OLEH
SIGRIT E. HADI
NIM 1303062036
NIM : 1303062036
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya buat dan serahkan ini
semuannya telah dijelaskan berdasarkan sumbernya. Apabila dikemudian hari terbukti dan
atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima
konsekuensinnya dengan menerima sanksi apapun dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan
bersedia gelar kesarjanaan dan ijasah yang telah diberikan oleh Universitas Nusa Cendana
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas, efisiensi dan kontribusi
pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah di Kota Kupang tahun 2013-2017. Penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif Kuantitatif. Pada penelitian ini menggunakan
analisis efektivitas dengan membandingkan antara realisasi dan target. Tingkat efisiensi
diukur dengan membandingkan biaya pemungutan dengan realisasi pajak hiburan. Hasil
dari pengukuran tersebut dikelompokkan berdasarkan indikator penilaian. Kontribusi pajak
hiburan terhadap pendapatan asli daerah diukur dengan membandingkan antara realisasi
pajak hiburan dengan realisasi pendapatan asli daerah. Hasil penelitian menunjukkan besar
tingkat efektivitas pajak hiburan di Kota Kupang tahun 2013 sampai dengan tahun 2017
memiliki nilai rata-rata sebesar 112,48% termasuk dalam kategori sangat efektif. Tingkat
efisiensi pajak hiburan di Kota Kupang tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 memiliki
nilai rata-rata sebesar 4,19% termasuk dalam kategori sangat efisien. Kontribusi pajak
hiburan Kota Kupang tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 dengan rata-rata sebesar
10,91% terhadap pendapatan asli daerah, termasuk kategori sangat kurang.
Penghargaan atas curahan tenaga, pikiran, dan waktu dalam pembuatan Skripsi ini
1. Almamater kebanggaan saya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nusa Cendana,
2. Bapa, Mama, Ka Tyo, Edo dan Aline yang tidak putus-putusnya memberi doa,
semangat dan motivasi kepada saya,
3. Para sahabat dan sesama pejuang EXOTIC’13, semoga selalu kompak sampai
kapanpun.
4. Seluruh Kerabat, Keluarga dan Teman yang telah mendoakan kesuksesan saya.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
yang berjudul “Efektivitas, Efisiensi dan Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan
Asli Daerah di Kota Kupang (Studi Kasus Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Kupang”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat Program
Strata I pada Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeristas Nusa
Cendana.
arahan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini penulis
1. Bapak Prof. Ir. Frederik L. Benu, MS.,Ph.D selaku Rektor Universitas Nusa
menuntut ilmu.
2. Bapak Alm Dr. Oktovianus Nawa Pau, M.M.,ABM selaku Dekan Fakultas
Pembantu Dekan II dan Pembantu Dekan III yang telah membantu penulis
mengikuti kuliah.
di bangku kuliah.
4. Bapak Nikson Tameno, SE.,ME sebagai Pebimbing I dan Bapak Drs. Jhon D.
Lalang M.Si selaku Pembimbing II atas nasehat, waktu dan arahan dalam
5. Bapak Dr. Petrus E. de Rozari, M.Si selaku Penguji yang telah memberikan
6. Bapak Ronald P.C. Fanggidae, SE.,MM, selaku Dosen Wali yang telah
8. Kedua Orang Tua tercinta, kakak, adik serta saudara yang telah memberikan
9. Bapak Daniel Sitepu dan Bapak Frengki A. Ello yang selalu membantu penulis
dapat diselesaikan.
perkuliahan. Sangat banyak kenangan yang kita lalui baik suka maupun duka
11. Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang yang telah memberikan data
Begitu juga dalam penulisan skripsi ini, yang tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu
dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
demi penyempurnaan skripsi ini dan akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
MOTTO .……………………………………………………………………………...….vi
2.3. Kendala Peningkatan PAD dan Pemungutan Pajak Daerah ....................... …....13
2.4.4 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Hiburan …………………….. ..... …....19
4.1. Gambaran Umum Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang .…….…....41
4.1.1 Sejarah Berdirinya Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang .......41
4.1.2 Visi dan Misi Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang ................44
4.1.2.1 Tujuan Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang .............45
4.5. Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah .................. …....67
Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pajak Hiburan di Kota Kupang Tahun 2013-2015.............4
Tabel 1.2 Target dan Realisasi PAD Kota Kupang Tahun 2013-2015................................5
Tabel 3.1 Variabel Penelitian ……..…………………………………..............................35
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Efektivitas Pemungutan Pajak Hiburan................................38
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Efisiensi Pemungutan Pajak Hiburan....................................39
Tabel 3.4 Indikator Kontribusi Pajak Hiburan...................................................................40
Tabel 4.1 Efektivitas Pemungutan Pajak Hiburan Kota Kupang Tahun 2013-2017.........58
Tabel 4.2 Efisiensi Pemungutan Pajak Hiburan Kota Kupang Tahun 2013-2017.............64
Tabel 4.3 Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah
Kota Kupang Tahun 2013-2017........................................................................68
DAFTAR GAMBAR
Grafik 4.1 Perkembangan Persentasi Efektivitas Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli
Daerah tahun 2013-2017...................................................................................61
Grafik 4.2 Perkembangan Persentasi Efisiensi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli
Daerah tahun 2013-2017...................................................................................65
Grafik 4.3 Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah
Kota Kupang Tahun 2013-2017.......................................................................70
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak Indonesia memasuki era otonomi daerah yang ditetapkan dalam Undang-
Undang No. 33 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang pemerintah
dan peran serta masyarakat. Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk
yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), pinjaman daerah, dan penerimaan
daerah lain yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) sendiri meliputi pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
lainnya yang dipisahkan dari lain-lain PAD yang sah, antara lain penjualan asset daerah
dan jasa giro. Pajak daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun
2009 terbagi atas 2 jenis yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Pembagian ini
bersangkutan.
pajak daerah yaitu 4 jenis pajak provinsi dan 7 jenis pajak kabupaten/kota. Pajak
provinsi tersebut terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air
(PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air (BBNKB),
Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (AP dan ABT). Pajak daerah
kabupaten/kota meliputi Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan
Jalan, Pajak Restoran, Pajak Parkir, dan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C.
