Anda di halaman 1dari 134

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) DAN NON PERFORMING

LOAN (NPL) TERHADAP PENYALURAN KREDIT (Pada Bank Umum


Swasta Nasional Devisa Yang Terdaftar di BEI
Periode Tahun 2013- 2017)

SKRIPSI

Bidang Kajian : Manajemen Keuangan

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

Program Sarjana Program Studi Manajemen

pada Fakultas Ekonomi

Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

Disusun oleh:

Muhamad Ivan Herlambang


NPM: 115020193

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

CIREBON

2019

(Terakreditasi BAN-PT)
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) DAN NON
PERFORMING LOAN (NPL) TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA
BANK UMUMSWASTA NASIONAL DEVISA YANG TERDAFTAR
DI BEI PERIODE TAHUN 2013-2017

Muh. Ivan Herlambang

Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen

Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

2019

ABSTRAK

Bank yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat. Fenomena yang terjadi pada
bank umum swasta nasional devisa kelemahan yang beroprasi di Indonesia adalah
kinerja bank yang buruk dalam menjaga prinsip kehati-hatian untuk menyalurkan
dana kredit. Bank melakukan konsentrasi kredit pada individu atau perusahaan
tertentu sehingga mendorong tingginya resiko kredit dan berdampak pada
penurunan kualitas aktiva produktif. Penelitian mengenai Pengaruh Capital
Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran
Kredit pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di BEI periode
2013-2017. Jenis penelitian menggunakan penelitian dasar yang bertujuan untuk
menemukan pengetahuan baru tentang fenomena mendasar. Pemilihan sampel
dilakukan dengan cara menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian
menunjukan secara parsial bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit, Sedangkan Non Performing
Loan (NPL) tidak berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Secara
simultan Variabel Capital Adequacy Ratio (X1) dan Non Performing Loan (X2)
berpengaruh tidak signifikan terhadap Penyaluran Kredit. Pihak manajemen bank
sebaiknya lebih memperhatikan informasi mengenai kinerja keuangan bank dan
rasio keuangan lain nya yang berguna sebagai gambaran bagaimana keadaan
keuangan perusahaan dan melakukan analisis terhadap perusahaan perbankan.

Kata Kunci : Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Penyaluran Kredit
THE EFFECT OF CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)
AND NON PERFORMING LOAN (NPL) ON DISTRIBUTION OF
CREDITS ON COMMERCIAL BANKSREGISTERED NATIONAL
PRIVATE VOCATIONAL SCHOOLIN IDX PERIOD 2013-2017
Muh. Ivan Herlambang

Faculty Economics of the Study Program Management

Swadaya Gunung Jati University of Cirebon

2019

ABSTRACT

Banks are business entities that collect funds from the public in the form of
deposits and distribute them to the public. The phenomenon that occurs in
national private commercial banks with weaknesses operating in Indonesia is the
bank's poor performance in maintaining the principle of prudence to channel
credit funds. The bank concentrates credit on certain individuals or companies,
thereby encouraging high credit risk and resulting in a decrease in the quality of
productive assets. Research on the Effect of Capital Adequacy Ratio (CAR) and
Non Performing Loans (NPL) on Credit Distribution to Foreign Exchange
National Private Private Banks listed on the Stock Exchange for the period 2013-
2017. This type of research uses basic research that aims to find new knowledge
about fundamental phenomena. Sample selection is done by using the purposive
sampling method. The results of the study show partially that the Capital
Adequacy Ratio (CAR) has no significant effect on Credit Distribution, while the
Non Performing Loans (NPL) has not significant effect on Credit Distribution.
Simultaneously Variable Capital Adequacy Ratio (X1) and Non Performing Loan
(X2) has not significant effect on Credit Distribution. Bank management should
pay more attention to information about the bank's financial performance and
other financial ratios that are useful as a description of the state of the company's
finances and conduct an analysis of the banking company.

Keywords : Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loans , Distribution Credit


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim...

Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa atas rahmat dan hidayah-Nya

peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Capital Adequacy

Ratio (CAR), dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Penyaluran Kredit

Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di BEI Periode

2013-2017.”

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu

dalam proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya atas peran serta doanya baik secara langsung

maupun tidak langsung. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penyusun

berikan kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Mukarto Siswoyo, M.si. Selaku Rektor Universitas Swadaya

Gunung Jati Cirebon;

2. Prof. Dr. Hj. Ida Rosidah, S.E., M.M., Ak., CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon;

3. Siska Ernawati Fatimah, S.E., M.M selaku Wakil Dekan I Fakultas

Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon;

4. Moh. Yudi Mahadianto, S.E., MM., selaku Wakil Dekan II Fakultas

Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon;

5. Adi Setiawan, S.E., M.M. Selaku Ketua Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.

i
6. Anna Suzanna, S.E., M.M. Selaku Sekertaris Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.

7. Benny Dhevyanto S.E, M.M., Ak, selaku dosen pembimbing I yang selalu

memberikan arahan, nasehat serta waktunya untuk membimbing peneliti

dalam menyusun skripsi ini.

8. Mardiyani S.Pd., M.M. selaku dosen pembimbing II yang selalu

memberikan arahan, nasehat serta waktunya untuk membimbing peneliti

dalam menyusun skripsi ini.

9. Maiyaliza S.E., M.Si. selaku wali dosen manajemen F yang selalu

memberikan saran dan nasehat yang bersifat membangun.

10. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Swadaya Gunung Jati yang telah banyak membimbing dan memberikan

ilmu pengetahuan kepada peneliti.

11. Seluruh Bapak dan Ibu Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi Universitas

Swadaya Gunung Jati yang telah banyak membantu kami dalam

memberikan informasi.

12. Untuk Adik Saya Laura Puti Anggini yang tiada henti menghibur dan

selalu memberikan semangat setiap saat.

13. Untuk AFC Squad, teman terbaik dari awal masuk kuliah sampai saat ini

Tiara, Fani, Wanda, Nihayah dan Marlina, Razaf dan juga Nibras yang

selalu memberikan dukungan dan nasehat.

ii
14. Untuk Silvia Sari, Farhani, Vika, Afrilia, Tusilah, Deni, Karina, Vony,

Erin Vita, Dina, Ningga yang selalu mensuport dan membantu dalam

kondisi apapun

15. Untuk Farrah Nabila, Irfan Haryono, Fergiza Arya, Hafid Indirwan, Azhar

Rifki, yang selalu memberi support. Terima kasih semoga persahabatan ini

tetap terjalin sampai kapanpun.

16. Untuk teman-teman KKN Semplo 2018, terimakasih untuk pertemuan

yang berarti walau singkat namun sangat berkesan.

17. Untuk teman-teman Manajemen F angkatan 2015 yang telah memberikan

tawa dan kenangan selama perkuliahan

18. Untuk teman-teman Manajemen Keuangan B yang telah memberikan tawa

dan kenangan selama perkuliahan.

Akhir kata, peneliti mengucapkan maaf atas segala kekurangan pada

penelitian, peneliti menyadari bahwa skripsi masih jauh dari sempurna. Saran dan

kritik yang membangun tetap peneliti nantikan demi penyempurnaan penyusunan

selanjutnya. Semoga penyusunan skripsi dapat bermanfaat bagi pembaca

khususnya dan bagi mahasiswa/mahasiswi manajemen pada umumnya.

Cirebon, 29 Juli 2019

Muhamad Ivan Herlambang

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 7
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
1.3.2 Kegunaan Penelitian ................................................................. 7
1.4 Objek dan Jadwal Penelitian .............................................................. 8
1.4.1 Objek Penelitian........................................................................ 8
1.4.2 Jadwal Penelitian ...................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................. 10
2.1.1 Manajemen Keuangan ............................................................ 10
2.1.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan ............................. 10
2.1.2 Laporan Keuangan .................................................................. 10
2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan ................................... 11
2.1.2.2 Jenis-Jenis laporan Keuangan Bank .......................... 12
2.1.3 Bank ........................................................................................ 13
2.1.3.1 Definisi Bank ............................................................. 13
2.1.3.2 Jenis-Jenis Bank ......................................................... 14
2.1.3.3 Fungsi Bank ............................................................... 16
2.1.4 Kredit ..................................................................................... 16
2.1.4.1 Unsur Kredit .............................................................. 17
2.1.4.2 Kulitas Kredit ............................................................. 18

v
2.1.5 Rasio Keuangan Bank ............................................................. 19
2.1.6 Capital Adequacy Ratio (CAR) .............................................. 21
2.1.6.1 Kriteria Peringkat Komponen CAR ........................... 22
2.1.7 Non Performing Loan (NPL) .................................................. 22
2.1.7.1 Penyebab NPL ........................................................... 24
2.1.7.2 Kriteria Peringkat Komponen NPL ........................... 25
2.1.8 Penyaluran Kredit .................................................................. 26
2.1.8.1 Prinsip Penyaluran Kredit ......................................... 27
2.1.9 Peneliti Terdahulu .................................................................. 28
2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis .................................................. 30
2.2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................... 30
2.2.2 Pengaruh CAR terhadap Penyaluran Kredit ........................... 30
2.2.3 Pengaruh NPL terhadap Penyaluran Kredit ............................ 31
2.2.4 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing
Loan (NPL) Terhadap Penyaluran Kredit ........................................ 32
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 34
3.2 Operasionalisasi Variabel ................................................................ 35
3.2.1 Variabel Penyaluran Kredit (Y) ............................................ 36
3.2.2 Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1) ...................... 36
3.2.3 Variabel Non Performing Loan (NPL) (X2) .......................... 37
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 38
3.3.1 Populasi Penelitian ................................................................. 38
3.3.2 Sampel Penelitian .................................................................. 39
3.4 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 41
3.4.1 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 41
3.4.2 Metode Pengumpulan Data .................................................... 42
3.5 Metode Analisis Data ...................................................................... 42
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ................................................... 43
3.5.2 Uji Normalitas........................................................................ 43
3.5.3 Uji Multikolonieritas.............................................................. 44

vi
3.5.4 Uji Heterokedastisitas ............................................................ 44
3.5.5 Uji Autokorelasi ..................................................................... 45
3.5.6 Analisis Regresi Linear Berganda ......................................... 46
3.5.7 Uji Signifikansi (Uji T) .......................................................... 47
3.5.8 Uji Simultan (Uji F) ............................................................... 48
3.5.9 Koefisien Determinasi ........................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Unit Analisis......................................................................... 51
4.1.1 PT. Bank Mitra Niaga Tbk ..................................................... 51
4.1.2 PT. Bank DanamonTbk .......................................................... 51
4.1.3 PT. Bank Permata Tbk ............................................................ 52
4.1.4 PT. Bank Of India Indonesia Tbk ........................................... 53
4.1.5 PT. Bank Mega Tbk ................................................................ 53
4.1.6 PT. Bank Harda Internasional Tbk ......................................... 54
4.1.7 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk ................................... 54
4.1.8 PT. Bank Artos Indonesia Tbk ............................................... 55
4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan............................................... 56
4.2.1 Data Penelitian ........................................................................ 56
4.2.2 Hasil Analisis Data ................................................................. 65
4.2.3 Pembahasan ............................................................................ 77
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 81
5.2 Implikasi .......................................................................................... 81
5.3 Keterbatasan dan Saran .................................................................... 82
5.3.1 Keterbatasan............................................................................ 82
5.3.2 Saran…… ............................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Laporan Penyaluran Kredit Bank Umum Swasta Nasional Devisa ...................4
Tabel 1. 2 Jadwal Kegiatan Penelitian................................................................................9
Tabel 2. 1 Kriteria Peringkat Komponen CAR .................................................................22
Tabel 2. 2 Kriteria Peringkat Komponen NPL .................................................................25
Tabel 2. 3 Penelitian Terdahulu .......................................................................................28
Tabel 3. 1 Operasional Variabel .......................................................................................37
Tabel 3. 2 Populasi Penelitian ..........................................................................................38
Tabel 3. 3 Sampel.............................................................................................................40
Tabel 3. 4 Daftar Sampel Penelitian .................................................................................41
Tabel 3. 5 Kriteria Uji Durbin-Wattson (Uji DW) ...........................................................46
Tabel 4. 1 Data Penyaluran Kredit Tahun 2013-2017 (%) ...............................................56
Tabel 4. 2 Data Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) (%) Tahun 2013-2017 ............60
Tabel 4. 3 Data Variabel Non Performing Loan (NPL) Tahun 2013-2017.......................63
Tabel 4. 4 Hasil Statistik Deskriptif .................................................................................66
Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (KS) ...........................................68
Tabel 4. 6 Hasil Uji Multikolinearitas ..............................................................................69
Tabel 4. 7 Hasil Uji Glejser .............................................................................................70
Tabel 4. 8 Uji Durbin-Watson ..........................................................................................71
Tabel 4. 9 Uji Cochrane Orcutt........................................................................................72
Tabel 4. 10 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ........................................................73
Tabel 4. 11 Hasil Uji Pasial (Uji T) ..................................................................................74
Tabel 4. 12 Hasil Uji Simultan (Uji F) .............................................................................76
Tabel 4. 13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ....................................................................77

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 33


Gambar 4. 1 Rata-rata Penyaluran Kredit ............................................................. 59
Gambar 4. 2 Rata-rata Capital Adequacy Ratio (CAR) Tahun 2013-2017 .......... 62
Gambar 4. 3 Rata-rata Non Performing Loan (NPL) Tahun 2013-2017 .............. 65

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Kesanggupan Membimbing Skripsi

Lampiran 2 Lampiran Surat Ijin Penelitia

Lampiran 3 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 4 Kartu Bimbingan Skripsi

Lampiran 5 Lampiran Tabel Durbin-Watson, Tabel F dan Tabel T

Lampiran 6 Lampiran Tabulasi Data

Lampiran 7 Lampiran SPSS

Lampiran 8 Hasil Uji Plagiatrism

x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir memberi

pelajaran berharga bahwa inovasi dalam produk, jasa dan aktivitas diperlukan,

terutama untuk perbankan jika tidak diimbangi dengan penerapan manajemen

risiko yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan mendasar pada

bank maupun terhadap sistem keuangan secara keseluruhan.

Indonesia sudah mengalami perkembangan ekonomi yang semakin

membaik. Perkembangan tidak lepas dari peranan bank sebagai lembaga yang

membiayai pembangunan ekonomi yang ada. Keberadaan sektor perbankan

sebagai sub system yang dalam perekonomian disuatu Negara yang memiliki

peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat yang modern sehari-

hari sebagian besar dapat melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal tersebut

dikarenakan sektor perbankan mengemban fungsi utama sebagai perantara

keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan unit-unit ekonomi

yang kekurangan dana.

Bank merupakan lembaga yang menghubungkan antara pihak yang

kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, dan memperlancar arus

pembayaran, serta mencari keuntungan dari usaha yang dijalankannya. Sesuai

dengan pengertian bank yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat.

1
2

Menyalurkan dana, seharusnya bank lebih memfokuskan dengan menyalurkannya

dalam bentuk kredit.

Salah satu aktivitas utama perbankan adalah menyalurkan dana kepada

masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit maupun bentuk lainnya.

Pasal 1 PBI No. 7/2/PBI/2005 menyatakan kredit adalah penyediaan uang atau

yang dapat dipersamakan, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam

untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga

termasuk overdraft, pengambil alihan tagihan dalam rangka kegiatan piutang, dan

pengambil alihan atau pembelian kredit dari pihak lain.

Perusahaan perbankan yang termasuk kedalam Bank Umum yang ada di

Indonesia meliputi Bank Pemerintah (Persero), Bank Umum Swasta Nasional

Devisa, Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa, Bank Pembangunan Daerah,

Bank Campuran dan Bank Asing. Bank yang digunakan dalam penelitian adalah

Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

selama periode 2013-2017. Bank Umum Swasta Nasional Devisa merupakan

bank yang berbadan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya

dimiliki oleh Warga Negara Indonesia atau badan hukum Indonesia yang dalam

kegiatan usahanya dapat melakukan transaksi dalam valuta asing setelah

memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, antara lain adalah menerima

simpanan dan memberikan kredit dalam valuta asing termasuk jasa-jasa keuangan

yang terkait dengan valuta asing.


3

Fenomena yang terjadi pada bank umum swasta nasional devisa

kelemahan yang beroprasi di Indonesia adalah kinerja bank yang buruk dalam

menjaga prinsip kehati-hatian untuk menyalurkan dana kredit. Bank melakukan

konsentrasi kredit pada individu atau perusahaan tertentu sehingga mendorong

tingginya resiko kredit dan berdampak pada penurunan kualitas aktiva produktif

Dikutip dari berita kontan.co.id Otoritas Jasa Keuangan mencatat pangsa

pasar kredit bank swasta terus mengalami penurunan sejak tiga tahun terakhir. Hal

tersebut terlihat dari data statistik perbankan Indonesia OJK pada Desember 2016.

