Anda di halaman 1dari 97

FAKTOR PENENTU STRUKTUR MODAL

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR


DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2016 – 2019

SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

RIRIN ETIKA FEBRIYANTI

7311417026

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2021

2
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi pada:

Hari : Senin

Tanggal : 11 Oktober 2021

Mengetahui,
Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing

Dorojatun Prihandono, S.E., MM., Ph.D. Dr. Arief Yulianto, S.E., M.M.
NIP. 197311092005011001 NIP. 197507262000121001

2
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Kamis
Tanggal : 21 Oktober 2021

Penguji I

Dr. Vitradesie Noekent, S.E., M.M


NIP. 197503212008122001

3
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Penguji II Penguji III


Nama : Ririn Etika Febriyanti

Anindya Ardiansari, S.E., M.M. Dr. Arief Yulianto, S.E., M.M


NIM : 7311417026
NIP. 198407232008122004 NIP. 197507262000121001

Tempat Tanggal Lahir: Tegal, 13 Februari 2000


Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Alamat : Desa Kagok RT:01/RW:02 Kecamatan Slawi, Kabupaten

Tegal,
Dr. Jawa Tengah.
Wahyono, MM.
NIP. 195601031983121001
Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian ataupun

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari

terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya

berseda menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Semarang, 21 Oktober 2021

Ririn Etika Febriyanti


NIM 7311417026

4
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Agama tanpa ilmu adalah buta, ilmu

tanpa agama adalah lumpuh.

– Albert Einstein

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Kedua orangtua saya Bapak

Aripin dan Ibu Etik Kartika

serta adik saya Septi Arifiani.

2. Almamaterku Unnes.

4
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah, dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Faktor Penentu Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016 – 2019”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan program studi Strata Satu (S1), guna memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Penulis

menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan

baik tanpa bimbingan, bantuan dan dukungan dari banyak pihak, maka dengan

rasa hormat penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. DR. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

memperoleh pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Heri Yanto, M.B.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dorojatun Prihandono, S.E., M.M., Ph.D., Ketua Jurusan Manajemen

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Arief Yulianto, S.E., M.M., Dosen Pembimbing yang telah

membimbingan dan memberikan arahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5
5. Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu, serta kemudahan

dalam hal administrasi maupun sarana prasarana selama menempuh

perkuliahan.

6. Orangtua tercinta Bapak Aripin dan Ibu Etik Kartika serta Adik saya Septi

Arifiani dan segenap keluarga besar yang selalu memberikan doa,

semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

7. Teman-teman seperjuangan Manejemen 2017 yang selalu menjaga

kebersamaan dan menginspirasi dalam menyelesaikan studi serta

sahabatku Nanda Budi Kurniasih yang selalu mendengarkan keluh kesah

dan memberikan semangat selama mengerjakan skripsi.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan, dorongan, motivasi, semangat dan doa sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, karunia dan membalas semua

kebaikan yang telah diberikan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan

memberikan wawasan bagi pembaca.

Semarang, 21 Oktober 2021

Ririn Etika Febriyanti


NIM 7311417026

6
SARI

Febriyanti, Ririn Etika. 2021. “Faktor Penentu Struktur Modal pada


Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016 –
2019”. Skripsi. Jurusan Manajemen. Fakuktas Ekonomi. Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing: Dr. Arief Yulianto, S.E., M.M.
Kata kunci: Struktur Modal, Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan,
Kebijakan Dividen.
Salah satu keputusan terpenting yang dihadapi perusahaan dalam
keuangan perusahaan adalah pemilihan struktur modalnya. Struktur modal adalah
rasio hutang terhadap ekuitas yang membiayai perusahaan. Keputusan yang salah
tentang struktur modal dapat menempatkan perusahaan dalam kesulitan keuangan.
Manajer harus dapat menentukan sumber pendanaan yang tepat untuk
melaksanakan dan mengembangkan kegiatan investasi dan opersional perusahaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris pengaruh
profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen terhadap
struktur modal.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 – 2019. Metode pengambilan sampel yaitu
menggunakan purposive sampling yang memperoleh sebanyak 41 perusahaan,
sehingga menghasilkan data obeservasi sebanyak 164 data. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan profitabilitas,
likuiditas, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal perusahaan. Secara parsial menunjukan hasil bahwa
profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
struktur modal. Sedangkan, likuiditas dan kebijakan dividen berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap struktur modal.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas,
likuidias, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen dapat mempengaruhi struktur
modal perusahaan. Peneliti selanjutnya sebaiknya memperpanjang periode
penelitian untuk mengetahui konsistensi pengaruh variabel independen terhadap
struktur modal. Dalam menentukan keputusan pendanaan, manajer perusahaan
diharapkan dapat memperhatikan variabel-variabel yang dapat memperngaruhi
struktur modal. Bagi investor dapat mempertimbangkan variabel profitabilitas dan
ukuran perusahaan yang berpengaruh positif terhadap struktur modal, karena
semakin besar keuntungan dan ukuran perusahaan maka diindikasikan bahwa
perusahaan memiliki hutang yang besar. Perusahaan yang memiliki hutang besar
akan memiliki risiko yang tinggi dan mengalami kesulitan keuangan sehingga
akan membagikan dividen dalam jumlah kecil.

7
ABSTRACT

Febriyanti, Ririn Etika. 2021. “The Determinants of Capital Structure in


Manufacturing Company Listed on Indonesia Stock Exchange in 2016 – 2019”.
Final Project. Management Department. Faculty of Economics. States University
of Semarang. Supervisior: Dr. Arief Yulianto, S.E., M.M.
Keywords: Capital Strcuture, Profitability, Liquidity, Firm Size, Dividend
Policy.
One of the most important decisions that companies face in corporate
finance is the choice of their capital structure. Capital structure is the ratio of debt
to equity that finances the company. Wrong decisions about capital structure can
put a company in financial trouble. Managers must be able to determine the right
source of funding to carry out and develop the company's investment and
operational activities. The purpose of this study is to find empirical evidence of
the effect of profitability, liquidity, firm size, and dividend policy on capital
structure.
The population in this study are manufacturing companies listed on the
Indonesia Stock Exchange in 2016 – 2019. The sampling method is using
purposive sampling which obtains 41 companies, resulting in 164 data
observational data. The analytical method used is multiple linier regression
analysis.
The results show that simultaneously profitability, liquidity, company size
and dividend policy affect the company's capital structure. Partially shows the
results that profitability and firm size have a positive and significant effect on
capital structure. Meanwhile, liquidity and dividend policy have a negative and
significant effect on capital structure.
Based on the results of the study, it can be concluded that profitability,
liquidity, company size and dividend policy can affect the company's capital
structure. Further researchers should extend the research period to determine the
consistency of the independent variables on the capital structure. In determining
funding decisions, company managers are expected to pay attention to the
variables that can affect the capital structure. Investors can consider profitability
and company size variables that have a positive effect on capital structure,
because the greater the profit and the size of the company, it is indicated that the
company has large debt. Companies that have large debst will have a high risk and
experience financial difficulties so that they will distribute dividends in small
amounts.

8
DAFTAR ISI

JUDUL i
PENGESAHAN KELULUSAN iii
PERNYATAAN iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
PRAKATA v
SARI vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Identifikasi Masalah 11
1.3. Cakupan Masalah 12
1.4. Rumusan Masalah 12
1.5. Tujuan Penelitian 13
1.6. Manfaat Penelitian 13
1.7. Orisinalitas Penelitian 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 15
2.1. Kajian Teori Utama 15
2.1.1. Teori Pecking Order 15
2.1.2. Struktur Modal 16
2.1.3. Profitabilitas 17
2.1.4. Likuiduitas 18
2.1.5. Ukuran Perusahaan 19
2.1.6. Kebijakan Dividen 19
2.2. Penelitian Terdahulu 20
2.3. Kerangka Berpikir 24
2.3.1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal 24
2.3.2. Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal 25

9
2.3.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal 25
2.3.4. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Struktur Modal 26
2.4. Hipotesis Penelitian 27
2.4.1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Strukur Modal 27
2.4.2. Pengaruh Likuiditas terhadap Strukur Modal 27
2.4.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Strukur Modal 28
2.4.4. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Strukur Modal 28
BAB III METODE PENELITIAN 29
3.1. Jenis dan Desain Penelitian 29
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 29
3.1.1. Variabel Dependen 30
3.1.2. Variabel Independen 31
3.4. Teknik Pengumpulan Data 34
3.5. Teknik Analisis Data 34
3.5.1. Statistik Deskriptif 34
3.5.2. Uji Asumsi Klasik 35
3.5.3. Analisis Regresi Linier Berganda 37
3.5.4. Uji Hipotesis 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40
4.1. Hasil Penelitian 40
4.1.1. Statistik Deskriptif 40
4.1.2. Uji Asumsi Klasik 43
4.1.3. Analisis Regresi Linier Berganda 46
4.1.4. Pengujian Hipotesis 48
4.2. Pembahasan 51
4.2.1. Pengaruh Profitabiltas terhadap Struktur Modal 52
4.2.2. Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal 53
4.2.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal 53
4.2.4. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Struktur Modal 54
BAB V PENUTUP 56
5.1. Kesimpulan 56
5.2. Keterbatasan Penelitian 56
5.3. Saran 57
DAFTAR PUSTAKA 59

10
LAMPIRAN 67

11
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Fenomena Gap 9


Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel 30
Tabel 3.2 Sampel Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2016-
2019 33
Tabel 3.3 Operasional Variabel 7
Tabel 3.4 Operasional Variabel
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif 40
Tabel 4.2 Uji Normalitas 3
Tabel 4.3 Uji Multikolonieritas 4
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas 5
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi 6
Tabel 4.6 Hasil Regresi Linier Berganda 7
Tabel 4.7 Hasil Uji F 8
Tabel 4.8 Hasil Uji T 9
Tabel 4.9 Hasil Uji T 51

12
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 7

13
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel 7


Lampiran 2. Hasil Perhitungan DER, ROE, CR, SIZE, DPR 9
Lampiran 3. Hasil Analisis Statistik Deskriptif 73
Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas 73
Lampiran 5. Hasil Uji Multikolonieritas 74
Lampiran 6. Hasil Uji Heteroskedastisitas 4
Lampiran 7. Hasil Uji Autokorelasi 4
Lampiran 8. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda 75
Lampiran 9. Hasil Uji Silmutan (Uji F) 75
Lampiran 10. Hasil Uji Parsial (Uji T) 75
Lampiran 11. Hasil Uji Koefisien Determinasi 75

14
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu keputusan terpenting yang dihadapi oleh perusahaan

dalam keuangan perusahaan adalah pemilihan struktur modalnya. Struktur

modal menggambarkan hubungan proporsional antara hutang dan ekuitas

(Ajanthan, 2013). Berbagai keputusan pembiayaan sangat penting untuk

kesejahteraan keuangan perusahaan. Keputusan yang salah tentang struktur

modal dapat menempatkan perusahaan dalam kesulitan keuangan dan

akhirnya perusahaan harus mengalami kebangkrutan. Manajer harus dapat

mengidentifikasi sumber pendanaan yang tepat untuk menjalankan dan

mengembangkan kegiatan investasi dan pengelolaan perusahaan (Nisak &

Ardiansari, 2016). Selain itu, manajer keuangan harus mempertimbangkan

mengenai biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut.

Menurut Sundana (2015:6), keputusan pendanaan merupakan

keputusan mengenai seberapa penggunaan utang perusahaan dibandingkan

modal untuk membiayai pembiayaan investasi. Keputusan pendanaan

berkaitan dengan dana yang harus dicukupi. Pemenuhan dana diperoleh dari

berbagai sumber dana seperti sumber pendanaan internal dan sumber

pendanaan eksternal. Dana internal merupakan dana yang berasal dari

pemilik perusahaan, cadangan, dan laba yang tidak dibagi. Sedangkan, dana

eksternal merupakan dana yang berasal dari luar perusahaan seperti dari

kreditur yang merupakan utang atau pinjaman baik jangka panjang maupun

jangka pendek bagi perusahaan.


2

Manajer keuangan akan dihadapkan pada dua isu penting yaitu

apakah teori struktur modal dapat diterapkan dan apakah ada karakteristik

tertentu yang membatasi penerapannya. Maka dari itu pemilihan teori dalam

pengambilan keputusan pendanaan juga sangat menentukan perkembangan

suatu perusahaan (Sartono, 2010:460).

Kajian tentang struktur modal pada penelitian ini difokuskan pada

pecking order theory yang didasarkan pada informasi asimetris dan

perbedaan biaya informasi antara pihak internal dan eksternal perusahaan.

Myers (1984) menunjukan bahwa ketika pihak manajemen memiliki lebih

banyak informasi mengenai kondisi perusahaan yang sebenarnya

dibandingkan dengan investor, ekuitas yang ada dan yang baru diterbitkan

akan dihargai rendah oleh manajer pasar. Karena investor tidak dapat

mengetahui nilai intrinsik saham yang baru diterbitkan. Selain itu,

pemegang saham juga tidak menyukai penerbitan saham baru, karena akan

mengurangi earnings per share, sehingga solusi bagi manajer dalam

menentukan struktur modalnya dengan laba ditahan dan jika pendanaan

eksternal diperlukan perusahaan akan menggunakan utang yang biaya

penerbitannya rendah.

Teori yang dikembangkan oleh Myers (1984) ini menjelaskan

tentang hierarki pendanaan yaitu dengan memilih pendanaan internal

kemudian pendanaan eksternal. Prioritas pendanan dimulai dari pendanaan

internal sebagai sumber utama karena dianggap mempunyai biaya yang

murah. Prioritas berikutnya adalah pembiayaan dari hutang dengan risiko


3

yang lebih rendah dan ekuitas sebagai alternatif terakhir, karena dianggap

mempunyai biaya yang paling mahal dan paling berisiko.

