Anda di halaman 1dari 87

PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT MODAL KERJA, INFLASI, DAN

PDRB TERHADAP PERMINTAAN KREDIT MODAL KERJA PADA


BANK UMUM DI SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

NUR AMAL
1396140011

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2017
PENGARUH SUKU BUNGA KREDIT MODAL KERJA, INFLASI DAN
PDRB TERHADAP PERMINTAAN KREDIT MODAL KERJA DI
PROVINSI SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi untuk memenuhi persyaratan guna


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

NUR AMAL
1396140011

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2017

i
ii
iii
iv
MOTTO

“ IF YOU WANT TO GO BIG, STOP


THINKING SMALL”

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk orang-orang yang


selalu mendoakan dan menyanyangiku, orang tua,
keluarga dan sahabat-sahabat tercinta.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan kekuatan,

kesabaran dan ketabahan sehingga penulis mampu merampungkan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi dan PDRB Terhadap

Permintaan Kredit Modal Kerja Pada Bank Umum Di Sulawesi Selatan”.

Penulisan Skripsi ini di maksudakan untuk memenuhi salah satu syarat guna

menyelesaikan studi pada Program Studi Ekonomi Pembangunan dengan

Konsentrasi Moneter Program Strata Satu Universitas Negeri Makassar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat adanya

bimbingan dan motivasi serta bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun

materil. Oleh karena itu, teristimewa sembah sujud penulis menyampaikan terima

kasih yang setulus-tulusnya kepada orang tuaku tercinta dan tersayang Ayahanda

Abd. Kadir MP., dan Ibunda Mulhiyah Toaha serta segenap keluarga besar kedua

belah pihak atas segala pengorbanannya selama ini yang penuh dengan kesabaran

keihlasan setiap saat mendidik dan membesarkan penulis dalam suka maupun

duka serta memberikan curahan kasih sayang yang tak bertepi lewat doa dan tetes

keringat demi keberhasilan penulis menuju gerbang cita-cita. Selanjutnya penulis

juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus,

khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Husain Syam, M.T.P., selaku Rektor Universitas Negeri

Makassar.

2. Bapak Dr. H. Muhammad Azis, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Makassar.

vi
3. Bapak Dr. Basri Bado, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan sekaligus Penanggap II saya yang memberikan segala arahan

dan nasehatnya untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Sri Astuty, S.E., M.Si., selaku Pembimbing I yang dengan senang hati

dan penuh kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,

petunjuk serta motivasi kepada penulis selama pelaksanaan penelitian hingga

tersusunnya skripsi ini.

5. Bapak Andi Samsir, S.Pd., M.Si. Selaku Pembimbing II yang dengan senang

hati dan penuh kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, petunjuk serta motivasi kepada penulis selama pelaksanaan

penelitian hingga tersusunnya skripsi ini.

6. Ibu Citra Ayni Kamaruddin, S.P., M.Si. selaku Penanggap I yang memberikan

segala arahan dan nasehatnya untuk penyempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Abd. Rahim, S.P., M.Si., Bapak Abdul Hakim, S.Ag., M.Ag.,

Bapak Muhammad Imam Ma’ruf, S.P., M.Sc., Bapak Syamsu Alam, S.Si.,

dan segenap Bapak/Ibu Dosen pada Program Studi Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi yang tidak penulis sebutkan namanya, terima kasih atas

warisan ilmu dan curahan pengetahuannya.

8. Kepala Kantor Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan beserta para

stafnya yang telah membantu untuk memberikan data-data kepada penulis.

9. Saudara-saudari saya, khususnya kak Muhajir Kadir, Nur Inayah Kadir

Budiman Kadir dan Nurul Huda Kadir yang selama ini banyak memberikan

bantuan dan motivasi kepada penulis.

vii
10. Sri Rezky Purwitasari dan keponakan tercinta Nurul Afika Ananda Muhajir

yang selalu memberikan bantuan motivasi dan dukungan kepada penulis.

11. Seluruh rekan mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan Angkatan

2013, khususnya Dinda Intan Maharani, S.E., Dirga Hidayat, S.E., Nur

Rahmat Hidayat, S.E., Wifrah Indah Fauziah, S.E., Novitasary Joni , Edy

Astriadi, S.E., Risman, S.E., Likmar Rap Sanjani, S.E., Suciati Tono

palangngan, S.E., dan Iksan Riansa, yang selama ini banyak memberikan

bantuan dan motivasi kepada penulis.

12. Sahabat-Sahabat tercinta Evie Puspitha Ningsih Amd. Keb, Rizka Widya

Wiratama Putri Hakim, Nisha Syahadi, Ade Ayu Cahyani yang telah

memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang

sifatnya konstruktif dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT., penulis memohon ridha dan

magfirahnya. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, tiada balasan

yang dapat diberikan penulis, kecuali kepada Allah SWT., penulis harapkan

balasan dan semoga bernilai pahala di sisi-Nya. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca, Amin.

Makassar, Desember 2017

Penulis

viii
ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh


suku bunga kredit modal kerja, inflasi dan PDRB terhadap permintaan kredit
modal kerja di Provinsi Sulawesi Selatan. Data yang dipergunakan adalah data
time series, yaitu periode 2005-2014. Dalam menganalisis pengaruh suku bunga
kredit modal kerja, inflasi dan PDRB terhadap permintaan kredit modal kerja,
maka digunakan analisis dengan uji statistik dan uji asumsi klasik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi variabel bebas terhadap
variabel terikat adalah sebesar 78,5 persen. Secara simultan variabel suku bunga
kredit modal kerja, inflasi dan PDRB signifikan terhadap permintaan kredit modal
kerja. Sedangkan secara parsial suku bunga kredit modal kerja dan inflasi tidak
signifikan terhadap permintaan kredit modal kerja. PDRB secara parsial signifikan
terhadap permintaan kredit modal kerja

Kata kunci: Permintaan Kredit Modal Kerja, Suku Bunga Kredi Modal Kerja
Inflasi dan PDRB

ABSTRACT

The aim of this study is to find out how the effect of interest rates on
working capital loans, inflation and GRDP to wards the demand for working
capital loans in South Sulawesi Province. The data used is time series data, which
is 2005-2014 period. In analyzing the effect of interest rate of working capital
loans, inflation and GRDP on demand for working capital credit, then used
analysis with statistical test and classical assumption test.
The results of this study shows that the contribution of independent
variables to the dependent variable is 78.5 percent. Simultaneously, variable of
interest rate of working capital loans, inflation and GRDP significantly to demand
of working capital credit. While partially, interest rates on working capital loans
and inflation are not significant to wards the demand for working capital loans.
GRDP is partially significant to the demand for working capital loans.

Keywords: Working Capital Loan Demand, Interest Rate Working Capital


Credit, Inflation and GRDP

ix
RINGKASAN

Suku bunga kredit modal kerja, inflasi, PDRB berperan penting terhadap
permintaan kredit. Kredit modal kerja merupakan fasilitas kredit modal kerja yang
diberikan baik dalam rupiah maupun valuta asing untuk memenuhi modal kerja
yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal 1 tahun.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh
suku bunga kredit modal kerja, inflasi dan PDRB terhadap permintaan kredit
modal kerja di Sulawesi Selatan. Data yang digunakan adalah data runtun waktu,
yaitu periode tahun 2005-2014. Dalam menganalisis pengaruh suku bunga kredit
modal kerja, inflasi dan PDRB terhadap Permintaan kredit modal kerja, maka
digunakan metode analisis regresi berganda kemudian uji statistik dan uji asumsi
klasik.
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
penelitian pustaka. Penelitian pustaka merupakan suatu metode penelitian untuk
memperoleh informasi dari literatur yang terkait dengan penelitian ini, seperti
jurnal penelitian, skripsi, dan buku terbitan lainnya yang berhubungan dengan
penelitian ini, serta data-data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Bank Indonesia (BI).
Dengan menggunakan uji statistik ditemukan hasil bahwa koefisien
determinasi adjusted R2 sebesar 0,785 atau 78,5 persen. Hal tersebut menunjukkan
bahwa variabel bebas pada model dapat menjelaskan sebesar 78,5 persen terhadap
naik-turunnya variabel terikat sedangkan sisanya sebesar 21,5 persen ditentukan
oleh variabel lain diluar model.
Uji sifat yang lain adalah uji F dan uji t. Uji F digunakan untuk menguji
pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil uji F
menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel, berarti secara simultan (bersama-sama)
variabel-variabel bebas (suku bunga kredit modal kerja, inflasi, dan PDRB)
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Permintaan Kredit Modal Kerja),
sedangkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel suku bunga
kredit modal kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel permintaan
kredit modal kerja. Variabel inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel
permintaan kredit modal kerja. Variabel PDRB berpengaruh signifikan terhadap
variabel permintaan kredit modal kerja.
Dengan menggunakan uji asumsi klasik dihasilkan bahwa dari hasil uji
multikolinearitas menggunakan metode Variance Inflaction Factor (VIF)
menunjukkan tidak terjadinya multikolinearitas pada suku bunga kredit,
pendapatan perkapita, dan inflasi karena nilai VIF dari ketiga variabel tersebut
lebih kecil dari 10, sedangkan uji autokorelasi menggunakan Durbin Watson
menunjukkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada periode penelitian dengan
periode sebelumnya.

x
SUMMARY

The interest rates on working capital loans, inflation, GRDP plays an


important role in the demand for credit. Working capital credit is a working
capital credit facility that is provided in both rupiah and foreign currency to fulfill
the expired working capital in a business cycle by maximum period of a year.
The aim of this research is to know how the influence of interest rate of
working capital loan, inflation and PDRB to demand of working capital loan in
South Sulawesi. The data used is time series data, which is 2005-2014 period. In
analyzing the effect of interest rate of working capital loan, inflation and PDRB
on Demand for working capital credit, used multiple regression analysis method
then statistic test and classical assumption test.
Technique of collecting data used in this research is library research.
Library research is a research method to obtain information from the literature
related to this research, such as journal, thesis, and other publications related to
this research, as well as data obtained from Central Bureau of Statistics (BPS) and
Bank Indonesia (BI).
By using statistical test, the result found that coefficient of determination
adjusted R2 equal to 0,785 or 78,5 percents. It shows the independent variables in
the model can explain 78.5 percent of the increase and decrease dependent
variable while the remaining 21.5 percent is determined by other variables outside
the model.
Other test properties are F test and t test. F test is used to test the effect of
simultaneously independent variable to dependent variable. From the result of F
test shows that Fcount> Ftable, mean simultaneously (together) free variables
(interest rate of working capital credit, inflation, and GRDP) have significant
effect to dependent variable (Working Capital Credit Demand), while test result
partial indicates that the variable of working capital credit interest rate is not
significant to the variable of demand for working capital credit. Inflation variable
has an insignificant effect on the variable of demand for working capital credit.
The variable of GRDP has a significant effect on the variable of demand for
working capital credit.
By using classic assumption test, it is found that multicollinearity test
using Variance Inflaction Factor (VIF) method shows that there is no
multicollinearity in credit interest rate, per capita income and inflation because
VIF value of those three variables is less than 10, while autocorrelation test using
Durbin Watson shows that there is no autocorrelation in the period of study with
the previous period.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. ii

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................................................ iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... iv

MOTTO .................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................................ ix

RINGKASAN ........................................................................................................... x

DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7

1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7

1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 9

2.2 Landasan Teori ........................................................................................... 12

2.2.1. Teori Permintaan Uang ...................................................................... 12

2.2.2. Suku Bunga ........................................................................................ 16

2.2.3. Inflasi.................................................................................................. 22

xii
2.2.4. Produk Domestik Regional Bruto ...................................................... 25

2.3 Kerangka Pikir ........................................................................................... 29

2.4 Hipotesis ..................................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Dan Sumber Data ............................................................................... 32

3.2.Variabel Dan Desain Penelitian .................................................................. 32

3.3.Populasi Dan Sampel .................................................................................. 33

3.4.Definisi Operasional .................................................................................... 34

3.5.Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 34

3.6.Rancangan Analisi Data .............................................................................. 35

3.6.1. Uji Statistik ........................................................................................ 35


3.6.2 Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Wilayah Penelitian ........................................................ 41

