsi Bengkulu

Tabel 1.3 Menunjukkan adanya perbedaan dalam jumlah pengeluaran yang

dilakukan oleh pemerintah untuk tiap daerah setiap tahunnya. Secara umum

pengeluaran pemerintah berdasarkan data APBD dari tahun 2010-2020

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Secara umum, pengeluaran pemerintah

dalam bentuk belanja langsung dan belanja tidak langsung pada tahun 2010 yaitu

6
Rp 449.562.954 dan Rp. 521.635.607, di tahun terakhir 2020 menjadi

Rp.998.877.305 dan Rp.1.699.580.773 untuk belanja langsung 2020 mengalami

pengurangan di bandingkan tahun sebelum nya disebabkan peralihan dana APBD

untuk penanganan pandemi covid-19. Hal ini pula yang diduga mempengaruhi

struktur ekonomi sektor primer di Provinsi Bengkulu semakin besar pengeluaran

yang dilakukan pemerintah maka semakin cepat terjadinya pergeseran struktur

tersebut.

Hal tersebut didasari oleh pendapat Tambunan (2001), pengeluaran

pemerintah akan berpengaruh terhadap pergeseran struktur ekonomi. Semakin

tinggi pengeluaran pemerintah, akan semakin tinggi struktur ekonomi dari sektor

pertanian ke sektor industri dan sektor jasa. Sebaliknya, jika semakin rendah

pengeluaran pemerintah, akan semakin rendah perubahan struktur ekonomi dari

sektor pertanian menuju sektor industri dan sektor jasa.

Berdasarkan uraian di atas peneliti memandang perlu melakukan penelitian

yang berjudul “Analisis Pengaruh Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung dan

Jumlah Penduduk Terhadap Struktur Ekonomi Primer di Provinsi Bengkulu”.

1.2 Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat ditarik

permasalahan yang akan diteliti yaitu bagaimana pengaruh belanja langsung,

belanja tidak langsung, dan jumlah penduduk terhadap struktur ekonomi primer di

Provinsi Bengkulu ?

7
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh belanja langsung,

belanja tidak langsung, dan jumlah penduduk terhadap struktur ekonomi primer di

Provinsi Bengkulu

1.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil dari penulisan peneliti diharapkan dapat mengetahui menganalisis

pengaruh belanja langsung, belanja tidak langsung dan jumlah penduduk yang

terjadi terhadap struktur ekonomi primer di Provinsi Bengkulu dari tahun 2010-

2020.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan pengembangan sumberdaya

dalam pengelolaan pemerintah terkait.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu dalam

model Regresi data panel dimana data panel merupakan gabungan antara data time

series dan data cross section. Variabel penelitian ini adalah Belanja langsung

(X1), Belanja tidak langsung (X2) dan jumlah penduduk (X1), dan Struktur

Ekonomi Primer Provinsi Bengkulu (Y).

8
BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Untuk mendukung penelitian ini, maka perlu dikemukakan teori-teori yang

berkaitan dengan rumusan masalah dan ruang lingkup pembahasan sebagai

landasan dalam melaksanakan penelitian dengan menggunakan teori-teori yang

telah diuji kebenarannya

2.1.1 Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan masing-masing

sektor dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian

sectoral ke dalam sektor primer, sekunder, dan tersier. Sektor ekonomi secara

sectoral dapat dilihat menurut 3 dimensi pendekatan, yaitu (Zadjuli, 1986:15-16)

a) Pendekatan menurut asal atau sumber pendekatan (source of income)

b) Pendekatan menurut penggunaan dari pendapatan tersebut (disposal of

income)

c) Pendekatan berdasarkan dua sistemn perekonomian yang berjalan

berdampingan di dalam suatu Kawasan (dual income system)

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan sumber

pendapatan (source of income) atau yang biasa disebut pendekatan dari sisi

produksi. Pendekatan ini menghitung jumlah nilai (produk) yang dihasilakan oleh

unit-unit produksi atau lapangan usaha. Perekonomian menurut lapangan usaha

atau sektor ekonomi terdiri atas 17 sektor, yaitu. pertanian,kehutanan,dan

9
perikanan, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, pengadaan listrik

dan gas, pengadaan air, pengolaan sampah,limbah dan daur ulang, konstruksi,

perdagangan besar dan eceran:reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi dan

pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, informasi dan

komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estat, jasa perusahaan, administrasi

pemerintahan,pertahanan dan jaminan sosial wajib, jasa Pendidikan, jasa

kesehatan dan kegiatan social, jasa lainnya. Sektor-sektor Ekonomia dapat dibagi

menjadi tiga yaitu Primer, sekunder, dan tersier. yang termasuk sektor Primer

adalah Pertanian dan Pertambangan (Penggalian), pengadaan listrik dan gas.

Sekunder mencakup berbagai kegiatan manufaktur, sektor tersier mencakup sektor

jasa. (Tambunan, 2001:75).

Berkaitan dengan klasifikasinya di atas maka yang dimaksud pola struktur

ekonomi adalah pola distribusi dari kegiatan ekonomi sektoral. Ditinjau dari sisi

produksi, maka pola struktur ekonomi dalam jangka panjang terdapat

kecenderungan perubahan kontribusi sektor ekonomi primer perlahan akan

digantikan dengan sektor-sektor non primer. Sejalan dengan hal tersebut,

Tambunan (2001:59) mengatakan dalam pembangunan ekonomi dalam periode

jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional akan membawa

suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari sektor ekonomi

tradisional dengan sektor pertanian (primer) sebagai sektor utama ke ekonomi

modern yang didominasi oleh sektor-sktor non pertanian (primer) khusunya

industri manufaktur yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.

10
2.1.1.1 Teori Perubahan Struktur Ekonomi

Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme

transformasi ekonomi yang dialami oleh Negara sedang berkembang, yang semula

lebih bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke

struktur perekonomian yang lebih modern, dan sangat didominasi oleh sektor

industri dan jasa (Tambunan, 2001:59).

Menurut Kuznets, perubahan struktur ekonomi atau disebut juga

transformasi struktural, didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang

saling berkaitan satu sama lainnya dalam komposisi dari permintaan agregat,

perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan

penggunaan faktor-faktor produksi) yang disebabkan adanya proses pembangunan

dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Perubahan struktur ekonomi atau disebut juga tranformasi struktural

sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling 12 berkaitan satu sama lainya.

Perekonomian pada suatu daerah dalam jangka panjang akan mengalami

perubahan struktur perekonomian yang semula mengandalkan sektor pertanian

akan menuju ke sektor industri dan jasa (Kuznet dalam Jhingan, 1993).

Perekonomian suatu daerah dalam jangka panjang akan terjadi perubahan

struktur perekonomian dimana semula mengandalkan sektor pertanian menuju

sektor industri. Dari sisi tenaga kerja akan menyebabkan terjadinya perpindahan

tenaga kerja dari sektor pertanian desa ke sektor industri Kota, sehingga

menyebabkan kontribusi pertanian meningkat. Perubahan ini tentu akan

11
mempengaruhi tingkat pendapatan antar penduduk dan antar sektor ekonomi,

karena sektor pertanian lebih mampu menyerap tenaga kerja dibanding sektor

industri, akibatnya akan terjadi perpindahan alokasi pendapatan dan tenaga kerja

dari sektor yang produktifitasnya tinggi yang pada akhirnya akan mengakibatkan

terjadinya kesenjangan pendapatan dalam masyarakat. Faktor penyebab terjadinya

perubahan struktur perekonomian antara lain ketersediaan sumber daya alam,

sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta modal dan investasi yang masuk

ke suatu daerah.

Teori human capital investment merupakan teori yang berhubungan

dengan pembentukan modal manusia, yakni proses peningkatan jumlah orang

yang memiliki pendidikan, keahlian dan pengalaman yang dapat menentukan

kondisi politik dan pembangunan ekonomi suatu negara (Jhingan dalam ). Human

capital investment secara sempit meliputi diselenggarakannya pelatihan dan

pengeluaran di bidang pendidikan, sedangkan secara lusas meliputi pelayanan

kesehatan, sosial dan pendidikan. Modal manusia juga dapat diartikan dengan

angkatan kerja, yakni penduduk yang sudah bekerja, mencari pekerjaan, dan

penduduk di atas usia 15 tahun yang melakukan aktivitas lainnya misalnya

bersekolah.

Teori Chenery memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan

proses perubahan ekonomi di suatu negara yang mengalami transformasi dari

pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan

ekonomi. Faktor-faktor penyebab transisi ekonomi antara lain:

1. Kondisi dan Struktur awal ekonomi dalam negeri

12
2. Besarnya pasar dalam negeri

3. Pola distribusi pendapatan

4. Karakteristik Industrialisasi

5. Keberadaan sumber daya alam

6. Kebijakan perdagangan luar negeri

2.1.2 Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan suatu tindakan pemerintah untuk

mengatur jalannya seluruh perekonomian dengan cara menentukan besarnya

pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah dalam berbagai sektor yang

mempunyai tujuan untuk membangun negara dan mensejahterakan masyarakat

melalui beberapa program serta kebijakan yang sudah ditetapkan pemerintah.

Pemerintah melakukan banyak pengeluaran (belanja) untuk membiayai

kegiatannya. Pembelanjaan-pembelanjaan itu bukan saja untuk menjalankan roda

pemerintahan sehari-hari akan tetapi juga untuk membiayai kegiatan

perekonomian.

Pengertian Pengeluaran Pemerintah menurut Sukirno (2011) adalah sebagai

berikut: “Pengeluaran pemerintah adalah keseluruhan pengeluaran yang dilakukan

yaitu pengeluaran yang meliputi konsumsi dan investasi”. Sedangkan pengertian

Pengeluaran Pemerintah menurut Sukirno (2011) adalah sebagai berikut:

“Pengeluaran (Perbelanjaan) pemerintah adalah perbelanjaan pemerintah ke atas

barang-barang modal, barang konsumsi dan ke atas jasa-jasa”

13
Menurut Sukirno (2003), jumlah pengeluaran pemerintah yang akan

dilakukan dalam suatu periode tertentu tergantung kepada banyak faktor, seperti :

1. Proyeksi jumlah pajak yang diterima

2. Tujuan-tujuan ekonomi yang ingin dicapai

3. Pertimbangan politik dan keamanan.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah, belanja daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai

pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang

bersangkutan. (Mardiasmo, 2003) mendefinisikan belanja daerah sebagai semua

pengeluaran daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban

daerah. Pengeluaran atau belanja pemerintah daerah terdiri dari dua jenis yaitu

belanja langsung dan belanja tidak langsung (Ali Akbar, 2011). Hal tersebut

berdasarkan Permendagri yang baru yaitu No. 59 Tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

2.1.2.1 Belanja Langsung

Pengeluaran pemerintah juga dapat dilihat dari belanja langsung. Belanja

langsung menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah bagian belanja yang

dianggarkan terkait langsung dengan pelaksanaan program. Karakteristik belanja

langsung adalah input atau alokasi belanja yang diukur dan diperbandingkan

dengan output yang dihasilkan. Belanja langsung juga merupakan pengeluaran

yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk pembangunan baik fisik

dan non fisik.

14
Belanja langsung ini bertujuan untuk memperoleh manfaat dalam jangka

pendek. Jenis belanja langsung meliputi (Mahmudi, 2010) :

a) Belanja Pegawai, digunakan untuk pengeluaran honorarium atau upah dalam

melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

b) Belanja Barang dan Jasa, digunakan untuk pengeluaran dalam bentuk

pembelian atau pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 1 tahun

dan pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan

daerah.

c) Belanja Modal, digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai

manfaat lebih dari 1 tahun untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan,

seperti tanah, mesin, bangunan, jalan, irigasi, dan aset tetap lainnya.

