Anda di halaman 1dari 92

MARKET POWER SISTEM PERBANKAN GANDA DI

INDONESIA

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Ahmad Dahlan
Sebagai Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1

Disusun Oleh:

DIAN YULIANTI
1700010173

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2020 / 2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

MARKET POWER SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA

Oleh:
DIAN YULIANTI
1700010173

Penelitian ini disetuji oleh dosen pembimbing untuk diajukan dan diuji didepan
Dosen Penguji Skripsi Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakarta, 1 April 2021

Pembimbing

Jannatul Liutammima Musta’in,


S.E., M.Sc.
NIP. 0512099201

ii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

MARKET POWER SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA

Disusun Oleh:
DIAN YULIANTI
1700010173

Penelitian ini telah diuji di depan Dosen Penguji Skripsi Program Studi Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Ahmad Dahlan pada 1
April 2021 dan dinyatakan lulus.
Dosen Penguji
Nama Tanda-tangan Tanggal

1. ……………. ………….

2. ……………. ………….

3. …................. ………….

Yogyakarta, 1 April 2021


Dekan FEB UAD,

Dr. Salamatun Asakdiyah, M.Si.


NIP. 196205021987032001

iii
SURAT PERNYATAAN

Surat pertanyaan ini dibuat dengan tujuan untuk menyatakan bahwa dalam penulisan
skripsi ini, saya tidak melakukan tindakan plagiarisme terhadap karya tulis orang lain,
tidak melakukan pemalsuan data serta mampu bertanggung jawab atas karya tulis ini.

Yang bertandatangan atas karya ini adalah:

Nama : Dian Yulianti

NIM : 1700010173

Prodi : Ekonomi Pembangunan

Judul : Market Power Sistem Perbankan Ganda di Indonesia

Apabila terdapat keberatan atas karya yang saya tulis dengan disertai dengan bukti
yang jelas, dan ditemukan bukti bahwa saya tidak menaati pernyataan yang telah saya
buat, maka saya bersedia untuk diberikan sanksi sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan.

Demikian pernyataan ini saya buat.

Yogyakarta, 1 April 2021


Yang menyatakan,

Dian Yulianti
NIM. 1700010173

iv
MARKET POWER ON DUAL BANKING SYSTEM IN INDONESIA

Dian Yulianti
1700010173

ABSTRACT

This study was aimed to determine the market power on dual banking system
in Indonesia from 2014Q1 to 2020Q2. This research was estimated by using panel
data estimation with STATA analysis tool. The results of this study show that the best
method used to estimate the variables in this research, both conventional and Islamic
banks is random effect model. Statistical F test in this study showed that in
conventional banks all variables that used in the study such as Operational Expenses
(BOPO), Bank Size (SIZE), Bank Soundness Level (Z-Score) and Loan to Deposit
Ratio (LDR) simultaneously doesn’t have a significant effect on Market Power (HHI)
of conventional banking. Whereas in Islamic banks, the variables that used in this
research such as the Operational Efficiency Ratio (OER), Bank Size (SIZE), Bank
Soundness Level (Z-Score) and Financing to Deposit Ratio (FDR) simultaneously
have a significant effect on Market Power (HHI) of sharia banking.

Keywords: HHI, BOPO, OER, SIZE, Z-SCORE, LDR, FDR

v
MARKET POWER SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA

Oleh:
Dian Yulianti
1700010173

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui market power pada sistem


perbankan ganda di Indonesia pada periode waktu 2014Q1 sampai 2020Q2.
Penelitian ini diolah dengan menggunakan estimasi data panel dengan alat analisis
STATA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode terbaik yang digunakan
untuk mengestimasi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian baik itu pada
bank konvensional maupun bank syariah adalah metode random effect. Hasil uji F
statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada bank konvensional variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian seperti Biaya Operasional Beban
Operasional (BOPO), Ukuran Bank (SIZE), Tingkat Kesehatan Bank (Z-Score) dan
Loan to Deposit Ratio (LDR) secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan
terhadap Market Power (HHI) perbankan konvensional. Sedangkan pada bank
syariah, variabel-variabel yang digunakan seperti Operational Efficiency Ratio
(OER), Ukuran Bank (SIZE), Tingkat Kesehatan Bank (Z-Score) dan Financing to
Deposit Ratio (FDR) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Market
Power (HHI) perbankan syariah.

Kata Kunci: HHI, BOPO, OER, SIZE, Z-SCORE, LDR, FDR

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan bagi kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Market Power Sistem Perbankan ganda di Indonesia” untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Ahmad Dahlan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan
arahan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Salamatun Asakdiyah, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
2. Bapak Rifki Khoirudin, S.E., M.Ec.Dev. MAPPI selaku Ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan Universitas Ahmad Dahlan.
3. Ibu Jannatul Liutammima Musta’in, S.E., M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi
yang selalu sabar menuntun, memberikan motivasi dan banyak memberikan
arahan kepada saya dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak/Ibu dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis yang telah memberikan ilmu dan pengalaman kepada saya selama
menuntut ilmu di Universitas Ahmad Dahlan.
5. Kedua orang tua selaku motivator dalam hidup saya dan selalu bekerja keras
untuk membiayai pendidikan saya hingga saat ini.
6. Kakak saya, Reni Hidayanti yang selalu mendukung dan mengingatkan untuk
segera menyelesaikan pendidikan dengan tepat waktu.
7. Kakak saya, Fuji Lestari yang selalu menjadi pendengar dan penasihat saya.
8. Pasangan saya, Sarif Hidayatullah yang selalu memberikan dukungan dan nasihat
kepada saya agar tidak mengeluh saat pengerjaan tugas selama kuliah, maupun
saat pengerjaan skripsi.

vii
9. Sahabat-sahabat saya Ririn, Anty, dan Ami yang telah menjadi teman untuk
berkeluh kesah dan selalu memberikan dukungan kepada saya.
10. Teman-teman saya Diyah, Wulan, Rossi dan Ritna yang telah menjadi teman
seperjuangan saya dalam menuntut ilmu.
11. Teman-teman KKN saya Puti dan Dian.
12. Teman-teman kelas D Ekonomi Pembangunan yang telah menjadi teman saya
selama berkuliah di Universitas Ahmad Dahlan.

Yogyakarta, 1 April 2021


Penulis

Dian Yulianti

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN.............................................................................................iv
ABSTRACT....................................................................................................................v
ABSTRAK....................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.................................................................................................vii
DAFTAR ISI.................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................12
1.1 Latar Belakang............................................................................................12
1.2 Batasan Masalah.........................................................................................21
1.3 Rumusan Masalah......................................................................................21
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................................22
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................................22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................23
2.1 Landasan Teori................................................................................................23
2.1.1 Market Power.............................................................................................23
2.1.2 Herfindahl –Hirschman Index (HHI).......................................................25
2.1.3 Indeks Tingkat Kesehatan Bank..............................................................29
2.1.4 Ukuran Bank.............................................................................................31
2.1.5 Loan to Deposit Ratio.................................................................................32
2.1.6 Financing to Deposit Ratio........................................................................34
2.1.7 BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)...........................35
2.1.8 Operating Efficiency Ratio........................................................................36
2.1.9 Sistem Perbankan Ganda.........................................................................36
2.2 Landasan Empiris.......................................................................................39

ix
2.3 Kerangka Pemikiran..................................................................................45
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................46
3.1 Jenis dan Data Penelitian...........................................................................46
3.2 Spesifikasi Model Penelitian......................................................................47
3.2.1 Model Market Power Bank Konvensional.........................................47
3.2.2 Model Market Power Bank Syariah...................................................48
3.3 Alat Analisis Penelitian..............................................................................49
3.3.1 Estimasi Data Panel.............................................................................49
3.4 Definisi Operasional dan Hipotesis...........................................................57
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................60
4.1. Market Power Perbankan di Indonesia.....................................................60
4.2. Pemilihan Model Penelitian.......................................................................61
4.3. Estimasi Data Panel....................................................................................62
4.3.1 Uji Kriteria Statistik.................................................................................62
4.3.2 Uji Aprioriti...............................................................................................65
4.3.3 Pembahasan Variabel...............................................................................66
4.4 Strategi Kebijakan......................................................................................74
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI...................................76
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................76
5.2 Saran.................................................................................................................77
5.3 Rekomendasi....................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................79
LAMPIRAN...............................................................................................................85

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2
Table 2.1 Landasan Empiris................................................................................................42

Tabel

Tabel 3.1 Daftar Bank dengan Sistem Perbankan Ganda di Indonesia……………………….27

Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Hipotesis Variabel Penelitian……………………………….36

Tabel 4

Table 4 1 Hasil Uji Pemilihan Model Penelitian................................................................61

Table 4 2 Uji F Statistik.......................................................................................................63

Table 4 3 Uji Koefisien Determinasi...................................................................................64

Table 4 4 Uji Aprioriti.........................................................................................................65

Table 4 5 Estimasi Market Power Perbankan Konvensional...........................................66

Table 4 6 Estimasi Market Power Perbankan Syariah.....................................................70

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Market Power..................................................26

xi
xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor perbankan dianggap sebagai sektor yang memegang peranan yang

sangat penting dalam roda perekonomian yang berfungsi sebagai jembatan

penghubung antara orang atau pihak yang memiliki surplus dana dengan pihak yang

membutuhkan atau kekurangan dana. Sektor perbankan diibaratkan sebagai jantung

dalam tubuh manusia dimana akan memompa darah di dalam tubuh dan kemudian

akan didistribusikan ke organ tubuh yang lain. Begitupula dengan perbankan yang

ada dalam perekonomian, perbankan memiliki peran untuk mengelola dan

mengalokasikan dana yang didapatkan dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu

ketika sistem fungsi jantung mengalami masalah, maka hal tersebut akan

menimbulkan kelumpuhan. Dengan kata lain, ketika sistem perbankan tidak dikelola

dengan baik dan mengalami masalah maka perekonomian suatu negara akan collaps.

(Apriadi et al., 2017)

Menurut Korry et al., (2019), fungsi perbankan sebagai lembaga yang

menghubungkan pihak yang kelebihan dan pihak yang membutuhkan dana

menempatkan bank menjadi suatu lembaga yang memiliki keterkaitan yang erat

terhadap sektor rill serta pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain itu, fungsi yang

dimiliki oleh perbankan tersebut berdampak pada resiko likuiditas, kredit, dan resiko

13
pembiayaan lain. Oleh karena itu, jika sitem opersional perbankan mengalami

kegagalan, maka hal tersebut akan berdampak buruk bagi perekonomian negara.

Maka dari itu, stabilitas dan kesehatan bank sangatlah perlu untuk dijaga agar kinerja

operasional perbankan tetap bekerja secara optimal. (Ramly dan Hakim, 2017)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Weill (2004), stabilitas keuangan dari

sisi makro dipengaruhi oleh tingkat efisiensi perbankan. Hal tersebut dikarenakan

perbankan memiliki fungsi sebagai lembaga intermediasi dan produsen jasa

keuangan. Ketika tingkat efisiensi yang dimiliki oleh perbankan tinggi, maka hal

tersebut akan membuat kinerja perusahaan menjadi lebih optimal dalam rangka

mengalokasika sumber daya yang dimiliki serta dapat memperlancar proses transmisi

kebijakan moneter.

Sistem keuangan negara dikatakan stabil apabila mampu bertahan dan mampu

menghadapi guncangan perekonomian dan masih tetap mampu menjalankan fungsi

mediasi, pembayaran dan penyebaran resiko secara baik. Dalam penelitian Ascarya

(2012), terkait sistem keuangan, bahwa suatu negara dikatakan baik apabila dapat

mengalokasikan sumber daya ekonomi yang dimiliki dengan seoptimal mungkin dan

tetap berada pada posisi yang stabil apabila terdapat shock atau guncangan baik itu

dari sisi keuangan maupun makro ekonomi.

Pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis yang cukup hebat dan berakibat

pada buruknya perekonomian negara. Krisis yang terjadi pada tahun ini dapat

dianggap sebagai krisis terparah yang pernah dialami oleh Indonesia karena

14
berdampak pada perekonomian secara keseluruhan mulai dari melemahnya nilai

rupiah, dan berdampak pada pasar saham hingga harga aset. Dalam sektor perbankan,

krisis 1998 menyebabkan terganggunya fungsi intermediasi yang dimiliki oleh bank.

Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya bank-bank yang harus ditutup karena tidak

bisa menyalurkan dana yang dimilikinya dengan baik dan optimal. (mutiah) dalam

(Zahra et al., 2018)

Kriris yang terjadi pada tahun 1998 menyebabkan dilikuidasinya 16 bank oleh

pemerintah. Hal tersebut dilakukan guna melakukan pembenahan dalam sektor

perbankan. Selain melakukan likuidasi, pemerintah juga melakukan merger, akuisisi

dan konsolidasi pada bank-bank yang bermasalah yang ada di Indonesia. Pada saat

itu, tidak sedikit bank konvensional yang mengalami kesulitan likuiditas yang

disebabkan karena mengalami negative spread. Hal tersebut dikarenakan bank

konvensional menjalankan operasional perbankan dengan sistem spread based atau

dengan kata lain keuntungan yang didapatkan sangat bergantung pada selisih bunga

antara simpanan dan kredit nasabah. Oleh karena itu ketika kredit yang dilakukan

oleh nasabah mengalami masalah, maka hal tersebut juga berdampak pada likuiditas

bank tersebut yang kemudian menyebabkan negative spread. (Mchmud et al., 2007)

Berbeda halnya dengan bank konvensional yang banyak mengalami masalah

ketika krisis yang terjadi, bank syariah justru menunjukkan kinerja yang relatif stabil

pada saat kriris terjadi. Bank syariah pada saat itu mampu melewati krisis tanpa

adanya bantuan dari pemerintah. Sehingga dapat dikatakan bahwa bank syariah

15
dijadikan sebagai lembaga keuangan alternatif oleh pemerintah. Kemampuan bank

syariah melewati krisis yang ada atau tidak mengalami negative spread dikarenakan

dalam perbankan syariah sistem operasional bank tidak bergantung pada tingkat

bunga melainkan menerapkan sistem bagi hasil. (Hasanah dan , Ascarya, 2007)

Ketika bank syariah tidak menerapkan sistem bunga dalam menjalankan

operasional bank, maka hal tersebut membuat tingkat margin yang didapatkan bank

syariah tidak sebesar margin yang didapatkan bank konvensional. Sistem pembayaran

pada bank syariah menerapkan sistem murabahah yang dimana berarti tingkat

pengembalian atau margin yang didapatkan oleh bank ditetapkan pada saat

dilakukannya akad. Sejak tahun 1997, margin bank syariah selalu mengalami

peningkatan mulai dari 14.66% pada tahun 1997, 14.92% pada tahun 1998 dan

16.93% pada tahun 2008. Peningkatan margin tersebut dijadikan sebagai sebuah

upaya bank syariah guna menghindari likuiditas jika terjadi krisis keangan yang

dimana akan mendorong naiknya tingkat bunga pada dunia perbankan. (Sudarsono,

2009)

Menurut Hidayah (2016), ketahanan bank syariah dalam menghadapi krisis

moneter pada tahun 1998 dibuktikan dengan rendahnya tingkat pembiayaan

bermasalah pada bank syariah. Selain itu ketahanan atau stabilitas bank syariah dalam

menghadapi krisis dapat dilihat dari kemampuan Bank Muammalat Indonesia

mengalami recovery atau pemulihan dengan waktu yang cenderung lebih cepat ketika

dibandingkan dengan bank konvensional. Setelah krisis tersebut terjadi tepatnya pada

16
tahun 2000, pembiayaan bermasalah bank konvensional tetap lebih besar daripada

bank syariah yaitu sebesar 26.77% sedangkan bank syariah sebesar 12.96%.

Ketika bank syariah mampu menghadapi krisis pada tahun 1998, hal tersebut

menimbulkan kepercayaan masyarakat atas bank syariah. Maka dari itu pemerintah

mengesahkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1998 sebagai perubahan atas Undang -

Undang No. 7 Tahun 1992 yang membahas tentang perbankan dan dijadikan sebagai

landasan hukum guna memperkuat keberadaan bank syariah di Indonesia. Undang-

undang tersebut berisi tentang perturan yang menyebutkan bahwa bank konvensional

diberikan izin untuk membuka cabang yang berbasis syariah atau dengan dual

banking system (Famera dan Indriani, 2018). Kedua jenis bank tersebut dibedakan

dari pembagian keuntungan yang diberikan bank kepada nasabah dan sebaliknya.

pada perbankan konvensional, pembagian keuntungan didasarkan atas prinsip bunga.

Sedangkan pada bank syariah didasarkan pada prinsip bagi hasil (Muhammad, 2005)

dalam (Hidayah, 2016).

Dengan diterapkannya sistem perbankan ganda, masyarakat kini memiliki

pilihan dalam dunia perbankan dan menjadi kombinasi yang pas dalam mendukung

pembiayaan sektor-sektor yang ada di perekonomian negara. Pemberlakuan sistem

perbankan ganda tersebut dapat mendatangkan dampak positif terhadap

pembangunan nasional. Hal tersebut dikarenakan tabungan dan investasi yang

didapatkan oleh bank dari nasabah merupakan salah satu indikator dalam

pembangunan nasional. Ketika tingkat investasi yang didapatkan semakin tinggi,

17
maka hal tersebut akan membuat pertumbuhan ekonomi negara semakin meningkat

yang dimana nantinya akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (NISA,

2018)

Berdasarkan penelitian Korry et.al (2019), sistem perbankan dengan prinsip

syariah menjalankan kegiatan operasional bank secara adil, transparan, akuntabilitas

serta adanya rasa percaya antara pelaku-pelaku ekonomi yang bersangkutan. Pada

saat ini, sistem perekonomian yang mendominasi yaitu sistem konvensional dengan

adanya pengaruh pemilik modal dan para kapitalis dalam roda perekomian. Hal

tersebut kemudian dapat menimbulkan banyak korban sehingga bank syariah hadir

sebagai harapan yang dapat memberikan solusi atas masalah tersebut. (Purnamasari

dan Ariyanto, 2016)

Sejak disahkannya Undang-Undang No. 7 Tahun 1998, perbankan syariah dan

konvensional beroperasi secara beriringan di seluruh wilayah yang ada di Indonesia.

Selain UU perbankan tahun 1998, dikeluarkan UU tahun 1999 yang dimana berisi

tentang pemberian mandat kepada Bank Indonesia untuk menjalankan sistem ganda

atau dual banking system dalam sektor perbankan. Saat itulah yang kemudian

menjadi titik awal dari perkembangan bank syariah dimulai. (Ascarya, 2012)

Selain pada tahun 1998, Indonesia juga mengalami krisis keuangan pada

tahun 2008 yang diakibatkan oleh kririsis keuangan yang dialami oleh Amerika

Serika dan membuat perekonomian Indonesia mengalami masalah dan menyebabkan

ketidakstabilan. Ketidakstabilan kondisi pasar keuangan tersebut menempatkan

18
Indonesia pada zona krisis. Krisis tersebut sangat mempengaruhi kinerja operasional

sektor perbankan terlebih pada perbankan konvensional. Akibat krisis yang terjadi,

pemerintah harus memberikan bantuan likuiditas kepada tiga bank besar nasional

yaitu Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Mandiri sebesar Rp

15 Triliun. (KSK Bank Indonesia, 2010)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Rahman, 2016) ketika bank

konvensional mengalami masalah likuiditas, bank syariah justru menunjukkan kinerja

yang cukup baik ketika krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008. Hal tersebut

ditunjukkan dengan ketahanan fungsi intermediasi bank syariah dan kinerja

operasionalnya tetap efektif pada saat terjadinya krisis. Pernyataan tersebut

dibuktikan dengan meningkatnya profit yang diperoleh oleh bank syariah setiap

tahunnya. Sebagai contoh, bank syariah mampu meraih profit dengan nilai yang

sangat besar yaitu sebesar 791 miliar pada tahun 2010, keuntungan yang diperoleh

bank syariah meningkat menjadi 1.475 miliar pada tahun 2012 dan mencapai 3.293

miliar pada tahun 2015.

Berdasarkan hasil pada pemaparan Global Islamic Finance Report (2017),

statistik perbankan syariah per april 2018, bank syariah diketahui memiliki bank

umum syariah sebanyak 13 bank dengan rincian yaitu sebanyak 21 unit usaha syariah

serta 168 bank pembiayaan rakyat syariah. Selain itu, bank syariah Indonesia

menduduki posisisi ke tujuh di dunia dengan skor indeks industry berada pada angka

19
24.21 dengan skala 100. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukkan hasil

yang baik meskipun bisa dikatakan perkembangan masih tergolong lambat.

Lambatnya perkembangan bank syariah tersebut disebabkan karena

kurangnya pemahaman pekerja atau sumberdaya manusia yang ada pada bank syariah

tentang ekonomi islam dan bank syariah itu sendiri. Rendahnya kualitas SDM itulah

yang kemudian membuat masayarakat meragukan kinerja operasional yang dimiliki

oleh bank syariah dan beranggapan bahwa bank syariah tidak sebaik bank

konvensional. (Albanna, 2016)

Pada penelitian Rusydiana et.al (2019), memaparkan bahwa meskipun bank

syariah dari tahun ke tahun mengalami perkembangan, akan tetapi market share yang

dimiliki oleh bank syariah terbilang sangatlah kecil hingga saat ini. Hal tersebut

dibuktikan dengan data marketshare perbankan yang dapat dilihat pada Laporan

Statistik Perbankan pada halaman resmi Bank Indonesia. Laporan statistik perbankan

tersebut memaparkan bahwa nilai market share yang dimiliki bank syariah hanya

berada pada kisaran 5% dan sisanya dimiliki oleh bank konvensional. Dari hal

tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa kinerja operasional bank syariah belum

terlaksana secara optimal. Baik tidaknya kinerja operasional suatu bank dapat dilihat

dari tingkat market share yang dimiliki. Market share yang tinggi pada suatu bank

mencerminkan bahwa tingginya power bank tersebut dalam perekonomian nasional.

Karena bank syariah memiliki market share hanya 5%, maka hal tersebut

20
menandakan bahwa market power bank syariah pada perekonomian Indonesia jauh

dibawah market power bank konvensional (Saputra, 2014).

Market power diartikan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh suatu

atau sekelompok perusahaan dalam mempengaruhi pasar dalam hal penetapan harga

pada tingkat yang kompetitif guna untuk mendapatkan keuntungan yang optimal

(Masykuroh, 2017). Market power merupakan salah satu indikator yang berpengaruh

terhadap profitabilitas yang didapatkan oleh suatu bank. Semakin besar kekuatan

pasar yang dimiliki, maka profitabilitas bank tersebut juga semakin meningkat (Bank

Indonesia, 2012).

Berdasarkan penelitian Masykuroh (2017), tingkat keuntungan yang diperoleh

bank konvensional berada jauh di atas bank syariah. Hal tersebut menjadi bukti

bahwa market share perbankan yang tinggi menandakan tingginya market power

perbankan tersebut. Ketika market power suatu bank dalam perekonomian besar,

maka tingkat keuntungan yang didapatkan juga semakin besar.

Meskipun market power yang dimiliki bank konvensional lebih besar daripada

market power bank syariah, dan keuntungan yang didapatkan juga lebih tinggi, akan

tetapi dalam kenyataannya bank syariah relatif lebih stabil dalam menghadapi shock

atau guncangan saat terjadinya krisis keuangan maupun moneter pada tahun 1998 dan

2008. Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis ingin melakukan penelitian yang

berudul “MARKET POWER SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA”

21
guna mengetahui sejauh mana market power perbankan syariah dan konvensional

dalam perekonomian Indonesia.

1.2 Batasan Masalah

Penelitian ini meneliti tentang market power pada sistem perbankan ganda pada

perekonomian Indonesia. Penelitian ini bukan meneliti market power masing-masing

bank yang menerapkan sistem perbankan ganda melainkan meneliti market power

perbankan secara keseluruhan dari sisi konvensional dan syariah. Data-data pada

penelitian ini didapatkan dari populasi perbankan yang menerapkan sistem perbankan

ganda yang dimana statistiknya telah tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pada

penelitian ini menggunakan data pada periode tahun 2014.Q1-2020.Q2. Penelitian ini

menguji market power perbankan dengan menggunakan variabel Z-Score, Ukuran

Aset Perbankan, Loan Deposit Ratio, Financing Deposit Ratio, Operating Efficiency

Ratio dan Beban Opersional Pendapatan Operasional sebagai variabel eksogen pada

11 perbankan di Indonesia yang telah menerapkan sistem dual banking.

1.3 Rumusan Masalah

Pokok permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh variabel-variabel independen yang digunakan dalam

penelitian terhadap Market power perbankan konvensional?

2. Bagaimana pengaruh variabel-variabel independen yang digunakan dalam

penelitian terhadap Market power perbankan syariah?

22
1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian terkait market power pada perbankan ganda di Indonesia memiliki

tujuan hasil dala penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh dengan menggunakan variabel Z-Score, Ukuran Aset

Perbankan, Loan Deposit Ratio, dan Beban Opersional Perbankan Konvensional

terhadap Market power perbankan konvensional.

2. Mengetahui pengaruh dengan menggunakan variabel Z-Score, Ukuran Aset

Perbankan, Loan Deposit Ratio, dan Beban Opersional Perbankan syariah

terhadap Market power perbankan syariah.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan keilmuan

penulis dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan penelitian dengan tema

yang serupa.

2. Bagi industri perbankan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan

dan evaluasi kinerja perbankan sehingga mampu menerapkan strategi yang lebih

baik dalam hal menjalankan operasional bank.

3. Bagi pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan

bagi pemerintah maupun Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam

menentukan arah kebijakan perbankan sehingga mampu membuat kontribusi

perbankan dalam pertumbuhan dan pembangunan ekonomi menjadi meningkat.

23
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Market Power

Market power dapat diartikan sebagai tolak ukur kinerja perusahaan

dalam rangka meningkatkan harga di atas biaya marjinal. Dengan kata lain

yang dimaksud dengan market power adalah suatu kemampuan perusahaan

dalam mempengaruhi harga pasar. (Church dan Ware, 1999). Teori market

power memaparkan bahwa kinerja suatu perbankan dipengaruhi oleh struktur

pasar industri. Terdapat dua pendekatan dalam market power, yaitu struktur

perilaku kinerja dan kekuatan pasar relatif. Ketika tingkat konsentrasi pada

industri perbankan yang memiliki peluang untuk menghasilkan market power

guna meningkatkan keuntungan yang didapatkan disebut dengan pendekatan

struktur perilaku kinerja.

Semakin tinggi tingkat konsentrasi yang dimiliki suatu bank, maka

tingkat keuntungan yang didapatkan juga menjadi semakin besar. Hal tersebut

dikarenakan bank memiliki kemampuan untuk menetapkan memberikan

bunga kredit yang tinggi dan tingkat bunga yang lebih rendah (Setyawati,

2015). Ketika suatu kinerja perbankan diperngaruhi oleh pangsa pasar maka

24
hal itu disebut dengan pendekatan kekuatan pasar relatif. (Athanasoglou et al.,

2014).