4.1.1. Letak dan Kondisi Geografis ............................................................ 41

4.1.2. Kondisi Perekonomian ...................................................................... 42

4.2.Hasil Penelitian ........................................................................................... 46

4.2.1. Pengaruh Suku Bunga Kredit Modal Kerja Terhadap Permintaan

Kredit Modal Kerja di Sulawesi Selatan Periode 2005-2014 ............ 50

4.2.2. Pengaruh Inflasi Terhadap Permintaan Kredit Modal Kerja di

Sulawesi Selatan Periode 2005-2014 ................................................ 51

4.2.3. Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Permintaan

Kredit Modal Kerja di Sulawesi Selatan Periode 2005-2014 ............ 53

xiii
BAB V PENUTUP

5.1.Kesimpulan ..................................................................................................56

5.2.Saran .............................................................................................................56

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................57

LAMPIRAN ........................................................................................................59

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Perkembangan Permintaan Kredit Modal Kerja, Suku Bunga

Kredit modal Kerja, Inflasi, dan PDRB di Sulawesi Selatan Tahun

2010-2014…………………………………………………………5

Tabel 4.1 Rata-rata Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi dan PDRB

Terhadap Permintaan Kredit Modal Kerja pada Bank Umum di

Sulawesi Selatan tahun 2005-2014 ............................................... 42

Tabel 4.2 Pengaruh Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi dan PDRB

Terhadap Permintaan Kredit Modal Kerja pada Bank Umum di

Sulawesi Selatan............................................................................ 47

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pertumbuhan kredit modal kerja di Sulawesi Selatan dan Sulawesi

Tengah Periode 2010-2014 ........................................................ 4

Gambar 2.1 Kurva Teori Klasik Tentang Penentuan Suku Bunga ................. 18

Gambar 2.2 Teori Keynes tentang Penentu Suku Bunga ............................... 21

Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian .......................................................... 30

Gambar 2.3 Desain Penelitian ........................................................................ 33

Gambar 4.1 Trend Pertumbuhan Permintaan Kredit Modal Kerja, Suku Bunga

Kredit Modal Kerja, Inflasi dan PDRB di Provinsi Sulawesi

Selatan Tahun 2005 - 2014 ........................................................ 46

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran.1 Data Permintaan Kredit Modal Kerja, Suku Bunga Kredit modal

kerja, Inflasi dan PDRB di Sulawesi Selatan ............................... 59

Lampiran.2 Hasil Pengolahan Data .................................................................. 60

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di

bidang perekonomian. Dewasa ini perkembangan perekonomian Indonesia

semakin meningkat seiring dengan semakin majunya sistem informasi yang

bergerak cepat sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan semakin pesatnya

laju pembangunan, pertumbuhan ekonomi di Indonesia setiap tahunnya

mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut perlu dibarengi pula dengan

penambahan sarana dan prasarana sebagai penunjang tercapainya kemakmuran

bagi penduduk Indonesia.

Majunya perekonomian di Indonesia tidak lepas dari peran masyarakat yang

melakukan usaha di bidang perekonomian atau bisnis baik itu usaha dengan ruang

lingkup usaha yang besar, menengah maupun kecil. Dengan semakin

berkembangnya suatu kegiatan perekonomian atau perkembangan suatu kegiatan

usaha dari suatu perusahaan, maka akan dirasakan perlu adanya sumber-sumber

penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang

tersebut. Dengan demikian dana yang diperlukan untuk suatu kegiatan usaha dapat

di sebut juga sebagai faktor produksi yang sejajar dengan faktor-faktor produksi

lainnya seperti tenaga kerja, mesin-mesin, bahan baku, teknologi, manajemen dan

lain sebagainya.

1
2

Dalam perekonomian modern perusahaan-perusahaan dituntut untuk dapat

memperbaiki teknik produksinya agar dapat mempertahankan daya persaingannya

dan menjamin kelangsungan hidup usahanya. Untuk itu, investasi atau penanaman

modal harus selalu dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Untuk melakukan

penanaman modal para pengusaha pastinya memerlakukan dana. Adakalanya dana

ini bersumber dari tabungan perusahaan, yaitu dana yang diperoleh dari

keuntungan yang tidak dibagikan. Selain itu, banyak juga perusahaan-perusahaan

yang memperoleh dana melaui peminjaman dari pihak lain (kredit).

Dibutuhkan dukungan pembiayaan dari sektor perbankan yang diharapkan

dapat menjadi lembaga intermediasi keuangan yang baik dan berperan penting

dalam pengembangan ekonomi dan menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi di

Indonesia. Oleh karena itu pemerintah melalui jasa perbankan berupaya untuk

membantu masyarakat dalam melakukan kegiatan usaha pada khususnya, dan

kegiatan ekonomi pada umumnya, melalui pemberian bantuan berupa kredit atau

pinjaman modal bagi para pelaku usaha baik usaha dengan skala besar, menengah

maupun kecil.

Kredit merupakan salah satu bagian penciptaan dana yang diberikan oleh

pihak perbankan/lembaga keuangan ke masyarakat dalam upaya mendorong

pembentukan modal kerja/usaha, sehingga dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan produktifitas usaha sektor ekonomi yang dilaksanakan oleh

masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok (perusahaan).

Pembentukan modal ini, selanjutnya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan usaha

yang dilakukan dalam proses produksi sehingga dapat meningkatkan pendapatan


3

dari usaha yang akhirnya akan memperbesar keuntungan yang diperoleh. Dengan

demikian, kredit mampu memberikan rangsangan yang sangat berarti untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi dalam skala kecil maupun laju pertumbuhan

ekonomi nasional.

Salah satu jenis kredit yang banyak menarik nasabah di Provinsi Sulawesi

Selatan adalah kredit modal kerja (kmk), karena kredit jenis ini dijadikan sebagai

modal usaha untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Mengingat Sulawesi

Selatan adalah Provinsi yang berkembang di segala bidang maka minat

masyarakat terhadap kredit modal kerja sangat meningkat. Kredit modal kerja

(kmk) yang dimiliki oleh bank adalah fasilitas kredit yang diberikan untuk

memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus. Usaha dan

kebutuhan modal kerja yang bersifat khusus seperti untuk membiayai inventory/

piutang/ proyek atau kebutuhan khusus lainnya (Kasmir, 2014).

Sebagai perbandingan, di Provinsi Sulawesi Tengah pertumbuhan kredit

modal kerjanya tidak sebanding dengan pertumbuhan kredit modal kerja di

Sulawesi Tengah. Berikut perbandingan pertumbuhan kreditmodal kerja Provinsi

Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.


4

Gambar 1.1.Pertumbuhan kredit Modal Kerja di Sulawesi Selatan dan


Sulawesi Tengah periode 2010-2014.

pertumbuhan KMK SULSEL Pertumbuhan KMK SULTENG

37,17

29,17
27,32
21,14

12,01 12,02

4,26

2010 2011 2012 2013 2014


-6,33

Sumber : Bank Indonesia, 2015

Berdasarkan gambar 1.1. Pertumbuhan kredit modal kerja di Sulawesi

Selatan dan Sulawesi Tengah berfluktuasi pada tahun 2010-2014. Namun secara

umum pertumbuhan kmk di Sulawesi Selatan tumbuh lebih pesat dibandingkan

dengan pertumbuhan kmk di Sulawesi Tengah, dapat dilihat dari data yang

diperoleh bahwa ada perbedaan antara kota berkembang dan kota yang sedang

berkembang. Pertumbuhan kmk tertinggi di Sulawesi Selatan berada pada tahun

2011 dan terendah di tahun 2013. Sama halnya di Sulawesi Tengah pertumbuhan

kmk tertinggi berada pada tahun 2011 dan terendah berada pada tahun 2013.

Hal ini juga disebabkan oleh peran Sulawesi Selatan sebagai provinsi yang

menjadi pusat pembangunan ekonomi di kawasan timur Indonesia. Hal ini dapat

ditinjau oleh kasat mata dari besarnya volume pertumbuhan kredit modal kerja di

Sulawesi Selatan dibandingkan pertumbuhan kredit modal kerja di Sulawesi

Tengah, yang tercermin dari banyaknya persaingan bisnis usaha.


5

Besarnya permintaan kredit modal kerja yang di terima oleh bank umum,

suku bunga kredit modal kerja, inflasi, dan besarnya PDRB di Sulawesi Selatan

selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Perkembangan Permintaan Kredit Modal kerja, Suku Bunga Kredit
Modal Kerja, Inflasi dan PDRB Periode 2010-2014
kredit Modal Suku Bunga
Inflasi PDRB
Tahun Kerja kmk
(%) (Miliar Rp)
(Juta Rp) (%)
2010 15.386.838 12.83 6,64 171.740,70
2011 21.106.394 12.16 2,85 185.708.50
2012 26.873.793 11.49 4,49 202.184,60
2013 28.019.594 12.12 6,22 217.618,40
2014 31.387.394 12.79 5,88 234.084,00
Sumber: Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Dan Badan Pusat Statistik Sulsel (2015)

Tabel 1.1. diketahui permintaan kredit modal kerja di Sulawesi Selatan

mengalami peningkatan yang signifikan selama lima tahun terakhir. Berdasarkan

hal tersebut, maka dibuktikan bahwa kredit modal kerja sangat penting bagi

perekonomian karena dukungannya pada sektor riil yang sangat tinggi

(Widyawati, 2015).

Lain halnya dengan Suku bunga kredit modal kerja dan inflasi yang

cenderung mengalami fluktuasi selama periode lima tahun terakhir dan PDRB

yang mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir, kondisi PDRB

menggambarkan produksi atau pendapatan daerah meningkat, yang

mengindikasikan terjadi peningkatan nilai transaksi atau volume transaksi di

Sulawesi Selatan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan kredit adalah suku bunga

yang diberikan oleh bank. Menurut Armani (2007) mengemukakan bahwa suku

bunga kmk adalah balas jasa kepada orang yang menanggung atau balas jasa
6

yang diterima oleh bank apabila bank memberikan kredit. Jika suku bunga kredit

tinggi, ada kecenderungan permintaan kredit ke bank sedikit. Sebaliknya, jika

suku bunga kredit rendah, maka semakin banyak jumlah permintaan kredit ke

bank. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 yakni pada tahun 2010 suku bunga kredit

modal kerja sebesar 12,83% permintaan kredit sebesar Rp. 15.386.838 miliar.

Dibandingkan tahun 2012 melalui suku bunga kmk sebesar 11,49% permintaan

kredit modal kerja sebesar Rp. 26.873.793 miliar.

Selain suku bunga, inflasi juga termasuk variabel ekonomi yang

berpengaruh terhadap permintaan kredit modal. Dondo (2013) mengemukakan

inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus

menurus. Oleh karena itu, inflasi sering menjadi target kebijakan pemerintah.

Inflasi yang tinggi begitu penting untuk diperhatikan mengingat dampaknya bagi

perekonomian yang bisa menimbulkan ketidakstabilan. Hal ini dapat dilihat pada

tabel 1.1 yakni pada tahun 2010 inflasi sebesar 6,64% permintaan kredit sebesar

Rp. 15.386.838 miliar. Dibandingkan tahun 2011 inflasi sebesar 2,85%

permintaan kredit modal kerja sebesar Rp. 21.106.394 miliar.

Lain halnya dengan PDRB yang juga salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap permintaan kredit modal. Menurut Purwanti (2010) mengemukakan

peningkatan PDRB menunjukkan kondisi atau aktifitas ekonomi masyarakat yang

mengalami peningkatan, baik dalam menghasilkan produk maupun jasa.

Peningkatan PDRB akan meningkatkan permintaan kredit dan penurunan PDRB

akan menurunkan permintaan kredit. Hal ini dapat dilihat pada table 1.1 yakni

pada tahun 2010 PDRB kredit sebesar 171.740,70 rupiah dan permintaan kredit
7

sebesar Rp. 15.386.838 miliar. Dibandingkan tahun 2015 melalui PDRB kredit

sebesar 234.084,00 rupiah dan permintaan kredit modal kerja sebesar Rp.

31.387.394 miliar.