2.1.2.2 Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung menurut Badan Pusat Statistik merupakan belanja

yang dianggarkan tidak terkait langsung dengan pelaksanaan program atau

kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung terdiri dari sebagai berikut :

a) Belanja Pegawai, merupakan belanja kompensasi yang diberikan dalam bentuk

gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai

negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.

b) Belanja Bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang

yang dihitung atas kewajiban pokok utang, sesuai dengan perjanjian pinjaman

15
berjangka yang terdiri dari jangka pendek, jangka menengah, dan jangka

panjang.

c) Belanja Subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi

kepada perusahaan atau lembaga tertentu agar harga jual dan jasa yang

dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat luas.

d) Belanja Hibah, digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam

bentuk uang, barang dan jasa kepada pemerintah daerah lainnya, maupun

kelompok masyarakat serta perorangan yang secara spesifik telah memiliki

peruntukan yang jelas.

e) Bantuan Sosial, digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam

bentuk uang atau barang kepada masyarakat dengan tujuan untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

f) Belanja Bagi Hasil, digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang

bersumber dari pendapatan provinsi kepada Kabupaten/Kota atau pendapatan

Kabupaten/Kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah

lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

g) Bantuan Keuangan, digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang

bersifat umum atau khusus dari Provinsi kepada Kabupaten/Kota, pemerintah

desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah

Kabupaten/Kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam

rangka pemerataan atau peningkatan kemampuan keuangan daerah.

16
h) Belanja Tidak Terduga, merupakan tindakan belanja untuk kegiatan yang

bersifat tidak biasa atau tidak diharapkan akan terjadi seperti penanggulangan

bencana alam.

Anggaran belanja tidak langsung memegang peran penting untuk

menunjang kelancaran sistem pemerintah serta upaya peningkatan efisiensi dan

produktivitas yang pada gilirannya akan tercapai sasaran dan tujuan setiap tahap

pembangunan. Dalam perhitungan Analisis Standar Belanja (ASB), anggaran

tidak langsung dalam satu tahun anggaran harus dialokasikan ke setiap program

yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

2.1.2.3 Teori Pengeluaran Pemerintah

Pendapat parah ahli mengenai teori pengeluaran pemerintah, sebagai berikut

(Mangkoesoebroto, 1995) :

1. Teori Rostow dan Musgrave

Menurut teori yang dikembangakan oleh Rostow dan Musgrave yang

menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahapan-tahapan

pembangunan ekonomi yaitu tahap awal, tahap menengah dan tahap lanjut. Pada

tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total

investasi bear sebab pada tahap ini pemerintah harus menyedikan prasarana,

seperti misalnya pendidikan, kesehatan prasarana tranportasi dan sebagainya.

Pada tahap menengah pembangunan ekonomi investasi pemerintah

tetaplah dibutuhkan, namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah

semakin membesar. Peranan pemerintah tetap besar pada tahap menengah, oleh

karena peranan swasta yang semakin besar ini banyak menimbulkan kegagalan

17
pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa

publik dalam jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik.

Pada tahap lanjut, Rostow berpendapat bahwa pembangunan terjadi

peralihan aktivitas pemerintah dari penyediaan prasarana ekonomi ke pengeluaran

untuk layanan sosial seperti program kesejahteraan hari tua, program pendidikan,

program pelayanan kesehatan masyarakat, infrastruktur dan sebagainya. Teori

Rostow dan Musgrave merupakan suatu pandangan yang muncul dari pengamatan

berdasarkan pembangunan ekonomi yang dialami banyak negara, tetapi tidak

didasarkan oleh teori tertentu selain itu tidak jelas apakah tahapan pertumbuhan

ekonomi terjadi dalam tahap demi tahap, ataukan beberapa tahap dapat terjadi

secara simultan.

2. Teori Peacock and Wisman

Peacock and Wisman mengemukakan sebuah teori mengenai

perkembangan pengeluaran pemerintah. Teori ini dikenal dengan The

Displacement Effec dimana teori ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa

pemerintah sengaja memperbesar pengeluaran, sedangkan masyarakat tidak suka

membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah

yang semakin besar tersebut. Teori ini didasarkan bahwa masyarakat mempunyai

tingkat toleransi pajak, diaman masyarakat dapat memahami besarnya pungutan

pajak yang dibutuhkan oeleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran

pemerintan

3. Teori Adolf Wagner

18
Adolf Wagner menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah dan kegiatan

pemerintah semakin lama semakin meningkat. Tendensi ini oleh Wagner disebut

dengan hukum selalu meningkatnya peranan pemerintah. Inti teorinya yaitu makin

meningkatnya peran pemerintah dalam kegiatan dan kehidupan ekonomi

masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Wagner menyatakan bahwa dalam suatu

perekonomian apabila pendapatan per kapita meningkat maka secara relatif

pengeluaran pemerintah pun akan meningkat terutama disebabkan karena

pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum,

pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya. Teori Wagner mendasarkan

pandangannya pada suatu teori yang disebut organic theory of state yaitu teori

organis yang menganggap pemerintah sebagai individu yang bebas bertindak

terlepas dengan masyarakat lain.

2.1.3 Jumlah Penduduk

Penduduk Penduduk merupakan unsur yang penting dalam kegiatan

ekonomi karena menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli, dan tenaga usahawan

yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi, sebagai akibat dari

beberapa fungsi ini maka penduduk merupakan unsur menciptakan dan

mengembangkan teknologi penggunaan berbagai faktor produksi.

Badan Pusat Statistik menjabarkan bahwa penduduk adalah semua orang

yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau

mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-

19
kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah

penduduk.

Menurut Malthus pada mulanya ketika rasio di antara faktor produksi lain

dengan penduduk/tenaga kerja adalah relatif tinggi yang berarti penduduk relatif

sedikit apabila dibandingkan dengan faktor produksi lain, pertambahan penduduk

akan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat begitu juga sebaliknya.

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk disuatu wilayah

tertentu pada waktu tertentu dari pada waktu sebelumnya. Pertambahan penduduk

yang cepat menimbulkan masalah yang serius bagi kesejahteraan dan bagi

pembangunan, oleh karena itu besarnya jumlah penduduk jika tidak diimbangi

oleh dukungan ekonomi yang tinggi akan menimbulkan berbagai masalah seperti

kemiskinan dan ketidakstabilannya kondisi nasional secara keseluruhan. Untuk

itu, upaya penekanan pertumbuhan dan penambahan jumlah penduduk dari tahun

ketahun perlu dilaksanakan untuk penyediaan sarana dan prasarana serta

pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas akan dapat terlaksana serta

dengan pengurangan jumlah penduduk merupakan salah satu langkah penting

dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.

Ada dua pandangan atau teori yang berbeda mengenai pengaruh penduduk

pada pembangunan:

1. Teori Malthus

Malthus menjelaskan kecenderungan umum penduduk suatu negara untuk

tumbuh menurut deret ukur yaitu menjadi dua kali lipat setiap 30–40 tahun.

Sementara itu, pada waktu yang bersamaan, karena hasil yang menurun dari

20
tanah, persediaan pangan hanya tumbuh menurut deret hitung. Oleh karena

pertumbuhan persediaan pangan tidak bisa mengimbangi pertumbuhan penduduk

yang sangat cepat dan tinggi, maka pendapatan per kapita akan cendrung turun

menjadi sangat rendah, yang menyebabkan jumlah penduduk tidak pernah stabil,

atau hanya sedikit di atas subsisten.

2. Jhon Stuart Mill

Jhon Stuart Mill seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan

Inggris dapat menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk

melampaui laju pertumbuhan makanan sebagai suatu aksioma, namun demikian

Jhon Stuart Mill berpendapat bahwa pada suatu manusia dapat mempengaruhi

perilaku demografinya, jika produktivitas seseorang tinggi maka terdapat

kecendrungan memiliki keluarga kecil (fertilitas rendah).

2.2 Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini memuat tentang penelitian-penelitian yang dilakukan

sebelumnya yang mendasari pemikiran penulis dan menjadi pertimbangan dalam

penyusunan skripsi ini, adapun penelitian-penelitian tersebut adalah

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Judul Metode
No Nama Variabel Penelitian Kesimpulan Hasil Penelitian
Penelitian Analisis
1 Sempurna Analisis 1. Pengeluaran Data Hasil mengatakan bahwa
Silaban pengaruh bidang sekunder pengaruh publik di bidang
(2018) pengeluaran pendidikan, dan teknik pendidikan, kesehatan, dan
publik Kesehatan dan analisis infrastruktur berpengaruh positif
terhadap infrastruktur dengan terhadap transformasi struktur
transformasi 2. Transformasi analisis ekonomi
struktur struktur Linier dan transformasi struktur
ekonomi dan ekonomi berganda perekonomian berpengaruh
pengembanga serta shift- positif terhadap pengembangan
n wilayah share wilayah

21
Judul Metode
No Nama Variabel Penelitian Kesimpulan Hasil Penelitian
Penelitian Analisis
2 Suwanti, Analisis 1. Pengeluaran Menggnakan Hasil analisis mengatakan bahwa
Edy Yusuf pengaruh pemerintah data variabel pengeluaran pemerintah
Agung pengeluaran 2. Tenaga kerja sekunder, berpengaruh positif dan tidak
Gunanto pemerintah 3. PDRB sektor dengan signitifikan terhadap PDRB
(2013) untuk sektor pertanian metode sektor pertanian, dan variabel
pertanian analisis data tenaga kerja menunjukan
terhadap panel pengaruh positif dan signifikan
PDRB di terhdap pdrb sektor pertanian.
Provinsi
Bengkulu
jawa Tengah
tahun 2007-
2010

3 M.Taufik1, Pengaruh 1. PDRB Menggnakan Hasil analisis mengatakan


Rafael pengeluaran 2. Pengeluaran data pengeluaran pemerintah sektor
Purtomo2, pemerintah di pemerintah sekunder, pemerintah berpengaruh positif
Sebaniani sektor 3. Tenaga kerja dengan dan signifikan terhadap pdrb
Viphindrat3 pertanian metode data sektor pertanian, dan variabel
(2016) terhadap panel tenaga kerja berpengaruh positif
PDRB sektor dan signifikan terhadap pdrb
pertaniandi sektor pertanian.
wilayah EKS
Kepresidena
Basuki

4 Jeclien Pengaruh 1. Belanja Mengunakan Hasil analisis bahwa alokasi


elfiani pengeluaran langsung data belanja langsung berpengaruh
sendow1, pemerintah 2. Belanja Tidak sekunder, positif dan signifikan terhadap
Debby Ch. terhadap langsung dengan PDRB Kota manado, sedangkan
Rotinhulu2, PDRB Kota 3. PDRB metode alokasi belanja tidak langsung
George M.v manado tahun analisis liner berpengaruh negatif dan tidak
Kawung3 2005-2015 berganda signifikan terhadap PDRB Kota
(2018) manado.

22
5 Muhammad Analisis 1. Pengeluaran Menggunaka Hasil analisi mengatakan bahwa
Nur Afiat pengaruh pemerintah n data pengeluaran pemerintah
(2015) pengeluaran rutin sekunder, berpengaruh signifikan terhadap
pemerintah 2. Pengeluaran dan metode perubahan struktur ekonomi di
terhadap pemerintah analisis sulawesi tenggara. Semakin besar
perubahan pembangunan regresi pengeluaran pemerintah maka
struktur 3. Perubahan semakin tinggi terjadinya
ekonomi di struktur perubahan struktur dari sektor
provinsi pertanian ke industri dan jasa.
Sulawesi Maupun sebaliknya.
tenggara

Judul Metode
No Nama Variabel Penelitian Kesimpulan Hasil Penelitian
Penelitian Analisis
6 Piere- Economic 1. Struktur Data Hasil menunjukkan bahwa
Philiphe Structure and ekonomi lokal Sekunder, struktur ekonomi lokal
Combes local Growth: 2. Keragamanan dengan berpengaruh signifikan terhadap
(2000) France, 1984- sektoral lokal regresi pertumbuhan ekonomi lapangan
1993 3. Jumlah tenaga global kerja lokal. Regresi terpisah
kerja menunjukan adanya perbedaan
tajam antara sektor industri dan
jasa.
7 Nikolaos A Causal 1. Pengeluaran Data Hasil menunjukkan bahwa uji
Dritsakis, Relationship pemerintah sekunder, empiris pertumbuhan ekonomi
Antonis Between 2. Pembangunan dengan yunani berfokus pada teori
Adamoplous Goverment ekonomi menggunaka wegner yang menjelaskan
Speding and uji pertumbuhan nasional atas dasar
Economic stasionerita pembangunan ekonomi
Development: meningkatkan elastisitas kosumsi
An Empiris barang publik.
Excamination
Of Greek
Economic

Penelitian ini, merujuk pada pelitian muhammad nur alfiat yang berjudul

“Analisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap perubahan struktur ekonomi

di provinsi Sulawesi tenggara”

2.3 Rerangka Analisis

23
Struktur perekonomian biasanya ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa

sektor primer (pertanian), (2) meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri),

dan (3) pangsa sektor tersier (jasa) juga memberikan kontribusi yang meningkat

sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

Dalam penelitian ini akan di dilihat antara variabel Belanja langsung (X1),

Belanja tidak langsung (X2) dan Jumlah penduduk (X3) terhadap Struktur

Ekonomi Primer (Y).

