Anda di halaman 1dari 97

SKRIPSI

EFEKTIVITAS, EFISIENSI DAN KONTRIBUSI PAJAK HIBURAN


TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA KUPANG
(Studi Kasus Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang)

OLEH

SIGRIT E. HADI
NIM 1303062036

KONSENTRASI KEUANGAN DAERAH


PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2019
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
Jln. Adisucipto Penfui Kupang-NTT

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sigrit Ernestus Hadi

NIM : 1303062036

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Judul Skripsi : ”Efektivitas, Efisiensi dan Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap

Pendapatan Asli Daerah di Kota Kupang (Studi Kasus Badan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang)”

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya buat dan serahkan ini

merupakan hasil karya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan-ringkasan yang

semuannya telah dijelaskan berdasarkan sumbernya. Apabila dikemudian hari terbukti dan

atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima

konsekuensinnya dengan menerima sanksi apapun dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan

bersedia gelar kesarjanaan dan ijasah yang telah diberikan oleh Universitas Nusa Cendana

batal saya terima.

Kupang, 27 Juni 2019


Yang membuat pernyataan

Sigrit Ernestus Hadi


NIM. 1303062036
ABSTRAK

Efektivitas, Efisiensi dan Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli


Daerah di Kota Kupang
Oleh : Sigrit E. Hadi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas, efisiensi dan kontribusi
pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah di Kota Kupang tahun 2013-2017. Penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif Kuantitatif. Pada penelitian ini menggunakan
analisis efektivitas dengan membandingkan antara realisasi dan target. Tingkat efisiensi
diukur dengan membandingkan biaya pemungutan dengan realisasi pajak hiburan. Hasil
dari pengukuran tersebut dikelompokkan berdasarkan indikator penilaian. Kontribusi pajak
hiburan terhadap pendapatan asli daerah diukur dengan membandingkan antara realisasi
pajak hiburan dengan realisasi pendapatan asli daerah. Hasil penelitian menunjukkan besar
tingkat efektivitas pajak hiburan di Kota Kupang tahun 2013 sampai dengan tahun 2017
memiliki nilai rata-rata sebesar 112,48% termasuk dalam kategori sangat efektif. Tingkat
efisiensi pajak hiburan di Kota Kupang tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 memiliki
nilai rata-rata sebesar 4,19% termasuk dalam kategori sangat efisien. Kontribusi pajak
hiburan Kota Kupang tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 dengan rata-rata sebesar
10,91% terhadap pendapatan asli daerah, termasuk kategori sangat kurang.

Kata Kunci : Efektivitas, Efisiensi dan Kontribusi


ABSTRACT

Effectiveness, Efficiency and Entertainment Tax Contributions to Regional Original


Revenues in the City of Kupang
By : Sigrit E. Hadi
The purpose of this study was to determine the level of effectiveness, efficiency and
contribution of entertainment tax on regional original income in Kupang City in 2013-
2017. This study uses a descriptive quantitative. In this study using effectiveness analysis
by comparing between realization and target. The level of efficiency is measured by
comparing the costs of collection with the realization of entertainment taxes. The results of
these measurements are grouped based on assessment indicators. The contribution of the
entertainment tax on regional original income is measured by comparing the realization of
the entertainment tax with the realization of local revenue. The results of the study show
that the level of entertainment tax effectiveness in Kupang City from 2013 to 2017 has an
average value of 112.48% which is included in the very effective category. The level of
efficiency of entertainment tax in Kupang City from 2013 to 2017 has an average value of
4.19% included in the very efficient category. The City of Kupang entertainment tax
contribution from 2013 to 2017 with an average of 10.91% of local revenue, including very
less categories.

Keywords: Effectiveness, Efficiency and Contributions


MOTTO

“Tidak Penting Seberapa Lambat


Anda Melaju, Selagi Anda Tidak
Berhenti”
PERSEMBAHAN

Penghargaan atas curahan tenaga, pikiran, dan waktu dalam pembuatan Skripsi ini

saya dedikasikan untuk :

1. Almamater kebanggaan saya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nusa Cendana,
2. Bapa, Mama, Ka Tyo, Edo dan Aline yang tidak putus-putusnya memberi doa,
semangat dan motivasi kepada saya,
3. Para sahabat dan sesama pejuang EXOTIC’13, semoga selalu kompak sampai
kapanpun.
4. Seluruh Kerabat, Keluarga dan Teman yang telah mendoakan kesuksesan saya.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

kesehatan dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian

yang berjudul “Efektivitas, Efisiensi dan Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan

Asli Daerah di Kota Kupang (Studi Kasus Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota

Kupang”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat Program

Strata I pada Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeristas Nusa

Cendana.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan,

arahan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Ir. Frederik L. Benu, MS.,Ph.D selaku Rektor Universitas Nusa

Cendana Kupang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menuntut ilmu.

2. Bapak Alm Dr. Oktovianus Nawa Pau, M.M.,ABM selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Universitas Nusa Cendana, beserta Pembantu Dekan I,

Pembantu Dekan II dan Pembantu Dekan III yang telah membantu penulis

dalam urusan-urusan akademik, administrasi maupun kemahasiswaan selama

mengikuti kuliah.

3. Ibu Marselina Ratu SE.,M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan yang telah memberikan saran-saran dan bantuan selama penulis

di bangku kuliah.
4. Bapak Nikson Tameno, SE.,ME sebagai Pebimbing I dan Bapak Drs. Jhon D.

Lalang M.Si selaku Pembimbing II atas nasehat, waktu dan arahan dalam

berkonsultasi mengenai skripsi.

5. Bapak Dr. Petrus E. de Rozari, M.Si selaku Penguji yang telah memberikan

banyak saran demi menyempurnakan tulisan ini.

6. Bapak Ronald P.C. Fanggidae, SE.,MM, selaku Dosen Wali yang telah

memberikan saran-saran dan bantuan selama penulis di bangku kuliah.

7. Semua Dosen Prodi Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu,

doa, bimbingan serta dukungan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal dengan baik.

8. Kedua Orang Tua tercinta, kakak, adik serta saudara yang telah memberikan

nasehat, motivasi, cinta kasih dan terus mendoakan penulis dalam

menyelesaikan studi dengan baik.

9. Bapak Daniel Sitepu dan Bapak Frengki A. Ello yang selalu membantu penulis

dalam berbagai urusan administrasi dan motivasi sehingga semua kendala

dapat diselesaikan.

10. Teman-teman seperjuangan EXOTIC’13 yang selalu bersama selama proses

perkuliahan. Sangat banyak kenangan yang kita lalui baik suka maupun duka

di Prodi Ekonomi Pembangunan.

11. Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang yang telah memberikan data

awal dalam penelitian.


Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna.

Begitu juga dalam penulisan skripsi ini, yang tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu

dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

demi penyempurnaan skripsi ini dan akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

Kupang, 27 Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN………….. ...................................................................... …......i

LEMBAR PENGESAHAN………….. ....................................................................... ….....ii

LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI………….. .............................................................. …....iii

ABSTRAK .………….. ............................................................................................... …....iv

ABSTRACT .…………................................................................................................. ….....v

MOTTO .……………………………………………………………………………...….vi

PERSEMBAHAN .………….. .................................................................................... …...vii

KATA PENGANTAR………….. ............................................................................... …..viii

DAFTAR ISI …...............................................................................................................xi

DAFTAR TABEL …………....................................................................................... …..xiv

DAFTAR GAMBAR ………….. ................................................................................ .......xv

DAFTAR GRAFIK …………..................................................................................... ......xvi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... …......1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................... …......1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... …......6

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ …......6

1.4. Kegunaan Penelitian ................................................................................... …......6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ …......8

2.1. Pendapatan Asli Daerah ............................................................................. …......8

2.1.1 Sumber Pendapatan Asli Daerah ....................................................... ……..9

2.2. Pajak Daerah ............................................................................................... …......9


2.2.1 Pengertian Pajak Daerah …………………….. ................................. …......9

2.2.2 Jenis-Jenis Pajak Daerah …………………….. ................................. …....10

2.2.3 Tarif Pajak Daerah ……………………............................................. …....12

2.3. Kendala Peningkatan PAD dan Pemungutan Pajak Daerah ....................... …....13

2.4. Pajak Hiburan ............................................................................................. …....17

2.4.1 Pengertian Pajak Hiburan …………………….. ................................ …....17

2.4.2 Objek Pajak Hiburan …………………….. ....................................... …....18

2.4.3 Wajib Pajak …………………….. ..................................................... …....19

2.4.4 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Hiburan …………………….. ..... …....19

2.4.5 Cara Pemungutan Pajak Hiburan …………………….. .................... …....20

2.5. Efektivitas …………………….. ................................................................. …....25

2.5.1 Pengertian Efektivitas …………………….. ..................................... …....25

2.5.2 Pengukuran Efektivitas …………………….. ................................... …....25

2.6. Efisiensi …………………….. .................................................................... …....26

2.6.1 Pengertian Efisiensi …………………….. ......................................... …....26

2.6.2 Pengukuran Efisiensi …………………….. ....................................... …....27

2.7. Kontribusi …………………….. ................................................................. …....27

2.7.1 Pengertian Kontribusi …………………….. ...................................... …....27

2.7.2 Perhitungan Kontribusi …………………….. ................................... …....28

2.8. Kajian Empirik …………………….. ......................................................... …....29

2.9. Kerangka Berpikir …………………….. .................................................... …....32

BAB III METODE PENELITIAN …………………….. ........................................... …....34

3.1. Pendekatan Penelitian ……………………................................................. …....34


3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... …....34

3.3. Jenis dan Sumber Data …………………….. ............................................. …....34

3.3.1 Jenis Data …………………….. ....................................................... …....34

3.3.2 Sumber Data …………………….. ................................................... …....34

3.4. Variabel Penelitian dan Operasional Variabel …………………….. ......... …....35

3.5. Teknik Pengumpulan Data …………………….. ....................................... …....36

3.5.1 Observasi …………………….. ........................................................ …....36

3.5.2 Wawancara …………………….. ..................................................... …....36

3.5.3 Dokumentasi …………………….. ................................................... …....36

3.6. Teknik Analisis Data …………………….. ................................................ …....36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………….. .................................. …....41

4.1. Gambaran Umum Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang .…….…....41

4.1.1 Sejarah Berdirinya Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang .......41

4.1.2 Visi dan Misi Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang ................44

4.1.2.1 Tujuan Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang .............45

4.1.2.2 Kegiatan Operasional BKAD Kota Kupang ........................ ……45

4.1.2.3 Struktur Organisasi BKAD Kota Kupang ............................ ……46

4.1.2.4 Bidang-Bidang Kerja BKAD Kota Kupang .................................46

4.2. Analisis Kebijakan BKAD Tentang Pajak Hiburan ................................... …....55

4.3. Efektivitas Pajak Hiburan ........................................................................... …....58

4.4. Efisiensi Pajak Hiburan .............................................................................. …....63

4.5. Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah .................. …....67

4.6. Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Pajak Daerah ................................... …....67


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... ……73

5.1. Kesimpulan …………………….. ............................................................... …....73

5.1. Saran ………..…………………….. ........................................................... …....74

DAFTAR PUSTAKA …………………….. ............................................................... …....75

LAMPIRAN ……………………................................................................................ …....77


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pajak Hiburan di Kota Kupang Tahun 2013-2015.............4
Tabel 1.2 Target dan Realisasi PAD Kota Kupang Tahun 2013-2015................................5
Tabel 3.1 Variabel Penelitian ……..…………………………………..............................35
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Efektivitas Pemungutan Pajak Hiburan................................38
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Efisiensi Pemungutan Pajak Hiburan....................................39
Tabel 3.4 Indikator Kontribusi Pajak Hiburan...................................................................40
Tabel 4.1 Efektivitas Pemungutan Pajak Hiburan Kota Kupang Tahun 2013-2017.........58
Tabel 4.2 Efisiensi Pemungutan Pajak Hiburan Kota Kupang Tahun 2013-2017.............64
Tabel 4.3 Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah
Kota Kupang Tahun 2013-2017........................................................................68
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ………......................................................................32


Gambar 4.1 Struktur Organisasi ……….....................................................................46
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perkembangan Persentasi Efektivitas Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli
Daerah tahun 2013-2017...................................................................................61

Grafik 4.2 Perkembangan Persentasi Efisiensi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli
Daerah tahun 2013-2017...................................................................................65

Grafik 4.3 Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah
Kota Kupang Tahun 2013-2017.......................................................................70
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak Indonesia memasuki era otonomi daerah yang ditetapkan dalam Undang-

Undang No. 33 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang pemerintah

daerah mengharuskan pemerintah daerah memiliki kemandirian dan tanggung jawab

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan di daerahnya.

Tujuannya adalah mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, pemberdayaan

dan peran serta masyarakat. Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama untuk pelayanan masyarakat seperti

tempat hiburan, kesehatan, keamanan, pendidikan, transportasi, dan lain-lain. Adanya

hal tersebut memberikan tuntutan kepada pemerintah daerah untuk menggali

semaksimal mungkin sumber-sumber pendapatannya secara mandiri agar dapat

menjalankan tanggung jawab itu.

