Anda di halaman 1dari 93

PENGARUH KEMANDIRIAN FISKAL, TINGKAT

PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) DAN KREDIT


PERBANKAN TERHADAP PDRB NOMINAL DI SUMATERA
BAGIAN SELATAN TAHUN 2010 – 2019

Skripsi

Rizqi Maulidia Safitri

01021381722148

Ekonomi Pembangunan

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN KOMPREHENSIF
PENGARUH KEMANDIRIA FISKAL, TINGKAT PARTISIPASI
ANGKATAN KERJA (TPAK), DAN KREDIT PERBANKAN TERHADAP
PDRB NOMINAL DI SUMATERA BAGIAN SELATAN TAHUN 2010-2019

Disusun Oleh :
Nama : Rizqi Maulidia Safitri
NIM : 01021381722148
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Bidang Kajian/Konsentrasi : Keuangan Daerah

Di setujui untuk digunakan dalam ujian Komprehensif


Tanggal Persetujuan
Dosen Pembimbing
Ketua

Tanggal : 24 April 2021

Prof. Dr.H. Didik Susetyo,M.Si


NIP.196007101987031003

Anggota

Tanggal : 28 Mei 2021

Dr. Yunisvita, SE.,M.Si.


NIP.197006292008012009
ii
SURAT PERNYATAAN INTEGRITAS KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Rizqi Maulidia Safitri

NIM : 01021381722148

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Bidang Kajian : Keuangan Daerah

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi saya yang berjudul:


Pengaruh Kemandirian Fiskal, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) Dan Kredit Perbankan Terhadap PDRB Nominal di Sumatera
Bagian Selatan Tahun 2010-2019.

Pembimbing:

Ketua : Prof. Dr. H. Didik Susetyo, M.Si


Anggota : Dr. Yunisvita, S.E., M.Si
Tanggal Ujian : 17 Juni 2021

adalah benar hasil karya saya sendiri. Dalam skripsi ini tidak ada kutipan
hasil karya orang lain yang tidak disebutkan sumbernya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila pernyataan
saya ini tidak benar di kemudian hari, maka saya bersedia dicabut predikat
kelulusan dan gelar kesarjanaan.

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kemandirian Fiskal, Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) Dan Kredit Perbankan Terhadap PDRB Nominal di

Sumatera Bagian Selatan Tahun 2010-2019”.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Penulis sangat

mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun kearah

perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi yang berjudul “Pengaruh

Kemandirian Fiskal, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Kredit Perbankan

Terhadap PDRB Nominal di Sumatera Bagian Selatan Tahun 2010-2019.” ini

dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca. Palembang, 23

Juli 2021

Penulis,

iv
UCAPAN TERIMAKASIH

Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis telah banyak

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut

membantu, khususnya:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat dan rahmat-Nya

sehingga Saya bisa menyelesaikan skripsi Saya. Rasa syukur tak terkira

Saya ucapkan atas doa-doa yang telah dikabulkan-Nya.

2. Terimakasih untuk Mama yang sudah selalu support Kiki, selalu

memberikan pelajaran hidup, dan selalu memberikan do’a dan apa yang

Kiki mau dan untuk Bapak yang selalu memberikan motivasi, memberikan

do’a, dan pelajaran hidup serta memberikan apapun untuk Kiki.

3. Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, M.S.C.E selaku Rektor Universitas

Sriwijaya.

4. Prof. Dr. Mohamad Adam, S.E, M.E selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sriwijaya.

5. Bapak Dr. Mukhlis, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

6. Bapak Prof. Dr. H. Didik Susetyo, M. Si dan Ibu Dr. Yunisvita, S.E., M.

Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi ini yang telah mengorbankan waktu,

v
tenaga dan pikirannya untuk membimbing serta memberikan saran dan

kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Dr. Siti Rohima, S.E., M. Si selaku Dosen Penguji atas bimbingan,

koreksi dan arahan yang diberikan.

8. Para dosen di lingkungan Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah

bersedia memberikan pemahaman materi saat menjalani proses

perkuliahan.

9. Mbak Yosi selaku Pengelola Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah

membantu penulis dalam mengurus seluruh urusan administrasi dan

kepentingan lainnya saat menjalani proses bimbingan dan perkuliahan.

10. Terimakasih untuk Keluarga Sumarzuki yang telah memberikan semangat

serta do’a nya

11. Teman-teman “Lenmolen” yang telah memberikan support untuk penulis

12. Siski, Hani dwi dan Amar yang telah menemani Kiki bimbingan dan juga

menjadi tepat curhat saat lelah sampai dengan bangkit untuk melanjutkan

perjuangan hingga terselesaikan skripsi ini

13. Kak Amalia, Kak Intan dan Kak As yang selalu menjadi tempat bertanya

dan tidak pernah berhenti menjawab pertanyaan.

14. Keluarga Bakri yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta do’a

yang tidak pernah putus.

15. Teman-teman satu bimbingan yang saling memberikan semangat.

16. Kawan-Kawan konsenterasi Keuangan Daerah yang menemani selama

masa perkuliahan

vi
17. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2017 yang saling

memberikan dukungan dari awal masa perkuliahan hingga sekarang.

18. Teman terkasih di masa lalu yang telah mengantarkan sampai dengan

gerbang perjuangan dan mengajarkan penulis menjadi pribadi yang lebih

kuat lagi sampai dengan terselesaikan skripsi ini

19. Teman terkasih dan tercinta yang penulis temui di detik-detik terakhir

perjuangan telah memberikan tanganya untuk dapat bangkit kembali

melanjutkan perjuangan penulis sehingga menjadi pribadi yang lebih baik

lagi sampai sekarang.

20. Dan Rekan-rekan perjuangan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu

persatu

ABSTRAK
PENGARUH KEMANDIRIAN FISKAL, TINGKAT PARTISIPASI
ANGKATAN KERJA (TPAK) DAN KREDIT PERBANKAN TERHADAP

vii
PDRB NOMINAL DI SUMATERA BAGIAN SELATAN TAHUN 2010-
2019
Oleh:
Rizqi Maulidia Safitri; Didik Susetyo; Yunisvita
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kemandirian Fiskal, Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja dan Kredit Perbankan terhadap Product Domestic
Regional Bruto (PDRB) nominal di Sumatera Bagian Selatan Data yang
digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), dan Bank
Indonesia (BI) periode 2010-2019. Teknik analisis dalam penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi data panel dengan menggunakan model
Random Effect Model serta analisis intersep pada daerah masing-masing provinsi
untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi di wilayah masing-masing provinsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kemandirian Fiskal berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap Product Domestic Regional Bruto (PDRB)
nominal , lalu untuk variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
berpengaruh secara positif namun tidak signifikan terhadap Product Domestic
Regional Bruto (PDRB) nominal dan Kredit Perbankan berpengaruh positif dan
juga signifikan terhadap Product Domestic Regional Bruto (PDRB) nominal nilai
koefisien determinasi sebesar 84,98% di provinsi Sumatera Bagian Selatan dari
tahun 2010-2019.
Kata Kunci: PDRB, Kemandirian Fiskal, Tenaga Kerja, Kredit Perbankan
Ketua, Anggota

Mengetahui,
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

viii
ABSTRACT
EFFECT OF FISCAL INDEPENDENCE, LABOR FORCE
PARTICIPATION RATE (TPAK) AND BANKING CREDIT ON
NOMINAL GDP IN SOUTH SUMATRA 2010-2019

Oleh:
Rizqi Maulidia Safitri; Didik Susetyo; Yunisvita

This study aims to determine the influence of Fiscal Independence, Labor Force
Participation Rate and Banking Credit on Nominal Domestic Regional Product
(GRDP) in South Sumatra The data used in the research is secondary data
obtained from the Central Statistics Agency (BPS), Directorate General of
Financial Balance (DJPK), and Bank Indonesia (BI) for the period 2010-2019.
The analysis techniques in this study used the data panel regression analysis
method using Random Effect Model and as well as intercept analysis in each
province to determine economic growth in each province. The results showed that
Fiscal Independence positively and significantly affects nominal Gross Domestic
Regional Product (GRDP), then for variable Labor Force Participation Rate
(TPAK) positively but insignificantly affects nominal Gross Domestic Regional
Product (GRDP) and Banking Credit positively and significantly affects gross
domestic regional product (GRDP) nominal coefficient of determination of
84.98% in South Sumatra province from 2010-2019
Keywords : Fiscal Independence, Employment, Banking Credit, and GRDP

First Advisor, Member,

ix
RIWAYAT HIDUP

Nama Mahasiswa : Rizqi Maulidia Safitri

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 25 Juni 1999

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jalan Talang Kemang SU 2

Alamat Email : rizqimaulidia999@gmail.com

No. Hp : 082279475078

Pendidikan Formal

Sekolah Dasar : SD Negeri 108 Palembang

SLTP : SMP Negeri 30 Palembang

SLTA : SMA Negeri 4 Palembang

Pengalaman Organisasi :-

Penghargaan Prestasi :-

x
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... vii


DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8

1. Manfaat Teoritis .................................................................................... 8

2. Manfaat Praktis ..................................................................................... 8

BAB II STUDI PUSTAKA ............................................................................ 10


2.1. Landasan Teori .......................................................................................... 10
2.2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi ........................................................... 10
2.2. Kemandirian Fiskal ................................................................................... 20
2.2.1. Definisi Kemandirian Fiskal ............................................................ 20
2.2.2. Tujuan Kemandirian Fiskal ............................................................. 21
2.2.3. Perhitungan Kemandirian Fiskal ..................................................... 21
2.3. Penerimaan Daerah ................................................................................... 22
2.3.1. Sumber-Sumber Penerimaan Daerah .............................................. 22
2.4. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 23
2.5. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 25

xi
2.6. Hipotesis ................................................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 28
3.1. Ruang Lingkup ......................................................................................... 28
3.2. Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 28
3.3. Model Analisis Data .................................................................................. 29
3.4. Estimasi Model ......................................................................................... 30
3.4.1. Common Effect Model/Pooled Least Square .................................... 30
3.4.2. Fixed Effect Model ............................................................................ 30
3.4.3. Random Effect Model ....................................................................... 30
3.4.4. Pemilihan Model ............................................................................... 31
3.4.4.1 Uji Chow ............................................................................... 31
3.4.4.2 Uji Hausman .......................................................................... 31
3.4.4.2 Uji Langrange Multiplier ....................................................... 32
3.4.4.3 Uji Asumsi Klasik .................................................................. 32
A. Normalitas ........................................................................... 32
B. Multikolinearitas ................................................................. 33
C. Heterokedastisitas................................................................ 33
D. Autokorelasi ........................................................................ 34
3.4.4.4 Uji Signifikansi ...................................................................... 35
A. Uji Simultan F ..................................................................... 35
B. Uji Parsial (Uji t) ................................................................. 36
C. Koefisien Determinasi ......................................................... 37
3.5. Definisi Operasional Variabel ................................................................... 37
3.5.1. PDRB Nominal .............................................................................. 37
3.5.2. Kemandirian Fiskal .......................................................................... 37
3.5.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja .................................................. 38
3.5.4 Kredit Perbankan ............................................................................... 38

xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 39
4.1. Hasil Penelitian ......................................................................................... 39
4.1.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi di
Sumatera Bagian Selatan.................................................................... 39
4.1.2 Kondisi Kemandirian Fiskal di Sumatera Bagian
Selatan ............................................................................................ 40
4.1.3 Perkembangan TPAK ...................................................................... 42
4.1.4. Keadaan Kredit Perbankan di Sumatera Bagian
Selatan ............................................................................................ 43
4.2 Hasil Estimasi dan Pembahasan ................................................................. 44
4.2.1 Hasil Estimasi Model Regresi Data Panel ....................................... 44
4.2.1.1 Uji Chow .............................................................................. 44
4.2.1.1 Uji Hausman ........................................................................ 45
4.2.1.1 Uji Lagrange Multiplier ....................................................... 45
4.2.2 Pemilihan Model Regresi Data Panel .............................................. 46
4.2.2.1 Hasil Analisis Regresi Data Panel ....................................... 46
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 46
4.3.1 Uji Normalitas ................................................................................... 47
4.3.2 Uji Multikolinieritas.......................................................................... 47
4.3.3 Uji Heterokedastisitas ....................................................................... 48
4.3.2 Uji Autokorelasi ................................................................................ 48
4.4 Uji Statistik ................................................................................................. 49
4.4.1 Uji F ................................................................................................... 49
4.4.2 Uji t .................................................................................................... 49
4.4.3 Koefisien Determinasi (R2) ................................................................ 50
4.5 Hasil Analisis Regresi Data Panel .............................................................. 50
4.6 Analisis Individu ......................................................................................... 52

xiii
4.7 Pembahasan ................................................................................................. 55
4.7.1 Pengaruh Kemandirian Fiskal, Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja dan Kredit Perbankan terhadap PDRB nominal...................................... 56
4.7.2 Pengaruh Kemandirian Fiskal Terhadap PDRB nominal .................. 56
4.7.3 Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap PDRB
nominal............................................................................................. 57
4.7.4 Pengaruh Kredit Perbankan Terhadap PDRB nominal ..................... 58
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 60
5.1. Kesimpulan .............................................................................................. 60
5.2. Saran ......................................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62


LAMPIRAN ................................................................................................... 66

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rata-rata Tingkat Kemandirian Fiskal ................................................ 2


Tabel 1.2 Kredit Perbankan................................................................................. 5
Tabel 4.1 Kemandirian Fiskal ........................................................................... 41
Tabel 4.2 Hasil Kecocokan dari Uji Chow ....................................................... 44
Tabel 4.3 Hasil Kecocokan dari Uji Hausman .................................................. 45
Tabel 4.4 Hasil Kecocokan dari Uji Lagrange Multiplier................................. 45
Tabel 4.5 Hasil Regresi Model Data Panel ....................................................... 46
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................... 47
Tabel 4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas .............................................................. 48
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ...................................................................... 48
Tabel 4.10 Uji t ................................................................................................. 49
Tabel 4.13. Hasil Analisis Regresi Data Panel ................................................. 51
Tabel 4.14. Random Effect Model .................................................................... 52
Tabel 4.15 Nilai Intersep Setiap Provinsi Sumatera Bagian Selatan ................ 53

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) .................................. 3


Gambar 1.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Bagian
Selatan ............................................................................................ 6
Gambar 2.1 Kurva Fungsi Produksi Model Solow ........................................... 11
Gambar 2.2. Fungsi Investasi ............................................................................ 14
Gambar 2.3. Kurva Harrod Domar: Peranan Investasi Dalam
Pertumbuhan ................................................................................ 16
Gambar 2.5. Kerangka Pikir Penelitian............................................................. 26
Gambar 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Bagian Selatan ........................ 39
Gambar 4.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera
Bagian Selatan .......................................................................... 42
Gambar 4.3. Keadaan Kredit Perbankan Sumatera Bagian Selatan.................. 43
Gambar 4.4. Uji Normalitas .............................................................................. 47

xvi
xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagian dari pembangunan nasional, salah satunya adalah pembangunan

daerah itu sendiri. Desentralisasi fiskal merupakan suatu penyelengaraan yang

dapat memberikan manfaat dalam meningkatkan keunggulan finansial yang

memadai oleh daerah otonom. Kemampuan daerah dalam menjalankan

desentralisasi dapat dilihat dengan mengetahui kinerja keuangan daerah.