Dari data tersebut terlihat bahwa pangsa pasar bank swasta di kredit sejak 2014,

2015, dan 2016 masing-masing sebesar 18%, 15% dan 9,14% dari total kredit

mikro perbankan. Terakhir, pada Desember 2016, bank swasta mencatatkan

penurunan penyaluran kredit mikro sebesar 30,64% secara tahunan atau year on

year (yoy) menjadi Rp 16,7 triliun. Penurunan lebih tinggi penurunan kredit

mikro bank swasta pada 2015 sebesar 30,64% yoy. Berdasarkan dokumen analyst

meeting kuartal IV 2016 yang baru-baru dipublikasikan, terlihat hampir seluruh

bank swasta tersebut mengalami penurunan pertumbuhan kredit mikro

Pertumbuhan kredit yang melambat tersebut dapat disebabkan oleh faktor

penawaran yaitu tidak mau suatu bank untuk menyalurkan kredit. Penutupan

sejumlah bank saat krisis menjadi pelajaran penting bagi bank-bank yang ada

karena berarti pemerintah bertindak tegas bahkan tidak segan-segan untuk

menutup yang mempunyai kinerja yang buruk. Bank harus lebih berhati-hati

dalam menentukan kebijakan yang diambil terutama dalam kebijakan kredit.

Karena kebijakan kredit merupakan sebuah tempat penyaluran dana terbesar yang
4

dihimpun oleh bank, bahkan bank juga tidak mau menyalurkan kreditnya jika

memang kondisi calon debitur belum diketahui pasti feasibility nya.

Berikut adalah data laporan keuangan bank umum swasta nasional devisa

yang mengalami penurunan :

Tabel 1. 1
Laporan Penyaluran Kredit Bank Umum Swasta Nasional Devisa

Periode Tahun 2013 – 2017

(dalam jutaan rupiah)


PENYALURAN KREDIT BANK SWASTA NASIONAL DEVISA PERIODE TAHUN
2013-2017
Kode
NO Emiten 2013 2014 2015 2016 2017
1 AGRO 3.589 4.696 6.004 8.179 10.981
2 BABP 5.378 6.128 7.047 7.941 6.783
3 BVIC 11.057 12.245 12.824 14.260 15.576
4 INPC 15,352 17.081 17.112 17.744 18.067
5 NOBU 1.234 2.329 3.466 3.976 4.864
631.208 877.366 1.068.335 996.142 938.081
6 NAGA
7 DNAR 49.127 85.658 113.682 132.335 138.335
8 BINA 1.051 1.249 1.454 1.356 1.429
9 BBCA 306.203 339.306 377.669 400.521 450.696
10 BCIC 11.131 7.844 9.367 10.698 11.281
103.441.321 106.751.141 99.063.402 91.609.918 93.973.723

11 BDMN
12 BGTB 1.258 1.210 1.233 2.411 2.884
13 BMAS 2.952 3.133 4.038 4.183 4.522
14 BNBA 2.821 3.528 4.293 4.458 4.483
15 BNGA 149.691 169.38 170.732 173.587 181.405
16 BNII 95.469 98.03 104.201 109.988 113.813
150.169.207 157.876.854 157.713.808 126.310.792 113.684.814
17 BNLI
2.547.310 3.129.866 3.401.455 2.191.947 2.101.749
18 BSWD
19 BSIM 10.909 14.223 17.372 19.181 28.147
5

20 BBYB 1.395 2.006 2.463 3.266 3.913


21 ICBC 21.427 23.881 30.169 33.031 35.068
22 MAYA 17.568 25.942 34.099 46.674 55.348
29.779.302 33.207.612 32.458.301 27.777.130 34.748.506
23 MEGA
24 PNBN 103.071 111.944 117.743 125.049 128.651
25 MCOR 5.483 6.908 7.260 8.229 10.109
26 SDRA 4.921 11.468 13.958 16.441 18.808
1.208.134 1.504.834 1.454.447 1.379.142 1.717.956
27 BBHI
7.066.300 6.711.198 6.477.702 5.313.628 5.844.251
28 BBNP
29 BKSW 8.206 15.106 20.83 18.287 18.340
427.041 545.471 466.162 461.431 466.048
30 ARTO
31 BACA 3.734 4.729 6.039 6.633 7.108
32 SBID 1.889 1.895 2.027 1.834 1.996
33 BBKP 47.663 54.343 64.863 68.340 70.479
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2013 - 2017 / (www.idx.co.id)

Berdasarkan data perusahaan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian

bank swasta nasional devisa terjadi penurunan dalam melakukan penyaluran

kredit kepada masyarakat. Menurunnya penyaluran kredit dapat disebebkan

kualitas kredit yang kurang baik, rendahnya simpanan yang dilakukan masyarakat

dan sering terjadinya kredit macet sehingga bank lebih hati-hati dalam melakukan

penyaluran kredit. Kredit sendiri menjadi salah satu cara masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan hidup mereka dan menjadi tugas bank dalam melayani

kebutuhan masyarakat. Sehingga penyaluran kredit dapat mengalami penurunan

dengan CAR yang rendah dan NPL yang tinggi

Capital Adequacy Ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk

mengukur atau menilai kemampuan bank dalam mempertahankan modal dengan

perbandingan antara ATMR. CAR juga dapat memiliki pengaruh pada penyaluran
6

kredit yang dilakukan oleh perbankan, karena semakin tinggi tingkat CAR maka

akan semakin besar pula sumber daya financial yang digunakan untuk

mengantisipasi munculnya kerugian yang disebabkan oleh penyaluran kredit.

Non Performing Loan merupakan kredit yang mengandung resiko

disebebkan oleh kegagalan satu atau beberapa pihak dalam penyelesaian

kewajibanya terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokok nya

atau pembayaran bunga bank yang menjadi beban debitur yang bersangkutan.

Semakin besar rasio NPL maka resiko dan kinerja aktivitas kreditnya semakin

buruk.

Berdasarkan hasil penelitian dari (Dwi Fajar Febrianto & Dul Muid, 2013)

membuktikan bahwa NPL, CAR, ROA, dan BOPO tidak berpengaruh signifikan

terhadap jumlah penyaluran kredit perbankan.berdasarkan hasil penelitian

(Nathasa Sekar Primasari & M. Kholiq Mahfud, 2015) Variabel CAR memiliki

pengaruh yang negative dan signifikan terhadap kredit perbankan, sedangkan

variabel NPL memiliki pengaruh yang negative tetapi tidak signifikan

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan memilih judul : “PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR)

DAN NON PERFORMING LOAN (NPL) TERHADAP PENYALURAN

KREDIT (PADA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE TAHUN

2013-2017”
7

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap

penyaluran kredit Bank Umum Swasta Nasional Devisa ?

2. Bagaimana pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap

penyaluran kredit Bank Umum Swasta Nasional Devisa ?

3. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non

Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit pada Bank Umum

Swasta Nasional Devisa ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Jika dilihat dari rumusan masalah yang ditulis sebelumnya, tujuan

penyusunan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh Capital

Adequacy Ratio (CAR) terhadap penyaluran kredit

2. Untuk mengetahui dan mengaalisis bagaimana pengaruh Non

Performing Loan (NPL) terhadap penyaluran kredit

3. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh Capital

Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap

penyaluran kredit.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian diharapkan dapat

bermanfaat bagi :
8

a. Perusahaan perbankan

Manfaat penelitian diharapkan dapat dipergunakan pihak perbankan

sebagai bahan evaluasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan yang berkenaan dengan perannya bank sebagai lembaga

intermediasi dengan menjalankan nya secara efektif dan efisisen demi

memajukan profitabilitas perbankan itu sendiri.

b. Peneliti

Penelitian dapat digunakan penulis sebagai media untuk

mengaplikasikan teori yang didapat dibangku perkuliahan terhadap

kenyataan sebenarnya yang terjadi di industri perbankan dan menguji

seberapa besar pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Non Performing

Loan terhadap penyaluran kredit.

1.4 Objek dan Jadwal Penelitian

1.4.1 Objek Penelitian

Penelitian dilakukan pada Bank Umum Swasta Devisa yang tercatat di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013 sampai dengan 2017. Data diperoleh

dari laporan keuangan bank yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia yang

dapat diakses melalui www.idx.co.id.

1.4.2 Jadwal Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juni

2019. Berikut disajikan tabel yang menunjukan jadwal penelitian.


9

Tabel 1. 2
Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pendaftaran
Judul
Verifikasi
Judul

Pembekalan
Skripsi

Penyusunan
proposal

Pendaftaran
Proposal
Seminar
Proposal

BAB I. II & III

Pengumpulan
dan pengolahan
data

Bimbingan BAB
IV dan V

Penyelesaian
dan ACC skripsi

Sidang Skripsi
Revisi
Skripsi
Sumber : Fakultas Ekonomi Unswagati Cirebon Tahun 2018-2019
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Manajemen Keuangan

2.1.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Fahmi (2016:1) mendefinisikan bahwa:

“Manajemen keuangan merupakan penggabungan dari ilmu seni


yang membahas, mengkaji dan menganalisis tentang bagaimana
seorang manajer keuangan dengan mempergunakan seluruh sumber
daya perusahaan untuk mencari dana, mengelola dana, dan membagi
dana dengan tujuan mampu memberikan profit atau kemakmuran
bagi para pemegang saham dan suistainbility (keberlanjutan) usaha
bagi perusahaan”.

Wiratna Sujarweni (2017:9) mendefinisikan bahwa:

“Manajemen Keuangan adalah suatu aktivitas yang dilakukan


dengan usaha-usaha untuk memperoleh dana dengan biaya-biaya
yang diatur seminimal mungkin dan mengelola dana tersebut secara
efektif untuk mencapai tujuan perusahaan”.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas yang telah diuraikan, maka yang

dapat dikaji peneliti terhadap pemahaman manajemen keuangan adalah suatu

kegiatan perusahaan ataupun organisasi yang berkaitan dengan cara untuk

memperoleh pendanaan, menggunakan dana tersebut dengan efektif serta

mengelola aset yang dimiliki untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan

10
11

2.1.2 Laporan Keuangan

2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan


Syafri Harahap (2015:105) menyatakan bahwa, “laporan keuangan
menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada
saat tertentu atau jangka waktu tertentu”.

Munawir (2014:5) mendefinisikan bahwa:

“Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari Neraca dan


Perhitungan Rugi Laba serta laporan perubahan modal, dimana
Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan
modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan
perhitungan (laporan) Rugi Laba memperlihatkan hasil-hasil yang
telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode
tertentu, dal laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan
penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal
perusahaan”.
Pengertian yang sederhana, “laporan keuangan adalah laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu

perioede tertentu” (Kasmir, 2017:7)

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan diatas, maka yang

dapat dikaji peneliti terhadap pamahaman laporan keuangan adalah suatu bentuk

informasi untuk pihak yang berkepentingan yang terdiri dari neraca dan

perhitungan laba-rugi serta menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat

ini atau dalam suatu periode tertentu. Adanya laporan keuangan maka akan

memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui suatu

informasi.
12

2.1.2.2 Jenis-Jenis laporan Keuangan

Kasmir (2014:284) laporan keuangan bank terdiri dari :

1. Neraca, adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada

periode tertentu. Posisi keuangan yang dimaksud adalah jumlah aktiva

(harta), kewajiban (utang) dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan

pada saat tertentu.

2. Laporan Komitmen dan Kontingensi, dalam laporan berisikan suatu

kontrak berupa janji yang tidak bisa dibatalkan secara sepihak, serta

harus dilaksanakan apabila persyaratan yang sudah disepakati

sebelunya secara bersama telah dipenuhi. Contoh laporan komitmen

adalah komitmen kredit, komitmen penjualan atau pembelian aktiva

bank dengan syarat Repurchase Agreement, sedangkan laporan

kontingensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang

memungkinkan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak

terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang.

3. Laporan laba-rugi, Berisikan data-data yang menunjukkan hasil

kegiatan usaha bank dalam satu periode tertentu.

4. Laporan catatan atas laporan keuangan, merupakan laporan yang

dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan, agar

pengguna laporan keuangan dapat memahami dengan jelas data yang

disajikan.

5. Laporan arus kas, digunakan untuk melihat arus kas yang masuk dan

arus kas yang keluar disuatu perusahaan.


13

6. Laporan keuangan gabungan atau konsolidasi, kedua laporan

merupakan laporan yang digabungkan yang sama-sama berasal dari

cabang atau anak perusahaannya.

2.1.3 Bank

2.1.3.1 Definisi Bank

Bank merupakan mitra dalam rangka memenuhi semua kebutuhan

keuangan mereka. Bank dijadikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai

transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti, tempat pengamanan uang,

melakukan investasi, pengiriman uang, melakukan pembayaran atau melakukan

penagihan.

Menurut (Kasmir, 2012 : 24) menyatakan bahwa:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat


dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak”.
Menurut (Darmawi, 2012 : 27) menyatakan bahwa:

“Bank yaitu perusahaan yang menghimpun uang dari masyarakat


dan memberikan kredit kepada masyarakat. Orang awam
mengatakan bahwa bank itu berdagangan uang dengan utang. Oleh
karena itu, tugas manajer bank utama adalah mempelajari dan
menghimpun data dengan sumber-sumber hutang dan melakukan
berbagai upaya agar sumber-sumber itu dapat ditarik kedalam
bank”.
Kemudian menurut UU No.10 tahun 1998 menyatakan bahwa :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
14

Bedasarkan pengertian diatas Bank merupakan Lembaga Keuangan yang

berwenang untuk menghimpun dana dari nasabah yang memiliki kelebihan dana

dan menyalurkan dana tersebut kepada nasabah yang membutuhkan dana tersebut

2.1.3.2 Jenis-Jenis Bank

Adapun jenis bank berdasarkan kepemilikan bank yang diatur dalam

Undang-Undang Pokok Perbankan No.10 Tahun 1998 yakni :

A. Jenis bank berdasarkan fungsinya

1. Bank Sentral

Bank Sentral ialah bank yang dipegang dan diatur oleh pemerintahan

negara yang memegang otoriter dengan tujuan menjaga nilai mata

uang dalam negeri. Menurut Undang-Undang (UU) No.3 Tahun 2004

“bank sentral yaitu lembaga Negara yang mempunyai wewenang

untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu Negara,

merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter. Mengatur dan

menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengawasi perbankan serta

menjalani fungsi sebagai lender of the last resort”. Di Indonesia yang

dimaksud dengan bank sentral adalah Bank Indonesia.

2. Bank Umum

Pengertian Bank Umum menurut peraturan perbankan di Indonesia

No. 9/7/PBI/2007 yaitu “bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan bank umum


15

bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan

yang ada. Bank Umum sering disebut juga bank komersial”

3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat adalah yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan prinsip dalam kegiatan tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh

lebih sempit dibandingkan dengan kegiatan umum.

B. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya

Apabila ditinjau dari segi kepemilikannya, jenis bank terdiri atas bank milik

pemerintah, bank milik swasta nasional, dan bank milik swasta asing

1. Bank Milik Pemerintah

Bank pemerintah yaitu bank dimana baik akta pendirian maupun

modal dimiliki oleh pemerintah pula.

2. Bank Milik Swasta Nasional

Bank swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar

modal nya dimiliki oleh pihak swasta nasional serta akta pendiriannya

didirikan oleh pihak swasta, begitu pula pembagian keuntungannya

juga dipertunjukan untuk swasta pula.

3. Bank Milik Asing

Bank jenis merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik

milik swasta asing maupun pemierintah asing.


16

2.1.3.3 Fungsi Bank

Fungsi bank secara umum yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya kembali kepada masyarakat atau disebut financial intermediary,

namun secara spesifik bank dapat berfungsi sebagai:

1. Agent of Trust

Dalam fungsinya akan membangun kepercayaan antara kedua belah

pihak baik dari pihak penyimpan dana maupun dari pihak bank dan

kepercayaan akan berlanjut kepada debitur.

2. Agent of Development

Dalam fungsi bank sangat diperlukan untuk menjalankan dan

mengoprasikan dana yang digunakan dalam membangun

perekonomian baik yang berupa menghimpun dan menyalurkan dana

untuk kelancaran perekonomian.

3. Agent of Service

Selain untuk menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga

memberikan penawaran jasa perbankan lainnya kepada masyarakat

2.1.4 Kredit

Kredit sendiri berasal dari kata Yunani Credere yang berarti kepercayaan,

atau berasal dari Bahasa Latin Creditum yang berarti kepercayaan akan

kebenaran. Pengertian tersebut kemudian disahkan oleh pemerintah dengan

mengeluarkannya Undang-Undang Pokok Perbankan No. 14 tahun 1967 bab 1

pasal 1 dan 2 yang merumuskan tentang pengertian kredit sebagai berikut:


17

“Kredit adalah penyediaan uang atau yang disamakan dengan itu


berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan lain
pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan”.
Pengertian kredit menurut (Kasmir, 2014 : 85) yaitu :

“Kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang


nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk
pembelian keperluan pribadi atau keperluan perusahaan. Kemudian
adanya kesepakan antara bank (kreditor), dengan nasabah penerima
kredit (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian
yang telah dibuatnya”.

Beberapa pengertian diatas peneliti mengkaji bahwa kredit pada umumnya

merupakan bentuk usaha dengan cara meminjam uang atau barang dengan cara

pengembaliannya tidak sekaligus dibayarkan akan tetapi dicicil sesuai dengan

kesepakatan antara si pemberi kredit (bank atau debitur) dengan si penerima kredit

(nasabah atau masyarakat).

