Anda di halaman 1dari 235

SKRIPSI

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR


EKSTERNAL TERHADAP RETURN ON EQUITY
(Studi Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indoneisa Tahun 2014-2019)

Oleh :

ANANDHA PUJHA QALSUM


NIM. B1B1 17 178

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR
EKSTERNAL TERHADAP RETURN ON EQUITY
(Studi Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indoneisa Tahun 2014-2019)

SKRIPSI

OLEH

ANANDHA PUJHA QALSUM


NIM. B1B1 17 178

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi Oleh : Anandha Pujha Qalsum (B1B117178) telah diperiksa dan


disetujui oleh pembimbing untuk diajukan pada panitia Seminar
Ujian Skripsi.

Kendari, Desember 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sujono, SE., M.Si Dr. Wahyuniati Hamid, S.Pd., M.Si


NIP. 19650409 199203 1 001 NIP. 19750102 200812 2 001

Mengetahui
Ketua Jurusan Manajemen

Dr. Juharsah, SE., M.Si


NIP.19750401 200501 1 001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Oleh : Anandha Pujha Qalsum (B1B117178) telah dipertahankan


didepan dewan penguji skripsi pada tanggal 16 Desember 2021,
berdasarkan SK.Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Nomor
6277/UN29.6/PP/2021 dan dinyatakan LULUS

Dewan Penguji

Ketua : Prof. Dr. H. Dedy Takdir. S., SE., M.Si (…………………)

Sekretaris : Riski Amalia Madi, SE., M.Si. (…………………)

Anggota : 1. Nuryamin Budi, SE., M.Si (…………………)

2. Dr. Sujono, SE., M.Si (…………………)

3. Dr. Wahyuniati Hamid, S.Pd., M.Si (…………………)

Mengetahuai
Ketua Jurusan Manajemen

Dr. Juharsah,SE.,M.Si
NIP.19750401 200501 1 001

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Anandha Pujha Qalsum


NIM : B1B117178
Jurusan/Program studi : Manajemen
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi, yang saya tulis ini benar-benar

tulisan saya dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau seluruhnya. Apabila

dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil plagiasi, baik

sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Kendari, ….., ……, 2021

Anandha Pujha Qalsum

v
ABSTRAK

Qalsum, Anandha Pujha 2021. Pengaruh Faktor Internal dan Faktor


Eksternal Terhadap Return On Equity (Studi Pada Bank Umum
Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2014-2019). Skripsi Jurusan
Manajemen, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Halu Oleo.
Pembimbing : (1) Sujono, (2) Wahyuniati Hamid.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Faktor Internal Bank dan
Faktor Eksternal Bank terhadap Return on equity perusahaan perbankkan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2019. Penelitian ini diuji dengan
tujuh variable independen yaitu inflasi, PDB dan suku bunga serta determinan
internal bank antara lain Risiko Kredit, Risiko Likuiditas, Risiko Pendanaan dan
Ukuran Perusahaan dengan variable dependen yaitu Profitabilitas yang diukur
menggunakan Return On Equity.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankkan yang terdaftar di


BEI tahun 2014-2019 dengan jumlah populasi sebanyak 43 Bank. Dengan
menggunakan metode Purposive sumpling, diambil 27 sampel. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi data panel yang diperoleh dari laporan keuangan
tahunan Bank, data Inflasi dan PDB yang diambil dari BPS (Badan Pusat
Statistik) selama 6 tahun. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan
bantuan Program Eviews 9.

Berdasarkan hasil penelitian menemukan bahwa risiko kredit, inflasi dan


suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap return on equity bank.
Sedangkan Bank size memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return on
equity bank. Disis ilain risiko likuiditas, risiko pendanaan dan pertumbuhan
ekonomi berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan pada return on equity bank.

Keywords: Risiko kredit, Risiko Likuiditas, Risiko Pendanaan, Ukuran


Perusahaan, Inflasi, PDB, Suku Bunga dan Return on equity.

vi
ABSTRACT

Qalsum, Anandha Pujha 2021. The Influence of Internal and


External Factors on Return On Equity. (Studies on Commercial
Banks Listed on the IDX 2014-2019). Thesis of Management
Department, Faculty of Economics and Business, Halu Oleo
University Bachelor Program. Supervised by: (1) Sujono, (2)
Wahyuniati Hamid.

This study This study aims to examine the effect of Bank Internal Factors
and Bank External Factors on the return on equity of banking companies listed on
the Indonesia Stock Exchange 2014-2019. This study was tested with seven
independent variables, namely inflation, GDP and interest rates as well as internal
bank determinants including Credit Risk, Liquidity Risk, Funding Risk and Bank
Size with the dependent variable being Profitability as measured by Return On
Equity.

The population of this research is banking companies listed on the IDX in


2016-2019 with a population of 43 banks. By using the purposive sumpling
method, 27 samples were taken. This study uses panel data regression analysis
obtained from the Bank's annual financial statements, inflation and GDP data
taken from BPS (Central Bureau of Statistics) for 6 years. This study uses
secondary data with the help of the Eviews 9 Program.

Based on the results of the study indicate that credit risk, inflation and
interest rates have a significant negative effect on bank return on equity.
Meanwhile, Bank size has a positive and significant effect on bank return on
equity. On the other hand, liquidity risk, funding risk and economic growth have a
negative but not significant effect on bank return on equity.

Keywords: Credit risk, Liqudity risk, Funding risk, Bank size, Inflation,
GDP, Interest Rate and Return on equity.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “pengaruh Faktor internal dan faktor

eksternal terhadap return on equity (studi pada perusahaan perbankkan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019)” dapat terselesaikan guna

untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana manajemen

(S.M) Pada jurusan manajemen, fakultas ekonomi dan bisnsis, Universitas

Haluoleo, kendari.

Melalui kesempatan ini secara khusus penulis sampaikan penghargaan dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, Ayahanda tercinta

Jufri Tahir. dan ibunda tercinta Rahmatia atas doa, pengorbanan, dan kasih

sayang mereka merawat, membesarkan dan membimbing serta memberikan

dorongan dan semangat moral maupun materi dalam melaksanakan amanah dari

mereka.

Penulis juga menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan yang

tak terhingga kepada bapak Dr. Sujono, SE., M.Si selaku pembimbing pertama

dan ibu Dr. Wahyuniati Hamid, S.Pd., M.Si. selaku pembimbing kedua yang

telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan ketulusan hati mereka selama ini yang

senantiasa mendidik penulis dengan kasih sayang mereka, memberikan motivasi

yang begitu besar dan begitu banyak memberikan nasihat dan masukan yang dapat
viii
ix

membangun potensi diri penulis, semuanya itu akan saya jadikan pegangan dalam

menempuh dan meraih cita-cita penulis dimasa yang akan dating.

Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., SSi., M,Si., M.Sc selaku

Rektor Universitas Halu Oleo yang telah memberikan kesempatan kepada

saya untuk menyelesaikan pendidikan di Universitas Halu Oleo ini.

2. Bapak Prof. Dr. Arifuddin Mas’ud, SE., M.Si., AK., CA., ACPA, M.Si

selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo yang

telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan

pendidikan di Universitas Halu Oleo ini.

3. Bapak Dr. Juharsah, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari yang telah

memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan di

Universitas Halu Oleo ini.

4. Ibu Dr. Wahyuniati Hamid, S.Pd., M.Si selaku Sekertaris Jurusan

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari

yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan

pendidikan di Universitas Halu Oleo ini.

5. Bapak Prof. Dr. H. Dedy Takdir S, SE., M.Si. selaku Ketua tim penguji

yang telah memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam

perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Riski Amalia Madi, SE., M.Si selaku Sekretaris penguji yang telah

memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam perbaikan


x

skripsi ini.

7. Bapak Nuryamin Budi, SE., MSi selaku Anggota Penguji yang telah

memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam perbaikan

skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen pengajar serta Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Halu Oleo Kendari yang telah memberikan bimbingan dan

ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan membantu kelancaran studi.

9. Ucapan terima kasih kepada Kakak ku tercinta Suchi Safitri dan Lady

Cahya Maulidya serta adikku Anggun Aulia Rachmi Rezika terimakasih

atas doa, dukungan dan semangat yang diberikan. Terimakasih pula

kepada seluruh keluarga besar yang memberikan dukungan, motivasi dan

doa sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir dengan lancar.

10. Ucapan terima kasih kepada sahabat seperjuanganku; Amra, Badriyatun

Hajry, Waode Nilam Sari Cahya, Yulisa Pasaribu, Yuyun Andriani, Siti

Santriani, Desi Lestari, Ulandari, Serli, Suci Damar Wulan, Santri Dwi

Garini, dan Almarhum Dewi Anjani yang selalu mendukung dan

membantu saya dalam keadaan apapun untuk menyelesaikan tugas akhir

ini.

11. Sahabat tercinta saya yang paling pengertian dan menjadi tempat curhat

Sita Islamiati, Fanny Sri Rahayu Sintha, Marwah Hanurti dan Ain

Aprilliah. Terimakasih banyak atas bantuan dan semangat yang selalu

diberikan dari awal kuliah sampai sekarang.

12. Ucapan terimakasih pula kepada teman-teman posko KKN saya; Wahib
xi

Mahdi Halida, Awaludin Taslim, Fahrul Ali Ramadhan, Hendrik, Win

Paiman, Yanas Muhdar, Noni Eka Putri, Andi Mutia Arnisa S,

Muhammad Fakhri Fauzaan, Hari Aditiya Martandu dan teman-teman

lainnya yang tidak sempat saya sebutkan namanya yang telah memberikan

semangat dan motivasi untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

13. Seluruh rekan-rekan Mahasiswa Manajemen Angkatan 2017 Fakultas

Ekonomi dan Bisnis yang tidak sempat saya sebutkan yang telah

memberikan semangat untuk menyelesaikan penulisan skripsi, dan terima

kasih atas saran, doa dan dukungannya.

14. Dan orang-orang yang tidak bisa penulis tuliskan namanya satu per satu.

Atas segalanya saya ucapkan terima kasih dari hati yang terdalam.

15. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in

me, I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for

having no days off, I wanna thank me for never quitting.

Penulis menyadari bahwa tugas akhi ini baik dalam pengungkapan,

penyajian dan pemilihan kata-kata serta pembahasan materi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun demi penulisan yang lebih baik di masa mendatang. Dan semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan

Kendari, Desember 2021

Anandha Pujha Qalsum


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN SAMPUL......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................. v
ABSTRAK............................................................................................................ vi
ABSTRACT.......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR........................................................................................ viii
DAFTAR ISI......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................
...............................................................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
.............................................................................................................................
xviii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 14
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 15
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................ 16
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................... 17

BAB II TINJAUN PUSTAKA.............................................................................. 18


2.1..Kajian Teori.......................................................................................... 18
2.1.1 Profitabilitas................................................................................ 18
2.1.1.1 Teori Profitabilitas..............................................................18
2.1.1.2 Pengertian Profitabilitas.....................................................22
2.1.1.3 Pengukuran Profitabilitas...................................................23
2.1.2 Faktor Internal Bank.................................................................... 27
2.1.2.1 Risiko Kredit.......................................................................28
2.1.2.1.1 Teori Risiko Kredit................................................... 28
2.1.2.1.2 Pengertian Risiko Kredit.......................................... 31
2.1.2.1.3 Pengukuran Risiko Kredit........................................ 32
2.1.2.2 Risiko Likuiditas.................................................................33
2.1.2.2.1 Teori Risiko Likuiditas............................................. 33
2.1.2.2.2 Pengertian Risiko Likuiditas.................................... 34

xii
xiii

2.1.2.2.3 Pengukuran Risiko Likuiditas.................................. 36


2.1.2.3 Risiko Pendanaan...............................................................37
2.1.2.4 Ukuran Perusahaan.............................................................38
2.1.2.4.1 Teori ukuran perusahaan.......................................... 38
2.1.2.4.2 Pengertian ukuran perusahaan.................................. 39
2.1.2.4.3 Pengukuran ukuran perusahaan................................ 41
2.1.3 Faktor Eksternal Bank................................................................. 42
2.1.3.1 Inflasi..................................................................................42
2.1.3.1.1 Teori Inflasi.............................................................. 42
2.1.3.1.2 Pengertian Inflasi...................................................... 45
2.1.3.1.3 Pengukuran Inflasi.................................................... 47
2.1.3.2 Pertumbuhan Ekonomi.......................................................49
2.1.3.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi....................................
49
2.1.3.2.2 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi...........................
51
2.1.3.2.3 Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi.........................
52
2.1.3.3 Suku Bunga.........................................................................53
2.1.3.3.1 Teori Suku Bunga..................................................... 53
2.1.3.3.2 Pengertian Suku Bunga............................................ 55
2.1.3.3.3 Pengukuran Suku Bunga.......................................... 56
2.2 Peneliti Terdahulu................................................................................. 57
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian.................................... 75
2.3.1 Kerangka Konseptual.................................................................. 75
2.3.2 Hipotesis Penelitian..................................................................... 78
2.3.2.1 Pengaruh Risiko Kredit Terhadap Profitabilitas.................78
2.3.2.2 Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas...........79
2.3.2.3 Pengaruh Risiko Pendanaan Terhadap Profitabilitas..........80
2.3.2.4 Pengaruh ukuran perusahaan Terhadap Profitabilitas........81
2.3.2.5 Pengaruh Inflasi Terhadap Profitabilitas............................82
2.3.2.6 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Profitabilitas. 83
2.3.2.7 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Profitabilitas...................84

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 86


3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian............................................................... 86
3.1.1 Lokasi Penelitian......................................................................... 86
3.1.2 Waktu Penelitian......................................................................... 86
3.2 Populasi Dan Sampel............................................................................ 87
3.2.1 Populasi....................................................................................... 87
xiv

3.2.2 Sampel......................................................................................... 87
3.3 Jenis Dan Sumber Data......................................................................... 89
3.3.1 Jenis Data..................................................................................... 89
3.3.2 Sumber Data................................................................................ 89
3.4 Metode Pengumpulan Data................................................................... 90
3.5 Metode Pengolahan Data...................................................................... 90
3.6 Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis.................................... 91
3.6.1 Teknik Analisis Data................................................................... 91
3.6.1.1 Analisis Deskriptif............................................................. 91
3.6.1.2 Analisis Regresi Data Panel........................................................ 92
3.6.2 Uji Asumsi Klasik....................................................................... 98
3.6.3 Pengujian Hipotesis.....................................................................
102
3.6.4 Koefisien Determinasi.................................................................
104
3.7 Definisi Variabel Operasional...............................................................
105

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................


114
3.1 Hasil Penelitian.....................................................................................
114
4.1.1 Profil Keuangan Perusahaan Sampel...........................................
114
4.1.1.1 Profil Total Asset Perusahaan Sampel...............................
114
4.1.1.2 Profil Total Equity Perusahaan Sampel.............................
117
4.1.1.3 Profil Total Hutang Perusahaan Sampel............................
122
4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian......................................................
124
4.1.2.1 Profitabilitas.......................................................................
124
4.1.2.2 Risiko Kredit......................................................................
127
4.1.2.3 Risiko Likuiditas................................................................
129
4.1.2.4 Risiko Pendanaan...............................................................
131
xv

4.1.2.5 Ukuran Perusahaan............................................................


133
4.1.2.6 Inflasi.................................................................................
136
4.1.2.7 Pertumbuhan Ekonomi.......................................................
138
4.1.2.8 Suku Bunga........................................................................
140
4.2 Analisis Regresi....................................................................................
142
4.2.1 Estimasi Model Regresi...............................................................
142
4.2.2 Pemilihan Model Regresi............................................................
144
4.2.3 Pengujian Asumsi Klasik............................................................
148
4.2.4 Uji Kelayakan Model..................................................................
153
4.2.5 Uji Hipotesis................................................................................
153
4.2.6 Uji Koefisien Determinasi...........................................................
156
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian................................................................
157
4.3.1 Pengaruh Risiko Kredit Terhadap Profitabilitas..........................
157
4.3.2 Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas....................
159
4.3.3 Pengaruh Risiko Pendanaan Terhadap Profitabilitas..................
162
4.3.4 Pengaruh Ukuran perusahaan Terhadap Profitabilitas................
164
4.3.5 Pengaruh Inflasi Terhadap Profitabilitas.....................................
166
4.3.6 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Profitabilitas..........
168
4.3.7 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Profitabilitas............................
171
4.4 Keterbatasan Penelitian.........................................................................
174
xvi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................


175
5.1 Kesimpulan...........................................................................................
175
5.2 Saran................................................................................................... 177
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
179
LAMPIRAN..........................................................................................................
183
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Rata-rata Perkembangan Kinerja Keuangan Dan Inflasi Pada Bank Umum
Konvensional Periode 2014-2019............................................................... 11
3.1 Hasil Purposive Sumpling Berdasarkan Kriteria Sub Sektor Perbankkan Yang
Terdaftar Di BEI Periode 2014-2019......................................................... 88
3.2 Ringkasan Variabel dan Definisi Opersional.............................................112
4.1 Profil Asset Perusahaan Sampel.................................................................115
4.2 Profil Equity Perusahaan Sampel...............................................................118
4.3 Profil Hutang Perusahaan Sampel..............................................................122
4.4 Perkembangan Profitabilitas Perusahaan Sampel.......................................125
4.5 Perkembangan Risiko Kredit Perusahaan Sampel......................................127
4.6 Perkembangan Risiko Likuiditas Perusahaan Sampel................................130
4.7 Perkembangan Risiko Pendanaan Perusahaan Sampel...............................132
4.8 Perkembangan Ukuran Perusahaan Perusahaan Sampel............................134
4.9 Perkembangan Inflasi Perusahaan Sampel.................................................136
4.10 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Perusahaan Sampel....................138
4.11 Perkembangan Suku Bunga Perusahaan Sampel......................................140
4.12 Hasil Analisis Common Effecct Model....................................................143
4.13 Hasil Analisis Fixed Effect Model...........................................................143
4.14 Hasil Analisis Random Effect Model.......................................................143
4.15 Hasil Uji Chow.........................................................................................145
4.16 Hasil Uji Hausman....................................................................................146
4.17 Hasil Uji Lagrangge Multiplier................................................................147
4.18 Hasil Uji Multikolinieritas........................................................................150
4.19 Hasil Uji Heteroskedastisitas....................................................................151
4.20 Hasil Uji Autokorelasi..............................................................................151
4.21 Hasil Uji Simultan....................................................................................153

xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Konseptual.................................................................................. 77
3.1 Model Pengujian Hipotesis......................................................................... 102
4.1 Hasil Uji Normalitas................................................................................... 149

xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Mapping Journal .......................................................................................183
2 Daftar Bank Sampel...................................................................................192
3 Perkembangan Asset Perusahaan Sampel.................................................193
4 Perkembangan Perusahaan Sampel...........................................................194
5 Perkembangan Hutang Perusahaan Sampel...............................................195
6 Statistik Deskriptif Perusahaan Sampel.....................................................196
7 Perkembangan Profitabilitas Perusahaan Sampel......................................197
8 Perkembangan Risiko Kredit Perusahaan Sampel.....................................198
9 Perkembangan Risiko Likuiditas Perusahaan Sampel...............................199
10 Perkembangan Risiko Pendanaan Perusahaan Sampel..............................200
11 Perkembangan Bank Size Perusahaan Sampel..........................................201
12 Perkembangan Inflasi Perusahaan Sampel................................................202
13 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Perusahaan Sampel.....................203
14 Perkembangan Suku Bunga Perusahaan Sampel.......................................204
15 Hasil Analisis Common Effecct Model.....................................................205
16 Hasil Analisis Fixed Effect Model............................................................206
17 Hasil Analisis Random Effect Model........................................................207
18 Hasil Uji Chow .........................................................................................208
19 Hasil Uji Hausman.....................................................................................209
20 Hasil Uji Lagrangge Multiplier.................................................................210
21 Hasil Uji Normalitas..................................................................................211
22 Hasil Uji Multikolinieritas.........................................................................211
23 Hasil Uji Heteroskedastisitas.....................................................................211
24 Hasil Uji Autokorelasi...............................................................................211
25 Hasil Uji Simultan.....................................................................................212
26 Hasil Uji Koefisien Determinasi................................................................212
27 Saran Model Struktural..............................................................................213

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kinerja ekonomi suatu negara secara luas tergantung pada kinerja sektor

perbankannya. Bank merupakan pemain kunci dalam menyediakan dana bagi

lembaga defisit fiskal dalam perekonomian. Dengan demikian, sistem perbankan

harus beroperasi penuh, dan bank harus berfungsi dengan baik. Bank dapat di

definisikan sebagai intermediasi keuangan dalam menerima dana dari pihak luar

dan memberikan pinjaman kepada sejumlah pihak tertentu yang membutuhkan,

disamping memberikan jasa keuangan lainnya (Peter Rose, 2002, Commercial

Bank Management hal 4).

Berdasarkan fungsinya, sistem perbankan di Indonesia terdiri Bank

Sentral, Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank umum adalah

bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat

mmemberikan seluruh jasa perbankkan yang ada. Begitu pula dengan wilayah

operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank

komersial (commercial bank). Berdasarkan kegiatan operasionalnya bank di

Indonesia dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Bank Konvensional dan Bank Syariah.

Anonim (2017) menjelaskan bahwa perbankkan konvensional adalah bank yang

dalam operasionalnya menerapkan metode bunga. Metode bunga sudah ada sejak

dahulu dan dipakai secara meluas dibandingkan dengan metode bagi hasil. Bank

1
2

konvensional pada umumnya beroperasi dengan mengeluarkan produk-produk

untuk menyerap dana dari masyarakat antara lain melalui tabungan, simpanan

deposito, simpanan giro dan menyalurkan dana yang telah dihimpun dengan cara

mengeluarkan kredit antara lain kredit investasi, kredit modal kerja, kredit

konsumtif dan kredit jangka pendek dll.

Reformasi dan liberalisasi di bidang keuangan dan sektor perbankan

menciptakan banyak tantangan seperti persaingan yang ketat, peningkatan

teknologi, pendapatan global integrasi, aset bermasalah tingkat tinggi,

meningkatnya tekanan pada bunga, likuiditas dan manajemen risiko kredit,

ekspetasi pelanggan meningkat serta pengembangan produk baru perbankkan.

Masuk akal untuk berasumsi bahwa semua perubahan ini pasti berdampak pada

profitabilitas dan stabilitas bank. Tujuan utama dari bank mana pun seperti

perusahaan lain adalah untuk memaksimalkan nilai pemegang saham dan juga

menjadi mandiri. Pencapaian kondisi yang menguntungkan bukan hanya sekedar

pilihan untuk memastikan keuntungan finansial tetapi juga prediktabilitas

pertumbuhan dunia perbankan untuk bertahan di tengah ketatnya persaingan yang

saat ini memuncak di pasar keuangan. Namun, ketidakstabilan ekonomi di banyak

negara berkembang membuat tujuan utama ini terancam dan memiliki efek

langsung pada kinerja bank. Oleh karena itu diperlukan pengawasan kinerja yang

baik dalam perbankkan. Salah satu indikator yang paling tepat untuk menilai

kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat profitabilitasnya.

Studi tentang profitabilitas merupakan hal yang penting dalam

meningkatkan performa, mengevaluasi operasional bank dan menentukan rencana


3

manajemen untuk membantu dalam meningkatkan kesempatan bank bertahan

dalam pasar yang kompetitif. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan

dalam mencari keuntungan dan menghasilkan laba secara efektif dan efisien.Hal

ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari perusahaan berasal dari penjualan

dan pendapatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Intinya adalah

profitabilitas menunjukkan efiensi perusahaan. Dengan semakin banyak laba yang

dihasilkan oleh suatu bank, hal itu menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada

bank bisa dikatakan baik.

Rasio Return On Equity (ROE) dipergunakan untuk mengukur

profitabilitas bank. Alasan penulis menggunakan rasio untuk mengukur laba/

profitabilitas kinerja perusahaan melalui ROE karena ROE mempunyai hubungan

positif dengan perubahan laba. ROE digunakan untuk mengukur efekivitas

perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas

yang dimilikinya.ROE merupakan rasio antara laba setelah pajak (EAT) dengan

total ekuitas. Alat ukur kinerja suatu perusahaan yang paling popular antara

penanam modal dan manajer senior adalah hasil atas hak pemegang saham adalah

return on equity (ROE). Semakin tinggi laba perusahaan maka akan semakin

tinggi ROE nya.

Bank yang selalu konsisten dengan kinerja yang baik terutama pada

tingkat profitabilitas yang tinggi dan prospek usaha yang selalu berkembang baik

memungkinkan suatu bank akan mampu menaikkan nilai saham serta jumlah dana

pihak ketiga di pasar sekunder. Dengan demikian dapat dipastikan kinerja bank

dapat terjamin. Peningkatan profitabilitas bank tentunya dipengaruhi oleh banyak


4

faktor. Faktor penentu kinerja keuangan bank terdiri dari faktor internal dan

eksternal. faktor internal yang dihasilkan dari keputusan dan kebijakan

manajemen bank dapat mempengaruhi aktivitas operasional bank termasuk

profitabilitas dan stabilitasnya. Menurut Sufian dan Parman (2009) dalam Idris et

al. (2013: 2), karakter spesifik bank merupakan determinan internal atau faktor

internal yang utamanya mempengaruhi obyek keputusan dan kebijakan

manajemen, seperti kecukupan modal, risiko kredit, likuiditas, bank size, dan

manajemen pengeluaran. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang

dianggap di luar kendali manajemen bank, seperti kompetisi, regulasi, konsentrasi

bank, pangsa pasar, kelangkaan modal, peredaran uang, inflasi dan pertumbuhan

ekonomi (Haron, 1996; Petria et al., 2015).

Dalam penelitian ini faktor internal yang digunakan adalah Risiko Kredit,

Risiko Likuiditas, Risiko pendanaan dan Bank size.

Risiko kredit merupakan risiko kerugian akibat kegagalan pihak debitur /

counterparty untuk memenuhi kewajibannya pada bank (IBI, 2015). Risiko kredit

perlu dikelola dengan baik, karena pengelolaan yang buruk menyebabkan proporsi

kredit bermasalah semakin besar dan berdampak negative terhadap kondisi

perbankkan. Besarnya risiko kredit ditunjukkan dalam bentuk Non Perfoming

Loan (NPL). Non Performing Loan (NPL) mengukur kemampuan suatu bank

dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi

tingkat NPL menunjukkan bahwa perusahaan tidak profesional dalam mengelola

kreditnya. Naiknya NPL akan menyebabkan cadangan penyisihan penghapusan

aktiva produktif yang ada tidak menyukupi, sehingga kredit macet harus
5

diperhitungkan sebagai beban biaya langsung berpengaruh terhadap keuntungan

bank dan penyaluran kredit pada periode berikutnya. Dengan demikian

mengetahui tingkat NPL pada suatu bank akan mengecilkan kemungkinan bank

mengalami kebangkrutan karena sedikitnya jumlah kredit yang bermasalah.

Artinya, semakin rendah NPL maka semakin baik kinerja suatu bank (Sabir et al,

2012). Hasil penelitian mengenai risiko kredit yang dilakukan oleh Abel dan Le

Roux (2016) bahwa risiko kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

profitabilitas bank. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ali dan

HongPua (2018) menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara risiko kredit

dan profitabilitas. Menurut pengembalian risiko Hipotesis, jumlah rasio pinjaman

terhadap aset yang lebih tinggi meningkatkan risiko kredit yang lebih tinggi, yang

mana menghasilkan kompensasi yang sepadan dengan profitabilitas keseluruhan

dalam bentuk yang lebih tinggi kembali (Curak et al., 2012 ).

Risiko likuiditas dapat didefinisikan sebagai risiko akibat ketidakmampuan

bank memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas

dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa menganggu

aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko likuiditas juga terjadi bila bank tidak

mampu menyediakan dana tunai untuk memenuhi kebutuhan transaksi para

nasabah dan memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus dilunasi dalam tempo

lebih kecil dari satu tahun. Menurut IBI (2015) salah satu ukuran untuk

menghitung risiko likuiditas bank adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR

adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang

diterima oleh bank (Dendawijaya. 2009:116). Nilai LDR yang tinggi


6

menunjukkan masalah likuiditas akibat proporsi penyaluran kredit yang terlalu

tinggi. Namun nilai LDR yang terlalu rendah menunjukkan kurangnya penyaluran

kredit. Kurangnya penyaluran kredit akan mempengaruhi perolehan pendapatan.

Hasil penelitian mengenai risiko likuiditas yang dilakukan oleh Kwadwo Boateng

(2018) bahwa Risiko likuiditas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

profitabilitas bank di India namun di Ghana risiko likuiditas berpengaruh negatif.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jadah et al (2020) menyatakan bahwa risiko

likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja bank. Sementara itu hasil

penelitian yang dilakukan oleh Supiyadi dan Purnomo (2019) menemukan bahwa

risiko likuiditas menunjukkan pengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas

bank.

Risiko pendanaan diartikan sebagai probabilitas kegagalan strategi

mobilisasi simpanan bank atau probabilitas deposan bank untuk menarik

simpanannya, yang berakibat pada memburuknya simpanan bank yang

memaksa.itu jatuh pada sumber pendanaan ekuitas. studi oleh Calomiris dan Kahn

(1991) menyatakan bahwa risiko bank menurun dengan adanya pemantauan yang

efektif atas dana bank dan diversifikasi sumber pendanaan yang canggih. Dalam

penelitian ini mengadopsi risiko pendanaan Z-score yang dikembangkan oleh

Adusei (2015) yang mengukur jumlah penyimpangan simpanan pelanggan yang

dimobilisasi oleh bank harus jatuh dari maksud untuk menghapus modal ekuitas

atau meminta ekuitas rekapitalisasi untuk mengukur risiko pendanaan

bank.Semakin tinggi skor Z-score risiko pendanaan, semakin stabil sumber

pendanaan bank. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ali dan Chin
7

HongPua (2018) menemukan bahwa risiko pendanaan berpengaruh negatif

terhadap profitabilitas bank. Selain itu hasil penemuannya menunjukkan

hubungan positif antara risiko pendanaan bank dan stabilitas. Ini menyampaikan

bahwa simpanan nasabah dimobilisasi secara efisien oleh bank-bank di Pakistan

untuk mencapai stabilitas yang lebih tinggi. Temuan ini adalah ekspektasi

sebelumnya dari penelitian kami dan didukung oleh studi penelitian sebelumnya

(Shleifer dan Vishny, 2010; Köhler, 2015; Adusei, 2015; Demirgüç-Kunt dan

Huizinga, 2010).

Bank size adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur skala

perusahaan yang dilihat dari total aset yang dimiliki perusahaan. Nilai Bank Size

yang tinggi menunjukkan banyaknya aset yang memungkinkan perusahaan dapat

meningkatkan kapasitas operasionalnya yang berpotensi untuk menghasilkan laba.

Sedangkan nilai Bank Size yang rendah menunjukkan rendahnya aset yang

dimiliki sehingga memungkinkan banyak anggapan bahwa perusahaan tersebut

adalah perusahaan kecil yang memiliki profitabilitas kecil. Untuk mengukur

ukuran suatu bank, penelitian ini menggunakan Total Asset (TA) sebagai

indikatornya. Karena jumlah total asset sangat bervariasi antar bank, penelitian ini

menggunakan logaritma natural dari total aset untuk memitigasi kemiringan data.

Hasil penelitian mengenai bank size yang dilakukan oleh Zelalem Borena Bono

(2019) adalah bank size (ukuran bank) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap profitabilitas bank. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Le

Thanh dan Xuan (2017) menunjukkan bahwa Ukuran bank berpengaruh negatif
8

dan signifikan secara statistik terhadap indikator profitabilitas bank (ROA, ROE,

dan NIM).

Selain faktor-faktor internal diatas, faktor eksternal yang digunakan dalam

penelitian ini adalah inflasi, Pertumbuhan ekonomi (PDB) dan suku bunga.

Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara

tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang

cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsic) mata

uang suatu Negara. Jika inflasi terjadi pada saat pendapatan masyarakat tetap atau

menurun, maka hal ini dapat memperparah risiko pembiayaan yang dihadapi

perbankan, sebab kemampuan pengembalian oleh debitur akan ikut terjadi

penurunan.Inflasi dapat berpengaruh buruk bagi perekonomian, apabila terjadi

inflasi yang parah tak terkendali (hiperinflasi) maka keadaan perekonomian

menjadi kacau dan dan perekonomian dirasakan lesu. Hal ini mengakibatkan

minat masyarakat untuk menabung atau berinvestasi dan berproduksi menjadi

berkurang serta menurunkan kemampuan permintaan pinjaman dari masyarakat

sehingga pendapatan bunga bank juga mengalami penurunan. Hal ini berimbas

pada profitabilitas bank yang bersangkutan (Wibowo dan Syaichu, 2013).

Penurunan profitabilitas bank dapat menurunkan kemampuan going concern bank

dimasa depan. Pentingnya inflasi dibahas dalam penelitian ini karena hubungan

negatif secara statistik yang menggambarkan bahwa semakin tingginya inflasi

maka semakin besar resiko delisted yang akan dialami oleh perusahaan atau bank

(Majumder et al, 2018). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kwadwo Boteng

(2018) memperoleh hasil bahwa variabel inflasi mempenyai pengaruh positif dan
9

signifikan terhadap profitabilitas bank di India. Sedangkan di Ghana inflasi

berpengaruh negatif dan sinifikan terhadap profitabilitas bank. Hal ini terjadi

karena manajer bank di Ghana tidak memperhitungkan inflasi dalam menentukan

harga pinjaman mereka. Supriyono dan Herdayinta (2019) menemukan bahwa

inflasi berpengaruh negative signifikan terhadap profitabilitas bank.

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan standar materi kehidupan yang

meningkat sepanjang waktu (satu tahun) bagi kehidupan orang-orang dalam suatu

negara yang berasal dari peningkatan pendapatan, sehingga memungkinkan orang-

orang mengkonsumsi jumlah barang dan jasa yang lebih banyak dan beragam

(Mankiw, Reis, and Wolfers 2003). Menurut (Case and Fair 2007), pertumbuhan

ekonomi umumnya didefinisikan sebagai peningkatan Produk Domestik Bruto

(PDB). Produk Domestik Bruto atau PDB merupakan suatu nilai pasar barang dan

jasa yang mana diproduksi oleh suatu negara dengan periode tertentu. Produk

domestik bruto sebagai indikator untuk melihat total pendapatan yang diperoleh

masyarakat dalam perekonomian di suatu negara. Pertumbuhan produk domestik

bruto dianggap begitu penting bagi suatu negara dikarenakan instrumen tersebut

merupakan indikator untuk menilai tingkat kesejahteraan masyarakat. Ringkasnya,

semakin tinggi tingkat pertumbuhan produk domestik bruto suatu negara maka

diasumsikan kesejahteraan masyarakat di negara tersebut akan semakin tinggi.

PDB yang mengalami kenaikan, maka akan ada peningkatan dalam pendapatan

negara serta dapat meningkatkan kemauan masyarakat dalam menabung ke bank

dan peningkatan menabung ini mempengaruhi profitabilitas bank. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Qaisar et al (2018) dan Jadah et al (2020) menemukan bahwa
10

pertumbuhan PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank.

Artinya, pertumbuhan PDB menentukan kinerja bank komersial Irak. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Majumde dan Uddin (2017) menunjukkan

pertumbuhan PDB memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

profitabilitas bank di India dan Ghana.

Kasmir, (2008:135) mengatakan bahwa bunga bank (suku bunga) dapat

diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip

konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga

dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada asabah (yang memiliki

simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah

yang memperoleh pinjaman). Bank memberikan bunga kepada masyarakat yang

telah menyimpan kelebihan dananya ke bank dalam bentuk tabungan. BI 7-Day

Repo Rate merupakan suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau

kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumukan kepada

publik (Bank Indonesia, 2015). Suku bunga yang tinggi merupakan sinyal negatif

terhadap profitabilitas bank. Dengan meningkatnya suku bunga kredit maka bank

akan kesulitan dalam menyalurkan kreditnya kepada masyarakat, dengan

demikian pendapatan utama dari usaha bank semakin menurun sehingga

profitabilitas juga ikut menurun.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Almaqtari et al (2018) bahwa suku

bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas bank di India. Namun

berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh R.A Supriyono dan Heyvon
11

Herdhoyinta (2019) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh positif

signifikan terhadap profitabilitas bank.

Kinerja bank adalah pendorong utama bagi perkembangan keuangan

Negara manapun. Dalam lingkungan perekonomian yang berubah, memahami

faktor penentu akan bertindak sebagai jaminan terhadap risiko kemerosotan

ekonomi. Kondisi dunia perbankan di Indonesia terus mengalami perubahan.

Berikut adalah gambaran mengenai perkembangan rasio keuangan dan inflasi

pada bank umum konvensional di Indonesia.

Table 1.1
Rata-rata Perkembangan Kinerja Keuangan dan Faktor eksternal Pada Bank
Umum Konvensional Periode 2014-2019
Tahun
Keterangan
2014 2015 2016 2017 2018 2019
ROE 12.01% 11.24% 8.81% 9.73% 8.61% 7.63%
NPL 1.57% 1.59% 2.08% 2.01% 2.13% 2.37%
LDR 85.38% 86.41% 85.87% 85.52% 89.09% 92.15%
SIZE (Jutaan Rp) Rp23,408,457 Rp26,696,736 Rp26,218,742 Rp28,707,284 Rp31,203,170 Rp36,055,225
Inflasi 6.42% 6.38% 3.02% 3.61% 3.13% 2.72%
PDB 5.01% 4.88% 5.03% 5.07% 5.17% 5.02%
Suku Bunga 7.54% 7.52% 6.00% 4.56% 5.08% 5.62%
Sumber : statistik perbankkan Indonesia (SPI) dan Badan Pusat Statistik (BPS)

Berdasarkan table 1.1 diatas dapat diketahui bahwa perkembangan kinerja

keuangan Bank mengalami perubahan yang fluktuatif setiap tahunnya. Pada Rasio

ROE untuk tahun 2014 bernilai sebesar 12,01% namun pada tahun berikutnya

mengalami penurun sebesar 11,24% dan 8,81% hingga tahun 2017 ROE

mengalami peningkatan yaitu sebesar 9,73%. Namun pada tahun 2018 dan 2019

rasio ROE mengalami penurunan sebesar 8,61% dan 7,63%.

Rasio NPL Bank pada tahun 2014 dan 2015 bernilai 1,57% dan 1,59%.

Untuk tahun 2016 nilai NPL yaitu sebesar 2,08%. Namun pada tahun berikutnya
12

mengalami perubahan yang fluktuatif. Untuk tahun 2017 nilai NPL adalah 2,01%

dan 2018 nilai NPL mengalami peningkatan sebesar 2,13% sedangkan untuk

tahun 2019 kembali mengalami peningkatan sebesar 2,37%. Perubahan nilai NPL

dari tahun ke tahun sejalan dengan perubahan yang terjadi pada profitabilitas

(ROE) bank.

Rasio LDR (Loan to deposite ratio) pada tahun 2014 dan 2015 bernilai

sebesar 85,38% dan 86,41%. Tahun 2016 yaitu sebesar 85,87% sedangkan pada

tahun berikutnya mengalami penurunan sebesar 85,52%. Untuk tahun 2018 dan

2019 rasio LDR mengalami peningkatan lagi sebesar 89,09% dan 92,15%.

Melihat perkembangan nilai LDR yang terjadi dari tahun 2014-2019 telah

membuktikan asumsi yang ada. Apabila Nilai LDR tinggi maka Nilai

Profitabilitas bank akan menurun begitupun sebaliknya.

Untuk Bank Size sendiri yang diukur dengan melihat total asset yang

dimiliki perusahaan selama periode penelitian, Pada tahun 2014 hingga 2019 total

assets bank terus mengalami peningkatan. Perkembangan yang terjadi pada total

assets Bank tidak sejalan dengan profitabilitas yang dimiliki bank. Dimana rasio

ROE mengalami perubahan secara fluktuatif.

Selain faktor-faktor internal bank, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan

dan juga kinerja perbankkan adalah faktor eksternalnya, diantaranya adalah inflasi

suku bunga dan PDB. Inflasi pada tahun 2014 dan 2015 sebesar 6,42% dan

6,38%. Tahun 2016 adalah sebesar 3,02% kemudian mengalami peningkatan

untuk tahun 2017 sebesar 3,61%. Pada tahun 2018-2019 inflasi mengalami

penurunan. Perubahan yang terjadi pada inflasi menunjukkan arah yang positif
13

terhadap perubahan profitabilitas bank. Jika nilai inflasi naik maka nilai

profitabilitas pun juga ikut naik, begitupun sebaliknya.

Sedangkan nilai Produk Domestik Bruto pada tahun 2014 dan 2015 adalah

sebesar 5,01% dan 4,88%. Tahun 2016 hingga 2018 mengalami peningkatan dari

5,03% menjadi 5,17%. Namun pada tahun 2019 nilai PDB mengalami penurunan

dari tahun sebelumnya sebesar 5,02%. pada tahun 2017 nilai PDB mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 5,07% namun disis lain nilai ROE

juga mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 9,73%. Kondisi ini

menunjukkan arah yang positif antar kedua variabel.

Suku bunga pada tahun 2014 dan 2015 adalah sebesar 7,54% dan 7,52%.

Tahun 2016 memiliki nilai sebesar 6,00% kemudian pada tahun berikutnya

mengalami penurunan sebesar 4,56%. Pada tahun 2018 hingga 2019 terus

mengalami peningkatan nilai hingga 5,62%, Perubahan yang terjadi pada suku

bunga dari tahun 2017-2019 memiliki arah yang timbal balik pada perubahan

Profitabilitas bank. Penurunan nilai rata-rata suku bunga yang terjadi pada tahun

2017 membuat angka ROE meningkat sebesar 9,73% namun untuk tahun

berikutnya suku bunga mengalami peningkatan nilai membuat ROE bank

menurun.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor kinerja keuangan baik

itu factor internal maupun factor eksternal yang dapat mempengaruhi profitabilitas

dan stabilitas perbankkan kedalam sebuah skripsi yang berjudul “Pengaruh


14

Faktor Internal dan Faktor Eksternal Terhadap Return On Equity (Studi

Pada Bank Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2014-2019)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan latar belakang di atas maka Sesuai

dengan permasalahan tersebut, studi ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan-

pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah Risiko kredit (NPL) berpengaruh terhadap profitabilitas Return on

equity pada Bank Umum konvensional Yang terdaftar di BEI tahun

periode 2016-2019?

2. Apkah Risiko Likuiditas (LDR) berpengaruh terhadap Return on equity

pada Bank Umum Konvensional Yang terdaftar di BEI tahun periode

2016-2019?

3. Apakah risiko pendanaan (FRISK) berpengaruh terhadap Return on equity

pada bank umum konvensional yang terdaftar di BEI periode 2016-2019?

4. Apakah Bank Size (ukuran perusahaan) berpengaruh terhadap Return on

equity pada Bank Umum konvensional Yang terdaftar di BEI tahun

periode 2016-2019?

5. Apakah Inflasi (IHK) berpengaruh terhadap Return on equity pada Bank

Umum konvensional Yang terdaftar di BEI tahun periode 2016-2019?

6. Apakah Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh terhadap Return on

equity pada Bank Umum konvensional Yang terdaftar di BEI tahun

periode 2016-2019?
15

7. Apakah Suku bunga berpengaruh terhadap Return on equity pada Bank

Umum Konvensional Yang terdaftar di BEI tahun periode 2016-2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada hakikatnya merupakan harapan atau sesuatu yang

hendak di capai dan dapat dijadikan arahan atau apa saja yang harus dilakukan

dalam penelitian. Tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Risiko Kredit (NPL) terhadap Return on

equity pada Bank Umum Konvensional Yang terdaftar di BEI tahun

periode 2014-2019.

2. Untuk mengetahui pengaruh Risiko Likuiditas (LDR) terhadap Return on

equity pada Bank Umum Konvensional Yang terdaftar di BEI tahun

periode 2014-2019.

3. Untuk mengetahui pengaruh Risiko Pendanaan (FRISK) terhadap Return

on equity pada Bank Umum Konvensional Yang terdaftar di BEI tahun

periode 2014-2019.

4. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap Return on equity

pada Bank Umum Yang terdaftar di BEI tahun periode 2014-2019

5. Untuk mengkaji pengaruh Inflasi (IHK) terhadap Return on equity pada

Bank Umum Konvensional Yang terdaftar di BEI tahun periode 2014-

2019?
16

6. Untuk mengkaji pengaruh Pertumbuhan ekonomi (PDB) terhadap Return

on equity pada Bank Umum Konvensional Yang terdaftar di BEI tahun

periode 2014-2019?

7. Untuk mengkaji pengaruh Suku bunga terhadap Return on equity pada

Bank Umum Konvensional Yang terdaftar di BEI tahun periode 2014-

2019?

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan di peroleh pembaca dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan keilmuan

sehingga penelitian ini dapat menjadi manfaat dan juga sebagai referensi

bagi yang ingin melakukan penelitian lebih dalam lagi mengenai factor-

faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas yang diukur dengan Return

on Equity (ROE) pada Bank umum konvensional yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2016-2019.

2. Manfaat Praktis

memahami faktor-faktor mendasar yang mempengaruhi kinerja keuangan

sangat penting, tidak hanya untuk manajemen bank tetapi untuk pemangku

kepentingan lainnya seperti pemegang saham, pemegang simpanan,

karyawan, pelanggan, Pemerintah, dan BI. Oleh karena itu, hasil dari

penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber rujukan dan sebagai


17

sumber pengambil keputusan dalam pengelolaan keuangan serta

peningkatan terhadap kinerja bank dan untuk memberi masukan serta

evaluasi bagi para praktisi pada faktor yang mempengaruhi profitabilitas

(ROE) pada bank umum yang ada di Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk

ditentukan sebelum menuju pembahasan berikutnya, supaya pembahasan dalam

suatu penelitian dapat terfokus pada satu tujuan oleh peneliti. Sehingga ruang

lingkup konseptual dalam penelitian adalah penelitian ini hanya akan membahas

pengaruh yang terjadi pada Return On Equity pada bank yang terdaftar di BEI

tahun 2016-2019. Variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

tentang Risiko Kredit (NPL), Return On Equity, risiko likuiditas (LDR), risiko

pendanaan (FRISK), ukuran perusahaan, PDB, suku bunga dan Inflasi. Hubungan

antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependennya adalah

pengaruh terhadap Return on equity.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Uraian yang tercakup dalam bab tinjauan pustaka terdiri dari tiga bagian.

Bagian pertama adalah uraian tentang teori yang relevan dengan penelitian ini.

Teori yang dikaji adalah profitabilitas, inflasi, suku bunga, Pertumbuhan ekonomi

dan teori-teori yang relevan dengan faktor-faktor internal Bank. Bagian kedua

berisi uraian penelitian terdahulu. Bagian terakhir adalah uraian kerangka konsep

penelitian. penjelasan setiap bagian adalah sebagai berikut :

2.1 Kajian Teori

Kajian teori dimaksudkan sebagai rujukan teori yang relevan yang

digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, sebagai dasar

untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan

(hipotesis) dan penyusunan instrument penelitian. Teori adalah suatu himpunan

pengertian (construct atau concept) yang saling berkaitan, batasan, dan proporsi

yang menyajikan pandangan sistematis tentang gejala-gejala dengan menetapkan

hubungan yang ada di antara variabel-variabel, dan dengan tujuan untuk

menjelaskan serta meramalkan gejala-gejala tersebut. Teori yang menjadi dasar

atau rujukan dalam penelitian ini adalah teori yang melahirkan variabel penelitian.

1.1.1. Profitabilitas

2.1.1.1 Teori Profitabilitas

Pada penelitian Sanyal (2019) ada lima teori yang menjelaskan tentang

profitabilitas yaitu sebagai berikut:

18
19

1. Frictional Theory

Teori ini menjelaskan bahwa terdapat tingkat keuntungan normal yang

merupakan pengembalian modal yang harus dibayarkan kepada pemilik modal

sebagai imbalan atas tabungan dan investasi dana daripada untuk mengkonsumsi

semua pendapatan atau menimbunnya. Dalam ekonomi statis tidak ada perubahan

tak terduga dalam kondisi permintaan atau biaya yang terjadi, dalam ekuilibrium

jangka panjang perusahaan hanya akan mendapatkan tingkat keuntungan normal

atas modal dan kewirausahaan.

Dalam kondisi ini, keuntungan ekonomi tidak akan bertambah ke

perusahaan. Teori Friksi menjelaskan bahwa guncangan atau gangguan kadang-

kadang terjadi dalam suatu perekonomian sebagai akibat dari perubahan

permintaan produk atau kondisi biaya yang tidak terduga yang menyebabkan

kondisi disequilibrium. Kondisi ketidakseimbangan inilah yang memunculkan

keuntungan ekonomi positif atau negatif bagi beberapa perusahaan. Ketika

keuntungan ekonomi dibuat dalam jangka pendek, lebih banyak perusahaan akan

memasuki industri dalam jangka panjang sampai semua keuntungan ekonomi

didorong ke bawah ke nol (yaitu, perusahaan hanya akan menghasilkan

pengembalian atau keuntungan normal atas investasi modal mereka).

2. Monopoly Theory

Penjelasan lain tentang profit di atas mengaitkannya dengan kekuatan

monopoli yang dinikmati oleh perusahaan. Perusahaan dengan kekuatan monopoli

membatasi output dan mengenakan harga yang lebih tinggi daripada di bawah

persaingan sempurna. Hal ini menyebabkan keuntungan di atas normal diperoleh


20

oleh perusahaan monopoli. Joan Robinson, E.H. Chamberlin, M. Kalecki

mengaitkan keuntungan super-normal dengan kekuatan monopoli yang dinikmati

oleh beberapa perusahaan. Karena hambatan yang kuat untuk masuknya

perusahaan baru, perusahaan monopoli dapat terus memperoleh keuntungan

ekonomi bahkan dalam jangka panjang. Kekuasaan monopoli dapat muncul

karena kontrol tunggal atas beberapa bahan mentah penting yang diperlukan untuk

produksi suatu komoditas, dari skala ekonomi, dari sanksi hukum atau dari hak

paten, dari pembatasan Pemerintah atas impor suatu komoditas.

3. Innovations Theory

Teori laba ini menjelaskan bahwa keuntungan ekonomi muncul karena

inovasi sukses yang diperkenalkan oleh para pengusaha. Telah dipegang oleh

Joseph Schumpeter bahwa fungsi utama wirausahawan adalah untuk

memperkenalkan inovasi dalam perekonomian dan keuntungan adalah imbalan

atas pelaksanaan fungsi ini.

Dengan demikian inovasi dapat dibagi menjadi dua kategori. Jenis inovasi

pertama adalah inovasi yang mengurangi biaya produksi. Dalam jenis inovasi

pertama ini termasuk pengenalan mesin baru, teknik atau proses produksi yang

baru dan lebih murah, eksploitasi sumber bahan baku baru, metode baru dan lebih

baik untuk mengatur perusahaan, dan lain lain. Jenis inovasi kedua adalah inovasi

yang meningkatkan permintaan produk. Dalam kategori ini termasuk pengenalan

produk baru, variasi atau desain produk baru, metode iklan baru dan unggul,

penemuan pasar baru, dan lain lain. Jika sebuah inovasi terbukti berhasil, yaitu
21

jika mencapai tujuannya. baik mengurangi biaya produksi atau meningkatkan

permintaan akan suatu produk, hal itu akan meningkatkan keuntungan.

Keuntungan muncul karena inovasi yang berhasil, baik biaya turun di

bawah harga produk yang berlaku atau pengusaha mampu menjual lebih banyak

dan dengan harga yang lebih baik dari sebelumnya.