Pengeluaran pemerintah memberikan dampak lain pada pertumbuhan ekonomi di

suatu wilayah. Desentralisasi fiskal berasal dari penerimaan anggaran pendapatan

dan belanja daerah. Sumber yang telah diterima dan juga telah digunakan sebagai

pendanaan pemerintahan sebagai penyelenggaraan desentralisasi fiskal adalah

pendapatan daerah yang asli diantaranya pendapatan asli daerah, dana

perimbangan, hutang daerah, dan lain -lain pendapatan yang diterima secara sah

(Rustan, 2013).

Kemandirian fiskal daerah dengan kewenangan yang dilakukan oleh

pemerintah diukur dari tingkat pendapatan daerah yang relavan di setiap daerah.

Suatu daerah memiliki tingkat kemandirian fiskal didapatkan mengetahui kriteria

apakah daerah tersebut dapat maju karena didasarkan oleh tingkat pendapatan

daerah tersebut dengan sendirinya bukan adanya bantuan dari pemerintah pusat

(Fitriyani, 2018).

1
Tabel 1.1 Rata- Rata Tingkat Kemandirian Fiskal (%)
Provinsi Rata-Rata Keterangan
Sumatera Selatan 21,79 Sedang
Jambi 17,60 Rendah
Bengkulu 15,00 Rendah
Lampung 22,27 Sedang
Bangka Belitung 19,63 Rendah
Sumber: Djpk Kemenkeu Sumatera Bagian Selatan (Data Diolah)

Tabel 1.1 menjelaskan bahwa tingkat kemandirian fiskal tertinggi berada

di provinsi Lampung dengan rata-rata 22,27 persen, sedangkan provinsi Bengkulu

memiliki tingkat rasio kemandirian terendah di provinsi Sumatera Bagian Selatan,

tujuh kali lipat dibandingkan dengan provinsi lampung. Provinsi Bengkulu masih

dikategorikan sebagai daerah yang kondisi keuangan daerahnya membutuhkan

bantuan fiskal lebih maksimal dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatera

Bagian Selatan.

Kemandirian fiskal suatu wilayah bertujuan untuk dapat memajukan

daerahnya sendiri sehingga dikategorikan menjadi daerah maju tanpa bantuan dari

pemerintah pusat. Ketergantungan pada bantuan pemerintah pusat seharusnya

seminimal mungkin. Keuangan daerah menjadi sumber utama untuk dapat

mengetahui bagaimana kondisi perekonomian daerah. Dapat dilihat dari

kemampuan keuangan daerah dimana kewenangan dari pemerintahan digunakan

untuk menggali sumber-sumber keuangan dari daerah itu sendiri termasuk dari

ciri utama kemandirian fiskal, seperti mengelola keuangan dalam membiayai

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pendapatan asli daerah terkhususnya pajak

dan retribusi daerah menjadi bagian dari sumber keuangan daerah terbesar

(Ladjin, 2008).

2
Banyaknya pembangunan infrastruktur akan mendorong adanya

penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja dapat didukung oleh adanya

permintaan tenaga kerja. Pembangunan infrastruktur akan menyebabkan kenaikan

permintaan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja yang banyak akan mempercepat

laju pembangunan infrastruktur, yang berguna bagi publik. Pembangunan

infrastruktur dapat menambah tingkat permintaan lapangan pekerjaan (Sasana,

2009).

74,00
72,00
70,00
68,00
66,00
64,00
62,00
60,00
58,00
56,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sumsel 70,23 71,15 69,56 66,5 68,85 68,53 71,59 67,52 67,54 66,14
Jambi 67,67 66,38 65,59 62,65 65,07 66,14 67,54 67,52 68,46 66,09
Bengkulu 71,86 70,22 70,14 67,59 68,30 70,70 72,69 69,30 70,27 70,09
Lampung 67,95 65,27 66,30 64,84 66,69 65,60 69,61 67,83 69,67 69,09
Bangka Belitung 66,53 68,40 63,38 65,32 65,45 66,71 68,93 66,72 67,79 67,89

Gambar: 1.2. Tingkat TPAK provinsi Sumatera Bagian Selatan


Sumber: BPS (data diolah 2010-2019)

Tingginya tingkat partisipasi angkatan kerja Provinsi Sumatera Bagian

Selatan merupakan suatu hal yang positif bagi pertumbuhan ekonomi. Gambar 1.2

menjelaskan bahwa lima provinsi di Sumatera Bagian Selatan menunjukan pola

tingkat partisipasi angkatan kerja yang fluktuasi. Provinsi Bengkulu memiliki

tingkat partisipasi angkatan kerja lima kali lipat lebih tinggi dari provinsi Jambi

dan Sumatera Selatan. Sedangkan, perbandingan yang mencolok antar provinsi

yaitu di Sumatera Bagian Selatan. Bangka Belitung memiliki tingkat partisipasi

3
angkatan kerja terendah di Provinsi Sumatera Bagian Selatan. Hal tersebut terjadi

karena kurangnya lapangan pekerjaan dari beberapa sektor di Provinsi Bangka

Belitung.

Ketidakseimbangan pada TPAK dapat terjadi akibat kurangnya penciptaan

lapangan kerja yang menyebabkan pengangguran. Pengangguran yang semakin

besar menimbulkan permasalahan perekonomian daerah. Dengan adanya sumber

penerimaan daerah pada APBD akan digunakan dalam penyelengaraan

desentralisasi fiskal dapat berfungsi sebagai penciptaan lapangan pekerjaan serta

dapat menimbulkan keseimbangan penyerapan tenaga kerja (Sasana, 2009).

Investasi memiliki peranan penting pada pola kehidupan ekonomi.

Pembentukan modal dapat memperbesar kapasitas produksi dan menaikkan

pendapatan nasional serta memperluas lapangan pekerjaan yang baru. Investasi

lebih dikenal sebagai pembentukan modal tetap (Gross Fixed Capital Formation)

ditambah dengan adanya perubahan stok (Fitriyani, 2018). Kredit perbankan dapat

memberikan manfaat baik terhadap masyarakat yang menggunakan jasa kredit

maupun perekonomian negara. Perlunya kredit investasi memerlukan jaminan

yang layak. Memiliki maksud bahwa jaminan merupakan sumber kedua dari

pembayaran kredit. Jika sumber utama dari pembayaran kredit mengalami ke

gagalan pada Cash Flow sebagai cadangan di masa tua (Suardy dan Rosadi,

2019).

4
Tabel 1.2. Kredit Perbankan (persen)

PROVINSI 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Sumatera
3,50 3,91 4,14 4,32 4,46 4,56 4,66 4,71 4,83 4,86
Selatan
Jambi 2,65 3,12 3,25 3,53 3,61 3,66 3,73 3,85 3,85 3,91
Bengkulu 1,89 2,29 2,52 2,66 2,75 2,85 2,95 3,04 3,23 3,32
Lampung 3,32 3,65 3,77 3,83 4,00 4,11 4,18 4,22 4,36 4,40
Bangka
1,49 2,00 2,16 2,48 2,64 2,68 2,72 2,76 3,13 3,28
Belitung
Sumber: Bank Indonesia (Data Diolah 2010-2019)

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa kredit perbankan menunjukkan tren yang

positif. Perkembangan kredit perbankan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi

menunjukkan bahwa tingkat investasi baik. Tingkat kredit perbankan tertinggi

berada di Sumatera Selatan, kenaikan kredit perbankan tertinggi di tahun 2010

dan 2011 dengan perkembangan sebesar 0,41 persen. Ketika dalam kredit

perbankan meningkat maka modal juga akan bertambah dan akan menambah

tingkat produktivitas di masyarakat. Saat tingkat produktivitas masyarakat

meningkat maka akan timbulnya tingkat kepuasaan dan terjadinya Diminising

Marginal atau tingkat kepuasaan yang semakin menurun.

Todaro (2003) dinyatakan bahwa kenaikan investasi dapat mempengaruhi

kenaikan pada pertumbuhan ekonomi. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi diantaranya akumulasi modal yang meliputi investasi baru,

pertumbuhan penduduk yang dapat mempengaruhi kenaikan tingkat angkatan

kerja dan teknologi berguna untuk dapat membantu para pekerja dalam

mempermudah menangani pekerjaan.

5
Sumatera Bagian Selatan terdiri dari 5 provinsi yaitu Sumatera Selatan, Jambi,

Bengkulu, Lampung, dan Bangka Belitung. Pulau Sumatera salah satu pulau yang

mengalami pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang tinggi.

Berkembangannya pembanguanan di Sumatera Bagian Selatan menjadi salah satu

gambaran berkembanganya pembangunan ekonomi di beberapa sektor pada

perkembangan PDRB di beberapa sektor.

9
8
7
Sumatera Selatan
6
5 Jambi
4 Bengkulu
3 Lampung
2
Bangka Belitung
1
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 1.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Bagian Selatan


Sumber: Badan Pusat Statistik Sumbagsel (Data Diolah 2010-2019)

Gambar 1.3 menunjukan bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi di

beberapa provinsi Sumatera Bagian Selatan mengalami fluktuasi. Pertumbuhan

ekonomi tertinggi berada di provinsi Jambi sebesar 8,54 persen tahun 2011 dan

terjadinya penurunan yang drastis yaitu sebesar 4,21 persen tahun 2015, hal ini

disebabkan karena masih lemahnya ekonomi global, dan terjadinya tren

penurunan harga komoditas unggulan di Jambi, seperti minyak mentah, batubara,

kelapa sawit, dan karet. Ke lima provinsi di Sumatera Bagian Selatan pada tahun

2014 menuju 2015 mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi tetapi lain

halnya provinsi Lampung justru mengalami peningkatan.

6
Sementara itu telah dilakukan beberapa penelitian di Indonesia yang

menjadi perbandingan penelitian ini. Sasana (2006) menyatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja berdampak positif dan

signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat (IPM) di Indonesia dalam jangka

waktu lima tahun. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Soleh dan Ardilla

(2018) menyatakan bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap IPM namun desentralisasi fiskal berpengaruh positif

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dalam jangka sepuluh tahun di

provinsi Jambi. Kedua penelitian tersebut memiliki kesamaan pada beberapa

variabel tetapi dalam jangka waktu yang berbeda.

Penelitian ini menggabungkan beberapa variabel tersebut dan menambah

variabel kredit perbankan untuk provinsi di Sumatera Bagian Selatan dalam

jangka waktu yang berbeda. Juga mengetahui apakah dengan terbentuknya

kemandirian keuangan daerah di Sumatera Bagian Selatan akan membuka

penyerapan tenaga kerja yang dapat menarik investor untuk berinvestasi serta

dengan adanya kredit perbankan mampu meningkatkan produktivitas yang tinggi

yang berimbas pada pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi di lima provinsi Sumatera Bagian Selatan

memiliki keunggulan. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh sektor-sektor

unggul di lima provinsi Sumatera Bagian Selatan, yang menjadi pemicu untuk

dapat mempengaruhi kondisi kemandirian keuangan daerah.

7
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh kemandirian fiskal, tingkat partisipasi angkatan kerja

(TPAK) dan kredit perbankan terhadap PDRB nominal di Sumatera Bagian

Selatan tahun 2010-2019.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Kemandirian

Fiskal, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan Kredit Perbankan terhadap

PDRB nominal di Sumatera Bagian Selatan.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan manfaat dalam mengetahui keadaan kemandirian

keuangan daerah yang dapat menjadi acuan dalam pertumbuhan

perekonomian di Provinsi Sumatera Bagian Selatan.

b. Memberikan manfaat untuk dapat mengetahui bagaimana tingkat

partisipasi angkatan kerja (TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Sumatera Bagian Selatan.

c. Memberikan manfaat untuk dapat mengetahui bagaimana pengaruh dari

kinerja keuangan daerah secara mandiri dalam menunjang kenaikan

investasi untuk laju pertumbuhan ekonomi.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi penulis untuk menambah wawasan dalam pengetahuan

pada tingkat kemandirian fiskal di daerah dalam meningkatkan

pertumbuhan ekonomi daerah.

8
b. Berdasarkan hasil dari penelitian, diharapkan dapat memberikan

referensi pada pembaca untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

c. Dari penelitian ini dapat mengetahui bagaimana pengaruh kemandirian

fiskal, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan kredit perbankan

terhadap pertumbuhan ekonomi.

9
BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi klasik menjelaskan empat faktor yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah stok

barang– barang berupa modal, luas tanah dan kekayaan alam juga tekonologi.

Pertambahan jumlah penduduk dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Apabila penduduk berkurang dan kekayaan alam memiliki tingkat relatif yang

berlebihan maka tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah

tinggi dan akan menimbulkan investasi baru serta dapat mewujudkan

pertumbuhan ekonomi yang baik (Sukirno, 2013).

Pertambahan jumlah penduduk mempengaruhi kenaikan pendapatan

nasional, semakin kurangnya penduduk dapat mempengaruhi fungsi produksi.

Produksi marginal akan menurun. Menyebabkan pendapatan nasional dan

pendapatan perkapita memperlambat pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2013).

Produk marjinal modal merupakan jumlah output tambahan yang

diperoleh dari modal investasi tambahan dengan mempertahankan jumlah tenaga

kerja. Jumlah tenaga kerja dan modal investasi merupakan subjek dari produk

marjinal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2006).

Jumlah output marginal tenaga kerja yang menjadi tambahan dapat

mempertahankan jumlah modal tetap. Pada fungsi produksi:

MPL = F(K, L+1) - F(K, L)

10
Saat mempertahankan jumlah modal tetap, produk marginal tenaga kerja menurun

saat jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan (Mankiw, 2006).

Output,Y

F (K, L)

Tenaga Kerja
MPL 1 MPL 2 MPL 3

Gambar 2.1. Kurva Fungsi Produksi Model Solow


Sumber: Mankiw, 2006

Kurva fungsi produksi menjelaskan bagaimana perubahan pada output saat

tenaga kerja melakukan penambahan satu unit maka permintaan terhadap tenaga

kerja meningkat, semakin kurangnya produk marginal. Perbandingan penerimaan

yang maksimal dari kenaikan tingkat produksi yang dihasilkan oleh tenaga kerja

mengeluarkan biaya tambahan yang disebut dengan upah. Peningkatan

penerimaan dari suatu unit tenaga kerja bergantung pada marginal tenaga kerja

dan harga output sehingga dapat menambah pendapatan nasional yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sebagai penyerapan tingkat permintaan

tenaga kerja (Mankiw, 2006).

Menurut Adam Smith pertumbuhan ekonomi dapat meningkat saat daya

saing produktivitas berhubungan dengan tingkat kenaikan tenaga kerja dengan

cara, meningkatkan keterampilan pekerja, penghematan waktu pada produktivitas,

11
dan penentuan tingkat teknologi yang dapat menghemat tenaga dari pekerja.

Tetapi kenaikan produktivitas ini bukan berasal sepenuhnya dari tenaga kerja

tetapi juga dari modal yang disebabkan oleh kemajuan teknologi.

Smith juga menyatakan jika investasi dilakukan saat pemilik modal

mengharapkan suatu keuntungan untuk hidup pada masa depannya. Tetapi jika

perilaku keuntungan dalam proses pertumbuhan mengetunggukan akan

menyebabkan penurunan kemajuan ekonomi. Saat modal meningkat maka

kenaikan pada tingkat upah tenaga kerja akan mengalami penurunan. Jadi, dengan

adanya pertumbuhan stok modal di kondisi perekonomian, persaingan pada pasar

pengusaha (antar wiraswastawan) dalam mendapatkan tenaga kerja yang sulit

akan menawarkan tingkat upah yang cukup tinggi bahkan sangat tinggi yang

menyebabkan penurunan keuntungan dalam perusahaan (Jhingan, 2014).