Menurut Soelarno (1999:51), pemerintah daerah memiliki sumber pendapatan

yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), pinjaman daerah, dan penerimaan

daerah lain yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) sendiri meliputi pajak daerah,

retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

lainnya yang dipisahkan dari lain-lain PAD yang sah, antara lain penjualan asset daerah

dan jasa giro. Pajak daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun

2009 terbagi atas 2 jenis yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota. Pembagian ini

dilakukan sesuai dengan kewenangan pengenaan dan pemungutan masing-masing pajak


daerah pada wilayah administrasi provinsi atau pada wilayah kabupaten/kota yang

bersangkutan.

Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000, ditetapkan ada 11

pajak daerah yaitu 4 jenis pajak provinsi dan 7 jenis pajak kabupaten/kota. Pajak

provinsi tersebut terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air

(PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air (BBNKB),

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB), Pajak Pengambilan dan

Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (AP dan ABT). Pajak daerah

kabupaten/kota meliputi Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan

Jalan, Pajak Restoran, Pajak Parkir, dan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C.

Tanpa disadari, Kota Kupang yang juga dikenal sebagai kota kasih ini yang sibuk

dengan segala kemajemukan penduduknya, telah menjadikan hiburan sebagai suatu

kebutuhan penting untuk kehidupan masyarakat. Kini seiring dengan berjalannya

waktu, berbagai macam tempat hiburan bisa ditemukan di Kota Kupang, mulai dari

tempat hiburan kelas bawah, menengah, sampai kelas atas. Hal ini ditandai dengan

menjamurnya tempat karaoke, klub malam, café, pertunjukan film, pertunjukan musik,

dan tempat hiburan lain seperti tempat wisata, taman rekreasi, taman hiburan keluarga,

pasar malam, dan lainnya. Jumlah tempat hiburan ini meningkat seiring dengan

pertambahan jumlah penduduk yang mendiami Kota Kupang.

Target dan penerimaan pajak hiburan dan pendapatan asli daerah di Kota Kupang

mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun sehingga menimbulkan selisih yang cukup

besar antara target dan realisasi. Efektivitas dalam hal tata cara pemungutan pajak bisa

saja mempengaruhi hal tersebut, salah satunya realisasi pengawasan peraturan daerah
tentang pajak daerah relatif lemah dan kurangnya kemampuan untuk mendengar,

menanggapi dan mencari solusi dari keluhan staf, baik yang bertugas sebagai pendata,

penganalisis data, perhitungan, penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau

pun penagihan pajak.

Selain efektivitas, efisiensi juga mempengaruhi selisih antara target dan realisasi.

Efisiensi merupakan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

suatu jenis pendapatan dengan realisasi penerimaannya. Pengaturan Efisiensi berkaitan

pajak hiburan di Kota Kupang didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor

2 tahun 2016 tentang biaya pemungutan pajak daerah. Apabila dalam pemungutan

pajak hiburan tidak dialaksanakan secara efektif dan efisien maka kontribusi pajak

hiburan tersebut terhadap pendapatan asli daerah akan rendah. Dalam kaitannya dengan

pajak hiburan, kontribusi memiliki arti sejauh mana hasil penerimaan pajak hiburan

yang terkumpul di suatu daerah dibandingkan dengan keseluruhan jumlah penerimaan

pajak daerah yang diterima.

Berkaitan dengan perkembangan Target dan Realisasi Pajak Hiburan di Kota

Kupang Tahun 2013-2015 disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1
Target dan Realisasi Pajak Hiburan di Kota Kupang
Tahun 2013-2015
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %

2013 2.008.134.428,00 1.594.267.533,00 79,39

2014 1.654.855.000,00 1.336.665.149,00 80,77

2015 1.043.845.000,00 1.185.574.102,00 113,57

Sumber : Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Kupang, 2017


Berdasarkan Tabel 1.1 di atas tampak pada Tahun 2013-2015, realisasi

penerimaan pajak hiburan selalu menurun, namun persentasi pada tahun 2015 realisasi

dari pajak hiburan melebihi target. Peneliti bermaksud meneliti agar lebih

efektivitasnya pemungutan pajak hiburan mengingat persentasi realisasi penerimaan

pajak hiburan dari tahun 2013-2015 mengalami penurunan. Walaupun pada tahun 2015

realisasi penerimaan pajak hiburan telah melebihi target. Penurunan realisasi pajak

hiburan dari tahun ke tahun yang dihitung dari realisasi jumlah penerimaan belum dapat

dijadikan ukuran keberhasilan pemungutan pajak yang telah dilakukan oleh Pemerintah

Kota Kupang. Dari data tersebut juga peneliti juga beranggapan bahwa kontribusi pajak

hiburan dari tahun 2013-2015 semakin rendah.

Berkaitan dengan Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah di Kota Kupang

Tahun 2013-2015 disajikan pada berikut ini :

Tabel 1.2
Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang
Tahun 2013-2015
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) %

2013 78.104.204.057,00 80.755.471.988,14 103,39

2014 100.923.871.583,00 112.552.294.168,21 111,55

2015 125.125.330.759,00 145.500.468.360,20 116,28

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang, 2017

Berdasarkan data pada Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan

pendapatan asli daerah kota kupang selalu melebihi target yang telah ditetapkan oleh

Pemerintah Daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak potensi-potensi yang

harus digali lebih dalam agar peningkatan Pendapatan Asli Daerah lebih besar. Dari

kondisi dan latar belakang masalah di atas terjadi jarak yang cukup besar antara target
dan realisasi penerimaan pajak hiburan di Kota Kupang, dimana potensi pajak hiburan

lebih bisa di optimalkan sehingga peningkatan peluang pajak hiburan yang lebih besar

lagi kedepannya.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Efektivitas, Efisiensi dan Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap

Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota

Kupang).

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengaruh tingkat Efektivitas pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah di

Kota Kupang Tahun 2013-2017.

2. Pengaruh tingkat Efisiensi pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota

Kupang Tahun 2013-2017.

3. Pengaruh Kontribusi pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota

Kupang Tahun 2013-2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan pengaruh tingkat Efektivitas pajak hiburan terhadap Pendapatan

Asli Daerah di Kota Kupang Tahun 2013-2017.

2. Untuk menjelaskan pengaruh tingkat Efisiensi pajak hiburan terhadap Pendapatan

Asli Daerah di Kota Kupang Tahun 2013-2017.

3. Untuk menjelaskan pengaruh tingkat Kontribusi pajak hiburan terhadap Pendapatan

Asli Daerah di Kota Kupang Tahun 2013-2017.


1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi pemerintah daerah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan Kepada pemerintah daerah

untuk memanfaatkan kinerja pegawai dan biaya yang digunakan dalam pemungutan

pajak agar digunakan sebaik mungkin agar meningkatan PAD Kota Kupang.

2. Bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada instansi yang terkait

untuk lebih bekerja keras dalam meningkatkan dan menggali sumber penerimaan

pendapatan daerah.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan agar masyarakat dapat mengetahui tentang kinerja dari

Badan Keuangan dan Aset Daerah dalam meningkatan PAD Kota Kupang.

4. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan sebagai informasi dan referensi atau data tambahan bagi

peneliti-peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Halim (2004:94), pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang

diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang di pungut

berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting karena

melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan

pemerintah dan pembangunan daerah.

Menurut Barata dan Solihin (2004:171), mengemukakan bahwa, Pendapatan Asli

Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayahnya

sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang undangan

yang berlaku.

Menurut Rahman (2005:38), Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan daerah

yang bersumber dari hasil pajak daerah, retribusi daerah hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan

untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam

pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

2.1.1 Sumber Pendapatan Asli Daerah

Menurut Halim (2007:96), kelompok pendapatan asli daerah

(PAD) dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu:

1. Pajak Daerah

a. Pajak provinsi
b. Pajak kabupaten

2. Retribusi Daerah

Retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perijinan tertentu

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yaitu hasil penjualan kekayaan daerah

yang tidak dipisahkan, hasil pemanfaaatan dan penyalahgunaan kekayaan daerah

yang tidak dipisahkan,jasa giro, pendapatn bunga, tuntutan ganti rugi, keuntungan

selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

2.2 Pajak Daerah

2.2.1 Pengertian Pajak Daerah

Menurut Prakosa (2005:2), dalam bukunya pajak dan retribusi daerah, pajak

daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah

tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dimana hasilnya digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintaahn daerah dan pembangunan daerah.

Menurut Adisasmita (2009:72), dalam bukunya pembiayaan pembangunan

daerah, mengemukakan bahwa pajak daerah yaitu kewajiban penduduk masyarakat

menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada daerah disebabkan suatu keadaan,

kejadian atau perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai

suatu sanksi atau hukum.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan

retribusi daerah, pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2.2.2 Jenis-Jenis Pajak Daerah

Sesuai dengan pembagian administrasi daerah daerah, menurut Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009, pajak daerah dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu:

1. Pajak Pajak Provinsi, terdiri dari:

1) Pajak kendaraan bermotor, yaitu pajak atas kepemilikan dan/atau

penguasaan kendaraan bermotor

2) Bea balik nama kendaraan bermotor, yaitu pajak atas penyerahan hak milik

kendaraan bermotor sebagai akibat dari perjanjian dua pihak atau

perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar

menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha.

3) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, yaitu pajak atas penggunaan bahan

bakar kendaraan bermotor.

4) Pajak air permukaan, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan

air permukaan.

5) Pajak rokok, yaitu pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh

Pemerintah.

2. Pajak Daerah Kabupaten/Kota

1) Pajak hotel, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

2) Pajak restoran, yaitu pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
3) Pajak hiburan, yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan.

4) Pajak reklame, yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame.

5) Pajak penerangan Jalan, yaitu pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik

yang dihasilkan sendiri maupun dari sumber lain.

6) Pajak mineral bukan logam dan batuan, yaitu pajak atas kegiatan

pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di

dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

7) Pajak parkir, yaitu pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan

jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang

disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan

kendaraan bermotor.

8) Pajak air tanah, yaitu pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air

tanah.

9) Pajak sarang burung walet, yaitu pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau

pengusahaan sarang burung walet.

10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, yaitu pajak atas bumi

dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh

orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan

usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, yaitu pajak atas perolehan

hak atas tanah dan/atau bangunan.


2.2.3 Tarif Pajak Daerah

Tarif pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah telah diatur dalam UU

No. 28 tahun 2009 yang ditetapkan dengan pembatasan tarif paling tinggi berbeda

untuk setiap jenis pajak, yaitu :

1. Pajak kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi 5%

2. Bea balik nama kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi 10%

3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor ditetapkan paling tinggi 5%

4. Pajak air permukaan ditetapkan paling tinggi 20%

5. Pajak rokok ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok

6. Pajak hotel ditetapkan paling tinggi 10%

7. Pajak restoran ditetapkan paling tinggi 10%

8. Pajak hiburan ditetapkan paling tinggi 35%

9. Pajak reklame ditetapkan paling tinggi 25%

10. Pajak penerangan Jalan ditetapkan paling tinggi 10%

11. Pajak mineral bukan logam dan batuan ditetapkan paling tinggi 25%

12. Pajak parkir ditetapkan paling tinggi 30%

13. Pajak air tanah ditetapkan paling tinggi 20%

14. Pajak sarang burung wallet ditetapkan paling tinggi 10%

15. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar

0,3%

16. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar 5%

Dengan ditetapkannya batasan tarif pajak yang paling tinggi, terdapat

pengaturan yang berbeda tentang penetapan tarif pajak oleh pemerintah daerah antara
pajak provinsi dengan pajak kabupaten/kota. Saat ini penetapan pajak provinsi diatur

dalam Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah, menetapkan tarif

pajak yang paling tinggi, hal ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada

pemerintah daerah yang bersangkutan untuk mengelola keuangannya masing-masing

berdasarkan kemampuan dan kondisi daerah yang bersangkutan.

2.3 Kendala Peningkatan PAD dan Pemungutan Pajak Daerah

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, pemerintah

daerah diharapkan memiliki kemandirian yang lebih besar. Akan tetapi, saat ini masih

banyak permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah terkait dengan upaya

peningkatan penerimaan daerah, antara lain (Mardiasmo, 2002:36) :

1. Tingginya tingkat kebutuhan daerah (fiscal need) yang tidak seimbang dengan

kapasitas fiskal (fiscal capacity) yang dimiliki daerah, sehingga menimbulkan fiskal

gap.

2. Kualitas layanan publik yang masih memprihatinkan menyebabkan produk layanan

publik yang sebenarnya dapat dijual ke masyarakat, direspon secara negatif.

Keadaan tersebut juga menyebabkan keengganan masyarakat untuk taat membayar

pajak dan retribusi daerah.

3. Lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana umum.

4. Berkurangnya dana bantuan dari pemerintah pusat (dana alokasi umum dari pusat

yang tidak mencukupi).

