Anda di halaman 1dari 121

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN

PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI


KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

SKRIPSI

Disusun Oleh :

ANDI KURNIAWAN KARTA NEGARA


(NIM. 3031711001)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI EKONOMI
2021
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN
PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

SKRIPSI

Disusun Oleh :

ANDI KURNIAWAN KARTA NEGARA


(NIM. 3031711001)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI EKONOMI
2021

i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

"Barang siapa belum pernah merasakan pahitnya mencari ilmu walau sesaat, ia
akan menelan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya." (Imam Syafi'i)

"Harus selalu konsisten dalam menekuni suatu disiplin ilmu yang Anda pelajari
karena dengan konsisten, Anda bisa seperti saya". (B.J.Habibie)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan dengan segenap rasa kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kelancaran dan

kemudahan kepada penulis.

2. Kampus tercinta, Universitas Bangka Belitung.

3. Kedua Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan,

semangat, motivasi kepada penulis baik secara materi dan doa yang

dipanjatkan kepada penulis.

4. Teman-teman mahasiswa program studi ekonomi yang turut memberikan

dukungan serta doa selama perkuliahan dan pengerjaan Skripsi.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam Skripsi

ini.

v
ABSTRACT

The Effect of the Human Development Index and Unemployment on Poverty in


the Province of the Bangka Belitung Islands

Andi Kurniawan Karta Negara

kurniawanandi833@gmail.com

This study aims to analyze and find out how the influence of the Human
Development Index and Unemployment on Poverty in the Province of the Bangka
Belitung Islands. The type of research used in this study is a type of quantitative
research. There are three variables used in this study, namely the human
development index, unemployment and poverty. The analytical tool used in this
study is multiple linear regression with panel data. The results showed that
partially the Human Development Index variable had a significant negative effect
on Poverty in the Province of the Bangka Belitung Islands. Unemployment has a
significant positive effect on the Poverty Level in the Province of the Bangka
Belitung Islands. While the results of the simultaneous test show that overall the
Human Development Index and Unemployment variables have a significant
positive effect on poverty in the Province of the Bangka Belitung Islands.

Keywords : Unemployment, Human Development Index, Poverty.

vi
ABSTRAK

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pengangguran Terhadap


Kemiskinan Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Andi Kurniawan Karta Negara

kurniawanandi833@gmail.com

Penelitian bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana


pengaruh Indeks Pembangunan Manusia dan Pengangguran terhadap Kemiskinan
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Terdapat tiga variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu indeks pembangunan manusia,
pengangguran dan kemiskinan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi linier berganda dengan data panel. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara parsial variabel Indeks Pembagunan Manusia berpengaruh negatif
signifikan terhadap Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pengangguran berpengaruh positif signifikan terhadap Kemiskinan di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Sedangkan hasil uji simultan meunjukkan bahwa
secara keseluruhan variabel Indeks Pembangunan Manusia dan Pengangguran
berpengaruh positif signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.

Kata Kunci : Pengangguran, Indeks Pembangunan Manusia, Kemiskinan.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia

dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung”. Penyusunan Skripsi ini, penulis banyak mendapat tantangan dan

hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu dapat

teratasi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Dr. Ibrahim, S.Fil., M.Si selaku Rektor Universitas Bangka Belitung.

2. Dr. Reniati, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Bangka Belitung.

3. Karmawan, S.E., M.Sc selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Bangka Belitung.

4. Suhaidar, S.E., M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi Universitas

Bangka Belitung.

5. Dr. Devi Valeriani, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi dan

pembimbing utama yang telah banyak membina kelancaran proses studi

serta pembimbing dalam penyelesaian Skripsi ini.

6. Dr. Andy Yusfany, S.E., M.Si sebagai pembimbing pendamping yang

telah bersedia membantu penulis dan membimbing penulis dengan baik

dalam menyelesaikan Skripsi ini.

viii
7. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pengajar di Fakultas Ekonomi khususnya

Program Studi Ekonomi yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta

membantu kelancaran pembelajaran penulis selama proses studi di

Universitas Bangka Belitung.

8. Keluarga yang selalu mendorong dan terus memberikan semangat baik

secara moril maupun materil.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih memiliki

kekurangan sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan agar

penelitian ini menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Semoga Skripsi

ini dapat berguna dan bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan bagi

pembaca serta semua kalangan yang membutuhkannya. Demikian kata pengantar

ini dibuat oleh penulis.

Bangka, 27 Juli 2021

Penulis,

Andi Kurniawan Karta Negara

ix
DAFTAR ISI

COVER. .......................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN. ......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN. ....................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ................................................................ v

ABSTRACT. ................................................................................................... vi

ABSTRAK. ..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR. ................................................................................... viii

DAFTAR ISI. .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL. ......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR. ..................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN. ................................................................................. xvi

BAB I. PENDAHULUAN. ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang. ............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah. ........................................................................ 8

1.3. Tujuan Penelitian. ......................................................................... 9

1.4. Manfaat Penelitian. ....................................................................... 9

1.5. Sistematika Penulisan. .................................................................. 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. .................................................................. 12

2.1 Landasan Teori. .............................................................................. 12

2.1.1. Kemiskinan.......................................................................... 12

2.1.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ................................. 21

x
2.1.3. Pengangguran ...................................................................... 30

2.2 Penelitian Terdahulu. ..................................................................... 39

2.3. Kerangka Pemikiran. ..................................................................... 42

2.4. Hipotesis. ....................................................................................... 45

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN . ................................................. 46

3.1. Pendekatan Penelitian. .................................................................. 46

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian. ...................................................... 46

3.3. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 46

3.3.1. Jenis Data ............................................................................ 46

3.3.2. Sumber Data ........................................................................ 47

3.4. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 47

3.5. Populasi dan Sampel .................................................................... 48

3.5.1. Populasi ............................................................................... 48

3.5.2. Sampel ................................................................................. 48

3.6. Metode Analisis ............................................................................ 49

3.6.1. Teknik Analisis Data. .......................................................... 49

3.6.1.1. Regresi Data Panel . ................................................ 50

3.6.2. Penentuan Metode Estimasi Regresi Data Panel................. 51

3.6.2.1. Uji Chow . ............................................................... 51

3.6.2.3.Uji Hausman . .......................................................... 51

3.6.3. Penentuan Model Estimasi. ................................................. 52

3.6.3.1.Common Effect Model . ........................................... 52

3.6.3.2. Fixed Effect Model . ................................................ 52

xi
3.6.3.3. Random Effect Model . ........................................... 53

3.6.4. Uji Asumsi Klasik . ............................................................. 54

3.6.4.1. Uji Normalias ......................................................... 54

3.6.4.2. Uji Multikoleniaritas. .............................................. 55

3.6.4.3. Uji Autokorelasi ..................................................... 55

3.6.4.4. Uji Heteroskedastisitas . ......................................... 55

3.6.5. Uji Hipotesis ....................................................................... 56

3.6.5.1. Uji Determinasi (R2). .............................................. 56

3.6.5.2. Uji Parsial (Uji t). ................................................... 56

3.6.5.3. Uji Simultan (Uji F). ............................................... 57

3.7. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 58

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ..................................................... 59

4.1. Deskripsi Variabel Penelitian. ....................................................... 59

4.1.1. Perkembangan Kemiskinan Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung. ................................................................ 59

4.1.2. Perkembangan IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 60

4.1.3. Perkembangan Pengangguran Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung. ................................................................. 64

4.2. Analisis Data. ................................................................................ 66

4.2.1. Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel. .................. 66

4.2.1.1. Uji Chow. ................................................................ 67

4.2.1.2. Uji Hausman ........................................................... 67

4.2.2. Regresi Data Panel .............................................................. 68

xii
4.2.3. Uji Asumsi Klasik ............................................................... 69

4.2.3.1. Uji Normalitas ....................................................... 69

4.2.3.2. Uji Multikoleniaritas .............................................. 70

4.2.3.3. Uji Autokorelasi...................................................... 71

4.2.3.4. Uji Heteroskedastisitas ......................................... 72

4.2.4. Uji Hipotesis ....................................................................... 72

4.2.4.1. Uji Determinasi (R2) .............................................. 73

4.2.4.2. Uji Parsial (Uji t) .................................................... 73

4.2.4.3. Uji Simultan (Uji F) ................................................ 75

4.3. Pembahasan ................................................................................... 77

4.3.1. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap

Kemiskinan ......................................................................... 77

4.3.2. Pengaruh Pengangguran Terhadap Kemiskinan ................. 79

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 82

5.1. Kesimpulan .................................................................................. 82

5.2. Saran ............................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 84

LAMPIRAN. .................................................................................................... 89

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Angka Kemiskinan Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun

2010-2020 ........................................................................................ 2

Tabel 2.1. Klasifikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM). ......................... 29

Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 40

Tabel 3.1. Sampel Penenlitian.......................................................................... 49

Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel ......................................................... 58

Tabel 4.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota,


2019-2020 ........................................................................................ 62

Tabel 4.2. TPT Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Kabupaten/


Kota, 2019-2020 ............................................................................. 65

Tabel 4.3. Hasil Uji Chow ................................................................................ 67

Tabel 4.4. Tabel Uji Hausman ......................................................................... 68

Tabel 4.5. Hasil Analisis Fixed Effect Model .................................................. 68

Tabel 4.6. Hasil Uji Multikolinieritas .............................................................. 71

Tabel 4.7. Hasil Uji Autokorelasi .................................................................... 71

Tabel 4.8. Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 72

Tabel 4.9. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi R2 .................................... 73

Tabel 4.10. Hasil Pengujian Signifikansi Parsial (Uji-t) .................................. 73

Tabel 4.11. Hasil Pengujian Signifikansi Simultan (Uji-F) ............................. 75

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Garis Kemiskinan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun

2010-2020. .................................................................................. .3

Gambar 1.2. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan

Kemiskinan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun

2010-2020 ................................................................................... 4

Gambar 1.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung Tahun 2010-2020. .................................................... 6

Gambar 1.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung Tahun 2010-2020 ............................................ 7

Gambar 2.1. Lingkaran Setan Kemiskinan ...................................................... 12

Gambar 2.2. Kurva Lorenz............................................................................... 17

Gambar 2.3. Penawaran dan permintaan tenaga kerja. .................................... 35

Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran ................................................................... 44

Gambar 4.1. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung Tahun 2010-2020 ............................................ 59

Gambar 4.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kepulauan Bangka

Belitung, 2010-2020 .................................................................. 61

Gambar 4.3. TPT Menurut Klasifikasi Daerah dan Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan di Provinsi Kepulauan .................................... 65

Gambar 4.4. Uji Normalitas dengan Uji Jarque-Bera .................................... 70

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Penelitian Periode Tahun 2010-2020 .................................. 89

Lampiran 2. Hasil Uji Chow, Uji Hausman .................................................... 91

Lampiran 3. Hasil Fixed Effect Model ............................................................. 92

Lampiran 4. Uji R2, Uji t, Uji F ...................................................................... 93

Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas, Uji Multikoleniaritas, Uji Autokorelasi,

Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 94

Lampiran 6. Kartu Bimbingan ......................................................................... 95

Lampiran 7. Kartu Revisi Sidang Skripsi Dan Ujian Komprehensif ............... 97

Lampiran 8. Hasil Pemerksaan Plagiat Skripsi ................................................ 98

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah utama yang ingin dituntaskan oleh berbagi

negara di seluruh dunia. Negara Indonesia yang merupakan negara berkembang

memiliki fokus untuk menurunkan kemiskinan. Oleh karena itu, upaya

penanggulangan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, meliputi

berbagai aspek kehidupan masyarakat dan dilaksanakan secara terpadu.

Pengentasan kemiskinan akan menjadi salah satu indikator penting dari

keberhasilan pembangunan (Niswati, 2014).

Kemiskinan yang terjadi di Indonesia sering kali menimbulkan banyak

masalah diantaranya kualitas sumber daya manusia yang rendah dan tingkat

pengangguran sehingga masalah tersebut menyebabkan masyarakat mengalami

kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari–hari. Permasalahan

kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks, oleh karena itu upaya

pengentasan harus dilakukan secara tepat dan mencakup berbagai aspek

kehidupan (Suliswanto, 2010).

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk terus menekan angka

kemiskinan. Namun kenyataannya, dampak upaya pemerintah tersebut terhadap

kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum terlalu efektif. Dapat

terlihat dari jumlah dan persentase penduduk miskin di Provinsi Kepulauan

1
Bangka Belitung pada periode 2010 hingga 2020 cenderung stagnan

persentasenya di kisaran 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) persen.

Tabel 1.1. Angka Kemiskinan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung


Tahun 2010-2020
Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin
Tahun
(ribu orang) (%)
2010 67,75 6,51
2011 65,55 5,16
2012 70,75 5,53
2013 68,14 5,21
2014 71,64 5,36
2015 74,09 5,40
2016 72,76 5,22
2017 74,09 5,20
2018 76,26 5,25
2019 68,38 4,62
2020 68,39 4,53
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat 2019/2020, BPS Bangka Belitung, 2020

Tabel 1.1 menunjukkan angka kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung, dengan jumlah penduduk miskin terendah pada tahun 2011 sebesar

65,55 ribu, dan jumlah penduduk miskin tertinggi sebesar 76,26 ribu pada tahun

2018. Secara keseluruhan, jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung berfluktuasi dari tahun 2010 hingga 2020, dengan rata-rata 70,70

ribu. Sementara itu persentase penduduk miskin justru mengalami trend

penurunan, persentase terendah terjadi pada trahun 2020 sebesar 4,53 persen dan

tahun 2010 menjadi persentase tertinggi sebesar 6,51 persen.

Garis kemiskinan pada prinsipnya mengukur kemampuan pendapatan dalam

memenuhi kebutuhan pokok/dasar atau mengukur daya beli minimum masyarakat

di suatu daerah. Konsumsi yang dimaksudkan dalam garis kemiskinan ini meliputi

2
konsumsi untuk sandang, pangan, perumahan, kesehatan, dan pendidikan

(Suryawati, 2005).

Y (Rupiah)
800.000

700.000
600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000
0 X (Tahun)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Garis Kemiskinan (Rupiah)

Gambar 1.1. Garis Kemiskinan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung


Tahun 2010-2020.
Sumber: : Indikator Kesejahteraan Rakyat 2019/2020, BPS Bangka Belitung.
2020

Menurut Gambar 1.1 tahun 2010 garis kemiskinan di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung adalah Rp. 315.556,- dan menjadi nilai terendah selama periode

tahun 2010 hingga 2020, sementara itu nilai tertinggi terjadi pada tahun 2020

menjadi Rp. 721.455,- secara keseluruhan garis kemiskinan di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung pada tahun 2010 hingga tahun 2020 mengalami peningkatan

dengan rata-rata sebesar Rp. 505.418,-. Meningkatnya garis kemiskinan

dipengaruhi oleh meningkatnya gaya hidup masyarakat serta meningkatnya harga

kebutuhan pokok setiap tahunnya.

Dalam perkembangannnya, memahami kemiskinan dalam konteks

pembangunan, tidak cukup hanya melihat perubahan jumlah penduduk yang hidup

3
di bawah garis kemiskinan, melainkan jauh lebih bermakna jika mencermati

penduduk miskin yang terpuruk jauh dari garis kemiskinan

dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin. Untuk itu, perlu

diketahui indicator besaran Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) (BPS, 2020).

1 0,91 0,3
0,9
0,76 0,74 0,25
0,8 0,69
0,67 0,67
0,7 0,24 0,63
0,60 0,60 0,2
0,6 0,49 0,51
0,5 0,15
0,16
0,4 0,15
0,14 0,14 0,14 0,14 0,14
0,13 0,1
0,3
0,10
0,2 0,08 0,05
0,1
0 X0 (Tahun)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)


Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Gambar 1.2. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan
Kemiskinan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tahun 2010-2020.
Sumber: : Indikator Kesejahteraan Rakyat 2019/2020, BPS Bangka
Belitung. 2020

Indeks kedalaman kemiskinan yang direpresentasikan oleh P1 menunjukkan

pergerakan yang berfluktuatif selama periode tahun 2010 hingga 2020 dengan

rata-rata pergerakan sebesar 0,66, nilai terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar

0,91 sementara itu nilai tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebesar 0,49. selama

periode 2010 hingga 2014 mengalami trend peningkatan, nilai P1 turun dari 0,91

pada 2010 menjadi 0,60 pada 2014. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata

4
pengeluaran masyarakat miskin mendekati garis kemiskinan (GK). Namun antara

tahun 2015 dan 2019, Indeks Kedalaman Kemiskinan Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung mengalami perubahan yang sangat besar, Indeks Kedalaman Kemiskinan

meningkat dari 0,60 pada tahun 2014 menjadi 0,67 pada tahun 2015 dan 2016.

Selain itu, nilai P1 yang mengalami penurunan pada tahun 2017 cukup mencapai

0,49.