Kemudian, David Ricardo berpendapat bahwa pemupukan modal

merupakan keuntungan, sebab keuntungan ialah suatu kekayaan yang bisa

disisihkan pada pembentukan modal terdapat dua faktor yang mempengaruhi

pemupukan modal yaitu kemampuan untuk menabung dan kemauan untuk

menabung. Hal ini sesuai dengan penghasilan bersih yang didapatkan oleh

masyarakat yang dikurangi biaya hidup pada upah tenaga kerja. Angkatan kerja

dapat tumbuh secara proposional dan cadangan upah keseluruhan akan meningkat.

Keuntungan akan tergantung dari upah yang dimana memiliki hubungan terbalik

yaitu saat upah naik maupun turun, apabila terdapat perbaikan dalam proses

produksi, pengurangan konsumsi yang meningkat, ataupun penggunaan teknologi

12
dan mengehemat penyerapan tenaga kerja yang akan mengurangi produktivitas

barang (Jhingan, 2014).

Pajak merupakan sumber pemupukan modal yang ada pada sistem

pemerintahan. Menurut Ricardo, pajak akan dikenakan sebagai penggurangan

konsumsi yang sangat berlebih. Pajak dapat mempengaruhi investasi, karena

pengenaan pajak dapat mengurangi pendapatan, laba dan pemupukan modal.

Dalam istilahnya tidak ada pajak yang tidak mampu untuk mengurangi

pemupukan modal (Jhingan, 2014).

Dalam teori Neo Klasik, Schumpeter menyatakan bahwa investasi baru

akan meninggikan pertumbuhan ekonomi negara. Investasi yang tinggi akan

mendorong para pengusaha- pengusaha untuk terus melakukan produksi serta

melakukan penanaman modal baru. Dalam teori pertumbuhan Schumpeter

investasi dibedakan menjadi dua golongan yaitu penanaman modal otonomi dan

penanaman modal terpengaruh. Penanaman modal otonomi inilah yang

menimbulkan kegiatan inovasi baru yang bisa mempengaruhi laju pertumbuhan

ekonomi negara. Schumpeter berpendapat bahwa tingkat inovasi baru dalam

kemajuan ekonomi semakin terbatas hal itulah yang menyebabkan pertumbuhan

ekonomi melambat (Sukirno, 2013).

Lebih lanjut Schumpeter menerangkan rumah tangga dapat membeli

barang-barang investasi untuk menambah persediaan modalnya dan menggantinya

dengan modal yang baru setelah habis dipakai. Membeli rumah baru merupakan

bagian dari investasi. Jumlah modal yang diminta oleh rumah tangga tergantung

pada tingkat bunga merupakan ukuran biaya yang digunakan dalam membiayai

13
investasi. Penerimaan barang produksi dan jasa lah seharusnya melebihi biaya

pembayaran dalam dana pinjaman. Bila suku bunga meningkat, maka proyek

investasi dapat menguntungkan tetapi jumlah barang investasi diminta akan

mengalami penurunan (Mankiw, 2006).

Dalam perekonomian tingkat suku bunga dibedakan menjadi dua yaitu

tingkat bunga nominal dan tingkat bunga rill. Perubahan ini relavan saat seluruh

tingkat harga berubah. Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang biasa

dilaporkan dan dibayarkan investor dalam kredit dan tingkat bunga rill tingkat

bunga nominal yang dikoreksi untuk menghilangkan pengaruh inflasi (Mankiw,

2006).
Tingkat suku
bunga rill

Kuantitas Investasi
Gambar 2.2 Fungsi Investasi
Sumber: Mankiw, 2006

Fungsi investasi berkaitan dengan jumlah investasi pada tingkat bunga rill.

Investasi tergantung pada tingkat bunga ialah biaya pinjaman. Fungsi investasi

miring ke bawah ketika tingkat bunga naik, maka semakin sedikit investasi yang

memiliki keuntungan (Mankiw, 2006).

14
Investasi diasumsikan dengan pengadaan kredit bank, investasi menaikkan

pendapatan uang dan harga yang dapat menciptakan ekspansi kumulatif di

perekonomian. Dengan meningkatnya daya beli konsumen, permintaan atas

produk meningkat dibandingkan dengan penawarannya. Harga menjadi meningkat

dan keuntungan juga meningkat industri tua berkembang dengan mengunakan

kredit perbankan. Akibat hal tersebut akan mendatangkan gelombang sekunder

inflasi kredit yang membuntuti gelombang inovasi baru (Jhingan, 2014).

Dalam teorinya Harrod–Domar berpendapat, bahwa suatu syarat yang perlu

dipenuhi di suatu perekonomian agar mencapai pertumbuhan ekonomi study

growth dalam jangka panjang. Pemisalan–pemisalan dalam analisis Harod–

Domar:

1. Barang modal yang telah mencapai kapasitas penuh akan memiliki

Kecenderungan untuk menabung dan rasio modal output tidak konstan,

Kecenderungan untuk menabung dan rasio modal output. Keduanya mungkin

dapat berubah dalam jangka panjang dan memosifikasi persyaratan pada

pertumbuhan ekonomi yang baik. Bahkan dapat dipertahankan tanpa asumsi.

2. Buruh dan modal tidak dapat dipergunakan pada kondisi tetap. Buruh dan

modal dipergunakan dalam proporsi yang tetap tidak bisa dipertahankan. Pada

umumnya buruh dapat menggantikan modal dan perekonomian dapat bergerak.

Dalam kenyataan, hal ini membuat lintasan pertumbuhan ekonomi menjadi

tidak begitu stabil sehingga perekonomian harus mengalami inflasi kronis dan

terjadinya pengganguran yang kronis.

15
Y=AE
AE1 = C + I + ΔI
Pembelanjaan Agregat

AE = C + I

Pendapatan Nasional
0 y Yk1
Gambar 2.3 Kurva Harrod-Domar: Peranan Investasi Dalam Pertumbuhan
Sumber: Sukirno,2013

Gambar 2.3 menunjukkan pada perekonomian 2 sektor, investasi harus

terus mengalami kenaikan agar perekonomian tersebut mengalami pertumbuhan

yang berkepanjangan. Pertambahan investasi tersebut diperlukan untuk

meningkatkan pengeluaran agregat (Sukirno, 2013).

Investasi memiliki peranan penting di dalam pertumbuhan ekonomi.

Pertama investasi dapat menciptakan pendapatan, kedua memperbesar kapasitas

produksi dengan cara memperbanyak modal. Selama investasi netto tetap

berlangsung, pendapatan nyata dan output akan senantiasa membesar (Jhingan,

2014).

Dalam analisis model Domar menyatakan bahwa laju investasi harus

meningkat agar pendapatan sama dengan kenaikan pada kapasitas produktif,

sehingga pekerjaan penuh dapat dipertahankan. Pada kenaikan kapasitas produksi,

16
Domar menjelaskan pada penawaran jika adanya investasi baru maka akan harus

ada yang dikorbankan yaitu investasi lama. Investasi baru akan menyaingi

investasi lama di pasar tenaga kerja serta faktor produksi lain (Jhingan, 2014).

Menurut Harrod laju pertumbuhan ekonomi yang baik yaitu perekonomian

yang jatuh dalam dis-ekulibrium. Kekuatan kumulatif akan cenderung

mengabaikan perbedaan yang akan membawanya ke deflasi jangka panjang atau

inflasi jangka panjang. Model Harrod didasarkan pada tiga macam laju

pertumbuhan ekonomi. Pertama, pertumbuhan ekonomi aktual dimana ditentukan

pada rasio tabungan serta modal output, menunjukkan variasi siklis jangka pendek

dalam laju pertumbuhan pendapatan kapasitas penuh suatu perekonomian. Kedua,

laju pertumbuhan alamiah (natural growth rate), yang mengangapnya sebagai

optimum kesejahteraan disebut sebagai laju pertumbuhan pekerjaan penuh.

Ketiga, perekonomian yang terdiri dari dua sektor yaitu rumah tangga dan sektor

perusahaan (Jhingan, 2014).

Pada laju pertumbuhan terjamin Harrod menyatakan bahwa produsen

merasa puas atas apa yang dikinerjakan, hal tersebut merupakan garis kemajuan

apabila tercapai yang akan memuaskan penerima laba. Laju pertumbuhan terjamin

merupakan laju pertumbuhan yang mengambarkan perilaku produsen yang terus

menjual hasil produksi dan terus memproduksi dengan presentase laju

pertumbuhan yang sama. Dengan demikian permintaan dan penawaran jasa akan

tetap berada dalam ekulibrium tertentu.

Laju pertumbuhan terjamin yang merupakan laju pertumbuhan pendapatan

dalam kapasitas penuh sepenuhnya memanfaatkan stok modal yang sedang

17
membengkak sehingga memuaskan para pengusaha atas jumlah investasi yang

mereka tanam. Jika pendapatan tumbuh dengan laju yang terjamin, stok capital

dalam perekonomian akan sepenuhnya terpakai oleh para pengusaha yang

berkeinginan untuk terus menginvestasikan tabungan yang tercipta dalam

pendapatan potensial penuh (Jhingan, 2014).

Kemudian, Robert Solow berasumsi tidak adanya hubungan perubahan

pada modal dan tenaga kerja terhadap produksi output barang dan jasa. Namun

dalam model pertumbuhan ekonomi Solow mencakup adanya peran teknologi

yang dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memproduksi barang

dan jasa tertentu (Mankiw, 2006).

Tenaga kerja memiliki efisiensi yang dapat mencerminkan pengetahuan

sebagai metode produksi. Saat teknologi mengalami kemajuan, maka efisiensi

pada pasar tenaga kerja akan meningkat. Ketika produksi dikaitkan dengan

transformasi sistem manufaktur maka akan meningkatkan kompetensi pada

efisiensi tenaga kerja dan keahlian pada angkatan kerja juga dapat berkembang

(Mankiw, 2006).

Asumsi dari teori Solow adalah kemajuan teknologi membawa dampak

pada kemajuan penyerapan tenaga kerja. Saat teknologi mengalami kemajuan

maka dapat mengoptimalkan efisensi tenaga kerja atau labor augmenting

technologi progress. Kemajuan teknologi yang dapat mengoptimalkan tenaga

kerja dapat mempengaruhi pertumbuhan populasi pada tingkat investasi. Jumlah

modal pada pekerja efektif dapat meningkatkan tenaga kerja, karena kemajuan

teknologi cenderung mengurangi modal. Dalam kondisi yang baik investasi dapat

18
mengurangi modal, pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi (Mankiw,

2006).

Solow menyimpulkan bahwa proses pertumbuhan ekonomi memiliki

penawaran pada tingkat tenaga kerja dan modal juga akan memporoleh faktor-

faktor produksi. Faktor produksi tersebut disesuaikan dengan tenaga kerja dan

modal sebagai fungsi produksi. Lalu dalam tingkat output menunjukkan

kecenderungan menabung pada output netto yang dapat menjadi investasi sebagai

akumulasi modal. Menambahkan stok modal yang terkumpul dapat menyediakan

tambahan modal untuk jangka waktu berikutnya serta dapat di proses ulang dalam

menjalankan investasi kembali (Jhingan, 2014).

Keynes berpandapat dalam teorinya bahwa investasi bergantung pada

efesiensi marginal modal dan suku bunga. Saat laba mengalami peningkatan

pengusaha lain akan berinvestasi lebih besar. Faktor lain dari investasi salah

satunya adalah suku bunga. Ketika investasi mengalami kenaikan pada tingkat

suku bunga dapat menyebabkan kenaikan pada penyerapan tenaga kerja. Dalam

waktu yang bersamaan kecenderungan dalam mengkonsumsi dapat

mengakibatkan kenaikan pekerjaan tanpa kenaikan investasi. Saat investasi

mengalami kenaikan maka menyebabkan kenaikan pendapatan. Akibat kenaikan

pendapatan permintaan terhadap barang yang dikonsumsi juga lebih banyak, dan

akan menyebabkan kenaikan pada penapatan dari pekerjaan (Jhingan, 2014).

Teori Keynes mengasumsikan bahwa adanya penawaran pada faktor

komplemen. Pada faktor tenaga kerja dapat mengacu pada depresi ekonomi

19
mengangap bahwa adanya teknologi berfungsi pada faktor produksi. Tetapi faktor

tersebut memainkan perananan dan fungsi yang tertunda (Jhingan, 2014).

Berdasarkan analisis Keynes tersebut dapat disimpulkan jika, tenaga kerja

dan modal secara serempak mengalami kondisi yang tidak dapat digunakan

dengan baik. Saat tenaga kerja menganggur akan menyebabkan investasi modal

tidak terpakai pada proses produksi. Bila tenaga kerja tidak mengalami kondisi

yang baik atau dalam halnya menggangur maka tidak terpenuhinya manfaat

modal, akibat dari teknologi dan modal investasi itu sendiri mengalami

kelangkaan (Jhingan, 2014).

Pengganguran mengalami permintaan yang efektif, menurut Keynes

pengeluaran konsumsi dan non konsumsi harus mengalami peningkatan yang

sama. Pengganguran disebabkan oleh adanya kekurangan pada permintaan efektif

tetapi oleh kurangnya sumber komplementer. Akibat konsep permintaan efektif

tersebut diterapkan bahwa pada kondisi ekonomi di mana pengganguran

disebabkan oleh tabungan yang lebih dan terjadinya tingkat konsumsi dan

investasi melalui berbagai moneter dan fiskal. Kecenderungan mengkonsumsi

sangatlah tinggi, tapi pada dasarnya untuk meningkatkan pendapatan uang melalui

langkah moneter dan fiskal tanpa adanya sumber komplementer akan

mengakibatkan inflasi harga (Jhingan, 2014).

2.2. Kemandirian Fiskal

2.2.1. Definisi Kemandirian Fiskal

Kemandirian fiskal daerah ialah salah satu yang menjadi kriteria untuk

mengetahui apakah wewenang dari kebijakan pemerintah yang sering disebut

20
dengan otonomi daerah. Tingkat ketergantungan pemerintah daerah itu sendiri

dapat dihitung dengan rasio kemandirian suatu daerah yang digunakan untuk

membiayai daerahnya sendiri dengan menggunakan kemampuan keuangan daerah

itu sendiri. Untuk dapat mengalakukan pembangunan di daerah itu sendiri

dibutuhkan dana yang cukup besar. Kemajuan suatu pertumbuhan ekonomi pada

daerah dapat dilihat dengan seberapa besar pendapatan daerah yang didapatkan

oleh daerah tersebut, sebagai acuan untuk mengukur kemajuan pertumbuhan

ekonomi di suatu wilayah. Kemandirian keuangan daerah dapat dilihat dengan

membandingkan antara pendapatan asli daerah dengan dana perimbangan yang

menjadi rasio kemandirian suatu keuangan daerah pada tingkat pertumbuhan

ekonomi.

2.2.2. Tujuan Kemandirian Fiskal

Pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

dengan mengelola keuangan daerah khususnya berkaitan dengan penyerahan

sumber-sumber ekonomi dalam pendapatan asli daerah mampu mengoptimalkan

kondisi daerah tersebut sebagai sumber pembangunan kemandirian dalam

membiayai belanja daerah, harus seminimal mungkin, pendapatan asli daerah

harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan

perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem

pemerintahan Negara (Halim, 2001).