4. Risk and Uncertainty Bearing Theory

Teori ini menjelaskan bahwa keuntungan adalah hadiah yang diperlukan

wirausahawan karena menanggung risiko dan ketidakpastian dalam ekonomi yang

berubah. Jadi ini adalah teori keuntungan fungsional. Keuntungan muncul sebagai

akibat ketidakpastian di masa depan. Pengusaha harus melakukan pekerjaan

produksi dalam kondisi tidak pasti. Sebelumnya mereka harus membuat perkiraan

kondisi masa depan mengenai permintaan produk dan faktor lain yang

mempengaruhi harga dan biaya. Mengingat perkiraan dan antisipasi mereka,

mereka membuat kontrak dengan pemasok faktor-faktor produksi di muka dengan

tarif remunerasi tetap.

Sekarang jika kondisi yang berlaku pada saat penjualan output dapat

diketahui atau diprediksi ketika pengusaha masuk ke dalam hubungan kontraktual

dengan faktor-faktor produksi tentang tingkat remunerasi mereka, tidak akan ada

ketidakpastian dan, oleh karena itu, tidak ada keuntungan. Jadi ketidakpastian,

yaitu ketidaktahuan tentang kondisi permintaan dan penawaran di masa depan,

adalah penyebab keuntungan.


22

5. Management Efficiency Theory

Teori ini mengakui bahwa beberapa perusahaan lebih efisien daripada

yang lain dalam hal manajemen operasi produktif dan berhasil memenuhi

kebutuhan konsumen. Perusahaan dengan tingkat efisiensi rata-rata mendapatkan

tingkat pengembalian rata-rata. Perusahaan dengan keterampilan manajerial dan

efisiensi produksi yang lebih tinggi diharuskan untuk dikompensasikan dengan

keuntungan di atas normal (yaitu keuntungan ekonomi). Oleh karena itu, teori ini

disebut juga teori kompensasi keuntungan

2.1.1.2 Pengertian Profitabilitas

Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan adalah memperoleh laba

atau keuntungan yang maksimal seperti yang telah ditargetkan. Dengan

memperoleh laba yang maksimal seperti yang ditargetkan, perusahaan dapat

berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan serta meningkatkan mutu

produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu manajemen perusahaan

dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan

(Kasmir,2014:197).

perkembangan profitabilitas bank merupakan hal yang vital dalam

mempertahankan stabilitas sistem perbankan (Idris et al. 2011: 1). Profitabilitas

adalah perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan

laba tersebut atau nilai kembali yang lebih besar. Dengan kata lain profitabilitas

adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode

tertentu. Profitabilitas menurut Kagury (2013) bahwa Profitabilitas terdiri dari dua

kata yaitu profit dan ability, Penting untuk membedakan antara kata profit dan
23

profitabilitas pada saat ini. Keuntungan atau profit dari sudut pandang akuntansi,

diperoleh dengan mengurangi total pendapatan perusahaan dari semua jumlah

yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan, sedangkan istilah profitabilitas

didefinisikan sebagai kemampuan manajemen investasi tertentu untuk

mendapatkan pengembalian dari penggunaannya.

Profitabilitas (Alareeni dan Branson, 2013; Husain et al, 2015)

didefinisikan sebagai keadaan yang menghasilkan keuntungan finansial atau

keuntungan melalui pertukaran potensi risiko. Dengan tidak adanya profitabilitas

yang memadai, perusahaan tidak dapat bertahan dalam waktu lama. Oleh karena

itu, untuk memastikan keberadaan organisasi yang berkelanjutan, maka perlu

dilakukan pengukuran keberadaan profitabilitas masa lalu dan kemudian

memperkirakan profitabilitas masa depan.

2.1.1.3 Pengukuran Profitabilitas

Rasio merupakan alat ukur yang digunakan dalam perusahaan untuk

menganalisis laporan keuangan. Rasio keuangan merupakan indeks yang

menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka

dengan angka lainnya (Kasmir, 2008). Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu

perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal

juga dengan nama rasio rentabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat

diperoleh perusahaan.Semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin

baik manajemen dalam mengelola perusahaan.


24

Menurut Kabajah dan et al (2012), ada beberapa cara untuk mengukur

profitabilitas, seperti: rasio Return on asset (ROA), rasio return on owner's equity

(ROE) dan return on investment (ROI). Rasio ROA diukur dengan laba bersih

setelah pajak dibagi dengan total aset.Rasio ini mengukur efisiensi operasi

perusahaan berdasarkan keuntungan yang dihasilkan perusahaan dari total

asetnya. Sedangkan menurut Yousafi (2016) mengemukakan bahwa variabel

profitabilitas dicirikan oleh dua metode alternatif: rasio laba terhadap aset,

pengembalian aset (ROA), dan rasio laba terhadap ekuitas, pengembalian ekuitas

(ROE). ROA mencerminkan kemampuan manajemen bank untuk menghasilkan

keuntungan dari aset bank sementara ROE menunjukkan pengembalian kepada

pemegang saham atas ekuitas mereka dan sama dengan ROA dikalikan dengan

rasio total aset terhadap ekuitas. ROE mengabaikan risiko yang terkait dengan

leverage yang tinggi dan leverage keuangan sering ditentukan oleh regulasi.

Pengukuran rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan

rasio-rasio profitabilitas yaitu Net Profit Margin (NPM), Operating Profit Margin

(OPM), Gross Profit Margin (GPM), Return On Asset (ROA) dan Return On

Equity (ROE). Penjelasan mengenai rasio tersebut adalah sebagai berikut:

a) Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan

setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini berfungsi

untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan

bersihnya.
25

b) Operating Profit Margin (OPM)

(L. J. Gitman 2006) juga mengungkapkan bahwa Operating Profit Margin

mengukur persentase dari setiap penjualan yang tersisa setelah semua biaya

danbeban selain bunga, pajak, dan dividen saham preferen. Semakin tinggi rasio

Operating Profit Margin, maka semakin baik pula operasi suatu perusahaan.

c) Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin merupakan ukuran efīsiensi operasi perusahaan dan

juga penetapan harga produk. Apabila harga pokok penjualan meningkat, maka

Gross Profit Margin akan menurun, begitu juga sebaliknya. Semakin besar rasio

Gross Profit Margin, maka semakin baik keadaan operasi perusahaan. Hal ini

menunjukkan bahwa cost of good sold relatif rendah dibandingkan dengan

penjualan. Sebaliknya semakin rendah Gross Profit Margin, semakin kurang baik

operasi perusahaan (L. J. Gitman 2006).

d) Returm On Equity (ROE)

Return On Equity adalah rasio yang menunjukkan berapa persen diperoleh

laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Brigham and Houston (2006),

para pemegang saham melakukan investasi untuk mendapatkan pengembalian atas

uang mereka, dan rasio ini menunjukkan seberapa baik mereka telah melakukan

hal tersebut dari kacamata akuntansi. Return On Equity menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal

sendiri yang dimiliki perusahaan.


26

e) Return On Assets (ROA)

Return On Assets adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

dari aktiva yang ada. Rasio ini menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva

yang digunakan dalam perusahaan. Return On Assets merupakan suatu ukuran

tentang efektivitas manajemen dalam mengelolah investasinya. Menurut Husnan

and Pudjiastuti (2012) ROA menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa

diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan.

Pada penelitian ini pengukuran profitabilitas yang digunakan adalah

Return On Equity (ROE). Return On Equity (ROE) Merupakan rasio laba bersih

setelah pajak terhadap modal sendiri yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menyediakan laba bagi pemegang saham. Rumus

yang digunakan menurut Rianto (1998: 44) :

Lababersih setelah pajak


ROE = x 100%
total ekuitas

Alasan penulis menggunakan rasio untuk mengukur laba/profitabilitas

kinerja perusahaan melalui ROE (Return On Equity) karena ROE mempunyai

hubungan positif dengan perubahan laba. ROE digunakan untuk mengukur

efekivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan

ekuitas yang dimilikinya. ROE merupakan rasio antara laba setelah pajak (EAT)

dengan total ekuitas. Alat ukur kinerja suatu perusahaan yang paling popular

antara penanam modal dan manajer senior adalah hasil atas hak pemegang saham

adalah return on equity (ROE). Semakin tinggi laba perusahaan maka akan

semakin tinggi ROE nya.


27

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi pengguna internal perusahaan,

maupun eksternal perusahaan yaitu:

1. Untuk mengukur tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu

periode tertentu.

2. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

3. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

4. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

2.1.2 Faktor Internal Bank

Kinerja bank merupakan hal yang penting karena merupakan cerminan

dari kemampuan bank dalam mengelola aspek permodalan dan asetnya dalam

mendapatkan laba, serta implikasi dari fungsi bank sebagai intermediary dimana

likuiditas bank diukur berdasarkan kredit yang disalurkan kepada masyarakat

dibanding dana yang diberikan oleh pihak ketiga Fenomena yang terjadi adalah

dimana keadaan perekonomian Indonesia di sector perbankan mengalami keadaan

yang pasang surut. Ketidakstabilan disebabkan karena adanya ancaman globalisasi

dan pasar bebas di kancah ekonomi internasional. Untuk mengevaluasi kinerja

bank diperlukan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja bank baik itu faktor

internal maupun eksternal.

Faktor internal yang dihasilkan dari keputusan dan kebijakan manajemen

bank dapat mempengaruhi aktivitas operasional bank termasuk profitabilitas.

Menurut Sufian dan Parman (2009) dalam Idris et al. (2013: 2), karakter spesifik

bank merupakan determinan internal atau faktor internal yang utamanya


28

mempengaruhi obyek keputusan dan kebijakan manajemen, seperti kecukupan

modal, risiko kredit, likuiditas, bank size, dan manajemen pengeluaran.

Sedangkan determinan eksternal adalah faktor-faktor yang dianggap di luar

kendali manajemen bank, seperti kompetisi, regulasi, konsentrasi bank, pangsa

pasar, kelangkaan modal, peredaran uang, inflasi dan pertumbuhan ekonomi

(Haron, 1996; Petria et al., 2015). Dalam penelitian ini faktor internal yang

digunakan adalah Risiko Kredit, Risiko Likuiditas, risiko pendanaan dan Bank

size.

2.1.2.1 Risiko Kredit

2.1.2.1.1 Teori Risiko Kredit

Pada penelitian yang dilakukan (Folajimi dan Dare 2020) terdapat

beberapa teori yang menjelaskan tentang risiko kredit yaitu sebagai berikut:

1. Teori Risiko Kredit

Risiko kredit mengacu pada risiko menderita kerugian finansial karena

penurunan kelayakan kredit pihak lawan dalam transaksi keuangan (Liu, Mirzaei

& Vandoros, 2014). Bahwa sumber risiko kredit adalah risiko gagal bayar yaitu

risiko bahwa pihak lawan tidak akan memenuhi kewajiban kontraktual. Risiko

terutama akan dihadapi pemberi pinjaman salah satunya yaitu kehilangan pokok

dan bunga pinjaman. kerugian tersebut dapat timbul dalam beberapa keadaan,

seperti bank bangkrut dan tidak dapat mengembalikan dana ke deposan.

Teori risiko kredit diperkenalkan pada tahun 1974 oleh Robert Merton

dalam teorinya tentang default atau model default yang merupakan dasar teori

risiko kredit. Robert mengusulkan model untuk menilai risiko kredit perusahaan
29

dengan mengkarakterisasi ekuitas perusahaan sebagai opsi beli atas asetnya. Ada

dua metode utama pemodelan risiko kredit yang meliputi pendekatan struktural

dan pendekatan berbasis intensitas (juga dikenal sebagai pendekatan bentuk

tereduksi). Memanfaatkan model Merton, tiga pendekatan penting untuk

mengukur risiko kredit diturunkan oleh Clifford V. Rossi. Ini termasuk; konsep

spread kredit, manajemen portofolio kredit dan distribusi kerugian yang

dihasilkan melalui simulasi Monte Carlo. Untuk mengurangi risiko pemberi

pinjaman, pemberi pinjaman dapat melakukan pemeriksaan kredit pada calon

peminjam, mungkin mengharuskan peminjam untuk mengambil asuransi yang

sesuai, seperti asuransi hipotek atau mencari keamanan atau jaminan dari pihak

ketiga. Secara umum, semakin tinggi risikonya, semakin tinggi pula tingkat bunga

yang akan diminta oleh debitur untuk membayar utangnya (Owojori, Akintoye &

Adidu, 2011).

2. Teori Pendapatan Terantisipasi

Teori Pendapatan terantisipasi dikembangkan oleh HV Prochnow pada

tahun 1944 menggunakan praktik bank komersial AS. Menurut teori ini, terlepas

dari sifat dan karakter bisnis peminjam, bank harus merencanakan likuidasi

pinjaman berjangka (pinjaman antara satu sampai lima tahun) dari pendapatan

yang diantisipasi peminjam. Teori ini menekankan pada kemampuan bank untuk

memajukan pinjaman berdasarkan pendapatan yang diharapkan peminjam baik

dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Bank mencoba untuk

menghubungkan pinjaman mereka, baik jangka menengah dan panjang, pada

pendapatan yang diharapkan peminjam. Dengan demikian pinjaman oleh bank


30

akan dilunasi dari pendapatan masa depan peminjam dengan mencicil, bukan

sekaligus pada saat jatuh tempo pinjaman. Bank memajukan lebih banyak

pinjaman ketika pendapatan yang diharapkan teratur dan dapat diharapkan pada

saat jatuh tempo. Hal ini pada gilirannya akan membantu bank untuk mengelola

risiko kreditnya secara efisien, karena manajemen bank dapat merencanakan

kreditnya berdasarkan pendapatan yang diharapkan.

Hal ini juga umumnya dikenal sebagai "pendekatan arus kas" untuk

pinjaman. Teori ini mendominasi teori pinjaman komersial dan teori pergeseran

karena memenuhi tiga tujuan utama likuiditas, keamanan dan profitabilitas.

Dipahami dengan benar, teori ini hanya menyaingi teori pinjaman komersial. Ini

memusatkan perhatian pada jenis pinjaman yang tepat untuk dibuat oleh bank

tetapi sampai pada kesimpulan yang sangat berbeda dari yang dicapai oleh para

pendukung teori pinjaman komersial (Moti, Masinde & Mugenda, 2012).

3. Teori Karakteristik Perusahaan

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori karakteristik

perusahaan, yang berpusat pada manajemen perusahaan dan kinerjanya dalam

hubungannya dengan portofolio pinjamannya. Menurut Christoper dan Ydriss

(2008), teori-teori tersebut mendalilkan bahwa karakteristik yang paling jelas dari

bank gagal bukanlah efisiensi operasi yang buruk, tetapi peningkatan volume

kredit bermasalah. Hamisu (2011) lebih lanjut mendukung teori ini ketika ia

berpendapat bahwa perbedaan antara bank gagal di AS dan yang tetap sehat atau

pulih dari masalah, adalah kualitas portofolio pinjaman mereka.


31

2.1.2.1.2 Pengertian Risiko Kredit

Menurut Komite Basel untuk pengawasan perbankan (1999), aktivitas

pinjaman merupakan sumber utama adanya risiko kredit. Oleh karena itu,

tingginya kredit bermasalah pada suatu bank menjadi salah satu indikator adanya

risiko kredit. Menurut Ali (2006), risiko kredit adalah risiko dari kemungkinan

terjadinya kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang

diberikan bank kepada debitur.

Williams (2004) menjelaskan Risiko kredit hanyalah risiko gagal bayar

pinjaman. Ini adalah risiko kehilangan arus kas yang diwajibkan secara

kontraktual yang dijanjikan oleh individu, korporasi, lembaga keuangan, atau

pemerintah, karena gagal bayar kewajiban hutang. Heffernan, 1996; Salas &

Saurina, 2002; Chan & Pan, 2012; Aishatti, 2015 dan Kayodeet al., 2015

berpendapat bahwa Risiko kredit telah didefinisikan oleh banyak ahli sebagai

risiko bahwa peminjam akan gagal membayar semua jenis hutang dengan gagal

melakukan pembayaran yang diperlukan; risiko bahwa kemampuan kreditur untuk

melunasi pinjaman terganggu; risiko pinjaman menjadi tidak dapat dipulihkan

karena gagal bayar total; tingkat fluktuasi nilai instrumen hutang karena

perubahan kualitas kredit peminjam dan banyak.

Risiko kredit atau kualitas aset yang diukur dengan pinjaman yang

mengalami penurunan nilai terhadap pinjaman bruto merupakan ukuran dari

jumlah total pinjaman yang diragukan. Kualitas aset mengacu terutama pada

kualitas aset produktif bank. Penurunan kualitas aset bank akan berdampak
32

negatif terhadap profitabilitas bank karena penyisihan dilakukan terhadap

pendapatan yang dihasilkan.

Dampak kredit bermasalah terhadap dunia perbankan. Kredit bermasalah

dalam jumlah besar yang dihadapi oleh sebuah bank akan menurunkan tingkat

kesehatan operasi bank. Apabila penurunan mutu kredit dan profitabilitas bank

yang bersangkutan demikian parah sehingga mempengaruhi likuiditas keuangan

dan solvabilitas mereka, maka akan menurunkan trust (kepercayaan) para

deposan. Secara serentak para deposan akan melakukan rush (penarikan) dana

mereka pada bank yang bersangkutan. Bilamana jumlah kredit bermasalah dalam

suatu Negara cukup besar maka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank

pada umumnya akan menurun sehingga akan mengganggu system perbankan pada

Negara tersebut.

2.1.2.1.3 Pengukuran Risiko Kredit

Miller dan Noulas (1997) menyatakan bahwa peningkatan pinjaman

berisiko tinggi mengakibatkan penurunan profitabilitas. Thakor (1987) juga

menunjukkan bahwa tingkat pemberian kredit macet merupakan indikasi

penurunan kualitas aset bank dan menandakan perubahan kinerja profitabilitas

untuk masa depan.

Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio keuangan yang berkaitan

dengan risiko kredit. Non performing loan adalah perbandingan antara total kredit

bermasalah dengan total kredit yang diberikan kepada debitur. Bank dikatakan

mempunyai NPL yang tinggi jika banyaknya kredit yang bermasalah lebih besar

daripada jumlah kredit yang diberikan kepada debitur. Apabila suatu bank
33

mempunyai NPL yang tinggi, maka akan memperbesar biaya, baik biaya

pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, dengan kata lain semakin

tinggi NPL suatu bank, maka hal tersebut akan mengganggu kinerja bank tersebut.

Begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat rasio NPL maka akan semakin

rendah tingkat kreit bermasalah yang terjadi yang berarti juga semakin baik

kondisi bank tersebut. NPL secara umum berdampak negatif terhadap

profitabilitas bank, karena kredit macet menurunkan profitabilitas bank. Rasio

NPL dapat dihitung sebagai berikut:

kredit bermasalah
NPL = × 100%
total kredit yang disalurkan

pengelolaan risiko kredit harus diberikan penekanan secara khusus, karena

kualitas manajemen risiko kredit mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan

lembaga keuangan. Jadi, kemungkinan bank akan bangkrut jika uang yang mereka

pinjamkan tidak dibayar kembali oleh peminjam tinggi.

2.1.2.2 Risiko Likuiditas

2.1.2.2.1 Teori Risiko Likuiditas

1. Theory Trade Off Between Liquidity and Profitability

Theory Trade-Off Between Liquidity and Profitability mengatakan

Terdapat pertentangan antara likuiditas dan profitabilitas yang akan dihadapi oleh

bank yaitu satu sisi bank harus menjaga posisi likuiditasnya dengan cara

memperbesar cadangan kas. Namun hal ini akan mengakibatkan sebagian dana

menganggur (idle fund), sehingga tingkat profitabilitas menurun. Sebaliknya

apabila bank bertujuan mencapai keuntungan yang besar, maka bank harus

mengorbankan likuiditas, karena cadangan kas digunakan untuk kepentingan


34

bisnis, sehingga menyebabkan likuiditas menurun. Teori ini mengatur tingkat

likuiditas dengan cara yang bertentangan dengan profitabilitas. Di satu sisi bank

harus menjaga tingkat kestabilan alat likuiditasnya, namun di sisi lain bank harus

mencari keuntungan demi kelancaran usaha bank (Arthesa, 2006).

2.1.2.2.2 Pengertian Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk

memenuhi permintaan kredit dan semua penarikan dana tabungan oleh nasabah

pada suatu waktu. Resiko ini terjadi karena penyaluran dana dalam bentuk kredit

lebih besar jika dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada

suatu bank, sehingga menimbulkan resiko yang harus ditanggung oleh bank.

Risiko likuiditas terjadi bila bank tidak mampu menyediakan dana tunai untuk

memenuhi kebutuhan transaksi para nasabah dan memenuhi kewajiban-kewajiban

yang harus dilunasi dalam tempo lebih kecil dari satu tahun.

Menurut van Greuning dan Iqbal (2011: 146), risiko likuiditas muncul

ketika kemampuan bank untuk mencocokkan jangka waktu aset dan liabilitas

terganggu. Kurangnya likuiditas secara negatif mempengaruhi kemampuan bank

untuk mengelola portofolio secara beragam dan untuk memasuki atau keluar dari

pasar bila diperlukan. Risiko Likuiditas oleh Kosmidou (2008) dan Adusei (2015),

mengacu pada kegagalan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. menggunakan risiko likuiditas bank sebagai ukuran rasio pinjaman

terhadap deposito untuk menghindari risiko kebangkrutan, Curak et al., (2012)

mengemukakan bahwa bank komersial tetap substansial jumlah aset likuid, yang

dapat dengan mudah diubah menjadi uang tunai. Namun likuiditas lebih tinggi
35

menurunkan profitabilitas bank karena tingkat pengembalian yang lebih rendah

dari aset likuid.

Faktor yang menyebabkan bank mengalami risiko likuiditas ialah bank

tidak dapat memaksimumkan pendapatan karena adanya desakan kebutuhan

likuiditas. Risiko likuiditas pada umumnya berasal dari dana pihak ketiga, aset-

aset dan kewajiban pada counter-parties. Semakin besar penyaluran dana dalam

bentuk kredit relative dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat

pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besar risiko yang ditanggung

oleh bank yang bersangkutan. Apabila kredit yang disalurkan mengalami

kegagalan atau bermasalah, maka bank akan mengalami kesulitan untuk

mengembalikan dana yang dititipkan oleh masyarakat.

Konsep likuiditas menurut Oliver G. Wood, Jr. yang dikutip oleh Dahlan

Siamat (1993 : 167) bahwa suatu bank dianggap likuid apabila bank memenuhi

kategori di bawah ini :

1. Memegang sejumlah alat likuid, cash assets, yang terdiri dari uang kas,

rekening pada Bank Sentral dan rekening pada bank-bank lainnya sama

dengan jumlah kebutuhan likuiditas yang diperkirakan.

2. Memegang kurang dari jumlah alat-alat likuid akan tetapi bank memiliki

surat berharga berkualitas tinggi yang dapat ditukar atau dialihkan menjadi

uang tanpa mengalami kerugian baik sebelum jatuh tempo maupun pada

waktu setelah jatuh tempo.


36

3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh alat-alat likuid melalui

penciptaan hutang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto, call money,

penjualan suratsurat berharga dengan repurchase agreement (repo).

2.1.2.2.3 Pengukuran Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas yang diukur dengan pinjaman dan uang muka untuk total

simpanan nasabah merupakan penentu penting lainnya dari profitabilitas bank. Ini

adalah rasio limpasan simpanan yang menunjukkan persentase simpanan

pelanggan dan dana jangka pendek yang dapat dipenuhi bank jika ditarik tiba-tiba.

Likuiditas yang tidak memadai untuk memenuhi permintaan penarikan nasabah

jangka pendek dan kewajiban lainnya dapat menyebabkan kegagalan bank. Oleh

karena itu, semakin tinggi nilai rasio likuiditas, semakin likuid bank tersebut dan

semakin kecil kerentanannya terhadap kegagalan. Risiko likuiditas dalam

penelitian ini diwakili oleh Loan to Deposit Ratio (LDR).

Likuiditas diukur dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang dihitung

dengan membandingkan total pinjaman dengan total simpanan (Buchory, 2016).

LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana

yang diterima oleh bank (Dendawijaya. 2009:116). Sebagian praktisi perbankan

menyepakati batas aman LDR suatu bank adalah 80%, namun batas toleransi

berkisar antara 85%-100% (Lukman Dendawijaya, 2009:116). Loan to Deposit

Ratio (LDR) adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito

berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi

permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. Semakin tinggi LDR maka

laba perusahaan semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu


37

menyalurkan kredit dengan efektif, sehingga jumlah kredit macetnya akan kecil).

Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Total Kredit
LDR = x 100 %
Total Dana Pihak Ketiga

2.1.2.3 Risiko Pendanaan

2.1.2.3.1 Pengertian Risiko Pendanaan

Risiko pendanaan diartikan sebagai probabilitas kegagalan strategi

mobilisasi simpanan bank atau probabilitas deposan bank untuk menarik

simpanannya, yang berakibat pada memburuknya simpanan bank yang memaksa.

itu jatuh pada sumber pendanaan ekuitas. studi oleh Calomiris dan Kahn (1991)

menyatakan bahwa risiko bank menurun dengan adanya pemantauan yang efektif

atas dana bank dan diversifikasi sumber pendanaan yang canggih.

Dalam penelitian ini mengadopsi risiko pendanaan Z-score yang

dikembangkan oleh Adusei (2015) yang mengukur jumlah penyimpangan

simpanan pelanggan yang dimobilisasi oleh bank harus jatuh dari maksud untuk

menghapus modal ekuitas atau meminta ekuitas rekapitalisasi untuk mengukur

risiko pendanaan bank. Semakin tinggi skor Z-score risiko pendanaan, semakin

stabil sumber pendanaan bank. Namun risiko pendanaan yang tinggi akan

menganggu profitabilitas bank disebabkan bank kurang tepat dalam memilih

strategi untuk memobilisasikan dananya. Risiko pendanaan (FUNDRISK) yang

diukur dengan Z-score. Z-score dihitung sebagai berikut:

[ ]
DEP E
+
TA TAi
Z-Score (FRISK) =
DEP
σ( )
TAit
38

Dimana Z-score (FRISK) adalah risiko pendanaan Z-score bank i pada

waktu t yang mengukur jumlah penyimpangan simpanan nasabah yang harus jatuh

untuk memaksa bank menghapus pembiayaan ekuitas; DEP / TAit adalah rasio

simpanan terhadap total aset bank i pada waktu t; E / TAit adalah rasio ekuitas

terhadap total aset bank i pada waktu t; dan σ (DEP / TAip) adalah deviasi standar

dari rasio simpanan terhadap aset.

2.1.2.4 Ukuran Perusahaan

2.1.2.4.1 Teori Ukuran Perusahaan

1. The Market Power Of Theory

Ukuran bank diasosiasikan dengan konsep skala ekonomi. Dalam teori

ekonomi, jika sebuah industri adalah subyek dari skala ekonomi, institusi besar

akan lebih efisien sehingga mampu menghasilkan pelayanan produk dengan biaya

yang lebih rendah, begitu juga sebaliknya. Bank yang besar diasumsikan

menikmati skala ekonomi, mereka mampu memproduksi output atau pelayanan

mereka yang lebih murah dan efisien daripada bank kecil (Haron dan Azmi, 2004:

5). Literatur kinerja bank menggunakan teori kekuatan pasar (the market power

theory) oleh athanasoglu, Brissmis & Delis 2008. Teori kekuatan pasar

berpendapat bahwa keuntungan akan datang ketika kekuatan pasar lebih kuat.

Secara khusus De Andres dan Vallelado (2008) mengatakan bahwa bank besar

menawarkan biaya rendah dan karena itu kekuatan pasar tinggi.


39

2.1.2.4.2 Pengertian Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau

kecilnya usaha dari suatu perusahaan atau organisasi (Solichah, 2015:11).

Menurut Machfoedz (1994: 148) ukuran perusahaan merupakan suatu skala

dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara,

antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Menurut Ardi

dan Lana (2006) besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari total asset yang

dimiliki perusahaan tersebut. Semakin besar asset yang dimiliki perusahaan maka

semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Asset perusahaan berada pada

posisi neraca dimana mencerminkan kekayaan yang merupakan hasil penjualan

dalam berbagai bentuk. Dalam perusahaan perbankan untuk mengetahui besarnya

ukuran perusahaan dapat melihat jumlah total asset yang dimilki. Asset yang

dimilki bank terdiri atas kas, giro pada bank lain, giro pada BI, penempatan pada

bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan, penyertaan, biaya dibayar

dimuka, aktiva tetap, aktiva sewa guna usaha, aktiva lain-lain.

Pada dasarnya ukuran perusahaan terdiri dari tiga kategori yaitu

perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), perusahaan

kecil (small firm). Perusahaan yang besar dan kuat mempunyai daya tarik

tersendiri bagi para konsumen maupun investor yang akan menanamkan

modalnya karena perusahaan yang besar memiliki tingkat risiko kebangkrutan

atau kerugian yang lebih kecil sebab jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan

cukup besar. Adanya situasi yang akan dihadapi oleh suatu perusahaan, situasi

tersebut merupakan kemampuan perusahaan dalam menanggung berbagai risiko


40

yang mungkin timbul. Selain itu, perusahaan besar memiliki sumber daya yang

banyak untuk meningkatkan nilai perusahaan karena mempunyai akses yang

sangat baik terhadap sumber-sumber pendanaan dari eksternal dibandingkan

dengan perusahaan kecil.

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang terdapat pada

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 6/POJK.03/2016 mengenai Kegiatan

Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank, Bank Umum

berdasarkan Kegiatan Usaha, yang selanjutnya disebut BUKU, adalah

pengelompokan Bank berdasarkan kegiatan usaha yang disesuaikan dengan modal

inti yang dimiliki. Berdasarkan modal inti yang dimiliki, bank dikelompokkan

menjadi empat BUKU, yaitu:

a) BUKU 1 adalah Bank dengan Modal Inti sampai dengan kurang dari

Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah);

b) BUKU 2 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar

Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) sampai dengan kurang dari

Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah);

c) BUKU 3 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar

Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah) sampai dengan kurang dari

Rp30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun rupiah); dan

d) BUKU 4 adalah Bank dengan Modal Inti paling sedikit sebesar

Rp30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun rupiah).


41

2.1.2.4.3 Pengukuran Ukuran Perusahaan

Ukuran bank yang besar dapat menghasilkan skala ekonomi dengan biaya

yang lebih rendah, atau cakupan ekonomi yang mengarah pada diversifikasi

produk dan pinjaman sehingga memberikan akses ke pasar yang tidak dapat

diakses oleh bank-bank berukuran kecil (Kosmidou et al. (2008). Sufian dan

Chong (2008) telah mengindikasikan bahwa ukuran bank dapat berpengaruh

positif terhadap profitabilitas bank jika terdapat skala ekonomi yang substansial,

dan jika diversifikasi tersebut menghasilkan risiko yang lebih tinggi maka akan

menunjukkan pengaruh yang negatif. Ukuran bank oleh Kosak dan Cok (2008)

menemukan bahwa bank yang lebih besar karena ukurannya dapat dieksploitasi

skala ekonomi yang menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Bank yang lebih

besar juga dapat menggunakan kekuatan pasar mereka menggunakan citra merek

mereka dalam menyediakan layanan terkait.

Menurut Regehr & Sengupta, 2016 Ada alasan bagus mengapa kita

percaya bahwa ukuran bank dan profitabilitas saling terkait. Bank-bank besar

dapat meningkatkan profitabilitas bank karena ukurannya memungkinkan mereka

untuk merealisasikan skala ekonomi. Ini berarti bank besar dapat mengalokasikan

biaya tetap ke basis aset yang lebih luas, sehingga mengurangi biaya tetap rata-

rata. Selain itu, bank besar dapat melakukan diversifikasi risiko yang lebih besar

dengan mendiversifikasi portofolio aktivitasnya, baik dari segi produk bank

maupun secara geografis.

Untuk mengukur ukuran suatu bank, penelitian ini menggunakan Total

Asset sebagai indikatornya. Karena jumlah Total asset sangat bervariasi antar
42

bank, penelitian ini menggunakan logaritma natural dari total aset untuk

memitigasi kemiringan data. Total asset berdampak positif terhadap profitabilitas

bank. Namun, diversifikasi aset dapat mempengaruhi Total asset dan

meningkatkan risiko.

2.1.3 Faktor Eksternal Bank

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dianggap di luar kendali

manajemen bank, seperti kompetisi, regulasi, konsentrasi bank, pangsa pasar,

kelangkaan modal, peredaran uang, inflasi dan pertumbuhan ekonomi (Haron,

1996; Petria et al., 2015). Dalam penelitian ini faktor eksternal yang digunakan

adalah inflasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Suku bunga.

2.1.3.1 Inflasi

2.1.3.1.1 Teori Inflasi

1. The Loanable Fund Theory

Secara teori, inflasi berpengaruh terhadap dunia perbankkan sebagai salah

satu institusi keuangan. Sebagai lembaga yang fungsi utamanya sebagai mediasi,

bank sangat rentan dengan risiko inflasi terkait dengan mobilitas dananya. Salah

satu teori yang menjelaskan keterkaitan tersebut adalah teori dana yang

dipinjamkan (the loanable fund theory). Dalam teori ini apabila jumlah uang yang

diminta melebihi jumlah yang disediakan, maka akan dapat mengakibatkan

kenaikan harga uang atau tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga dalam hal ini

adalah suku bunga yang mencerminkan kesesuaian antara suku bunga simpanan

(sisi penawaran) dan suku bunga pinjaman (sisi permintaan). Keuntungan terbesar

bank adalah dari selisih bunga simpanan dan pinjaman sehingga bank harus
43

mampu mengelola dan sedapat mungkin mengantisipasi inflasi agar tingkat

keseimbangan mediasinya terjaga (Rivai,2009).

Bila melihat dari sudut investor, inflasi menyebabkan penurunan nilai mata

uang atau kenaikan harga yang mempengaruhi konsumsi masyarakat. Dengan

kondisi seperti ini para investor tidak mau untuk berinvestasi di sector rill.

Padahal biasanya dana untuk investasi sebagian besar diperoleh melalui pinjaman

drai bank. Hal ini menjadikan bank kesulitan menyalurkan dana serta

menanggung biaya dari modal yang ada sehingga profitabilitas (ROE) bank akan

berkurang.

2. Teori Kuantitas

Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi, namun

teori ini masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di jaman modern

ini, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini menyoroti

peranan dalam inflasi dari :

a. Jumlah Uang Beredar Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan

volume uang yang beredar, tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar.

Kejadian seperti ini, misalnya kegagalan panen, hanya akan menaikan

harga-harga untuk sementara waktu saja. Penambahan jumlah uang ibarat

‘’bahan bakar’’ bagi api inflasi. Bila jumlah uang tidak di tambah, inflasi

akan berhenti dengan sendirinya, apapun sebabmusababnya awal dari

kenaikan harga-harga tersebut.

b. Psikologi (expectation) Masyarakat Mengenai Harga-Harga Laju inflasi

ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan oleh
44

psikologi (harapan) masyarakat mengenai harga-harga di masa mendatang.

Ada tiga kemungkinan keadaan, keadaan yang pertama adalah bila

masyarakat tidak (atau belum) mengharapkan harga-harga untuk naik pada

bulan-bulan mendatang. Yang kedua adalah di mana masyarakat (atas

dasar pengalaman di bulan-bulan sebelumnya) mulai sadar bahwa ada

inflasi. Dan yang ketiga terjadi pada tahap inflasi yang lebih parah yaitu

tahap hiper inflasi, pada tahap ini orang-orang sudah kehilangan

kepercayaan terhadap nilai mata uang. Hiper inflasi ini pernah terjadi di

Indonesia selama periode 1961-1966 (D. R. Boediono 1999).

3. Teori Keynes

Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya, dan

menyoroti aspek lain dari inflasi. Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu

masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi,

menurut pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rejeki di antara

kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada

yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya

diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-

barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. (timbulnya apa yang

disebut dengan inflationary gap) Inflationary gap timbul karena adanya golongan-

golongan masyarakat tersebut berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi

permintaan yang efektif akan barang-barang. Dengan kata lain, mereka berhasil

memperoleh dana untuk mengubah aspirasinya menjadi rencana pembelian

barang-barang yang didukung dengan dana. Golongan masyarakat seperti ini


45

mungkin adalah pemerintah sendiri, yang berusaha memperoleh bagian yang lebih

besar dari output masyarakat dengan jalan menjalankan defisit dalam anggaran

belanjanya yang dibiayai dengan mencetak uang baru. Golongan tersebut

mungkin juga pengusaha pengusaha swasta yang menginginkan untuk investasi-

investasi baru dan memperoleh dana pembiayaanya dari kredit dari Bank.

Golongan tersebut bisa pula serikat buruh yang berusaha memperoleh kenaikan

gaji bagi anggota anggotanya melebihi kenaikan produktifitas buruh (D. R.

Boediono 1999).

2.1.3.1.2 Pengertian Inflasi

Inflasi ini adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin lemahnya

daya beli yang diikuit dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang

suatu Negara. Inflasi adalah gejala ekonomi yang menunjukkan naik tingkat harga

secara umum yang berkesinambungan. Syarat inflasi yaitu terjadi kenaikan harga

secara umum dan terus menerus. Jika satu dua jenis barang saja yang naik itu

bukan merupakan inflasi, kenaikan harga yang bersifat sementara, misalnya

kenaikan harga karena musiman, menjelang hari raya, bencana, dan sebagainya,

tidak disebut inflasi.

Menurut Case dan Fair (2007:63) inflasi adalah peningkatan tingkat harga

secara keseluruhan. Terjadi ketika banyak harga meningkat secara serentak.

Inflasi diukur dengan menghitung peningkatan harga rata-rata sejumlah besar

barang selama beberapa periode waktu. Sedangkan menurut Putong (2000:181)

inflasi adalah proses kenaikan harga umum secara terus menerus. Inflasi adalah

suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti
46

dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara. (Khalwaty,

2000:5).

Inflasi menurut Demirgüç-Kunt dan Huizinga (1999) Inflasi dapat menyebabkan

biaya yang lebih tinggi bagi bank, seperti halnya mereka mencapai lebih banyak

transaksi, meskipun itu juga dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi

bagi bank Namun, hubungan antara inflasi dan profitabilitas tergantung pada

apakah manajemen memperkirakan variasi inflasi dengan benar menyesuaikan

tingkat bunga dan, akibatnya, meningkatkan penjualan lebih dari biaya, dengan

demikian, mengarah ke keuntungan yang lebih besar dalam laba (Athanasoglou et

al., 2006). Inflasi menurut driver dan windram (2007), Inflasi tidak hanya

berdampak pada harga perusahaan tetapi juga berdampak signifikan terhadap

nasabah bank dan sumber keuangan. Tingkat inflasi yang lebih tinggi mendorong

korporasi untuk menaikkan harga produk mereka karena memfasilitasi korporasi

untuk menghindari penderitaan penurunan permintaan output mereka. Menurut

Revell (1980) menemukan bahwa inflasi merupakan faktor yang paling signifikan

dalam menyebabkan disparitas profitabilitas.

Samuelson dan Nordhaus (2004: 385) mengklasifikasikan inflasi menjadi

tiga kategori yaitu:

a) Inflasi rendah, dicirikan oleh harga yang naik perlahan-lahan dan dapat

diramalkan. Kita dapat mendefinisikan sebagai tingkat inflasi tahunan

dengan digit tunggal.

b) Inflasi melambung, inflasi dalam cakupan digit ganda atau triple misalnya

20%, 100%, atau 200% per tahun disebut “inflasi yang melambung”. Pada
47

kondisi ini, uang kehilangan nilainya dengan sangat cepat, sehingga orang-

orang hanya memegang jumlah uang sangat minim yang dibutuhkan untuk

transaksi sehari-hari.

c) Hiperinflasi, yaitu inflasi di atas 200% per tahun yang ditandai oleh stok

uang nyata (diukur dengan stok uang dibagi oleh tingkat harga) menurun

secara drastis. Selain itu, harga relatif menjadi sangat tidak stabil.

2.1.3.1.3 Pengukuran Inflasi

Menurut Mandala Manurung dan Prathama Rahardja (2004:164) ada

beberapa indikator ekonomi makro yan digunakan untuk mengetahui inflasi

selama satu periode tertentu yaitu:

1) Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukan

tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen dalam suatu periode tertentu.

Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama

yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga

barang dan jasa tersebut diberi bobot (weighted) berdasarkan tingkat

keutamaanya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling

besar.

Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan memperhitungkan

sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan yang

sebenarnya, perhitungan IHK dilakukan dengan melihat perkembangan regional,

yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibukota

propisi di Indonesia.
48

IHK −IHK ₁
Inflasi = X 100%
IHK ₁

2) Indeks Harga Perdangan Besar (Wholesale Price Index)

Jika inflasi melihat dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan

Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering juga

disebut sebagai indeks harga produsen (producer price index). IHPB menunjukan

tingkat harga yang diterima produsen berbagai tingkat produksi. Prinsip

menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan

IHK

IHPB −IHPB₁
Inflasi = X 100%
IHPB ₁

3) Indeks Harga Implisist (GDP Deflator)

Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju

inflasi yang terbatas. Sebab jika dilihat dari metode perhitungannya, kedua

indikator tersebut hanya melengkapi beberapa puluh kota saja. Sama halnya

dengan dua indikator sebelumnya, perhitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan

dengan menghitung perubahan angka indeks.

IHI −IHI ₁
Inflasi = X 100%
IHI ₁

pada penelitian ini inflasi akan diukur menggunakan Indeks Harga

Konsumen atau IHK tahunan pada periode 2014-2019. inflasi di ukur dengan beta

yaitu dengan menghitung sensitivitas tingkat inflasi terhadap profitabilitas bank

(closing price). Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis

berupa data pasar (inflasi dan profitabilitas). Data historis inflasi yang digunakan
49

dalam penelitian ini yaitu data Indeks Harga Konsumen (IHK). Secara matematis

menurut (Budie 1999) beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

NΣXY −(ΣX )(ΣY )


𝛽=
NΣX ²−(ΣX ) ²

2.1.3.2 Pertumbuhan Ekonomi

2.1.3.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

1. Teori Pertumbuhan Klasik

Menurut Teori Ekonomi Klasik (Adam Smith) unsur pokok dari sistem

produksi adalah sumber daya alam, sumber daya manusia (jumlah dan kualitas

penduduk), dan stok modal (E. M. Boediono 1993). Menurut teori ini, sumber

daya alam yang tersedia adalah batas maksimum bagi pertumbuhan

perekonomian. Pada tahap di mana unsur sumber daya alam belum dimanfaatkan

maksimal, maka peningkatan produksi akan ditentukan oleh sumber daya insani

dan stok modal. Apabila output terus meningkat, sumber daya alam akan

sepenuhnya termanfaatkan. Pada tahap ini sumber daya alam membatasi

pertumbuhan suatu perekonomian (E. M. Boediono 1993).

Unsur produksi kedua adalah jumlah penduduk. Menurut teori ini, jumlah

penduduk bersifat pasif, akan menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan tenaga

kerja. Selanjutnya pertambahan penduduk akan melahirkan spesialisasi pekerjaan,

yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas. Smith menempatkan peranan

sentral unsur ketiga yaitu pertumbuhan stok kapital atau akumulasi kapital dalam

proses pertumbuhan output. Menurut Smith, stok kapital mempunyai dua pengaruh

terhadap tingkat output total yaitu pengaruh langsung berupa penambahan kapital dan

pengaruh tidak langsung berupa peningkatan produktivitas lewat dimungkinkannya


50

peningkatan spesialisasi dan pembagian kerja. Makin besar stok kapital makin besar

kemungkinan spesialisasi dan pembangian kerja, dan semakin tinggi produktivitas per

pekerja (E. M. Boediono 1993). Dua faktor penting terkait akumulasi kapital yaitu

perluasan pasar dan tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal. Smith

menggarisbawahi pentingnya perluasan dan kebebasan pasar (persaingan) dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi yang dapat dilakukan dengan menghilangan

peraturan peraturan, undang-undang yang menjadi penghambat kebebasan berusaha

dan kegiatan ekonomi (E. M. Boediono 1993).

2. Model Pertumbuhan Neoklasik (Solow-swan)

Menurut Teori Neoklasik, pertumbuhan ekonomi tergantung pada

ketersediaan faktor-faktor produksi: penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal

dan tingkat kemajuan teknologi (Arsyad 2010). Analisis teori ini didasarkan atas

asumsi-asumsi dari teori klasik yaitu bahwa perekonomian berada pada tingkat

pengerjaan penuh (full employment) dan tingkat penggunaan penuh (full

utilization) dari faktor-faktor produksinya. Model ini menjelaskan bahwa

teknologi yang digunakan menentukan besarnya output yang diproduksi dari

jumlah modal dan tenaga kerja tertentu.

Teori Pertumbuhan Neoklasik yang disajikan dalam fungsi Cobb-Douglas

menekankan peran pembentukan modal sebagai salah satu faktor penting dalam

pertumbuhan. (Solow 1974) menekankan pertumbuhan jangka panjang dan

peranan modal, tenaga serta teknologi sebagai faktor produksi. Lebih jauh

menurut Solow, pertumbuhan akan terjadi apabila ada modal, ada pertumbuhan

penduduk dan ada teknologi, walaupun teknologi masih dianggap sebagai faktor

eksogen.
51

Dalam model ini, tabungan akan mendorong pertumbuhan ekonomi untuk

sementara, tetapi pengembalian modal yang kian menurun pada akhirnya akan

mendorong pencapaian perekonomian yang mapan akan tergantung pada

kemajuan teknologi (eksogenous).

2.1.3.2.2 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan standar materi kehidupan yang

meningkat sepanjang waktu (satu tahun) bagi kehidupan orang-orang dalam suatu

negara yang berasal dari peningkatan pendapatan, sehingga memungkinkan orang-

orang mengkonsumsi jumlah barang dan jasa yang lebih banyak dan beragam

(Mankiw, Reis, and Wolfers 2003). Menurut (Case and Fair 2007), pertumbuhan

ekonomi umumnya didefinisikan sebagai peningkatan Produk Domestik Bruto

(PDB). Produk Domestik Bruto (PDB) sering dianggap sebagai ukuran yang

paling baik dari kinerja perekonomian. Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan

indikator makro ekonomi yang juga mempengaruhi profitabilitas dan stabilitas

bank. Produk domestik bruto (PDB) merupakan jumlah nilai barang dan jasa yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dan menjadi salah satu indikator penting

untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu negara pada waktu tertentu. PDB

dapat digunakan untuk mempelajari dan membandingkan perekonomian dari

waktu ke waktu.

PDB dapat mengukur total pendapatan maupun total pengeluaran

perekonomian untuk barang dan jasa. PDB menunjukkan pendapatan dan

pengeluaran dari rata-rata seseorang dalam perekonomian. Maka PDB menjadi

ukuran kesejahteraan rata rata perorangan yang cukup alamiah. Semakin tinggi
52

tingkat PDB maka masyarakat semakin sejahtera. Jika Produk Domestik Bruto

naik, maka akan diikuti peningkatan pendapatan masyarakat sehingga

kemampuaan untuk menabung (saving) juga meningkat. Peningkatan saving ini

akan mempengaruhi profitabilitas bank. Sebaliknya, jika produk domestik bruto

menurun maka akan diikuti penurunan pendapatan dan saving masyarakat yang

berakibat profitabilitas menurun. Sehingga PDB berpengaruh positif terhadap

ROE perbankan.

2.1.3.2.3 Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi

Menurut (Samuelson and Nordhaus 1995), di antara tolok ukur kinerja

perekonomian tersebut, yang paling sering digunakan adalah produk domestik

bruto (PDB). Secara agregat, pertumbuhan ekonomi makro untuk suatu wilayah

negara ditunjukkan oleh tingkat capaian produk domestik bruto (PDB) atau gross

domestic product (GDP). PDB adalah agregat nilai tambah dari semua barang atau

jasa yang dihasilkan oleh masing-masing sektor menurut lapangan usaha di suatu

negara baik atas dasar harga konstan maupun harga berlaku (Rustiadi,

Saefulhakim, and Panuju 2011). PDB ada dua jenis, yaitu PDB atas dasar harga

berlaku (PDB nominal) dan PDB atas dasar konstan (PDB Riil). PDB nominal

adalah PDB dengan harga yang berlaku yaitu nilai barang dan jasa akhir atau nilai

tabah barang dan jasa yang dihasilkan sebuah Negara dalam satu tahun yang

dinilai dengan menggunakan harga yang berlaku pada tahun tersebut. Sedangkan

PDB Riil adalah PDB atas dasar harga konstan, yaitu nilai barang dan jasa akhir

atau nilai barang tambah dan jasa yang dihasilkan sebuah Negara dalam satu

tahun yang dinilai dengan menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun
53

tertentu sebagai tahun dasar. PDB Rill digunakan untuk dapat menghasilkan

pengukuran pertumbuhan ekonomi dengan lebih baik. Hal ini dikarenakan PDB

Rill menggunakan harga konstan sehingga lebih fokus dalam menilai peningkatan

nilai output yang dihasilkan.

Badan Pusat Statistik menjelaskan bahwa PDB merupakan satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode

tertentu, baik atas dasar harga berlaku secara umum maupun atas dasar harga

konstan. Produk domestic bruto di ukur dengan beta yaitu dengan menghitung

sensitivitas tingkat PDB terhadap profitabilitas bank (closing price). Beta historis

dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (PDB dan

profitabilitas). Data historis pertumbuhan ekonomi yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu data PDB. Secara matematis menurut (Budie 1999) beta dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

NΣXY −(ΣX )(ΣY )


𝛽=
NΣX ²−(ΣX ) ²

2.1.3.3 Suku Bunga

2.1.3.3.1 Teori Suku Bunga

1. Teori Klasik

Tabungan, simpanan menurut teori klasik adalah fungsi tingkat bunga,

makin tinggi tingkat bunga, maka makin tinggi pada keinginan masyarakat untuk

menyimpan dananya di bank. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi,

masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran

untuk berkonsumsi guna menambah tabungan. Sedangkan bunga adalah “harga”

dari (penggunaan) loanable funds, atau dapat diartikan sebagai dana yang tersedia
54

untuk di pinjamkan atau dana investasi, karena menurut teori klasik, bunga adalah

“harga” yang terjadi di pasar investasi (D. R. Boediono 1999). Investasi juga

merupakan tujuan dari tingkat bunga.

Semakin tinggi tingkat bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi

juga semakin kecil, alasannya adalah seorang pengusaha akan menambah

pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi

tersebut lebih besar dari tingkat bunga yang harus di bayarkan untuk dana

investasi tersebut sebagai ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital)

(Nopirin 2000) . Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan terdorong

untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga semakin kecil,

tingkat bunga dalam keadaan seimbang (artinya tidak ada dorongan naik turun)

akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan

pengusaha untuk melakukan investasi.

2. Teori Keyness Tentang Suku Bunga

Teori Keynes menyebutkan bahwa, tingkat bunga ditentukan oleh

permintaan dan penawaran uang, menurut teori ini ada tiga motif, mengapa

seseorang bersedia untuk memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, berjaga-

jaga dan spekulasi. Tiga motif inilah yang merupakan sumber timbulnya

permintaan uang yang diberi istilah Liquidity preference, (Nopirin 2000) adanya

permintaan uang menurut teori Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa

umumnya orang menginginkan dirinya tetap likuid untuk memenuhi tiga motif

tersebut. Teori Keynes menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan

orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan
55

akan uang untuk tujuan spekulasi, dalam hal ini permintaan besar apabila tingkat

bunga rendah dan permintaan kecil apabila bunga tinggi.