Tanpa disadari, Kota Kupang yang juga dikenal sebagai kota kasih ini yang sibuk
waktu, berbagai macam tempat hiburan bisa ditemukan di Kota Kupang, mulai dari
tempat hiburan kelas bawah, menengah, sampai kelas atas. Hal ini ditandai dengan
menjamurnya tempat karaoke, klub malam, café, pertunjukan film, pertunjukan musik,
dan tempat hiburan lain seperti tempat wisata, taman rekreasi, taman hiburan keluarga,
pasar malam, dan lainnya. Jumlah tempat hiburan ini meningkat seiring dengan
Target dan penerimaan pajak hiburan dan pendapatan asli daerah di Kota Kupang
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun sehingga menimbulkan selisih yang cukup
besar antara target dan realisasi. Efektivitas dalam hal tata cara pemungutan pajak bisa
saja mempengaruhi hal tersebut, salah satunya realisasi pengawasan peraturan daerah
tentang pajak daerah relatif lemah dan kurangnya kemampuan untuk mendengar,
menanggapi dan mencari solusi dari keluhan staf, baik yang bertugas sebagai pendata,
penganalisis data, perhitungan, penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau
Selain efektivitas, efisiensi juga mempengaruhi selisih antara target dan realisasi.
pajak hiburan di Kota Kupang didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor
2 tahun 2016 tentang biaya pemungutan pajak daerah. Apabila dalam pemungutan
pajak hiburan tidak dialaksanakan secara efektif dan efisien maka kontribusi pajak
hiburan tersebut terhadap pendapatan asli daerah akan rendah. Dalam kaitannya dengan
pajak hiburan, kontribusi memiliki arti sejauh mana hasil penerimaan pajak hiburan
Tabel 1.1
Target dan Realisasi Pajak Hiburan di Kota Kupang
Tahun 2013-2015
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
penerimaan pajak hiburan selalu menurun, namun persentasi pada tahun 2015 realisasi
dari pajak hiburan melebihi target. Peneliti bermaksud meneliti agar lebih
pajak hiburan dari tahun 2013-2015 mengalami penurunan. Walaupun pada tahun 2015
realisasi penerimaan pajak hiburan telah melebihi target. Penurunan realisasi pajak
hiburan dari tahun ke tahun yang dihitung dari realisasi jumlah penerimaan belum dapat
dijadikan ukuran keberhasilan pemungutan pajak yang telah dilakukan oleh Pemerintah
Kota Kupang. Dari data tersebut juga peneliti juga beranggapan bahwa kontribusi pajak
Berkaitan dengan Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah di Kota Kupang
Tabel 1.2
Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang
Tahun 2013-2015
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %
Berdasarkan data pada Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan
pendapatan asli daerah kota kupang selalu melebihi target yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak potensi-potensi yang
harus digali lebih dalam agar peningkatan Pendapatan Asli Daerah lebih besar. Dari
kondisi dan latar belakang masalah di atas terjadi jarak yang cukup besar antara target
dan realisasi penerimaan pajak hiburan di Kota Kupang, dimana potensi pajak hiburan
lebih bisa di optimalkan sehingga peningkatan peluang pajak hiburan yang lebih besar
lagi kedepannya.
Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota
Kupang).
2. Pengaruh tingkat Efisiensi pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota
untuk memanfaatkan kinerja pegawai dan biaya yang digunakan dalam pemungutan
pajak agar digunakan sebaik mungkin agar meningkatan PAD Kota Kupang.
2. Bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada instansi yang terkait
untuk lebih bekerja keras dalam meningkatkan dan menggali sumber penerimaan
pendapatan daerah.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan agar masyarakat dapat mengetahui tentang kinerja dari
Badan Keuangan dan Aset Daerah dalam meningkatan PAD Kota Kupang.
Penelitian ini diharapkan sebagai informasi dan referensi atau data tambahan bagi
TINJAUAN PUSTAKA
berlaku. Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting karena
melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan
sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang undangan
yang berlaku.
yang bersumber dari hasil pajak daerah, retribusi daerah hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan
1. Pajak Daerah
a. Pajak provinsi
b. Pajak kabupaten
2. Retribusi Daerah
Retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perijinan tertentu
4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yaitu hasil penjualan kekayaan daerah
yang tidak dipisahkan,jasa giro, pendapatn bunga, tuntutan ganti rugi, keuntungan
Menurut Prakosa (2005:2), dalam bukunya pajak dan retribusi daerah, pajak
daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah
tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
kejadian atau perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai
retribusi daerah, pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah
Nomor 28 Tahun 2009, pajak daerah dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu:
2) Bea balik nama kendaraan bermotor, yaitu pajak atas penyerahan hak milik
perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar
3) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, yaitu pajak atas penggunaan bahan
air permukaan.
5) Pajak rokok, yaitu pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
Pemerintah.
1) Pajak hotel, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.
2) Pajak restoran, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
3) Pajak hiburan, yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan.
5) Pajak penerangan Jalan, yaitu pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik
6) Pajak mineral bukan logam dan batuan, yaitu pajak atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di
7) Pajak parkir, yaitu pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan
jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
kendaraan bermotor.
8) Pajak air tanah, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air
tanah.
9) Pajak sarang burung walet, yaitu pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau
10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, yaitu pajak atas bumi
orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan
11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, yaitu pajak atas perolehan
Tarif pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah telah diatur dalam UU
No. 28 tahun 2009 yang ditetapkan dengan pembatasan tarif paling tinggi berbeda
11. Pajak mineral bukan logam dan batuan ditetapkan paling tinggi 25%
15. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar
0,3%
16. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5%
pengaturan yang berbeda tentang penetapan tarif pajak oleh pemerintah daerah antara
pajak provinsi dengan pajak kabupaten/kota. Saat ini penetapan pajak provinsi diatur
dalam Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah, menetapkan tarif
pajak yang paling tinggi, hal ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada
daerah diharapkan memiliki kemandirian yang lebih besar. Akan tetapi, saat ini masih
1. Tingginya tingkat kebutuhan daerah (fiscal need) yang tidak seimbang dengan
kapasitas fiskal (fiscal capacity) yang dimiliki daerah, sehingga menimbulkan fiskal
gap.
4. Berkurangnya dana bantuan dari pemerintah pusat (dana alokasi umum dari pusat
5. Belum diketahui potensi pendapatan asli daerah yang mendekati kondisi riil.
Merupakan tugas negara dalam pemungutan dan pengelolaan uang pajak demi
pengelolaan dan pembiayaan tugas-tugas negara, sehingga negara bisa memaksa
warganya untuk melakukan pembayaran pajak yang telah diatur dalam undang-undang,
akan tetapi bagi petugas pajak daerah dalam hal pemungutan pajak tidak semudah yang
tentang pajak dan restribusi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah harus
disampaikan kepada pemerintah pusat, yaitu ke Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Keuangan paling lama 15 (lima belas) hari sejak ditetapkan. Akan tetapi, tidak semua
masih banyak provinsi dan kabupaten/kota yang tidak memperhatikan amanat dalam
daerah.
lagi menyisakan celah bagi pemerintah pusat untuk menerapkan sentralisasi kekuasaan
yang nantinya dapat menimbulkan konflik antar pusat dan daerah atau antar provinsi
dan kabupaten/kota, karena jika demikian makna otonomi daerah menjadi kabur.