Besaran market power dalam industri perbankan dapat diketahui

dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan SCP tradisional dan

pendekatan new industrial economics (NIE). Pendekatan yang didasarkan atas

pengaplikasian data-data akuntansi yang berhubungan dengan profit dan biaya

disebut dengan pendekatan SCP tradisional. Berbeda halnya dengan

pendekatan SCP tradisional, pendekatan NIE melakukan pengukuran market

power dengan mengurangi atau bahkan menghilangkan penggunaan data-data

akuntansi. Pada pendekatan NIE, estimasi market power dilakukan dengan

mengadopsi kerangka struktural mengenai hubungan antara permintaan dan

penawaran. Pengunaan kerangka struktural permintaan dan penawaran

tersebut didasarkan pada keadaan pada pasar persaingan sempurna dan pasar

persaingan tidak sempurna. Pada pasar persaingan sempurna pedagang

berperan sebagai price taker, sedangkan pada pasar persaingan tidak

sempurna pedagang memiliki market power (Lubis, 2012).

Pada perbankan syariah market power juga memiliki peran yang

penting dalam meningkatkan profitabilitas yang diraih oleh bank. Market

power yang dimiliki oleh perbankan dapat dihitung dengan melakukan

perbandingan antara dana yang telah diperoleh bank syariah melalui pihak

25
ketiga dengan dana yang telah dihimpun oleh perbankan yang ada di

Indonesia. (N. Sari, 2010)

2.1.2 Herfindahl –Hirschman Index (HHI)

Menurut Hendra dan Hartomo (2018), sebuah ukuran konsentrasi

suatu produksi pada industri dimana dapat dihitung sebagai jumlah kuadrat

pangsa pasar setiap perusahan dikenal dengan Herfindahl –Hirschman Index.

Melalui perhitungan indeks ini, perusahaan mampu mengetahui seberapa

besar kekuatan oligopoli dalam sebuah industri dan seberapa besar konsentrasi

kekuatan pasar perusahaan terbesar dalam sebuah industri. Penelitian yang

dilakukan oleh (Septianingsih, 2013) menyatakan bahwa ketika Herfindahl –

Hirschman Index yang dimiliki oleh perbankan tinggi maka hal tersebut

menandakan bahwa tingkat kompetisi yang dimiliki bank tersebut sangat

rendah dimana berarti bahwa kekuatan pasar yang dimiliki pada industri

tersebut juga semakin kuat.

Perhitungan Herfindahl –Hirschman Index ada dikarenakan

kelemahan yang ada pada perkembangan rasio konsentrasi. Herfindahl –

Hirschman Index dihitung dengan tujuan untuk mengetahui sebesar apa

derajat konsentrasi pembeli pada suatu pasar (BALADINA, 2012).

Perhitungan Herfindahl –Hirschman Index dapat dituangkan dalam rumus

berikut:

26
HHI =( K r 1 )2+ ( K r 2 )2 +⋯ ⋯ ⋯+ ( K rn ) 2......................................................(1)

Dimana:

HHI = Herfindahl –Hirschman Index

n = jumlah penjual pada suatu pasar

Kri = Pangsa prosuksi ke i

Selain melalui perhitungan di atas, nilai HHI juga dapat diketahui

melalui rumus berikut (Septianingsih, 2013):

n 2
Kredit
HHI =∑ ( ¿ ) ¿................................................................................
i=1 Total Kredit

.................. (2)

Dimana:

Kredit = Kredit yang diberikan kepada pihak ketiga pada masing-


masing BUKU

Total Kredit = Jumlah total kredit secara keseluruhan semua bank

Ketika nilai Herfindahl –Hirschman Index lebih kecil dari 0,18, maka

konsentrasi yang dimiliki rendah. Dan begitupula sebaliknya, jika nilai

Herfindahl –Hirschman Index yang dimiliki oleh suatu bank berada di atas

0,18, maka konsentrasi yang dimiliki oleh bank tersebut tinggi (Hendra dan

Hartomo, 2018).

27
Menurut penelitian Aminursita dan Abdullah (2018), jika dilihat dari

nilai Herfindahl –Hirschman Index yang dimiliki pasar dapat dibagi menjadi

tiga kategori yaitu pasar monopoli atau monopsony, pasar persaingan

sempurna, dan pasar oligopoli. Suatu perusahaan atau bank memiliki kekuatan

pasar monopoli atau monopsoni ketika nilai Herfindahl –Hirschman Index

yang dimiliki sama dengan 1. Selanjutnya jika nilai Herfindahl –Hirschman

Index yang dimiliki oleh perusahaan atau perbankan, maka perusahaan atau

bank tersebut berada pada kondisi pasar persaingan sempurna. Sedangkan

suatu perusahaan tergolong kedalam pasar oligopoli ketika nilai Herfindahl –

Hirschman Index yang dimiliki lebih besar dari 0 dan lebih kecil dari 1

Ketika sebuah perusahaan memiliki nilai Herfindahl –Hirschman

Index yang semakin mendekati angka 0, maka hal tersebut berarti ukuran

usaha pada sebagian besar perusahaan memiliki nilai yang sama dalam

industri tersebut dan juga konsentrasi pasarnya terbilang rendah. Ketika nilai

Herfindahl –Hirschman Index sama dengan 1, maka industry tersebut

memiliki sifat monopoli. Besarnya tingkat konsentrasi industri ditunjukkan

dengan besarannya nilai Herfindahl –Hirschman Index. Semakin tinggi

Herfindahl –Hirschman Index, maka konsentrasi industri juga semakin besar.

(Rekarti dan Nurhayati, 2016)

Meningkatnya konsentrasi suatu perbankan menandakan bahwa

market power yang dimiliki oleh bank tersebut mengalami peningkatan. Hal

28
tersebut kemudian akan membuat bank memiliki kemampuan dalam

menetapkan harga di atas biaya marjinal atau biasa disebut dengan monopoli.

Ketika suatu bank memiliki kemampuan monopoli, maka hal tersebut akan

membuat tingkat kompetisi menjadi menurun dan bank yang memiliki market

power yang tinggi akan menguasai pasar. (Hafidz dan Astuti, 2013)

Pada pasar monopoli, terdapat satu produsen yang menguasai pasar

atau dapat dikatakan memiliki pangsa pasar sebesar 100 persen. Ketika pangsa

pasar bernilai 100 persen, maka nilai Herfindahl –Hirschman Index sebesar 1.

Pemain baru yang ingin memasuki pasar ini memiliki kendala yang sangat

tinggi, hal tersebut dikarenakan produsen satu-satunya yang menguasai pasar

tersebut akan berusaha untuk menggagalkan usaha pemain baru tersebut guna

mencegah adanya kompetitor dalam pasar. Perusahaan yang memiliki

kedudukan yang dominan dalam suatu pasar memiliki pelaku usaha yang

terdiri dari beberapa perusahaan. Pelaku usahanya dalam pasar tersebut terdiri

dari satu pelaku yang mendominasi pasar. Jenis perusahaan ini tidak

menguasai pasar 100 persen, akan tetapi pangsa pasar yang dimiliki lebih

besar dari 50 persen. Ketika pemain baru ingin memasuki pasar ini, kendala

yang akan dihadapi akan cukup tinggi. Akan tetapi informasi mengenai pasar

ini bisa didapatkan dengan mudah. (Joseph Ibnu Wibowo, 2019). Sedangkan

pada pasar oligopoli, terdapat beberapa pelaku usaha yang mendominasi pasar

29
dengan pangsa pasar yang dimiliki yaitu 60 hingga 100 persen.

(Khavidhurrohmaningrum, 2013).

2.1.3 Indeks Tingkat Kesehatan Bank

Menurut Nurdin (2019), kebangkrutan atau kesehatan perusahaan

dapat dihitung atau diprediksi dengan menggunakanan perhitungan Indeks

tingkat kesehatan bank atau Z-score. Perhitungan Z-score ini dilakukan dengan

cara menghitung beberapa rasio yang selanjutnya akan dimasukkan kedalam

persamaan. Perhitugan skor yang didapatkan melalui perhitungan-perhitungan

standar kali nisbah keuangan dimana memperlihatkan tingkat kesehatan

ataupun kebangkrutan bank disebut dengan Z-score. Perhitungan Z-score ini

merpakan multivariative formula yang dimana digunakan untuk mengrtahui

tingkat kesehatan keuangan bank atau perusahaan. Model analisis yang

ditemukan untuk mengukur Z-score yaitu sebagai berikut (Nainggolan, 2016);

Z=1,2 X 1+ 3,3 X 2+ 1,4 X 3 +0,6 X 4 +0,999 X 5.......................................................

..(3)

Dimana:

Z = indeks kesehatan atau kebangkrutan

X1 = working capital

X2 = pendapatan sebelum bunga dan pajak

X3 = laba ditahan

X4 = market value of equity to book value of total debt

30
X5 = sales

Pada perusahaan non-manufacturing, perhitungan Z-score dapat

dihitung melalui model berikut:

Z=6,56 X 1 +3,62 X 2 +6,72 X 3 +1,5 X 4 ................................................................

(4)

Dimana:

Z = tingkat kebangkrutan atau Z-score

X1 = (aktiva lancar-utang lancar) / total aktiva

X2 = retained earnings

X3 = earnings before interest and taxes

X4 = nilai buku ekuitas / total kewajiban

Selain melalui perhitungan di atas, Z-Score perbankan juga dapat

dihitung melalui rumus berikut: (Apriadi et al., 2017)

Z−Score=
ROA it + ( EQ
TA ) it .........................................................(5)
σROA

Dimana:

ROA = Return on Asset

EQ/TA = Equity Ratio terhadap total aset

31
Klasifikasi tingkat kebangkrutan atau kesehatan bank atau perusahaan

jika dilihat dari nilai Z-score terbagi ke dalam 3 kategori yaitu (Muhlis,

2018) :

a) Ketika nilai Z < 1.81, bank atau perusahaan dalam kondisi kebangkrutan.

b) Ketika nilai 1.81 < Z < 2.99, bank atau perusahaan tersebut berada di grey

area dimana berarti tidak bangkrut tetapi juga tidak sehat.

c) Ketika nilai Z > 2.99, perusahaan atau bank tersebut dapat dikatakan

sebagai perusahaan atau bank yang sehat.

2.1.4 Ukuran Bank

Size atau ukuran bank merupakan skala ukur dalam menentukan

besarnya suatu perusahaan. Besarnya ukuran perbankan atau perusahan

tergolong menjadi tiga macam yaitu bank atau perusahaan besar, perusahaan

atau bank dengan kondisi menegah dan bank atau perusahaan kecil.

Bersumber pada Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008,

bank dengan kategori kecil ialah bank yang mempunyai kekayaan bersih

senilai 50 juta sampai 500 juta. Selanjutnya pada bank dengan kategori

menengah. Bank dikatakan selaku bank dengan kategori menengah apabila

mempunyai kekayaan bersih lebih dari 500 juta sampai 10 miliyar Sedangkan

bank dikatakan besar apabila memiliki aset bersih dengan nilai di atas 10

miliar. Berdasarkan hal tersebut bisa disimpulkan bahwa bank dikatakan

32
mempunyai ukuran yang besar apabila dana yang dipunyai juga besar. (Adnan

et al., 2016)

Pada bank syariah, ukuran perbankan juga memiliki peranan yang

penting. Jika ukuran suatu bank semakin besar, maka tingkat pembiayaan

yang mampu diberikan bank kepada nasabahnya juga akan semakin besar.

Besarnya pembiayaan yang diberikan membuat resiko kredit yang diterima

oleh bank menjadi semakin melonjak. Hal tersebut kemudian akan

menimbulkan atau memperbesar adanya pembiayaan bermasalah yang harus

dihadapi oleh bank. Situasi tersebut juga berlaku pada bank konvensional.

(Wahyu, 2016)

Ukuran perbanakan dihitung dan diukur dengan total aset perbankan.

Oleh karena itu semakin banyak aset yang dimiliki oleh perbankan

menandakan bahwa bank tersebut mampu mengalokasikan sumber daya yang

dimiliki dengan seefisien dan semaksimal mungkin guna mendapatkan

profitabilitas yang tinggi. (Rifai et al., 2015)

2.1.5 Loan to Deposit Ratio

Loan to deposit ratio adalah acuan untuk memutuskan dan melihat

apakah suatu bank telah menjalankan tugasnya sebagai lembaga mediator

secara tepat atau tidak. Loan to deposit ratio atau biasa disebut dengan LDR

dihitung untuk menentukan tingkan likuiditas perbankan. Membandingkan

jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan jumlah dana yang diperoleh

33
bank melalui pihak ketiga merupakan cara untuk mengetahui besarnya LDR

yang dimiliki oleh bank. (Riyadi et al., 2015).

Bank dikatakan dalam kondisi likuid berarti bank berhasil

menjalankan tugasnya dalam mengelola kredit yang diberikan kepada

nasabah. Begitu pula sebaliknya. Ketika LDR yang dimiliki oleh bank dalam

kondisi yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa bank tersebut dikatakan

tidak likuid. Ketika bank berada pada kondisi tidak likuid, maka bank tersebut

akan sulit untuk memenuhi permintaan nasabah dalam hal penarikan dananya

pada saat tertentu dan dengan jumlah tertentu. Hal tersebut kemudian akan

membuat kepercayaan nasabah atas bank tersebut menjadi hilang. Hilangnya

kepercayaan nasabah terhadap bank akan menurunkan minat nasabah

melakukan transaksi pada bank tersebut sehingga menyebabkan dana yang

dapat dihimpun oleh bank menjadi berkurang dan akan mengganggu kinerja

operasional bank (Putri dan Suryantini, 2017). Akan tetapi jika tingkat LDR

yang dimiliki bank sangat rendah, maka dapat diketahui bahwa terdapat

banyak dana yang menganggur atau tidak dimanfaatkan sehingga keuntungan

yang dapat diraih oleh bank menjadi berkurang karena fungsi intermediasi

yang dimiliki oleh bank tidak dilakukan secara optimal. Maka dari itu nilai

Loan to deposit ratio harus tetap dijaga agar berada pada tingkat yang

proporsional (Agustina dan Wijaya, 2013).

