SKRIPSI
NUR AMAL
1396140011
SKRIPSI
NUR AMAL
1396140011
i
ii
iii
iv
MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
v
KATA PENGANTAR
berjudul “Pengaruh Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi dan PDRB Terhadap
Penulisan Skripsi ini di maksudakan untuk memenuhi salah satu syarat guna
bimbingan dan motivasi serta bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun
materil. Oleh karena itu, teristimewa sembah sujud penulis menyampaikan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada orang tuaku tercinta dan tersayang Ayahanda
Abd. Kadir MP., dan Ibunda Mulhiyah Toaha serta segenap keluarga besar kedua
belah pihak atas segala pengorbanannya selama ini yang penuh dengan kesabaran
keihlasan setiap saat mendidik dan membesarkan penulis dalam suka maupun
duka serta memberikan curahan kasih sayang yang tak bertepi lewat doa dan tetes
juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus,
khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Husain Syam, M.T.P., selaku Rektor Universitas Negeri
Makassar.
vi
3. Bapak Dr. Basri Bado, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi
4. Ibu Dr. Sri Astuty, S.E., M.Si., selaku Pembimbing I yang dengan senang hati
5. Bapak Andi Samsir, S.Pd., M.Si. Selaku Pembimbing II yang dengan senang
6. Ibu Citra Ayni Kamaruddin, S.P., M.Si. selaku Penanggap I yang memberikan
7. Bapak Dr. Abd. Rahim, S.P., M.Si., Bapak Abdul Hakim, S.Ag., M.Ag.,
Bapak Muhammad Imam Ma’ruf, S.P., M.Sc., Bapak Syamsu Alam, S.Si.,
Fakultas Ekonomi yang tidak penulis sebutkan namanya, terima kasih atas
8. Kepala Kantor Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan beserta para
Budiman Kadir dan Nurul Huda Kadir yang selama ini banyak memberikan
vii
10. Sri Rezky Purwitasari dan keponakan tercinta Nurul Afika Ananda Muhajir
2013, khususnya Dinda Intan Maharani, S.E., Dirga Hidayat, S.E., Nur
Rahmat Hidayat, S.E., Wifrah Indah Fauziah, S.E., Novitasary Joni , Edy
Astriadi, S.E., Risman, S.E., Likmar Rap Sanjani, S.E., Suciati Tono
palangngan, S.E., dan Iksan Riansa, yang selama ini banyak memberikan
12. Sahabat-Sahabat tercinta Evie Puspitha Ningsih Amd. Keb, Rizka Widya
Wiratama Putri Hakim, Nisha Syahadi, Ade Ayu Cahyani yang telah
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang
magfirahnya. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, tiada balasan
yang dapat diberikan penulis, kecuali kepada Allah SWT., penulis harapkan
balasan dan semoga bernilai pahala di sisi-Nya. Semoga skripsi ini dapat
Penulis
viii
ABSTRAK
Kata kunci: Permintaan Kredit Modal Kerja, Suku Bunga Kredi Modal Kerja
Inflasi dan PDRB
ABSTRACT
The aim of this study is to find out how the effect of interest rates on
working capital loans, inflation and GRDP to wards the demand for working
capital loans in South Sulawesi Province. The data used is time series data, which
is 2005-2014 period. In analyzing the effect of interest rate of working capital
loans, inflation and GRDP on demand for working capital credit, then used
analysis with statistical test and classical assumption test.
The results of this study shows that the contribution of independent
variables to the dependent variable is 78.5 percent. Simultaneously, variable of
interest rate of working capital loans, inflation and GRDP significantly to demand
of working capital credit. While partially, interest rates on working capital loans
and inflation are not significant to wards the demand for working capital loans.
GRDP is partially significant to the demand for working capital loans.
ix
RINGKASAN
Suku bunga kredit modal kerja, inflasi, PDRB berperan penting terhadap
permintaan kredit. Kredit modal kerja merupakan fasilitas kredit modal kerja yang
diberikan baik dalam rupiah maupun valuta asing untuk memenuhi modal kerja
yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal 1 tahun.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
suku bunga kredit modal kerja, inflasi dan PDRB terhadap permintaan kredit
modal kerja di Sulawesi Selatan. Data yang digunakan adalah data runtun waktu,
yaitu periode tahun 2005-2014. Dalam menganalisis pengaruh suku bunga kredit
modal kerja, inflasi dan PDRB terhadap Permintaan kredit modal kerja, maka
digunakan metode analisis regresi berganda kemudian uji statistik dan uji asumsi
klasik.
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
penelitian pustaka. Penelitian pustaka merupakan suatu metode penelitian untuk
memperoleh informasi dari literatur yang terkait dengan penelitian ini, seperti
jurnal penelitian, skripsi, dan buku terbitan lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini, serta data-data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Bank Indonesia (BI).
Dengan menggunakan uji statistik ditemukan hasil bahwa koefisien
determinasi adjusted R2 sebesar 0,785 atau 78,5 persen. Hal tersebut menunjukkan
bahwa variabel bebas pada model dapat menjelaskan sebesar 78,5 persen terhadap
naik-turunnya variabel terikat sedangkan sisanya sebesar 21,5 persen ditentukan
oleh variabel lain diluar model.
Uji sifat yang lain adalah uji F dan uji t. Uji F digunakan untuk menguji
pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil uji F
menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel, berarti secara simultan (bersama-sama)
variabel-variabel bebas (suku bunga kredit modal kerja, inflasi, dan PDRB)
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Permintaan Kredit Modal Kerja),
sedangkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel suku bunga
kredit modal kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel permintaan
kredit modal kerja. Variabel inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel
permintaan kredit modal kerja. Variabel PDRB berpengaruh signifikan terhadap
variabel permintaan kredit modal kerja.