Pengawasan oleh pemerintah pusat yang terlalu ketat dapat melemahkan pemungutan
pajak dikarenakan dengan adanya pengawasan pemerintah pusat yang terlalu ketat
daerah tidak dapat mandiri dalam mengelola aspek kehidupannya sesuai dengan
bagaimana menentukan jenis pajak daerah yang tepat dikenakan (langsung atau tidak
langsung) kepada siapa dan di tingkat pemerintahan mana (kabupaten atau kota).
Sengketa pajak sebagai sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib
pajak atau penanggung pajak dan pejabat pajak yang berwenang sebagai akibat
surat paksa. Adanya sengketa pajak tersebut baik sengketa regulasi, sengketa ketetapan
pemungutan pajak.
keluhan staf, baik yang bertugas sebagai pendata, penganalisis data, perhitungan,
7. Belum dapat diterapkannya sistem self assessment system dalam pemungutan pajak
daerah.
Nasution (1989:512) mengatakan bahwa Pajak hiburan adalah pajak yang dikenakan
atas semua hiburan dengan memungut bayaran, yang diselenggarakan pada suatu
daerah. Berdasarkan pengertian hiburan tersebut berarti pajak hiburan hanya dikenakan
pada segala jenis penyelenggaraan hiburan yang dikenakan biaya untuk dapat
menikmatinya. Hal ini berarti penyelenggaraan hiburan yang tidak memungut biaya
pada orang yang menikmatinya tidak dikenakan pajak hiburan. Berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Kupang No.2 Tahun 2016 tentang Pajak Daerah, subjek pajak hiburan
adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan, sedangkan objek pajak
pengenaan pajak hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya
Peraturan Daerah Kota Kupang No.2 Tahun 2016 tentang Pajak Daerah, objek
pajak hiburan adalah jasa penyelengaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Objek
a. tontonan film;
c. kontes kecantikan;
d. pameran;
i. panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center);
j. pertandingan olahraga;
tidak dipungut bayaran pada acara pernikahan, upacara adat, kegiatan keagamaan, dan
pameran buku.
2.4.3 Wajib Pajak
Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 2 disebutkan pengertian Wajib Pajak yaitu : orang
pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
Peraturan Daerah Kota Kupang No.2 Tahun 2016 tentang Pajak Daerah, dasar
pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya
diterima oleh penyelenggara hiburan. Jumlah uang yang seharusnya diterima termasuk
potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan.
b.pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana ditetapkan sebesar 20% (dua puluh
persen);
c.pagelaran kesenian, musik dan/atau tari yang bersifat tradisional yang perlu
dilindungi dan dilestarikan karena mengandung nilai-nilai tradisi yang luhur dan
d.kontes kecantikan dan sejenisnya ditetapkan sebesar 35% (tiga puluh lima persen);
f.pameran seni budaya, seni ukir, barang seni, tumbuhan, satwa dan hasil produksi
barang dan/atau jasa lainnya ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);
h.diskotik, karaoke dewasa, kelab malam dan sejenisnya ditetapkan sebesar 35% (tiga
i.sirkus, akrobat, sulap dan sejenisnya ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);
k.pacuan kuda dan kendaraan bermotor ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);
l.panti pijat, refleksi dan mandi uap/spa, ditetapkan sebesar 35% (tiga puluh lima
persen);
dibayar sendiri oleh Wajib pajak. Wajib Pajak memenuhi kewajiban pajak yang
dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen
lain yang dipersamakan. Wajib Pajak memenuhi kewajiban pajak sendiri dengan
Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), dan/atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Tambahan (SKPDKBT). Pemungutan pajak hiburan dilakukan melalui tahap-tahap
berikut :
Wajib pajak melaporkan kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk tentang
pajak hotel. Untuk itu Wajib Pajak mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
berakhirnya masa pajak dan dilengkapi dokumen yang berkaitan dengan pembayaran
penyampaian SPTPD untuk jangka waktu tertentu dapat diterima apabila dengan
alasan yang jelas. SPTPD dianggap tidak dimasukkan apabila Wajib Pajak tidak
Wajib Pajak yang tidak melaporkan atau melaporkan tapi tidak sesuai dengan batas
waktu yang telah ditentukan akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai
kegiatan pemungutan pengambilan pajak hiburan tidak dapat diserahkan kepada pihak
ketiga. Walau kemungkinan adanya kerjasama dengan pihak ketiga dalam proses
kepada Wajib Pajak atau penghimpunan data objek dan wajib pajak, kegiatan
penagihan pajak.
3. Penetapan pajak hiburan
Berdasarkan SPTPD yang dilaporkan Wajib Pajak, Walikota atau pejabat yang
ditunjuk oleh Walikota menetapkan pajak hotel yang terutang dengan menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). SKPD harus dilunasi oleh Wajib Pajak paling
lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya SKPD oleh Wajib Pajak. Apabila setelah
lewat waktu yang ditentukan, wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang
dalam SKPD, wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah
(STPD).
4. Ketetapan Pajak
Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, Walikota dapat
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) dan Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT), Surat Ketetapan Pajak
Pajak hiburan terutang dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam
peraturan daerah, yaitu 1 (satu) bulan takwim. Pembayaran pajak yang terutang
dilakukan ke kas daerah, atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota sesuai waktu
yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD. Apabila
pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak
harus disetor ke kas daerah paling lambat 1 x 24 jam atau dalam waktu yang
pembayaran pajak yang terutang harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut
dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang
belum atau kurang bayar sesuai kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan
yang ditentukan.