Berdasarkan uraian diatas, maka nampak bahwa peran sektor perbankan

yang khususnya hal ini menyangkut permintaan kredit modal kerja berperan

sangat besar yang pada akhirnya digunakan untuk meningkatkan perekonomian di

Sulawesi Selatan . dengan demikian permintaan kredit modal kerja sangat

ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat suku bunga yang berlaku saat itu,

perubahan laju inflasi, dan peningkatan PDRB. Olehnya itu di anggap perlu untuk

menganilisis berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan kredit modal kerja.

1.1.Rumusan Masalah

1. Apakah suku bunga kredit modal kerja berpengaruh signifikan terhadap

permintaan kredit modal kerja di Sulawesi Selatan?

2. Apakah inflasi berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit modal

kerja di Sulawesi Selatan?

3. Apakah PDRB berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit modal

kerja di Sulawesi Selatan?

1.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga kmk terhadap permintaan kredit

modal kerja di Sulawesi Selatan.

2. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap permintaan kredit modal

kerja di Sulawesi Selatan.


8

3. Untuk mengetahui pengaruh PDRB terhadap permintaan kredit modal

kerja di Sulawesi Selatan.

1.3. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi kemajuan studi dan

perkembangan ilmu ekonomi khususnya dibidang kredit dan sebagai

bahan referensi penelitian di masa yang akan datang.

2. Penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan praktis tentang

keputusan pemberian kredit modal kerja di Sulawesi Selatan.

3. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang kredit

modal kerja di Sulawesi Selatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Rekomendasi penelitian terdahulu diharapakan dapat memudahkan penelitian

terdahulu, olehnya itu antara lain:

Hariyanto (2011) Penelitian ini mengkaji keterkaitan faktor ekternal bank

yaitu tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Inflasi terhadap

jumlah kredit yang disalurkan oleh bank-bank umum di Indonesia. Data yang

digunakan dalam penelitianini adalah tingkat suku bunga SBI selama kurun waktu

2007 sampai dengan 2011, demikian pula halnya dengan tingkat inflasi yang

disample, yaitu dari tahun 2007sampai dengan 2011. Sedangkan metode yang

digunakan untuk menguji penelitian iniadalah Uji kelayakan model (Goodness of

Fit Test) yang digunakan untukmengukur ketepatan fungsi regresi dalam menaksir

nilai aktual, uji F (F test) yaitu untuk mengetahui apakah variabel bebas

berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat, serta uji

t (t Test) yaitu untuk menguji hipotesis pengaruh secara individual variabel bebas

yang terdapat dalam persamaan regresi terhadap nilai variabel terikat. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa suku bunga SBI berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap kredit sehingga hipotesis 1(H1) bahwa suku bunga SBI

berpengaruh terhadap kredit diterima. Dengan demikian kenaikan suku bunga SBI

akan menurunkan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di Indonesia.

Sedangkan untuk Inflasi menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap kredit sehingga hipotesis 2 (H2) bahwa inflasi

9
10

berpengaruh terhadap kredit tidak diterima (ditolak).Dengan demikian kenaikan

inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kredit yang disalurkan

oleh bank umum di Indonesia.

Iqlima (2010) “Analisis Pengaruh Inflasi,DPK, dan Tingkat Suku Bunga

Kredit Modal Kerja Terhadap Posisi Kredit Modal Kerja”. Penelitian ini

menggunakan model analisis regresi berganda dengan metode uji t dan uji F.

pengambilan sampel ini dilakukan dengan metode judgemen sampling yaitu

kelompok bank persero dari tahun 2006 hingga 2009. Hasil penelitian ini

menyimpulkan bahwa variabel DPK dan suku bunga kredit modal kerja

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap posisi kredit modal kerja.

Sedangkan variabel inflasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

posisi kredit modal kerja.

Purwanti (2010) “Faktor-Faktor yang mempengaruhi Permintaan Kredit

Perbankan Pada Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah tahun 1993-2008”.

menyimpulkan bahwa Produk Domestik regional Bruto mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap Permintaan kredit perbankan dengan nilai

probabilitas sebesar 0.0000 pada derajat keyakinan 5%. Variabel suku bunga

kredit berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap variabel

permintaan kredit. Sedangkan untuk variabel Inflasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Permintaan Kredit Perbankan. Secara bersama-sama variabel

pengaruh Produk Domestik regional Bruto, Suku Bunga, Inflasi dan variabel

dummy krisis ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Permintaan Kredit

perbankan Pada Bank Umum di Prop insi Jawa Tengah.


11

Dondo (2013) “Suku Bunga Kredit Modal Kerja dan Tingkat Inflasi

Terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja Pada Bank Umum di Indonesia”.

Penelitian ini menggunakan data sekunder bulanan pada waktu 2009 samapi

desember 2011 dengan model regresi berganda dengan metode kuadrat terkecil

(Ordinary Least Square). Penelitian ini menyimpulkan suku bunga kredit modal

kerja dan tingkat laju inflasi berpengaruh signifikan terhadap jumlah alokasi

kredit modal kerja pada bank umum di Indonesia.

Armani (2007) “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Kredit Modal Kerja PT. Bank Sumut Oleh Usaha Kecil Dan Menengah Di

Medan”. Hasil analisis yang diperoleh adalah variabel tingkat suku bunga kredit

modal keja (X1) berpengaruh cukup nyata terhadap permintaan kredit modal kerja

PT. Bank Sumut Cabang Medan oleh usaha kecil dan menengah. Dan koefisien

tingkat suku bunga berpengaruh negative terhadap permintaan kredit modal kerja.

Artinya apabila tingkat suku bunga meningkat 1% (cateris paribus) akan

mengurangi permintaan kredit modal kerja.

Fauziah (2012) “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Kredit Perbankan Pada Bank Umum Di Provinsi Jawa Timur”. Hasil analisis

yang diperoleh bahwa hasil penelitian hubungan jangka pendek variabel PDRB,

Tingkat suku bunga, Inflasi, mempunyai hubungan positif, sedangkan tingkat

pengangguran mempunyai hubungan negative terhadap permintaan kredit. Untuk

hubungan jangka panjang variabel PDRB, Tingkat Suku Bunga mempunyai

hubungan negative, sedangkan inflasi mempunyai hubungan positif terhadap

permintaan kredit.
12

Wahab (2013) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) Pengaruh

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap penyaluran kredit pada bank-

bank umum di Sulawesi Selatan, (2) Pengaruh suku bunga Bank Indonesia

terhadap penyaluran kredit pada bank-bank umum di Sulawesi Selatan, (3)

Pengaruh inflasi terhadap penyaluran kredit pada bank-bank umum di Sulawesi

Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian ekplanatif (explanatory research)

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data

dilakukan melalui penelitian pustaka dan data sekunder. Metode analisis yang

digunakan adalah regresi linear berganda (multiple regression analysis). Hasil

penelitian diperoleh melaui ujian simultan (uji-F) variable PDRB, Suku Bunga

Bank Indonesia, Inflasi dan Dana Pihak Ketiga Berpengaruh signifikan terhadap

penyaluran kredit oleh bank-bank umum di Sulawesi Selatan. Selanjutnya

melalui uji parsial (uji-t) hanya variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) yang

berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit bank-bank umum di Sulawesi

Selatan, hal tersebut di tinjukkan dari nilai signifikan sebesar 0,013 lebih kecil

dari 0,05.

2.2 Landasan Teori


2.2.1. Teori Permintaan Uang
Pandangan klasik mengenai faktor yang menentukan permintaan uang

dapat diterangkan dengan menggunakan teori kuantitas dan teori sisa tunai. Teori

tersebut dapat pula digunakan untuk menerangkan pandangan klasik mengenai

tujuan masyarakat dalam meminta uang. Salah satu aspek penting dari teori

kuantitas uang yang selalu diperdebatkan ahli-ahli ekonomi adalah mengenai

kelajuan peredaran uang. Dalam mengemukakan dan memberi sokongan kepada


13

teori kuantitas uang, ahli-ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa kelajuan

peredaran uang adalah tetap. Golongan keynesian berpendapat sebaliknya, yaitu

menurut mereka kelajuan peredaran uang selalu mengalami perubahan (Sukirno,

2000).

Teori permintaan uang klasik tercermin dalam teori kuantitas uang. Pada

awal mulanya teori ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan mengapa seseorang

menyimpan uang kas, tetapi lebih pada peranan dari uang itu sendiri (Nopirin,

2014). Dengan sederhana Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang pada

persamaan 2.8:

MV = PT ............................................................................... (2.8)

Di mana:

M : Jumlah uang beredar


V : Perputaran uang dari satu tangan ke tangan dalam satu periode
P : Harga barang
T : Volume barang yang diperdagangkan

Dimana persamaan tersebut, M diartikan sebagai pegantian uang beredar

yang sempit. Ini berarti M sama dengan jumlah uang kertas, logam, dan uang giral

yang terjadi pada perekonomian. Kelajuan peredaran uang yaitu V, di tentukan

berdasarkan keseringan uang beredar yang terdapat dalam masyarakat berpindah

tangan dalam satu tahun. Faktor terakhir dalam persamaan diatas yaitu T,

menunjukkan jumlah barang-barang jadi dan barang setengah jadi yang diperjual

belikan. Sedangkan PT adalah hasil penjumlahan dari perkalian di antara masing-

masing barang yang termasuk pendapatan nasionaldengan harga-harganya.

Singkatnya PT bukan meliputi pendapatan nasional saja, tetapi juga nilai barang-
14

barang . ini berarti PT selalu lebih besar dari pada pendapatan nasional (Sukirno,

2003).

Teori permintaan uang Keynes memberikan analisis permintaan uang

secara teliti dan luas dibandingkan dengan para pendahulu. Permintaan akan uang

secara teori memiliki hubungan negatif dengan tingkat bunga dan memiliki

hubungan positif dengan pendapatan. Keynes merupakan salah satu pencetus teori

permintaan uang yang meskipun bisa dikatakan bahwa teori uang Keynes adalah

teori yang sealiran dengan pendekatan Cambridge, tetapi Keynes mengemukakan

sesuatu yang berbeda dengan teori moneter tradisi klasik. Pada hakekatnya

perbedaan ini terletak pada penekanan pada fungsi uang, Keynes berpendapat

bahwa fungsi uang tidak hanya sebagai media pertukaran (means of exchange)

tetapi juga sebagai penyimpan nilai (store of value). Teori ini kemudian dikenal

dengan nama teori Liquidity Preference. Dalam teori Keynes dikenal tiga motif

yang mendasari permintaan uang masyarakat. Menurut pandangan Keynesian, ada

tiga motivasi orang memegang atau meminta uang antara lain sebagai berikut:

1. Motif Transaksi (Transaction Motive) yaitu motivasi orang untuk memegang

uang adalah keinginan untuk membiayai keperluan transaksi. Permintaan uang

untuk transaksi berhubungan positif dengan tingkat pendapatan. Bila

pendapatan naik maka kebutuhan uang untuk transaksi meningkat karena tidak

adanya keseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran. Keynes menyatakan

bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini tergantung dari

pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan, makin besar keinginan akan

uang kas untuk transaksi.


15

2. Motif Berjaga-jaga (Precautionary motive), yaitu motivasi orang memegang

uang untuk persiapan menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan atau tidak

terduga. Esensi dari motif ini adalah adanya faktor ketidakpastian (uncertainty)

di masa datang. Misalnya sakit atau berhenti bekerja. Permintaan uang untuk

berjaga-jaga ini juga sangat tergantung pada besarnya pendapatan atau

berhubungan positif dengan tingkat pendapatan. Di samping pendapatan, motif

berjaga-jaga juga tidak menghasilkan keuntungan dan tidak mengandung

resiko. Termasuk dalam motif transaksi ini dipergunakan untuk berjaga-jaga

terhadaap kejadian yang tidak diharapkan.

3. Motif Spekulasi (Speculative motive) yaitu motivasi meminta uang untuk

keperluan spekulasi, permintaan uang untuk spekulasi selalu berkaitan dengan

upaya mencari keuntungan. Peluang keuntungan akan diperoleh bila uang yang

diminta dibelikan obligasi yang jatuh temponya tidak terbatas (consol bond)

dan tidak memiliki resiko tinggi. Dari pembelian obligasi tersebut akan

diperoleh keuntungan berupa bunga. Misalkan seseorang mengharapakan

tingkat bunga turun maka ia akan memperoleh peningkatan modal (capital

again) karena turunnya tingkat bunga akan menaikkan nilai saham.