Dengan menggunakan uji asumsi klasik dihasilkan bahwa dari hasil uji
multikolinearitas menggunakan metode Variance Inflaction Factor (VIF)
menunjukkan tidak terjadinya multikolinearitas pada suku bunga kredit,
pendapatan perkapita, dan inflasi karena nilai VIF dari ketiga variabel tersebut
lebih kecil dari 10, sedangkan uji autokorelasi menggunakan Durbin Watson
menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada periode penelitian dengan
periode sebelumnya.
x
SUMMARY
xi
DAFTAR ISI
MOTTO .................................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................ ix
RINGKASAN ........................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
2.2.3. Inflasi.................................................................................................. 22
xii
2.2.4. Produk Domestik Regional Bruto ...................................................... 25
xiii
BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan ..................................................................................................56
5.2.Saran .............................................................................................................56
LAMPIRAN ........................................................................................................59
xiv
DAFTAR TABEL
2010-2014…………………………………………………………5
Tabel 4.1 Rata-rata Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi dan PDRB
Tabel 4.2 Pengaruh Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi dan PDRB
Sulawesi Selatan............................................................................ 47
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pertumbuhan kredit modal kerja di Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Gambar 2.1 Kurva Teori Klasik Tentang Penentuan Suku Bunga ................. 18
Gambar 4.1 Trend Pertumbuhan Permintaan Kredit Modal Kerja, Suku Bunga
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran.1 Data Permintaan Kredit Modal Kerja, Suku Bunga Kredit modal
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
melakukan usaha di bidang perekonomian atau bisnis baik itu usaha dengan ruang
usaha dari suatu perusahaan, maka akan dirasakan perlu adanya sumber-sumber
tersebut. Dengan demikian dana yang diperlukan untuk suatu kegiatan usaha dapat
di sebut juga sebagai faktor produksi yang sejajar dengan faktor-faktor produksi
lainnya seperti tenaga kerja, mesin-mesin, bahan baku, teknologi, manajemen dan
lain sebagainya.
1
2
dan menjamin kelangsungan hidup usahanya. Untuk itu, investasi atau penanaman
ini bersumber dari tabungan perusahaan, yaitu dana yang diperoleh dari
dapat menjadi lembaga intermediasi keuangan yang baik dan berperan penting
Indonesia. Oleh karena itu pemerintah melalui jasa perbankan berupaya untuk
kegiatan ekonomi pada umumnya, melalui pemberian bantuan berupa kredit atau
pinjaman modal bagi para pelaku usaha baik usaha dengan skala besar, menengah
maupun kecil.
Kredit merupakan salah satu bagian penciptaan dana yang diberikan oleh
dari usaha yang akhirnya akan memperbesar keuntungan yang diperoleh. Dengan
ekonomi nasional.
Salah satu jenis kredit yang banyak menarik nasabah di Provinsi Sulawesi
Selatan adalah kredit modal kerja (kmk), karena kredit jenis ini dijadikan sebagai
masyarakat terhadap kredit modal kerja sangat meningkat. Kredit modal kerja
(kmk) yang dimiliki oleh bank adalah fasilitas kredit yang diberikan untuk
memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus. Usaha dan
kebutuhan modal kerja yang bersifat khusus seperti untuk membiayai inventory/
37,17
29,17
27,32
21,14
12,01 12,02
4,26
Selatan dan Sulawesi Tengah berfluktuasi pada tahun 2010-2014. Namun secara
dengan pertumbuhan kmk di Sulawesi Tengah, dapat dilihat dari data yang
diperoleh bahwa ada perbedaan antara kota berkembang dan kota yang sedang
2011 dan terendah di tahun 2013. Sama halnya di Sulawesi Tengah pertumbuhan
kmk tertinggi berada pada tahun 2011 dan terendah berada pada tahun 2013.
Hal ini juga disebabkan oleh peran Sulawesi Selatan sebagai provinsi yang
menjadi pusat pembangunan ekonomi di kawasan timur Indonesia. Hal ini dapat
ditinjau oleh kasat mata dari besarnya volume pertumbuhan kredit modal kerja di
Besarnya permintaan kredit modal kerja yang di terima oleh bank umum,
suku bunga kredit modal kerja, inflasi, dan besarnya PDRB di Sulawesi Selatan
Tabel 1.1. Perkembangan Permintaan Kredit Modal kerja, Suku Bunga Kredit
Modal Kerja, Inflasi dan PDRB Periode 2010-2014
kredit Modal Suku Bunga
Inflasi PDRB
Tahun Kerja kmk
(%) (Miliar Rp)
(Juta Rp) (%)
2010 15.386.838 12.83 6,64 171.740,70
2011 21.106.394 12.16 2,85 185.708.50
2012 26.873.793 11.49 4,49 202.184,60
2013 28.019.594 12.12 6,22 217.618,40
2014 31.387.394 12.79 5,88 234.084,00
Sumber: Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Dan Badan Pusat Statistik Sulsel (2015)
hal tersebut, maka dibuktikan bahwa kredit modal kerja sangat penting bagi
(Widyawati, 2015).
Lain halnya dengan Suku bunga kredit modal kerja dan inflasi yang
cenderung mengalami fluktuasi selama periode lima tahun terakhir dan PDRB
Sulawesi Selatan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan kredit adalah suku bunga
yang diberikan oleh bank. Menurut Armani (2007) mengemukakan bahwa suku
bunga kmk adalah balas jasa kepada orang yang menanggung atau balas jasa
6
yang diterima oleh bank apabila bank memberikan kredit. Jika suku bunga kredit
suku bunga kredit rendah, maka semakin banyak jumlah permintaan kredit ke
bank. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 yakni pada tahun 2010 suku bunga kredit
modal kerja sebesar 12,83% permintaan kredit sebesar Rp. 15.386.838 miliar.
Dibandingkan tahun 2012 melalui suku bunga kmk sebesar 11,49% permintaan
inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus
menurus. Oleh karena itu, inflasi sering menjadi target kebijakan pemerintah.
Inflasi yang tinggi begitu penting untuk diperhatikan mengingat dampaknya bagi
perekonomian yang bisa menimbulkan ketidakstabilan. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 1.1 yakni pada tahun 2010 inflasi sebesar 6,64% permintaan kredit sebesar
Lain halnya dengan PDRB yang juga salah satu faktor yang berpengaruh
akan menurunkan permintaan kredit. Hal ini dapat dilihat pada table 1.1 yakni
pada tahun 2010 PDRB kredit sebesar 171.740,70 rupiah dan permintaan kredit
7
sebesar Rp. 15.386.838 miliar. Dibandingkan tahun 2015 melalui PDRB kredit
sebesar 234.084,00 rupiah dan permintaan kredit modal kerja sebesar Rp.