Namun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) kembali naik menjadi 0,68

pada tahun 2018 yang berarti semakin tinggi nilai indeks tersebut maka semakin

jauh rata-rata pengeluaran masyarakat miskin di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung dari garis kemiskinan (GK) akan semakin jauh, dan pada 2019 turun

kembali menjadi 0,51. Indeks kedalaman kembali meningkat menjadi 0,60 pada

tahun 2020 yang berarti semakin tinggi nilai indeks tersebut maka semakin jauh

rata-rata pengeluaran masyarakat miskin di Kepulauan Bangka Belitung dari garis

kemiskinan (GK).

Sementara itu, indeks keparahan kemiskinan (P2) juga mengalami

pergerakan yang berfluktuatif selama periode tahun 2010 hingga 2020 dengan

rata-rata pergerakan sebesar 0,14, nilai terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar

0,24 sementara itu nilai tertinggi terjadi pada tahun 2017 sebesar 0,08. Selama

periode 2010-2013 juga mengalami perbaikan, dari 0,24 pada tahun 2010 menjadi

0,14 pada tahun 2011-2013. Kondisi ini mencerminkan bahwa ketimpangan

pengeluaran per kapita masyarakat miskin juga semakin menurun. Dengan kata

lain, distribusi penduduk miskin lebih merata dibandingkan tahun sebelumnya. Di

saat yang sama, 2014-2019 juga mengalami perubahan yang berfluktuatif.

5
Kondisi yang menggebirakan adalah terjadi penurunan pada tahun 2017 dan 2019,

namun meningkat menjadi 0,13 pada tahun 2020. Hal ini mencerminkan bahwa

ketimpangan belanja masyarakat miskin semakin meningkat.

Sharp (dalam Kuncoro, 2006) menyebutkan penyebab kemiskinan yang

dilihat dari segi ekonomi adalah akibat dari rendahnya kualitas sumber daya

manusia. Fadila dan Marwan (2020) mengemukakan bahwa tingkat kesejahteraan

seseorang dapat kita ukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang

mana merupakan suatu trobosan baru dalam menilai pembangunan manusia,

dengan adanya indeks pembangunan manusia yang mencangkup tiga komponen

penting seperti indeks harapan hidup, indeks pendidikan dan indeks standar hidup

layak yang mampu memberikan gambaran dalam pembangunan manusia, yang

mana jika ketiga komponen tersebut sudah dipenuhi oleh masyarakat maka

masyarakat bisa digolongkan sebagai masyarakat yang sejahtera.

Y (Persentase)
72

70

68

66

64

62 X (Tahun)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

IPM

Gambar 1.3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kepulauan


Bangka Belitung Tahun 2010-2020.
Sumber: : BPS Bangka Belitung. 2020

Dari tahun 2010 hingga 2020, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung rata-rata meningkat 68,91 persen. Nilai IPM

6
tertinggi 71,47 persen tercatat pada tahun 2020, sedangkan nilai terendah 66,02

persen tercatat pada tahun 2010. Widodo dkk (2012) mengemukakan bahwa

seiring dengan naiknya indeks pembangunan manusia, wajar jika kita percaya

bahwa kesejahteraan masyarakat juga ikut meningkat. Jika kesejahteraan

ditingkatkan, angka kemiskinan akan turun.

Pengangguran memiliki berbagai dampak terhadap kemiskinan, dan

banyaknya pengangguran merupakan faktor penyebab meningkatnya jumlah

penduduk miskin. Mereka tidak memiliki penghasilan karena menganggur,

sehingga tidak mungkin memenuhi kebutuhan dasar mereka, dan situasi ini akan

memperburuk kemiskinan (Arsyad, 2010).

Y (Persentase)
7

0 X (Tahun)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

TPT

Gambar 1.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Kepulauan


Bangka Belitung Tahun 2010-2020.
Sumber: : BPS Bangka Belitung. 2020

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

mengalami pergerakan yang fluktuatif dari tahun 2010 hingga 2020 dengan rata-

7
rata pergerakan sebesar 4,25 persen. Nilai tertinggi terjadi pada tahun 2015

dengan nilai TPT sebesar 6,29 persen, sementara itu nilai terendah terjadi pada

tahun 2016 sebesar 2,60 persen.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penekanan penelitian ini

adalah pada fluktuasi relatif angka kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung. Penelitian ini juga akan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, seperti kualitas hidup

yang diukur dengan IPM dan tingkat pengangguran, oleh karena itu penulis

meyakini perlu dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Indeks

Pembangunan Manusia dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap

kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ?

2. Bagaimana pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung ?

3. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan

pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung ?

8
1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) terhadap kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung.

2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh pengangguran terhadap

kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

3. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat mengenai

pengembangan teori-teori tentang pengangguran dan kemiskinan.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi dan

gambaran tentang pengaruh IPM dan pengangguran terhadap kemiskinan

di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

1.4.3. Manfaat Kebijakan

Pemerintah daerah Kepulauan Bangka Belitung diharapkan dapat

menggunakan penelitian ini sebagai sumber masukan dalam menyusun,

9
mengembangkan, dan melaksanakan program dan kebijakan pemerintah

di bidang kemiskinan seperti pemberian bantuan sosial (BANSOS),

bantuan pangan non-tunai (BNPT) dan program Indonesia pintar (PIP).

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menggambarkan secara keseluruhan terkait penelitian

yang dilakukan untuk mempermudah dalam penyelesaian penelitian.

Sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat dan sistematika penulisan pada penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan, kerangka berfikir,

penelitian terdahulu dan hipotesis penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan meliputi

pendekatan penelitian, waktu dan tempat, populasi, sampel, defisini

operasional dan pengukuran variabel, metode pengumpulan data dan metode

analisis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian serta pembahasan masalah

yang diteliti.

10
BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah di lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kemiskinan

2.1.1.1. Teori Kemiskinan

2.1.1.1.1. Teori Lingkaran Setan Kemiskinan

Teori lingkaran setan kemiskinan merupakan rangkaian kekuatan yang

saling mempengaruhi, menyebabkan suatu negara khususnya negara berkembang

mengalami banyak masalah untuk mencapai pembangunan yang lebih tinggi.

Teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty) yang dikemukakan

oleh Nurkse (1953), bahwa “a poor country is poor because it is poor” (negara

miskin itu miskin karena memang miskin). Skema lingkaran miskin ini dapat

digambarkan pada gambar berikut ini :


DAYA BELI
PENGETAHUAN PENDIDIKAN &
RENDAH INFORMASI RENDAH
KINERJA
RENDAH
PRODUKSI PENDAPATAN
RENDAH RENDAH
KESEHATAN
RENDAH MISKIN
PRODUKSI
KONSUMSI RENDAH
STATUS GIZI TABUNGAN
RENDAH
RENDAH RENDAH

PAPAN,PRASARANA
MODAL
SARANA DASAR KIM KECIL
RENDAH

Gambar 2.1. Lingkaran Setan Kemiskinan.


Sumber: : Nurske (1953) dalam Kuncoro, 2000

12
Logika pemikiran Nurkse, seperti dikutip Kuncoro (2000),

menyatakan bahwa negara miskin ada karena dia miskin. Inti dari lingkaran setan

kemiskinan, menurut dia merupakan kondisi yang menjadi penghambat

terciptanya formasi kapital yang tinggi. Tingkat tabungan menentukan

pembentukan modal di satu sisi, dan kemauan untuk berbelanja di sisi lain. Kedua

faktor ini menyulitkan negara maju untuk menerapkan pembentukan modal

tingkat tinggi. Jadi, menurut Nurkse, ada dua bentuk lingkaran setan terkait

kemiskinan yang menghambat negara maju berkembang pesat..

Ketika datang ke penawaran dan permintaan modal. Lingkaran setan

kemiskinan dapat digambarkan sebagai berikut dalam kaitannya dengan

penyediaan uang. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat Redah disebabkan

oleh produktivitas yang rendah sehingga membatasi kemampuan masyarakat

untuk menabung. Hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya kekurangan barang

modal di suatu negara sehingga mengakibatkan produktivitas yang rendah yang

akan berdampak pada kemiskinan.

Dari segi permintaan modal, trend lingkaran setan kemiskinan terjadi

dalam berbagai bentuk dari satu negara ke negara lain dalam hal permintaan

modal. Karena wilayah pasar untuk berbagai jenis produk kecil di negara-negara

miskin, kemauan untuk berinvestasi rendah. Ini karena pendapatan masyarakat

yang rendah. Sedangkan produktivitas yang rendah menjadi penyebab rendahnya

pendapatan masyarakat yang ditunjukkan dengan terbatasnya pembentukan modal

di masa lalu dan hasil yang diharapkan di masa yang akan datang. Karena hanya

13
ada sedikit insentif untuk berinvestasi, akumulasi modal menjadi terbatas, dan

kemiskinan tidak berhenti pada sumbernya.

2.1.1.1.2. Teori Pendekatan Sumber Daya dan Hak (Endowment and

Entitlement Approach)

Menurut Armatya Sen (1981) dalam teori Pendekatan Sumber Daya

dan Hak disebutkan bahwa kemiskinan adalah fenomena multidimensi yang tidak

sebatas akibat minimnya modal investasi, tabungan rendah, ketidaksempurnaan

pasar, keterbelakangan, ketertinggalan produktivitas rendah, pendapatan rendah

dan kemampuan kerja. Kemiskinan dapat disebabkan oleh ketidakmampuan

bekerja secara produktif, kemerosotan daya beli, hingga keterasingan dari

kehidupan masyarakat. Konsep ini menegaskan bahwa kemiskinan tidak hanya

berhubungan dengan ketidakmampuan kerja, tapi juga berkaitan dengan hak-hak

yang tidak terlindungi, serta hilangnya kesempatan untuk mendapat harga yang

layak atas produk yang dihasilkan atau tenaga yang diberikan, atau hilangnya

kesempatan untuk memperoleh bantuan, subsidi, dan program-program dari

pemerintah.

2.1.1.1.3. Teori Kemiskinan Robert Chambers

Menurut Robert Chambers terdapat lima ketidakberuntungan yang

melingkari kehidupan orang atau keluarga miskin, yaitu:

1. Kemiskinan (poverty), Kemiskinan (poverty), kondisi masyarakat

miskin, ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: pertama, rumahnya

reyot dan dibangun dari bahan bangunan berkualitas rendah, dengan

fasilitas yang sangat sedikit, dan mereka tidak memiliki jamban

14
sendiri. Perekonomian mereka tidak stabil dan memiliki tingkat

pertumbuhan yang rendah.

2. Fisik yang lemah (Physical weakness); Kerentanan fisik keluarga

miskin diperparah oleh beberapa faktor, antara lain kurangnya laki-

laki kepala keluarga yang stabil, memaksa keluarga untuk dipimpin

oleh seorang perempuan yang selain mengurus tugas-tugas rutin

rumah tangga, juga harus bekerja untuk menunjang. keluarga. Akibat

gizi kurang, beban kerja berlebih, dan interaksi berbagai penyakit

akibat kemiskinan, keluarga miskin secara fisik menjadi lemah.

3. Keterasingan (Isalation). Kelompok miskin mungkin terisolasi karena

lokasi geografis mereka atau kurangnya akses ke sumber informasi.

4. Kerentanan (vulnerability). Dalam menghadapi kelaparan, keluarga

memenuhi kebutuhan dengan menjual produk yang dimiliki dan

dijual, mengambil hutang dari tetangga yang kaya, atau mengurangi

bentuk dan frekuensi makanan mereka. Bencana tidak hanya membuat

keluarga miskin menjadi lebih miskin, tetapi juga membuat mereka

lebih rentan terhadap berbagai penyakit, yang dapat menyebabkan

kematian.

5. Ketidakberdayaan (powerlessness). Ketika berurusan dengan rentenir

atau orang lain yang menyalahgunakan mereka, orang miskin tidak

berdaya. Mereka seringkali tidak berdaya menghadapi polisi dan

pejabat pemerintah lainnya yang seringkali memusuhi mereka

(Solihin, 2012).

15
2.1.1.1.4. Teori Kemiskinan Adam Smith

Menurut teori Adam Smith, tidak akan ada masyarakat yang makmur

dan damai apabila mayoritas penduduknya miskin dan menderita. Kebutuhan

sederhana, menurut buku Adam Smith "The Wealth Of Nations," tidak hanya

rasional tetapi juga ditentukan oleh konsep umum tentang nilai (Todaro & Smith,

2006).

2.1.1.1.5. Karakteristik Kemiskinan

Lima karakteristik orang miskin dijelaskan oleh Emil Salim.

Kelompok lemah memiliki lima ciri sebagai berikut: 1) Tidak memiliki faktor

produksi sendiri, 2) Kurang mampu memperoleh aset produksi sendiri, 3) Tingkat

pendidikan umumnya rendah, 4) Banyak dari mereka kekurangan peralatan, dan

5) Banyak dari mereka yang relatif muda dan kurang memiliki keterampilan atau

pendidikan yang memadai (Supriatna, 2000).

Kriteria lain untuk menentukan pekerjaan masyarakat miskin adalah

dengan diberlakukannya Program Pembangunan Daerah (PPK) yang menurut

versi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mensyaratkan

masyarakat miskin memenuhi paling sedikit enam (enam) persyaratan :

1. Rumah layak huni: a) milik sendiri dan b) bukan milik sendiri.

2. Akses air bersih dan sanitasi

3. Pendapatan/dikonversi dengan pengeluaran

4. Kepemilikan aset

5. Frekuensi makan (lebih dari 2 kali sehari) dan kualitas gizi makanan

6. Dalam setahun dapat membeli minimal 1 stel pakaian baru.

16
Dari 6 (enam) variabel/kriteria tersebut jika mendapat skor 3 atau

lebih maka keluarga tersebut dikategorikan miskin.

2.1.1.1.6. Kurva Lorenz

Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan

nasional di antara penduduk. Persentase kumulatif pendapatan nasional diwakili

oleh sisi vertikal dari kurva ini, sedangkan persentase kumulatif penduduk

diwakili oleh sisi datar. Kurva terletak pada diagonal persegi. Distribusi

pendapatan nasional akan lebih besar bahkan jika kurva Lorenz semakin

mendekati diagonal (lebih lurus); Sebaliknya jika kurva Lorenz semakin jauh dari

diagonal (semakin melengkung) maka kondisinya akan semakin parah, dan

distribusi pendapatan nasional akan semakin terdistorsi dan tidak merata (Arsyad,

2010).
Persentase Pendapatan

Persentase Penerima Pendapatan


Gambar 2.2. Kurva Lorenz.
Sumber: : Dumairy, 1996

17
2.1.1.2. Konsep Kemiskinan

2.1.1.2.1. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan kronis, menurut Malthus, adalah produk dari

pertumbuhan penduduk yang pesat di suatu negara. Menurut serangkaian

perhitungan, pertumbuhan populasi akan meningkat, dan karena output dari

sejumlah faktor produksi (seperti tanah) menurun, ketersediaan pangan akan

meningkat secara bersamaan (Todaro & Smith, 2006).

Kemiskinan dicirikan sebagai situasi di mana seseorang tidak

memiliki cukup uang atau barang untuk hidup (Proper). Dalam arti luas,

kemiskinan menurut Chambers adalah istilah lima dimensi yang meliputi

kemiskinan (Proper), ketidakberdayaan (powerless), kerentanan terhadap situasi

darurat (state of emergency), ketergantungan ((dependence), dan keterasingan

(isolation) baik secara geografis maupun sosiologis (Suryawati, 2005).

Kemiskinan adalah keadaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar (seperti

pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan). Kemiskinan dapat

disebabkan oleh kurangnya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar, serta

kesulitan mengakses pendidikan dan pekerjaan (Alhudhori, 2017).

Menurut Badan Pusat Statistik (2020), garis kemiskinan di masyarakat

digambarkan sebagai masyarakat dengan penghasilan kurang dari Rp 7.057 per

orang per hari. Besarnya Rp. 7.057 per orang per hari dihitung dengan

menggunakan garis kemiskinan, yang memperhitungkan kebutuhan pangan dan

non-pangan. Tunjangan kalori harian untuk makanan adalah 2.100 kkal per kapita.

Garis kemiskinan nonpangan merupakan kebutuhan minimal tempat tinggal (luas

18
lantai rumah, penggunaan air bersih, dan fasilitas buang air besar); pendidikan

(angka melek huruf, wajib belajar 9 tahun, dan angka putus sekolah); dan

kesehatan (rendahnya konsumsi makanan bergizi, minimnya fasilitas kesehatan

dan sanitasi serta kondisi lingkungan yang tidak memadai).

2.1.1.2.2. Penyebab Kemiskinan

Terdapat faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kemiskinan

menurut Kuncoro (2004) antara lain adalah derajat dan laju pertumbuhan output,

pendapatan bersih, distribusi pendapatan, kesempatan kerja, tingkat inflasi, pajak,

dan subsidi. Selain itu, ada pertimbangan seperti investasi, distribusi sumber daya,

dan efisiensi sumber daya alam. Kemiskinan disebabkan oleh berbagai faktor,

antara lain penyediaan layanan publik, penggunaan teknologi, serta kualitas dan

jenis pendidikan. Terakhir, kondisi alam, urusan rumah tangga, bencana alam, dan

konflik merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan.