Apabila pajak hiburan yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo
pembayaran, maka Walikota atau pejabat yang ditunjuk akan melakukan tindakan
penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan surat
teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
penagihan pajak. Surat teguran atau surat peringatan dikeluarkan tujuh hari sejak jatuh
tempo pembayaran pajak dan dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk Walikota. Dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak surat teguran atau surat peringatan atau surat lain
yang sejenis dterimanya, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang. Selanjutnya
bila jumlah pajak terutang masih harus dibayar dan tidak dilunasi dalam jangka waktu
tertentu yang ada dalam surat teguran atau surat peringatan atau surat lainnya yang
sejenis maka jumlah pajak yang harus dibayar, ditagih dengan surat paksa dan dapat
7. Keberatan
Wajib pajak yang tidak puas atas penetapan pajak yang dilakukan oleh
walikota, dapat mengajukan keberatan hanya kepada walikota atau pejabat yang
ditunjuk. Apabila wajib pajak berpendapat bahwa jumlah pajak dalam Surat Ketetapan
Pajak tidak sebagaimana mestinya, wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya
kepada walikota yang menerbitkan surat ketetapan pajak tersebut. Keberatan yang
diajukan adalah terhadap materi atau isi dari ketetapan dengan membuat perhitungan
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan daerah tentang pajak
hotel dimaksud. Keputusan yang diterbitkan oleh walikota disampaikan kepada wajib
pajak untuk dilaksanakan. Hal ini tidak menutup kemungkinan keputusan keberatan
tersebut tidak memuaskan wajib pajak, sehingga wajib pajak diberi hak untuk
melakukan perlawanan secara hukum, untuk memperoleh penetapan pajak yang sesuai
dengan yang ditentukan dalam peraturan. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan
2.5 Efektivitas
Pengertian efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan atau dapat
juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur
dari organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi
pada sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut
yang merupakan sasaran yang telah ditentukan. Efektivitas menurut Devas (1998:279-
280), adalah hasil guna kegiatan pemerintah dalam mengurus keuangan daerah harus
dalam waktu yang secepatnya. Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai
akibat yang dikendaki. Kalau seorang melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud
tertentu dan memang dikehendakinya, maka orang itu dikatakan efektif bila
(Halim, 2004:16).
Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang dikehendaki.
Bila konsep efektivitas dikaitkan dengan pemungutan pajak, terutama penerimaan pajak
penerimaan pajak hiburan berhasil mencapai potensi yang seharusnya dicapai pada
suatu periode tertentu (Halim, 2004:78). Efektivitas harus dinilai atas tujuan yang bisa
dilaksanakan dan bukan atas konsep tujuan yang maksimum. Jadi efektivitas menurut
ukuran seberapa jauh organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.
kinerja/target yang ditetapkan, jadi efisiensi merupakan rasio terbaik antara output
perbandingan antara biaya dengan realisasi yang diperoleh. Efisiensi dikatakan lebih
baik apabila perbandingan biaya dengan realisasi yang telah dicapai nilainya semakin
(2004:130), Efisiensi Pemungutan pajak hiburan dapat dihitung dengan rasio efisiensi
sebagai berikut :
besarnya biaya yang digunakan untuk memungut pajak dan realisasi penerimaan pajak
yang diterima oleh Badan Keuangan dan Aset Daerah yang dimaksud dengan biaya
pemungutan pajak adalah pengeluaran yang dikeluarkan oleh Badan Keuangan dan
2.7 Kontribusi
dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun
negatif terhadap pihak lain. Sebagai contoh, seseorang melakukan kerjabakti di daerah
pajak daerah (khususnya pajak hiburan) dengan Pendapatan Asli Daerah. Semakin
besar hasilnya maka semakin besar pula peranan pajak daerah terhadap Pendapatan
penelitian terdahulu sebagai pendukung bagi penelitian ini. Berkaitan dengan pajak
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terlebih Dahulu
Judul dan Variabel
No Peneliti dan Tahun Hasil Penelitian
Penelitian
Surabaya) peningkatan
yang diharapkan.
2 Elfayang Rizky Ayu Analisis Efektivitas, Kontribusi pajak daerah terhadap
kontribusinya cenderung
reklame.
Dengan peningkatan
daerah.
perbedaannya terletak pada objek dan tahun penelitian yang akan dilakukan di Kota
Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur Pada Tahun 2013-2017. Perbedaan lainnya,
terdahulu.
2.9 Kerangka Berpikir
Berdasarkan kerangka berpikir dalam penelitian ini disajikan pada gambar 2.1
Gambar 2.1.
Kerangka Berpikir Efektivitas, Efisiensi dan Kontribusi Pajak Hiburan terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Kota Kupang
KONTRIBUSI EFEKTIVITAS
ASLI DAERAH
EFISIENSI
seberapa besar tingkat Efektivitas dan Efisiensi pajak hiburan di Kota Kupang. Selain
itu penelitian ini di arahkan untuk mengetahui besaran Kontribusi Pajak Hiburan
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang Tahun 2013-2017. Jadi Efektivitas dan
Efisiensi mempengaruhi Pajak Hiburan secara langsung. Efektivitas dan Efisiensi yang
mempengaruhi Pajak Hiburan itulah yang membuat peneliti ingin melihat seberapa
besar Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Apabila tingkat
Efektivitas dan Efisiensi pajak hiburan di Kota Kupang naik maka Kontribusi Pajak
Hiburan di Kota Kupang akan meningkat. Begitu pula sebaliknya apabila Efektivitas
dan Efisiensi Pajak Hiburan di Kota Kupang rendah maka Kontribusi Pajak Hiburan
Pemungutaan yang efektif dan efisien mengacu pada target dan biaya yang
berpengaruh juga terhadap penerimaan pajak daerah. Pajak daerah merupakan bagian
dari Pendapatan Asli Daerah sehingga dengan meningkatnya penerimaan pajak daerah
METODE PENELITIAN
Deskriptif kuantitatif yaitu teknik pengolahan data dimana data-data yang berbentuk
Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang yang beralamat Jl. S.K.Lerik No.3. Penlitian
1) Data Kualitatif adalah data berupa informasi (bukan angka) baik lisan maupun
2) Data Kuantitatif adalah data berupa angka-angka yang bertujuan untuk menunjukkan
Daerah.
1) Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari instansi Badan Keuangan
dan Aset Daerah Kota Kupang yaitu berupa data yang diambil melalui teknik
wawancara dengan pegawai pada instansi tersebut. Data primer secara khusus
dikumpulkan oleh peneliti menjawab pertanyaan riset atau penelitian.