31.387.394 miliar.
yang khususnya hal ini menyangkut permintaan kredit modal kerja berperan
ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat suku bunga yang berlaku saat itu,
perubahan laju inflasi, dan peningkatan PDRB. Olehnya itu di anggap perlu untuk
1.1.Rumusan Masalah
TINJAUAN PUSTAKA
yaitu tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Inflasi terhadap
jumlah kredit yang disalurkan oleh bank-bank umum di Indonesia. Data yang
digunakan dalam penelitianini adalah tingkat suku bunga SBI selama kurun waktu
2007 sampai dengan 2011, demikian pula halnya dengan tingkat inflasi yang
disample, yaitu dari tahun 2007sampai dengan 2011. Sedangkan metode yang
Fit Test) yang digunakan untukmengukur ketepatan fungsi regresi dalam menaksir
nilai aktual, uji F (F test) yaitu untuk mengetahui apakah variabel bebas
berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat, serta uji
t (t Test) yaitu untuk menguji hipotesis pengaruh secara individual variabel bebas
yang terdapat dalam persamaan regresi terhadap nilai variabel terikat. Hasil
signifikan terhadap kredit sehingga hipotesis 1(H1) bahwa suku bunga SBI
berpengaruh terhadap kredit diterima. Dengan demikian kenaikan suku bunga SBI
akan menurunkan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di Indonesia.
9
10
inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan
Kredit Modal Kerja Terhadap Posisi Kredit Modal Kerja”. Penelitian ini
menggunakan model analisis regresi berganda dengan metode uji t dan uji F.
kelompok bank persero dari tahun 2006 hingga 2009. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa variabel DPK dan suku bunga kredit modal kerja
probabilitas sebesar 0.0000 pada derajat keyakinan 5%. Variabel suku bunga
pengaruh Produk Domestik regional Bruto, Suku Bunga, Inflasi dan variabel
Dondo (2013) “Suku Bunga Kredit Modal Kerja dan Tingkat Inflasi
Terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja Pada Bank Umum di Indonesia”.
Penelitian ini menggunakan data sekunder bulanan pada waktu 2009 samapi
desember 2011 dengan model regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil
(Ordinary Least Square). Penelitian ini menyimpulkan suku bunga kredit modal
kerja dan tingkat laju inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah alokasi
Kredit Modal Kerja PT. Bank Sumut Oleh Usaha Kecil Dan Menengah Di
Medan”. Hasil analisis yang diperoleh adalah variabel tingkat suku bunga kredit
modal keja (X1) berpengaruh cukup nyata terhadap permintaan kredit modal kerja
PT. Bank Sumut Cabang Medan oleh usaha kecil dan menengah. Dan koefisien
tingkat suku bunga berpengaruh negative terhadap permintaan kredit modal kerja.
Kredit Perbankan Pada Bank Umum Di Provinsi Jawa Timur”. Hasil analisis
yang diperoleh bahwa hasil penelitian hubungan jangka pendek variabel PDRB,
permintaan kredit.
12
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap penyaluran kredit pada bank-
bank umum di Sulawesi Selatan, (2) Pengaruh suku bunga Bank Indonesia
dilakukan melalui penelitian pustaka dan data sekunder. Metode analisis yang
penelitian diperoleh melaui ujian simultan (uji-F) variable PDRB, Suku Bunga
Bank Indonesia, Inflasi dan Dana Pihak Ketiga Berpengaruh signifikan terhadap
melalui uji parsial (uji-t) hanya variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
Selatan, hal tersebut di tinjukkan dari nilai signifikan sebesar 0,013 lebih kecil
dari 0,05.
dapat diterangkan dengan menggunakan teori kuantitas dan teori sisa tunai. Teori
tujuan masyarakat dalam meminta uang. Salah satu aspek penting dari teori
2000).
Teori permintaan uang klasik tercermin dalam teori kuantitas uang. Pada
awal mulanya teori ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa seseorang
menyimpan uang kas, tetapi lebih pada peranan dari uang itu sendiri (Nopirin,
2014). Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang pada
persamaan 2.8:
MV = PT ............................................................................... (2.8)
Di mana:
yang sempit. Ini berarti M sama dengan jumlah uang kertas, logam, dan uang giral
tangan dalam satu tahun. Faktor terakhir dalam persamaan diatas yaitu T,
menunjukkan jumlah barang-barang jadi dan barang setengah jadi yang diperjual
Singkatnya PT bukan meliputi pendapatan nasional saja, tetapi juga nilai barang-
14
barang . ini berarti PT selalu lebih besar dari pada pendapatan nasional (Sukirno,
2003).
secara teliti dan luas dibandingkan dengan para pendahulu. Permintaan akan uang
secara teori memiliki hubungan negatif dengan tingkat bunga dan memiliki
hubungan positif dengan pendapatan. Keynes merupakan salah satu pencetus teori
permintaan uang yang meskipun bisa dikatakan bahwa teori uang Keynes adalah
sesuatu yang berbeda dengan teori moneter tradisi klasik. Pada hakekatnya
perbedaan ini terletak pada penekanan pada fungsi uang, Keynes berpendapat
bahwa fungsi uang tidak hanya sebagai media pertukaran (means of exchange)
tetapi juga sebagai penyimpan nilai (store of value). Teori ini kemudian dikenal
dengan nama teori Liquidity Preference. Dalam teori Keynes dikenal tiga motif
tiga motivasi orang memegang atau meminta uang antara lain sebagai berikut:
pendapatan naik maka kebutuhan uang untuk transaksi meningkat karena tidak
bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung dari
uang untuk persiapan menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan atau tidak
terduga. Esensi dari motif ini adalah adanya faktor ketidakpastian (uncertainty)
di masa datang. Misalnya sakit atau berhenti bekerja. Permintaan uang untuk
upaya mencari keuntungan. Peluang keuntungan akan diperoleh bila uang yang
diminta dibelikan obligasi yang jatuh temponya tidak terbatas (consol bond)
dan tidak memiliki resiko tinggi. Dari pembelian obligasi tersebut akan
2014).
16
bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai
Bunga bank dapat di artikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada
nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah
Dalam kegiatan perbankan sehari– hari, ada dua macam bunga yang diberikan
1. Bunga Simpanan
Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik
simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa, kepada
nasabah yang menyimpan uangnya dibank. Sebagai contoh jasa giro, bunga
2. Bunga Pinjaman
harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Bagi bank
bunga pinjaman merupakan harga jual dan contoh harga jual adalah bunga kredit.