Sedangkan kegiatan kredit yang dilakukan oleh bank merupakan kegiatan

yang untuk mencari sebuah keuntungan bagi si pemberi kredit (bank) dengan

mendapatkan bunga dari si penerima kredit dan si penerima kredit sendiri dapat

menggunakan pinjam uang tersebut untuk modal usahanya.

2.1.4.1 Unsur Kredit

Menjelaskan bahwa kredit memiliki beberapa unsur yang perlu

diperhatikan. Unsur-unsur kredit tersebut menurut (Kasmir, 2014:85) adalah

sebagai berikut:

1. Kepercayaan, yang melandasi pemberian kredit dari pihak kreditur

kepada debitur, setelah jangka waktu tertentu debitur akan


18

mengembalikan sesuai dengan kesepakatan yang sudah diisetujui

kedua belah pihak.

2. Kesepakatan, yang memiliki unsur percaya dalam kredit juga

mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kedit dengan si

penerima kredit

3. Risiko, yeng menyatakan adanya risiko yang mungkin timbul

sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya.

4. Jangka waktu, jangka waktu mencangkup masa pengembalian kredit

yang telah disepakati

5. Balas jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu kreidt atau

jasa tersebut yang dikenal dengan nama bunga.

2.1.4.2 Kulitas Kredit

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.7/3/DPN tanggal 31 januari

2005 “kepada semua Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional di Indonesia perihal penilaian kualitas aktiva bank umum, maka

kualitas kredit digolongkan menjadi lancar, dalam perhatian khusus, kurang

lancar, diragukan dan macet menurut kinerja, prospek usaha, kinerja debitur dan

kemampuan membayar”. Kualitas kredit ketentuan secara lebih jelasnya adalah

sebagai berikut menurut (Rivai, 2012 : 211):

1. Lancar

2. Dalam perhatian khusus

3. Kurang lancar

4. Diragukan
19

5. Macet

2.1.5 Rasio Keuangan Bank

Surat Edaran (SE) Bank Indonesia No/13/24/DPNP tanggal 25 Oktober

2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penilaian terhadap

faktor-faktor RGEC yang terdiri dari:

1. Risk Profile (Profil Risiko)

Penilaian faktor risk profile dilakukan terhadap risiko inheren dan kualitas

penerapan manajemen risiko dalam kegiatan operasional bank terhadap delapan

risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko

hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Dalam penelitiannya,

peneliti mengukur faktor risk profile dengan menggunakan dua indikator yaitu

faktor risiko kredit dengan menggunakan rumus Non Performing Loan (NPL) dan

risiko likuiditas dengan rumus Loan to Deposit Ratio (LDR).

 Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dalam memenuhi

kewajibannya kepada pihak bank. Risiko kredit pada umumnya terdapat

pada seluruh aktivitas bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak

lawan (counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja peminjam peminjam

dana (borrower).

 Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat dari ketidak mampuan bank untuk

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas,

dan atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
20

mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Risiko ini disebut juga

risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).

2. Penilaian Good Corporate Governance (GCG)

Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen

Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.

3. Penilaian Rentabilitas (Earnings)

Penilaian faktor rentabilitas dapat meliputi evaluasi terhadap kinerja, seperti

sumber-sumber, kesinambung (sustainability), dan manajemen rentabilitas.

Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend, struktur, stabilitas

rentabilitas bank dan perbandingan kinerja bank dengan kinerja peer group¸ baik

melalui analisis aspek kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian terhadap faktor

earnings didasarkan pada tiga rasionya itu Return On Assets (ROA), Net Interest

Margin (NIM), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).

4. Penilaian Permodalan (Capital)

Penilaian faktor permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan

permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan. Dalam melakukan

perhitungan permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia

yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi bank

umum. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan permodalan, bank juga

harus mengaitkan kecukupan modal dengan profil risiko bank. Semakin tinggi

risiko bank, maka semakin besar modal yang harus disediakan untuk

mengantisipasi risiko tersebut. Rasio kecukupan modal dengan menghitung rasio

Capital Adequacy Ratio (CAR).


21

2.1.6 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Menurut (Darmawi, 2012:27) menyatakan bahwa “Capital Adequacy Ratio

(CAR) merupakan perbandingan antara modal dengan aktiva tertimbang

menurut resiko (ATMR)”

Menurut (Frianto Pandia, 2013:31) menatakan bahwa “CAR adalah faktor

yang paling penting dalam rangka pengembangan usaha dan menampung

resiko kerugiannya”

Menurut (Lukman Dendawijaya, 2009:121) menyatakan bahwa :

“CAR adalah rasio memperlihatkan tentang seberapa jauh seluruh


aktiva perbankan yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat
berharga) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping
memperoleh dana-dana dari sumber luar bank, seperti dana-dana
masyarakat, pinjaman dan lain-lain”

Beberapa pengertian diatas, peneliti dapat mengkaji bahwa Capital

Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan oleh suatu bank dalam

membandingkan antara modal sendiri dengan aktiva yang mengandung resiko

(ATMR) dalam mengukur tingkat kesehatan bank. CAR pada prinsipnya bahwa

setiap penanaman dalam bentuk kredit yang mengandung beberapa resiko maka

harus disediakan modal yang disesuaikan dengan presentase tertentu sesuai

jumlah penanamannya tersebut.

Perhitungan yang dapat digunakan untuk mengetahui rasio CAR adalah

sebagai berikut:
22

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14

Desember 2001

2.1.6.1 Kriteria Peringkat Komponen CAR


Kriteria penilaian berdasarkan peringkat komponen CAR dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2. 1
Kriteria Peringkat Komponen CAR

Peringkat Keterangan Kriteria


1 Sangat Sehat CAR > 12
2 Sehat 9% ≤ CAR < 12%
3 Cukup Sehat 8% ≤ CAR < 9%
4 Kurang Sehat 6% ≤ CAR < 8%
5 Tidak Sehat CAR ≤ 6%
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tanggal 25

Oktober 2011

Membuktikan bahwa CAR juga dapat memiliki pengaruh pada penyaluran

kredit yang dilakukan oleh perbankan, karena semakin tinggi tingkat CAR maka

akan semakin besar pula sumber daya financial yang digunakan untuk

mengantisipasi munculnya kerugian yang disebabkan oleh penyaluran kredit.

Dengan kata lain, CAR sendiri memiliki dampak psikologis yaitu peningkatan

kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan kredit.

2.1.7 Non Performing Loan (NPL)

Kredit bermasalah menurut (Darmawi, 2012:204) ialah

“Kerugian sehubungan dengan pihak peminjam yang tidak dapat


dan atau tidak mau memenuhi kewajibanya untuk membayar
kembali nada yang dipinjamkannya secara penuh pada saat jatuh
tempo atau sesudahnya”.
23

Menurut (Rivai, 2012:237) adalah

“Kredit yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau


memenuhi target yang diinginkan dan mengalami kesulitan didalam
penyelesaian kewajiban-kewajibannya terhadap bank, baik dalam
bentuk pembayaran kembali pokoknya atau pembayaran bunga
bank yang menjadi beban nasabah debitur yang bersangkutan”.
Menurut Bank Indonesia adalah

“Risiko yang disebabkan oleh kegagalan satu atau beberapa pihak


yang memiliki kewajiban membayar kepada Bank Indonesia sesuai
dengan kesepakatan, perjanjian, atau kontrak, namun tidak
termasuk kewajiban membayar karena pemenuhan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.8/30/DPBPR/2006 yang

dimaksud Non Performing Loan adalah :

“Perbandingan antara kredit (kualitas kurang lancar, diragukan dan


macet) dengan jumlah kredit yang diberikan. Kategori kualitas
kredit terdiri dari: kategori lancer, kategori kurang lancar, kategori
diragukan dan kategori macet”
Dari beberapa pengertian diatas peneliti mengkaji bahwa Non Performing

Loan atau Kredit macet sendiri adalah kredit yang sudah jatuh tempo tetapi tidak

dapat melunasi oleh debitur sebagaimana mestinya sesuai dengan perjanjian yang

telah dilakukan sebelumnya.

Pembayaran kredit oleh debitur merupakan suatu keharusan agar kegiatan

oprasional bank dapat berjalan dengan lancar, jika pada suatu bank banyak terjadi

penunggakan pembayaran kredit oleh debitur maka bank akan tidak bisa

mendapatkan kembali modalnya yang telah dikeluarkan, sehingga dapat

mempengaruhi tingkat kesehatan bank dan dapat berefek pada penurunan tingkat

kepercayaan masyarakat.
24

2.1.7.1 Penyebab NPL


Non Performing Loan (NPL) menurut (Rivai, 2012:238) berawal dari

tahap perencanaan analisis, dan tahap pengawasan. Adapun beberapa hal yang

menjadi penyebab timbulnya kredit bermasalah adalah sebagai berikut:

1. Karena kesalahan bank

a. Kurang pengecekan terhadap latar belakang nasabah.

b. Kurang tajam menganalisis terhadap maksud dan tujuan

penggunaan kredit dan sumber pembayaran kembali.

c. Kurang pemahaman terhadap kebutuhan keuangan yang

sebenarnya dari calon nasabah dan manfaat kredit yang

diberikan.

2. Karena kesalahan nasabah

a. Nasabah kurang kompeten

b. Nasabah tidak atau kurang pengalaman

c. Nasabah kurang memberikan waktu untuk usahanya

d. Nasabah tidak jujur

e. Nasabah serakah

3. Faktor eksternal

a. Kondisi perekonomian

b. Perubahan-perubahan peraturan

c. Bencana alam
25

Perhitungan yang dapat digunakan untuk mengetahui rasio NPL adalah

sebagai berikut:

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14


Desember 2001

2.1.7.2 Kriteria Peringkat Komponen NPL

Kriteria penilaian berdasarkan peringkat komponen NPL dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 2. 2
Kriteria Peringkat Komponen NPL

Peringkat Keterangan Kriteria


1 Sangat Sehat NPL < 2%
2 Sehat 2% ≤ NPL < 5%
3 Cukup Sehat 5% ≤ NPL < 8%
4 Kurang Sehat 8% ≤ NPL < 12%
5 Tidak Sehat NPL ≥ 12%
Sumber: SE BI No. 13/1/PBI/2011

Berdasarkan perhitungan untuk mencari rasio NPL maka menghasilkan

nilai rasio yang mana nilai tersebut dapat mencerminkan bahwa kondisi yang

sedang dialami oleh perbankan mengenai permasalahan kredit. Berikatan dengan

hal tersebut Bank Indonesia menetapkan rasio wajar atas NPL yakni 5% dari total

portofolio kreditnya. Dalam hal tersebut bank yang memiliki rasio NPL dibawah

5% masih dianggap wajar aktivitas kreditnya.

Semakin besar rasio NPL maka risiko atas kredit macet suatu bank akan

semakin besar dan kinerja aktivitas kreditnya semakin. Sedangkan semakin besar
26

rasio persentasi dari sebuah NPL bisa dipastikan bahwa kinerja bank dan dampak

negatif yang ditimbulkannya semakin banyak

2.1.8 Penyaluran Kredit


Menurut UU Perbankan Pasal 8 Ayat (1) yang dimaksud dengan penyaluran

kredit adalah

“Dalam memberikan kredit, bank wajib mempunyai keyakinan


berdasarkan analisi yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta
kesanggupan nasabah untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang
sudah diperjanjikan”

Menurut UU Perbankan Pasal 29 Ayat (3) yang dimaksud dengan

penyaluran kredit adalah “Dalam memberikan kredit bank, bank wajib

menempuh cara-cara yang tidak merugian bank dan kepentingan nasabah

yang mempercayakan dananya kepada bank”

Dari beberapa pengertian diatas peneliti mengkaji bahwa Penyaluran Kredit

adalah suatu kegiatan dimana sebuah bank akan melakukan tugasnya dengan

menyalurkan kredit dari bank kepada nasabah (debitur) dan nasabah (debitur)

wajib untuk mengembalikan pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktu yang

telah diperjanjikan dan disepakati oleh kedua pihak baik pihak bank maupun

pihak nasabah (debitur).

Keputusan pemberian kredit layak dikabulkannya suatu permohonan kredit

harus melalui beberapa proses. Suatu permohonan kredit layak dikabulkan kredit

jika nasabah nasabah memenuhi syarat-syarat yang sudah ditetapkan pihak bank

seperti kelengkapan yang dilampirkan yaitu prinsip-prinsip pemberian kredit.


27

2.1.8.1 Prinsip Penyaluran Kredit

Pemberian kredit diperlukan prinsip-prinsip supaya kredit yang diberikan

tepat sasaran dan pengembalian kredit tersebut agar tepat waktunya. Menurut

(Kasmir, 2014:94) ada beberapa prinsip-prinsip pemberian kredit yang sering

dilakukan yaitu dengan analisis 5C dan 7P yaitu sebagai berikut:

1. Character ialah dimana watak atau sifat dari nasabah, baik dalam

kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha.

2. Capital ialah jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh

calon nasabah sebelum memberikan sebuat kredit.

3. Capacity ialah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam

menjalankan usahanya untuk memperoleh laba atau pendapatan yang

diharapkan.

4. Collateral sendiri ialah dimana barang-barang yang diserahkan

nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya.

5. Conditions of Economy Conditions of Economy, yaitu situasi dan

kondisi politik, social, ekonomi, budaya yang dapat memengaruhi

keadaan perekonomian pada suatu saat yang kemungkinannya

memengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur

Perhitungan yang dapat digunakan untuk mengetahui Penyaluran Kredit


adalah sebagai berikut:

Jumlah kredit yang disalurkan = Ln (Jumlah


Kredit yang disalurkan)
28

Semakin menurun penyaluran kredit maka akan menurunnya kinerja bank

tetapi jika semakin naik penyaluran kreditnya maka bisa dipastikan bahwa bank

sudah menjalankan kreditnya dengan baik yang membuat kinerja bank semakin

membaik

2.1.9 Peneliti Terdahulu

Penelitiaan dilakukan tidak lepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu

yang menjadi salah satu acuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tabel

menyajikan hasil penelitian terdahulu dari beberapa jurnal terkait dengan

penelitian yang dilakukan.

Tabel 2. 3
Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian

1 (Dwi Fajar ANALISIS Variabel


Bahwa variabel
Febrianto, PENGARUH DANA Dependen:
dana pihak ketiga
2013) PIHAK KETIGA, Penyaluran
dan LDR
LDR, NPL, CAR, kredit berpengaruh positif
ROA, DAN BOPO signifikan terhadap
TERHADAP Variabel jumlah penyaluran
JUMLAH Independen: kredit perbankan.
PENYALURAN DPK, LDR, Sedangkan untuk
KREDIT (Studi pada NPL, CAR, variabel NPL,
Bank Umum yang ROA, BOPO CAR, ROA, dan
Terdaftar di Bursa BOPO tidak
Efek Indonesia berpengaruh
Periode Tahun 2009- signifikan terhadap
2012) jumlah penyaluran
kredit perbankan
2 (Primasari PENGARUH Variabel Bahwa variabel
& CAPITAL Dependen: CAR dan ROA
Mahfud, ADEQUACY RATIO Penyaluran memiliki pengaruh
2015) (CAR), RETURN ON kredit yang negatif dan
ASSETS (ROA), signifikan terhadap
29

DANA PIHAK Variabel kredit perbankan,


KETIGA (DPK), Independen: variabel DPK dan
NON PERFORMING CAR, ROA. NIM memiliki
LOAN (NPL) DAN DPK, NPL, pengaruh yang
NET INTEREST NIM positif dan
MARGIN (NIM) signifikan
TERHADAP sedangkan variabel
PENYALURAN NPL memiliki
KREDIT pengaruh yang
PERBANKAN (Studi negative tetapi
Pada Bank Umum tidak signifikan.
yang terdaftar di BEI
periode 2009-2013)
3 (Pujiati, PENGARUH NON Variabel Non Performing
Ancela, PERFORMING Dependen : Loan (NPL) dan
Susanti, & LOAN, DAN DANA Penyaluran Capital Adequacy
Mujiyani, PIHAK KETIGA kredit Ratio (CAR) tidak
2013) TERHADAP berpengaruh
PENYALURAN VAriabel terhadap
KREDIT PADA PT. Independen : penyaluran kredit
BANK CENTRAL NPL, CAR, pada Bank BCA,
ASIA, Tbk DPK Tbk..
4 (Prihartini PENGARUH CAR, Variabel Pengaruh langsung
& Dana, NPL, DAN ROA Dependen : CAR terhadap
2018) TERHADAP Penyaluran penyaluran
PENYALURAN Kredit penyaluran KUR
KREDIT USAHA yaitu berpengaruh
RAKYAT (Studi Variabel positif dan
Kasus pada PT Bank Independen : signifikan. Ini
Rakyat Indonesia CAR, NPL berarti kecukupan
Tbk) dan ROA modal yang tinggi
dan memadai akan
meningkatkan
volume kredit
UMKM yang
tercermin pada
KUR. Pengaruh
langsung NPL
terhadap
penyaluran
penyaluran KUR
yaitu berpengaruh
negatif dan
signifikan. Ini
berarti tingginya
kredit bermasalah
30

akan menurunkan
jumlah kredit yang
disalurkan.
Sumber : Universitas Diponogoro (2013), Universitas Diponogoro (2015),
Universitas Gunadarma (2013), E-jurnal Unud (2018)

2.2 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.2.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan suatu perumusan peneliti yang

dihubungkan ke dalam bentuk variabel-variabel yang akan diteliti. Hipotesis

merupakan suatu penjelasan sementara mengenai perilaku, fenomena atau

keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi yang merupakan pernyataan

penelitian tentang hubungan variabel dalam penelitian serta merupakan

pernyataan paling spesifik.