2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh berbentuk angka, grafik, laporan
keuangan dan lain-lain yang dipublikasi oleh Badan Keuangan dan Aset Daerah
Variabel yang akan diteliti perlu dilaksanakan dalam bentuk rumusan yang
Tabel 3.1
Variabel Penelitian
Definisi
Konsep Indikator Skala
Operasional
Efektivitas Suatu Realisasi dan Rasio
ketercapaian yang Target Pajak
sudah ditargetkan Hiburan
Efisiensi Perbandingan Biaya Rasio
biaya Pemungutan
pemungutan Pajak Hiburan
dengan realisasi
penerimaan
3.5.2 Observasi
wawancara secara langsung terhadap pihak yang terkait pada instansi Badan Keuangan
3.5.1 Dokumentasi
realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang yang bersumber dari
data yang telah terkumpul dalam bentuk uraian kalimat sehingga pada akhirnya dapat
analisis data dari yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat
penerimaan pajak hotel sesuai klasifikasinya tiap tahun yang datanya diperoleh dari
Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan
oleh instansi berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data.
hiburan di Kota Kupang beserta Kontribusi pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli
1. Analisis Efektivitas
hiburan dari semua potensi pajak hiburan dengan anggapan semua wajib pajak hiburan
menentukan besarnya potensi pajak hiburan, maka dalam penelitian ini yang digunakan
Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Efektivitas Pemungutan Pajak Hiburan
2. Analisis Efisiensi
(2004:130), Efisiensi Pemungutan pajak hiburan dapat dihitung dengan rasio efisiensi
sebagai berikut :
besarnya biaya yang digunakan untuk memungut pajak dan realisasi penerimaan pajak
yang diterima oleh Badan Keuangan dan Aset Daerah, yang dimaksud dengan biaya
pemungutan pajak adalah pengeluaran yang dikeluarkan oleh Badan Keuangan dan Aset
Daerah untuk merealisasikan penerimaan pajak hiburan. Sedangkan biaya itu berupa
insentif bagi petugas pemungut yang besarnya menurut Perda Kota Kupang No. 2 Tahun
2016 telah ditentukan sebesar 5 (lima) persen dari realisasi penerimaan pajak hiburan tiap
tahunnya ditambah dengan biaya operasional. Pajak hiburan dikatakan efisien apabila nilai
ini.
Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Efisiensi Pemungutan Pajak Hiburan
Efisiensi Penerimaan Pajak Kriteria Efisiensi Penerimaan
Hiburan (%) Pajak Hiburan
Diatas 100 Tidak Efisien
90 - 100 Kurang Efisien
80 - 89 Cukup Efisien
60 - 79 Efisien
Kurang dari 60 Sangat Efisien
Sumber: Depdagri, Kepmendagri Tahun 2006
pajak hiburan terhadap Pajak Daerah menurut Abdul Halim (2004:163) digunakan
4.1 Gambaran Umum Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang
4.1.1 Sejarah Berdirinya Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang
Pengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Kupang. Badan ini awalnya terbentuk
Tahun 1978. Awalnya Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang berstatus
sebagai Suku Dinas Pendapatan Daerah Kota Administratif Kupang dan dalam
tugasnya melakukan kegiatan penagihan Pendapatan Asli Daerah dan IPEDA pada
tahun 1980 s/d 1992 Nama IPEDA di ubah menjadi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
yang saat ini masih gabung dengan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kupang.
Selanjutnya status Suku Dinas Pendapatan Daerah Kota Administratif Kupang diganti
menjadi Cabang Dinas Pendapatan Daerah Kota Administratif Kupang pada tahun
1983 s/d 1996 yang dalam tugasnya menangani penagihan PAD dan PBB dari tahun
1992 s/d saat ini. Cabang Dinas diganti nama lagi menjadi Dinas Pendapatan Kota
Madya Kupang pada tahun 1996 s/d 1998 diganti menjadi Dispenda Kota Kupang
tahun 1998 s/d 2008 diganti lagi menjadi Dispenkeu Kota Kupang pada tahun 2008 s/d
Maret 2014 setelah itu menjadi Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang yang tetap
dalam menangani dana kepengurusan APBD dan pendapatan Asli Daerah lainya, dan
pada tanggal 1 Januari 2017 ditetapkan sebagai Badan Keuangan dan Aset Daerah
Kota Kupang.
Sejak pembentukan kota Administratif Kupang menjadi Kotamadya Daerah
Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I NTT Nomor 20 Tahun 1996. Pada perkembangannya diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 34 Tahun 2002 Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas dan Lembaga Teknik Daerah Kota
Kupang, diubah lagi dengan Perda No.6 tahun 2008 tantang Organisasi dan Tata
Laksana Dinas-Dians dan diubah lagi dengan Perda No.4 tahun 2013 sekaligus
memberi Porsi Tanggung Jawab Dalam Pengumutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
dan PAD di wilayah Kota Kupang yang bekerja sama dengan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Kupang dan Selanjutnya pada tahun 2013 berdasarkan keputusan PBB-P2
Nama-nama Pejabat yang memimpin Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota
1. Yohanes Pah Pena (1980 s/d 1983) Suku Dinas Pendapatan Kota Administratif
Kabupaten Kupang sampai tahun 1996 manjadi Dinas Pendapatan Daerah Kota
Madya kupang
6. Drs. Jakob L. Tokoh,M.Si (PH) (2005 s/d 2008) Dispenda Kota Kupang
Kupang
10. Drs. Ferdinandus D. Leho (Maret 2013 s/d Juni 2013) Dispenkeu Kota Kupang
11. Plt. Drs. Jakob L. Tokoh,M.Si (Juni 2013 s/d Maret 2014) Dispenkeu Kota Kupang
12. Jeffry Edward Pelt,SH (Maret 2014 s/d Sekarang) Dispenda Kota Kupang/Badan
Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang yang telah diubah menjadi Badan
Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang yang di Kepalai oleh Jeffry Edward Pelt,SH
dari tanggal 13 maret 2014 sampai sekarang dan sedang melaksanakan beberapa
kegiatan besar antara lain : Pekan Pelayanan PBB-P2, Sosialisasi Perda tentang pajak
dan retribusi Daerah, Studi Banding Persiapan Pengalihan PBB-P2 menjadi Pajak
4.1.2 Visi dan Misi Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang
Adapun visi dan misi Badan Keuangan dan Aset Daerah kota kupang adalah
sebagai berikut :
VISI
“Menjadi koordinator dan pengelola pungutan yang handal dalam menggali dan
berdaya saing”.
MISI
Untuk mewujudkan misi di atas, Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota
berkesinambungan.
3. Meningkatkan kesadaran wajib pajak dan retribusi dari warga masyarakat Kota
Kupang.
Untuk mewujudkan peningkatan pendapatan asli daerah dalam visi dan misi
Kota Kupang.
4.1.2.2 Kegiatan Operasional Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang
1. Tugas pokok Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang adalah
tugas pokok maka Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang memiliki
Struktur Organisasi dari Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang
Gambar 4.1
4.1.2.4 Bidang-bidang Kerja Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang
1. Sekretaris
2. Kasubag
pedoman kerja.
pedoman kerja.
pedoman kerja.
kerja.
pedoman kerja.
pedoman kerja.