Menurut Sudiyanto (1997:34), suatu perusahaan dalam ekspansi

usahaya ataupun dalam membiayai kegiatan operasionalnya tidak terlepas

dari penggunaan hutang. Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh

mana asset perusahaan didanai oleh kreditur dikenal sebagai Debt to Equity

Ratio. Rasio DER mewakili tingkat hutang dibandingkan dengan jumlah

harta, semakin tinggi nilai DER maka semakin tinggi nilai hutang dan

semakin tinggi risiko perusahaan, sehingga perlu membuat keputusan

pembiayaan yang tepat di masa depan dengan mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi struktur modal tersebut.

Menurut Brigham & Houston (2001:39), terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi struktur modal perusahaan, antara lain: struktur aktiva,

leverage operasi, profitabilitas, likuiditas, dan ukuran perusahaan. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Ridloah (2010), menyatakan bahwa untuk

mencapai struktur modal yang optimal, faktor yang paling mempengaruhi

struktur modal perusahaan adalah profitabilitas, likuiditas, dan ukuran

perusahaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suhadak (2015), salah

satu faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah kebijakan dividen

perusahaan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Acaravci (2015),

faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan

manufaktur adalah ukuran perusahaan dan profitabilitas. Penelitian yang

dilakukan oleh Moyo et al., (2013) menyatakan bahwa kebijakan dividen

berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan manufaktur. Oleh karena


4

itu, dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal

pada perusahaan manufatur adalah profitabilitas, likuiditas, ukuran

perusahaan, dan kebijakan dividen.

Faktor pertama yang mempengaruhi struktur modal adalah

profitabilitas. Profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Profitablitas juga

menggambarkan tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini

ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan

investasi (Kasmir, 2016). Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam

usaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka

panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah perusahaan tersebut

mempunyai prospek yang baik dimasa yang akan datang. Dengan demikian

setiap perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya,

karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan maka

kelangsungan hidup perusahaan tersebut akan lebih terjamin.

Profitabilitas dalam teori pecking order dinyatakan memiliki

pengaruh negatif terhadap struktur modal. Perusahaan profitable umumnya

menggunakan pembiayaan internal, yaitu dari laba ditahan sebagai sumber

pendanaan utama daripada menggunakan hutang untuk kegiatan

operasionalnya. Perusahaan menganggap biaya modal untuk hutang lebih

tinggi dibanding dengan pembiayaan internal sehingga perusahaan akan

mengurangi penggunaan hutang saat nilai profitabilitas tinggi (Nuswandari,

2013).
5

Hasil penelitian terdahulu yang menyatakan profitabilitas

berpengaruh negatif terhadap struktur modal yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Acaravci (2015), Ajanthan (2013), Gómez et al., (2014), Maftukhah

(2013), Munisi (2017), dan Priapsari & Ardiansari (2020). Namun hasil

penelitian yang berbeda yang dilakukan oleh Akpinar (2016), Liang et al.,

(2014), Nugroho (2014), Seftianne & Handayani (2011), yang menyatakan

bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal.

Faktor kedua yang mempengaruhi struktur modal adalah likuiditas.

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

(utang) jangka pendek perusahaan. Likuiditas dapat diukur dengan Current

Ratio, yang merupakan rasio yang memberi gambaran mengenai sejauh

mana aktiva lancar menutupi kewajiban lancar (Alipour, Mohammadi, &

Derakhshan, 2015).

Likuiditas dalam teori pecking order dinyatakan memiliki pengaruh

negatif terhadap struktur modal. Perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi

akan mempunyai sumber dana yang besar untuk memenuhi kewajiban

jangka pendeknya. Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan

lebih memilih untuk tidak menggunakan pendanaan menggunakan hutang,

karena perusahaan akan berusaha untuk menggunakan sumber pendanaan

internal terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum

menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang (Singh, 2016).

Hasil penelitian terdahulu yang menyatakan likuiditas berpengaruh

negatif terhadap struktur modal yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Berkman et al., (2016), Ranitasari (2018), Singh (2016), Yudhiarti et al.,


6

(2016). Namun hasil penelitian yang berbeda yang dilakukan oleh Abdulla

(2017) dan Imtiaz et al., (2016) yang menyatakan bahwa likuiditas

berpengaruh positif terhadap struktur modal.

Faktor ketiga yang mempengaruhi struktur modal adalah ukuran

perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu

perusahaan yang dapat dinilai dari total assets yang dimiliki, jumlah

penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata assets (Haryanto, 2014).

Ukuran perusahaan mencerminkan seberapa mampu perusahaan dalam

melakukan penjualan atas produk atau jasanya dan jumlah tenaga kerja yang

dimiliki yang dapat dikatakan sebagai total aset dari perusahaan (Sawitri &

Lestari, 2015).

Ukuran perusahaan dalam teori pecking order dinyatakan memiliki

pengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini menjelaskan bahwa

perusahaan berukuran besar mempunyai total aktiva yang besar dan

kebutuhan perusahaan akan semakin besar pula sehingga perusahaan akan

membutuhkan dana yang cukup besar. Perusahaan dengan asset yang tinggi

dapat memaksimalkan asetnya sebagai sumber utama operasionalnya,

sehingga dapat mengurangi penggunaan hutangnya (Nuswandari, 2013).

Hasil penelitian terdahulu yang menyatakan ukuran perusahaan

berpengaruh negatif terhadap struktur modal yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Alipour et al., (2015) dan Nugroho (2014). Namun hasil penelitian

yang berbeda yang dilakukan oleh Indriani & Widyanti (2013), Iswarini

(2018), Lim (2012), Riyantina (2017), Sheikh & Wang, 2011) yang
7

menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur

modal.

Faktor terakhir yang mempengaruhi struktur modal adalah kebijakan

dividen. Kebijakan dividen merupakan salah satu corporate action penting

yang harus dilakukan perusahaan. Kebijakan tersebut dapat menentukan

berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham.

Kebijakan dividen suatu perusahaan dapat diukur dengan Dividend

Payout Ratio (DPR). Besar kecilnya deviden yang akan dibagikan kepada

pemegang saham akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam

membiayai kegiatan operasional perusahaan.

Sesuai dengan teori pecking order seharusnya kebijakan dividen

berpengaruh positif terhadap struktur modal. Pada dasarnya, manajemen

lebih memilih menggunaan pendanaan internal daripada eksternal dalam

struktur modalnya. Tidak semua laba akan dibagikan dalam dividen, dimana

manajemen akan lebih memilih menyimpan dalam laba ditahan. Maka dari

itu, dividen yang terlalu tinggi akan memungkinkan laba atau kas tidak

cukup untuk membayarnya. Kekurangan pembayaran dividen akan

ditangguhkan dalam hutang (surat janji hutang) yang akan menyebabkan

jumlah hutang yang lebih tinggi di dalam struktur modal. Dan sebaliknya,

semakin rendah rasio pembayaran dividen berarti semakin rendah tingkat

hutang dalam struktur modal (Bundala, 2012).

Hasil penelitian terdahulu yang menyatakan kebijakan dividen

berpengaruh positif terhadap struktur modal yaitu penelitian yang dilakukan

oleh Maftukhah (2013), Moyo et al., (2013) dan Natalia (2014). Namun
8

hasil penelitian yang berbeda yang dilakukan oleh Bundala (2012), Laksana

& Widyawati (2016) dan Suhadak (2015) yang menyatakan bahwa

kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

Pengaruh antara profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan sesuai

dengan teori pecking order seharusnya memiliki pengaruh negatif terhadap

struktur modal sedangkan kebijakan dividen memiliki pengaruh positif

terhadap struktur modal. Namun masih adanya research gap dari penelitian

terdahulu yang tidak sejalan dengan penerapan teori pecking order.

Penelitian ini akan dilakukan pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016–2019. Perusahaan

manufaktur dipilih sebagai objek penelitian karena merupakan industri

sektor terbesar dan memiliki skala produksi yang cukup besar sehingga

membutuhkan modal yang cukup besar pula untuk mengembangkan produk

dan ekspansi pangsa pasarnya. Selain itu, masih adanya perusahaan

manufaktur yang mengalami pailit dikarenakan struktur modalnya yang

tinggi. Sebagai contoh, PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA)

dan PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung (MPISW) yang

dinyatakan pailit. Perusahaan ini bangkrut karena memiliki utang yang

tinggi yaitu sebesar Rp. 1,5 Triliun kepada sejumlah bank

(m.merdeka.com). Oleh karena itu perusahaan manufaktur membutuhkan

struktur modal yang tepat agar mempunyai prospek di masa depan dan

mampu bersaing dengan perusahaan pesaing di bidang yang sama.

Selain adanya research gap dari penelitian terdahulu, penelitian ini

dilatarbelakangi adanya fenomena gap yaitu ketidaksesuaian antara data dari


9

laporan keuangan dengan teori pecking order. Berikut ini merupakan data

empiris mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2016 – 2019:

Tabel 1.1

Fenomena Gap

Variabel 2016 2017 2018 2019


Profitabilitas 0,2103 0,1844 0,1779 0,1769
Likuiditas 2,7302 2,6233 2,5322 2,5815
Ukuran Perusahaan 29,3144 29,4952 29,5436 29,6057
Kebijakan Dividen 0,3359 0,5032 0,4988 0,4968
Struktur Modal 0,8663 0,8602 0,86768 0,8685
Sumber: data www.idx.co.id yang diolah penulis (2021)

Berdasarkan Tabel 1.1, pada tahun 2017 dan 2019 terjadi penurunan

rata-rata profitabilitas sebesar 0,0260 persen dan 0,0010 persen yang diikuti

dengan penurunan rata-rata strukur modal sebesar 0,0061 persen dan 0,0083

persen pada 51 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2016-2019. Hal ini tidak sesuai dengan teori pecking order

yang seharusnya perusahaan yang mengalami penurunan nilai profitabilitas

akan mengalami kenaikan struktur modal, karena perusahaan dengan tingkat

profitabilitas yang rendah cenderung memiliki laba ditahan yang sedikit,

sehingga dalam kegiatan operasionalnya perusahaan membutuhkan sumber

pendanaan lain berupa hutang yang menyebabkan struktur modal

perusahaan menjadi tinggi (Nuswandari, 2013). Namun yang terjadi pada

perusahaan manufaktur, perusahaan yang mengalami penurunan nilai

profitabilitas cenderung mengalami penurunan pada struktur modal.


10

Pada tahun 2017 terjadi penurunan rata-rata likuiditas sebesar 0,1070

persen yang diikuti dengan penurunan rata-rata struktur modal sebesar

0,0061 persen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2016-2019. Hal ini tidak sesuai dengan teori pecking order,

yang seharusnya perusahaan yang mengalami penurunan nilai likuiditas

akan mengalami kenaikan struktur modal, karena perusahaan dengan tingkat

likuiditas yang rendah berarti memiliki dana yang sedikit dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya sehingga perusahaan akan menambah hutang

yang menyebabkan struktur modal perusahaan menjadi tinggi (Singh, 2016).

Namun yang terjadi pada perusahaan manufaktur, perusahaan yang

mengalami penurunan nilai likuiditas cenderung mengalami penurunan pada

struktur modal.

Pada tahun 2018 terjadi kenaikan rata-rata ukuran perusahaan

sebesar 0,0485 persen yang diikuti dengan kenaikan rata-rata struktur modal

sebesar 0,0166 persen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2016-2019. Hal ini tidak sesuai dengan teori pecking

order, yang seharusnya perusahaan yang mengalami kenaikan ukuran

perusahaan akan mengalami penurunan struktur modal, karena perusahaan

yang besar memiliki asset yang tinggi sehingga mampu memaksimalkan

asset yang dimiliki dengan menempatkan kas yang dimiliki sebagai sumber

operasional utama sehingga dapat menekan angka hutang yang dimilikinya

(Nuswandari, 2013). Namun yang terjadi pada perusahaan manufaktur,

perusahaan yang mengalami kenaikan ukuran perusahaan cenderung

mengalami kenaikan pada struktur modal.


11

Pada tahun 2017 terjadi kenaikan rata-rata kebijakan dividen sebesar

0,1673 persen yang diikuti dengan penurunan rata-rata struktur modal

sebesar 0,0061 persen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia tahun 2016-2019. Pada tahun 2018 terjadi penuruan rata-rata

kebijakan dividen sebesar 0,0044 persen yang diikuti dengan kenaikan rata-

rata struktur modal sebesar 0,0166 persen pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2019. Hal ini tidak sesuai

dengan teori pecking order, yang seharusnya perusahaan yang mengalami

peningkatan nilai kebijakan dividen akan mengalami kenaikan struktur

modal, karena perusahaan yang membagikan dividen tinggi memberi

tekanan pada laba ditahan sehingga perusahaan akan menambah hutang

yang menyababkan struktur modal perusahaan menjadi tinggi, dan

sebaliknya (Bundala, 2012). Namun yang terjadi pada perusahaan

manufaktur, perusahaan yang membagikan dividen tinggi cenderung

mengalami penurunan struktur modal dan sebaliknya.

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, dapat dilihat adanya

research gap dan fenomena gap yang terjadi. Sehingga perlu dilakukan

penelitian mengenai FAKTOR PENENTU STRUKTUR MODAL PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA TAHUN 2016 – 2019.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditentukan bahwa

permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:


12

1. Masih terdapat beberapa perusahaan manufaktur yang memiliki tingkat

hutang yang relatif besar dan struktur modal yang relatif tinggi.

2. Ditemukan kecenderungan pengambilan keputusan pendanaan yang

tidak sesuai dengan teori pecking order.