Belanja Langsung (X1)

Struktur Ekonomi
Belanja Tidak Langsung (X2)
Primer (Y)

Jumlah Penduduk (X3)

Gambar 2.1 Rerangka Analisis

2.4 Hipotesis

Menurut Suharsimi (2006) hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban

yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui

data yang terkumpul. Maka, dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis sebagai

berikut:

 Diduga bahwa belanja langsung, belanja tidak langsung dan jumlah

penduduk berpengaruh terhadap struktur ekonomi primer di Provinsi

Bengkulu.

24
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Explanatory research, Explanatory research

merupakan penelitian yang bertujuan menjelaskan hubungan antara variable

bebas (Independent Variable) terhadap variable terikat (Dependent Variable).

penelitian ini mengupayakan menjelaskan hubungan variable bebas yaitu

Belanja langsung, Belanja tidak langsung dan Jumlah penduduk (X) terhadap

variable terikat yaitu Struktur Ekonomi Primer (Y). Penelitian ini untuk

pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan bantuan program

Eviews.9

3.2 Defenisi Operasional


1. Struktur Ekonomi Primer adalah kontribusi sektor pertanian, kehutanan,

perikanan dan sektor pertambangan, penggalian pada PDRB Kabupaten/Kota

di Provinsi Bengkulu tahun 2010-2020 dalam satuan ribuan rupiah.

2. Belanja Langsung (BL) adalah merupakan belanja yang dianggarkan terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi:

belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal yang ada pada

APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu tahun 2010- 2020, dalam satuan

ribuan rupiah.

25
3. Belanja Tidak Langsung (BTL) adalah merupakan belanja yang dianggarkan

tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang

meliputi: belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah,

bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak

terduga yang ada pada APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu periode

tahun 2010-2020, dalam satuan ribuan rupiah.

4. Jumlah Penduduk adalah Jumlah penduduk Bengkulu adalah semua orang

yang berdomisili di wilayah geografis Bengkulu selama enam bulan atau

mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan untuk

menetap. Data yang digunakan jumlah penduduk menurut Kabupaten/Kota di

Provinsi Bengkulu tahun 2010-2020, dalam satuan jiwa.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder.

Adapun data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu data PDRB, belanja

langsung, belanja tidak langsung dan jumlah penduduk. Sementara sumber data

yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari data publikasi dan laporan

Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kemenkeu.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode

dokumentasi, metode dokumentasi merupakan teknik mencari data mengenai hal-

hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lenger, agenda dan sebagainya (suharsimi, 2006). Adapun

cara yang dipakai dalam memperoleh data dalam metode dokumentasi pada

26
penelitian ini yaitu dengan cara menelusuri dan mendokumentasikan data-data

yang dibutuhkan dari situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS) pada laman

http://bps.go.id dan menusuri situs kemenkeu.

3.5 Metode Analisis

Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini merupakan analisis regresi

data panel. Dimana data panel adalah sebuah data gabungan antara data time

series dengan data cross section. Unit cross section dalam penelitian sebanyak 10

objek yang diwakilkan dari 9 Kabupaten dan 1 Kota di Provinsi Bengkulu.

Sementara itu, data time series yang digunakan adalah 11 (sebelas) tahun terakhir,

dari tahun 2010-2020. Sehingga total unit observasi data panel dalam penelitian

ini, yaitu 10x11 = 110 unit observasi.

3.5.1 Analisis Regresi Data Panel

Untuk menganalisis struktur ekonomi primer maka dilakukan dengan analisis

regresi data panel dengan persamaan sebagai berikut :

Y= β0 + β1 BLit + β2 BTLit + β3 JPit +e

Keterangan:

Y = Kontribusi Sektor Primer

β0 = Konstanta

β1-3 = Koefisien Regresi

BLit = Belanja Langsung

BTLit = Belanja Tidak Langsung

JPit = Jumlah Penduduk

e = Standard eror

27
3.5.2 Pemilihan Model Estimasi Data Panel

Dalam regresi data panel terdapat tiga model yang digunakan. Model yang

digunakan dalam regresi data panel, yaitu common effect model (OLS pooled),

fixed effect model (LSDV), dan random effect model (Gujarati, 2013).

1) Common Effect Model


Common Effect Model merupakan jenis model yang cukup sederhana

dimana menggabungkan seluruh data time series dan data cross section, setelah

itu akan dilakukan estimasi model dengan menggunakan Ordinary Least Square

(OLS). Dalam model ini menganggap bahwa intersep dan slope pada setiap

variabel sama untuk setiap obyek observasi. Jadi dapat dikatakan, bahwa hasil

regresi ini dianggap berlaku untuk semua tempat dan pada semua waktu.

2) Fixed Effect Model


Fixed Effect Model dalam model ini mengasumsikan bahwa perbedaan

antar individu dapat diakomodasi dari intersepnya. Dalam mengestimasi model

fixed effect maka perlu menggunakan teknik variabel dummy untuk menangkap

perbedaan intersep antar individu. Dalam model fixed effect memberikan asumsi

bahwa koefisien regresi (slope) tetap baik antar individu dan antar waktu.

3) Random Effect Model


Dalam model random effect mengasumsikan bahwa dalam data panel

terdapat variabel gangguan yang mana nilainya berbeda antar individu. Model

random effect hampir memilki kesamaan dengan model common effect tetapi pada

28
random effect ditambah nilai residu. Maka pada model random effect dapat

diasumsikan bahwa intersep ataupun slope adalah sama baik antar waktu ataupun

individu, dan ditambah nilai residu yang berbeda antar waktu.

3.5.3 Uji Kesesuaian Model

Dalam menentukan sebuah model yang tepat yang akan digunakan pada

penelitian ini, maka harus dilakukan beberapa pengujian yang dilakukan sebagai

berikut:

1) Uji Chow (Chow Test)


Uji Chow adalah pengujian yang dilakukan guna untuk memilih model

mana yang sesuai antara common effect model atau fixed effect model yang paling

tepat untuk digunakan dalam mengestimasi data panel. Adapun hipotesis dalam

uji Chou, yaitu:

H0 : Common effect model


Ha : Fixed effect model
Tingkat error (α) adalah sebesar 5%. Adapun kriteria dalam menentukan

apakah hipotesis diterima atau ditolak, yaitu apabila nilai dari Probabilitas < 0,05

maka Ha diterima, artinya model yang akan dipilih adalah fixed effect model.

Namun sebaliknya, bila nilai Probabilitas > 0,05 maka H0 diterima, artinya model

yang akan dipilih adalah common effect model. Jika model yang dipilih yaitu fixed

effect model maka harus dilakukan pengujian lagi, yaitu Uji Hausman untuk

mengetahui model mana yang terbaik untuk digunakan nanti apakah fixed effect

model atau random effect model.

2) Uji Hausman (Hausman Test)

29
Uji Hausman digunakan dalam menentukan model mana paling tepat

digunakan apakah fixed effect model atau random effect model. Adapun hipotesis

dalam uji hausman sebagai berikut:

H0 : Random effect model


Ha : Fixed effect model
Tingkat error (α) adalah sebesar 5%. Adapun kriteria dalam menentukan

apakah hipotesis diterima atau ditolak, yaitu apabila nilai Probabilitas < 0,05

maka Ha diterima, artinya model yang akan dipilih adalah fixed effect. Namun

sebaliknya, bila nilai Probabilitas > 0,05 maka H0 diterima, artinya model yang

akan dipilih adalah random effect. Jika model yang dipilih adalah random effect,

maka kita harus melakukan pengujian lagi dengan uji Lagrange Multiplier.

Sebaliknya, jika model yang dipilih adalah fixed effect maka uji Lagrange

Multiplier tak perlu dilakukan.

3) Uji Lagrange Multiplier (LM)


Uji LM digunakan dalam menentukan model mana paling tepat untuk

digunakan apakah common effect model atau random effect model yang paling

tepat digunakan. Adapun hipotesis uji lagrange multiplier sebagai berikut:

H0 : Common Effect Model


Ha : Random Effect Model
Tingkat error (α) adalah sebesar 5%. Adapun kriteria dalam menentukan

apakah hipotesis diterima atau ditolak, yaitu apabila nilai dari Probabilitas < 0,05

maka Ha diterima, artinya model yang akan dipilih adalah random effect model.

Namun jika nilai Probabilitas > 0,05 maka H0 diterima, artinya model yang akan

dipilih adalah common effect model.

30
3.5.4 Pengujian Statistik

Dalam menentukan tingkat signifikansi dari masing-masing koefisien

regresi variabel bebas terhadap variabel terikat, maka perlu dilakukan pengujian

statistik, meliputi uji koefisien determinasi (R2), Uji F, dan Uji t.

1) Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien Determinasi (R2) adalah suatu ukuran yang menjelaskan besar

variasi variabel terikat (Y) yang mampu dijelaskan oleh variabel bebas (X1, X2,

dan X3). Jika pada nilai R2 mendekati 1 atau = 1, maka varian variabel struktur

ekonomi primer mampu dijelaskan secara keseluruhan oleh variabel belanja

langsung, belanja tidak langsung dan jumlah penduduk dengan kata lain garis

regresi mampu menjelaskan 100% variasi pada variabel terikat (Y). Sebaliknya

jika nilai R2 = 0, maka dapat dikatakan bahwa variasi variable struktur ekonomi

primer tidak mampu dijelaskan sama sekali oleh variabel belanja langsung,

belanja tidak langsung dan jumlah penduduk.

2) Uji F Statistik
Uji F adalah pengujian yang dilakukan guna untuk melihat pengaruh dari

variabel bebas (X1, X2, dan X3) secara keseluruhan atau secara simultan terhadap

variabel terikat (Y). Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% (α = 0,05).

Adapun hipotesis yang digunakan sebagai berikut:

H0 : β1 = β2 = β3 = 0
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0
Dalam menentukan hipotesis mana yang dapat diterima dan ditolak, maka

penentuan hipotesis dapat kita lakukan dengan cara membandingkan nilai F hitung

dengan FTabel, atau juga bisa dengan cara membandingkan nilai probabilitas

31
dengan nilai α. Jika Fhitung > FTabel atau nilai Probabilitas < 0,05, maka Ha diterima,

artinya bahwa terdapat pengaruh secara simultan dari variabel bebas (X1, X2, dan

X3) terhadap variabel terikat (Y). Namun, jika Fhitung < FTabel atau nilai Probabilitas

> 0,05, maka H0 diterima, artinya bahwa tidak terdapat pengaruh secara simultan

dari variabel bebas (X1, X2, dan X3) terhadap variabel terikat (Y).

3) Uji t Statistik
Uji t adalah pengujian yang dilakukan secara parsial atau secara mandiri

pada masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dimana dalam uji t

ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari suatu variabel

bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat secara individual. Adapun

hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Hipotesis 1 :
H0 : β1 ≥ 0,05 (Belanja langsung tidak berpengaruh terhadap struktur ekonomi

primer di Provinsi Bengkulu)

Ha : β1 < 0,05 (Belanja langsung berpengaruh terhadap struktur ekonomi

primer Provinsi Bengkulu)

Hipotesis 2 :

H0 : β2 ≥ 0,05 (Belanja tidak langsung tidak berpengaruh terhadap struktur

ekonomi primer di Provinsi Bengkulu)

Ha : β2 < 0,05 (Belanja tidak langsung berpengaruh terhadap struktur ekonomi

primer di Provinsi Bengkulu)

Hipotesis 3 :

H0 : β3 ≤ 0 (Jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap struktur ekonomi

primer di Provinsi Bengkulu)

32
Ha : β3 > 0 (Jumlah penduduk berpengaruh terhadap struktur ekonomi

Provinsi Bengkulu)

Dalam menentukan hipotesis mana yang diterima dan ditolak, maka

penentuan hipotesis dapat kita lakukan dengan cara membandingkan nilai

probabilitas dengan nilai signifikansi (α = 0,05). Jika nilai Probabilitas < 0,05,

maka Ha diterima, artinya terdapat pengaruh secara parsial antara variabel bebas

terhadap variabel terikat (Y). Namun apabila nilai Probabilitas > 0,05, maka H0

diterima, artinya tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel bebas

terhadap variabel terikat (Y)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

33
Hasil penelitian dalam bab ini pada dasarnya merupakan pembahasan

mengenai analisis dari hasil uji variabel independen dan dependen serta

interpretasi-nya. Secara umum pembahasan-nya meliputi deskripsi data dari

variabel independen dan dependen, analisis data melalui uji statistik, interpretasi

hasil dan pembahasan hubungan kausalitas antar variabel dependen terhadap

variabel dependen secara parsial.