Bidang Pengawasan dan Pengendalian terdiri dari tiga (3) Seksi, Yaitu:
pedoman kerja.
pedoman kerja.
6. Kepala Bidang Pembukuan dan Pelaporan
1. Bendahara Pengeluaran
3. Bendahara Penerimaan
Instansi pelaksana.
4. Bendahara Barang
atasan.
5. Operator Komputer
komputer.
d. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan
atasan.
4.2 Analisis Kebijakan Badan Keuangan dan Aset Daerah Tentang Pajak Hiburan
Potensi pajak daerah dari sektor hiburan yang merupakan salah satu kontribusi
dari pajak daerah ini. Pemerintah Kota Kupang telah mengaturnya dalam Peraturan
Daerah Kota Kupang nomor 2 Tahun 2016 tentang Pajak Daerah dan Peraturan
Daerah nomor 3 Tahun 2002 tentang Pajak Hiburan. Implementasi kedua Peraturan
Daerah ini baik Peraturan Daerah No.2 maupun Peraturan Daerah No.3 telah
dilaksanakan oleh pemerintah daerah Kota Kupang melalui Badan Keuangan dan Aset
Perubahan peraturan daerah Kota Kupang dari Perda No.5 tahun 2011
menjadi Perda No.2 tahun 2016 menjadi tolak ukur peningkatan pajak daerah
khususnya pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah, dimana berkaitan dengan
pajak hiburan perubahan tanggal jatuh tempo pembayaran pajak yang dipersingkat dari
30 hari sesudah masa pajak menjadi 7 hari sesudah masa pajak atau 7 hari jam kerja
aktif tanpa di hitung hari sabtu dan hari minggu. Selain itu apabila terjadi
keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak maka akan dikenai sanksi
sebesar 2% dari pajak mereka sendiri. Dari perubahan ini akan membuat kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak tepat waktu akan semakin meningkat.
Pendapatan Asli Daerah dari semua sektornya termasuk sektor hiburan. Namun
demikian dari laporan yang terbaca dalam kebijakan umum anggaran yang diperoleh
badan anggaran sangatlah berbeda dengan kondisi yang ada karena hal yang dicapai
sangat kecil dari semangat yang ada. Maka dari itu penerapan sistem pelunasan pajak
Dilihat dari kuantitas jelas pajak hiburan di Kota Kupang merupakan potensi
yang besar jika semua pihak yang terkait dengan sektor pajak ini dapat bekerjasama
dengan baik. Dalam penentuan jumlah pajak ini banyak faktor yang dipertimbangkan
oleh pemerintah Kota Kupang antara lain faktor ekonomi,sosial dan politik. Untuk
menentukan jumlah pajak yang didapat pemerintah Kota Kupang menggunakan sistem
penetapan atau yang dikenal self assysment system, sistem ini dimana wajib pajak
menghitung sendiri pajak yang harus dibayar sesuai penetepan sebesar 10-35% dari
omset penjualan. Penentuan besarnya pajak dengan sistem ini sangat tergantung
kepada kerjasama pemilik untuk melaporkan omset yang mereka dapat kepada petugas
dilaporkan wajib pajak tidak sesuai dengan omset yang sebenarnya, menurut Kasubid
Pendataan dan Pendaftaran (Yoscar Tallas) seringkali pemilik mempunyai dua laporan
omset, yaitu laporan omset dengan jumlah keuangan yang tidak besar dan yang satu
lagi laporan omset dengan jumlah keuangan yang besar maka dari itu petugas sulit
untuk melacaknya. Masalah ini berpengaruh terhadap capaian target pajak hiburan
yang sebelumnya telah dibuat oleh Badan Keuangan dan Aset Daerah, maka dari itu
yang didapat dari pemungutan pajak hiburan bisa maksimal. Sejalan dengan itu Badan
Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang tetap berupaya maksimal melakukan
penerimaan pajak hiburan, maka efektivitas yang dimaksudkan adalah seberapa besar
realisasi penerimaan pajak hiburan berhasil mencapai potensi yang seharusnya dicapai
pada suatu periode tertentu (Halim, 2004:78). Efektivitas harus dinilai atas tujuan yang
bisa dilaksanakan dan bukan atas konsep tujuan yang maksimum. Jadi efektivitas
menurut ukuran seberapa jauh organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.
Tabel 4.1
Efektivitas Pemungutan Pajak Hiburan Kota Kupang Tahun 2013-2017
Presentase Keterangan
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp)
(%)
2.008.134.428,00 1.594.267.533,00 79,39 Kurang
2013
Efektif
1.654.855.000,00 1.336.665.149,00 80,77 Cukup
2014
Efektif
1.043.845.000,00 1.185.574.102,00 113,57 Sangat
2015
Efektif
5.107.081.560,00 Sangat
2016 2.300.000.000,00 222,05
Efektif
2.305.258.687,00 Kurang
2017 3.457.997.000,00 66,66
Efektif
Rata- 2.305.770.000,00 Sangat
2.092.966.000,00 112,488
rata Efektif
Sumber : Badan Keuangan dan Aset Daerah (data diolah, 2018)
Dari tabel 4.1 dapat diinformasikan tingkat efektivitas pemungutan pajak
hiburan pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 secara keseluruhan rata-rata
mencapai 112,48% atau dapat diartikan bahwa pemungutan pajak hiburan dilakukan
sangat efektif. Pada tahun 2013 realisasi efektivitas pemungutan pajak hiburan tidak
melampaui target dengan selisih sebesar Rp 413.866.895, hal ini dikarenakan kondisi
ekonomi pada saat itu mengalami penurunan dan juga banyak wajib pajak yang lambat
membayar pajak setelah jatuh tempo, maka dari itu wajib pajak dikenakan sanksi
sebesar 2% dari nilai pajaknya sendiri. Pada tahun 2014 persentasi efektivitas pajak
yaitu tahun 2015 mengalami peningkatan lagi sebesar 32.8% dengan realisasi Rp
Peningkatannya bahkan dua kali lipat dari target yang ditetapkan. Persentasi
pemungutan pajak hiburan tahun 2016 naik sebesar 108,93 menjadi 222,05% dengan
(Jefry Pelt), pemasukan yang diperoleh pajak hiburan tahun 2016 sampai melampaui
batas target dan mengalami kenaikan yang tinggi disebabkan karena banyaknya
Misalnya, konser musik yang dilakukan pihak ketiga dengan menghadirkan sejumlah
artis papan atas ibu kota, menjadi salah satu penyokong naiknya pendapatan sektor
hiburan. Pada tahun 2017 realisasi penerimaan pajak hiburan tidak melampaui target.
musik tidak banyak dilaksanakan. Selain itu banyak wajib pajak melaporkan omset
Berdasarkan hasil dari tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa tingkat efektivitas
pemungutan pajak hiburan tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu 222,05% dengan
tahun 2017 yaitu 66,66% dengan realisasi sebesar Rp 2.305.258.687,00. Namun secara
keseluruhan pemungutan pajak hiburan Kota Kupang menunjukkan angka yang sangat
Kota Kupang.