34
2.1.6 Financing to Deposit Ratio

Tingkat likuiditas pada bank syariah dapat diketahui melalui nilai

financing to deposit ratio (FDR). FDR dihitung dengan cara membandingkan

antara pembiayaan yang dikeluarkan dengan dana yang berhasil diperoleh

oleh bank melalui pihak ketiga (Antonio, 2005). Dendawijaya (2009:116)

berpendapat bahwa FDR dapat diartikan sebagai suatu tolak ukur yang

digunakan untuk memperlihatkan sebaik apa kinerja perbankan dalam

mengembalikan dana yang diperoleh dari pihak ketiga. FDR suatu bank

berada pada tingkat yang baik apabila bank dapat mengendalikan kredit yang

diberikan kepada masyarakat agar likuiditas bank tersebut berada pada tingkat

yang tinggi sehingga dapat memberikan keuntungan yang tinggi pula..

Semakin tinggi nilai FDR suatu bank, maka fungsi bank sebagai

lembaga intermediasi berjalan dengan sangat baik. Akan tetapi semakin likuid

suatu bank akan menyebabkan dana yang menganggur menjadi semakin

banyak yang kemudian akan menyebabkan penerimaan bank tersebut akan

berkurang dan fungsi intermediasinya tidak akan berjalan dengan baik.

(Somantri dan Sukmana, 2019)

Besarnya nilai FDR suatu babk dapat diketahui dengan cara sebagai

berikut: (Wahyu, 2016)

Total Pembiayaan
x 100 %
Total Dana

35
2.1.7 BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)

Efisiensi perbankan dapat dilihat melalui nilai BOPO yang dimiliki.

Biaya operasional dan beban operasional dapat diketahui dengan cara

melakukan perbandingan antara beban dengan pendapatan operasional bank

itu sendiri. Tingginya BOPO suatu bank menandakan bahwa bank tersebut

berada pada kondisi yang tidak efisien. Hal tersebut dikarenakan nilai BOPO

yang tinggi akan menyebabkan earnings before tax menjadi berkurang yang

kemudian menyebabkan profitabilitas bank tersebut ikut berkurang. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa suatu bank dikatakan memiliki kinerja yang efisien

apabila memiliki nilai BOPO yang rendah. (Fadilah dan Yuliafitri, 2018)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Septian (2013), biaya operasional

diartikan sebagai jumlah uang atau biaya yang dikeluarkan dalam

melaksanakan kegiatan operasional atau kegiatan utama yang dimiliki.

Sedangkan jumlah pemasukan yang diterima oleh bank dari kegiatan

penempatan dana maupun dari kegiatan operasional lain disebut dengan

pendapatan operasional. Batasan maksimal BOPO setiap bank yang telah

ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu tidak lebih besar dari 90%.

Jika suatu bank memiliki nilai BOPO lebih dari standar maksimum

yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa bank tersebut tidak

berjalan secara efisien. Tidak efisiennya suatu bank akan menimbulkan

masalah yaitu menurunnya pendapatan operasional yang berdampak pada

36
berkurangnya kualitas pembiayaan bank tersebut yang disebabkan karena

pendapatan yang digunakan untuk menutupi kegiatan operasional yang

dilakukan rendah. (D. P. Sari, 2020)

2.1.8 Operating Efficiency Ratio

Operating efficiency ratio tolak ukur efisiensi suatu bank pada bank

syariah. Dengan kata lain operating efficiency ratio atau disingkat dengan

OER dihitung untuk mengetahui seberapa baik kemampuan bank syariah

dalam menjalankan kegiatan operasionalnya (Agustin dan Darmawan, 2018).

Ketika dalam menjalankan kegiatan operasional mengeluarkan biaya

yang tinggi, maka hal tersebut akan membuat laba sebelum pajak yang

diterima bank menjadi berkurang sehingga profitabilitas yang di raih juga

akan berkurang. Perhitungan OER dapat dilakukan dengan rumus sebagai

berikut : (Agustin dan Darmawan, 2018)

Bebanoperasional
x 100 %
Pendapatan operasional

2.1.9 Sistem Perbankan Ganda

Dalam penelitiannya, (Rahmatika, 2014)) menjelaskan tentang

pengertian bank yang tertuang pada Undang-undang RI Nomor 10 tahun 1998

yang dimana menjelaskan bahwa bank merupakan suatu badan yang memiliki

fungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

37
kepada masyarakat. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Pada perekonomian negara Indonesia, sistem perbankan yang

digunakan yaitu sistem perbankan konvensional dan syariah atau sering

disebut dengan sistem perbankan ganda (Yudistira, 2017). Bank yang

berorientasi pada sistem konvensional memperoleh pendapatan dari hasil

bunga yang telah dihitung dengan prosentase tertentu sesuai dari pinjaman

yang diberikan. Sedangkan pada bank dengan sistem operasional berbasis

syariah menerapkan prinsip bagi hasil sebagai pendapatannya dimana dihitung

dari pembiayaan bank dengan modal keseluruhan yang ada pada bank

(Rahmatika, 2014).

Sistem perbankan yang ada di Indonesia sejak dahulu seringkali

mengalami gejolak. Misalnya pada krisis ekonomi tahun 1998. Krisis tersebut

membuat banyak bank ditutup karena bank tersebut tidak mampu

menyalurkan dana dengan baik. Kasus-kasus besar yang terjadi misalnya

terjadi pada Bank Bapindo yang mengalami kredit macet karena memberikan

kredit yang tidak wajar kepada Golden Key Group sebesar Rp. 1,3 triliun dan

Bank Summa yang harus di likuidasi oleh pemerintah karena masalah yang

serupa dengan Bank Bapindo (Yudistira, 2017). Pada saat krisis terjadi

tedapat 55 bank konvensional yang mengalami masalah. Berbeda halnya

dengan bank konvensional yang mengalami guncangan, Bank Umum Syariah

38
justru menunjukkan kinerja operasional perbankan yang lebih baik daripada

bank konvensional (Perwataatmaja, 2002) dalam (Hasanah dan , Ascarya,

2007)

Kinerja operasional bank syariah yang menunjukkan hasil yang lebih

baik dibandingkan bank konvensional dibuktikan dengan rendahnya

penyaluran pembiayaan bermasalah pada bank syariah. Tidak seperti bank

konvensional, bank syariah memiliki tingkat pengembalian yang tidak

mengacu pada bunga. Hal tersebut kemudian akan membuat bank syariah

hanya dapat menyediakan dana investasi kepada masyarakat yang jumlahnya

terbilang lebih rendah (Mustain, 2017).

Kemampuan bank syariah bertahan pada krisis yang terjadi pada tahun

1998 mendapat pengakuan dari pemerintah dengan menerbitkan Undang-

undang nomor 10 tahun 1998 atau disebut dengan Undang-Undang

perbankan. Penerbitan Undang-Undang perbankan tersebut bertujuan untuk

melakukan evolusi pada dunia perbankan dengan memberlakukan sistem

perbankan berbasis syariah yang dijadikan pilihan lain selain sistem

perbankan konvensional. Adanya opsi pilihan perbankan tersebut

memunculkan istilah sistem perbankan ganda (Kristianti, 2015).

Pemberlakuan sistem perbankan ganda di Indonesia bertujuan untuk

mendiversikasi resiko dimana diharapkan dapat membuat resiko sistemik

menjadi berkurang ketika krisis keuangan terjadi. Penerapan sistem perbankan

39
ganda tersebut merupakan sebuah revormasi pada dunia perbankan guna

membuat perbankan di Indonesia menjadi lebih kuat pada saat menghadapi

krisis. Kuat atau lemahnya sistem perbankan di suatu negara mencerminkan

keadaan perekonomian negara tersebut. Ketika Undang-undang Nomor 21

tahun 2008 diberlakukan, perbankan yang ada di Indonesia dengan sistem

ganda yang dimiliki menjadi semakin kuat karena sudah memiliki kepastian

hukum dimana kepastian hukum tersebut akan membuat nasabah menjadi

lebih nyaman dan hak serta kewajiban yang dimilikinya akan menjadi lebih

terjaga dan aman. (Sonakul, 2000)

2.2 Landasan Empiris

Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan market power dan stabilitas

sistem perbankan ganda yang digunakan penulis sebagai acuan dalam penulisan ini

yaitu sebagai berikut:

a) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amri dan Syahnur, 2020 yang

meneliti tentang market power dan efisiensi industry perbankan terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia, market power dan efisiensi perbankan

memiliki hubungan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel-

variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pertumbuhan Ekonomi,

HHI, Aset Bank Umum, Inflasi, dan Penyaluran Dana Bank Umum yang

diperoleh dari World Bank, FREED, Bank Indonesia, dan OJK. Data dari

variabel-variabel yang digunakan diolah dengan metode analisis regresi linear

40
berganda. Penelitian yang menggunakan data bank umum dari tahun 2000-

2015.

b) Pada tahun 2012, Lubis melakukan penelitian mengenai market power perbankan

yang ada di Indonesia. Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Lubis yaitu indikasi persaingan industri perbankan yang ada di

Indonesia pada pasar kredit dengan menggunakan data struktur pasar tidaklah

tepat. Walaupun kondisi perbankan Indonesia di pasar kredit terkonsentrasi,

tetapi persaingan bank umum dalam memberikan kredit kepada nasabah cukup

tinggi. Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu Suku Bunga

Kredit Modal Kerja (SKMK), PDB, Sertifikat Bank Indonesia berjangka 3 bulan

(SBI3), jumlah Kantor Cabang, Inflasi dan kuantitas kredit. Penelitian tersebut

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode Two Stage

Least Square (2SLS).

c) Penelitian yang dilakukan oleh Hafidz dan Astuti pada tahun 2013 memaparkan

bahwa persaingan perbankan di Indonesia cenderung mengalami peningkatan

setiap tahunnya dan tingkat efisiensi perbankan juga mengalami peningkatan.

Sedangkan analisis hubungan antara kompetensi dan efisiennsi menunjukkan

bahwa semakin tinggi tingkat persaingan perbankan, maka hal tersebut akan

membuat perbankan yang ada di Indonesia menjadi lebih efisien. Perhitungan

tingkat persaingan dan efisiensi dilakuan dengan metode Herfindahl Hirschman

Index (HHI), Concentration Ratio (CR), Indeks Panzar Rosse, dan indikator

Boone.

41
d) Penelitian yang dilakukan oleh Fatoni dan Sidiq pada tahun 2019 menunjukkan

bahwa faktor internal dan eksternal berpengaruh signifikan terhadap stabilitas

data panel perbankan syariah secara simultan. Sedangkan jika menggunakan

regresi data panel, faktor internal dan eksternal secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap stabilitas perbankan konvensional. Perbandingan analisis

stabilitas antara bank konvensional dan syariah pada penelitian ini menunjukkan

bahwa stabilitas yang dimiliki oleh perbankan syariah lebih baik jika

dibandingkan dengan stabilitas perbankan konvensional. Penelitian tersebut

diolah dengan menggunakan metode analisis Z-Score dan regresi data panel

dengan menggunakan 9 bank konvensional dan syariah terbesar sebagai sampel

penelitian.

e) Hafidz dan rekan-rekannya meneliti tentang tingkat persaingan dan efisiensi bank

umum dan BPR di pasar kredit mikro di Indonesia pada tahun 2013. Berdasarkan

penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat market power pada

pemberian kredit mikro perbankan, terdapat persaingan antara BPR dan bank

umum dalam rangka penyaluran kredit mikro jika beroperasi pada wilayah yang

sama, dan tingkat efisiensi bank umum bisa dikatakan lebih baik daripada

efisiensi BPR. Penelitian tersebut menggunakan perhitungan Herfindahl-

Hirschman Index (HHI) untuk mengetahui tingkat persaingan bank umum dan

BPR melalui tingkat market power yang dimiliki. Sedangkan untuk menghitung

tingkat efisiensinya, digunakan perhitungan Data Envelopment Analysis (DEA).