2.2.3 Perhitungan Kemandirian Fiskal

Menghitung Kemandirian Fiskal adalah dengan cara membandingkan

anatara Dana Perimbangan dengan Pendapatan Asli Daerah :

21
Apabila kondisi keuangan daerah tersebut memiliki tingkat persentase di

bawah 50 persen maka dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan daerah masih

dikategorikan tidak baik. Jika tingkat persentase kondisi rasio keuangan daerah di

atas 50 persen maka dikategorikan bahwa kondisi keuangan daerahnya mampu

membiayai daerah itu dengan sendirinya tanpa adanya bantuan dari pemerintah

pusat (Halim, 2001).

2.3 Penerimaan Daerah

Dalam pengalokasian pembelanjaan pada sumber-sumber penerimaan

berkaitan dengan fungsi desentralisasi fiskal, daerah memiliki kebijakan penuh

dalam menentukan besaran dan sektor yang akan dibelanjakan (kecuali transfer

dana alokasi khusus yang digunakan sebagai kebutuhan khusus).

2.3.1. Sumber-Sumber Penerimaan Daerah

Sumber-sumber penerimaan daerah diantaranya adalah:

A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Unsur Pendapatan Asli Daerah adalah Pajak Daerah, Retribusi Daerah,

Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Lainnya yang dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

Diantara keempat sumber tersebut, pajak daerah dan retribusi daerah

merupakan sumber andalan PAD.

B. Retribusi Daerah

Retribusi daerah terbagi menjadi tiga golongan adalah Retribusi Jasa

Umum, Retribusi Jasa Usaha, Retribusi Perizinan Tertentu. Restribu

22
C. Pinjaman Daerah

Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman dari sumber dalam negeri

atau sumber luar negeri dengan persetujuan pemerintah pusat untuk

membiayai sebagian anggarannya. Pinjaman dalam negeri dapat

bersumber dari pemerintah pusat dan/atau lembaga komersial, atau melalui

penerbitan obligasi daerah. Pinjaman luar negeri dimungkinkan dilakukan

daerah, namun mekanismenya harus melalui pemerintah pusat.

2.4. Penelitian Terdahulu


Penelitian yang dilakukan oleh Ganie (2018), Chygryn (2018), Rustan

(2013) mendapatkan hasil bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan ekonomi. Telah dilakukan penelitian dengan variabel yang

sama oleh Fadli (2016) bahwa desentralisasi fiskal berpengaruh secara positif

terhadap Pertumbuhan Ekonomi yang menyebabkan tingkat ketimpangan

berpengaruh positif. Kemudian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Bashir (2011) menyatakan hasil yang berbeda dimana desentralisasi fiskal

berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi hal ini disebabkan adanya

penambahan variabel jumlah penduduk di Sumatera Selatan yang juga

berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sabila (2014) melakukan penelitian menggunakan variabel desentralisasi

fiskal, tenaga kerja dan menambahkan variabel perdagangan internasional

menghasilkan bahwa variabel desentralisasi fiskal, tenaga kerja dan perdagangan

internasional yang terdapat adanya perhitungan ekspor dan impor berpengaruh

positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi dalam penelitian

23
Raselawati (2011) didapati hasil bahwa tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma dan Badarudin

(2016) juga Apriana (2010) menyatakan hasil bahwa desentralisasi fiskal dan

pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2016) bahwa

pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum serta menambah variabel kredit

konsumsi memiliki hasil yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Berbanding

terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2010) bahwa

pendapatan asli daerah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi yang

disebabkan adanya hubungan terbalik pada dana alokasi umum dan dana bagi

hasil juga tingkat tenaga kerja yang menyebabkan hubungan yang negatif

terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Woestho (2020), Hariani (2020), Saputra

(2015) dan Ariansyah (2014) kemandirian fiskal berpengaruh positif signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan bahwa adanya hubungan yang

positif pada pendapatan asli daerah, dan pengeluaran modal yang dilakukan oleh

pemerintah sebagai pendapatan daerah tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan

oleh Gammel (2018) menyatakan hasil bahwa desentralisasi fiskal yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara positif mempengaruhi

pengeluaran pemerintah secara signifikan positif. Hal ini disebabkan tingginya

pendapatan daerah yang terjadi sehingga menyebabkan hubungan yang positif

pada pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan kredit perbankan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasanov (2016) menggunakan

24
variabel Produk Domestik Non Minyak, tenaga kerja dan modal saham

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

2.5. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan

pendapatan akibat produksi pada barang dan jasa yang bias dinilai pada

peningkatan output, teknologi yang makin berkembang dan inovasi pada bidang

sosial. Pertumbuhan ekonomi dinilai dengan menggunakan perbandingan pada

komponen keadaan ekonomi suatu negara periode atau tahun sebelumnya.

Mengukur pertumbuhan ekonomi dengan melihat keadaan dari Product National

Bruto atau Product Domestic Regional Bruto dalam satuan juta atau persen.

Kemandirian fiskal merupakan suatu indikator yang dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Adanya kemandirian keuangan daerah yang berasal dari

pendapatan asli daerah dan dana perimbangan mampu meningkatkan kemajuan

daerah. Pembangunan daerah seperti pembangunan infrastruktur dengan

menggunakan kemampuan keuangan daerahnya sendiri dengan seminimal

mungkin menggunakan dana dari pemerintah pusat maka dapat dikatakan bahwa

daerah tersebut memiliki tingkat kemandirian keuangan yang baik. Setiap daerah

yang mampu membiayai pengeluaran dalam hal pembangunan infrastruktur juga

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah khususnya dalam

penelitian ini daerah Sumatera Bagian Selatan.

Tenaga kerja sendiri dapat berkontribusi pada kemandirian desentralisasi

fiskal daerah. Tenaga kerja dibutuhkan dalam pembangunan infrastruktur daerah

tuntuk meningkatkan perekonomian daerah yang baik. Kemandirian fiskal atau

25
kemandirian keuangan daerah sendiri dapat diterapkan oleh wewenangan dari

pemerintah untuk menyerapkan tenaga kerja sehingga dapat menggurangi

pengganguran yang dapat meningkatkan pertumbuhan pembangunan ekonomi

yang pesat. Akibat peningkatan pertumbuhan ekonomi yang pesat maka membuat

para investor untuk berinvestasi serta berkejasama bahkan memiliki kesempatan

untuk mengadakan pinjaman yang berimbas pada kredit di perbankan sendiri.

Meningkatnya kredit perbankan maka meningkatkan akumulasi modal

baru. Modal yang banyak membuat masyarakat berkeinginan untuk berinvestasi

pada bank dengan cara pengkreditan. Pinjaman modal yang didapat akan

meningkatkan produktivitas di suatu daerah, menambah pendapatan daerah yang

berujung pada kemandirian keuangan daerah yang berimbas pada pertumbuhan

pembangunan ekonomi di daerah Sumatera Bagian Selatan. Kredit perbankan

merupakan modal atau kredit dalam bentuk uang yang disalurkan dengan bantuan

bank sebagai tujuan keperluan usaha yang dapat meningkatkan produktivitas serta

bepengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kemandirian Fiskal

FISKAL
Tingkat Partisipasi
PDRB Nominal
Angkatan Kerja (TPAK)

Kredit Perbankan
.
FISKAL
Gambar 2.5. Kerangka Pikir Penelitian

26
2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah Kemandirian Fiskal,

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan Kredit Perbankan berpengaruh

signifikan terhadap PDRB nominal di Sumatera Bagian Selatan tahun 2010-2019.

27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup

Penelitian ini mengkaji pertumbuhan ekonomi di lima provinsi daerah

Sumatera Bagian Selatan. Pertumbuhan ekonomi tersebut apakah terdapat

pengaruh dari variabel kemandirian fiskal, tingkat partisipasi angkatan kerja dan

kredit perbankan. Data yang digunakan adalah data sekunder tahun 2010-2019

menggunakan data panel dari lima provinsi Sumatera Bagian Selatan. Lima

provinsi tersebut memiliki keunggulan masing-masing seperti sektor pariwisata

dan kemajuan infrastruktur yang lebih, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh kemandirian fiskal, tingkat

partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan kredit perbankan terhadap PDRB nominal

di Sumatera Bagian Selatan.

3.2. Jenis Dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data Laporan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah, Ketenagakerjaan, Laporan Ekonomi dan

Keuagan Daerah serta Product Domestic Regional Bruto dari tahun 2010-2019 di

provinsi Sumatera Bagian Selatan. Data tersebut didapat dari Badan Pusat

Statistik (BPS) yang di unduh melalui https://www.bps.go.id, Direktorat Jenderal

Perimbangan Keuangan (DJPK) dari website www.djpk.kemenkeu.go.id dan

Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah melalui https://www.bi.go.id/.

28
3.3. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif. Metode kuantitatif merupakan suatu teknik analisis yang digunakan

untuk mengetahui perhitungan parameter. Analisis ini dilakukan untuk menguji

secara statistik bagaimana pengaruh antar variabel- variabel. Regeresi data panel,

diolah menggunakan Eviews 9.

Model dalam penelitian ini menggunakan model dasar sebagai berikut:

Y = f (X1it, X2it, X3it )…………………………….……………………(3.1)

Kemudian dalam penelitian ini menggunakan regresi data panel adalah:

Ln_PDRBit = α + β 1 KFit + β 2 TPAK it + β 3 KPit + eit …………………(3.2)

PDRB = Product Domestic Regional Bruto (diukur dengan PDRB harga konstan)

KF = Kemandirian Fiskal (diukur dengan tingkat Rasio Kemandirian)

TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (diukur dengan jumlah angkatan

kerja dibandingkan dengan jumlah penduduk 15 tahun keatas x 100%)

KP = Kredit Perbankan (diukur dengan persentase perbandingan antara jumlah

rasio kredit konsumtif terhadap rasio jumlah kredit investasi ditambah

kredit modal kerja)

e = eror term

β 1,2,3 = Nilai Koefisien Regeresi

i =1= Sumatera Selatan; 2 = Jambi; 3= Bengkulu; 4= Lampung; 5= Bangka

Belitung

t = 2010-2019

29
3.4. Estimasi Model

Analisis regresi pada data panel dilakukan dengan 3 metode estimasi

diantaranya adalah estimasi Common Effect, Fixed Effect, dan Random Effect.

Langkah yang dapat dilakukan sebelum mengunakan dalam memilih analisis

regresi, dengan adanya pengujian estimasi model untuk memperoleh estimasi

model yang tepat. Lalu saat model terpilih akan diuji dengan menggunakan

asumsi klasik dalam pengujian hipotesis penelitian (Basuki, 2014).

3.4.1. Common Effect Model/Pooled Least Square

Common effect model adalah estimasi dari data panel yang hanya

menggabungkan data time series dengan cross section menggunakan metode

Ordinary Least Square (OLS). Dalam model ini adanya asumsi yang menyatakan

bahwa intersep dan koefisien regeresi nilainya tetap pada setiap objek dan waktu

penelitian (Basuki, 2014).

3.4.2. Fixed Effect Model

Fixed Effect Model memiliki asumsi bahwa dimana setiap objek memiliki

intersep berbeda akan tetapi koefisienya sama. Dalam membedakan objek satu

dengan yang lain digunakan variabel dummy atau variabel semu. Lalu metode ini

disebut dengan Least Square Dummy Variables (Basuki, 2014).

3.4.3. Random Effect Model

Random Effect Model merupakan model yang tidak menggunakan variabel

dummy yang digunakan oleh fixed effect dimana yang digunakan adalah residual

dapat diduga memiliki hubungan antar waktu objek. Model ini berasumsi bahwa

30
setiap variabel mempunyai perbedaan intersep tetapi bersifat random. Dalam

metode Random Effect Model, residual υit memiliki 2 komponen:

1. Residual eit merupakan residulal yang dapat menyeluruh dan berkombinasi

time series dan cross section.

2. Residual individu di lambangkan oleh u it. Objek yang setiap residualnya u it

berbeda-beda tetapi melalui waktu. Metode Generalized Least Square

dipergunakan dalam mengestimasi model regresi sebagai penganti OLS.

3.4.4. Pemilihan Model

Dalam memilih model data panel dilakukan dengan uji sebagai berikut:

3.4.4.1. Uji Chow/Likelihood Ratio

Uji ini diperuntukkan dalam memilih model terbaik jika Common Effect

Model (CEM) atau Fixed Effect Model (FEM).

Ho: Common Effect Model

Ha: Fixed Effect Model

Apabila nilai probabilitas Likelihood Ratio lebih kecil dengan signifikasi

0,05 maka hipotesis nol ditolak yang artinya model yang tepat untuk regeresi data

panel ialah model fixed effect begitupun sebaliknya.

3.4.4.2 Uji Hausman

Uji ini dipergunakan untuk dapat mengetahui model terbaik apakah Fixed

Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM).

Ho: Random Effect Model

Ha: Fixed Effect Model

31
Jika nilai probabilitas Likelihood Ratio lebih kecil dari taraf signifikasi

0,05 maka hipotesis nol ditolak berarti model yang digunakan secara tepat dalam

data panel ini adalah model fixed effect (Basuki, 2014).

3.4.4.3.Uji Langrange Multipilier

Uji Langrange multiplier merupakan suatu pengujian untuk memilih model

yang pas dalam penelitian, dimana untuk menentukan uji mana yang sesuai antara

Common Effect Model atau Random Effect Model yang tepat untuk analisis model

regresi dalam penelitian ini. Hipotesis dalam uji Lagrange Multiplier terbagi

menjadi dua antara lain sebagai berikut:

Ho: Common Effect Model (CEM)

H1: Random Effect Model (REM)

Pengambilan keputusan terhadap hipotesis uji LM yaitu apabila p-value > α =

0,05, maka Ho diterima dan model analisis regresi menggunakan Common

Effect Model. Sebaliknya, apabila p-value < α = 0,05 maka Ho ditolak dan

model analisis regresi yang tepat adalah Random Effect Model

3.4.4.3 Uji Asumsi Klasik

A. Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residual yang

diperoleh pada masing-masing model berdistribusi normal ataupun tidak.

Pengujian normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji Jarque Bera dengan

residual mengikuti distribusi normal atau residual tidak mengikuti distribusi

normal.

32
B. Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah sebuah uji untuk melihat ada korelasi atau

tidaknya korelasi yang tinggi antar variabel bebas dari suatu model regresi. Jika

terdapat korelasi yang tinggi di anatar variabel bebas tergambar dengan adanya

koefisien multikolinearitas yang mendekati satu, maka hubungan anatara variabel

bebas terhadap variable terikat terganggu. Suatu model mengalami

multikolienaritas jika nilai koefisien beta dari variabel bebas terdapat adanya

penambahan atau pengurangan dalam model. Oleh karena itu, masalah ini

mempengaruhi nilai prediksi dari sebuah variabel bebas. Salah satu cara untuk

mendeteksi adanya multikolinearitas dengan melihat nilai standar error yang

bebas pada variabel bebas dalam model regresi.

C. Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas adalah sebuah uji yang dapat digunakan untuk

melihat terdapat atau tidaknya ketidaksamaan varians dari residual satu observasi

terhadap observasi lain. Heterokedastisitas merupakan salah satu faktor yang akan

menyebabkan model pada regresi bersifat tidak efisien dan akurat, dan

menyebabkan penggunaan metode kemungkinan maksimum dalam mengestimasi

parameter akan terganggu. Heterokedastisitas dapat mengakibatkan pendugaan

parameter suatu model menjadi tidak efisien. Masalah heterokedastisitas ini

berdampak pada pengukuran standar deviasi yang sebenarnya akan mengalami

kesulitan, yang dapat menghasilkan standar deviasi menjadi terlalu besar maupun

kecil.