3. Adanya research gap dari penelitian terdahulu.

1.3. Cakupan Masalah

Penelitian ini berfokus pada cakupan masalah dengan membatasi

penggunaan variabel dalam penelitian yang berperan memiliki dampak

signifikan terhadap struktur modal berdasarkan pada research gap dari

penelitian terdahulu yaitu profitabilitas, likuidtas, ukuran perusahaan dan

kebijakan dividen yang menunjukkan adanya ketidakkonsistenan hasil

penelitian serta adanya fenomena gap antara teori dengan data serta masih

adanya perusahaan manufaktur yang mengalami pailit karena struktur modal

yang tinggi sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal?

2. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal?

4. Apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap struktur modal?

5. Apakah profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan, dan kebijakan

dividen berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal?


13

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diajukan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh profitabilitas terhadap

struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2016 – 2019.

2. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh likuiditas terhadap struktur

modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2016 – 2019.

3. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh ukuran perusahaan

terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2016 – 2019.

4. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh kebijakan dividen terhadap

struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2016 – 2019.

1.6. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi pemangku kepentingan. Manfaat penelitian ini dapat dibagi

menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Dapat digunakan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu dan

teori yang diperoleh dalam perkuliahan, khususnya yang berkaitan

dengan teori struktur modal perusahaan.


14

b. Bagi Pembaca

Dapat menambah referensi bukti empiris bagi pembaca sebagai

rekomendasi penelitian yang dilakukan di masa depan. Serta, dapat

menambah pengetahuan umum tentang struktur modal dan faktor-

faktor yang mempengaruhinya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan perusahaan terutama oleh

pihak manajemen untuk mengetahui faktor-faktor yang harus

diperhatikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan

atas pemilihan sumber pendanaan untuk perusahannya.

b. Bagi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian

selanjutnya tentang struktur modal.

1.7. Orisinalitas Penelitian

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Mumtaz Hussain & Atta Ullah (2017) dan

Thomas et al., (2014). Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel

penelitian, objek penelitian, dan periode penelitian.


15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Kajian Teori Utama

2.1.1. Teori Pecking Order

Teori yang dikembangkan oleh Myers (1984) ini menjelaskan tentang

preferensi manajer dalam menentukan sumber pendanaan dengan

mempertimbangkan biaya termurah dan risiko paling kecil. Berdarkan teori

pecking order, tidak ada struktur modal yang optimal. Teori ini menyatakan

bahwa perusahaan lebih menyukai penggunaan dana internal daripada

eksternal dalam membiayai pengembangan usahanya. Teori ini

menyarankan perusahaan bahwa jika mereka membutuhkan pembiayaan

maka dengan memilih pendanaan internal sebagai sumber pembiayaan

utama kemudian pendanaan eksternal dari hutang sebagai sumber

pembiayaan berikutnya dan ekuitas sebagai sumber pendanaan yang

terakhir.

Pendanaan internal lebih disukai daripada pendanaan eksternal karena

pendanaan internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu lagi

membuka diri mereka pada pengawasan eksternal. Sumber dana eksternal

lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena empat

alasan. Pertama, investor menderita kerugian karena adanya asimetris

informasi antara manajer dengan investor. Dengan adanya asimetris

informasi, emisi saham baru diinterpretasikan oleh pasar sebagai kabar

buruk karena manajer hanya tertarik melakukan emisi saham baru jika
16

saham perusahaan overpriced (Myers, 1984). Kedua, biaya emisi utang

lebih rendah daripada ekuistas. Ketiga, perusahaan mendapatakan manfaat

pajak dengan mengeluarkan utang, karena biaya bunga dapat dibebankan

sebagai biaya dalam perhitungan pajak. Keempat, perusahaan akan lebih

terkontrol oleh lembaga (kreditur) yang ikut mengawasi keadaan finansial

perusahaan.

Keuntungan utama menggunakan pecking order theory adalah bahwa

hal itu menunjukan bahwa manajer keuangan ingin mempertahankan

kendali atas perusahaan dan membantu meminimalkan biaya ekuitas dan

masalah keagenan.

2.1.2. Struktur Modal

Menurut Mumtaz Hussain & Atta Ullah (2017) struktur modal adalah

campuran hutang dan ekuitas perusahaan yang digunakan perusahaan untuk

membiayai operasinya. Menurut Nuswandari (2013) struktur modal adalah

bauran penggunaan dana yang berasal dari ekuitas dan hutang. Menurut

Brigham & Houston (2011), struktur modal yang optimal bagi suatu

perusahaan adalah kombinasi dari hutang dan ekuitas yang akan

memaksimalkan harga saham. Pada prinsipnya setiap perusahaan

membutuhkan dana untuk pengembangan bisnisnya. Pemenuhan dana

tersebut berasal dari sumber internal ataupun sumber eksternal (Ridloah,

2010).

Menurut Husnan (1996:209), sumber-sumber struktur modal menurut

asalnya adalah sebagai berikut :


17

1. Sumber Internal

Merupakan modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri

didalam perusahaan contohnya adalah laba ditahan.

2. Sumber Eksternal

Merupakan sumber pendanaan yang berasal dari luar perusahaan,

dana yang berasal dari kreditur, dan pemilik, peserta atau pengambil

bagian didalam perusahaan.

Perusahaan dalam meminimalisir pengawasan dari pihak eksternal

tentu akan lebih memilih modal internal. Kemudian, jika modal internal

tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan ataupun untuk

mengembangkan perusahaan, maka membutuhkan dana eksternal. Dana

eksternal diperoleh dari hutang maupun menerbitkan saham baru. Jika

menerbitkan saham baru membutuhkan biaya yang mahal. Jika

menggunakan hutang, maka perusahaan akan semakin bergantung dengan

pihak eskternal dan berisiko finansial juga semakin besar. Sehingga

dibutuhkan pembiayaan struktur modal yang optimal.

2.1.3. Profitabilitas

Menurut Sartono (2010) Profitabilitas yaitu suatu kemampuan yang

diukur oleh kinerja perusahaan untuk mendapatkan laba. Profitabilitas

merupakan salah satu faktor untuk menentukan struktur modal perusahaan.

Perusahaan profitable cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil,

karena memiliki laba ditahan yang tinggi untuk memenuhi sebagian besar

kebutuhan pembiayaannya. Hal ini sesuai dengan teori pecking order yang
18

mengemukakan bahwa manajer lebih suka menggunakan pembiayaan yang

pertama, yaitu laba ditahan kemudian hutang (Sartono, 2000:221).

Brigham & Houston (2014:146) menjelaskan bahwa rasio

profitabilitas adalah sekelompok rasio yang mewakili kombinasi dari

pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan hutang pada hasil operasi.

Profitabilitas yang tinggi mencerminkan prospek masa depan perusahaan

yang baik. Profitabilitas yang tinggi juga memberikan kontribusi yang besar

terhadap peningkatan modal perusahaan yang digunakan dalam kegiatan

operasional perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan para pemegang

saham. Semakin menguntungkan suatu perusahaan, semakin yakin investor

bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek yang lebih baik di masa depan.

2.1.4. Likuiduitas

Menurut Horne & Wachowics (2005:205) likuiditas adalah rasio

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka

pendeknya. Menurut teori pecking order perusahaan dengan likuiditas tinggi

cenderung menggunakan pembiayaan internal daripada pembiayaan hutang,

karena perusahaan memiliki dana yang cukup untuk membiayai hutang

jangka pendeknya. Likudititas diproksikan dengan rasio lancar (current

ratio), merupakan rasio untuk mengukur kemapuan perusahaan membayar

kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo (Kasmir,

2016:113).
19

2.1.5. Ukuran Perusahaan

Menurut Brigham dan Houston (2006: 117), ukuran perusahaan

adalah rata-rata total penjualan bersih dari tahun berjalan sampai beberapa

tahun kemudian. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu

perusahaan, dinyatakan dalam total aktiva, total penjualan, rata-rata total

penjualan asset, dan rata-rata total aktiva. Ukuran perusahaan dapat

diartikan dengan melihat besar kecilnya suatu perusahaan dari nilai ekuitas

perusahaan, nilai perusahaan, atau nilai total asetnya (Riyanto, 2001).

Menurut Pratama dan Wiksuana (2016), semakin besar ukuran perusahaan

maka aset perusahaan pun semakin besar, dan dana yang dibutuhkan untuk

mempertahankan aktivitas operasionalnya pun semakin besar.

2.1.6. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan yang tidak dapat

dipisahkan dalam keputusan pendanaan suatu perusahaan. Kebijakan

dividen adalah keputusan apakah keuntungan yang diperoleh perusahaan

pada akhir tahun akan didistribusikan kepada pemegang saham dalam

bentuk dividen atau menjadi laba ditahan untuk menambah modal

(Handriani, 2020). Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk

menentukan besarnya pembagian dividen yang akan dibayarkan kepada

pemegang saham yakni menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR).

Devident Payout Ratio (DPR) menunjukkan perbandingan antara deviden

yang dibayarkan dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan.


20

2.2. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian dari beberapa penelitian terdahulu yaitu

sebagai berikut:

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Hasil


Peneliti
1. Nugroho Analisis Profitabilitas, Profitabilitas,
(2014) Pengaruh pertumbuhan pertumbuhan penjualan,
Profitabilitas, penjualan, dan umur perusahaan
Pertumbuhan ukuran berpengaruh positif
Penjualan, perusahaan, signifikan terhadap
Ukuran umur struktur modal.
Perusahaan dan perusahaan. Sedangkan, ukuran
Umur perusahaan negatif
Perusahaan signifikan terhadap
terhadap struktur modal.
Struktur Modal
Usaha Mikro
Kecil dan
Menengah
Kerajinan
Kuningan di
Kabupaten Pati
2. Acaravci The Pertumbuhan, Tingkat pertumbuhan
(2015) Determinants of ukuran berpengaruh positif
Captial perusahaan, terhadap struktur modal.
Structure: profitabilitas Sedangkan,
eviedence from dan profitabiltas,
the Turkish tangibilitas. tangibilitas, dan ukuran
manufacturing perusahaan berpengaruh
sector negatif terhadap struktur
modal.
21

3. Abdulla Capital Peluang Peluang pertumbuhan


(2017) Structure in a pertumbuhan, dan profitabilitas
Tax-free ukuran berpengaruh negatif
Economy: perusahaan, signifikan terhadap
Evidence from profitabilitas, struktur modal.
UAE likuiditas. Sedangkan, ukuran
perusahaan dan
likuiditas berpengaruh
positif signifikan
terhadap struktur modal.
4. Singh A Panel Data Tangibilitas, Tangibiltas,
(2016) Analysis of profitabilitas, profitabilitas, dan
Capital ukuran likuiditas berpengaruh
Structure perusahaan, negatif terhadap struktur
Determinants: peluang modal. Sedangkan,
An Empirical pertumbuhan, ukuran perusahaan dan
Study of Non- dan peluang pertumbuhan
Financial Firms likuiditas. berpengaruh positif
in Oman terhadap struktur modal.
5. Mumtaz Factors Profitabilitas, Profitabilitas dan
Hussain & Determining likuiditas, likuiditas berpengaruh
Atta Ullah, Capital ukuran negatif terhadap struktur
(2017) Structure of perusahaan, modal. Sedangkan,
Pakistani tangibilitas. ukuran perusahaan dan
NonFinancial tangibilitas berpengaruh
Firms positif terhadap struktur
modal.
6. Riyantina The Struktur Struktur aktiva, leverage
& Determinants of aktiva, operasi dan ukuran
Ardiansari Capital leverage perusahaan berpengaruh
(2017) Structure on operasi, positif signifikan
Concumer profitabilitas, terhadap struktur modal.
Goods Company ukuran Profitabilitas
Period 2011 – perusahaan, berpengaruh negatif
2014 risiko bisnis, signifikan terhadap
pertumbuhan struktur modal. Risiko
penjualan. bisnis dan pertumbuhan
penjualan berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap struktur modal.
7. Sofat & Determinants of Profitabilitas, Komposisi asset, risiko
Singh Capital ukuran bisnis dan
(2017) Structure: an perusahaan, pengembalian asset
22

empirical study struktur aset, berpengaruh positif


of risiko bisnis, terhadap struktur modal.
manufacturing pengembalia Sedangkan, ukuran
firms in India n aset. perusahaan berpengaruh
negatif terhadap struktur
modal.
8. Maftukhah Kepemilikan Kepemilikan Kepemilikan manajerial
(2013) Manajerial, institusional, dan profitabilitas
Kepemilikan pertumbuhan berpengaruh negatif dan
Institusional, asset, signifikan terhdap
dan Kinerja profitabilitas, struktur modal.
Keuangan kebijakan Sedangkan,
sebagai Penentu dividen, pertumbuhan asset dan
Struktur Modal struktur kebijakan dividen,
Perusahaan aktiva, pajak. kepemilikan
institusional
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
struktur modal dan
struktur aktiva, pajak
berpengaruh posifit dan
tidak signifikan
terhadap struktur modal.
9. Suhadak Pengaruh Kebijakan Kebijakan dividen dan
(2015) Kebijakan dividen, pertumbuhan
Dividend dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh
pertumbuhan perusahaan, signifikan dan negatif
perusahaan struktur terhadap struktur modal.
terhadap modal, Kebijakan dividen
struktur modal profitabilitas berpengaruh signifikan
dan dan positif terhadap
profitabilitas profitabilitas,
pertumbuhan
perusahaan tidak
berpengaruh signifikan
dan negatif terhadap
profitabilitas, struktur
modal berpengaruh
signifikan dan negatif
terhadap pofitabilitas.
10. Priapsari & Pengaruh Kepemilikan Kepemilikan
Ardiansari Struktur manajerial, manajerial, kepemilikan
(2020) Kepemilikan, kepemilikan institusional, dan ukuran
23