4.1.1 Deskripsi Data

Deskripsi data merupakan gambaran dari data-data yang digunakan dan

dikumpulkan pada saat proses penelitian. Jenis data yang digunakan pada

penelitian ini adalah data sekunder yakni berupa data panel, yaitu gabungan antara

data cross section dan data time series. Data time series yang digunakan yakni

data time series periode tahun 2010-2020 sedangkan data cross section adalah 9

Kabupaten dan 1 Kota Provinsi Bengkulu yakni Kabupaten Bengkulu Selatan,

rejang Lebong, Bengkulu Utara, Kaur, Seluma, Muko-Muko, Lebong, Tengah,

Bengkulu Tengah, dan Kota Bengkulu. Adapun data yang diteliti dalam penelitian

ini yaitu berupa data variabel independen (Struktur perekonomian) dan data

variabel independen (Belanja langsung, Belanja tidak langsung, dan jumlah

penduduk).

4.1.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Provinsi Bengkulu merupakan sebuah provinsi yang terletak di Pulau

Sumatera, tepatnya terletak di sebelah barat pegunungan bukit barisan dengan luas

wilayah mencapai 1.991.933 Ha atau sekitar 19.919,33 kilometer persegi.

Wilayah Provinsi Bengkulu memanjang disepanjang garis pantai barat Sumatera

34
dengan garis pantai sepanjang 525 kilometer membentang dari perbatasan

Sumatera barat hingga ke perbatasan Provinsi Lampung. Secara astronomis,

Provinsi Bengkulu terletak antara 2°16’ sampai 3°31’ LS dan antara 101°01’

sampai 103°41’ BT. Secara jelas gambar dari Provinsi Bengkulu dapat dilihat dari

gambar dibawah ini:

Gambar 4.1 Peta Provinsi Bengkulu


Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu

Apabila ditinjau dari sisi Geografis nya letak Provinsi Bengkulu berada di

bagian bawah Pulau Sumatera, Provinsi Bengkulu di sebelah Utara berbatasan

dengan provinsi Sumatera barat, disebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi

Lampung, disebelah timur berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Selatan

dan provinsi Jambi sedangkan disebelah barat langsung berbatasan dengan

samudera Hindia.

35
Secara administratif, wilayah Bengkulu dibagi menjadi daerah Kabupaten

dan daerah Kota. Seiring dengan semangat otonomi daerah, saat ini Provinsi

Bengkulu terbagi menjadi 9 daerah Kabupaten dan 1 daerah Kota. Wilayah

administrasi yang berbentuk daerah Kabupaten yaitu: Bengkulu Selatan, Rejang

Lebong, Bengkulu Utara, Seluma, Kaur, MukoMuko, Lebong, Tengah, dan

Bengkulu Tengah. Sedangkan satu wilayah administrasi yang berbentuk daerah

Kota yaitu Kota Bengkulu.

Berikut merupakan gambaran umum luas wilayah yang dimiliki

Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu sebagai berikut

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Bengkulu


No Kabupaten/Kota Luas (km2) Persentase(%)
Bengkulu
1 1 186.10 5.95
Selatan
2 Rejang Lebong 1 639.98 8.23
3 Bengkulu Utara 4 324.60 21.72
4 Kaur 2 369.05 11.89
5 Seluma 2 400.44 12.05
6 Muko Muko 4 036.70 20.27
7 Lebong 1 921.82 9.65
8 Tengah 665.00 3.34
9 Benteng 1 223.94 6.14
10 Kota Bengkulu 151.70 0.76
Total 19 919.33 100
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, 2020

Tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa Kabupaten yang terluas berada pada

Kabupaten Bengkulu Utara dengan luas wilayah mencapai 4.324.60 km2 dan

kedua diikuti Kabupaten Muko-Muko dengan luas wilayah 4.036.70 km2 dan yang

ketiga Kabupaten Seluma mencapai 2 400.44 km2 sementara itu kabupeten yang

memiliki wilayah sedikit berada pada Kota Bengkulu yakni 151.70 =km2.

36
4.1.1.2 Perkembangan Struktur Ekonomi Primer Kabupaten/Kota di
Provinsi Bengkulu Tahun 2010-2020

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator untuk

mengukur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dalam kurun waktu 2010-2020

tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 total PDRB Provinsi Bengkulu

atas dasar harga konstan yakni 28,35 triliun dan tertinggi terjadi pada tahun 2020,

mencapai 46,38 triliun rupiah dan yang, laju pertumbuhannya tahun 2020 sebesar

4,94 persen, sedikit lebih lambat di banding tahun sebelumnya 2019 yaitu 4,96

Berikut ini merupakan perkembangan sektor primer pada Kabupaten/Kota

di Provinsi Bengkulu yang setiap tahunnya mengalami peningkatan namun

secara berkalah dan tidak meningkat secara signifikan.

Tabel 4.2 Perkembangan Sektor Primer terhadap PDRB Kabupaten/Kota


di Provinsi Bengkulu (Juta Rupiah)
N Primer
Kab/Kota
o
2010 2012 2014 2016 2018 2020
1 Bengkulu Selatan 954.389 1.037.287 1.118.471 1.167.664 1.233.614 1.275.219
2 Rejang Lebong 1.417.628 1.565.421 1.653.971 1.733.295 1.829.904 1.900.558
3 Bengkulu Utara 1.750.392 1.970.191 2.153.995 2.241.116 2.366.791 2.471.684
4 Kaur 863.249 946.219 1.028.610 1.103.549 1.176.892 1.216.566
5 Seluma 1.056.254 1.190.519 1.302.321 1.357.126 1.431.518 1.474.558
6 Muko Muko 1.059.997 1.158.918 1.276.525 1.378.029 1.484.685 1.546.249
7 Lebong 682.930 750.047 815.755 876.079 932.632 963.474
8 Kepahiang 839.443 937.690 1.038.531 1.119.577 1.193.020 1.231.597
9 Benteng 942.988 1.022.884 1.104.464 1.169.976 1.249.267 1.273.534
10 Kota Bengkulu 978.870 1.028.084 1.071.183 1.122.632 1.165.024 1.200.812
12.563.82
10.546.139 11.607.259 13.269.042 14.063.348 14.554.252
Provinsi Bengkulu 4

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, 2020

Tabel 4.2 di atas menunjukan perkembangan sektor primer yang terdiri

dari sektor pertanian, kehutanan, perikanan dan sektor pertambangan, serta sektor

37
penggalian pada PDRB. Untuk sektor primer sendiri dari tahun 2010-2020 terlihat

Kabupaten yang terendah terjadi pada Kabupaten Lebong, diikuti oleh Kabupaten

Kaur dan yang ketiga diikuti Kabupaten Bengkulu Tengah. Sedangkan sektor

primer yang tetinggi berada pada Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Rejang

Lebong dan Kabupaten Seluma.

4.1.1.3 Perkembangan Belanja Langsung Kabupaten/Kota di Provinsi


Bengkulu Tahun 2010-2020

Belanja langsung merupakan salah satu bentuk pengeluaran pemerintah

yang dipengaruhi dengan adanya program atau kegiatan yang direncanakan, yang

terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Belanja

langsung biasanya digunakan untuk memperbaiki infrastruktur atau fasilitas

publik. Infrastruktur yang baik maka diharapkan dapat memperlancar aktivitas

perekonomian di Provinsi Bengkulu sehingga secara langsung akan meningkatkan

persentase struktur ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu.

Perkembangan proporsi belanja langsung di Provinsi Bengkulu selalu mengalami

peningkatan setiap tahunnya.

Tabel 4.3 Menunjukkan realisasi belanja langsung paling tinggi diduduki

oleh Kota Bengkulu sebesar Rp. 707.953.441. Selanjutnya belanja langsung

tertinggi kedua adalah Kabupaten Bengkulu Utara yaitu Rp. 468.140.650

disebabkan penerimaan di Kabupaten Bengkulu Utara cukup berkembang pesat

dan tinggi disetiap tahunnya.

38
Tabel 4.3 Jumlah Belanja langsung Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu
` Tahun 2010-2020 (Ribu Rupiah)
N Belanja Langsung
Kab/Kota
o 2010 2013 2015 2017 2020
1 Bengkulu Selatan 132.753.232 274.305.186 342.832.444 355.791.094 415.646.779
2 Rejang Lebong 192.192.966 244.250.530 328.915.150 434.737.793 355.952.378
3 Bengkulu Utara 162.801.020 281.592.326 394.233.469 404.389.718 468.140.650
4 Kaur 150.511.797 253.316.619 398.885.384 360.740.081 313.249.503
5 Seluma 156.989.587 270.264.511 330.574.671 321.394.336 345.519.756
6 Muko Muko 163.698.826 344.281.278 363.856.436 505.748.911 333.167.720
7 Lebong 185.489.544 256.232.906 353.409.384 333.789.691 297.070.534
8 Tengah 221.566.110 238.728.453 366.107.752 314.297.984 304.365.287
9 Benteng 154.988.767 246.865.656 337.937.974 283.968.580 253.289.835
10 Kota Bengkulu 211.088.614 313.801.962 466.085.276 604.664.453 707.953.441

Sumber: Bps Provinsi Bengkulu (Data diolah)

Selanjutnya belanja langsung tertinggi adalah Kabupaten Bengkulu

Selatan dengan jumlah Rp. 415.646.779, disusul diurutan keempat Kabupaten

rejang Lebong dengan jumlah Rp. 355.952.378 dan yang kelima adalah

Kabupaten Seluma dengan jumlah mencapai Rp. 345.519.756. Hal ini

menunjukan terjadinya perkembangan sektor perekonomian yang ditandai dengan

meningkat secara terus-menerus pengeleluaran pemerintah belanja langsung

Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu.

4.1.1.5 Perkembangan Belanja Tidak Langsung Kabupaten/Kota di Provinsi


Bengkulu Tahun 2010-2020

Pengeluaran pemerintah selain dilihat dari sisi belanja langsung, juga

dapat dilihat dari belanja tidak langsung yang merupaka anggaran daerah yang di

manfaatkan dalam jangka panjang. Menurut pemendagri 59 Tahun 2007 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah mengatakan bahwa belanja tidak

langsung tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan

kegiatan. Anggaran belanja tidak langsung memegang peranan penting untuk

39
menunjang kelancaran mekanisme sistem pemerintah serta upaya peningkatan

efisiensi dan produkrifitas agar tepat sasaran dan mencapai tujuan tahap

pembangunan.

Realisasi belanja tidak langsung Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu

dari tahun ke tahun menunjukan perkembangan yang positif atau menuju yang

lebih baik. Karena Provinsi Bengkulu sedang merencanakan banyak

pembangunan guna meningkat kesejahteraan masyarat Provinsi Bengkulu.