42
Table 2.1 Landasan Empiris

No Author Tahun Tujuan Variabel Alat Analisis Hasil

1 Amri dan 2020 Meneliti market Pertumbuhan Regresi linear Market power dan
Syahnur power dan ekonomi, HHI, beganda efisiensi berpengaruh
efisiensi industri Aset Bank positif terhadap
terhadap Umum, Inflasi pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan dan Penyaluran Indonesia.
ekonomi di Dana Bank
Indoensia Umum

2 Lubis 2012 Meneliti market Suku Bunga Two stage  Penggunaan data
power yang ada Kredit Modal least square struktur pasar dalam
di Indonesia Kerja, (2SLS) mengetahui indikasi
Pendapatan persaingan perbankan
Domestik Bruto, tidaklah tepat.
Sertifikat Bank  Tingkat persaingan
Indonesia, bank umum dalam
Jumlah Kntor memberikan kredit
Cabang, Inflasi, kepada nasabah cukup
dan Kuantitas tinggi
Kredit

3 Hafidz dan 2013 Meneliti Securities, Eqity, Herfindahl  Persaingan perbankan


Astuti kompetisi dan Market Share, Hirschman mengalami
efisisiensi Total Aset, Index, peningkatan setiap

43
perbankan di Kredit, DPK, Concentration tahunnya dan diikuti
Indonesia Penyaluran Dana Ratio, Index dengan meningkatnya
Bank, Beban Panzar Rosse efisiensi.
Bunga, Beban dan Indikator  Hubungan efisiensi
Personalia, Boone dan kompetisi
Aktiva Tetap, perbankan
Pendapatan menunjukkan bahwa
Bunga, Beban semakin tinggi
lin-lain, Biaya persaingan perbankan,
TK, Biaya maka hal tersebut akan
overhead, membuat perbankan
Investasi, NPL yang ada di Indonesia
menjadi lebih efisien

4 Fatoni dan Sidiq 2019 Meneliti Z-Score, PLS, Z-Score dan  Faktor internal dan
stabilitas sistem NPF, LAR, regresi data eksternal berpengaruh
perbankan ganda BOPO, SIZE, panel signifikan terhadap
di Indonesia HHI, PDB dan stabilitas bank syariah
Inflasi di Indoneisa secara
simultan
 Faktor internal dan
eksternal berpengaruh
signifikan terhadap
stabilitas bank
konvensional di
Indoneisa secara
simultan

44
 Stabilitas bank syariah
jauh lebih baik
daripada bank
konvensional

5 2013 Meneliti Tingkat Herfindahl Pada pemberian kredit


Januar Hafidz, kompetisi dan Konsentrasi Hirschman mikro kredit perbankan,
Sagita efisiensi bank Bank, Plafond Index (HHI) terdapat persaingan antara
Rachmanira, umum dan BPR Kredit Mikro, dan Data BPR dan bank umum
Tika Octia di pasar kredit BOPO, Beban Envelopment dalam rangka penyaluran
mikro overhead, DPK, Analysis dana kredit mikro jika
Pendapatan (DEA) beroperasi pada wilayah
Bunga, yang sama dan tingkat
Pendapatan efisiensi bank umum jauh
operasional lebih baik daripada BPR.
lainnya

45
2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini terdapatkan kerangka serta alur dalam proses pelaksanaan

penelitian yang ini yang menjadi acuan pengembangan yang diadaptasi dari Musta’in

(2017), sebagai contoh berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Market Power

Sumber : Hasil olahan peneliti

46
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Data Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis data sekunder yang bersifat

kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang dituangkan dalam bentuk angka

baik diperoleh melalui hasil perhitungan, pengukuran maupun dari mengubah data

kualitatif menjadi kuantitatif. Data yang digunakan pada penelitian ini didapatkan

melalui sumber sekunder dan diolah dengan menggunakan program STATA. Jenis

data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data panel yang terdiri dari 11 bank

umum terbesar di Indonesia yang menerapkan sistem perbankan ganda dengan

periode tahun 2014.Q1 hingga 2020.Q2. Data-data yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh melalui laporan keuangan perbankan yang dapat di akses

melalui situs resmi Bank Indonesia maupun Otoritas Jasa Keuangan. Berikut

adalah daftar bank konvensional dan bank syariah yang digunakan dalam

penelitian ini.

Tabel 3.1 Daftar Bank dengan Sistem Perbankan Ganda di Indonesia

NO Nama Bank
Konvensional Syariah
1 BRI BRI Syariah
2 BCA BCA Syariah
3 BNI BNI Syariah
4 Panin Panin Dubai Syariah
5 Maybank Maybank Syariah
6 Mega Bank Mega Syariah
7 Bukopin Bukopin Syariah

47
8 Victoria Bank Victoria Syariah
9 Mandiri Syariah Mandiri
10 BTPN BTPN Syariah
11 BJB BJB Syariah
Sumber: Laporan Statistik Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (2020)

3.2 Spesifikasi Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data panel. Data panel

merupakan gabungan antara data cross section dan time series. Penggunaan

data panel dalam penelitian memiliki kelebihan yaitu dapat mengatasi

penyakit yang timbul pada variabel penelitian, penggunaan data cross section

dan time series membuat data yang digunakan dalam penelitian sehingga

dapat memberikan lebih banyak informasi dan variasi serta degree of freedom

yang dimiliki banyak, dan penggunaan data panel dapat digunakan untuk

mengetahui dan mengukur dampak dari variabel-variabel yang digunakan di

dalam penelitian yang dimana tidak mampu dilihat melalui perhitungan data

time series maupun cross section murni. (Astuti, 2015)

3.2.1 Model Market Power Bank Konvensional

Dalam model yang akan digunakan pada sistem market power Bank

Konvensional, ditujukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari variabel-

variabel eksogen yang ada perbankan konvensional dalam mempengaruhi

market power perbankan konvensional dalam dunia perbankan, yang mana

48
model ini diadaptasi dari Amri dan Syahnur (2020) yang dikembangkan

menjadi model seperti dibawah ini:

HHIBUK it =β 0 + β 1 ZSCOREkit + β 2 LDRit + β 3 BOPOit + β 4 ln SIZEkit +ε it .............(6)

Keterangan:

HHIBUK = Herfindahl Hirschman Index bank konvensional

ZSCOREk = Z-Score bank Konvensional

LDR = Loan to Deposit Ratio

LN_SIZEk = Size bank konvensional

BOPO = Beban Operasional Pendapatan Operasional

t = periode waktu

i = variabel cross section

3.2.2 Model Market Power Bank Syariah

Dalam model yang akan digunakan pada sistem market power Bank

Konvensional, ditujukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari variabel-

variabel eksogen yang ada perbankan konvensional dalam mempengaruhi market

power perbankan syariah dalam dunia perbankan, yang mana model ini

diadaptasi dari Fatoni dan Sidiq pada tahun 2019 yang dikembangkan menjadi

model seperti dibawah ini:

HHIBUS it = β0 + β 1 ZSCOREsit + β 2 FDR it + β 3 OER it + β 4 ln SIZEsit + ε it ...................

..(7)

49
Keterangan:

HHIK = Herfindahl Hirschman Index bank syariah

ZSCOREs = Z-Score bank syariah

FDR = Financing to Deposit Ratio

LN_SIZEs = Size bank Syariah

OER = Operational Efficiency Ratio

t = Periode Waktu

i = Variabel cross section

3.3 Alat Analisis Penelitian

3.3.1 Estimasi Data Panel

Regresi data panel merupakan alat analisis yang dimana dalam

melakukan regresi data yang digunakan dikumpulkan secara individu (cross

section) dan diikuti dengan waktu tertentu (time series). Terdapat tiga tahapan

yang harus dilalui sebelum melakukan regresi data panel, yaitu uji asumsi

klasik, penentuan model regresi, dan penentuan estimasi data panel (Musta’in,

2017)

a. Pemilihan Model Regresi

Pemilihan model regresi panel dianggap sebagai bagian terpenting

dalam tahapan estimasi data panel. Hal tersebut dikarenakan melalui

tahapan ini dapat diketahui metode estimasi mana yang paling tepat untuk

digunakan dalam penelitian (Musta’in, 2017).

50
1. Uji Chow

Uji chow merupakan pengujian yang bertujuan untuk menentukan

apakah model terbaik yang digunakan adalah model fixed effect atau

model common effect. Untuk menentukan model terbaik diantara kedua

model tersebut dapat diketahui dengan uji signifikansi fixed effect dengan

melihat nilai F-statistik. Pada pengujian ini akan dilakukan perbandingan

antara dua hipotesis yaitu: (Mahulete, 2016)

H0 = Common effect

Ha = Fixed effect

Penolakan atas hipotesis nol (H0) didasarkan atas perhiungan nilai

F statistik dengan rumus sebagai berikut:

( ESS 1−ESS 2)/( N−1)


F Stat =
( ESS 2 ) /( NT−N −K )

Keterangan:

N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series

K = Jumlah variabel independen

ESS1 = Residual Sun Square model fixed effect

ESS2 = Residual Sun Square model pooled least square

Berdasarkan perhitungan tersebut, apabila hasil dari F hitung lebih

besar daripada F tabel, maka keputusannya yaitu menolak H 0 yang berarti

model yang digunakan yaitu fixed effect. Begitupula sebaliknya, ketika F

51
hitung lebih kecil daripada F tabel maka keputusannya yaitu menolak Ha

dan menggunakan model common effect. (Mahulete, 2016)

2. Uji Hausman

Batalgi (2008), menjelaskan dalam tulisannya terkait Uji hausman,

bahwa uji tersebut dilaksanakan untuk mengetahui model terbaik antara

model random effect dengan model fixed effect yang sebaiknya digunakan

dalam penelitian. Uji ini bekerja dengan menguji apakah terdapat

hubungan antara model satu atau lebih variabel penjelas (independen)

dalam model. Hipotesis awal yang digunakan yaitu tidak adanya

hubungan antara galat model dengan satu atau lebih variabel penjelas.

Untuk memperjelas hal tersebut hipotesis pada pengujian ini ditulis

sebagai berikut:

H0 = Random effect

Ha = Fixed effect

Menurut Musta’in (2017) Nilai statistik uji hausman dapat dihitung

dengan menggunakan perhitungan berdasarkan kriteria Walad yang

dirumuskan sebagai berikut:

w = q^ ' [[^q ']]-1q^

↔w = ( ^β MET - ^β MEA) [( ^β MET - ^β MEA)]-1( ^β MET - ^β MEA)

Dimana:

^β MET = vector slope fixed effect model

52
^β MEA = vector slope random effect model

Ketika nilai p value yang dimiliki lebik kecil daripada tingkat

signifikansi yang digunakan, maka keputusannya yaitu menolak H 0 ditolak

dan kesimpulannya yaitu model yang digunakan yaitu model fixed effect.

3. Uji LM

Lagrange Multiplier (LM) yaitu digunakan untuk mengetahui model

manakah yang paling tepat, apakah model Random Effect atau model

Common Effect (OLS). Uji signifikasi Random Effect ini dikembangkan

oleh Breusch Pagan. Metode Breusch Pagan untuk uji signifikasi Random

Effect dilandaskan pada nilai residual dari metode OLS. Pengujian ini

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Rosadi, 2011).

n 2

[ ]
2

nT
∑ Te i
1=0
LM = n t
2(T −1)
∑ ∑ eit2
1=0 1−1

Keterangan:

n = Jumlah individu

t = periode waktu

e = residual common effect

Ketika nilai perhitungan LM lebih besar daripada nilai chi-square,

maka keputusannya yaitu menolak H0 dimana kesimpulannya adala model

yang digunakan dalam penelitian yaitu model random effect.

53
b. Model Estimasi Data Panel

Analisis data panel dapat diolah dengan menggunakan tiga metode

yaitu common effect, fixed effect dan random effect. Untuk menentukan

metode mana yang paling cocok dengan penelitian ini dilihat dengan

regresi Uji Chow dan Uji Hausman (Sutantyo, 2017).

1. Pooled Model (Common effect)

Common effect model sering dikatakan sebagai model yang paling

sederhana karena hasil dari model ini didapatkan hanya dengan cara

menggabungkan data time series dan data cross section. Pada penelitian

dengan menggunakan metode ini, estimasi data panel dapat dilakukan

dengan metode Ordinary Least Square. Pada metode ini, tidak

mempertimbangkan dimensi waktu maupun individu. Dengan kata lain

dapat dikatakan bahwa dalam metode ini menganggap bahwa perilaku

data antara satu perusahaan dan perusahaan lain memiliki kesamaan dalam

satu rentan waktu. Akan tetapi sangat kita ketahui bahwa anggapan

tersebut jauh berbeda dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Persamaan

dalam model ini dapat dituangkan dalam rumus berikut: (Sutantyo, 2017)

Yit = 𝛼 + 𝛽𝑗 X itj + 𝜀𝑖𝑡

Keterangan:

𝑌𝑖𝑡 = variabel dependen ke-i pada periode waktu ke-i

X itj = variabel independen ke-j variabel ke-i pada periode waktu ke-i

54
i = unut cross section

j = unit time series

𝜀𝑖𝑡 = error variabel ke-i pada periode ke-i

𝛼 = konstanta

𝛽𝑗 = parameter variabel ke-j

2. Fixed Effect Model

Model fixed effect hadir untuk memperbaiki kekurangan yang

dimiliki oleh model pooled effect karena model tersebut dianggap tidak

realistis atau tidak mementingkan keadaan di lapangan. Pada model fixed

effect, perbedaan yang dimiliki oleh setiap variabel dapat di akomodasi

melalui perbedaan nilai intersep yang dimiliki. Untuk menangkap

perbedaan intersep antara perusahaan yang satu dengan yang lain, perlu

dilakukan teknik variabel dummy. Pada model fixed effect, koefisien

regresi pada penelitian dianggap tetap antara ruang dan waktu. Model

fixed effect dapat dirumuskan sebagai berikut: (Silalahi, 2014)

n
Yit = 𝛼 + 𝛽𝑗 X itj + ∑ α iDi + 𝜀𝑖𝑡
i=2

Keterangan:
𝑌𝑖𝑡 = variabel dependen ke-i pada periode waktu ke-i
X itj = variabel independen ke-j variabel ke-i pada periode waktu
ke-i
Di = variabel dummy

55
𝜀𝑖𝑡 = error variabel ke-i pada periode ke-i
𝛼 = konstanta
𝛽𝑗 = parameter variabel ke-j

3. Random Effect

Pada model random effect, variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian diestimasi untuk mengetahui kemungkinan variabel

gangguan memiliki interaksi antara ruang dan waktu. Salah satu manfaat

yang diperoleh jika menggunakan model ini yaitu penyakit

heteroskedastisitas dapat diatasi atau disembuhkan. Model persamaan

random effect dapat ditulis sebagai berikut: (Sutantyo, 2017)

Yit = 𝛼 + 𝛽𝑗 X itj + ; 𝜀𝑖𝑡 = ui + vt + wit

Keterangan:
𝑌𝑖𝑡 = variabel dependen ke-i pada periode waktu ke-i
X itj = variabel independen ke-j variabel ke-i pada periode waktu
ke-i
i = unut cross section
j = unit time series
𝜀𝑖𝑡 = error variabel ke-i pada periode ke-i
𝛼 = konstanta
𝛽𝑗 = parameter variabel ke-j
ui = error cross section
vt = error time series
wit = error gabungan

56
4. Uji simultan (Uji F)

Uji simultan dilakukan untuk mengetahui pengaruh seluruh

variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama.