Suku bunga menurut teori ekonomi Klasik, bunga merupakan nilai balas jasa
dari modal. Dalam teori klasik, stock barang modal di campuradukkan dengan
langka modal, maka semakin tinggi tingkat suku bunga. Sebaliknya, semakin
Selain itu, teori klasik juga mengasumsikan bahwa tabungan adalah fungsi
dari tingkat bunga. Jadi, semakin tinggi tingkat suku bunga maka keinginan
masyarakat untuk menabung akan meningkat. Artinya dengan tingkat suku bunga
yang lebih tini masyarakat akan lebih mendorong untuk mengorbankan atau
Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi
tingkat suku bunga maka keinginan untuk melakukan kegiatan investasi akan
semakin kecil. Karena tingkat suku bunga tersebut merupakan biaya atas
penggunaan atas dana investasi (cost of capital) yang harus di bayarkan oleh
makin rendah suku bunga, maka pengusaha akan terdorong melakukan kegiatan
berada dalam keadaan full employment. Dalam keadaan full employment itu
seluruh kapasitas produksi sudah digunakan secara penuh dalam proses produksi.
kata lain, dalam teori Klasik sektor moneter terpisah sama sekali dari sektor riil
dan tidak ada pengaruh timbal balik antara kedua sektor tersebut. Secara grafik
Gambar 2.1
Tingkat Bunga
r1 E1 S1
r0 E0
r2 E2 I1
0 I0 I2 I1 Jumlah Dana
Gambar 2.1 Teori Klasik tentang penentuan suku bunga (Sukirno, 2013)
menentukan suku bunga ditunjukkan dalam Gambar 2.1. kurva S dan I berturut–
turut adalah kurva penawaran dana modal (penawaran tabungan) dan permintaan
dan ini menunjukkan bahwa jumlah dana modal yang akan diinvestasikan adalah
I0 dan suku bunga adalah r0. Kalau dimisalkan permintaan terhadap modal
pindah ke E1 yang berarti suku bunga naik dari r0 menjadi r1 dan dana yang
suku bunga turun dari r0 kepada r2 dan dana yang diinvestasikan bertambah
menjadi I2.
19
Dari jabaran teori klasik diatas, maka dapat di simpulkan bahwa suku
investasi maupun tabungan. Dimana jika dilihat kembali dari jabaran teori klasik
yaitu apabila tabungan akan diingkatkan maka suku bunga harus di naikkan atau
apabila investasi di tingkatkan maka suku bunga harus di turunkan. Namun, kaum
klasik menekankan pada pasar barang dimana bila suku bunga ditingkatkan maka
diharapkan akan meningkat pula investasi. Dan akibatnya akan meninkatkan pula
besar dari bunga yang diambil, inilah alasan mengapa orang tetap
moneter. Artinya, tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan
akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan memengaruhi kegiatan
investasi dan dengan demikian akan memengaruhi GNP. Sedang menurut teori
susunan dari kekayaan mereka (berapa besar dari kekayaan mereka akan di
wujudkan dalam bentuk uang kas, tabungan dan surat berharga). Akan
dalam dua bentuk, yaitu uang kas dan surat berharga (obligasi). Keuntungan
apabila kekayaan diwujudkan dalam bentuk uang kas adalah kemudahan dalam
melakukan transaksi sebab uang kas merupakan alat pembayaran yang paling
likuid. Likuid diukur dengan kecepatan menukar kekayaan dalam bentuk alat
pembayaran (untuk transaksi) tanpa adanya kerugian nilai. Jadi, uang tidak ada
risiko capital gain atau loss seperti halnya pada bentuk kekayaan yang lain.
Tetapi, bentuk kekayaan dalam uang kas tidak dapat memberikan penghasilan
dimana harganya dapat naik turun tergantung dari tingkat suku bunga (apabila
tingkat bunga naik harga surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada
kemungkinan pemegang surat berharga akan mengalami capital loss atau gain.
Dengan anggapan bahwa masyarakat itu tidak suka risiko (risk averters) maka
masyarakat akan mau memegang bentuk kekayaan yang risikonya tinggi (surat
berharga) apabila di dorong dengan tingkat bunga yang tinggi pula. Makin banyak
surat berharga dalam susunan kekayaan, risikonya juga makin tinggi. Oleh karena
itu harus didorong dengan tingkat bunga yang tinggi pula. Tingkat bunga di sini
adalah tingkat bunga “rata rata” dari segala macam surat berharga yang beredar
dalam masyarakat. Permintaan uang oleh Keynes disebut juga dengan “Liquidity
Gambar 2.2
Tingkat Bunga (%)
i Jumlah Uang
Likuidity Preference
Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Hal
masyarakat mempunyai keyakinan bahwa ada suatu tingkat bunga yang normal.
Jika memegang surat berharga pada waktu tingkat bunga naik (harga
dipegang.
Kedua, sehubung dengan biaya memegang uang kas, makin tinggi tingkat
bunga, makin besar pula biaya memegang uang kas. sehingga keinginan
memegang uang kas juga semakin rendah sehingga permintaan akan uang kas
naik. Dari kedua penjelasan diatas, dijelaskan adanya hubungan negatif antara
tingkat bunga dengan permintaan akan uang tunai. Permintaan akan uang ini akan
22
jumlah uang kas yang diminta sama dengan penawaran (Nopirin, 1993).
2.2.3. Inflasi
mengalami kenaikan secara terus menerus. Venieres dan Sebold (1978: 603),
saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu naik atau turun, tetapi
yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, tetapi bisa beberapa
waktu lamanya.
3. Tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat harga umum, yang berarti
tingkat harga yang mengalami kenaikan bukan hanya pada satu atau
beberapa komoditas saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum.
penawaran (supply) uang atau jumlah uang yang beredar dalam perekonomian
spesifik, teori klasik menjelaskan bahwa tingkat harga secara umum ditentukan
dari interaksi antara penawaran (supply) dan permintaan (demand) dari uang,
apabila tingkat harga berada diatas tingkat keseimbangan, maka jumlah uang yang
23
diminta masyarakat lebih tinggi dibandingkan jumlah uang yang diterbitkan oleh
bank sentral, sehingga pada akhirnya tingkat harga akan turun menuju tingkat
keseimbangan, maka jumlah kuantitas uang yang ingin dipegang oleh masyarakat
yang jumlahnya persis sama dengan tingkat kuantitas uang yang diedarkan oleh
bank sentral.
menyatakan bahwa tingkat harga atau laju inflasi hanya akan berubah atau
diperlukan oleh suatu perekonomian. Apabila jumlah uang yang beredar lebih
besar dibandingkan dengan jumlah uang yang diminta atau dibutuhkan oleh
masyarakat, maka tingkat harga akan meningkat dan terjadilah inflasi. Sebaliknya
apabila jumlah uang yang beredar lebih kecil dibandingkan jumlah uang yang
dibutuhkan oleh masyarakat, maka tingkat harga akan turun dan terjadi deflasi.
dengan teori klasik mengenai inflasi, teori strukturalis menyakini bahwa inflasi
Boediono (1998), teori ini bisa disebut teori inflasi jangka panjang, karena inflasi
inflasi terjadi ketika permintaan total (Agregat Demand) dari barang dan jasa
melebihi total penawaran (agregat supply) saat keadaan full employment atau
melebihi output potensialnya. Ada banyak faktor lain yang menurut Keynesian
diantara kelompok social yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada
yang dapat disediakan oleh masyarakat. Inflasi terjadi karena masyarakat ingin
celah inflasi (inflationary gap). Proses inflasi akan terus berlangsung selama
jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi ouput yang
ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan
kabupaten /kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kelender)
(Wijaya, 2011).
Nilai produksi Produk Domestik Regional Bruto PDRB dapat dihitung melalui
yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatau wilayah dan biasanya
dalam jangka waktu tertentu satu tahun. Balas jasa faktor produksi yang
mencakup juga penyusutan dan pajak tak langsung netto. Jumlah semua
sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah nilai bruto seluruh
jumlah netto oleh atas suatu barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit
produksi dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
26
ekspor netto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah dalam jangka waktu
4. Metode alokasi, digunakan pada data suatu unit produksi di suatau daerah
tidak tersedia nilai tambah dari suatu unit produksi di suatu daerah tersebut
ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk
dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan produksi. Perkembangan
perusahaan.
berkembang.tetapi keadaan ini tidak akan berlangsung lama. Pada waktu keadaan
modal.investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara.
untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru.
agregat dan kapasitas penawaran agregat dan Produk Nasional Bruto potensial
sepanjang waktu.
kapasitas ini tidak begitu berarti dalam jangka pendek. Tetapi pertumbuhan
oleh Domar adalah: “jika investasi meningkat kapasitas produksi dan juga
satu sisinya menggambarkan peningkatan kapasitas produksi, dan sisi yang lain
.
29
(surplus) dan sektor yang membutuhkan dana. Sebagai perantara keuangan antara
suku bunga kredit yang tinggi dengan semakin tingginya kredit jelas akan
(sukirno, 2005).
yang dianggap penting dan perlu untuk dilakukan maka, pebankan menyalurkan
kerja merupakan salah satu jenis kredit yang paling banyak digunakan oleh
Suku bunga merupakan jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu
yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dimana Semakin
tinggi suku bunga kredit maka perbankan akan meningkatkan kreditnya, dan
sebaliknya semakin rendah suku bunga kredit maka perbankan akan mengurangi
kreditnya.
mengambil kredit.
PDRB juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
investasi.
Perekonomian
Bank
Kredit
D. Hipotesis
hipotesisnya adalah:
1. Diduga terdapat pengaruh yang negatif dari suku bunga kredit modal kerja
2. Diduga terdapat pengaruh yang positif dari inflasi terhadap permintaan kredit
3. Diduga terdapat pengaruh yang positif dari PDRB terhadap permintaan kredit
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang bersifat kuantitatif yang meliputi data time series dari tahun 2005-2014. Dalam
penelitian data diperoleh dari hasil publikasi Bank Indonesia berupa laporan
tahunan Bank Indonesia dan hasil publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat
Sulawesi Selatan.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan
besarnya efek atau pengganda variabel lain. Variabel terikat yang di gunakan
dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang ada pengaruhnya
terhadap variabel lainyang ingin diketahui. Variabel bebas yang digunakan dalam
32
33
Pra Penelitian
Data Sekunder
Analisis Data
Hasil Penelitian
penelitian ini adalah seluruh data dari suku bunga, inflasi, PDRB dan permintaan
variabel yang digunakan, yaitu suku bunga kmk, Inflasi, PDRB dan permintaan
yang digunakan dalam penelitian ini untuk mencegah luasnya pembahasan, yaitu
sebagian berikut :
a. Kredit modal kerja merupakan fasilitas kredit jangka pendek yang diberikan
dalam mata uang rupiah maupun valuta asing untuk membiayai kebutuhan
modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu
b. Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang yang dinyatakan dalam persen
untuk periode 2005-2010 dan harga konstan tahun 2010 untuk periode 2010-
2014 (rupiah).
suatu metode penelitian untuk memperoleh informasi dari literatur yang terkait
35
dengan penelitian ini, seperti jurnal penelitian, skripsi, dan buku terbitan lainnya
yang berhubungan dengan penelitian ini, serta data-data yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan dan Bank Indonesia
cabang Makassar.
Untuk menguji hipotesis yang diajukan tentang suku bunga, inflasi, dan
PDRB terhadap permintaan kredit modal kerja pada bank umum di Sulawesi
pengaruh variable bebas terhadap variable terikat yang dapat ditulis sebagai
berikut:
Dimana :
t = Waktu
b. Uji Statistik t
dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.