Grafik 4.1
Perkembangan Persentasi Efektivitas Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli
Daerah tahun 2013-2017
150
113,57 Perkembangan
100 80,77 Presentasi Efektivitas
79,39
66,66 Pajak Hiburan %
50
0
2013 2014 2015 2016 2017
realisasi penerimaan pajak Hiburan mengalami peningkatan yang besar dari 79,39%
efektif, hal ini dikarenakan adanya perubahan Peraturan Daerah Kota Kupang tentang
pajak daerah khususnya pajak hiburan mengenai tanggal jatuh tempo pembayaran pajak
yang dipersingkat dari 30 hari sesudah masa pajak menjadi 7 hari sesudah masa pajak
atau 7 hari jam kerja aktif tanpa di hitung hari sabtu dan hari minggu, sehingga dari
perubahan tersebut membuat wajib pajak lebih sadar akan ketepatan waktu membayar
pajak mereka sendiri karena apabila wajib pajak membayar pajak mereka melebihi dari
tanggal jatuh tempo yang sudah ditetapkan maka akan dikenai sanksi sebesar 2% dari
nilai pajak. Sanksi tersebut juga sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota
Kupang No. 2 tahun 2016. Bagi wajib pajak yang membayar pajaknya secara tepat
waktu akan diberikan piagam penghargaan atas apa yang telah dilakukan namun harus
berada dalam beberapa kriteria penerima penghargaan yaitu kejujuran dalam membayar
pajak dari omset yang diperoleh dan ketepatan waktu membayar pajak. Sejauh ini
sudah banyak wajib pajak yang mendapat piagam penghargaan dimana harus termasuk
efektif di karenakan realisasi pajak hiburan mencapai lebih dari 200%. Tetapi pada
tahun 2017 pajak hiburan hanya bisa terealisasi sebesar 66,66% atau tidak melampaui
dari target yang sudah ditetapkan yaitu sebesar Rp 3.457.997.000. Berdasarkan hasil
wawancara yang telah dilakukan pada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang,
Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pemungutan pajak hiburan itu sendiri yaitu
seperti kegiatan perekonomian pada tahun tersebut, jumlah investor yang menanam saham
dan jumlah kegiatan nasional tiap tahunnya. Menurut kami (BKAD) faktor yang dominan
dalam hal efektivitas pemungutan pajak yaitu faktor kondisi perekonomian dan kegiatan-
kegiatan nasional yang ada di Kota Kupang, karena dari kedua faktor tersebut bisa dilihat
pemungutan itu sendiri adalah biaya yang dikeluarkan oleh Badan Keuangan dan Aset
Daerah Kota Kupang untuk memungut pajak hiburan, biaya itu berupa insentif bagi
petugas pemungut yang besarnya menurut Perda Kota Kupang No.2 Tahun 2016 telah
ditentukan sebesar 5% dari realisasi penerimaan pajak hiburan tiap tahunnya ditambah
realisasi penerimaan pajak hiburan maka tingkat efisiensi pemungutan pajak hiburan
dapat ditentukan nilainya. Pajak dikatakan efisien apabila hasilnya kurang dari 100%
dan apabila lebih dari 100% maka dianggap tidak efisien (Dhinaryathi 2003:25).
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisiensi dengan menggunakan rumus
Tabel 4.2
Efisiensi Pajak Hiburan Kota Kupang Tahun 2013-2017
Realisasi Pajak Biaya Presentase Keterangan
Tahun Hiburan Pemungutan (%)
(Rp) (Rp)
1.594.267.533,00 90.850.000,00 5,69 Sangat
2013
Efisien
1.336.665.149,00 66.830.000,00 4,99 Sangat
2014
Efisien
1.185.574.102,00 50.950.000,00 4,29 Sangat
2015
Efisien
5.107.081.560,00 171.120.000,00 3,35 Sangat
2016
Efisien
2.305.258.687,00 60.750.000,00 2,63 Sangat
2017
Efisien
Rata- 2.305.770.000,00 88.100.000,00 4,19 Sangat
rata Efisien
Sumber : Badan Keuangan dan Aset Daerah (data diolah, 2018)
Dari tabel 4.2 dapat diinformasikan bahwa tingkat efisiensi pajak hiburan
dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 sangat efisien dengan nilai dari tiap
tahunnya kurang dari 60%. Pada tahun 2013 dengan tingkat efisiensi 5,69%, tahun
2014 dengan tingkat efisiensi meningkat sebesar 4,99%, tahun 2015 tingkat efisiensi
sebesar 4,29%, tahun 2016 tingkat efisiensi sebesar 3,35% dan tahun 2017 tingkat
efisiensi pajak hiburan sebesar 2,63% Secara menyeluruh tingkat efisiensi pajak
Berdasarkan hasil tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi biaya
pemungutan pajak hiburan tertinggi pada tahun 2017 dengan persentasi 2.63% dan
tingkat efisiensi terendah pada tahun 2013 sebesar 5.69%. Pada tahun penelitian secara
keseluruhan biaya pemungutan pajak hiburan Kota Kupang menunjukkan angka yang
Kota Kupang.