33
Ada beberapa metode untuk bisa mendeteksi adanya heterokedastisitas

dalam model regresi. Metode ini dibagi menjadi metode formal dan metode

informal. Uji deteksi heterokedastisitas perlu dilakukan karena masalah

heterokedastisitas lebih sering terjadi pada data cross section dari pada time series

(Gujarati, 2012).

Beberapa cara untuk mengatasi masalah heterokedastisitas adalah dengan

mentransformasikan variabel-variabel penelitian, baik variabel bebas, variabel

terikat maupun keduanya agar asumsi homoskedastisitas terpenuhi. Transformasi

yang dilakukan pada variabel-variabel penelitian ini dapat dilakukan dengan

melakukan transformasi logaritma atau dengan melakukan transformasi dengan

membagi model regresi dengan salah satu variabel bebas. Transformasi log dapat

mengurangi situasi heterokedastisitas karena transformasi ini dapat memperkecil

skala ukuran suatu variabel.

D. Autokorelasi

Autokorelasi timbul karena adanya pengamatan yang berurutan dari waktu

ke waktu antara satu sama lain. Dari pengamatan tersebut dapat menimbulkan

masalah yang disebabkan oleh residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari

satu variabel ke variabel lainnya. Kejadian ini ditemukan pada data time series

karena adanya “gangguan” pada suatu kelompok atau individu yang

mempengaruhi kelompok atau individu yang sama dengan “gangguan” pada

waktu selanjutnya. Uji ini bertujuan untuk mencari terdapat atau tidaknya

penyimpangan pada asumsi klasik autokorelasi pada model regresi. Tidak adanya

autokorelasi merupakan prasyarat yang harus dipenuhi.

34
Dalam suatu penelitian uji autokorelasi digunakan melalui kriteria Durbin

Watson. Jika nilai Durbin Watson diantara nilai du < DW dan hasil dari 4-du >

DW maka dapat diartikan bahwa tidak terkena Autokorelasi.

3.4.4.4. Uji Signifikasi

A. Uji Simultan (Uji F)

Uji F-statistik merupakan pengujian terhadap koefisien dari variabel

independen secara keseluruhan atau simultan. Pada dasarnya uji F memiliki

konsep yang hampir sama dengan uji t, perbedaanya adalah uji F memiliki tujuan

mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam

sebuah model secara bersama-sama (simultan). Dalam penelitian ini variabel

bebas adalah kemandirian fiskal, penyerapan tenaga kerja, dan kredit perbankan

terhadap variabel terikat yaitu pertumbuhan ekonomi. (Gujarati, 2012)

menjelaskan bahwa uji F digunakan untuk membuktikan adanya pengaruh yang

berarti dari variabel bebas, secara keseluruhan terhadap variabel terikatnya dalam

sebuah analisis regresi.

Kriteria yang digunakan dalam uji F adalah:

1. Ho diterima jika F-statistik < T tabel dan H1 ditolak (tidak

signifikan), artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat.

2. H1 diterima jika F-statistik > T tabel dan Ho ditolak (signifikan),

artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel terikatnya.

35
B. Uji Parsial (Uji t)

Uji t merupakan uji yang dilakukan terhadap koefisien dari variabel

independen secara parsial. Fungsi dari t ialah untuk mengetahui tingkat

signifikansi dari variabel independen secara individu dalam mempengaruhi

variabel dependen dalam sebuah model penelitian.

Menurut Widarjono (2007) prosedur uji t-statistik sebagai berikut:

a. Membuat Hipotesis

Ho: β1 = 1,2,3 ……, n; menunjukan variabel bebas tidak signifikan

mempengaruhi variabel terikat secara parsial.

b. Menghitung nilai t-hitung dan mencari nilai t-tabel distribusi t pada α dan

degree of freedom sebesar n-k.

c. Keputusan menolak atau menerima H0 adalah sebagai berikut:

Jika nilai t-hitung > nilai t-tabel, maka Ho ditolak, artinya variabel bebas

secara signifikan mempengaruhi variabel terikat secara parsial.

Sebaliknya, jika nilai t-hitung < nilai t-tabel, maka Ho diterima, artinya

variabel bebas tidak secara signifikan mempengaruhi variabel terikat

secara parsial.

Selain menggunakan uji t-statistik, keputusan untuk menolak Ho dapat dilakukan

dengan menggunakan uji hipotesis berdasarkan probabilitas t-statistik dengan

asumsi bahwa residual terdistribusi secara normal. Nilai probabilitas (P-value)

dapat digambarkan dengan tingkat signifikasi yang tepat berkaitan dengan

besarnya nilai yang sesungguhnya. Pada uji probabilitas statistic, jika nilai p-value

< α maka Ho ditolak. Sebaliknya, jika nilai p-value > α maka Ho diterima.

36
C. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa kemampuan semua

variabel bebas secara bersama-sama menerangkan variasi variabel terikat atau

dengan kata lain, digunakan untuk menunjukkan seberapa sesuainya persamaan

regresi tersebut dengan data yang digunakan. Koefisien determinasi memiliki nilai

yang berkisar antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1). Apabila nilai R2 yang ditunjukkan

pada model time series memiliki nilai mencapai angka 1atau mendekati angka 1,

maka dapat diartikan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam model

penelitian mampu menjelaskan variabel terikatnya dengan sangat baik.

Sebaliknya, apabila nilai R2 yang ditunjukkan pada model sebuah memiliki nilai

mencapai angka 0 atau mendekati angka 0, maka dapat dijelaskan bahwa variabel

independen yang digunakan dalam model penelitian kurang mampu atau tidak

mampu menjelaskan variabel dependennya.

3.5. Definisi Operasioanl Variabel

3.5.1. PDRB Nominal

PDRB nominal adalah nilai moneter output di sebuah provinsi selama

periode tertentu (tahunan), diukur dengan PDRB nominal output tahun sekarang

dikali dengan harga di tahun sekarang. Dalam penelitian ini data yang digunakan

dalam bentuk Logaritma Natural PDRB nominal

3.5.2. Kemandirian Fiskal (X1)

Kemandirian fiskal daerah adalah seberapa besar tingkat ketergantungan

pemerintah daerah kepada pemerintah pusat dalam pelaksanaan pembangunan

daerahnya dengan kemampuan keuangan daerahnya sendiri dalam membiayai

37
daerahnya. Diukur dengan tingkat rasio keuangan daerah dengan membandingkan

antara dana perimbangan dengan pendapatan asli daerah dalam satuan persen.

3.5.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (X2)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah suatu indikator ketenagakerjaan

yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam

kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu. TPAK dihitung dari persentase

perbandingan jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja.

3.5.4. Kredit Perbankan (X3)

Kredit perbankan merupakan modal atau kredit dalam bentuk uang yang

disalurkan dengan bantuan bank sebagai tujuan keperluan usaha yang dapat

meningkatkan produktivitas serta bepengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Diukur melalui besarnya persentase perbandingan antara jumlah rasio kredit

konsumtif terhadap rasio jumlah kredit investasi ditambah dengan kredit modal

kerja dalam satuan persen.

38
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Bagian Selatan

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu perkembangan yang

diberlakukan untuk mewujudkan indikasi dalam keberhasilan pembangunan

ekonomi di suatu daerah. Kegiatan ekonomi yang diprioritaskan dalam

memproduksi barang dan jasa akan memperbanyak penghasilan dalam masyarakat

tertentu. Tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi diantaranya

pertumbuhan output, pertumbuhan output pekerja dan pertumbuhan output

perkapita. Pertumbuhan output dipergunakan untuk menilai pertumbuhan

kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh peningkatan tenaga kerja dan modal di

daerah tersebut.

10
Sumatera Selatan
Jambi
5
Bengkulu
Lampung
0
Bangka Belitung
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 4.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Bagian Selatan


Sumber:Badan Pusat Statistik Sumatera Bagian Selatan (Data Diolah 2010-2019)

39
Sumatera Bagian Selatan terdiri dari 5 provinsi yaitu Sumatera Selatan,

Jambi, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung. Kondisi pertumbuhan ekonomi

Sumatera Bagian Selatan mengalami fluktuasi. Dari data yang didapat bahwa

pertumbuhan ekonomi di Sumatera Bagian Selatan, yang tertinggi berada di

provinsi Jambi. Dimana pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi di provinsi jambi

sebesar 7,35 persen, pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi mengalami

peningkatan menjadi 8,54 persen dan persentase tersebut menjadi persentase

tertinggi tingkat pertumbuhan ekonomi di Sumatera Bagian Selatan. Sementara itu

pertumbuhan ekonomi terendah berada di provinsi Bangka Belitung pada tahun

2015 dengan tingkat persentasi laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,08 persen.

Tetapi pada tahun 2016 sampai dengan 2019 pertumbuhan ekonomi di Bangka

Belitung mengalami peningkatan terus menerus dengan persentase tingkat

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 5,27 persen pada

tahun 2019. Hal ini disebabkan oleh adanya sektor unggulan di provinsi Bangka

Belitung seperti pariwisata yang terus mengalami peningkatan sehingga provinsi

Bangka Belitung mengalami pertumbuhan ekonomi yang meningkat.

4.1.2. Kondisi Kemandirian Fiskal di Sumatera Bagian Selatan

Keuangan daerah adalah bagian integral dari keuangan negara, dalam

mengalokasi sumber-sumber ekonomi, pemerataan hasil pembangunan dan

penciptaan stabilitas sosial politik. Peranan dalam keuangan daerah menjadi

semakin penting karena adanya keterbatasan dana yang dapat dialihkan kedaerah

berupa subsidi dan bantuan dari pusat. Semakin komplek pada persoalan

40
pemecahan yang membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat di daerah

(Regina, 2016).

Kemandirian fiskal sendiri dihitung dari tingkat rasio kemandirian

keuangan daerah dengan membandingkan antara pendapatan asli daerah yang

dibandingkan dengan dana perimbangan. Bila tingkat kemandirian fiskal di bawah

lima puluh persen maka dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan daerah atau

keadaan kemandirian fiskal tersebut dalam kategori kurang baik, sebaliknya jika

persentase tingkat kemandirian fiskal tersebut di atas lima puluh persen maka

dikategorikan baik. Bahwasanya keuangan daerah di daerah tersebut mampu

dengan sendirinya untuk membiayai belanja daerahnya sendiri tanpa adanya

bantuan dari pemerintah pusat.

Tabel 4.1. Kemandirian Fiskal

Provinsi Rata-Rata Keterangan


Sumatera Selatan 21,79 Sedang

Jambi 17,60 Kurang Baik

Bengkulu 15,00 Kurang Baik

Lampung 22,27 Sedang

Bangka Belitung 19,63 Kurang Baik


Sumber: Djpk Kemenkeu Sumatera Bagian Selatan (Data Diolah)

Kondisi kemandirian fiskal di daerah Sumatera Bagian Selatan rata-rata

masih di bawah 50 persen. Sumatera Selatan dan Lampung memiliki tingkat

kemandirian fiskal dalam kategori sedang dimana kategori sedang ini berada pada

tingkat persentase di atas 20 persen. Sedangkan Jambi, Bengkulu dan Bangka

Belitung dikategorikan kurang baik dengan tingkat persentase kemandirian fiskal

41
di bawah dua puluh persen. Masih jauh dari kategori baik atau di bawah lima

puluh persen.

4.1.3. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang atau jasa untuk dapat memenuhi kebutuhan sendiri

maupun masyarakat. Tenaga kerja yang aktif merupakan suatu bagian penting

dalam kegiatan ekonomi. Penggolongan angkatan kerja dimulai dari penduduk

yang berusia 15 tahun ke atas baik yang bekerja maupun yang mencari pekerjaan.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja


Sumatera Bagian Selatan
74,00
72,00
70,00 Sumatera Selatan
68,00
66,00 Jambi
64,00 Bengkulu
62,00
Lampung
60,00
58,00 Bangka Belitung
56,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 4.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Sumatera Bagian Selatan


sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Bagian Selatan (Data Diolah 20102019)

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dari lima provinsi di Sumatera

Bagian Selatan mengalami fluktuasi. Tingkat partisipasi angkatan kerja tertinggi

berada di provinsi Bengkulu. Di tahun 2016 TPAK sebesar 72,69 persen lalu

mengalami penurunan di tahun 2017 sebesar 3,39 persen, dan ditahun seterusnya

mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan mungkin karena sektor unggulan di

provinsi Bengkulu mengalami penurunan akibat adanya bencana alam di daerah

Bengkulu membuat provinsi Bengkulu tingkat TPAK mengalam fluktuasi pada

42
sektor unggulnya yaitu sektor pariwisata. Tingkat partisipasi terendah berada di

provinsi Bangka Belitung. Pada tahun 2012 TPAK di Bangka Belitung sebesar

63,38 persen. Tingkat partisipasi angkatan kerja di Bangka Belitung mengalami

hal yang sama dengan provinsi-provinsi lain di Sumatera Bagian Selatan yaitu

terus mengalami fluktuasi bahkan provinsi Bangka Belitung menjadi provinsi

yang tingkat TPAK nya paling rendah dan mengalami fluktuasi di tahun

berikutnya.

4.1.4. Keadaan Kredit Perbankan di Sumatera Bagian Selatan

Kredit perbankan merupakan kredit jangka panjang yang digunakan untuk

keperluan pelunasan usaha atau membangun proyek baru untuk keperluan

rehabilitasi masyarakat. Kredit perbankan merupakan bagian dari modal atau

kredit dalam bentuk uang yang disalurkan dengan bantuan bank sebagai tujuan

keperluan usaha yang dapat meningkatkan produktivitas serta bepengaruhnya

terhadap pertumbuhan ekonomi. Diukur melalui besarnya investasi kredit

perbankan.

6 Sumatera Selatan

4 Jambi
Bengkulu
2
Lampung
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Bangka Belitung

Gambar 4.3 Keadaan Kredit Perbankan


Sumber: Bank Indonesia Sumatera Bagian Selatan (2010-2019 Data Diolah)

Keadaan kredit perbankan di Sumatera Bagian Selatan terus mengalami

peningkatan. Terutama pada provinsi Sumatera Selatan. Sumatera Selatan

memiliki tingkat kredit investasi perbankan yang paling tinggi. Pada tahun 2010

43
kredit perbankan di Sumatera Selatan sebesar 3,50 persen dan terus mengalami

peningkatan hingga tahun 2019 sebesar 4,86 persen. Lalu kredit perbankan

terendah berada di provinsi Bangka Belitung dimana kondisi kredit investasi

perbankan di Bangka Belitung saat 2010 sebesar 1,49 persen dan terus menerus

mengalami peningkatan sehingga di tahun 2019 sebesar 3,28 persen.

4.2. Hasil Estimasi dan Pembahasan

4.2.1. Hasil Estimasi Model Regresi Data Panel

Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel. Dalam model

regeresi data panel ini terdapat tiga model yang digunakan, yaitu Common Effect

Model, Fixed Effect Model, dan Random Effect Model. Maka dari itu akan

ditentukan model yang tepat ke dalam penelitian ini. Penentuan model yang tepat

dilakukan dengan menggunakan beberapa uji. Diantaranya yaitu Uji Chow dan

Uji Hausman.