Beberapa faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan uang, yaitu

kekayaan dari masyarakat, tersedianya fasilitas kredit, kepastian tentang

pendapatan yang diharapkan, harapan tentang harga, tersedianya beberapa

alternatif bentuk kekayaan, dan sistem/cara pembayaran yang berlaku.(Nopirin,

2014).
16

2.2.2 Suku Bunga

Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku

bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai

persentase dari jumlah yang dipinjamkan.

Bunga bank dapat di artikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang

berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual

produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada

nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah

kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Dalam kegiatan perbankan sehari– hari, ada dua macam bunga yang diberikan

kepada nasabahnya yaitu:

1. Bunga Simpanan

Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik

simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa, kepada

nasabah yang menyimpan uangnya dibank. Sebagai contoh jasa giro, bunga

tabungan dan bunga deposito.

2. Bunga Pinjaman

Merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam (debitur) atau

harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Bagi bank

bunga pinjaman merupakan harga jual dan contoh harga jual adalah bunga kredit.

Suku bunga menurut teori ekonomi Klasik, bunga merupakan nilai balas jasa

dari modal. Dalam teori klasik, stock barang modal di campuradukkan dengan

uang dan keduanya dianggap mempunyai hubungan yang subsitutif. Semakin


17

langka modal, maka semakin tinggi tingkat suku bunga. Sebaliknya, semakin

banyak modal maka semakin rendah tingkat bunga.

Selain itu, teori klasik juga mengasumsikan bahwa tabungan adalah fungsi

dari tingkat bunga. Jadi, semakin tinggi tingkat suku bunga maka keinginan

masyarakat untuk menabung akan meningkat. Artinya dengan tingkat suku bunga

yang lebih tini masyarakat akan lebih mendorong untuk mengorbankan atau

mengurangi konsumsinya dan kemudian di alihkan untuk menambah tabungan.

Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat suku bunga. Makin tinggi

tingkat suku bunga maka keinginan untuk melakukan kegiatan investasi akan

semakin kecil. Karena tingkat suku bunga tersebut merupakan biaya atas

penggunaan atas dana investasi (cost of capital) yang harus di bayarkan oleh

pengusaha yang ingin berinvestasi atau mengembangkan usahanya. Sebaliknya

makin rendah suku bunga, maka pengusaha akan terdorong melakukan kegiatan

investasi karena pemakaian dana yang lebih kecil.

Teori ekonomi Klasik, mengasumsikan bahwa perekonomian senantiasa

berada dalam keadaan full employment. Dalam keadaan full employment itu

seluruh kapasitas produksi sudah digunakan secara penuh dalam proses produksi.

Oleh karena itu, selain meningkatkan efisiensi dan mendorong terjadinya

spesialisasi pekerjaan, uang tidak dapat memengaruhi sektor produksi. Dengan

kata lain, dalam teori Klasik sektor moneter terpisah sama sekali dari sektor riil

dan tidak ada pengaruh timbal balik antara kedua sektor tersebut. Secara grafik

keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan seperti dalam Gambar 2.1


18

Gambar 2.1

Tingkat Bunga

r1 E1 S1

r0 E0
r2 E2 I1

0 I0 I2 I1 Jumlah Dana

Gambar 2.1 Teori Klasik tentang penentuan suku bunga (Sukirno, 2013)

Menurut ahli ekonomi Klasik, suku bunga ditentukan oleh permintaan

tehadap tabungan dan penawaran tabungan. Bagaimana kedua faktor ini

menentukan suku bunga ditunjukkan dalam Gambar 2.1. kurva S dan I berturut–

turut adalah kurva penawaran dana modal (penawaran tabungan) dan permintaan

dana modal (permintaan terhadap tabungan). Keseimbangan tercapai di titik E 0

dan ini menunjukkan bahwa jumlah dana modal yang akan diinvestasikan adalah

I0 dan suku bunga adalah r0. Kalau dimisalkan permintaan terhadap modal

berubah menjadi I1, sedangkan penawaran modal tetap sebesar S, keseimbangan

pindah ke E1 yang berarti suku bunga naik dari r0 menjadi r1 dan dana yang

diinvestasikan bertambah dari I0 menjadi I1. Dan apabila permintaan terhadap

dana modal tetap sebesar I tetapi penawarannya bertambah menjadi S 1, maka

keseimbangan pindah ke E2. dengan demikian perubahan tersebut menyebabkan

suku bunga turun dari r0 kepada r2 dan dana yang diinvestasikan bertambah

menjadi I2.
19

Dari jabaran teori klasik diatas, maka dapat di simpulkan bahwa suku

bunga merupakan alat penentu utama untuk memengaruhi perkembangan

investasi maupun tabungan. Dimana jika dilihat kembali dari jabaran teori klasik

yaitu apabila tabungan akan diingkatkan maka suku bunga harus di naikkan atau

apabila investasi di tingkatkan maka suku bunga harus di turunkan. Namun, kaum

klasik menekankan pada pasar barang dimana bila suku bunga ditingkatkan maka

diharapkan akan meningkat pula investasi. Dan akibatnya akan meninkatkan pula

produktivitas perusahaan. Jadi, dikarenakan keuntungan yang diperoleh lebih

besar dari bunga yang diambil, inilah alasan mengapa orang tetap

menginvestasikan uangnya walau ada bunga.

Dalam teori Keynes, tingkat suku bunga merupakan suatu fenomena

moneter. Artinya, tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan

akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan memengaruhi kegiatan

ekonomi (GNP) sepanjang uang ini memengaruhi tingkat bunga. Perubahan

tingkat suku bunga selanjutnya akan memengaruhi keinginan untuk mengadakan

investasi dan dengan demikian akan memengaruhi GNP. Sedang menurut teori

Klasik, uang hanyalah memengaruhi harga barang (Teori Kuantitas Uang)

uang menurut Keynes merupakan salah satu bentuk kekayaan yang

dipunyai seseorang, seperti halnya kekayaan dalam bentuk tabungan di bank,

saham, atau surat berharga lainnya. Keputusan masyarakat mengenai bentuk

susunan dari kekayaan mereka (berapa besar dari kekayaan mereka akan di

wujudkan dalam bentuk uang kas, tabungan dan surat berharga). Akan

menentukan tingginya suku bunga.


20

Dalam menyederhanakan modelnya, Keynes membagi susunan kekayaan

dalam dua bentuk, yaitu uang kas dan surat berharga (obligasi). Keuntungan

apabila kekayaan diwujudkan dalam bentuk uang kas adalah kemudahan dalam

melakukan transaksi sebab uang kas merupakan alat pembayaran yang paling

likuid. Likuid diukur dengan kecepatan menukar kekayaan dalam bentuk alat

pembayaran (untuk transaksi) tanpa adanya kerugian nilai. Jadi, uang tidak ada

risiko capital gain atau loss seperti halnya pada bentuk kekayaan yang lain.

Tetapi, bentuk kekayaan dalam uang kas tidak dapat memberikan penghasilan

(misalnya berupa bunga). Sebaliknya kekayaan dalam bentuk surat berharga,

dimana harganya dapat naik turun tergantung dari tingkat suku bunga (apabila

tingkat bunga naik harga surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada

kemungkinan pemegang surat berharga akan mengalami capital loss atau gain.

Namun demikian, surat berharga mendatangkan pendapatan yang berupa bunga.

Dengan anggapan bahwa masyarakat itu tidak suka risiko (risk averters) maka

masyarakat akan mau memegang bentuk kekayaan yang risikonya tinggi (surat

berharga) apabila di dorong dengan tingkat bunga yang tinggi pula. Makin banyak

surat berharga dalam susunan kekayaan, risikonya juga makin tinggi. Oleh karena

itu harus didorong dengan tingkat bunga yang tinggi pula. Tingkat bunga di sini

adalah tingkat bunga “rata rata” dari segala macam surat berharga yang beredar

dalam masyarakat. Permintaan uang oleh Keynes disebut juga dengan “Liquidity

Preference” tergantung dari suku bunga. Berikut gambaran yang menunjukkan

teori suku bunga oleh Keynes.


21

Gambar 2.2
Tingkat Bunga (%)

i Jumlah Uang

Likuidity Preference

Jumlah uang dan


Permintaan uang

Gambar 2.2 Teori Keynes tentang penentu suku bunga (Nopirin,1993)

Dalam gambar 2.1 berikut ini, sumbu vertikal menggambarkan tingkat

bunga dan sumbu horizontal menggambarkan jumlah dan permintaan uang.

Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Hal

ini dapat dijelaskan sebagai berikut, pertama, keynes menyatakan bahwa

masyarakat mempunyai keyakinan bahwa ada suatu tingkat bunga yang normal.

Jika memegang surat berharga pada waktu tingkat bunga naik (harga

turun)mereke akan menderita kerugian. Dan mereka akan mengurangi surat

berharga yang dipegangnya dan dengan sendirinya menambah uang yang

dipegang.

Kedua, sehubung dengan biaya memegang uang kas, makin tinggi tingkat

bunga, makin besar pula biaya memegang uang kas. sehingga keinginan

memegang uang kas juga semakin rendah sehingga permintaan akan uang kas

naik. Dari kedua penjelasan diatas, dijelaskan adanya hubungan negatif antara

tingkat bunga dengan permintaan akan uang tunai. Permintaan akan uang ini akan
22

menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga berada dalam keseimbangan apabila

jumlah uang kas yang diminta sama dengan penawaran (Nopirin, 1993).

2.2.3. Inflasi

Inflasi (Inflation) adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum

mengalami kenaikan secara terus menerus. Venieres dan Sebold (1978: 603),

mendefinisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan meningkatkan tingkat harga

umum secara terus menerus sepanjang waktu.

Ada tiga hal penting yang ditekankan dalam memahami inflasi:

1. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa

saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu naik atau turun, tetapi

tetap menunjukkan tendensi yang meningkat.

2. Kenaikan tingkat harga tersebut terjadi secara terus-menerus (sustained),

yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, tetapi bisa beberapa

waktu lamanya.

3. Tingkat harga yang dimaksud adalah tingkat harga umum, yang berarti

tingkat harga yang mengalami kenaikan bukan hanya pada satu atau

beberapa komoditas saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum.

Teori klasik menganut paham monetaris. Teori klasik menyatakan bahwa

penawaran (supply) uang atau jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

memiliki hubungan langsung dengan perubahan tingkat harga. Secara lebih

spesifik, teori klasik menjelaskan bahwa tingkat harga secara umum ditentukan

dari interaksi antara penawaran (supply) dan permintaan (demand) dari uang,

apabila tingkat harga berada diatas tingkat keseimbangan, maka jumlah uang yang
23

diminta masyarakat lebih tinggi dibandingkan jumlah uang yang diterbitkan oleh

bank sentral, sehingga pada akhirnya tingkat harga akan turun menuju tingkat

keseimbangan, begitu pula sebaliknya. Sedangkan pada tingkat harga

keseimbangan, maka jumlah kuantitas uang yang ingin dipegang oleh masyarakat

yang jumlahnya persis sama dengan tingkat kuantitas uang yang diedarkan oleh

bank sentral.

Implikasi dari teori klasik (monetarist theory) yang menyatakan bahwa

pertumbuhan uang beredar menyebabkan inflasi. Secara sederhana teori ini

menyatakan bahwa tingkat harga atau laju inflasi hanya akan berubah atau

diperlukan oleh suatu perekonomian. Apabila jumlah uang yang beredar lebih

besar dibandingkan dengan jumlah uang yang diminta atau dibutuhkan oleh

masyarakat, maka tingkat harga akan meningkat dan terjadilah inflasi. Sebaliknya

apabila jumlah uang yang beredar lebih kecil dibandingkan jumlah uang yang

dibutuhkan oleh masyarakat, maka tingkat harga akan turun dan terjadi deflasi.