5. Belum diketahui potensi pendapatan asli daerah yang mendekati kondisi riil.

Merupakan tugas negara dalam pemungutan dan pengelolaan uang pajak demi
pengelolaan dan pembiayaan tugas-tugas negara, sehingga negara bisa memaksa

warganya untuk melakukan pembayaran pajak yang telah diatur dalam undang-undang,

akan tetapi bagi petugas pajak daerah dalam hal pemungutan pajak tidak semudah yang

diamanahkan oleh undang-undang. Seringkali petugas pajak daerah menjumpai kendala

yang melemahkan dalam pemungutan pajak daerah.

Menurut Lisasih (2011), beberapa kendala dalam pemungutan pajak daerah

adalah sebagai berikut :

1. Realisasi pengawasan peraturan daerah tentang pajak daerah relatif lemah.

Ketentuan UU Nomor 34 Tahun 2000 mengamanatkan bahwa peraturan daerah

tentang pajak dan restribusi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah harus

disampaikan kepada pemerintah pusat, yaitu ke Menteri Dalam Negeri dan Menteri

Keuangan paling lama 15 (lima belas) hari sejak ditetapkan. Akan tetapi, tidak semua

provinsi dan kabupaten/kota menyampaikan peraturan daerah ke pemerintah pusat,

masih banyak provinsi dan kabupaten/kota yang tidak memperhatikan amanat dalam

ketentuan Undang-Undang tersebut. Kurangnya kesadaran provinsi maupun

kabupaten/kota dalam memenuhi amanat undang-undang tersebut pastinya

melemahkan pemungutan pajak daerah, dengan tidak adanya penyampaian peraturan

daerah tersebut dapat terjadi kemungkinan terbitnya peraturan daerah yang di

kemudian hari ternyata bermasalah karena kepentingan umum dan/atau peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi.

2. Sentralisasi kekuasaan pemerintah pusat dalam pengawasan pemungutan pajak

daerah.

Semua aktivitas pelaksanaan pemerintahan di daerah tetap diperlukan adanya


suatu sistem pengawasan dari pemerintah pusat namun pengawasan hendaknya tidak

lagi menyisakan celah bagi pemerintah pusat untuk menerapkan sentralisasi kekuasaan

yang nantinya dapat menimbulkan konflik antar pusat dan daerah atau antar provinsi

dan kabupaten/kota, karena jika demikian makna otonomi daerah menjadi kabur.

Pengawasan oleh pemerintah pusat yang terlalu ketat dapat melemahkan pemungutan

pajak dikarenakan dengan adanya pengawasan pemerintah pusat yang terlalu ketat

dapat membatasi keleluasaan pemerintah dan masyarakat daerah sehingga pemerintah

daerah tidak dapat mandiri dalam mengelola aspek kehidupannya sesuai dengan

aspirasi, rasa keadilan dan budaya masing-masing.

3. Kurang siapnya daerah dalam menangani sengketa pajak.

Permasalahan yang timbul dalam sengketa pajak pada umumnya ialah

bagaimana menentukan jenis pajak daerah yang tepat dikenakan (langsung atau tidak

langsung) kepada siapa dan di tingkat pemerintahan mana (kabupaten atau kota).

Sengketa pajak sebagai sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib

pajak atau penanggung pajak dan pejabat pajak yang berwenang sebagai akibat

dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada

pengadilan pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk

gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasar undang-undang penagihan pajak dengan

surat paksa. Adanya sengketa pajak tersebut baik sengketa regulasi, sengketa ketetapan

pajak maupun sengketa pelaksanaan penagihan pajak secara otomatis melemahkan

pemungutan pajak.

4. Pemberian perizinan, rekomendasi dan pelaksanaan pelayanan umum yang kurang

atau tidak sesuai dengan ruang lingkup tugasnya.


5. Kurangnya pembinaan terhadap seluruh perangkat dinas;

6. Kurangnya kemampuan untuk mendengar, menanggapi dan mencari solusi dari

keluhan staf, baik yang bertugas sebagai pendata, penganalisis data, perhitungan,

penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), ataupun penagihan

7. Belum dapat diterapkannya sistem self assessment system dalam pemungutan pajak

daerah.

2.4 Pajak Hiburan

2.4.1 Pengertian Pajak Hiburan

Soelarno (1999:25) mendefinisikan hiburan adalah sesuatu yang sifatnya

dapat menyenangkan dari pribadi yang menikmati atau mengkonsumsinya. Sedangkan

Nasution (1989:512) mengatakan bahwa Pajak hiburan adalah pajak yang dikenakan

atas semua hiburan dengan memungut bayaran, yang diselenggarakan pada suatu

daerah. Berdasarkan pengertian hiburan tersebut berarti pajak hiburan hanya dikenakan

pada segala jenis penyelenggaraan hiburan yang dikenakan biaya untuk dapat

menikmatinya. Hal ini berarti penyelenggaraan hiburan yang tidak memungut biaya

pada orang yang menikmatinya tidak dikenakan pajak hiburan. Berdasarkan Peraturan

Daerah Kota Kupang No.2 Tahun 2016 tentang Pajak Daerah, subjek pajak hiburan

adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan, sedangkan objek pajak

hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Dasar

pengenaan pajak hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya

diterima oleh penyelenggara hiburan.


2.4.2 Objek Pajak Hiburan

Peraturan Daerah Kota Kupang No.2 Tahun 2016 tentang Pajak Daerah, objek

pajak hiburan adalah jasa penyelengaraan hiburan dengan dipungut bayaran. Objek

pajak hiburan sebagaimana dimaksud :

a. tontonan film;

b. pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;

c. kontes kecantikan;

d. pameran;

e. diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya;

f. sirkus, akrobat, dan sulap;

g. permainan bilyar, golf, dan bowling;

h. pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan;

i. panti pijat, refleksi, mandi uap/spa, dan pusat kebugaran (fitness center);

j. pertandingan olahraga;

k. penyelenggaraan hiburan di tempat keramaian tempat wisata, taman

rekreasi/rekreasi keluarga, pasar malam, kolam pemancingan, komidi putar, kereta

pesiar dan sejenisnya.

Dikecualikan dari objek Pajak Hiburan adalah penyelenggaraan hiburan yang

tidak dipungut bayaran pada acara pernikahan, upacara adat, kegiatan keagamaan, dan

pameran buku.
2.4.3 Wajib Pajak

Dalam Undang-Undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 2 disebutkan pengertian Wajib Pajak yaitu : orang

pribadi atau badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak

yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan daerah.

2.4.4 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Hiburan

Peraturan Daerah Kota Kupang No.2 Tahun 2016 tentang Pajak Daerah, dasar

pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya

diterima oleh penyelenggara hiburan. Jumlah uang yang seharusnya diterima termasuk

potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan.

Tarif pajak untuk hiburan sebagai berikut :

a.tontonan film ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);

b.pagelaran kesenian, musik, tari dan/atau busana ditetapkan sebesar 20% (dua puluh

persen);

c.pagelaran kesenian, musik dan/atau tari yang bersifat tradisional yang perlu

dilindungi dan dilestarikan karena mengandung nilai-nilai tradisi yang luhur dan

kesenian yang bersifat kreatif yang bersumber dari kesenian tradisionalditetapkan

sebesar 5% (lima persen);

d.kontes kecantikan dan sejenisnya ditetapkan sebesar 35% (tiga puluh lima persen);

e.kontes binaraga dan sejenisnya ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);

f.pameran seni budaya, seni ukir, barang seni, tumbuhan, satwa dan hasil produksi
barang dan/atau jasa lainnya ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);

g.pameran busana, komputer, elektronik, otomotif, dan propertiditetapkan sebesar 20%

(dua puluh persen);

h.diskotik, karaoke dewasa, kelab malam dan sejenisnya ditetapkan sebesar 35% (tiga

puluh lima persen);

i.sirkus, akrobat, sulap dan sejenisnya ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);

j.permainan billiard dan bowling ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);

k.pacuan kuda dan kendaraan bermotor ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);

l.panti pijat, refleksi dan mandi uap/spa, ditetapkan sebesar 35% (tiga puluh lima

persen);

m.pusat kebugaran (fitness center) ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);

n.pertandingan olahraga ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);

o.karaoke keluarga ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen);

p.permainan ketangkasan ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

2.4.5 Cara Pemungutan Pajak Hiburan

Pajak dipungut berdasarkan SK Walikota Kupang No 2 Tahun 2016 atau

dibayar sendiri oleh Wajib pajak. Wajib Pajak memenuhi kewajiban pajak yang

dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen

lain yang dipersamakan. Wajib Pajak memenuhi kewajiban pajak sendiri dengan

menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak

Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), dan/atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Tambahan (SKPDKBT). Pemungutan pajak hiburan dilakukan melalui tahap-tahap

berikut :

1. Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)

Wajib pajak melaporkan kepada Walikota atau pejabat yang ditunjuk tentang

pajak hotel. Untuk itu Wajib Pajak mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah

(SPTPD) yang harus disampaikan selambat-lambatnya lima belas hari setelah

berakhirnya masa pajak dan dilengkapi dokumen yang berkaitan dengan pembayaran

atas hiburan, sesuai dengan ketetapan Walikota. Permohonan memperpanjang waktu

penyampaian SPTPD untuk jangka waktu tertentu dapat diterima apabila dengan

alasan yang jelas. SPTPD dianggap tidak dimasukkan apabila Wajib Pajak tidak

melaksanakan ketentuan pengisian dan penyampaian SPTPD yang telah ditetapkan

Wajib Pajak yang tidak melaporkan atau melaporkan tapi tidak sesuai dengan batas

waktu yang telah ditentukan akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai

dengan ketentuan dalam peraturan daerah.

2. Cara Pemungutan Pajak Hiburan

Pemungutan pajak hiburan tidak dapat diborongkan, artinya seluruh proses

kegiatan pemungutan pengambilan pajak hiburan tidak dapat diserahkan kepada pihak

ketiga. Walau kemungkinan adanya kerjasama dengan pihak ketiga dalam proses

pemungutan pajak, antara lain pencetakan formulir perpajakan, pengiriman surat-surat

kepada Wajib Pajak atau penghimpunan data objek dan wajib pajak, kegiatan

penghitungan besarnya pajak yang terutang, pengawasan penyetoran pajak dan

penagihan pajak.
3. Penetapan pajak hiburan

Berdasarkan SPTPD yang dilaporkan Wajib Pajak, Walikota atau pejabat yang

ditunjuk oleh Walikota menetapkan pajak hotel yang terutang dengan menerbitkan

Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). SKPD harus dilunasi oleh Wajib Pajak paling

lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya SKPD oleh Wajib Pajak. Apabila setelah

lewat waktu yang ditentukan, wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang

dalam SKPD, wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%

(dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah

(STPD).

4. Ketetapan Pajak

Dalam jangka waktu lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, Walikota dapat

menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) dan Surat

Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT), Surat Ketetapan Pajak

Daerah Nihil (SKPDN). Surat ketetapan pajak diterbitkan berdasarkan pemeriksaan

atas SPTPD yang disampaikan Wajib Pajak.

5. Pembayaran Pajak Hiburan

Pajak hiburan terutang dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan dalam

peraturan daerah, yaitu 1 (satu) bulan takwim. Pembayaran pajak yang terutang

dilakukan ke kas daerah, atau tempat lain yang ditunjuk oleh Walikota sesuai waktu

yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD. Apabila

pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak

harus disetor ke kas daerah paling lambat 1 x 24 jam atau dalam waktu yang

ditentukan oleh Walikota. Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat


Setoran Pajak Daerah (SSPD). Permohonan Wajib Pajak untuk mengangsur

pembayaran pajak yang terutang harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut

dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang

belum atau kurang bayar sesuai kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan

yang ditentukan.

6. Penagihan Pajak Hiburan

Apabila pajak hiburan yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo

pembayaran, maka Walikota atau pejabat yang ditunjuk akan melakukan tindakan

penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan surat

teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan

penagihan pajak. Surat teguran atau surat peringatan dikeluarkan tujuh hari sejak jatuh

tempo pembayaran pajak dan dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk Walikota. Dalam

jangka waktu 7 (tujuh) hari sejak surat teguran atau surat peringatan atau surat lain

yang sejenis dterimanya, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang. Selanjutnya

bila jumlah pajak terutang masih harus dibayar dan tidak dilunasi dalam jangka waktu

tertentu yang ada dalam surat teguran atau surat peringatan atau surat lainnya yang

sejenis maka jumlah pajak yang harus dibayar, ditagih dengan surat paksa dan dapat

dilanjutkan dengan tindakan penyitaan, pelarangan, pencegahan dan penyanderaan bila

wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya.

7. Keberatan

Wajib pajak yang tidak puas atas penetapan pajak yang dilakukan oleh

walikota, dapat mengajukan keberatan hanya kepada walikota atau pejabat yang

ditunjuk. Apabila wajib pajak berpendapat bahwa jumlah pajak dalam Surat Ketetapan
Pajak tidak sebagaimana mestinya, wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya

kepada walikota yang menerbitkan surat ketetapan pajak tersebut. Keberatan yang

diajukan adalah terhadap materi atau isi dari ketetapan dengan membuat perhitungan

jumlah yang seharusnya dibayar menurut perhitungan wajib pajak. Perhitungan

dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan daerah tentang pajak

hotel dimaksud. Keputusan yang diterbitkan oleh walikota disampaikan kepada wajib

pajak untuk dilaksanakan. Hal ini tidak menutup kemungkinan keputusan keberatan

tersebut tidak memuaskan wajib pajak, sehingga wajib pajak diberi hak untuk

melakukan perlawanan secara hukum, untuk memperoleh penetapan pajak yang sesuai

dengan yang ditentukan dalam peraturan. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan

banding kepada pengadilan pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang

ditetapkan oleh bupati atau walikota atau pejabat yang ditunjuk.