2.1.3.3.2 Pengertian Suku Bunga

Kasmir, (2008:135) mengatakan bahwa bunga bank (suku bunga) dapat

diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip

konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga

dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada asabah (yang memiliki

simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah

yang memperoleh pinjaman). Bank memberikan bunga kepada masyarakat yang

telah menyimpan kelebihan dananya ke bank dalam bentuk tabungan.

Menurut (Sunariyah 2000) tingkat suku bunga dinyatakan sebagai

presentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan satu ukuran harga,

sumber yang digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada debitur. Unit waktu

biasanya dinyatakan dalam satuan tahun (satu tahun investasi) atau bisa lebih

pendek dari satu tahun.

Menurut Mishkin (2008) Suku Bunga adalah biaya pinjaman atau harga

yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut. Oleh karena itu, bunga juga dapat

diartikan sebagai uang yang diperoleh atas pinjaman yang diberikan. Suku bunga

pada dasarnya mempunyai dua pengertian sesuai dengan peninjauannya yaitu bagi

bank dan bagi pengusaha. Bagi bank, bunga adalah suatu pendapatan atau suatu

keuntungan atas peminjaman uang oleh pengusaha atau nasabah. Dan bagi

pengusaha bunga dianggap sebagai ongkos produksi ataupun biaya modal. Suku

bunga yang tinggi akan mendorong investor untuk menanamkan dananya di bank
56

daripada menginvestasikannya pada sektor produksi atau industri yang memiliki

tingkat risiko lebih besar.

Menurut Tandelilin (2010) Suku bunga yang tinggi akan mendorong

investor untuk menanamkan dananya di bank dari pada menginvestasikannya pada

sektor produksi atau industri yang memiliki tingkat risiko lebih besar. Apabila

terjadi kenaikan tingkat suku bunga, maka pergerakan harga saham akan

menurun, sebaliknya apabila terjadi penurunan tingkat suku bunga, maka harga

saham akan naik. Semakin tinggi tingkat bunga perbankan, akan menyebabkan

investor mengalihkan investasinya pada investasi di perbankan, obligasi atau aset-

aset keuangan berpendapatan tetap Karena investor mengurangi portofolio saham

dengan melepas saham, makasuplai saham di bursa saham meningkat dan

selanjutnya akan menyebabkan penurunan harga saham tersebut.

2.1.3.3.3 Pengukuran Suku Bunga

Suku bunga dapa dikatakan juga sebagai nilai atau keuntungan yang

diberikan kepada investor dari penggunaan dana investasi atas dasar perhitungan

nilai ekonomis dalam periode waktu tertentu. Dimana tingkat suku bunga

ditentukan oleh pemerintah dan tingkat suku bunga bank digunakan untuk

mengontrol perekonomian suatu negara, tingkat suku bunga yang berlaku di bank

tersebut baik untuk sumber dana maupun pinjaman (Fakhruddin, 2008:95). Di

Indonesia tingkat suku bunga ditentukan oleh Bank Indonesia.

pengukuran tingkat suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan data nilai BI-7 Day Reverse Repo Rate.BI 7-Day

(Reverse) Repo Rate. data tersebut diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia
57

(www.bi.go.id) untuk periode 2016 - 20120. Instrumen BI 7-Day (Reverse) Repo

Rate digunakan sebagai suku bunga kebijakan baru karena dapat secara cepat

memengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil (Bank Indoensia n.d.).

Instrumen BI 7-Day (Reverse) Repo Rate sebagai acuan yang baru memiliki

hubungan yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang, sifatnya transaksional atau

diperdagangkan di pasar, dan mendorong pendalaman pasar keuangan, khususnya

penggunaan instrumen repo.

Suku bunga di ukur dengan beta yaitu dengan menghitung sensitivitas

tingkat inflasi terhadap profitabilitas (closing price). Beta historis dapat dihitung

dengan menggunakan data historis berupa data pasar (suku bunga dan

profitabilitas). Data historis suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

data BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Secara matematis menurut (Budie

1999) beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

NΣXY −(ΣX )(ΣY )


𝛽=
NΣX ²−(ΣX ) ²

2.2 Penelitian Terdahulu

Salah satu data pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan bagian

tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang

sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam penelitian terdahulu terdapat beberapa

penelitian yang penulis temukan dengan beberapa tema yang tidak jauh berbeda

mengenai variabel faktor internal bank, makro ekonomi, dan profitabilitas.

1. Penelitian Terdahulu Risiko Kredit

Abel dan Roux (2016) mengkaji tentang Determinants of Banking Sector

Profitability In Zimbabwe. Tujuan penelitian ini yaitu menetapkan faktor penentu


58

profitabilitas sektor perbankkan di Zimbabwe selama periode 2009-2014. Dalam

penelitian ini variabel dependen adalah profitabilitas yang diukur dengan Return

on assets dan Return on equity. Sedangkan variabel independennya terdiri atas

faktor internal bank yaitu Ukuran bank, rasio kecukupan modal, risiko kredit,

likuiditas, dan manajemen biaya serta faktor eksternal bank yaitu pertumbuhan

ekonomi, dan inflasi. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 18 bank

yang ada di Zimbabwe selama periode 2009-2014. Temuan penelitian

menemukan bahwa Ukuran bank, rasio kecukupan modal, risiko kredit,

manajemen biaya dan inflasi berpengaruh negative signifikan terhadap

profitabilitas bank. sedangkan likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap

profitabilitas bank. Persamaan penelitian ini adalah risiko kredit berpengaruh

negative signifikan terhadap Return on equity bank. persamaan lainnya terletak

pada variabel dependennya yaitu Profitabilitas bank yang diukur dengan Return

on equity dan juga variabel independennya yang terdiri dari determinan internal

yaitu Risiko kredit dan Ukuran bank. juga indikator eksternalnya yaitu inflasi dan

pertumbuhan ekonomi. Sedangkan perbedaannya terletak pada periode tahun

penelitian dan metode analisis datanya. Dalam penelitian ini menggunakan

metode regresi data panel dengan menggunakan bantuan sofware eviews9. selain

itu Peneliti terdahulu hanya menggunakan beberapa faktor eksternal bank dan

faktor internal bank.

Panta (2018) mengkaji tentang Non Perfomings Loan and Bank

Profitability: Study Of Joint Venture Banks in Nepal. Tujuan penelitian ini yaitu

mengeksplorasi trend Non Perfoming loan, mengkaji hubungan antara variabel


59

spesifik bank dan faktor makroekonomi dengan NPL dan menganalisis pengaruh

NPL terhadap profitabilitas bank campuran. Variabel dependen dalam penelitian

ini yaitu Non perfoming loan, Return on asset dan Return on equity. Sedangkan

variabel independennya yaitu Capital Adequacy ratio, Net Interest Margin,

Ukuran Bank, Produk domestik bruto, dan inflasi. Jumlah sampel penelitian

sebanyak tujuh bank yang ada di Nepal selama tahun 2006-2017. Temuan

penelitian menemukan bahwa Net Interest Margin, berpengaruh positif signifikan

terhadap NPL, ROA dan ROE. Capital adequacy ratio, LTD, dan NPL memiliki

pengaruh negative signifikan terhadap profitabilitas bank yang diukur dengan

Return on equity. Sedangkan Produk domestic bruto dan inflasi berpengaruh

negative signifikan terhadap NPL. Persamaan penelitian ini adalah Non perfoming

loan berpengaruh negative signifikan terhadap return on equity. Persamaan

lainnya terletak pada variabel dependennya yaitu Return On Equity dan variabel

independennya yaitu Non Perfoming Loan, PDB dan Inflasi. sedangkan

perbedannya adalah lokasi penelitian, periode penelitan dan juga metode analisis

yang digunakan penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian ini. Peneliti

terdahulu hanya menggunakan beberapa faktor spesifik bank.

Sudarjan et al. (2021) mengkaji tentang Pengaruh dana pihak ketiga,

Capital adequacy ratio, Non Perfoming loan, BI Rate, Inflasi dan Nilai tukar

Terhadap Profitabilitas Bank Umum Persero tahun 2007-2018. Tujuan penelitian

ini yaitu mengetahui kondisi ekonomi makro dan perkembangan kinerja internal

Bank persero dan BPD periode 2007-2018. Variabel dependen yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu Profitabilitas yang diukur dengan Return on assets.
60

Sedangkan variabel independennya adalah Capital adequacy ratio, Dana pihak

ketiga, non perfoming loan, inflasi dan BI Rate. Sampel dalam penelitian ini

adalah Bank umum persero dengan periode 2007-2018. Temuan penelitian

menemukan bahwa capital adequacy ratio, Dana pihak ketiga dan BI Rate

memiliki hubungan positif namun tidak signifikan terhadap profitabilitas bank.

sedangkan Non perfoming laon dan nilai tukar memiliki hubungan negatif dan

signifikan terhadap profitabilitas bank. Persamaan dalam penelitian ini terletak

pada variabel independen yaitu Non perfoming Loan yang memiliki hubungan

negative signifikan pada profitabilitas bank dan suku bunga. selain itu lokasi

penelitian juga sama, berada di Negara Indonesia. Sedangkan perbedaan terletak

pada periode penelitian dan proksi yang digunakan untuk variabel dependennya

yaitu profitabilitas.

Taliwuna et al. (2019) mengkaji tentang Analisis pengaruh faktor internal

dan faktor eksternal terhadap Return on asset perbankkan di Indonesia. Tujuan

penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh dari faktor internal dan faktor eksternal

terhadap profitabilitas bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-

2018. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas yang

diproksikan dengan return on assets. Sedangkan variabel independen yaitu capital

adequacy ratio, Loan to funding ratio, Non perfoming loan dan faktor eksternal

yang terdiri atas tingkat suku bunga dan tingkat inflasi. Jumlah sampel penelitian

sebanyak 11 perbankkan dengan total asset terbesar di Indonesia yang secara

konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2018. Hasil penelitian

menemukan bahwa capital adequacy ratio berpengaruh positif signifikan terhadap


61

Return on asset sedangkan Non perfoming loan berpengaruh negatif signifikan

terhadap Return on asset. Loan to funding ratio, suku bunga dan tingkat inflasi

tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan Return on asset bank.

Persamaan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian dan juga periode

penelitian. selain itu variabel independennya juga sama yaitu suku bunga, inflasi,

dan Non perfoming loan. sdangkan perbedaannya terletak pada proksi untuk

mengukur profitabilitas bank dan juga faktor lainnya.

Thanh dan Xuan (2017) mengkaji tentang Determinants of Bank

Profitability: The Case of Commercial Banks Listed on the Vietnam’s Stock

Exchange. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis secara empiris faktor penentu

profitabilitas bank komersial yang terdaftar di HOSE dan HNX periode 2007-

2013. Dalam penelitian ini menggunakan Profitabilitas yang diukur menggunakan

ROA, ROE dan NIM sebagai variabel dependen. untuk variabel independen

terdiri dari faktor spesifik bank dan faktor eksternal bank. faktor internal bank

yaitu ukuran bank, pertumbuhan total aset, risiko kredit, risiko, biaya manajemen

dan modal sedangkan faktor eksternal yaitu pertumbuhan PDB, Tingkat bunga,

inflasi dan pertumbuhan penduduk. Jumlah sampel sebanyak 9 bank umum yang

ada di vietnam selama periode penelitian. penelitian ini menggunakan metode

analisis regresi panel. Hasil penelitian menemukan bahwa Risiko kredit

berpengaruh negative signifikian terhadap ROA dan ROE tapi tidak dengan NIM.

Ukuran bank dan biaya modal berpengaruh negatif signifikan pada ketiga

indikator profitabilitas. Modal, suku bunga dan pertumbuhan PDB berpengaruh


62

positif signifikan pada profitabilitas bank. inflasi koefisiennya bertanda positif dan

signifikan, pada NIM dan ROE, tetapi negatif dan tidak signifikan pada ROA.

persamaan penelitian ini adalah risiko kredit berpengaruh negatif signifikan

terhadap Return on equity bank. sedangkan perbedaan penelitian terletak pada

indikator spesifik bank yang digunakan. selain itu lokasi penelitian dan periode

penelitan yang digunakan penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian ini.

2. Penelitian Terdahulu Risiko Likuiditas

Boateng (2018) mengkaji tentang Determinants of bank profitability: a

comparative study of indian and Ghanaian bank. tujuan penelitian ini yaitu

mengetahui faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap profitabilitas bank di

india dan Ghana. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas

bank yang diukur menggunakan Return on Assets. Sedangkan variabel

independenya terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal bank. faktor internal

bank yaitu risiko kredit, risiko likuiditas, Margin Bunga bersih, rasio kecukupan

modal dan ukuran bank. sedangkan faktor eksternal bank yaitu produk domestic

bruto dan tingkat inflasi. Jumlah sampel penelitian sebanyak 20 bank, sepuluh

bank india dan sepuluh bank Ghana. Hasil penelitian menemukan bahwa risiko

kredit, margin bunga bersih, rasio kecukupan modal dan inflasi berpengaruh

signifikan terhadap profitabilitas bank di india dan Ghana. Sedangkan risiko

likuiditas berpengaruh negative tapi tidak signifikan terhadap profitabilitas bank.

ukuran bank juga memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas

bank di India namun signifikan pada bank yang ada di Ghana. Persamaan

penelitian ini yaitu variabel independen yang meneliti tentang risiko kredit,
63

likuiditas, ukuran bank dan inflasi. Sedangkan perbedaannya profitabilitas dalam

peneliti terdahulu diukur menggunakan ROA. selain itu lokasi penelitian, periode

penelitan dan juga metode analisis yang digunakan penelitian terdahulu berbeda

dengan penelitian ini.

Supiyadi dan Purnomo (2019) mengkaji tentang Pengaruh faktor internal

dan faktor eksternal terhadap profitabilitas bank syariah Indonesia. Tujuan

penelitian ini adalah untuk meneliti faktor internal dan faktor eksternal Bank

Syaria di Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas

yang diukur menggunakan Return on equity. Sedangkan variabel independennya

adalah risiko kredit, risiko likuiditas, kemampuan modal, ukuran perusahaan, dan

inflasi. Jumlah sampel penelitian sebanyak 12 bank syariah yang terdaftar di Bank

Indonesia tahun 2007-2016. Hasil penelitian menemukan bahwa risiko kredit dan

risiko likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas bank.

sedangkan rasio kemampuan modal dan ukuran bank berpengaruh negative

signifikan terhadap profitabilitas bank. inflasi memiliki pengaruh negatif tapi

tidak signifikan terhadap Return on equity bank. Persamaan penelitian ini adalah

risiko likuiditas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Return on

equity sesuai dengan hipotesis penelitian. Persamaan lainnya terletak pada lokasi

penelitian dan variabel dependennya yaitu profitabilitas yang diukur

menggunakan Return on equity (ROE). Selain itu variabel independen memiliki

beberapa kesamaan seperti risiko kredit, risiko likuiditas, ukuran perusahaan dan

inflasi. untuk perbedaan penelitian terletak pada periode atau jangka waktu
64

penelitian, alat analisis, dan juga masih banyak faktor eksternal yang bisa dikaji

bukan hanya inflasi.

Juniarti et al. (2021) mengkaji tentang Analisis faktor internal dan faktor

eksternal terhadap profitabilitas pada sector perbankkan yang terdaftar di Bursa

efek Indonesia periode 2014-2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional, Capital Adequacy Ratio,

Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan dan Nilai Tukar terhadap

Profitabilitas pada Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel

penelitian ini meliputi variabel independen yaitu Biaya Operasional Pendapatan

Operasional, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing

Loan dan Nilai Tukar dan variabel depeden yaitu profitabilitas yang diukur

dengan Return On Asset. Metode pengambilan sampel menggunakan Purposive

sampling, sampel yang digunakan sebanyak 30 dengan data tahunan selama 5

(lima) tahun terakhir. Hasil penelitian yang di uji secara parsial menunjukkan

bahwa Biaya Operasional Pendapatan Operasional dan Nilai Tukar tidak

berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset sedangkan Capital Adequacy

Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Non Performing Loan berpengaruh signifikan

terhadap Return On Asset. Uji Simultan menunjukkan bahwa Biaya Operasional

Pendapatan Operasional, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non

Performing Loan dan Nilai Tukar secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap Return On Asset. Persamaan penelitian ini adalah Loan to deposite ratio

berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas bank sesuai dengan hipotesis


65

penelitian. sedangkan perbedaannya ada pada periode penelitian, proksi untuk

variabel profitabilitas dan faktor eksternal peneliti terdahulu.

3. Penelitian Terdahulu Risiko Pendanaan

Ali dan Hong Pua (2018) mengkaji tentang The Internal Determinant Of

Bank Profitability And Stability : An insight From Banking Sector Of Pakistan.

Tujuan penelitian ini yaitu menguji determinan internal profitabilitas bank dan

stabilitas di sektor perbankkan pakistan dalam mencapai kinerja yang tinggi.

Dalam penelitian ini menggunakan profitabilitas yang di proksikan dengan ROE

dan stabilitas sebagai variabel dependennya sedangkan untuk variabel

independennya adalah faktor-faktor internal bank seperti Risiko Kredit, Risiko

Likuiditas, Risiko Pendanaan dan Bank Size. jumlah sampel yang digunakan

adalah sebanyak 24 bank umum yang meliputi 19 bank konvensional dan 5 bank

islam di pakistan selama periode 2007-2015. alat analisis yang digunakan dalam

mengelolah data adalah analisis regresi panel. Hasil penelitian menemukan bahwa

bank size dan risiko kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap

profitabilitas bank sedangkan risiko pendanaan berpengaruh negatif signifikan

terhadap profitabilitas bank. selain itu bank size, risiko kredit dan risiko likuiditas

berpengruh negatif terhadap stabilitas bank sedangkan risiko pendanaan

berpengaruh positif. demikian pula postulasi stabilitas-profitabilitas menunjukkan

hubungan positif antar keduanya. Persamaan penelitian ini adalah Risiko

pendanaan berpengaruh negatif terhadap Return on equity dan Ukuran bank

berpengaruh positif signifikan terhadap ROE. Dalam penelitian ini juga

menggunakan metode regresi data panel dengan menggunakan bantuan sofware


66

eviews9. Sedangkan perbedaannya Risiko kredit berpengaruh posistif signifikan

dengan ROE. selain itu periode penelitian dan sampel penelitian yang digunakan

juga berbeda. Penelitian terdahulu tidak menggunakan variabel factor eksternal

bank seperti inflasi, PDB dan suku bunga dalam penelitiannya.

4. Penelitian Terdahulu Ukuran Perusahaan

Bono (2019) mengkaji tentang An Analysis of the Determinants of Banks

Performance in Case of Private Commercial Banks in Ethiopia. Tujuan penelitian

yaitu mengetahui pengaruh mobilisasi simpanan, kecukupan modal, suku bunga,

likuiditas, ukuran bank, dan PDB terhadap profitabilitas bank komersial swasta

Ethiopia. Variabel dependen adalah profitabilitas yang diukur menggunakan dua

indikator yaitu Return on asset dan Return on equity. sedangkan variabel

independen yaitu kecukupan modal, mobilisasi simpanan, suku bunga, Likuiditas,

ukuran bank dan produk domestik bruto (PDB). Jumlah sampel penelitian adalah

bank dashen, bank internasional Nib dan bank bersatu di Ethiopia dengan periode

2007 hingga 2016. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi

linier berganda. Hasil penelitian menemukan bahwa suku bunga, ukuran bank,

tingkat PDB dan kecukupan modal memiliki hubungan positif signifikan terhadap

profitabilitas bank yang diukur menggunakan ROA, sedangkan likuiditas

berpengaruh negatif signifikan. Berkenaan dengan ROE, yang memiliki hubungan

positif signifikan adalah tingkat suku bunga, ukuran bank dan PDB sedangkan

likuiditas dan mobilisasi simpanan berpengaruh negatif signifikan terhadap

profitabilitas bank.
67

Persamaan penelitian ini adalah Ukuran Bank berpengaruh positif

signifikan terhadap Return on equity bank. persamaan lainnya terletak pada

variabel dependennya yaitu profitabilitas yang diukur menggunakan Return on

equity (ROE) dan beberapa variabel independennya yaitu Ukuran bank, suku

bunga dan tingkat PDB. sedangkan perbedaan penelitian terletak pada faktor

spesifik bank, lokasi penelitian, periode penelitian dan alat analisis yang

digunakan.

Chouikh dan Blagui (2017) mengkaji tentang The Determinants of Bank

Performance: The Case of Tunisian Listed Banks. Tujuan penelitian yaitu

mengetahui secara empiris faktor penentu kinerja bank yang terdaftar Tunisia.

dengan Dalam penelitian ini variabel dependen adalah Kinerja bank yang diukur

menggunakan tiga indikator yaitu Return on assets (ROA), Return on equity

(ROE) dan Price to book ratio (PB), Sedangkan variabel independen terdiri dari

determinan internal yaitu ukuran bank, jumlah pejabat (BOS), biaya effiensi,

kepemilikan pribadi (privatisasi) dan kepemilikan pribadi dan determinan

eksternal yaitu pertumbuhan PDB dan tingkat inflasi. Jumlah sampel sebanyak 7

bank swasta dan 3 bank milik negara yang terdaftar di Bursa Efek Tunisia dengan

periode 1995 hingga 2015. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi

data panel statitis. Temuan penelitian adalah ukuran bank berpengaruh positif

signifikan terhadap tiga indikator kinerja bank. sedangkan jumlah pejabat (BOS)

berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE dan PB. untuk variabel privatisasi

memiliki hubungan positif dengan kinerja bank.


68

Persamaan penelitian ini adalah ukuran bank berpengaruh positif

signifikan terhadap Return on equity bank. persamaan lainnya terletak pada

variabel dependennya yaitu Return on equity dan variabel independennya yaitu

determinan eksternal bank yang terdiri atas pertumbuhan PDB dan tingkat inflasi.

sedangkan perbedaan penelitian terletak pada variabel determinan internal, lokasi

penelitian dan periode penelitian terdahulu.

5. Penelitian Terdahulu Inflasi

Supriyono dan Herdhayinta (2019) mengkaji tentang Determinants of

bank profitability: the case of the regional development bank (BPD BANK) in

Indonesia. Tujuan penelitian yaitu mengisi kesenjangan dan berkontribusi pada

literatur sebelumnya dengan mengkaji tidak hanya internal tetapi juga faktor

eksternal dari profitabilitas bank BPD. Variabel dependen adalah profitabilitas

bank yang diukur menggunakan dua indikator yaitu Return on asset dan Return on

equity. sedangkan variabel independen terdiri dari faktor internal bank dan faktor

eksternal bank. faktor internal bank yaitu Total Assets (TA), Total core capital

(TCORCAP), Capital Assets Ratio (CAR), Non perfoming Loan (NPL), Loan

deposits ratio (LDR), Operating expese or income (OE/OI) da Net Interest Margin

(NIM), faktor eksternal bank yaitu Total Money Supply (TMS), Inflasi (INF) dan

suku bunga BI (BI RATE Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 27

bank BPD di indonesia dari tahun 2011 hingga 2015. Alat analisis yang

digunakan adalah analisis regresi dengan perangkat lunak statistik STATA. ).

Hasil penelitian menemukan bahwa ukuran bank atau Total asset, Non perfoming

loan, Loan to deposite ratio, dan Net interest margin memiliki hubungan positif
69

kecuali biaya operasional yang memiliki hubungan negatif dengan ROA. Selain

itu, BI Rate menunjukkan hubungan positif dan Inflasi menunjukkan hubungan

negatif terhadap ROA. Berkenaan dengan ROE, variabel total asset, Loan to

deposite ratio, dan Net interest margin memiliki hubungan positif signifikan pada

ROE sedangkan total core capital, Capital adequacy ratio, dan biaya operasional

memiliki hubungan negatif pada ROE. untuk determinan eksternal, inflasi

menunjukkan hubungan negatif sedangkan BIRATE menunjukkan hubungan

positif.

Persamaan penelitian ini adalah Inflasi berpengaruh negative signifikan

terhadap Return on equity bank. persamaan lainnya terletak pada lokasi penelitian

yang dilakukan di Indonesia. selain itu variabel dependen dan variabel

independennya memiliki kesamaan yaitu profitabilitas yang diukur menggunakan

ROE dan faktor internal bank dan faktor eksternal bank. Sedangkan perbedaannya

ada pada faktor internal bank yang kurang meneliti tentang risiko kredit, risiko

likuiditas dan risiko pendanaan. selain itu periode penelitian dan alat analisis yang

digunakan juga berbeda.

Fadila dan Hermawan (2021) mengkaji tentang Profitabilitas pada

perbankkan syariah di Indonesia: studi pengaruh faktor internal dan eksternal.

Tujjuan penelitian yaitu mengetahui dan menganalisis faktor internal dan faktor

eskternal perbankkan syariah yang dapat mempengaruhi profitabilitas perbankkan

syariah baik secara simultan maupun parsial. Dalam penelitian ini variabel

dependen adalah profitabilitas yang diukur dengan return on assets (ROA)

sedangkan variabel independen terdiri atas Capital adequacy (CAR), Risiko


70

keuangan (NPF), Inflasi dan BI rate. Jumlah sampel adalah 14 bank umum syariah

di Indonesia dari tahun 2015-2019. Alat analisis yang digunakan adalah analisis

regresi berganda. Hasil penelitian menemukan bahwa CAR berpengaruh positif

signifikan terhadap profitabilitas, NPF dan inflasi berpengaruh negatif signifikan

terhadap profitabilitas bank sedangkan variabel suku bunga tidak memiliki

pengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank.

Persamaan dalam penelitian ini adalah inflasi berpengaruh negative

signifikan terhadap profitabilitas bank. persamaan lainnya terletak pada variabel

independennya yaitu inflasi dan BI rate. selain itu lokasi dan periode penelitian

merupakan hal yang sama. sedangkan perbedaannya adalah peneliti terdahulu

memiliki keterbatasan pada faktor internal banknya.

Brahmaiah dan Ranaje (2018) mengkaji tentang Factors Influencing

Profitability of Banks in India. Tujuan penelitian yaitu mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi profitabilitas bank di India. Penelitian ini menggunakan

profitabilitas (ROA dan ROE) sebagai variabel dependennya dan factor internal

bank yaitu ukuran bank (TA), Kepemilikan bank, Modal ekuitas terhadap total

aset (OCTA), Efisiensi operasi (OE), Non perfoming assets (NPA), Risiko kredit

(CF), Rasio kemajuan sektor prioritas dengan total kemajuan sektor perbankkan

(PSL), Rasio pendapatan bunga (RII), produktivitas tenaga kerja (LP), Biaya dana

(KF) selanjutnya factor spesifik industry yaitu perkembangan sektor perbankkan

terhadap PDB (DPGDP) dan perkembangan pasar saham terhadap PDB

(MCAPGDP) dan factor eksternal bank yaitu pertumbuhan PDB dan pertumbuhan

Inflasi sebagai variable independen. Jumlah sampel yang digunakan adalah data
71

set panel seimbang dari 89 bank komersial yang beroperasi di India selama

periode 2005 hingga 2015. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis model

regresi. Hasil penelitian menemukan bahwa OCTA, OE, RII, dan DPGDP

berpengaruh positif signifikan terhadap ROA bank sedangkan CDR, NPA, COF,

PDB, TA dan Inflasi berpengaruh Negatif signifikan pada ROA bank.

berkenanaan dengan ROE, variabel RII, RWI, dan Inflasi berpengaruh positif

signifikan terhadap ROE. sedangkan CDR, PDB, DPGDP dan TA berpengaruh

negatif signifikan pada ROE bank.

Persamaan penelitian terletak pada variabel profitabilitas yang diukur

menggunakan Indikator Return on equity (ROE) serta variabel eksternal bank

yaitu pertumbuhan PDB dan tingkat inflasi. Sedangkan perbedaannya adalah

inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap return on equity dan ukuran bank

berpengaruh negative signifikan terhadap return on equity.

6. Penelitian Terdahulu Pertumbuhan Ekonomi

Majumde dan Uddin (2017) mengkaji tentang The Detetrminants of

profitability of nationalised banks in Bangladesh. Tujuan penelitian yaitu

mengidentifikasi determinan profitabilitas bank yang dinasionalisasi di

Bangladesh dan mengevaluasi sejauh mana profitabilitas bank yang

dinasionalisasi beroperasidi Bangladesh dipengaruhi oleh factor spesifik internal

bank dan sejauh mana factor eksternal (makro-ekonomi). Dalam penelitian ini

menggunakan profitabilitas yang diukur dengan Return on asset sebagai variable

dependennya dan faktor internal bank yaitu ukuran bank (TA), Likuiditas (LIQD),

Regulasi permodalan (CAR), Non perfoming Loan (NPL), dan diversifikasi


72

pendapatan (INDIV) dan factor eksternal bank yaitu inflasi, PDB dan aktivitas

non tradisional (OFBSTA) sebagai variable independen. Jumlah sampel

mencakup empat bank nasional Bangladesh yang mencakup periode 2010-2014.

Alat analisis yang digunakan adalah statistic deskriptif software SPSS, analisis

korelasi, dan analisis regresi multivariate. Hasil penelitian ini menemukan bahwa

INDIV dan INFLR berhubungan positif dan signifikan dengan variable dependen

ROA; di sisilain, NPLTL, LIQD, SIZE, dan OFBSTA, berhubungan negative dan

signifikan dengan variable dependen ROA. PDRB juga berhubungan negative

dengan profitabilitas, tetapi dampaknya tidak signifikan terhadap ROA.

Persamaan dalam penelitian ini adalah PDB berpengaruh negatif tidak

signifikan terhadap profitabilitas bank. persamaan lainnya terletak pada variabel

independennya yaitu faktor internal yang bank yang terdiri atas ukuran bank dan

risiko kredit serta faktor eksternal bank yaitu inflasi dan PDB. sedangkan

perbedaannya terletak pada alat ukur variabel dependen, lokasi penelitian, periode

penelitian terdahulu dan alat analisis.

Qaisar et al. (2018) mengkaji tentang Impact of Macroeconomic Variables

on Islamic Banks Profitability. Tujuan penelitian yaitu memahami, menganalisis

dan menguji pengaruh variabel makroekonomi terhadap profitabilitas bank bank

syariah di Brunei. Variabel dependen adalah profitabilitas yang diukur

menggunakan ROA dan ROE. Variabel independen adalah faktor eksternal bank

yang terdiri dari Laju pertumbuhan PDB, Inflasi, suku bunga, nilai tukar, harga

minyak, persaingan dan jumlah uang beredar. Jumlah sampel satu bank syariah

(BIBD) karena merupakan satu-satunya bank syariah yang lengkap di Brunei.


73

penelitian ini menggunakan metode analisis model regresi panel. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa laju pertumbuhan PDB, inflasi, nilai tukar, harga minyak dan

jumlah uang beredar berpengaruh positif sinifikan terhadap profitabilitas bank

syariah di Brunei.

persamaan penelitian ini adalah Pertumbuhan PDB berpengaruh positif

signifikan terhadap profitabilitas bank. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis yang

ada dalam penelitian ini. Persamaan lainnya terletak pada variabel independennya

yang terdiri dari faktor eksternal bank yaitu Pertumbuhan PDB, Inflasi dan suku

bunga. Sedangkan perbedaannya terletak pada periode tahun penelitian, lokasi

penelitian dan metode analisis datanya. Dalam penelitian ini menggunakan

metode analisis regresi dengan menggunakan bantuan sofware eviews9. selain itu

Penelitian terdahulu tidak menganalisis faktor internal bank.

7. Penelitian Terdahulu Suku Bunga

Jadah et al. (2020) mengkaji tentang Internal and external determinants of

Iraqi bank profitability. Tujuan penelitian ini yaitu menguji determinan internal

dan determinan eksternal profitabilitas bank di Irak. Dalam penelitian ini variabel

dependennya adalah kinerja bank yang diukur dengan ROA dan ROE. Variabel

independen terdiri dari faktor spesifik bank, faktor eksternal bank dan faktor

pemerintah. faktor spesifik bank yaitu ukuran bank (TA), ekuitas terhadap total

aset, Likuiditas (LIQ), risiko kredit (CR), total pinjaman terhadap total aset, faktor

eksternal bank yaitu pertumbuhan PDB, Suku bunga (INTR), dan Inflasi (CPI),

Faktor pemerintah yaitu kualitas regulasi, ketidakstabilan politik dan efektivitas

pemerintah. Jumlah sampel adalah sebanyak 18 bank konvensional selama


74

periode 2005 hingga 2017. alat analisis yang digunakan adalah analisis ata panel

efek tetap. Hasil penelitian menemukan bahwa ukuran bank, ekuitas terhadap total

aset dan rasio total pinjaman terhadap total aset, pertumbuhan PDB, dan

efektivitas pemerintah memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap

profitabilitas bank Irak. Sedangkan risiko kredit, inflasi, suku bunga,

pengangguran dan ketidakstabilan politik berpengaruh negatif signifikan terhadap

profitabilitas bank.

persamaan penelitian ini adalah Suku bunga, risiko kredit dan inflasi

berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas bank. sedangkan

perbedannya adalah lokasi penelitian, periode penelitan dan juga metode analisis

yang digunakan penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian ini.

Amaqtari et al. (2018) mengkaji tentang The Determinant Of Profitability

Of Indian Commercial Banks :A panel data approach. Tujuan penelitian yaitu

mengevaluasi dampak dari faktor spesifik bank dan determinan makroekonomi

tentang profitabilitas pada bank komersial di india. Dalam penelitian ini variabel

dependennya adalah Profitabilitas dengan dua indikator yaitu Return on assets

(ROA) dan Return on equity (ROE), Sedangkan variabel independen terdiri dari

faktor internal bank yaitu ukuran bank, kualitas aset, kecukupan modal, likuiditas,

efiensi operasi, leverage, manajemen aset dan jumlah cabang, dan faktor eksternal

bank yaitu PDB, Tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar, krisis keuangan dan

demonetisasi. jumlah sampel mencakup 69 bank komersial di india dengan

periode 2008 hingga 2017. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi

linear. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor spesifik bank seperti ukuran
75

bank, jumlah cabang, rasio manajemen aset, dan efisiensi operasional berpengaruh

positif terhadap ROA. Di sisi lain, ada pengaruh negatif leverage terhadap ROA.

Berkaitan dengan dampak determinan makroekonomi terhadap ROA, hasil

penelitian menunjukkan bahwa tingkat inflasi, nilai tukar, suku bunga, dan

demonisasi berpengaruh negatif terhadap ROA. Mengenai penentu bank-spesifik

dan makroekonomi profitabilitas bank India diukur dengan ROE, hasilnya

menunjukkan bahwa ukuran bank, rasio manajemen aset, rasio kualitas aset, rasio

likuiditas, dan tingkat inflasi ditemukan memiliki dampak positif yang signifikan

terhadap ROE. Selanjutnya, ada hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi,

nilai tukar, suku bunga, dan krisis keuangan dari satu sisi dan profitabilitas bank-

bank India yang diukur dengan ROE di sisi lain.

Persamaan penelitian ini adalah suku bunga berpengaruh negative signifikan

terhadap return on equity bank. Sedangkan perbedaannya ada pada faktor internal

bank yang kurang meneliti tentang risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko

pendanaan. selain itu Lokasi penelitian, periode penelitian dan alat analisis yang

digunakan juga berbeda.

2.3 Kerangka Konseptual Dan Hipotesis Penelitian

2.1.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan hubungan logis dari landasan teori dan

kajian empiris. Kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka

pemikiran yang utuh untuk mencari jawaban ilmiah terhadaap masalah penelitian

yang menjelaskan tentang variabel variabel, hubungan antara variabel secara

teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian terdahulu yang kebenarannya


76

dapat diuji secara empiris (Iskandar, 2008). Kerangka konseptual penelitian

menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel-variabel penelitian, tentang

bagaimana pertautan teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel

penelitian, yaitu varabel dependen dan variabel independen.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Profitabilitas

adalah perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan

laba tersebut atau nilai kembali yang lebih besar. Dengan kata lain profitabilitas

adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode

tertentu. Untuk mengevaluasi profitabilitas bank diperlukan faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja bank baik itu faktor internal maupun eksternal.

Faktor internal dan faktor eksternal bank merupakan variabel independen

dalam penelitian ini. faktor internal yang dihasilkan dari keputusan dan kebijakan

manajemen bank dapat mempengaruhi aktivitas operasional bank termasuk

profitabilitas. Menurut Sufian dan Parman (2009) dalam Idris et al. (2013: 2),

karakter spesifik bank merupakan determinan internal atau faktor internal yang

utamanya mempengaruhi obyek keputusan dan kebijakan manajemen, seperti

kecukupan modal, risiko kredit, likuiditas, bank size, dan manajemen

pengeluaran. Sedangkan determinan eksternal adalah faktor-faktor yang dianggap

di luar kendali manajemen bank, seperti kompetisi, regulasi, konsentrasi bank,

pangsa pasar, kelangkaan modal, peredaran uang, inflasi dan pertumbuhan

ekonomi (Haron, 1996; Petria et al., 2015). Dalam penelitian ini faktor internal

yang digunakan adalah Risiko Kredit, Risiko Likuiditas, risiko pendanaan dan
77

Bank size sedangkan faktor eksternalnya adalah Inflasi dan Pertumbuhan ekonomi

(PDB) dan Suku Bunga.

Sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, maka variabel yang

mrempengaruhi profitabilitas bank dalam menyusun kerangka konseptual yang

logis antar konsep dalam penelitin ini adalah:

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Pengaruh Faktor Internal Dan Faktor Eksternal Terhadap Return On

Equity (Studi Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2014-2019)
78

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang

di turunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat. Hipotesis merupakan

pernyataan tentatif tentang hubungan antar beberapa dua variabel atau lebih.

Hipotesis juga merupakan dugaan sementara dari jawaban rumusan masalah.

berdasarkan landasan teori yang sudah diuraikan diatas maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.3.2.1 Pengaruh Risiko Kredit Terhadap Profitabilitas Bank

Berdasarkan teori risiko kredit bahwa kerugian finansial terjadi karena

adanya penurunan kelayakan kredit pihak lawan dalam dalam transaksi keuangan

(Liu, Mirzae dan Vandoroz, 2014). Sumber risiko kredit adalah risiko gagal bayar

yaitu pihak lawan tidak akan memenuhi kewajiban kontraktual. Dalam hal ini

semakin banyak pihak nasabah yang tidak mampu memenuhi kewajibannya maka

bank akan mengalami kerugian dan profitabilitas akan menurun. Secara umum

semakin tinggi risikonya berarti semakin tinggi pula tingkat bunga pinjaman yang

diberikan pada nasabah. Tingkat pengembalian pinjaman yang lancar akan

memberikan dampak yang baik pada profitabilitas bank. oleh karena itu menurut

teori Friksi bahwa tingkat keuntungan normal merupakan pengembalian modal

yang harus dibayarkan kepada pemilik modal sebagai imbalan atas tabungan dan

investasi dana daripada mengkonumsi semua pendapatan atau menimbunnya.

Sehingga perputaran kredit yang lancar akan memberikan efek yang baik terhadap

kesehatan dan keberlangsungan profitabilitas perusahaan. Keuntungan yang


79

diperoleh bank akan diberikan kembali pada pihak-pihak yang menanamkan

modalnya di bank.

Temuan penelitian ini di dukung oleh penelitian Abel dan Roux (2016),

Panta (2018), Sudarjan (2021) dan Than & Xuan (2017) yang menemukan bahwa

pengaruh Risiko kredit atau Non perfoming Loan terhadap Return on equity

adalah negative signifikan. Maka hipotesis penelitian ini adalah:

H1 = Risiko kredit (NPL) berpengaruh negative signifikan terhadap

profitabilitas (ROE) bank.

2.3.2.2 Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas Bank

Berdasarkan teori Trade-off between liquidty and profitability bahwa

terdapat pertentangan antara likuiditas dan profitabilitas yang akan dihadapi oleh

bank yaitu satu sisi bank harus menjaga posisi lukiditasnya dengan cara

memperbesar cadangan kas. Namun hal ini akan mengakibatkan sebagian dana

menganggur, sehingga tingkat profitabilitas menurun. Sebaliknya apabila bank

bertujuan mencapai keuntungan yang besar maka bank harus mengorbankan

likuiditasnya, karena cadangan kas digunakan untuk kepentingan bisnis. Dalam

hal ini semakin banyak asset likuid yang di gunakan bank untuk keperluan bisnis

makan tingkat risikonya juga akan semakin besar. Likuiditas yang tidak memadai

untuk memenuhi permintaan penarikan nasabah jangka pendek dan kewajiban

lainnya dapat menyebabkan kegagalan bank.

Risiko likuiditas dapat muncul dari ketidakcukupan dana bank untuk

membayar kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo. Risiko likuiditas yang

tinggi menurunkan profitabilitas bank karena tingkat pengembalian yang lebih


80

rendah atas aset likuid. Risiko likuiditas diukur dengan Loan to Deposit Ratio

(LDR) yang dihitung dengan membandingkan total pinjaman dengan total

simpanan (Buchory, 2016). Semakin tinggi nilai rasio LDR semakin likuid bank

dan semakin kecil kerentanannya terhadap kegagalan sehingga risiko likuiditas

dapat terhindari. Namun nilai rasio LDR yang rendah akan menurunkan

profitabilitas bank. Hal ini diasumsikan bahwa bank membatasi penyaluran

dananya yang menyebabkan kurangnya pendapatan.

Oleh karena itu menurut teori Friksi bahwa tingkat keuntungan yang

diperoleh perusahaan atas modal yang telah digunakan untuk keperluan bisnis

lebih baik diberikan kepada pemilik modal sebagai imbalan atas tabungan atau

investasi yang dilakukan pada perusahaan. Sehingga diharapkan perusahaan

mampu mengambil keputusan mengenai asset likuidnya dengan baik.

Temuan penelitian ini di dukung oleh penelitian Supiyadi dan Purnomo

(2019) dan Juniarti et al (2021) yang menemukan bahwa pengaruh Risiko

Likuiditas atau Loan to deposite ratio terhadap Return on equity adalah Positif

signifikan. Maka hipotesis penelitian ini adalah:

H2 = Risiko Likuiditas (LDR) berpengaruh Positif signifikan terhadap

profitabilitas (ROE) bank.

2.3.2.3 Pengaruh Risiko Pendanaan Terhadap Profitabilitas Bank

Risiko pendanaan diartikan sebagai probabilitas kegagalan strategi bank

dalam mobilisasi simpanannya atau probabilitas deposan bank untuk menarik

simpanannya, yang berakibat pada memburuknya simpanan bank yang memaksa.

studi oleh Calomiris dan Kahn (1991) menyatakan bahwa risiko bank menurun
81

dengan adanya pemantauan yang efektif atas dana bank dan diversifikasi sumber

pendanaan yang canggih.

Berdasrakan Risk and Uncertainty Bearing Theory bahwa keuntungan

adalah hadiah yang diperlukan wirausahawan karena menanggung risiko dan

ketidakpastian dalam ekonomi yang berubah. Keuntungan muncul sebagai akibat

ketidakpastian dimasa depan. Sehingga dengan pemilihan strategi yang tepat atas

modal maka perusahaan akan terhindar dari kegagalan memperoleh keuntungan

dan kestabilan profitabilitas perusahaan.

Temuan penelitian ini di dukung oleh penelitian Ali dan Hong Puah (2018)

yang menemukan bahwa pengaruh Risiko Pendanaan terhadap profitabilitas bank

adalah Negatif signifikan. Maka hipotesis penelitian ini adalah:

H3 = Risiko pendanaan (FRISK) memiliki pengaruh negative signifikan

terhadap profitabilitas bank (ROE).

2.3.2.4 Pengaruh Ukuran perusahaan terhadap Profitabilitas Bank

Berdasarkan teori kekuatan pasar bahwa keuntungan akan dating ketika

kekuatan pasar lebih kuat. Menurut De Andres dan Valledo (2008) bahwa

perusahaan yang berukuran besar menawarkan biaya rendah dan karena itu

kekuatan pasarnya tinggi. Dalam hal ini semakin besar ukuran perusahaan

menunjukkan banyaknya aset yang memungkinkan perusahaan dapat

meningkatkan kapasitas operasionalnya yang berpotensi untuk menghasilkan laba.

Ukuran perusahaan yang besar dapat menghasilkan skala ekonomi dengan biaya

yang lebih rendah, atau cakupan ekonomi yang mengarah pada diversifikasi
82

produk dan pinjaman sehingga memberikan akses ke pasar yang tidak dapat

diakses oleh perusahaan berukuran kecil (Kosmidou et al. (2008).

Menurut teori Friksi bahwa kondisi ketidakseimbangan yang terjadi akibat

perubahan permintaan produk atau kondisi biaya yang tak terduga dapat

menyebabkan keuntungan yang bernilai positif ataupun negative terhadap

perusahaan. Namun perusahaan-perusahaan besar memiliki strategi yang baik

dalam mengatasi perubahan-perubahan yang tak terduga sehingga operasional

perusahaan masih bisa berjalan dengan baik. Hal tersebut tidak akan menganggu

profitabilitas perusahaan.

Temuan penelitian ini di dukung oleh penelitian Bono (2019) dan Chouikh

& Blagui (2017) yang menemukan bahwa pengaruh ukuran perusahaan terhadap

profitabilitas bank adalah Positif signifikan. Maka hipotesis penelitian ini adalah:

H4 = ukuran perusahaan berpengaruh Positif signifikan terhadap

profitabilitas (ROE) bank.

2.3.2.5 Pengaruh Inflasi Terhadap Profitabilitas Bank

Berdasarkan The Loanable Fund Theory bahwa apabila jumlah uang yang

diminta melebihi jumlah yang disediakan, maka akan dapat mengakibatkan

kenaikan harga uang atau tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga dalam hal ini

adalah suku bunga yang mencerminkan kesesuaian antara suku bunga simpanan

(sisi penawaran) dan suku bunga pinjaman (sisi permintaan). Keuntungan terbesar

bank adalah dari selisih bunga simpanan dan pinjaman sehingga bank harus

mampu mengelola dan sedapat mungkin mengantisipasi inflasi agar tingkat

keseimbangan mediasinya terjaga (Rivai,2009).


83

Menurut teori Friksi bahwa guncangan atau gangguan kadang-kadang

terjadi dalam suatu perekonomian sebagai akibat dari perubahan permintaan

produk atau kondisi biaya yang tidak terduga yang menyebabkan kondisi

disequilibrium. Kondisi ketidakseimbangan inilah yang memunculkan keuntungan

bernilai positif atau negatif bagi beberapa perusahaan. Oleh karena itu, diharapkan

perusahaan untuk mampu mengelola dan mengantisipasi terjadinya inflasi.

Sehingga operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik dan profitabilitas

meningkat.

Temuan penelitian ini di dukung oleh penelitian Supriyono dan Herdayinta

(2019) dan Fadila & Hermawan (2021) yang menemukan bahwa pengaruh inflasi

terhadap profitabilitas bank adalah negatif signifikan. Maka hipotesis penelitian

ini adalah:

H5 = Inflasi (X) berpengaruh negative dan signifikan terhadap profitabilitas

atau ROE (Y) bank .

2.3.2.6 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Profitabilitas Bank

Berdasarkan teori pertumbuhan klasik bahwa unsur pokok dari system

produksi adalah sumber daya alam, sumber daya manusia dan stok modal (E.M

Boediono 1993). Stok modal mempunyai dua pengaruh terhadap tingkat output

total yaitu pengaruh langsung berupa penambahan modal dan pengaruh tidak

langsung berupa peningkatan produktivitas. Dalam hal ini makin besar stok modal

makin besar kemungkinan spesialisasi dan pembagian kerja serta semakin tinggi

produktivitas pekerja. Dua faktor penting terkait akumulasi modal yaitu perluasan

pasar dan tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal. Menurut teori
84

Friksi bahwa dalam kondisi ekonomi yang seimbang perusahaan hanya akan

mendapatkan tingkat keuntungan normal atas modal dan kewirausahaannya. Oleh

karena itu perusahaan yang memiliki stok modal yang banyak mampu

meningkatkan produktivitasnya dan profitabilitas juga akan ikut meningkat.

Temuan penelitian ini di dukung oleh penelitian Qaisar et al (2018) yang

menemukan bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap profitabilitas bank

adalah positif signifikan. Maka hipotesis penelitian ini adalah:

H6 = PDB berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROE)

bank.

2.3.2.7 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Profitabilitas Bank

Berdasarkan teori Keynes bahwa tingkat bunga ditentukan oleh permintaan

dan penawaran uang. Ada tiga motif mengapa seseorang bersedia untuk

memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Teori ini

menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga

uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan

spekulasi. Dalam hal ini permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan

permintaan kecil apabila tingkat bunga tinggi. Suku bunga yang tinggi merupakan

sinyal negatif terhadap profitabilitas bank. Dengan meningkatnya suku bunga

kredit maka bank akan kesulitan dalam menyalurkan kreditnya kepada

masyarakat, dengan demikian pendapatan utama dari usaha bank semakin

menurun sehingga profitabilitas juga ikut menurun.

Menurut teori Friksi bahwa keuntungan bisa saja bernilai positif ataupun

negative terhadap perusahaan. Guncangan dalam suatu perekonomian terjadi


85

akibat perubahan permintaan produk atau kondisi biaya yang tidak terduga.

Kondisi ekonomi yang tidak seimbang tentu saja akan memberikan efek tidak

langsung pada perusahaan terutama pada sector keuangan. Sehingga diharapkan

perusahaan bisa mengambil keputusan yang tepat terkait tingkat suku bunga yang

akan ditawarkan, dengan begitu profitabilitas masih bisa di kontrol dengan baik.

Temuan penelitian ini di dukung oleh penelitian Jadah et al (2020) dan

Almaqtari et al (2018) yang menemukan bahwa pengaruh suku bunga terhadap

profitabilitas bank adalah negatif signifikan. Maka hipotesis penelitian ini adalah:

H7 = Suku Bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas

(ROE) bank.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada perusahaan perbankkan di Bursa Efek

Indonesia. Secara geografis kantor pusat bank-bank yang menjadi subyek

penelitian berkedudukan di Jakarta (daftar alamat kantor pusat subyek penelitian

terlampir). Namun dalam penelitian lokasi yang dimaksud bukan merujuk pada

lokasi geografis tetapi merujuk pada tempat data diperoleh. Penelitian ini

dilakukan dengan menganalisis data sekunder berupa laporan tahunan (annual

report) pada sub-sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2019.

Data tersebut diperoleh secara online. Lembaga yang menyediakan data online

adalah 1). Bursa Efek Indonesia. Secara geografis Bursa Efek Indonesia beralamat

di Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower 1, Lantai 6Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53

Jakarta Selatan 12190, Indonesia. Alamat situs tempat peneliti mengambil data

adalah https://www.idx.co.id/. 2). Selain Bursa Efek Indonesia, Peneliti juga

mengambil data dari situs masing-masing bank yang menjadi sampel penelitian

(daftar situs terlampir).

3.1.2 Waktu Penelitian

Data dalam penelitian ini dilakukan pada tahun 2014-2019, dimana

penelitian ini mengkaji tentang pengaruh faktor eksternal dan faktor internal

terhadap profitabilitas Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pertimbangan dipilihnya periode tersebut adalah, kemudahan dalam memperoleh

86
87

data, kecukupan data untuk analisis. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif

(sebab akibat). Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih dengan cara meneliti

hubungan kausal diantara variabel (Sugiyono 2013) .