2.2.2 Pengaruh CAR terhadap Penyaluran Kredit

Modal yaitu salah satu bagian terpenting yang harus dimiliki oleh setiap

perusahaan atau perbankan. Tanpa modal (yang berbentuk uang), sebuah

perusahaan tetap dapat berjalan, namun aktivitasnya akan sangat terbatas. Tetapi

modal memiliki permasalahan bagi perusahaan, karena perusahaan juga akan

dihadapkan dengan risiko yang kemungkinan akan terjadi.

Capital Adequacy Ratio (CAR) atau Kecukupan Modal yaitu rasio yang

memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko

(kredit, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal

sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank,

seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain- lain. Semakin tinggi CAR

maka semakin besar juga sumber daya finansial yang dapat dipergunakan untuk
31

keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi kerugian yang

diakibatkan penyaluran kredit.

H1 : Capital Adequacy Ratio (X1) berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran

Kredit (Y)

2.2.3 Pengaruh NPL terhadap Penyaluran Kredit

Kredit bermasalah (Non Performing loan) adalah suatu keadaan dimana

nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya

kepada bank seperti yang telah diperjanjikannya. Kewajiban tersebut terjadi

karena adanya perjanjian antara dari pihak nasabah (kreditur) dengan pihak bank

yang sudah disepakati bersama.

Rasio Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio untuk mengukur

kemampuan bank untuk mengelola kredit bermasalah yang diberikan pihak bank

kepada nasabah. Jika semakin besar rasio NPL maka risiko atas kredit macet suatu

bank akan semakin besar dan kinerja aktivitas kreditnya semakin buruk, jika

semakin tinggi rasio NPL pada sebuah bank bisa dipastikan bahwa ada yang salah

terhadap fungsi kinerja bank tersebut, dampak negatif yang ditimbulkan pun

semakin banyak.

H2 : Non Performing Loan (X2) berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran

Kredit (Y)
32

2.2.4 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan

(NPL) Terhadap Penyaluran Kredit

Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu rasio yang memperlihatkan seberapa

jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana modal

sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank,

seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Semakin tinggi CAR

maka semakin besar juga sumber daya finansial yang dapat dipergunakan untuk

keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi kerugian yang

diakibatkan penyaluran kredit.

Non Performing Loan merupakan kredit yang mengandung resiko oleh

kegagalan satu atau beberapa pihak dalam penyelesaian kewajibanya terhadap

bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokok nya atau pembayaran bunga

bank yang menjadi beban debitur yang bersangkutan. Semakin besar rasio NPL

maka resiko suatu bank akan semakin besar sehingga pengembalian kredit akan

menghambat kinerja bank

Hubungan anatara Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan yaitu

apabila tingkat rasio yang dihasilkan capital adequacy ratio tinggi karena sumber

daya finansial yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengembangan usaha

dan mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan penyaluran kredit.

Sedangkan non performing loan semakin besar maka rasio NPL risiko atas kredit

macet suatu bank akan semakin besar dan kinerja aktivitas kreditnya menjadi

buruk
33

H3 : Capital Adequacy Ratio (X1) dan Non Performing Loan (X2) berpengaruh

signifikan terhadap Penyaluran Kredit (Y)

Berdasarkan penjelasan tersebut, gambar kerangka pemikiran dalam

penelitian ini adalah:


CAR

(X1) H1

Penyaluran Kredit

(Y)
NPL

(X2)
H2

H3

Gambar 2. 1
Kerangka Pemikiran
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2016:24). Dalam penelitian

menggunakan metode asosiatif dengan bentuk hubungan sebab akibat (kuasal).

Menurut (Sugiyono, 2017:37) menyatakan bahwa : "Yang menyatakan

hubungan antara dua variabel atau lebih, dan hubungan yang bersifat sebab

akibat”.

Jenis penelitian ada 2 yaitu jenis data kualitatif dan kuantitatif, Jenis data

yang digunakan dalam penelitian menggunakan jenis penelitian kuantitatif,

penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh langsung dari Bursa Efek

Indonesia (BEI).

Menurut Sugiyono (2017:8) menyatakan bahwa:

“Metode Kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat, positivisme, digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

Data penelitian yang digunakan oleh penulis adalah data kuantitatif.

Variable independent dalam penelitian tersebut adalah Capital Adequacy Ratio

34
35

(CAR) dan Non Performing Loan (NPL), sedangkan variabel dependent dalam

penelitian ini adalah penyaluran kredit. Penelitian dilakukan untuk mengetahui

pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL)

terhadap pertumbuhan kredit.

Penelitian menggunakan alat bantu (softwhere) yang digunakan berupa

SPSS statistics versi 23 guna membantu dalam penyelesaian skripsi. Alasan

peneliti menggunakan SPSS dalam menganalisa statistik penelitian ini adalah

karena SPSS merupakan sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan

analisis statistic cukup tinggi serta system manajemen data pada lingkungan

grafis dengan menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog yang

sederhana sehingga mudah untuk dipahami cara pengoperasiannya.

3.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2017:58) menyatakan bahwa:

“Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang mempunyai bentuk


dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga dapat diperoleh
informasi tentang hal tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.”
Operasional variabel merupakan cara untuk mengukur konsep, dimana

terdapat variabel-variabel yang bisa mempengaruhi atau dipengaruhi. Operasional

variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel

dalam penelitian sehingga penguji hipotesis dapat dibantu dengan alat bantu

statistik secara benar. Dalam penelitian terdapat dua variabel yang digunakan

yaitu terdiri dari variabel independen dan dependen.


36

3.2.1 Variabel Penyaluran Kredit (Y)

Menurut (Sugiyono, 2016:61) variabel terikat atau variabel dependen

merupakan variabel yang dipengaruhi atau mempengaruhi yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas. Dalam hal variabel yang berkaitan dengan nasabah

yang akan diteliti adalah penyaluran kredit (Y). Menurut UU Perbankan Pasal 29

Ayat (3) yang dimaksud dengan penyaluran kredit adalah “Dalam memberikan

kredit bank, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugian bank dan

kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank”.

Dapat disimpulkan bahwa penyaluran kredit yaitu suatu kegiatan dimana

sebuah bank akan melakukan penyaluran dana dari bank kepada nasabah (debitur)

dan nasabah (debitur) wajib untuk mengembalikan pinjaman tersebut sesuai

dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan dan disepakati oleh kedua pihak

baik pihak bank maupun pihak nasabah (debitur).

3.2.2 Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1)

Menurut (Frianto Pandia, 2013:31) menatakan bahwa “CAR adalah faktor

yang paling penting dalam rangka pengembangan usaha dan menampung resiko

kerugiannya”. Capital adequacy ratio (CAR) (X1) merupakan tingkat rasio yang

menggunakan untuk melihat tingkat kemampuan modal yang dimiliki oleh bank

untuk membiayai seluruh aktiva perbank yang dapat mengandung risiko, contoh

penyaluran kredit.

Selanjutnya variabel Capital Adequacy Ratio dikelompokkan sebagai

variabel independen (bebas) dengan simbol (X1).


37

3.2.3 Variabel Non Performing Loan (NPL) (X2)

Menurut (Rivai, 2012:237) adalah “Kredit yang dalam pelaksanaannya

belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan dan mengalami kesulitan

didalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya terhadap bank, baik dalam bentuk

pembayaran kembali pokoknya atau pembayaran bunga bank yang menjadi

beban nasabah debitur yang bersangkutan”.

Non Performing Loan (NPL) (X2) merupakan rasio yang menggunakan

untuk mengukur tingkat kemampuan perbankan untuk mengcover atau menjaga

risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur (nasabah). Non Performing

Loan (NPL) atau kredit bermasalah merupakan salah satu indikator kunci utama

untuk menilai kinerja fungsi disebuah bank.

Selanjutnya variabel Non Performing Loan dikelompokkan sebagai variabel

independen (bebas) dengan simbol (X2).

Tabel 3. 1
Operasional Variabel

Variabel Indikator Pengukuran Skala


- Penyal
Penyaluran Jumlah kredit yang disalurkan = Ln Nomi
uran
Kredit (Y) (Jumlah Kredit yang disalurkan) nal
Kredit
- Modal
- Aktiva
Capital
tertimb
Adequacy ratio Rasio
ang
(X1)
menuru
t risiko
- Kredit
Non bermas
Performing alah Rasio
Loan (X2) - Total
kredit
38

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14

Desember 2001 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP

tanggal 14 Desember 2001

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut (Sugiyono, 2016:117) yang dimaksud dengan populasi ialah

wilayah yang terdiri atas objek maupun subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan maupun subjek yang memiliki kualitas dan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini yaitu Pada Bank Umum Swasta

Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah perusahaan bank umum

swasta nasional devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-

2017 yang berjumlah 33 perusahaan. Berikut data populasi disajikan dalam tabel 6

Tabel 3. 2
Populasi Penelitian

NO Nama Perusahaan Kode Saham


1 Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk AGRO
2 Bank MNC Internasional Tbk BABP
3 Bank Victoria Internasional Tbk BVIC
4 Bank Arta Graha Internasional Tbk INPC
5 Bank Nationalnobu Tbk NOBU
6 Bank Mitraniaga Tbk NAGA
7 Bank Dinar Indonesia DNAR
8 Bank Ina Perdana BINA
9 Bank Central Asia Tbk BBCA
10 Bank J Trust Indonesia Tbk BCIC
11 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN
39

12 Bank Ganesha Tbk BGTB


13 Bank Maspion Indonesia BMAS
14 Bank Bumi Arta Tbk BNBA
15 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA
16 Bank Maybank Indonesia Tbk BNII
17 Bank Permata Tbk BNLI
18 Bank of India Indonesia Tbk BSWD
19 Bank Sinar Mas Tbk BSIM
20 Bank Yudha Bhakti Tbk BBYB
21 Bank ICBC Indonesia Tbk ICBC
22 Bank Mayapada Internasional Tbk MAYA
23 Bank Mega Tbk MEGA
24 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN
25 Bank China Construction Tbk MCOR
26 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk SDRA
27 Bank Harda Internasional Tbk BBHI
28 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP
29 Bank QNB Tbk BKSW
30 Bank Artos Indonesia Tbk ARTO
31 Bank Capital Indonesia Tbk BACA
32 Bank SBI Indonesia Tbk SBID
33 Bank Bukopin Tbk BBKP
Sumber: idx.co.id

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2016:118). Artinnya sampel sendiri merupakan bagian dari

populasi yang terpilih, sampel dalam penelitian adalah seluruh perusahaan Bank

Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2013–2017 yang telah memenuhi kriteria. Adapun pengambilan data sampel

menggunakan teknik purposive sampling. Dimana purposive sampling merupakan

teknik untuk penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang ditentukan

oleh peneliti itu sendiri, adapun pertimbangan/kriteria yang dipilih adalah sebagai

berikut :
40

1. Perusahan perbankan dalam kategori Umum Swasta Nasional Devisa yang

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013 – 2017

2. Perbankan yang datanya dibutuhkan dan rasio-rasionya dibutuhkan

pertahun pada tahun 2013-2017

3. Perbankan yang penyaluran kredit nya mengalami penurunan 2 tahun dan

3 tahun

Tabel 3. 3
Sampel

No Kriteria Sampel Kontra Sampel


1 Perbankan dalam kategori Umum 33
Swasta Nasional Devisa yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
periode tahun 2013 – 2017

2 Perbankan yang datanya dibutuhkan 13 20


dan rasio-rasionya dibutuhkan
pertahun pada tahun 2013-2017

3 Perbankan yang penyaluran kredit 12 8


nya mengalami penurunan 2 tahun
dan 3 tahun
Jumlah perusahaan yang menjadi 8
sampel
Jumlah sampel penelitian = 8 x 5 40
(2013 – 2017)
Sumber: Data sekunder yang telah diolah 2019

Berdasarkan kriteria tersebut diatas, dari sejumlah bank yang beroperasi di

Indonesia pada tahun 2013-2017, bank yang memenuhi persyaratan sebagai

sampel penelitian yaitu Bank Umum Swasta Nasiona Devisa (8 Bank). Jumlah

data yang akan diolah dalam penelitian adalah hasil perkalian antara jumlah bank

dengan jumlah periode pengamatan, yaitu selama 5 periode (tahun 2013-2017).


41

Dari 9 perusahaan yang memenuhi kriteria pada Bank Umum Swasta Nasional

Devisa adalah sebagai berikut :

Tabel 3. 4
Daftar Sampel Penelitian

NO Nama Perusahaan Kode Saham


1 Bank Mitraniaga Tbk NAGA
2 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN
3 Bank Permata Tbk BNLI
4 Bank of India Indonesia Tbk BSWD
5 Bank Mega Tbk MEGA
6 Bank Harda Internasional Tbk BBHI
7 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP
8 Bank Artos Indonesia Tbk ARTO

Sumber: Bursa Efek Indonesia.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono

(2017:219), “Data sekunder adalah data yang diolah oleh peneliti yang

berasal dari sumber perusahaan yang diteliti”. Penelitian menggunakan data

sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan Bank Umum Swasta

Nasional Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017.

Laporannya berkaitan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Loan (NPL) dan Penyaluran Kredit perusahaan tersebut. Data penelitian diambil

dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id.


42

3.4.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang diambil

peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian.

Metode pengumpulan data dapat diperoleh dengan cara berikut:

1. Studi Dokumentasi

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data dalam

penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari:

a. Laporan Keuangan, laporan tahunan, dan ringkasan kinerja

perusahaan pada tahun 2013-2017 yang dipublikasikan di Bursa

Efek Indonesia secara lengkap dan terpercaya.

b. Jurnal dan situs internet yang berhubungan dengan tema penelitian

2. Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dari

literature, sumber-sumber yang berhubungan dengan masalah. Pada tahap, penulis

akan berusaha untuk mencari dan memperoleh berbagai informasi data sebanyak-

banyaknya dengan cara membaca, mengkaji, dan menguji data literature-literatur

berupa buku, jurnal, makalah maupun penelitian-penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti sebagai dasar teori dan acuan.

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mengolah data menjadi sebuah informasi

agar data-data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk
43

menjawab seluruh permasalahan di dalam penelitian. Metode analisis data dalam

penelitian ini yang digunakan adalah sebagai berikut:

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang menggunakan untuk menghasilkan

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul dengan adanya tanpa bermasksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2016:207). Statistik deskrptif

memberikan gambaran atau deskriptif suatu variabel data yang kita teliti secara

statistic yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,

maksimum, minimum, sum, average, kurtosis dan skewness (kemencengan

distribusi) (Imam Ghozali, 2016:19).

Statistik deskriptif dalam penelitian digunakan guna menggambarkan suatu

data mengenai Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan

Penyaluran Kredit pada perusahaan Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017 dilihat dari nilai minimum,

maksimum, rata-rata, dan standar deviasi.

3.5.2 Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji dalam model regresi variabel

penganggu atau residual memiliki distribusi normal ataukah tidak (Imam Ghozali,

2016:154). Seperti yang diketahui bahwa uji t dan uji F mengumumkan bahwa

nilai residual data harus berdistribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar, maka

uji statistic menjadi tidaak valid untuk jumlah sampel kecil. Uji normalitas

menggunakan Kolmogorov-Smirnov Pedomannya adalah sebagai berikut :


44

1. Nilai Sig. atau sinifikansi atau probabilitas < 0.005, maka distribusi data

adalah tidak normal

2. Nilai Sig. atau sinifikansi atau probabilitas > 0.005, maka distribusi data

adalah normal

3.5.3 Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah regresi yang

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas (Imam Ghozali,

2016:103). Untuk mendeteksi ada tidaknya multikonieritas didalam model regresi,

digunakan nilai tolarence dan variance inflation factor (VIF). Kriteria

pengambilan keputusan ini suatu model regresi bebas multikolonieritas adalah

sebagai berikut :

1. Mempunyai nilai VIF dibawah 10

2. Mempunyai nilai tolerance 0,10

Jika variabel bebas dapat memenuhi kriteria tersebut maka variabel bebas

tersebut tidak mempunyai persoalan multikolonieritas dengan variabel bebas

lainnya

3.5.4 Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance residual dari satu pengamatan ke

pengamatan yang lain (Imam Ghozali, 2016:134). Jika variance dari residual satu
45

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedatisitas (Imam Ghozali, 2016:134). Untuk mendeteksi

heterokedastisitas dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Dengan uji statistic ini menggunakan uji glesjser mengusulkan untuk

meregres nilai mutlak terhadap variabel independen (Imam Ghozali,

2016:137). Dengan adanya gejala heteroskedastisitas yang dapat dilihat

dengan mengetahui nilai signifikan suatu variabel independen. Kriterianya

yaitu jika nilai yang signifikan untuk masing-masing variabel independen

secara statistik tidak dapat mempengaruhi variabel dependen atau nilai

signifikan lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model regresi tidak

mengandung heterokedastisitas

3.5.5 Uji Autokorelasi

Bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalaha pada periode t-1

(sebelumnya) ( Ghozali, 2016:107). Model regresi yang baik yaitu model regresi

yang bebas dari autokorelasi.Jika terjadi autokorelasi, maka dinamakan dengan

adanya problem autokorelasi. Gejala autokorelasi dalam penelitian dapat dideteksi

dengan pendekatan Durbin-Watson (DW test). Dimana angka yang diperlukan

dalam metode tersebut adalah dl, du, 4-dl dan 4-du (Imam Ghozal, 2016:108).