2.5 Efektivitas

2.5.1 Pengertian Efektivitas

Pengertian efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan atau dapat

juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur

dari organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi

pada sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut

mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat

yang merupakan sasaran yang telah ditentukan. Efektivitas menurut Devas (1998:279-

280), adalah hasil guna kegiatan pemerintah dalam mengurus keuangan daerah harus

sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan


dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah dengan biaya serendah-rendahnya dan

dalam waktu yang secepatnya. Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai

akibat yang dikendaki. Kalau seorang melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud

tertentu dan memang dikehendakinya, maka orang itu dikatakan efektif bila

menimbulkan akibat atau mempunyai maksud sebagaimana yang dikehendakinya

(Halim, 2004:16).

2.5.2 Pengukuran Efektivitas

Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang dikehendaki.

Bila konsep efektivitas dikaitkan dengan pemungutan pajak, terutama penerimaan pajak

hiburan, maka efektivitas yang dimaksudkan adalah seberapa besar realisasi

penerimaan pajak hiburan berhasil mencapai potensi yang seharusnya dicapai pada

suatu periode tertentu (Halim, 2004:78). Efektivitas harus dinilai atas tujuan yang bisa

dilaksanakan dan bukan atas konsep tujuan yang maksimum. Jadi efektivitas menurut

ukuran seberapa jauh organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.

Besarnya efektivitas pajak menurut Abdul Halim (2004:164) dihitung dengan


menggunakan rumus sebagai berikut:
Realisasi Pajak Hiburan
Efektivitas = x 100%
Target Pajak Hiburan
Untuk mengukur perbandingan antara realisasi penerimaan pajak hiburan
dengan target penerimaan pajak hiburan. Menurut Mardiasmo dan Makhfatih (2005:5),
untuk menghitung efektivitas tersebut digunakan rumus sebagai berikut:
Realisasi Pajak Hiburan
Efektivitas = x 100%
Target Pajak Hiburan
2.6 Efisiensi

2.6.1 Pengertian Efisiensi

Efisiensi merupakan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh suatu jenis pendapatan dengan realisasi penerimaannya. Efisiensi

merupakan perbandingan output dengan input yang dikaitkan dengan standar

kinerja/target yang ditetapkan, jadi efisiensi merupakan rasio terbaik antara output

dengan biaya (input). Perhitungan efisiensi dimaksudkan untuk mengukur

perbandingan antara biaya dengan realisasi yang diperoleh. Efisiensi dikatakan lebih

baik apabila perbandingan biaya dengan realisasi yang telah dicapai nilainya semakin

kecil (Halim, 2007:74).

2.6.2 Pengukuran Efisiensi

Untuk mengetahui efisiensi penerimaan pajak hiburan, menurut Abdul Halim

(2004:130), Efisiensi Pemungutan pajak hiburan dapat dihitung dengan rasio efisiensi

sebagai berikut :

Biaya Pemungutan Pajak Hiburan


Efisiensi = x 100%
Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan

Menurut Devas (1989:149), Efisiensi Pemungutan pajak hotel dapat dihitung

dengan rasio tingkat efisiensi sebagai berikut :

Biaya Pemungutan Pajak Hiburan


Efisiensi = x 100%
Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan

Efisiensi atau daya guna digunakan dengan menghitung perbandingan antara

besarnya biaya yang digunakan untuk memungut pajak dan realisasi penerimaan pajak

yang diterima oleh Badan Keuangan dan Aset Daerah yang dimaksud dengan biaya
pemungutan pajak adalah pengeluaran yang dikeluarkan oleh Badan Keuangan dan

Aset Daerah untuk merealisasikan penerimaan pajak hiburan.

2.7 Kontribusi

2.7.1 Pengertian Kontribusi

Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku yang

dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik positif maupun

negatif terhadap pihak lain. Sebagai contoh, seseorang melakukan kerjabakti di daerah

rumahnya demi menciptakan suasana asri di daerah tempat ia tinggal sehingga

memberikan dampak positif bagi penduduk maupun pendatang (Mayasari, 2009:1).

Menurut Memah (2013:65), kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh

mana pajak hiburan memberikan sumbangan dalam penerimaan Pendapatan Asli

Daerah, dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan membandingkan penerimaan

pajak daerah (khususnya pajak hiburan) dengan Pendapatan Asli Daerah. Semakin

besar hasilnya maka semakin besar pula peranan pajak daerah terhadap Pendapatan

Asli Daerah. Begitu pula sebaliknya.

2.7.2 Perhitungan Kontribusi

Perhitungan kontribusi penerimaan pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli


Daerah menurut Abdul Halim (2004:163), digunakan rumus sebagai berikut:
Rasio kontribusi pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah

Realisasi Pajak Hiburan


Kontribusi =  100%
Realisasi Pendapatan Asli Daerah

Rasio kontribusi pajak hiburan terhadap pajak daerah


Realisasi Pajak Hiburan
Kontribusi =  100%
Realisasi Pajak Daerah

2.8 Kajian Empirik


Untuk menunjang analisis dan landasan teori yang ada, maka diperlukan

penelitian terdahulu sebagai pendukung bagi penelitian ini. Berkaitan dengan pajak

hiburan terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terlebih Dahulu
Judul dan Variabel
No Peneliti dan Tahun Hasil Penelitian
Penelitian

1 Agustin Purnama Analisis Efisiensi Dan Kota Surabaya memiliki realisasi

Ningtyas Efektivitas Pajak penerimaan pajak dari sektor

(2015), Hiburan Dalam Rangka hiburan cukup besar dan

Peningkatan cenderung meningkat setiap

Kontribusi Pendapatan Asli tahunnya

Daerah yang secara langsung juga

(Studi Kasus Pada Dispenda mempengaruhi jumlah

Surabaya) peningkatan

PAD, dan target penerimaan

Variabel : efektivitas pajak yang ditetapkan setiap tahun pun

hiburan, efisensi pajak hiburan, rata-rata juga dapat tercapai

terhadap peningkatan jumlahnya, hanya saja di tahun

kontribusi Pendapatan Asli 2009-

Daerah 2010 realisasi yang dicapai tidak

sesuai dengan target penerimaan

yang diharapkan.
2 Elfayang Rizky Ayu Analisis Efektivitas, Kontribusi pajak daerah terhadap

Puspitasari (2014), Efisiensi, Dan PAD selama 5 tahun berturut-

Kontribusi Pajak turut masih mengalami

Daerah Dan Retribusi fluktuasi. Rata-rata kntribusi

Daerah Terhadap pajak daerah terhadap PAD

Peningkatan masih dibawah 20%. Hal ini

PAD Kabupaten menandakan bahwa pajak daerah

Blora Tahun 2009- kurang berkontribusi terhadap

2013 pendapatan asli daerah.

Sedangkan untuk kontribusi

Variabrel : efektivitas retribusi daerah terhadap

pajak daerah, pendapatan asli daerah selama

efiseiensi pajak tahun

daerah, kontribusi 2009 sampai 2013 juga

pajak daerah dan mengalami naik turun. Rata-rata

retibusi daerah rasio kontribusi retribusi daerah

terhadap peningkatan terhadap PAD masuk kategori

PAD berkontribusi sedang, tetapi rasio

kontribusinya cenderung

turun. Dan kontribusi pajak

daerah lebih baik dibandingkan

rasio kontribusi retribusi daerah.

3 Raymond Analisis Potensi, Efektivitas, Penerimaan Pajak Reklame di

Korengkeng (2017), Efisiensi, Dan Kontribusi Kabupaten Minahasa Utara

Pajak Reklame Terhadap masih fluktuatif atau

Penerimaan Pajak Daerah cenderung naik turun. Pada


Di Kabupaten Minahasa tahun 2012, tingkat efektifitas

Utara sebesar 94,2%, tahun 2013

sebesar 70,88%, dan tahun 2014

Variabel : potensi pajak sebesar 77,1%. Pada tahun 2015

reklame, efektivitas pajak dan 2016 penerimaan

reklame, efisiensi pajak pajak reklame tergolong “sangat

reklame, kontribusi pajak efektif” dengan prosentase

reklame terhadap sebesar 118,6% dan 199,5%.

penerimaan pajak daerah. Dapat disimpulkan bahwa

walaupun cenderung fluktuatif

tapi penerimaan pajak reklame

pada 2 tahun terakhir mengalami

trend peningkatan. Naiknya

penerimaan pada tahun

2016 secara signifikan didasari

oleh perubahan bobot dari Nilai

Sewa Reklame yang

menjadi dasar perhitungan pajak

reklame.

4 Yunita Dwi Efektivitas Dan Efisiensi Penerimaan pajak hiburan sudah

Pustikasari (2016), Pajak Hiburan Dan termasuk dalam kriteria efektif

Kontribusinya Terhadap dengan tingkat efektivitas rata-

Peningkatan Pendapatan Asli rata tiap tahun diatas 100% dan

Daerah Kota Surakarta tingkat efisiensi

rata-rata tiap tahunnya kurang

Variabel : efektivitas pajak dari 60% serta kontribusi pajak


hiburan, efisiensi pajak hiburan terhadap

hiburan, kontribusi pajak pendapatan asli daerah tiap

hiburan terhadap Peningkatan tahunnya meningkat.

Pendapatan Asli Daerah

5 Zainuddin (2016) Efektivitas, Efisiensi Dan Perkembangan penerimaan pajak

Kontribusi Pajak Daerah daerah provinsi Maluku Utara

Terhadap selama periode 2010-

Pendapatan Asli Daerah 2014 mengalami kenaikan yaitu

Provinsi Maluku Utara rata-rata 29,87% per tahun.

Dengan peningkatan

Variabel : efektivitas pajak Pendapatan Asli Daerah rata-rata

daerah, efisiensi pajak daerah, 28,16% per tahun.

kontribusi pajak daerah

terhadap pendapatan asli

daerah.

Sumber : Kompilasi Beberapa Kajian

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah variabel yang

digunakan yaitu menggunakan variabel efektivitas, efisiensi dan kontribusi. Sedangkan

perbedaannya terletak pada objek dan tahun penelitian yang akan dilakukan di Kota

Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur Pada Tahun 2013-2017. Perbedaan lainnya,

lima penelitian terdahulu memiliki hasil penelitian yang berbeda-beda, sehingga

peneliti ingin melalukan penelitian ini untuk membandingkan dengan penelitian

terdahulu.
2.9 Kerangka Berpikir

Berdasarkan kerangka berpikir dalam penelitian ini disajikan pada gambar 2.1

Gambar 2.1.
Kerangka Berpikir Efektivitas, Efisiensi dan Kontribusi Pajak Hiburan terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Kota Kupang

KONTRIBUSI EFEKTIVITAS

PAJAK HIBURAN PENDAPATAN

ASLI DAERAH

EFISIENSI

Keterangan : : Berpengaruh Secara Langsung

: Berpengaruh Secara Tidak Langsung

Dalam penelitian ini dijabarkan klasifikasi permasalahan untuk melihat

seberapa besar tingkat Efektivitas dan Efisiensi pajak hiburan di Kota Kupang. Selain

itu penelitian ini di arahkan untuk mengetahui besaran Kontribusi Pajak Hiburan

terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang Tahun 2013-2017. Jadi Efektivitas dan

Efisiensi mempengaruhi Pajak Hiburan secara langsung. Efektivitas dan Efisiensi yang

mempengaruhi Pajak Hiburan itulah yang membuat peneliti ingin melihat seberapa

besar Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Apabila tingkat

Efektivitas dan Efisiensi pajak hiburan di Kota Kupang naik maka Kontribusi Pajak
Hiburan di Kota Kupang akan meningkat. Begitu pula sebaliknya apabila Efektivitas

dan Efisiensi Pajak Hiburan di Kota Kupang rendah maka Kontribusi Pajak Hiburan

terhadap Pendapatan Asli Daerah akan menurun.

Pemungutaan yang efektif dan efisien mengacu pada target dan biaya yang

dikeluarkan serendah mungkin diharapkan akan dapat membantu meningkatkan

penerimaan pajak hiburan. Dengan meningkatnya pajak hiburan maka akan

berpengaruh juga terhadap penerimaan pajak daerah. Pajak daerah merupakan bagian

dari Pendapatan Asli Daerah sehingga dengan meningkatnya penerimaan pajak daerah

maka Pendapatan Asli Daerah pun akan meningkat.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu deskriptif kuantitatif.