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subjek

sebagai bahan penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh untuk ditarik kesimpulannya (sugiyono, 2018:126). Objek

penelitian ini adalah Return on equity, Faktor internal bank dan faktor eksternal

bank. Objek penelitian tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, berbeda

karena waktu dan berbeda karena subyek.

Subjek dalam penelitian ini yang digunakan adalah seluruh Bank Umum

Konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode 2014-2019.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian.Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling yaitu penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu atau dengan menggunakan kriteria yang

akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2018:133). Pengambilan sampel

dengan metode purposive sampling, karena data-data yang diperlukan terdapat

dalam SPS dan data tersebut lengkap (laporan tahunan perbankkan tahun 2014-
88

2019). Berikut kriteria-kriteria pengambilan sampel menggunakan metode

purposive sampling dalam penelitian ini :

1. Seluruh Bank Umum Konvensional di Indonesia yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia dalam periode 2014-2019.

2. Bank Umum Konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

menyajikan laporan tahunan secara lengkap selama periode 2014- 2019.

3. Bank Umum Konvensional di Indonesia yang memiliki data yang

dibutuhkan terkait pengukuran variabel-variabel yang digunakan untuk

penelitian periode 2014-2019.

Tabel 3.1
Hasil purposive sampling berdasarkan kriteria sub-sektor perbankan yang
terdaftar di BEI periode 2014-2019.
N 201 Akumulas
Kriteria sampel 2014 2015 2016 2017 2019
o 8 i
Perusahaan yang tercatat di Bursa
1 500 513 535 557 608 639 639
Eefek Indonesia
Jumlah Perusahaan pada industry
2 460 471 491 513 563 594 594
non-perbankan
3 Perusahaan sector perbankan 40 42 44 44 45 43 43
Perusahaan sector perbankan yang
4 tidak kontinyu menerbitkan laporan 9 11 3 3 4 3 16
tahunan
Perusahaan sector perbankan yang
5 kontinyu menerbitkan laporan 31 31 41 41 41 40 40
tahunan
perusahaan perbankkan
konvensional yang memiliki data
6 yang dibutuhkan terkait pengukuran 27 27 27 27 27 27 27
variabel-variabel yang digunakan
untuk penelitian periode 2014-2019.
Sampel Perusahaan 27
Jumlah Observasi 162
Sumber: data sekunder, diolah 2021.

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah populasi adalah

sebanyak 40 bank umum konvensional yang terdaftar di bursa efek Indonesia

selama periode 2014-2019. Setelah dipilih dengan kriteria-kriteria yang telah


89

dijelaskan diatas, maka sampel yang terdapat sebanyak 27 perusahaan (daftar

perusahaan sampel dapat dilihat pada lampiran 2).

3.3 Jenis dan Sumber Data

1.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data

kuantitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk angka-angka dan data yang

diukur dalam suatu skala numerik. Data kuantitatif berdasarkan klasifikasi waktu

dapat dikategorikan sebagai data time series (runtutan waktu), cross section (data

silang atau urutan waktu tertentu) dan panel data. Dalam penelitian ini data yang

digunakan adalah data panel, yaitu data gabungan antara time series dan data

cross section.

Data deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel utama keuangan

yang diungkapkan perusahaan dalam bentuk grafik dalam laporan tahunan untuk

kurun waktu dari tahun 2014 hingga tahun 2019.

3.3.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan merupakan data sekunder. Data

sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)

(Indriantoro & Supomo, 1999). Data tersebut berupa laporan keuangan atau

Annual report Bank pada tahun 2014-2019 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) dan data inflasi, suku bunga serta Produk domestik bruto yang diperlukan.

Sumber data diperoleh dari website bursa efek Indonesia (www.idx.co.id),

website Badan pusat statistik (www.bps.go.id), Bank Indonesia (www.bi.go.id)


90

dan website masing-masing bank serta dari laman otoritas jasa keuangan

(www.ojk.go.id).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang

dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Metode pengumpulan

data yang dilakukan pada penilitian ini menggunakan 2 metode, yaitu :

1. Studi Dokumentasi

Penelitian ini menghimpun data yang telah terdokumentasi serta terpublikasi yang

berasal dari catatan atau data tertulis yang relavan dengan objek penelitian., yakni

laporan keuangan bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam

periode 2014-2019.

2. Studi Pustaka

Teori dalam penelitian ini diperoleh dari buku, jurnal dan skripsi.Metode ini

digunakan untuk mempelajari dan memahami pokok bahasan yang terkait dengan

kinerja keuangan perbankkan.

3.5 Metode Pengolahan Data

Adapun metode pengolahan data setelah data dikumpulkan sebagai berikut :

1. Editing yaitu menghimpun data-data yang diperlukan.

2. Sortir yaitu menyortir atau menyusun data-data yang telah dikumpulkan

untuk digunakan dalam penelitian ini.

3. Tabulasi yaitu memasukan data kedalam table untuk selanjutnya menjadi

bahan analisis.
91

4. Interprestasi yaitu menyatakan dan menguraikan data-data berdasarkan

variabel yang diteliti dalam penelitian ini.

5. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan.

6. Penarikan kesimpulan.

3.6 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

3.6.1 Teknik Analisis Data

Metode analisis data adalah metode yang digunakan untuk menganalisis

data dalam rangka memecahkan masalah atau menguji hipotesis. Penelitian ini

dirancang untuk mendapatkan bukti empiris yang terkait dengan pengaruh Risiko

kredit (NPL), Risiko Likuiditas (LDR), Risiko pendanaan, Bank size,Inflasi, suku

bunga dan PDB terhadap Profitabilitas (ROE) Bank di Indonesia. Analisis data

pada penelitian menggunakan program Eviews 9. Metode analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Regresi dilakukan terhadap

delapan variable, yaitu satu variabel dependen (dependent variable) dan tujuh

variabel independen (independent variable).

3.6.1.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah tahap awal dalam pemeriksaan data, yang

mengambarkan bagian-bagian yang relevan dan memperoleh data tentang setiap

variabel penting Nuryadi et.al (2017).

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
92

sum, range, kurtosis dan kemencengan distribusi (Ghozali, 2016:19). Statistik

deskriptif ini mengggambarkan sebuah data menjadi informasi yang lebih jelas

dan mudah dipahami dalam menginterprestasikan hasil analisis data dan

pembahasannya. Statistik deskriptif dalam penelitian juga menjadi proses

transformasi data dalam bentuk tabulasi; tabulasi menyajikan ringkasan,

pengaturan dan penyusunan data dalam bentuk table numeric dan grafik.

Dalam penelitian ini variabel bebas yaitu faktor internal bank yang terdiri

atas Risiko Kredit (NPL), Risiko Likuiditas (LDR), Risiko Pendanaan (FRISK)

dan Bank Size. serta faktor eksternal bank yaitu Inflasi, suku bunga dan PDB.

Variabel terikatnya yaitu Profitabilitas dengan metode pengukuran Return On

Equity (ROE) pada sub-sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI).

3.6.1.2 Analisis Regresi Data Panel

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan regresi data panel dengan bantuan program Eviews 9. Model regresi

adalah model yang digunakan untuk menganalisis pengaruh dari beberapa variabel

independen terhadap satu variabel dependen (Perdana Echo K. 10: 2016). Regresi

data panel merupakan teknik regresi yang dilakukan dengan menggabungkan data

time series dengan cross section (Perdana, 2016)

Gujarati (2004: 637-638) mengungkapkam manfaat atau kelebihan analisis data

panel, bahwa:

1. Since panel data relate to individuals, firms, states, countries, etc., over

time, there is bound to be heterogeneity in these units. The techniques of


93

panel data estimation can take such heterogeneity explicitly into account

by allowing for individual-specific variables, as we shall show shortly. We

use the term individual in a generic sense to include microunits such as

individuals, firms, states, and countries (Karena data panel berhubungan

dengan individu, perusahaan, negara, dan lainlain) dari waktu ke waktu,

pasti ada heterogenitas dalam unit-unit ini. Teknik estimasi data panel

dapat mempertimbangkan heterogenitas tersebut secara eksplisit dengan

mengizinkan variabel spesifik individu.

2. By combining time series of cross-section observations, panel data give

“more informative data, more variability, less collinearity among

variables, more degrees of freedom and more efficiency (Dengan

menggabungkan deret waktu dan cross-section, data panel memberikan

“data yang lebih informatif, lebih banyak variabilitas, lebih sedikit

kolinearitas antar variabel, lebih banyak derajat kebebasan dan lebih

efisien.

3. By studying the repeated cross section of observations, panel data are

better suited to study the dynamics of change. Spells of unemployment, job

turnover, and labor mobility are better studied with panel data (Dengan

mempelajari observasi cross-section secara berulang, data panel lebih

cocok untuk mengkaji dinamika perubahan seperti pengangguran,

pergantian pekerjaan, dan mobilitas tenaga kerja.

4. Panel data can better detect and measure effects that simply cannot be

observed in pure cross-section or pure time series data. For example, the
94

effects of minimum wage laws on employment and earnings can be better

studied if we include successive waves of minimum wage increases in the

federal and/or state minimum wages (Data panel dapat mendeteksi dan

mengukur efek dengan lebih baik yang tidak dapat diamati dalam data

cross-section murni atau data deret waktu murni. Misalnya, efek undang-

undang upah minimum pada pekerjaan dan pendapatan dapat dipelajari

dengan lebih baik jika kita memasukkan gelombang kenaikan upah

minimum berturut-turut dalam upah minimum federal dan/atau negara

bagian).

5. Panel data enables us to study more complicated behavioral models. For

example, phenomena such as economies of scale and technological change

can be better handled by panel data than by pure cross-section or pure

time series data (Data panel dimungkinkan untuk mempelajari model

perilaku yang lebih rumit. Misalnya, fenomena seperti skala ekonomi dan

perubahan teknologi dapat ditangani dengan lebih baik dengan data panel

daripada data cross-section murni atau data deret waktu murni).

6. By making data available for several thousand units, panel data can

minimize the bias that might result if we aggregate individuals or firms

into broad aggregates (ketika penelitian menggunakan ribuan unit

observasi, data panel dapat meminimalkan bias yang mungkin terjadi jika

kita menggabungkan individu atau perusahaan ke dalam kelompok yang

luas
95

Model regresi data panel adalah (2004: 637-638)

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+b4X4.......bnXn


Keterangan:
Y : Variabel dependen
X 1X 2 Variabel bebas
b1 b2 Koefisien regresi
t : Periode penelitian
n : Jumlah Variabel
Adapun model regresi dalam penelitian ini yaitu :

Y = α + β₁NPLt + β₂LDRt + β₃FRISKt+ β4SIZEt + β5INFt + β6PDBt + β7SBt +

Keterangan :

Y = Return on Equity (ROE)

α = Konstanta

β = Koefisien regresi

NPL (X₁) = Non Perfoming Loan

LDR (X₂) = Long Deposite Ratio

FRISK (X₃) = Funding risk

SIZE (X4) = Inflasi

INF (X5) = Produk domestik bruto

PDB (X6) = Bank Size

SB (X7) = Suku Bunga

E = standar error

Langkah Langkah analisis regresi data panel sebagai berikut :

1. Persiapan Data
2. Estimasi Model Regresi Linier
3. Pemilihan Model Regresi
4. Pengujian Asumsi Klasik
5. Uji Kelayakan Model/Goodness of Fit Model)
96

6. Pengujian Hipotesis
3.6.1.3 Penentuan Model Estimasi

Perdana Echo K (2016) mengatakan bahwa untuk mengistemasi parameter

model dengan data panel, terdapat tiga teknik (model) yang sering ditawarkan

yaitu:

a. Common Effect Mode

Teknik ini merupakan teknik yang paling sederhana untuk mengistemasi

parameter model data panel, yaitu dengan mengkombinasi data cross section dan

time series sebagai satu kesatuan tanpa melihat adanya perbedaan watu dan entitas

(individu). Di mana pendekatan yang sering dipakai adalah ordinaryleast square.

Model Common Effect mengabaikan adanya perbedaan dimensi individu maupun

waktu atau dengan kata lain perilaku data antar individu sama dalam berbagai

kurun waktu (Widarjono, 2007).

b. Fixed Effect Model

Pendekatan model fixed effect mengasumsikan bahwa terdapat efek yang

berbeda antar individu. perbedaan itu dapat diakomodasikan melalui perbedaan

pada intersepnya. menurut (Widarjono, 2007) teknik model fixed effect adalah

teknik mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy untuk

menggungkap adanya perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya

sama antar waktu.

c. Random Effect Model

Model effect random ini menggunakan variabel gangguan (error term),

model ini mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling

berhubungan antar waktu dan antar individu, (Widarjono, 2007). Teknik ini juga
97

memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time series dan

cross section.

3.6.1.4 Teknik Pengujian Model

Perdana Echo K (2016) mengatakan bahwa ada tiga uji untuk memilih

teknik estimasi data panel :

a) Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk memilih apakah model Common Effect atau

Fxed Effect yang lebih telah digunakan. Uji Chow dilakukan dengan hipotesis

sebagai berikut :

H0 : Common Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Aturan pengambilan keputusannya adalah jika profitabilitas untuk Cross-

Section F< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sebagai model yang tepat adalah

model Fixed Effect. Sebaliknya jika profitabilitas untuk Cross-section F> 0,05

maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga model yang tepat adalah model

Common Effect.

b) Uji Hausaman
Hausaman telah mengembangkan suat uji untuk memilih apakah metode

fixed effect dan metode random effect lebih baik dari pada common effect.

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect

Model statistik uji Hausman mengikuti distribusi Chi-Squared dengan

degree of frendom <0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga model yang

tepat adalah model Fixed Effect. Sebaliknya jika profitabilitas untuk Cross-section
98

F> 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga model yang tepat adalah model

Random Effect.

c) Uji Langrangge Multipiler (LM)


Uji LM digunakan untuk memilih apakah model Common Effect atau

Random Effect yang lebih tepat digunakan dalam model persamaan regresi data

panel. Setelah diperoleh nilai lM hitung, nilai Nilai hitung akan dibandingkan

dengan nilai Chi Squared tabel dengan derajat kebebasan (degree of rendom)

sebanyak jumlah variabel independen (bebasa) dan alfa atau tingkat signifikansi

sebesar 5%. Apabila nilai LM hitung >Chi Squared tabel maka model yang dipilih

adalah Random Effect, dan sebaliknya apabila nilai LM hitung <Chi Squared tabel

maka model yang dipilih adalah Common Effect.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum model regresi digunakan untuk menguji hipotesis, diperlukan uji

asumsi klasik untuk memastikan bahwa model telah memenuhi kriteria Best

Linear Unbiased Estimator (BLUE). Adapun uji asumsi klasik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

heterokedastisitas dan uji autokorelasi.

3.6.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal agar uji statistik

untuk jumlah sampel kecil hasilnya tetap valid (Ghozali, 2005). seperti diketahui

bahwa uji t dan uji F mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal.

Jika asumsi ini tidak terpenuhi maka hasil uji statistik menjadi tidak valid

khususnya ukuran sampel kecil, (Ghozali, 2013).


99

Menurut (Ghozali, 2013), kita perlu memperhatikan bahwa asumsi distribusi

normal residual ini terutama untuk ukuran sampel kecil. oleh karena itu, kita dapat

mengabaikannya untuk ukuran sampel besar.

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan uji

Jarque-bera (JB) dengan melihat pada nilai probabilitasnya. Jika niai probability

lebih besar dari tingkat signifikan α=0,05 atau 5% maka data dalam penelitian ini

terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari tingkat 90

α=0,05 atau 5% mka dalam data penelitian tidak terdistribusi normal.

3.6.2.2 Uji Multikolonieritas

Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linier antarvariabel

independen. Karena melibatkan beberapa variable independen, maka

multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (yang terdiri

atas satu variable dependen dan satu variable independen).

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi

ditemukan kolerasi antara variable independen yang kuat atau tinggi. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Menurut Ghozali (2011), untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di

dalam model regresi adalah sebagai berikut :

1. Nilai R² yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat

tinggi, tetapi secara individual variable-variabel independen banyak yang

tidak signifikan mempengaruhi variable independen.

2. Menganalisis matrik korelasi variable-variabel independen. Jika antar

variable independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas


100

0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak

adanya korelasi yang tinggi antar variable independen tidak berarti bebas

dari multikolonieritas. Multikolonieritas dapat dibebaskan karena adanya

efek kombinasi dua atau lebih variable independen.

3. Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation

factor (VIF). Setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh

variabel independen lainnya akan ditunjukkan oleh kedua ukuran

tersebut. Tolerance digunakan untuk mengukur vaiabilitas variabel

independen yang terpilih tidak dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi

(karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance< 0,10 atau

sama dengan nilai VIF ≥ 10.

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi tidak terjadi kesama varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

lain. Salah satu metode formal untuk menguji heteroskedastisitas adalah dengan

menggunakan uji white. Apabila nilai probabititas dari Obs*R-squared lebih besar

dari α (5%) maka data tidak bersifat hateroskedastisitas dan jika nilai probabilitas

dari Obs*R-square lebih kecil α (5%) maka data bersifat heteroskedastisitas.

Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 = Tidak ada masalah heteroskedastisitas

H1 = Ada masalah heteroskedastisitas


101

Kriteria pengambilan keputusan yaitu :

1. jika nilai probabilitas ˂ 0,05 maka H0 ditolak, H1 diterima artinya ada

masalah heteroskedastisitas.

2. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka H1 ditolak, H0 diterima artinya tidak

ada masalah heteroskedadtisitas

3.6.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada

problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan 92

pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering

ditemukan dalam pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada

seseorang individu atau kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada

individu atau kelompok yang sama atau pada periode berikutnya.

Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan uji

Lagrange Multiplier (LM test) atau disebut juga uji Bruesch-Godfrey dengan

melihat nilai probability Chi Square. Jika nilai probability Chi Square lebih besar

dari tingkat signifikasi α = 0,05 atau 5% maka data dalam penelitian ini tidak

terjadi autokorelasi. Sebaliknya jika nilai probability Chi Square lebih kecil dari

tingkat signifikan α = 0,05 atau 5% maka dalam penelitian ini terkena autokorelasi

dengan hipotesis sebagai berikut.


102

H0 = Tidak terjadi autokorelasi

H1 = Terjadi autokorelasi

1. Bila probabilitas Obs*R2 > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

2. Bila probabilitas Obs*R2 ˂ 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

3.6.3 Pengujian Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual pada gambar 3.1, maka model pengujian

hipotesis dapat di lihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1

Model Uji Hipotesis

NPL

LDR

FRISK

Size ROE

Inf

PDB

Sb

Sumber: hasil Elaborasi Peneliti

Langkah-langkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Formulasi Hipotesis

2. Penentuan taraf signifikansi

3. Kreteria pengujian
103

4. Penentuan Nilai Statistik

5. Rumusan Keputusan

3.6.3.1 Uji Statistik t

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel

independen secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel dependen

secara parsial dengan derajat keabsahan 5%. Pengambilan kesimpulannya adalah

dengan melihat nilai signifikan yang dibandingkan dengan nilai α (5%) dengan

ketentuan sebagai berikut :

1. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi

tidak signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi

tidak signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

3.6.3.2 Uji Statistik F

Uji f dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas

atau independen secara simultan memiliki pengaruh terhadap variabel dependen

(Imam Ghozali, 2013: 171). Kriteria penilaiannya probabilitas lebih kecil dari α

(0,05%) maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh

bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat. Terdapat dua cara yang

bisa digunakan sebagai dasar pengambil keputusan Uji f, yakni melalui


104

perhitungan Fhitung dengan Ftabel atau melihat nilai probabilitas seperti

dijelaskan berikut :

1. Berdasarkan perhitungan Fhitung dan Ftabel

a) Jika statistik hitung (angka f output) > statistic table (table f) maka

hipotesis ditolak.

b) Jika statistic hitung (angka f output) < statistic table (table f) maka

hipotesis diterima.

2. Berdasarkan nilai probabilitas

a) Jika probabilitas > 0,05 maka hipotesis ditolak.

b) Jika probabilitas < 0,05 maka hipotesis diterima

3.6.4 Koefisien Determinasi (R2)

Koefesien determinasi merupakan dari besarnya kontribusi variabel bebas

terhadap variabel tergantungnya. Jadi semakin tinggi tingkat kemampuan variabel

bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel tergantungnya maka

akan semakin tinggi koefesien detrminasi (R 2 ). Nilai koefesien determinasi yaitu

antara 0 dan 1. Koefisien determinasi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar kontribusi variable independen (NPL, LDR, FRISK, Inflasi dan Bank Size)

terhadap variable dependen (Profitabilitas atau ROE).

Kemampuan variabel-variabel independen didalam menjelaskan variabel

dependen sangatlah terbatas, yang ditunjukkan oleh nilai R 2 yang kecil. Namun

dengan variabel independen juga tidak akan berpengaruh terhadap variabel

dependen jika koefesien determinasi sama dengan nol. Variabel independen akan

berpengaruh terhadap variabel dependen jika dengan besarnya koefesien


105

determinasi mendekati satu. Model ini digunakan agar kesalahan pengganggu

meminimalkan sekecil mungkin sehingga R2 dapat mendekati satu, dan perkiraan

regresi cenderung akan mendekati keadaan yang sebenarnya (Ghozali, 2016:95).

3.7 Definisi Variabel Operasional

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat (nilai dari orang, objek

atau kegiatan) yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Penelitian ini menguji variabel

independen yaitu faktor internal bank yang terdiri atas Risiko Kredit (NPL),

Risiko Likuiditas (LDR), Risiko Pendanaan (FRISK) dan Bank Size. serta faktor

eksternal bank yaitu Inflasi, suku bunga dan PDB. Variabel dependennya yaitu

Profitabilitas dengan metode pengukuran Return On Equity (ROE) . Definisi

operasional setiap variabel dirumuskan sebagai berikut:

1. Profitabilitas Bank (ROE)

Profitabilitas perbankan merupakan suatu kemampuan bank untuk

memperoleh laba atau keuntungan dalam menjalankan kegiatannya. Variabel

profitabilitas perbankan dalam penelitian ini menggunakan Return On Equity

(ROE). ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan

laba dari aktivitas usahanya. Semakin besar hasil ROE menandakan adanya

potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Jika tingkat laba

perusahaan semakin tinggi aka akan berdampak pada meningkatnya modal sendiri

(dengan asumsi sebagian besar laba yang diperoleh ditanamkan kembali ke dalam

modal perusahaan dalam bentuk laba yang ditahan), Martono dan Harjito: 2005.
106

Rumusan ROE menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP

tanggal 16 Desember 2011:

Lababersih setelah pajak


ROE = x 100%
total ekuitas

3.7.2 Variabel Bebas (independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Ghozali, 2013: 6). Variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Risiko Kredit (NPL)

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/ pihak lain dalam

memenuhi kewajiban melunasi kredit pada bank. Non Performing Loan (NPL)

merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung persentase jumlah kredit yang

bermasalah yang dihadapi oleh bank. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia

No.13/30/DPNP, pengukur Non Performing Loan (NPL):

Jumlah kredit yang bermasalah


NPL = x 100%
Total kredit

2. Risiko Likuiditas (LDR)

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank memenuhi

kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari asset

likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa menganggu aktivitas dan

kondisi keuangan bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang

digunakan untuk menilai tingkat likuiditas suatu bank, dengan cara

membandingkan antara kredit yang disalurkan dengan dana yang dihimpun dari

masyarakat sehingga dapat diketahui kemampuan bank dalam membayar


107

kewajiban jangka pendeknya. Menurut Surat Edaran Bank Indoensia

No.13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 pengukuran LDR menggunakan:

Total Kredit
LDR = x 100%
Dana yang diterima bank

3. Risiko Pendanaan

Risiko pendanaan diartikan sebagai probabilitas kegagalan strategi

mobilisasi simpanan bank atau probabilitas deposan bank untuk menarik

simpanannya, yang berakibat pada memburuknya simpanan bank yang memaksa.

itu jatuh pada sumber pendanaan ekuitas. studi oleh Calomiris dan Kahn (1991)

menyatakan bahwa risiko bank menurun dengan adanya pemantauan yang efektif

atas dana bank dan diversifikasi sumber pendanaan yang canggih. Dalam

penelitian ini mengadopsi risiko pendanaan Z-score yang dikembangkan oleh

Adusei (2015).Semakin tinggi skor Z-score risiko pendanaan, semakin stabil

sumber pendanaan bank.Z-score dihitung dengan rumus sebagai berikut:

[ ]
DEP E
+
TA TAi
Z-Score (FRISK) =
DEP
σ( )
TAit

4. Bank Size (Total Aset)

Bank size atau Ukuran bank diasosiasikan dengan konsep skala ekonomi.

Dalam teori ekonomi, jika sebuah industri adalah subyek dari skala ekonomi,

institusi besar akan lebih efisien sehingga mampu menghasilkan pelayanan

produk dengan biaya yang lebih rendah, begitu juga sebaliknya. (Haron dan Azmi,

2004: 5). Rasio Bank Size diperoleh dari logaritma natural dari total aset yang

dimiliki bank.
108

5. Inflasi (IHK)

Inflasi adalah meningkatnya harga – harga secara umum dan terus

menerus. Inflasi dapat menyebabkan biaya yang lebih tinggi bagi bank, seperti

halnya mereka mencapai lebih banyak transaksi, meskipun itu juga dapat

menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi bagi bank Namun, hubungan antara

inflasi dan profitabilitas tergantung pada apakah manajemen memperkirakan

variasi inflasi dengan benar menyesuaikan tingkat bunga dan, akibatnya,

meningkatkan penjualan lebih dari biaya, dengan demikian, mengarah ke

keuntungan yang lebih besar dalam laba (Athanasoglou et al. , 2006).

Inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah beta inflasi, (Besley

and Brigham, 2000) yang menyatakan bahwa “Beta a measure stock’s volatility

relative to an average stock”. Lain halnya dengan pendapat (Brealey, Myers. and

Alan J, 2001) yang mendefinisikan “beta is a sensitivity of a stock’s return to the

return on the market portofolio”. Sedangkan menurut (Ross, Westerfield and

Jordan, 2003) beta adalah “The amount of systematic risk present a particular

risky asset relative to that in an average risky asset”. Dapat disimpulkan bahwa

beta adalah pengukur volatilitas suatu risiko sistematis pada sekuritas. Beta suatu

sekuritas dapat dihitung dengan titik estimasi yang menggunakan data historis

maupun estimasi secara subjektif. Beta historis dapat dihitung dengan

menggunakan data historis berupa data pasar (inflasi dan profitabilitas). Data

historis inflasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data Indeks Harga
109

Konsumen (IHK). Secara matematis menurut (Budie, 1999) beta dapat dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

NΣXY −(ΣX )(ΣY )


𝛽=
NΣX ²−(ΣX ) ²

keterangan:

X = profitabilitas (Rm)

Y = Inflasi (Ri)

N = Jumlah data

β= Beta profitabilitas

6. Pertumbuhan Ekonomi

Menurut (Case and Fair, 2007), pertumbuhan ekonomi umumnya

didefinisikan sebagai peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). Produk

domestik bruto dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang

diproduksikan di dalam suatu negara dalam satu tahun tertentu (Sukirno, 2010,

34). Tingkat produk domestik bruto dalam penelitian ini didapat dari laju

pertumbuhan produk domestik bruto riil periode 2014-2019 yang dapat diakses

pada website Badan Pusat Statistik.

Pertumbuhan ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah beta

PDB, (Besley and Brigham, 2000) yang menyatakan bahwa “Beta a measure

stock’s volatility relative to an average stock”. Lain halnya dengan pendapat

(Brealey, Myers. and Alan J, 2001) yang mendefinisikan “beta is a sensitivity of a

stock’s return to the return on the market portofolio”. Sedangkan menurut (Ross,

Westerfield and Jordan, 2003) beta adalah “The amount of systematic risk present

a particular risky asset relative to that in an average risky asset”. Dapat


110

disimpulkan bahwa beta adalah pengukur volatilitas suatu risiko sistematis pada

sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan titik estimasi yang

menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif. Beta historis dapat

dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (pertumbuhan

ekonomi dan profitabilitas). Data historis pertumbuhan ekonomi yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu Produk Domestik Bruto (PDB). Secara matematis

menurut (Budie, Alex and Marcus, 1999) beta dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

NΣXY −(ΣX )(ΣY )


𝛽=
NΣX ²−(ΣX ) ²

keterangan:

X= Profitabilitas (Rm)

Y= Pertumbuhan ekonomi (Ri)

N= Jumlah data

β= Beta profitabilitas

7. Suku Bunga

Kasmir, (2008:135) mengatakan bahwa bunga bank (suku bunga) dapat

diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip

konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga

dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada asabah (yang memiliki

simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah

yang memperoleh pinjaman). Tingkat suku bunga dalam penilitan ini dicerminkan

dengan nilai BI-7 Day Reverse Repo Rate.BI 7-Day (Reverse) Repo Rate data

dalam penelitian ini diambil dari situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id) untuk
111

periode 2014 - 2019. Instrumen BI 7-Day (Reverse) Repo Rate digunakan sebagai

suku bunga kebijakan baru karena dapat secara cepat memengaruhi pasar uang,

perbankan dan sektor riil(Bank Indoensia n.d.).

suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah beta suku bunga,

(Besley and Brigham, 2000) yang menyatakan bahwa “Beta a measure stock’s

volatility relative to an average stock”. Lain halnya dengan pendapat (Brealey,

100 Myers. and Alan J, 2001) yang mendefinisikan “beta is a sensitivity of a

stock’s return to the return on the market portofolio”. Sedangkan menurut (Ross,

Westerfield and Jordan, 2003) beta adalah “The amount of systematic risk present

a particular risky asset relative to that in an average risky asset”. Dapat

disimpulkan bahwa beta adalah pengukur volatilitas suatu risiko sistematis pada

sekuritas. Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan titik estimasi yang

menggunakan data historis maupun estimasi secara subjektif. Beta historis dapat

dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (suku bunga dan

profitabilitas). Data historis suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

data BI 7-Day (Reverse) Repo Rate. Secara matematis menurut (Budie, Alex and

Marcus, 1999) beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (3-11)

NΣXY −(ΣX )(ΣY )


𝛽=
NΣX ²−(ΣX ) ²

keterangan:

X = profitabilitas (Rm)

Y = Suku bunga (Ri)

N = Jumlah data

β= Beta profitabilitas
112

Ringkasan variabel dan definisi operasional dari penelitian ini dapat dilihat

pada tabel 3.2 sebagai berikut.

N Variabel Definisi Variabel Indikator/Proksi Skala


o
1 Profitabilitas Profitabilitas perbankan Return on equity (ROE) = Rasio
(Y) merupakan suatu
kemampuan bank untuk Lababersih setelah pajak
x
memperoleh laba atau total ekuitas
keuntungan dalam
100%
menjalankan
kegiatannya.

2 Risiko Kredit Risiko kredit adalah Rasio


(X1) risiko akibat kegagalan Non Perfoming Loan (NPL) =
debitur dan/ pihak lain Jumlah kredit yang bermasalah
dalam memenuhi Total kredit
kewajiban melunasi x 100%
kredit pada bank.
3 Risiko Risiko likuiditas adalah Rasio
Likuiditas (X2) risiko akibat
ketidakmampuan bank
memenuhi kewajiban Loan To Deposits Ratio (LDR) =
yang jatuh tempo dari
sumber pendanaan arus Total Kredit
x
kas dan/atau dari asset Dana yang diterima bank
likuid berkualitas tinggi
100%
yang dapat diagunkan,
tanpa menganggu
aktivitas dan kondisi
keuangan bank
4 Risiko Risiko pendanaan Z-Score (FRISK) = Rasio
Pendanaan diartikan sebagai

[ ]
(X3) probabilitas kegagalan
DEP E
strategi mobilisasi +
simpanan bank atau TA TAi
probabilitas deposan DEP
bank untuk menarik σ( )
TAit
simpanannya, yang
berakibat pada
memburuknya simpanan
bank yang memaksa.
5 Ukuran bank Ukuran perusahaan
(X4) merupakan salah satu
faktor yang
dipertimbangkan
perusahaan dalam Ukuran Perusahaan = Ln (total
menentukan berapa besar aktiva)
kebijakan keputusan (Prasanja dan Ramantha, 2013)
pendanaan (aktiva)
dalam memenuhi ukuran
atau besarnya asset
perusahaan.
113

6 Inflasi (X5) Inflasi adalah NΣXY −(ΣX )(ΣY ) Rasio


meningkatnya harga – 𝛽=
harga secara umum dan
NΣX ²−(ΣX ) ²
terus menerus. (Budie, Alex and Marcus, 1999)

7 PDB (X6) Produk domestik bruto Rasio


dapat diartikan sebagai NΣXY −(ΣX )(ΣY )
nilai barangbarang dan 𝛽=
jasa-jasa yang NΣX ²−(ΣX ) ²
diproduksikan di dalam (Budie, Alex and Marcus, 1999)
suatu negara dalam satu
tahun tertentu (Sukirno,
2010, 34).
8 Suku Bunga Suku bunga merupakan Rasio
(X7) jumlah uang yang NΣXY −(ΣX )(ΣY )
dibayarkan sebagai 𝛽=
NΣX ²−(ΣX ) ²
imbalan atas (Budie, Alex and Marcus, 1999)
penggunaan utang yang
dipinjam
114
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab hasil penelitian membahas empat pokok bahasan. Pokok bahasan yang

pertama adalah uraian tentang hasil penelitian. pokok bahasan yang kedua uraian

tentang pembahasan. Pokok bahasan yang ketiga adalah uraian keterbatasan

penelitian dan pokok bahasan terakhir adalah uraian tentang implikasi penelitian.

uraian setiap pokok bahasan adalah sebagai berikut :

4.1 Hasil Penelitian

Sub bab hasil penelitian mencakup uraian tentang profil keuangan perusahaan

sampel yang relevan, deskripsi variabel penelitian, analisis regresi dan uji

hipotesis.

4.1.1 Profil Keuangan Perusahaan Sampel

Profil keuangan perusahaan sampel yang diuraikan dalam bagian ini adalah

aspek keuangan yang membentuk variabel penelitian yang dikaji. Variabel yang

dikaji adalah Return on equity, Risiko Kredit, Risiko Likuiditas, Risiko

Pendanaan, Ukuran Perusahaan, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga.

Berdasarkan variabel tersebut maka aspek keuangan yang diuraikan adalah: Total

Asset, Total Equity dan Total Hutang. Uraian setiap aspek tersebut adalah sebagai

berikut:

4.1.1.1 Profil Total Asset Perusahaan Sampel

Total asset perusahaan sampel menggambarkan tentang jumlah aktiva

yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin lama perusahaan cenderung memiliki

asset yang semakin besar. Asset yang besar menunjukkan semakin tinggi peluang

115
116

perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Perkembangan total asset perusahaan

sampel dengan tingkat persentase pertumbuhan masing-masing perusahaan dapat

dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Perkembangan Total Asset Perusahaan Sampel (2014-2019)


Total Assets (dalam jutaan rupiah)
No Kode Nama Perusahaan Rata-Rata Pertb.
2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 63.883.050 83.645.025 11.377.960 16.325.247 23.313.671 27.067.922 37.602.146 9,39%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 9.252.649 12.159.197 14.207.414 16.349.473 18.019.614 19.192.375 14.863.454 16,01%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 55.315.553 59.437.277 67.673.875 75.031.967 82.478.794 91.898.931 71.972.733 10,71%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 41.657.370 50.859.528 60.303.188 70.933.008 80.857.201 84.560.520 64.861.803 15,37%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 8.019.841 8.784.263 10.036.444 11.262.484 12.968.982 14.167.588 10.873.267 12,08%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 14.458.235 17.180.759 21.416.847 26.136.526 30.643.619 30.134.648 23.328.439 16,22%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 2.691.129 3.417.884 4.134.764 5.004.795 4.533.729 5.123.734 4.151.006 14,52%
8 BBM D Bank M estika Dharma Tbk. 8.675.437 9.409.596 10.277.807 10.644.299 12.093.242 12.900.342 10.666.787 8,31%
9 BDM N Bank Danamon Indonesia Tbk. 19.582.085 18.805.741 17.443.652 17.825.709 18.676.218 19.353.397 18.614.467 -0,12%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 2.135.887 1.974.416 4.235.925 4.581.932 4.497.122 4.809.743 3.705.838 24,05%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 1.951.636 2.081.523 2.359.089 3.123.345 3.854.174 5.262.429 3.105.366 22,46%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 7.586.131 8.869.743 10.231.845 11.498.016 12.019.138 12.353.647 10.426.420 10,39%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 37.998.046 42.803.631 43.032.950 51.518.681 62.689.118 76.715.290 52.459.619 15,39%
14 BM AS Bank M aspion Indonesia Tbk. 48.316.371 53.439.363 54.815.189 60.548.452 66.940.236 75.695.801 59.959.235 9,45%
15 BM RI Bank M andiri (Persero) Tbk. 8.550.396 9.100.634 10.387.060 11.247.008 12.022.520 13.182.463 10.748.347 9,08%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 51.554.226 65.672.668 71.211.733 70.146.773 72.972.734 76.076.537 67.939.112 8,52%
17 BNGA Bank CIM B Niaga Tbk. 23.316.242 23.884.925 24.157.172 26.630.544 26.678.149 27.446.722 25.352.292 3,38%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 18.535.367 18.268.935 16.552.751 14.832.837 15.289.286 16.145.125 16.604.050 -2,51%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 21.250.549 27.638.688 31.192.625 30.404.078 30.748.742 36.559.556 29.632.373 12,08%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 75.059.223 81.039.663 91.371.387 95.041.593 101.341.224 181.631.385 104.247.413 22,12%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 21.364.882 23.250.685 25.999.981 28.825.608 30.172.315 30.456.458 26.678.322 7,43%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 23.462.770 25.119.249 26.219.938 27.727.008 26.025.188 25.532.041 25.681.032 1,83%
23 M COR Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk. 9.769.591 10.089.121 12.257.391 15.788.738 15.992.475 1.889.368 10.964.447 -6,66%
24 M EGA Bank M ega Tbk. 6.658.246 6.822.517 7.053.168 8.229.701 8.376.194 10.080.383 7.870.035 8,93%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. 10.311.111 12.048.040 13.819.634 15.377.395 17.358.289 18.070.698 14.497.528 11,96%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 17.263.868 18.312.054 19.917.505 21.354.179 20.720.441 21.128.737 19.782.797 4,21%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 16.432.776 20.019.523 22.630.634 27.086.504 29.631.693 36.936.262 25.456.232 17,72%
Nilai rata-rata 23.408.457 26.696.736 26.218.742 28.707.284 31.203.170 36.055.225 28.594.243 9,20%
Nilai M inimum 1.951.636 1.974.416 2.359.089 3.123.345 3.854.174 1.889.368 3.105.366 -6,66
Nilai M aximum 75.059.223 83.645.025 91.371.387 95.041.593 101.341.224 181.631.385 104.247.413 22,46

sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel, 2021.

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa selama tahun 2014-2019 rata-

rata total asset perusahaan sampel adalah sebesar Rp28.594.243.000.000,- dengan

nilai rata-rata pertumbuhan sebesar 9,20%. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata

total asset perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 9,20%. Semakin besar

asset diharapkan semakin besar hasil operasional perusahaan.

Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. selama tahun 2014-2019 adalah

bank dengan total asset tertinggi kecuali pada tahun 2015 adalah Bank Rakyat

Indonesia Agroniaga Tbk., Sementara itu perusahaan dengan total asset yang
117

terendah selama tahun yang sama adalah Bank Ina Perdana Tbk. kecuali tahun

2015 adalah Bank Ganesha Tbk.

Perusahaan sampel yang memiliki nilai total asset tertinggi selama rentan

waktu 6 tahun yakni 2014-2019 adalah Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.

yang dicapai pada tahun 2019 dengan nilai sebesar Rp181.631.385.000.000,-

Rata-rata pertumbuhan selama periode waktu tersebut adalah 22,12% setiap

tahunnya.

Perusahaan sampel yang memiliki nilai total asset perusahaan terendah

adalah Bank Ina Perdana Tbk. dicapai pada tahun 2014 dengan nilai sebesar

Rp1.951.636.000.000,- selama rentan waktu 6 tahun yakni 2014-2019. Rata-rata

pertumbuhan selama periode waktu tersebut adalah 22,46% setiap tahunnya.

Perusahaan sampel yang memiliki nilai total asset di atas rata-rata sebesar

Rp23.408.457.000.000,- pada tahun 2014, Rp26.696.736.000.000,- pada tahun

2015 dan Rp 26.218.742.000.000,- pada tahun 2016 adalah Bank Rakyat

Indonesia Agroniaga Tbk., Bank Central Asia Tbk., Bank Negara Indonesia

(Persero) Tbk., BPD Jawa Timur Tbk., Bank Maspion Indonesia Tbk., Bank Bumi

Arta Tbk., Bank Sinarmas Tbk., Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. dan

Bank Artha Graha Internasional Tbk. Sedangkan perusahaan sampel yang

memiliki nilai dibawah rata-rata adalah Bank Capital Indonesia Tbk., Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., Bank

Yudha Bakti Tbk., Bank Mestika Dharma Tbk., Bank Danamon Indonesia Tbk.,

Bank Ganesha Tbk., Bank Ina Perdana Tbk., BPD Jawa Barat dan Banten Tbk.,

Bank Mandiri (Persero) Tbk., Bank CIMB Niaga Tbk., Bank Permata Tbk., Bank
118

Victoria International Tbk., Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk., Bank

Mega Tbk., BankOCBC NISP Tbk., Bank Pan Indonesia Tbk. dan Bank Woori

Saudara Indonesia 1906 Tbk.

Perusahaan sampel yang memiliki nilai totas asset di atas rata-rata sebesar

Rp28.707.284.000.000,- pada tahun 2017, Rp31.203.170.000.000,- pada tahun

2018 dan Rp36.055.225.000.000,- pada tahun 2019 adalah Bank Central Asia

Tbk., Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., BPD Jawa Timur Tbk., Bank

Maspion Indonesia Tbk., Bank Bumi Arta Tbk., Bank Sinarmas Tbk., Bank

Tabungan Pensiunan Nasional Tbk., dan Bank Woori Saudara Indonesia 1906

Tbk. Sedangkan perusahaan sampel yang memiliki nilai total asset di bawah rata-

rata adalah Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk., Bank Capital Indonesia Tbk.,

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.,

Bank Yudha Bakti Tbk., Bank Mestika Dharma Tbk., Bank Danamon Indonesia

Tbk, Bank Ganesha Tbk., Bank Ina Perdana Tbk., BPD Jawa Barat dan Banten

Tbk., Bank Mandiri (Persero) Tbk., Bank CIMB Niaga Tbk., Bank Permata Tbk.,

Bank Victoria International Tbk., Bank Artha Graha Internasional Tbk., Bank

China Contruction Bank Indonesia Tbk., Bank Mega Tbk., Bank OCBC NISP

Tbk. dan Bank Pan Indonesia Tbk.

4.1.1.2 Profil Total Equity Perusahaan Sampel

Equity perusahaan menggambarkan total modal yang digunakan

perusahaan. Semakin besar modal perusahaan berarti semakin tinggi kemampuan

perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Jika usaha perusahaan berkembang

dengan baik hal tersebut memberikan peluang terhadap peningkatan laba.


119

Perkembangan equity perusahaan sampel sejak 2014-2019 dapat dilihat pada

Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Perkembangan Equity Perusahaan Sampel tahun 2014-2019.


Total Equity (jutaan rupiah)
No Kode Nama Perusahaan Rata-Rata Pertb.
2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 8.946.808 13.524.124 19.362.515 31.112.848 44.242.858 44.817.042 27.001.033 39,70%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 971.788 1.053.416 1.315.040 1.408.386 2.170.800 2.279.769 1.533.200 19,90%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 7.572.569 8.962.494 11.271.505 13.140.169 15.175.342 17.414.315 12.256.066 18,19%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 6.102.130 7.843.822 8.925.400 10.090.330 11.037.378 12.500.394 9.416.576 15,60%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 9.770.583 11.312.717 14.681.259 16.734.749 18.527.533 20.878.433 15.317.546 16,59%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 12.252.895 13.860.107 19.130.536 21.663.434 23.840.448 24.533.856 19.213.546 15,47%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 274.850 365.487 643.065 676.190 600.385 945.783 584.293 32,08%
8 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk. 21.204.436 22.638.344 69.100.000 67.589.520 31.093.314 34.911.272 41.089.481 33,62%
9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. 32.646.840 34.214.849 36.377.972 39.172.152 41.939.821 45.417.027 38.294.777 6,83%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 205.523 210.462 1.067.856 1.118.360 1.126.199 1.140.000 811.400 83,29%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 302.085 319.432 482.705 1.204.184 1.208.052 1.221.096 789.592 41,54%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 7.081.703 7.757.218 9.674.228 10.104.975 11.285.315 12.042.629 9.657.678 11,42%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 6.043.635 6.295.461 7.209.572 7.816.074 8.471.936 9.185.652 7.503.722 8,78%
14 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk. 6.369.408 8.480.067 11.116.121 11.621.573 12.007.405 12.289.315 10.313.982 14,89%
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. 10.484.456 11.949.184 15.336.972 17.000.613 18.496.030 20.903.452 15.695.118 15,00%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 6.021.396 12.338.682 12.966.674 13.628.294 14.947.546 15.236.555 12.523.191 25,34%
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk. 28.447.694 28.679.387 34.207.622 36.950.996 39.580.579 43.294.166 35.193.407 8,92%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 17.083.109 18.812.844 19.289.606 21.510.742 22.451.936 24.037.351 20.530.931 7,12%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 3.164.114 3.669.511 4.475.322 4.844.184 4.856.420 6.074.463 4.514.002 14,30%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 11.679.641 13.576.068 15.837.896 16.752.540 18.786.330 31.471.928 18.017.401 23,67%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 17.598.282 21.136.902 26.262.706 28.463.457 28.060.254 29.864.546 25.231.025 11,55%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 2.691.006 2.765.770 4.424.389 4.507.912 4.587.111 4.536.235 3.918.737 13,06%
23 MCOR Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk. 1.221.079 1.413.732 2.396.184 2.443.795 2.516.158 2.794.858 2.130.968 20,26%
24 MEGA Bank Mega Tbk. 6.969.527 11.517.195 12.265.681 13.064.616 13.782.673 15.541.438 12.190.188 19,30%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. 14.943.366 16.411.347 19.506.576 21.784.354 24.428.254 27.664.803 20.789.783 13,15%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 23.056.891 30.806.209 34.200.800 36.288.731 40.747.117 44.441.714 34.923.577 14,42%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 3.904.265 4.135.931 4.411.890 6.106.998 6.550.468 6.935.590 5.340.857 12,83%
Nilai rata-rata 10.119.454 11.919.801 15.828.008 17.334.353 17.537.200 19.439.927 15.363.124 14,42%
Nilai Minimum 205.523 210.462 482.705 676.190 600.385 945.783 584.293 6,83%
Nilai Maximum 32.646.840 34.214.849 69.100.000 67.589.520 44.242.858 45.417.027 41.089.481 83,29%

sumber : Laporan keuangan perusahaan sampel, 2021.

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas menunjukkan perkembangan total modal

perusahaan sampel selama periode 2014-2019. Rata-rata modal perusahaan

sampel ialah sebesar Rp62.151.571.000.000,- dengan rata rata pertumbuhan

sebesar 14,42%. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata modal perusahaan

mengalami pertumbuhan sebesar 14,42%.

Bank Danamon Tbk. selama 2014-2019 adalah bank dengan total equity

tertinggi kecuali tahun 2016, 2017 dan 2018 dengan nilai masing-masing sebesar

Rp32.646.840.000.000,-, Rp34.214.849.000.000,-, Rp45.417.027.000.000,-

Sementara itu perusahaan dengan total equity terendah selama tahun 2014-2015
120

adalah Bank Ganesha Tbk. dengan nilai sebesar Rp205.523.000.000,- dan

Rp210.462.000.000-.

Bank Mestika Dharma Tbk. selama tahun 2016-2017 adalah bank dengan

total equity tertinggi dengan nilai sebesar Rp69.100.000.000.000,- dan

Rp67.589.520.000.000,-. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. adalah bank

dengan total equity tertinggi selama tahun 2018 dengan nilai sebesar

Rp44.242.858.000.000,-. Sementara itu perusahaan dengan total equity yang

terendah pada tahun yang sama adalah Bank Yudha Bakti Tbk. kecuali tahun 2016

adalah Bank Ina Perdana Tbk.

Perusahaan sampel yang memiliki nilai total equity perusahaan tertinggi

selama rentan waktu 6 tahun yakni 2014-2019 adalah Bank Mestika Dharma Tbk.

yang dicapai pada tahun 2016 dengan nilai sebesar R69.100.000.000.000,- Rata-

rata pertumbuhan selama periode waktu tersebut adalah 33,62% setiap tahunnya.

Perusahaan sampel yang memiliki nilai total equity perusahaan terendah selama

rentan waktu 6 tahun yakni 2014-2019 adalah Bank Ganesha Tbk. yang dicapai

pada tahun 2014 dengan nilai sebesar Rp205.523.000.000,- Rata-rata

pertumbuhan selama periode waktu tersebut adalah 83,29% setiap tahunnya.

Perusahaan sampel yang memiliki total Equity di atas rata-rata sebesar

Rp10.119.454.000.000,- pada tahun 2014 adalah Bank Danamon Indonesia Tbk.,

Bank Tabungan Negara Tbk., Bank Mestika Dharma Tbk., Bank Mandiri Tbk.,

Bank CIMB Niaga Tbk., Bank Permata Tbk., Bank Tabungan Pensiunan Nasional

Tbk., Bank Victoria Internasional Tbk., Bank OCBN NISP Tbk. dan Bank Pan

Indonesia Tbk. Sedangkan perusahaan sampel yang memiliki nilai di bawah rata-
121

rata tersebut adalah Bank Ganesha Tbk., Bank Yudha Bakti Tbk., Bank Rakyat

Indonesia Agroniaga Tbk., Bank Capital Indonesia Tbk., Bank Central Asia Tbk.,

Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.,

Bank Ina Perdana Tbk., BPD Jawa Barat dan Banten Tbk., BPD Jawa Timur Tbk.,

Bank Maspion Indonesia Tbk., Bank Bumi Arta Tbk., Bank Sinarmas Tbk., Bank

Artha Graha Internasional Tbk., Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk.,

Bank Mega Tbk., dan Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk.

Perusahaan sampel yang memiliki total Equity di atas rata-rata sebesar

Rp11.919.801.000.000,- pada tahun 2015 adalah Bank Danamon Indonesia Tbk.,

Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk., Bank Tabungan Negara Tbk., Bank

Mestika Dharma Tbk., Bank Mandiri (persero) Tbk., Bank Bumi Artha Tbk.,

Bank CIMB Niaga Tbk., Bank Permata Tbk., Bank Tabungan Pensiunan Nasional

Tbk., Bank Victoria Internasional Tbk., Bank OCBN NISP Tbk. dan Bank Pan

Indonesia Tbk. Sedangkan 15 Bank sampel lainnya memiliki nilai total equity di

bawah rata-rata. Selain itu, perusahaan sampel yang memiliki nilai total equity di

atas rata-rata sebesar Rp15.828.008.000.000,- pada tahun 2016 adalah Bank

Rakyat Indoneia Agroniaga Tbk., Bank Mestika Dharma Tbk., Bank Tabungan

Negara Tbk., Bank Danamon Indonesia Tbk., Bank CIMB Niaga Tbk., Bank

Permata Tbk., Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk., Bank Victoria

Internasional Tbk. dan bank pan Indonesia Tbk. Sedangkan 18 bank sampel

lainnya memiliki nilai total modal di bawah rata-rata diantaranya Bank Capital

Indonesia Tbk., Bank Central Asia Tbk., Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.,

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., Bank Ganesha Tbk., Bank Ina Perdana
122

Tbk., BPD Jawa Barat dan Banten Tbk., BPD Jawa Timur Tbk., Bank Maspion

Indonesia Tbk., Bank Mandiri (Persero) Tbk., Bank Bumi Arta Tbk., Bank

Sinarmas Tbk., Bank Artha Graha Internasional Tbk., Bank China Contruction

Bank Indonesia Tbk., Bank Mega Tbk., BankOCBC NISP Tbk., dan Bank Woori

Saudara Indonesia 1906 Tbk.