Profitabilitas, institusional, perusahaan berpengaruh


Ukuran kepemilikan positif signifikan
perusahaan, dan asing, terhadap struktur modal.
Struktur Aset profitabilitas, Profitabilitas dan
terhadap ukuran struktur aset
Struktur Modal perusahaan, berpengaruh negatif
Perusahaan dan struktur signifikan terhadap
aset. struktur modal.
Sedangkan kepemilikan
asing berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
struktur modal.
11. Ranitasari The Profitabilitas, Profitabilitas dan
& Determinants of ukuran likuiditas berpengaruh
Maftukhah Capital perusahaan, negatif signifikan
(2018) Structure on pertumbuhan terhadap struktur modal,
Property and aset, struktur sedangkan pertumbuhan
Real Estate aset, aset berpengaruh positif
Company Period likuiditas. signifikan terhadap
2012-2016 struktur modal, namun
ukuran perusahaan dan
struktur aktiva
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap struktur modal.
12. Wahyuni & Pengaruh Growth Growth opportunity dan
Ardini Growth Opportunity, profitabilitas
(2017) Opportunity, Profitabilitas, berpengaruh terhadap
Profitabilitas, dan struktur modal.
dan Kebijakan Kebijakan Sedangkan kebijakan
Dividen Dividen. dividen tidak
Terhadap berpengaruh terhadap
Struktur Modal. struktur modal.
13. Sawitri & Pengaruh Risiko Risiko risiko bisnis dan ukuran
Lestari Bisnis, Ukuran Bisnis, perusahaan tidak
(2015) Perusahaan dan ukuran berpengaruh signifikan
Pertumbuhan perusahaan, terhadap struktur modal
Penjualan pertumbuhan sedangkan pertumbuhan
terhadap penjualan. penjualan berpengaruh
Struktur Modal. positif dan signifikan
terhadap struktur modal.
14. Nuswandari Determinan Profitabilitas, Profitabilitas dan risiko
24

(2013) Struktur Modal ukuran bisnis berpengaruh


dalam Perspektif perusahaan, negatif dan signifikan
Pecking Order risiko bisnis, terhadap struktur modal.
Theory dan growth Sedangkan, ukuran
Agency Theory opportunity, perusahaan, growth
kepemilikan opportunity, dan
manajemen. kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh
terhadap struktur modal.
15. Iswarini & The Effect of Kepemilikan Kepemilikan
Ardiansari Ownership manajerial, manajerial, ukuran
(2018) Structure, kepemilikan perusahaan dan
Profitability, institutional, tangibilitas berpengaruh
Firm Size, and profitabilitas, positif dan signifikan
Tangibility on ukuran terhadap struktur modal,
Capital perusahaan, sedangkan kepemilikan
Structure. tangibilitas. institusional dan
profitabilitas
berpengaruh negatif dan
tidak signifikan
terhadap struktur modal.
Sumber: data diolah penulis (2021)

2.3. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, dan landasan teori yang mendukung penelitian ini serta

beberapa penelitian terdahulu yang melandasi permasalahan yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya. Sehingga dapat digambarkan kerangka

pemikiran dengan variabel independen yaitu profitablititas, likuiditas,

ukuran perusahaan dan kebijakan dividen yang mampu mempengaruhi

variabel denpenden yaitu struktur modal. Maka kerangka pemikiran untuk

mengembangkan penelitian adalah sebagai berikut:


25

2.3.1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal

Profitabilitas adalah rasio untuk menunjukan kemampuan

perusahaan saat memperoleh laba. Perusahaan dengan rasio profitabilitas

lebih besar harus memiliki rasio hutang yang lebih besar juga, karena

perusahaan yang memiliki profitabilitas besar memiliki risiko kebangkrutan

lebih sedikit dan kreditur cenderung mendanai perusahaan (Alipour et al.,

2015). Menurut Brigham & Houston (2014:149), profitabilitas dapat diukur

dengan rasio ROE (Return on Equity), karena perusahaan dengan ROE yang

tinggi memiliki keuntungan yang besar sehingga perusahaan mampu

membiayai kegiatan operasionalnya dan memiliki hutang yang kecil. Hal ini

sejalan dengan teori pecking order yang menjelaskan bahwa perusahaan

dengan rasio profitabilitas tinggi memiliki hutang yang lebih sedikit. Sejalan

dengan penelitian oleh Maftukhah (2013) dan Priapsari (2020) yang

menyatakan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

2.3.2. Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar

kewajiban jangka pendek perusahaan. Menurut Alipour (2015), likuiditas

dapat diukur menggunakan CR (Current Ratio), karena perusahaan dengan

tingkat CR yang tinggi memiliki kemampuan menyediakan dana untuk

membayar kewajibannya sehingga hutang akan relatif kecil. Hal ini sejalan

dengan teori pecking order yang menjelaskan bahwa perusahaan dengan

likuiditas yang tinggi memiliki hutang yang sedikit. Sejalan dengan

penelitian Ranitasari (2018) dan Yudhiarti et al., (2016) yang menyatakan

likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.


26

2.3.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal

Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan.

Perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar untuk membiayai

aktivitas perusahaan. Ukuran perusahaan ialah ukuran besar kecilnya

perusahaan yang digambarkan dari jumlah penjualan, jumlah asset, total

laba dan beban pajak. Menurut Alipour et al., (2015), ukuran perusahaan

dapat diukur menggunakan LogTA, karena perusahaan berukuran besar

memerlukan dana yang lebih besar untuk menjalankan kegiatan perusahaan

dibandingkan dengan perusahaan berukuran kecil. Hal ini sejalan dengan

teori pecking order yang menjelaskan perusahaan berukuran besar akan

memiliki hutang yang sedikit. Sejalan dengan penelitian Alipour et al.,

(2015) dan Nugroho (2014) yang menyatakan ukuran perusahaan

berpengaruh negatif terahadap struktur modal.

2.3.4. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Struktur Modal

Kebijakan dividen merupakan salah satu bentuk corporate action

yang dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan. Menurut Natalia

(2014), kebijakan dividen dapat diukur menggunakan DPR (Dividend

Payout Ratio). Besar kecilnya deviden yang akan dibagikan kepada

pemegang saham akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam

membiayai kegiatan operasional perusahaan. Semakin rendah jumlah

deviden yang akan dibagikan kepada pemegang saham, maka akan semakin

besar pula jumlah cadangan modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan

dalam bentuk laba ditahan, sehingga perusahaan dapat menggunakan modal

intern yang berasal dari modal sendiri. Dan semakin tinggi deviden yang
27

dibagikan kepada pemegang saham, maka akan semakin kecil pula jumlah

cadangan modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan dalam bentuk laba

ditahan, sehingga perusahaan cenderung akan menggunakan modal ekstern

yang berasal dari pinjaman (hutang) yang diperoleh dari pihak luar. Hal ini

sejalan dengan teori pecking order yang menjelaskan bahwa perusahaan

yang membagikan dividen dalam jumlah yang tinggi akan memiliki hutang

yang besar. Sejalan dengan penelitian Moyo et al., (2013) dan Natalia

(2014) yang menyatakan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap

struktur modal.

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

Profitabilitas

H1 (-)
Likuiditas
H2 (-)
Struktur Modal
Ukuran Perusahaan H3 (-)

Kebijakan Dividen H4 (+)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka teoritis diatas, peneliti menarik hipotesis

sebagai berikut:

2.4.1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Strukur Modal

Semakin tinggi profitabilitas, semakin tinggi pula keuntungan

perusahaan. Perusahaan profitable menempatkan sebagian besar


28

keuntungannya ke dalam laba ditahan sehingga dalam menjalankan

kegiatan operasional perusahaan mengandalkan dana internal dari

laba ditahan dan tingkat pemanfaatan utang relatif rendah.

H1: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal

🡪 two-tailed test

H1: Profitabilitas berpengaruh terhadap Struktur Modal 🡪 one-

tailed test

2.4.2. Pengaruh Likuiditas terhadap Strukur Modal

Semakin tinggi likuiditas, semakin tinggi pula dana yang

dimiliki perusahaan. Sehingga, cukup untuk membayar utang yang

segera jatuh tempo, yang berarti perusahaan menggunakan dana

internal dan pemanfaatan utang yang relatif rendah.

H2: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal.

2.4.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Strukur Modal

Ukuran perusahaan dinyatakan dalam total asset. Perusahaan

dengan asset tinggi dapat memaksimalkan sumber daya yang

dimiliki sebagai sumber pendanaan utamanya dan penggunaan

hutang relatif rendah.

H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif terhadap

Struktur Modal.

2.4.4. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Strukur Modal

Perusahaan dengan pembagian dividen yang rendah kepada

pemegang saham maka cadangan modal sendiri yang dimiliki


29

perusahaan dalam bentuk laba ditahan akan semakin besar, sehingga

perusahaan menggunakan dana internalnya dan pengunaan hutang

relatif kecil.

H4: Kebijakan Dividen berpengaruh positif terhadap Struktur

Modal.
30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitin ini menggunakan pendekatan

kuantitatif. Data kuantitatif dapat diartikan sebagai metode yang dilakukan

dalam suatu analisis yang datanya berupa angka-angka. Pendekatan

kuantitatif dari penelitian ini bertujuan agar mampu meneliti populasi atau

sampel pada penelitian yang akan diuji (Sugiyono, 2016:147). Data yang

digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data yang

diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti yaitu didapatkan dari laporan

keuangan perusahaan.

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2016–2019 sebanyak 165 perusahaan. Teknik yang digunakan dalam

pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu pengambilan subjek

bukan berdasarkan strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas tujuan

tertentu dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2016 – 2019.

2. Perusahaan Manufaktur yang tidak delisting dari Bursa Efek

Indonesia pada 2016 – 2019.

3. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami kerugian pada tahun

2016 – 2019.
31

4. Perusahaan manufaktur yang membagikan dividen pada tahun 2016–

2019.

Berikut data rincian jumlah sampel penelitian dari kriteria

pengambilan sampel yang telah ditetapkan:

Tabel 3.1

Kriteria Pengambilan Sampel

No Kriteria Jumlah
.
1 Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek 165
Indonesia periode 2016 – 2019.
2 Perusahaan Manufaktur yang delisting dari Bursa Efek (21)
Indonesia pada tahun 2016 – 2019.
3 Perusahaan Manufaktur yang pernah mengalami (50)
kerugian pada tahun 2016 – 2019.
4 Perusahaan Manufaktur yang pernah tidak (52)
membagikan dividen pada tahun 2016 – 2019.
Total Sampel 41
Jumlah Data (41x4) 164

Dari kriteria pengambilan sampel tersebut dengan teknik pengambilan

sampel purposive sampling, dioeroleh sampel sebanyak 41 perusahaan yang

memenuhi atau sesuai dengan kriteria dalam pengambilan sampel

penelitian.

3.3. Definisi Operasional Variabel

3.1.1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu struktur modal.

Struktur modal adalah penggabungan antara penggunaan modal yang


32

meliputi utang jangka panjang, utang jangka pendek terhadap modal (Sawir,

2004:43). Dalam penelitian ini, struktur modal diproksikan dengan Debt to

Equity Ratio (DER), DER merupakan perbandingan antara hutang dengan

ekuitas yang dipakai untuk membiayai atau mencukupi kegiatan atau

investasi perusahaan. Debt to Equity Ratio digunakan dalam penelitian ini

karena apabila nilai DER perusahaan tinggi, maka dapat dikatakan bahwa

modal perusahaan secara besar menggunakan utang (Hossin & Mia, 2020) :

TOTAL HUTANG
DER¿
TOTAL EKUITAS

3.1.2. Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2014), variabel independen mempengaruhi

variabel dependen secara positif maupun negatif. Variabel independen

dalam penelitian ini yaitu profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan dan

kebijakan dividen.

1. Profitabilitas (X1)

Profitabilitas adalah salah satu usaha dalam memperoleh laba pada

periode tertentu. Profitabilitas menjadi salah satu dasar untuk menilai

kondisi perusahaan, karenanya diperlukan alat analisis yang digunakan

untuk menilainya yaitu dengan menghitung kegiatan manajemen

perusahaan berdasarkan hasil pengembalian yang didapat dari

penanaman modal dan penjualan. Dalam penelitian ini, profitabilitas di

proksikan dengan ROE (Return on Equity), ROE digunakan untuk

mengukur seberapa baik perusahaan akan menggunakan uang investasi

untuk menghasilkan laba. Return on Equity digunakan dalam penelitian


33

ini karena apabila nilai ROE yang dimiliki perusahaan tinggi, maka nilai

pengembalian laba ke dalam modal perusahaan besar (Brigham &

Houston, 2014:149) :

LABA BERSIH
ROE ¿
TOTAL EKUITAS

2. Likuiditas

Rasio likuiditas adalah alat untuk mengukur kemampuan

perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Rasio yang

digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio karena current ratio

merupakan rasio yang sering digunakan dalam mengukur likuiditas

(Horne & Wachowics, 2005:206). Menurut Kasmir (2016) Rasio lancar

(current ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur suatu

kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek atau

utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.

Current Ratio digunakan dalam penelitian ini karena apabila nilai CR

perusahaan tinggi, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan membayar

utang jangka pendek secara tepat waktu.

ASET LANCAR
CR ¿
HUTANG LANCAR

3. Ukuran Perusahaan

Menurut Brigham & Houston (2011) memaparkan tentang ukuran

perusahaan yaitu rata-rata dari total penjualan bersih untuk tahun yang

bersangkutan sampai dengan beberapa tahun. Ukuran perusahaan

menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Skala besar kecilnya

perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, rata-rata


34

tingkat penjualan, total aset, dan rata-rata total aset. Ukuran perusahaan

dapat diproksikan dengan Size yang diukur dengan menggunakan log

natural total asset (Alipour et al., 2015). Size digunakan dalam penelitian

ini karena apabila nilai size perusahaan semakin besar, maka dapat

dikatakan bahwa nilai aset yang dimiliki tinggi.