Apabila nilai uji F berada dibawah tingkat signifikansi 5%, maka hal

tersebut berarti bahwa seluruh variabel independen yang digunakan dalam

penelitian secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen.

5. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dihitung untuk mengetahui seberapa besar

dan sejauh apa seluruh variabel independen yang digunakan dalam

penelitian dapat mempengaruhi atau menjelaskan variabel dependen.

Semakin tinggi tingkat koefisien determinasi yang dimiliki, maka dapat

dikatakan bahwa model yang digunakan dalam penelitian semakin baik.

6. Uji Apriori

Uji apriori merupakan sebuah pengujian yang digunakan untuk

mengetahui apakah estimasi yang digunakan sesuai dengan teori ekonomi

atau tidak. Suatu variabel dikatakan lolos uji apriosi apabila hasil estimasi

yang telah dilakukan sesuai dengan hipotesis awal. (Hapsa & Khoirudin,

2018)

Pengujian hipotesis awal pada penelitian ini yaitu Z-Score dan SIZE

perbankan berpengaruh positif terhadap market power pada sistem

57
perbankan ganda. Sedangkan variabel LDR dan BOPO berpengaruh

negatif terhadap market power pada sistem perbankan ganda di Indonesia.

3.4 Definisi Operasional dan Hipotesis

Variabel penelitian dibedakan menjadi dua yaitu variabel dependen

dan variabel independen. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu total

aset bank, ROA, dan penyaluran dana bank. Penelitian ini menggunakan

metode analisis Two Stage Least Square (2SLS) dimana dilakukan regresi

variabel sebanyak dua kali sehingga terdapat dua variabel dependen yang

akan di regresi yaitu HHI dan Z-Score.

Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Hipotesis Variabel Penelitian

Variabel Definisi Hipotesis


Variabel Endogen
Ukuran konsentrasi suatu hasil pada industri
perbankan konvensional dimana dapat
dihitung sebagai jumlah kuadrat pangsa
HHIBUK
pasar setiap bank konvensional.
 Sumber : Olahan data OJK
 Satuan: nomimal indeks
Ukuran konsentrasi suatu hasil pada industri
perbankan syariah dimana dapat dihitung
sebagai jumlah kuadrat pangsa pasar setiap
HHIBUS
bank syariah.
 Sumber : Olahan data OJK
 Satuan: nomimal indeks
Variabel Eksogen
ZSCOREk Nilai atau indeks yang didapat dari hasil ZSCOREk
perhitungan rasio kinerja perbankan berpengaruh positif

58
konvensional yang digunakan untuk dan signifikan
memprediksi kebangkrutan atau kesehatan terhadap market
pada bank konvensional. power perbankan
 Sumber : Olahan data OJK konvensional
 Satuan : Nilai atau nominal Indeks
Nilai atau indeks yang didapat dari hasil ZSCOREs
perhitungan rasio kinerja perbankan syariah berpengaruh positif
yang digunakan untuk memprediksi dan signifikan
ZSCOREs kebangkrutan atau kesehatan pada bank terhadap market
syariah. power perbankan
 Sumber : Olahan data OJK syariah
 Satuan : Nilai atau nominal Indeks
Skala ukur dalam menentukan besarnya SIZEk berpengaruh
suatu perbankan konvensional. positif dan signifikan
LN_SIZEk  Sumber : Olahan data OJK terhadap market
 Satuan : Nilai Riil yang di Logaritma power perbankan
Naturalkan konvensional.
Skala ukur dalam menentukan besarnya SIZEs berpengaruh
suatu perbankan syariah. positif dan signifikan
LN_SIZEs  Sumber : Olahan data OJK terhadap market
 Satuan : Nilai Riil yang di Logaritma power perbankan
Naturalkan syariah.
Loan Deposit Ratio ialah Perbandingan LDR berpengaruh
antara total kredit secara keseluruhan yang negatif dan signifikan
telah disalurkan oleh bank konvensional terhadap market
LDR dengan total dana yang dihimpun oleh bank power perbankan
konvensional dari pihak ketiga. konvensional.
 Sumber : Olahan data OJK
 Satuan : Prosentase (%)

59
Finance Deposit Ratio ialah Perbandingan FDR berpengaruh
antara total pembiayaan secara keseluruhan negatif dan signifikan
yang telah disalurkan oleh bank syariah terhadap market
FDR dengan total dana yang dihimpun oleh bank power perbankan
syariah dari pihak ketiga. syariah.
 Sumber : Olahan data OJK
 Satuan : Prosentase (%)
BOPO ialah perhitungan tingkat efisiensi BOPO berpengaruh
perbankan konvensional yang diukur dengan negatif dan signifikan
cara membandingkan beban operasional terhadap market
BOPO terhadap pendapatan operasional perbankan power perbankan
konvensional. konevsional.
 Sumber : Olahan data OJK
 Satuan : Prosentase (%)
Operational efficiency ratio ialah OER berpengaruh
perhitungan tingkat efisiensi perbankan negatif dan signifikan
syariah yang diukur dengan cara terhadap market
OER membandingkan beban operasional terhadap power perbankan
pendapatan operasional perbankan syariah. syariah.
 Sumber : Olahan data OJK
 Satuan : Prosentase (%)

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada bab ini akan ditampilkan hasil regresi data yang disertakan

dengan pembahasan market power pada system perbankan ganda di

Indonesia. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan STATA dengan tahapan yang pemilih model terbaik dari data

60
panel, kemudian hasil model terbaik akan diinterpretasikan melalui pengujian

hipotesis yang meliputi uji serempak (uji-F), Uji signifikansi parameter

individual (Uji T), dan koefisien determinasi (R2).

4.1. Market Power Perbankan di Indonesia

Pada penelitian Rusydiana et.al (2019), memaparkan bahwa market

share yang dimiliki oleh bank syariah terbilang sangatlah kecil hingga saat

ini. Hal tersebut dibuktikan dengan data marketshare perbankan yang dapat

dilihat pada Laporan Statistik Perbankan pada halaman resmi Bank Indonesia.

Laporan statistik perbankan tersebut memaparkan bahwa nilai market share

yang dimiliki bank syariah hanya berada pada kisaran 5% dan sisanya dimiliki

oleh bank konvensional. Dari hal tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa

kinerja operasional bank syariah belum terlaksana secara optimal. Baik

tidaknya kinerja operasional suatu bank dapat dilihat dari tingkat market

share yang dimiliki. Market share yang tinggi pada suatu bank mencerminkan

bahwa tingginya power bank tersebut dalam perekonomian nasional. Karena

bank syariah memiliki market share hanya 5%, maka hal tersebut

menandakan bahwa market power bank syariah pada perekonomian Indonesia

jauh dibawah market power bank konvensional (Saputra, 2014).

4.2. Pemilihan Model Penelitian

Pada analisis model data panel terdapat tiga macam pendekatan yang

dapat digunakan, yaitu pendekatan kuadrat terkecil (ordinary/pooled least

61
square), pendekatan efek tetap (fixed effect) dan pendekatan efek acak

(random effect). Untuk mengetahui model terbaik yang digunakan pada

penelitian, maka dilakukan uji Chow, uji Hausman, dan uji Lagrange

Multiplier pada HHI bank konvensional dan bank syariah untuk mengetahui

market power dari kedua bank tersebut.

Table 4 1 Hasil Uji Pemilihan Model Penelitian

Bank Konvensional Bank Syariah


Test
P-value Hasil P-value Hasil
Chow 0,0000 Fixed Effect 0,0000 Fixed Effect
Hausman 0,0896 Random Effect 0,9096 Random Effect
LM 0,0000 Random Effect 0,0000 Random Effect
Sumber : Hasil Olahan peneliti dengan Eviews 9.0

Berdasarkan hasil pengujian model terbaik seperti yang ditunjukkan

oleh Tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa random effect merupakan

model terbaik yang digunakan dalam mengestimasi HHIBUK dan HHIBUS.

Hasil estimasi uji chow menunjukkan bahwa p-value yang dimiliki bank

konvensional dan bank syariah senilai 0,0000 dimana lebih kecil dari tingkat

signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Pada uji chow, ketika nilai p-value

memiliki nilai yang lebih kecil dari tingkat signifikansi maka model yang

digunakan yaitu fixed effect. Selanjutnya yaitu pada uji hausman. Uji hausman

pada kedua bank tersebut sama-sama berada di atas tingkat signifikansi yang

digunakan yaitu 0,05. Hal tersebut berarti model terbaik yang digunakan pada

penelitian ini yaitu model random effect. Setelah melakukan uji chow dan uji

62
hausman, maka dilakukan uji LM untuk menguji apakan model pada uji

hausman merupakan model yang konsisten yang digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan tabel di atas, hasil uji LM senilai 0,000. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa model random effect merupakan model terbaik atau

model yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini.

4.3. Estimasi Data Panel

Berdasarkan hasil regresi model terbaik yang telah dilakukan maka

model regresi yang digunakan untuk mengestimasi BOPO, ZSCORE, SIZE,

dan LDR pada bank konvensional adalah model random effect. Sedangkan

untuk mengetahui market power pada perbankan syariah dengan

mengestimasi variabel OER, ZSCORE, SIZE, dan FDR model terbaik yang

digunakan yaitu model random effect.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Greene, 2008) dan

Lerskullawat (2016) penggunaan data panel dalam melakukan regresi

seringkali menimbulkan masalah-masalah seperti heteroskedastisitas,

multikolinearitas dan autokorelasi. Oleh karena itu dilakukan robust

regression pada estimasi model data panel untuk menghilangkan masalah-

masalah yang dihadapi.

4.3.1 Uji Kriteria Statistik

1) Uji Serempak (Uji F)

63
Nilai F hitung dalam pengujian ini digunakan untuk menguji

apakah penggunaan model sudah tepat dan apakah hasil regresi dapat

dipercaya. Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel

independen yang digunakan mampu menjelaskan perubahan variabel

dependen (Gujarati, 2004). Dalam uji F ini keputusannya yaitu

menerima atau menolak H0. Jika hipotesis nol ditolak, maka secara

bersama-sama seluruh variabel independen berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen yang digunakan. Begitupula sebaliknya.

Table 4 2 Uji F Statistik

Bank Konvensional Bank Syariah


Prob > F 0,000 0,0000

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada bank

konvensional, nilai F statistik yang dimiliki yaitu 0,0000 dimana lebih

kecil dari tingkat signifikansi 0,005. Maka dapat dikatakan bahwa nilai

uji F memiliki pengaruh yang signifikan. Hal tersebut berarti pada bank

konvensional, seluruh variabel independen yang digunakan secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap market power bank

tersebut. Selanjutnya pada bank syariah, dimana memiliki nilai uji F

yang sama yaitu 0,000 dimana lebih kecil dari tingkat signifikansi yang

digunakan yaitu 0,05. Ketika nilai uji F berada pada dibawah tingkat

signifikansi, maka dapat dikatakan bahwa secara bersama-sama seluruh

64
variabel independen yang digunakan dalam penelitian dapat

memepengaruhi market power pada bank syariah.

2) Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakanuntuk mengetahui seberapa

besar model regresi mampu menjelaskan variabel-variabel terikat

(independen) atau apakah sudah cukup tepat menggunakan variabel-

variabel independen tersebut untuk menjelaskan variabel dependen.

Semakin nilai koefisien determinasi mendekati satu, maka semakin

besar pula pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Begitupula sebaliknya.

Table 4 3 Uji Koefisien Determinasi

Bank Konvensional Bank Syariah


Model Estimasi Random Effect Random Effect
R-Squared 0,7515 0,5164

Berdasarkan hasil regresi di atas, dapat dilihat bahwa hasil

estimasi dengan menggunakan random effect didapatkan nilai r-squared

pada bank konvensional dan bank syariah. Nilai r-squared pada market

power perbankan konvensional sebesar 0,7515 atau sebesar 75,15

persen. Hal tersebut berarti bahwa market power perbankan

konvensional dapat dijelaskan oleh variabel Z-SCORE, SIZE, BOPO

dan LDR sebesar 75 persen. Sedangkan pada bank syariah memiliki

65
nilai r-squared sebesar 0,5164 atau 51,64 persen. Hal itu berarti bahwa

sebesar 51,64 persen variabel Z-SCORE, SIZE, OER, dan FDR dapat

menjelaskan variabel market power perbankan syariah.

Sisa dari koefisien determinasi pada masing-masing bank yaitu

bank konvensional dan bank syariah dijelaskan atau dipengaruhi oleh

variabel lain selain variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

4.3.2 Uji Aprioriti

Uji apriority menunjukkan bahwa pada bank konvensional, hanya

variabel BOPO saja yang memiliki hipotesis yang tidak sesuai dengan

hipotesis awal. Sedangkan pada bank syariah, variabel yang memiliki

hipotesis yang sesuai dengan hipotesis awal yaitu variabel OER dan

SSIZE.