Deskriptif kuantitatif yaitu teknik pengolahan data dimana data-data yang berbentuk

angka diklasifikasikan, dibandingkan dan dihitung dengan rumus-rumus yang relevan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Dalam menulis penelitian ini penulis melakukan penelitian pada Badan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang yang beralamat Jl. S.K.Lerik No.3. Penlitian

ini akan dilakukan selama 3 minggu.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

1) Data Kualitatif adalah data berupa informasi (bukan angka) baik lisan maupun

tulisan yang bersifat mendukung dengan data kuantitatif.

2) Data Kuantitatif adalah data berupa angka-angka yang bertujuan untuk menunjukkan

Efektivitas, Efisiensi dan Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli

Daerah.

3.3.2 Sumber Data

1) Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari instansi Badan Keuangan

dan Aset Daerah Kota Kupang yaitu berupa data yang diambil melalui teknik

wawancara dengan pegawai pada instansi tersebut. Data primer secara khusus
dikumpulkan oleh peneliti menjawab pertanyaan riset atau penelitian.

2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh berbentuk angka, grafik, laporan

keuangan dan lain-lain yang dipublikasi oleh Badan Keuangan dan Aset Daerah

Kota Kupang dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kupang.

3.4 Variabel Penelitian dan Operasional Variabel

Variabel yang akan diteliti perlu dilaksanakan dalam bentuk rumusan yang

lebih operasional sehingga mempunyai ukuran yang sesuai.

Tabel 3.1
Variabel Penelitian
Definisi
Konsep Indikator Skala
Operasional
Efektivitas Suatu Realisasi dan Rasio
ketercapaian yang Target Pajak
sudah ditargetkan Hiburan
Efisiensi Perbandingan Biaya Rasio
biaya Pemungutan
pemungutan Pajak Hiburan
dengan realisasi
penerimaan

Kontribusi Perbandingan Realisasi Pajak Rasio


realisasi pajak Hiburan,
dengan realisasi Realisasi PAD
pendapatan dan Realisasi
Pajak Daerah
Pajak Daerah Kontribusi wajib Target dan Rasio
kepada daerah Realisasi Pajak
Daerah
Pendapatan Asli Hasil Ekonomi Target dan Rasio
Daerah dari suatu daerah Realisasi PAD

Pajak Hiburan Pajak atas Target dan Rasio


hiburan yang Potensi Pajak
diberikan Hiburan
3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.2 Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan


langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian
dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pecacatan secara sistematis tentang hal-
hal yang diamati. Dalam hal ini, peneliti mengunjungi instansi Badan Keuangan dan
Aset Daerah Kota Kupang.
3.5.3 Wawancara

Penulis memperoleh keterangan dan informasi dengan cara melakukan

wawancara secara langsung terhadap pihak yang terkait pada instansi Badan Keuangan

dan Aset Daerah Kota Kupang.

3.5.1 Dokumentasi

Penulis mengumpulkan beberapa informasi berupa data Pajak Hiburan, data

realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang yang bersumber dari

laporan realisasi APBD Kota Kupang Tahun 2013-2017.

3.6 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu

cara menarik kesimpulan dengan memberikan gambaran atau menjabarkan terhadap

data yang telah terkumpul dalam bentuk uraian kalimat sehingga pada akhirnya dapat

menghantarkan pada kesimpulan. Penyusun menggunakan metode deduktif yaitu

analisis data dari yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat

khusus. Perhitungan realisasi penerimaan pajak hiburan dihitung dengan menjumlahkan

penerimaan pajak hotel sesuai klasifikasinya tiap tahun yang datanya diperoleh dari

Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang.


Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk

penelitian deskriptif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan.

Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan

oleh instansi berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data.

Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian

deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana Efektivitas dan Efisiensi pajak

hiburan di Kota Kupang beserta Kontribusi pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli

Daerah Dan Pajak Daerah.

1. Analisis Efektivitas

Untuk mengukur perbandingan antara realisasi penerimaan pajak hiburan dengan


target penerimaan pajak hiburan. Menurut Mardiasmo dan Makhfatih (2005:5), untuk
menghitung efektivitas tersebut digunakan rumus sebagai berikut:
Realisasi Pajak Hiburan
Efektivitas = x 100%
Target Pajak Hiburan
Efektivitas digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil penerimaan pajak

hiburan dari semua potensi pajak hiburan dengan anggapan semua wajib pajak hiburan

membayar pajak hiburan masing-masing. Namun demikian, mengingat sulitnya

menentukan besarnya potensi pajak hiburan, maka dalam penelitian ini yang digunakan

adalah besarnya target pajak hiburan.


Pedoman kriteria penilaian efektivitas penerimaan pajak hiburan di ukur dengan

menggunakan kriteria skala interval pada berikut ini.

Tabel 3.2
Kriteria Penilaian Efektivitas Pemungutan Pajak Hiburan

Efektivitas Penerimaan Kriteria Efektivitas Penerimaan


Pajak Hiburan (%) Pajak Hiburan
Diatas 100 Sangat Efektif
90 - 100 Efektif
80 - 89 Cukup Efektif
60 - 79 Kurang Efektif
Kurang dari 60 Tidak Efektif
Sumber: Depdagri, Kepmendagri Tahun 2006

2. Analisis Efisiensi

Untuk mengetahui efisiensi penerimaan pajak hiburan, menurut Abdul Halim

(2004:130), Efisiensi Pemungutan pajak hiburan dapat dihitung dengan rasio efisiensi

sebagai berikut :

Biaya Pemungutan Pajak Hiburan


Efisiensi = x 100%
Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan

Efisiensi atau daya guna digunakan dengan menghitung perbandingan antara

besarnya biaya yang digunakan untuk memungut pajak dan realisasi penerimaan pajak

yang diterima oleh Badan Keuangan dan Aset Daerah, yang dimaksud dengan biaya

pemungutan pajak adalah pengeluaran yang dikeluarkan oleh Badan Keuangan dan Aset

Daerah untuk merealisasikan penerimaan pajak hiburan. Sedangkan biaya itu berupa

insentif bagi petugas pemungut yang besarnya menurut Perda Kota Kupang No. 2 Tahun

2016 telah ditentukan sebesar 5 (lima) persen dari realisasi penerimaan pajak hiburan tiap

tahunnya ditambah dengan biaya operasional. Pajak hiburan dikatakan efisien apabila nilai

rasionya lebih kecil dari seratus (efisien< 100).


Kriteria penilaian efisiensi pengelolaan pajak hiburan seperti pada tabel 3.3 berikut

ini.

Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Efisiensi Pemungutan Pajak Hiburan
Efisiensi Penerimaan Pajak Kriteria Efisiensi Penerimaan
Hiburan (%) Pajak Hiburan
Diatas 100 Tidak Efisien
90 - 100 Kurang Efisien
80 - 89 Cukup Efisien
60 - 79 Efisien
Kurang dari 60 Sangat Efisien
Sumber: Depdagri, Kepmendagri Tahun 2006

3. Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kontribusi pajak hiburan merupakan besaran persentase sumbangan yang diberikan


pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Perhitungan kontribusi penerimaan pajak
hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah menurut Abdul Halim (2004:163) digunakan
rumus sebagai berikut:
Rasio kontribusi pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah

Realisasi Pajak Hiburan


Kontribusi =  100%
Realisasi Pendapatan Asli Daerah

4. Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah

Kontribusi pajak hiburan merupakan besaran persentase sumbangan yang

diberikan pajak hiburan terhadap pajak daerah. Perhitungan kontribusi penerimaan

pajak hiburan terhadap Pajak Daerah menurut Abdul Halim (2004:163) digunakan

rumus sebagai berikut:

Realisasi Pajak Hiburan


Kontribusi =  100%
Realisasi Pajak Daerah
Tabel 3.4
Indikator Kontribusi Pajak Hiburan
Indikator (%) Keterangan
Diatas 50 Sangat Baik
40,10 - 50,00 Baik
30,10 - 40,00 Cukup Baik
20,10 - 30,00 Sedang
10 - 20 Kurang baik
Kurang dari 10 Sangat Kurang
Sumber: Tim Libang Depdagri Fisipol UGM, 1991
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang

4.1.1 Sejarah Berdirinya Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang

Badan Keuangan dan Aset Daerah, merupakan entitas Koordinator dan

Pengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Kupang. Badan ini awalnya terbentuk

berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Indonesia Nomor KUPD. 7/12/A-101

Tahun 1978. Awalnya Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang berstatus

sebagai Suku Dinas Pendapatan Daerah Kota Administratif Kupang dan dalam

tugasnya melakukan kegiatan penagihan Pendapatan Asli Daerah dan IPEDA pada

tahun 1980 s/d 1992 Nama IPEDA di ubah menjadi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

yang saat ini masih gabung dengan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kupang.

Selanjutnya status Suku Dinas Pendapatan Daerah Kota Administratif Kupang diganti

menjadi Cabang Dinas Pendapatan Daerah Kota Administratif Kupang pada tahun

1983 s/d 1996 yang dalam tugasnya menangani penagihan PAD dan PBB dari tahun

1992 s/d saat ini. Cabang Dinas diganti nama lagi menjadi Dinas Pendapatan Kota

Madya Kupang pada tahun 1996 s/d 1998 diganti menjadi Dispenda Kota Kupang

tahun 1998 s/d 2008 diganti lagi menjadi Dispenkeu Kota Kupang pada tahun 2008 s/d

Maret 2014 setelah itu menjadi Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang yang tetap

dalam menangani dana kepengurusan APBD dan pendapatan Asli Daerah lainya, dan

pada tanggal 1 Januari 2017 ditetapkan sebagai Badan Keuangan dan Aset Daerah

Kota Kupang.
Sejak pembentukan kota Administratif Kupang menjadi Kotamadya Daerah

Tingkat II Kupang sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1996 maka dibentuklah

Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I NTT Nomor 20 Tahun 1996. Pada perkembangannya diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 34 Tahun 2002 Tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas dan Lembaga Teknik Daerah Kota

Kupang, diubah lagi dengan Perda No.6 tahun 2008 tantang Organisasi dan Tata

Laksana Dinas-Dians dan diubah lagi dengan Perda No.4 tahun 2013 sekaligus

memberi Porsi Tanggung Jawab Dalam Pengumutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

dan PAD di wilayah Kota Kupang yang bekerja sama dengan Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Kupang dan Selanjutnya pada tahun 2013 berdasarkan keputusan PBB-P2

dialihkan menjadi Pajak Daerah Kota Kupang sampai sekarang.

Nama-nama Pejabat yang memimpin Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota

Kupang dari tahun 1980 sampai dengan saat ini adalah :

1. Yohanes Pah Pena (1980 s/d 1983) Suku Dinas Pendapatan Kota Administratif

2. Drs. J. V. Nenobahan,SH (1983 s/d 1998) Cabang Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Kupang sampai tahun 1996 manjadi Dinas Pendapatan Daerah Kota

Madya kupang

3. Jonas Salean,SH.,M.Si (1998 s/d 2001) Dispenda Kota Kupang

4. Winestra E. Manuhutu,S.I.P (2001 s/d 2004) Dispenda Kota Kupang

5. Yohanes Baker,SH (2004 s/d 2005) Dispenda Kota Kupang

6. Drs. Jakob L. Tokoh,M.Si (PH) (2005 s/d 2008) Dispenda Kota Kupang

7. Noldi Dethan,SH (2008 s/d 2010) Dispenkeu Kota Kupang


8. Plt. Dra. Esther Muhu. (Februari 2010 s/d Juni 2010) Dispenkeu Kota Kupang

9. Alfred A. Lakabela,S.Pd.,M.Pd (Juni 2010 s/d maret 2013) Dispenkeu Kota

Kupang

10. Drs. Ferdinandus D. Leho (Maret 2013 s/d Juni 2013) Dispenkeu Kota Kupang

11. Plt. Drs. Jakob L. Tokoh,M.Si (Juni 2013 s/d Maret 2014) Dispenkeu Kota Kupang

12. Jeffry Edward Pelt,SH (Maret 2014 s/d Sekarang) Dispenda Kota Kupang/Badan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang

Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang yang telah diubah menjadi Badan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang yang di Kepalai oleh Jeffry Edward Pelt,SH

dari tanggal 13 maret 2014 sampai sekarang dan sedang melaksanakan beberapa

kegiatan besar antara lain : Pekan Pelayanan PBB-P2, Sosialisasi Perda tentang pajak

dan retribusi Daerah, Studi Banding Persiapan Pengalihan PBB-P2 menjadi Pajak

Daerah, Komputerisasi Sistem Perpajakan dan lain-lain.

4.1.2 Visi dan Misi Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang

Adapun visi dan misi Badan Keuangan dan Aset Daerah kota kupang adalah

sebagai berikut :

VISI

“Menjadi koordinator dan pengelola pungutan yang handal dalam menggali dan

menetapkan sumber-sumber pendapatan asli daerah yang meningkat secara

signifikan serta mewujudkan pengelolaan keuangan yang baik, sehingga mampu

mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan beribawa untuk

terwujudnya masyarakat kota yang cerdas, beradab, berbudaya, sejahtera dan

berdaya saing”.
MISI

Untuk mewujudkan misi di atas, Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota

Kupang merumuskan beberapa misi antara lain yaitu :

1. Mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan secara intensif, koordinatif dan

berkesinambungan.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia aparatur yang memadai.