Menurut Bank dunia (2003), penyebab dasar kemiskinan adalah: (1)

Kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal; (2) terbatasnya ketersediaan

bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana; (3) kebijakan pembangunan yang

bias perkotaan dan bias sektor; (4) adanya perbedaan kesempatan di antara

anggota masyarakat dan sistem yang kurang mendukung; (5) adanya perbedaan

sumber daya manusia dan perbedaan antara sektor ekonomi (ekonomi tradisional

vs ekonomi modern); (6) rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal

dalam masyarakat; (7) budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan

seseorang mengelola sumber daya alamdan lingkunganya; (8) tidak ada tata

19
pemerintahan yang bersih dan baik (good governance); (9) pengelolaan sumber

daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan (Prihartini, 2006).

Sharp (1996) mencoba menentukan penyebab kemiskinan dari sudut

pandang ekonomi.

1. Pertama, secara makro, kemiskinan disebabkan oleh distribusi

pendapatan yang tidak merata karena kepemilikan sumberdaya yang

tidak merata. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam

jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.

2. Kedua, kemiskinan diperburuk oleh disparitas dalam efisiensi sumber

daya manusia. Sumber daya manusia berkualitas rendah menghasilkan

produktivitas yang rendah, yang menurunkan upah. Pendidikan yang

buruk, nasib buruk, seksisme, atau biologi semuanya berkontribusi

pada rendahnya kualitas sumber daya manusia.

3. Ketiga, bentuk kemiskinan ini diperburuk oleh kesenjangan peluang

perolehan modal.

2.1.1.2.3. Bentuk dan Jenis Kemiskinan

Bellinger menjelaskan bahwa gagasan kemiskinan bersifat

multidimensi, multi-definisi, dan termasuk intervensi alternatif. Panggabean dkk

(2019) mengemukakan bahwa ketersediaan data kemiskinan yang andal dan

konsisten mendukung rencana penanggulangan kemiskinan pemerintah,

memastikan bahwa kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah berada pada

jalur yang tepat untuk mengurangi kemiskinan. Secara sederhana ukuran

kemiskinan menurut Kuncoro (1997) dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

20
a. Kemiskinan absolut, digambarkan sebagai ketidakmampuan seseorang

untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, papan,

kesehatan, dan pendidikan karena pendapatannya berada di bawah

garis kemiskinan.

b. Kemiskinan relatif, adalah keadaan kemiskinan yang diperparah

dengan dampak kebijakan pembangunan yang belum menjangkau

semua orang yang mengakibatkan ketimpangan..pendapatan.

c. Kemiskinan kultural, atau kemiskinan yang disebabkan oleh mental

atau nilai-nilai seseorang, digambarkan oleh keengganan seseorang

dan mencoba untuk meningkatkan kualitas hidupnya (kemalasan), dan

ketidak mampuan untuk menjadi inventif meskipun ada bantuan dari

luar.

2.1.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

2.1.2.1 Teori Pembangunan Manusia (Human Capital)

Menurut teori human capital, upaya meningkatkan kesejahteraan

masyarakat miskin mengandalkan keahlian mereka sebagai modal utama, bukan

uang, properti, teknologi, atau peralatan industri. Manusia adalah sumber daya

yang paling berharga dalam perekonomian; kecerdasan dan keterampilan adalah

hasil dari pendidikan, yang akan disumbangkan untuk pekerjaan dunia nyata yang

memajukan perekonomian. Filosofi ini menekankan manusia sebagai kekuatan

terpenting dalam aktivasi mesin, produk, modal, dan teknologi. Ini karena

manusia menjadi sumber utama produksi (Jourahotun, 2018).

21
Keahlian dan keterampilan yang diperoleh pekerja dengan sekolah,

pelatihan, dan pengalaman disebut sebagai modal manusia oleh para ekonom.

Modal manusia berkontribusi pada kemampuan suatu negara untuk memproduksi

barang dan jasa. Teori modal manusia didasarkan pada gagasan bahwa kekayaan

seseorang dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pendidikannya (Mankiw,

2003). Di satu sisi, setiap tambahan tahun sekolah meningkatkan kemampuan

bekerja, namun di sisi lain, penundaan penerimaan pendapatan selama satu tahun

selama di sekolah. Akibatnya, perluasan pendidikan dapat dianggap sebagai

komitmen sumber daya manusia (Borjas , 2016).

Sumber daya manusia, menurut Todaro dan Smith (2011), adalah

investasi produktif pada manusia yang mencakup pengetahuan, keterampilan,

kemampuan, ide, kesehatan, dan lokasi, dan seringkali merupakan hasil dari

pengeluaran untuk pendidikan, pelatihan di tempat kerja, dan perawatan

kesehatan. Pembangunan sumber daya manusia adalah proses memperoleh dan

meningkatkan jumlah orang dengan keterampilan, pendidikan, dan pengalaman

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi dan politik suatu negara.

Perkembangan dan pembangunan sumber daya manusia merupakan kekuatan

artistik dan aktif (Heni, 2016).

2.1.2.2 Konsep Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

2.1.2.2.1. Pengertian Indeks Pembagunan Manusia

Investasi bukan hanya pada suatu bidang usaha tertentu tetapi juga

investasi pada sumber daya manusia. Investasi pada dasarnya memiliki prinsip

22
yang sama yaitu mengorbankan utilitas tertentu untuk mendapatkan yang lebih

besar pada beberapa waktu kemudian, dalam konteks ini dengan asumsi akan

mendapatkan tingkat upah yang lebih besar. Investasi modal manusia mirip

dengan investasi modal fisik tradisional. Setelah investasi awal, memperluas

pendidikan dan meningkatkan kesehatan dapat menghasilkan aliran pendapatan

potensial yang lebih tinggi. Alhasil, tingkat pengembalian investasi pada semua

ini bisa dihitung dan dibandingkan dengan investasi lain. Ini diperlukan untuk

menghitung nilai sekarang yang didiskon dari aliran pendapatan yang meningkat

sebagai hasil dari pengeluaran dan menyamakannya dengan biaya langsung dan

tidak langsung. Modal manusia adalah sebutan untuk jenis investasi ini (Borjas G,

2016).

Konsep human capital menurut Becker (1975), keputusan pengeluaran

orang dalam keahlian dan keterampilan kerja (sekolah, pelatihan, investasi

pengetahuan khusus perusahaan), pilihan karir dan fitur terkait pekerjaan lainnya

diperiksa dengan menggunakan penalaran ekonomi. Asumsinya adalah bahwa

setiap orang akan memilih karier yang memaksimalkan nilai sekarang dari

manfaat ekonomi dan psikologisnya selama hidupnya.

Modal manusia adalah investasi dalam sumber daya manusia atau

tenaga kerja yang kualitas dan kuantitasnya meningkat dari waktu ke waktu.

Akibatnya, modal manusia dapat digambarkan sebagai nilai atau efisiensi individu

atau tenaga kerja yang mempertimbangkan seberapa efisien seorang pekerja

dalam perekonomian untuk menghasilkan produk dan jasa (Heni, 2016)

23
Dalam rangka pembangunan nasional, dibutuhkan sumber daya

manusia kualifikasi dengan berbagai keterampilan, pengetahuan dan kemampuan

bidang profesional. Maka perlu patokan untuk mengevaluasi kualitas

pembangunan manusia adalah dasar dari skala secara teoritis didefinisikan oleh

United Nations Development Program (1990) Indeks Pembangunan Manusia

adalah tolak ukur tinggi dan rendahnya tingkat pembangunan manusia.

Menurut Kuncoro (2006), Indeks Pembangunan Manusia sangat

berguna untuk membandingkan hasil pembangunan manusia antar negara dan

wilayah. Untuk memutuskan seberapa besar upaya yang diperlukan untuk

meningkatkan sumber daya modal, Indeks Pembangunan Manusia digunakan.

Pembangunan manusia merupakan bagian dari pembangunan pemberdayaan yang

bertujuan untuk memajukan masyarakat dasar dengan menganalisis data tentang

sekolah, kesehatan dan daya beli. Semakin tinggi angkanya, semakin besar

kemungkinan target pertumbuhan akan tercapai. Perubahan menjadi lebih baik

adalah inti dari pembangunan (Baeti, 2013).

Kemajuan pembangunan manusia harus diukur dari seberapa baik ia

menyelesaikan sebagian besar masalah dunia. Kemiskinan, pengangguran,

pendidikan yang tidak memadai, dan masalah dengan aspek ekonomi lain dari

pertumbuhan manusia adalah beberapa masalah yang masih tersisa. Indeks

Pembangunan Manusia mencerminkan pentingnya pemerintah sebagai pemasok

layanan pendukung dalam mencapai tujuan pembangunan (Harliyani & Haryadi,

2016). Terdapat empat elemen yang harus ditangani dalam proses pemenuhan

24
tujuan pembangunan manusia (UNDP, 1995). Berikut adalah uraian singkat dari

keempat komponen tersebut :

1). Produktivitas

Manusia harus berusaha untuk meningkatkan efisiensi, terlibat penuh

dalam menghasilkan kekayaan, dan memenuhi kebutuhan dasar

manusia. Alhasil, pertumbuhan ekonomi dapat dipahami sebagai

komponen pembangunan manusia.

2). Pemerataan

Semua memiliki akses ke modal ekonomi dan sosial politik secara

adil. Untuk menghindari pencegahan akses tersebut, semua potensi

hambatan harus dihilangkan, sehingga setiap orang harus dapat

memanfaatkan kepentingan yang telah ditetapkan untuk meningkatkan

kualitas hidup mereka.

3). Kesinambungan

Semua jenis peluang atau sumber daya yang tersedia tidak hanya

harus bermanfaat bagi mereka yang sedang mengalaminya, tetapi juga

generasi yang akan datang. Semua layanan harus dapat diakses dan

diperbarui setiap saat.

4). Pemberdayaan

Semua harus dapat sepenuhnya dan secara mendalam berpartisipasi

dalam menentukan jalan hidup mereka sendiri. Hal yang sama dapat

dikatakan tentang penggunaan metode produksi dalam pengambilan

keputusan.

25
2.1.2.2.2. Komponen Pembangunan Manusia

UNDP (United Nations Development Program) telah menerbitkan

laporan berbasis HDI (Human Development Index) tentang pengembangan

sumber daya manusia. HDI merupakan tolak ukur pembangunan sumber daya

manusia yang masih terus diupayakan; namun, gambaran kemajuan seperti itu

tidak akan dapat ditangkap sepenuhnya. HDI dapat diukur menggunakan tiga

metrik berbeda, termasuk (UNDP, 1993) :

1). Indeks harapan hidup (longevity)

Indikator digunakan untuk mengukur angka harapan hidup saat lahir

dan angka kematian anak per seribu orang (angka kematian bayi).

2). Indeks Pendidikan (educational achievement)

Dua metrik digunakan untuk menghitung ini: angka melek huruf bagi

mereka yang berusia 15 tahun ke atas (angka melek huruf dewasa) dan

rata-rata populasi orang berusia 25 tahun ke atas yang masih

bersekolah (rata-rata tahun sekolah).

3). Indeks Hidup Layak (access to resource)

Perkiraan pengeluaran riil per kapita dimasukkan dalam

penghitungan..

Indonesia telah melakukan perbaikan signifikan pada estimasi IPM

(Indeks Pembangunan Manusia) sejak 2014, tetapi bentuk keseluruhan dari

estimasi pembangunan manusia tetap sama dengan yang digunakan oleh UNDP

(BPS, 2020).

26
1. Indeks Kesehatan

Harapan Angka kelahiran tahunan rata-rata dan angka kematian dapat

digunakan untuk menghitung harapan hidup saat lahir, perbandingan

ekspektasi variabel ini mewakili usia rata-rata yang diharapkan dari

suatu populasi di wilayah tertentu. Kedua negara telah menyepakati

perhitungan kesehatan maksimum dan minimum. Untuk bagian ini

batasan kuantitatif tertinggi adalah 85 tahun, sedangkan terendah 20

tahun. Jumlah ini sesuai dengan pedoman UNDP.

2. Indeks Pendidikan

Ukuran harapan lama sekolah (Expected years of schooling) dan rata-

rata rama sekolah (Mean Years Schooling) digunakan untuk

menghitung indeks. Jumlah tahun sekolah yang harus diselesaikan

anak-anak dikenal sebagai angka harapan lama sekolah maksimum

yang mereka mampu untuk menyelesaikannya.

Penghitungan jumlah tahun sekolah yang diperlukan untuk anak-anak

berusia 7 tahun ke atas. Langkah pertama dalam penghitungan RLS

adalah mengukur jumlah penduduk menurut usia di atas 7 tahun,

kemudian menghitungnya menggunakan penduduk usia 7 tahun ke

atas yang masih bersekolah. Kemudian, berdasarkan usia di atas 7

tahun, ukur proporsi penduduk yang masih bersekolah, dan proyeksi

masa sekolah. dengan menjumlahkan rumus sebagai berikut:

27
Dimana:

: Harapan lama seklolah pada usia α tahun t

: Total populasi usia sekolah di tahun t

: umur total penduduk i pada tahun t

i : umur (a, a + 1, ..., n)

Sementara itu, total lama sekolah dihitung dengan menggunakan

pendekatan pemilihan populasi selama periode 25 tahun dan kemudian

dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikan yang sedang ditempuh

atau ditempuh. Beberapa negara telah menetapkan seperangkat

parameter yang akan digunakan saat menentukan pentingnya

pendidikan. Periode masuk maksimum diperkirakan 18 tahun, dengan

jangka waktu minimal 0 tahun. Jumlah rata-rata waktu yang

dihabiskan di sekolah adalah 15 tahun. maksimal 0 tahun dan minimal

0 tahun Menggunakan rumus berikut untuk mengukur standar

pendidikan setelah mendapatkan nilai Angka Harapan Lama Sekolah

dan Rata-rata Lama Sekolah :

Kedua indikator tersebut diharapkan dapat mewakili kemampuan

informasi masing-masing daerah saat ini.

3. Indeks daya beli

Daya beli penduduk lokal atau perkotaan diperkirakan menggunakan

rata-rata konsumsi terpenting dari hasil survei sosial ekonomi nasional

(Susenas) terstandardisasi sehingga dapat dibandingkan antar wilayah

28
dan periode waktu menggunakan indeks daya beli (harga rata-rata

PPP). Terdapat 96 jenis barang yang dipilih, 66 di antaranya

merupakan komoditas terkait makanan dan 30 di antaranya tidak.

Berdasarkan tahun dasar 2012 = 100, pengeluaran per kapita tahunan

konstan / riil. Metode Rao digunakan untuk menghitung paritas daya

beli (PPP).

Skala IPM menurut BPS antara 0-100, dimana semakin dekat IPM

suatu wilayah dengan angka 100 maka semakin dekat wilayah tersebut mencapai

sasaran yang telah ditentukan. Secara umum perumusan IPM sebagai berikut

(BPS, 2001).

IPM = 1/3x (IKH- IP + IDB)


Dimana :

IKH : Indeks Kelangsungan Hidup

IP : Indeks Pendidikan yaitu 2/3 (indeks melek huruf)

+ 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah)

IDB : Indeks Daya Beli

Menurut UNDP terdapat empat pengklarifikasian IPM, adalah sebagai


berikut :
Tabel 2.1.
Klasifikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Nilai IPM Status Pembangunan Manusia

Kurang dari 50,0 Rendah

Antara 50,0-65,9 Menengah Bawah

Antara 66,0-79,9 Menengah Atas

29
Lebih dari 80,0 Tinggi

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010

2.1.2.2.3. Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia

Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia mencakup tiga indikator,

yang telah disetujui UNDP untuk menggunakan indikator berikut:

1). Indeks kesehatan berdasarkan angka harapan hidup.

2). Indeks pendidikan, dalam hal harapan lama sekolah dan rata-rata lama

sekolah.

3). Indeks daya beli yang dinyatakan dengan nilai pengeluaran per kapita.

2.1.3. Pengangguran

2.1.3.1. Teori Pengangguran

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang Toeri-Teori

Pengangguran di Indonesia yaitu :

2.1.3.1.1. Teori Klasik

Teori Klasik menjelaskan bagaimana pengangguran dapat dihindari di

pasar bebas dengan menggunakan sisi penawaran dan mekanisme harga untuk

memastikan adanya permintaan yang dapat menghabiskan semua penawaran.

Menurut pandangan klasik, pengangguran muncul sebagai akibat dari kesalahan

alokasi uang sementara, yang kemudian dapat diselesaikan melalui mekanisme

harga (Gilarso. 2004).

Jadi menurut Teori Klasik, jika terjadi kelebihan pasokan tenaga kerja

maka upah akan turun, dan output perusahaan akan turun. Akibatnya, kebutuhan

30
energi akan terus meningkat sebagai akibat dari kemampuan perseroan untuk

melakukan ekspansi produksi akibat biaya yang murah. Jika tarif tetap konstan,

kenaikan tenaga kerja akan mampu menyerap surplus tenaga kerja dalam

perekonomian (Tohar, 2000).