4.2.1.1. Uji Chow

Uji Chow adalah uji yang digunakan untuk mengetahui dan melihat model

mana yang terbaik antara model common effect atau fixed effect. Berikut hasil

kecocokan regresi uji chow:

Tabel 4.2. Hasil Kecocokan Dari Uji Chow

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 22311.784931 (4,42) 0.0000


Cross-section Chi-square 383.098276 4 0.0000

Sumber: Eviews data diolah

Uji Chow menunjukan bahwa nilai pada F statistic sebesar 22311.784931

dengan nilai Probabilitas-value sebesar 0,0000 < α 0,05. Dari nilai probabilitas

44
tersebut dapat dinyatakan bahwa nilai alpha Ho ditolak. Dalam uji chow ini model

yang terpilih adalah Fixed Effect Model.

4.2.1.2. Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk melihat apakah terdapat random effect di

panel data, dan digunakan untuk melihat serta memilih antara fixed effect dan

random effect. Diantara model tersebut manakah yang paling tepat untuk

digunakan dalam penelitian ini. Berikut hasil kecocokan dari uji Hausman:

Tabel 4.3. Hasil Kecocokan Dari Uji Hausman

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 0.094221 3 0.9925

Sumber : Eviews data diolah

Pada Tabel 4.3, dapat dilihat jika nilai chi-square yaitu sebesar 0.094221

dengan nilai p-value sebesar 0,9925 > α 0,05. Dengan nilai probabilitas di atas

nilai alpha maka Ho diterima. Dari hasil tersebut model yang diterima adalah

Random Effect Model.

4.2.1.3. Uji Lagrange Multiplier

Uji lagrange multiplier yaitu pengujian terakhir dalam penentuan model

analisis data panel, pengujian ini dilakukan untuk menentukan antara Random

Effect Model dengan Common Effect Model, untuk mengetahui hasil pemilihan 2

model tersebut, hasil ujinya sebagai berikut:

Tabel 4.4. Hasil Larange Multiplier

Breusch-Pagan 142.4326 1.483720 143.9163


(0.0000) (0.2232) (0.0000)
Sumber: Eviews data diolah

45
Hasil pengujian LM test, menunjukkan bahwa nila probabilitas Breusch-Pagan

0,0000 < α 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak dan H1 diterima artinya Random Effect

Model adalah model yang tepat dalam penelitian ini.

4.2.2. Pemilihan Model Regresi Data Panel

Hasil estimasi pada pemilihan untuk regresi data panel dengan

menggunakan uji yang telah dilakukan maka pemilihan estimasi data yang tepat

adalah dengan menggunakan Random Effect Model.

Tabel 4.5. Hasil Estimasi Model Regresi Data Panel

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 13.39508 3.180849 4.211166 0.0001


KF? 0.014377 0.005201 2.764221 0.0082
TPAK? 0.007252 0.006838 1.060606 0.2944
KP? 0.318857 0.039250 8.123638 0.0000
Random Effects (Cross)
_SUMSEL--C -3.190875
_JAMBI--C -4.699733
_BENGKULU--C 2.395354
_LAMPUNG--C 3.459278
_BABEL--C 2.035977

Sumber: Eviews data diolah

Dari tabel 4.5 diperoleh hasil model persamaan regresi sebesar, PDRB= 13.39508

+ 0.014377 KF + 0.007252 TPAK + 0.318857 KP. Hasil estimasi ini dapat

diasumsikan bahwa variabel independen bersifat tetap, maka nilai PDRB nominal

adalah 13.39508. Apabila variabel kemandirian fiskal (KF) meningkat 1 persen,

maka pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0.014377 persen. Apabila nilai

tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) meningkat 1 persen maka

meningkatkan PDRB nominal sebesar 0.007252 persen. Selanjutnya apabila kredit

46
perbankan (KP) meningkat sebesar 1 persen maka akan meningkatkan PDRB

nominal sebesar 0.318857 persen.

4.3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk menganalisis apakah hasil uji regresi

sudah dapat memenuhi syarat dan tidak ada penyimpangan klasik dari hasil

regresi dengan menggunakan metode Ordinary Least Square melalui uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji Heterokedastisitas dan uji Autokorelasi.

4.3.1. Uji Normalitas

9
Series: Standardized Residuals
8 Sample 2010 2019
7
Observations 50

6 Mean -6.99e-17
Median -0.561413
5 Maximum 5.560723
4 Minimum -4.994445
Std. Dev. 2.764408
3 Skewness 0.110735
Kurtosis 2.020902
2

1 Jarque-Bera 2.099338
Probability 0.350054
0
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6

Gambar 4.1. Uji Normalitas


Sumber: Eviews Data Diolah

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah regresi pada variabel

independen dan variabel dependen berdistribusi normal. Pada Gambar 4.1 di atas

menunjukkan bahwa uji Jarque-Bera memiliki hasil sebesar 0,350054 persen

yang berarti melebihi 0,05 dan data dapat dikatakan berdistribusi normal.

4.3.2. Uji Multikolinearitas

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas

47
_SUMSEL _JAMBI _BENGKULU _LAMPUNG _BABEL
_SUMSEL 1.000000 -0.117764 0.088359 0.554267 0.677220
_JAMBI -0.117764 1.000000 0.294388 -0.349033 -0.644901
_BENGKULU 0.088359 0.294388 1.000000 -0.099665 -0.198237
_LAMPUNG 0.554267 -0.349033 -0.099665 1.000000 0.704623
_BABEL 0.677220 -0.644901 -0.198237 0.704623 1.000000
Sumber: Eviews data diolah

Dari Tabel 4.6 menunjukan bahwa hasil uji Multikolienaritas

menunjukkan tidak adanya nilai korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak

melebihi 0,90 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya Multikolinearitas

antar variabel bebas.

4.3.3. Uji Heterokedastisitas

Tabel 4.7. Hasil Uji Heterokedastisitas

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.020717 0.043361 0.477773 0.6351


KF? 9.93E-05 0.000484 0.205021 0.8385
TPAK? -0.000104 0.000616 -0.168938 0.8666
KP? -0.002707 0.003148 -0.859723 0.3944
Sumber: Eviews Data Diolah

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukan bahwa nilai probabilitas dari

kemandirian fiskal sebesar 0,8385, TPAK sebesar 0,8666 dan kredit perbankan

dengan tingkat probabilitas sebesar 0,3944 keseluruhan variabel memiliki nilai

probabilitas lebih besar dari α 0,05 yang menunjukan bahwa terbebas dari

masalah heterokedastisitas.

4.3.4. Uji Autokorelasi

Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi

48
R-squared 0.478802 Mean dependent var 0.313443
Adjusted R-squared 0.444811 S.D. dependent var 0.319432
S.E. of regression 0.238012 Sum squared resid 2.605882
F-statistic 14.08608 Durbin-Watson stat 2.105478
Prob(F-statistic) 0.000001
Sumber: Eviews Data Diolah

Berdasarkan hasil uji Autokorelasi pada Tabel 4.8, diperoleh dari nilai

Durbin-Watson sebesar 2.105478 nilai (dL 1,4206), (Du 1,6739), (4-DL 2,5794)

(4-Du 2,3261) dengan nilai n=50 dan k=3. Nilai Durbin Watson 2.105478

menunjukan bahwa daerah nilainya setara dengan nilai 4-DL dan 4-Du

disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini terbebas dari masalah

Autokorelasi.

4.4. Uji Statistik

4.4.1. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui seluruh variabel independen secara

simultan apakah memiliki pengaruh signifikan terhadap variable dependen.

Berdasarkan hasil uji berada pada lampiran halaman 69 diketahui bahwa nilai

probabilitas Fhitung sebesar 0,000000 kurang dari 0,05. Berdasarkan

perbandingan antara Fhitung dengan Ftabel bahwa nilai Ftabel sebesar 2,79 dengan α

0,05 yang berarti bahwa Fhitung > Ftabel. Memiliki arti bahwa variabel independen

yaitu kemandirian fiskal, penyerapan tenaga kerja dan kredit perbankan

berpengaruh secara simultan terhadap PDRB nominal di Sumatera Bagian

Selatan.

4.4.2. Uji t

Tabel 4.9. Uji t

49
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 13.39508 3.180849 4.211166 0.0001


KF? 0.014377 0.005201 2.764221 0.0082
TPAK? 0.007252 0.006838 1.060606 0.2944
KP? 0.318857 0.039250 8.123638 0.0000
Sumber: Eviews Data Diolah

Uji t digunakan agar dapat mengetahui pengaruh kemandirian fiskal,

tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan kredit perbankan terhadap PDRB

nominal di Sumatera Bagian Selatan secara parsial. Uji t dilihat dari signifikasi

nilai thitung. Bila thitung > ttabel atau thitung < ttabel, maka Ho ditolak karena adanya

korelasi yang signifikan antara variabel x dan y. Dari hasil regresi pada Tabel 4.9

diketahui bahwa nilai thitung dari variable kemandirian fiskal sebesar 2.764221

nilai t-statistik tersebut lebih besar dari nilai ttabel yaitu sebesar 1,676 artinya

secara parsial variabel kemandirian fiskal berpengaruh positif dan signifikan

terhadap PDRB nominal. Variabel TPAK memiliki hasil nilai t-statistik sebesar

1,060606 lebih kecil dari ttabel maka TPAK berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan terhadap PDRB nominal. Kemudian kredit perbankan dengan nilai t-

statistik sebesar 8.123638 lebih besar dari t tabel maka memiliki pengaruh positif

signifikan terhadap PDRB nominal.

4.4.3. Koefisien Determinasi (R2)

R2 adalah sebuah uji yang digunakan untuk mengetahui kemampuan

semua variabel bebas menjelaskan variasi variabel terikat. Pada Tabel 4.7

didapatkan hasil bahwa nilai R square dalam penelitian ini sebesar 0,849897

bahwa 84,98 persen variasi PDRB nominal dapat dijelaskan oleh variasi

50
kemandirian fiskal, TPAK dan kredit perbankan sisanya 16,02 persen dijelaskan

oleh variasu variabel lain di luar dari pada penelitian ini.

4.5. Hasil Analisis Regresi Data Panel.

Setelah dilakukan uji kesesuaian model pada estimasi regresi data panel,

maka model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Random Effect

Model. Pada tabel 4.5 hasil analisis regeresi data panel dengan mengunakan slope

untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas kemandirian fiskal, tingkat

partisipasi angkatan kerja dan kredit perbankan terhadap PDRB nominal.

Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Data Panel

Variabel Rata-Rata
Koefisien Mean Konstanta Probability Slope
Independ Variabel

KF 0.014377 0,053 13,39508 19,44 0,0082 0,00073


TPAK 0,007252 0,053 13,39508 66,43 0,2944 0,001006
KP 0,318857 0,053 13,39508 3,44 0,0000 0,088685
Sumber: Data Diolah, 2021

R2=0,849897 F-statistic = 86,81861 Prob F =0,000000 D-W stat =0,712995

Slope: Koefisien / Rata-rata Variabel

KF = 0,00073

TPAK =

KP =

Tingkat perubahan PDRB nominal memiliki tren meningkat sebesar

13,39508 Memiliki arti, jika pengaruh semua variabel independen kemandirian

fiskal, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan kredit perbankan, maka

besarnya nilai pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan pada lima provinsi sebesar

13,39 persen.

51
Slope adalah nilai yang bisa menunjukkan seberapa besar kontribusi yang

diberikan pada variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai inilah yang dapat

diartikan sebagai rata-rata pertambahan ataupun pengurangan yang terjadi dalam

variabel terikat untuk setiap tingkatan satuan variabel.

Dalam penelitian ini berdasarkan Tabel 4.10. didapatkan perubahan slope

dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:

1. Ketika variabel kemandirian fiskal mengalami peningkatan sebesar

satu persen, maka pertumbuhan ekonomi akan mengalami peningkatan

sebesar 0,0073 persen.

2. Ketika tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami

peningkatan sebesar satu persen maka pertumbuhan ekonomi akan

mengalami peningkatan sebesar 0,00010 persen.

3. Ketika kredit perbankan mengalami peningkatan sebesar satu persen,

maka Pertumbuhan ekonomi relatif meningkat sebesar 0,0926 persen.

4.6. Analisis Individu

Analisis Individu adalah efek dari model Random Effect. Heterogenitas

yang dihasilkan setiap provinsi menggambarkan adanya faktor-faktor yang

dimiliki oleh satu provinsi yang tidak dimiliki oleh provinsi lainya. Dengan kata

lain bahwa provinsi tersebut memiliki keunggulan dari variabel lain di luar

variabel dalam model. Berikut tabel 4.11. yang menjelaskan analisis individu pada

model Random Effect untuk mengetahui bagaimana keadaan pertumbuhan

ekonomi di masing-masing provinsi dengan melihat nilai intersep masing-masing

provinsi tersebut.

52
Tabel 4.11. Random Effect Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


C 13.39508 3.180849 4.211166 0.0001
KF? 0.014377 0.005201 2.764221 0.0082
TPAK? 0.007252 0.006838 1.060606 0.2944
KP? 0.318857 0.039250 8.123638 0.0000
Random Effects (Cross)
_SUMSEL--C -3.190875
_JAMBI--C -4.699733
_BENGKULU--C 2.395354
_LAMPUNG--C 3.459278
_BABEL--C 2.035977
Sumber: Eviews Data Diolah

Dari Tabel 4.14 dapat dianalisis secara individu agar dapat mengetahui

hasil dari Random Effect Model dengan cara menentukan nilai intersep dari

pertumbuhan ekonomi pada tiap provinsi di Sumatera Bagian Selatan. Pengertian

nilai Intersep sendiri secara statistika adalah nilai rata-rata pada variabel dependen

apabila variabel independen bernilai nol.

Tabel 4.12
Nilai Intersep Setiap Provinsi Di Sumatera Bagian Selatan

Rata- Rata
No Provinsi Eksogen Endogen Total
Pertumbuhan
1 Sumatera Selatan 12,41 10,20 -0,65 9,55
2 Jambi 10,55 8,69 -0,41 8,28
3 Bengkulu 17,41 15,79 -0,22 15,57
4 Lampung 19,07 16,85 -0,44 16,41
5 Bangka Belitung 15,82 15,43 0,46 15,89
Sumber: Excel Data Diolah

Pada Tabel 4.12 menunjukkan hasil intersep menunjukan koefisien dari

estimasi Random Effect Model (REM), nilai intersep menunjukkan bahwa pada

lima provinsi di Sumatera Bagian Selatan memiliki pertumbuhan ekonomi yang

berbeda sebesar nilai intersep masing-masing provinsi.

53
Pada variabel kemandirian fiskal memiliki koefisien 0,014377, TPAK

sebesar 0,007252 dan kredit perbankan sebesar 0,318857. Dilihat dari Tabel 4.12.

Nilai intersep yang dihitung dari total nilai eksogen dan endogen total terbesar

berada di provinsi Lampung sebesar 16,41 persen dengan koefisien 3,459278. Hal

ini menyatakan bahwa Lampung memiliki kontribusi terbesar dalam peningkatan

pertumbuhan ekonomi sebesar 16,41 persen dikarenakan hasil ini memiliki

koefisien terbesar dari seluruh variabel kemandirian fiskal, TPAK dan kredit

perbankan. Dimana bahwa provinsi Lampung dengan Eksogen sebesar 16,85

persen dan endogen sebesar (-0,44) persen, menunjukan dampak yang positif

dikarenakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Lampung sebagai

provinsi dengan pertumbuhan ekonomi paling baik di Sumatera Bagian Selatan.