Grafik 4.2
Perkembangan Persentasi Efisiensi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli
Daerah tahun 2013-2017
0
2013 2014 2015 2016 2017
perkembangan presentasi pajak hiburan maka akan semakin efisien penggunaan biaya
pemungutan pajak hiburan tiap tahunnya. Pada tahun 2013 dengan tingkat efisiensi
sebesar 5,69% menurun sebesar 0,70% menjadi 4,99% pada tahun 2014. Dari tahun
2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 0,70% menjadi 4,29%. Pada tahun
2015 ke tahun 2016 mengalami tingkat efisiensi yang cukup tinggi sebesar 0,94%
menjadi 3,35% pada tahun 2016. Pada tahun 2016 ke tahun 2017 mengalami
penurunan sebesar 0,72%. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada
Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang, khususnya di Bidang Perhitungan
dan Penetapan, peneliti melakukan wawancara kepada Kepala Subid Perhitungan dan
Berkaitan dengan efisiensi atau biaya yang digunakan, faktor yang mempengaruhi untuk
tingkat efisiensi khususnya pajak hiburan itu sendiri yaitu, jumlah petugas penagih pajak di
tiap tahunnya, semakin banyak petugas penagih pajak tiap tahun, maka biaya yang
dikeluarkan untuk honor para petugas akan semakin meningkat juga sesuai dengan jumlah
besaran biaya yang dikeluarkan dalam memberikan honor petugas pajak. Selain itu
Badan Keuangan dan Aset Daerah memberikan reward atau penghargaan kepada
pihak wajib pajak dan petugas penagih yang secara aktif dalam meningkatkan pajak
daerah salah satunya pajak hiburan. Penghargaan yang diberikan kepada wajib
terutama hiburan didasari : (1) Sikap jujur wajib pajak dalam melaporkan nilai besaran
pajak yang dibayarkan kepada pemerintah, (2) Ketepatan wajib pajak dalam membayar
kewajibannya setiap bulan yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah. Disamping
pemberian penghargaan, berdasarkan aturan yang berlaku bagi wajib pajak yang
lambat membayar pajaknya setelah tanggal jatuh tempo akan dikenakan sanksi sebesar
2% dari nilai pajaknya. Maka dari itu selain petugas pajak turun ke lapangan untuk
melakukan penagihan dan monitoring terhadap wajib pajak, petugas pajak juga
pajak tepat waktu, sehingga dari ketepatan membayar pajak tersebut secara tidak
langsung akan berimplikasi pada peningkatan penerimaan pajak daerah sekaligus
penerimaan pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah menurut Abdul Halim
Pajak Hiburan juga mampu memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap Pajak
Pajak
(%) (%)
Dari tabel 4.3 dapat diinformasikan bahwa kontribusi atau sumbangsih pajak
hiburan terhadap pajak daerah Kota Kupang selama 5 tahun terakhir dari 2013-2017
masuk dalam kategori sangat kurang dengan kisaran dibawah 10% dan secara umum
mengalami kenaikan secara fluktuatif. Pada tahun 2013 pajak hiburan memberikan
kontribusi sebesar 3,87% namun mengalami penurunan kontribusi sebesar 2,36% pada
tahun 2014. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2015 kontribusi pajak hiburan semakin
menurun menjadi sebesar 1,59%. Pada tahun 2016 kontribusi pajak hiburan terhadap
pajak daerah meningkat drastis menjadi 5,51%. Tetapi pada tahun 2017 kontribusi
pajak hiburan terhadap pajak daerah mengalami penurunan sebesar 3,18% menajdi
2,33%.
Kontribusi Pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah juga termasuk
dalam kategori sangat kurang dengan persentasi dibawah 10%. Kontribusi terendah
dari pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah Kota Kupang terdapat pada tahun
2015 sebesar 1,59% sedangkan kontribusi tertinggi terdapat pada tahun 2016 sebesar
5,51%. Walaupun kontribusi pajak hiburan mengalami fluktuasi tiap tahunnya tidak
menjadi kendala besar karena penerimaan dari pajak hiburan dan kontribusinya
terhadap pendapatan asli daerah bergantung pada situasi kegiatan ekonomi pada tahun
tersebut, yang terpenting realisasi penerimaan pajak hiburan sebagian besar telah
melebihi dari target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah atau instansi terkait.
Dilihat dari indikator kontribusi pajak hiburan, pajak hiburan memiliki presentasi
sumbangan yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan penerimaan yang lain, tetapi
pajak hiburan juga mampu memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap
Pendapatan Asli Daerah dan Pajak Daerah, apalagi bila potensi yang ada di sektor
hiburan digali lebih dalam maka tidak bisa dipungkiri penerimaan dari sektor pajak
Grafik 4.3
Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Pajak Daerah
tahun 2013-2017
6
5,51
4 3,87
0
2013 2014 2015 2016 2017
pajak hiburan dapat disimpulkan bahwa kontribusi pajak hiburan terhadap Pendapatan
Asli Daerah dan Pajak Daerah masih dalam kategori cukup kecil dengan kisaran nilai
(kurang dari 10%). Berkaitan besaran kontribusi pajak hiburan terhadap pajak daerah
termasuk dalam kategori sangat kurang. Berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan pada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang, khususnya di Bidang
Kontribusi pajak hiburan yang merupakan bagian dari pajak daerah memberikan kontribusi
yang cukup baik dan lumayan stabil dari tahun ke tahun. Sejak dirubahnya regulasi tentang
pajak daerah dan juga sosialisasi yang kami (BKAD) lakukan terhadap masyarakat dapat
membantu meningkatkan kesadaran dan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam tepat waktu
membayar pajak.
asli daerah diperlukan usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dan peran serta
niscaya target yang sudah ditetapkan tidak dapat terpenuhi. Peran serta masyarakat
1. Kejujuran wajib pajak dalam hal perhitungan, pembayaran dan pelaporan pajak
yang dilakukan.
Dengan kondisi itu maka perlu adanya sinergi antara pemerintah Kota Kupang
5.1 Kesimpulan
1. Tingkat efektivitas pemungutan pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah Kota
Kupang selama kurun waktu 2013 sampai dengan tahun 2017 secara keseluruhan
2. Tingkat efisiensi pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah Kota Kupang
selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 menunjukkan nilai rata-rata sebesar
3. Tingkat kontribusi pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah Kota Kupang dari
tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 menunjukkan nilai rata-rata sebesar 1.61%
kepada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang dalam upaya meningkatkan
pajak khususnya pajak hiburan bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
3. Kejujuran wajib pajak dalam hal perhitungan, pembayaran dan pelaporan pajak
yang dilakukan dan Berperan aktif dalam memperoleh informasi berkaitan tentang
pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Mayasari, Dian. 2009. Kontibusi Penerimaan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (Analisis Terhadap Kabuapaten dan Kota di Jawa Timur). Skripsi Pada
FE UMM.
Memah, Edward. 2013. Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran
Terhadap PAD Kota Manado. Jurnal EMBA Vol 1
Prakosa, Kesit Bambang. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. UII Press.
Yogyakarta
Soelarno, Slamet. 1999. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. STIA Press.
Jakarta
Peraturan Perundang-undangan:
Peraturan Daerah Kota Kupang No. 2 tahun 2011 Tentang Pajak Daerah
Peraturan Daerah Kota Kupang No. 3 tahun 2002 Tentang Pajak Hiburan
Undang-Undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
Alamat : Naikolan
Umur : 23
Agama : Katolik
Pendidikan
Kupang