Tabel 4.4 Jumlah Belanja Tidak langsung Kabupaten/Kota di Provinsi


Bengkulu Tahun 2010-2020 (Ribu Rupiah)
Belanja Tidak Langsung
No Kab/Kota
2010 2013 2015 2017 2020
1 Bengkulu Selatan 263.684.868 362.232.476 483.745.455 562.621.051 614.160.540
2 Rejang Lebong 325.062.193 406.363.102 522.676.597 581.711.624 677.964.147
3 Bengkulu Utara 312.278.283 409.896.415 595.514.363 678.198.209 753.860.290
4 Kaur 164.380.787 217.765.911 321.596.802 422.792.411 512.052.781
5 Seluma 217.306.842 278.868.676 423.854.390 528.647.338 573.071.441
6 Muko Muko 185.004.253 242.788.079 338.484.024 436.983.558 561.901.673
7 Lebong 143.845.455 190.753.570 274.612.817 319.186.680 364.239.380
8 Tengah 157.941.256 224.019.268 324.716.458 371.625.399 456.154.074
9 Benteng 136.364.807 232.024.061 319.860.008 424.966.915 363.358.596
10 Kota Bengkulu 332.367.740 443.124.935 567.347.451 509.038.126 571.895.205
Sumber: Bps Provinsi Bengkulu (Data diolah)

Tabel 4.4 menunjukan bahwa realisasi belanja tidak langsung Provinsi

Bengkulu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2020 menunjukan terjadinya

peningkatan setiap tahun. Hal tersebut dirancang dengan guna utuk berbagai

rencana pembangunan bertujuan agar bermanfaat jangka panjang dan

mensejahterahkan masyarakat. Pada tahun 2010 – 2020 belanja tidak langsung

Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu tertinggi berada pada Bengkulu Utara

yakni Rp. 753.860.290, Kedua Kabupaten rejang Lebong Rp. 677.964.147, dan

40
yang ketiga Bengkulu Selatan Rp. 614.160.540 sedangkang belanja tidak

langsung yang terendah dari tahun 2010-2020 yakni pertama Kabupaten Lebong

sebesar Rp. 363.358.596, kedua Kabupaten Tengah sebesar Rp. 456.154.074 dan

yang ketiga Kabupaten Kaur sebesar Rp. 512.052.781.

4.1.1.6 Perkembangan Jumlah Peduduk Kabupaten/Kota di Provinsi


Bengkulu Tahun 2010-2020

Badan Pusat Statistik (BPS) menjabarkan bahwa penduduk adalah semua

orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan

atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap.

Pertumbuhan penduduk adalah keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-

kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah

penduduk. Berikut ini adalah jumlah penduduk Kabupeten/Kota di Provinsi

Bengkulu pada tahun 2010-2020.

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu


Tahun 2010-2020 (Jiwa)
No Jumlah Penduduk
Kab/Kota
2010 2013 2015 2017 2020
1 Bengkulu Selatan 143.417 148.854 152.194 155.427 159.683
2 Rejang Lebong 247.495 253.020 256.094 258.763 261.802
3 Bengkulu Utara 258.793 275.858 287.439 298.757 315.494
4 Kaur 108.298 112.894 115.805 118.586 122.500
5 Seluma 174.101 181.242 185.587 189.874 195.583
6 Muko Muko 156.488 168.654 177.131 185.499 198.123
7 Lebong 99.590 105.421 109.190 113.042 118.399
8 Tengah 125.315 129.706 132.415 134.938 138.184
9 Benteng 98.687 104.179 107.791 111.318 116.432
10 Kota Bengkulu 309.944 334.529 351.298 368.065 393.648
Provinsi Bengkulu 1.722.128 1.814.357 1.874.944 1.934.269 2.019.848
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, 2020

41
Tabel 4.5 menunjukan perkembangan jumlah penduduk di

Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Provinsi Bengkulu berada pada angka

1.722.128 jiwa dan terus menerus mengalami peningkatan, pada tahun 2015

sendiri terjadi peningkatan menjadi 1.874.944 jiwa dan terakhir pada tahun 2020

menjadi 12.019.848 jiwa.

Tabel di atas menunjukan jumlah penduduk di kabupeten/Kota di

Provinsi Bengkulu dari tahun 2010-2020 yang tertinggi diduduki oleh Kota

Bengkulu yang semula 2010 sebanyak 309.944 jiwa menjadi 393.648 jiwa pada

tahun 2020, kedua diduduki oleh Kabupaten Bengkulu Utara pada tahun 2010

sebnayak 258.793 jiwa menjadi 315.494 jiwa di tahun 2020, dan yang ketiga

diduduki oleh Kabupaten rejang Lebong di tahun 2010 sebanyak 247.495 jiwa

menjadi 261.802 jiwa di tahun 2020 . Sedangkan jumlah penduduk yang terendah

pertama ditahun 2020 diduduki oleh Kabupaten Bengkulu Tengah sebanyak

116.432 jiwa, kedua pada Kabupaten Lebong 118.399 jiwa dan yang ketiga

diduduki oleh Kabupaten Kaur 122.500 jiwa. Hal tersebut terjadi karena 3

Kabupaten terendah merupakan tergolong Kabupaten pemekaran baru yang ada di

Provinsi Bengkulu.

4.1.2 Hasil Analisis dan Uji Statistik

4.1.2.1 Pemilihan Model Data Panel

Pada penelitian yang berbasis analisis regresi data panel seperti pada

penelitian ini terdapat beberapa model analisis yang dapat digunakan untuk

42
menganalisis data panel, yaitu: common effect model, fixed effect model, dan

random effect model.

Oleh karena itu untuk memilih atau menentukan model analisis mana yang

akan digunakan pada penelitian ini, maka harus dilakukan pengujian terlebih

dahulu, yaitu Uji Chow, Uji Housman dan Uji Lagrange Multiplier.

1. Uji Chow (Chow Test)

Uji chow merupakan sebuah pengujian yang dilakukan untuk menentukan

model mana yang akan dipilih antara common effect dan fixed effect. Pemilihan

model tersebut didasarkan pada hipotesis berikut:

 H0 : Common Effect Model

 Ha : Fixed Effect Model

Dengan tingkat error (α) yang digunakan adalah sebesar 5% (0,05).

Adapun kriteria dalam menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak, yaitu

apabila nilai Probabilitas Cross-section Chi-square < 0,05 maka Ha diterima dan

Ho ditolak. Namun sebaliknya, bila nilai Probabilitas Cross-section Chi-square >

0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Tabel 4.6 Uji Chow (Chow Test) dengan Redundant Fixed Effects Tests
Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 494.656764 (9,97) 0.0000


Cross-section Chi-square 423.272535 9 0.0000

Sumber: Eviews9, (data diolah)

Berdasarkan hasil uji chow pada Tabel 4.6 diperoleh nilai Probabilitas

Cross-section Chi-square sebesar 0.0000, disini nilai Probabilitas Cross-section

43
Chi-square =0.0000 < 0,05 artinya Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga model

yang digunakan dari uji chow tersebut adalah model estimasi Fixed Effect.

2. Uji Hausman (Hausman Test)

Uji hausman merupakan pengujian lanjutan yang digunakan untuk

menentukan model mana yang paling tepat antara Random effect model dan fixed

effect model. Pemilihan model tersebut didasarkan pada hipotesis berikut:

 H0 : Random Effect Model

 Ha : Fixed Effect Model

Dengan tingkat error (α) yang digunakan adalah sebesar 5% (0,05).

Adapun kriteria dalam menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak, yaitu

apabila nilai Probabilitas Cross-section Chi-square < 0,05 maka Ha diterima dan

Ho ditolak. Namun sebaliknya, bila nilai Probabilitas Cross-section Chi-square >

0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak

Tabel 4.7 Uji Hausman (Hausman Test)


Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 4.036711 3 0.2575
Sumber: Eviews9, (data diolah)

Berdasarkan hasil uji hausman pada Tabel 4.7 diperoleh nilai Probabilitas

Cross-section Chi-square sebesar 0.0000, disini nilai Probabilitas Cross-section

Chi-square =0.2575> 0,05 artinya Ha ditolak dan Ho diterima, sehingga model

yang digunakan dari uji hausman tersebut adalah model estimasi Random effect.

3. Uji Lagrange Multiplier (LM)

44
Uji LM digunakan dalam menentukan model mana paling tepat untuk

digunakan apakah common effect model atau random effect model yang pling

tepat digunakan. Adapun hipotesis uji lagrange multiplier sebagai berikut:

 H0 : Common Effect Model


 Ha : Random Effect Model
Dengan tingkat error (α) yang digunakan adalah sebesar 5% (0,05).

Adapun kriteria dalam menentukan apakah hipotesis diterima atau ditolak, yaitu

apabila nilai Probabilitas Cross-section Chi-square < 0,05 maka Ha diterima dan

Ho ditolak. Namun sebaliknya, bila nilai Probabilitas Cross-section Chi-square >

0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Tabel 4.8 Uji Lagrange (LM)


Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan  491.0013  4.314554  495.3159
(0.0000) (0.0378) (0.0000)
Sumber: Eviews9, (data diolah)

Berdasarkan hasil uji Lagrange Multiplier (LM) pada Tabel 4.8 diperoleh

nilai Probabilitas Cross-section sebesar 0.0000, disini nilai Probabilitas Cross-

section =0.0000 < 0,05 artinya Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga model yang

digunakan dari uji LM tersebut adalah model estimasi Random effect model.

4.1.2.2 Uji Statistik Dan Analisis Model

Dalam menentukan tingkat signifikansi dari masing-masing koefisien

regresi variabel bebas terhadap variabel terikat, maka perlu dilakukan pengujian

statistik, meliputi uji simultan atau uji F, uji parsial atau uji t, dan uji koefisien

determinasi (R2)

45
1. Uji F

Uji F adalah pengujian yang dilakukan guna untuk melihat pengaruh dari

variabel bebas (Belanja langsung, Belanja tidak langsung, dan Jumlah penduduk)

secara keseluruhan atau secara simultan terhadap variabel terikat (Struktur

ekonomi primer). Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% (α = 0,05).

Tabel 4.9 Hasil Uji F


Variable F-statistic Prob(F-statistic)

BL
491.2876 0.000000
BTL
JP
Sumber: Eviews9, (data diolah)

Berdasarkan hasil regresi dengan model Random effect pada Tabel 4.9

diperoleh nilai probabilitas (F-Statistik) sebesar 0.00 < 0,05, yang artinya dapat

disimpulkan bahwa secara keseluruhan atau secara simultan variabel belanja

langsung, belanja tidak langsung, dan jumlah penduduk berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel struktur ekonomi primer di Kabupaten/Kota di

Provinsi Bengkulu.

2. Uji t

Uji t adalah pengujian yang dilakukan secara parsial atau secara mandiri

pada masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dimana dalam uji t

ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari suatu variabel

bebas (Belanja langsung, Belanja tidak langsung, dan jumlah penduduk) dalam

menerangkan variasi variabel terikat (Struktur ekonomi primer) secara individual.

Tingkat signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5% (α = 0,05). Pada hasil

46
regresi Random effect model diketahui nilai probabilitas dari masing-masing

variabel independen sebagai berikut:

Tabel 4.10 Nilai Prob. t-Statistit


Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.632081 0.899040 2.927656 0.0042
BL 0.023014 0.013949 1.649890 0.1019
BTL 0.221641 0.017175 12.90503 0.0000
JP 0.545137 0.095657 5.698872 0.0000
Sumber: Eviews9, (data diolah)

1. Variabel belanja langsung (BL) mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.1019>

0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya belanja langsung tidak

berpengaruh terhadap strukur ekonomi primer di Kabupaten/Kota Provinsi

Bengkulu.

2. Variabel belanja tidak langsung (BTL) mempunyai nilai probabilitas sebesar

0.0000< 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya variabel belanja

tidak langsung berpengaruh terhadap struktur ekonomi primer di

Kabupaten/Kota Provinsi Bengkulu.

3. Variabel Jumlah penduduk (JP) mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.0000<

0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya variabel jumlah penduduk

berpengaruh terhadap struktur ekonomi primer di Kabupaten/Kota Provinsi

Bengkulu.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) adalah suatu ukuran yang menjelaskan besar variasi

variabel terikat (Struktur ekonomi primer) yang mampu dijelaskan oleh variabel

bebas (belanja langsung, belanja tidak langsung, dan jumlah penduduk). nilai R2

47
berada antara 0 dan 1, apabila nilai R 2 semakin mendekati 1 maka akan semakin

baik dan sebaliknya apabila semakin mendekati nol akan semakin tidak baik.

Tabel 4.11 Nilai Prob. t-Statistik


Variable R-squared Adjusted R-squared

BL
BTL 0.932906 0.931007
JP

Sumber: Eviews9, (data diolah)

Berdasarkan hasil regresi dengan model Random Effect dari Tabel 4.11

diperoleh nilai koefisien determinasi yang di gambarkan melalui R-squared (R2)

sebesar 0.932906 yang artinya variasi struktur ekonomi primer di Kabupaten/Kota

Provinsi Bengkulu dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam penelitian

ini yaitu belanja langsung, belanja tidak langsung, dan jumlah penduduk sebanyak

93 persen sedangkan sisanya sebanyak 7 persen dijelaskan oleh variabel lain yang

berada di luar penelitian.