Selanjutnya provinsi Bangka belitung dengan nilai intersep sebesar 15,89

persen dari tabel 4.12 dengan koefisien , hal tersebut dapat dinyatakan bahwa

provinsi Bangka belitung memiliki kontribusi yang positif dan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi di Sumatera Bagian Selatan sebesar 15,89 persen dari

seluruh sektor pada penelitian ini yaitu kemandirian fiskal, tingkat partisipasi

angkatan kerja dan kredit perbankan, dikarenakan memiliki hasil yang positif,

dengan eksogen sebesar 15,79 persen dan endogen sebesar 0,46 persen.

Jika dilihat dari Tabel 4.12 dari ke lima provinsi tersebut yang menjadi

penunjang dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi terbesar berada di provinsi

Lampung. Lampung memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang terus

meningkat sehingga berkontribusi tinggi dalam meningkatkan pertumbuhan

ekonomi di provinsi Sumatera Bagian Selatan, yang disebabkan oleh kemajuan

54
sektor pariwisata di provinsi Lampung yang membuka lapangan pekerjaan

sehingga diperlukan tenaga kerja yang meiningkat dan berimbas pada

Pertumbuhan Ekonomi.

Pada Tabel 4.12, nilai intersep terendah berada di provinsi Jambi sebesar

14,38 persen dengan koefisien sebesar (-4.730303) dari tabel intersep pada tabel

4.12, bahwa provinsi Jambi memiliki tingkat kontribusi terendah dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 14,38 persen dari seluruh sektor

dalam penelitian ini yaitu kemandirian fiskal, penyerapan tenaga kerja dan kredit

perbankan. Nilai eksogen pada nilai intersep Jambi sebesar 8,28 persen dan

endogen sebesar (-0,41) persen. Nilai intersep ini merupakan nilai terendah jika

dibandingkan dengan ke lima provinsi lainya.

Dilihat dari data pertumbuhan ekonomi dalam jangka waktu sepuluh tahun

belakangan ini Jambi pada tahun 2011 mengalami penurunan pertumbuhan

ekonomi yang drastis padahal pada tahun sebelumnya Jambi memiliki tingkat

pertumbuhan ekonomi tertinggi dari ke lima provinsi tersebut. Penurunan yang

drastis ini disebabkan karena terjadinya kelemahan global dan terjadinya

penurunan harga komoditas unggulam di Jambi seperti minyak mentah, batubara,

kelapa sawit, dan karet di provinsi Jambi. Hal inilah yang menyebabkan

terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi sehingga Jambi memiliki kontribusi

yang paling menghambat dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi.

4.7. Pembahasan

55
4.7.1 Pengaruh Kemandirian Fiskal, Tingkat Partisipai Angkatan Kerja

(TPAK) dan Kredit Perbankan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Sumatera Bagian Selatan

Berdasarkan hasil regresi dilihat pada uji F secara keseluruhan bahwa

variabel kemandirian fiskal, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan kredit

perbankan sama-sama saling memiliki pengaruh terhadap PDRB nominal di

Sumatera Bagian Selatan.

4.7.2. Pengaruh Kemandirian Fiskal terhadap PDRB nominal di Sumatera

Bagian Selatan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa

variabel kemandirian fiskal berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB

nominal. Dapat dilihat pada tabel 4.7 dari setiap peningkatan satu persen

kemandirian fiskal akan mempengaruhi peningkatan PDRB nominal sebesar

0,014377 persen. Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat dari slope, jika

kemandirian fiskal dalam satu persen pertahun mengalami peningkatan akan

meningkatkan PDRB nominal sebesar 0,00073 persen. Hasil penelitian ini

menyatakan bahwa kemandirian fiskal yang berasal dari pendapatan asli daerah

dengan dana perimbangan adalah berpengaruh positif terhadap PDRB nominal

dimana peningkatan kemandirian fiskal dapat meningkatkan laju pertumbuhan

ekonomi di Sumatera Bagian Selatan.

Hasil penelitian ini sama dengan konsep kemandirian fiskal bahwa

penerimaan daerah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan juga penelitian

menurut (Rustan 2013) kemandirian fiskal berpengaruh secara positif terhadap

56
pertumbuhan ekonomi. Dimana sesuai dengan konsep yang ada bahwa tujuan dari

kemandirian fiskal sendiri mampu mengoptimalkan sumber-sumber ekonomi

yang ada pada pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sebagai sumber

pembangunan infrastruktur dalam kemajuan perekonomian yang ada. Akibat

adanya dorongan yang didukung oleh kebijakan pemerintah sendiri menjadi hal

yang mendasar dalam sistem pemerintahan daerah sebagai penunjang kemajuan

pertumbuhan ekonomi khususnya dalam penelitian ini di daerah Sumatera Bagian

Selatan. Kemandirian fiskal sendiri berasal dari penerimaan daerah yang

bersumber dari pendapatan asli daerah dan dana perimbangan dapat digunakan

dalam pembangunan infrastruktur sebagai penunjang keuangan kemandirian

daerah.

4.7.3. Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) terhadap PDRB

nominal di Sumatera Bagian Selatan

Berdasarkan hasil dari penelitian ini bahwa TPAK terhadap PDRB

nominal berpengaruh positif tetapi tidak signifikan. Peningkatan variabel TPAK

sebesar satu persen dapat mempengaruhi peningkatan PDRB nominal sebesar

0,007252 persen.

Hasil penelitian sesuai dengan teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik dan

hasil dari penelitian yang dilakukan oleh (Untantia dan Miyanto, 2013) bahwa

tenaga kerja dapat mepengaruhi pertumbuhan ekonomi secara positif, jika tingkat

partisipasi angkatan kerja sebagai output meningkat. Hal tersebut dapat

menyebabkan kemajuan tingkat produktivitas yang tinggi. Sehingga memiliki

pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Akibat tingkat perubahan

57
modal yang terjadi dalam proses produksi menyebabkan perubahan pada tingkat

penyerapan tenaga kerja sehingga hasil produktivitas mengalami kenaikan yang

tinggi serta kemajuan teknologi yang juga mendukung dalam tingkat produktivitas

mampu menjadi salah satu faktor peningkatan pertumbuhan ekonomi. Tidak

signifikanya variabel TPAK tersebut terjadi akibat kurang dampaknya secara

nyata terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan jumlah tenaga kerja yang

terserap belum tentu meningkatkan pertumbuhan pendapatan perkapita

masyarakat di provinsi sumatera bagian selatan, yang akhirnya tidak dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dikarenakan usia, tingkat pendidikan

dan produktivitas seorang pekerja.

Berdasarkan perhitungan TPAK yang bersumber dari badan pusat statistik

tertinggi berada di provinsi Bengkulu sebesar 72,69 persen tahun 2015 dan

mengalami penurunan yang dratis sebesar 3,39 persen di tahun 2016 dan tahun

setelahnya mengalami fluktuasi. Jumlah TPAK di provinsi Bengkulu memiliki

tingkat persentase tertinggi dibandingkan dengan provinsi Sumatera Bagian

Selatan Lainnya.

Kenaikan jumlah penduduk dan pariwisata provinsi Bengkulu menjadi

salah satu faktor penunjang dari tingkat kenaikan tingkat partisipasi angkatan

kerja (TPAK), akibat dari hal tersebut terbukanya lapangan pekerja yang tinggi,

sehingga penyerapan tenaga kerja mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di

Bengkulu dan provinsi-provinsi Sumatera Bagian Selatan lainnya.

4.7.4. Pengaruh Kredit Perbankan terhadap PDRB nominal di Sumatera

Bagian Selatan.

58
Pengaruh kredit perbankan terhadap PDRB nominal memiliki pengaruh

yang positif dan signifikan. sesuai dengan teori Pertumbuhan Ekonomi dan

penelitian yang dilakukan oleh (Hasanov, 2016) bahwa kredit perbankan yang

merupakan bagian dari kredit investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

ekonomi. Hal ini dikarenakan bahwa penyaluran kredit perbankan akan

memperluas usaha maka lebih banyak lagi produksi yang akan dihasilkan

sehingga menimbulkan kegiatan produksi berskala besar maka akan banyak

memerlukan tenaga kerja otomatis akan membuka lapangan pekerjaan dengan

demikian akan mengurangi pengangguran.

Berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi klasik bahwa tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi dipengaruhi oleh tingkat produktivitas yang

tinggi pula. Dimana saat terjadinya peningkatan investasi atau modal yang

dimiliki oleh produsen akan menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang

tinggi. Sumatera Selatan memiliki tingkat persentase tertinggi pada variabel kredit

perbankan. Pada tahun 2019 tingkat kredit perbankan sebesar 4,9 persen. Hal ini

disebabkan peningkatan pada UMKM akibat permintaan produksi yang semakin

tinggi di Sumatera Selatan akibat adanya penyaluran dana kredit investasi sebagai

modal yang berasal dari layanan peminjaman modal sebagai pendukung pelaku

usaha mikro.

59
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Dari penelitian ini menyatakan bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi di

lima provinsi Sumatera Bagian Selatan menunjukkan rata-rata PDRB

nominal paling tinggi berada di provinsi Lampung sebesar 19,31 persen

dan PDRB nominal terendah sebesar 10,05 persen di provinsi Jambi.

Dengan adanya penyebab dari ketergantungan Relatif pada pertumbuhan

ekonomi dari variabel kemandirian fiskal dan kredit perbankan

berpengaruh sebesar 84,98 persen secara positif dan signifikan tetapi

TPAK tidak signifikan. Peningkatan kontribusi tetinggi pada

pertumbuhan ekonomi berada di provinsi Lampung. Dengan adanya

perbedaan ini ada ketergantungan variabel kemandirian fiskal, tingkat

60
partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan kredit perbankan terhadap PDRB

nominal di Sumatera Bagian Selatan.

2. Hasil Regresi menunjukkan bahwa variabel kemandirian fiskal

berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB nominal, disebabkan

karena dukungan dari penyelenggaraan kewenangan yang dilakukan

pemerintah dalam penanganan masalah pajak dan penerimaan daerah

secara optimal mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tingkat

partisipasi angkatan kerja (TPAK) berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh tingkat

tenaga kerja di povinsi Sumatera Bagian Selatan tidak seluruhnya dapat

diserap dan belum tentu meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat

sehingga variabel TPAK dalam penelitian ini tidak signifikan. Serta kredit

perbankan adalah variabel paling dominan mempengaruhi PDRB nominal

pada pertumbuhan ekonomi.

5.2.Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian di atas, penulis memiliki beberapa

saran sebagai bahan untuk implikasi pada kebijakan pemerintah dalam

meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Bagian Selatan:

1. Peneliti berharap bahwa pemerintah di provinsi Sumatera Bagian Selatan

dapat meningkatkan faktor-faktor pertumbuhan ekonomi, khususnya pada

faktor kemandirian keuangan daerah yang berasal dari penerimaan dana

daerah yaitu dana perimbangan dan pendapatan daerah sendiri yang terdiri

dari kemajuan sektor-sektor unggul di provinsi Sumatera Bagian Selatan

61
terkhususnya sektor pariwisata. Lalu peningkatan penyerepan tenaga kerja

dengan menciptakan lapangan pekerjaan serta memperluas pendidikan

dengan sebaik mungkin serta menetapkan harga komoditas yang standar

sehingga membuat investor dapat berinvestasi saham dengan baik, dan faktor-

faktor tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

2. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan variabel lain atau

yang belum pernah ada seperti yang berhubungan dengan tingkat

perdagangan internasional ekspor, impor ataupun variabel makro lainya

sehingga dapat melihat perbandingan penelitian selanjutnya dan penelitian

ini.

DAFTAR PUSTAKA

A., R. (1969). Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi, serta Kaitannya


dengan Otonomi Daerah. Jurnal Borneo Administrator, 9(3), 284–304.
https://doi.org/10.24258/jba.v9i3.124.

Apriesa, L. F., & Miyasto. (2013). Pengaruh Desentralisasi Fiskal terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Ketimpangan Pendapatan (Studi Kasus:
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah). Diponegoro Journal of Economics, 2(1),
1–12. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jme/article/view/1916/1914.

Apriana, D., & Suryanto, R. (2010). Analisis Hubungan antara Belanja Modal,
Pendapatan Asli Daerah, Kemandirian Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi
Daerah. Jurnal Akuntansi & Investasi, 11(1), 68–79

Badan Pusat Statistik Beberapa Provinsi Sumatera Bagian Selatan 2010-2019.


Ketenagakerjaan : Sosial dan Kependudukan. Diakses dari https://.bps.go.id/

Badan Pusat Statistik Beberapa Provinsi Sumatera Bagian Selatan 2010-2019.


PDRB Konstan Menurut Lapangan Usaha: Ekonomi dan Perdagangan.
Diakses dari https://.bps.go.id.

62
Bashir, A. (2011). Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Perekonomian Daerah
Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Selatan. Kajian Ekonomi, 10(2), 1–
35.

Basuki, A.T. dan N Parwoto. 2016. Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi
dan Bisnis(Dilengkapi Aplikasi SPSS dan Eviewa). Edisi satu. Cetakan satu.
Rajawali Pers.akarta. BPFE. Yogyakarta.

Chygryn, O. (2018). Assessment Of Fiscal Decentralization Influence on Social


and Economic Development. Montenegrin Journal Of Economics Vol 14
No.4 Hal.69-84.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Beberapa Provinsi Sumatera Bagian


Selatan .2010-2019. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah: Diakses
dari http://www.djpk.kemenkeu.go,id/portal/data/apbd.

Fadzil, F. H., & Nyoto, H. (2011). Fiscal Decentralization After Implementation


of Local Government Autonomy in Indonesia. World Review of Business
Research, 1(2), 51–70.

Gemmell (2018). Fiscal Desentralization And Economic Growth:Spending Versus


Revenue Decentralization. Economy Inquiry, Vol.51 No.4.

Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang:


Badan Penerbit.

Gujarati, D.N., 2012, Dasar-dasar Ekonometrika, Terjemahan Mangunsong, R.C.,


Salemba Empat, Buku 2, Edisi 5, Jakarta.

Halim, Abdul. (2001). Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah, UPP AMP
YKPN: Yogyakarta.

Handayani, T., Susetyo, D., & Saleh, M. S. (2019). Pengaruh Belanja Modal,
Infrastruktur dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Produk Domestik
Regional Bruto di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, 15(2), 92–100. https://doi.org/10.29259/jep.v15i2.8837.

Hariani, E., & Febriyastuti, R. (2020). The Effect of Fiscal Stress, Original Local
Government Revenue and Capital Expenditures on Efficiency Ratio of
Government Independence Performance. Jurnal Ekonomi Dan Studi
Pembangunan,12(1), 18–25. https://doi.org/10.17977/um002v12i12020p018.

63
Hasonav. (2016). Impact of Fiscal Decentralization on Non-Oil Economic Growth
in a ResourceRich Economy.Eurasian Journal of Business and Economics
2016, 9 (17), 87-108.

Harsono, J. (2020). Analisis Kemampuan Dan Kemandirian Keuangan. Jurnal


Manajemen Ekonomi Universitas Raya Jakarta 6(2), 182–191.

Haryati, Sri. (2009). Pertumbuhan Kredit Perbankan Di Indonesia: Intermediasi


Dan Pengaruh Variabel Makro Ekonomi. Jurnal Keuangan Dan Perbankan,
Vol. 13(2), 299-310. Sekolah Tinggi Ekonomi Perbanas Surabaya.