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagi berikut :


46

Tabel 3. 5
Kriteria Uji Durbin-Wattson (Uji DW)

Hipotesis nol Keputusan Jika


Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada auokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl
Tidak ada autokorelasi, Tidak ditolak du < d < 4-du
positif atau negative
Sumber : (Imam Ghozali, 2016)

3.5.6 Analisis Regresi Linear Berganda

Hipotesis ketiga yaitu menggunakan analisis regresi linear berganda yang

menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan

(NPL) terhadap penyaluran kredit. Pengaruh variabel independen dapat dideteksi

secara langsung melalui persamaan regresi linear berganda dituliskan sebagai

berikut :

Keterangan :

Y = Penyaluran Kredit

X1 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

X2 = Non Performing Loan (NPL)

ɑ = Parameter konstanta

ß1, ß2 = Koefisien regresi berganda

ɛ = Faktor-faktor yang mempengaruhi variabel Y


47

Analisis penyaluran kredit (Y) yang dipengaruhi Capital Adequacy Ratio

(CAR) (X1) dan Non Performing Loan (NPL) (X2) menggunakan metode statistic

dengan taraf signifikan ɑ = 0,05 artinya kesalahan 5%

3.5.7 Uji Signifikansi (Uji T)

Uji statistik t digunakan untuk melihat dan mengetahui seberapa jauh

pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menjelaskan

variabel dependen (Imam Ghozali, 2013:97). Hipotesis yang dinyatakan dalam

bentuk deklaratif atau informasi.Pernyataan hipotesis bentuk deklaratif dapat

menunjukan adanya hubungan atau tidak adanya hubungan, danadanya perbedaan

atau tidak adanya perbedaan. Pernyataan hipotesis yang mengindikasikan ada

hubungan atau ada perbedaan disebut directional hypotheses atau hipotesis

berarah. directional hypotheses adalah hipotesis mengindikasikan arah langsung

hubungan antara variabel (positif atau negatif). Hipotesis memiliki hungungan

yang positif berarti dapat diduga pada saat nilai dari salah satu variabel

independen meningkatkaa, peningkatan juga terjadi pada variabel lain (dependen).

Bigitu pula sebaliknya, hipotesis memiliki hubungan negative berarti bahwa

sewaktu nilai dari variabel independen meningkat, maka akan terjadi penurunan

pada variabel dependen.

Penelitian ini menggunakan metode statistik dengan tingkat taraf signifikan ɑ

= 0,05 yang artinya derajat kesalahan sebesar 5% dan tingkat keyakinan sebesar

95%. Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :


48

1. Jika nilai signifikansi dari p-value < 0,05 maka H0 ditolak atau meneriman

Ha (ɑ=5%)

2. Jika nilai signifikansi dari p-value < 0,05 maka H0 diterima atau menolak Ha

(ɑ=5%)

Mengacu pada analisis menggunakan table T maka dapat dijadikan acuan

yang dalam menentukan hipotesis sebagai berikut : Uji t digunakan untuk menguji

secara parsial masing-masing variabel. Hasil uji t dapat dilihat pada tebel

coefficients dengan membandingkan hasil output SPSS dengan table T. jika

probabilitas nilai t hitung > t table, maka dapat dikatakan bahwa terdapat

pengaruh antar variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Namun, jika

probabilitas nilai t hitung < t tabel, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel.

3.5.8 Uji Simultan (Uji F)

Menurut (Imam Ghozali, 2015:95) uji pengaruh simultan digunakan untuk

mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan

terhadap variabel terikat. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku

untuk populasi.

Pengujian dengan menggunakan distribusi F dengan cara membandingkan

Fhitung dengan Ftabel taraf signifikansi yang digunakan 5% atau (0,05)dengan

derajat kebebasan (degree of freedon) df = (n-k) dimana n adalah jumlah

observasi dan k adalah jumlah variabel independen. Hasil uji F dapat dilihat pada
49

table ANOVA dalam kolom sig. dengan tarah signifikansi 5% atau (0,05), adapun

Cuma kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:

 Jika nilai probabilitas < 0.05, maka terdapat pengaruh yang signifikan

secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen

 Jika nilai F hasil perhitungan statistik > dari F menurut tabel maka

terdapat pengaruh secara simultan antara variabel independen terhadap

variabel dependen

3.5.9 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adakah

antara nol sampai dengan satu (Imam Ghozali, 2016:95). Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel–variabel independen dalam menjelaskan variabel

dependen sangat terbatas dengan kata lain ada variabel–variabel diluar variabel

independen yg diteliti yang mempengaruhi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi yang mendekati satu berarti variabel indenpenden hampir

memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel

dependennya. Kelemahan koefisien determinasi yaitu bias terhadap jumlah

variabel independen yang dimasukan kedalam model. Setiap penambahan satu

variabel independen, maka R2 akan dipasti meningkat tidak memperhatikan yang

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak

peneliti yang menggunakan R2 dalam mengevauasi model regresi yang terbaik

(Imam Ghozali, 2016:95-96). Tidak seperti R2, R2 dapat naik atau turun apabila

suatu variabel independen ditambahkan kedalam suatu model. Kenyataannya,


50

nilai R2 dapat bernilai yang negative, walaupun yang dikehendaki harus bernilai

positif. Menurut (Imam Ghozali, 2016:96) jika uji empiris didapat nilai R2

negative, maka nilai R2 dianggap bernilai 0. Secara sistematis jika nilai R 2 = 1,

maka R2 = R2 = 1 sedangkan jika nilai R2 = 0, maka R2 = (1-k) (n-k). jika k > 1,

maka R2 akan bernilai negative


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Unit Analisis

4.1.1 PT. Bank Mitra Niaga Tbk

Bank Mitraniaga merupakan Bank Umum Swasta Nasional yang didirikan

tahun 1989 berdasarkan akta nomor 85 tanggal 5 Juli 1989 dengan persetujuan

Departemen Keuangan Republik Indonesia No.S76/MK.13/1989. Anggaran Dasar

sudah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat

Keputusan No. C2-6826 HT.01.01 Th. 1989 tanggal 29 Juli 1989.

Kepemilikan saham Bank Mitraniaga telah mengalami beberapa kali perubahan,

kondisi yang terakhir tercatat dalam akta No. 21 pada tanggal 24 Mei 2004.

Dalam peningkatan modal, selama tahun 2007 hingga tahun 2010, Bank

Mitraniaga telah melakukan penambahan modal secara bertahap dengan total Rp

108.400.000.000,-

Penambahan modal yang paling terakhir tercatat dalam akta notaris No. 37

pada tanggal 25 Januari 2012 menjadi sebesar Rp. 118.400.000.000,-. Hingga

akhir 2011, Bank Mitraniaga telah memiliki 12 (dua belas) jaringan kantor

tersebar di Jakarta dan Surabaya yang siap melayani nasabahnya dengan layanan

terbaik, yang terdiri dari 1 (satu) Kantor Pusat Operasional, 1 (satu) Kantor

Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang Pembantu, dan 3 (tiga) Kantor Kas. Dalam

waktu dekat penambahan jumlah jaringan kantor di daerah sekitar Jakarta dan luar

Jakarta akan segera dilaksanakan guna memperkokoh kegiatan usaha bank

51
52

4.1.2 PT. Bank DanamonTbk

PT Bank Danamon Indonesia Tbk yang berdiri sejak 1956, per 31 Maret

2019 mengelola asset sebesar Rp190 triliun bersama anak perusahaannya, yaitu

PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (Adira Finance) dan PT Asuransi Adira

Dinamika (Adira Insurance). Dalam hal kepemilikan saham, 40,00% saham Bank

Danamon dimiliki oleh MUFG Bank, Ltd., 33,83% oleh Asia Financial

(Indonesia) Pte. Ltd., dan 26,17% dimiliki oleh publik. Bank Danamon didukung

oleh 1.106 jaringan kantor cabang konvensional, unit Syariah dan kantor cabang

anak perusahaannya serta lebih dari 60.000 jaringan ATM Danamon, ATM

Bersama, PRIMA dan ALTO yang tersebar di 34 provinsi. Selain jaringan fisik,

layanan Danamon juga dapat diakses melalui Danamon Online Banking, aplikasi

D-Bank, D-Card, serta SMS Banking.

4.1.3 PT. Bank Permata Tbk

Bank Permata merupakan salah satu bank swasta nasional di Indonesia.

Pada tahun 2004 Standard Chartered Bank dan PT Astra Internasional Tbk

mengambil alih Permata Bank dan memulai transformasi besar-besaran didalam

organisasi. Permata Bank memiliki visi menjadi pelopor dalam memberikan solusi

finansial yang inovatif. Melayani sekitar 2 juta nasabah di 59 kota di Indonesia,

per Oktober 2013 tercatat Permata Bank memiliki 308 cabang (15

Cabang Syariah & 293 Cabang Konvensional), 20 Cabang Bergerak (Mobile

Branch), 3 Payment Point, 888 ATM dengan akses di lebih dari 50.000 ATM

(Visa Plus, Visa Electron, Master Card, Alto, ATM Bersama dan ATM Prima)
53

4.1.4 PT. Bank Of India Indonesia Tbk

PT Bank of India Indonesia, Tbk berawal dari sebuah bank pasar bernama

Bank Pasar Swadesi yang berdiri pada tahun 1968 di Surabaya. Pada tahun 1984,

kepemilikan Bank diambil alih oleh Keluarga Chugani yang menumbuh

kembangkan. Bank ini sehingga pada tanggal 2 September 1989, Bank Pasar

Swadesi meningkatkan statusnya dan secara resmi beroperasi menjadi Bank

Umum dengan nama Bank Swadesi. Pada tahun 1990, Bank Swadesi melakukan

penggabungan usaha (merger) dengan PT Bank Perkreditan Rakyat Panti Daya

Ekonomi yang berkedudukan di Surakarta untuk dapat membuka kantor cabang di

Jakarta.

Tahun 1992 Bank Swadesi memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk

menjalankan usaha sebagai pedagang valuta asing. Proses tumbuh dan

berkembang terus berlanjut dibawah kepemilikan dan manajemen yang baru,

sehingga pada tanggal 11 November 1994 Bank Swadesi mendapatkan

peningkatan status dari Bank Indonesia yaitu secara resmi beroperasi menjadi

Bank Devisa. Dengan status Bank Devisa ini semakin memperkokoh posisi Bank

Swadesi sebagai lembaga kepercayaan yang memberikan jasa dan layanan

perbankan yang lebih beragam sesuai dengan kebutuhan nasabah..

4.1.5 PT. Bank Mega Tbk

Berawal dari sebuah usaha milik keluarga bernama PT. Bank Karman

yang didirikan pada tahun 1969 dan berkedudukan di Surabaya, selanjutnya pada

tahun 1992 berubah nama menjadi PT. Mega Bank dan melakukan relokasi

Kantor Pusat ke Jakarta. Seiring dengan perkembangannya PT. Mega Bank pada
54

tahun 1996 diambil alih oleh para group (PT. Para Global Investindo dan PT. Para

Rekan Investama) sebuah holding company milik pengusaha nasional -

ChairulTanjung. Selanjutnya para group berubah nama menjadi CT Corpora.

Untuk lebih meningkatkan citra PT. Mega Bank, pada bulan Juni 1997 melakukan

perubahan logo Bank Mega berupa tulisan huruf M warna biru kuning dengan

tujuan bahwa sebagai lembaga keuangan kepercayaan masyarakat, akan lebih

mudah dikenal melalui logo perusahaan yang baru tersebut. Dan tahun 2000

dilakukan perubahan nama dari PT. Mega Bank menjadi PT. Bank Mega.

4.1.6 PT. Bank Harda Internasional Tbk

Berawal dengan dibentuknya Badan Hukum PT. Bank Arta Griya Tanggal

21 Oktober 1992, kemudian berubah nama pada tanggal 16 Januari 1993 menjadi

PT. Bank Harda Griya yang dikenal dengan sebutan Bank harda, dan resmi

beroperasi pada tanggal 10 Oktober 1994 di Jl. Pinangsia III No. 27, Jakarta. Pada

bulan Agustus 1995, Kantor Pusat Bank BHI berpindah lokasi ke Grand Boutique

Centre Blok B No. 3-4, Jl. Mangga Dua Raya Jakarta Utara 14430 dari yang

sebelumnya di Jl. Pinangsia III No. 27, Jakarta

4.1.7 PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk

Bank Nusantara Parahyangan Tbk adalah perusahaan Indonesia yang

berbentuk perusahaan publik (terbuka) dan perusahaan bergerak dibidang jasa

keuangan perbankan. Berkedudukan di Bandung dan berkantor pusat di Jalan Ir.

Juanda No. 95, Bandung - 40132, Indonesia, didirikan berdasarkan Akta Pendirian

No. 47, tanggal 18 Januari 1972.


55

Bank BNP semula didirikan dengan nama PT Bank Pasar Karya

Parahyangan yang berorientasi bisnis pada usaha retail, kemudian pada bulan Juli

1989 ditingkatkan statusnya menjadi Bank Umum Nasional dengan harapan dapat

meningkatkan pelayanan jasa perbankannya lebih luas dan dapat membidik sector

ekonomi yang lebih besar lagi, sekaligus berganti nama menjadi PT Bank

Nusantara Parahyangan. Pada Agustus 1994, untuk melayani ragam transaksi

dana perdagangan yang lebih luas khususnya untuk transaksi valuta asing dan

perdagangan luar negeri melalui transaksi ekspor dan impor, maka Bank BNP

melengkap iijin operasionalnya dengan ijin sebagai Bank Devisa.

4.1.8 PT. Bank Artos Indonesia Tbk

Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) didirikan pada tanggal 1 Mei 1992 dan

mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 12 Desember 1992. Kantor pusat

ARTO berlokasi di Gedung Bank Artos, Jln. Otto Iskandar dinata No. 18,

Bandung 40171 – Indonesia. Saat ini, Bank Artos memiliki 1 kantor pusat, 1

kantor cabang, 5 kantor cabang pembantudan 1 kantor kas. Pemegang saham yang

memiliki 5% atau lebih saham Bank Artos Indonesia Tbk, antara lain: Arto Hardy

(32,00%), Rudy Hartono Iskandar (12,56%), Lanny Miguna (12,00%), Sinatra

Arto Hardy (12,00%), William Arto Hardy (12,00%) dan Lina Arto Hardy

(12,00%). Bank Artos memperoleh izin sebagai bank umum pada tanggal 10 Juli

1992 dari Menteri Keuangan Republik Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ARTO adalah bergerak dalam bidang usaha

perbankan.
56

4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan

Berdasarkan populasi yang digunakan dalam penelitian, yaitu Bank Umum

Konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2017

dengan jumlah bank yang dijadikan objek penelitian adalah sebanyak 9 bank.

Berikut data yang digunakan dalam penelitian.

4.2.1 Data Penelitian

4.2.1.1 Penyaluran Kredit

Data penelitian Penyaluran kredit pada masing masing bank umum yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2017 yang terpilih menjadi

sampel dalam penelitian disajikan dalam tabel 4.1 berikut:

Tabel 4. 1
Data Penyaluran Kredit Tahun 2013-2017 (%)

PENYALURAN KREDIT
Tahun
Nama Bank Rata-rata
2013 2014 2015 2016 2017
NAGA 13,36 13,68 13,88 13,81 13,75 13,70
BDMN 18,45 18,49 18,41 18,33 18,36 18,41
BNLI 18,83 18,88 18,88 18,65 18,55 18,76
BSWD 14,75 14,96 15,04 14,60 14,56 14,78
MEGA 17,21 17,32 17,30 17,14 17,36 17,27
BBHI 14,00 14,22 14,19 14,14 14,36 14,18
BBNP 15,77 15,72 15,68 15,49 15,58 15,65
ARTO 12,96 13,21 13,05 13,04 13,05 13,06
Rata-Rata 15,67 15,81 15,80 15,65 15,70
Sumber: Data diolah peneliti, 2019.

Berdasarkan data pada tabel 4.1 diatas penurunan nilai penyaluran kredit

paling signifikan untuk perusahaan PT. Bank Danamon (BDMN) terjadi pada

tahun 2015-2016 yaitu dari 18,41 menjadi 18,33. Turunnya penyaluran kredit
57

disebabkan oleh meningkatnya penghapusan kredit macet (write off) yang

dilakukan Bank dan serta penurunan penyisihan pencadangan dari tahun 2015 ke

tahun 2016, sehingga hal tersebut mempengaruhi penyaluran kredit perusahaan.