4. Analisis Uji Random effect model (REM)

Berdasarkan hasil uji chow, uji hausman dan uji Lagrange Multiplier maka

terpilihlah model terbaik yaitu Random effect model, Random effect model (Rem)

adalah model yang mengasumsikan bahwa dalam data panel terdapat variabel

ganggu;an yang mana nilainya berbeda antar individu. Berikut merupakan hasil

pengujian belanja langsung, belanja tidak langsung, dan jumlah penduduk

terhadap kontribusi sektor primer, sebagai berikut

48
Tabel 4.12 Hasil Data Random Effect Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 2.632081 0.899040 2.927656 0.0042
BL 0.023014 0.013949 1.649890 0.1019
BTL 0.221641 0.017175 12.90503 0.0000
JP 0.545137 0.095657 5.698872 0.0000
Random Effects
(Cross)
_BS_--C -0.060077
_RJ_--C 0.030767
_BU_--C 0.198795
_KAUR_--C 0.106479
_SLUMA_--C 0.017678
_MK_--C 0.073224
_LBG_--C -0.050704
_KPH_--C 0.046628
_BENTENG_--C 0.212891
_KTBKL_--C -0.575682

R-squared 0.932906

Adjusted R-squared 0.931007

F-statistic 491.2876
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Eviews9, (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.12 mengenai hasil perhitungan regresi data panel dengan

menggunakan model estimasi Random Effect Model diperoleh persamaan regresi

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y = 2.632081+ 0.023014 BL + 0.221641 BTL + 0.545137 JP + e

Keterangan:

Y = Kontribusi Sektor Primer

β0 = Konstanta

β1-3 = Koefisien Regresi

BLit = Belanja Langsung

49
BTLit = Belanja Tidak Langsung

JPit = Jumlah Penduduk

e = Standard eror

Adapun interpretasi dari persamaan tersebut adalah sebagai berkut :

a. Nilai konstanta (α) sebesar 2.632081 artinya jika semua variabel independen

(Belanja langsung, Belanja tidak lansung dan Jumlah penduduk) diasumsikan

bernilai sama dengan nol (0) maka nilai struktur ekonomi primer sebesar 2,63

persen.

b. Nilai koefisien variabel belanja langsung sebesar 0.023014, artinya setiap

terjadi peningkatan Belanja langsung sebesar 1 persen maka struktur ekonomi

primer akan mengalami peningkatan sebesar 0,02 persen.

c. Nilai koefisien regresi variabel belanja tidak langsung sebesar 0.221641,

artinya setiap terjadi peningkatan Belanja tidak langsung sebesar 1 persen

maka sebesar 1 persen maka struktur ekonomi primer akan mengalami

peningkatan sebesar 0,22 persen.

d. Nilai koefisien regresi variabel Jumlah penduduk sebesar 0.545137, artinya

setiap terjadi peningkatan jumlah penduduk sebesar 1 persen maka maka

struktur ekonomi primer akan mengalami peningkatan sebesar 0,54 persen.

Berdasarkan Tabel 4.14 hasil uji regresi data panel dengan model estimasi

Random effect Model dapat diketahui nilai intersep dari masing-masing

Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu. Adapun persamaan model regresi untuk

masing-masing individu (Kabupaten/Kota) dapat dijabarkan sebagai berikut:

 Yt BS = 2.572004+ 0.023014 BL + 0.221641 BTL + 0.545137 JP

50
 Yt RJ = 2.662848+ 0.023014 BL + 0.221641 BTL + 0.545137 JP

 Yt BU = 2.830876+ 0.023014 BL + 0.221641 BTL + 0.545137 JP

 Yt KAUIR = 2.73856+ 0.023014 BL + 0.221641 BTL + 0.545137JP

 Yt SELUMA = 2.649759+ 0.023014 BL + 0.221641 BTL + 0.545137 JP

 Yt MK = 2.705305+ 0.023014 BL + 0.221641 BTL + 0.54513 JP

 Yt LB = 2.581377+ 0.023014 BL + 0.221641 BTL + 0.545137 JP

 Yt KPH = 2.678709+ 0.023014 BL + 0.221641 BTL + 0.545137JP

 Yt BENTENG = 2.844972+ 0.023014 BL + 0.221641 BTL + 0.545137 JP

 Yt KOTABKL = 2.056399+ 0.023014 BL + 0.221641 BTL + 0.545137 JP

Pada persamaan regresi tersebut yang ditunjukkan melalui hasil regresi data

panel dengan estimasi random fixed effect pendekatan REM dengan penduga

Generalized Least Squares (GLS), mengasumsikan bahwa dalam data panel

terdapat variabel gangguan yang mana nilainya berbeda antar individu, tetapi

slope β tetap sama antar Kabupaten dan antar waktu terpenuhi. Dapat di

interpetasikan bahwa nilai intersep dari setiap wilayah menunjukkan besarnya

nilai rata-rata struktur ekonomi primer pada masing-masing Kabupaten/Kota di

Provinsi Bengkulu yang berbedah-bedah. Hal ini dimungkinkan karena daerah

yang diteliliti memiliki karekteristik berbedah antara satu daerah dengan daerah

yang lain.

Berdasarkan persamaan unit/individu tersebut dapat diketahui dari total 10

Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Bengkulu terdapat 7 Kabupaten yang

memiliki nilai konstanta positif yaitu Rejang Lebong, Bengkulu Utara, Kaur,

Seluma, Muko-Muko, Tengah dan Bengkulu Tengah sedangkan 3 Kabupaten

51
memilki nilai konstanta negatif yaiu Bengkulu Selatan, Lebong dan Kota

Bengkulu. Perbedaan intersep atau konstanta dari setiap Kabupaten/Kota

menunjukkan bahwa setiap Kabupaten mempunyai tingkat struktur ekonomi

primer yang berbeda-beda antar satu Kabupaten lainnya. Kabupaten yang memilki

konstanta positf artinya ketika semua variabel indenpen diasumsikan sama dengan

nol (0) maka tingkat struktur ekonomi primer/kontribusi sektor primer akan

mengalami kenaikan, adapun Kabupaten/Kota yang memilki konstanta negatif

artinya semua variabel independen diasumsikkan sama dengan nol (0) maka

tingkat struktur ekonomi primer akan mengalami penurunan. Sedangkan nilai

slope dari koefisien variabel X1-X3 menunjukan bersarnya penggaruh belanja

langsung, belanja tidak langsung dan jumlah penduduk terhadap struktur ekonomi

primer.

Dari persamaan unit/indivudu diketahui Kabupaten/Kota yang memiliki

intersep atau konstanta tertinggi adalah Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu

Utara, Kaur, Muko-Muko, Tengah, Rejang Lebong, Seluma, Lebong, Bengkulu

Selatan Dan Kota Bengkulu. Adapun interpretasinya adalah sebagai berikut :

1. Kabupaten Bengkulu Tengah mempunyai nilai konstanta sebesar 2.844972

yang artinya apabila semua variabel independen (Belanja langsung, Belanja

tidak langsung dan Jumlah penduduk) sama dengan nol maka tingkat struktur

ekonomi primer di Kabupaten Bengkulu Tengah akan meningkat menjadi 2,84

persen.

2. Kabupaten Bengkulu Utara mempunyai nilai konstanta sebesar 2.830876 yang

artinya apabila semua variabel independen (Belanja langsung, Belanja tidak

52
langsung dan Jumlah penduduk) sama dengan nol maka tingkat struktur

ekonomi primer di Kabupaten Bengkulu Utara akan meningkat menjadi 2,83

persen.

3. Kabupaten Kaur mempunyai nilai konstanta sebesar 2.73856 yang artinya

apabila semua variabel independen (Belanja langsung, Belanja tidak langsung

dan Jumlah penduduk) sama dengan nol maka tingkat struktur ekonomi primer

di Kabupaten Kaur akan meningkat menjadi 2,73 persen.

4. Kabupaten Muko-Muko mempunyai nilai konstanta sebesar 2.705305 yang

artinya apabila semua variabel independen (Belanja langsung, Belanja tidak

langsung dan Jumlah penduduk) sama dengan nol maka tingkat struktur

ekonomi primer di Kabupaten Muko-Muko akan meningkat menjadi 2,70

persen.

5. Kabupaten Kepahiang mempunyai nilai konstanta sebesar 2.678709 yang

artinya apabila semua variabel independen (Belanja langsung, Belanja tidak

langsung dan Jumlah penduduk) sama dengan nol maka tingkat struktur

ekonomi primer di Kabupaten Kepahiang akan meningkat menjadi 2,67 persen.

6. Kabupaten Rejang Lebong mempunyai nilai konstanta sebesar 2.662848 yang

artinya apabila semua variabel independen (Belanja langsung, Belanja tidak

langsung dan Jumlah penduduk) sama dengan nol maka tingkat struktur

ekonomi primer di Kabupaten Rejang Lebong akan meningkat menjadi 2,66

persen.

7. Kabupaten Seluma mempunyai nilai konstanta sebesar 2.649759 yang artinya

apabila semua variabel independen (Belanja langsung, Belanja tidak langsung

53
dan Jumlah penduduk) sama dengan nol maka tingkat struktur ekonomi primer

di Kabupaten Seluma akan meningkat menjadi 2,64 persen.

8. Kabupaten Lebong mempunyai nilai konstanta sebesar 2.581377 yang artinya

apabila semua variabel independen (Belanja langsung, Belanja tidak langsung

dan Jumlah penduduk) sama dengan nol maka tingkat struktur ekonomi primer

di Kabupaten Lebong akan meningkat menjadi 2,58 persen.

9. Kabupaten Bengkulu Selatan mempunyai nilai konstanta sebesar 2.572004

yang artinya apabila semua variabel independen (Belanja langsung, Belanja

tidak langsung dan Jumlah penduduk) sama dengan nol maka tingkat struktur

ekonomi primer di Kabupaten Bengkulu Selatan akan meningkat menjadi 2,57

persen.

10. Kota Bengkulu mempunyai nilai konstanta sebesar 2.056399 yang artinya

apabila semua variabel independen (Belanja langsung, Belanja tidak langsung

dan Jumlah penduduk) sama dengan nol maka tingkat struktur ekonomi primer

di Kabupaten Kota Bengkulu akan meningkat menjadi 2,05 persen.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Belanja Langsung Terhadap Struktur Ekonomi Primer


di Kabupaten/Kota Provinsi Bengkulu

Berdasarkan hasil regresi data panel dengan random effect model di dapat

nilai koefisien sebesar 0.023014 dan probabilitas variabel belanja langsung

sebesar 0.1019, nilai probabilitas tersebut lebih besar dari α=5% (0,05). Dari hasil

tersebut berarti Ha ditolak dan Ho diterima yang artinya variabel belanja

langsung tidak berpengaruh terhadap struktur ekonomi primer pada

Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu. Hasil ini menunjukan jika terjadinya

54
peningktan belanja langsung sebesar 1 persen maka maka akan menurunkan

kontribusi sektor primer sebesar 0,02 persen.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh, Jeclien

elfiani sendow, Debby Ch. Rotinhulu, George M.v Kawung yang berjudul

“Pengaruh pengeluaran pemerintah daerah terhadap PDRB di Kota Manado” yang

mengatakan bahwa variabel belanja langsung berpengaruh signifikan terhadap

PDRB.

4.2.2 Pengaruh Belanja Tidak Langsung Terhadap Struktur Ekonomi


Primer di Kabupaten/Kota Provinsi Bengkulu

Berdasarkan hasil regresi data panel dengan random effect model di dapat

nilai koefisien 0.221641 dan probabilitas variabel belanja tidak langsung adalah

sebesar 0.0000, nilai probabilitas tersebut lebih kecil dari α=5% (0,05). Dari hasil

tersebut berarti Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya variabel pengeluaran

belanja tidak langsung berpengaruh terhadap tingkat struktur ekonomi primer di

Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu. Hasil ini menunjukan setiap terjadinya

peningktan belanja tidak langsung sebesar 1 persen maka maka akan menurunkan

struktur ekonomi primer sebesar 0,22 persen.