Jika t hit > t tabel, maka Hi diterima (signifikan) dan jika t hit < t tabel, Ho
dengan rumus:
βi
t hit = .................................................................................(3.3)
Sβi
Di mana :
c. Uji Statistik F
variabel dependen. Di mana jika F hit > F tabel, maka Hi diterima atau variabel
dependen. Sebaliknya jika F hit < F tabel, maka Ho diterima atau variabel
R2 /(k−1)
F hit = ……………………………………............(3.4)
1−R2/(n−K)
Di mana :
n : Jumlah sampel
k : Jumlah variabel
F : Nilai F Hitung
R2 : Koefisien determinasi
besar persentase variasi dalam variabel terikat pada model yang diterangkan oleh
terbukti bahwa ada hubungan yang kuat dan erat antara variabel terikat dan
sumbangan variabel bebas terhadap variabel tidak bebas yang dapat dinyatakan
dalam persentase. Namun tidak dapat dipungkiri ada kalanya dalam penggunaan
koefisien determinasi terjadi bias terhadap satu variabel bebas yang dimasukkan
dalam model. Sebagai ukuran kesesuaian garis regresi dengan sebaran data, R2
P(1−R2 )
Adj R2 = R2 − N−P−1
……………………………………........(3.5)
38
Di mana:
R2 : Koefisien determinasi
P : Jumlah variabel bebas
N : Jumlah sampel
a. Uji Multikolinearitas
antar lebih dari dua variabel bebas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau
berikut ini:
1
VIF = ............................................................................ …..(3.6)
1−R2
atau koefisien determinasi antara satu variabel bebas dengan variabel bebas
lainnya. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10, maka tidak terdapat multikolinearitas.
b. Uji Autokorelasi
dilakukan dengan metode Durbin Watson (DW) test, Lagrange Multipiler (LM)
dan Breusch Godfrey (BG) test, serta run test (Rahim, 2012).
39
Uji Durbin-Watson (uji D-W) merupakan uji yang sangat populer untuk
menguji ada atau tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang
adalah:
∑(e−et−1 )2
DW = ∑ e2t
....................................................................... (3.7)
Di mana:
salah satunya dengan LM test. Uji Langrange Mutiple (LM Test) dapat digunakan
untuk menguji adanya masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama
tetapi juga digunakan pada berbagai tingkat derajat autokorelasi (Suliyanto, 2011).
BAB IV
116° 48′ − 122° 36′ Bujur Timur yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat
di sebelah utara dan Teluk Bone, serta Provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah
timur. Batas sebelah barat dan timur masing-masing adalah Selat Makassar dan
Laut Flores.
aliran sungai dengan jumlah aliran terbesar di Kabupaten Luwu, yakni 25 aliran
sungai. Sungai terpanjang tercatat ada satu sungai, yaitu Sungai Saddang yang
Sidenreng yang berada di Kabupaten Wajo, serta Danau Matana dan Towuti yang
3.470 m di atas permukaan air laut. Gunung ini berdiri tegak di perbatasan
terluas dengan luas 7.502,68 km persegi atau luas kabupaten tersebut merupakan
41
42
16,46 persen dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan. tersebut merupakan 16,46
permintaan kredit modal kerja, suku bunga kmk, inflasi dan PDRB dapat dilihat
Tabel 4.1. Rata-rata Permintaan Kredit Modal Kerja, Suku Bunga Kredit Modal
Kerja, Inflasi dan PDRB di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2005-
2014
kredit Modal Suku Bunga
Inflasi PDRB
TAHUN Kerja kmk
(Juta Rp) (Persen) (Persen) (Miliar Rp)
2005 5,624,888 15.92 17.11 36,424.02
2006 6,910,365 15.07 6.60 38,867.68
2007 9,194,193 13.00 5.64 41,332.43
2008 11,833,264 15.22 12.23 44,549.83
2009 14,162,089 13.69 3.21 47,314.02
2010 15,386,838 12.83 6.64 171,740.70
2011 21,106,394 12.16 2.85 185.708.50
2012 26,873,793 11.49 4.49 202,184.60
2013 28,019,594 12.12 6.22 217,618.40
2014 31,387,394 12.79 5.88 234,084.00
Total 170,498,812 134.29 70.87 1,034,115.68
Rata-Rata 17,049,881 13.43 7.09 114,901.74
Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, 2015
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa permintaan kredit modal kerja di Sulawesi
Selatan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yang dimana pada
tahun 2005 permintaan kredit modal kerja sebesar Rp.5.624.888 juta. Kemudian
terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun berikutnya hingga
tahun 2014 sebesar Rp. 31.387.394 Juta. Hal ini seiring dengan banyaknya
Peningkatan kredit tersebut diperkirakan karena beberapa hal antara lain mulai
43
adanya penyesuaian tingkat suku bunga pinjaman seiring dengan dari penurunan
suku bunga simpanan serta meningkatnya aktivitas ekonomi dan Survei juga
prospek usaha dari nasabah yang semakin baik, terutama nasabah UMKM dan
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kredit modal kerja
adalah suku bunga kredit, yang dapat diartikan sebagai nilai balas jasa dari modal
atau harga yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan. Suku
bunga merupakan salah satu variabel ekonomi yang sangat penting karena
apakah akan melakukan investasi pada proyek baru atau perluasan kapasitas.
Dari tabel 4.1 diketahui bahwa tingkat suku bunga kredit modal kerja yang
dari tahun ke tahun (periode 2005-2014). Yang dimana suku bunga kredit modal
kerja yang tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 15,92 persen. Kemudian pada
tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 11,49 persen. Hal tersebut dipengaruhi
oleh kondisi makro ekonomi yang kurang stabil seperti oleh kenaikan BBM
sehingga mengakibatkan inflasi yang tinggi. Tingkat suku bunga kredit yang
44
yang ditetapkan oleh bank sentral banyak dipengaruhi oleh kebijakan yang
diambil oleh pejabat negara yang melihat dari faktor-faktor perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi, baik secara makro maupun mikro. Salah satunya adalah
pengaturan jumlah uang yang beredar. Dengan meningkatkan tingkat suku bunga
inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara
umum dan terus menerus selama waktu tertentu.Apabila terjadi inflasi, maka
selama 10 tahun terakhir. Yang dimana inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2005
sebesar 17,11 persen dan inflasi mencapai angka terendah pada tahun 2011 yaitu
sebesar 2,85%. Kenaikan inflasi yang tinggi tersebut disebabkan karena adanya
imbas dari kenaikan harga BBM.Kenaikan harga BBM sebagai dampak dari
45
kenaikan harga minyak dunia dan besarnya defisit Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN).
sangat tajam yakni sebesar 12,23%, yang disumbang oleh sisi cost push inflation.
menaikkan harga BBM dimana hal ini memberikan kontribusi yang sangat
signifikan terhadap tingkat inflasi. Hal-hal lain seperti kelangkaan sumber energi,
baik gas maupun minyak di berbagai daerah maupun kekurangan suplai listrik
Salah satu cara untuk melihat kemajuan pertumbuhan ekonomi suatu daerah
atau wilayah adalah dengan mencermati nilai pertumbuhan PDRB. PDRB adalah
nilai dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam waktu satu tahun. PDRB
merupakan salah satu indikator yang sering digunakan dalam pengukuran tingkat
kemakmuran penduduk di suatu wilayah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.