2.1.3.1.2. Teori Keynes

Menanggapi masalah pengangguran, teori Keynes menyatakan bahwa

bertentangan dengan Teori Klasik, masalah pengangguran disebabkan oleh

permintaan agregat yang rendah. Akibatnya, permintaan yang rendah, bukan

output yang rendah, adalah batu sandungan bagi pembangunan ekonomi. Hal ini,

menurut Keynes, tidak dapat diteruskan ke proses pasar bebas. Upah akan turun

saat tenaga kerja naik, yang akan menjadi negatif daripada menguntungkan karena

penurunan upah menurunkan daya beli orang untuk produk. Akhirnya petani akan

mengalami kerugian dan tidak mampu menyerap tenaga kerja.

Keynes menyarankan pemerintah untuk melakukan intervensi untuk

menjaga kestabilan permintaan agregat sehingga industri pariwisata dapat

menghasilkan lapangan kerja (Soesastro dkk, 2005). Perlu dicatat bahwa fungsi

pemerintah terbatas pada mempertahankan permintaan agregat; industri pariwisata

adalah sumber utama pekerjaan. Ini bertujuan untuk menjaga daya beli

masyarakat dengan mempertahankan upah mereka. Agar krisis tidak semakin

parah, dan diharapkan mampu mengatasi pengangguran akibat resesi.

2.1.3.1.3. Teori Kependudukan dari Malthus

Menurut teori Malthus, pertumbuhan populasi tampaknya melebihi

pertumbuhan pasokan makanan. Malthus menyajikan pemikirannya dengan sangat

31
kaku karena ia memiliki esai awal. Dia mengklaim bahwa populasi tumbuh

"secara geometris" (dalam simbol seperti 1, 2, 4, 8, 16, dan seterusnya),

sedangkan persediaan makanan tumbuh "secara aritmatika" (misalnya, dalam

deret 1,2 3, 4 , 5., 6, 7, 8, dan seterusnya). Malthus menegaskan kembali tesisnya

dalam karya yang diterbitkan kemudian, tetapi tidak terlalu kaku, dan dia

menyatakan bahwa populasi terus berkembang tanpa henti sampai mencapai dasar

persediaan makanan. Malthus menyimpulkan dari dua gambaran ini bahwa

sejumlah besar orang pasti menderita kelaparan dan kemiskinan. Karena

peningkatan produksi pangan minimal, meskipun "pertumbuhan populasi tidak

terbatas, dan planet ini tidak dapat menghasilkan makanan demi kelangsungan

hidup manusia," tidak ada kemajuan teknologi yang dapat memperbaiki situasi

dalam jangka panjang.

Ketika teori Malthus dibahas lebih lanjut, disebutkan bahwa populasi

terus berkembang tanpa batas sebelum melebihi batas persediaan makanan, yang

dalam hal ini menyebabkan manusia saling bersaing dalam memastikan

kelangsungan hidupnya dengan mencari sumber makanan. Akibat persaingan ini,

beberapa manusia mungkin terpinggirkan dan tidak dapat memperoleh makanan

lagi. Dalam masyarakat modern, ini berarti bahwa ketika populasi tumbuh lebih

cepat, lebih banyak pekerja diproduksi, tetapi tidak ada cukup pekerjaan untuk

dibagikan. Manusia bersaing untuk mendapatkan pekerjaan karena terbatasnya

jumlah lowongan, dan mereka yang tertinggal dari pasar ini menjadi

pengangguran.

32
2.1.3.1.4. Teori Sosiologi Ekonomi No-Marxian

Dimulai dengan studi awal abad kedua puluh dari Marx tentang

struktur dan proses ekonomi yang dapat dibayangkan dalam masyarakat kapitalis

yang dinamis. Industri kapitalis saat itu masih dianggap kecil, belum ada yang

menguasai ekonomi atau pasar. Akan tetapi, Marx berpendapat bahwa seiring

dengan berkembangnya kapitalisme, persaingan antar perusahaan akan semakin

intens, sehingga menghasilkan struktur monopoli dari industri yang paling kuat

dalam persaingan tersebut.

Dengan munculnya monopoli modal ini, ekonomi global akan

didominasi oleh satu perusahaan besar yang akan mengatur semua perusahaan

lainnya. Dalam membangun analisis Marx yang diadopsi oleh kaum Marxis baru,

istilah "kelas pekerja" mengacu pada pembelian dan penjualan tenaga kerja

daripada sekelompok orang atau serangkaian pekerjaan tertentu. Para pekerja

kekurangan alat produksi, memaksa sekelompok orang untuk menjual tenaga

mereka kepada sekelompok kecil orang yang melakukannya.

Dari penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa dengan sistem kapitalis

kompetitif yang digantikan oleh sistem kapitalis monopoli, akan ada beberapa

bisnis yang masih kalah bersaing dan mengalami kerugian. Jika perusahaan besar

memengaruhi semua proses manufaktur dan distribusi, itu dapat membuat

perusahaan kecil tidak mungkin bersaing dan memasarkan dirinya sendiri.

Akibatnya, perusahaan kecil bisa bangkrut dan tidak mampu membayar

karyawannya.

33
Ketika sebuah bisnis tidak bisa dijalankan lagi, para karyawan yang

sebelumnya bekerja di sana menjadi pengangguran. Akhirnya, pekerja tersebut

kehilangan pekerjaannya.

2.1.3.2. Konsep Pengangguran

2.1.3.2.1. Pengertian Pengangguran

Pengangguran merupakan masalah ekonomi makro yang berdampak

langsung pada kemampuan bertahan hidup masyarakat. Pengangguran berarti

standar hidup yang lebih rendah bagi kebanyakan orang. Alhasil, tidak

mengherankan jika para politisi kerap membicarakan pengangguran dalam

perdebatan politik, meyakini bahwa kebijakan yang mereka usulkan akan

membantu menciptakan lapangan kerja (Mankiw, 2000).

Menurut Sukirno (2004), pengangguran adalah keadaan di mana

seorang individu yang merupakan bagian dari angkatan kerja ingin bekerja tetapi

belum menemukannya. Penganggur adalah mereka yang tidak bekerja tetapi tidak

aktif mencari pekerjaan. Kurangnya pengeluaran agregat adalah penyebab utama

pengangguran. Pengusaha memproduksi produk dan jasa dengan tujuan

menghasilkan keuntungan, tetapi mereka hanya dapat memperoleh keuntungan ini

jika mereka dapat memasarkan barang dan jasa yang mereka hasilkan. Semakin

banyak permintaan, semakin banyak produk dan layanan yang akan mereka

sediakan. Penggunaan tenaga kerja akan meningkat seiring dengan meningkatnya

permintaan.

34
Pengangguran di suatu wilayah akan memperparah kemiskinan karena

pengangguran akan kehilangan pendapatan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan

dasar minimum. Berdasarkan teori-teori tersebut, tampaknya ada kaitan antara

pengangguran yang tinggi dan kemiskinan yang tinggi antara pengangguran dan

kemiskinan.

x (penawaran tenaga kerja)

y (permintaan tenaga kerja)

Gambar 2.3. Penawaran dan permintaan tenaga kerja


Sumber: : Sumarsono, 2003

Faktor penyebab timbulnya pengangguran diantaranya adalah: (1)

rendahnya tingkat upah yang berlaku. Tenaga kerja rela untuk tidak bekerja

(menganggur) karena tingkat upah yang berlaku rendah, disebut pengangguran

sukarela. Dari gambar 3 tersebut diketahui bahwa pada upah terendah W2 jumlah

penawaran tenaga kerja (SN) sebesar 2 orang lebih kecil dari permintaan tenaga

kerja (DN) sebesar 8 orang (Gambar 2.3). Artinya jumlah tenaga kerja yang rela

menganggur 6 orang karena mereka tidak bersedia menerima tingkat upah yang

berlaku.

Keadaan ini hanya berlaku sementara karena permainan dari

makanisme pasar (invisible hand) akan menyebabkan keseimbangan akan terjadi

kembali secara otomatis, terjadi pada upah sebesar W5 menghasilkan SN=DN. (2)

35
ketidaksesuaian antara keterampilan tenaga kerja yang diminta(DN) dengan

keterampilan penawaran tenaga kerja (SN) yang tersedia, (3) faktor geografis

(tempat tinggal), tenaga kerja yang tinggal menetap di Desa mempunyai akses

yang terbatas terhadap informasi dibanding dengan tenaga kerja yang tinggal-

menetap di Kota, (4) kekurangan permintaan efektif (effective demand). Keadaan

ini cenderung mengurangi keuntungan perusahaan sehingga berpotensi

menimbulkan pengangguran, dan kemiskinan.

Menurut Sukirno (2004), dampak negatif pengangguran terhadap

kemiskinan adalah menurunnya pendapatan masyarakat akibat tidak adanya

pekerjaan yang menurunkan tingkat kesejahteraan seseorang. Kesehatan

masyarakat akan memburuk akibat pengangguran, meningkatkan risiko jatuh

miskin karena kurangnya pekerjaan. Jika masalah pengangguran suatu negara

serius, hal itu dapat menyebabkan keresahan politik dan sosial, serta berdampak

negatif pada kesehatan masyarakat dan prospek pertumbuhan ekonomi jangka

panjang.

Tambunan (2001) mengemukakan bahwa pengangguran berdampak

pada tingkat kemiskinan dengan berbagai cara antara lain :

1. Jika rumah tangga memiliki batasan likuiditas yang berarti bahwa

konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka

bencana pengangguran akan secara langsung mempengaruhi income

poverty dengan concumption poverty rate.

2. Jika rumah tangga tidak menghadapi batasan likuiditas yang berarti

bahwa konsumsi saat ini tidak terlalu dipengaruhi oleh pendapatan

36
saat ini, maka peningkatan pengangguran akan menyebabkan

peningkatan kemiskinan dalam jangka panjang, tetapi tidak terlalu

berpengaruh dalam jangka pendek.

2.1.3.2.2. Jenis Pengangguran

Dalam membedakan jenis pengangguran terdapat dua cara untuk

mengelompokkannya, yaitu berdasarkan sumber atau penyebab pengangguran dan

berdasarkan karakteristik pengangguran yang terlihat jelas (Sukirno, 2012).

Berdasarkan penyebabnya, pengangguran digolongkan sebagai berikut :

1. Pengangguran normal atau friksional Ketika tingkat pengangguran

suatu perekonomian antara 2 persen dan 3 persen, diasumsikan telah

mencapai lapangan kerja penuh. Pengangguran normal atau friksional

digambarkan sebagai tingkat pengangguran antara 2 persen dan 3

persen tingkat pengangguran rendah dalam ekonomi yang tumbuh

cepat, membuatnya lebih mudah bagi bisnis untuk mencari pekerjaan

dan, akibatnya, membayar upah lebih tinggi. Hal ini memungkinkan

karyawan untuk meninggalkan pekerjaan mereka saat ini untuk

mencari peluang pembayaran yang lebih baik. Pekerjaan dikenal

sebagai pengangguran friksional atau biasa ketika mencari karir baru

(Sukirno, 2012).

2. Pengangguran siklikal tidak selalu perekonomian berkembang stabil.

Ketika permintaan keseluruhan meningkat, pengusaha didorong untuk

meningkatkan output untuk menarik lebih banyak pekerjaan baru.

Namun, karena jumlah produk yang tersedia di waktu lain, permintaan

37
secara keseluruhan menurun. Ketika perusahaan mengurangi jumlah

PHK atau bahkan kebutuhan untuk menutup bisnis, pengangguran

meningkat, dan jenis pengangguran ini disebut pengangguran siklis.

Sedangkan pengangguran siklikal digambarkan oleh Case dan Fair

(2007) sebagai peningkatan pengangguran yang terjadi pada masa

resesi dan depresi.

3. Pengangguran Struktural, adalah perubahan struktur perekonomian

telah mengakibatkan hilangnya sejumlah besar pekerja di beberapa

sektor yang mengakibatkan pengangguran (Case & Fair, 2007).

4. Pengangguran teknologi, mengacu pada kehilangan pekerjaan yang

disebabkan oleh kemajuan teknis seperti penggunaan komputer.

Misalnya, robot atau mesin, bukan manusia, yang menjalankannya

(Sukirno, 2012).

Sedangkan jenis pengangguran berdasarkan cirinya menurut Sukirno(

2012) dikelompokkan sebagai berikut :

1. Pengangguran terbuka terjadi ketika jumlah pekerjaan yang tersedia

lebih sedikit daripada peningkatan angkatan kerja.

2. Pengangguran tersembunyi, bentuk pengangguran ini paling umum

terjadi di industri pertanian dan jasa. Setiap kegiatan ekonomi

membutuhkan tenaga kerja, yang akan dimodifikasi berdasarkan

faktor-faktor seperti ukuran perusahaan, bentuk kegiatan, mesin yang

digunakan, dan tingkat keluaran. Ketika jumlah pekerjaan mencapai

38
jumlah yang sesuai, kelebihan ini disebut sebagai "pengangguran

tersembunyi".

3. Pengangguran musiman adalah produk dari pergantian musim.

Penyadap karet dan nelayan misalnya yang tidak bisa bekerja pada

musim hujan, atau petani yang tidak bisa bekerja pada musim

kemarau.

4. Setengah menganggur. Setengah pengangguran menyebabkan orang

berpindah dari daerah pedesaan ke perkotaan dengan cepat.

Akibatnya, tidak semua orang bisa mendapatkan pekerjaan dengan

mudah. Beberapa orang terpaksa mengundurkan diri dari posisi penuh

waktu mereka. Beberapa dari mereka memiliki jam kerja tetap.

Mungkin hanya bekerja satu atau dua hari seminggu, atau satu sampai

empat jam sehari. Pekerjaan setengah menganggur adalah mereka

yang menganggur dalam jangka waktu yang lama.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini didasarkan pada beberapa penelitian terdahulu

diantaranya yaitu sebagai berikut:

39
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu
Nama dan Alat
No. Judul Hasil
Tahun Analisis
1 (Junofy, A Study On Poverty Analisis Semua indikator
2013) And Hunger In India Deskriptif kemiskinan
Kualitatif menunjukkan bahwa
India berada dalam
situasi yang sulit.
Faktanya, seluruh
kawasan Asia Selatan
harus melakukannya
meningkat pesat.
Pengentasan kemiskinan,
terutama di Bangladesh
dan India, dari data yang
dianalisis di bawah
Garis kemiskinan WHO
sangat lambat.

2 (Alex, Causes of Poverty in Analisis Penyebab kemiskinan di


2014) Africa: A Review of Deskriptif Afrika oleh sejumlah
Literature Kualitatif faktor termasuk korupsi
dan tata kelola yang
buruk, kesempatan kerja
terbatas, buruk
infrastruktur,
penggunaan sumber
daya yang buruk, perang
dan konflik tanpa akhir,
kebijakan Bank Dunia
dan IMF yang buruk, di
antaranya
orang lain.

3 (Puspita, Analisis Determinan Metode Dampak pengangguran,


2015) Kemiskinan Di regresi PDRB dan jumlahnya
Provinsi Jawa data panel Atau penduduk Jawa
Tengah Tengah memiliki
pengaruh yang besar
terhadap kemiskinan
Jawa Tengah

4 (Duwila, Pengaruh Data panel Tingkat kemiskinan


2016) Pendidikan, tidak terpengaruh oleh
Pengangguran Dan pengangguran. Tingkat
Inflasi Terhadap kemiskinan sangat
Tingkat Kemiskinan dipengaruhi oleh
Di Kawasan Timur pendidikan dan inflasi.
Indonesia (KTI) Berdasarkan hasil uji F.

40
Semua variabel
independen (pendidikan,
pengangguran, dan
inflasi) tidak valid dalam
statistik. Angka
kemiskinan di kawasan
timur Indonesia
bergantung pada tingkat
kepercayaan 95 persen.
Tingkat kemiskinan
dipengaruhi secara
negatif oleh
pembangunan ekonomi.
Inflasi dan populasi
tidak berpengaruh.
Pengentasan kemiskinan
sangat penting.

5 (Endrayani Analisis Faktor- Path Inflasi mengurangi


& Dewi, Faktor Yang analysis kemiskinan dengan
2016) Mempengaruhi menurunkan tingkat
Tingkat Kemiskinan pengangguran. Jumlah
Kabupaten/Kota Di pendidikan seseorang
Provinsi Bali tidak ada hubungannya
dengan kemiskinan
akibat pengangguran.
Investasi berpotensi
meningkatkan
kemiskinan dengan
menyebabkan lebih
banyak orang kehilangan
pekerjaan.

6 (Zuhdiyat Analisis Faktor – Pendekatan Adanya pengaruh


y, 2017) Faktor yang kuantitatif antara IPM dengan
Mempengaruhi dengan uji kemiskinan, sedangkan
Kemiskinan di regresi untuk pertumbuhan
Indonesia Selama ekonomi dan TPT tidak
Lima Tahun Terakhir memiliki pengaruh
(Studi Kasus pada 33 terhadap kemiskinan.
Provinsi).

7 (John &, The Key Drivers Of Ordinary Analisis distribusi


Joanna, Poverty In Sub- Least Populasi Pendapatan real
2017) Saharan Africa And Squares per kapita tinggi
What Can Be Done (OLS) dan koefisien negatif dan
the twostage
About It To Achieve signifikan untuk
Least
The Poverty Squares perkiraan angka
Sustainable Instrumental kemiskinan dan
Development Goal Variables kesenjangan kemiskinan.