Perusahaan sampel yang memiliki nilai total Equity di atas rata-rata

sebesar Rp17.334.353.000.000,- pada tahun 2017, Rp17.537.200.000.000,- pada

tahun 2018 dan Rp19.439.927.000.000,- pada tahun 2019 adalah Bank Rakyat

Indonesia Agroniaga Tbk., Bank Rakyat Indonesia Tbk., Bank Tabungan Negara

Tbk., Bank Mestika Dharma Tbk., Bank Danamon Indonesia Tbk., Bank Mandiri

Tbk., Bank CIMB Niaga Tbk., Bank Permata Tbk., Bank Tabungan Pensiunan

Nasional Tbk., Bank Victoria Internasional Tbk., Bank OCBN NISP Tbk. dan

Bank Pan Indonesia Tbk. Sedangkan 15 bank sampel lainnya memiliki nilai total

equity di bawah rata-rata tersebut ialah Bank Capital Indonesia Tbk., Bank

Central Asia Tbk., Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., Bank Ina Perdana Tbk.,

BPD Jawa Barat dan Banten Tbk., BPD Jawa Timur Tbk., Bank Maspion

Indonesia Tbk., Bank Bumi Arta Tbk., Bank Sinarmas Tbk., Bank Artha Graha

Internasional Tbk., Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk., Bank Mega

Tbk. dan Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk.


123

4.1.1.3 Profil Total Hutang Perusahaan Sampel

Hutang adalah salah satu alat untuk meningkatkan laba. Hutang cenderung

digunakan untuk mengembangkan bisnis atau usaha perusahaan. Penggunaan

hutang akan memberi dampak positif terhadap perusahaan ketika biaya

penggunaan hutang lebih kecil dari manfaatnya. Hutang yang ada harus dikelola

dengan baik dan digunakan untuk kebutuhan produktif perusahaan, sehingga

perusahaan bisa berkembang menjadi lebih maju dari sebelumnya. Perkembangan

hutang akan menjadi bahan informasi penting bagi investor dan Lembaga terkait.

Perkembangan hutang perusahaan sampel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel

4.3

Tabel 4.3 Perkembangan Hutang Perusahaan Sampel tahun 2014-2019


Total Hutang (dalam jutaan rupiah)
No Kode Nama Perusahaan Rata-Rata Pertb.
2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 5.493.624 7.012.090 9.441.709 13.211.308 18.889.385 22.586.218 12.772.389 32,95%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 8.280.861 11.105.781 12.892.374 14.941.087 15.848.814 16.912.606 13.330.254 15,78%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 47.547.734 50.194.542 56.055.668 61.494.026 66.843.877 74.006.712 59.357.093 9,27%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 34.114.865 41.272.767 49.270.112 58.408.681 67.123.754 68.848.944 53.173.187 15,28%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 7.042.783 7.652.991 8.568.318 9.589.009 10.906.640 11.831.556 9.265.216 10,95%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 13.232.945 15.794.748 18.282.899 22.393.746 26.378.401 25.846.811 20.321.592 14,68%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 2.416.279 3.052.397 3.491.699 4.328.605 3.933.344 4.177.951 3.566.713 12,35%
8 BBM D Bank M estika Dharma Tbk. 65.549.941 71.457.625 95.868.070 99.684.040 89.839.109 94.092.154 86.081.823 8,40%
9 BDM N Bank Danamon Indonesia Tbk. 16.317.401 15.384.256 13.805.854 13.908.494 14.482.236 14.811.694 14.784.989 -1,77%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 1.930.364 1.763.954 3.168.069 3.463.572 3.370.923 3.669.743 2.894.438 17,30%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 1.649.751 1.762.091 1.876.384 1.919.161 2.646.122 4.041.333 2.315.807 21,24%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 6.391.140 7.606.847 8.701.982 9.882.052 10.403.592 10.592.099 8.929.619 10,81%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 31.954.411 36.508.170 35.823.378 43.702.607 54.217.182 67.529.638 44.955.898 16,60%
14 BM AS Bank M aspion Indonesia Tbk. 41.946.962 44.959.296 43.699.068 48.926.878 54.932.830 63.406.485 49.645.253 8,81%
15 BM RI Bank M andiri (Persero) Tbk. 6.970.196 7.361.987 8.245.598 8.880.268 9.419.531 10.257.495 8.522.513 8,06%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 45.532.830 53.333.985 58.245.059 56.518.479 58.025.188 60.839.981 55.415.920 6,18%
17 BNGA Bank CIM B Niaga Tbk. 20.471.472 21.016.986 20.736.410 22.935.444 22.720.091 23.117.306 21.832.952 2,55%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 16.827.056 16.387.650 14.623.790 12.681.762 13.044.093 13.741.390 14.550.957 -3,69%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 18.095.435 24.199.077 26.717.304 25.559.894 23.532.846 26.385.919 24.081.746 8,80%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 63.132.147 67.115.804 75.058.959 78.289.053 82.554.894 150.159.457 86.051.719 21,96%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 18.434.623 23.250.685 25.999.981 24.483.975 25.808.570 25.782.313 23.960.025 7,49%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 20.771.764 22.353.479 21.795.549 23.219.096 21.438.077 20.995.806 21.762.295 0,38%
23 M COR Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk.
8.548.512 8.675.389 9.861.207 13.344.925 13.476.317 16.098.826 11.667.529 14,19%
24 M EGA Bank M ega Tbk. 59.612.933 56.707.975 58.266.001 69.232.394 69.979.273 85.262.393 66.510.162 7,92%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. 8.816.774 10.406.905 11.868.976 13.198.960 14.915.464 15.304.218 12.418.550 11,78%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 14.958.179 15.231.433 16.497.425 17.725.306 16.645.730 16.684.565 16.290.440 2,34%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 12.528.511 15.883.592 18.218.744 20.979.506 23.081.225 30.000.672 20.115.375 19,33%
Nilai rata-rata 22.540.038 24.675.727 27.263.917 29.689.339 31.206.780 36.422.447 28.633.041 10,14%
Nilai M inimum 1.649.751 1.762.091 1.876.384 1.919.161 2.646.122 3.669.743 2.315.807 -3,69%
Nilai M aximum 65.549.941 71.457.625 95.868.070 99.684.040 89.839.109 150.159.457 86.081.823 32,95%

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel, 2021.


124

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan perkembangan total hutang

perusahaan sampel selama periode 2014-2019. Rata-rata hutang perusahaan

sampel ialah sebesar Rp28.633.041.000.000,- dengan rata rata pertumbuhan

sebesar 10,14%. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata hutang perusahaan

mengalami pertumbuhan sebesar 10,14%.

Bank Mestika Dharma Tbk. selama 2014-2019 adalah bank dengan total

hutang tertinggi kecuali pada tahun 2019 adalah Bank Tabungan Pensiunan

Nasional Tbk. Sementara itu perusahaan dengan total hutang yang terendah

selama tahun yang sama adalah Bank Ina Perdana Tbk. kecuali tahun 2019 adalah

Bank Ganesha Tbk.

Perusahaan sampel yang memiliki nilai total hutang perusahaan tertinggi

selama rentan waktu 6 tahun yakni 2014-2019 adalah Bank Mestika Dharma Tbk.

dicapai pada tahun 2017 dengan nilai sebesar Rp99.684.040.000.000,- Rata-rata

pertumbuhan selama periode waktu tersebut adalah 8,40% setiap tahunnya.

Perusahaan sampel yang memiliki nilai total hutang perusahaan terendah

selama rentan waktu 6 tahun yakni 2014-2019 adalah Bank Ina Perdana Tbk.

dicapai pada tahun 2014 dengan nilai sebesar Rp1.649.751.000.000,- Rata-rata

pertumbuhan selama periode waktu tersebut adalah 21,24% setiap tahunnya.

Perusahaan sampel yang memiliki nilai total hutang di atas rata-rata

sebesar Rp22.540.038.000.000,- pada tahun 2014, Rp24.675.727.000.000,- pada

tahun 2015, Rp27.263.917.000.000,- pada tahun 2016, Rp29.689.339.000.000,-

pada tahun 2017, Rp31.206.780.000.000,- pada tahun 2018 dan

Rp36.422.447.000.000,- pada tahun 2019 adalah Bank Central Asia Tbk., Bank
125

Negara Indonesia (Persero) Tbk., Bank Mestika Dharma Tbk., BPD Jawa Timur

Tbk., Bank Maspion Indonesia Tbk., Bank Bumi Arta Tbk., Bank Tabungan

Pensiunan Nasional Tbk. dan Bank Mega Tbk. Sedangkan 19 bank sampel

lainnya memiliki nilai total hutang dibawah rata-rata diantaranya Bank Rakyat

Indonesia Agroniaga Tbk., Bank Capital Indonesia Tbk., Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk., Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., Bank Yudha Bakti Tbk.,

Bank Danamon Indonesia Tbk., Bank Ganesha Tbk., Bank Ina Perdana Tbk.,

BPD Jawa Barat dan Banten Tbk., Bank Mandiri (Persero) Tbk., Bank CIMB

Niaga Tbk., Bank Permata Tbk., Bank Sinarmas Tbk., Bank Victoria International

Tbk, Bank Artha Graha Internasional Tbk., Bank China Contruction Bank

Indonesia Tbk., Bank OCBC NISP Tbk., Bank Pan Indonesia Tbk., dan Bank

Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk.

4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variable dependen yang dikaji adalah profitabilitas

yang di ukur dengan Return on equity (ROE) sedangkan untuk variabel

independen yaitu risiko kredit diproksikan oleh Non Perfoming Loan (NPL),

risiko likuiditas diproksikan oleh Loan To Depostis Ratio (LDR), risiko

pendanaan, ukuran perusahaan, Inflasi, pertumbuhan ekonomi dan suku bunga.

Deskripsi masing-masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:

4.1.2.1 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan

laba selama periode tertentu. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu

perusahaan maka dalam penelitian ini digunakan rasio profitabilitas yaitu Return
126

on equity. Return on equity adalah rasio antara laba setelah pajak dengan total

ekuitas. ROE menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan.

Satuan yang lazim digunakan untuk mengukur return on equity adalah persentase.

Semakin tinggi nilai persentase return on equity menunjukkan semakin besar

kemampuan equity perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Selain itu,

Semakin besar hasil ROE menandakan adanya potensi peningkatan keuntungan

yang diperoleh perusahaan. Perkembangan Return on equity perusahaan sampel

selama tahun 2014-2019 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Perkembangan Return On Equity Perusahaan Sampel tahun 2014-2019


Kode Return On Equity (%) Rata-
No Nama Perusahaan Pertb.
Bank 2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 7,05 7,65 7,31 5,64 5,80 1,16 5,77 -19,19%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 8,93 9,59 7,82 7,17 8,46 1,20 7,20 -17,44%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 25,5 21,90 20,50 19,20 18,80 18,00 20,65 -6,64%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 23,6 17,20 15,50 15,60 16,10 14,00 17,00 -9,24%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 31,19 29,89 23,10 20,00 20,50 19,40 24,01 -8,63%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 10,95 16,84 18,40 18,11 14,89 1,00 13,37 -9,92%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 5,53 9,21 14,70 2,5 -22,73 2,27 1,91 -215,20%
8 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk. 12,14 11,24 6,95 9,55 9,01 7,50 9,40 -6,12%
9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. 8,60 7,40 8,00 10,50 10,60 10,30 9,23 4,71%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 1,62 3,02 5,20 4,80 0,51 1,07 2,70 34,27%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 5,63 5,80 5,23 1,86 0,97 0,60 3,35 -31,45%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 18,92 23,05 21,81 20,05 18,81 12,99 19,27 -5,75%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 18,98 16,11 17,82 17,43 17,75 18,00 17,68 -0,69%
14 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk. 4,13 6,37 7,62 6,30 6,35 5,11 5,98 7,56%
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. 25,81 23,03 11,12 14,53 16,23 15,08 17,63 -5,44%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 11,34 8,97 6,43 6,96 6,81 3,51 7,34 -18,32%
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk. 8,24 1,49 5,81 8,34 9,09 9,35 7,05 52,68%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 12,20 1,80 -38,30 4,80 5,00 7,20 -1,22 -475,48%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 5,72 6,46 10,04 7,51 1,12 0,14 5,17 -25,89%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 18,60 14,10 12,60 8,2 11,6 9,90 12,50 -8,59%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 7,62 6,73 4,79 5,52 3,41 -0,57 4,58 -36,04%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 5,92 2,93 2,11 1,71 1,43 -1,63 2,08 -65,56%
Bank China Contruction Bank Indonesia
23 MCOR 5,28 6,21 1,16 2,46 4,31 4,15 3,93 23,97%
Tbk.
24 MEGA Bank Mega Tbk. 10,05 15,3 10,91 11,66 13,76 14,85 12,76 11,27%
25 NISP Bank OCBC NISP Tbk. 9,68 9,60 9,85 10,66 11,78 11,56 10,52 3,73%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 9,24 6,07 8,29 7,49 9,23 8,90 8,20 2,45%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906Tbk 8,35 12,16 13,06 14,21 13,01 11,08 11,98 7,71%
Nilai Rata-rata 11,88 11,12 8,81 9,73 8,61 7,63 9,63 -7,92%
Nilai Minimum 1,62 1,49 -38,30 1,71 -22,73 -1,63 -1,22 -475,48%
Nilai Maximum 31,19 29,89 23,10 20,05 20,50 19,40 24,01 52,68%

Sumber : Laporan Tahunan Perusahaan Sampel, 2021.

Berdasarkan Tabel 4.4 dari semua bank yang menjadi sampel di atas,

variabel return on equity selama tahun 2014 hingga 2019 memiliki nilai rata-rata

(Mean) sebesar 9,63%. Disisi lain rata-rata pertumbuhan rasio ini ialah sebesar -
127

7,92% per tahun. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata variabel return on equity

mengalami pertumbuhan sebesar -7,92%.

Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. selama 2014-2019 adalah bank

dengan Return on equity tertinggi kecuali pada tahun 2017 adalah Bank BPD

Jawa Barat dan Banten Tbk. dengan nilai masing-masing sebesar 31,19%,

29,89%, 23,10%, 20,50% dan 19,40%. Sementara itu perusahaan sampel yang

memiliki nilai return on equity terendah pada tahun 2014 adalah Bank Ganesha

Tbk. dengan nilai sebesar 1,62%, untuk tahun 2015 adalah Bank CIMB Niaga

Tbk. sebesar 1,49%, tahun 2016 adalah Bank Permata Tbk. sebesar -38,30%,

tahun 2018 adalah Bank Yudha Bakti Tbk. sebesar -22,73% dan untuk tahun 2017

dan 2019 adalah Bank Artha Graha Internasional Tbk. sebesar 1,71% dan -1,22%.

Perusahaan sampel yang memiliki nilai rata-rata return on equity tertinggi dari

tahun 2014-2019 adalah Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. dengan nilai

sebesar 24,01%, sedangkan perusahaan sampel yang memiliki nilai rata-rata

return on equity terendah selama periode penelitian adalah Bank Permata Tbk

dengan nilai rata-rata sebesar -1,22%.

Selain itu dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan variabel

return on equity pada perusahaan sampel menunjukkan trend yang negatif selama

6 tahun yaitu 2014-2019 dengan nilai pertumbuhan sebesar -7,92%. Salah satu

perusahaan sampel yang memiliki pertumbuhan dengan trend positif adalah Bank

CIMB Niaga Tbk. yang menunjukkan nilai pertumbuhan sebesar 52,68%. Disisi

lain Bank Permata Tbk. mengalami pertumbuhan paling parah selama periode

penelitian dengan trend negatif sebesar -475,48%.


128

4.1.2.2 Risiko Kredit

Risiko Kredit merupakan risiko kerugian akibat kegagalan pihak debitur

atau counterparty untuk memenuhi kewajibannya pada bank. Besarnya risiko

kredit ditunjukkan dalam bentuk Non Perfoming Loan. Non perfoming loan

adalah perbandingan antara total kredit bermasalah dengan total kredit yang

diberikan debitur. Semakin tinggi tingkat NPL menunjukkan bahwa perusahaan

tidak professional dalam mengelola kreditnya, begitupun sebaliknya semakin

rendah NPL menunjukkan semakin baik kinerja suatu perusahaan. perkembangan

Non Perfoming Loan masing-masing perusahaan sampel tahun 2014-2019 dapat

dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Perkembangan Non Perfoming Loan Perusahaan Sampel (2014-2019)


Kode Non Perfoming Loan (%) Rata-
No Nama Perusahaan Pertb.
Bank 2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 2,02 1,90 2,88 2,59 2,86 7,66 3,32 42,77%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 0,24 0,75 2,94 2,43 2,50 1,34 1,70 88,73%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 0,60 0,70 1,30 1,50 1,40 1,30 1,13 20,79%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 4,16 1,80 0,80 0,20 0,83 1,06 1,48 31,08%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 2,16 1,36 2,18 1,32 1,04 0,63 1,45 -15,37%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 0,40 0,90 0,40 0,70 0,80 1,20 0,73 41,75%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 1,69 2,02 2,03 2,12 2,16 2,62 2,11 9,53%
8 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk. 2,76 2,11 1,85 2,66 2,81 4,78 2,83 16,73%
9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. 2,35 1,85 2,48 2,07 9,92 1,63 3,38 58,38%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 2,30 3,00 3,10 2,80 2,70 3,00 2,82 6,33%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 0,61 0,08 2,29 4,60 2,43 4,76 2,46 565,04%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 1,04 0,86 0,75 0,79 0,90 0,81 0,86 -4,17%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 3,31 4,29 4,77 4,59 3,75 2,77 3,91 -1,48%
14 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk. 0,70 0,50 0,81 1,38 2,10 2,27 1,29 32,81%
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. 0,44 0,60 1,38 1,06 0,67 0,84 0,83 26,35%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 0,08 0,39 1,01 0,85 0,69 0,7 0,62 102,65%
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk. 1,94 1,59 2,16 2,16 1,55 1,30 1,78 -5,31%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 0,60 2,70 8,80 4,60 4,00 2,80 3,92 97,03%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 2,56 2,99 1,47 2,34 2,73 4,33 2,74 20,08%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 0,41 0,4 0,38 0,28 0,54 0,38 0,40 5,89%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 2,61 3,93 2,37 2,32 1,90 4,96 3,02 30,34%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 1,69 1,25 1,44 4,30 3,33 4,25 2,71 38,57%
Bank China Contruction Bank Indonesia
23 MCOR 2,45 1,63 2,48 2,26 1,62 1,72 2,03 -2,47%
Tbk.
24 MEGA Bank Mega Tbk. 2,09 2,81 3,44 2,01 1,60 2,46 2,40 9,73%
25 NISP Bank OCBC NISP Tbk. 0,80 0,78 0,77 0,72 0,82 0,78 0,78 -0,25%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 0,52 0,55 0,82 0,77 0,91 1,12 0,78 18,00%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906Tbk 1,81 1,26 0,98 0,90 1,08 1,18 1,20 -6,30%
Nilai Rata-rata 1,57 1,59 2,08 2,01 2,13 2,32 1,95 8,73%
Nilai Minimum 0,08 0,08 0,38 0,20 0,54 0,38 0,40 -15,37%
Nilai Maximum 4,16 4,29 8,8 4,6 9,92 7,66 3,92 565,04%

Sumber : Laporan Tahunan Perusahaan Sampel,2021.

Berdasarkan Table 4.5 di atas dapat diketahui bahwa selama tahun 2014-

2019 persentase rasio kredit bermasalah rata-rata ialah sebesar 1,95%. Artinya

kualitas asset perusahaan sampel selama 6 tahun dapat dikatakan baik dan
129

memenuhi fungsinya. Selanjutnya dilihat dari sisi perkembangan NPL perusahaan

sampel menunjukkan bahwa selama 2014- 2019 rasio kredit bermasalah

perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 8,73% per tahun. Hal ini berarti

bahwa secara rata-rata variabel NPL mengalami pertumbuhan sebesar 8,73%.

Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. selama tahun 2014 adalah bank

dengan nilai Non Perfoming Loan tertinggi sebesar 4,16%. Sementara itu

perusahaan dengan nilai Non perfoming loan yang terendah selama tahun yang

sama adalah Bank Bumi Artha Tbk. sebesar 0,08%.

Bank BPD Jawa Timur Tbk. selama tahun 2015 adalah bank dengan nilai

Non Perfoming Loan tertinggi sebesar 4,29%. Sementara itu perusahaan dengan

nilai Non perfoming loan yang terendah selama tahun yang sama adalah Bank Ina

Perdana Tbk. sebesar 0,08%.

Bank Permata Tbk. selama tahun 2016-2017 adalah bank dengan nilai Non

Perfoming Loan tertinggi sebesar 8,80% dan 4,60%. Bank Danamon Indonesia

Tbk. selama tahun 2018 adalah bank dengan nilai Non perfoming loan tertinggi

sebesar 9,92% dan untuk tahun 2019 adalah Bank Rakyat Indonesia Agroniaga

Tbk. sebesar 7,66%. Sementara itu perusahaan dengan nilai Non perfoming loan

yang terendah selama tahun 2016-2019 adalah Bank Tabungan Pensiunan

Nasional Tbk. kecuali pada tahun 2017 adalah Bank Negara Indonesia (persero)

Tbk.

Perusahaan perbankkan yang memiliki nilai rasio NPL terendah adalah

Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. dengan nilai rata-rata rasio sebesar

0,40% selama 6 tahun periode penelitian. Sedangkan perusahaan perbankkan yang


130

memiliki nilai rasio NPL tertinggi adalah Bank Permata Tbk. dengan nilai rasio

sebesar 3,92%. Semakin tinggi tingkat NPL bank menunjukkan bahwa perusahaan

tidak professional dalam mengelola kreditnya. Naiknya NPL akan menyebabkan

cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif yang ada tidak menyukupi

dengan kata lain hal tersebut akan menganggu kinerja bank.

4.1.2.3 Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas dapat muncul dari ketidakcukupan dana untuk membayar

kewajiban bank saat jatuh tempo. Risiko likuiditas mengacu pada kegagalan bank

memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Risiko likuiditas diukur dengan Loan To

Deposit Ratio. Loan To Deposit Ratio merupakan rasio yang melihat

perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana

pihak ketiga yang terima bank. Rasio ini menggambarkan kemampuan bank

dalam membayar kembali penarikan dana oleh masyarakat dengan mengandalkan

kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Perkembangan rasio LDR

masing-masing perusahaan yang menjadi sampel dari tahun 2014-2019 dapat

dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 perkembangan Loan To Deposit Ratio Perusahaan Sampel (2014-2019)


Kode Loan To Deposite Ratio (%) Rata-
No Nama Perusahaan Pertb.
Bank 2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
131

1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 88,49 87,15 88,25 88,33 86,75 91,59 88,43 0,73%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 58,13 55,78 55,34 50,61 51,96 60,55 55,40 1,16%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 76,80 81,10 77,10 78,20 81,60 80,50 79,22 1,02%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 62,03 72,98 87,94 85,55 87,81 82,76 79,85 6,46%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 101,30 101,61 80,93 81,02 86,93 88,06 89,98 -2,27%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 87,80 87,80 90,40 85,60 88,80 91,50 88,65 0,89%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 81,68 86,88 87,77 87,44 88,96 88,64 86,90 1,68%
8 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk. 108,86 108,78 102,66 103,13 103,49 113,50 106,74 0,96%
9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. 86,10 88,95 95,80 94,57 107,66 94,15 94,54 2,20%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 92,60 87,50 91,00 93,30 95,00 98,90 93,05 1,39%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 75,07 82,83 76,30 77,61 69,28 62,94 74,01 -3,14%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 93,18 88,13 86,70 87,27 91,89 97,81 90,83 1,07%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 86,54 82,92 90,48 79,69 66,57 63,34 78,26 -5,66%
14 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk. 77,20 92,96 99,88 97,14 100,87 94,13 93,70 4,45%
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. 82,02 87,05 85,41 87,16 96,69 93,93 88,71 2,88%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 79,45 82,78 79,03 82,10 84,26 87,08 82,45 1,90%
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk. 99,46 97,98 98,38 96,24 97,18 97,75 97,83 -0,34%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 89,10 87,80 80,50 87,50 90,10 86,30 86,88 -0,46%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 83,88 78,04 77,47 80,57 84,24 81,95 81,03 -0,37%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 97,48 97,20 95,41 96,22 96,17 163,05 107,59 13,64%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 70,25 70,17 68,38 70,25 73,61 74,46 71,19 1,20%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 87,62 80,75 86,39 82,89 77,18 68,29 80,52 -4,66%
Bank China Contruction Bank Indonesia
23 MCOR 84,03 86,82 86,83 79,49 88,35 107,86 88,90 5,62%
Tbk.
24 MEGA Bank Mega Tbk. 65,85 65,05 55,35 56,47 67,23 69,67 63,27 1,72%
25 NISP Bank OCBC NISP Tbk. 93,59 98,05 89,86 93,42 93,51 94,08 93,75 0,22%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 95,47 98,83 94,37 96,28 104,15 115,26 100,73 3,97%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906Tbk 101,20 97,22 110,45 111,07 145,20 139,91 117,51 7,46%
Nilai Rata-rata 85,38 86,41 85,87 85,52 89,09 92,15 87,40 1,56%
Nilai Minimum 58,13 55,78 55,34 50,61 51,96 60,55 55,40 -4,66%
Nilai Maximum 108,86 108,78 110,45 111,07 145,20 163,05 117,51 13,64%

Sumber : Data di olah dari laporan keuangan sampel, 2021.

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa selama tahun 2014-2019 nilai

rata-rata rasio Loan to deposit ratio sebesar 87,40% atau 0,8740. Selanjutnya

dilihat dari sisi perkembangan rasio LDR perusahaan sampel selama tahun 2014-

2019 bahwa LDR perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 1,56% per tahun.

Hal ini berarti bahwa secara rata-rata variabel LDR mengalami pertumbuhan

sebesar 1,56%.

Bank Mestika Dharma Tbk. selama tahun 2014-2015 adalah bank dengan

nilai Loan to deposit ratio tertinggi sebesar 108,86% dan 108,78%. Bank Woori

Saudara Indonesia 1906 Tbk. selama tahun 2016-2018 adalah bank dengan nilai

Loan to deposit ratio tertinggi dengan nilai masing-masing sebesar 110,45%,

111,07% dan 145,20%. untuk tahun 2019 Bank Tabungan Pensiunan Nasional

Tbk. adalah bank dengan nilai Loan to deposit ratio tertinggi sebesar 163,05%.

Sementara itu perusahaan dengan nilai Loan to deposit ratio terendah selama
132

tahun 2014-2019 adalah Bank Capital Indonesia Tbk. dengan nilai masing-masing

sebesar 58,13%, 55,78, 55,34%, 50,61%, 51,96% dan 60,55%.

Perusahaan Perbankan dengan nilai rata-rata rasio LDR terendah selama

periode penelitian adalah Bank Capital Indonesia Tbk. sebesar 55.40%.

Sedangkan perusahaan dengan nilai LDR tertinggi adalah Bank Woori Saudara

Indonesia 1906 Tbk. sebesar 117.51%. Nilai LDR yang terlalu tinggi akan

menunjukkan bahwa bank terlalu agresif dalam menyalurkan kredit sehingga

dapat meningkatkan eksposur risiko yang dihadapi. Jika penyaluran dana dalam

bentuk kredit lebih besar dibandingkan deposit atau simpanan masyarakat pada

bank maka dapat menimbulkan risiko yang harus ditanggung oleh bank. Apabila

kredit yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah, maka bank akan

mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang dititipkan oleh nasabah.

Namun apabila nilai LDR terlalu rendah maka akan mempengaruhi laba yang

diperoleh, karena apabila LDR terlalu rendah hal ini mengindikasikan bahwa

jumlah kredit yang disalurkan menurun. Dengan menurunnya kredit yang

disalurkan, maka menurun pula laba yang dihasilkan oleh bank.

4.1.2.4 Risiko Pendanaan

Risiko Pendanaan atau Funding Risk dikaitkan dengan kerugian yang

terjadi akibat turunnya kinerja mobilisasi simpanan yang dilakukan bank. Risiko

pendanaan diartikan sebagai probabilitas kegagalan strategi yang di lakukan bank

dalam memobilisasi simpanan nasabah yang berakibat pada memburuknya

sumber pendanaan ekuitas bank. Perkembangan risiko pendanaan masing-masing


133

perusahaan yang menjadi sampel dari tahun 2014-2019 dapat dilihat pada Tabel

4.7.

Tabel 4.7 Perkembangan Risiko Pendanaan Perusahaan Sampel tahun 2014-2019


(%)
Kode Risiko Pendanaan (Z-Score) Rata-
No Nama Perusahaan Pertb.
Bank 2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
Bank Rakyat Indonesia Agroniaga
1 AGRO 0,81 0,82 0,81 0,76 0,77 0,78 0,79 -0,80%
Tbk.
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 0,66 0,61 0,40 0,34 0,38 0,35 0,46 -10,70%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 0,20 0,19 0,18 0,18 0,18 0,18 0,19 -1,82%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 0,27 0,28 0,26 0,25 0,23 0,22 0,25 -3,38%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 0,37 0,32 0,31 0,29 0,28 0,29 0,31 -4,41%
Bank Tabungan Negara (Persero)
6 BBTN 0,39 0,38 0,37 0,33 0,38 0,37 0,37 -1,09%
Tbk.
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 0,78 0,78 0,75 0,73 0,72 0,72 0,75 -1,48%
8 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk. 0,74 0,74 0,73 0,34 0,35 0,35 0,54 -10,58%
9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. 0,59 0,61 0,60 0,57 0,58 0,56 0,59 -0,98%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 0,84 0,83 0,64 0,74 0,74 0,75 0,76 -1,37%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 0,83 0,83 0,64 0,52 0,55 0,67 0,67 -2,90%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 0,70 0,71 0,71 0,71 0,68 0,68 0,70 -0,67%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 0,80 0,80 0,76 0,77 0,81 0,79 0,79 -0,13%
14 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk. 0,57 0,56 0,52 0,56 0,54 0,56 0,55 0,00%
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. 0,30 0,26 0,26 0,21 0,22 0,21 0,24 -6,29%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 0,86 0,79 0,80 0,79 0,78 0,78 0,80 -1,96%
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk. 0,75 0,75 0,75 0,71 0,72 0,71 0,73 -0,98%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 0,80 0,80 0,79 0,75 0,77 0,76 0,78 -0,88%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 0,80 0,80 0,80 0,70 0,72 0,67 0,75 -3,12%
Bank Tabungan Pensiunan Nasional
20 BTPN 0,71 0,74 0,72 0,71 0,70 0,48 0,68 -6,60%
Tbk.
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 0,76 0,74 0,75 0,72 0,68 0,72 0,73 -1,06%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 0,83 0,85 0,80 0,80 0,79 0,79 0,81 -0,95%
Bank China Contruction Bank
23 MCOR 0,84 0,83 0,78 0,81 0,82 6,81 1,81 146,11%
Indonesia Tbk.
24 MEGA Bank Mega Tbk. 0,77 0,73 0,72 0,74 0,73 0,72 0,74 -1,15%
25 NISP Bank OCBC NISP Tbk. 0,71 0,72 0,75 0,74 0,72 0,70 0,72 -0,20%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 0,73 0,70 0,72 0,68 0,66 0,62 0,69 -3,12%
Bank Woori Saudara Indonesia 1906
27 SDRA 0,69 0,72 0,66 0,62 0,52 0,52 0,62 -5,31%
Tbk
Nilai Rata-rata 0,67 0,66 0,63 0,60 0,59 0,81 0,66 4,81%
Nilai Minimum 0,20 0,19 0,18 0,18 0,18 0,18 0,19 -10,70%
Nilai Maximum 0,86 0,85 0,81 0,81 0,82 6,81 1,81 146,11%
Sumber : data sekunder diolah, 2021.

Berdasarkan Table 4.7 di atas dapat diketahui nilai rata-rata Risiko

Pendanaan Pada perusahaan perbankkan selama tahun 2014-2019 adalah sebesar

0,66%. Selanjutnya dilihat dari sisi perkembangan risiko pendanaan perusahaan

sampel menunjukkan bahwa selama 2014- 2019 risiko pendanaan perusahaan

mengalami pertumbuhan sebesar 4,81%. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata

risiko pendanaan mengalami pertumbuhan sebesar 4,81%.

Bank Bumi Artha Tbk. adalah bank yang memiliki nilai risiko pendanaan

tertinggi selama tahun 2014 sebesar 0,86%, Untuk tahun 2015 adalah Bank Artha
134

Graha Internasional Tbk. sebesar 0,85%, tahun 2016 adalah Bank rakyat

Indonesia agroniaga Tbk. sebesar 0,81% dan selama tahun 2017-2019 adalah

Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk. dengan nilai masing-masing

sebesar 0,81%, 0,82% dan 6,81%. Sementara itu perusahaan yang memiliki nilai

risiko pendanaan yang terendah selama tahun 2014-2019 adalah Bank central asia

Tbk. dengan nilai masing-masing ialah 0,20%, 0,19%, 0,18%, 0,18%, 0,18% dan

0,18%.

Perusahaan perbankkan yang memiliki nilai rata-rata tertinggi selama 6

tahun periode penelitian adalah Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk.

dengan nilai sebesar 1,81%. Sedangkan perusahaan perbankkan yang memiliki

nilai rata-rata terendah selama 6 tahun periode penelitian adalah Bank Central

Asia Tbk. dengan nilai sebesar 0,19%. Risiko pendanaan bank dapat menurun

dengan adanya pemantauan yang efektif atas dana bank dan diversifikasi sumber

pendanaan yang canggih.

4.1.2.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat di artikan sebagai suatu perbandingan besar atau

kecilnya usaha dari suatu perusahaan atau organisasi. Ukuran perusahaan dapat

diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara antara lain total

asset, log size, nilai pasar saham dan lain-lain. Semakin besar asset yang dimiliki

perusahaan maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Asset

perusahaan berada pada posisi neraca dimana mencerminkan kekayaan yang

merupakan hasil penjualan dalam berbagai bentuk. Perkembangan ukuran


135

perusahaan masing-masing perusahaan sampel tahun 2014-2019 dapat dilihat

pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Perkembangan Ukuran Perusahaan Sampel tahun 2014-2019 (%)


Kode Ukuran Perusahaan (%) Rata-
No Nama Perusahaan Pertb.
Bank 2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
1 AGRO Bank Rakyat IndonesiaAgroniagaTbk. 29,49 29,76 30,06 30,42 30,78 30,93 30,24 0,96%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 29,86 30,13 30,28 30,43 30,52 30,57 30,30 0,47%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 33,95 34,02 34,15 34,25 34,35 34,45 34,20 0,29%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 28,39 28,31 29,07 29,15 29,13 29,20 28,88 0,57%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 29,79 29,87 29,99 30,10 30,12 30,19 30,01 0,27%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk. 33,66 33,86 34,03 34,20 34,33 36,67 34,46 1,76%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 34,32 34,41 34,54 34,66 34,80 34,89 34,60 0,33%
8 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk. 32,60 32,78 33,00 33,20 33,36 33,37 33,05 0,47%
9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. 28,62 28,86 29,05 29,24 29,14 29,26 29,03 0,44%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 32,91 32,87 32,79 32,81 32,86 32,90 32,86 -0,01%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 28,30 28,36 28,49 28,77 28,98 29,29 28,70 0,69%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 31,96 32,12 32,26 32,38 32,42 32,45 32,27 0,30%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 31,27 31,39 31,39 31,57 31,77 31,97 31,56 0,44%
14 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk. 29,21 29,31 29,33 29,43 29,53 29,66 29,41 0,31%
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. 34,38 34,44 27,67 27,75 27,82 27,91 30,00 -3,72%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 29,27 29,51 29,59 29,58 29,62 29,66 29,54 0,27%
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk. 33,08 33,11 33,12 33,22 33,22 33,25 33,17 0,10%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 32,85 32,84 32,74 32,63 32,66 32,72 32,74 -0,08%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 30,69 30,96 31,07 31,05 31,06 31,23 31,01 0,35%
Bank Tabungan Pensiunan Nasional
20 BTPN 31,95 32,03 32,15 32,19 32,25 32,83 32,23 0,55%
Tbk
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 30,69 30,78 30,89 30,99 31,04 31,05 30,91 0,23%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 30,79 30,85 30,90 30,95 30,89 30,87 30,88 0,05%
Bank China Contruction Bank
23 MCOR 29,91 29,94 30,14 30,39 30,40 30,57 30,23 0,44%
Indonesia Tbk.
24 MEGA Bank Mega Tbk. 31,83 31,85 31,89 32,04 32,06 32,24 31,99 0,26%
25 NISP Bank OCBC NISP Tbk. 32,27 32,42 32,56 32,67 32,79 32,83 32,59 0,34%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 32,78 32,84 32,93 32,99 32,96 32,98 32,91 0,12%
Bank Woori Saudara Indonesia
27 SDRA 30,43 30,63 30,75 30,93 31,02 31,24 30,83 0,53%
1906Tbk
Nilai Rata-rata 31,31 31,42 31,29 31,41 31,48 31,67 31,43 0,23%
Nilai Minimum 28,30 28,31 27,67 27,75 27,82 27,91 28,70 -3,72%
Nilai Maximum 34,38 34,44 34,54 34,66 34,80 36,67 34,60 1,76%
Sumber : data sekunder,diolah 2021.

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa selama tahun 2014-

2019 proporsi nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar 0,3143 atau sekitar

31,43%. Selanjutnya dilihat dari sisi perkembangan ukuran perusahaan sampel

menunjukkan bahwa selama 2014-2019 ukuran perusahaan mengalami

pertumbuhan 0,23% per tahun. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata variabel

ukuran perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar 0,23%.

Bank Mandiri (persero) Tbk. selama tahun 2014-2015 adalah bank yang

memiliki nilai ukuran perusahaan tertinggi sebesar 34,38% dan 34,44%.

Sementara itu perusahaan yang memiliki nilai ukuran perusahaan terendah pada
136

tahun 2014 adalah Bank Ina Perdana Tbk. sebesar 28,30% dan tahun 2015 adalah

Bank Ganesha Tbk. sebesar 28,31%.

Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. selama tahun 2016-2018 adalah

bank yang memiliki nilai ukuran perusahaan tertinggi dengan nilai masing-masing

sebesar 34,54%, 34,66% dan 34,80%. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk.

selama tahun 2019 adalah bank dengan nilai ukuran perusahaan tertinggi sebesar

36,67%. Sementara itu perusahaan yang memiliki nilai ukuran perusahaan

terendah selama tahun yang sama adalah Bank Mandiri (persero) Tbk. dengan

nilai masing-masing sebesar 27,67%, 27,75%, 27,82% dan 27,91%.

Perusahaan perbankkan yang memiliki nilai rata-rata ukuran perusahaan

yang terendah selama 6 tahun periode penelitian adalah Bank Ina Perdana Tbk

dengan nilai sebesar 28,70%. Sedangkan perusahaan perbankkan yang memiliki

nilai ukuran perusahaan tertinggi selama tahun 2014-2019 adalah Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk dengan nilai sebesar 34,60%.

Perusahaan yang besar dan kuat mempunyai daya tarik tersendiri bagi para

konsumen maupun investor yang akan menanamkan modalnya karena perusahaan

yang besar memiliki tingkat risiko kebangkrutan atau kerugian yang lebih kecil

sebab jumlah asset yang dimiliki oleh perusahaan cukup banyak. Ukuran bank

yang besar dapat menghasilkan skala ekonomi dengan biaya yang lebih rendah

atau cakupan ekonomi yang mengarah pada diversifikasi produk dan pinjaman

sehingga memberikan akses ke pasar yang tidak dapat di akses oleh bank-bank

berukuran kecil.
137

4.1.2.6 Inflasi

Inflasi adalah gejala ekonomi yang menunjukkan naiknya tingkat harga

secara umum yang berkesinambungan. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya

diakibatkan oleh permintaan atas produk dan jasa yang melebihi kapasitas

penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan.

Satuan yang lazim untuk mengukur inflasi adalah persentase. Nilai Inflasi dalam

penelitian ini diperoleh dari nilai Indeks Harga Konsumen (IHK) yang kemudian

dilakukan regresi bersama Return on equity sehingga nilai yang dimasukkan

adalah nilai beta dari perhitungan tersebut. Perkembangan inflasi perusahaan

sampel tahun 2014-2019 dapat dilihat pada Tabel 4.9

Tabel 4.9 Perkembangan Inflasi Perusahaan Sampel 2014-2019 (%)


Kode Inflasi (%) Rata-
No Nama Perusahaan Pertb.
Bank 2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. -0,99 -0,85 0,25 0,29 0,47 5,63 0,80 206,48%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 1,08 0,71 0,72 0,63 0,55 6,52 1,70 205,48%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. -1,67 -1,71 1,74 1,39 0,84 1,98 0,43 -24,67%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 1,27 0,67 1,90 1,79 0,48 1,59 1,28 57,72%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. -2,80 -2,52 2,93 3,22 2,96 1,57 0,89 -54,28%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. -1,70 -1,32 -1,10 -1,61 0,03 20,87 2,53 13874,43%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 0,14 1,23 -2,90 -0,69 4,84 14,49 2,85 -47,10%
8 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk. -0,87 -1,36 2,50 1,30 0,97 1,64 0,70 -46,36%
9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. -1,75 -1,89 1,03 -0,41 -0,79 -0,69 -0,75 -41,26%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 0,16 0,08 -0,04 -0,99 0,01 6,08 0,88 12554,80%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. -1,64 -2,27 0,10 0,73 1,10 2,97 0,17 156,94%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. -0,09 -0,37 0,64 -0,02 1,02 9,15 1,72 -893,59%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. -1,30 -0,23 0,16 -0,03 -0,55 -0,64 -0,43 275,81%
14 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk. -0,95 -0,28 -0,53 -0,65 -0,14 1,80 -0,13 -284,55%
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. -0,05 -0,48 4,68 4,30 3,05 -2,49 1,50 -86,77%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. -0,76 -1,23 1,66 1,28 0,78 3,80 0,92 30,42%
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk. -2,13 -3,02 1,58 -0,74 -2,18 -2,33 -1,47 -11,18%
18 BNLI Bank Permata Tbk. -1,21 -2,31 15,76 9,49 3,95 -17,90 1,30 -268,53%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. -2,78 -3,12 -0,76 -1,03 0,35 11,81 0,75 622,48%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. -3,93 -4,42 2,76 2,10 0,99 -1,74 -0,71 -100,50%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. -2,12 -1,69 2,24 0,75 0,83 7,52 1,26 99,41%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. -1,17 -1,94 1,87 0,92 0,42 4,06 0,69 126,19%
Bank China Contruction Bank Indonesia
23 MCOR -2,30 -3,03 2,25 1,46 1,15 -3,11 -0,60 -113,86%
Tbk.
24 MEGA Bank Mega Tbk. -7,71 -6,77 0,07 0,51 1,01 -4,73 -2,94 9,01%
25 NISP Bank OCBC NISP Tbk. -0,56 -0,55 0,29 -0,21 -0,45 -1,75 -0,54 15,25%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. -1,12 -1,57 0,90 -0,09 -0,85 -2,01 -0,79 150,75%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906Tbk -3,04 -3,53 1,57 -1,22 -0,38 3,64 -0,49 -286,56%
Nilai Rata-rata -1,42 -1,55 1,57 0,91 0,80 2,47 0,46 -7,71%
Nilai Minimum -7,71 -6,77 -2,90 -1,61 -2,18 -17,90 -2,94 -893,59%
Nilai Maximum 1,27 1,23 15,76 9,49 4,84 20,87 2,85 13874,43%

sumber: Data sekunder diolah, 2021.

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa selama tahun 2014-2019

persentase nilai rata-rata inflasi adalah sebesar 0,0046 atau 0,46%. Selanjutnya
138

dilihat dari sisi perkembangan inflasi selama tahun 2014-2019 bahwa nilai inflasi

perusahaan mengalami pertumbuhan sebesar -7,71% pertahun. Hal ini berarti

bahwa secara rata-rata variabel inflasi mengalami pertumbuhan sebesar -7,71%.

Bank Yudha Bakti Tbk. selama tahun 2014-2019 adalah bank dengan nilai

rata-rata inflasi tertinggi nilai sebesar 2,85%. Sementara itu perusahaan dengan

nilai rata-rata inflasi terendah selama periode penelitian adalah Bank Maspion

Indonesia Tbk. dengan nilai sebesar -0,13%.

Bank Negara Indonesia Tbk. selama tahun 2014 adalah bank dengan nilai

inflasi tertinggi sebesar 1,27%, untuk tahun 2015 dan 2018 bank sampel yang

memiliki nilai inflasi tertinggi adalah Bank Yudha Bakti Tbk. dengan nilai

masing-masing 1,23% dan 4,84%. Bank Mandiri (persero) Tbk. selama tahun

2016 adalah bank dengan nilai inflasi tertinggi sebesar 4,68%, untuk tahun 2017

dan 2019 Bank Permata Tbk. dan Bank Tabungan Negara Tbk. yang memiliki

nilai inflasi tertinggi dengan nilai masing-masing sebesar 9,49% dan 20,87%.

Bank Mandiri (persero) Tbk. selama tahun 2014 adalah bank dengan nilai

nilai inflasi terendah sebesar -0,05%. Sementara itu perusahaan dengan nilai

inflasi terendah selama tahun 2015 dan 2019 adalah Bank BPD Jawa timur Tbk.

dengan nilai masing-masing sebesar -0,23% dan 0,64%. Bank Ganesha Tbk.

memiliki nilai inflasi terendah pada tahun 2016 sebesar -0,04%, sedangkan pada

tahun 2017 dan 2018 nilai terendah inflasi dimiliki oleh Bank BPD Jawa Barat

dan Banten Tbk. serta Bank Maspion Tbk. dengan nilai masing-masing sebesar -

0,02% dan -0,14%.

4.1.2.7 Pertumbuhan Ekonomi


139

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kondisi ekonomi suatu Negara.

Angka pertumbuhan ekonomi menggambarkan produksi dan konsumsi suatu

masyarakat. Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai peningkatan

produk domestik bruto (PDB). PDB menunjukkan pendapatan dan pengeluaran

dari rata-rata seseorang dalam perekonomian. Jika PDB naik maka akan diikuti

peningkatan pendapatan masyarakat sehingga kemampuan untuk menabung

(saving) juga meningkat, peningkatan saving ini akan mempengaruhi profitabilitas

bank. Perkembangan pertumbuhan ekonomi perusahaan sampel tahun 2014-2019

dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Perusahaan Sampel 2014-2019


Produk Domestik Bruto (%) Rata
No Kode Nama Perusahaan Pertb.
2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 3,52 2,58 2,37 -8,10 -7,08 12,78 1,01 -153,94%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. -2,68 -0,29 3,08 -11,90 -4,95 29,24 2,08 -497,34%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 6,20 6,55 9,22 -9,68 -11,22 -2,22 -0,19 -44,58%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. -3,37 0,65 6,56 -4,50 -4,25 9,73 0,80 57,37%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 9,12 7,28 8,57 -45,45 -34,84 -3,66 -9,83 -149,13%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 6,03 3,43 0,59 3,41 -5,26 40,64 8,14 -154,97%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 1,99 -5,03 -9,13 -17,46 -103,31 -210,75 -57,28 83,14%
8 BBM D Bank M estika Dharma Tbk. 3,65 6,82 11,98 -12,36 -7,32 11,76 2,42 -68,42%
9 BDM N Bank Danamon Indonesia Tbk. 7,14 7,99 10,82 12,79 11,97 8,99 9,95 6,84%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 2,83 3,37 7,67 8,99 -6,69 17,01 5,53 -72,96%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 0,15 4,08 -0,47 -15,11 -17,57 -11,64 -6,76 1121,18%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 2,44 4,15 8,10 -15,26 -14,95 12,43 -0,52 -61,66%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 8,47 1,67 3,02 9,23 5,69 -1,09 4,50 9,73%
14 BM AS Bank M aspion Indonesia Tbk. 5,60 1,28 0,98 0,37 -0,33 0,80 1,45 -138,89%
15 BM RI Bank M andiri (Persero) Tbk. 0,20 3,07 9,76 -42,77 -25,02 20,02 -5,79 178,64%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 1,49 4,53 6,66 -9,80 -7,65 13,43 1,44 -58,72%
17 BNGA Bank CIM B Niaga Tbk. 8,26 14,14 20,43 35,58 27,54 9,07 19,17 20,03%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 3,75 11,03 31,58 -47,14 18,91 122,57 23,45 107,85%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 5,90 7,97 3,60 9,04 16,11 -24,41 3,04 -8,39%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 12,14 15,32 18,29 -20,73 -11,77 3,92 2,86 -68,86%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 12,19 9,48 16,19 -6,89 -10,69 10,30 5,10 -47,04%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 3,70 8,68 13,10 -3,83 -5,34 9,31 4,27 -35,73%
23 M COR Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk. 4,42 9,04 9,48 -22,08 -7,72 10,44 0,60 -104,76%
24 M EGA Bank M ega Tbk. 16,83 10,49 -5,58 -23,29 -6,66 4,91 -0,55 -23,72%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. 2,55 2,53 3,56 4,24 7,39 6,85 4,52 25,20%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 4,82 7,86 11,74 10,59 10,31 4,38 8,28 8,50%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 13,68 16,71 23,47 6,42 3,97 6,83 11,85 4,77%
Nilai Rata-rata 4,90 5,72 7,78 -8,54 -7,49 4,03 1,07 -64,66%
Nilai M inimum -3,37 -5,03 -9,13 -47,14 -103,31 -210,75 -57,28 -497,34%
Nilai M aximum 16,83 15,32 31,58 35,58 27,54 122,57 23,45 1121,18%

Sumber : Data sekunder diolah, 2021

Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata

pertumbuhan ekonomi perusahaan sampel ialah sebesar 0,0107 atau 1,07%


140

dengan rata-rata pertumbuhan sebesar -64,66%. Hal ini berarti bahwa secara rata-

rata variabel pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan sebesar -64,66%.

Bank Permata Tbk. selama tahun 2014-2019 adalah bank dengan nilai

rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi sebesar 23,45%. Sementara itu

perusahaan dengan nilai pertumbuhan ekonomi yang terendah selama 6 tahun

periode penelitian adalah adalah Bank Yudha Bakti Tbk. dengan nilai sebesar -

57,28%.

Bank Mega Tbk. adalah bank dengan nilai pertumbuhan ekonomi tertinggi

selama tahun 2014 dengan nilai sebesar 16,83%. Sementara itu pada tahun 2015-

2016 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. adalah bank dengan nilai

pertumbuhan ekonomi tertinggi sebesar 16,71% dan 23,47%. Pada tahun 2017-

2018 Bank CIMB Niaga Tbk. memiliki nilai pertumbuhan ekonomi tertinggi

masing-masing sebesar 35,58% dan 27,54%. Sedangkan tahun 2019 bank yang

memiliki nilai pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Bank Permata Tbk. sebesar

122,57%.