Sebagimana dikemukakan oleh Rujiman (2003) bahwa sektor

perekonomian yang benilai positif dapat dikategorikan sebagai sektor maju atau

terjadinya peningkatan maupun sebaliknya sektor perekonomian yang benilai

negatif artinya sektor tersebut tidak maju atau terjadinya penurunan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Muhammad nur alfiat yang berjudul “Analisis pengaruh pengeluaran pemerintah

terhadap perubahan struktur ekonomi disulawesi tenggara” dengan menyebutkan

55
bahwa pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap perubahan

strukur. Hal tersebut didukung oleh pendapat tambunan (2001), Semakin besar

pengeluaran pemerintah, akan semakin tinggi terjadinya perubahan struktur itu

sendiri, sebaliknya semakin rendah pengeluaran pemerintah maka semakin rendah

terjadinya perubahan struktur itu sendiri. Selain itu teori Aldolf Wigner juga

mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah semakin lama akan meningkat. Ia

juga berpendapat dalam suatu perekonomian apabila pendapatan per kapita

meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat

terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul

dalam masyarakat.

Hal tersebut didukung oleh teori Chenery menjelaskan sejalan dengan

peningkatan pendapatan perkapita akan mempercepat proses transformasi dari

pertanian tradisional beralih ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan

ekonomi. Dengan demikian akan terjadinya penurunan kontribusi sektor primer

serta akan meningkatkan kontribusi sektor sekunder dan sektor tersier.

4.2.3 Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Struktur Ekonomi Primer


di Kabupaten/Kota Provinsi Bengkulu

Jumlah penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis

Republik Indonesia selama 6 bulan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6

bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Berdasarkan hasil regresi data panel dengan

random effect model di dapat nilai koefisien sebesar 0.545137 dan probabilitas

variabel Jumlah penduduk sebesar 0.0000, nilai probabilitas tersebut yakni α=5%

(0,05). Dari hasil tersebut berarti Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya variabel

jumlah penduduk berpengaruh terhadap struktur ekonomi primer pada

56
Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu. Hasil ini menunjukan setiap terjadinya

peningktan jumlah penduduk sebesar 1 persen maka maka akan menurunkan

struktur ekonomi primer sebesar 0,54 persen.

Hal tersebut terjadi karena jumlah penduduk akan mendukung terjadinya

pergeseran struktur ekonomi primer dengan jumlah penduduk banyak dan

didukung oleh mendidikan yang dituntut untuk minamal 12 tahun di saat ini,

membuat orang-orang lebih berani masuk kepasar tenaga kerja karena ingin

mecari kerja yang lebih baik misal kerja pada sektor industri atau bekerja lebih

berani membuka lapangan pekerjaan pada sektor jasa. Sehingga hal itulah yang

mendorong terjadinya pergeseran yang pada sektor primer dan semakin berali

pada sektor sekunder dan jasa lainnya.

Hal tersebut di dukung oleh teori Pattern of Development menjelaskan

tahapan proses perubahan ekonomi negara berkembang dari pertanian tradisional

menjadi industri modern sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi.

Perkembangan sektor industri menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi

sehingga meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat, yang mana hal tersebut

berkaitan dengan akumulasi modal dan human capital. Berdasarkan permintaan

domestik, peningkatan pendapatan perkapita akan menurunkan konsumsi barang

kebutuhan non pangan, misalnya investasi serta meningkatkan nilai ekspor dan

impor. Sedangkan dari sisi tenaga kerja, terjadi peralihan tenaga kerja sektor

pertanian di pedesaan ke sektor industri di perkotaan.

Sedangkan teori human capital investment merupakan teori yang

berhubungan dengan pembentukan modal manusia, yakni proses peningkatan

57
jumlah orang yang memiliki pendidikan, keahlian dan pengalaman yang dapat

menentukan kondisi politik dan pembangunan ekonomi suatu negara (Jhingan

dalam). Human capital investment secara sempit meliputi diselenggarakannya

pelatihan dan pengeluaran di bidang pendidikan, sedangkan secara lusas meliputi

pelayanan kesehatan, sosial dan pendidikan. Modal manusia juga dapat diartikan

dengan angkatan kerja, yakni penduduk yang sudah bekerja, mencari pekerjaan,

dan penduduk di atas usia 15 tahun yang melakukan aktivitas lainnya misalnya

bersekolah.

58
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan Kabupaten/Kota

Provinsi Bengkulu selama periode 2010-2020, dapat disimpulkan bahwa variabel

belanja langsung, belanja tidak langsung dan jumlah penduduk secara simultan

berpengaruh terhadap struktur ekonomi primer. sementara itu secara parsial ada

dua variabel yang berpengaruh terhadap struktur ekonomi primer yakni belanja

tidak langsung dan jumlah penduduk, Sedangkan satu variabel lainnya yaitu

belanja langsung tidak berpengaruh terhadap tingkat struktur ekonomi primer.

Adapun pengaruh dari belanja langsung, belanja tidak langsung dan jumlah

penduduk secara parsial dijelaskan sebagai berikut :

1. Variabel Belanja Langsung (BL) mempunyai nilai probabilitas sebesar -

0.1019> 0,05, maka Ha ditolak dan Ho diterima yang artinya variabel belanja

langsung tidak berpengaruh terhadap struktur ekonomi primer Kabupaten/Kota

di Provinsi Bengkulu.

2. Variabel Belanja Tidak Langsung (BTL) mempunyai nilai probabilitas sebesar

0.0000 < 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya variabel belanja

tidak langsung berpengaruh terhadap struktur ekonomi primer Kabupaten/Kota

di Provinsi Bengkulu.

3. Jumlah penduduk (JP) mempunyai nilai probabilitas sebesar 0.0000< 0,05,

maka Ha diterima dan Ho ditolak yang artinya variabel jumlah penduduk

berpengaruh terhadap struktur ekonomi primer Kabupaten/Kota di Provinsi

Bengkulu.

59
5.2 Saran

1. Hendaknya pemerintah lebih mengoptimalkan peran dan serta sebagai ujung

tombak pembangunan dengan lebih mengoptimalkan kinerja.

2. Hendaknya pemerintah melakukan inisiasi dengan mengembangkan sektoral

demi guna mencapai struktur ekonomi primer tersebut

5.3 Keterbatasan Dan Rekomendasi Untuk Penelitian Selanjutnya

1. Dalam penelitian hanya menggunakan tiga variabel bebas, yaitu belanja

langsung, belanja tidak langsung dan jumlah penduduk. Sedangkan variabel

terikat struktur ekonomi primer/kontribusi sektor primer

2. Dalam penelitian ini hanya menggunakan periode waktu sebelas tahun,

sehingga mungkin hasil penelitian akan lebih akurat jika periode waktu yang

digunakan lebih panjang.

60
DAFTAR PUSTAKA

Alfiat, M. N. (Kendari). Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap


Perubahan Struktur Ekonomi Sulawesi Tenggara. Jurnal Ekonomi
Pembangunan FF Unhulu, 20-26.

Ardiansyah. (2014). Analisis Sektor Unggulan Dan Transformasi Struktur


Ekonomi Di Provinsi Sulawesi Selatan. Makasar: Jurnal UNM.

Aswandi, k. (2016). Analisis Pengaruh Struktur Ekonomi Dalam Pembangunan


Regional di Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.

Badan Pusat Statistik. (2021). Provinsi Bengkulu Dalam Angka 2010-2020.


https//:www.bps.go.id

_____ . (2021). Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha


2010-2020. https//:www.bps.go.id

_____ . (2021). Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi


Bengkulu 2010-2020. https//:www.bps.go.id

Combes, P.-P. (2000). Economic Structure and Local Growth:1984–1993. Journal


of Urban Economics.

Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Fadilha, D. (2010). Analisis Perubahan struktur ekonomi Sumatra Utara. Tesis.


Medan Universitas sumatra Utara.

Jacklien Elfiani Sendow, D. C. (2018). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah


Terhadap Pdrb Kota Manado. Jurnal Pembanguan Ekonomi Dan
Keuangan Daerah 19(3).

Hasani, A. (2010). Analisis struktur perekonomian berdasarkan pendekatan shift


share di provinsi jawa Tengah periode tahun 2003 – 2008. Semarang:
Jurnal UNDIP Program Sarjana.

Herlina. (2020). Perubahan Fluktuatif Struktur Ekonomi Indonesia Pada Masa


Pandemi Covid-19. Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian Dan Kajian Sosial
Keagamaan, 199-210.

Idrus, I. (2017). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Dan Jumlah Penduduk


Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Di Makassar. Jurnal Ekonomi
Balance Fakultas Ekonomi dan Bisnis

61
Iksan, S. (2014). Analisis Pengaruh Belanja Langsung Dan Belanja Tidak. Jurnal
USR.

Iramayanti. (2017). Transformasi Struktur Ekonomi Kabupaten Bone Periode


2011-2015. Skripsi. Makasar : Program Sarjana Universitas Negeri
Alaudin Makasar.

Ketut, N. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran Pembangunan


Di Kota Palopo. Jurnal Ekonomi Pembangunan Indonesia.

Statistik Keuangan. (2021). Belanja Langsung Perintah Kabupaten/Kota di


Provinsi Bengkulu 2010-2020. https//:www.bps.go.id

_____ . (2021). Belanja Tidak Langsung Perintah Kabupaten/Kota di Provinsi


Bengkulu 2010-2020. https//:www.bps.go.id

Nikolaos dritsakis, a. a. (t.thn.). A Causal Relationship Between Goverment


Speding and Economic Development: An Empiris Excamination Of Greek
Economic.

Martahadi. (2014). Perubahan Struktur Ekonomi Kabupaten Aceh Utara,


Kabupaten Bireuen Dan Kota Lhokseumawe. Jurnal Serambi Ekonomi
dan Bisnis, 11-18.

Ratno, F. A. (2020). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan


Ekonomi Solo Raya 2009-2018. Journal Of Applied Business And
Economics (JABE), 362-376.

Robiani, B. (2005). Analisis Pengaruh Industrisasi Terhadap Pertumbuhan


Ekonomi Di Sumatera Selatan. Jurnal Ekonomi Pembangunan Indonesia,
93-103.

Safitri, A. I. (2019). Analisis Perubahan Struktur Ekonomi Dan Identifikasi Sektor


Basis Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten Morowali Provinsi
Sulawesi Tengah. Skripsi. Makasar: Universitas Hasanudin Makasar.

S, A. K. (2013). Analisis Struktur Perekonomian Dan Pertumbuhan Ekonomi Di


Provinsi Banten Melalui Pendekatan Lq, Shift Share. Skripsi. Semarang:
Program Sarjana Universitas negeri Semarang.

Septiani, N. (2019). Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor


Pada Sektor Pendidikan, Sektor Kesehatan Dan Sektor Infrastruktur
Dalam Persektif Islam. Skripsi. Lampung: Program Sarjana Universitas
Islam Raden Intan.

62
Sempurna, S. (2018). Pengaruh Pengeluaran Publik Terhadap Transformasi
Struktur Ekonomi Dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Humbang
Hasundutan. Tesis. Sumatera Utara: Program Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara

Solikin, A. (2018). Pengeluaran pemerintah dan pengembangan perekonomian


(Hukum wegner) Dinegara berkembang. Jurnal Info Artha , 65-89.

Sugiono. (2019). Metode Penelitian Kuntitatif. Bandung: ALFABETA.

Sukirno, S. 2004). Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Kedua. Jakarta:


Penerbit Raja Grafindo Persada.

________ (2006). Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Raja
Grafindo Persada.

Suparmoko. (2004). Pengantar Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE.

Supriadi, D. (2017). Analisis Transformasi Struktural Perekonomian Aceh. Jurnal


E-Kombis 3(1) 14

Suwanti. (2013). Analisis Pengaruh pengeluaran pemerintah untuk sektor


pertanian terhadap PDRB sektor pertanian 35 Kabupaten/Kota di provinsi
jawa Tengah 2007-2010. Diponegoro Journal Of Economic, 2337-3814.

Syarih, F. (2020). Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor


Pertanian Dan Infrastruktur Terhadap Pdrb Sektor Pertanian
Kabupaten/Kota. Skripsi.Sumatera Utara: Program Sarjana Universitas
Sumatera Utara.

Tampone, P. (2020). Pengaruh Belanja Langsung Dan Belanja Tidak Langsung


Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro.
Jurnal Berkala Ilmiah Effensi .