Sedangkan penurunan penyaluran kredit paling signifikan untuk perusahaan PT.

Bank Mitraniaga (NAGA) terjadi pada tahun 2015-2016 dari 13,88 menjadi

13,81. Dalam hal tersebut disebabkan penurunan khususnya berdasarkan jenis

kredit, struktur kredit yang diberikan didominasi penyaluran kredit modal kerja

yang mengalami penurunan.

Selanjutnya penurunan penyaluran kredit paling signifikan untuk PT. Bank

of India Indonesia (BSWD) terjadi pada tahun 2015-2016 dari 15,04 menjadi

14,60. Dalam hal tersebut permintaan kredit pada bank BSWD yang masih lemah,

yang tercermin dari kenaikan fasilitas kredit kepada nasabah yang tidak

tersalurkan (undisbursed loans), dan juga berpengaruh kepada lemahnya

pertumbuhan kredit. Sedangkan penurunan penyaluran kredit untuk PT. Bank

Mega (MEGA) terjadi pada tahun 2015-2016 dari 17,30 menjadi 17,14.

Penurunan terbesar terjadi pada segmen Kredit usaha Kecil (KuK) seiring dengan

strategi Bank untuk lebih fokus terhadap segmen kredit usaha kecil. Sedangkan

penurunan kredit untuk PT. Bank Harda Internasional (BBHI) terjadi pada tahun

2015-2016 dari 14,19 menjadi 14,14. Dalam hal tersebut terjadi karena

perlambatan kredit terus terjadi sampai akhir 2015 karena bank-bank

mengutamakan perbaikan kualitas asset produktifnya dari pada menyalurkan

kredit, ditambah dengan kondisi perekonomian yang masih kurang kondusif


58

sehingga para pelaku bisnis masih berada diposisi menunggu dan melihat untuk

mengajukan pinjaman dalam rangka pengembangan bisnis

Selanjutnya penurunan penyaluran kredit paling signifikan untuk PT. Bank

Artos Indonesia (ARTO) terjadi pada tahun 2014-2015 dari 13,21 menjadi 13,05.

Dalam hal tersebut melemahnya daya beli masyarakat sebagai akibat dari tekanan

ekonomi global dan kondisi ekonomi dalam negeri sepanjang tahun 2015 telah

mempengaruhi kinerja industri perbankan pada umumnya dan Bank Artos

Indonesia Tbk pada khususnya. Dengan melemah nya daya beli masyarakat dapat

mengakibatkan bank sangat berhati-hati dalam melakukan penyaluran kredit yang

membuat penyaluran kredit menurun.

Selanjutnya penurunan penyaluran kredit paling sigmifikan untuk PT.

Bank Permata (BNLI) terjadi pada tahun 2015-2016 dari 18,88 menjadi 18,65.

Dalam hal tersebut Pertumbuhan kredit yang negatif sebagai dampak dari kondisi

ekonomi dan bisnis yang cenderung kurang kondusif dan upaya PermataBank

untuk memperketat kontrol terhadap risiko. Sedangkan penurunan penyaluran

kredit untuk PT. Bank Nusantara Parahyangan mengalami penurunan paling

signifikan terjadi pada tahun 2015-2016, dari 15,68 menjadi 16,49. Dalam hal

tersebut Bank Nusantara Parahyangan dalam menyalurkan kredit adalah bisnis

ritel, commercial dan consumer loan. Manajemen memilih untuk menunda

penyaluran kredit consumer karena memiliki tingkat risiko relatif lebih tinggi

dibandingkan penyaluran kredit untuk sektor produktif seperti modal kerja dan

lainnya. Untuk itu, Bank Nusantara Parahyangan mengambil kebijakan untuk

memprioritaskan pembiayaan terhadap bisnis ritel di samping commercial dan


59

consumer loan. Demi menjaga kesehatan bank dan merealisasikan manajemen

risiko yang lebih advanced, Bank Nusantara Parahyangan akan fokus menggarap

sektor produktif dan menghindari berbagai sektor dengan risiko tinggi

Berikut adalah gambar grafik yang menunjukkan nilai rata-rata Penyaluran

Kredit bank swasta nasional devisa tahun 2013-2017 yang dijadikan sampel

penelitian.

Penyaluran Kredit
15,85

15,80

15,75

15,70
Penyaluran Kredit
15,65

15,60

15,55
2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 4. 1
Rata-rata Penyaluran Kredit
Berdasarkan gambar 4.1 rata-rata nilai penyaluran kredit bank swasta

nasional devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2013-

2017 mengalami fluktuasi ke kenaikan maupun arah penurunan. Rata-rata

penyaluran kredit tertinggi diperoleh pada tahun 2014 dan 2015 yaitu sebesar

18,88 Sedangkan rata-rata penyaluran kredit terendah diperoleh pada tahun 2016

sebesar 13,04. Hal tersebut dikarenakan perusahaan Bank Danamon (BDMN)

terjadi pada tahun 2015-2016 yaitu dari 18,41 menjadi 18,33. Dikarenakan Bank
60

Danamon mengalami penurunan penyaluran kredit, turunnya penyaluran kredit

disebabkan oleh meningkatnya penghapusan kredit macet (write off) yang

dilakukan Bank dan serta penurunan penyisihan pencadangan dari tahun 2015 ke

tahun 2016, sehingga hal tersebut mempengaruhi penyaluran kredit perusahaan

4.2.1.2 Capital Adequacy Ratio (CAR)

Data penelitian Capital Adequacy Ratio (CAR) pada masing masing bank

swasta nasional devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-

2017 yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian disajikan dalam tabel 4.2

berikut:

Tabel 4. 2
Data Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) (%) Tahun 2013-2017

CAR
Tahun Rata-rata
Nama Bank
2013 2014 2015 2016 2017 CAR
NAGA 20,61 17,01 17,51 16,42 19,39 18,18
BDMN 20,34 19,85 26,67 29,35 31,01 25,44
BNLI 11,09 11,88 13,18 16,73 20,33 14,64
BSWD 16,88 8,82 15,41 19,74 24,62 17,09
MEGA 16,89 15,11 25,60 29,54 26,09 22,64
BBHI 17,13 9,24 12,55 23,73 21,53 16,83
BBNP 14,64 15,75 16,76 19,54 17,01 16,74
ARTO 21,08 16,94 19,01 23,31 21,01 20,27
Rata-Rata 17,33 14,32 18,33 22,29 22,62
Sumber: Data diolah peneliti, 2019.

Berdasarkan data pada tabel 4.2 diatas nilai tertinggi Capital Adequacy

Ratio (CAR) untuk perusahaan PT. Bank Mitra Niaga (NAGA) diperoleh pada

tahun 2013 yaitu sebesar 20,61. Hal tersebut disebabkan tingginya nilai ATMR

perusahaan yang harus ditutupi dengan modalnya. Sedangkan untuk perusahaan

PT. Bank Danamon (BDMN) memperoleh nilai CAR tertinggi pada tahun 2017
61

sebesar 31,01. Hal tersebut tersebut disebabkan tingginya nilai ATMR perusahaan

yang harus ditutupi dengan modalnya

Selanjutnya untuk perusahaan PT. Bank Permata (BNLI) diperoleh nilai

tertinggi CAR pada tahun 2017 yaitu sebesar 20,33. Hal tersebut disebabkan

tingginya nilai ATMR perusahaan yang harus ditutupi dengan modalnya.

Sedangkan untuk perusahaan PT. Bank Mega (MEGA) memperoleh nilai CAR

tertinggi pada tahun 2017 sebesar 26,09. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar

modal perusahaan digunakan untuk menutupi nilai Aktiva Tertimbang Menurut

Risiko (ATMR)

Selanjutnya untuk PT. Bank Harda Internasional (BBHI) nilai Capital

Adequacy Ratio (CAR) tertiinggi diperoleh pada tahun 2016 sebesar 23,73. Hal

tersebut dikarenakan modal perusahaan digunakan untuk menutupi nilai Aktiva

Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sedangkan untuk PT. Bank of India

Indonesia (BSWD) nilai CAR tertinggi diperoleh pada tahun 2017 sebesar 24,62.

Hal tersebut dikarenakan sebagian besar modal perusahaan digunakan untuk

menutupi nilai Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Selanjutnya untuk PT. Bank Nusantara Parahyangan (BBNP) nilai Capital

Adequacy Ratio (CAR) tertiinggi diperoleh pada tahun 2016 sebesar 19,54 Hal

tersebut tersebut disebabkan tingginya nilai ATMR perusahaan yang harus

ditutupi dengan modalnya. Untuk PT. Bank Artos Indonesia (ARTO) nilai CAR

tertinggi diperoleh pada tahun 2016 sebesar 23,31. Hal tersebut dikarenakan
62

modal perusahaan digunakan untuk menutupi nilai Aktiva Tertimbang Menurut

Risiko (ATMR).

Berikut adalah grafik yang menunjukkan nilai rata-rata Capital Adequacy

Ratio (CAR) bank umum konvensional tahun 2013-2017 yang dijadikan sampel

penelitian.

Capital Adequacy Ratio


25

20

15
Capital Adequacy
10 Ratio

0
2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 4. 2
Rata-rata Capital Adequacy Ratio (CAR) Tahun 2013-2017
Berdasarkan gambar 4.2 rata-rata nilai Capital Adequacy Ratio (CAR)

bank umum swasta nasional devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dari tahun 2013-2017 mengalami fluktuasi yang seimbang antara peningkatan dan

penurunan. Rata-rata CAR tertinggi diperoleh pada tahun 2017 yaitu sebesar

31,01. Sedangkan rata-rata CAR terendah diperoleh pada tahun 2014 sebesar 8,82
63

4.2.1.3 Non Performing Loan (NPL)

Data penelitian Non Performing Loan (NPL) pada masing masing bank

swasta nasional devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-

2017 yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian disajikan dalam tabel 4.3

berikut:

Tabel 4. 3
Data Variabel Non Performing Loan (NPL) Tahun 2013-2017

NPL
Tahun
Nama Bank Rata-rata
2013 2014 2015 2016 2017
NAGA 0,17 0,16 0,34 0,98 2,54 0,83
BDMN 2,06 2,51 3,41 3,61 3,02 2,92
BNLI 0,19 0,48 0,56 0,49 0,90 0,52
BSWD 0,80 5,88 5,24 5,35 3,68 4,19
MEGA 2,20 2,12 2.81 3,50 2,04 2,53
BBHI 1,45 3,28 0,99 1,92 2,41 2,01
BBNP 0,45 1,41 3,98 4,07 4,50 2,88
ARTO 1,62 3,69 2,17 7,05 8,69 4,64
Rata-Rata 1,12 2,44 2,43 3,37 3,47
Sumber: Data diolah peneliti, 2019.

Berdasarkan data pada tabel 4.3 diatas nilai tertinggi Non Performing

Loan (NPL) perusahaan PT. Bank Mitra Niaga (NAGA) diperoleh pada tahun

2017 yaitu sebesar 2,54 Hal tersebut dikarenakan Bank Mitra Niaga

meningkatkan jumlah pinjaman yang diberikan, semakin tinggi jumlah pinjaman

yang diberikan maka perusahaan akan berisiko mengalami kredit bermasalah.

Sedangkan perusahaan PT. Bank Danamon (BDMN) memperoleh nilai NPL

tertinggi pada tahun 2016 sebesar 3,61. Hal tersebut disebabkan naiknya nilai

kredit bermasalah perusahaan dari tahun 2015.


64

Selanjutnya perusahaan PT. Bank Permata (BNLI) diperoleh nilai tertinggi

NPL pada tahun 2017 yaitu sebesar 0,90. Hal tersebut dikarenakan Bank Permata

mengalami peningkatan nilai kredit bermasalah dari tahun sebelumnya dan jumlah

penyaluran kredit pun cukup tinggi nilainya. Sedangkan PT. Bank of India

Indonesia (BSWD) nilai NPL tertinggi diperoleh pada tahun 2014 sebesar 5,88.

Hal tersebut disebabkan meningkatnya nilai kredit bermasalah dari tahun

sebelumnya yang mengakibatkan naiknya nilai NPL.

Selanjutnya perusahaan PT. Bank Harda Internasional (BBHI)

memperoleh nilai NPL tertinggi pada tahun 2014 sebesar 3,28. Hal tersebut

dikarenakan meningkatnya nilai kredit bermasalah perusahaan dari tahun

sebelumnya. Sedangkan PT. Bank Nusantara Parahyangan (BBNP) memperoleh

nilai NPL tertinggi pada tahun 2017 sebesar 4,50. Hal tersebut dikarenakan

meningkatnya nilai kredit bermasalah pada tahun 2016.

Selanjutnya perusahaan PT. Bank Mega (MEGA) memperoleh nilai NPL

tertinggi pada tahun 2016 sebesar 3,50. Hal tersebut disebabkan dengan

miningkatnya nilai kredit bermasalah dari tahun sebelumnya. Perusahaan PT.

Artos Indonesia (ARTO) memperoleh nilai NPL tertinggi pada tahun 2017

sebesar 8,69. Hal tersebut disebabkan tingginya nilai kredit bermasalah yang

mengakibatkan nilai NPL meningkat.

Berikut adalah grafik yang menunjukkan nilai rata-rata Non Performing

Loan (NPL) bank swasta nasional devisa tahun 2013-2017 yang dijadikan sampel

penelitian.
65

Non Performing Loan


4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
Non Performing Loan
1,50
1,00
0,50
0,00
2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 4. 3
Rata-rata Non Performing Loan (NPL) Tahun 2013-2017
Berdasarkan gambar 4.3 rata-rata nilai Non Performing Loan (NPL) bank

swasta nasional devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun

2013-2017 mengalami fluktuasi ke arah peningkatan yang cukup signifikan. Rata-

rata NPL tertinggi diperoleh pada tahun 2017 yaitu sebesar 8,69. NPL terendah

diperoleh pada tahun 2013 yaitu sebesar 2,20

4.2.2 Hasil Analisis Data

Untuk melakukan analisis data yang telah diperoleh, peneliti

menggunakan alat bantu software IBM SPSS versi 23. SPSS merupakan salah

satu program komputer yang dapat digunakan untuk mengolah data statistik.

4.2.2.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian digunakan guna menggambarkan

suatu data terkait penelitian yang telah dikumpulkan dilihat dari nilai minimum,

maksimum, rata-rata, dan standar deviasi (Ghazali, 2016:19). Penelitian


66

menggunakan dua variabel independen (variabel bebas) dan satu variabel

dependen (variabel terikat) untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara

Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap

Penyaluran Kredit

Deskriptif data dalam penelitian dilakukan selama lima tahun. Berikut

adalah tabel statistik deskriptif dari masing-masing variabel dengan menggunakan

alat bantu IBM SPSS versi 23.

Tabel 4. 4
Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PenyaluranKred
40 12.96 18.88 15.7252 2.06881
it
CAR 40 8.82 31.01 18.9870 5.30038
NPL 40 .16 8.69 2.5680 1.97796
Valid N
40
(listwise)

Sumber: Data olahan SPSS 23

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa statistik deskriptif dari

masing-masing variabel. Variabel dependen penyaluran kredit diperoleh nilai

terendah sebesar 12,96% yang dimiliki oleh PT. Bank Harda Internasional Tbk

(BBHI) pada tahun 2013. Hal tersebut disebabkan penurunan khususnya

berdasarkan jenis kredit, struktur kredit yang diberikan didominasi penyaluran

kredit modal kerja yang mengalami penurunan. Nilai tertinggi penyaluran kredit

sebesar 18,88 % dimiliki oleh PT. Bank Permata Tbk (BNLI) pada tahun 2014.

Hal tersebut di karenakan PT. Bank Mega mengalami kenaikan penyaluran kredit
67

dari tahun sebelumnya. Yang artinya antara data sampel penelitian memiliki nilai

yan hampir sama satu dengan yang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa data

Penyaluran Kredit pada sampel penelitan memiliki nilai yang tidak variatif.

Variabel independen Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai

terendah sebesar 8,82% yang dimiliki oleh dimiliki oleh PT. Bank Permata Tbk

(BNLI) pada tahun 2014. Hal tersebut dikarenakan Bank of India Indonesia

mempunyai nilai ekuitas yang rendah dibandingkan dengan nilai Aktiva

Tertimbang Menurut Risiko (ATMR), yang artinya sebagian besar modal Bank

digunakan untuk menutupi nilai ATMR yang terjadi. Nilai tertinggi CAR sebesar

31,01% dimiliki oleh PT. Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) pada tahun 2016.

Hal tersebut dikarenakan kenaikan nilai ATMR lebih kecil dibandingkan dengan

nilai modalnya.