3. Meningkatkan kesadaran wajib pajak dan retribusi dari warga masyarakat Kota

Kupang.

4. Memberikan pelayanan prima di bidang perpajakan.

4.1.2.1 Tujuan Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang

Untuk mewujudkan peningkatan pendapatan asli daerah dalam visi dan misi

tersebut diatas maka ditetapkan tujuan sebagai berikut

1. Meningkatkan PAD Kota Kupang secara signifikan dari tahun ke tahun.

2. Meningkatkan kemampuan teknis aparat badan keuangan dan aset daerah

Kota Kupang.

3. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman warga masyarakat Kota Kupang

tentang pajak dam retribusi.

4. Memberikan pelayanan prima di bidang perpajakan daerah.

4.1.2.2 Kegiatan Operasional Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang

1. Tugas pokok Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang adalah

melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang pendapatan.


2. Fungsi Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang untuk melaksanakan

tugas pokok maka Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang memiliki

fungsi sebagai berikut:

a. Merumuskan Kebijakan Teknis di bidang Pendapatan Daerah.

b. Pemberian Pelayanan Umum.

c. Pembinaan Terhadap UPTD di Bidang Pendapatan.

d. Pengelolaan Urusan Ketentuan Dinas.

4.1.2.3 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi dari Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 4.1

Sumber :Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang, 2018


Berdasarkan gambar 4.1 dapat dijelaskan deskripsi tugas dari masing-masing bidang :

4.1.2.4 Bidang-bidang Kerja Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang

1. Sekretaris

Menyusun rencana dan program, mengkoordinasikan, mengarahkan, mengatur

dan mengevaluasi kegiatan ketatausahaan serta merumuskan kebijakan teknis

di bidang kesekretariatan, perencanaan, evaluasi dan pelaporan umum dan

kepegawaian, keuangan dan perlengkapan, berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.

2. Kasubag

a. Kepala Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol pelaksanaan kegiatan perencanaan, evaluasi dan

pelaporan yang meliputi koordinasi pengumpulan dan pengolahan data,

penyusunan petunjuk teknis perencanaan dan pelaporan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.

b. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Menyusun rencana dan program, memberi petunjuk, membimbing,

memeriksa, mengecek, mengontrol pelaksanaan kegiatan administrasi

umum dan kepegawaian yang meliputi penyusun petunjuk teknis

persuratan dan kearsipan, protokoler, pengolahan data kepegawaian, dan

laporan umum kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku sebagai pedoman kerja.


c. Kepala Sub Keuangan dan Perlengkapan

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, mengecek,

mengontrol pelaksanaan kegiatan admistrasi keuangan dan perlengkapan

yang meliputi penyusunan anggaran, pembukuan, pertanggung jawaban,

inventarisasi barang, laporan keuangan dan perlengkapan berdasarkan

perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.

3. Kepala Bidang Pendapatan I

Menyusun program, mengkoordinasikan, mengarahkan, mengatur dan

mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Bidang Pendapatan I, serta merumuskan

kebijakan teknis di Bidang Pelayanan, pendataan dan pendaftaran, pengolahaan

data dan perhitungan, penetapan dan dokumentasi pajak daerah, berdasarkan

perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.

Bidang Pendapatan I terdiri dari tiga (3) seksi, yaitu :

a. Kepala Seksi Pelayanan Pendataan dan Pendaftaran

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol, pelaksanaan kegiatan pelayanan pendataan

dan pendaftaran yang meliputi penyusunan program, petunjuk teknis,

pelaksanaan kegiatan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai

pedoman kerja.

b. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Perhitungan

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol, pelaksanaan kegiatan pengolahaan data dan


perhitungan yang meliputi penyusunan program, petunjuk teknis,

pelaksanaan kegiatan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai

pedoman kerja.

c. Kepala Seksi Penetapan dan Dokumentasi

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol, pelaksanaan kegiatan penetapan dan

dokumentasi yang meliputi penyusunan program, petunjuk teknis,

pelaksanaan kegiatan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai

pedoman kerja.

4. Kepala Bidang Pendapatan II

Menyusun rencana dan program, mengkoordinasikan, mengarahkan, menyelia,

mengatur dan mengevaluasi, pelaksanaan kegiatan Bidang Pendapatan II, serta

merumuskan kebijakan teknis di bidang pelayanan pendataan dan pendaftaran,

penglohan data, penilaian dan perhitungan, penetapan dan dokumentasi Pajak

Bumi dan Bangunan Perkotaan- Pedesaan (PBB-P2) dan pendapatan lain-lain

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman

kerja.

Bidang Pendapatan II terdiri dari tiga (3) Seksi, Yaitu :

a. Kepala Seksi dan Pengolahan Data, Penilaian dan Perhitungan.

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol, pelaksanaan kegiatan kegiatan pengolahan


data, penilaian dan perhitungan yang meliputi penyusunan program,

petunjuk teknis, pelaksanaan kegiatan, pemantauan, evaluasi, dan

pelaporan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

sebagai pedoman kerja.

b. Kepala Seksi Pelayanan dan Pendaftaran

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol, pelaksanaan kegiatan pelayanan pendataan

dan pendaftaran meliputi penyusunan program, petunjuk teknis,

pelaksanaan kegiatan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai

pedoman kerja.

c. Kepala Seksi Penetapan dan Dokumentasi

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol, pelaksanaan kegiatan penetapan dan

dokumentasi yang meliputi penyusunan program, petunjuk teknis,

pelaksanaan kegiatan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai

pedoman kerja.

5. Kepala Bidang Pengawasan dan Pengendalian

Menyusun rencana dan program, mengkoordinasikan, mengarahkan, menyelia,

mengatur dan mengevaluasi, pelaksanaan kegiatan Pengawasan dan

Pengendalian serta merumuskan kebijakan teknis di Bidang Pengawasan dan


Pengandalian, Keberatan dan Angsuran, dan penyuluhan perundang-undangan

yang berlaku sebagai pedoman kerja.

Bidang Pengawasan dan Pengendalian terdiri dari tiga (3) Seksi, Yaitu:

a. Kepala Seksi Pengendalian dan Penagihan

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol, pelaksanaan kegiatan pengendalian

penagihan yang meliputi penyusunan program, petunjuk teknis,

pelaksanaan kegiatan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai

pedoman kerja.

b. Kepala Seksi Keberatan dan Angsuran

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol, pelaksanaan kegiatan keberatan dan angsuran

yang meliputi penyusunan program, petunjuk teknis, pelaksanaan

kegiatan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.

c. Kepala Seksi Penyuluhan Dan Perundang-Undangan

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol, pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan

perundang-undangan yang meliputi penyusunan program, petunjuk

teknis, pelaksanaan kegiatan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai

pedoman kerja.
6. Kepala Bidang Pembukuan dan Pelaporan

Menyusun rencana dan program, mengkoordinasikan, mengarahkan,

menyedia, mengatur dan mengevaluasi, pelaksanaan kegiatan pembukuan

dan pelaporan serta merumuskan kebijakan teknis di Bidang Pembukuan

Penerimaan, Pembukuan Persediaan dan pelaporan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.

Bidang pembukuan dan pelaporan terdiri dari tiga seksi yaitu :

a. Kepala Seksi Pembukuan Dan Penerimaan

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol, pelaksanaan kegiatan pembukuan dan

penerimaan yang meliputi penyusunan program, petunjuk teknis,

pelaksanaan kegiatan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan peraturan

perundang – undangan yang berlaku sabagai pedoman kerja.

b. Kepala Seksi Pembukuan Persediaan

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol, pelaksanaan kegiatan pembukuan persediaan

yang mengikuti penyusunan program, petunjuk teknis, pelaksaan

kegiatan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.

c. Kepala Seksi Pelaporan

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol, pelaksaan kegiatan pembukuan persedian,

yang meliputi penyusunan program, petunjuk teknis, pelaksaan


kegiatan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja.

7. Kepala Unit Pelaksaan Teknis Daerah (UPTD)

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol, pelaksanaan kegiatan pendataan dn penagihan

pajak daerah dan pendapatan lainnya diwilayah kecamatan yang meliputi

penyusunan program, petumjuk teknis, pelaksanaan kegiatan, pemantauan,

evaluasi dan pelaporan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku sebagai pedoman kerja.

8. Kepala Tata Usaha

Menyusun program, memberi petunjuk, membimbing, memeriksa,

mengecek, mengontrol, pelaksanaan kegiatan pengelolaan administrasi

umum, kepegawaian, keuangan dan perlengkapan yang meliputi

penyusunan program, petunjuk teknis, pelaksanaan kegiatan, pemantauan,

evaluasi dan pelaporan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku sebagai pedoman kerja.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Melakukan kegiatan teknis Badan Keuangan dan Aset Daerah dibidang

keahlian masing-masing. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari :

1. Bendahara Pengeluaran

a. Membuat Surat Perintah Membayar Uang (SPMU) keuangan

dinas dan SPMU gaji pegawai.

b. Menyimpan dan mengeluarkan uang sesuai DPA-SKPD Dinas.


c. Membuat pembukuan keuangan.

d. Membuat laporan pertanggung jawaban keuangan dinas.

2. Bendahara Pengeluaran Pembantu

a. Menyiapkan kwitansi pembayaran.

b. Melakukan pembayaran sesuai ketentuan yang berlaku.

c. Membuat SPMU jatah beras pegawai

3. Bendahara Penerimaan

a. Menyiapkan kuitansi penerimaan dan penyetoran.

b. Menerima setoran PAD dari Dinas/Badan/Kantor/Bagian dan

Instansi pelaksana.

c. Menyetor penerimaan PAD setiap hari ke kas daerah.

4. Bendahara Barang

a. Mencatat dan membukukan inventaris barang dinas.

b. Menginventarisir kebutuhan sarana dan prasarana Dinas.

c. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan inventaris barang.

d. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan

atasan.

5. Operator Komputer

a. Mengetik konsep surat-surat dinas.

b. Bertanggung jawab terhadap pengoperasian komputer.

c. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dan perawatan

komputer.
d. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diperintahkan

atasan.

4.2 Analisis Kebijakan Badan Keuangan dan Aset Daerah Tentang Pajak Hiburan

Potensi pajak daerah dari sektor hiburan yang merupakan salah satu kontribusi

dari pajak daerah ini. Pemerintah Kota Kupang telah mengaturnya dalam Peraturan

Daerah Kota Kupang nomor 2 Tahun 2016 tentang Pajak Daerah dan Peraturan

Daerah nomor 3 Tahun 2002 tentang Pajak Hiburan. Implementasi kedua Peraturan

Daerah ini baik Peraturan Daerah No.2 maupun Peraturan Daerah No.3 telah

dilaksanakan oleh pemerintah daerah Kota Kupang melalui Badan Keuangan dan Aset

Daerah Kota sebagai lembaga pelaksana teknis.

Perubahan peraturan daerah Kota Kupang dari Perda No.5 tahun 2011

menjadi Perda No.2 tahun 2016 menjadi tolak ukur peningkatan pajak daerah

khususnya pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah, dimana berkaitan dengan

pajak hiburan perubahan tanggal jatuh tempo pembayaran pajak yang dipersingkat dari

30 hari sesudah masa pajak menjadi 7 hari sesudah masa pajak atau 7 hari jam kerja

aktif tanpa di hitung hari sabtu dan hari minggu. Selain itu apabila terjadi

keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak maka akan dikenai sanksi

sebesar 2% dari pajak mereka sendiri. Dari perubahan ini akan membuat kepatuhan

wajib pajak dalam membayar pajak tepat waktu akan semakin meningkat.

Kebijakan berkaitan dengan pajak hiburan di dasari pada informasi terbaru

beberapa kalangan mendesak pemerintah Kota Kupang dalam penerapan sistem

pelunasan pajak secara online untuk menghindari kemungkinan kebocoran sumber

pendapatan daerah di sektor jasa tersebut.


Pemerintah Kota Kupang mengapresiasi anggaran untuk peningkatan

Pendapatan Asli Daerah dari semua sektornya termasuk sektor hiburan. Namun

demikian dari laporan yang terbaca dalam kebijakan umum anggaran yang diperoleh

badan anggaran sangatlah berbeda dengan kondisi yang ada karena hal yang dicapai

sangat kecil dari semangat yang ada. Maka dari itu penerapan sistem pelunasan pajak

yang baru ini sangat di harapkan agar bisa segera direalisasikan.