Taufik, M. (2016). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Disekto Pertanian Terhadap


PDRB Sektor Pertanian Di Wilayah EKS Kepresidenana Besuki. Jurnal
Ilmiah.

Wardani, L. K. (2013). Pengaruh Pengangguran, Pengeluaran Pemerintah Dan


Jumlah Penduduk Terhadap Kemiskinan Kab/Kota Di Jawa Tengah Tahun
2006-2010. Jurnal Ilmiah. Semarang: Universitas Semarang.

Wibowo, D. (2019). Analisis Perubahan Struktur Ekonomi Dan Sector Potensial


DiKabupaten Bengkalais 2011-2016. Skripsi. Yogyakarta: Program
Sarjana Universitas Sunan Kalijaga .

63
Todaro. (2004). Pembangunan Ekonomi dunia ketiga. Jakarta: Erlangga.

Vaulin, S. (2014). Analisis Transformasi Struktur Ekonomi Pekanbaru. Jurnal


Dinamika Pertanian, 69-78.

Wijaya, F. (2000). Seri Pengantar Ekonomika Makro, Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.

64
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1. Data uji regresi data panel Kabupaten/Kota di Provinsi
Bengkulu periode tahun 2010-2020
Kabupaten/Kota Tahun Ln Y Ln X1 Ln X2 Ln X3
Bengkulu Selatan 2010 13,77 18,7 19,39 11,87
Bengkulu Selatan 2011 13,8 19,03 19,5 11,89
Bengkulu Selatan 2012 13,85 19,12 19,64 11,9
Bengkulu Selatan 2013 13,89 19,43 19,71 11,91
Bengkulu Selatan 2014 13,93 19,59 19,87 11,92
Bengkulu Selatan 2015 13,95 19,65 20 11,93

65
Bengkulu Selatan 2016 13,97 19,84 20,21 11,94
Bengkulu Selatan 2017 14 19,69 20,15 11,95
Bengkulu Selatan 2018 14,03 19,61 20,15 11,96
Bengkulu Selatan 2019 14,06 19,86 20,2 11,97
Bengkulu Selatan 2020 14,06 19,85 20,24 11,98
Rejang Lebong 2010 14,16 19,07 19,6 12,42
Rejang Lebong 2011 14,21 19,14 19,66 12,43
Rejang Lebong 2012 14,26 19,18 19,78 12,43
Rejang Lebong 2013 14,3 19,31 19,82 12,44
Rejang Lebong 2014 14,32 19,56 19,92 12,45
Rejang Lebong 2015 14,34 19,61 20,07 12,45
Rejang Lebong 2016 14,37 19,73 20,18 12,46
Rejang Lebong 2017 14,39 19,89 20,18 12,46
Rejang Lebong 2018 14,42 20,02 20,22 12,47
Rejang Lebong 2019 14,45 20,07 20,29 12,47
Rejang Lebong 2020 14,46 19,69 20,33 12,48
Bengkulu Utara 2010 14,38 18,91 19,56 12,46
Bengkulu Utara 2011 14,43 19,35 19,63 12,49
Bengkulu Utara 2012 14,49 19,49 19,79 12,51
Bengkulu Utara 2013 14,54 19,46 19,83 12,53
Bengkulu Utara 2014 14,58 19,53 19,91 12,55
Bengkulu Utara 2015 14,6 19,79 20,2 12,57
Bengkulu Utara 2016 14,62 20,13 20,33 12,59
Bengkulu Utara 2017 14,64 19,82 20,33 12,61
Bengkulu Utara 2018 14,68 20,08 20,29 12,63
Bengkulu Utara 2019 14,72 20,12 20,37 12,64
Bengkulu Utara 2020 14,72 19,96 20,44 12,66
Kaur 2010 13,67 18,83 18,92 11,59
Kaur 2011 13,7 18,9 19,08 11,61
Kaur 2012 13,76 19,17 19,14 11,62
Kaur 2013 13,81 19,35 19,2 11,63
Kaur 2014 13,84 19,45 19,21 11,65
Kaur 2015 13,88 19,8 19,59 11,66
Kaur 2016 13,91 20,06 19,73 11,67
Kaur 2017 13,94 19,7 19,86 11,68
Kaur 2018 13,98 19,62 19,83 11,69
Kaur 2019 14,01 19,7 19,94 11,71
Kaur 2020 14,01 19,56 20,05 11,72

66
Seluma 2010 13,87 18,87 19,2 12,07
Seluma 2011 13,93 19,14 19,26 12,08
Seluma 2012 13,99 18,86 19,36 12,09
Seluma 2013 14,04 19,41 19,45 12,11
Seluma 2014 14,08 19,72 19,51 12,12
Seluma 2015 14,09 19,62 19,86 12,13
Seluma 2016 14,12 19,83 20,01 12,14
Seluma 2017 14,15 19,59 20,09 12,15
Seluma 2018 14,17 19,7 20,08 12,16
Seluma 2019 14,2 19,84 19,76 12,17
Seluma 2020 14,2 19,66 20,17 12,18
Muko-Muko 2010 13,87 18,91 19,04 11,96
Muko-Muko 2011 13,91 18,99 19,09 11,99
Muko-Muko 2012 13,96 19,26 19,24 12,01
Muko-Muko 2013 14,02 19,66 19,31 12,04
Muko-Muko 2014 14,06 19,66 19,39 12,06
Muko-Muko 2015 14,1 19,71 19,64 12,08
Muko-Muko 2016 14,14 19,86 19,8 12,11
Muko-Muko 2017 14,17 20,04 19,9 12,13
Muko-Muko 2018 14,21 19,89 19,94 12,15
Muko-Muko 2019 14,24 19,94 19,99 12,17
Muko-Muko 2020 14,25 19,62 20,15 12,2
Lebong 2010 13,43 19,04 18,78 11,51
Lebong 2011 13,48 19,15 18,86 11,53
Lebong 2012 13,53 19,16 19,02 11,55
Lebong 2013 13,57 19,36 19,07 11,57
Lebong 2014 13,61 19,56 19,2 11,58
Lebong 2015 13,65 19,68 19,43 11,6
Lebong 2016 13,68 19,82 19,52 11,62
Lebong 2017 13,72 19,63 19,58 11,64
Lebong 2018 13,75 19,64 19,63 11,65
Lebong 2019 13,78 19,66 19,69 11,67
Lebong 2020 13,78 19,51 19,71 11,68
Tengah 2010 13,64 19,22 18,88 11,74
Tengah 2011 13,69 19,17 19,04 11,75
Tengah 2012 13,75 19,07 19,15 11,76
Tengah 2013 13,81 19,29 19,23 11,77
Tengah 2014 13,85 19,51 19,37 11,78

67
Tengah 2015 13,89 19,72 19,6 11,79
Tengah 2016 13,93 19,55 19,71 11,8
Tengah 2017 13,96 19,57 19,73 11,81
Tengah 2018 13,99 19,52 19,73 11,82
Tengah 2019 14,03 19,6 19,82 11,83
Tengah 2020 14,02 19,53 19,94 11,84
Bengkulu Tengah 2010 13,76 18,86 18,73 11,5
Bengkulu Tengah 2011 13,79 19,24 19,17 11,52
Bengkulu Tengah 2012 13,84 19,1 19,16 11,54
Bengkulu Tengah 2013 13,87 19,32 19,26 11,55
Bengkulu Tengah 2014 13,91 19,48 19,43 11,57
Bengkulu Tengah 2015 13,94 19,64 19,58 11,59
Bengkulu Tengah 2016 13,97 19,97 19,84 11,6
Bengkulu Tengah 2017 14 19,46 19,87 11,62
Bengkulu Tengah 2018 14,04 19,54 19,88 11,64
Bengkulu Tengah 2019 14,07 19,68 19,94 11,65
Bengkulu Tengah 2020 14,06 19,35 19,71 11,67
Kota Bengkulu 2010 13,79 19,17 19,62 12,64
Kota Bengkulu 2011 13,81 19,18 19,76 12,67
Kota Bengkulu 2012 13,84 19,06 19,93 12,7
Kota Bengkulu 2013 13,87 19,56 19,91 12,72
Kota Bengkulu 2014 13,88 19,72 20,06 12,75
Kota Bengkulu 2015 13,9 19,96 20,16 12,77
Kota Bengkulu 2016 13,93 20,02 20,12 12,79
Kota Bengkulu 2017 13,95 20,22 20,05 12,82
Kota Bengkulu 2018 13,97 20,03 20,1 12,84
Kota Bengkulu 2019 13,99 20,21 20,1 12,86
Kota Bengkulu 2020 14 20,38 20,16 12,88

68
Lampiran 2. Hasil Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji Lagrange (LM)

Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 494.656764 (9,97) 0.0000


Cross-section Chi-square 423.272535 9 0.0000

69
Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test


Equation: Untitled
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 4.036711 3 0.2575

Uji Lagrange (LM)

Lagrange Multiplier Tests for Random Effects


Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
        (all others) alternatives

Test Hypothesis
Cross-section Time Both

Breusch-Pagan  491.0013  4.314554  495.3159


(0.0000) (0.0378) (0.0000)

Lampiran 3. Common Effect Model


Dependent Variable: Y?
Method: Pooled Least Squares
Date: 07/27/22 Time: 10:10
Sample: 2010 2020
Included observations: 11
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 110

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 5.334631 0.987656 5.401305 0.0000


X1? -0.093820 0.074436 -1.260407 0.2103
X2? 0.403571 0.076663 5.264228 0.0000

70
X3? 0.212923 0.056477 3.770103 0.0003

R-squared 0.569478    Mean dependent var 14.02173


Adjusted R-squared 0.557294    S.D. dependent var 0.276849
S.E. of regression 0.184205    Akaike info criterion -0.509849
Sum squared resid 3.596738    Schwarz criterion -0.411650
Log likelihood 32.04169    Hannan-Quinn criter. -0.470019
F-statistic 46.73765    Durbin-Watson stat 0.068567
Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 4. Fixed Effect Model


Dependent Variable: Y?
Method: Pooled Least Squares
Date: 07/27/22 Time: 10:11
Sample: 2010 2020
Included observations: 11
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 110

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.687779 1.042596 1.618824 0.1087

71
X1? 0.018632 0.014200 1.312148 0.1926
X2? 0.211571 0.018031 11.73386 0.0000
X3? 0.647027 0.111554 5.800133 0.0000
Fixed Effects
(Cross)
_BS_--C -0.045401
_RJ_--C -0.006324
_BU_--C 0.151220
_KAUR_--C 0.144879
_SLUMA_--C 0.010111
_MK_--C 0.069736
_LBG_--C -0.008561
_KPH_--C 0.070939
_BENTENG_--C 0.258494
_KTBKL_--C -0.645094

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.990820    Mean dependent var 14.02173


Adjusted R-squared 0.989684    S.D. dependent var 0.276849
S.E. of regression 0.028119    Akaike info criterion -4.194145
Sum squared resid 0.076696    Schwarz criterion -3.874997
Log likelihood 243.6780    Hannan-Quinn criter. -4.064697
F-statistic 872.4205    Durbin-Watson stat 1.061063
Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 5. Random Effect Model


Dependent Variable: Y?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/27/22 Time: 10:12
Sample: 2010 2020
Included observations: 11
Cross-sections included: 10
Total pool (balanced) observations: 110
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

72
C 2.632081 0.899040 2.927656 0.0042
X1? 0.023014 0.013949 1.649890 0.1019
X2? 0.221641 0.017175 12.90503 0.0000
X3? 0.545137 0.095657 5.698872 0.0000
Random Effects
(Cross)

_BS_--C -0.060077

_RJ_--C 0.030767

_BU_--C 0.198795

_KAUR_--C 0.106479

_SLUMA_--C 0.017678

_MK_--C 0.073224

_LBG_--C -0.050704

_KPH_--C 0.046628

_BENTENG_--C 0.212891

_KTBKL_--C -0.575682

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0.219472 0.9839


Idiosyncratic random 0.028119 0.0161

Weighted Statistics

R-squared 0.932906    Mean dependent var 0.541256


Adjusted R-squared 0.931007    S.D. dependent var 0.107575
S.E. of regression 0.028256    Sum squared resid 0.084632
F-statistic 491.2876    Durbin-Watson stat 1.025741
Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.406286    Mean dependent var 14.02173


Sum squared resid 4.960108    Durbin-Watson stat 0.017502

73
74

Anda mungkin juga menyukai