Pandangan yang berbeda dari konsep monetaris dapat digolongkan di

antaranya adalah Structuralist Theory dan Post Keynessian Theory. Berbeda

dengan teori klasik mengenai inflasi, teori strukturalis menyakini bahwa inflasi

terjadi karena adanya ketidakseimbangan dalam perekonomian. Menurut

Boediono (1998), teori ini bisa disebut teori inflasi jangka panjang, karena inflasi

di kaitkan dengan faktor-faktor struktur perekonomian yang tidak mampu

mengantisipasi dengan cepat perkembangan perekonomian. Teori ini

menunjukkan bahwa inflasi bukan semata-mata fenomena moneter, tetapi juga

merupakan fenomema structural.


24

Menurut Teori Keynes, kuantitas uang bukanlah satu-satunya faktor

penentu tingkat harga karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi

walaupun tingkat kuantitas uang tetap konstan. Keynesians menyatakan bahwa

inflasi terjadi ketika permintaan total (Agregat Demand) dari barang dan jasa

melebihi total penawaran (agregat supply) saat keadaan full employment atau

melebihi output potensialnya. Ada banyak faktor lain yang menurut Keynesian

dapat mempengaruhi tingkat harga, seperti pengeluaran konsumsi rumah tangga,

pengeluaran investasi, pengeluaran pemerintah dan pajak.

Proses inflasi menurut Keynes, adalah proses perebutan pendapatan

diantara kelompok social yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada

yang dapat disediakan oleh masyarakat. Inflasi terjadi karena masyarakat ingin

hidup diluar batas kemampuan ekonominya sehingga menyebabkan permintaan

efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah

barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akhirnya akan menyebabkan

celah inflasi (inflationary gap). Proses inflasi akan terus berlangsung selama

jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi ouput yang

tersedia. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi

karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak sertamerta dapat

ditingkatkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat oleh karenanya,

sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian model lebih banyak

digunakan untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.

Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting adalah yang

ditimbulkan oleh peningkatan pengeluaran konsumsi, peningkatan investasi


25

swasta (karena suku bunga kredit murah) serta peningkatan pengeluaran

pemerintah (yang dibiayai dengan percetakan uang baru).

2.2.4. Produk Domestik Bruto Regional (PDRB)

PDRB merupakan penjumlahan nilai output perekonomian yang

ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan

kabupaten /kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kelender)

(Wijaya, 2011).

Nilai produksi Produk Domestik Regional Bruto PDRB dapat dihitung melalui

empat pendekatan yaitu :

1. Jika ditunjau dari segi pendapatan, disebut regional income, merupakan

jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor-faktor produksi

yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatau wilayah dan biasanya

dalam jangka waktu tertentu satu tahun. Balas jasa faktor produksi yang

dimaksud adalah upah/gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan,

sebelum dipotong pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini PDRB

mencakup juga penyusutan dan pajak tak langsung netto. Jumlah semua

komponen pendapatan ini persektor disebut sebagai nilai tambah bruto

sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah nilai bruto seluruh

sektor (lapangan usaha).

2. Jika ditinjau dari segi produksi, disebut regional product, merupakan

jumlah netto oleh atas suatu barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit

produksi dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
26

3. Apabila ditinjau dari sudut pengeluaran, disebut regional expenditure,

merupakan jumlah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, private

non profit institution maupun pemerintah, pembentukan modal, serta

ekspor netto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah dalam jangka waktu

tertentu (satu tahun).

4. Metode alokasi, digunakan pada data suatu unit produksi di suatau daerah

tidak tersedia nilai tambah dari suatu unit produksi di suatu daerah tersebut

dihitung dengan menggunakan data yang telah dialokasikan dari sumber

yang ditingkatnya lebih tinggi.

Menurut Prof. Simon Kuznet dalam Jinghan (1994), pertumbuhan

ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk

menyediakan semakin banyak jenis barang-barang kepada penduduknya.

Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian

kelembagaan dan ideologis yang diperlukan.

Pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan

dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan produksi. Perkembangan

pertumbuhan ekonomi dapat dipergunakan untuk menggambarkan faktor-faktor

penentu yang mendasari pertumbuhan ekonomi, seperti perubahan dalam teknik

produksi, masyarakat dalam lembaga-lembaga, perubahan tersebut menghasilkan

pertumbuhan ekonomi (Jinghan, 1988)

Teori Schumpeter, menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di

dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini ditunjukkan bahwa

para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat


27

pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi:

memperkenalkan barang baru, mempertinggi efisien cara memproduksi dalam

menghasilkan sesuatu barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran yang

baru, mengembangkan sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan

perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi efisiensi kegiatan

perusahaan.

Di dalam mengemukakan teori Schumpeter memulai menganalisisnya

dengan memisalka bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak

berkembang.tetapi keadaan ini tidak akan berlangsung lama. Pada waktu keadaan

tersebut berlaku segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan

untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan.

Di dorong oleh keinginanan memperoleh keuntungan dari mengadakan

pembaruan tersebut, mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman

modal.investasi yang baru ini akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara.

Maka pendapatan masyarakat akan bertambah dan tingkat konsumsi menjadi

bertambah tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain

untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru.

Teori pertumbuhan ekonomi Harrod Domar merupakan suatu gagasan

teoritis yang melihat peranan ganda investasi dalam meningkatkan permintaan

agregat dan kapasitas penawaran agregat dan Produk Nasional Bruto potensial

sepanjang waktu.

Sebagai salah satu komponen dari permintaan agregat, pengeluaran

investasi mempunyai pengaruh dalam perubahan total permintaan. Menurut teori


28

aliran Keynes mengenai penentuan pendapatan, pendapatan akan meningkat

sampai tabungan yang di hasilkan dari tambahan pendapatan mengimbangi tinglat

investasi yang lebih tinggi.

Teoi pendapatan jangka panjang ini mengabaikan efek-efek dalam

pengeluaran investasi, misalkan bertambahnya kapasitas produksi. Penciptaan

kapasitas ini tidak begitu berarti dalam jangka pendek. Tetapi pertumbuhan

ekonomi berkaitan dengan jangka panjang.dan dalam jangka panjang peranan

investasi dalam menambah kapasitas produksi perlu dipertimbangkan bersama-

sama dengan pengaruhnya dalam penciptakan permintaan. Yang dipertanyakan

oleh Domar adalah: “jika investasi meningkat kapasitas produksi dan juga

menghasilkan pendapatan, berapa tingkat investasi yang dapat meningkatkan

pendapatan yang sama dengan peningkatan kapasitas produksi?”

Untuk menjawab pertanyaan ini, Domar membuat suatu persamaan, yang

satu sisinya menggambarkan peningkatan kapasitas produksi, dan sisi yang lain

peningkatan pendapatan , dan jawaban persamaan itu menunjukkan tingkat

pertumbuhan yang di inginkan

.
29

2.3. Kerangka Pikir

Bank merupakan lembaga perantara antara sektor yang kelebihan dana

(surplus) dan sektor yang membutuhkan dana. Sebagai perantara keuangan antara

suku bunga kredit yang tinggi dengan semakin tingginya kredit jelas akan

meningkatkan pendapatan perbankan walaupun bank akan mendapatkan resiko

(sukirno, 2005).

Kredit merupakan instrument kebijakan moneter langsung yang

dikeluarkan oleh bank sentral. Untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat

yang dianggap penting dan perlu untuk dilakukan maka, pebankan menyalurkan

kredit kepada masyarakat untuk memudahkan dalam bertransaksi. Kredit modal

kerja merupakan salah satu jenis kredit yang paling banyak digunakan oleh

masyarakat untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya

Suku bunga merupakan jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu

yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dimana Semakin

tinggi suku bunga kredit maka perbankan akan meningkatkan kreditnya, dan

sebaliknya semakin rendah suku bunga kredit maka perbankan akan mengurangi

kreditnya.

Apabila inflasi di suatu negara semakin meningkat, maka akan

melemahkan semangat masyarakat untuk mengambil kreditdi bank. Dan

masyarakat akan mengeruk dananya untuk keperluan konsumsi daripada untuk

mengambil kredit.

PDRB juga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap

tabungan masyarakat. Jika PDRB di suatu wilayah meningkat, maka pendapatan


30

masyarakat pun akan meningkat. Saat pendapatan masyarakat meningkat, maka

masyarakat cenderung akan menyimpan uangnya di bank sebagai bentuk

investasi.

Untuk itu penelitian menguraikan landasan berpikir dalam kerangka

konseptual yang dijadikan pegangan dalam penelitian dan memudahkan kegiatan

penelitian.maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut, gambar 2.3

Perekonomian

Bank

Kredit

Kredit Konsumsi Kredit Modal Kerja Kredit Investasi

1. Suku Bunga kmk


2. Inflasi
3. PDRB

Gambar 2.3 Kerangka pikir penelitian


31

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan suatu

penelitian yang kebenarannya harus di uji secara empiris. Berdasarkan

permasalahan diatas serta dihubungkan dengan teori-teori yang ada maka

hipotesisnya adalah:

1. Diduga terdapat pengaruh yang negatif dari suku bunga kredit modal kerja

terhadap permintaan kredit modal kerja di Sulawesi Selatan.

2. Diduga terdapat pengaruh yang positif dari inflasi terhadap permintaan kredit

modal kerja di Sulawesi Selatan.

3. Diduga terdapat pengaruh yang positif dari PDRB terhadap permintaan kredit

modal kerja di Sulawesi Selatan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

yang bersifat kuantitatif yang meliputi data time series dari tahun 2005-2014. Dalam

penelitian data diperoleh dari hasil publikasi Bank Indonesia berupa laporan

tahunan Bank Indonesia dan hasil publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat

Sulawesi Selatan.

3.2. Variabel dan Desain Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan

variabel terikat.Variabel terikat, yaitu variabel yang diukur untuk mengetahui

besarnya efek atau pengganda variabel lain. Variabel terikat yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah permintaan kredit modal kerja.

Variabel bebas, yaitu variabel yang variasinya memengaruhi variabel lain.

dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang ada pengaruhnya

terhadap variabel lainyang ingin diketahui. Variabel bebas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah suku bunga kmk, inflasi dan PDRB.

Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk

melaksanakan penelitan serta dapat memberikan gambaran prosedur untuk

informasi atau datayang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

32
33

Pra Penelitian

Tinjauan Pustaka Permasalahan penelitian Landasan Teori

Populasi dan sampel

Teknik Pengumpulan data

Data Sekunder

Uji Statistik dan Uji AsumsiKlasik

Analisis Data

Hasil Penelitian

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1. Desain Penelitian

3.3. Populasi dan Sampel Data

Populasi adalah seluruh subyek penelitian (Sabar, 2007). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh data dari suku bunga, inflasi, PDRB dan permintaan

kredit modal kerja di Sulawesi Selatan.


34

Sedangkan sampel adalah himpunan bagian dari populasi yang diharapkan

dapat mewakili populasi penelitian. Pengambilan sampel berdasarkan variabel-

variabel yang digunakan, yaitu suku bunga kmk, Inflasi, PDRB dan permintaan

kredit modal kerja periode 2005-2014 di Sulawesi Selatan

3.4 Defenisi Opersional dan Pengukuran Variabel

Defenisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh

peneliti dalam mengukur suatu variabel yang digunakan.adapun batasan variabel

yang digunakan dalam penelitian ini untuk mencegah luasnya pembahasan, yaitu

sebagian berikut :

a. Kredit modal kerja merupakan fasilitas kredit jangka pendek yang diberikan

dalam mata uang rupiah maupun valuta asing untuk membiayai kebutuhan

modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu

maksimal 1 tahun (rupiah).

b. Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang yang dinyatakan dalam persen

per satuan waktu pertahun (persen).

c. Inflasi adalah tingkat harga di pasar rata-rata pertahun (persen).

d. PDRB adalah pendapatan masyarakat menurut harga konstan tahun 2005

untuk periode 2005-2010 dan harga konstan tahun 2010 untuk periode 2010-

2014 (rupiah).

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

penelitian pustaka (Library Research) di mana penelitian pustaka merupakan

suatu metode penelitian untuk memperoleh informasi dari literatur yang terkait
35

dengan penelitian ini, seperti jurnal penelitian, skripsi, dan buku terbitan lainnya

yang berhubungan dengan penelitian ini, serta data-data yang diperoleh dari

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan dan Bank Indonesia

cabang Makassar.