41
(2SLS)

8 (Rahayu, Analisis Pengaruh Analisis Hasil Penelitian menu


2018) Indeks Pembanguna regresi njukkan bahwa Indeks
n Manusia, PDRB data panel. Pembangunan Manusia
Perkapita, Dan (IPM) hubungannya
Jumlah Penganggura negatif dan signifikan.
n Terhadap Jumlah PDRB per kapita
Penduduk Miskin Di hubungannya negatif dan
Provinsi Jambi signifikan. Jumlah
Pengangguran
hubungannya positif dan
signifikan.

9 (Doreshor Study Of Poverty In Analisis Pemerintah India


& India Deskriptif perlu lebih
Soundrya , Kualitatif memperhatikan bagian
2018) Based On masyarakat miskin
The lintas negara untuk
Secondary mendefinisikan dasar
manusia
kualitas hidup yang
benar dan lebih baik.

10 (Ferdoushi Trends In Poverty Analisis Tingkat kemiskinan


,Shahin , And Income Distribusi perkotaan mengikuti
Aree, Inequality In Urban Populasi sebuah tren penurunan
Sutonya, & Malaysia: Emerging selama beberapa dekade
Sirirat, Issues And terakhir, insiden
2019) Challenges kemiskinan dan
kemiskinan inti masih
ada di daerah perkotaan
negara.

Sumber: diolah Peneliti, 2021.

2.3. Kerangka Pemikiran

Pengentasan kemiskinan masih menjadi salah satu prioritas pembangunan

nasional, karena masalah kemiskinan menyangkut banyak aspek. Meski sudah

42
banyak program penanggulangan kemiskinan yang bertujuan untuk mengentaskan

kemiskinan, namun masalah kemiskinan belum teratasi.

Penyebab kemiskinan bermuara pada teori lingkaran kemiskinan (vicious

circke of poverty) dari Nurkse 1953. Adanya keterbelakngan, dan ketertinggalan

SDM (yang tercermin oleh rendahnya IPM), ketidaksempurnaan pasar, dan

kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas. Rendahnya produktifitas

mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima (yang tercermin oleh

rendahnya PDRB per kapita). Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada

rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada rendahnya

akumulasi modal sehingga proses penciptaan lapangan kerja rendah (tercemin

oleh tingginya jumlah pengangguran). Rendahnya akumulasi modal disebabkan

oleh keterbelakangan dan seterusnya (Kuncoro, 1997).

Salah satu upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan adalah

dengan meningkatkan indeks pembangunan manusia. Menurut Todaro (2006),

pembangunan manusia adalah tujuan dari pembangunan itu sendiri. Oleh karena

itu, pembangunan manusia memainkan peran kunci dalam membentuk kapabilitas

suatu negara dan mengembangkan kemampuannya untuk menciptakan

pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan.

Banyaknya pengangguran juga menjadi penyebab meningkatnya jumlah

penduduk miskin. Dengan tidak adanya pekerjaan maka mereka tidak memiliki

pendapatan yang akan mempersulit mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari, dan keadaan ini akan berdampak pada kemiskinan (Arsyad, 2010). Octaviani

43
(2001) menunjukkan bahwa jumlah pengangguran terkait erat dengan kemiskinan

di Indonesia, dan penduduk Indonesia sangat bergantung pada upah saat ini.

Indeks Pembanguna Manusia (IPM) digunakan untuk melihat bagaimana

kualitas sumber daya manusia, dengan melihat beberapa aspek yaitu pendidikan,

kesehatan dan tingkat daya beli. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia

melalui IPM maka akan mempengaruhi produktivitas dan pendapatan meningkat

sehingga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tidak terjerumus pada

kemiskinan . Pengangguran menyebabkan penurunan pendapatan yang signifikan

yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Artinya, hubungan

keduanya positif dimana semakin banyak pengangguran akan meningkatkan

kemiskinan. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa dampak Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) dan pengangguran terhadap kemiskin adalah dalam kerangka

sebagai berikut :

Indeks
H1 (-)
Pembangunan
Manusia (IPM)
Kemiskinan
(PR)

Pengangguran
(UMP) H2 (+)

H3

Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran


Sumber: diolah Peneliti, 2021.

Berdasarkan gambar 2.5 dapat dijelaskan variabel independen pada

penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pengangguran

44
(UMP). Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu kemiskinan (PR).

Penelitian ini menganalisis pengaruh secara parsial antara Indeks Pembagunan

Manusia (IPM) dan pengangguran (UMP) terhadap kemiskinan (PR). Penelitian

ini juga menganalisis pengaruh secara simultan antara Indeks Pembagunan

Manusia (IPM) dan pengangguran (UMP) terhadap kemiskinan (PR).

2.4. Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam

penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu

hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguhubungkan dua

variabel atau lebih (Supranto, 1997). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Zuhdiyaty, 2017) menyatakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh

negatif signifikan pada kemiskinan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Rahayu, 2018) menyatakan bahwa pengangguran mempunyai pengaruh positif

signifikan pada kemiskinan. Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu maka

penulis menarik hipostesis sebagai berikut :

H1 : IPM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan

(PR) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

H2 : Pengangguran (UMP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kemiskinan (PR) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

H3 : IPM dan Pengangguran (UMP) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kemiskinan (PR) di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung.

45
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menganalisis tentang Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia

dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, Arikunto (2006)

mengemukakan tentang penelitian kuantitatif yakni pendekatan penelitian yang

banyak menggunakan angka-angka, mulai dari mengumpulkan data, penafsiran

terhadap data yang diperoleh, serta pemaparan hasilnya. Penelitian kuantitatif

dipilih karena berupaya mendeskripsikan pengaruh analisis data untuk memahami

dampak indeks pengangguran pembangunan manusia terhadap kemiskinan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Waktu yang digunakan peneliti dalam penelitian ini dari Bulan November 2020

sampai dengan selesai.

3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang

terdiri dari data kemiskinan, data indeks pembangunan manusia, dan data

pengangguran periode tahun 2010 hingga 2020. Menurut Kuncoro (2018) data

46
kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka) yang dapat

dibedakan menjadi data interval dan data rasio.

3.3.2. Sumber Data

Penelitian ini mengandalkan data sekunder sebagai sumber informasi.

Data sekunder merupakan data primer yang telah dianalisis dan disajikan lebih

lanjut, baik oleh pengumpul data primer maupun oleh pihak ketiga, seperti tabel

atau grafik (Umar, 2013). Seluruh data Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung pada penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau teknik yang

digunakan dalam mengumpulkan data (Kurniawan & Puspitaningtyas, 2016).

Pengumpulan data pada penelitian ini meliputi studi kepustakaan (library

research) dan dokumentasi. Menurut Syaodih (2012), proses dokumentasi

merupakan metodologi pengumpulan data yang melibatkan pengumpulan dan

penelaahan catatan, baik berupa dokumen tertulis, foto, maupun elektronik.

Menurut Nazir (2013) studi kepustakaan (library research) adalah metode

pengolahan data yang melibatkan melakukan evaluasi ringkasan buku, literatur,

catatan, dan catatan yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipecahkan.

Analisis ini menggunakan total tujuh set data cross-sectional, termasuk

enam kabupaten dan satu kota. yaitu Kabupaten Belitung, Kabupaten Belitung

Timur, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten

47
Bangka Barat, Kabupaten Bangka dan Kota Pangkapinang. Pada data deret waktu

yang digunakan adalah sebelas tahun dari tahun 2010 hingga 2020.

3.5. Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Menurut Ismiyanto (2003) populasi adalah keseluruhan subjek atau

totalitas subjek penelitian yang dapat berupa; orang, benda, suatu hal yang di

dalamnya dapat diperoleh dan atau dapat memberikan informasi (data) penelitian.

Penelitian ini mencakup seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Bangka Belitung,

serta data kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan pengangguran

dari tahun 2010 hingga 2020.

3.5.2 Sampel

Teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Menurut Kuncoro (2018) purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel dengan maksud atau tujuan tertentu. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia, pengangguran dan

tingkat kemiskinan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dipublikasikan

setiap tahunnya. Sebanyak 77 sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menggunakan data kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan

pengangguran dari 6 kabupaten dan 1 kota dengan periode tahun 2010 hingga

2020.

48
Tabel 3.1. Sampel Penenlitian
Jumlah Sampel
Periode Penelitian Daerah Penelitian
Penelitian

11 Tahun 7 Daerah
77 sampel
(2010 hingga 2020) (6 Kabupaten dan 1 Kota)

Sumber: diolah Peneliti, 2021.

3.6. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linier berganda. Analisis regresi linier untuk memahami apakah indeks

pembangunan manusia dan tingkat pengangguran berpengaruh terhadap

kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Analisis regresi bertujuan

untuk memahami secara parsial atau simultan hubungan antara hasil masing-

masing perusahaan dengan variabel independen dan dependen.

Untuk mendapatkan hasil terbaik, pendekatan tersebut melibatkan

melakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan uji linier berganda (Ghozali,

2011). Tujuan dari pemenuhan asumsi klasik ini adalah untuk memastikan bahwa

variabel independen tidak bias sebagai prediktor variabel dependen.

3.6.1. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

linier berganda dengan menggunakan data panel. Data panel dalam penelitian ini

adalah perpaduan antara cross section dan time series dengan periode data

penelitian tahun 2010 sampai dengan 2020 menggunakan data seluruh variabel

49
yang dilihat berdasarkan tujuh kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung.

3.6.1.1. Regresi Data Panel

Data panel merupakan perpaduan antara data time series dan cross

section atau sebagian obyek dan waktu yang dikumpulkan. Data time series yaitu

satu obyek pada periode waktu, sedangkan data cross section yaitu silang waktu

dari sebagian obyek (Nuryanto, 2018). Terdapat beberapa kelebihan dari data

panel yaitu :

1) Melibatkan beberapa individu pada sebagian waktu dengan

heterogenitas yang lebih tinggi.

2) Data yang diberikan lebih informatif, variasi, dan memiliki tingkat

kolonieritas yang kecil, dikarenakan panel data memadukan antara data

cross section dan time series.

3) Sebagai studi perubahan dinamis dengan mengulang data cross section

(series).

Selain kelebihan tersebut, data panel juga dapat mendeteksi dan

mengukur dampak dengan arah yang lebih baik, yang tidak dapat dilakukan pada

metode cross section maupun time series saja. Persamaan estimasi data panel

dapat dituliskan sebagai berikut :

PVit = α + β1IPM1it + β2TPT2it + eit ……………………………..(1)

Dimana :

PV : Kemiskinan

IPM : Indeks Pembangunan Manusia

50
TPT : Pengangguran

i : Data cross section (tujuh Kabupaten/Kota)

t : Data time series (Tahun 2010-2020)

α : Intercept atau konstanta

eit : Error term

3.6.2. Penentuan Metode Estimasi Regresi Data Panel

3.6.2.1 Uji Chow

Merupakan uji yang dipakai dalam menentukan model common effect

atau fixed effect yang lebih sesuai untuk digunakan. Hipotesis dalam uji ini

sebagai berikut :

H0: Common Effect Model

H1: Fixed Effect Model

Apabila nilai probability F < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

dimana fixed effect model lebih sesuai untuk digunakan (Silalahi, 2014).

3.6.2.2 Uji Hausman

Merupakan uji yang bertujuan untuk menentukan fixed effect model

atau random effect model yang lebih sesuai untuk digunakan. Hipotesis dalam uji

ini sebagai berikut :

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

51
Apabila nilai probability > 0,05 maka random effect model lebih

sesuai dan sebaliknya jika nilai probability < 0,05 maka fixed effect model lebih

sesuai untuk digunakan (Silalahi, 2014).

3.6.3. Penentuan Model Estimasi

Menurut (Rohmana, 2010) menyebutkan bahwa teknik estimasi model

regresi data panel terdapat tiga teknik yang dapat digunakan diantaranya :

3.6.3.1. Common Effect Model (CEM)

Model ini adalah model yang sederhana yaitu model gabungan dari

data time series dan data cross section, model ini menggunakan metode Ordinary

Least Square (OLS). Model ini beranggapan bahwa intersep atau slope dari setiap

variable konstan untuk semua Provinsi pada seluruh waktu. Model dalam common

effect model sebagai berikut :

PVit = α + β1IPM1it + β2TPT2it + eit …………………………….…(2)

Dimana :

PV : Kemiskinan

IPM : Indeks Pembangunan Manusia

TPT : Pengangguran

i : Data cross section (tujuh Kabupaten/Kota)

t : Data time series (tahun 2010-2020)

α : Intercept atau konstanta

eit : Error term

β1, β2, β3 : Koefisien regresi variabel bebas

52
3.6.3.2. Fixed Effect Model (FEM)

Model ini bertujuan untuk mengatasi kelemahan dari model common

effect. Model ini mempunyai asumsi bahwa intersept dan slope persamaan bahwa

35 regresi dianggap konstan antar time series ataupun cross section. Kegunaannya

untuk membedakan satu objek dengan objek lain. Model dalam fixed effect model

sebagai berikut :

PVit = α + β1IPM1it + β2TPT2it + eit …………………………….……(3)

Dimana :

PV : Kemiskinan

IPM : Indeks Pembangunan Manusia

TPT : Pengangguran

i : Data cross section (tujuh Kabupaten/Kota)

t : Data time series (tahun 2010-2020)

α : Konstanta

eit : Error term

β1, β2, β3 : Koefisien

3.6.3.3. Random Effect Model (REM)

Model random effect ini menyatakan bahwa karakteristik individu dan

waktu yang berbeda dapat diakomodasikan dengan error. Pembentukan error dari

individu dan waktu dapat diuraikan yaitu error komponen individu, waktu, dan

error gabungan Model dalam random effect model sebagai berikut :

PVit = α + β1IPM1it + β2TPT2it + eit ; eit = ui + Vt + Wit ……….……..(4)

53
Dimana :

PV : Kemiskinan

IPM : Indeks Pembangunan Manusia

TPT : Pengangguran

i : Data cross section (tujuh Kabupaten/Kota)

t : Data time series (tahun 2010-2020)

α : Intercept

eit : Error term

β1, β2, β3 : Koefisien

ui : Error cross section

Vt : Error time series

Wit : Error gabungan

3.6.4. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik menurut Gujarati (2010) bertujuan untuk memastikan

bahwa hasil penelitian adalah valid dengan data yang digunakan secara teori

adalah tidak bias, konsisten dan penaksiran koefisienan regresinya efisien.

3.6.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel perancu

atau residual dalam model regresi berdistribusi normal. Uji t dan F, sebagaimana

dipahami dengan baik, mengasumsikan bahwa nilai sisa mengikuti distribusi

normal. Jika anggapan ini dilanggar, uji statistik untuk ukuran sampel yang kecil

akan menjadi tidak valid..

54
Ada dua metode untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal, yaitu melalui analisis grafis dan pengujian statistik. Model regresi yang

baik adalah memiliki distribusi data normal. Dalam penelitian ini, untuk

mendeteksi normalitas data dilakukan dengan pengujian Jarque Bera. Jika nilai

signifikansi residual > 0,05, maka residual berdistribusi normal (Ghozali, 2013).

3.6.4.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolineritas bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan

atau korelasi antara variabel independen dengan ketentuan tidak terdapat nilai

korelasi yang tinggi antar variabel independen yaitu tidak melebihi 0,90. Model

regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi multikoleniaritas (Ghozali,

2013).

3.6.4.3. Uji Autokorelasi

Hubungan antara satu variabel gangguan observasi dengan variabel

gangguan observasi lainnya dikenal dengan istilah autokorelasi (Widarjono,

2017). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk

menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-

Watson. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2) Angka D-W diantar -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi,

3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

3.6.4.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah model regresi

memiliki inequality of variance dari residual satu observasi ke residual observasi

55
berikutnya. Uji grafik plot, uji Park, uji glejser, dan uji white merupakan contoh

uji heteroskedastisitas yang dapat dilakukan. Untuk mengetahui ada tidaknya

heteroskedastisitas juga dapat diketahui dengan melakukan uji Glejser. Jika

variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada

indikasi terjadi heteroskedastisitas.

3.6.5. Uji Hipotesis

3.6.5.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya mengukur kemampuan

model untuk menjelaskan perubahan variabel dependen. Koefisien determinasi

berada di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan perubahan variabel dependen sangat terbatas.

Nilai yang mendekati 1 menunjukkan bahwa variabel independen menyediakan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi perubahan variabel

dependen. (Ghozali, 2011).

3.6.5.2. Uji Parsial (t-test)

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah setiap variabel independen

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata

lain, mencari tahu apakah setiap variabel independen dapat menjelaskan

perubahan aktual pada variabel dependen.

Untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen dapat dilihat asumsi-asumsi berikut ini :

56
 Jika t hitung > t tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, hal ini

menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen memiliki

pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel dependen.

 Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak hal ii

menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen tidak

memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel

dependen.