Bank Capital Indonesia Tbk. selama tahun 2014-2015 adalah bank dengan

nilai pertumbuhan ekonomi terendah dengan nilai masing-masing sebesar -2,68%

dan -0,29%. Sementara itu Pada tahun 2016, 2017, 2018 dan 2019 Bank yang

memiliki nilai pertumbuhan ekonomi terendah adalah Bank Ina Perdana Tbk,

Bank Negara Indonesia Tbk, Bank Maspion Indonesia Tbk dan Bank BPD Jawa

Timur Tbk dengan masing-masing nilai pertumbuhan sebesar -0,47%, -4,50%, -

0,33% dan -1,09%.

4.1.2.8 Suku Bunga


141

Suku bunga merupakan jumlah uang yang dibayarkan sebagai imbalan atas

penggunaan utang yang dipinjamkan. Bunga bank dapat diartikan sebagai balas

jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah

yang membeli atau menjual produknya. Semakin tinggi tingkat bunga pinjaman

bank maka akan menyebabkan masyarakat atau investor melakukan peminjaman

diperbankkan yang pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas bank.

Perkembangan suku bunga perusahaan sampel tahun 2014-2019 dapat dilihat pada

Tabel 4.11

Tabel 4.11 Perkembangan Suku Bunga Perusahaan Sampel (2014-2019)


Kode Suku Bunga (%) Rata-
No Nama Perusahaan Pertb.
Bank 2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. -1,83 -1,62 -0,06 0,38 0,58 -4,17 -1,12 -321,49%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 0,13 0,11 0,47 0,66 0,72 -5,66 -0,60 -104,94%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. -2,79 -3,87 1,06 1,45 0,92 -1,06 -0,72 -60,73%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 1,97 -0,11 1,85 1,78 0,55 -1,53 0,75 -467,69%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. -4,17 -4,41 2,76 3,38 3,34 -0,48 0,07 -49,98%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. -4,19 -2,42 -1,89 -1,58 -0,19 -15,92 -4,37 1622,09%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 1,73 2,93 -2,72 0,00 3,83 1,53 1,22 -55,94%
8 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk. -3,73 -4,20 1,57 1,15 0,90 -1,99 -1,05 -98,88%
9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. -4,42 -4,90 -0,30 -0,54 -0,94 -0,28 -1,90 0,17%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. -2,31 -2,22 -1,39 -0,96 -0,28 -3,27 -1,74 184,96%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. -2,75 -2,47 0,21 0,91 1,25 -1,02 -0,65 14,08%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. -3,73 -2,84 -0,60 0,08 1,07 -6,52 -2,09 62,42%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. -0,11 -0,89 -0,17 -0,01 -0,55 0,53 -0,20 1147,54%
14 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk. -1,57 -0,92 -1,00 -0,58 -0,09 -1,08 -0,87 188,16%
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. -0,84 -1,77 5,10 4,09 3,27 0,31 1,69 -81,56%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. -1,95 -2,68 1,33 1,24 0,80 -3,26 -0,75 -132,39%
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk. -6,16 -8,44 -0,90 -0,89 -2,39 0,82 -2,99 -3,84%
18 BNLI Bank Permata Tbk. -3,04 -6,31 17,43 7,05 2,56 0,75 3,07 -92,52%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. -5,31 -4,92 -1,70 -0,88 0,00 -6,51 -3,22 -45,51%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. -7,90 -9,24 1,03 2,33 1,48 1,57 -1,79 0,33%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. -5,36 -5,88 0,51 0,71 0,71 -5,65 -2,49 -191,11%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. -4,17 -5,24 -0,59 0,93 0,44 -3,11 -1,96 -236,04%
Bank China Contruction Bank Indonesia
23 MCOR -5,91 -5,62 1,57 1,38 1,32 1,45 -0,97 -27,89%
Tbk.
24 MEGA Bank Mega Tbk. -9,11 -6,56 0,82 0,47 1,21 2,87 -1,72 22,29%
25 NISP Bank OCBC NISP Tbk. -1,50 -1,57 -0,18 -0,25 -0,43 0,76 -0,53 -49,94%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. -3,60 -4,73 -0,56 -0,05 -0,76 1,26 -1,41 201,27%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906Tbk -11,52 -10,62 -1,83 -1,28 -0,55 -2,92 -4,79 50,65%
Nilai Rata-rata -3,18 -3,49 0,91 0,86 0,74 -1,91 -1,01 -98,46%
Nilai Minimum -9,11 -9,24 -2,72 -1,58 -2,39 -15,92 -4,37 467,69%
Nilai Maximum 1,97 2,93 17,43 7,05 3,83 2,87 3,07 1622,09%

Sumber : Data sekunder diolah, 2021.

Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata suku

bunga perusahaan sampel ialah sebesar -0,0101 atau -1,01% dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar -98,46%. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata variabel

pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan sebesar -98,46%.


142

Bank Permata Tbk. selama tahun 2014-2019 adalah bank dengan nilai

rata-rata suku bunga tertinggi sebesar 3,07%. Sementara itu perusahaan dengan

nilai rata-rata suku bunga yang terendah selama 6 tahun periode penelitian adalah

Bank Tabungan Negara (persero) Tbk. dengan nilai sebesar -4,37%.

Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. selama tahun 2014 adalah bank

dengan nilai suku bunga tertinggi sebesar 1,97%. Bank Yudha Bakti Tbk. pada

tahun 2015 adalah bank yang memiliki nilai suku bunga tertinggi sebesar 2,93%.

Bank Permata Tbk. yang memiliki nilai suku bunga tertinggi pada tahun 2016-

2017 dengan nilai masing-masing sebesar 17,43% dan 7,05%, Bank Rakyat

Indonesia Tbk memiliki nilai suku bunga tertinggi sebesar 3,43% untuk tahun

2018 dan Bank Mega Tbk. untuk tahun 2019 adalah bank sampel yang memiliki

nilai suku bunga tertinggi sebesar 2,87%.

Disisi lain Bank sampel yang memiliki nilai suku bunga terendah selama

periode penelitian diantarnya Bank Jawa Timur Tbk. memiliki nilai suku bunga

terendah untuk tahun 2014 dan 2017 dengan masing-masing nilai sebesar -0,11%

dan -0,01%. Pada tahun 2015 Bank yang memiliki nilai suku bunga terendah

adalah Bank Negara Indonesia Tbk. sebesar -0,11%. Bank Rakyat Indonesia

Agroniaga Tbk. memiliki nilai suku bunga terendah untuk tahun 2016 sebesar -

0,06%. Sedangkan untuk tahun 2018 dan 2019 Bank yang memiliki nilai suku

bunga terendah adalah Bank Maspion Indonesia Tbk. dan Bank Danamon

Indonesia Tbk. dengan masing-masing nilai sebesar -0,09% dan -0,28%.

4.2 Analisis Regresi


143

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel

dengan bantuan program Eviews9. Regresi data panel merupakan teknik regresi

yang menggabungkan data time series dengan cross section. Peda bab tiga sudah

di paparkan mengenai tahapan analisis regresi data panel antara lain: 1.). Estimasi

Model Regresi 2). Pemilihan Model Rgresi 3). Pengujian Asumsi Klasik 4). Uji

Kelayakan Model/Godness of fit Model 5). Pengujian Hipotesis. Pemaparan setiap

tahapan analisis dapat dilihat sebagai berikut:

4.2.1 Estimasi Model Regresi

Metode estimasi model regresi dengan data panel dapat dilakukan dengan

tiga pendekatan yang disebut sebagai berikut : 1). Common Effect Model, 2).

Fixed Effect Model, 3). Random Effect Model. Pemilihan model tergantung pada

asumsi yang dipakai peneliti dan pemenuhan syarat-syarat pengolahan data

statistic yang benar sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara statistic. Oleh

karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah menguji dari ketiga

model yang ada.

Hasil analisis dengan Common Effect Model, Fixed Effect Model dan

Random Effect Model dapat dilihat pada table 4.12, 4.13 dan 4.14.

Tabel 4.12 Hasil analisis regresi metode Common Effect Model


144

Tabel 4.12 Hasil Analisis Regresi Metode Common Effect Model


variabel coefficient std.Error t-statistic Prob
C -4,119,373 8,162,763 -5,046,543 0.0000
NPL -2,116,158 0.319769 -6,617,762 0.0000
LDR -0.035810 0.030421 -1,177,171 0.2409
FRISK -2,198,281 0.880649 -2,496,205 0.0136
BZ 1,898,104 0.256066 7,412,566 0.0000
Inflasi -0.573113 0.137936 -4,154,916 0.0001
Suku bunga -0.174519 0.132919 -1,312,976 0.1911
PDB -0.054191 0.020523 -2,640,496 0.0091
R-squared 0.522905 Mean dependent var 9,631,173
adjusted R-squared 0.501219 S.D. dependent var 7,996,221
S.E. of regression 5,647,286 Akaike info criterion 6,348,349
Sum squared resid 4,911,344 Schwarz criterion 6,500,823
Log likelihood -5,062,163 Hannan-Quinn criter. 6,410,256

Sumber : Hasil analisis, 2021

Tabel 4.13 Hasil analisis regresi metode Fixed Effect Model


Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Metode Fixed Effect Model
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -9,573,061 1,281,444 -0.747053 0.4564
NPL -2,268,739 0.272834 -8,315,463 0.0000
LDR -0.027261 0.034143 -0.798453 0.4261
FRISK -0.198900 0.625810 -0.317828 0.7511
BZ 0.833238 0.400836 2,078,751 0.0396
INFLASI -0.533825 0.091340 -5,844,343 0.0000
SUKU_BUNGA -0.189154 0.090728 -2,084,839 0.0391
PDB -0.022732 0.014629 -1,553,864 0.1227
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.857007 Mean dependent var 9,631,173
Adjusted R-squared 0.820141 S.D. dependent var 7,996,221
S.E. of regression 3,391,177 Akaike info criterion 5,464,418
Sum squared resid 1,472,011 Schwarz criterion 6,112,432
Log likelihood -4,086,179 Hannan-Quinn criter. 5,727,522
Sumber : Hasil analisis, 2021

Tabel 4.14 Hasil analisis regresi metode Random Effect Model


Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -2.301.386 1.038.192 -2.216.724 0.0281
NPL -2.267.031 0.261487 -8.669.762 0.0000
LDR -0.027155 0.030950 -0.877377 0.3816
FRISK -0.495522 0.612607 -0.808875 0.4198
BZ 1.267.330 0.324604 3.904.237 0.0001
INFLASI -0.540881 0.090303 -5.989.621 0.0000
SUKU_BUNGA -0.178293 0.089423 -1.993.806 0.0479
PDB -0.025278 0.014371 -1.758.985 0.0806
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 4.646.792 0.6525
Idiosyncratic random 3.391.177 0.3475
Weighted Statistics
R-squared 0.579010 Mean dependent var 2.750.006
Adjusted R-squared 0.559874 S.D. dependent var 5.158.355
S.E. of regression 3.422.153 Sum squared resid 1.803.515
F-statistic 3.025.782 Durbin-Watson stat 1.595.914
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.479853 Mean dependent var 9.631.173
Sum squared resid 5.354.533 Durbin-Watson stat 0.537536
Sumber : Hasil analisis eviews9, 2021
145

4.2.2 Pemilihan Model Regresi

Setelah hasil dari Common effect model, Fixed effect model dan random

effect model diperoleh maka dilakukan pemilihan model regresi. Pemilihan model

diperoleh dengan melakukan uji chow, uji hausman dan uji langrange multiplier.

Pengujian tersebut dilakukan untuk memilih model mana yang paling tepat

diantara ketiga model yaitu common effect, fixed effect dan random effect.

1. Uji Chow

Uji chow adalah pengujian untuk menentukan apakah model common

effect (CE) atau fixed Effect (FE) yang paling tepat digunakan dalam

mengistimasi data panel. Uji Chow dilakukan dengan hipotesis sebgai berikut :

H0 : common effect model

H1 : atau fixed Effect model

Aturan pengambilan keputusan adalah jika probabilitas untuk cross section

F < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga model yang tepat adalah

model Fixed Effect, sebaliknya adalah jika probabilitas untuk cross section F >

0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga model yang tepat adalah model

commont Effect.

Berdasarkan hasil pengolahan eviews9 dengan menggunakan Uji Chow

didapatkan hasil sebagai berikut:


146

Tabel 4.15 Hasil Uji Chow


Redundant Fixed Effects Tests
Equation: MODEL_FEM
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 11.502.702 -26,128 0.0000
Cross-section Chi-square 195.196.753 26 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: ROE
Method: Panel Least Squares
Date: 10/08/21 Time: 09:33
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 27
Total panel (balanced) observations: 162
Variable Coeffi cient Std. Error t-Statistic Prob.
C -4.119.373 8.162.763 -5.046.543 0.0000
NPL -2.116.158 0.319769 -6.617.762 0.0000
LDR -0.035810 0.030421 -1.177.171 0.2409
FRISK -2.198.281 0.880649 -2.496.205 0.0136
BZ 1.898.104 0.256066 7.412.566 0.0000
INFLASI -0.573113 0.137936 -4.154.916 0.0001
SUKU_BUNGA -0.174519 0.132919 -1.312.976 0.1911
PDB -0.054191 0.020523 -2.640.496 0.0091
R-squared 0.522905 Mean dependent var 9.631.173
Adjusted R-squared 0.501219 S.D. dependent var 7.996.221
S.E. of regression 5.647.286 Akaike info criterion 6.348.349
Sum squared resid 4.911.344 Schwarz criterion 6.500.823
Log likelihood -5.062.163 Hannan-Quinn criter. 6.410.256
F-statistic 2.411.241 Durbin-Watson stat 0.607044
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Hasil analisis Eviews9, 2021

Dari Tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitasnya untuk

cross section F 0.0000 yang nilainya < 0.05 (ditentukan diawal sebagai tingkat

signifikasi atau alpha). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ccommon effect (FE)

atau H0 ditolak dan H1 diterima atau Fixed Effect.

2. Uji Hausman

Uji hausman dilakukan untuk membandingkan atau memilih model mana

yang terbaik antara model Random Effect (REM) atau fixed Effect (FEM) yang

paling tepat digunakan dalam mengistimasi data panel. Uji Chow dilakukan

dengan hipotesis sebgai berikut :

H0 : Random effect model

H1 : atau fixed Effect model


147

Model Statistik uji hausman mengikuti distribusi statistic ichi-Square

dengan dagree of freedom < 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga

model yang tepat adalah model Fixed Effect, sebaliknya adalah jika profitabilitas

untuk cross section F > 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak sehingga model

yang tepat adalah model Random Effect.

Berdasarkan hasil pengolahan eviews9 dengan menggunakan Uji Hausman

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.16 Hasil Uji Hausman


Correlated Random Eff ects - Hausman Test
Equation: MODEL_REM
Test cross-section random eff ects
Test Summary Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 9.826.206 7 0.1986
Cross-section random eff ects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff .) Prob.
NPL -2.268.739 -2.267.031 0.006063 0.9825
LDR -0.027261 -0.027155 0.000208 0.9941
FRISK -0.198900 -0.495522 0.016351 0.0204
BZ 0.833238 1.267.330 0.055302 0.0649
INFLASI -0.533825 -0.540881 0.000188 0.6072
SUKU_BUNGA -0.189154 -0.178293 0.000235 0.4787
PDB -0.022732 -0.025278 0.000007 0.3523
Cross-section random eff ects test equation:
Dependent Variable: ROE
Method: Panel Least Squares
Date: 10/08/21 Time: 09:40
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 27
Total panel (balanced) observations: 162
Variable Coeffi cient Std. Error t-Statistic Prob.
C -9.573.061 1.281.444 -0.747053 0.4564
NPL -2.268.739 0.272834 -8.315.463 0.0000
LDR -0.027261 0.034143 -0.798453 0.4261
FRISK -0.198900 0.625810 -0.317828 0.7511
BZ 0.833238 0.400836 2.078.751 0.0396
INFLASI -0.533825 0.091340 -5.844.343 0.0000
SUKU_BUNGA -0.189154 0.090728 -2.084.839 0.0391
PDB -0.022732 0.014629 -1.553.864 0.1227
Eff ects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.857007 Mean dependent var 9.631.173
Adjusted R-squared 0.820141 S.D. dependent var 7.996.221
S.E. of regression 3.391.177 Akaike info criterion 5.464.418
Sum squared resid 1.472.011 Schwarz criterion 6.112.432
Log likelihood -4.086.179 Hannan-Quinn criter. 5.727.522
F-statistic 2.324.688 Durbin-Watson stat 1.950.382
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Hasil analisis eviews9, 2021


148

Dari Tabel 4.16 di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas (prob) Cross-

secction random sebesar 0,1986 > 0,05 (ditentukan diawal sebagai tingkat

signifikansi atau alpha). Maka dapat disimpulkan bahwa Random effect model

(REM) atau H0 diterima dan Fixed effect model (FEM) atau H1 ditolak.

3. Uji Langrangge Multiplier (LM)

Uji Lagrangge Multiplier (LM) digunakan untuk memilih apakah Common

effect (CEM) atau Random Effect Model (FEM) yang lebih tepat digunakan dalam

model persamaan regresi data panel. Uji Lagrangge Multiplier memberikan

penilaian dengan menggunakan nilai Breusch-pagan dan tingkat signifikansi 0,05

(5%).

Berdasarkan hasil pengolahan eviews9 dengan menggunakan uji

Lagrangge Multiplier didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.17 Hasil Uji Lagrangge Multiplier (LM)


Lagrange Multiplier Tests for Random Effects
Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 133.0128 1.523493 134.5363
(0.0000) (0.2171) (0.0000)
Honda 11.53312 -1.234.299 7.282365
(0.0000) -- (0.0000)
King-Wu 11.53312 -1.234.299 3.501428
(0.0000) -- (0.0002)
Standardized Honda 12.62695 -0.974609 4.317737
(0.0000) -- (0.0000)
Standardized King-Wu 12.62695 -0.974609 0.948797
(0.0000) -- (0.1714)
Gourierioux, et al.* -- -- 133.0128
(< 0.01)
*Mixed chi-square asymptotic critical values:
1% 7.289
5% 4.321
10% 2.952
Sumber: Hasil olahan Eviews9, 2021
149

Berdasarkan Tabel 4.17 di atas dapat dilihat hasil dari Breusch-Pagan

sebesar 0,0000 lebih kecil dari nilai alpha 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa

Random Effect Model (REM) lebih tepat digunakan daripada Common Effect

Model (CEM).

Berdasarkan hasil uji ketiga model yang telah dilakukan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Menurut Uji Chow, model yang baik adalah Fixed Effect Model (FEM)

dari pada Common Effect Model (CEM).

2. Menurut Uji Hausman, model yang baik adalah Random Effect Model

dibandingkan Fixed Effect Model (FEM).

3. Menurut Uji Lagrangge Multiplier, model yang baik adalah Random

Effect Model (REM) dari pada Common effect model.

Dari hasil uji model menyatakan bahwa FEM terpilih pada saat melakukan uji

Chow dan model REM terpilih saat melakukan uji Hausman dan Uji Lagrangge

Multiplier, sehingga model yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah

Random Effect Model (REM).

4.2.3 Pengujian Asumsi Klasik

Pada penelitian ini, data yang digunakan merupakan data panel dengan 27

unit unit cross section (Bank Umum Konvensional) dan 6 unit time series (tahun).

Komposisi variabelnya yaitu 7 variabel independen, Non Perfoming Loan (NPL),

Loan To Deposit Ratio (LDR), Funding Risk (FRISK), Bank Size, Inflasi,

Pertumbuhan Ekonomi, Suku Bunga dan variable dependen yaitu Profitabilitas

yang diproksikan menggunakan Return on Equity (ROE). Uji asumsi klasik yang
150

dilakukan pada penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinieritas, uji

heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

4.2.3.1 Uji Normalitas

Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan

menggunakan uji Jarque-Bera (J_B). Dalam penelitian ini, tingkat signifikan

yang di gunakan α = 0,05. Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka

profitabilitas dari statistic J-B dengan ketentuan sebgai berikut :

a. Jika nilai probabilitas pp = 0.05 maka asumsi normalitas terpenuhi

b. Jika nilai probabilitas pp < 0.05 maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukan bahwa melalui hasil histogram uji

normalitas diatas dapat diketahui nilai probabilitas dari stastistic Jarque-Bera

(J_B) adalah 0.058582 > 0.05, artinya data pada penalitian ini berdistribusi secara

normal, karena nilai probability yaitu sebesar 0.058582 sama dengan tingkat

signifikan 0.05 hal ini berarti asumsi normalitas terpenuhi (Ghozali 2012).
151

4.2.3.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan yang

sempurna antar variable independen dalam model regresi atau dapat juga

dikatakan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variable independen.

Multikolinieritas dapat diketahui dari nilai koefisien korelasi yang didapat

dari hasil Correlation Matrix pada program Eviews. Untuk menguji masalah

multikoleniaritas dapat melihat matriks korelasi dari variabel bebas, jika terjadi

koefisien korelasi lebih dari 0.80 maka terdapat multikoleniaritas (Ghozali 2012).

Tabel 4.18 Hasil Uji Multikolinieritas

NPL LDR FRISK BZ INFLASI SUKU_BUNGA PDB

-
NPL 1.000000 -0.162414 0.065204 -0.057306 0.314558 0.136188 0.089247
0.02697
LDR -0.162414 1.000000 0.063380 0.177658 0.005597 -0.085728 8
0.05322
FRISK 0.065204 0.063380 1.000000 -0.185381 -0.118241 0.001479 8
0.17037
BZ -0.057306 0.177658 -0.185381 1.000000 -0.038481 -0.033095 9
-
INFLASI 0.314558 0.005597 -0.118241 -0.038481 1.000000 0.216577 0.403261
-
SUKU_BUNGA 0.136188 -0.085728 0.001479 -0.033095 0.216577 1.000000 0.267944
1.00000
PDB -0.089247 0.026978 0.053228 0.170379 -0.403261 -0.267944 0

Sumber: Hasil analisis, 2021.

Berdasarkan Tabel 4.18 menunjukkan bahwa hasil dari Correlation Matrix

tidak lebih besar dari 0,80 sehingga dapat dikatakan variable bebas dalam

penelitian ini tidak memiliki masalah multikolinieritas.

4.2.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Heterokedasitas terjadi pada residual dan nilai prediksi memiliki kolerasi

atau pola hubungan. Pola hubungan ini tidak hanya sebatas hubungan yang linear,
152

tetapi dalam pola yang berbeda juga kemungkinan. Suatu data dapat dikatakan

terbebas dari masalah heterokedasitas apabila nilai probability variabel

independen lebih besar dari 0.05 dan sebaliknya apabila nilai probabilitas lebih

kecil dari 0.05 artinya ada masalah heterokedasitas. Dalam penelitian ini uji

heterokedastisitas dilakukan dengan White-Test.

Tabel 4.19 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 8.034691 Prob. F(35,126) 0.6784


Obs*R-squared 91.8740 Prob. Chi-Square(35) 0.6901
Scaled explained SS 67.1952 Prob. Chi-Square(35) 0.9429

Sumber: Hasil analisis, 2021

Berdasarkan Tabel 4.19 diketahui nilai probabilitas Chi-Square adalah

0.6901 lebih besar dibandingkan tingkat signifikasi alpha, yakni 0.05 hal ini

berarti tidak terjadi Heterokedastisitas.

4.2.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokolerasi bertujuan apakah model regresi linear terdapat kolerasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penggaggu pada

periode t-1 (sebelumnya). Data yang digunakan untuk mengestimasi model regresi

linear merupakan data time series maka diperlukan asumsi bebas autokolerasi.

(Mansuri, 2017) menyatakan bahwa guna memastikan apakah model regresi linear

terbebas dari autokolerasi, dapat menggunakan Breush-Godfrey Serial

Correlation LM Test.

Table 4.20 Hasil Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 45.49500 Prob. F(2,152) 0.0000


153

Obs*R-squared 60.66250 Prob. Chi-Square(2) 0.0000


Sumber: Hasil olahan eviws9, 2021.

Berdasarkan Tabel 4.20 diketahui nilai probabilitas Chi-Square adalah,

yakni 0.0000 lebih kecil dibandingkan tingkat signifikasi, yakni 0.05. hal ini

berarti terjadi autokorelasi.

Menurut (Gujarati,1995) Terjadinya outokorelasi karena sebagian data

runtun waktu ekonomi adalah kelemahan, seperti data pendapatan nasional, indeks

harga konsumen, data produksi, data kesempatan kerja, data pengangguran

menunjukan adanya pola konjuktor. Dalam situasi seperti ini data observasi pada

periode sebelumnya dan periode sekarang kemungkinan besar saling

ketergantungan (interpendence).

Permasalahan autokorelasi didalam penelitian ini diabaikan karena

diakibatkan oleh data observasi pada periode sebelumnya dan periode sekarang

saling ketergantungan. Misalnya seperti variabel inflasi, suku bunga dan

pertumbuhan ekonomi. Ketiga variabel ini menggunakan data yang saling

ketergantngan dari periode sebelumnya dan periode sekarang. Selain itu juga

terjadinya autokorelasi juga disebabkan karena data observasi yang digunakan

terlalu sedikit untuk jumlah variabel yang digunakan.

Permasalahan autokorelasi diatas tidak dapat ditanggulangi dikarenakan

jika ditanggulangi maka akan menghapus variabel yang berkorelasi dalam model

penelitian, sehingga permasalahan autokorelasi pada variabel independen diatas

menjadi keterbatasan bagi penelitian ini (Gujarati,2010).


154

4.2.4 Uji Kelayakan Model

Ghozali, (2005) mengatakan bahwa Uji Statistik F merupakan indikator

kelayakan model. Berdasarkan analisis model REM sebagai tampak pada Tabel

4.21 diketahui bahwa Probabilita nilai F > 0.05 artinya bahwa model dalam

penelitian layak digunakan untuk menguji hipotesis

Tabel 4.21 Hasil Uji Simultan


Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 4.646792 0.6525
Idiosyncratic random 3.391177 0.3475
Weighted Statistics
R-squared 0.579010 Mean dependent var 2.750006
Adjusted R-squared 0.559874 S.D. dependent var 5.158355
S.E. of regression 3.422153 Sum squared resid 1803.515
F-statistic 30.25782 Durbin-Watson stat 1.595914
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.479853 Mean dependent var 9.631173
Sum squared resid 5354.533 Durbin-Watson stat 0.537536

Sumber: Hasil olahan Eviews9

4.2.5 Uji Hipotesis

4.2.5.1 Pengaruh Risiko Kredit Terhadap Profitabilitas

Risiko kredit dalam penelitian ini diukur menggunakan rasio Non

Perfoming Loan (NPL). Berdasarkan hasil analisis Model REM yang terdapat

pada Tabel 4.14 ditemukan bahwa nilai koefisien -2.267031, dengan nilai t -

8.669762 dengan probabilitas P sebesar 0.0000. Oleh karena nilai nilai P, 0,0000

< 0,05, maka hipotesis H1 yang menyatakan Risiko kredit (Non Perfoming Loan)

Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadap Profitabilitas bank, diterima. Koefisien


155

regresi bertanda negatif berarti semakin tinggi persentase Non perfoming loan

maka profitabilitas semakin rendah.

4.2.5.2 Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas

Risiko likuiditas dalam penelitian ini diukur menggunakan Loan To

Deposit Ratio (LDR). Berdasarkan hasil analisis Model REM yang terdapat pada

Tabel 4.14 ditemukan bahwa nilai koefisien -0.027155, dengan nilai t -0.877377

dengan probabilitas P sebesar 0.3816. Oleh karena nilai nilai P, 0.3816 > 0,05,

maka hipotesis H2 yang menyatakan Risiko Likuiditas (Loan To Deposit Ratio)

Berpengaruh Positif Signifikan Terhadap Profitabilitas Bank, ditolak. Koefisien

regresi bertanda negatif berarti semakin tinggi persentase LDR profitabilitas

semakin menurun. namun tidak terlalu berpengaruh karena nilai P lebih besar dari

nilai α=0,05 atau 5%.

4.2.5.3 Pengaruh Risiko Pendanaan Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil analisis Model REM yang terdapat pada Tabel 4.14

ditemukan bahwa nilai koefisien -0.495522, dengan nilai t -0.808875 dengan

probabilitas P sebesar 0.4198. Oleh karena nilai nilai P, 0,4198 > 0,05, maka

hipotesis H3 yang menyatakan Risiko Pendanaan Berpengaruh Negatif Signifikan

Terhadap Profitabilitas bank, ditolak. Koefisien regresi bertanda negatif berarti

semakin tinggi persentase risiko pendanaan maka profitabilitas semakin rendah.

4.2.5.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil analisis Model REM yang terdapat pada Tabel 4.14

ditemukan bahwa nilai koefisien 1.267330, dengan nilai t 3.904237 dengan

probabilitas P sebesar 0.0001. Oleh karena nilai nilai P, 0.0001 < 0,05, maka
156

hipotesis H4 yang menyatakan ukuran perusahaan Berpengaruh Positif Signifikan

Terhadap Profitabilitas bank, diterima. Koefisien regresi bertanda positif berarti

semakin besar persentase ukuran perusahaan maka profitabilitas semakin tinggi.

4.2.5.5 Pengaruh Inflasi Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil analisis Model REM yang terdapat pada Tabel 4.14

ditemukan bahwa nilai koefisien -0.540881, dengan nilai t -5.989621 dengan

probabilitas P sebesar 0.0000. Oleh karena nilai nilai P, 0,0000 < 0,05, maka

hipotesis H5 yang menyatakan Inflasi Berpengaruh Negatif Signifikan Terhadap

Profitabilitas bank, diterima. Koefisien regresi bertanda negatif berarti semakin

tinggi persentase nilai Inflasi maka profitabilitas semakin rendah.

4.2.5.6 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil analisis Model REM yang terdapat pada Tabel 4.14

ditemukan bahwa nilai koefisien -0.025278, dengan nilai t -1.758985 dengan

probabilitas P sebesar 0.0806. Oleh karena nilai nilai P, 0.0806 > 0,05, maka

hipotesis H6 yang menyatakan pertumbuhan ekonomi (PDB) Berpengaruh positif

Signifikan Terhadap Profitabilitas Bank, ditolak. Koefisien regresi bertanda

negatif berarti semakin tinggi persentase PDB profitabilitas semakin menurun.

namun tidak terlalu berpengaruh karena nilai P lebih besar dari nilai α=0,05 atau

5%.

4.2.5.7 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil analisis Model REM yang terdapat pada Tabel 4.14

ditemukan bahwa nilai koefisien -0.178293, dengan nilai t -1.993806 dengan

probabilitas P sebesar 0.0479. Oleh karena nilai nilai P, 0,0479 < 0,05, maka
157

hipotesis H7 yang menyatakan Suku bunga Berpengaruh Negatif Signifikan

Terhadap Profitabilitas bank, diterima. Koefisien regresi bertanda negative berarti

semakin tinggi persentase nilai Suku bunga maka profitabilitas semakin rendah.

4.2.7 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar

kemampuan model dalam menjelaskan variabel-variabel terikat. Rentan nilai R2

adalah nol sampai 1, semakin R2 mendekati nilai 1 berarti semakin besar variabel-

variabel bebas memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi (R2) yang kecil (mendekati

nol) berarti kemampuan variabel-variabel bebas secara simultan dalam

menerangkan variasi variabel terikat amat terbatas. Nilai koefisien determinasi

(R2) yang mendekati satu berarti variabel bebas memberikan hamper semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel.

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan Random Effect Model (REM)

yang terdapat pada tabel 4.14 Kondisi Profitabilitas pada perusahaan perbankkan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diperoleh R2 sebesar 0.579010. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel bebas risiko kredit, risiko likuiditas, risiko

pendanaan, ukuran perusahaan, Inflasi, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi

yang ada dalam model dapat menjelaskan variabel terikat yakni kondisi

Profitabilitas pada perusahaan perbankkan sebesar (57,90%) sedangkan sisanya

(42,10%) dijelaskan oleh variabel independen lainnya yang berada diluar model

regresi penelitian ini.


158

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

4.3.1 Pengaruh Risiko Kredit Terhadap profitabilitas

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa

Risiko Kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas bank. Hal ini

berarti apabila nilai Non perfoming loan naik maka Return on equity bank akan

turun begitupun sebaliknya apabila nilai Non perfoming loan rendah maka Return

on equity bank akan meningkat.

Temuan penelitian ini mendukung Teori risiko kredit yang menyatakan

bahwa Risiko kredit mengacu pada risiko menderita kerugian finansial karena

penurunan kelayakan kredit pihak lawan dalam transaksi keuangan. Sumber risiko

kredit adalah risiko gagal bayar yaitu risiko bahwa pihak lawan tidak akan

memenuhi kewajiban kontraktual. Risiko ini terutama akan dihadapi pemberi

pinjaman termaksud salah satunya kehilangan pokok dan bunganya. Jika kondisi

ini terjadi maka bank akan mengalami kerugian dan tidak dapat mengembalikan

dana para deposan. Namun apabila pihak debitur mampu membayar kembali

pinjamannya terhadap bank maka bank tidak akan mengalami risiko kerugian

akibat pinjamannya sehingga pendapatan bank bisa diperoleh dengan baik.

Risiko kredit ditunjukkan dalam bentuk Non Perfoming Loan (NPL). NPL

digunakan untuk mengukur kemampuan suatu bank dalam mengelola kredit

bermasalah yang diberikan oleh bank. Berdasarkan deskripsi variabel penelitian

yang memperlihatkan pengaruh negatif signifikan antara risiko kredit terhadap

profitabilitas dapat dilihat pada Bank Negara Indonesia Tbk. dimana pertumbuhan

Non perfoming loan mencapai 0,3108 atau 31,08% yang diiringi dengan rata-rata
159

pertumbuhan Return on equity sebesar -0,0924 atau -9,24%. Hal ini menjadi salah

satu bukti bahwa risiko kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap

profitabilitas bank. Contoh lainnya adalah Bank Central Asia Tbk. dan Bank

Mandiri (persero) Tbk. yang mempunyai pertumbuhan NPL masing-masing

0,2079 atau 20,79% dan 0,2635 atau 26,35% dengan rata-rata pertumbuhan ROE

sebesar -0,0664 atau -6,64% dan -0,0544 atau -5,44%. Baik pertumbuhan rata-rata

Non perfoming loan maupun Return on equity bank menunjukkan nilai yang

berlawanan, sehingga secara tidak langsung kedua variabel tersebut mempunyai

pengaruh negatif.

Hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian terdahulu yang

dilakukakan oleh (Abel dan roux 2016), (Panta 2018), (Than dan xuan 2017) dan

(Taliwuna et al 2019) menemukan bahwa risiko kredit berpengaruh negatif

signifikan terhadap profitabilitas bank. Dalam hal ini Abel dan Roux (2016)

mengukur risiko kredit menggunakan rasio Non Perfoming Loan dan profitabilitas

diukur menggunakan dua indikator yaitu Return on assets dan Return on equity.

Kedua penelitian ini sama, tetapi penelitian Abel dan Roux (2016) menggunakan

sampel sebanyak 18 bank yang ada di Zimbabwe dengan jumlah observasi

sebanyak 108.

Penelitian yang dilakukan Panta (2018) menemukan bahwa risiko kredit

yang diukur menggunakan Non perfoming loan berpengaruh negatif signifikan

terhadap profitabilitas bank yang diukur menggunakan Return on equity. Kedua

penelitian ini memiliki kesamaan dalam hal pengukuran variabelnya, sedangkan


160

perbedaan penelitian ini adalah panta (2018) menggunakan sampel sebanyak tujuh

bank campuran di Nepal dengan jumlah observasi sebanyak 84.

Rasio NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. yang

menunjukkan hubungan yang berlawanan arah, apabila NPL tinggi maka

memperburuk kredit yang disalurkan bank sehingga keuntungan bank juga akan

menurun. Hal ini memberikan makna bahwa bank mempunyai kredit yang

bermasalah lebih besar yang diberikan kepada debitur sehingga bank dikatakan

tidak professional dalam mengelola kreditnya. Kredit bermasalah dalam jumlah

besar yang dihadapi oleh sebuah bank akan menurunkan tingkat kesehatan operasi

bank. Jadi kemungkinan bank akan bangkrut jika uang yang mereka pinjamkan

tidak dibayarkan kembali oleh nasabah peminjam.

4.3.2 Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil uji hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa

risiko likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas bank.

Hal ini berarti bahwa apabila nilai Loan to deposit ratio naik ataupun turun tidak

memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan Return on equity bank.

Temuan penelitian ini mendukung Theory Trade-Off Between Liquidity

and Profitability. Menurut teori ini, Terdapat pertentangan antara likuiditas dan

profitabilitas yang akan dihadapi oleh bank yaitu satu sisi bank harus menjaga

posisi likuiditasnya dengan cara memperbesar cadangan kas Namun hal ini akan

mengakibatkan sebagian dana menganggur (idle fund), sehingga tingkat

profitabilitas menurun. Sebaliknya apabila bank bertujuan mencapai keuntungan


161

yang besar, maka bank harus mengorbankan likuiditas, karena cadangan kas

digunakan untuk kepentingan bisnis, sehingga menyebabkan likuiditas menurun.

Risiko likuditas yang di ukur dengan Loan to deposit ratio berpengaruh

negatif terhadap profitabilitas bank yang berarti penyaluran dana yang dilakukan

bank dengan menggunakan asset likuidnya mampu membuat bank memperoleh

keuntungan dengan catatan penyaluran dana yang dilakukan berjalan dengan

lancer dan efektif. Namun apabila dana yang disalurkan tersebut terdapat masalah

dan tidak kembali pada bank hal itu akan berisiko pada bank dan bank tidak akan

memperoleh keuntungannya.

Hal ini bisa dilihat pada hasil deskripsi variabel yang menunjukkan kondisi

Likuiditas perusahaan sampel. Salah satu contoh kasus yang memperlihatkan

pengaruh negative antara risiko likuiditas dengan profitabilitas adalah Bank Woori

Saudara Indonesia 1906 Tbk. dimana pertumbuhan Loan to deposit ratio

mencapai 0,0746 atau 7,46% yang diiringi dengan rata-rata pertumbuhan return

on equity sebesar 0,0771 atau 7,71%. Kasus lainnya yaitu Bank Tabungan

Pensiunan Nasional Tbk. yang memiliki nilai pertumbuhan LDR sebesar 0,1364

atau 13,64% yang diiringi dengan rata-rata pertumbuhan profitabilitas bank

sebesar -0,0859 atau -8,59%. Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk.

memiliki nilai pertumbuhan loan to deposit ratio sebesar 0,0562 atau 5,62%

dengan nilai rata-rata pertumbuhan Return on equity sebesar 0,2397 atau 23,97%.

Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa risiko likuiditas berpengaruh negatif

terhadap profitabilitas bank.


162

Namun dalam penelitian ini risiko likuiditas menunjukkan pengaruh yang

tidak signifikan terhadap profitabilitas bank, yang berarti naik turunnya nilai LDR

tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan profitabilitas

bank. Hal ini dapat dilihat dari studi kasus diatas bahwa pertumbuhan Loan to

deposit ratio yang tinggi maupun rendah tidak diiringi dengan pertumbuhan

profitabilitas yang baik pula. Perlu diketahui bahwa bank yang memiliki nilai

LDR yang tinggi memiliki dua kemungkinan, kemungkinan pertama bank bisa

memporelah keuntungan yang baik dan kemungkinan kedua bank memiliki risiko

likuid yang tinggi dan gagal memperoleh keuntungan. Hal itu tergantung dari

apakah dana yang disalurkan bank dalam bentuk pinjaman berjalan dengan efektif

atau tidak, jika dana tersebut tidak efektif maka bank tidak akan memperoleh

keuntungan melainkan bank memiliki risiko likuid yang tinggi.

Hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh (Boateng 2018) yang menemukan bahwa risiko likuiditas

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas bank. Dalam hal ini

Boateng (2018) mengukur risiko likuiditas menggunakan Loans and Advances to

Deposit Ratio dan profitabilitas yang diukur menggunakan Return on asset.

Kedua penelitian ini memiliki hasil temuan yang sama yaitu pengaruh tidak

signifikan antara risiko likuiditas dengan profitabilitas bank. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian yang dilakukan Boateng (2018) terletak pada proksi yang

digunakan untuk mengukur profitabilitas bank dan menggunakan sampel

sebanyak 20 bank yang ada di India dan Ghana dengan jumlah observasi sebanyak

140.
163

4.3.3 Pengaruh Risiko Pendanaan Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menunjukan bahwa risiko pendanaan

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas bank. Hal ini berarti

apabila risiko pendanaan perusahaaan tinggi atau rendah tidak memiliki pengaruh

yang besar terhadap perkembangan profitabilitas.

Pengaruh negatif dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil deskripsi

variabel penelitian yang menunjukkan kondisi risiko pendanaan berpengaruh

negatif terhadap profitabilitas bank. Salah satu contoh kasus yang memperlihatkan

pengaruh negatif antara risiko pendanaan terhadap profitabilitas dapat dilihat pada

Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. yang memiliki nilai pertumbuhan risiko

pendanaan sebesar -0,0080 atau -0,80% dan diiringi dengan nilai rata-rata

pertumbuhan profitabilitas bank sebesar -0,1919 atau -19,19%. Hal ini menjadi

salah satu bukti bahwa risiko pendanaan memiliki pengaruh negatif terhadap

profitabilitas bank. Kasus lainnya ada pada Bank Ganesha Tbk. yang memiliki

nilai pertumbuhan risiko pendanaan sebesar -0,0137 atau -1,37% dan diiringi

dengan nilai pertumbuhan rata-rata profitabilitas bank sebesar 0,3427 atau

34,27%. Bank Capital Indonesia Tbk. memiliki nilai pertumbuhan risiko

pendanaan sebesar -0,1070 atau -10,70% sedangkan nilai rata-rata pertumbuhan

profitabilitas mencapai -0,1744 atau -17,44%. Sehingga dapat dilihat baik risiko

pendanaan maupun profitabilitas menunjukan nilai yang negatif. Secara tidak

langsung kedua variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan.

Namun dalam penelitian ini risiko pendanaan menunjukkan pengaruh yang

tidak signifikan terhadap profitabilitas bank, yang berarti naik turunnya nilai
164

risiko pendanaan tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan

profitabilitas bank. Hal ini dapat dilihat dari studi kasus diatas bahwa

pertumbuhan risiko pendanaan yang tinggi maupun rendah tidak diiringi dengan

pertumbuhan profitabilitas yang baik pula.

Risiko pendanaan adalah risiko yang muncul akibat kegagalan pihak bank

dalam menentukan strategi yang akan digunakan untuk memobilisasi simpanan

nasabah di bank. Risiko pendanaan yang tinggi berkaitan dengan risiko kerugian

yang besar, hal itu disebabkan karena kurang tepatnya strategi yang digunakan

bank untuk mobilisasi dana. Bank agresif untuk menghasilkan lebih banyak

simpanan nasabah, dimana keadaan ini meningkatkan banyaknya biaya

operasional yang harus dilakukan bank seperti kegiatan promosi, penawaran suku

bunga yang rendah dan menarik dan lain sebagainya, karena itu pendapatan bank

menurun. Selain itu bank menghadapi profitabilitas rendah karena penurunan

pendapatan bunga dari investor dan operasi peminjaman.

Hasil penelitian ini tidak mendukung temuan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh (Ali dan Hong Pua 2018) menemukan bahwa ada pengaruh negatif

signifikan antara risiko pendanaan terhadap profitabilitas bank. Dalam hal ini

penelitian Ali dan Hong Puah (2018) mengukur risiko pendanaan menggunakan

perbandingan deposito dan ekuitas dengan total asset, sedangkan profitabilitas

bank diukur menggunakan Return on equity. Kedua penelitian ini sama tetapi

penelitian yang dilakukan Ali dan Puah (2018) menggunakan sampel sebanyak 24

bank umum di Pakista dengan data observasi sebanyak 216.


165

4.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas bank. Hal ini

berarti semakin besar ukuran perusahaan maka profitabilitas bank akan meningkat

begitupun sebaliknya apabila ukuran perusahaan kecil makan profitabilitas bank

akan rendah.

Temuan penelitian ini mendukung Teori ekonomi yang menjelaskan jika

sebuah industri adalah subjek dari skala ekonomi, institusi besar akan lebih efisien

sehingga mampu menghasilkan pelayanan produk dengan biaya yang lebih

rendah, begitu juga sebaliknya. Selain itu The Market Power Theory menjelaskan

bahwa keuntungan akan dating ketika kekuatan pasar lebih kuat. Secara khusus

De Andres dan Vallelado (2008) mengatakan bahwa bank besar menawarkan

biaya rendah karena itu kekuatan pasar lebih tinggi.

Pengaruh positif dan signifikan dalam penelitian ini disebabkan oleh hasil

deksripsi variabel penelitian yang menunjukkan kondisi ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap profitabilitas bank. Salah satu contoh kasus yang

dapat memperlihatkan pengaruh positif antara kedua variabel tersebut adalah

Bank Mega Tbk. yang memiliki nilai pertumbuhan bank size sebesar 0,26% yang

diiringi dengan nilai rata-rata pertumbuhan profitabilitas bank sebesar 0,1127 atau

11,27%. Bank Maspion Indonesia Tbk. memiliki nilai pertumbuhan Bank Size

sebesar 0,31% yang diiringi dengan nilai rata-rata pertumbuhan profitabilitas bank

sebesar 0,0756 atau 7,56%. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa Bank size

berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas bank.


166

Selain Bank Mega Tbk. dan Bank Maspion Indonesia Tbk. Bank sampel

lainnya yang juga memiliki pengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas

bank adalah Bank OCBC NISP Tbk. yang memiliki nilai pertumbuhan bank size

sebesar 0,34% dan diiringi nilai rata-rata pertumbuhan profitabilitas bank sebesar

0,0373 atau 3,73%. Sehingga dapat dilihat secara tidak langsung kedua variabel

tersebut baik Bank size dan profitabilitas menunjukkan pengaruh yang positif.

Hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh (Bono 2019) dan (Chouikh dan Blagui 2017) menemukan bahwa

Bank size atau ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap

profitabilitas bank. Dalam hal ini Bono (2019) mengukur profitabilitas

menggunakan Return on asset dan Return on equity sedangkan ukuran perusahaan

diukur dengan melihan total asset perusahaan perbankkan. Kedua penelitian ini

sama tetapi penelitian Bono (2019) hanya menggunakan sampel sebanyak tiga

bank yang ada di Ethiophia dengan data observasi sebanyak 30.

Penelitian yang dilakukan Chouikh dan Blagui (2017) menemukan bahwa

ukuran perusahaan yang diukur menggunakan logaritma dari total asset

berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas yang di proksikan dengan

Return on equity. Persamaan kedua penelitian ini terletak pada alat pengukuran

variabel sedangkan perbedaannya Chouikh dan Blagui (2017) menggunakan

sampel sebanyak 10 Bank Tunisia dengan jumlah observasi sebanyak 180.

Perusahaan yang besar dan kuat memiliki daya tarik tersendiri bagi para

konsumen dan investor yang ingin menanamkan modalnya. Ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap profitabilitas bank, hal ini berarti bank mampu
167

mengoptimalkan penggunaan asset yang dimilikinya sehingga Bank mendapatkan

keuntungan yang besar kemudian keuntungan tersebut dapat digunakan oleh

perbankkan untuk memperluas jangkauan usahanya dengan berbagai cara. Ukuran

bank yang besar dapat menghasilkan skala ekonomi dengan biaya yang lebih

rendah, atau cakupan ekonomi yang mengarah pada diversifikasi produk dan

pinjaman sehingga memberikan akses ke pasar yang tidak dapat dijangkau oleh

bank-bank berukuran kecil. Selain itu Bank yang lebih besar juga dapat

menggunakan kekuatan pasar mereka menggunakan citra merek mereka dalam

menyediakan layanan terkait.

4.3.5 Pengaruh Inflasi Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menunjukkan bahwa inflasi

berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas bank. Hal ini berarti apabila

inflasi memiliki nilai yang tinggi maka profitabilitas bank akan menurun

begitupun sebaliknya, apabila nilai inflasi menurun maka bank akan memperoleh

profitabilitas yang tinggi.

Temuan penelitian ini mendukung Teori Keynes yang menyatakan bahwa

inflasi terjadi karena permintaan masyarakat akan suatu produk melebihi jumlah

atau kapasitas dari produk yang tersedia. Selain itu The Leonabel Fund Theory

juga menjelaskan apabila jumlah uang yang diminta melebihi jumlah yang

disediakan, maka akan dapat mengakibatkan kenaikan harga uang atau tingkat

suku bunga. Tingkat suku bunga dalam hal ini adalah suku bunga yang

mencerminkan kesesuaian antara suku bunga simpanan (sisi penawaran) dan suku

bunga pinjaman (sisi permintaan). Keuntungan terbesar bank adalah dari selisih
168

bunga simpanan dan pinjaman sehingga bank harus mampu mengelola dan

sedapat mungkin mengantisipasi inflasi agar tingkat keseimbangan mediasinya

terjaga.

Pengaruh negatif dan signifikan dalam penelitian ini dapat dilihat dari

deskripsi variabel yang menunjukkan kondisi inflasi dan profitabilitas bank.

Beberapa contoh kasus yang memperlihatkan pengaruh negatif signifikan antara

inflasi terhadap profitabilitas bank dapat dilihat pada Bank Negara Indonesia

(Persero) Tbk. dimana pertumbuhan inflasi mencapai 0,5772 atau 57,72% yang

diiringi dengan rata-rata pertumbuhan profitabilitas bank sebesar -0,0924 atau -

9,24%. Bank Ina Perdana Tbk. yang memiliki nilai pertumbuhan inflasi mencapai

0,15694 atau 156,94% dengan nilai rata-rata pertumbuhan profitabilitas sebesar -

0,3145 atau -31,45%. Bank Bumi Artha Tbk. memiliki nilai pertumbuhan inflasi

mencapai 0,3042 atau 30,42% sedangkaan nilai rata-rata pertumbuhan

profitabilitasnya sebesar -0,1832 atau -18,32%. Kasus lainnya ada pada Bank

Artha Graha Internasional Tbk. yang memiliki nilai pertumbuhan inflasi mencapai

0,12619 atau 126,19% yang diiringi dengan rata-rata pertumbuhan profitabilitas

sebesar -0,6556 atau -65,56%. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa inflasi

memiliki pengaruh negative signifikan terhadap profitabilitas bank dan sejalan

dengan teori yang ada dalam definisi operasional bahwa inflasi berpengaruh

negative terhadap profitabilitas bank.

Hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh (Fadila dan Hermawan, 2021) dan (Supriyono dan Herdhayinta,

2019) menemukan bahwa inflasi berperngaruh negatif signifikan terhadap


169

profitabilitas bank. Dalam hal ini pada penelitian Supriyono dan Herdhayinta

(2019) profitabilitas diukur menggunakan dua indikator yaitu return on asset dan

return on equity. Hasil temuannya sejalan dengan temuan pada penelitian ini

tetapi penelitian yang dilakukan Supriyono dan Herdhayinta (2019) menggunakan

sampel sebanyak 27 bank BPD di Indonesia dengan jumlah observasi sebanyak

135.

Inflasi menyebabkan penurunan nilai mata uang atau kenaikan harga yang

mempengaruhi konsumsi masyarakat. Dengan kondisi ini para investor tidak mau

berinvestasi disektor rill. Padahal biasanya dana untuk investasi sebagian besar

diperoleh melalui pinjaman dari bank. Hal ini menjadikan bank kesulitan

menyalurkan dananya serta menanggung biaya dari modal yang ada sehingga

profitabilitas bank akan berkurang. Bagi bank umum terjadinya inflasi dapat

mempengaruhi kinerja keuangannya terkait dengan alokasi kredit yang telah

diberikan kepada nasabah kredit. Jika inflasi terjadi pada saat pendapatan

masyarakat tetap atau menurun maka hal ini dapat memperparah risiko

pembiayaan yang dihadapi perbankkan, sebab kemampuan pengembalian oleh

nasabah peminjam akan ikut terjadi penurunan.