SIZE = log natural dari total asset

4. Kebijakan Dividen

Dalam penelitian ini, kebijakan dividen didefinisikan sebagai laba

yang dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham sesuai dengan

jumlah saham yang dimilikinya melalui proksi rasio pembayaran

dividen atau dividend payout ratio (DPR). Kebijakan dividen yang

dibagikan setiap perusahaan memiliki tingkat yang berbeda-beda.

Perusahaan dapat memutuskan seberapa besar tingkat pembagian

dividen yang diberikan kepada investor (Suhadak, 2015). Devident

Payout Ratio (DPR) menunjukkan perbandingan antara deviden yang

dibayarkan dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan. Devident

Payout Ratio (DPR) dapat dihitung dengan menggunakan cara sebagai

berikut ini (Natalia, 2014) :

TOTAL DIVIDEN
DPR¿ x 100 %
LABA BERSIH

Tabel 3.2

Operasional Variabel

Variabel Pengukur Referensi


Struktur TOTAL HUTANG Hossin & Mia
DER¿
MODAL SENDIRI
35

Modal (2020)

Profitabilitas LABA BERSIH Brigham &


ROE ¿
TOTAL EKUITAS Houston (2014)

Likuiditas Current ratio Kasmir (2016)


ASET LANCAR
¿
HUTANG LANCAR
Ukuran LnTA = log natural dari total Alipour et al.,
Perusahaan asset (2015)
Kebijakan DPR Natalia (2014)
Dividen TOTAL DIVIDEN
¿ x 100 %
TOTAL EARNINGS

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dari penelitian ini yaitu metode

dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari berbagai

sumber seperti jurnal, berita, dan dokumen perusahaan berupa data

sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung

oleh peneliti yang didapatkan dari laporan keuangan perusahaan yang telah

di audit. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan

keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2016 – 2019, diperoleh melalui website resmi BEI

yaitu www.idx.co.id.
36

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan analisis regresi linier

berganda.

3.5.1. Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif ialah suatu analisa yang digunakan untuk

memberikan suatu gambarann atau deskripsi suatu data yang dilihat dari

nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar deviasi. Statistik

deskriptif yaitu statistika yang menggambarkan data menjadi sebuah

informasi yang lebih jelas serta mudah dipahami (Ghozali, 2016:19).

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini uji asumsi klasik menggunakan data sekunder sehingga

untuk mementukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas

beberapa asumsi klasik yang mendasari model linier regresi berganda.

Penyimpangan asumsi klasik yang digunakan meliputi: uji normalitas, uji

multikolonieritas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, varibel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Apabila suatu nilai residual tidak berdistribusi normal maka uji statistik

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mengetahui

apakah residual berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik

(Ghozali, 2016:154).
37

Uji statistik sederhana dapat dilihat pada nilai signifikansi

berdasarkan Kolmogorov-Smirnov. Uji K-S dapat dilihat pada nilai

probabilitasnya, jika hasil yang didapat menunjukan nilai signifikansi

>0,05 maka data residual berdistribusi normal. Namun, apabila hasil

yang didapat menunjukan nilai signifikansi <0,05 maka data residual

berdistribusi tidak normal.

2. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya

multikolonieritas didalam model regresi, dapat diketahui dengan melihat

nilai tolerance dan VIF. Keputusan yang digunakan dalam menunjukan

adanya multikolonieritas yaitu nilai tolerasi > 0,10 atau sama dengan

nilai VIP < 10 (Ghozali, 2013:103).

3. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).

Untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat

menggunakan uji statitistik, salah satunya yaitu dengan uji Uji Park.
38

Pengujiannya dilakukan dengan cara melakukan pemangkatan terhadap

residual, kemudian lakukan transformasi data logaritma natural

(Ghozali, 2016:136).

Jika variabel independen memiliki pengaruh signifikan secara

statistik terhadap variabel dependen, hal ini menunjukkan adanya

heteroskedastisitas. Dengan kata lain, ketika nilai signifikansi >0,05

maka model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas dengan tingkat

kepercayaan 5% (Ghozali, 2016).

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalan model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model

regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,

2016:107). Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dalam

penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson dengan melihat

(Ghozali, 2016) :

Tabel 3.3

Operasional Variabel

Hipotesis nol Keputusan Jika


Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < d <4
Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du ≤ d ≤
4-dl
Tidak ada autokorelasi positif atau Diterima du < d < 4-du
negatif
39

Sumber: Ghozali (2016)

3.5.3. Analisis Regresi Linier Berganda

Metode penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda

dilakukan untuk mengetahui pengaruh dua atau lebih variabel bebas

terhadap variabel (Ghozali, 2016). Model regresi dalam penelitian ini

dirumuskan dengan persamaan berikut :

Y = a + β1.X1 + β2.X2 + β3.X3 + β3.X4 + e

Y = Struktur modal

a = Konstanta

β = Koefisien analis regresi

X1 = Profitabilitas

X2 = Likuiditas

X3 = Ukuran perusahaan

X4 = Kebijakan Dividen

3.5.4. Uji Hipotesis

1. Uji Signifikansi Parsial (Uji T)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016:97). Untuk

mengetahui nilai t statistik tabel ditentukan dengan tingkat

signifikansi 5%. Pengambilan keputusan uji hipotesis secara


40

parsial juga didasarkan pada nilai probabilitas yang

didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS

Statistik Parametrik sebagai berikut:

a. Apabila nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka terdapat

pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen

(Y), dapat disimpulkan hipotesis diterima.

b. Apabila nilai signifikansi (Sig.) > 0,05 maka tidak terdapat

pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen

(Y), dapat disimpulkan hipotesis ditolak.

2. Uji Simultan (Uji F)

Uji statistic F digunakan untuk mentahui apakah variabel

independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi

variabel dependen (Ghozali, 2016:96). Dalam pengambilan

keputusan ini menggunakan kriteria dengan tingkat signifikan 5%

adalah :

a. Jika..nilai probabilitas p <0,05% artinya terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel independen terhadap variabel

dependen.

b. Jika nilai probabilitas p >0,05% artinya tidak terdapat pengaruh

antara variabel independen dengan variabel dependen.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel


41

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.

Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variasi variabel denpenden terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hamper seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variasi variabel dependen.


42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Statistik Deskriptif

Berdasarkan pemilihan data yang dilakukan, didapatkan jumlah

sampel sebanyak 164 selama periode penelitian. Pada penelitian ini meliputi

variabel profitabiltas, likuiditas, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen

jika dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasai, nilai maksimum dan

minimum. Hasil uji deskriptif variabel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif

Std.
Maximu Deviati
N Minimum m Mean on
DER 164 .08 4.19 .8680 .74771
ROE 164 .01 32.77 4.2107 7.2768
2
CR 164 .61 8.64 2.6168 1.8359
5
SIZE 164 26.71 33.49 29.4895 1.5968
4
DPR 164 .05 2.25 .4587 .33950
Valid N (listwise) 164
Sumber: data diolah penulis (2021)

a. Struktur Modal

Strukur Modal ditunjukan oleh proksi Debt to Equity Ratio

(DER). Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui nilai minimum dari DER

sebesar 0,08 dimiliki oleh PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul

Tbk (SIDO) pada tahun 2016. Nilai maksimum dari DER sebesar 4,19

dimiliki oleh PT Indal Aluminium Industry Tbk (INAI) pada tahun

2016. Nilai rata-rata (mean) dari DER untuk perusahaan manufaktur


43

pada tahun 2016 – 2019 sebesar 0,8680 dengan nilai standar deviasi

sebesar 0,74771. Berdasarkan data tersebut dapat diartikan bahwa

variabel struktur modal mengidentifikasikan hasil yang baik atau tidak

terjadi penyimpangan data, karena nilai rata-rata (mean) lebih besar dari

nilai standar deviasinya.

b. Profitabilitas

Profitabilitas ditunjukan oleh proksi Return On Equity (ROE).

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui nilai minimum dari ROE sebesar

0,01 dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT

Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR) pada tahun 2019. Nilai

maksimum dari ROE sebesar 32,77 dimiliki oleh PT Fajar Surya Wisesa

Tbk (FASW) pada tahun 2018. Nilai rata-rata (mean) dari ROE untuk

perusahaan manufaktur tahun 2016 – 2019 sebesar 4,2107 dengan nilai

standar deviasi sebesar 7,27682. Berdasarkan data tersebut dapat

diartikan bahwa variabel profitabilitas mengidentifikasikan hasil yang

kurang baik, karena nilai rata-rata (mean) lebih kecil dari nilai standar

deviasinya.

c. Likuiditas

Likuiditas ditunjukan dengan proksi Current Ratio (CR).

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui nilai minimum dari CR sebesar

0,61 dimiliki oleh PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) pada tahun

2016. Nilai maksimum dari CR sebesar 8,64 dimiliki oleh PT Delta

Djakarta Tbk (DLTA) pada tahun 2017. Nilai rata-rata (mean) dari CR

untuk perusahaan manufaktur tahun 2016 – 2019 sebesar 2,6168 dengan


44

nilai standar deviasi sebesar 1,83595. Berdasarkan data tersebut dapat

diartikan bahwa variabel likuiditas mengidentifikasikan hasil yang baik

atau tidak terjadi penyimpangan data, karena nilai rata-rata (mean) lebih

besar dari nilai standar deviasinya.

d. Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan ditunjukan dengan perhitungan Ln (Total

Asset) atau diproksikan dengan size. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat

diketahui bahwa nilai minimum dari size sebesar 26,71 dimiliki oleh PT

Chitose International Tbk (CINT) pada tahun 2016. Nilai maksimum

dari size sebesar 33,49 dimiliki oleh PT Astra International Tbk (ASII)

pada tahun 2019. Nilai rata-rata (mean) dari size untuk perusahaan

manufaktur tahun 2016 – 2019 sebesar 29,4895 dengan nilai standar

deviasi sebesar 1,59684. Berdasarkan data tersebut dapat diartikan

bahwa variabel ukuran perusahaan mengidentifikasikan hasil yang baik

atau tidak terjadi penyimpangan data, karena nilai rata-rata (mean) lebih

besar dari nilai standar deviasinya.

e. Kebijakan Dividen

Kebijakan Dividen ditunjukan dengan proksi dividen payout ratio

(DPR). Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai minimum

dari DPR sebesar 0,05 dimiliki oleh PT Champion Pacific Indonesia Tbk

(IGAR) pada tahun 2017. Nilai Maksimum dari DPR sebesar 2,25 yang

dimiliki oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) pada tahun

2018. Nilai rata-rata (mean) dari DPR untuk perusahaan manufaktur

tahun 2016 – 2019 sebesar 0,4587 dengan nilai standar deviasi sebesar
45

0,33950. Berdasarkan data tersebut dapat diartikan bahwa variabel

kebijakan dividen mengidentifikasikan hasil yang baik atau tidak terjadi

penyimpangan data, karena nilai rata-rata (mean) lebih besar dari nilai

standar deviasinya.

4.1.2. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah didalam suatu

model antara variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi

normal atau tidak yang dapat dilihat dari Kolmogorof-Smirnov test.

Dasar pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansinya >

0,05 maka model regresi berdistribusi normal dan sebaliknya jika

nilai signifikansinya <0,05 maka model regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas (Ghozali, 2016:154). Berikut hasil uji normalitas

berdasarkan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test :

Tabel 4.2

Uji Normalitas

Unstandardized
Residual
N 163
Normal Mean .0000000
Parametersa,b Std. .30622237
Deviation
Most Extreme Absolute .068
Differences Positive .068
Negative -.059
Test Statistic .068
Asymp. Sig. (2-tailed) .059c
Sumber: data diolah penulis (2021)
46

Berdasarkan uji normalitas di atas, diperoleh hasil tingkat

Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,059 atau nilai tersebut lebih besar dari

0,05 maka data residual tersebut berdistribusi normal.

2. Uji Multikolonieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah didalam

model regresi terdapat adanya korelasi antar variabel bebas.

Pengujian terhadap ada atau tidaknya multikolonieritas dapat dilihat

dari perhitungan nilai tolerance dan Varian Inflation Factor (VIF).

Model regresi dikatakan tidak memiliki kecenderungan gejala

multikolonieritas, jika memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10

dan nilai Tolerance >0,10 (Ghozali, 2016:103). Hasil uji

Multikolonieritas dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.3

Uji Multikolonieritas

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant
)
LG_ROE .898 1.114
LG_CR .884 1.131
LG_SIZE .950 1.052
LG_DPR .936 1.068
Sumber: data diolah penulis (2021)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa semua variabel

independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF

kurang dari 10. Hal tersebut menjelaskan bahwa tidak terdapat

multikolinieritas pada semua variabel bebas yang ada atau tidak

terdapat hubungan linier antar variabel dalam model regresi.


47

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Untuk melihat ada atau tidaknya

heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Park

dengan hasil sebagai berikut (Ghozali, 2016:136):

Tabel 4.4

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model T Sig.

(Constant) -.329 .743


LG_ROE .179 .858
LG_CR -.544 .587
LG_SIZE -.323 .747
LG_DPR -1.146 .254
Sumber: data diolah penulis (2021)

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi

seluruh variabel independennya >0,05 maka model regresi dalam

penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t

dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model

regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi

(Ghozali, 2016: 107). Uji Autokorelasi ini dapat dilihat dengan

menggunakan tabel Durbin-Watson (D-W), sebagai berikut:


48

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi

Mod R Adjusted R Std. Error of Durbin-


el R Square Square the Estimate Watson
1 .848a .719 .711 .31007 1.977
Sumber: data diolah penulis (2021)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai Durbin-

Watson sebesar 1,977. Pembanding menggunakan nilai signifikansi

5% dengan jumlah sampel 164 (n) dan jumlah variabel independen 4

(k=4). Maka berdasarkan tabel Durbin-Watson akan didapat nilai du

= 1,7948 dan nilai dw = 1,977. Sehingga berdasarkan dasar

pengambilan keputusan du < d < 4-du yaitu 1,7948 (du) < 1,977

(dw) < 2,2052 (4-du). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

model regresi yang dihasilkan dari penelitian ini terbebas dari

masalah autokorelasi.