3.6.5.3. Uji Simultan (Uji Keseluruhan- F)

Uji F adalah pengujian yang dirancang untuk menentukan seberapa

besar koefisien regresi terhadap variabel dependen secara bersamaan. Untuk

menentukan signifikan atau tidaknya tingkat signifikansi yang digunakan adalah

5% atau (α = 0,05). Jika Jika nilai estimasi F tabel lebih besar dari nilai F hitung,

maka hipotesis alternatif variabel independen memiliki pengaruh yang besar

terhadap variabel dependen. Standar untuk membuat keputusan:

 Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya

variabel independen secara bersama sama memiliki pengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

 Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya

variabel independen tidak bersatu dan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.

57
3.7. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini

sebagai berikut :

Tabel 3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

No Nama Variabel Definisi Pengukuran Variabel Satuan Skala


Perbandingan Kemiskinan diukur dari
jumlah orang seluruh data persentase
yang hidup di penduduk miskin
bawah garis kabupaten/kota di seluruh
1 Kemiskinan Persen Rasio
kemiskinan Provinsi Kepaulauan
(tingkat Bangka Belitung data dari
pendapatan) tahun 2010-2020

Perbandingan Indeks pembangunan


pengukuran dari mansuia diukur dari seluruh
Harapan hidup, data indeks pembangunan
Indeks tingkat melek manusia kabupaten/kota di
Pembangunan huruf, seluruh Provinsi
2 Indeks Interval
Manusia Pendidikan dan Kepaulauan Bangka
(IPM) standar hidup Belitung data dari tahun
semua negara di 2010-2020
dunia.

Pengangguran Pengangguran diukur dari


mengacu pada seluruh data Tingkat
orang-orang Pengangguran Terbuka
yang pernah (TPT) (kabupaten/kota di
termasuk dalam seluruh Provinsi
angkatan kerja, Kepaulauan Bangka
mereka secara Belitung data dari tahun
aktif mencari 2010-2020
3 Pengangguran Persen Rasio
pekerjaan
dengan tingkat
upah tertentu,
tetapi tidak
dapat
menemukan
pekerjaan yang
ideal.
Sumber: diolah Peneliti, 2021

58
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perkembangan Variabel Penelitian

4.1.1 Perkembangan Kemiskinan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 2010 hingga Maret

2020 berfluktuasi dari tahun ke tahun, tetapi menunjukkan tren yang menurun.

Pada periode 2010 hingga Maret 2020 jumlah penduduk miskin bergerak

berfluktuatif 49,01 ribu orang pada tahun 2010 dan 68,39 ribu orang pada Maret

2020. Tingkat kemiskinan menurun secara signifikan dari 6,51 persen pada tahun

2010 menjadi 4,53 persen pada Maret 2020.

Gambar 4.1. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Provinsi


Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-2020
Sumber: : BPS Bangka Belitung. 2020

Persentase penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

pada Maret 2020 mencapai 4,53 persen, naik sebesar 0,03 poin persen jika

dibandingkan September 2019 dan turun sebesar 0,09 poin persen jika

59
dibandingkan dengan Maret 2019. Berdasarkan daerah tempat tinggal, persentase

penduduk miskin di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Tingkat

kemiskinan di perkotaan dan perdesaan pada Maret 2020 masing-masing sebesar

3,06 persen dan 6,33 persen. Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 2,98

persen pada September 2019 menjadi 3,06 persen pada Maret 2020. Sedangkan di

perdesaan turun dari 6,38 persen menjadi 6,33 persen untuk periode yang sama.

4.1.2 Perkembangan IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan

bagi penduduk (enlarging people choice). IPM merupakan indikator penting

untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia

(masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses

hasil pembangunan seperti dalam hal memperoleh pendapatan, kesehatan,

pendidikan, dan sebagainya. IPM diperkenalkan oleh United Nations

Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan metode penghitungan

direvisi pada tahun 2010. BPS mengadopsi perubahan metodologi penghitungan

IPM yang baru pada tahun 2014 dan melakukan backcasting sejak tahun 2010.

Salah satu indikator yang bisa digunakan untuk melihat kemajuan

pembangunan manusia, yaitu kecepatan IPM dan status pencapaian IPM. Secara

umum, pembangunan manusia Kepulauan Bangka Belitung terus mengalami

kemajuan hingga 2020. IPM Kepulauan Bangka Belitung meningkat dari 66,02

pada tahun 2010 menjadi 71,47 pada tahun 2020. Rata-rata pertumbuhan IPM

Kepulauan Bangka Belitung sebesar 0,80 persen per tahun. Pada tahun 2020, IPM

60
Kepulauan Bangka Belitung tumbuh 0,24 persen dan merupakan pertumbuhan

IPM terendah sejak 10 tahun terakhir. Capaian pembangunan manusia pada tahun

2020 bergerak sangat lambat apabila dibandingkan dengan kenaikan pada tahun

sebelumnya yang mencapai 0,89 persen. Pandemi Covid-19 disinyalir menjadi

salah satu penyebab lambatnya pergerakan capaian IPM tahun 2020.

Gambar 4.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kepulauan


Bangka Belitung, 2010-2020
Sumber: : BPS Bangka Belitung, 2020

Capaian Indeks Pembangunan Manusia di tingkat kabupaten/kota pada

tahun 2020 berada pada rentang antara 66,90 (Bangka Selatan) hingga 78,22

(Pangkalpinang). Semua kabupaten/ kota mengalami perlambatan pembangunan

manusia yang cukup siginifikan di tahun 2020. Tidak ada satupun IPM

kabupaten/kota yang tumbuh di atas 1 persen. Laju IPM tertinggi dimiliki

Kabupaten Bangka Selatan sebesar 0,54 persen, sedangkan laju IPM terendah

berada di Kabupaten Bangka yaitu 0,01 persen. Turunnya angka pengeluaran per

kapita disesuaikan menjadi pemicu perlambatan pembangunan manusia di Bangka

Belitung. Penurunan pengeluaran per kapita tertinggi terjadi di Kota

Pangkalpinang, disusul Kabupaten Bangka Selatan dan Kabupaten Bangka

61
Tengah, masing-masing -1,39 persen, -1,28 persen, dan -1,23 persen. Pengeluaran

per kapita disesuaikan di tingkat kabupaten/kota berkisar antara Rp 11.730.000,-

per tahun (Kabupaten Belitung Timur) hingga Rp 15.663.000,- per tahun (Kota

Pangkalpinang).

Tabel 4.1.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota,
2019-2020

Pengeluaran IPM
Kabupaten/ UHH HLS RLS
per Kapita Pertumbuhan
(Tahun) (Tahun) (Tahun) Capaian
(Rp.000) (%)
Kota
2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020

(1) (3) (3) (5) (5) (7) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

70,99 71,06 12,76 12,77 8,23 8,24 12.480 12.416 72,39 72,40 0,82 0,01
Bangka

70,94 71,05 11,84 11,85 8,41 8,46 13.662 13.554 72,46 72,51 1,06 0,07
Belitung
69,99 70,06 11,52 11,53 7,21 7,22 12.275 12.233 69,05 69,08 0,54 0,04
Bangka Barat

Bangka 71,16 71,36 11,76 11,81 7,13 7,19 13.070 12.909 70,33 70,45 1,17 0,17
Tengah
Bangka 67,90 68,16 11,36 11,37 6,42 6,67 11.910 11.757 66,54 66,90 0,85 0,54
Selatan
Belitung 71,90 72,03 11,51 11,52 8,15 8,22 11.831 11.730 70,84 70,92 0,88 0,11
Timur
73,17 73,30 12,99 13,15 9,80 9,92 15.883 15.663 77,97 78,22 0,70 0,32
Pangkalpinang

Kepulauan
70,50 70,64 11,94 12,05 7,98 8,06 12.959 12.794 71,30 71,47 0,89 0,24
Bangka
Belitung
Sumber: : BPS Bangka Belitung. 2020

Jika dilihat dari dimensi umur panjang dan hidup sehat, Umur Harapan

Hidup saat lahir berkisar antara 68 tahun 1 bulan (Kabupaten Bangka Selatan)

hingga 73 tahun 3 bulan (Kota Pangkalpinang). Sementara pada dimensi

pengetahuan, Harapan Lama Sekolah terendah juga di Kabupaten Bangka Selatan

62
11,37 tahun atau hampir setara dengan masa pendidikan untuk menamatkan kelas

XII SMA, dan tertinggi di Kota Pangkalpinang 13,15 tahun atau hampir setara

dengan masa pendidikan untuk menamatkan Diploma I. Disparitas Rata-rata

Lama Sekolah kabupaten/kota di Kepulauan Bangka Belitung masih cukup tinggi.

Terendah di Kabupaten Bangka Selatan yaitu 6,67 tahun atau hampir setara masa

pendidikan untuk menamatkan kelas VII di jenjang SMP. Tertinggi di Kota

Pangkalpinang yaitu 9,92 tahun atau hampir setara masa pendidikan untuk

menamatkan kelas X di jenjang SMA. Pada tahun 2020, komponen pembentuk

IPM Kabupaten Bangka dan Bangka Barat mengalami perlambatan yang paling

signifikan pada dimensi pengetahuan. Akibatnya, laju pertumbuhan IPM kedua

wilayah ini lebih rendah dibandingkan daerah lain di Bangka Belitung.

Kemajuan pembangunan manusia pada tahun 2020 dapat terlihat dari

status pembangunan manusia di tingkat kabupaten/kota. Terdapat 2

kabupaten/kota dengan nilai IPM berstatus “sedang” yaitu Kabupaten Bangka

Barat, dan Kabupaten Bangka Selatan. Sementara itu, Kabupaten Bangka Tengah

sejak tahun 2019 berubah status menjadi “tinggi”, bergabung dengan 4

Kabupaten/Kota lainnya. Pembangunan manusia di Kota Pangkalpinang sudah

mencapai kelompok IPM “tinggi” sejak tahun 2010. Menyusul Kabupaten Bangka

dan Kabupaten Belitung pada tahun 2015, dan Kabupaten Belitung Timur pada

tahun 2018.

Kemajuan pembangunan manusia di Kota Pangkalpinang selaku pemilik

capaian IPM tertinggi (78,22) didorong oleh semua dimensi kehidupan. Sebagai

ibukota provinsi, Kota Pangkalpinang selalu tercatat sebagai wilayah dengan

63
angka indeks tertinggi, baik untuk Umur Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah,

Rata-rata Lama Sekolah, maupun Pengeluaran per kapita. Sementara itu,

Kabupaten Bangka Selatan tercatat sebagai wilayah dengan capaian IPM terendah

(66,90), dipengaruhi oleh rendahnya indeks pada dimensi kesehatan dan dimensi

pengetahuan dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung. Sementara untuk standar hidup layak, pengeluaran per kapita

terendah dimiliki Kabupaten Belitung Timur. Tabel 2 berikut merinci capaian

IPM masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada

tahun 2019 dan 2020, beserta nilai indeks masing-masing komponen pembentuk

IPM.

4.1.3 Perkembangan Pengangguran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Secara umum, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2020

mengalami peningkatan dibanding Agustus 2019 pada semua jenjang pendidikan

tertinggi yang ditamatkan. TPT Tertinggi pada Agustus 2020 berada pada jenjang

pendidikan SMA/SMK, yaitu sebesar. Jika dilihat berdasarkan klasifikasi daerah,

jenjang pendidikan SMP ke bawah dan Diploma ke atas memiliki TPT yang lebih

tinggi di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan. TPT jenjang pendidikan SMP

ke bawah untuk daerah perkotaan sebesar 3,94 persen, atau lebih tinggi 1,24 poin

persen dibandingkan di perdesaan sebesar 2,70 persen. Sedangkan untuk jenjang

pendidikan Diploma ke atas, TPT perkotaan sebesar 6,49 persen atau lebih tinggi

3,16 poin persen dibandingkan dengan daerah perdesaan sebesar 3,32 persen.

64
Gambar 4.3. TPT Menurut Klasifikasi Daerah dan Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, Agustus 2020
Sumber: : BPS Bangka Belitung. 2020

Sementara untuk jenjang pendidikan SMA/SMK, TPT perkotaan lebih

tinggi daripada perdesaan pada Agustus 2020 berbeda dari Agustus 2019. TPT

perkotaan sebesar 9,54 persen lebih tinggi 1,60 poin persen dibandingkan

perdesaan sebesar 7,94 persen. Secara umum terlihat adanya fluktuatif TPT

Agustus 2020 di masing-masing tingkat pendidikan dan klasifikasi daerah jika

dibandingkan dengan kondisi Agustus 2019.

Tabel 4.2.
TPT Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut Kabupaten/Kota,
2019-2020
TPT
Kabupaten/ Kota
Agust-2019 Agust-2020

Bangka 3,72 5,42

Belitung 2,89 4,82

Bangka Barat 2,80 4,12

Bangka Tengah 4,37 5,59

Bangka Selatan 3,86 5,42

65
Belitung Timur 1,69 3,93

Pangkalpinang 4,97 6,93

Bangka Belitung 3,58 5,25

Sumber: : BPS Bangka Belitung. 2020

Selama periode 2019-2020, TPT Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

menunjukkan perubahan yang signifikan, yaitu berada pada kisaran angka 3-5

persen. Jika dirinci menurut kabupaten/kota, Kota Pangkalpinang memiliki TPT

tertinggi pada Agustus 2020 yaitu 6,93 persen dibandingkan kabupaten lainnya.

Sementara itu, kabupaten dengan TPT terendah berada di Kabupaten Belitung

Timur yaitu sebesar 3,93 persen. Terdapat 4 kabupaten/kota yang memiliki TPT

lebih besar dari TPT Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (5,25 persen) yaitu

Kabupaten Bangka (5,42 persen), Kabupaten Bangka Tengah (5,59 persen),

Kabupaten Bangka Selatan (5,42 persen), dan Kota Pangkalpinang (6,93 persen).

Sementara 3 (tiga) kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Belitung (4,82 persen),

Kabupaten Bangka Barat (4,12 persen), dan Kabupaten Belitung Timur (3,93

persen) memiliki TPT yang lebih rendah dibandingkan TPT provinsi.

4.2. Analisis Data

4.2.1. Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel

Model estimasi regresi data panel ditentukan setelah melakukan model

terbaik atau sesuai dengan kriteria model tersebut, dengan cara melakukan uji

chow dan uji hausman.

66
4.2.1.1. Uji Chow

Uji ini bertujuan untuk menentukan model terbaik antara commond effect

model dan fixed effect model dengan ketentuan apabila nilai probability F < 0,05

maka model yang terbaik adalah fixed effect model, untuk hasil uji chow dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.3. Hasil Uji Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 80.868588 (6,68) 0.0000


Cross-section Chi-square 161.409920 6 0.0000

Sumber : data diolah Peneliti, 2021

Berdasarkan Tabel 4.1. diketahui bahwa hasil uji chow diperoleh

probabilitas pada cross-section F sebesar 0,0000 dengan tingkat signifikan α 5

persen (0,05). Nilai probabilitas 0,0000 < 0,05 menunjukkan bahwa keputusan

model yang digunakan dari hasil uji chow adalah fixed effect model.

4.2.1.2. Uji Hausman

Setelah melakukan uji chow dan telah mendapatkan hasil yaitu fixed

effect model, selanjutnya dilakukan uji hausman untuk menentukan model terbaik

antara random effect model dan fixed effect model dengan ketentuan apabila nilai

probabilitas < 0,05 maka model yang terbaik adalah fixed effect model , untuk

hasil uji hausman dapat dilihat pada tabel berikut :

67
Tabel 4.4. Tabel Uji Hausman

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 11.469119 2 0.0032

Sumber : data diolah Peneliti, 2021

Berdasarkan Tabel 4.2. hasil uji hausman terdapat nilai probabilitas pada

cross-section random sebesar 0,0032 < 0,05 yang menunjukkan bahwa model

yang tebaik dan sesuai digunakan dalam penelitian ini yaitu fixed effect model.

4.2.2. Regresi Data Panel

Berdasarkan hasil uji estimasi model regresi data panel yaitu uji chow

dan uji hausman yang telah dilakukan disimpulkan bahwa model terbaik dan

sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini adalah fixed effect model. Hasil

analisis fixed effect model dapat lihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5. Hasil Analisis Fixed Effect Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 25.45163 2.701416 9.421586 0.0000


IPM -0.297457 0.038871 -7.652496 0.0000
TPT 0.127742 0.054217 2.356130 0.0214

Effects Specification

R-squared 0.880362 Mean dependent var 5.448831


Adjusted R-squared 0.866287 S.D. dependent var 1.713787
S.E. of regression 0.626677 Akaike info criterion 2.012698
Sum squared resid 26.70524 Schwarz criterion 2.286649
Log likelihood -68.48887 Hannan-Quinn criter. 2.122276
F-statistic 62.54764 Durbin-Watson stat 1.775882
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : data diolah Peneliti, 2021

68
Berdasarkan Tabel 4.3. hasil analisis regresi data panel menggunakan

fixed effect model diperoleh persamaan matematis yaitu :

PVit = 25.45163 - 0.297457 IPMit + 0.127742 TPTit ……………(5)

Persamaan regresi tersebut memiliki arti sebagai berikut :

1. Pada saat indeks pembangunan manusia dan pengangguran 0, maka

kemiskinan bernilai sebesar 25.445163 persen.