Variabel independen Non Performing Loan (NPL) memiliki nilai terendah

sebesar 0,16% yang dimiliki oleh dimiliki oleh PT. Bank Permata Tbk (BNLI)

pada tahun 2013. Hal tersebut dikarenakan Bank Permata memberikan kredit yang

berkualitas, terbukti dengan rendah nya nilai kredit bermasalah jika dibandingkan

total kredit yang diberikan kepada nasabah. Total kredit bank permata lebih besar

dari kredit bermasalah bank permata. Nilai tertinggi NPL sebesar 8,09% dimiliki

oleh PT. Bank Harda Internasional Tbk (BBHI) pada tahun 2013. Dikarenakan

meningkatkan jumlah pinjaman yang diberikan, semakin tinggi jumlah pinjaman

yang diberikan maka perusahaan akan berisiko mengalami kredit bermasalah


68

4.2.2.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak.

Pengujian ini dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov dengan ketentuan apabila

tingkat probabilitas < 0,05 maka hipotesis ditolak karena data tidak berdistribusi

normal (Ghazali, 2016:154). Berikut adalah data tabel yang menunjukkan hasil uji

normalitas kolmogorov-smirnov test.

Tabel 4. 5
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov (KS)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
.66213129
Deviation
Most Extreme Absolute .132
Differences Positive .101
Negative -.132
Test Statistic .132
Asymp. Sig. (2-tailed) .077c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Data olahan SPSS 23

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas

menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov (K-S) sebesar 0,132 dengan

Asymp Sig (2-tailed) sebesar 0,077. Karena nilai signifikan yang diperoleh 0,077

lebih besar dari nilai signifikan yang di harapkan yaitu 0,05. Maka dapat
69

disimpulkan data yang digunakan pada penelitian memiliki distribusi normal dan

model regresi layak digunakan karena memenuhi uji normalitas.

4.2.2.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Jika nilai

tolerance ≥ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10, maka tidak terjadi

multikolinearitas (Ghazali, 2016:105). Berikut adalah tabel hasil uji

multikolinearitas:

Tabel 4. 6
Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant
.215 .119 1.813 .078
)
sin_CAR -.127 .141 -.148 -.904 .372 .986 1.015
sin_NPL -.041 .177 -.038 -.234 .817 .986 1.015
a. Dependent Variable: sin_penyalurankredit
Sumber: Data olahan SPSS 23

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan hasil hasil uji multikolinearitas dan

dapat dilihat bahwa nilai tolerance untuk variabel Capital adequacy Ratio (CAR)

dan Non Performing Loan (NPL) adalah sebesar 0,989. Nilai tolerance dari

variabel independen sebesar 0,989 > 0,10. Sedangkan untuk nilai VIF variabel

Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) adalah sebesar
70

1,015. Nilai VIF dari variabel independen sebesar 1,015 < 10. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen dan

dapat digunakan untuk memprediksi penyaluran kredit selama periode 2013-2017.

4.2.2.2.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi telah terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian terjadinya heteroskedastisitas dalam

penelitian ini menggunakan adalah uji Glejser.

Tabel 4. 7
Hasil Uji Glejser

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .548 .057 9.539 .000
sin_CAR -.044 .068 -.107 -.652 .519
sin_NPL .069 .086 .130 .797 .430
a. Dependent Variable: ABS_RES1
Sumber: Data olahan SPSS 23

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, dapat diketahui bahwa nilai sig dari variabel

CAR nilai sig yang diperoleh sebesar 0,519 dan untuk variabel NPL sebesar

0,490. Artinya seluruh nilai sig dari variabel independen lebih besar dari 0,05.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi dari penelitian, sehingga model regresi dari
71

penelitian ini layak untuk memprediksi pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR)

dan Non Performing Loan (NPL) dengan variabel independen Penyaluran Kredit

4.2.2.2.4 Hasil Uji Autokorelasi

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1 (Ghazali, 2016:107). Berikut adalah tabel yang menunjukkan

hasil dari uji autokorelasi dengan pengujian pengujian Durbin-Watson (DW test)

Tabel 4. 8
Uji Durbin-Watson

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 .157 .025 -.028 .67979 .675
a. Predictors: (Constant), sin_NPL, sin_CAR
b. Dependent Variable: sin_penyalurankredit
Sumber: Data olahan SPSS 23

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai durbin-watson yang

dihasilkan adalah sebesar 0,675 Jumlah sampel (n) adalah 40 sampel, dan jumlah

variabel independen 2 (k = 2), maka pada tabel DW akan mendapatkan nilai dU

sebesar 1,5969 dan nilai 4-dU sebesar 2,4031. Maka dapat disimpulkan DW < dU

< 4-dU atau 0,675< 1,5969 < 2,4031. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data

yang digunakan peneliti terjadi autokorelasi.


72

Tabel 4. 9
Uji Cochrane Orcutt

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 .237 .056 .004 .51275 1.754
a. Predictors: (Constant), LAG_x2, LAG_x1
b. Dependent Variable: LAG_y
Sumber: Data olahan SPSS 23

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai durbin-watson metode

Cochrane Orcutt yang dihasilkan adalah sebesar 1,754 Jumlah sampel (n) adalah

40 sampel, dan jumlah variabel independen 2 (k = 2), maka pada tabel DW akan

mendapatkan nilai 1,754 serta dU sebesar 1,5969 dan nilai 4-dU sebesar 2,4031.

Maka dapat disimpulkan DW > dU < 4-dU atau 1,754 > 1,5969 < 2,4031.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan peneliti tidak terjadi

autokorelasi.

4.2.2.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel independen Capital

Adequacy Ratio (CAR), dan Non Permorming Loan (NPL) terhadap variabel

dependen Penyaluran Kredit dapat dilihat pada tabel Model Summary berikut.
73

Tabel 4. 10
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .068 .083 .809 .424
LAG_x1 -.104 .084 -.207 -1.239 .223
LAG_x2 -.058 .134 -.072 -.432 .668
a. Dependent Variable: LAG_y
Sumber: Data olahan SPSS 23

Berdasarkan pada tabel 4.10 dapat dilihat bahwa analisis regresi linear

sederhana menghasilkan model regresi sebagai berikut:

PK = 0,068 – 0,104 CAR – 0,058 NPL + e

Keterangan :

PK : Penyaluran Kredit

CAR : Capital Adequacy Ratio

NPL : Non Performing Loan

e : Kesalahan

Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta sebesar 0,068 atau 6,8 %. Maka jika variabel independent

Capital Adequacy Ratio (X1), dan Non Performing Loan (X2) dianggap

konstan, maka nilai Penyaluran kredit (Y) sebesar 0,068 atau 6,8 %.
74

2. Nilai koefisien regresi dari variabel Capital adequacy Ratio (CAR)

menunjukan nilai sebesar –0,104 atau –10,4%. Artinya jika variabel

independen lain nilainya tetap dan CAR mengalami penurunan sebesar 1%,

maka penyaluran kredit akan mengalami kenaikan sebesar –0,104 atau

-10,4%.

3. Nilai koefisien regresi Non Performing Loan (NPL) –0,058 atau –5,8%.

Artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan NPL mengalami

penurunan sebesar 1%, maka adalah penyaluran kredit akan mengalami

penurunan sebesar – 0,058 atau –5,8%.

4.2.2.4 Pengujian Hipotesis

4.2.2.4.1 Hasil Uji Parsial (Uji T)

Uji signifikansi (uji t) dilakukan untuk mengetahui signifikan atau

tidaknya pengaruh CAR (X1), dan NPL (X2) terhadap Penyaluran Kredit (Y).

Berikut adalah tabel hasil uji signifikansi dengan uji t.

Tabel 4. 11
Hasil Uji Pasial (Uji T)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .068 .083 .809 .424
LAG_x1 -.104 .084 -.207 -1.239 .223
LAG_x2 -.058 .134 -.072 -.432 .668
a. Dependent Variable: LAG_y
Sumber: Data olahan SPSS 23
75

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dilihat kolom signifikan tiap variabelnya

dapat diartikan sebagai berikut:

a. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Penyaluran Kredit

Uji parsial pertama menyatrakan bahwa Capital Adequacy Ratio

tersebut dapat dilihat bahwa nilai signifikansinya yaitu 0,223 > 0,05.

Dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, artinya Capital

adequacy Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit

b. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran Kredit

Uji parsial pertama menyatrakan bahwa Non Performing Loan

tersebut dapat dilihat bahwa nilai signifikansinya yaitu 0,668 > 0,05.

Dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, artinya Non

Performing Loan tidak berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit

4.2.2.4.2Hasil Uji Anova (Uji F)

Uji F (simultan) dilakukan untuk menentukan apakah seluruh variabel

independen Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL)

mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen

Penyaluran Kredit pada perusahaan bank umum swasta nasional devisa.


76

Tabel 4. 12
Hasil Uji Simultan (Uji F)

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .561 2 .280 1.067 .355b
Residual 9.465 36 .263
Total 10.026 38
a. Dependent Variable: LAG_y
b. Predictors: (Constant), LAG_x2, LAG_x1
Sumber: Data olahan SPSS 23

Berdasarkan hasil Tabel 4.12 Uji Anova (F Test) diatas, dapat dilihat

bahwa nilai signifikansi F test untuk pengaruh CAR, dan NPL secara simultan

terhadap Penyaluran Kredit adalah sebesar 0,355 > 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa H3 yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR),

dan Non Performing Loan (NPL) secara bersamaan tidak berpengaruh signifikan

terhadap Penyaluran Kredit ditolak.

4.2.2.5 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) berfungsi untuk melihat sejauh mana

keseluruhan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Sedangkan nilai koefisien

determinasi (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah terbatas (Ghazali, 2016:95).

Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil dari koefisien determinasi (R 2).
77

Tabel 4. 13
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .237a .056 .004 .51275 1.754

a. Predictors: (Constant), LAG_x2, LAG_x1


b. Dependent Variable: LAG_y
Sumber: Data olahan SPSS 23

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi (R 2) diatas, dapat dilihat

bahwa besarnya nilai R2 (R Square) dalam model diperoleh sebesar 0,056 atau

5,6%. Berarti 5,6% Penyaluran Kredit dapat dijelaskan oleh masing-masing dari

kedua variabel independen yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non

Performing Loan (NPL), sedangkan sisanya (100% - 5,6% = 94,4%) dijelaskan

oleh faktor lain diluar model.

4.2.3 Pembahasan

4.2.3.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Penyaluran Kredit

Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukan kemampuan permodalan

bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian dalam kegiatan

usahanya, namun pengaruh yang diberikan ternyata tidak signifikan terhadap

Penyaluran Kredit pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa tahun 2013-2017.

Hal tersebut dapat dikarenakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak

berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit.

Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa Capital Adequacy Ratio

(CAR) tidak berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit. nilai signifikan sebesar


78

0,223 yang mana hasil tersebut berada diatas 0,05. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Penyaluran

Kredit pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa tahun 2013-2017 ditolak.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Fajar dan Febrianto (2013)

yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh

signifikan terhadap Penyaluran Kredit.

Capital Adequacy Ratio (CAR) dalam penelitian ini, naik turunnya

Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap naik turunnya

penyaluran kredit, disebabkan modal bank tidak semuanya disalurkan untuk

penyaluran kredit tetapi digunakan untuk keperluan pengembangan usaha.

Meskipun hasilnya tidak signifikan, hal ini bukan berarti Capital Adequacy Ratio

(CAR) harus di abaikan karena kecukupan modal sering terganggu seiring

penyaluran kredit yang berlebihan dan banyaknya kredit yang belum dilunasi oleh

nasabah tetapi modal bank terus berkurang.

4.2.3.2 Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran Kredit

Kegiatan utama perusahaan perbankan adalah menghimpun dana

masyarakat dalam bentuk simpanan (giro, tabungan, dan deposito), kemudian

menyalurkannya dalam bentuk kredit atau pembiayaan. Dari kredit yang

disalurkan tersebut perusahaan memiliki risiko yang besar, yaitu risiko munculnya

gagal bayar (default risk), atau dikenal juga dengan risiko kredit macet.

Perusahaan perbankan dihadapkan dalam suatu trade off pada saat proses

pemberian kredit, disatu sisi kredit yang disalurkan dapat memberikan keuntungan
79

kepada perusahaan dalam bentuk pendapatan bunga, tetapi juga mengandung

risiko kredit macet yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,668 yang

mana hasil tersebut berada di atas 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Non

Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit pada Bank

Umum Swasta Nasional Devisa tahun 2013-2017 ditolak. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Dwi Fajar Febrianto, Dul Muid (2013) yang

menyatakan Non Perfoming Loan (NPL) tidak berpengaruh terhadap Penyaluran

Kredit. Namun bertolak belakang dengan dengan peneitian yang dilakukan oleh

Suci Prihartini dan I Made Dana (2015) yang menyataakan Non Performing Loan

(NPL) berpengaruh terhadap Penyaluran Kredit.

Non Performing Loan (NPL) yang diperoleh dari perbandingan antara

jumlah kredit bermasalah dibagi dengan total kredit. Dalam penelitian ini berarti

naik turunnya NPL tidak mempengaruhi naik turunnya penyaluran kredit, ini

disebabkan pada tahun 2013-2017 masing-masingvbank mepunyai risiko NPL

yang tidak menentu serta diikuti dengan penyaluran kredit yang tidak menentu

pula. Peningkatan NPL bisa disebabkan karena terjadi peningkatan kredit

bermasalah secara signifikan meskipun total kredit juga mengalami peningkatan

tetapi tidak signifikan. Semakin banyak kredit macet dalam pengelolan kredit

bank yang ditunjukkan dalam NPL akan menurunkan tingkat likuiditas bank dan

banyaknya kredit bermasalah membuat bank tidak berani meningkatkan

penyaluran kredit, Selain itu, nilai Non Performing Loan (NPL) pada bank umum

swasta nasional devisa yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar
80

5%. Dan apabila angka Non Performing Loan (NPL) mendekati angka yang sudah

ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) maka bank tersebut harus segera

memperbaiki kredit bermasalahnya agar tidak mengalami kebangkrutan.

4.2.3.4 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan

(NPL) Terhadap Penyaluran Kredit

Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR) artinya semakin besar pula

sumber daya finasial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha

dan mengantisispasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit.

Non Performing Loan (NPL) yang semakin meningkat menandakan bahwa

perusahaan kurang efektif dalam melakukan penyaluran kredit dan semakin

kualitas kredit yang diberikan yang nantinya dapat menyebabkan total kredit

bermasalah membesar dalam suatu perbankan.

Berdarkan hasil penelitian pengujian hipotesis dapat dilihat bahwa nilai

signifikansi F test untuk pengaruh CAR, dan NPL secara simultan terhadap

Penyaluran Kredit adalah sebesar 0,355 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non

Performing Loan (NPL) secara bersamaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

Penyaluran Kredit pada perusahaan bank umum swasta nasional devisa yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2017 ditolak


81

BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

5.1 Kesimpulan

Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio

(CAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran Kredit Pada Bank

Swasta Nasional Devisa Periode Tahun 2013-2017. Hasil penelitian menunjukan

bahwa:

a. Hasil penelitian menunjukan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak

berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit Pada Bank Umum

Swasta Nasional Devisa Periode Tahun 2013-2017.

b. Hasil penelitian menunjukan bahwa Non Performing Loan (NPL) tidak

berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit Pada Bank Umum

Swasta Nasional Devisa Periode Tahun 2013-2017.

c. Hasil penelitian menunjukan menunjukan bahwa Capital Adequacy Ratio

(CAR) dan Non Performing Loan (NPL) secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap Penyaluran Kredit pada Bank Umum

Swasta Nasional Devisa tahun 2013-2017.

5.2 Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah

dilakukan, maka peneliti memberikan implikasi sebagai berikut :

1. Untuk mengendalikan nilai Capital Adequacy Ratio (CAR), perusahaan

harus mengunakan rasio permodalan yang hanya digunakan sebagai


82

penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian, namun bukan

sebagai indikator utama dalam peningkatan penyaluran kredit perbankan

2. Untuk terus menekan nilai Non Performing Loan (NPL), manajer

perusahaan perbankan diharapkan harus lebih berhati-hati dalam

pengambilan keputusan mengenai penyaluran kredit bank karena semakin

banyak menyalurkan kredit dapat menyebabkan suatu resiko kredit

bermasalah

3. Bagi Perusahaan Bank, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan penyaluran

kredit. Sebaiknya bank lebih memperhatikan informasi mengenai kinerja

keuangan bank dan rasio keuangan lain nya yang berguna sebagai

gambaran bagaimana keadaan keuangan perusahaan dan melakukan

analisis terhadap perusahaan perbankan.

5.3 Keterbatasan dan Saran

5.3.1 Keterbatasan

Penelitian menggunakan variabel bebas Capital Adequacy Ratio dan Non

Performing Loan untuk memprediksi Penyaluran Kredit. Penelitan terbatas pada

perusahaan Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2013-2017, sedangkan masih banyak perusahaaan dari berbagai

sektor bank yang terdaftar di BEI yang masih perlu diteliti. Selain itu penelitian

juga hanya menggunakan dua variabel bebas yaitu Capital Adequacy Ratio dan

Non Performing Loan, dan pada saat uji Koefisien Determinasi hanya
83

mempengaruhi sebesar 5,6% dan sisanya sebesar 94,4% dipengaruhi variabel lain

yang tidak termasuk dalam penelitian

5.3.2 Saran
Penelitian yang dilakukan dimasa mendatang ada beberapa hal yang perlu

di perhatikan, yaitu :

 Bagi peneliti selanjutnya perlu menambah variabel-variabel lain yang

diduga mempengaruhi penyaluran kredit, misalnya LDR dan DPK

 Bagi peneliti selanjutnya diharap untuk memperbanyak sampel

penelitian agar hasil lebih akurat

Bagi peneliti selanjutnya diharap untuk meminimalkan kriteria agar

menghasilkan sampel yang lebih banyak.