4.1.3. Analisis Regresi Linier Berganda

Uji regresi linier berganda bertujuan untuk menemukan persamaan

regresi atau pengaruh antara variabel profiabilitas, likuiditas,…ukuran

perusahaan,..dan..kebijakan..dividen..terhadap..sruktur..modal..perusahaan.

Hasil analisis regresi linier berganda dengan SPSS 25 sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil Regresi Linier Berganda

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta
1 (Consta -1.374 .716
nt)
LG_RO .104 .018 .265
49

E
LG_CR -.910 .057 -.721
LG_SIZ 1.308 .650 .087
E
LG_DP -.086 .037 -.102
R
Sumber: data diolah penulis (2021)

Dari tabel 4.6 maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:

Y= -1,374 + 0,104 X1 – 0.910 X2 + 1.308 X3 - 0.086 X4 + e

Dari persamaan regresi berganda tersebut maka dapat diketahui:

1. Nilai konstanta (𝛼) sebesar -1,374 pada persamaan regresi

menunjukan bahwa jika nilai variabel profitabilitas, likuiditas,

ukuran perusahaan dan kebijakan dividen dianggap tetap atau

konstan maka ada kecenderungan bahwa struktur modal mengalami

penurunan sebesar 1,374.

2. Nilai koefisien regresi variabel profitabilitas sebesar 0,104 artinya

jika diasumsikan terdapat kenaikan profitabilitas sebesar 1 persen

terhadap struktur modal, maka akan berdampak pada peningkatan

struktur modal perusahaan sebesar 0,104 persen dengan asumsi

variabel lainnya konstan.

3. Nilai koefisien regresi variabel likuiditas sebesar -0,910 artinya jika

diasumsikan terdapat kenaikan likuiditas sebesar 1 persen terhadap

struktur modal, maka akan berdampak pada penurunan struktur

modal perusahaan sebesar 0,910 persen dengan asumsi variabel

lainnya konstan.
50

4. Nilai koefisien regresi variabel ukuran perusahaan sebesar 1,308

artinya jika diasumsikan terdapat kenaikan ukuran perusahaan

sebesar 1 persen terhadap struktur modal, maka akan berdampak

pada peningkatan struktur modal sebesar 1,308 persen dengan

asumsi variabel lainnya konstan.

5. Nilai koefisien regresi variabel kebijakan dividen perusahaan sebesar

-0,086 artinya jika diasumsikan terdapat kenaikan kebijakan dividen

sebesar 1 persen terhadap struktur modal, maka akan berdampak

pada peningkatan struktur modal sebesar 0,086 persen dengan

asumsi variabel lainnya konstan.

4.1.4. Pengujian Hipotesis

1. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh

secara bersama-sama (simultan) terhadap dependen (Ghozali, 2016:

96). Hasil dari pengujian ANOVA dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Hasil Uji F

Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
Regressio 38.785 4 9.696 100.84 .000b
n 9
Residual 15.191 158 .096
Total 53.976 162
Sumber: data diolah penulis (2021)

Berdasarkan tabel 4.6 uji F menunjukan bahwa nilai F hitung

sebesar 100,849 dan nilai signifikansi sebesar 0,00 < 0,05 sehingga
51

dapat disimpulkan bahwa profitabiltas, ukuran perusahaan, likuiditas

dan kebijakan dividen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh

terhadap struktur modal perusahaan.

2. Uji Parsial (Uji T)

Uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen (Ghozali, 2016: 97). Pengujian parsial dilakukan

dengan uji t dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05.


52

Tabel..4.8

Hasil..Uji.T

Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient
Coefficients s
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Consta -1.374 .716 - .057
nt) 1.918
LG_RO .104 .018 .265 5.941 .000
E
LG_CR -.910 .057 -.721 - .000
16.06
9
LG_SIZ 1.308 .650 .087 2.013 .046
E
LG_DP -.086 .037 -.102 - .021
R 2.333
Sumber: data diolah penulis (2021)

Hipotesis Nilai Keputusan


H1 ROE 🡪 DER 5.941 > 1,96 Diterima
H2 CR 🡪 DER -16.069 < Ditolak
1,96
H3 SIZE 🡪 DER 2.013> 1,96 Diterima
H4 DPR 🡪 DER -2.333 < 1,96 Ditolak

Berdasarkan tabel 4.7 pada kolom signifikansi dapat diketahui

hubungan antara masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal

Nilai koefisien regresi beta sebesar 0,104 yang menunjukan

bilangan positif dan nilai t hitung sebesar 5,941 dengan tingkat

signifikansi 0,00<0,05. Dengan demikian secara parsial hipotesis


53

pertama yang menyatakan bahwa “profitabilitas berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap struktur modal” ditolak.

2. Pengaruh likuiditas terhadap struktur modal

Nilai koefisien regresi beta sebesar –0,910 yang menunjukan

bilangan negatif dan nilai t hitung sebesar -16,069 dengan

tingkat signifikansi 0,00<0,05. Dengan demikian secara parsial

hipotesis kedua yang menyatakan bahwa “likuiditas berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap struktur modal” diterima.

3. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal

Nilai koefisien regresi beta sebesar 1,308 yang menunjukan

bilangan positif dan nilai t hitung sebesar 2,013 dengan tingkat

signifikansi 0,046<0,05. Dengan demikian secara parsial

hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa “ukuran perusahaan

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal”

ditolak.

4. Pengaruh kebijakan dividen terhadap struktur modal

Nilai koefisien regresi beta sebesar -0,086 yang menunjukan

bilangan negatif dan nilai t hitung sebesar -2,333 dengan tingkat

signifikansi 0,021<0,05. Dengan demikian secara parsial

hipotesis keempat yang menyatakan bahwa “kebijakan dividen

berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal”

ditolak.
54

3. Koefisien Determinasi (R2)

Secara umum, uji koefisien determinasi digunakan untuk

mengetahui seberapa baik model mampu menjelaskan variasi

variabel dependen (Ghozali, 2016: 95).

Tabel 4.9

Hasil Uji T

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 .848a .719 .711 .31007

Sumber: data diolah penulis (2021)

Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh nilai Adjusted R Square (R2)

sebesar 0,711 yang berarti bahwa 71,1% variasi variabel dependen

yaitu struktur modal dapat dijelaskan oleh empat variabel

independen yaitu profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan dan

kebijakan dividen. Sedangkan sisanya sebesar 28.9% dijelaskan oleh

variabel lainnya.

4.2. Pembahasan

Pada penelitian ini dapat ditemukan bukti empiris mengenai pengaruh

profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen terhadap

struktur modal. Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa semua

variabel independen yaitu profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan dan

kebijakan dividen berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan

manufaktur yang terdaftra di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016 – 2019.
55

4.2.1. Pengaruh Profitabiltas terhadap Struktur Modal

Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa

“profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal”

ditolak. Hasil statistik menunjukan nilai koefisien regresi variabel

profitabilitas sebesar 0,104 yang menunjukan bilangan positif dan hasil uji t

untuk variabel profitabilitas diperoleh nilai signifikansi 0,00<0,05 yang

berarti bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan

terhadap struktur modal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Nugroho (2014), yang menyatakan bahwa profitabillitas berpengaruh

positif dan signifikan terhadap struktur modal. Setiap kenaikan satu

kesatuan variabel profitabilitas akan diikuti dengan kenaikan struktur modal,

yang menjelaskan bahwa apabila hutang perusahaan yang semakin tinggi

akan meningkatkan nilai perusahaan dari segi profitabilitasnya. Karena

bunga hutang dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak, maka nilai

perusahaan akan meningkat terus sejalan dengan makin besarnya jumlah

hutang yang digunakan. Oleh karena itu, perusahaan dapat meningkatkan

profitabilitas dengan menekan biaya pajak dan meningkatkan nilai hutang

(Radjamin & Sudana, 2014).

Namun, hasil dari penelitian ini tidak sejalan dengan teori pecking

order, yang seharusnya perusahaan profitable akan memiliki laba yang

tinggi, sehingga lebih memprioritaskan penggunaan dana internal dari laba

ditahan daripada dana ekternal yang berupa hutang (Maftukhah, 2013).


56

4.2.2. Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal

Hasil pengujian hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa

“likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktu modal”

diterima. Hasil statistik menunjukan nilai koefisien regresi variabel

likuiditas sebesar -0,910 yang menunjukan bilangan negatif dan hasil uji t

untuk variabel likuiditas diperoleh nilai signifikansi 0,00<0,05 yang berarti

bahwa variabel likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

struktur modal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Singh (2016) dan Yudhiarti et al., (2016), yang menyatakan bahwa

likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.

Setiap kenaikan satu satuan variabel likuiditas akan diikuti dengan

penurunan struktur modal, yang menjelaskan bahwa perusahaan dengan

tingkat likuiditas yang tinggi memiliki dana yang

cukup.untuk.membayarkan.hutang.jangka.pendeknya sehingga perusahaan

tidak membutuhkan penambahan pendanaan dari hutang.

Hal tersebut sejalan dengan teori pecking order, yang menyatakan

bahwa perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi akan memiliki dana

yang berlimpah sehingga akan menekan nilai hutang dan struktur modal

perusahaan menjadi rendah.

4.2.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal

Hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa

“ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur

modal” ditolak. Hasil statistik menunjukan nilai koefisien regresi variabel


57

ukuran perusahaan sebesar 1,308 yang menunjukan bilangan positif dan

hasil uji t untuk variabel ukuran perusahaan diperoleh nilai signifikansi

0,046<0,05 yang berarti bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap struktur modal.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Nuswandari (2013), yang menyatakan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.

Setiap kenaikan satu satuan variabel ukuran perusahaan akan diikuti dengan

kenaikan struktur modal, yang menjelaskan bahwa perusahaan yang

berukuran besar akan memerlukan dana yang lebih besar untuk menjalankan

kegiatan operasi perusahaan dibandingkan dengan perusahaan yang lebih

kecil. Perusahaan dengan ukuran perusahaan yang besar, akan semakin

transparan dalam mengekspresikan kinerja perusahaan ke luar, sehingga

menyebabkan perusahaan akan lebih mudah dalam mendapatkan pinjaman

karena lebih dipercaya oleh kreditor.

Hal tersebut tidak sejalan dengan teori pecking order, yang

seharusnya perusahaan berukuran besar memiliki total aset yang tinggi

sehingga mampu mengelola aset yang dimiliki dengan menempatkan kas

sebagai sumber utama operasional perusahaan sehingga dapat menekan

hutang dan nilai strutur modal perusahaan rendah.

4.2.4. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Struktur Modal

Hasil pengujian hipotesis keempat (H3) yang menyatakan bahwa

“kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur

modal” ditolak. Hasil statistik menunjukan nilai koefisien regresi variabel


58

kebijakan dividen perusahaan sebesar -0,086 yang menunjukan bilangan

negatif dan hasil uji t untuk variabel kebijakan dividen diperoleh nilai

signifikansi 0,021<0,05 yang berarti bahwa variabel kebijakan dividen

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Yudhatama & Wibowo (2016), yang menyatakan bahwa kebijakan

dividen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Setiap

kenaikan satu satuan variabel kebijakan dividen akan diikuti dengan

penurunan struktur modal, yang menjelaskan bahwa tingkat pembagian

dividen yang diberikan oleh perusahaan justru menurunkan tingkat struktur

modal. Pembagan dividen yang dilakukan perusahaan akan meningkatkan

kesejahteraan para pemegang saham serta keadaan keuangan dan kinerja

perusahaan akan dianggap semakin baik dan dianggap lebih menguntungkan

sehingga penilaian terhadap perusahaan akan semakin baik. Hal ini

memudahkan perusahaan untuk mendapatkan dana melalui penerbitan

sekuritas modal, sehingga berpotensi menurunkan tingkat hutang

perusahaan (Laksana & Widyawati, 2016).

Hal tersebut tidak sejalan dengan teori pecking order, yang

seharusnya manajemen akan lebih memilih menggunaan pendanaan internal

daripada eksternal dalam struktur modalnya. Tidak semua laba akan

dibagikan dalam dividen, dimana manajemen akan lebih memilih

menyimpan dalam laba ditahan. Maka dari itu, dividen yang terlalu tinggi

akan memungkinkan laba atau kas tidak cukup untuk membayarnya.

Kekurangan pembayaran dividen akan ditangguhkan dalam hutang (surat


59

janji hutang) yang akan menyebabkan jumlah hutang yang lebih tinggi di

dalam struktur modal (Bundala, 2012).


60

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pengaruh

profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen terhadap

struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia tahun 2016 – 2019, sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2016 – 2019.

2. Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2016 – 2019.

3. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur

modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2016 – 2019.

4. Kebijakan Dividen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur

modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2016 – 2019.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dari penelitian ini sebagai berikut:


61

1. Dikarenakan data yang diujikan melalui SPSS mengalami 2 kali

transformasi sehingga menjadikan jumlah sampel (N) yang sebelumnya

berjumlah 164 menjadi 163 sampel.

2. Penelitian ini menggunakan kurun waktu empat tahun sehingga data

yang digunakan kurang mencerminkan kondisi dalam jangka panjang.

3. Penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan faktor-faktor internal.

4. Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini, hanya satu dari empat variabel

yang arah pengaruhnya sesuai dengan teori pecking order, maka dapat

dikatakan bahwa perusahaan manufaktur yang terdafar di Bursa Efek

Indonesia periode 2016–2019 tidak menerapkan teori pecking order

dalam rencana pendanaan perusahaan.