2. Nilai indeks pembangunan manusia memiliki pengaruh negatif dan

signifikan. Apabila nilai indeks pembangunan manusia bertambah

sebesar 1 indeks, maka akan mengurangi kemiskinan sebesar 0.297457

atau 2,97 persen.

3. Nilai pengangguran memiliki pengaruh positif dan signifikan. Apabila

nilai pengangguran bertambah sebesar 1 persen, maka akan

meningkatkan kemiskinan sebesar 0.127742 atau 1,28 persen

Berdasarkan model tersebut diketahui bahwa variabel indeks

pembangunan manusia dan pengangguran berpengaruh terhadap tingkat

kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

4.2.3. Uji Asumsi Klasik

4.2.3.1. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

atau tidak. Uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Jarqu Bera

69
(J-B). Dalam penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan α = 0,05. Dalam

uji ini, pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah :

a. Jika nilai signifikan > 0.05 maka distribusi normal, dan

b. Jika nilai signifikan <0.05 maka distribusi tidak normal.

14
Series: Standardized Residuals
12 Sample 2010 2020
Observations 77
10

Mean -3.39e-17
8
Median -0.054052
Maximum 1.896696
6
Minimum -1.490688
4 Std. Dev. 0.592777
Skewness 0.483332
2 Kurtosis 3.629914

0 Jarque-Bera 4.271039
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Probability 0.118183

Gambar 4.4. Uji Normalitas dengan Uji Jarque-Bera


Sumber: data diolah Peneliti, 2021.

Berdasarkan gambar 4.4, diketahui hasil uji normalitas residual di atas

bahwa nilai Jarque-Bera sebesar 4,271039 dengan p value sebesar 0,118183

dimana > 0,05 yang berarti residual berdistribusi normal dalam penelitian ini.

4.2.3.2. Uji Multikoliniearitas

Dalam penelitian ini, Uji Multikolinearitas adalah uji yang dilakukan

untuk memastikan apakah dalam sebuah model regresi ada interkorelasi atau

kolienaritas antar variabel bebas. Hasil Output Eviews terlihat seperti pada tabel

4.4 sebagai berikut:

70
Tabel 4.6. Hasil Uji Multikolinieritas

IPM TPT

IPM 1.000000 0.459832

TPT 0.459832 1.000000

Sumber: data diolah Peneliti, 2021.

Berdasarkan Tabel 4.4. menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai korelasi

yang tinggi antar variabel independen yaitu tidak melebihi 0,90 sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat multikoleniaritas dalam penelitian ini.

4.2.3.3. Uji Autokorelasi

D-W test digunakan untuk mengetahui apakah dalam model terdapat

autokorelasi ataupun antara disturbance error-nya. Bentuk hipotesis dari uji D-W

sebagai berikut :

H0 : p = 0 berarti tidak ada autokorelasi

Ha : p = 0 berarti ada autokorelasi

Tabel 4.7. Hasil Uji Autokorelasi

Durbin-Watson stat 1.775882


Sumber: data diolah Peneliti, 2021.

Dalam jumlah dan sampel variabel independent tertentu. Diperoleh nilai

kritis DL dan DU dalam distribusi dalam durbin Watson untuk berbagai nilai α

yaitu nilai DL = 1,5771 dan DU = 1,6835. Berdasarkan hasil output program

eviews diperoleh nilai D-W yaitu sebesar = 1,775882. Jika nilai DW > DU dan

nilai (4-DW) > DU maka dinyatakan tidak ada masalah autokorelasi baik

autokorelasi positif maupun negatif . Dari hasil olah data diatas nilai DW

71
(1,775882 > DU (1,6835 ) dan 4 – 1,775882 = 2,224118 > 1,6835 artinya tidak

ada masalah autokorelasi positif maupun negatif dalam penelitian ini.

4.2.3.4. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang menilai apakah ada

ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi

linear apabila uji ini tidak terpenuhi maka model regresi dinyatakan tidak valid

sebagai alat estimator.

Tabel 4.8. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.370058 0.762642 1.796463 0.0765

IPM -0.014980 0.011651 -1.285750 0.2025

TPT 0.029509 0.025159 1.172890 0.2446

Sumber: data diolah Peneliti, 2021.

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa tidak ada variabel

independent yang signifikan secara statistik (probability > α=5%). Maka dapat

disimpulkan bahwa seluruh variabel independent yang digunakan dalam

penelitian ini bebas dari masalah heteroskedastisitas, sehingga model regresi layak

digunakan.

4.2.4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis adalah metode pengambilan keputusan yang didasarkan dari

analisis data, baik dari percobaan yang terkontrol maupun dari observasi (tidak

72
terkontrol) uji ini kadang disebut juga sebagai “konfirmasi analisis data” uji ini

selalu dibuat berdasarkan pengujian hipotesis nol.

4.2.4.1. Uji Koefisien Determinasi (R-Square /R2)

Dalam analisis koefisien determinasi pada analisis regresi linear

berganda adalah jika hasil analisis dalam uji F tidak signifikan, maka nilai

koefisien determinasi tidak dapat digunakan atau dipakai untuk memprediksi

kontribusi pengaruh variabel X secara simultan terhadap Y.

Tabel 4.9. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi

R-Square Adjusted R-Square


0.880362 0.866287
Sumber: data diolah Peneliti, 2021.

Berdasarkan tabel 4.7 di atas bahwa dapat diperoleh nilai Adjusted R2

sebesar 0,880362. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel independen

secara bersama-sama mampu memberi penjelasan mengenai variabel dependen

sebesar 88,03%. Adapun 11,97% lagi dijelaskan oleh variabel lainnya di luar

model penelitian.

4.2.4.2. Uji Parsial (t-test)

Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas atau variabel

independen secara parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh terhadap variabel terikat

atau variabel dependen.

Tabel 4.10. Hasil Pengujian Signifikansi Parsial (Uji-t)

No. Keterangan t-hitung Sig


1 IPM -7.652496 0.0000

2 Pengangguran 2.356130 0.0214


Sumber: data diolah Peneliti, 2021.

73
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dibuat suatu interpretasi model yang

diambil pada metode penelitian sebagai berikut :

1. H1 : Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara Indeks Pembangunan

Manusia terhadap kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

a. Nilai thitung = -7,652496 menunjukkan bahwa semakin besar nilai Indeks

Pembangunan Manusia maka akan menurunkan kemiskinan di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.

b. Nilai ttabel dengan tingkat signifikan α (0,05) atau 5 persen dan derajat

bebas (df) = (n-k) atau (77-3) maka nilai ttabel diperoleh sebesar 1,66571.

c. Nilai thitung > ttabel (-7,652496 > 1,66571) berarti H0 ditolak dan H1

diterima.

d. Nilai Probabilitas Indeks Pembangunan Manusia diperoleh sebesar 0.0000

< α (0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima.

e. Kesimpulan : Indeks Pembangunan Manusia memiliki pengaruh negatif

dan signifikan terhadap kemiskinan, artinya apabila Indeks Pembangunan

Manusia meningkat maka kemiskinan akan menurun di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.

2. H2 : Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pengangguran terhadap

kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

a. Nilai thitung = 2.356130 menunjukkan bahwa semakin besar nilai

pengangguran maka akan meningkatkan kemiskinan di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.

74
b. Nilai ttabel dengan tingkat signifikan α (0,05) atau 5 persen dan derajat

bebas (df) = (n-k) atau (77-4) maka nilai t-tabel diperoleh sebesar

1,66571

c. Nilai thitung > ttabel (2,356130 > 1,66571) berarti H0 ditolak dan H2

diterima.

d. Nilai Probabilitas pengangguran diperoleh sebesar 0.0214 < α (0,05)

maka H0 ditolak dan H2 diterima.

f. Kesimpulan : pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kemiskinan, artinya apabila pengangguran meningkat maka kemiskinan

akan meningkat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

4.2.4.3. Uji Simultan (Uji Keseluruhan- F)

Uji F-Statistik ini berguna untuk pengujian signifikan pengaruh variabel

independen secara bersama-sama terhadap nilai variabel dependen. Uji ini melihat

seberapa besar pengaruh variabel X1 (Indeks Pembangunan Manusia) dan X2

(Pengangguran) secara bersama-sama terhadap variabel Y (Kemiskinan) di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Tabel 4.11. Hasil Pengujian Signifikansi Simultan (Uji-F)


F-hitung Sig
62.54764 0.000000
Sumber: data diolah Peneliti, 2021.

Berdasarkan Tabel 4.9. hasil uji F diperoleh F-statistik sebesar 62.54764 yang

akan dibandingkan dengan nilai Ftabel, yang bertujuan untuk melihat pengaruh

75
variabel bebas yaitu Indeks Pembangunan Manusia dan pengangguran terhadap

kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

H3 : Terdapat pengaruh positif dan signifikan secara simultan antara Indeks

Pembangunan Manusia dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.

a. Nilai Fhitung = 62,54764 menunjukkan bahwa semakin besar Indeks

Pembangunan Manusia dan pengangguran maka akan meningkatkan

kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung..

b. Nilai Ftabel = dengan derajat pembilang (k-1) atau (3-1) = 2 dan penyebut

(n-k) atau (77-3) = 74, taraf signifikan α (0,05) 5 persen. Jadi nilai Ftabel

3,12.

c. Nilai Fhitung > Ftabel (62,54764 > 3,12) yang berarti bahwa H0 ditolak dan

H3 diterima.

d. Nilai probabilitas Indeks Pembangunan Manusia dan pengangguran

dengan probabilitas (Fstatistic) sebesar 0.000000 < 0,05 sehingga

disimpulkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia dan pengangguran

secara bersama-sama berpengaruh terhadap kemiskinan di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.

e. Kesimpulan Indeks Pembangunan Manusia dan pengangguran memiliki

pengrauh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.

76
4.3. Pembahasan

4.3.1. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Kemiskinan

Indeks Pembangunan Manusia memiliki hubungan negatif dan signifikan

terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2010-

2020. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian. Dari hasil olah data regresi

linear berganda diatas dapat diketahui bahwa Indeks Pembangunan Manusia

berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung. Dimana setiap kenaikan 1 indeks maka akan mengakibatkan

naiknya tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 2,97

persen.

Hasil regresi ditunjang dengan adanya kecenderungan kenaikan Indeks

Pembangunan Manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari tahun ke

tahun. Sehingga dapat dikatakan bahwa meningkatnya IPM telah mampu

menurunkan tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Berkurangnya tingkat kemiskinan karena IPM yang meningkat mengindikasikan

bahwa IPM dapat meningkatkan produktivitas kerja manusia, yang akan

meningkatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak. Oleh sebab

itu, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya, Noor Zuhdiyaty

(2017) dalam penelitiannya berjudul “Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi

kemiskinan di Indonesia selama lima tahun terakhir” Dari hasil penelitian tersebut

diperoleh bahwa Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

77
IPM terdiri dari 3 dimensi (kesehatan, pendidikan, dan hidup layak

pendapatan perkapita) yang sangat menentukan kualitas manusia. Pendidikan

memainkan peranan penting dalam meningkatkan kemampuan dalam menyerap

teknologi modern dan mengembangkan kapasitas dalam mewujudkan

pertumbuhan dan pembangunan. Selain itu, kesehatan merupakan syarat dalam

meningkatkan produktivitas, karena dengan kesehatan, pendidikan mudah di

capai. Dalam hal ini, kesehatan dan pendidikan merupakan komponen penting

pembangunan ekonomi dalam membantu mengurangi kemiskinan.

Dengan pendidikan dan kesehatan maka pendapatan tinggi akan mudah

diperoleh. Begitu sebaliknya dengan pendapatan tinggi maka akan mudah

mengeluarkan dana untuk kesehatan dan pendidikan. Pemerintah tetap

mempertahankan dalam meningkatkan IPM untuk membangun kualitas hidup

manusia dalam memerangi kemiskinan. Dengan memerhatikan ketiga dimensi

yang membentuk IPM, penelitian ini menyatakan bahwa nilai IPM cenderung

dapat mengurangi tingkat kemiskinan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penyebab kemiskinan pada teori

lingkaran kemiskinan (vicious circke of poverty) dari Nurkse 1953. Adanya

keterbelakngan, dan ketertinggalan SDM (yang tercermin oleh rendahnya IPM),

ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya

produktifitas. Rendahnya produktifitas mengakibatkan rendahnya pendapatan

yang mereka terima (yang tercermin oleh rendahnya PDRB per kapita).

Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi.

Rendahnya investasi berakibat pada rendahnya akumulasi modal sehingga proses

78
penciptaan lapangan kerja rendah (tercemin oleh tingginya jumlah pengangguran).

Rendahnya akumulasi modal disebabkan oleh keterbelakangan dan seterusnya

(Kuncoro, 1997).

Sementara itu penelitian ini juga sejalan dengan Teori human capital

yang menekankan bahwa manusia adalah sumber daya yang paling berharga

dalam perekonomian; kecerdasan dan keterampilan adalah hasil dari pendidikan,

yang akan disumbangkan untuk pekerjaan dunia nyata yang memajukan

perekonomian. Dengan masyarakat yang sehat dan berpendidikan yang baik,

peningkatan produktifitas masyarakat akan meningkatkan pula pengeluaran untuk

konsumsinya, ketika pengeluaran untuk konsumsi meningkat, maka tingkat

kemiskinan akan menurun. Disisi lain, rendahnya Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) berakibat pada rendahnya produktivitas kerja dari penduduk. Rendahnya

produktivitas berakibat pada rendahnya perolehan pendapatan maka tingkat

kemiskinan akan meningkat.

4.3.2. Pengaruh Pengangguran Terhadap Kemiskinan

Pengangguran memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap tingkat

kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2010-2020. Hal ini

sesuai dengan hipotesis awal penelitian. Dari hasil olah data regresi linear

berganda diatas dapat diketahui bahwa pengangguran berpengaruh positif

signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Dimana setiap kenaikan 1 persen maka akan mengakibatkan naiknya tingkat

kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 1,27 persen. Hal ini

79
artinya jika pengangguran naik maka jumlah penduduk miskin di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung akan naik.

Pengaruh tingkat pengangguran signifikan terhadap kemiskinan dari

penelitian ini menunjukkan bahwa pengangguran merupakan indikator yang

sangat terkait dengan pendapatan. Kebutuhan masyarakat yang banyak dan

beragam membuat mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, hal yang

dilakukan adalah bekerja agar memperoleh pendapatan, apabila tingkat

pengangguran tenaga kerja tidak terpenuhi maka akan terjadi pengangguran.

Masyarakat yang menganggur, pasti tidak memiliki pendapatan dari pekerjaan,

yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat kemakmuran dalam memenuhi

kebutuhan. Apabila kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi, maka mereka

termasuk dalam kategori miskin.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Arsyad (2010) bahwa dengan tidak adanya pekerjaan maka mereka tidak memiliki

pendapatan yang akan mempersulit mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari, dan keadaan ini akan berdampak pada kemiskinan. Hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian sebelumnya, Yunie Rahayu (2018) dalam

penelitiannya berjudul “Analisis pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB

Perkapita, dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di

Provinsi Jambi”. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa pengangguran

berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Tingkat pengangguran yang tinggi menyebabkan rendahnya pendapatan

yang selanjutnya memicu munculnya kemiskinan, oleh karena itu terdapat

80
hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan.

Sebagian besar masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap selalu berada

diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin (Arsyad, 1997). Menanggapi

masalah pengangguran, teori Keynes menyatakan bahwa bertentangan dengan

Teori Klasik. Perbedaan pandangan antara ekonomi klasik dengan pandangan

keynes adalah para penganut ekonomi klasik beranggapan bahwa suatu

perekonomian dapat berjalan sendirinya yang dijalankan oleh mekanisme pasar.

Sedangkan menurut pandangan keynes, pemerintah perlu ikut campur

dalam kegiatan perekonomian, jika perekonomian dianggap memasuki fase

bahaya, sehingga pemerintah mampu mengendalikan perekonomian dengan

melaksanakan berbagai kebijakan. Para penganut ekonomi klasik tetap kekeh pada

pendapatnya, dimana mekanisme pasar akan dapat melaksanakan tugasnya dalam

sebuah perekonomian, akan tetapi pendapat itu terbantahkan setelah terjadi krisis

besar di Amerika menyebabkan terjadi krisis global.

Keynes beranggapan bahwa suatu perekonomian perlu campur tangan

pemerintah, hal ini dikarenakan pemerintah dapat mengendalikan perekonomian

jika perekonomian sudah dianggap tidak aman lagi atau mendekati krisis.

Pemerintah sebagai pengatur regulasi mampu mengendalikan perekonomian

dengan kebijakan-kebijakan yang mampu dijalankannya. Berdasarkan penjelasan

dalam teori Keynes dalam hal ini pemerintah memiliki peran penting

mengendalikan perekonomian dengan melaksanakan berbagai kebijakan yang

dapat menekan angka pengangguran sehingga dapat mengurangi penduduk miskin

di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

81
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan dari

hasil estimasi yang didapat, yaitu :

1. Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif signifikan

terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2. Pengangguran berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat

kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

3. Indeks Pembangunan Manusia dan Pengangguran berpengaruh secara

simultan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung.