Table 4 4 Uji Aprioriti


Variabel Hipotesis Hasil Keterangan
BANK KONVENSIONAL
KZSCORE (+) (+) Sesuai
LDR (-) (-) Sesuai
BOPO (-) (+) Tidak Sesuai
KSIZE (+) (+) Sesuai
BANK SYARIAH
SZSCORE (+) (-) Tidak Sesuai
FDR (-) (+) Tidak Sesuai
OER (-) (-) Sesuai
SSIZE (+) (+) Sesuai
4.3.3 Pembahasan Variabel

1) Market Power Perbankan Konvensional

66
Table 4 5 Estimasi Market Power Perbankan Konvensional

Market Power Bank Konvensional


Variabel
Koefisien P-Value
Konstanta -0,1085735 0,014
ZSCOREk 0,0000243 0,817
LDR -0,0000305 0,033**
BOPO 0,0000451 0,086*
LN_SIZEk 0,0034217 0,011**
Observasi 286
Grup Panel 11
R-Squared 0,7515
F-stat 0,0000
Signifikan pada level ***1%,**5%,*10%

a. Variabel Z-Score

Berdasarkan hasil regresi yang ditunjukkan oleh tabel diatas,

variabel Z-Score atau stabilitas perbankan tidak memiliki pengaruh

terhadap market power perbankan konvensional. Hasil estimasi

tersebut menunjukkan variabel Z-Score tidak berpengaruh signifikan

terhadap market power perbankan karena memiliki nilai p-value yang

lebih besar dari tingkat signifikansi 5% dengan nilai probabilitas

0,817. Hal tersebut tidak sejalan dengan teori yang ada dimana dalam

perbankan, ketika bank berada pada tingkat stabilitas yang baik maka

market power yang dimiliki cenderung tinggi. Meskipun demikian,

teori yang ada tidak selalu berjalan sesuai dengan realita pada

67
lapangan. Pendapat tersebut didukung oleh peristiwa krisis ekonomi

yang pernah terjadi pada Indonesia. Ketika krisis terjadi, bank

konvensional yang memiliki market power yang mendominasi dunia

perbankan justru collaps dan sulit keluar dari situasi tersebut dan

berada pada kondisi yang tidak stabil. Berbeda halnya dengan bank

syariah, meskipun bank syariah memiliki market power yang rendah

tetapi ia justru lebih stabil dalam menghadapi krisis. (Hasanah dan ,

Ascarya, 2007)

b. Variabel Loan to Deposit Ratio

Berdasarkan estimasi variabel Loan to Deposit Ratio (LDR)

teradap market power perbankan pada bank konvensional, LDR

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap market power dengan

tingkat p-value 0,033. Variabel tersebut dikatakan signifikan karena

memiliki p-value atau probabilitas dibawah tingkat signifikansi yang

digunakan yaitu 5%. LDR berpengaruh signifikan dengan nilai

koefisien sebesar -0,0000305. Tanda negatif pada nilai koefisien

menandakan bahwa adanya hubungan yang negatif atau berbanding

terbalik. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa apabila terdapat

peningkatan LDR sebesar 1 persen maka market power pada

perbankan konvensional akan turun sebesar 0,0000305 persen dengan

asumsi cateris paribus.

68
Hasil regresi LDR terhdap market power di atas sesuai dengan

teori yang ada. Pada teorinya, LDR memiliki hubungan yang bersifat

negatif dengan profitabilitas perbankan. Apabila LDR yang dimiliki

oleh bank kecil, hal tersebut menandakan bahwa bank itu memiliki

aset yang likuid karena dapat menyalurkan dengan baik dana yang

dimiliki dalam bentuk kredit. Ketika kredit yang disalurkan dapat

dikelola dengan baik, maka profitabilitas yang didapatkan oleh bank

tersebut menjadi semakin meningkat (Agustina). Bank dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi cenderung mampu melakukan diferensiasi

produk yang dimana dapat meningkatkan pangsa pasar atau market

power bank tersebut (Mona Vindytia)

c. BOPO

Berdasarkan hasil regresi dengan metode random effect di atas,

dapat dilihat bahwa variabel BOPO memiliki nilai probabilitas sebesar

0,086. Hal tersebut menandakan bahwa variabel BOPO memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap market power perbankan

konvensional dengan koefisien sebesar 0,0000451. Hasil ini

menggambarkan apabila adanya peningkatan BOPO sebesar 1 persen

maka market power perbankan konvensional mengalami peningkatan

sebesar 0,0000451 persen dengan syarat cateris paribus.

69
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ada dimana

peningkatan BOPO seharusnya dapat membuat market power

perbankan menurun. Hal tersebut disebabkan karena tingginya nilai

BOPO menandakan bahwa maka hal itu menandakan bahwa bank

tersebut tidak efisien dalam menjalankan kegiatan operasional bank

karena setiap peningkatan BOPO dapat membuat laba sebelum pajak

semakin berkurang yang kemudian akan menurunkan laba atau

profitabilitas bank tersebut. Rendahnya profitabilitas yang dimiliki

suatu bank mencerminkan bahwa market power yang dimiliki oleh

bank tersebut rendah. (Fadilah dan Yuliafitri, 2018).

d. Size

Pada penelitian ini, variabel size memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap market power perbankan dengan tingkat

probabilitas sebesar 0,011. Variabel size dikatakan signifikan terhadap

market power karena memiliki tingkat probabilitas dibawah tingkat

signifikansi yang digunakan yaitu 5 persen. Variabel size berpengaruh

signifikan dengan nilai koefisien sebesar 0,0034217. Hal tersebut

menandakan bahwa apabila terdapat kenaikan size sebesar 1 persen,

maka market power perbankan akan meningkat sebesar 0,0034217

persen dengan syarat cateris paribus.

70
Variabel size yang memiliki koefisien positif dan signifikan

mencerminkan bahwa semakin besar size suatu bank maka semakin

besar pula kemampuan bank dalam memprediksi profitabilitas yang

kemudian dapat memperkuat market power perbankan konvensional.

2) Market Power Perbankan Syariah

Table 4 6 Estimasi Market Power Perbankan Syariah

Market Power Bank Konvensional


Variabel
Koefisien P-Value
Konstanta -0,5346814 0,000
ZSCOREs -0,0022458 0,001***
FDR 0,000017 0,239
OER -0,0000298 0,361
LN_SIZEs 0,0185833 0,000***
Observasi 286
Grup Panel 11
R-Squared 0.5164
F-stat 0,0000
Signifikan pada level ***1%,**5%,*10%

a. Variabel Z-Score

Pada penelitian ini variabel Z-Score berpengaruh signifikan

terhadap market power perbankan syariah. Variabel Z-Score dikatakan

berpengaruh karena memiliki tingkat probabilitas sebesar 0,001

dimana nilai tersebut berada dibawah tingkat signifikansi yang

71
digunakan yaitu 5 persen. Variabel Z-Score berpengaruh signifikan

dengan koefisien sebesar -0,0022458. Tanda negatif pada koefisien

tersebut menunjukkan adanya hubungan negatif antara stabilitas yang

dilambangkan dengan Z-Score dengan market power perbankan

syariah. Nilai koefisien sebesar -0,0022458 berarti bahwa apabila

terdapat peningkatan Z-Score sebesar 1 persen, maka market power

perbankan syariah akan mengalami penurunan sebesar 0,0022458

persen dengan syarat cateris paribus.

Adanya hubungan yang bersifat negatif antara stabilitas dan

market power perbankan syariah di Indonesia sejalan dengan peristiwa

krisis yang terjadi pada tahun 1998. Pada saat krisis terjadi, perbankan

syariah menunjukkan kinerja yang lebih stabil meskipun memiliki

market power yang sangat kecil pada dunia perbankan. Stabilnya

perbankan syariah dalam menghadapi krisis tersebut disebabkan

karena pada bank syariah tidak menerapkan sistem bunga sehingga

ketika terjadinya krisis dan terdapat masalah yang disebabkan oleh

adanya bunga bank syariah mampu melewati itu dengan sangat baik

(Sudarsono, 2009). Sehingga dapat dikatakan bahwa stabilitas suatu

bank dalam perbankan syariah tidak selalu berdampak pada tingginya

market power bank tersebut.

b. Variabel Financing to Deposit Ratio

72
Variabel FDR pada penelitian ini memiliki probabilitas sebesar

0,239. Hal itu menandakan bahwa variabel FDR tidak berpengaruh

signifikan terhadap market power perbankan syariah karena memiliki

tingkat probabilitas diatas tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5

persen. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ada dimana

FDR dapat berpengaruh terhadap market power perbankan syariah.

Pada teroinya, rendahnya FDR dapat berpengaruh terhadap

profitabilitas yang dimiliki bank. Hal tersebut dikarenakan semakin

rendah nilai FDR suatu bank, maka dapat dikatakan bahwa semakin

baik pula bank tersebut menjalankan fungsinya dalam menyalurkan

kredit. Ketika kredit disalurkan dengan baik dan efisien, maka

keuntungan yang didapatkan bank dari kegiatan tersebut juga semakin

banyak. Tingginya profitabilitas yang dimiliki oleh bank

mencerminkan market power yang dimilik oleh bank tersebut juga

tinggi. (Agustina dan Wijaya, 2013)

c. Variabel OER

Berdasarkan hasil regresi pada tabel di atas, variabel OER

tidak berpengaruh signifikan terhadap market power perbankan

syariah karena memiliki probabilitas sebesar 0,361 dimana lebih besar

dari tingkat signifikansi 5 persen. Penelitian ini tidak sejalan dengan

teori pada penelitian Maharanie (2014:83) yang menyatakan bahwa

73
semakin kecil nilai OER atau BOPO, maka biaya yang dikeluarkan

oleh bank dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya semakin

sedikit. Semakin kecil nilai OER yang dimiliki oleh bank syariah

maka semakin stabil pula kedudukan bank tersebut. Ketika bank dalam

kondisi yang stabi, maka market power yang dimiliki oleh bank

tersebut juga akan semakin tinggi.

d. Variabel Size

Variabel size atau ukuran yang telah di regresi pada penelitian

ini memiliki hubungan yang signifikan terhadap market power

perbankan syariah. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai probabilitas

sebesar 0,000 yang dimana lebih besar dari tingkat signifikansi yang

digunakan yaitu 5 persen. Pada hasil regresi tersebut, variabel size

memiliki koefisien sebesar 0,0185833. Nilai koefisien tersebut berarti

yaitu apabila terdapat kenaikan tingkat size pada perbankan syariah

sebesar 1 persen, maka hal tersebut akan membuat market power

perbankan syariah naik sebesar 0,0185833 persen dengan syarat

cateris paribus.

Ketika bank memiliki size yang besar, maka hal tersebut akan

membuat bank dapat mengajukan utang dengan jumlah yang lebih

besar jika dibandingkan dengan bank dengan size yang kecil karena

bank yang memiliki size yang tinggi cenderung lebih dipercaya

74
(Setiadewi dan Purbawangsa, 2015). Bank dengan size yang besar juga

menandakan bahwa bank tersebut mampu mengelola aset yang

dimiliki secara efisien sehingga dapat mendatangkan keuntungan yang

lebih tinggi dibandingkan dengan bank dengan size yang kecil. Hal

tersebutlah yang kemudian dapat memicu peningkatan market power

perbankan syariah yang ada di Indonesia. (Rifai et al., 2015)

4.4 Strategi Kebijakan

Negara Indonesia merupakan Negara yang mayoritas masyarakatnya

beragama Islam. Sehingga potensi untuk mengembangkan perbankan yang

berbasis syariat Islam sangatlah tinggi. Akan tetapi dalam kenyataannya,

perkembangan bank Islam atau biasa dikenal dengan bank syariah cenderung

lebih lambat jika dibandingkan dengan perkembangan bank konvensional.

Oleh karena itu pemerintah disarankan untuk melakukan peningkatan kinerja

bank syariah yang ada di Indonesia agar potensi yang dimiliki dapat

dimanfaatkan secara optimal terlebih lagi bank syariah merupakan bank yang

jauh lebih stabil dibandingkan dengan bank konvensional karena dalam

menjalankan kinerja operasionalnya bank syariah tidak menerapkan sistem

bunga sehingga apabila terdapat masalah atau krisis ekonomi maka bank

syariah tetap mampu menjalankan operasional banknya dengan baik dan

stabil.

75
Ketika bank syariah memiliki perkembangan yang hampir setara

dengan bank konvensional, maka hal tersebut akan menjadi pilihan alternatif

Negara Indonesia ketika terjadinya krisis. Seperti yang terjadi pada krisis

tahun 1998 dan 2008, bank syariah mampu bertahan dalam perekonomian

dengan sangat baik dan stabil. Oleh karena itu, jika bank syariah memiliki

perkembangan yang semakin membaik dan Negara Indonesia mengalami

masalah serupa seperti yang telah terjadi pada tahun tersebut maka bank

syariah dapat dijadikan sebagai sayap pelindung bagi perekonomian Indonesia

agar tidak mengalami keterpurukan atas masalah tersebut.

Berikut adalah beberapa saran kebijakan guna melakukan optimalisasi


kinerja dalam perbankan syariah:

1. Meningkatkan sumber daya manusia baik itu dari segi kuantitas maupun

kulaitas

2. Memperbaiki sistem pembiayaan dan sumber daya yang dimiliki secara

maksimal

3. Meningkatkan kulitas SDI dalam penanganan manajemen resiko pembiayaan

dan analisis pembiayaan

4. Memperkuat permodalan dan skala usaha bank syariah

5. Memperbaiki kualitas layanan dan melakukan diferensiasi produk

6. Memperkuat sinergi kebijakan antara otoritas dengan pemerintah dan

stakeholder.

76
BAB V

KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian pada bank konvensional

secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap market power

perbankan konvensional. Sedangkan pada bank syariah, seluruh variabel yang

digunakan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

market power perbankan syariah.

2. Nilai r-squared pada market power perbankan konvensional sebesar 0,7515

atau sebesar 75,15 persen. Hal tersebut berarti bahwa market power

perbankan konvensional dapat dijelaskan oleh variabel Z-SCORE, SIZE,

BOPO dan LDR sebesar 75 persen. Sedangkan pada bank syariah memiliki

nilai r-squared sebesar 0,5164 atau 51,64 persen. Hal itu berarti bahwa

sebesar 51,64 persen variabel Z-SCORE, SIZE, OER, dan FDR dapat

menjelaskan variabel market power perbankan syariah. Sisa dari koefisien

determinasi pada masing-masing bank yaitu bank konvensional dan bank

syariah dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain selain variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian.