Pada tabel 4.1 diketahui bahwa PDRB Sulawesi Selatan pada tahun 2005
sebesar Rp 36.424,02 (miliar). Pada tahun 2014 jumlah PDRB meningkat tajam
diketahui bahwa selama 10 tahun PDRB Sulawesi Selatan relatif stabil dan
kecilnya tingkat PDRB suatu daerah merupakan salah satu faktor yang
Sulawesi Selatan.
Modal Kerja, Inflasi dan PDRB dapat dilihat pada Gambar 4.1
300
250
200
PDRB
150 Inflasi
Suku Bunga
100 KMK
50
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Gambar 4.1 Trend Permintaan Kredit Modal Kerja, Suku Bunga Kredi Modal
Kerja, Inflasi dan PDRB di Sulawesi Selatan Periode 2005-2014.
Sumber: Diolah dari tabel 4.1
dengan permintaan kredit modal kerja, ketika suku bunga meningkat, permintaan
kredit modal kerja mengalami penurunan dan sebaliknya ketika suku bunga bunga
Pengaruh suku bunga kmk, inflasi, dan PDRB terhadap permintaan kredit
menggunakan model analisis regresi berganda dan uji asumsi klasik, yaitu
positif yaitu setiap peningkatan PDRB dan Inflasi akan meningkatkan permintaan
kredit modal kerja. Tingkat suku bunga memiliki tanda harapan negatif yaitu
ketika tingkat suku bunga meningkat, maka permintaan kredi modal kerja akan
mengalami penurunan. Hasil penelitian tentang pengaruh suku bunga kmk, inflasi
Tabel 4.2 Pengaruh suku Bunga kmk, Inflasi dan PDRB Terhadap Permintaan
Kredit Modal kerja Pada Bank Umum Di Sulawesi selatan.
Variabel Bebas T.H Β t hitung Sig VIF
ln SB.KMK - -0,583ns -0,270 0,796 6,514
ln INF + -0,160ns -0,598 0,572 2,445
ln PDRB + 0,543** 2,464 0,049 3,955
Konstanta 12,102
Fhitung 11,958
2
Adjusted R 0,785
Ttabel 2,36462
Ftabel 4,74
DW 1,272
N 10
DW tabel dl(0,5253), du(2,0163), 4-du(1,9837), 4-dl(3,4747)
Run Test 0,314
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
48
Keterangan:
** : Signifikan pada tingkat kesalahan 5% (0,05) atau tingkat
kepercayaan 95%
ns : Tidak signifikan
TH : Tanda Harapan
Berdasarkan analisis yang digunakan pada Bab III, maka di peroleh
apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau
sempurna di antara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang
terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas,
bunga kmk, inflasi, dan PDRB karena nilai VIF dari ketiga variabel tersebut lebih
Durbin Watson (DW) dengan nilai DW = 1,272, nilai DL = 0,5253, dan nilai DU
metode lain , yaitu Run test. Hasil uji autokorelasi menggunaka metode run test,
yang artinya tidak terdapat autokorelasi pada periode penelitian dengan periode
sebelumnya. Hasil uji autokorelasi diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,314 lebih
49
dari signifikansi yang digunakan yaitu 005 yang artinya tidak terjadi autokorelasi
diperoleh sebesar 0,785 atau 78,5 persen. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa
variabel bebas pada model yang disajikan dapat menjelaskan sebesar 78,5 persen
Uji sifat yang lain adalah uji F dan t. Uji F digunakan untuk menguji
pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Dari hasil
uji F menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 11,958, sedangkan nilai Ftabelnya
sebesar 4,74. Karena Fhitung> Ftabel, berarti secara simultan (menyeluruh) variabel-
variabel bebas (Suku bunga kmk,inflasi, dan PDRB) memiliki pengaruh yang
parsial menunjukkan bahwa variabel suku bunga kmk memiliki nilai thitung sebesar
-0,270 sedangkan ttabelnya sebesar 2,36462. Karena thitung< ttabel berarti secara
parsial variabel suku bunga kmk berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap variabel permintaan kredit modal kerja. Variabel inflasi memiliki nilai
berarti secara parsial variabel inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan
thitung> ttabel berarti secara parsial variabel PDRB berpengaruh positif secara
Dari hasil pengujian variabel suku bunga kredit modal kerja berpengaruh
tidak signifikan terhadap permintaan kredit modal kerja. Hal ini dapat dilihat pada
nilai koefisien variabel suku bunga kredit modal kerja di Sulawesi Selatan sebesar
-0,583 persen. Yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,796 <𝛼 =
0,05.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel suku bunga kredit
modal kerja berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap permintaan kredit
modal kerja. Kondisi data riil suku bunga kredit modal kerja di Sulawesi Selatan
mengalami fluktuasi setiap tahunnya, pada periode 2005 yaitu sebesar 15,92 %
sampai dengan tahun 2014 yakni sebesar 17,26 %. Data riil permintaan kredit
yakni pada tahun 2005 sebesar 5.624.888 juta rupiah sampai dengan tahun 2014
bahwa Variabel suku bunga kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan
51
terhadap variabel permintaan kredit dan Namun hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan teori klasik yang mengatakan bahwa bunga merupakan nilai balas jasa dari
modal. Dalam teori klasik, stock barang modal di campuradukkan dengan uang
modal, maka semakin tinggi tingkat suku bunga. Sebaliknya, semakin banyak
Permintaan masyarakat akan kredit, dalam hal ini kredit modal kerja
memiliki hubungan dengan tingkat suku bunga kredit itu sendiri. Jika suku bunga
yang ditawarkan bank semakin kecil maka masyarakat akan semakin tertarik
berikan. Bunga kredit yang di hasilkan dari debitur akan menjadi sumber
pendapatan bank.
pinjaman, penabung, dan investor. Jika tingkat bunga naik maka akan lebih besar
volume tabungan dan merangsang pinjaman dana. Sebaliknya, jika tingkat bunga
permintaan kredit modal kerja. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien variabel
suku bunga kredit modal kerja di Sulawesi Selatan sebesar -0,160 persen. Yang
negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan kredit modal kerja. Kondisi data
riil inflasi di Sulawesi Selatan mengalami fluktuasi setiap tahunnya, pada periode
2005 yaitu sebesar 17,11 % sampai dengan tahun 2014 yakni sebesar 5,88 %.