5.2. Saran

1. Pemerintah harus lebih meningkatkan sumber daya manusia,

meningatkan teknologi, dan pencapai daya beli masyarakat yang

berpengaruh pada pendapatan masyarakat yang masih rendah.

Meningkatkan pencapaian tingkat pendidikan formal masih perlu di

diupayakan oleh pemerintah dan upaya peningkatan dan perbaikan

infrastruktur dan kesehatan dan stabilitas harga dimana aspek-aspek

tersebut merupakan komponen penting dalam mengurangi jumlah

penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

82
2. Jumlah pengangguran berpengaruh kepada peningkatan kemiskinan di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sehingga perlu adanya

penciptaan lapangan pekerjaan yang memadai bagi para tenaga kerja

agar kesejahteraan masyarakat meningkat. Pemerintah selayaknya

memberikan pelatihan-pelatihan kepada penduduk yang usia produktif

untuk bisa mandiri meningkatkan kemampuan dan keterampilan

dalam mengembangkan usaha agar memiliki penghasilan tambahan,

menyerap lapangan pekerjaan, dan akan membuat pengangguran

semakin sedikit dan jumlah penduduk miskin akan berkurang.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menambah variabel lain

yang sekiranya dapat mempengaruhi kemiskinan, serta bisa

menggunakan metode atau uji lain yang mungkin dapat pula

menggambarkan hasil penelitian dari sisi yang berbeda.

83
DAFTAR PUSTAKA

Addae-korankye, A. 2014. Causes of Poverty in Africa : A Review of Literature.


American International Journal of Social Science, 3(7), 147–153.

Ahmed, F., Mia, M. S., Wiboonpongse, A., Thongrak, S., & Kiapathomchai, S.
2019. Trends in poverty and income inequality in urban malaysia: Emerging
issues and challenges. International Journal of Recent Technology and
Engineering,8 (2 Special Issue 9), 517–523.
https://doi.org/10.35940/ijrte.B1112.0982S919

Alhudhori, M. 2017. Pengaruh Ipm, Pdrb Dan Jumlah Pengangguran Terhadap


Penduduk Miskin Di Provinsi Jambi. EKONOMIS : Journal of Economics
and Business, 1(1), 113. https://doi.org/10.33087/ekonomis.v1i1.12
Anyanwu, J. C., & Anyanwu, J. C. 2017. The Key Drivers of Poverty in Sub-
Saharan Africa and What Can Be Done About it to Achieve the Poverty
Sustainable Development Goal. Asian Journal of Economic Modelling, 5 (3),
297–317. https://doi.org/10.18488/journal.8.2017.53.297.317

Arsyad, Lincoln. 2010. Ekonomi Pembangunan, Edisi Ketiga. In STIE YKPN.


Yogyakarta.
Arsyad, Lincoln. 1997. Ekonomi Pembangunan, Edisi Ketiga. In STIE YKPN.
Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2020. Indeks
Pembangunan Manusia Provinsi Kepualauan Bangka Belitung 2019.
Pangkalpinang: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Diakses pada 22 Desember 2020 dari https://babel.bps.go.id

Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2020. Indikator


Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2019-2020.
Pangkalpinang: Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Diakses pada 20 Desember 2020 dari https://babel.bps.go.id

Baeti, N. 2013. Pengaruh Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, Dan


Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota
Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011. Economics Development
Analysis Journal, 2(3), 85–98. https://doi.org/10.15294/edaj.v2i3.1984
Becker, Gary Stanley. 1975. Human Capital : a theoretical and empirical
analysis, with special reference to education 3rd edition. London : The
University of Chicago Press, Ltd

84
Borjas, George J. 2016. Labor Economics (Seven Edition). New York :McGraw-
Hill.
Case & Fair. 2007 . Prinsip-prinsip ekonomi jilid 1, Jakarta : Erlangga.
Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta. Penerbit: Erlangga.

Duwila, U. 2016. Pengaruh Pendidikan, Pengangguran dan Inflasi terhadap


Tingkat Kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Jurnal Ekonomi,
X(1), 104–109.
Endrayani, N. K. E., & Dewi, M. H. U. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali. E-
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Undayana, 5(1), 63–88.
Fadila, R., & Marwan, M. 2020. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi
Sumatera Barat periode tahun 2013-2018. Jurnal Ecogen, 3(1), 120.
https://doi.org/10.24036/jmpe.v3i1.8531
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gilarso, T . 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta : Kanisius.

Gujarati, D.N. dan D.C. Porter. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika, Edisi 5.


Jakarta: Salemba Empat

Harliyani, E. M., & Haryadi, H. 2016. Pengaruh Kinerja Keuangan Pemerintah


Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Jambi. Jurnal
Perspektif Pembiayaan Dan Pembangunan Daerah.
Hudiyanto. 2014. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Universitas
Muhammadiyah Yogyakrta, Cetakan Linkar Media.
Junofy, A. R. N. 2013. A study on poverty and hunger in India. Mediterranean
Journal of Social Sciences, 4(12), 147–153.
https://doi.org/10.5901/mjss.2013.v4n12p147

Junofy, A. R. N. 2013. A study on poverty and hunger in India. Mediterranean


Journal of Social Sciences, 4(12), 147–153.
https://doi.org/10.5901/mjss.2013.v4n12p147

Kris H. Timotius. 2017. Pengantar Metodologi Penelitian: Pendekatan


Manajemen Pengetahuan untuk Perkembangan Pengetahuan. ANDI,
Yogyakarta.

85
Kuncoro, Mudjarat. 1997. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan
Kebijakan, Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Kuncoro, Mudrajad. 2000. Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan
Kebijakan, UPP AMP YKPN.

Kuncoro, Mudjarat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah Reformasi,


Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga.

Kuncoro, Mudrajat. 2006. Ekonomi Pembangunan. Penerbit Salemba Empat,


Jakarta.

Kuncoro, Mudrajat. 2013. Mudah Memahami & Menganalisis Indikator Ekonomi.


Yogyakarta : UPP STIM YKPN

Kurniawan, AW. Puspitaningtyas, Z. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif.


Yogyakarta : Pandiva Buku
Mankiw, Gregory N. 2000. Makroekonomi Edisi ke Enam. Erlangga, Jakarta.

Mankiw, Gregory N. 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama.

MUKIM, A. P. A. M. 2018. Study of Poverty in India. International Journal of


Current Research, 10(4), 68468–68470.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT.


Remaja Rosdakarya.
Nazir, Moh. 2013. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Niswati, K., 2014, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Daerah


Istimewa Yogyakarta Tahun 2003-2011, Jurnal Eko-Regional, No.2, Vol. 9,
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Noor Zuhdiyaty, D. K. Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan


di Indonesia Selama Lima Tahun Terakhir (Studi Kasus Pada 33 Provinsi).
JIBEKA, 11, 27 - 31.

Nurkse, R. 1953. Problems of Capital Formation in Underdeveloped Countries.


Oxford Basis Blackwell.

Nuryanto, Pambuko, & Zulfikar Bagus. 2018. Eviews untuk Analisis


Ekonometrika Dasar: Aplikasi dan Interpretasi. Magelang: UNIMMA
PRESS.

86
Octaviani, D. 2001. Inflasi, Pengangguran, dan Kemiskinan di Indonesia: Analisis
Indeks Forrester Greer & Horbecke. Media Ekonomi, 7(8), 100-118.
Panggabean, M., Ria, E., & Matondang, L. 2019. Pengaruh Pengeluaran
Pemerintah Daerah , Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten / Kota di
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010-2017. 154–164.
Puspita, D. W. 2015. Analisis Determinan Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah.
Jejak, 8(1), 100–107. https://doi.org/10.15294/jejak.v8i1.3858
Rahayu,Yunie, Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB
Perkapita, Dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin
Di Provinsi Jambi, Jurnal Of Economics And Business. Vol.2 No 1 Maret
2018.
Rohmana, Yana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews.
Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi.
Silalahi, doni, Sitepu Rachmad dan Tarigan, Gim. (2014). Analisis Ketahanan
Pangan Provinsi Sumatera Utara dengan Metode Regresi Data panel.
Saintia Matematika, Vol. 2, No. (3): 239-241.
Soesastro, Hadi.dkk. 2005. Pemikiran Dan Permasalahan Ekonomi Di Indonesia
Dalam Setengah Abad Terakhir:Proses Pemulihan Ekonomi. Yogyakarta:
Kanisius.
Solihin, Ismail. 2012. Manajemen Strategik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Sukirno, Sadono. 2012. Makroekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga. Rajawali


Press. Jakarta.

Suliswanto, M. S. W. (2010). Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) dan


Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Angka Kemiskinan di
Indonesia. Jurnal Ilmiah, Vol. 8 No. 2 (2010). Malang: Universitas
Brawijaya.

Supriatna, T. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Suryawati, C. 2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. JMPK, 08,


121–129.
Todaro, Michael P. dan Smith, Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi (Edisi
Kesembilan). In Diterjemahkan oleh Drs Haris Munandar, MA dan Puji AL,

87
SE dari Buku Economic Development Ninth Edition. Jakarta: Erlangga.
Todaro, Michael P. dan Smith, Stephen C. 2011. Pembangunan Ekonomi. Edisi
Kesembilan. Jakarta: Erlangga.
Tohar, M. 2000. Membuka Usaha Kecil. Jakarat: Kanisius.
Umar, Husein. 2013. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: Rajawali

UNDP. 1990. Human Development Report. United Nations Development


Programme. New York

UNDP. 1993. Human Development Report. United Nations Development


Programme. New York

UNDP. 1995. Human Development Report. United Nations Development


Programme. New York
Widarjono, Agus. 2017. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai
Panduan Eviews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Widodo, A., Waridin, W., & Kodoatie, J. M. 2012. Analisis Pengaruh


Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap
Pengentasan Kemiskinan Melalui Peningkatan Pembangunan Manusia Di
Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, 1(1), 25.
https://doi.org/10.14710/jdep.1.1.25-42.

88
LAMPIRAN

Lampiran 1.
Data Penelitian Periode Tahun 2010-2020
KOTA/KABUPATEN TAHUN KEMISKINAN (Y) IPM (X1) TPT (X2)
PANGKALPINANG 2010 6.02 74.68 9.37
PANGKALPINANG 2011 4.15 75.02 5.63
PANGKALPINANG 2012 4.29 75.69 5.25
PANGKALPINANG 2013 4.15 76.14 6.66
PANGKALPINANG 2014 4.04 76.28 8.84
PANGKALPINANG 2015 4.97 76.61 10.64
PANGKALPINANG 2016 5.02 76.73 6.02
PANGKALPINANG 2017 4.80 76.86 5.80
PANGKALPINANG 2018 4.95 77.43 4.70
PANGKALPINANG 2019 4.25 77.97 5.01
PANGKALPINANG 2020 4.36 78.22 6.93
BANGKA SELATAN 2010 6.19 59.98 4.07
BANGKA SELATAN 2011 4.23 60.53 3.92
BANGKA SELATAN 2012 4.40 61.17 3.83
BANGKA SELATAN 2013 4.01 62.96 1.64
BANGKA SELATAN 2014 3.87 63.54 3.26
BANGKA SELATAN 2015 3.74 63.89 2.01
BANGKA SELATAN 2016 3.62 64.57 3.09
BANGKA SELATAN 2017 3.92 65.02 2.74
BANGKA SELATAN 2018 3.70 65.98 4.35
BANGKA SELATAN 2019 3.36 66.54 3.87
BANGKA SELATAN 2020 3.52 66.90 5.42
BANGKA TENGAH 2010 8.07 65.10 6.65
BANGKA TENGAH 2011 5.56 66.09 3.21
BANGKA TENGAH 2012 5.77 66.88 4.54
BANGKA TENGAH 2013 5.46 67.67 3.47
BANGKA TENGAH 2014 5.27 68.09 5.64
BANGKA TENGAH 2015 5.67 68.66 6.58
BANGKA TENGAH 2016 5.64 68.76 4.88
BANGKA TENGAH 2017 6.07 68.99 3.38
BANGKA TENGAH 2018 5.81 69.52 3.93
BANGKA TENGAH 2019 5.02 70.33 4.39
BANGKA TENGAH 2020 4.85 70.45 5.59
BANGKA 2010 7.81 66.41 6.47
BANGKA 2011 5.36 67.37 3.15
BANGKA 2012 5.57 67.99 2.77

89
BANGKA 2013 5.40 69.34 4.26
BANGKA 2014 5.20 69.79 8.36
BANGKA 2015 5.63 70.03 8.87
BANGKA 2016 5.52 70.43 6.41
BANGKA 2017 5.10 71.09 4.29
BANGKA 2018 5.47 71.80 4.12
BANGKA 2019 4.92 72.39 3.80
BANGKA 2020 4.51 72.40 5.42
BANGKA BARAT 2010 5.25 63.16 4.19
BANGKA BARAT 2011 3.59 64.00 3.64
BANGKA BARAT 2012 3.72 64.92 3.79
BANGKA BARAT 2013 3.26 65.85 3.91
BANGKA BARAT 2014 3.15 66.43 1.21
BANGKA BARAT 2015 3.08 67.23 5.92
BANGKA BARAT 2016 2.74 67.60 3.62
BANGKA BARAT 2017 2.98 67.94 4.23
BANGKA BARAT 2018 3.05 68.68 3.11
BANGKA BARAT 2019 2.67 69.05 2.85
BANGKA BARAT 2020 2.70 69.08 4.12
BELITUNG 2010 10.13 66.79 3.77
BELITUNG 2011 6.97 67.17 2.97
BELITUNG 2012 7.26 67.87 1.76
BELITUNG 2013 8.48 69.27 2.59
BELITUNG 2014 7.36 69.56 3.03
BELITUNG 2015 8.38 70.29 4.57
BELITUNG 2016 7.85 70.81 3.28
BELITUNG 2017 7.77 70.93 2.57
BELITUNG 2018 7.56 71.70 2.93
BELITUNG 2019 6.29 72.46 2.90
BELITUNG 2020 6.27 72.51 4.82
BELITUNG TIMUR 2010 10.36 64.99 3.98
BELITUNG TIMUR 2011 7.13 65.86 2.51
BELITUNG TIMUR 2012 7.43 66.59 2.42
BELITUNG TIMUR 2013 6.90 67.71 2.20
BELITUNG TIMUR 2014 6.68 68.10 2.61
BELITUNG TIMUR 2015 7.33 68.83 2.55
BELITUNG TIMUR 2016 6.99 69.30 2.32
BELITUNG TIMUR 2017 6.81 69.57 2.62
BELITUNG TIMUR 2018 7.06 70.22 1.50
BELITUNG TIMUR 2019 6.60 70.84 1.71
BELITUNG TIMUR 2020 6.52 70.92 3.93

90
Lampiran 2.

Hasil Uji Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 80.868588 (6,68) 0.0000


Cross-section Chi-square 161.409920 6 0.0000

Hasil Uji Hausman

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 11.469119 2 0.0032

91
Lampiran 3.

Hasil Fixed Effect Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 25.45163 2.701416 9.421586 0.0000


IPM -0.297457 0.038871 -7.652496 0.0000
TPT 0.127742 0.054217 2.356130 0.0214

Effects Specification

R-squared 0.880362 Mean dependent var 5.448831


Adjusted R-squared 0.866287 S.D. dependent var 1.713787
S.E. of regression 0.626677 Akaike info criterion 2.012698
Sum squared resid 26.70524 Schwarz criterion 2.286649
Log likelihood -68.48887 Hannan-Quinn criter. 2.122276
F-statistic 62.54764 Durbin-Watson stat 1.775882
Prob(F-statistic) 0.000000

92
Lampiran 4.

Hasil Uji Normalitas


14
Series: Standardized Residuals
12 Sample 2010 2020
Observations 77
10

Mean -3.39e-17
8
Median -0.054052
Maximum 1.896696
6
Minimum -1.490688
4 Std. Dev. 0.592777
Skewness 0.483332
2 Kurtosis 3.629914

0 Jarque-Bera 4.271039
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Probability 0.118183

Hasil Uji Multikoleniaritas

IPM TPT

IPM 1.000000 0.459832

TPT 0.459832 1.000000

Uji Heteroskedastisitas

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.370058 0.762642 1.796463 0.0765

IPM -0.014980 0.011651 -1.285750 0.2025

TPT 0.029509 0.025159 1.172890 0.2446

93
Lampiran 5

Hasil Uji R2

Effects Specification

R-squared 0.880362
Adjusted R-squared 0.866287

Hasil Uji t

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 25.45163 2.701416 9.421586 0.0000


X1 -0.297457 0.038871 -7.652496 0.0000
X2 0.127742 0.054217 2.356130 0.0214

Hasil Uji F

Effects Specification

F-statistic 62.54764
Prob(F-statistic) 0.000000

94
LAMPIRAN 6

KARTU BIMBINGAN

95
96
LAMPIRAN 7

KARTU REVISI SIDANG SKRIPSI DAN UJIAN KOMPREHENSIF

97
LAMPIRAN 8

HASIL PEMERKSAAN PLAGIAT SKRIPSI

98
99
100
101
102
103
104

Anda mungkin juga menyukai