3.6 Rancangan Analisis Data

3.6.1. Uji Statistik

a. Analisis Regresi Berganda

Untuk menguji hipotesis yang diajukan tentang suku bunga, inflasi, dan

PDRB terhadap permintaan kredit modal kerja pada bank umum di Sulawesi

Selatan dalam periode tahun 2004-2015. digunakan metode analisis regresi

berganda yang dimaksudkan untuk dapat menghitung secara langsung besarnya

pengaruh variable bebas terhadap variable terikat yang dapat ditulis sebagai

berikut:

KMK = f (SBK, INF, PDRB)…………………………………..……….….(3.1)

Fungsi ini dapat dituliskan kedalam model dasar regresi berganda:

lnKMKt = β0 + β1 lnSBKt + β2 lnINFt + β3 lnPDRBt + et……….………..(3.2)

Dimana :

lnKMK = Kredit modal kerja (Rp)


lnSBK = Suku Bunga Kredit (%)
lnINF = Inflasi (%)
lnPDRB = PDRB (Rp)
ln = Logaritma natural
β0 = Konstanta
e = Standar Error
β1, β2, β3 = Koefisien Vvariabel bebas
36

t = Waktu

b. Uji Statistik t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Dengan kata lain untuk mengetahui apakah masing-maisng variabel independen

dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.

Jika t hit > t tabel, maka Hi diterima (signifikan) dan jika t hit < t tabel, Ho

diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah

hipotesis terbukti atau tidak, di mana tingkat signifikan yang digunakan 5%

dengan rumus:

βi
t hit = .................................................................................(3.3)
Sβi

Di mana :

βi : koefisien regresi ke-i

Sβi : kesalahan standar koefisien regresi ke-i

c. Uji Statistik F

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen. Di mana jika F hit > F tabel, maka Hi diterima atau variabel

independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen. Sebaliknya jika F hit < F tabel, maka Ho diterima atau variabel

independen secara bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel

dependen. Pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi secara bersama-sama


37

digunakan uji F dengan tingkat kepercayaan tertentu. Rumus F hitung dapat

dilihat pada persamaan 3.3.

R2 /(k−1)
F hit = ……………………………………............(3.4)
1−R2/(n−K)

Di mana :

n : Jumlah sampel

k : Jumlah variabel

F : Nilai F Hitung

R2 : Koefisien determinasi

d. Uji Statistik R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui sampai seberapa

besar persentase variasi dalam variabel terikat pada model yang diterangkan oleh

variabel bebasnya (Gujarati, 2007). Di mana apabila nilai R 2 mendekati 1, maka

terbukti bahwa ada hubungan yang kuat dan erat antara variabel terikat dan

variabel bebas dan penggunaan model tersebut dibenarkan.

Koefisien determinasi adalah untuk mengetahui seberapa besar persentase

sumbangan variabel bebas terhadap variabel tidak bebas yang dapat dinyatakan

dalam persentase. Namun tidak dapat dipungkiri ada kalanya dalam penggunaan

koefisien determinasi terjadi bias terhadap satu variabel bebas yang dimasukkan

dalam model. Sebagai ukuran kesesuaian garis regresi dengan sebaran data, R2

menghadapi masalah karena tidak memperhitungkan derajat bebas. Sebagai

alternatif digunakan corrected atau adjusted R2 yang dirumuskan:

P(1−R2 )
Adj R2 = R2 − N−P−1
……………………………………........(3.5)
38

Di mana:

R2 : Koefisien determinasi
P : Jumlah variabel bebas
N : Jumlah sampel

3.6.2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah terjadinya korelasi linier yang mendekati sempurna

antar lebih dari dua variabel bebas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau

sempurna di antara variabel bebas atau tidak (Suliyanto, 2011).

Pengujian multikolinearitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus VIF

berikut ini:
1
VIF = ............................................................................ …..(3.6)
1−R2

Di mana R2 diperoleh dari regresi auxiliary antara variabel independen

atau koefisien determinasi antara satu variabel bebas dengan variabel bebas

lainnya. Jika nilai VIF lebih kecil dari 10, maka tidak terdapat multikolinearitas.

b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi atau serial korelasi merupakan korelasi antara variabel atau

sampel satu dengan sampel lainnya. Pengujian adanya autokorelasi dapat

dilakukan dengan metode Durbin Watson (DW) test, Lagrange Multipiler (LM)

dan Breusch Godfrey (BG) test, serta run test (Rahim, 2012).
39

Uji Durbin-Watson (uji D-W) merupakan uji yang sangat populer untuk

menguji ada atau tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang

diestimasi (Suliyanto, 2011). Rumus yang digunakan untuk uji Durbin-Watson

adalah:

∑(e−et−1 )2
DW = ∑ e2t
....................................................................... (3.7)

Di mana:

DW : Nilai Durbin-Watson Test


e : Nilai residual
et−1 : Nilai residual satu periode sebelumnya

Tabel 3.1 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson


DW Kesimpulan
< Dl Ada autokorelasi (+)
dL sampai dengan dU Tanpa kesimpulan
dU sampai dengan 4-dU Tidak ada autokorelasi
4-dU sampai dengan 4-dL Tanpa kesimpulan
> 4-Dl Ada autokorelasi (-)
Sumber: Suliyanto (2011)

Jika dengan uji DW dihasilkan keragu-raguan, maka dilakukan uji lain,

salah satunya dengan LM test. Uji Langrange Mutiple (LM Test) dapat digunakan

untuk menguji adanya masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama

tetapi juga digunakan pada berbagai tingkat derajat autokorelasi (Suliyanto, 2011).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

4.1.1 Letak dan Kondisi Geografis

Provinsi Sulawesi Selatan terletak antara 0° 12′ − 8° Lintang Selatan dan

116° 48′ − 122° 36′ Bujur Timur yang berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat

di sebelah utara dan Teluk Bone, serta Provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah

timur. Batas sebelah barat dan timur masing-masing adalah Selat Makassar dan

Laut Flores.

Jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Selatan tercatat sekitar 67

aliran sungai dengan jumlah aliran terbesar di Kabupaten Luwu, yakni 25 aliran

sungai. Sungai terpanjang tercatat ada satu sungai, yaitu Sungai Saddang yang

mengalir meliputi Kabupaten Tator, Enrekang, dan Pinrang. Panjang sungai

tersebut masing-masing 150 km.

Di Sulawesi Selatan terdapat empat danau, yaitu Danau Tempe dan

Sidenreng yang berada di Kabupaten Wajo, serta Danau Matana dan Towuti yang

berlokasi di Kabupaten Luwu Timur. Adapun jumlah gunung tercatat sebanyak 7

gunung, dengan gunung tertinggi adalah Gunung Rantemario dengan ketinggian

3.470 m di atas permukaan air laut. Gunung ini berdiri tegak di perbatasan

Kabupaten Enrekang dan Luwu.

Luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tercatat 45.764,53 km persegi yang

meliputi 20 kabupaten dan 3 kota. Kabupaten Luwu Utara merupakan kabupaten

terluas dengan luas 7.502,68 km persegi atau luas kabupaten tersebut merupakan

41
42

16,46 persen dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan. tersebut merupakan 16,46

persen dari seluruh wilayah Sulawesi Selatan.

4.1.2 Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian Sulawesi Selatan dapat dilihat dari nilai rata-rata

permintaan kredit modal kerja, suku bunga kmk, inflasi dan PDRB dapat dilihat

pada gambar 4.1.

Tabel 4.1. Rata-rata Permintaan Kredit Modal Kerja, Suku Bunga Kredit Modal
Kerja, Inflasi dan PDRB di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2005-
2014
kredit Modal Suku Bunga
Inflasi PDRB
TAHUN Kerja kmk
(Juta Rp) (Persen) (Persen) (Miliar Rp)
2005 5,624,888 15.92 17.11 36,424.02
2006 6,910,365 15.07 6.60 38,867.68
2007 9,194,193 13.00 5.64 41,332.43
2008 11,833,264 15.22 12.23 44,549.83
2009 14,162,089 13.69 3.21 47,314.02
2010 15,386,838 12.83 6.64 171,740.70
2011 21,106,394 12.16 2.85 185.708.50
2012 26,873,793 11.49 4.49 202,184.60
2013 28,019,594 12.12 6.22 217,618.40
2014 31,387,394 12.79 5.88 234,084.00
Total 170,498,812 134.29 70.87 1,034,115.68
Rata-Rata 17,049,881 13.43 7.09 114,901.74
Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, 2015

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa permintaan kredit modal kerja di Sulawesi

Selatan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yang dimana pada

tahun 2005 permintaan kredit modal kerja sebesar Rp.5.624.888 juta. Kemudian

terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun berikutnya hingga

tahun 2014 sebesar Rp. 31.387.394 Juta. Hal ini seiring dengan banyaknya

kegiatan perekonomian masyarakat yang membutuhkan jasa perbankan.

Peningkatan kredit tersebut diperkirakan karena beberapa hal antara lain mulai
43

adanya penyesuaian tingkat suku bunga pinjaman seiring dengan dari penurunan

suku bunga simpanan serta meningkatnya aktivitas ekonomi dan Survei juga

menunjukkan meningkatnya permintaan terhadap pembiayaan dipengaruhi

prospek usaha dari nasabah yang semakin baik, terutama nasabah UMKM dan

perusahaan yang berorientasi pasar domestik.

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kredit modal kerja

adalah suku bunga kredit, yang dapat diartikan sebagai nilai balas jasa dari modal

atau harga yang harus dibayar kepada nasabah yang memiliki simpanan. Suku

bunga merupakan salah satu variabel ekonomi yang sangat penting karena

memiliki dampak yang sangat luas dalam kehidupan masyarakat maupun

pemerintah. Tingkat suku bunga juga mampu mempengaruhi kesehatan

perekonomian suatu negara. Suku bunga mempengaruhi keputusan

seseorang/rumah tangga dalam hal mengkonsumsi, membeli rumah, membeli

obligasi, atau menaruhnya dalam rekening tabungan. Suku bunga juga

mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan

apakah akan melakukan investasi pada proyek baru atau perluasan kapasitas.

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa tingkat suku bunga kredit modal kerja yang

ditetapkan oleh bank umum di Sulawesi Selatan cenderung mengalami fluktuasi

dari tahun ke tahun (periode 2005-2014). Yang dimana suku bunga kredit modal

kerja yang tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 15,92 persen. Kemudian pada

tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 11,49 persen. Hal tersebut dipengaruhi

oleh kondisi makro ekonomi yang kurang stabil seperti oleh kenaikan BBM

sehingga mengakibatkan inflasi yang tinggi. Tingkat suku bunga kredit yang
44

berfluktuasi ini pun disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi

penetapan tingkat bunga kredit.Salah satunya adalah tingkat bunga perbankan

yang ditetapkan oleh bank sentral banyak dipengaruhi oleh kebijakan yang

diambil oleh pejabat negara yang melihat dari faktor-faktor perkembangan dan

pertumbuhan ekonomi, baik secara makro maupun mikro. Salah satunya adalah

pengaturan jumlah uang yang beredar. Dengan meningkatkan tingkat suku bunga

akan menarik masyarakat untuk menabung namun sebaliknya akan membuat

masyarakat berpikir untuk meminjam uang di bank begitupun sebaliknya.

Selanjutnya inflasi yang merupakan suatu fenomena moneter yang selalu

meresahkan dan menggerogoti stabilitas ekonomi suatu negara.Secara umum

inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara

umum dan terus menerus selama waktu tertentu.Apabila terjadi inflasi, maka

terjadi ketidakpastian kondisi makroekonomi suatu negara. Adanya ketidakpastian

kondisi perekonomian suatu negara akan mengakibatkan masyarakat lebih

menggunakan dananya untuk konsumsi. Tingginya harga dan pendapatan yang

tetap atau pendapatan meningkat sesuai dengan besarnya inflasi membuat

masyarakat tidak mempunyai kelebihan dana untuk disimpan atau diinvestasikan.

Berdasarkan tabel 4.1 inflasi di Sulawesi Selatan mengalami fluktuasi

selama 10 tahun terakhir. Yang dimana inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2005

sebesar 17,11 persen dan inflasi mencapai angka terendah pada tahun 2011 yaitu

sebesar 2,85%. Kenaikan inflasi yang tinggi tersebut disebabkan karena adanya

imbas dari kenaikan harga BBM.Kenaikan harga BBM sebagai dampak dari
45

kenaikan harga minyak dunia dan besarnya defisit Anggaran Pendapatan Belanja

Negara (APBN).