5.3. Saran

Berdasarkan keterbatasan diatas, saran yang dapat diberikan adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dikarenakan penelitian ini terbatas menggunakan faktor internal

perusahaan, untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat memasukan

faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi struktur modal

perusahaan.

2. Bagi Perusahaan

Dalam pengambilan keputusan pendanaan sebaiknya lebih

mempertimbangkan variabel-variabel yang memiliki hasil signifikan

karena dapat mempengaruhi struktur modal, seperti profitabilitas,

likuiditas, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen.


62

3. Bagi Investor

Dapat mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

struktur modal perusahaan seperti profitabilitas dan ukuran perusahaan

yang menunjukan pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur

modal, artinya semakin besar keuntungan dan ukuran perusahaan maka

diindikasikan bahwa perusahaan menggunakan hutang dalam jumlah

yang besar.
63

DAFTAR PUSTAKA

Abdulla, Y. (2017). Capital structure in a tax-free economy: evidence from UAE.

International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and

Management, 10(1), 102–116. https://doi.org/10.1108/IMEFM-11-2015-

0144

Acaravci, K. S. (2015). The determinants of capital structure: Evidence from the

Turkish manufacturing sector. International Journal of Economics and

Financial Issues, 5(1), 158–171.

Ajanthan, A. (2013). Determinants of capital structure: Evidence from Hotel and

Restaurant Companies in Sri Lanka. International Journal of Scientific and

Research Publications, 3(6).

Akpinar, O. (2016). The Determinants of Capital Structure: Evidence from

Turkish Panel Data. Research Journal of Finance and Accounting, 7(8).

Alipour, M., Mohammadi, M. F. S., & Derakhshan, H. (2015). Article

information : International Journal of Law and Management, 57(1), 53–83.

Alipour, M., Mohammadi, M. F. S., & Derakshan, H. (2015). Article information :

Determinants of capital stucture : an empirical study of firms in Iran.

International Journal of Law and Management, 57(1), 53–83.

Berkman, A. N., Iskenderoglu, O., Karadeniz, E., & Ayyildiz, N. (2016).

Determinants of Capital Structure: The Evidence from European Energy

Companies. International Journal of Business Administration, 7(6), 96–106.

https://doi.org/10.5430/ijba.v7n6p96
64

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2001). Fundamental of Financial Management.

Erlangga.

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2011). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.

Salemba Empat.

Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2014). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan

(11th ed.). Salemba Empat.

Bundala, N. N. (2012). Do Tanzanian companies practice pecking order theory,

agency cost theory or trade-off theory? An empirical study in Tanzanian

listed companies. International Journal of Economics and Financial Issues,

2(4), 401–422.

Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21

(7th ed.). Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23

(8th ed.). Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gómez, G., Mena Rivas, A., & Lizarzaburu Bolaños, E. R. (2014). The

determinants of capital structure in Peru. Academia Revista Latinoamericana

de Administracion, 27(3), 341–354. https://doi.org/10.1108/ARLA-01-2014-

0007

Handriani, E. (2020). The Effect of Innovational Performance on Determining

Firm Value: Evidence from Indonesia. Jurnal Dinamika Manajemen, 11(2),

228–241. https://doi.org/10.15294/jdm.v11i2.23915

Haryanto, S. (2014). Identifikasi Ekspektasi Investor Melalui Kebijakan Struktur


65

Modal, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Gcpi. Jurnal Dinamika

Manajemen, 5(2), 183–199. https://doi.org/10.15294/jdm.v5i2.3660

Horne, V., & Wachowics, J. M. (2005). Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan.

Salemba Empat.

Hossin, M. S., & Mia, S. (2020). Determinants of Capital Structure: A Study on

Some Selected Corporate Firms in Bangladesh. International Journal of

Economics and Financial Research, 66, 111–120.

https://doi.org/10.32861/ijefr.66.111.120

Husnan, S. (1996). Manajemen Teori dan Penerapan. BPFE.

Imtiaz, M. F., Mahmud, K., & Mallik, A. (2016). Determinants of Capital

Structure and Testing of Applicable Theories: Evidence from Pharmaceutical

Firms of Bangladesh. International Journal of Economics and Finance, 8(3),

23. https://doi.org/10.5539/ijef.v8n3p23

Indriani, A., & Widyanti, E. T. (2013). Penentu-Penentu Struktur Modal

Perusahaan Yang Sahamnya Masuk Jakarta Islamic Index. Jurnal Dinamika

Manajemen, 4(1), 59–68. https://doi.org/10.15294/jdm.v4i1.2424

Iswarini, T., & Ardiansari, A. (2018). The Effect of Ownership Structure,

Profitability, Firm Size and Tangibility on Capital Structure. Management

Analysis Journal, 7(4), 494–505. https://doi.org/10.15294/maj.v7i4.23478

Kasmir. (2016). Pengantar Manajemen Keuangan (2nd ed.). Kencana Prenada

Media Group.

Laksana, I. F., & Widyawati, D. (2016). Pengaruh Kepemilikan Saham, Kebijakan


66

Dividen, Tangibility, Size, Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal.

Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 5(4), 1–18.

Liang, J., Li, L. F., & Song, H.-S. (2014). An explanation of capitalstructure of

China’s listed property firms. Deakin University’s Research Repository,

32(1), 4–15.

Lim, T. C. (2012). Determinants of Capital Structure Empirical Evidence from

Financial Services Listed Firms in China. International Journal of

Economics and Finance, 4(3), 191–203.

https://doi.org/10.5539/ijef.v4n3p191

Maftukhah, I. (2013). Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dan

Kinerja Keuangan Sebagai Penentu Struktur Modal Perusahaan. Jurnal

Dinamika Manajemen, 4(1), 69–81. https://doi.org/10.15294/jdm.v4i1.2425

Moyo, V., Wolmarans, H., & Brummer, L. (2013). Trade-Off Or Pecking Order:

Evidence From South African Manufacturing, Mining, And Retail Firms.

International Business & Economics Research Journal, 12(8), 927–944.

Multifinansial, P. (2013). Faktor Penentu Struktur Modal: Studi Empirik Pada

Perusahaan Multifinansial. JDM (Jurnal Dinamika Manajemen), 1(2), 144–

153. https://doi.org/10.15294/jdm.v1i2.2470

Mumtaz Hussain, S., & Atta Ullah, K. (2017). Factors determining capital

structure of Pakistani non-financial firms. International Journal of Business

Studies Review (IJBSR), 2(23), 11–46.

Munisi, G. H. (2017). Determinants of capital structure: Evidence from Sub-


67

Saharan Africa. International Journal of Managerial and Financial

Accounting, 9(2), 182–199. https://doi.org/10.1504/IJMFA.2017.10005815

Myers, S. C. (1984). Capital Structure Puzzle. Sloan School of Management

Massachusetts Institute of Technology.

Natalia, M. N. (2014). Analisis Pengaruh Kebijakan Deviden, Profitabilitas dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Consumer

Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Periode Pengamatan

2009-2012. Jom FEKON, 1(2), 1–14.

Nisak, N. K., & Ardiansari, A. (2016). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

Struktur Modal dan Harga Saham pada perusahaan yang tergabung dalam

LQ 45 Periode Tahun 2011-2013. Management Analysis Journal, 5(2), 88–

95.

Nugroho, N. C. (2014). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan,

Ukuran Perusahaan, Dan Umur Perusahaan Terhadap Struktur Modal Usaha

Mikro Kecil Dan Menengah Kerajinan Kuningan Di Kabupaten Pati.

Management Analysis Journal, 3(2), 6–10.

https://doi.org/10.15294/maj.v3i2.3951

Nuswandari, C. (2013). DETERMINAN STRUKTUR MODAL DALAM

PERSPEKTIF PECKING ORDER THEORY DAN AGENCY THEORY.

EKUITAS (Jurnal Ekonomi Dan Keuangan), 2(1), 92–102.

https://doi.org/10.24034/j25485024.y2013.v17.i1.2227

Priapsari, P. F., & Ardiansari, A. (2020). PENGARUH STRUKTUR

KEPEMILIKAN, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN


68

STRUKTUR ASET TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN.

Management Analysis Journal, 4, 1–11.

Radjamin, I. J. P., & Sudana, I. M. (2014). Penerapan Pecking Order Theory dan

Kaitannya dengan Pemilihan Struktur Modal Perusahaan pada Sektor

Manufaktur di Negara Indonesia dan Negara Australia. Jurnal Manajemen

Dan Bisnis Indonesia, 1(3), 451–468. https://doi.org/10.31843/jmbi.v1i3.35

Ranitasari, R., & Maftukhah, I. (2018). The Determinants of Capital Structure on

Property and Real Estate Company Period 2012-2016. Management Analysis

Journal, 7(4), 469–480. https://doi.org/10.15294/maj.v7i4.23499

Ridloah, S. (2010). Faktor Penentu Struktur Modal: Studi Empirik Pada

Perusahaan Multifinansial. JDM (Jurnal Dinamika Manajemen), 1(2), 144–

153. https://doi.org/10.15294/jdm.v1i2.2470

Riyantina, & Ardiansari, A. (2017). The Determinants Of Capital Structure On

Consumer Goods Company Period 2011-2014. Management Analysis

Journal, 6(1), 23–35.

Sartono, A. (2000). Ringkasan Teori Manajemen Keuangan. BPFE.

Sartono, A. (2010). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (4th ed.). BPFE.

Sawir. (2004). Kebijakan Pendanaan dan Restrukrisasi Perusahaan. Penerbit dan

Percetakan BPFE.

Sawitri, N. P. Y. R., & Lestari, P. V. (2015). Pengaruh Risiko Bisnis, Ukuran

Perusahaan Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal. E-Jurnal

Manajemen Universitas Udayana, 4(5), 241587.


69

Seftianne, & Handayani, R. (2011). FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN

PUBLIK SEKTOR MANUFAKTUR SEFTIANNE Alumnus STIE Trisakti

RATIH HANDAYANI. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 13(1), 39–56.

Sheikh, A. N., & Wang, Z. (2011). Determinants of capital structure: An

empirical study of firms in manufacturing industry of Pakistan. Managerial

Finance, 37(2), 117–133. https://doi.org/10.1108/03074351111103668

Singh, D. (2016). A panel data analysis of capital structure determinants: An

empirical study of non-financial firms in Oman. International Journal of

Economics and Financial Issues, 6(4), 1650–1656.

Sofat, R., & Singh, S. (2017). Determinants of capital structure: an empirical

study of manufacturing firms in India. International Journal of Law and

Management, 59(6), 1029–1045. https://doi.org/10.1108/ijlma-05-2016-0051

Sudiyanto, B. (1997). Manajemen Keuangan 1. Pusat Penerbitan STIE Stikubank

Semarang.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (4th ed.).

Alfabeta.

Suhadak, M. N. F. (2015). PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN DAN

PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL

DAN PROFITABILITAS (Studi Pada Sektor Mining yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB),

24(1), 1–10.
70

Sundana, I. M. (2015). Manajemen Keuangan Perusahaan. Erlangga.

Thomas, Kiptanui, T., Chenuos, N., & Biwott, G. (2014). Do Profitability , Firm

Size and Liquidity Affect Capital Structure ? Evidence from Kenyan Listed

Firms. European Journal of Business and Management, 6(28), 119–124.

Wahyuni, I., & Ardini, L. (2017). Pengaruh Growth Opportunity, Profitabilitas

dan Kebijakan Dividen terhadap Struktur Modal. Jurnal Ilmu Dan Riset

Akuntansi, 6(4), 1308–1325.

Yudhatama, S., & Wibowo, A. J. (2016). PENERAPAN TEORI PECKING

ORDER DALAM STRUKTUR MODAL (STUDI PADA PERUSAHAAN

DI INDUSTRI MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2005-2014). Angewandte Chemie International

Edition, 6(11), 951–952., 2012, 5–24.

Yudhiarti, R., Mohammad, D. H., Mahfud, K., & Si, M. (2016). ANALISIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL

( PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2010-2014 ).

DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT, 5(3), 1–13.