DAFTAR PUSTAKA

Darmawi, H. (2012a). Manajemen Perbankan. Bumi Aksara.

Dwi Fajar Febrianto, D. M. (2013). Analisis pengaruh dana pihak ketiga, ldr, npl,

car, roa, dan bopo terhadap jumlah penyaluran kredit, 2, 1–11.

Fahmi, I. (2016). pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta, cv.

Frianto Pandia,. S.E ., M. . (2013). Manajemen Dana dan Kesehatan Bank.

Rineka Cipta.

Imam Ghozali, m.Com, A. (2016). APLIKASI ANALISIS MULTIVARIETE

DENGAN PROGRAM IBM SPSS 23. SEMARANG: Undip.

Imam Ghozali, M.Com, A. (2013). APLIKASI ANALISIS MULTIVARIETE

DENGAN PROGRAM IBM SPSS. SEMARANG: Undip.

Imam Ghozali, M.Com, A. (2015). APLIKASI ANALISIS MULTIVARIETE

DENGAN PROGRAM IBM SPSS. SEMARANG: Undip.

Imam Ghozali, M.Com, A. (2016). APLIKASI ANALISIS MULTIVARIETE

DENGAN PROGRAM IBM SPSS 23. SEMARANG: Undip.

Kasmir. (2012). Manajemen perbankan. JAKARTA: PT. Raja Grafindo Persada.

Kasmir. (2014a). Bank dan Lembaga keuangan lainnya. JAKARTA: PT. Raja

Grafindo Persada.

Kasmir. (2014c). Manajemen Perbankan (Revisi 12). Jakarta: Rajawali Pers.

Kasmir. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Depok: PT Rajagrafindo Persada.

Lukman Dendawijaya, M. . (2009). Manajemen Perbankan. JAKARTA: Ghalia

Indonesia.

84
85

Munawir. (2014). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Prihartini, S., & Dana, I. M. (2018). PENGARUH CAR, NPL, DAN ROA

TERHADAP PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (Studi Kasus

pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk). E-Jurnal Manajemen Unud, 7(3),

1168–1194.

Primasari, N. S., & Mahfud, M. K. (2015). PENGARUH CAPITAL

ADEQUACY RATIO ( CAR ), RETURN ON ASSETS ( ROA ), DANA

PIHAK KETIGA ( DPK ), NON PERFORMING LOAN ( NPL ) DAN NET

INTEREST MARGIN ( NIM ) TERHADAP PENYALURAN KREDIT

PERBANKAN ( Studi Pada Bank Umum yang terdaftar di BEI periode

2009-2013 ), 4, 1–11.

Pujiati, D., Ancela, M., Susanti, B., & Mujiyani. (2013). PENGARUH NON

PERFORMING LOAN CAPITAL ADEQUACY RATIO DAN DANA

PIHAK KETIGA TERHADAP, 5, 8–9.

Rivai, P. D. H. V. (2012a). Commercial Bank Managemen : Manajemen

Perbankan dari Teori ke Praktis. JAKARTA: PT. Raja Grafindo Persada.

Rivai, P. D. H. V. (2012b). Commercial Bank Managemen : Manajemen

Perbankan dari Teori ke Praktis. JAKARTA: PT. Raja Grafindo Persada.

Rivai, P. D. H. V. (2012c). Commercial Bank Managemen : Manajemen

Perbankan dari Teori ke Praktis. JAKARTA: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2016a). METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF DAN

R&D. bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016b). METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF DAN


86

R&D. bandung: Alfabeta.

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001

Syafri Harahap, S. (2015). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada.

Wiratna Sujarweni, V. (2017). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Pustaka Baru

Press.
Lampiran
1. Nama Lengkap Mu Ivan Herlambang

2. Tempat / TanggalLahir Cirebon, 06 Juni 1997


3. Jenis Kelamin Pria/Wanita
4. Agama Islam
5. Status Perkawinan Belum Kawin/Kawin/Janda/Duda
6. Alamat Rumah Jalan Sumber asri No.145 Rt/Rw: 06/04
Kelurahan/Desa Tukmudal
Kecamatan Sumber
Kabupaten/Kota Cirebon
Provinsi Jawa Barat
KodePos 45611
Telepon/HP 088223051883
7. Kegemaran (Hobby) Travelling, Kuliner

Jurusan/ Program Tanda


Studi Lulus/
No Tingkat Ijazah Tempat
1. SD - 2009 SDN1 Pengampon & 1 Tukmudal
2. SMP - 2012 SMP Negeri 10 Kota Cirebon
3. SMA IPS 2015 SMA Negeri 3 Kota Cirebon
7. SI Manajemen 2019 Universitas Swadaya Gunung Jati
8. S2 - - -
9. Profesi - - -

No Pelatihan Lulus Tempat
1 Account Officer 2018 Universitas Swadaya Gunung Jati
2 Aplikasi Komputer 2018 Universitas Swadaya Gunung Jati
Surat Kesanggupan
Membimbing Skripsi
Lampiran Surat Ijin
Penelitian
Surat Balasan Penelitian
Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran Tabel Durbin-
Watson, Tabel F dan
Tabel T
 Uji Durbin Watson (DW)
 Uji T
 Uji F
Lampiran Tabulasi Data
1. Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1)

CAR

No. Tahun Modal Sendiri ATMR CAR(%)


Emiten

2013 159.765 775.178 20,61


2014 183.950 1.081.579 17,01
1 NAGA 2015 214.112 1.223.060 17,51
2016 203.212 1.237.475 16,42
2017 229.249 1.182.198 19,39
2013 31.552.983 155.140.150 20,34
2014 33.017.524 166.294.433 19,85
2 BDMN 2015 34.214.849 128.283.618 26,67
2016 36.377.972 123.952.278 29,35
2017 39.172.152 126.334.355 31,01
2013 14.126.644 127.400.800 11,09
2014 17.094.536 143.851.568 11,88
3 BNLI 2015 18.812.844 142.768.976 13,18
2016 19.289.606 115.310.698 16,73
2017 21.510.742 105.786.918 20,33
2013 454.861 2.694.332 16,88
2014 556.249 6.303.741 8,82
4 BSWD 2015 1.114.888 7.236.519 15,41
2016 1.108.216 5.615.151 19,74
2017 1.121.236 4.554.962 24,62
2013 6.118.505 36.229.890 16,89
2014 6.262.821 41.449.630 15,11
5 MEGA 2015 11.517.195 44.993.522 25,60
2016 12.265.691 41.517.371 29,54
2017 13.064.616 50.078.818 26,09
2013 208.209 1.215.140 17,13
2014 291.323 3.094.168 9,42
6 BBHI 2015 375.968 2.994.719 12,55
2016 381.808 1.609.011 23,73
2017 440.333 2.045.653 21,53
2013 1.052.398 7.187.754 14,64
7 BBNP 2014 1.138.101 7.224.270 15,75
2015 1.195.492 7.132.317 16,76
2016 1.197.509 6.127.141 19,54
2017 1.137.848 6.690.796 17,01
2013 107.835 511.637 21,08
2014 108.911 643.027 16,94
8 ARTO 2015 107.213 563.912 19,01
2016 147.268 631.841 23,31
2017 139.050 661.863 21,01

CAR
Tahun Rata-rata
Nama Bank
2013 2014 2015 2016 2017 CAR
NAGA 20,61 17,01 17,51 16,42 19,39 18,18
BDMN 20,34 19,85 26,67 29,35 31,01 25,44
BNLI 11,09 11,88 13,18 16,73 20,33 14,64
BSWD 16,88 8,82 15,41 19,74 24,62 17,09
MEGA 16,89 15,11 25,60 29,54 26,09 22,64
BBHI 17,13 9,24 12,55 23,73 21,53 16,83
BBNP 14,64 15,75 16,76 19,54 17,01 16,74
ARTO 21,08 16,94 19,01 23,31 21,01 20,27
Rata-Rata 17,33 14,32 18,33 22,29 22,62

Capital Adequacy Ratio


90
80
70
60
50
40 Capital Adequacy Ratio
30
20
10
0
2013 2014 2015 2016 2017
2. Non Performing Loan (NPL) (X2)

NPL

Kredit
No. Tahun Total Kredt NPL(%)
Emiten Bermasalah

2013 1.082 631.208 0,17


2014 1.398 877.366 0,16
1 NAGA 2015 3.647 1.068.355 0,34
2016 9.737 996.142 0,98
2017 23.822 938.081 2,54
2013 2.133.294 103.441.321 2,06
2014 2.683.266 106.751.141 2,51
2 BDMN 2015 3.380.228 99.063.402 3,41
2016 3.303.105 91.609.918 3,61
2017 2.841.186 93.973.723 3,02
2013 283.557 150.169.207 0,19
2014 764.458 157.876.854 0,48
3 BNLI 2015 889.731 157.713.808 0,56
2016 621.839 126.310.792 0,49
2017 1.02.652 113.684.814 0,90
2013 20.407 2.547.310 0,80
2014 184.030 3.129.866 5,88
4 BSWD 2015 178.367 3.401.455 5,24
2016 117.236 2.191.947 5,35
2017 77.241 2.101.749 3,68
2013 655.819 29,779.302 2,20
2014 703.487 33.207.612 2,12
5 MEGA 2015 911.327 32.458.301 2,81
2016 971.914 27.777.130 3,50
2017 708.176 34.748.506 2,04
2013 17.564 1.208.134 1,45
2014 49.362 1.504.834 3,28
6 BBHI 2015 14.442 1.454.447 0,99
2016 26.502 1.379.142 1,92
2017 41.475 1.717.956 2,41
2013 31.954 7.066.300 0,45
7 BBNP 2014 94.665 6.711.198 1,41
2015 258.101 6.477.702 3,98
2016 216.094 5.313.628 4,07
2017 263.089 5.844.251 4,50
2013 6.917 427.041 1,62
2014 20.106 545.471 3,69
8 ARTO 2015 10.122 466.162 2,17
2016 32.509 461.431 7,05
2017 40.488 466.048 8,69

NPL
Tahun
Nama Bank Rata-rata
2013 2014 2015 2016 2017
NAGA 0,17 0,16 0,34 0,98 2,54 0,83
BDMN 2,06 2,51 3,41 3,61 3,02 2,92
BNLI 0,19 0,48 0,56 0,49 0,90 0,52
BSWD 0,80 5,88 5,24 5,35 3,68 4,19
MEGA 2,20 2,12 2.81 3,50 2,04 2,53
BBHI 1,45 3,28 0,99 1,92 2,41 2,01
BBNP 0,45 1,41 3,98 4,07 4,50 2,88
ARTO 1,62 3,69 2,17 7,05 8,69 4,64
Rata-Rata 1,12 2,44 2,43 3,37 3,47

Non Performing Loan


4,00
3,50
3,00
2,50
2,00 Non Performing
1,50 Loan

1,00
0,50
0,00
2013 2014 2015 2016 2017
3. Penyaluran Kredit (Y)

Penyaluran Kredit

No. Emiten Tahun Penyaluran Kredit LN

2013 631.208 13,36


2014 877.366 13,68
1 NAGA 2015 1.068.335 13,88
2016 996.142 13,81
2017 938.081 13,75
2013 103.441.321 18,45
2014 106.751.141 18,49
2 BDMN 2015 99.063.402 18,41
2016 91.609.918 18,33
2017 93.973.723 18,36
2013 150.169.207 18,83
2014 157.876.854 18,88
3 BNLI 2015 157.713.808 18,88
2016 126.310.792 18,65
2017 113.684.814 18,55
2013 2.547.310 14,75
2014 3.129.866 14,96
4 BSWD 2015 3.401.455 15,04
2016 2,191.947 14,60
2017 2.101.749 14,56
2013 29.779.302 17,21
2014 33.207.612 17,32
5 MEGA 2015 32.458.301 17,30
2016 27.777.130 17,14
2017 34.748.506 17,36
2013 1.208.134 14,00
2014 1,504.834 14,22
6 BBHI 2015 1,454.447 14,19
2016 1.379.142 14,14
2017 1.717.956 14,36
2013 7,066.300 15,77
7 BBNP 2014 6.711.198 15,72
2015 6.477.702 15,68
2016 5.313.628 15,49
2017 5.844.251 15,58
2013 427.041 12,96
2014 545.471 13,21
8 ARTO 2015 466.162 13,05
2016 461.431 13,04
2017 466.048 13,05

PENYALURAN KREDIT
Tahun
Nama Bank Rata-rata
2013 2014 2015 2016 2017
NAGA 13,36 13,68 13,88 13,81 13,75 13,70
BDMN 18,45 18,49 18,41 18,33 18,36 18,41
BNLI 18,83 18,88 18,88 18,65 18,55 18,76
BSWD 14,75 14,96 15,04 14,60 14,56 14,78
MEGA 17,21 17,32 17,30 17,14 17,36 17,27
BBHI 14,00 14,22 14,19 14,14 14,36 14,18
BBNP 15,77 15,72 15,68 15,49 15,58 15,65
ARTO 12,96 13,21 13,05 13,04 13,05 13,06
Rata-Rata 15,67 15,81 15,80 15,65 15,70

Penyaluran Kredit
15,85

15,80

15,75

15,70
Penyaluran Kredit
15,65

15,60

15,55
2013 2014 2015 2016 2017
Lampiran SPSS
1. Hasil Uji Deskriptif masing-masing variabel

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PenyaluranKred
40 12.96 18.88 15.7252 2.06881
it
CAR 40 8.82 31.01 18.9870 5.30038
NPL 40 .16 8.69 2.5680 1.97796
Valid N
40
(listwise)

2. Hasil Uji Normalitas

Uji Normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
.66213129
Deviation
Most Extreme Absolute .132
Differences Positive .101
Negative -.132
Test Statistic .132
Asymp. Sig. (2-tailed) .077c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
3. Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Std. Toleran
Model B Error Beta t Sig. ce VIF
1 (Constant
.215 .119 1.813 .078
)
sin_CAR -.127 .141 -.148 -.904 .372 .986 1.015
sin_NPL -.041 .177 -.038 -.234 .817 .986 1.015
a. Dependent Variable: sin_penyalurankredit

4. Hasil Uji Autokorelasi

(Sebelum Pengobatan)

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 .157 .025 -.028 .67979 .675
a. Predictors: (Constant), sin_NPL, sin_CAR
b. Dependent Variable: sin_penyalurankredit

(Sesudah Pengobatan) menggunakan metode Cochrane Orcutt

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 .237 .056 .004 .51275 1.754
a. Predictors: (Constant), LAG_x2, LAG_x1
b. Dependent Variable: LAG_y
5. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji Glejser

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .548 .057 9.539 .000
sin_CAR -.044 .068 -.107 -.652 .519
sin_NPL .069 .086 .130 .797 .430
a. Dependent Variable: ABS_RES1

6. Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .068 .083 .809 .424
LAG_x1 -.104 .084 -.207 -1.239 .223
LAG_x2 -.058 .134 -.072 -.432 .668
a. Dependent Variable: LAG_y

7. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)

b
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .237 .056 .004 .51275 1.754

a. Predictors: (Constant), LAG_x2, LAG_x1


b. Dependent Variable: LAG_y
8. Hasil Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) .068 .083 .809 .424
LAG_x1 -.104 .084 -.207 -1.239 .223
LAG_x2 -.058 .134 -.072 -.432 .668
a. Dependent Variable: LAG_y

9. Hasil Uji Simultan (f-Test)

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regressio
.561 2 .280 1.067 .355b
n
Residual 9.465 36 .263
Total 10.026 38
a. Dependent Variable: LAG_y
b. Predictors: (Constant), LAG_x2, LAG_x1
Hasil Uji Plagiatrism
Plagiarism Checker X Originality
Report
Similarity Found: 12%

Date: Thursday, August 15, 2019


Statistics: 1727 words Plagiarized / 14858 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional
Improvement.
----------------------------------------------------------------------------------
---------

BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan global yang terjadi
beberapa tahun terakhir memberi pelajaran berharga bahwa inovasi dalam produk,
jasa dan aktivitas diperlukan, terutama untuk perbankan jika tidak diimbangi
dengan penerapan manajemen risiko yang memadai dapat menimbulkan berbagai
permasalahan mendasar pada bank maupun terhadap sistem keuangan secara
keseluruhan. Indonesia sudah mengalami perkembangan ekonomi yang semakin
membaik.

Perkembangan tidak lepas dari peranan bank sebagai lembaga yang membiayai
pembangunan ekonomi yang ada. Keberadaan sektor perbankan sebagai sub
system yang dalam perekonomian disuatu Negara yang memiliki peranan cukup
penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat yang modern sehari-hari sebagian
besar dapat melibatkan jasa dari sektor perbankan.

Hal tersebut dikarenakan sektor perbankan mengemban fungsi utama sebagai


perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan unit-unit
ekonomi yang kekurangan dana.

Anda mungkin juga menyukai