Data riil permintaan kredit modal kerja di Sulawesi Selatan juga mengalami
peningkatan setiap tahunnya yakni pada tahun 2005 sebesar 5.624.888 juta rupiah
negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan kredit modal kerja. Kondisi data
riil inflasi di Sulawesi Selatan mengalami fluktuasi setiap tahunnya, pada periode
2005 yaitu sebesar 17,11 % sampai dengan tahun 2014 yakni sebesar 5,88 %.
Data riil permintaan kredit modal kerja di Sulawesi Selatan juga mengalami
peningkatan setiap tahunnya yakni pada tahun 2005 sebesar 5.624.888 juta rupiah
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kredit sehingga hipotesis 2 (H2)
53
kredit yang disalurkan oleh bank umum di Indonesia. Namun hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dondo (2013) yang dalam
signifikan terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja pada bank umum di
Indonesia. Dan teori yang di kemukakan oleh Keynes bahwa kuantitas uang tidak
mengalami inflasi walaupun tingkat kuantitas uang tetap konstan. Jika uang
beredar bertambah maka harga akan naik. Kenaikan harga ini akan menyebabkan
suku bunga. Dan hal ini akan menccgah pertambahan permintaan untuk investasi
Inflasi diartikan sebagai melonjaknya harga hal ini terjadi bila harga-harga
kesejahteraan masyarakat menurun, nilai uang menurun dan daya beli masyarakat
Kenaikan satu atau dua barang saja belum dapat dikatakan inflasi. Kenaikan harga
secara musiman misalnya menjelang lebaran, natal dan tahun baru atau terjadi
sekali saja serta tidak punya pengaruh lanjutan, maka hal tersebut tidak bisa
dikatakan sebagai inflasi. Yang dimaksud dengan inflasi adalah kondisi kenaikan
kerja, hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien variabel PDRB di Sulawesi Selatan
sebesar 0,543. Artinya, setiap kenaikan PDRB sebesar 1 persen maka akan
persen. Yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,049 >𝛼 = 0,05.
positif dan signifikan terhadap permintaan kredit modal kerja. Kondisi data riil
2005 yaitu sebesar 36.424,02 miliar rupiah sampai dengan tahun 2014 yakni
sebesar 234.084,00 miliar rupiah. Data riil permintaan kredit modal kerja di
Sulawesi Selatan juga mengalami peningkatan setiap tahunnya yakni pada tahun
2005 sebesar 5.624.888 juta rupiah sampai dengan tahun 2014 yakni sebesar
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Harrod-
kemajuan dan menghasilkan suatu barang dan menaikkan pemintaan efektif. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2010)
dan Fauziah (2012) bahwa PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap
permintaan kredit modal kerja. Hal ini berarti peningkatan pada PDRB akan
Secara teori apabila pendapatan yang diperoleh semakin tinggi maka akan
Dari hasil perhitungan analisis PDRB ini juga menunjukan bahwa pendapatan
hal ini disebabkan karena dengan adanya kenaikan PDRB maka tingkat konsumsi
masyarakat akan semakin meningkat, oleh sebab itu jika PDRB meningkat maka
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
peminjaman kredit untuk modal kerja agar bisa meningkat mengingat kredit
56
DAFTAR PUSTAKA
Dondo, Wahyuningsih. 2013. Suku Bunga Kredit Modal Kerja dan Tingkat Inflasi
Terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja Pada bank Umum di
Indonesia. Universitas Sam Ratulangi.
Insukindro. 1991. Ekonomi Uang dan Bank, Teori dan Pengalaman di Indonesia.
Yogyakarta: BPFE
Iqlima, Nresna. 2010. Analisis Pengaruh Inflasi, DPK, dan Tingkat Suku Bunga
Kredit Modal Kerja Terhadap Posisi Kredit Modal Kerja. UIN Syarif
Hidayatullah.
Jhingan, M.L. 2013. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Diterjemahkan
Oleh Guritno: Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi; Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
57
58
Kelana, Said. 1996. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nurratna, Mustika Yustien. 2014. Analisis Permintaan Kredit Modal Kerja Usaha
Kecil di Koperasi Serba Usaha Gondok Sragen. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Nopirin, 1992. Ekonomi Moneter, Yogyakarta: BPFE UGM.
______. 2013. Mikroekonomi Pengantar Teori. Edisi Ketiga; Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Samuelson. 2010. Ilmu Makro Ekonomi, Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan :Teori & Aplikasi dengan SPSS. Jakarta:
Andi Offset.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi:
Jakarta: Bumi Aksara.
60
61
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
lnKMK 16.5009 .60089 10
lnSB.KMK 2.5919 .10964 10
lnINF 1.8168 .54297 10
lnPDRB 11.4226 .83832 10
Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 lnPDRB, lnINF, . Enter
lnSB.KMKb
a. Dependent Variable: lnKMK
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .926a .857 .785 .27858 1.272
a. Predictors: (Constant), lnPDRB, lnINF, lnSB.KMK
b. Dependent Variable: lnKMK
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.784 3 .928 11.958 .006b
Residual .466 6 .078
Total 3.250 9
a. Dependent Variable: lnKMK
b. Predictors: (Constant), lnPDRB, lnINF, lnSB.KMK
62
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 12.102 7.518 1.610 .159
lnSB.KMK -.583 2.161 -.106 -.270 .796 .154 6.514
LnINF -.160 .267 -.145 -.598 .572 .409 2.445
lnPDRB .543 .220 .757 2.464 .049 .253 3.955
a. Dependent Variable: lnKMK
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
sampai 2013. Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswi di program
63