71

LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Perusahaan Manufaktur yang Menjadi Sampel


NO Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
2 ARNA Arwana Citramulia Tbk
3 ASII Astra International Tbk
4 AUTO Astra Otoparts Tbk
5 BOLT Garuda Metalindo Tbk
6 BRAM Indo Kordsa Tbk
7 BRPT Barito Pacific Tbk
8 CINT Chitose International Tbk
9 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk
10 DLTA Delta Djakarta Tbk
11 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk
12 EKAD Ekadharma International Tbk
13 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
14 GGRM Gudang Garam Tbk
15 HMSP HM Sampoerna Tbk
16 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
17 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk
18 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
19 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
20 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
21 JECC Jembo Cable Company Tbk
22 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk
23 KBLI KMI Wire and Cable Tbk
24 KINO Kino Indonesia Tbk
25 KLBF Kalbe Farma Tbk
26 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk
27 MYOR Mayora Indah Tbk
28 PBRX Pan Brothers Tbk
29 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk
30 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk
31 SCCO Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk
32 SIDO Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk
33 SKLT Sekar Laut Tbk
34 SMBR Semen Baturaja (Persero) Tbk
35 SMGR Semen Indonesia Tbk
36 TCID Mandom Indonesia Tbk
37 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk
38 TRIS Trisula International Tbk
39 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk
72

40 UNVR Unilever Indonesia Tbk


41 WTON Wijaya Karya Beton Tbk
73

Lampiran 2. Hasil Perhitungan DER, ROE, CR, SIZE, DPR

KODE TAHUN DER ROE CR DPR SIZE


AKPI 2016 1,34 4,68 1,13 0,11 28,59
AKPI 2017 1,44 1,18 1,04 0,31 28,64
AKPI 2018 1,49 5,21 1,02 0,06 28,75
AKPI 2019 1,23 4,37 1,08 0,05 28,65
ARNA 2016 0,63 0,1 1,35 0,41 28,06
ARNA 2017 0,56 0,12 1,63 0,3 28,1
ARNA 2018 0,51 0,14 1,74 0,56 28,13
ARNA 2019 0,53 0,19 1,74 0,54 28,22
ASII 2016 0,87 0,13 1,24 0,44 33,2
ASII 2017 0,89 0,15 1,23 0,37 33,32
ASII 2018 0,98 0,16 1,15 0,37 33,47
ASII 2019 0,88 0,14 1,29 0,42 33,49
AUTO 2016 0,39 0,05 1,51 0,27 30,31
AUTO 2017 0,4 0,05 1,72 0,42 30,32
AUTO 2018 0,41 0,06 1,48 0,39 30,4
AUTO 2019 0,37 0,07 1,6 0,37 30,4
BOLT 2016 0,15 13,32 7,68 0,54 27,57
BOLT 2017 0,5 12,94 3,13 0,72 27,8
BOLT 2018 0,78 10,26 1,8 0,99 27,9
BOLT 2019 0,66 6,77 1,45 0,55 27,87
BRAM 2016 0,5 0,11 1,89 0,34 29,01
BRAM 2017 0,4 0,11 2,39 0,39 29,04
BRAM 2018 0,35 0,09 2,15 1,15 29,09
BRAM 2019 0,27 0,07 2,09 1,21 28,99
BRPT 2016 0,77 19,32 1,34 0,08 31,17
BRPT 2017 0,81 13,88 1,72 0,3 31,52
BRPT 2018 1,61 8,96 1,75 0,38 32,26
BRPT 2019 1,61 4,99 1,65 0,18 32,24
74

CINT 2016 0,22 0,06 3,16 0,4 26,71


CINT 2017 0,25 0,08 3,19 0,19 29,19
CINT 2018 0,26 0,03 2,71 0,65 26,92
CINT 2019 0,34 0,02 2,38 0,54 26,98
CPIN 2016 0,71 0,16 2,17 0,21 30,82
CPIN 2017 0,56 0,16 2,32 0,37 30,83
CPIN 2018 0,43 0,23 2,98 0,2 30,95
CPIN 2019 0,39 0,17 2,56 0,53 31,01
DLTA 2016 0,18 0,25 7,6 0,38 27,81
DLTA 2017 0,17 0,24 8,64 0,51 27,92
DLTA 2018 0,19 0,26 7,2 0,61 28,05
DLTA 2019 0,18 0,26 8,05 1,2 27,92
DVLA 2016 0,42 0,14 2,85 0,26 28,06
DVLA 2017 0,47 0,15 2,66 0,69 28,13
DVLA 2018 0,4 0,17 2,89 0,6 28,15
DVLA 2019 0,4 0,17 2,91 0,54 28,24
EKAD 2016 0,19 0,15 4,89 0,07 27,28
EKAD 2017 0,2 0,12 4,52 0,15 27,4
EKAD 2018 0,18 0,1 5,05 0,17 27,47
EKAD 2019 0,14 0,09 6,92 0,27 27,6
FASW 2016 1,72 24,63 1,08 0,08 29,78
FASW 2017 1,85 22,61 0,74 0,76 29,87
FASW 2018 1,56 32,77 1,17 0,29 30,03
FASW 2019 1,29 20,65 0,7 0,59 30,01
GGRM 2016 0,59 0,17 1,94 0,75 31,77
GGRM 2017 0,58 0,18 1,94 0,65 31,83
GGRM 2018 0,53 0,17 2,06 0,64 31,87
GGRM 2019 0,54 0,21 2,06 0,46 32
HMSP 2016 0,24 0,37 5,23 0,81 31,38
75

HMSP 2017 0,26 0,37 5,27 0,99 31,4


HMSP 2018 0,32 0,37 4,3 0,92 31,47
HMSP 2019 0,43 0,38 3,28 0,99 31,56
ICBP 2016 0,56 0,2 2,41 0,43 30,99
ICBP 2017 0,56 0,17 2,43 0,55 31,08
ICBP 2018 0,51 0,21 1,95 0,58 31,17
ICBP 2019 0,45 0,2 2,54 0,31 31,29
IGAR 2016 0,18 18,54 5,82 0,15 26,81
IGAR 2017 0,16 16,38 6,5 0,05 26,96
IGAR 2018 0,18 9,25 5,76 0,11 27,07
IGAR 2019 0,15 11,33 7,72 0,08 27,15
INAI 2016 4,19 13,78 1 0,4 27,92
INAI 2017 3,38 13,93 0,99 0,45 27,82
INAI 2018 3,61 13,32 1,02 0,47 27,97
INAI 2019 2,8 10,51 1,08 0,57 27,82
INDF 2016 0,87 0,12 1,51 0,37 32,11
INDF 2017 0,88 0,11 1,5 0,53 32,11
INDF 2018 0,93 0,1 1,07 0,7 32,2
INDF 2019 0,77 0,11 1,27 0,33 32,2
INTP 2016 0,15 0,15 4,53 0,39 31,04
INTP 2017 0,18 0,08 3,7 1,84 30,99
INTP 2018 0,2 0,05 3,14 2,25 30,96
INTP 2019 0,2 0,01 3,31 1,1 30,95
JECC 2016 2,37 28,15 1,14 0,21 28,09
JECC 2017 2,52 15,23 1,06 1,09 28,29
JECC 2018 2,42 14,51 1,1 0,31 28,36
JECC 2019 1,5 13,56 1,25 0,44 28,27
JPFA 2016 1,05 23,17 2,13 0,11 30,59
JPFA 2017 1,15 11,31 2,35 0,48 30,68
JPFA 2018 1,26 22,06 1,8 0,51 30,86
76

JPFA 2019 1,2 16,46 1,73 0,34 30,86


KBLI 2016 0,42 25,3 3,41 0,08 28,26
KBLI 2017 0,69 20,09 1,97 0,11 28,73
KBLI 2018 0,6 11,6 2,46 0,13 28,81
KBLI 2019 0,49 16,58 2,91 0,09 28,9
KINO 2016 0,68 9,28 1,54 0,29 28,82
KINO 2017 0,58 5,34 1,65 0,33 28,81
KINO 2018 0,64 6,86 1,5 0,26 28,91
KINO 2019 0,74 19,08 1,35 0,16 29,18
KLBF 2016 0,22 0,19 4,13 0,38 30,35
KLBF 2017 0,2 0,18 4,51 0,43 30,44
KLBF 2018 0,19 0,16 4,66 0,48 30,53
KLBF 2019 0,21 0,15 4,35 0,49 30,64
MLBI 2016 1,77 1,2 0,68 0,94 28,46
MLBI 2017 1,36 1,24 0,83 0,81 28,55
MLBI 2018 1,47 1,05 0,78 0,92 28,69
MLBI 2019 1,53 1,05 0,73 1,02 28,69
MYOR 2016 1,06 0,22 2,25 0,2 30,19
MYOR 2017 1,03 0,22 2,39 0,29 30,33
MYOR 2018 1,06 0,21 2,65 0,35 30,5
MYOR 2019 0,92 0,21 3,43 0,32 30,58
PBRX 2016 1,28 5,84 3,76 0,07 29,57
PBRX 2017 1,44 3,33 4,58 0,17 29,67
PBRX 2018 1,31 6,49 6,46 0,06 29,76
PBRX 2019 1,49 6,46 6,51 0,06 29,85
RICY 2016 2,12 3,4 1,15 0,14 27,89
RICY 2017 2,19 3,85 1,19 0,12 27,95
RICY 2018 2,46 4,15 1,22 0,1 28,06
RICY 2019 2,54 3,77 1,26 0,11 28,11
ROTI 2016 1,02 0,19 2,96 0,19 28,7
77

ROTI 2017 0,62 0,05 2,26 0,51 29,15


ROTI 2018 0,51 0,04 3,57 0,28 29,11
ROTI 2019 0,51 0,08 1,69 0,25 29,17
SCCO 2016 1,01 0,28 1,69 0,05 28,53
SCCO 2017 0,47 0,1 1,74 0,23 29,02
SCCO 2018 0,43 0,09 1,91 0,28 29,06
SCCO 2019 0,4 0,1 2,09 0,24 29,11
SIDO 2016 0,08 0,17 8,32 0,77 28,73
SIDO 2017 0,09 0,18 7,81 0,72 28,78
SIDO 2018 0,15 0,23 4,2 0,99 28,84
SIDO 2019 0,15 0,26 4,12 0,79 28,9
SKLT 2016 0,92 0,07 1,32 0,2 27,07
SKLT 2017 1,07 0,07 1,26 0,14 27,18
SKLT 2018 1,2 0,09 1,22 0,14 27,34
SKLT 2019 1,08 0,12 1,29 0,12 27,4
SMBR 2016 0,4 0,08 2,87 0,34 29,11
SMBR 2017 0,48 0,04 1,68 0,44 29,25
SMBR 2018 0,59 0,02 2,13 0,48 29,34
SMBR 2019 0,6 0,01 2,29 0,63 29,35
SMGR 2016 0,45 0,15 1,27 0,4 31,42
SMGR 2017 0,61 0,07 1,57 0,89 31,52
SMGR 2018 0,56 0,09 1,95 0,27 31,57
SMGR 2019 1,35 0,07 1,36 0,52 32,01
TCID 2016 0,23 0,09 5,26 0,51 28,41
TCID 2017 0,27 0,1 4,91 0,46 28,49
TCID 2018 0,24 0,09 5,76 0,48 28,53
TCID 2019 0,26 0,07 5,58 0,58 28,57
TPIA 2016 0,87 26,29 1,53 0,15 30,98
TPIA 2017 0,79 19,12 2,43 0,51 31,33
TPIA 2018 0,79 10,3 2,05 0,45 31,46
78

TPIA 2019 0,96 1,34 1,81 1,41 31,5


TRIS 2016 0,85 0,07 1,64 0,33 27,18
TRIS 2017 0,53 0,04 1,92 0,79 27,02
TRIS 2018 0,78 0,06 1,62 0,53 27,17
TRIS 2019 0,74 0,04 1,82 0,09 27,77
TSPC 2016 0,42 0,12 2,65 0,42 29,52
TSPC 2017 0,46 0,11 2,52 0,4 29,64
TSPC 2018 0,45 0,1 2,52 0,37 29,69
TSPC 2019 0,45 0,1 2,78 0,35 29,76
UNVR 2016 2,56 1,36 0,61 0,91 30,45
UNVR 2017 2,65 1,35 0,63 0,93 30,57
UNVR 2018 1,58 1,2 0,75 0,76 30,6
UNVR 2019 2,91 1,4 0,65 1,24 30,66
WTON 2016 0,87 0,11 1,31 0,19 29,17
WTON 2017 1,57 0,12 1,03 0,24 29,59
WTON 2018 1,83 0,16 1,12 0,21 29,82
WTON 2019 1,95 0,15 1,16 0,29 29,97
79

Lampiran 3. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Maximu
N Minimum m Mean Std. Deviation
DER 164 .08 4.19 .8680 .74771
ROE 164 .01 32.77 4.2107 7.27682
CR 164 .61 8.64 2.6168 1.83595
SIZE 164 26.71 33.49 29.4895 1.59684
DPR 164 .05 2.25 .4587 .33950
Valid N (listwise) 164

Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas

Data sebeleum transformasi

Unstandardiz
ed Residual
N 164
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. .59017178
Deviation
Most Extreme Differences Absolute .153
Positive .153
Negative -.098
Test Statistic .153
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c

Data setelah transformasi (menggunakan Logaritma Natural atau Ln)

Unstandardiz
ed Residual
N 163
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. .30622237
Deviation
Most Extreme Differences Absolute .068
Positive .068
Negative -.059
Test Statistic .068
Asymp. Sig. (2-tailed) .059c
80

Lampiran 5. Hasil Uji Multikolonieritas

Collinearity
Statistics
Toleran
Model ce VIF
1 (Consta
nt)
LG_RO .898 1.114
E
LG_CR .884 1.131
LG_SIZ .950 1.052
E
LG_DP .936 1.068
R

Lampiran 6. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model t Sig.
1 (Constan -.329 .743
t)
LG_ROE .179 .858
LG_CR -.544 .587
LG_SIZE -.323 .747
LG_DPR -1.146 .254

Lampiran 7. Hasil Uji Autokorelasi

Data Sebelum Transformasi

Model Summaryb
Mode R Adjusted R Std. Error of Durbin-
l R Square Square the Estimate Watson
1 .866a .749 .743 .42527 .648

Data Setelah Transformasi


Model Summaryb
Mode R Adjusted R Std. Error of Durbin-
l R Square Square the Estimate Watson
1 .848a .719 .711 .31007 1.977

Lampiran 8. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
81

1 (Constant) -1.374 .716 -1.918 .057


LG_ROE .104 .018 .265 5.941 .000
LG_CR -.910 .057 -.721 -16.069 .000
LG_SIZE 1.308 .650 .087 2.013 .046
LG_DPR -.086 .037 -.102 -2.333 .021

Lampiran 9. Hasil Uji Silmutan (Uji F)

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 38.785 4 9.696 100.849 .000b
Residual 15.191 158 .096
Total 53.976 162

Lampiran 10. Hasil Uji Parsial (Uji T)

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -1.374 .716 -1.918 .057
LG_ROE .104 .018 .265 5.941 .000
LG_CR -.910 .057 -.721 -16.069 .000
LG_SIZE 1.308 .650 .087 2.013 .046
LG_DPR -.086 .037 -.102 -2.333 .021

Lampiran 11. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summary
Mode R Adjusted R Std. Error of
l R Square Square the Estimate
1 .848a .719 .711 .31007

Anda mungkin juga menyukai