Dilihat dari kuantitas jelas pajak hiburan di Kota Kupang merupakan potensi

yang besar jika semua pihak yang terkait dengan sektor pajak ini dapat bekerjasama

dengan baik. Dalam penentuan jumlah pajak ini banyak faktor yang dipertimbangkan

oleh pemerintah Kota Kupang antara lain faktor ekonomi,sosial dan politik. Untuk

menentukan jumlah pajak yang didapat pemerintah Kota Kupang menggunakan sistem

penetapan atau yang dikenal self assysment system, sistem ini dimana wajib pajak

menghitung sendiri pajak yang harus dibayar sesuai penetepan sebesar 10-35% dari

omset penjualan. Penentuan besarnya pajak dengan sistem ini sangat tergantung

kepada kerjasama pemilik untuk melaporkan omset yang mereka dapat kepada petugas

pendataan pajak. Namun dalam pelaksanaannya seringkali jumlah omset yang

dilaporkan wajib pajak tidak sesuai dengan omset yang sebenarnya, menurut Kasubid

Pendataan dan Pendaftaran (Yoscar Tallas) seringkali pemilik mempunyai dua laporan

omset, yaitu laporan omset dengan jumlah keuangan yang tidak besar dan yang satu

lagi laporan omset dengan jumlah keuangan yang besar maka dari itu petugas sulit

untuk melacaknya. Masalah ini berpengaruh terhadap capaian target pajak hiburan

yang sebelumnya telah dibuat oleh Badan Keuangan dan Aset Daerah, maka dari itu

pemerintah mendapat banyak desakan dari kalangan tertentu agar pemerintah


mengeluarkan kebijakan dengan penerapan pajak hiburan online sehingga efektivitas

yang didapat dari pemungutan pajak hiburan bisa maksimal. Sejalan dengan itu Badan

Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang tetap berupaya maksimal melakukan

pengawasan berkaitan dengan pemungutan pajak hiburan tiap bulannya.

4.3 Efektivitas Pajak Hiburan

Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang

dikehendaki. Bila konsep efektivitas dikaitkan dengan pemungutan pajak, terutama

penerimaan pajak hiburan, maka efektivitas yang dimaksudkan adalah seberapa besar

realisasi penerimaan pajak hiburan berhasil mencapai potensi yang seharusnya dicapai

pada suatu periode tertentu (Halim, 2004:78). Efektivitas harus dinilai atas tujuan yang

bisa dilaksanakan dan bukan atas konsep tujuan yang maksimum. Jadi efektivitas

menurut ukuran seberapa jauh organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai.

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efektivitas dengan menggunakan rumus

tersebut dapat disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1
Efektivitas Pemungutan Pajak Hiburan Kota Kupang Tahun 2013-2017
Presentase Keterangan
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp)
(%)
2.008.134.428,00 1.594.267.533,00 79,39 Kurang
2013
Efektif
1.654.855.000,00 1.336.665.149,00 80,77 Cukup
2014
Efektif
1.043.845.000,00 1.185.574.102,00 113,57 Sangat
2015
Efektif
5.107.081.560,00 Sangat
2016 2.300.000.000,00 222,05
Efektif
2.305.258.687,00 Kurang
2017 3.457.997.000,00 66,66
Efektif
Rata- 2.305.770.000,00 Sangat
2.092.966.000,00 112,488
rata Efektif
Sumber : Badan Keuangan dan Aset Daerah (data diolah, 2018)
Dari tabel 4.1 dapat diinformasikan tingkat efektivitas pemungutan pajak

hiburan pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 secara keseluruhan rata-rata

mencapai 112,48% atau dapat diartikan bahwa pemungutan pajak hiburan dilakukan

sangat efektif. Pada tahun 2013 realisasi efektivitas pemungutan pajak hiburan tidak

melampaui target dengan selisih sebesar Rp 413.866.895, hal ini dikarenakan kondisi

ekonomi pada saat itu mengalami penurunan dan juga banyak wajib pajak yang lambat

membayar pajak setelah jatuh tempo, maka dari itu wajib pajak dikenakan sanksi

sebesar 2% dari nilai pajaknya sendiri. Pada tahun 2014 persentasi efektivitas pajak

hiburan mengalami peningkatan sebesar 1.38% menjadi 80.77% dengan realisasi

Rp 1.336.665.149.00, tetapi tidak melampaui target, kemudian di tahun berikutnya

yaitu tahun 2015 mengalami peningkatan lagi sebesar 32.8% dengan realisasi Rp

1.185.574.102,00. Pada tahun 2016 penerimaan pajak hiburan meningkat drastis.

Peningkatannya bahkan dua kali lipat dari target yang ditetapkan. Persentasi

pemungutan pajak hiburan tahun 2016 naik sebesar 108,93 menjadi 222,05% dengan

realisasi Rp 5.107.081.560,00. Menurut Kepala Badan Keuangan dan Aset Daerah

(Jefry Pelt), pemasukan yang diperoleh pajak hiburan tahun 2016 sampai melampaui

batas target dan mengalami kenaikan yang tinggi disebabkan karena banyaknya

kegiatan-kegiatan hiburan yang bersifat insidentil yang berlangsung di Kota Kupang.

Misalnya, konser musik yang dilakukan pihak ketiga dengan menghadirkan sejumlah

artis papan atas ibu kota, menjadi salah satu penyokong naiknya pendapatan sektor

hiburan. Pada tahun 2017 realisasi penerimaan pajak hiburan tidak melampaui target.

Presentasi efektivitas pemungutan pajak hiburan menurun secara drastis sebesar

158,39% menjadi 66,66% dengan realisasi Rp 2.305.258.687,00. Hal ini disebabkan


karena pada tahun 2017 kegiatan-kegiatan hiburan di Kota Kupang, seperti konser

musik tidak banyak dilaksanakan. Selain itu banyak wajib pajak melaporkan omset

tidak sesuai yang diperoleh.

Berdasarkan hasil dari tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa tingkat efektivitas

pemungutan pajak hiburan tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu 222,05% dengan

realisasi sebesar Rp 5.107.081.560,00 dan tingkat efektivitas terendah terjadi pada

tahun 2017 yaitu 66,66% dengan realisasi sebesar Rp 2.305.258.687,00. Namun secara

keseluruhan pemungutan pajak hiburan Kota Kupang menunjukkan angka yang sangat

efektif karena berada di atas angka 100%.

Berikut grafik perkembangan kriteria presentasi efektivitas pajak hiburan di

Kota Kupang.

Grafik 4.1
Perkembangan Persentasi Efektivitas Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli
Daerah tahun 2013-2017

Perkembangan Presentasi Efektivitas


Pajak Hiburan %
250 222,05
200

150
113,57 Perkembangan
100 80,77 Presentasi Efektivitas
79,39
66,66 Pajak Hiburan %
50

0
2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : Data diolah 2018


Tampak dari grafik di atas, pada Tahun 2013 sampai dengan tahun 2015

realisasi penerimaan pajak Hiburan mengalami peningkatan yang besar dari 79,39%

menjadi 113,57% dimana pemungutan pajak hiburan dapat dikategorikan sangat

efektif, hal ini dikarenakan adanya perubahan Peraturan Daerah Kota Kupang tentang

pajak daerah khususnya pajak hiburan mengenai tanggal jatuh tempo pembayaran pajak

yang dipersingkat dari 30 hari sesudah masa pajak menjadi 7 hari sesudah masa pajak

atau 7 hari jam kerja aktif tanpa di hitung hari sabtu dan hari minggu, sehingga dari

perubahan tersebut membuat wajib pajak lebih sadar akan ketepatan waktu membayar

pajak mereka sendiri karena apabila wajib pajak membayar pajak mereka melebihi dari

tanggal jatuh tempo yang sudah ditetapkan maka akan dikenai sanksi sebesar 2% dari

nilai pajak. Sanksi tersebut juga sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota

Kupang No. 2 tahun 2016. Bagi wajib pajak yang membayar pajaknya secara tepat

waktu akan diberikan piagam penghargaan atas apa yang telah dilakukan namun harus

berada dalam beberapa kriteria penerima penghargaan yaitu kejujuran dalam membayar

pajak dari omset yang diperoleh dan ketepatan waktu membayar pajak. Sejauh ini

sudah banyak wajib pajak yang mendapat piagam penghargaan dimana harus termasuk

di dalam beberapa kriteria untuk penerimaan piagam penghargaan.

Pada tahun 2016 pemungutan pajak hiburan dapat dikategorikan sangat

efektif di karenakan realisasi pajak hiburan mencapai lebih dari 200%. Tetapi pada

tahun 2017 pajak hiburan hanya bisa terealisasi sebesar 66,66% atau tidak melampaui

dari target yang sudah ditetapkan yaitu sebesar Rp 3.457.997.000. Berdasarkan hasil

wawancara yang telah dilakukan pada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang,

khususnya di Bidang Pendataan dan Pendaftaran, peneliti melakukan wawancara


kepada Kasubid Pendataan dan Pendaftaran (Yoscar Tallas),

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas pemungutan

pajak hiburan di Kota Kupang?

Informan : (Yoscar Tallas Kasubid Pendataan dan Pendaftaran)

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pemungutan pajak hiburan itu sendiri yaitu

seperti kegiatan perekonomian pada tahun tersebut, jumlah investor yang menanam saham

dan jumlah kegiatan nasional tiap tahunnya. Menurut kami (BKAD) faktor yang dominan

dalam hal efektivitas pemungutan pajak yaitu faktor kondisi perekonomian dan kegiatan-

kegiatan nasional yang ada di Kota Kupang, karena dari kedua faktor tersebut bisa dilihat

tingkat efektivitas pajak hiburan tiap tahunnya.

Dengan kata lain kondisi perekonomian dan kegiatan-kegiatan nasional sangat

mempengaruhi realisasi pajak hiburan di Kota Kupang.

4.4 Efisiensi Pajak Hiburan

Efisiensi menunjukkan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan untuk

memungut pajak dengan realisasi penerimaan pajak yang bersangkutan. Biaya

pemungutan itu sendiri adalah biaya yang dikeluarkan oleh Badan Keuangan dan Aset

Daerah Kota Kupang untuk memungut pajak hiburan, biaya itu berupa insentif bagi

petugas pemungut yang besarnya menurut Perda Kota Kupang No.2 Tahun 2016 telah

ditentukan sebesar 5% dari realisasi penerimaan pajak hiburan tiap tahunnya ditambah

dengan biaya operasional.

Dengan membandingkan antara biaya pemungutan pajak hotel dengan

realisasi penerimaan pajak hiburan maka tingkat efisiensi pemungutan pajak hiburan

dapat ditentukan nilainya. Pajak dikatakan efisien apabila hasilnya kurang dari 100%

dan apabila lebih dari 100% maka dianggap tidak efisien (Dhinaryathi 2003:25).
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efisiensi dengan menggunakan rumus

tersebut dapat disajikan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2
Efisiensi Pajak Hiburan Kota Kupang Tahun 2013-2017
Realisasi Pajak Biaya Presentase Keterangan
Tahun Hiburan Pemungutan (%)
(Rp) (Rp)
1.594.267.533,00 90.850.000,00 5,69 Sangat
2013
Efisien
1.336.665.149,00 66.830.000,00 4,99 Sangat
2014
Efisien
1.185.574.102,00 50.950.000,00 4,29 Sangat
2015
Efisien
5.107.081.560,00 171.120.000,00 3,35 Sangat
2016
Efisien
2.305.258.687,00 60.750.000,00 2,63 Sangat
2017
Efisien
Rata- 2.305.770.000,00 88.100.000,00 4,19 Sangat
rata Efisien
Sumber : Badan Keuangan dan Aset Daerah (data diolah, 2018)

Dari tabel 4.2 dapat diinformasikan bahwa tingkat efisiensi pajak hiburan

dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 sangat efisien dengan nilai dari tiap

tahunnya kurang dari 60%. Pada tahun 2013 dengan tingkat efisiensi 5,69%, tahun

2014 dengan tingkat efisiensi meningkat sebesar 4,99%, tahun 2015 tingkat efisiensi

sebesar 4,29%, tahun 2016 tingkat efisiensi sebesar 3,35% dan tahun 2017 tingkat

efisiensi pajak hiburan sebesar 2,63% Secara menyeluruh tingkat efisiensi pajak

hiburan pada rata-rata 4,19%.

Berdasarkan hasil tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa tingkat efisiensi biaya

pemungutan pajak hiburan tertinggi pada tahun 2017 dengan persentasi 2.63% dan

tingkat efisiensi terendah pada tahun 2013 sebesar 5.69%. Pada tahun penelitian secara

keseluruhan biaya pemungutan pajak hiburan Kota Kupang menunjukkan angka yang

sangat efisien karena selalu berada di bawah angka 60%.


Berikut grafik perkembangan kriteria persentasi efisiensi pajak hiburan di

Kota Kupang.

Grafik 4.2
Perkembangan Persentasi Efisiensi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli
Daerah tahun 2013-2017

Perkembangan Presentasi Efisiensi


Pajak Hiburan %
6
5,69
5
4,99 4,29
4
3,35
Perkembangan
3
2,63 Presentasi Efisiensi Pajak
2 Hiburan %

0
2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : Data diolah 2018

Dari grafik diatas dapat diinformasikan bahwa tingkat efisiensi pajak

hiburan dari tahun 2013-2017 secara keseluruhan mengalami penurunan. Grafik

penurunan efisiensi pajak hiburan menggambarkan semakin menurun laju grafik

perkembangan presentasi pajak hiburan maka akan semakin efisien penggunaan biaya

pemungutan pajak hiburan tiap tahunnya. Pada tahun 2013 dengan tingkat efisiensi

sebesar 5,69% menurun sebesar 0,70% menjadi 4,99% pada tahun 2014. Dari tahun

2014 ke tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 0,70% menjadi 4,29%. Pada tahun

2015 ke tahun 2016 mengalami tingkat efisiensi yang cukup tinggi sebesar 0,94%

menjadi 3,35% pada tahun 2016. Pada tahun 2016 ke tahun 2017 mengalami

penurunan sebesar 0,72%. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada

Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang, khususnya di Bidang Perhitungan
dan Penetapan, peneliti melakukan wawancara kepada Kepala Subid Perhitungan dan

Penetapan (Antonius Ailet),

Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi pemungutan

pajak hiburan di Kota Kupang?