Hasan, P. (2014).Desentralisasi Fiskal dan Tingkat Kemandirian Daerah .Jurnal


Wacana Kinerja, Vol.17. Edisi 2.PKP2A 1 LAN: Jawa Barat.

Jhingan, ML. (2014). Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

K., Ariansyah, M., Amir, A., & Achmad, E. (2014). Jurnal Ariansyah (Hal 159 -
164). 1(3), 159–164:Jambi.

Kolinug,Ferly Christian,dkk. (2015). Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum dan


Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemerintah Daerah di Kota
Manado. Unsrat Vol 17 No 2.

Ladjin, N. (2008). Analisis Kemandirian Fiskal di Era Otonomi Daerah (Studi


Kasus di Propinsi Sulawesi Tengah). Program Magister Ilmu Ekonomi Dan
Studi Pembangunan,September,1–123.eprints.undip.ac.id/18492/1/Nurjanna
Ladjin.

Mala, V. S. N., Suyadi, B., & Sedyati, R. N. (2017). Analisis Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja Berdasarkan Kegiatan Ekonomi Masyarakat Desa Tegalsari
Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi Tahun 2015. Jurnal
Pendidikan Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekonomi Dan
Ilmu Sosial, 11(1), 130. https://doi.org/10.19184/jpe.v11i1.5014.

Mankiw, Gregory. (2006). Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Raselawati, Ade. (2011). Pengaruh Usaha Kecil Menengah Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM di Indonesia. Repository
Universitas Islam Negeri Jakarta. Diunduh pada Jumat 12/01/2018.

Rosadi, R., & Suardy, W. (2005). Analisis Kelayakan Kredit Investasi Studi
Kasus pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Bogor. Februari, 25–36.

64
Ryan Ezkirianto dan M. Findi A. (2013). Analisis Keterkaitan Antara Indeks
Pembangunan Manusia dan Pdrb Per Kapita Di Indonesia. Jurnal Ekonomi
dan Kebijakan Pembangunan, 2(1), 8–22.

Sabilla, K., & Jaya, W. (2014). Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Per Kapita Regional di Indonesia. Jurnal Ekonomi &
Studi Pembangunan (Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Malang), 15(1), 12–22.
https://doi.org/10.18196/jesp.15.1.1233

Saputra, B., Amzar, Y. V., & H.P, P. (2015). Analisis Pengaruh Kemandirian
Keuangan Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten dan Kota di
Provinsi Jambi. Ekonomi Regional, 10(2), 145–151.

Sari, L. N., Susetyo, D., & Syirod, M. (2016). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum, Kredit Konsumsi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi :
Studi kasus di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2006-2015. Jurnal Ekonomi
Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi Dan Pembangunan, 14(1), 1–7.

Sasana, H. (2006). Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di


Kabupaten/ Kota. Dinamika Pembangunan, Volume 3 N, 145–170.

Setiawan, F., & Aritenang, A. F. (2019). The impact of Fiscal Decentralization on


Economic Performance in Indonesia. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 340(1). https://doi.org/10.1088/1755-
1315/340/1/012021,

Simanjuntak, Payaman J. 2005, Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta:


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soleh, A., & Ardilla, A. (2018). Peran Desentralisasi Fiskal Terhadap IPM dan
Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Jambi.

Sukirno, Sadono. (2013). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah.2010-2019.Indikator Ekonomi.Diakses


dari https://www.bi.go.id/id/statistik/sekda/StatistikRegional.aspx?idprov=16

Woyanti, N. (2013). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan UMP Terhadap

65
Kemiskinan di Jawa Tengah Pra dan Pasca Desentralisasi Fiskal. Media
Ekonomi Dan Manajemen, 28(2), 28–43.

66
LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Variabel Penelitian


LN TPAK
Tahun PDRB (Miliar) PDRB(%) KF (%) (%) KP(%)
2010 194.012,97 12.17 19.12 70.23 3.50
2011 206.360,70 12.23 17.43 71,15 3.91
2012 220.459,20 12.30 19.87 69,56 4.14
2013 232.175,05 12.35 19.59 66,5 4.32
2014 243.297,77 12.40 19.08 68,85 4.56
SUMSEL
2015 254.044,88 12.45 23.36 68,53 4.66
2016 266.857,40 12.49 23.00 71,59 4.71
2017 281.571,01 12.54 23.29 67,52 4.83
2018 298.569,69 12.60 28.9 67,54 4.86
2019 315.622,62 12.66 24.21 66,14 4.90
2010 23.252,43 10,05 14.23 67,67 2.65
2011 28.992,31 10,27 14.24 66,38 3.12
2012 29.548,63 10,29 14.86 65,59 3.25
2013 33.948,75 10,43 14.72 62,65 3.53
2014 36.836,05 10,51 16.07 65,07 3.61
JAMBI
2015 40.109,07 10,59 20.38 66,14 3.70
2016 45.462,43 10,72 19.53 67,54 3.73
2017 50.003,49 10,81 19.89 67,52 3.85
2018 54.534,15 10,9 21.45 68,46 3.85
2019 56.281,87 10,93 20,6 66,09 3.91
2010 28.352.571,99 17,16 16.13 71,86 1.89
2011 30.295.054,20 17,22 13.80 70,22 2.29
2012 32.363.037,83 17,29 12.87 70,14 2,66
2013 34.326.371,68 17,35 12.41 67,59 2.75
BENGKUL 2014 36.207.145,91 17,4 12.53 68,30 2.85
U 2015 38.066.005,72 17,45 16.07 70,70 2.95
2016 40.076.543,83 17,5 13.76 72,69 3.04
2017 42.073.515,59 17,55 15.7 69,30 3.23
2018 44.171.161,19 17,6 21.28 70,27 3.23
2019 46.362.327,16 17,65 20.13 70,09 3.32
2010 141.284.733,00 18,76 15 67,95 3.65
2011 160.437.501,38 18,89 16.33 65,27 3.65
LAMPUNG
2012 170.769.206,61 18,95 20.19 66,30 3.77
2013 180.620.007,69 19,01 25.25 64,84 3.83

67
2014 189.797.490,92 19,06 23.41 66,69 4.00
2015 199.536.917,00 19,11 26.40 65,60 4.11
2016 209.793.728,29 19,16 22.57 69,61 4.18
2017 220.626.096,76 19,21 22.8 67,83 4.22
2018 232.207.677,93 19,26 26.90 69,67 4.36
2019 244.436.794,49 19,31 28.37 69,09 4.40
2010 35.561.904,17 17,38 16.26 66,53 1.49
2011 37.637.146,94 17,44 17.90 68,40 2.00
2012 39.732.922,94 17,49 17.85 63,38 2.16
2013 41.802.516,20 17,54 18.03 65,32 2.48
2014 43.750.947,76 17,59 18.31 65,45 2.64
BABEL
2015 45.547.978,63 17,63 21.11 66,71 2.68
2016 47.429.260,65 17,67 19.42 68,93 2,72
2017 49.571.204,68 17,71 21.49 66,72 2.76
2018 51.872.162,87 17,76 23.35 67,79 3.13
2019 53.602.412,58 17,79 22.53 67,89 3.28

Lampiran 2: Hasil Regresi Data Panel

1. Common Effect Model

Dependent Variable: PDRB?


Method: Pooled Least Squares
Date: 07/12/21 Time: 18:29
Sample: 2010 2019
Included observations: 10
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 50

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

KF? 0.029770 0.195323 0.152413 0.8795


TPAK? 0.191344 0.035295 5.421254 0.0000
KP? 0.475685 1.015856 0.468260 0.6418

R-squared 0.041079 Mean dependent var 15.41160


Adjusted R-squared 0.000274 S.D. dependent var 3.349335
S.E. of regression 3.348877 Akaike info criterion 5.313252
Sum squared resid 527.1039 Schwarz criterion 5.427973
Log likelihood -129.8313 Hannan-Quinn criter. 5.356938
Durbin-Watson stat 0.015443

68
2. Fixed Effect Model

Dependent Variable: PDRB?


Method: Pooled Least Squares
Date: 07/12/21 Time: 18:31
Sample: 2010 2019
Included observations: 10
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 50

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 13.39544 0.475338 28.18089 0.0000


KF? 0.014377 0.005201 2.764215 0.0084
TPAK? 0.007247 0.006838 1.059878 0.2953
KP? 0.318852 0.039251 8.123426 0.0000
Fixed Effects (Cross)
_SUMSEL--C -3.190906
_JAMBI--C -4.699798
_BENGKULU--C 2.395389
_LAMPUNG--C 3.459319
_BABEL--C 2.035998

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.999550 Mean dependent var 15.41160


Adjusted R-squared 0.999475 S.D. dependent var 3.349335
S.E. of regression 0.076728 Akaike info criterion -2.151461
Sum squared resid 0.247260 Schwarz criterion -1.845537
Log likelihood 61.78652 Hannan-Quinn criter. -2.034963
F-statistic 13332.61 Durbin-Watson stat 0.731478
Prob(F-statistic) 0.000000

68
3. Random Effect Model
Dependent Variable: PDRB?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/12/21 Time: 18:33
Sample: 2010 2019
Included observations: 10
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 50
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 13.39508 3.180849 4.211166 0.0001


KF? 0.014377 0.005201 2.764221 0.0082
TPAK? 0.007252 0.006838 1.060606 0.2944
KP? 0.318857 0.039250 8.123638 0.0000
Random Effects (Cross)
_SUMSEL--C -3.190875
_JAMBI--C -4.699733
_BENGKULU--C 2.395354
_LAMPUNG--C 3.459278
_BABEL--C 2.035977

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 7.032730 0.9999


Idiosyncratic random 0.076728 0.0001

Weighted Statistics

R-squared 0.849897 Mean dependent var 0.053171


Adjusted R-squared 0.840107 S.D. dependent var 0.185724
S.E. of regression 0.074265 Sum squared resid 0.253702
F-statistic 86.81861 Durbin-Watson stat 0.712995
Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.014985 Mean dependent var 15.41160


Sum squared resid 541.4472 Durbin-Watson stat 0.000334

69
4. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: PANEL
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 0.094221 3 0.9925

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

KF? 0.014377 0.014377 0.000000 0.9995


TPAK? 0.007247 0.007252 0.000000 0.7990
KP? 0.318852 0.318857 0.000000 0.9821

Cross-section random effects test equation:


Dependent Variable: PDRB?
Method: Panel Least Squares
Date: 07/12/21 Time: 18:35
Sample: 2010 2019
Included observations: 10
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 50

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 13.39544 0.475338 28.18089 0.0000


KF? 0.014377 0.005201 2.764215 0.0084
TPAK? 0.007247 0.006838 1.059878 0.2953
KP? 0.318852 0.039251 8.123426 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.999550 Mean dependent var 15.41160


Adjusted R-squared 0.999475 S.D. dependent var 3.349335
S.E. of regression 0.076728 Akaike info criterion -2.151461
Sum squared resid 0.247260 Schwarz criterion -1.845537
Log likelihood 61.78652 Hannan-Quinn criter. -2.034963
F-statistic 13332.61 Durbin-Watson stat 0.731478
Prob(F-statistic) 0.000000

70
5. Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Pool: CEMBRU
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 22311.784931 (4,42) 0.0000


Cross-section Chi-square 383.098276 4 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:


Dependent Variable: PE?
Method: Panel Least Squares
Date: 07/12/21 Time: 18:38
Sample: 2010 2019
Included observations: 10
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 50

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -6.083276 17.10121 -0.355722 0.7237


KF? 0.010974 0.204121 0.053764 0.9574
PTK? 0.276193 0.241175 1.145201 0.2580
KP? 0.651865 1.138772 0.572428 0.5698

R-squared 0.043709 Mean dependent var 15.41160


Adjusted R-squared -0.018657 S.D. dependent var 3.349335
S.E. of regression 3.380436 Akaike info criterion 5.350505
Sum squared resid 525.6579 Schwarz criterion 5.503467
Log likelihood -129.7626 Hannan-Quinn criter. 5.408753
F-statistic 0.700844 Durbin-Watson stat 0.031253
Prob(F-statistic) 0.556384

71
6. Uji Lagrage Multiplier
Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives

Test Hypothesis
Cross-section Time Both

Breusch-Pagan 142.4326 1.483720 143.9163


(0.0000) (0.2232) (0.0000)

Honda 11.93451 -1.218080 7.577663


(0.0000) -- (0.0000)

King-Wu 11.93451 -1.218080 9.254446


(0.0000) -- (0.0000)

Standardized Honda 17.35778 -1.017826 6.460848


(0.0000) -- (0.0000)

Standardized King-Wu 17.35778 -1.017826 9.248976


(0.0000) -- (0.0000)

Gourierioux, et al.* -- -- 142.4326


(< 0.01)

*Mixed chi-square asymptotic critical values:


1% 7.289
5% 4.321
10% 2.952

7. Uji Multikolinearitas
_SUMSEL _JAMBI _BENGKULU _LAMPUNG _BABEL

_SUMSEL 1.000000 -0.117764 0.088359 0.554267 0.677220


_JAMBI -0.117764 1.000000 0.294388 -0.349033 -0.644901
_BENGKULU 0.088359 0.294388 1.000000 -0.099665 -0.198237
_LAMPUNG 0.554267 -0.349033 -0.099665 1.000000 0.704623
_BABEL 0.677220 -0.644901 -0.198237 0.704623 1.000000

72
8. Uji Heterokedastisitas
Dependent Variable: RESID?^2
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/12/21 Time: 20:31
Sample: 2010 2019
Included observations: 10
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 50
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.020717 0.043361 0.477773 0.6351


KF? 9.93E-05 0.000484 0.205021 0.8385
TPAK? -0.000104 0.000616 -0.168938 0.8666
KP? -0.002707 0.003148 -0.859723 0.3944
Random Effects (Cross)
_SUMSEL--C -0.001709
_JAMBI--C 0.006718
_BENGKULU--C -0.003125
_LAMPUNG--C -0.000250
_BABEL--C -0.001634

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0.003907 0.2157


Idiosyncratic random 0.007449 0.7843

Weighted Statistics

R-squared 0.025743 Mean dependent var 0.002594


Adjusted R-squared -0.037795 S.D. dependent var 0.007468
S.E. of regression 0.007608 Sum squared resid 0.002663
F-statistic 0.405160 Durbin-Watson stat 0.921905
Prob(F-statistic) 0.749985

Unweighted Statistics

R-squared 0.060349 Mean dependent var 0.005023


Sum squared resid 0.003488 Durbin-Watson stat 0.703681

73
9. Autokorelasi

Dependent Variable: PDRB


Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/13/21 Time: 13:45
Sample: 2010 2019
Periods included: 10
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 50
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 13.72480 1.680833 8.165478 0.0000


KF 0.047428 0.015683 3.024133 0.0041
TPAK 3.43E-05 4.00E-05 0.857107 0.3958
KP 0.229367 0.114508 2.003070 0.0511

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 3.700688 0.9959


Idiosyncratic random 0.237547 0.0041

Weighted Statistics

R-squared 0.478802 Mean dependent var 0.313443


Adjusted R-squared 0.444811 S.D. dependent var 0.319432
S.E. of regression 0.238012 Sum squared resid 2.605882
F-statistic 14.08608 Durbin-Watson stat 2.105478
Prob(F-statistic) 0.000001

Unweighted Statistics

R-squared -0.027046 Mean dependent var 15.44480


Sum squared resid 574.7864 Durbin-Watson stat 0.009546

74

Anda mungkin juga menyukai