4.3.6 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menunjukkan bahwa pertumbuhan

ekonomi memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas bank.

Hal ini berarti apabila PDB memiliki nilai yang tinggi ataupun rendah maka tidak

ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan Return on equity bank.


170

Temuan ini mendukung Teori Neoklasik Yang Menyatakan Bahwa

pertumbuhan ekonomi tergantung pada ketersediaan faktor-faktor produksi:

penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal dan tingkat kemajuan teknologi.

Selain itu dalam teori ini juga dikatakan tabungan hanya akan mendorong

pertumbuhan ekonomi untuk sementara. Apabila pengembalian modal perusahaan

terus mengalami penurunan maka pencapaian perekonomian yang mapan akan

tergantung pada kemajuan teknologi dan bukan faktor lainnya.

Pengaruh negatif dan tidak signifikan dalam penelitian dapat dilihat dari

hasil deskripsi variabel penelitian yang menunjukkan kondisi pertumbuhan

ekonomi berpengaruh negative terhadap profitabilitas bank. Salah satu contoh

kasus yang memperlihat pengaruh negative dari kedua variabel tersebut dapat

dilihat pada Bank Danamon Indonesia Tbk. yang memiliki nilai pertumbuhan

PDB mencapai 0,0684 atau 6,84% dan diiringi dengan nilai rata-rata pertumbuhan

Return on equity sebesar 0,0471 atau 4,71%. Hal ini menjadi salah satu bukti

bahwa produk domestik bruto memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas

bank. Kasus lainnya ada pada Bank Bumi Artha Tbk yang memiliki nilai

pertumbuhan produk domestic bruto sebesar -0,5872 atau -58,72% yang diiringi

dengan nilai rata-rata pertumbuhan profitabilitas bank sebesar -0,1832 atau -

18,32%.

Selain Bank Danamon Indonesia Tbk. dan Bank Bumi Artha Tbk., bank

sampel yang memiliki pengaruh negative terhadap profitabilitas bank adalah Bank

Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. yang memiliki nilai pertumbuhan produk

domestik bruto mencapai -0,15394 atau -153,94% dan diiringi dengan nilai rata-
171

rata pertumbuhan return on equity sebesar -0,1919 atau -19,19%. Sehingga dapat

dilihat baik produk domestik bruto maupun profitabilitas bank menunjukkan

pengaruh yang negatif. Namun perlu diketahui bahwa hubungan kedua variabel

tersebut adalah tidak signifikan. Hal ini berarti variabel produk domestic bruto

tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan profitabilitas

bank.

Hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh (Majumde dan Uddin 2017) menemukan pertumbuhan produk

domestik bruto (PDB) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

profitabilitas bank di Bangladesh. Pada Penelitian yang dilakukan Majumde dan

Uddin (2017) profitabilitas diukur menggunakan Return on asset dan

pertumbuhan ekonomi dilihat dari tingkat Produk Domestik Bruto. Kedua

penelitian ini sama tetapi proksi yang digunakan untuk mengukur profitabilitas

berbeda, selain itu Majumde dan Uddin (2017) hanya menggunakan sampel

sebanyak empat bank di Bangladesh dengan jumlah observasi sebanyak 20.

Secara umum Semakin tinggi tingkat PDB maka masyarakat semakin

sejahtera. Jika Produk Domestik Bruto naik, maka akan diikuti peningkatan

pendapatan masyarakat sehingga kemampuaan untuk menabung (saving) juga

meningkat. Peningkatan saving ini akan mempengaruhi profitabilitas bank.

Sebaliknya, jika produk domestik bruto menurun maka akan diikuti penurunan

pendapatan dan saving masyarakat yang berakibat profitabilitas menurun.

Hasil penelitian menemukan bahwa produk domestik bruto tidak memiliki

pengaruh yang signfikan terhadap profitabilitas bank. Hal ini berarti peningkatan
172

pendapatan masyarakat suatu Negara yang dilihat dari nilai Produk domestic bruto

pada suatu waktu tidak menjamin bank memiliki pendapatan yang meningkat

juga. Hal ini disebabkan pendapatan dari masyarakat tersebut bisa saja digunakan

untuk hal-hal lainnya seperti untuk konsumsi sendiri, melakukan investasi pada

sector rill, melakukan produksi barang dan jasa dan lain sebagainya. Jadi uang

yang mereka dapatkan belum tentu digunakan untuk membeli produk dan jasa

dari sector perbankkan sehingga peningkatan pendapatan atau naiknya nilai

produk domestik bruto dalam sebuah Negara tidak menjamin adanya peningkatan

keuntungan yang akan diperoleh bank.

4.3.7 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menunjukkan bahwa suku bunga

berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas bank. Hal ini berarti jika

suku bunga memiliki nilai yang tinggi maka profitabilitas bank akan menurun

begitupun sebaliknya jika nilai suku bunga rendah maka profitabilitas bank akan

meningkat.

Temuan penelitian ini mendukung teori Keynes yang menekankan adanya

hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut

(tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi, dalam

hal ini permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan permintaan kecil

apabila bunga tinggi. Permintaan pinjaman yang besar akan meningkatkan

pendapatan bank sehingga profitabilitas bank juga ikut meningkat.

Pengaruh negatif dan signifikan dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil

deskripsi variabel penelitian yang menunjukkan kondisi suku bunga berpengaruh


173

negatif terhadap profitabilitas bank. Salah satu contoh kasus yang memperlihatkan

pengaruh negatif negative signifikan antara suku bunga terhadap profitabilitas

dapat dilihat pada Bank BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. dimana pertumbuhan

suku bunga mencapai 0,6242 atau 62,42% dan diiringi dengan nilai rata-rata

pertumbuhan Return on equity sebesar -0,0575 atau -5,75%. Hal ini menjadi salah

satu bukti bahwa suku bunga memiliki pengaruh negative terhadap profitabilitas

bank. Selain kasus diatas Bank CIMB Niaga Tbk. juga memiliki nilai

pertumbuhan suku bunga sebesar -0,0384 atau -3,84% yang diiringi dengan nilai

rata-rata pertumbuhan profitabilitas sebesar 0,5268 atau 52,68%. Bank Ina

Perdana Tbk. yang memiliki nilai pertumbuhan suku bunga mencapai 0,1408 atau

14,08% dan diiringi dengan nilai rata-rata pertumbuhan profitabilitas bank sebesar

-0,3145 atau -31,45%. Sehingga dapat dilihat baik suku bunga maupun

profitabilitas bank menunjukkan hubungan yang negatif, secara tidak langsung

kedua variabel tersebut mempunyai pengaruh yang negatif signifikan.

Hasil penelitian ini mendukung temuan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh (Jadah et al, 2020) yang menemukan bahwa suku bunga

berpengaruh negative dan signifikan terhadap profitabilitas bank. Dalam hal ini

profitabilitas diukur menggunakan tiga indikator yaitu Return on asset, Return on

equity dan Net interest margin. Persamaan kedua penelitian ini terletak pada hasil

temuan yang menggunakan alat ukur variabel yang sama, sementara

perbedaannya adalah penelitian Jadah et al (2020) menggunakan sampel sebanyak

18 bank di Iraq selama tahun 2005-2017.


174

Selain itu Penelitian yang dilakukan Almaqtari et al (2018) juga

menemukan bahwa suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap

profitabilitas bank yang diukur menggunakan return on equity. Kedua penelitian

ini sama tetapi penelitian yang dilakukan Amaqtari et al, (2018) menggunakan

sampel sebanyak 69 bank di India selama periode 2008-2017.

Bagi bank bunga adalah suatu pendapatan atau suatu keuntungan atas

peminjaman uang oleh pengusaha atau nasabah. Suku bunga kredit, merupakan

bagian penting dari perbankan karena sebenarnya dari sinilah perbankan

mendapatkan keuntungan. Jika perbankan tidak menyalurkan kredit kepada

masyarakat, bank tidak bisa mendapatkan gain per kuartal yang selalu naik

dengan eksponensial. Apabila tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank itu

tinggi maka banyak para investor ataupun masyarakat yang akan menyimpan

dananya pada bank namun perlu diketahui tingkat suku bunga kredit yang tinggi

akan membuat bank kesusahan dalam menyalurkan kembali dana tersebut kepada

masyarakat sehingga bank akan kesulitan mengembalikan dana nasabah yang ada

dengan bunga yang telah dijanjikan, hal itu akan membuat bank memperoleh

kerugian. Oleh karena itu, tingkat suku bunga kredit yang kecil lebih mampu

menarik nasabah untuk memimjam uang di bank sehingga bank dapat

memperoleh keuntungannya.
175

4.4 Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian ini telah memberikan sejumlah temuan, akan tetapi masih

ada beberapa hal yang perlu dikaji lebih lanjut. Keterbatasan dalam penelitian ini,

diantaranya :

1. Dari segi jumlah variabel, variabel internal yang dikaji dalam penelitian

ini hanya 4 dan variabel eksternal yang dikaji hanya 3 padahal ada

sejumlah 57 variabel yang masuk kategori internal variabel untuk bank

dan 13 variabel eksternal, oleh karena itu maka bagi peneliti yang akan

datang perlu mengembangkan jumlah variabel penelitian.

2. Dalam penelitian ini dari ke 7 variabel independen hanya ada 4 variabel

yang signifikan maka dari itu diharapkan bagi peneliti yang akan datang

untuk memperbaiki 3 variabel yang tidak signifikan.

3. Model struktural dalam penelitian seharusnya dimulai dari eksternal

variabel yang mempengaruhi internal variabel bank terhadap

profitabilitas bank, oleh karena itu bagi peneliti yang akan datang perlu

mengkaji ulang model penelitian ini dengan internal bank sebagai

variabel mediasi. (Lampiran 27).

4. Selain itu penelitian ini juga mempunyai keterbatasan pada uji

autokorelasi, pada penelitian ini terjadi autokorelasi dengan demikian

penelitian ini diharapkan dapat disempurnakan oleh peneliti selanjutnya

dan menghilangkan data yang terjadi autokorelasi.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh faktor internal bank yang

terdiri atas risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pendanaan dan Bank size dan

faktor eksternal yaitu inflasi, pertumbuhan ekonomi dan suku bunga terhadap

return on equty bank umum konvensional yang tercatat di Bursa Efek Indonesia,

tahun 2014-2019. Berdasarkan penelitian ditemukan hasil sebagai berikut :

1. Risiko kredit memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap

profitabilitas bank. Artinya bahwa semakin tinggi nilai non perfoming

loan maka profitabilitas bank akan menurun, begitu juga sebaliknya jika

nilai non perfoming loan rendah maka profitabilitas bank akan meningkat.

Jumlah kredit bermasalah dalam jumlah besar yang dihadapi oleh sebuah

bank akan menurunkan tingkat kesehatan operasi bank.

2. Risiko likuiditas memiliki pengaruh negative tetapi tidak signifikan

terhadap profitabilitas bank. Artinya nilai Loan to deposite ratio apabila

meningkat atau rendah tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan profitabilitas bank. bank yang memiliki nilai LDR tinggi

memiiki dua kemungkinan yaitu bank memperoleh keuntungan yang baik

atau bank memiliki risiko likuiditas yang tinggi dan gagal memperoleh

keuntungan.

3. Risiko pendanaan memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap

profitabilitas bank. Artinya nilai risiko pendanaan yang rendah tidak

176
177

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan profitabilitas bank begitupun

dengan nilai risiko pendanaan yang tinggi. strategi mobilisasi simpanan

bank harus ditentukan dengan tepat guna menghindari kerugian yang

terjadi pada bank.

4. Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

profitabilitas bank. Artinya semakin besar ukuran perusahaan maka

profitabilitas bank akan semakin tinggi, jika ukuran perusahaan kecil maka

profitabilitas bank juga akan menurun. Hal ini dikarenakan perusahaan

besar cenderung memiliki asset yang besar dan dapat digunakan untuk

mengembangkan usahanya.

5. Inflasi memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap profitabilitas

bank. Artinya nilai inflasi yang rendah akan meningkatkan profitabilitas

bank namun nilai inflasi yang tinggi akan menurunkan profitabilitas bank.

pertubuhan inflasi akan sangat mempengaruhi pendapatan bank.

6. Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh negative tetapi tidak signifikan

terhadap profitabilitas bank. Artinya naik ataupun turunnya nilai

pertumbuhan ekonomi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan profitabilitas bank.

7. suku bunga memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap

profitabilitas bank (ROE). Artinya nilai suku bunga yang rendah akan

meningkatkan profitabilitas bank namun nilai suku bunga yang tinggi akan

menurunkan profitabilitas bank.


178

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian maka saran yang dapat

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan bagi perusahaan khususnya sektor perbankan

agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan. selain itu juga diharapkan

mampu memperhatikan faktor-faktor terkait yang berkontirubusi besar

dalam mempengaruhi peningkatan profitabilitas bank. Dengan demikian

bank dapat mengetahui hal-hal apa saja yang harus difokuskan untuk

menjaga kestabilan usahanya.

2. Bagi Investor

Investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. harus

memperhatikan faktor internal dan eksternal dari perusahaan yang

bersangkutan. Selain itu diharapkan para investor selalu berusaha untuk

mengamati kinerja keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan. melalui

pengamatan tersebut maka pihak investor akan mendapatkan informasi

yang lengkap terkait dengan pencapaian kinerja keuangan. Sehingga dapat

digunakan sebagai bahan prediksi atas pencapaian kinerja keuangan untuk

masa yang akan datang, agar terhindar dari resiko terjadinya kebangkrutan

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis

disarankan untuk mengkaji kembali hubungan antara risiko likuiditas,

risiko pendanaan dan pertumbuhan ekonomi terhadap profitabilitas bank,


179

karena dalam penelitan ini ditemukan pengaruh yang tidak signifikan.

Mengkaji ulang model struktural penelitian dengan internal bank sebagai

variabel mediasi. Selain itu komprehensifnya kinerja bank sebaiknya

menggunakan pendekatan RBRR (Risk Based Bank Rating). peneliti

selanjutnya diharapkan menambah jumlah sampel yang digunakan dengan

memperhatikan jenis perusahaan perbankan atau menggunakan sektor jasa

keuangan lainnya, menambah referensi teori maupun kajian yang relevan.

Kemudian menambah variabel lainnya dari faktor internal maupun faktor

eksternal bank. Dan bagi peneliti selanjutnya juga disarankan untuk

mengatasi setiap masalah yang terjadi pada uji asumsi klasik.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Puah, C. H. (2019). The internal determinants of bank profitability and
stability: An insight from banking sector of Pakistan. Management
Research Review.
Abel, S., & Le Roux, P. (2016). Determinants of banking sector profitability in
Zimbabwe. International Journal of Economics and Financial Issues, 6(3).
Afolabi, T. S. (2020). Effect of Non-Performing Loans on Microfinance Banks’
Performance in Nigeria: A Granger Causality Approach.
Ali, Q., Maamor, S., Yaacob, H., & Tariq Gill, M. U. (2018). Impact of
macroeconomic variables on Islamic banks profitability. Journal of
Accounting and Applied Business Research, 1(2), 1-16.
Al-Homaidi, E. A., Tabash, M. I., Farhan, N. H., & Almaqtari, F. A. (2018).
Bank-specific and macro-economic determinants of profitability of Indian
commercial banks: A panel data approach. Cogent Economics &
Finance, 6(1), 1548072.
Almaqtari, F. A., Al‐Homaidi, E. A., Tabash, M. I., & Farhan, N. H. (2019). The
determinants of profitability of Indian commercial banks: A panel data
approach. International Journal of Finance & Economics, 24(1), 168-185.
Bono, Z. B. (2019). An Analysis of the Determinants of Banks Performance in
Case of Private Commercial Banks in Ethiopia. Hypothesis, 11(31).
Brahmaiah, B. (2018). Factors Influencing Profitability of Banks in
India. Theoretical Economics Letters, 8(14), 3046.
Boateng, K. (2018). Determinants of bank profitability: A comparative study of
Indian and Ghanaian banks. Kwadwo Boateng (2018). Determinants of
Bank Profitability: A Comparative Study of Indian and Ghanaian Banks.
Journal of Emerging Technology and Innovative Research, 5(5).
Bank Indonesia. (1992). Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan. Bank Indonesia, 1–65.
Bank Indonesia. (2001). Surat Edaran BI No.3/30/DNDP tanggal 14 desember
2001. Retrieved from https://www.bi.go.id
Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2014). Fundamentals of management. Jakarta:
Salemba Empat.
Brigham, E., & Houston, J. (2011). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Buku 2.
Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat. In buku 2 (edisi 11). Salemba Empat.
Budie, Z. K. (1999). Alex and Marcus, Alan. J. 1999. Investment. Singapore: The
Mc Graw-Hill Companies Inc.
Budie, Z. K., Alex, & Marcus, A. J. (1999). Investment. Singapore: The Mc
Graw-Hill Companies Inc.
Chouikh, A., & Blagui, Y. (2017). The determinants of bank performance: the
case of Tunisian listed banks. Journal of Finance and Accounting, 5(2),
53-60.
Deegan, C., dan Unerman, F. 2011. Financial Accounting Theory. Edisi Kedua.
New York: McGraw-Hill Education.
Denis, D., McConnell. (2003) ³Internasional Corporate Governance¥. Journal of
Financial and Quantitative Analysis38: 1-36.fa
180
181

Duho, K. C. T., Onumah, J. M., & Owodo, R. A. (2019). Bank diversification and
performance in an emerging market. International Journal of Managerial
Finance.

Domanović, V., Todorović, V., & Savović, S. (2018). Internal factors of bank
profitability in the republic of Serbia. Business and Economic
Horizons, 14(3), 659-673.
Dwi, P., & Rifka, J. (2011). Analisis laporan keuangan konsep dan aplikasi. Edisi
Ketiga. Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Fadila, I. Y., & Hermawan, D. (2021). Profitabilitas pada perbankan syariah di
Indonesia: Studi pengaruh faktor internal dan eksternal. Journal of Islamic
Economics and Business, 1(1).
Fahmi, I. (2015). Pengantar Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung:
Alfabeta.
Fama, E. F. (1970). Efficient market hypothesis: A review of theory and empirical
work. Journal of Finance, 25(2), 28–30.
Garcia, M. T. M., & Trindade, M. J. (2019). Determinants of banks’ profitability
in Angola. African Journal of Economic and Management Studies.
Ghozali, I. (2016). aplikasi multivariate dengan program spss. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, ed 3
Semarang: Penerbit Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi analisa multivariate dengan program IBM SPSS 25.
Semarang: Badan Penerbit Unversitas Diponegoro.
Gudono. (2017). Teori Organisasi - Edisi 4. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Gujarati, Damonar N. 1995.Basic Econometrics. Thrid Edition.Mc.
GrawHill,Singapore.
Gujarati, D., & Porter, D. C. (2004). Basic Econometrics, 2004. Editura
McGrawHill, 858.
Harahap, S. S. (2015). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Cetakan Kedua
belas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Husnan, S., & Pudjiastuti, E. (2012). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. edisi
keenam cetakan pertama. Penerbit: UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Ikatan Bankir Indonesia. (2015). Manajemen Risiko 1. Jakarta Pusat: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Jadah, H. M., Alghanimi, M. H. A., Al-Dahaan, N. S. H., & Al-Husainy, N. H. M.
(2020). Internal and external determinants of Iraqi bank
profitability. Banks and Bank Systems, 15(2), 79-93.
Jogiyanto, H. M. (2010). Teori portofolio dan analisis investasi. Edisi Ketujuh.
BPFE. Yogyakarta.
K, Echo Perdana. 2016. Olah Data Skripsi Dengan SPSS 22. Lab Kom
Manajemen FE UBB.
Kasmir (2000), Manajemen Perbankkan. Edisi Ke-1 Cetakan Ke-1 (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada), h. 196.
Kasmir (2017), Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi- Cet.18-
Jakarta: Rajawali Pers.
182

Kosasih, N. J., Murni, S., & Van Rate, P. (2021). Analisis Faktor Internal Dan
Eksternal Terhadap Profitabilitas Pada Sektor Perbankkan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018. Jurnal EMBA: Jurnal Riset
Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 9(2).
Lukman Dendawijaya (2005). Manajemen Perbankkan, Edisi Kedua (Jakarta:
Ghalia Indonesia), h. 23.
Le Thanh, T. A. M., TRANG, P. X., & Le Nhat, H. A. N. H. (2017). Determinants
of bank profitability: The case of commercial banks listed on the
Vietnam’s stock exchange. Journal of Business, 1(2), 1-12.
Majumder, M. T. H., & Uddin, M. J. (2017). The determinants of profitability of
nationalised banks in Bangladesh. International Journal of Economics and
Business Research, 13(4), 335-348.
Mishkin, F. S. (2008). Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Panta, B. (2018). Non-performing loans and bank profitability: Study of joint
venture banks in Nepal. International Journal of Sciences: Basic and
Applied Research (IJSBAR),(2018) Volume, 42, 151-16.
Perdana, E. (2016). Olah Data Skripsi dengan SPSS 22. Bangka Belitung: Lab
Kom Manajemen FE UBB.
Riyadi. (2015). Strategi Pengelolaan Non Performing Loan (NPL) Bank Umum
yang Go Public. JDM (Jurnal Dinamika Manajemen), 6(1).
Sahetapy, K. A. (2019, December). The Relationship Between Macroeconomy
Factors and Indonesian Banks’ Financial Sustainability. In Abstract
Proceedings International Scholars Conference (Vol. 7, No. 1, pp. 1204-
1216)..
Sujarweni, V. W. (2015). Metodologi penelitian bisnis dan ekonomi, Yogyakarta:
Pustaka Baru Press, 2015.
Sudarjah, G. M., Priadana, S., & Pratama, R. A. (2021). Pengaruh Dana Pihak
Ketiga, CAR, NPL, BI Rate, Inflasi dan Nilai Tukar Mata Uang terhadap
Profitabilitas Bank Umum Persero Tahun 2007-2018. Syntax Idea, 3(6),
1326-1336.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syaifuddin, D. T. (2018). . Manajemen Bank Komersial. Wijaya Mahadikarya.
Supriyono, R. A., & Herdhayinta, H. (2019). Determinants of Bank Profitability:
The case of the regional development bank (BPD Bank) in
Indonesia. Journal of Indonesian Economy and Business, 34(1), 1-17.
Sofriza syofyan Harahap, pengaruh struktur pasar terhadap kinerja perbankkan Di
Indonesia. Media Riset Bisnis dan Manajemen. Vol.2, No.3. Desember
Supiyadi, D., & Purnomo, B. S. (2019). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Terhadap Profitabilitas Pada Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Riset
Akuntansi dan Keuangan Vol, 7(1).
Suteja, J., & Gunardi, A. (2016). Manajemen Investasi dan Portofolio. Bandung:
Refika Aditama.
Sutrisno, H. (2009). Manajemen keuangan teori, konsep dan aplikasi. Yogyakarta:
Ekonosia.
183

Takjul khalwaty, inflasi dan solusinya (Jakarta: PT, Gramedia I (hipotesis)


pustaka utama, 2000).
Taliwuna, M. T., Saerang, D. P., & Murni, S. (2020). Analisis Pengaruh Faktor
Internal Dan Ekstern`al Terhadap ROA Perbankan Di Indonesia. JMBI
UNSRAT (Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis dan Inovasi Universitas Sam
Ratulangi)., 6(3).
Tandelilin, E. (2007). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi
Pertama, Cetakan Kedua. Yogyakarta: BPFE.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi: Teori dan aplikasi. Kanisius.
V. wiratna sujarweni (2015). Metodologi penelitian bisnis dan ekonomi
(Yogyakarta : pustaka Baru press), h.68.
Lampiran 1 : Mapping Journal

No. Aspek : Keterangan


1 Judul : The Internal Determinant Of Bank Profitability And Stability : An Insight From Banking
Sector Of Pakistan
2 Peneliti : Muhammad Ali dan Chin Hong Pua

3 Tahun : 2018

4 Nama Jurnal : Management Research Review, emerald insight

5 Tujuan : 1 Penelitian ini dilakukan untuk menguji determinan internal profitabilitas bank dan
stabilitas di sector perbankkan Pakistan dalam mencapai kinerja yang tinggi.

2 Digunakan sebagai implikasi kebijakan yang berguna bagi kepentingan regulator bank
yang lebih luass.

6 Masalah : System perbankkan di Pakistan menjadi lebih penting bagi investor, regulator dan
lembaga keuangan Negara-negara lain. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan lebih
lanjut terhadap factor-faktor spesifik penentu profitabilitas dan stabilitas bank
khususnya di Negara Pakistan.
7 Masalah penelitian : Pada penelitian ini hanya berfokus untuk menjelaskan hubungan antara factor
internal seperti likuiditas, kredit, pendanaan, ukuran bank terhadap profitabilitas
dan stabilitas bank.

8 Pertanyaan : Bagaimana pengaruh factor internal bank terhadap profitabilitas dan stabilitas bank?
Penelitian
9 Lokasi : Sektor perbankkan yang ada di Negara Pakistan

10 Populasi : perusahaan perbankkan yang ada di Pakistan periode 2007-2015.

11 Sampel : perusahaan perbankkan yang masuk dalam sampel adalah sebanyak 24 bank umum, yang
meliputi 19 bank konvensional dan 5 bank islam di Pakistan.
12 Middle range theory : Teori agensi (Jensen dan meckling 1976) dan teori penatagunaan (donaldson dan davis
1991 dan Dvisetal 1997).
13 Variabel : Nama Symbol Indikator

Variabel Dependen 1 Profitabilitas Y 1. Return on equity (ROE)

2 Stabilitas 1. Z-score (BSTAB)

Variabel Independen : 1 Faktor internal 1. Bank Size


bank
2. Funding risk

3. Liquidity Risk

4. Credit Risk

5. Return On Assets (ROA)

6. Financial crisis

183
184

14 Definisi Variabel : 1 Liquidity Risk Risiko likuiditas mengacu pada kegagalan


perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Likuiditas yang lebih tinggi
menurunkan profitabilitas bank karena tingkat
pengembalian yang lebih rendah dari asset likuid.
(Kosmidou, 2008 dan Adusei, 2015).
2 Credit Risk Risiko kredit merupakan factor penting dalam
industry perbankkan. Sastra masa lalu biasanya
mengukur risiko kredit melalui ketentuan kerugian
pinjaman. (athanasoglou et al., 2008).
3 Funding Risk Kekuatan modal bank diukur melalui risiko
solvabilitas (rasio ekuitas terhadap total asset),
sementara ekuitas bank yang kuat memungkinkan
bank untuk menyerap guncangan ekstrenal / internal.
Hal yang patut dicatat bahwa bank menganggap
modalnya sebagai bantalan pengaman yang
dimungkinkan oleh bank untuk memitigasi risiko
kebangkrutan dengan mempertahankan jumlah yang
lebih tinggi kapitalisasi.
4

15 Metode Analisis : : Analisis Regresi Panel


16 Hipotesis : 1 Terdapat hubungan signifikan antara bank size dengan profitabilitas bank
2 Terdapat hubungan signifikan antara risiko likuiditas dengan profitabilitas bank
3 Terdapat hubungan signifikan antara risiko kredit dengan profitabilitas bank
4 Terdapat hubungan signifikan antara risiko pendanaan dengan profitabilitas bank
5 Terdapat hubungan signifikan antara stabilitas bank dengan profitabilitas bank
6 Terdapat hubungan signifikan antara bank size dengan stabilitas bank
7 Terdapat hubungan signifikan antara risiko likuiditas dengan stabilitas bank
8 Terdapat hubungan signifikan antara risiko kredit dengan stabilitas bank
9 Terdapat hubungan signifikan antara risiko pendanaan dengan stabilitas banl
10 Terdapat hubungan signifikan antara profitabilitas bank dengan stabilitas bank
17 Temuan penelitian : 1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank size berpengaruh positif dan signifikan
terhadap profitabilitas bank. Implikasi yang mungkin terjadi adalah bank Pakistan
efisien untuk mencapai skala ekonomi, yang pada akhirnya menghasilkan
keuntungan yang lebih besar.
2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko pendanaan (FRISK) berpengaruh
negative terhadap profitabilitas bank. Hasilnya menunjukkan bahwa bank
agresif untuk menarik lebih banyak nasabah deposito. Keadaan ini
meningkatkan biaya operasional seperti meningkatkan kegiatan promosi,
menawarkan suku bunga rendah, dan lain-lain. Dengan demikian, bank
menghadapi profitabilitas yang lebih rendah karena penurunan pendapatan
bunga dari investasi dan operasi pinjaman. Argument ini didukung dari
penelitian Adusei (2015)
3 Hasil penelitian ini mengkonfirmasi hal ini postulasi dan menunjukkan bahwa risiko
kredit bank berpengaruh positif terhadap profitabilitas bank. Penemuan ini juga
sejalan dengan karya Afriyie dan Akotey (2013) . Bank biasanya meningkatkan
lebih banyak simpanan pelanggan untuk tujuan pinjaman dan investasi. Jika bank
mengelola jumlah kredit macet yang lebih tinggi karena default pelanggan, jenis
bank seperti itu terkena risiko kebangkrutan atau krisis stabilitas.
185

4 Demikian pula postulasi stabilitas-profitabilitas menunjukkan hubungan positif


antara stabilitas bank dan profitabilitas. Berdasarkan temuan kami, Tabel III
menunjukkan bahwa stabilitas memiliki pengaruh positif pada bank profitabilitas.
Namun, krisis keuangan berdampak negatif terhadap profitabilitas bank di Pakistan.
5 analisis kami menunjukkan bahwa ukuran bank memiliki dampak negative pada
stabilitas, yang didukung oleh asumsi teori keagenan (ukuran bank memiliki efek
buruk pada stabilitas). Namun, hubungan negatif ini bertentangan dengan dalil teori
pelayan dan hipotesis stabilitas konsentrasi (peningkatan ukuran bank meningkatkan
bank stabilitas).
6 Penelitian selanjutnya menunjukkan hubungan positif antara risiko pendanaan bank
dan stabilitas. Ini menyampaikan bahwa simpanan nasabah dimobilisasi secara
efisien oleh bank di Pakistan untuk mencapai stabilitas yang lebih tinggi. Temuan ini
adalah ekspektasi sebelumnya dari penelitian kami dan didukung oleh studi
penelitian sebelumnya (Shleifer dan Vishny, 2010; Köhler, 2015; Adusei, 2015 ;
Demirgüç-Kunt dan Huizinga, 2010).
7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara risiko kredit dan stabilitas
bank negatif dan buat prediksi sebelumnya dari penelitian kami. Adusei (2015)
mengemukakan bahwa bank Risiko kredit seharusnya memiliki pengaruh negatif
pada stabilitas bank karena standar yang buruk di suku bunga pinjaman. Namun,
pada Tabel IV, kami menemukan efek positif dari profitabilitas pada stabilitas,
sedangkan risiko likuiditas dan krisis keuangan berdampak negatif terhadap
stabilitas bank. Temuannya sejalan dengan investigasi sebelumnya dari Adusei
(2015).
8 Temuan secara jelas menunjukkan bahwa ukuran bank berpengaruh negatif terhadap
stabilitas bank, sedangkan pendanaan risiko berdampak positif terhadap stabilitas
bank. Kami menggunakan krisis keuangan sebagai boneka variabel dan menemukan
pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap model profitabilitas dan stabilitas.
Di sisi lain, hubungan antara ukuran bank dan profitabilitas adalah positif. Namun,
Risiko pendanaan berpengaruh tidak signifikan negatif terhadap profitabilitas bank.
Kami juga menemukan bukti bahwa variabel khusus bank lain memiliki relevansi
dengan stabilitas bank dan profitabilitas di Pakistan.
18 Limitasi : 1 Meskipun sampel penelitian kami mencakup bank komersial aktif di Pakistan dan
menggunakan penentu utama profitabilitas dan stabilitas bank, sampel tersebut
memiliki beberapa keterbatasan. Selain itu, penelitian kami dibatasi pada faktor
spesifik bank dan menghilangkan faktor makroekonomi atau faktor eksternal dari
profitabilitas dan stabilitas bank.
19 Future Riset : 1 Studi penelitian yang akan datang dapat mencakup efek merger dan akuisisi untuk
mengidentifikasi lebih banyak faktor penentu profitabilitas dan stabilitas. kami
juga menyarankan peneliti selanjutnya untuk menganalisis bagaimana
makroekonomi atau lingkungan eksternal menentukan profitabilitas bank dan
stabilitas bank komersial.
186

No. Aspek : Keterangan


1 Judul : Detetrminants of bank profitability: the case of the regional development bank (BPD
BANK) in Indonesia.
2 Peneliti : R.A Supriyono dan Heyvon Herdhayinta
3 Tahun : 2019
4 Nama Jurnal : Journal of indonesian economy and business
5 Tujuan : 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan, dan berkontribusi pada literatur
sebelumnya dengan mengkaji tidak hanya internal, tetapi juga faktor eksternal dari
profitabilitas bank BPD, dengan menggunakan Return On assets (ROA) dan return
on equity (ROE) sebagai proxy profitabilitas.
6 Masalah : Kami mencermati profitabilitas bank pembangunan daerah karena mereka
menghadapi tantangan yang berbeda dibandingkan bank umum lainnya. Menurut
Otoritas Jasa Keuangan (OJK, 2015), bank BPD memberikan kontribusi yang relatif
lebih rendah terhadap pembangunan daerah; menderita karena pemerintahan yang
belum berkembang, sumber daya manusia yang buruk, manajemen risiko dan
infrastruktur yang lemah; dan menurunkan daya saing produk dan layanan mereka.
Pemerintah Indonesia menekankan perlunya transformasi Bank BPD, untuk
meningkatkan daya saing, memperkuat bank dan pada akhirnya meningkatkan
kontribusinya bagi pembangunan daerah. Diperlukan kajian khusus tentang kinerja
bank BPD dengan memperhatikan karakteristik bank pembangunan daerah dalam
konteks tersebut.
8 Pertanyaan : Apa sajakah faktor-faktor yang dapat menentukan secara signifikan profitabilitas
Penelitian bank BPD di indonesia?
b9 Lokasi : Sub Sektor perbankkan yang ada di negara Indonesia

10 Populasi : Penelitian ini mencakup bank BPD di seluruh daerah di indonesia.

11 Sampel : Penelitian ini menganalisis 135 observasi secara keseluruhan dari 27 bank BPD di
Indonesia selama lima tahun, dari tahun 2011 hingga 2015.
12 Grade theory : -
12 Variabel : Nama Symbol Indikator
Variabel Dependen 1 Profitabilitas ROA Return On Assets
ROE Retturn On Equity
Variabel Independen : 1 Faktor internal bank TA
Total Assets
TCORCAP
Total Core Capital
CAR
Capital Assets Ratio
NPL Non Perfoming Loans
LDR Loan Depostis Ratio
OE/OI Operating expenses or Operating
income
NIM Net intersest margin
2 Faktor eksternal bank TMS Total money supply
INF inflasi
BIRATE Suku bunga bank indonesia
13 Definisi Variabel : 1 profitabilitas ROA Menurut Bashir & Hassan, 2003
ROE ROAadalah rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan
manajemen dalam keuntungan
keseluruhan. Semakin besar rasio
ROA, semakin besar tingkat
profitnyabank mencapai dan
semakin baik posisinya persyaratan
penggunaan aset bank. ROE disisi
lain, mencerminkan seberapa
efisien dan efektif manajemen
dalam memanfaatkan dana dari
pemegang saham. Karena ROA
187

cenderung lebih rendah dariROE,


bank kemungkinan menggunakan
leverage keuangan secara besar-
besaran untuk meningkatkan ROE
mereka menjadi kompetitif tingkat.
2 Ukuran bank TA Untuk mengukur ukuran suatu
bank, penelitian ini menggunakan
Total Asset (TA) sebagai
indikatornya. Karena jumlah TA
sangat bervariasi antar bank,
penelitian ini menggunakan
logaritma natural dari total aset
untuk memitigasi kemiringan data.
TA berdampak positif terhadap
profitabilitas bank. Namun,
diversifikasi aset dapat
mempengaruhi TA dan
meningkatkan risiko.
3 Modal TCORCAP modal mempengaruhi profitabilitas
CAR bank karena dapat didistribusikan
sebagai pinjaman nasabah. Dengan
demikian, modal inti yang tinggi
atau berlebihan akan berdampak
negatif terhadap profitabilitas jika
tidak dialihkan sebagai pinjaman.
Di sini, modal diukur dengan Total
Core Capital (TCORCAP) dan
Capital Adequacy Ratio (CAR),
yang dihitung berdasarkan rasio
antara modal dan aset tertimbang
menurut risiko. Indikator
kecukupan modal mengacu pada
jumlah ekuitas yang tersedia untuk
mendukung bisnis bank dan
bertindak sebagai jaring pengaman
atau bantalan jika bank merugi.
4 Kualitas aset NPL NPL secara umum berdampak
negatif terhadap profitabilitas
bank, karena kredit macet
menurunkan profitabilitas bank.
Miller dan Noulas (1997)
menyatakan bahwa peningkatan
pinjaman berisiko tinggi
mengakibatkan penurunan
profitabilitas. Thakor (1987) juga
menunjukkan bahwa tingkat
pemberian kredit macet
merupakan indikasi penurunan
kualitas aset bank dan
menandakan perubahan kinerja
profitabilitas untuk masa depan.
5 Likuiditas LDR likuiditas diukur dengan Loan to
Deposit Ratio (LDR) yang dihitung
dengan membandingkan total
pinjaman dengan total simpanan
(Buchory, 2016). Pertumbuhan
dana pihak ketiga dihitung
berdasarkan jumlah di akhir
periode, dikurangi dana di awal
periode. LDR berbanding terbalik
dengan likuiditas. Oleh karena itu,
semakin tinggi LDR maka
likuiditasnya semakin rendah dan
sebaliknya. Lebih lanjut, likuiditas
berbanding terbalik dengan
profitabilitas; sehingga koefisien
LDR terhadap profitabilitas bank
diharapkan positif.
6 Efiensi NIM efisiensi diukur dengan dua
OE/OI indikator yaitu Net Interest Margin
(NIM) dan rasio Beban Operasional
188

terhadap Pendapatan Operasional


(OE / OI). NIM dihitung
berdasarkan pendapatan bunga
bersih dibagi dengan pendapatan
rata-rata aset. Hal ini secara umum
diharapkan dapat berdampak positif
pada profitabilitas bank. OE / OI
menunjukkan efisiensi manajemen
bank dan menentukan strategi atau
peluang apa yang bisa diambil oleh
manajer. OE / OI yang tinggi
mengindikasikan bank tersebut
kurang efisien. Dengan demikian,
OE / OI berdampak negatif
terhadap profitabilitas bank.
Semakin tinggi OE / OI, semakin
rendah profitabilitas bank.
14 Metode Analisis : Analisis regresi dengan perangkat lunak statistik STATA.
15 Hipotesis : 1 Total Asset (TA) memiliki pengaruh yang signifikan berpengaruh positif terhadap
ROA.
2 Total Core Capital (TCORCAP) memiliki berpengaruh negatif signifikan terhadap
ROA.
3 Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki berpengaruh negatif signifikan terhadap
ROA.
4 Non Performing Loan (NPL) memiliki berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA
5 Loan to Deposit Ratio (LDR) memiliki berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.
6 Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (OE / OI) memiliki pengaruh
negatif yang signifikan tentang ROA
7 Net Interest Margin (NIM) berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.
8 Total Money Supply (TMS) memiliki berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.
9 Tingkat Inflasi (INF) berpengaruh signifikan berpengaruh negatif pada ROA.
10 BIRATE berpengaruh positif signifikan tentang ROA.
16 Temuan penelitian : 1 Analisis korelasi Pearson antara variabel terikat dan variabel bebas menunjukkan
bahwa CAR, NPL, OE / OI, TA, dan TCORCAP memiliki parsial negatif yang
signifikan korelasi dengan ROA, sedangkan NIM dan LDR memiliki korelasi parsial
positif yang signifikan dengan ROA. Untuk faktor penentu eksternal keuntungan
bility, tingkat bunga (BIRATE) dan total uang beredar (TMS) memiliki pengaruh
negatif yang signifikan korelasi parsial, sedangkan inflasi tidak korelasi parsial
signifikan dengan ROA.
2 Analisis korelasi Pearson untuk ROE menunjukkan bahwa CAR, NPL, TCORCAP
danOE / OI memiliki korelasi parsial negatif yang signifikan dengan ROE, sedangkan
NIM memiliki signifikan korelasi parsial positif dengan ROE. Selain itu-tion, suku
bunga (BIRATE) dan total uangsupply (TMS) memiliki korelasi negatif parsial
dengan ROE, sedangkan inflasi tidak signifikan korelasi parsial dengan ROE.
3 Pada regresi pertama, ROA merupakan variabel terikat. Hasil determinan internal
menunjukkan bahwa total aset, NPL, LDR, dan NIM memiliki hubungan positif
sedangkan OE / OI memiliki hubungan negatif dengan ROA, sebagai proksi
profitabilitas. Di sisi lain, untuk determinan eksternal, hasil penelitian menunjukkan
bahwa BI rate memiliki hubungan positif, sedangkan inflasi dan jumlah uang beredar
memiliki hubungan negatif dengan profitabilitas.
4 ROE merupakan variabel dependen untuk regresi kedua. Berdasarkan analisis regresi,
total aset, LDR dan NIM merupakan determinan internal yang memiliki hubungan
positif dengan ROE sebagai proksi profitabilitas. Sedangkan total core capital, CAR
dan OE / OI merupakan determinan internal yang memiliki hubungan negatif dengan
ROE. Selanjutnya untuk determinan eksternal, inflasi menunjukkan hubungan
negatif, sedangkan BI rate menunjukkan hubungan positif dengan ROE sebagai
proksi profitabilitas.
17 Limitasi 1 studi ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat diatasi dalam studi
empiris di masa mendatang. Kami prihatin dengan collinearity total aset dan total
modal inti, karena keduanya terkait, tetapi kami perlu mempertahankan kedua
variabel karena keduanya mewakili tujuan yang berbeda, bertindak sebagai proxy
untuk ukuran dan modal. Modal inti mempengaruhi profitabilitas karena dapat
didistribusikan sebagai pinjaman pelanggan. Modal inti yang tinggi akan berdampak
negatif pada profitabilitas jika tidak dialihkan sebagai pinjaman.
18 Future Riset : 1 Penelitian selanjutnya dapat melakukan analisis lebih lanjut mengenai profitabilitas
bank dan determinannya. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan proxy
alternatif untuk profitabilitas bank, seperti nilai tambah ekonomi (EVA) atau margin
keuntungan sebagai proxy profitabilitas. EVA merupakan alternatif untuk mengukur
189

kinerja keuangan, yang mencerminkan keuntungan ekonomi setelah menghilangkan


biaya modal.

No. Aspek : Keterangan


1 Judul : Determinant of bank profitability : a comparative study of indian and ghanian banks

2 Peneliti : Kwadwo boateng


3 Tahun : 2018
4 Nama Jurnal : Journal of emerging technologies and innovative research (JETIR)
5 Tujuan : 1 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap profitabilitas bank di India dan Ghana dan juga faktor-
faktor yang membuat pengaruh signifikan yang unik terhadap profitabilitas bank di
India tetapi tidak di Ghana dan sebaliknya.
6 Masalah : Liberalisasi sektor keuangan di kedua negara telah memungkinkan masuknya bank
asing dan swasta ke dalam sistem perbankan. Masuknya bank swasta dan bank asing
mengakibatkan persaingan yang ketat di antara para pelaku industri tersebut. Oleh
karena itu, bank-bank yang beroperasi di kedua negara ini perlu memperhatikan
maksimalisasi keuntungan tetap dalam bisnis. Oleh karena itu terdapat kebutuhan
yang mendesak untuk pengelolaan bank yang beroperasi di kedua negara
tersebutuntuk mengetahui faktor penentu profitabilitas bank.
8 Pertanyaan : Apa sajakah faktor-faktor yang dapat menentukan secara signifikan profitabilitas
Penelitian bank di India dan Ghani? Dan faktor manakah yang paling berpengaruh dalam
penurunan kualitas aset bank dikedua negara tersebut?
b9 Lokasi : Sektor perbankkan yang ada di negara India dan Ghani.

10 Populasi : semua bank yang beroperasi di india dan Ghana dari 2010 hingga 2016 telah digunakan.

11 Sampel : Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 bank dengan sepuluh dari
setiap negara digunakan dalam penelitian ini.
12 Grade theory : -
12 Variabel : Nama Symbol Indikator
Variabel Dependen 1 Profitabilitas ROA Return On Assets

Variabel Independen : 1 Faktor internal bank


Risiko kredit

Likuiditas

Margin bunga bersih


Rasio kecukupan modal
Ukuran bank
2 Faktor eksternal bank PDB Pertumbuhan PDB
IHK Tingkat inflasi
13 Definisi Variabel : 1 Rasio modal ekuitas CAR Rasio modal ekuitas menurut
(Demirguc-Kunt dan Huzinga,
1999). bank dengan rasio ekuitas
yang lebih tinggi akan memiliki
pengembalian aset yang lebih tinggi
dan pengembalian ekuitas yang
lebih rendah daripada bank dengan
rasio ekuitas yang lebih rendah
Regulator lembaga perbankan
menggunakan rasio modal sebagai
ukuran cepat kecukupan tingkat
modal bank. CAR menunjukkan
kemampuan bank dalam menyerap
kerugian dan menangani eksposur
risiko dengan pemegang ekuitas
(Antwi dan Apau, 2015).
Diharapkan semakin tinggi rasio
tersebut semakin sedikit kebutuhan
190

pendanaan eksternal dan karenanya


semakin tinggi profitabilitas bank
(Kosmidou et al, (2008).
2 Risiko kredit NPL Risiko kredit atau kualitas aset yang
diukur dengan pinjaman yang
mengalami penurunan nilai
terhadap pinjaman bruto merupakan
ukuran dari jumlah total pinjaman
yang diragukan. Kualitas aset
mengacu terutama pada kualitas
aset produktif bank. Penurunan
kualitas aset bank akan berdampak
negatif terhadap profitabilitas bank
karena penyisihan dilakukan
terhadap pendapatan yang
dihasilkan.
3 Risiko Likuiditas Risiko likuiditas yang diukur
dengan pinjaman dan uang muka
untuk total simpanan nasabah
merupakan penentu penting lainnya
dari profitabilitas bank. Ini adalah
rasio limpasan simpanan yang
menunjukkan persentase simpanan
pelanggan dan dana jangka pendek
yang dapat dipenuhi bank jika
ditarik tiba-tiba. Likuiditas yang
tidak memadai untuk memenuhi
permintaan penarikan nasabah
jangka pendek dan kewajiban
lainnya dapat menyebabkan
kegagalan bank. Oleh karena itu,
semakin tinggi nilai rasio likuiditas,
semakin likuid bank tersebut dan
semakin kecil kerentanannya
terhadap kegagalan.
4 Margin bunga bersih NIM NIM juga disebut sebagai hasil
bersih dari aset produktif bunga.
Ini adalah ukuran perbedaan
antara bunga yang diterima dan
bunga yang dibayarkan,
disesuaikan relatif dengan jumlah
aset yang menghasilkan bunga.
Rasio ini penting bagi manajemen
bank karena mereka
meminjamkan dengan satu tingkat
bunga dan membayar deposan
dengan tingkat yang lain. NIM
negatif yang tercatat merupakan
indikasi bahwa manajemen
perusahaan tidak dapat membuat
keputusan yang bijaksana karena
bunga yang dibayarkan melebihi
bunga yang diterima atas investasi
yang dilakukan.
5 Cost to income ratio CIR Cost to income ratio menurut
kosmidou et al 2008, Rasio ini
mengukur biaya overhead bank
sebagai persentase dari
pendapatannya. Ini adalah cara
termudah untuk mengukur
kemampuan manajemen bank
dalam mengubah aset perusahaan
menjadi pendapatan. Biasanya
digunakan sebagai indikator
kemampuan manajemen untuk
mengendalikan biaya, Rasio yang
lebih rendah merupakan implikasi
bahwa bank beroperasi secara
efisien dan lebih baik. Peningkatan
rasio efisiensi menunjukkan bahwa
pengeluaran bank meningkat atau
191

lebih baik lagi, pendapatan


menurun. Rasio hingga 50% adalah
rasio efisiensi optimal maksimum.
6 Ukuran bank Ukuran bank yang besar dapat
menghasilkan skala ekonomi
dengan biaya yang lebih rendah,
atau cakupan ekonomi yang
mengarah pada diversifikasi produk
dan pinjaman sehingga
memberikan akses ke pasar yang
tidak dapat diakses oleh bank-bank
berukuran kecil (Kosmidou et al.
(2008). Sufian dan Chong (2008)
telah mengindikasikan bahwa
ukuran bank dapat berpengaruh
positif terhadap profitabilitas bank
jika terdapat skala ekonomi yang
substansial, dan jika diversifikasi
tersebut menghasilkan risiko yang
lebih tinggi maka akan
menunjukkan pengaruh yang
negative.
7 Produk domestik bruto PDB PDB merupakan indikator penting
dari kekuatan ekonomi suatu negara
(Nagaraj & Boateng, 2018). Semua
hal sederajat, pertumbuhan dalam
kegiatan ekonomi suatu negara di
suatu negara akan meningkatkan
permintaan pinjaman dan
meningkatkan profitabilitas bank.
8 Inflasi IHK Kenaikan tingkat harga barang dan
jasa ini akan menurunkan daya beli
rumah tangga tersebut. Penurunan
daya beli riil mata uang yang
berlaku inilah yang disebut sebagai
inflasi. Inflasi dimasukkan sebagai
variabel eksternal untuk
memperhitungkan ketidakpastian
ekonomi. Hubungan antara inflasi
dan profitabilitas bank merupakan
hasil yang beragam. Bisa positif
atau negatif tergantung antisipasi
manajemen bank dalam penetapan
suku bunga pinjaman.
14 Metode Analisis : Analisis regresi berganda
15 Hipotesis : 1 NIM memiliki pengaruh yang signifikan berpengaruh positif terhadap ROA
2 Credit Risk memiliki berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

3 Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki berpengaruh positif signifikan terhadap


ROA.
4 Non Performing Loan (NPL) memiliki berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA
5 Liquidity risk (LDR) memiliki berpengaruh positif signifikan terhadap ROA.
6 Efiensi operasi (CTIR) memiliki pengaruh negatif yang signifikan tentang ROA
7 Bank Size (LNAS) berpengaruh positif atau negatif signifikan terhadap ROA.
8 Produk domestik bruto (PDB) memiliki berpengaruh positif signifikan terhadap
ROA.
9 Tingkat Inflasi (INF) berpengaruh signifikan negatif atau positif pada ROA.
16 Temuan penelitian : 1 Temuannya menunjukkan bahwa risiko kredit, marjin bunga bersih, kecukupan
modal, dan inflasi merupakan faktor yang paling penting yang secara signifikan
mempengaruhi profitabilitas bank di Ghana dan India. Rasio biaya terhadap
pendapatan dan ukuran bank dampak yang tidak signifikan terhadap profitabilitas
bank-bank India tetapi berdampak signifikan pada bank-bank di Ghana profitabilitas.
17 Limitasi 1 -
18 Future Riset : 1 Penelitian selanjutnya dapat melakukan analisis lebih lanjut mengenai langkah-
langkah pengendalian internal yang harus diperkuat oleh manajer bank di kedua
negara untuk meminimalkan biaya operasional yang berlebihan.
Lampiran 2 : Daftar Bank Sampel
192

Kode
No Nama Emiten Tanggal IPO
Saham
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk 08-Aug-2003
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 04-Okt-2007
3 BBCA Bank Central Asia Tbk 31-Mei-2000
4 BBNI Bank Negara Indonesia (persero) Tbk 25-Nov-1996
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk 10-Nov-2003
6 BBTN Bank Tabungan Negara (persero) Tbk 17-Des-2009
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 13-Jan-2015
8 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk 08-jul-2003
9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 06-Des-1989
10 BGTG Bank Ganesha Tbk 16-Mei-1990
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk 16-Jan-2014
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten 08-Jul-2010
12 BJBR Tbk
13 BJTM Bank Pembangunan Jawa Timur 12-Jul-2012
14 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk 11-Jul-2013
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14-Jul-2003
16 BNBA Bank Bumi Artha Tbk 01-Jun-2006
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 29-Nov-1989
18 BNLI Bank Permata Tbk 15-Jan-1990
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk 13-Des-2010
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 12-Mar-2008
21 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk 30-Jun-1999
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 23-Aug-1990
23 MCOR Bank China Construction Bank Indonesia Tbk 03-Jul-2007
24 MEGA Bank Mega Tbk 17-Apr-2000
25 NISP Bank OCBN NISP Tbk 20-Okt-1994
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 19-Des-1982
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 15-Des-2006

Lampiran 3 : Perkembangan Asset Perusahaan Sampel


193

Total Assets (dalam jutaan rupiah)


No Kode Nama Perusahaan Rata-Rata Pertb.
2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 63.883.050 83.645.025 11.377.960 16.325.247 23.313.671 27.067.922 37.602.146 9,39%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 9.252.649 12.159.197 14.207.414 16.349.473 18.019.614 19.192.375 14.863.454 16,01%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 55.315.553 59.437.277 67.673.875 75.031.967 82.478.794 91.898.931 71.972.733 10,71%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 41.657.370 50.859.528 60.303.188 70.933.008 80.857.201 84.560.520 64.861.803 15,37%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 8.019.841 8.784.263 10.036.444 11.262.484 12.968.982 14.167.588 10.873.267 12,08%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 14.458.235 17.180.759 21.416.847 26.136.526 30.643.619 30.134.648 23.328.439 16,22%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 2.691.129 3.417.884 4.134.764 5.004.795 4.533.729 5.123.734 4.151.006 14,52%
8 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk. 8.675.437 9.409.596 10.277.807 10.644.299 12.093.242 12.900.342 10.666.787 8,31%
9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. 19.582.085 18.805.741 17.443.652 17.825.709 18.676.218 19.353.397 18.614.467 -0,12%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 2.135.887 1.974.416 4.235.925 4.581.932 4.497.122 4.809.743 3.705.838 24,05%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 1.951.636 2.081.523 2.359.089 3.123.345 3.854.174 5.262.429 3.105.366 22,46%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 7.586.131 8.869.743 10.231.845 11.498.016 12.019.138 12.353.647 10.426.420 10,39%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 37.998.046 42.803.631 43.032.950 51.518.681 62.689.118 76.715.290 52.459.619 15,39%
14 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk. 48.316.371 53.439.363 54.815.189 60.548.452 66.940.236 75.695.801 59.959.235 9,45%
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. 8.550.396 9.100.634 10.387.060 11.247.008 12.022.520 13.182.463 10.748.347 9,08%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 51.554.226 65.672.668 71.211.733 70.146.773 72.972.734 76.076.537 67.939.112 8,52%
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk. 23.316.242 23.884.925 24.157.172 26.630.544 26.678.149 27.446.722 25.352.292 3,38%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 18.535.367 18.268.935 16.552.751 14.832.837 15.289.286 16.145.125 16.604.050 -2,51%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 21.250.549 27.638.688 31.192.625 30.404.078 30.748.742 36.559.556 29.632.373 12,08%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 75.059.223 81.039.663 91.371.387 95.041.593 101.341.224 181.631.385 104.247.413 22,12%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 21.364.882 23.250.685 25.999.981 28.825.608 30.172.315 30.456.458 26.678.322 7,43%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 23.462.770 25.119.249 26.219.938 27.727.008 26.025.188 25.532.041 25.681.032 1,83%
23 MCOR Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk. 9.769.591 10.089.121 12.257.391 15.788.738 15.992.475 1.889.368 10.964.447 -6,66%
24 MEGA Bank Mega Tbk. 6.658.246 6.822.517 7.053.168 8.229.701 8.376.194 10.080.383 7.870.035 8,93%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. 10.311.111 12.048.040 13.819.634 15.377.395 17.358.289 18.070.698 14.497.528 11,96%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 17.263.868 18.312.054 19.917.505 21.354.179 20.720.441 21.128.737 19.782.797 4,21%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 16.432.776 20.019.523 22.630.634 27.086.504 29.631.693 36.936.262 25.456.232 17,72%
Nilai rata-rata 23.408.457 26.696.736 26.218.742 28.707.284 31.203.170 36.055.225 28.594.243 9,20%
Nilai Minimum 1.951.636 1.974.416 2.359.089 3.123.345 3.854.174 1.889.368 3.105.366 -6,66
Nilai Maximum 75.059.223 83.645.025 91.371.387 95.041.593 101.341.224 181.631.385 104.247.413 22,46

Sumber : Data Sekunder diolah, 2021.