Pada tahun berikutnya di tahun 2008 inflasi mengalami peningkatan yang

sangat tajam yakni sebesar 12,23%, yang disumbang oleh sisi cost push inflation.

Meningkatnya harga minyak dunia yang akhirnya membuat pemerintah juga

menaikkan harga BBM dimana hal ini memberikan kontribusi yang sangat

signifikan terhadap tingkat inflasi. Hal-hal lain seperti kelangkaan sumber energi,

baik gas maupun minyak di berbagai daerah maupun kekurangan suplai listrik

yang mengharuskan terjadinya pemadaman juga berperan meningkatkan inflasi

karena mendorong peningkatan biaya produksi.

Salah satu cara untuk melihat kemajuan pertumbuhan ekonomi suatu daerah

atau wilayah adalah dengan mencermati nilai pertumbuhan PDRB. PDRB adalah

nilai dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam waktu satu tahun. PDRB

merupakan salah satu indikator yang sering digunakan dalam pengukuran tingkat

kemakmuran penduduk di suatu wilayah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

Dalam mempelajari konsep pendapatan, maka harus dilihat dari mana

pendapatan tersebut dibentuk dan bagaimana proses pembentukannya. Suatu

kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah selalu mengarah pada

pencapaian kemakmuran. Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat

tingkat kemakmuran masyarakat, yaitu melalui pendapatan.

Pada tabel 4.1 diketahui bahwa PDRB Sulawesi Selatan pada tahun 2005

sebesar Rp 36.424,02 (miliar). Pada tahun 2014 jumlah PDRB meningkat tajam

sebesar Rp 234.084,00 (miliar), di mana perhitungan PDRB pada tahun tersebut


46

menggunakan perhitungan PDRB dengan 17 sektor perekonomian. Dari tabel 4.1

diketahui bahwa selama 10 tahun PDRB Sulawesi Selatan relatif stabil dan

mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Dengan demikian, besar

kecilnya tingkat PDRB suatu daerah merupakan salah satu faktor yang

menentukan besar kecilnya permintaan kredit masyarakat terhadap bank umum

yang kemudian dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah

Sulawesi Selatan.

Trend Perkembangan Permintaan Kredit Modal Kerja, Suku Bunga Kredit

Modal Kerja, Inflasi dan PDRB dapat dilihat pada Gambar 4.1

300

250

200
PDRB

150 Inflasi
Suku Bunga
100 KMK

50

0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Gambar 4.1 Trend Permintaan Kredit Modal Kerja, Suku Bunga Kredi Modal
Kerja, Inflasi dan PDRB di Sulawesi Selatan Periode 2005-2014.
Sumber: Diolah dari tabel 4.1

Pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa suku bunga berbanding terbalik

dengan permintaan kredit modal kerja, ketika suku bunga meningkat, permintaan

kredit modal kerja mengalami penurunan dan sebaliknya ketika suku bunga bunga

menurunan, jumlah permintaan kredit modal kerja meningkat. Inflasi juga


47

berhubungan terbalik dengan permintaan kredit modal kerja sedangkan PDRB

setiap tahunnya di ikuti dengan peningkatan permintaan kredit modal kerja.

4.2. Hasil Penelitian

Pengaruh suku bunga kmk, inflasi, dan PDRB terhadap permintaan kredit

modal kerja pada bank umum di Sulawesi Selatan periode 2005-2014

menggunakan model analisis regresi berganda dan uji asumsi klasik, yaitu

multikolinearitas dan autokorelasi. Inflasi dan PDRB memiliki tanda harapan

positif yaitu setiap peningkatan PDRB dan Inflasi akan meningkatkan permintaan

kredit modal kerja. Tingkat suku bunga memiliki tanda harapan negatif yaitu

ketika tingkat suku bunga meningkat, maka permintaan kredi modal kerja akan

mengalami penurunan. Hasil penelitian tentang pengaruh suku bunga kmk, inflasi

dan PDRB diSulawesi Selatan disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Pengaruh suku Bunga kmk, Inflasi dan PDRB Terhadap Permintaan
Kredit Modal kerja Pada Bank Umum Di Sulawesi selatan.
Variabel Bebas T.H Β t hitung Sig VIF
ln SB.KMK - -0,583ns -0,270 0,796 6,514
ln INF + -0,160ns -0,598 0,572 2,445
ln PDRB + 0,543** 2,464 0,049 3,955
Konstanta 12,102
Fhitung 11,958
2
Adjusted R 0,785
Ttabel 2,36462
Ftabel 4,74
DW 1,272
N 10
DW tabel dl(0,5253), du(2,0163), 4-du(1,9837), 4-dl(3,4747)
Run Test 0,314
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2017
48

Keterangan:
** : Signifikan pada tingkat kesalahan 5% (0,05) atau tingkat
kepercayaan 95%
ns : Tidak signifikan
TH : Tanda Harapan
Berdasarkan analisis yang digunakan pada Bab III, maka di peroleh

persamaan regresi sebagai berikut:

lnKMKt = 12,102 − 0,583lnSBKMKt − 0,160lnINFt + 0,543lnPDRBt + et …...4.1

Selanjutnya dilakukan uji multikolinearitas yang bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau

sempurna di antara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang

terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas,

maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier. Dari

hasil uji multikolinearitas dengan menggunakan metode Variance Inflaction

Factor (VIF) menunjukkan tidak terjadinya multikolinearitas pada variabel suku

bunga kmk, inflasi, dan PDRB karena nilai VIF dari ketiga variabel tersebut lebih

kecil dari 10.

Selanjutnya uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode sebelumnya. Hasil uji autokorelasi menggunakan

Durbin Watson (DW) dengan nilai DW = 1,272, nilai DL = 0,5253, dan nilai DU

sebesar = 2,0163. Menunjukkan keragu-raguan pada model sehingga dilakukan

metode lain , yaitu Run test. Hasil uji autokorelasi menggunaka metode run test,

yang artinya tidak terdapat autokorelasi pada periode penelitian dengan periode

sebelumnya. Hasil uji autokorelasi diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,314 lebih
49

dari signifikansi yang digunakan yaitu 005 yang artinya tidak terjadi autokorelasi

dalam persamaan regresi tersebut.

Setelah dilakukan uji asumsi klasik di lakukan uji statistik, untuk

mengetahui besarnya kontribusi adjusted R2. Dari variabel bebas terhadap

variabel terikat digunakan ukuran ketepatan model koefisien determinasi hasil

perhitungan dengan menggunakan SPSS, koefisien determinasi adjusted R2 yang

diperoleh sebesar 0,785 atau 78,5 persen. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa

variabel bebas pada model yang disajikan dapat menjelaskan sebesar 78,5 persen

terhadap naik-turunnya variabel terikat sedangkan sisanya sebesar 21,5 persen

ditentukan oleh variabel lain di luar model.

Uji sifat yang lain adalah uji F dan t. Uji F digunakan untuk menguji

pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Dari hasil

uji F menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 11,958, sedangkan nilai Ftabelnya

sebesar 4,74. Karena Fhitung> Ftabel, berarti secara simultan (menyeluruh) variabel-

variabel bebas (Suku bunga kmk,inflasi, dan PDRB) memiliki pengaruh yang

berarti terhadap variabel terikat (permintaan kredit modal kerja).

Sedangkan uji t digunakan untuk menguji apakah variabel bebas

berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikatnya. Hasil pengujian secara

parsial menunjukkan bahwa variabel suku bunga kmk memiliki nilai thitung sebesar

-0,270 sedangkan ttabelnya sebesar 2,36462. Karena thitung< ttabel berarti secara

parsial variabel suku bunga kmk berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap variabel permintaan kredit modal kerja. Variabel inflasi memiliki nilai

thitung sebesar-0,598 sedangkan ttabelnya sebesar 2,36462. Karena thitung <ttabel,


50

berarti secara parsial variabel inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap variabel permintaan kredit modal kerja.Sedangkan variabel PDRB

memiliki nilai thitung sebesar 2,464 sedangkan ttabelnya sebesar 2,36462Karena

thitung> ttabel berarti secara parsial variabel PDRB berpengaruh positif secara

signifikan terhadap variabel permintaan kredit modal kerja.

4.2.1 Pengaruh Suku Bunga Kredit Modal Kerja Terhadap Permintaan

Kredit Modal Kerja di Sulawesi Selatan Periode 2005-2014

Dari hasil pengujian variabel suku bunga kredit modal kerja berpengaruh

tidak signifikan terhadap permintaan kredit modal kerja. Hal ini dapat dilihat pada

nilai koefisien variabel suku bunga kredit modal kerja di Sulawesi Selatan sebesar

-0,583 persen. Yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,796 <𝛼 =

0,05.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel suku bunga kredit

modal kerja berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap permintaan kredit

modal kerja. Kondisi data riil suku bunga kredit modal kerja di Sulawesi Selatan

mengalami fluktuasi setiap tahunnya, pada periode 2005 yaitu sebesar 15,92 %

sampai dengan tahun 2014 yakni sebesar 17,26 %. Data riil permintaan kredit

modal kerja di Sulawesi Selatan juga mengalami peningkatan setiap tahunnya

yakni pada tahun 2005 sebesar 5.624.888 juta rupiah sampai dengan tahun 2014

yakni sebesar 31.387.394 juta rupiah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Purwanti (2010) dan Armani (2007) yang dalam penelitiannya menyimpulkan

bahwa Variabel suku bunga kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan
51

terhadap variabel permintaan kredit dan Namun hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan teori klasik yang mengatakan bahwa bunga merupakan nilai balas jasa dari

modal. Dalam teori klasik, stock barang modal di campuradukkan dengan uang

dan keduanya dianggap mempunyai hubungan yang subsitutif. Semakin langka

modal, maka semakin tinggi tingkat suku bunga. Sebaliknya, semakin banyak

modal maka semakin rendah tingkat bunga.

Permintaan masyarakat akan kredit, dalam hal ini kredit modal kerja

memiliki hubungan dengan tingkat suku bunga kredit itu sendiri. Jika suku bunga

yang ditawarkan bank semakin kecil maka masyarakat akan semakin tertarik

untuk melakukan peminjaman kepada bank. Peminjaman yang dilakukan debitur

akan dikenakan bunga yang sebelumnya sudah disepakati sebelum kredit di

berikan. Bunga kredit yang di hasilkan dari debitur akan menjadi sumber

pendapatan bank.

Tingkat bunga mengirim isyarat harga kepada peminjam, pemberi

pinjaman, penabung, dan investor. Jika tingkat bunga naik maka akan lebih besar

volume tabungan dan merangsang pinjaman dana. Sebaliknya, jika tingkat bunga

menurun, cenderung menurunkan aliran tabungan dan akibatnya mengurangi

kegiatan pemberian pinjaman. Tingkat bunga yang tinggi cenderung mengurangi

volume peminjaman dana investasi modal. Tingkat bunga yang rendah

merangsang peminjaman dan pengeluaran investasi.


52

4.2.2. Pengaruh Inflasi Terhadap Permintaan Kredit Modal Kerja di

Sulawesi Selatan Periode 2005-2014

Dari hasil pengujian variabel inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap

permintaan kredit modal kerja. Hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien variabel

suku bunga kredit modal kerja di Sulawesi Selatan sebesar -0,160 persen. Yang

ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,572 < 𝛼 = 0,05.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan kredit modal kerja. Kondisi data

riil inflasi di Sulawesi Selatan mengalami fluktuasi setiap tahunnya, pada periode

2005 yaitu sebesar 17,11 % sampai dengan tahun 2014 yakni sebesar 5,88 %.

Data riil permintaan kredit modal kerja di Sulawesi Selatan juga mengalami

peningkatan setiap tahunnya yakni pada tahun 2005 sebesar 5.624.888 juta rupiah

sampai dengan tahun 2014 yakni sebesar 31.387.394 juta rupiah.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan kredit modal kerja. Kondisi data

riil inflasi di Sulawesi Selatan mengalami fluktuasi setiap tahunnya, pada periode

2005 yaitu sebesar 17,11 % sampai dengan tahun 2014 yakni sebesar 5,88 %.