77
3. Pada bank konvensional, secara parsial hanya variabel stabilitas saja yang

tidak berpengaruh signifikan terhadap market power perbankan konvensional.

Akan tetapi pada bank syariah, variabel yang berpengaruh signifikan terhadap

market power perbankan syariah hanya variabel ukuran bank dan stabilitas.

6.2 Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan

pembanding dan refrensi untuk penelitian dengan tema serupa. Selain itu

peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak refrensi

penelitian terkait dengan market power sistem perbankan ganda di Indonesia.

2. Bagi regulator, penelitian ini dapat dijadikan sebagai koreksi terhadap

kebijakan yang telah ada dan dapat dijadikan sebagai dasar pembuatan

regulasi yang lebih sesuai terhadap perekonomian Indonesia.

6.3 Rekomendasi

Market Power perbankan merupakan salah satu indikator yang

digunakan untuk meningkatkan profitabilitas yang dimiliki oleh suatu bank.

Semakin besar konsentrasi yang dimiliki oleh bank dalam suatu pasar, maka

tingkat keuntungan yang didapatkan juga akan semakin besar. Hal tersebut

dikarenakan semakin tinggi kekuatan bank dalam suatu pasar, maka bank

tersebut mampu menetapkan bunga rendah dan bunga kredit yang tinggi

sehingga keuntungan yang didapatkan menjadi semakin banyak. Oleh karena

itu untuk meningkatkan market power baik itu pada bank konvensional dan

78
bank syariah, Bank Indonesia menerapkan kebijakan untuk menaikkan,

menurunkan atau menjaga faktor-faktor yang diyakini dapat mempengaruhi

market power suatu bank seperti stabilitas, ukuran suatu bank, LDR atau

FDR, dan efisiensi.

79
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, A., Ridwan, R., & Fildzah, F. (2016). Pengaruh Ukuran Bank, Dana Pihak
Ketiga, Capital Adequacy Ratio, dan Loan To Deposit Ratio Terhadap
Penyaluran Kredit Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2015. Jurnal Dinamika Akuntansi Dan Bisnis, 3(2), 49–
64. https://doi.org/10.24815/jdab.v3i2.5386

Agustin, P. T., & Darmawan, A. (2018). PENGARUH RASIO KEUANGAN


TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH. Jurnal Administrasi
Bisnis, 64(1).

Agustina, & Wijaya, A. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loan


Deposit Ratio Bank Swasta Nasional di Bank Indonesia. Jurnal Wira Ekonomi
Mikrosil, 3(2), 101–109.

Albanna, H. (2016). ANALISIS KOMPARASI STABLITAS PERBANKAN SYARIAH


DAN PERBANKAN KONVENSIONAL DI INDONESIA PASCA KRISIS
KEUANGAN TAHUN 2007.

Apriadi, I., Sembel, R., Santosa, P. W., & Firdaus, M. (2017). KOMPETISI DAN
STABILITAS PERBANKAN DI INDONESIA Suatu Pendekatan Analisis
Panel Vector Autoregression. Jurnal Manajemen, 21(1), 33.
https://doi.org/10.24912/jm.v21i1.146

Ascarya. (2012). Alur Transmisi dan Efektivitas Kebijakan Moneter Ganda di


Indonesia [Monetary Policy Transmission Mechanism Under Dual Financial
System in Indonesia]. Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan [Bulletin of
Monetary Economy and Banking], 14.

Astuti, R. D. (2015). Analisis Determinan Ketimpangan Distribusi Pendapatan di

80
Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2005-2013. Tirtayasa Ekonomika, 15(1),
17–30.

Athanasoglou, P. P., Brissimis, S. N., & Delis, M. D. (2014). BANK-SPECIFIC,


INDUSTRY-SPECIFIC AND MACROECONOMIC DETERMINANTS OF
BANK PROFITABILITY. November, 1–22.

BALADINA, N. (2012). ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN PENAMPILAN


PASAR WORTEL DI SUB TERMINAL AGROBISNIS (STA) MANTUNG (Kasus
pada Sentra Produksi Wortel di Desa Tawangsari, Kecamatan Pujon,
Kabupaten Malang). XII(3), 1412–1425.

Bank Indonesia. (2010). Krisis Global Dan Penyelamatan Sistem Perbankan


Indonesia. Salemba Empat, 1(18), 256–270.

Bank Indonesia. (2012). Kajian Stabilitas Keuangan. E-Conversion - Proposal for a


Cluster of Excellence.

Church, J., & Ware, R. (n.d.). Industrial Organization: A Strategic Approach.

Fadilah, F., & Yuliafitri, I. (2018). ANALISIS EFISIENSI BANK UMUM


SYARIAH HASIL PEMISAHAN DAN NON PEMISAHAN SERTA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA. Jurnal Ekonomi Islam,
9(1), 69–98.

Famera, N. L. N., & Indriani, M. (2018). Penilaian Efisiensi Dual Banking System di
Indonesia Menggunakan Stochastic Frontier Analysis. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), 3(1), 1–8.

Hafidz, J., & Astuti, R. I. (2013). Tingkat persaingan dan efisiensi intermediasi
perbankan indonesia. Working Paper Bank Indonesia, 3.

Hapsa, S., & Khoirudin, R. (2018). ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI D.I.


YOGYAKARTA TAHUN 2008-2016. JIEP, 18(2).

81
Hasanah, H., & , Ascarya, dan N. A. A. (2007). Stabilitas moneter pada sistem
keuangan/perbankan ganda di indonesia 1. 1–27.

Hendra, S. T. N., & Hartomo, D. D. (2018). Pengaruh Konsentrasi Dan Pangsa Pasar
Terhadap Pengambilan Resiko Bank. Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 17(2), 35.
https://doi.org/10.20961/jbm.v17i2.17176

Hidayah, N. (2016). Studi komparatif tingkat efisiensi perbankan konvensional dan


perbankan syariah di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Keuangan Islam, 2(2), 28–
37. https://doi.org/10.20885/jeki.vol2.iss2.art4

Joseph Ibnu Wibowo, A. (2019). Analisis industri makanan tradisional berbasis


concentration ratio , herfindahl- hirschman index , dan minimum efficient scale
Analysis of traditional food industry based on concentration ratio , herfindahl-
hirschman index , and minimum efficient scale. Jurnal FEB Unmul, 15(1), 26–
43.

Khavidhurrohmaningrum. (2013). Strategi Dan Perilaku Industri Pengolahan Di Kota


Semarang Tahun 2007-2011. Economics Development Analysis Journal, 2(3),
220–233. https://doi.org/10.15294/edaj.v2i3.1981

Kristianti, D. S. (2015). Rekonstruksi Dual Banking System: Keberadaan Prinsip-


Prinsip Syariah Perbankan Dalam Sistem Hukum Perbankan Nasional. Veritas
et Justitia, 1(2), 329–355. https://doi.org/10.25123/vej.1691

Lubis, A. F. (2012). Market Power Perbankan Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter


Dan Perbankan, 14(3), 235–255. https://doi.org/10.21098/bemp.v14i3.358

Masykuroh, E. (2017). Penduduk Muslim Sebagai Potensi Pasar Perbankan Syariah.


Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking, 11(1), 131–155.

Mchmud, T. A., Perdymer, S., Anwar, M., Aman, N. I., K, T. K. A., K, A. C. M., &
R, I. A. (2007). BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

82
Departemen Riset Kebanksentralan Bank Indonesia Pelindung Dewan
Gubernur Bank Indonesia Dewan Editor Dr . Perry Warjiyo Editor Pelaksana.
2, 3501912.

Muhlis, M. (2018). Penerapan Model Z-Score Untuk Prediksi Kebangkrutan Bank


Bri Syariah Tahun 2014-2016. 16(1), 81–97.
https://doi.org/10.35905/diktum.v16i1.523

Musta’in, J. L. (2017). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL


TERHADAP KINERJA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA.

Nainggolan, H. (2016). ANALISIS RESIKO KEUANGAN DENGAN MODEL


ALTMAN Z- SCORE PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI INDONESIA
(Listed di Bursa Efek Indonesia). 4(1), 64–75.

NISA, F. (2018). PENGARUH BANK COMPETITIONS TERHADAP TIME


DEPOSIT RATE PADA DUAL BANKING SYSTEM DI INDONESIA.

Purnamasari, G. A. Y., & Ariyanto, D. (2016). ANALISIS PERBANDINGAN


KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH
(Periode 2012-2014). Jurnal Online Universitas Udayana, 15(1), 1482–110.

Putri, I. G. A. P. T., & Suryantini, N. P. S. (2017). Determinasi Loan To Deposit


Ratio Pada Bank Campuran Di Indonesia. E-Jurnal Manajemen, 6(1), 204–234.

Rahman, A. (2016). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


MARKET SHARE BANK SYARIAH. Analytica Islamica, 5(2), 291–314.

Rahmatika, A. N. (2014). Dual Banking System di Indonesia. At-Tahdzib: Jurnal


Studi Islam Dan Muamalah, 2(2), 133–147.

Ramly, A. R., & Hakim, A. (2017). Pemodelan Efisiensi Bank di Indonesia:


Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional. Jurnal Bisnis Dan
Manajemen, 53(9), 131–148. https://doi.org/10.15408/ess.v7i2.

83
Rekarti, E., & Nurhayati, M. (2016). Analisis Structure Conduct Performance (Scp)
Jika Terjadi Merger Bank Pembangunan Daerah Dan Bank Bumn Persero
Berdasarkan Nilai Aset Dan Nilai Dana. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis
Mercu Buana, 2(1), 96913.

Rifai, M., Arifati, R., & Magdalena, M. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Struktur Modal Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pandanaran, 1(2502–7697), 1–8.

Riyadi, S., Iqbal, M., & Lauren, N. (2015). Strategi Pengelolaan Non Performing
Loan (Npl) Bank Umum Yang Go Public. Jurnal Dinamika Manajemen, 6(1),
84–96. https://doi.org/10.15294/jdm.v6i1.4299

Saputra, B. (2014). Faktor-Faktor Keuangan Yang Mempengaruhi Market Share


Perbankan Syariah di Indonesia. VII(2), 123–131.

Sari, D. P. (2020). PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO , BIAYA


OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL DAN NET INTEREST
MARGIN TERHADAP PROFITABILITAS. Jurnal Perbankan Dan Keuangan,
1(2), 94–106.

Sari, N. (2010). Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Dan Faktor Internal
Eksternal Yang Mempengaruhinya. 1–143.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21228/1/NURYANA
SARI-FEB.pdf

Septianingsih, I. (2013). ANALISIS STABILITAS PERBANKAN INDONESIA.

Setiadewi, K. A. Y., & Purbawangsa, I. B. A. (2015). PENGARUH UKURAN


PERUSAHAAN DAN LEVERAGE Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Udayana , Bali , Indonesia dengan Herawati ( 2012 ) yang membuktikan
profitabilitas secara signifikan. Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Leverage
Terhadap Profitabilitas Dan Nilai Perusahaan, 596–609.

84
Setyawati, I. (2015). Determinan Pertumbuhan Total Aset Dan Pangsa Pasar Pada
Perbankan Syariah. Mediastima Tahun, XXI(2), 80–115.

Silalahi, S. P. (2014). Jurnal Ekonomi Volume 18, Nomor 1 Maret 2010. Jurnal
Ekonomi, 22(1991), 1–18.

Somantri, Y. F., & Sukmana, W. (2019). Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
Berkala Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 4(2), 61–71.
https://doi.org/10.20473/baki.v4i2.18404

Sonakul, C. M. (2000). Message from the Governor (veto letter). In Supervision


Report.

Sudarsono, H. (2009). Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perbankan di


Indonesia: Perbandingan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah. La_Riba,
3(1), 12–23. https://doi.org/10.20885/lariba.vol3.iss1.art2

Sutantyo, E. H. (2017). Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan


Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Empat Kabupaten Di
Pulau Madura Tahun 2011-2015. Journal of Chemical Information and
Modeling, 8(9), 1–58.

Wahyu, D. R. (2016). FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR) SEBAGAI


SALAH SATU PENILAIAN KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH (Study
Kasus Pada Bank BJB Syariah Cabang Serang). ISLAMICONOMIC: Jurnal
Ekonomi Islam, 7(1), 19–36. https://doi.org/10.32678/ijei.v7i1.34

Yudistira, E. (2017). Analisis Perbandingan Antara Ketahanan Bank Dalam


Menyalurkan Dana pada Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia.
ADZKIYA : Jurnal Hukum Dan Ekonomi Syariah, 05, 209–230.

Zahra, S. F., Ascarya, A., & Huda, N. (2018). Stability Measurement of Dual

85
Banking System in Indonesia: Markov Switching Approach. Al-Iqtishad: Jurnal
Ilmu Ekonomi Syariah, 10(1), 25–52. https://doi.org/10.15408/aiq.v10i1.5867

LAMPIRAN

86
BUK
UJI ASUMSI KLASIK

UJI HETEROKEDASTISITAS

UJI AUTOKORELASI

UJI MULTIKOLENIARITAS

87
UJI PENENTUAN MODEL

UJI CHOW

UJI HAUSMAN

88
UJI LM TEST

HASIL RANDOM EFFECT

89
BUS
UJI ASUMSI KLASIK

UJI HETEROKEDASTISITAS

UJI AUTOKORELASI

UJI MULTIKOLENIARITAS

90
UJI PENENTUAN MODEL

UJI CHOW

UJI HAUSMAN

91
UJI LM TEST

HASIL RANDOM EFFECT

92

Anda mungkin juga menyukai