Lampiran 4 : Perkembangan Equity Perusahaan Sampel


194
Total Equity (jutaan rupiah)
No Kode Nama Perusahaan Rata-Rata Pertb.
2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 8.946.808 13.524.124 19.362.515 31.112.848 44.242.858 44.817.042 27.001.033 39,70%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 971.788 1.053.416 1.315.040 1.408.386 2.170.800 2.279.769 1.533.200 19,90%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 7.572.569 8.962.494 11.271.505 13.140.169 15.175.342 17.414.315 12.256.066 18,19%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 6.102.130 7.843.822 8.925.400 10.090.330 11.037.378 12.500.394 9.416.576 15,60%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 9.770.583 11.312.717 14.681.259 16.734.749 18.527.533 20.878.433 15.317.546 16,59%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 12.252.895 13.860.107 19.130.536 21.663.434 23.840.448 24.533.856 19.213.546 15,47%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 274.850 365.487 643.065 676.190 600.385 945.783 584.293 32,08%
8 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk. 21.204.436 22.638.344 69.100.000 67.589.520 31.093.314 34.911.272 41.089.481 33,62%
9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. 32.646.840 34.214.849 36.377.972 39.172.152 41.939.821 45.417.027 38.294.777 6,83%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 205.523 210.462 1.067.856 1.118.360 1.126.199 1.140.000 811.400 83,29%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 302.085 319.432 482.705 1.204.184 1.208.052 1.221.096 789.592 41,54%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 7.081.703 7.757.218 9.674.228 10.104.975 11.285.315 12.042.629 9.657.678 11,42%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 6.043.635 6.295.461 7.209.572 7.816.074 8.471.936 9.185.652 7.503.722 8,78%
14 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk. 6.369.408 8.480.067 11.116.121 11.621.573 12.007.405 12.289.315 10.313.982 14,89%
15 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. 10.484.456 11.949.184 15.336.972 17.000.613 18.496.030 20.903.452 15.695.118 15,00%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 6.021.396 12.338.682 12.966.674 13.628.294 14.947.546 15.236.555 12.523.191 25,34%
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk. 28.447.694 28.679.387 34.207.622 36.950.996 39.580.579 43.294.166 35.193.407 8,92%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 17.083.109 18.812.844 19.289.606 21.510.742 22.451.936 24.037.351 20.530.931 7,12%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 3.164.114 3.669.511 4.475.322 4.844.184 4.856.420 6.074.463 4.514.002 14,30%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 11.679.641 13.576.068 15.837.896 16.752.540 18.786.330 31.471.928 18.017.401 23,67%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 17.598.282 21.136.902 26.262.706 28.463.457 28.060.254 29.864.546 25.231.025 11,55%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 2.691.006 2.765.770 4.424.389 4.507.912 4.587.111 4.536.235 3.918.737 13,06%
23 MCOR Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk. 1.221.079 1.413.732 2.396.184 2.443.795 2.516.158 2.794.858 2.130.968 20,26%
24 MEGA Bank Mega Tbk. 6.969.527 11.517.195 12.265.681 13.064.616 13.782.673 15.541.438 12.190.188 19,30%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. 14.943.366 16.411.347 19.506.576 21.784.354 24.428.254 27.664.803 20.789.783 13,15%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 23.056.891 30.806.209 34.200.800 36.288.731 40.747.117 44.441.714 34.923.577 14,42%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 3.904.265 4.135.931 4.411.890 6.106.998 6.550.468 6.935.590 5.340.857 12,83%
Nilai rata-rata 10.119.454 11.919.801 15.828.008 17.334.353 17.537.200 19.439.927 15.363.124 14,42%
Nilai Minimum 205.523 210.462 482.705 676.190 600.385 945.783 584.293 6,83%
Nilai Maximum 32.646.840 34.214.849 69.100.000 67.589.520 44.242.858 45.417.027 41.089.481 83,29%
Sumber : Data Sekunder diolah, 2021.

Lampiran 5 : Perkembangan Hutang Perusahaan Sampel


195
Total Hutang (dalam jutaan rupiah)
No Kode Nama Perusahaan Rata-Rata Pertb.
2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 5.493.624 7.012.090 9.441.709 13.211.308 18.889.385 22.586.218 12.772.389 32,95%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 8.280.861 11.105.781 12.892.374 14.941.087 15.848.814 16.912.606 13.330.254 15,78%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 47.547.734 50.194.542 56.055.668 61.494.026 66.843.877 74.006.712 59.357.093 9,27%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 34.114.865 41.272.767 49.270.112 58.408.681 67.123.754 68.848.944 53.173.187 15,28%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 7.042.783 7.652.991 8.568.318 9.589.009 10.906.640 11.831.556 9.265.216 10,95%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 13.232.945 15.794.748 18.282.899 22.393.746 26.378.401 25.846.811 20.321.592 14,68%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 2.416.279 3.052.397 3.491.699 4.328.605 3.933.344 4.177.951 3.566.713 12,35%
8 BBM D Bank M estika Dharma Tbk. 65.549.941 71.457.625 95.868.070 99.684.040 89.839.109 94.092.154 86.081.823 8,40%
9 BDM N Bank Danamon Indonesia Tbk. 16.317.401 15.384.256 13.805.854 13.908.494 14.482.236 14.811.694 14.784.989 -1,77%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 1.930.364 1.763.954 3.168.069 3.463.572 3.370.923 3.669.743 2.894.438 17,30%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 1.649.751 1.762.091 1.876.384 1.919.161 2.646.122 4.041.333 2.315.807 21,24%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 6.391.140 7.606.847 8.701.982 9.882.052 10.403.592 10.592.099 8.929.619 10,81%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 31.954.411 36.508.170 35.823.378 43.702.607 54.217.182 67.529.638 44.955.898 16,60%
14 BM AS Bank M aspion Indonesia Tbk. 41.946.962 44.959.296 43.699.068 48.926.878 54.932.830 63.406.485 49.645.253 8,81%
15 BM RI Bank M andiri (Persero) Tbk. 6.970.196 7.361.987 8.245.598 8.880.268 9.419.531 10.257.495 8.522.513 8,06%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 45.532.830 53.333.985 58.245.059 56.518.479 58.025.188 60.839.981 55.415.920 6,18%
17 BNGA Bank CIM B Niaga Tbk. 20.471.472 21.016.986 20.736.410 22.935.444 22.720.091 23.117.306 21.832.952 2,55%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 16.827.056 16.387.650 14.623.790 12.681.762 13.044.093 13.741.390 14.550.957 -3,69%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 18.095.435 24.199.077 26.717.304 25.559.894 23.532.846 26.385.919 24.081.746 8,80%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 63.132.147 67.115.804 75.058.959 78.289.053 82.554.894 150.159.457 86.051.719 21,96%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 18.434.623 23.250.685 25.999.981 24.483.975 25.808.570 25.782.313 23.960.025 7,49%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 20.771.764 22.353.479 21.795.549 23.219.096 21.438.077 20.995.806 21.762.295 0,38%
23 M COR Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk.
8.548.512 8.675.389 9.861.207 13.344.925 13.476.317 16.098.826 11.667.529 14,19%
24 M EGA Bank M ega Tbk. 59.612.933 56.707.975 58.266.001 69.232.394 69.979.273 85.262.393 66.510.162 7,92%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. 8.816.774 10.406.905 11.868.976 13.198.960 14.915.464 15.304.218 12.418.550 11,78%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 14.958.179 15.231.433 16.497.425 17.725.306 16.645.730 16.684.565 16.290.440 2,34%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 12.528.511 15.883.592 18.218.744 20.979.506 23.081.225 30.000.672 20.115.375 19,33%
Nilai rata-rata 22.540.038 24.675.727 27.263.917 29.689.339 31.206.780 36.422.447 28.633.041 10,14%
Nilai M inimum 1.649.751 1.762.091 1.876.384 1.919.161 2.646.122 3.669.743 2.315.807 -3,69%
Nilai M aximum 65.549.941 71.457.625 95.868.070 99.684.040 89.839.109 150.159.457 86.081.823 32,95%

Sumber : Data Sekunder diolah, 2021.


196

Lampiran 6 : Statistik Deskriptif Data Penelitian

Variabel N Minimum Maksimum Mean


Profitabilitas (ROE) 162 -1,22 24,01 9,63
Risiko Kredit (NPL) 162 0,40 3,92 1,95
Risiko Likuiditas (LDR) 162 55,40 117,51 87,40
Risiko Pendanaan 162 0,19 1,81 0,66
Bank Size 162 28,70 34,60 31,43
Inflasi 162 -1,47 2,85 0,46
Pertumbuhan Ekonomi 162 -57,28 23,45 1,07
Suku Bunga 162 -4,37 3,07 -1,01
197

Lampiran 7 : Perkembangan Profitabilitas Perusahaan Sampel


Return On Equity (ROE)/% Rata
No Kode Nama Perusahaan Pertb.
2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 7,05 7,65 7,31 5,64 5,80 1,16 5,77 -19,19%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 8,93 9,59 7,82 7,17 8,46 1,20 7,20 -17,44%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 25,5 21,90 20,50 19,20 18,80 18,00 20,65 -6,64%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 23,6 17,20 15,50 15,60 16,10 14,00 17,00 -9,24%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 31,19 29,89 23,10 20,00 20,50 19,40 24,01 -8,63%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 10,95 16,84 18,40 18,11 14,89 1,00 13,37 -9,92%
7 BBYB Bank Yudhi Bakti Tbk 5,53 9,21 14,70 2,5 -22,73 2,27 1,91 -215,20%
8 BBM D Bank M estika Dharma Tbk. 12,14 11,24 6,95 9,55 9,01 7,50 9,40 -6,12%
9 BDM N Bank Danamon Indonesia Tbk. 8,60 7,40 8,00 10,50 10,60 10,30 9,23 4,71%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk 1,62 3,02 5,20 4,80 0,51 1,07 2,70 34,27%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 5,63 5,80 5,23 1,86 0,97 0,60 3,35 -31,45%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 18,92 23,05 21,81 20,05 18,81 12,99 19,27 -5,75%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 18,98 16,11 17,82 17,43 17,75 18,00 17,68 -0,69%
14 BM AS Bank M aspion Indonesia Tbk. 4,13 6,37 7,62 6,30 6,35 5,11 5,98 7,56%
15 BM RI Bank M andiri (Persero) Tbk. 25,81 23,03 11,12 14,53 16,23 15,08 17,63 -5,44%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 11,34 8,97 6,43 6,96 6,81 3,51 7,34 -18,32%
17 BNGA Bank CIM B Niaga Tbk. 8,24 1,49 5,81 8,34 9,09 9,35 7,05 52,68%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 12,20 1,80 -38,30 4,80 5,00 7,20 -1,22 -475,48%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 5,72 6,46 10,04 7,51 1,12 0,14 5,17 -25,89%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 18,60 14,10 12,60 8,2 11,6 9,90 12,50 -8,59%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 7,62 6,73 4,79 5,52 3,41 -0,57 4,58 -36,04%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 5,92 2,93 2,11 1,71 1,43 -1,63 2,08 -65,56%
23 M COR Bank China Conturction Indonesia Tbk 5,28 6,21 1,16 2,46 4,31 4,15 3,93 23,97%
24 M EGA Bank M ega Tbk. 10,05 15,3 10,91 11,66 13,76 14,85 12,76 11,27%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. 9,68 9,60 9,85 10,66 11,78 11,56 10,52 3,73%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 9,24 6,07 8,29 7,49 9,23 8,90 8,20 2,45%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 8,35 12,16 13,06 14,21 13,01 11,08 11,98 7,71%
Nilai Rata-rata 11,88 11,12 8,81 9,73 8,61 7,63 9,63 -7,92%
Nilai M inimum 1,62 1,49 -38,30 1,71 -22,73 -1,63 -1,22 -475,48%
Nilai M aximum 31,19 29,89 23,10 20,05 20,50 19,40 24,01 52,68%

Sumber : Data Sekunder diolah, 2021.


198

Lampiran 8 : Perkembangan Risiko Kredit Perusahaan Sampel


Non Ferforming Loan ( NPL)/% Rata
No Kode Nama Perusahaan pert (%)
2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 2,02 1,90 2,88 2,59 2,86 7,66 3,32 42,77%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 0,24 0,75 2,94 2,43 2,50 1,34 1,70 88,73%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 0,60 0,70 1,30 1,50 1,40 1,30 1,13 20,79%
4 BGTG Bank Ganesha Tbk. 4,16 1,80 0,80 0,20 0,83 1,06 1,48 31,08%
5 BBM D Bank M estika Dharma Tbk. 2,16 1,36 2,18 1,32 1,04 0,63 1,45 -15,37%
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 0,40 0,90 0,40 0,70 0,80 1,20 0,73 41,75%
7 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 1,69 2,02 2,03 2,12 2,16 2,62 2,11 9,53%
8 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 2,76 2,11 1,85 2,66 2,81 4,78 2,83 16,73%
9 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 2,35 1,85 2,48 2,07 9,92 1,63 3,38 58,38%
10 BDM N Bank Danamon Indonesia Tbk. 2,30 3,00 3,10 2,80 2,70 3,00 2,82 6,33%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 0,61 0,08 2,29 4,60 2,43 4,76 2,46 565,04%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 1,04 0,86 0,75 0,79 0,90 0,81 0,86 -4,17%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 3,31 4,29 4,77 4,59 3,75 2,77 3,91 -1,48%
14 BM AS Bank M aspion Indonesia Tbk. 0,70 0,50 0,81 1,38 2,10 2,27 1,29 32,81%
15 BM RI Bank M andiri (Persero) Tbk. 0,44 0,60 1,38 1,06 0,67 0,84 0,83 26,35%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 0,08 0,39 1,01 0,85 0,69 0,7 0,62 102,65%
17 BNGA Bank CIM B Niaga Tbk. 1,94 1,59 2,16 2,16 1,55 1,30 1,78 -5,31%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 0,60 2,70 8,80 4,60 4,00 2,80 3,92 97,03%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 2,56 2,99 1,47 2,34 2,73 4,33 2,74 20,08%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 0,41 0,4 0,38 0,28 0,54 0,38 0,40 5,89%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 2,61 3,93 2,37 2,32 1,90 4,96 3,02 30,34%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 1,69 1,25 1,44 4,30 3,33 4,25 2,71 38,57%
23 M COR Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk. 2,45 1,63 2,48 2,26 1,62 1,72 2,03 -2,47%
24 M EGA Bank M ega Tbk. 2,09 2,81 3,44 2,01 1,60 2,46 2,40 9,73%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. 0,80 0,78 0,77 0,72 0,82 0,78 0,78 -0,25%
26 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 1,81 1,26 0,98 0,90 1,08 1,18 1,20 -6,30%
27 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 0,52 0,55 0,82 0,77 0,91 1,12 0,78 18,00%
Nilai Rata-rata 1,57 1,59 2,08 2,01 2,13 2,32 1,95 8,73%
Nilai M inimum 0,08 0,08 0,38 0,2 0,54 0,38 0,40 -15,37%
Nilai M aximum 4,16 4,29 8,8 4,6 9,92 7,66 3,92 565,04%

Sumber : data sekunder diolah, 2021.


199

Lampiran 9 : Perkembangan Risiko Likuiditas Perusahaan Sampel


Loan to Deposit Ratio (LDR)/% Rata
No Kode Nama Perusahaan Pertb
2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 88,49 87,15 88,25 88,33 86,75 91,59 88,43 0,73%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 58,13 55,78 55,34 50,61 51,96 60,55 55,40 1,16%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 76,80 81,10 77,10 78,20 81,60 80,50 79,22 1,02%
4 BGTG Bank Ganehsa Tbk. 62,03 72,98 87,94 85,55 87,81 82,76 79,85 6,46%
5 BBM D Bank M estika Dharma Tbk. 101,30 101,61 80,93 81,02 86,93 88,06 89,98 -2,27%
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 87,80 87,80 90,40 85,60 88,80 91,50 88,65 0,89%
7 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 81,68 86,88 87,77 87,44 88,96 88,64 86,90 1,68%
8 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 108,86 108,78 102,66 103,13 103,49 113,50 106,74 0,96%
9 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 86,10 88,95 95,80 94,57 107,66 94,15 94,54 2,20%
10 BDM N Bank Danamon Indonesia Tbk. 92,60 87,50 91,00 93,30 95,00 98,90 93,05 1,39%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 75,07 82,83 76,30 77,61 69,28 62,94 74,01 -3,14%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 93,18 88,13 86,70 87,27 91,89 97,81 90,83 1,07%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 86,54 82,92 90,48 79,69 66,57 63,34 78,26 -5,66%
14 BM AS Bank M aspion Indonesia Tbk. 77,20 92,96 99,88 97,14 100,87 94,13 93,70 4,45%
15 BM RI Bank M andiri (Persero) Tbk. 82,02 87,05 85,41 87,16 96,69 93,93 88,71 2,88%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 79,45 82,78 79,03 82,10 84,26 87,08 82,45 1,90%
17 BNGA Bank CIM B Niaga Tbk. 99,46 97,98 98,38 96,24 97,18 97,75 97,83 -0,34%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 89,10 87,80 80,50 87,50 90,10 86,30 86,88 -0,46%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 83,88 78,04 77,47 80,57 84,24 81,95 81,03 -0,37%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 97,48 97,20 95,41 96,22 96,17 163,05 107,59 13,64%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 70,25 70,17 68,38 70,25 73,61 74,46 71,19 1,20%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 87,62 80,75 86,39 82,89 77,18 68,29 80,52 -4,66%
23 M COR Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk
84,03 86,82 86,83 79,49 88,35 107,86 88,90 5,62%
24 M EGA Bank M ega Tbk. 65,85 65,05 55,35 56,47 67,23 69,67 63,27 1,72%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. 93,59 98,05 89,86 93,42 93,51 94,08 93,75 0,22%
26 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 101,20 97,22 110,45 111,07 145,20 139,91 117,51 7,46%
27 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 95,47 98,83 94,37 96,28 104,15 115,26 100,73 3,97%
Nilai Rata-rata 85,38 86,41 85,87 85,52 89,09 92,15 87,40 1,56%
Nilai M inimum 58,13 55,78 55,34 50,61 51,96 60,55 55,40 -4,66%
Nilai M aximum 108,86 108,78 110,45 111,07 145,20 163,05 117,51 13,64%

Sumber : Data sekunder diolah, 2021.


200

Lampiran 10 : Perkembangan Risiko Pendanaan Perusahaan Sampel


Funding Risk (Z-Score) Rata
No Kode Nama Perusahaan Pertb
2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 0,81 0,82 0,81 0,76 0,77 0,78 0,79 -0,80%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 0,66 0,61 0,40 0,34 0,38 0,35 0,46 -10,70%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 0,20 0,19 0,18 0,18 0,18 0,18 0,19 -1,82%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 0,27 0,28 0,26 0,25 0,23 0,22 0,25 -3,38%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 0,37 0,32 0,31 0,29 0,28 0,29 0,31 -4,41%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 0,39 0,38 0,37 0,33 0,38 0,37 0,37 -1,09%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 0,78 0,78 0,75 0,73 0,72 0,72 0,75 -1,48%
8 BBM D Bank M estika Dharma Tbk. 0,74 0,74 0,73 0,34 0,35 0,35 0,54 -10,58%
9 BDM N Bank Danamon Indonesia Tbk. 0,59 0,61 0,60 0,57 0,58 0,56 0,59 -0,98%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 0,84 0,83 0,64 0,74 0,74 0,75 0,76 -1,37%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 0,83 0,83 0,64 0,52 0,55 0,67 0,67 -2,90%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 0,70 0,71 0,71 0,71 0,68 0,68 0,70 -0,67%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 0,80 0,80 0,76 0,77 0,81 0,79 0,79 -0,13%
14 BM AS Bank M aspion Indonesia Tbk. 0,57 0,56 0,52 0,56 0,54 0,56 0,55 0,00%
15 BM RI Bank M andiri (Persero) Tbk. 0,30 0,26 0,26 0,21 0,22 0,21 0,24 -6,29%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 0,86 0,79 0,80 0,79 0,78 0,78 0,80 -1,96%
17 BNGA Bank CIM B Niaga Tbk. 0,75 0,75 0,75 0,71 0,72 0,71 0,73 -0,98%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 0,80 0,80 0,79 0,75 0,77 0,76 0,78 -0,88%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 0,80 0,80 0,80 0,70 0,72 0,67 0,75 -3,12%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 0,71 0,74 0,72 0,71 0,70 0,48 0,68 -6,60%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 0,76 0,74 0,75 0,72 0,68 0,72 0,73 -1,06%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 0,83 0,85 0,80 0,80 0,79 0,79 0,81 -0,95%
23 M COR Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk.
0,84 0,83 0,78 0,81 0,82 6,81 1,81 146,11%
24 M EGA Bank M ega Tbk. 0,77 0,73 0,72 0,74 0,73 0,72 0,74 -1,15%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. 0,71 0,72 0,75 0,74 0,72 0,70 0,72 -0,20%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 0,73 0,70 0,72 0,68 0,66 0,62 0,69 -3,12%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 0,69 0,72 0,66 0,62 0,52 0,52 0,62 -5,31%
Nilai Rata-rata 0,67 0,66 0,63 0,60 0,59 0,81 0,66 4,81%
Nilai M inimum 0,20 0,19 0,18 0,18 0,18 0,18 0,19 -10,70%
Nilai M aximum 0,86 0,85 0,81 0,81 0,82 6,81 1,81 146,11%
Sumber : Data Sekunder diolah, 2021.
201

Lampiran 11 : Perkembangan Ukuran Perusahaan Perusahaan Sampel


Ukuran Perusahaan (LN dari Total Assets)
No Kode Nama Perusahaan Rata-Rata Pert
2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 29,49 29,76 30,06 30,42 30,78 30,93 30,24 0,96%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 29,86 30,13 30,28 30,43 30,52 30,57 30,30 0,47%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 33,95 34,02 34,15 34,25 34,35 34,45 34,20 0,29%
4 BGTG Bank Ganesha Tbk. 28,39 28,31 29,07 29,15 29,13 29,20 28,88 0,57%
5 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk. 29,79 29,87 29,99 30,10 30,12 30,19 30,01 0,27%
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 33,66 33,86 34,03 34,20 34,33 36,67 34,46 1,76%
7 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 34,32 34,41 34,54 34,66 34,80 34,89 34,60 0,33%
8 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 32,60 32,78 33,00 33,20 33,36 33,37 33,05 0,47%
9 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 28,62 28,86 29,05 29,24 29,14 29,26 29,03 0,44%
10 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. 32,91 32,87 32,79 32,81 32,86 32,90 32,86 -0,01%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 28,30 28,36 28,49 28,77 28,98 29,29 28,70 0,69%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 31,96 32,12 32,26 32,38 32,42 32,45 32,27 0,30%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 31,27 31,39 31,39 31,57 31,77 31,97 31,56 0,44%
14 BM AS Bank Maspion Indonesia Tbk. 29,21 29,31 29,33 29,43 29,53 29,66 29,41 0,31%
15 BM RI Bank Mandiri (Persero) Tbk. 34,38 34,44 27,67 27,75 27,82 27,91 30,00 -3,72%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 29,27 29,51 29,59 29,58 29,62 29,66 29,54 0,27%
17 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk. 33,08 33,11 33,12 33,22 33,22 33,25 33,17 0,10%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 32,85 32,84 32,74 32,63 32,66 32,72 32,74 -0,08%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 30,69 30,96 31,07 31,05 31,06 31,23 31,01 0,35%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 31,95 32,03 32,15 32,19 32,25 32,83 32,23 0,55%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 30,69 30,78 30,89 30,99 31,04 31,05 30,91 0,23%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 30,79 30,85 30,90 30,95 30,89 30,87 30,88 0,05%
23 MCOR Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk.
29,91 29,94 30,14 30,39 30,40 30,57 30,23 0,44%
24 MEGA Bank Mega Tbk. 31,83 31,85 31,89 32,04 32,06 32,24 31,99 0,26%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. 32,27 32,42 32,56 32,67 32,79 32,83 32,59 0,34%
26 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 30,43 30,63 30,75 30,93 31,02 31,24 30,83 0,53%
27 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 32,78 32,84 32,93 32,99 32,96 32,98 32,91 0,12%
Nilai Rata-rata 31,31 31,42 31,29 31,41 31,48 31,67 31,43 0,23%
Nilai Minimum 28,30 28,31 27,67 27,75 27,82 27,91 28,70 -3,72%
Nilai Maximum 34,38 34,44 34,54 34,66 34,80 36,67 34,60 1,76%

Sumber : Data Sekunder diolah, 2021.


202

Lampiran 12 : Perkembangan Inflasi Perusahaan Sampel


INFLAS I (%) Rata
No Kode Nama Perusahaan Pert
2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. -0,99 -0,85 0,25 0,29 0,47 5,63 0,80 206,48%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 1,08 0,71 0,72 0,63 0,55 6,52 1,70 205,48%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. -1,67 -1,71 1,74 1,39 0,84 1,98 0,43 -24,67%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 1,27 0,67 1,90 1,79 0,48 1,59 1,28 57,72%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. -2,80 -2,52 2,93 3,22 2,96 1,57 0,89 -54,28%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. -1,70 -1,32 -1,10 -1,61 0,03 20,87 2,53 13874,43%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 0,14 1,23 -2,90 -0,69 4,84 14,49 2,85 -47,10%
8 BBM D Bank M estika Dharma Tbk. -0,87 -1,36 2,50 1,30 0,97 1,64 0,70 -46,36%
9 BDM N Bank Danamon Indonesia Tbk. -1,75 -1,89 1,03 -0,41 -0,79 -0,69 -0,75 -41,26%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 0,16 0,08 -0,04 -0,99 0,01 6,08 0,88 12554,80%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. -1,64 -2,27 0,10 0,73 1,10 2,97 0,17 156,94%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. -0,09 -0,37 0,64 -0,02 1,02 9,15 1,72 -893,59%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. -1,30 -0,23 0,16 -0,03 -0,55 -0,64 -0,43 275,81%
14 BM AS Bank M aspion Indonesia Tbk. -0,95 -0,28 -0,53 -0,65 -0,14 1,80 -0,13 -284,55%
15 BM RI Bank M andiri (Persero) Tbk. -0,05 -0,48 4,68 4,30 3,05 -2,49 1,50 -86,77%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. -0,76 -1,23 1,66 1,28 0,78 3,80 0,92 30,42%
17 BNGA Bank CIM B Niaga Tbk. -2,13 -3,02 1,58 -0,74 -2,18 -2,33 -1,47 -11,18%
18 BNLI Bank Permata Tbk. -1,21 -2,31 15,76 9,49 3,95 -17,90 1,30 -268,53%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. -2,78 -3,12 -0,76 -1,03 0,35 11,81 0,75 622,48%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. -3,93 -4,42 2,76 2,10 0,99 -1,74 -0,71 -100,50%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. -2,12 -1,69 2,24 0,75 0,83 7,52 1,26 99,41%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. -1,17 -1,94 1,87 0,92 0,42 4,06 0,69 126,19%
23 M COR Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk.
-2,30 -3,03 2,25 1,46 1,15 -3,11 -0,60 -113,86%
24 M EGA Bank M ega Tbk. -7,71 -6,77 0,07 0,51 1,01 -4,73 -2,94 9,01%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. -0,56 -0,55 0,29 -0,21 -0,45 -1,75 -0,54 15,25%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. -1,12 -1,57 0,90 -0,09 -0,85 -2,01 -0,79 150,75%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk -3,04 -3,53 1,57 -1,22 -0,38 3,64 -0,49 -286,56%
Nilai Rata-rata -1,42 -1,55 1,57 0,91 0,80 2,47 0,46 -7,71%
Nilai M inimum -7,71 -6,77 -2,90 -1,61 -2,18 -17,90 -2,94 -893,59%
Nilai M aximum 1,27 1,23 15,76 9,49 4,84 20,87 2,85 13874,43%
Sumber : Data Sekunder diolah, 2021.
203

Lampiran 13 : Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Perusahaan Sampel


Produk Domestik Bruto (%) Rata
No Kode Nama Perusahaan Pertb.
2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. 3,52 2,58 2,37 -8,10 -7,08 12,78 1,01 -153,94%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. -2,68 -0,29 3,08 -11,90 -4,95 29,24 2,08 -497,34%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. 6,20 6,55 9,22 -9,68 -11,22 -2,22 -0,19 -44,58%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. -3,37 0,65 6,56 -4,50 -4,25 9,73 0,80 57,37%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 9,12 7,28 8,57 -45,45 -34,84 -3,66 -9,83 -149,13%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. 6,03 3,43 0,59 3,41 -5,26 40,64 8,14 -154,97%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 1,99 -5,03 -9,13 -17,46 -103,31 -210,75 -57,28 83,14%
8 BBM D Bank M estika Dharma Tbk. 3,65 6,82 11,98 -12,36 -7,32 11,76 2,42 -68,42%
9 BDM N Bank Danamon Indonesia Tbk. 7,14 7,99 10,82 12,79 11,97 8,99 9,95 6,84%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. 2,83 3,37 7,67 8,99 -6,69 17,01 5,53 -72,96%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. 0,15 4,08 -0,47 -15,11 -17,57 -11,64 -6,76 1121,18%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. 2,44 4,15 8,10 -15,26 -14,95 12,43 -0,52 -61,66%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. 8,47 1,67 3,02 9,23 5,69 -1,09 4,50 9,73%
14 BM AS Bank M aspion Indonesia Tbk. 5,60 1,28 0,98 0,37 -0,33 0,80 1,45 -138,89%
15 BM RI Bank M andiri (Persero) Tbk. 0,20 3,07 9,76 -42,77 -25,02 20,02 -5,79 178,64%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. 1,49 4,53 6,66 -9,80 -7,65 13,43 1,44 -58,72%
17 BNGA Bank CIM B Niaga Tbk. 8,26 14,14 20,43 35,58 27,54 9,07 19,17 20,03%
18 BNLI Bank Permata Tbk. 3,75 11,03 31,58 -47,14 18,91 122,57 23,45 107,85%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. 5,90 7,97 3,60 9,04 16,11 -24,41 3,04 -8,39%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 12,14 15,32 18,29 -20,73 -11,77 3,92 2,86 -68,86%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. 12,19 9,48 16,19 -6,89 -10,69 10,30 5,10 -47,04%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 3,70 8,68 13,10 -3,83 -5,34 9,31 4,27 -35,73%
23 M COR Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk.
4,42 9,04 9,48 -22,08 -7,72 10,44 0,60 -104,76%
24 M EGA Bank M ega Tbk. 16,83 10,49 -5,58 -23,29 -6,66 4,91 -0,55 -23,72%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. 2,55 2,53 3,56 4,24 7,39 6,85 4,52 25,20%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. 4,82 7,86 11,74 10,59 10,31 4,38 8,28 8,50%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 13,68 16,71 23,47 6,42 3,97 6,83 11,85 4,77%
Nilai Rata-rata 4,90 5,72 7,78 -8,54 -7,49 4,03 1,07 -64,66%
Nilai M inimum -3,37 -5,03 -9,13 -47,14 -103,31 -210,75 -57,28 -497,34%
Nilai M aximum 16,83 15,32 31,58 35,58 27,54 122,57 23,45 1121,18%

Sumber : Data sekunder diolah, 2021.


204

Lampiran 14 : Perkembangan Suku Bunga Perusahaan Sampel


S UKU BUNGA (%) Rata
No Kode Nama Perusahaan Pert
2014 2015 2016 2017 2018 2019 rata
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. -1,83 -1,62 -0,06 0,38 0,58 -4,17 -1,12 -321,49%
2 BACA Bank Capital Indonesia Tbk. 0,13 0,11 0,47 0,66 0,72 -5,66 -0,60 -104,94%
3 BBCA Bank Central Asia Tbk. -2,79 -3,87 1,06 1,45 0,92 -1,06 -0,72 -60,73%
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. 1,97 -0,11 1,85 1,78 0,55 -1,53 0,75 -467,69%
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. -4,17 -4,41 2,76 3,38 3,34 -0,48 0,07 -49,98%
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. -4,19 -2,42 -1,89 -1,58 -0,19 -15,92 -4,37 1622,09%
7 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 1,73 2,93 -2,72 0,00 3,83 1,53 1,22 -55,94%
8 BBM D Bank M estika Dharma Tbk. -3,73 -4,20 1,57 1,15 0,90 -1,99 -1,05 -98,88%
9 BDM N Bank Danamon Indonesia Tbk. -4,42 -4,90 -0,30 -0,54 -0,94 -0,28 -1,90 0,17%
10 BGTG Bank Ganesha Tbk. -2,31 -2,22 -1,39 -0,96 -0,28 -3,27 -1,74 184,96%
11 BINA Bank Ina Perdana Tbk. -2,75 -2,47 0,21 0,91 1,25 -1,02 -0,65 14,08%
12 BJBR BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. -3,73 -2,84 -0,60 0,08 1,07 -6,52 -2,09 62,42%
13 BJTM BPD Jawa Timur Tbk. -0,11 -0,89 -0,17 -0,01 -0,55 0,53 -0,20 1147,54%
14 BM AS Bank M aspion Indonesia Tbk. -1,57 -0,92 -1,00 -0,58 -0,09 -1,08 -0,87 188,16%
15 BM RI Bank M andiri (Persero) Tbk. -0,84 -1,77 5,10 4,09 3,27 0,31 1,69 -81,56%
16 BNBA Bank Bumi Arta Tbk. -1,95 -2,68 1,33 1,24 0,80 -3,26 -0,75 -132,39%
17 BNGA Bank CIM B Niaga Tbk. -6,16 -8,44 -0,90 -0,89 -2,39 0,82 -2,99 -3,84%
18 BNLI Bank Permata Tbk. -3,04 -6,31 17,43 7,05 2,56 0,75 3,07 -92,52%
19 BSIM Bank Sinarmas Tbk. -5,31 -4,92 -1,70 -0,88 0,00 -6,51 -3,22 -45,51%
20 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk.-7,90 -9,24 1,03 2,33 1,48 1,57 -1,79 0,33%
21 BVIC Bank Victoria International Tbk. -5,36 -5,88 0,51 0,71 0,71 -5,65 -2,49 -191,11%
22 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. -4,17 -5,24 -0,59 0,93 0,44 -3,11 -1,96 -236,04%
23 M COR Bank China Contruction Bank Indonesia Tbk.
-5,91 -5,62 1,57 1,38 1,32 1,45 -0,97 -27,89%
24 M EGA Bank M ega Tbk. -9,11 -6,56 0,82 0,47 1,21 2,87 -1,72 22,29%
25 NISP BankOCBC NISP Tbk. -1,50 -1,57 -0,18 -0,25 -0,43 0,76 -0,53 -49,94%
26 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk. -3,60 -4,73 -0,56 -0,05 -0,76 1,26 -1,41 201,27%
27 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk-11,52 -10,62 -1,83 -1,28 -0,55 -2,92 -4,79 50,65%
Nilai Rata-rata -3,18 -3,49 0,91 0,86 0,74 -1,91 -1,01 -98,46%
Nilai M inimum -9,11 -9,24 -2,72 -1,58 -2,39 -15,92 -4,37 -467,69%
Nilai M aximum 1,97 2,93 17,43 7,05 3,83 2,87 3,07 1622,09%
Sumber : Data sekunder diolah, 2021.
205

Lampiran 15 : Hasil Uji Common Effect Model

variabel coefficient std.Error t-statistic Prob

C -4.119.373 8.162.763 -5.046.543 0.0000

NPL -2.116.158 0.319769 -6.617.762 0.0000

LDR -0.035810 0.030421 -1.177.171 0.2409

FRISK -2.198.281 0.880649 -2.496.205 0.0136

BZ 1.898.104 0.256066 7.412.566 0.0000

Inflasi -0.573113 0.137936 -4.154.916 0.0001

Suku bunga -0.174519 0.132919 -1.312.976 0.1911

PDB -0.054191 0.020523 -2.640.496 0.0091

R-squared 0.522905 Mean dependent var 9.631.173

adjusted R-squared 0.501219 S.D. dependent var 7.996.221

S.E. of regression 5.647.286 Akaike info criterion 6.348.349

Sum squared resid 4.911.344 Schwarz criterion 6.500.823

Log likelihood -5.062.163 Hannan-Quinn criter. 6.410.256

F-statistic 2.411.241 Durbin-Watson stat 0.607044

Prob(F-statistik) 0.000000
206

Lampiran 16 : Hasil Uji Fixed Effect Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


C -9.573.061 1.281.444 -0.747053 0.4564
NPL -2.268.739 0.272834 -8.315.463 0.0000
LDR -0.027261 0.034143 -0.798453 0.4261
FRISK -0.198900 0.625810 -0.317828 0.7511
BZ 0.833238 0.400836 2.078.751 0.0396
INFLASI -0.533825 0.091340 -5.844.343 0.0000
SUKU_BUNGA -0.189154 0.090728 -2.084.839 0.0391
PDB -0.022732 0.014629 -1.553.864 0.1227
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.857007 Mean dependent var 9.631.173
Adjusted R-squared 0.820141 S.D. dependent var 7.996.221
S.E. of regression 3.391.177 Akaike info criterion 5.464.418
Sum squared resid 1.472.011 Schwarz criterion 6.112.432
Log likelihood -4.086.179 Hannan-Quinn criter. 5.727.522
F-statistic 2.324.688 Durbin-Watson stat 1.950.382
Prob(F-statistic) 0.000000
207

Lampiran 17 : Hasil Uji Random Effect Model


208
Dependent Variable: ROE?
Method: Pooled EGLS (Cros s -s ection random effects )
Date: 12/05/21 Tim e: 08:32
Sam ple: 1 6
Included obs ervations : 6
Cros s -s ections included: 27
Total pool (balanced) obs ervations : 162
Swam y and Arora es tim ator of com ponent variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statis tic Prob.
C -2.301.386 1.038.192 -2.216.724 0.0281
NPL? -2.267.031 0.261487 -8.669.762 0.0000
LDR? -0.027155 0.030950 -0.877377 0.3816
FRISK? -0.495522 0.612607 -0.808875 0.4198
BZ? 1.267.330 0.324604 3.904.237 0.0001
INFLASI? -0.540881 0.090303 -5.989.621 0.0000

SUKU_BUNGA? -0.178293 0.089423 -1.993.806 0.0479

PDB? -0.025278 0.014371 -1.758.985 0.0806


Random Effects
(Cros s )
AGRO--C 0.948739
BACA--C -1.596.021
BBCA--C 4.811.799
BBMD--C 0.575625
BBNI--C 1.273.618
BBRI--C 9.828.687
BBTN--C 4.390.054
BBYB--C -0.866160
BDMN--C -0.627461
BGTG--C -4.300.341
BINA--C -2.094.219
BJBR--C 6.152.629
BJTM--C 1.095.810
BMAS--C -2.496.912
BMRI--C 7.362.384
BNBA--C -2.427.443
BNGA--C -5.280.033
BNLI--C -5.721.300
BSIM--C -2.241.259
BTPN--C -1.657.267
BVIC--C -1.909.227
INPC--C -4.748.937
MCOR--C -3.615.735
MEGA--C 0.782519
NISP--C -3.094.567
PNBN--C -5.617.739
SDRA--C 1.210.466
Effects Specification
S.D. Rho
Cros s -s ection random 4.646.792 0.6525
Idios yncratic random 3.391.177 0.3475
Weighted Statis tics
R-s quared 0.579010 Mean dependent var 2.750.006
Adjus ted R-
0.559874 S.D. dependent var 5.158.355
s quared
S.E. of
3.422.153 Sum s quared res id 1.803.515
regres s ion
F-s tatis tic 3.025.782 Durbin-Wats on s tat 1.595.914
Prob(F-s tatis tic) 0.000000
Unweighted Statis tics
R-s quared 0.479853 Mean dependent var 9.631.173
Sum s quared
5.354.533 Durbin-Wats on s tat 0.537536
res id
209

Lampiran 18 : Hasil Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: MODEL_FEM
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 11.502.702 -26,128 0.0000
Cross-section Chi-square 195.196.753 26 0.0000
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: ROE
Method: Panel Least Squares
Date: 10/08/21 Time: 09:33
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 27
Total panel (balanced) observations: 162
Variable Coeffi cient Std. Error t-Statistic Prob.
C -4.119.373 8.162.763 -5.046.543 0.0000
NPL -2.116.158 0.319769 -6.617.762 0.0000
LDR -0.035810 0.030421 -1.177.171 0.2409
FRISK -2.198.281 0.880649 -2.496.205 0.0136
BZ 1.898.104 0.256066 7.412.566 0.0000
INFLASI -0.573113 0.137936 -4.154.916 0.0001
SUKU_BUNGA -0.174519 0.132919 -1.312.976 0.1911
PDB -0.054191 0.020523 -2.640.496 0.0091
R-squared 0.522905 Mean dependent var 9.631.173
Adjusted R-squared 0.501219 S.D. dependent var 7.996.221
S.E. of regression 5.647.286 Akaike info criterion 6.348.349
Sum squared resid 4.911.344 Schwarz criterion 6.500.823
Log likelihood -5.062.163 Hannan-Quinn criter. 6.410.256
F-statistic 2.411.241 Durbin-Watson stat 0.607044
Prob(F-statistic) 0.000000
210

Lampiran 19 : Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test


Equation: MODEL_REM
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 9.826.206 7 0.1986
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.
NPL -2.268.739 -2.267.031 0.006063 0.9825
LDR -0.027261 -0.027155 0.000208 0.9941
FRISK -0.198900 -0.495522 0.016351 0.0204
BZ 0.833238 1.267.330 0.055302 0.0649
INFLASI -0.533825 -0.540881 0.000188 0.6072
SUKU_BUNGA -0.189154 -0.178293 0.000235 0.4787
PDB -0.022732 -0.025278 0.000007 0.3523
Cross-section random effects test equation:
Dependent Variable: ROE
Method: Panel Least Squares
Date: 10/08/21 Time: 09:40
Sample: 2014 2019
Periods included: 6
Cross-sections included: 27
Total panel (balanced) observations: 162
Variable Coeffi cient Std. Error t-Statistic Prob.
C -9.573.061 1.281.444 -0.747053 0.4564
NPL -2.268.739 0.272834 -8.315.463 0.0000
LDR -0.027261 0.034143 -0.798453 0.4261
FRISK -0.198900 0.625810 -0.317828 0.7511
BZ 0.833238 0.400836 2.078.751 0.0396
INFLASI -0.533825 0.091340 -5.844.343 0.0000
SUKU_BUNGA -0.189154 0.090728 -2.084.839 0.0391
PDB -0.022732 0.014629 -1.553.864 0.1227
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared 0.857007 Mean dependent var 9.631.173
Adjusted R-squared 0.820141 S.D. dependent var 7.996.221
S.E. of regression 3.391.177 Akaike info criterion 5.464.418
Sum squared resid 1.472.011 Schwarz criterion 6.112.432
Log likelihood -4.086.179 Hannan-Quinn criter. 5.727.522
F-statistic 2.324.688 Durbin-Watson stat 1.950.382
Prob(F-statistic) 0.000000
211

Lampiran 20 : Hasil Uji Lagrangge Multiplier (LM)

Lagrange Multiplier Tests for Random Effects


Null hypotheses: No effects
Alternative hypotheses: Two-sided (Breusch-Pagan) and one-sided
(all others) alternatives
Test Hypothesis
Cross-section Time Both
Breusch-Pagan 133.0128 1.523493 134.5363
(0.0000) (0.2171) (0.0000)
Honda 11.53312 -1.234.299 7.282365
(0.0000) -- (0.0000)
King-Wu 11.53312 -1.234.299 3.501428
(0.0000) -- (0.0002)
Standardized Honda 12.62695 -0.974609 4.317737
(0.0000) -- (0.0000)
Standardized King-Wu 12.62695 -0.974609 0.948797
(0.0000) -- (0.1714)
Gourierioux, et al.* -- -- 133.0128
(< 0.01)
*Mixed chi-square asymptotic critical values:
1% 7.289
5% 4.321
10% 2.952
212

Lampiran 21 : Hasil Uji Normalitas

Lampiran 22 : Hasil Uji Multikolinieritas

NPL LDR FRISK BZ INFLASI SUKU_BUNGA PDB

-
NPL 1.000000 -0.162414 0.065204 -0.057306 0.314558 0.136188 0.089247
0.02697
LDR -0.162414 1.000000 0.063380 0.177658 0.005597 -0.085728 8
0.05322
FRISK 0.065204 0.063380 1.000000 -0.185381 -0.118241 0.001479 8
0.17037
BZ -0.057306 0.177658 -0.185381 1.000000 -0.038481 -0.033095 9
-
INFLASI 0.314558 0.005597 -0.118241 -0.038481 1.000000 0.216577 0.403261
-
SUKU_BUNGA 0.136188 -0.085728 0.001479 -0.033095 0.216577 1.000000 0.267944
1.00000
PDB -0.089247 0.026978 0.053228 0.170379 -0.403261 -0.267944 0

Lampiran 23 : Hasil Uji Heteroksidisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 8.034691 Prob. F(35,126) 0.6784


Obs*R-squared 91.8740 Prob. Chi-Square(35) 0.6901
Scaled explained SS 67.1952 Prob. Chi-Square(35) 0.9429

Lampiran 24 : Hasil Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:


213

F-statistic 45.49500 Prob. F(2,152) 0.0000


Obs*R-squared 60.66250 Prob. Chi-Square(2) 0.0000

Lampiran 25 : Hasil Uji Simultan

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 4.646792 0.6525

Idiosyncratic random 3.391177 0.3475

Weighted Statistics

R-squared 0.579010 Mean dependent var 2.750006

Adjusted R-squared 0.559874 S.D. dependent var 5.158355

S.E. of regression 3.422153 Sum squared resid 1803.515

F-statistic 30.25782 Durbin-Watson stat 1.595914

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.479853 Mean dependent var 9.631173

Sum squared resid 5354.533 Durbin-Watson stat 0.537536

Lampiran 26 : Hasil Uji Koefisien Determinasi


Weighted Statistics

R-squared 0.579010 Mean dependent var 2.750006


Adjusted R-squared 0.559874 S.D. dependent var 5.158355
S.E. of regression 3.422153 Sum squared resid 1803.515
F-statistic 30.25782 Durbin-Watson stat 1.595914
Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics
214

R-squared 0.479853 Mean dependent var 9.631173


Sum squared resid 5354.533 Durbin-Watson stat 0.537536

Lampiran 27 : Saran Model Struktural

Sumber : Hasil olahan SmartPLS, 2021.

Anda mungkin juga menyukai