Data riil permintaan kredit modal kerja di Sulawesi Selatan juga mengalami

peningkatan setiap tahunnya yakni pada tahun 2005 sebesar 5.624.888 juta rupiah

sampai dengan tahun 2014 yakni sebesar 31.387.394 juta rupiah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hariyanto (2011) yang dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa inflasi

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kredit sehingga hipotesis 2 (H2)
53

bahwa inflasi berpengaruh terhadap kredit tidak diterima (ditolak). Dengan

demikian kenaikan inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah

kredit yang disalurkan oleh bank umum di Indonesia. Namun hasil penelitian ini

tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dondo (2013) yang dalam

Penelitiannya menyimpulkan bahwa suku bunga kredit modal kerja berpengaruh

signifikan terhadap jumlah alokasi kredit modal kerja pada bank umum di

Indonesia. Dan teori yang di kemukakan oleh Keynes bahwa kuantitas uang tidak

berpengaruh terhadap permintaan total. Karena suatu perekonomian dapat

mengalami inflasi walaupun tingkat kuantitas uang tetap konstan. Jika uang

beredar bertambah maka harga akan naik. Kenaikan harga ini akan menyebabkan

bertambahnya permintaan uang akan transaksi, dengan demikian akan menaikkan

suku bunga. Dan hal ini akan menccgah pertambahan permintaan untuk investasi

dan akan melunakkan tekanan inflasi.

Inflasi diartikan sebagai melonjaknya harga hal ini terjadi bila harga-harga

mengalami kenaikan sedang permintaan tetap. Ini akan menyebabkan

kesejahteraan masyarakat menurun, nilai uang menurun dan daya beli masyarakat

menjadi rendah. Inflasi akan mengganggu kehidupan masyarakat banyak karena

harga terus menerus meningkat sehingga mengancam kehidupan ekonomi rakyat.

Kenaikan satu atau dua barang saja belum dapat dikatakan inflasi. Kenaikan harga

secara musiman misalnya menjelang lebaran, natal dan tahun baru atau terjadi

sekali saja serta tidak punya pengaruh lanjutan, maka hal tersebut tidak bisa

dikatakan sebagai inflasi. Yang dimaksud dengan inflasi adalah kondisi kenaikan

harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus.


54

4.2.3 Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Permintaan

Kredit Modal Kerja di Sulawesi Selatan Periode 2005-2014

Variabel PDRB berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit modal

kerja, hal ini dapat dilihat pada nilai koefisien variabel PDRB di Sulawesi Selatan

sebesar 0,543. Artinya, setiap kenaikan PDRB sebesar 1 persen maka akan

meningkatkan permintaan kredit modal kerja di Sulawesi Selatan sebesar 0,543

persen. Yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,049 >𝛼 = 0,05.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PDRB berpengaruh

positif dan signifikan terhadap permintaan kredit modal kerja. Kondisi data riil

PDRB di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada periode

2005 yaitu sebesar 36.424,02 miliar rupiah sampai dengan tahun 2014 yakni

sebesar 234.084,00 miliar rupiah. Data riil permintaan kredit modal kerja di

Sulawesi Selatan juga mengalami peningkatan setiap tahunnya yakni pada tahun

2005 sebesar 5.624.888 juta rupiah sampai dengan tahun 2014 yakni sebesar

31.387.394 juta rupiah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Harrod-

Domar yang beranggapan bahwa penambahan modal akan meningkatkan

kemajuan dan menghasilkan suatu barang dan menaikkan pemintaan efektif. Hasil

penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2010)

dan Fauziah (2012) bahwa PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap

permintaan kredit modal kerja. Hal ini berarti peningkatan pada PDRB akan

berdampak pada peningkatan permintaan kredit modal kerja.


55

Bagi masyarakat dalam mengajukan permohonan kredit untuk kegiatan

ekonomi salah satunya ditentukan oleh besarnya pendapatan masyarakat tersebut.

Secara teori apabila pendapatan yang diperoleh semakin tinggi maka akan

mendorong masyarakat untuk semakin banyak mengajukan permohonan kredit.

Dari hasil perhitungan analisis PDRB ini juga menunjukan bahwa pendapatan

(PDRB) mempunyai pengaruh yang positif terhadap permintaan kredit perbankan.

hal ini disebabkan karena dengan adanya kenaikan PDRB maka tingkat konsumsi

masyarakat akan semakin meningkat, oleh sebab itu jika PDRB meningkat maka

permintaan kredit akan meningkat guna mencukupi tingkat konsumsi yang

dihadapi oleh masyarakat.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh suku bunga kredit modal

kerja, inflasi dan PDRB maka dapat di simpulkan bahwa:

1. Suku bunga kredit modal kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap

permintaan kredit modal kerja.

2. Inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap permintaan kredit modal kerja.

3. PDRB berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit modal kerja

5.2 Saran

1. Sebaiknya pihak perbankan lebih memperhatikan kualitas fortofolio

peminjaman kredit untuk modal kerja agar bisa meningkat mengingat kredit

sebagai sumber utama pemasukan perbankan.

2. Sebaiknya pihak perbankan lebih memperhatikan dan mengawasi lagi

nasabahnya ketika mengambil kredit di bank dikarenakan adanya penyalah

gunaan kredit terhadap nasabah.

3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya bisa meneliti faktor-faktor lain yang

mempengaruhi permintaan kredit modal kerja selain tingkat suku bunga

kredit modal kerja, inflasi dan PDRB.

56
DAFTAR PUSTAKA

Armani, Rasidah. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan


Kredit Modal Kerja PT. Bank Sumut Oleh Usaha Kecil dan Menengah
di Medan. Universitas Sumatera Utara.

Darmawi, Herman. 2009. Pasar Finansial dan Lembaga Lembaga Finansial.


Jakarta: Bumi Aksara.

Dondo, Wahyuningsih. 2013. Suku Bunga Kredit Modal Kerja dan Tingkat Inflasi
Terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja Pada bank Umum di
Indonesia. Universitas Sam Ratulangi.

Ekananda, Mahyus. 2014 Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga.

Fauziah, Luluk. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan


Kredit Perbankan Pada Bank Umum Di Provinsi Jawa Timur.
Universitas Pembangunan nasional.

Gujarati. 2007. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Hariyanto, Agus. 2011. Pengaruh Suku Bunga SertifikatBank Indonesia dan


Inflasi Terhadap Kredit Pada Bank Umum di Indonesia. Universitas

Hasibuan, Malayu, S P. 2008. Dasar–Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara.

Indikator Ekonomi 2005-2014”, Situs Resmi BPS Sulawesi Selatan,


http://sulsel.bps.go.id (10 Februari 2017).

Insukindro. 1991. Ekonomi Uang dan Bank, Teori dan Pengalaman di Indonesia.
Yogyakarta: BPFE
Iqlima, Nresna. 2010. Analisis Pengaruh Inflasi, DPK, dan Tingkat Suku Bunga
Kredit Modal Kerja Terhadap Posisi Kredit Modal Kerja. UIN Syarif
Hidayatullah.
Jhingan, M.L. 2013. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Diterjemahkan
Oleh Guritno: Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kartini, Sri. 2010. Inflasi dan Penanggulangannya, Jakarta: Pamularsih.

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi; Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

57
58

______, 2014.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Revisi: Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.

Kelana, Said. 1996. Teori Ekonomi Makro. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Muljono, Teguh Pudjo. 1993. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil,


Yogyakarta: BPFE.

Murni, Asfia. 2014. Ekonomika Makro. Edisi Revisi: Refika Aditama.

Nanga, Muana, 2005. Makroekonomi, Teori, Masalah, dan Kebijakan. Edisi


Kedua: Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nurratna, Mustika Yustien. 2014. Analisis Permintaan Kredit Modal Kerja Usaha
Kecil di Koperasi Serba Usaha Gondok Sragen. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Nopirin, 1992. Ekonomi Moneter, Yogyakarta: BPFE UGM.

_______, 1993. EkonomiMoneter, Yogyakarta: BPFE UGM.

_______, 2014. EkonomiMoneter, Yogyakarta: BPFE UGM.

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi”, Situs Resmi BPS Sulawesi


Selatan, http://sulsel.bps.go.id (10 Februari 2017).
Purwanti, Puji. 2010. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Permintaan Kredit
Perbankan Pada Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah tahun 1993-
2008. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Rahim. Abd. 2012. Model Ekonometrika Perikanan Tangkap. Makassar: Badan


Penerbit UNM.

Sabar. 2007. Pengantar Metodologi Penelitian. Kudus: FKIP Universitas Muria


Kudus.
Sadono, Sukirno. 2000. Makroekonomi Modern, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
______. 2003. Pengantar Teori Mikroekonomi, Edisi kedua. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

______. 2013. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga: Jakarta: Rajawali


Pers.
59

______. 2013. Mikroekonomi Pengantar Teori. Edisi Ketiga; Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Samuelson. 2010. Ilmu Makro Ekonomi, Jakarta: PT. Media Global Edukasi.

Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan :Teori & Aplikasi dengan SPSS. Jakarta:
Andi Offset.

Suparmono. 2004. Pengantar Ekonomika Makro. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah”, Situs Resmi Bank Indonesia,


www.bi.go.id. (10 Februari 2017)

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi:
Jakarta: Bumi Aksara.

Tohar. 1999. Permodalan dan Perkreditan Koperasi, Yogyakarta: Penerbit


Kanisius.
Wahab, Abdul. 2013. Pengaruh PDRB, Suku Bunga Bank Indonesia Dan Dana
Pihak Ketiga Terhadap Penyaluran Kredit Pada Bank-Bank Umum di
Sulawesi Selatan. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Permintaan Kredit Modal Kerja, Suku Bunga Krdit
Modal Kerja, Inflasi dan PDRB di Sulawesi Selatan

kredit Modal Suku Bunga


Inflasi PDRB
TAHUN Kerja kmk
(Juta Rp) (Persen) (Persen) (Miliar Rp)
2005 5,624,888 15.92 17.11 36,424.02
2006 6,910,365 15.07 6.60 38,867.68
2007 9,194,193 13.00 5.64 41,332.43
2008 11,833,264 15.22 12.23 44,549.83
2009 14,162,089 13.69 3.21 47,314.02
2010 15,386,838 12.83 6.64 171,740.70
2011 21,106,394 12.16 2.85 185.708.50
2012 26,873,793 11.49 4.49 202,184.60
2013 28,019,594 12.12 6.22 217,618.40
2014 31,387,394 12.79 5.88 234,084.00

60
61

Lampiran 2. Hasil Olah Data

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
lnKMK 16.5009 .60089 10
lnSB.KMK 2.5919 .10964 10
lnINF 1.8168 .54297 10
lnPDRB 11.4226 .83832 10

Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 lnPDRB, lnINF, . Enter
lnSB.KMKb
a. Dependent Variable: lnKMK
b. All requested variables entered.

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .926a .857 .785 .27858 1.272
a. Predictors: (Constant), lnPDRB, lnINF, lnSB.KMK
b. Dependent Variable: lnKMK

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.784 3 .928 11.958 .006b
Residual .466 6 .078
Total 3.250 9
a. Dependent Variable: lnKMK
b. Predictors: (Constant), lnPDRB, lnINF, lnSB.KMK
62

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 12.102 7.518 1.610 .159
lnSB.KMK -.583 2.161 -.106 -.270 .796 .154 6.514
LnINF -.160 .267 -.145 -.598 .572 .409 2.445
lnPDRB .543 .220 .757 2.464 .049 .253 3.955
a. Dependent Variable: lnKMK
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nur Amal, sering dipanggil Amal.

Tempat kelahiran di Ujung Pandang, 15 Maret 1995.

Merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara. Penulis

memulai pendidikan di SD Negeri Borong Raya

Makassar pada tahun 2001 sampai 2007,

selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMP

Negeri 8 Makassar pada tahun 2007 sampai 2010, kemudian penulis

melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Maniangpajo pada tahun 2010

sampai 2013. Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswi di program

studi Ekonomi Pembangunan di Universitas Negeri Makassar.

63

Anda mungkin juga menyukai