Informan : (Antonius Ailet Kasubid Perhitungan dan Penetapan)

Berkaitan dengan efisiensi atau biaya yang digunakan, faktor yang mempengaruhi untuk

tingkat efisiensi khususnya pajak hiburan itu sendiri yaitu, jumlah petugas penagih pajak di

tiap tahunnya, semakin banyak petugas penagih pajak tiap tahun, maka biaya yang

dikeluarkan untuk honor para petugas akan semakin meningkat juga sesuai dengan jumlah

petugas penagih pajak.

Petugas penagih pajak yang bertambah tiap tahunnya mempengaruhi

besaran biaya yang dikeluarkan dalam memberikan honor petugas pajak. Selain itu

Badan Keuangan dan Aset Daerah memberikan reward atau penghargaan kepada

pihak wajib pajak dan petugas penagih yang secara aktif dalam meningkatkan pajak

daerah salah satunya pajak hiburan. Penghargaan yang diberikan kepada wajib

terutama hiburan didasari : (1) Sikap jujur wajib pajak dalam melaporkan nilai besaran

pajak yang dibayarkan kepada pemerintah, (2) Ketepatan wajib pajak dalam membayar

kewajibannya setiap bulan yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah. Disamping

pemberian penghargaan, berdasarkan aturan yang berlaku bagi wajib pajak yang

lambat membayar pajaknya setelah tanggal jatuh tempo akan dikenakan sanksi sebesar

2% dari nilai pajaknya. Maka dari itu selain petugas pajak turun ke lapangan untuk

melakukan penagihan dan monitoring terhadap wajib pajak, petugas pajak juga

membantu mengingatkan dan memberitahukan para wajib pajak untuk membayar

pajak tepat waktu, sehingga dari ketepatan membayar pajak tersebut secara tidak
langsung akan berimplikasi pada peningkatan penerimaan pajak daerah sekaligus

meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor pajak hiburan.

4.5 Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kontribusi pajak hiburan merupakan besaran persentase sumbangan yang

diberikan pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Perhitungan kontribusi

penerimaan pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah menurut Abdul Halim

(2004:163) digunakan rumus sebagai berikut:

Rasio kontribusi pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah

Realisasi Pajak Hiburan


Kontribusi =  100%
Realisasi Pendapatan Asli Daerah

Analisis Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota

Kupang tahun 2013-2017.

4.6 Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah

Selain memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah, ternyata

Pajak Hiburan juga mampu memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap Pajak

Daerah seperti yang terlihat pada tabel 4.3

Menurut Abdul Halim (2004:163) kontribusi pajak Hiburan terhadap pajak

daerah dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Realisasi Pajak Hiburan


Kontribusi =  100%
Realisasi Pajak Daerah

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kontribusi dengan menggunakan rumus

tersebut dapat disajikan pada tabel 4.3.


Tabel 4.3
Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pajak Daerah dan Pendapatan Asli
Daerah Kota Kupang Tahun 2013-2017
Kontribusi

Pajak

Pajak Hiburan Pajak Daerah Pendapatan Asli Hiburan (%)


Tahun
(Rp) (Rp) Daerah (Rp)
PD PAD

(%) (%)

1.594.267.533,00 41.146.449.346,00 80.755.471.988,14 3,87 1,97


2013

1.336.665.149,00 56.522.097.069,00 112.552.294.168,21 2,36 1,18


2014

1.185.574.102,00 74.560.637.287,00 145.500.468.360,20 1,59 0,81


2015
5.107.081.560,00 92.667.470.757,00 164.211.225.158,93 5,51 3,11
2016
2,33 1,00
2017 2.305.258.687,00 98.639.549.430,00 229.137.474.240,18

Rata - rata 3,13 1,61

Sumber : Badan Keuangan dan Aset Daerah (data diolah, 2018)

Dari tabel 4.3 dapat diinformasikan bahwa kontribusi atau sumbangsih pajak

hiburan terhadap pajak daerah Kota Kupang selama 5 tahun terakhir dari 2013-2017

masuk dalam kategori sangat kurang dengan kisaran dibawah 10% dan secara umum

mengalami kenaikan secara fluktuatif. Pada tahun 2013 pajak hiburan memberikan

kontribusi sebesar 3,87% namun mengalami penurunan kontribusi sebesar 2,36% pada

tahun 2014. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2015 kontribusi pajak hiburan semakin

menurun menjadi sebesar 1,59%. Pada tahun 2016 kontribusi pajak hiburan terhadap

pajak daerah meningkat drastis menjadi 5,51%. Tetapi pada tahun 2017 kontribusi

pajak hiburan terhadap pajak daerah mengalami penurunan sebesar 3,18% menajdi

2,33%.
Kontribusi Pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah juga termasuk

dalam kategori sangat kurang dengan persentasi dibawah 10%. Kontribusi terendah

dari pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah Kota Kupang terdapat pada tahun

2015 sebesar 1,59% sedangkan kontribusi tertinggi terdapat pada tahun 2016 sebesar

5,51%. Walaupun kontribusi pajak hiburan mengalami fluktuasi tiap tahunnya tidak

menjadi kendala besar karena penerimaan dari pajak hiburan dan kontribusinya

terhadap pendapatan asli daerah bergantung pada situasi kegiatan ekonomi pada tahun

tersebut, yang terpenting realisasi penerimaan pajak hiburan sebagian besar telah

melebihi dari target yang sudah ditetapkan oleh pemerintah atau instansi terkait.

Dilihat dari indikator kontribusi pajak hiburan, pajak hiburan memiliki presentasi

sumbangan yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan penerimaan yang lain, tetapi

pajak hiburan juga mampu memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap

Pendapatan Asli Daerah dan Pajak Daerah, apalagi bila potensi yang ada di sektor

hiburan digali lebih dalam maka tidak bisa dipungkiri penerimaan dari sektor pajak

hiburan akan semakin meningkat di waktu yang akan datang.


Untuk melihat lebih jelas mengenai Kontribusi Pajak Hiburan dapat dilihat

pada Grafik dibawah ini:

Grafik 4.3
Kontribusi Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Pajak Daerah
tahun 2013-2017

6
5,51

4 3,87

3,11 Pajak Hiburan terhadap PD


3 (%)
2,36 2,33 Pajak Hiburan terhadap PAD
1,97
2 (%)
1,59
1,18 1
1 0,81

0
2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : Data diolah 2018

Berdasarkan hasil gambar 4.3 dengan menggunakan indikator Kontribusi

pajak hiburan dapat disimpulkan bahwa kontribusi pajak hiburan terhadap Pendapatan

Asli Daerah dan Pajak Daerah masih dalam kategori cukup kecil dengan kisaran nilai

(kurang dari 10%). Berkaitan besaran kontribusi pajak hiburan terhadap pajak daerah

dengan menggunakan indikator kontribusi memiliki nilai kisaran dibawah 10%

termasuk dalam kategori sangat kurang. Berdasarkan hasil wawancara yang telah

dilakukan pada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang, khususnya di Bidang

Penagihan, Monitoring dan Pelaporan, peneliti melakukan wawancara kepada Kasubid

Penagihan, Monitoring dan Pelaporan (Selviana Adoe),


Bagaimana kontribusi pajak hiburan terhadap PAD selama kurun waktu

beberapa tahun terakhir?

Informan : (Selviana Adoe Kasubid Penagihan, Monitoring dan Pelaporan)

Kontribusi pajak hiburan yang merupakan bagian dari pajak daerah memberikan kontribusi

yang cukup baik dan lumayan stabil dari tahun ke tahun. Sejak dirubahnya regulasi tentang

pajak daerah dan juga sosialisasi yang kami (BKAD) lakukan terhadap masyarakat dapat

membantu meningkatkan kesadaran dan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam tepat waktu

membayar pajak.

Selain itu dalam meningkatkan kontribusi pajak hiburan terhadap pendapatan

asli daerah diperlukan usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dan peran serta

masyarakat dalam meningkatkan kontribusi pajak hiburan. Usaha yang dilakukan

pemerintah Kota Kupang dalam meningkatkan besaran kontribusi dengan cara :

1. Sosialisasi mengenai Peraturan pemerintah terhadap pajak hiburan meliputi:

a. Nilai besaran pajak hiburan yang dilaporkan

b. Mekanisme pembayaran pajak hiburan secara online

c. Memberikan penghargaan dan sanksi kepada wajib pajak

2. Semua aktifitas pajak dilakukan secara transparan dan akuntabilitas.

3. Kualitas petugas penagih pajak yang harus ditingkatkan sehingga berkontribusi

terhadap penerimaan pajak khususnya pajak hiburan.

4. Pemanfaatan teknologi informasi dalam melakukan pembayaran pajak.


Selain peran serta dari pemerintah kalau tidak didukung dari wajib pajak

niscaya target yang sudah ditetapkan tidak dapat terpenuhi. Peran serta masyarakat

dapat dilakukan dengan cara:

1. Kejujuran wajib pajak dalam hal perhitungan, pembayaran dan pelaporan pajak

yang dilakukan.

2. Berperan aktif dalam memperoleh informasi berkaitan tentang pajak

Dengan kondisi itu maka perlu adanya sinergi antara pemerintah Kota Kupang

dengan masyarakat dalam perihal pemungutan pajak. Meningkatnya pendapatan

asli daerah dari pajak hiburan berimplikasi pada meningkatnya pembangunan di

Kota Kupang, sehingga mengarah pada kesejahteraan masyarakat.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian yang dilakukan, maka secara ringkas

dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Tingkat efektivitas pemungutan pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah Kota

Kupang selama kurun waktu 2013 sampai dengan tahun 2017 secara keseluruhan

menunjukkan nilai rata-rata sebesar 112,48% dengan kategori sangat efektif.

2. Tingkat efisiensi pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah Kota Kupang

selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 menunjukkan nilai rata-rata sebesar

4,19% dengan kategori sangat efisien.

3. Tingkat kontribusi pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah Kota Kupang dari

tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 menunjukkan nilai rata-rata sebesar 1.61%

dengan kategori sangat kurang.


5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat, peneliti memberikan masukan

kepada Badan Keuangan dan Aset Daerah Kota Kupang dalam upaya meningkatkan

Efektivitas, Efisiensi dan Kontribusi Pajak Hiburan terhadap peningkatan Pendapatan

Asli Daerah, maka dapat disarankan sebagai berikut:

Agar adanya sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam pemungutan

pajak khususnya pajak hiburan bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pemanfaatan teknologi informasi dalam melakukan pembayaran pajak dan

semua aktifitas pajak dilakukan secara transparan dan akuntabilitas.

2. Kualitas petugas penagih pajak yang harus ditingkatkan sehingga berkontribusi

terhadap penerimaan pajak khususnya pajak hiburan.

3. Kejujuran wajib pajak dalam hal perhitungan, pembayaran dan pelaporan pajak

yang dilakukan dan Berperan aktif dalam memperoleh informasi berkaitan tentang

pajak.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2009. Pembiayaan Pembangunan Daerah. PPKEPD.


Makassar.

Barata, Dedy Supriadi dan Dadang Solihin. 2004. Otonomi Penyelenggaraan


Pemerintah Daerah. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Devas, Nick. 1989. Keuangan Pemerintahan Daerah di Indonesia. UI-Press. Jakarta

Dhinaryathi. 2003. Efektivitas Pemungutan Pajak. Kineka Cipta. Yogyakarta

Halim, Abdul. 2004. Manejemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Salemba 4.


Jakarta

______________2007. Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Kedua. UPP STIM


YKPN.Yogyakarta

Lisasih, Yasmin. 2011. Kendala Dalam Pemungutan Pajak Daerah.

Makhfatih, Ahmad 2000. Perhitungan Potensi Pajak dan Retribusi Daerah di


Kabupaten Magelang. Laporan Penelitian, PAU Studi Ekonomi UGM,
Yogyakarta.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi.


Yogyakarta

Mayasari, Dian. 2009. Kontibusi Penerimaan Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (Analisis Terhadap Kabuapaten dan Kota di Jawa Timur). Skripsi Pada
FE UMM.

Memah, Edward. 2013. Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran
Terhadap PAD Kota Manado. Jurnal EMBA Vol 1

Nasution, S. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Bumi Aksara. Jakarta

Prakosa, Kesit Bambang. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah. UII Press.
Yogyakarta

Rahman, Herlina. 2005. Pendapatan Asli Daerah. Arifgosita. Jakarta

Soelarno, Slamet. 1999. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. STIA Press.
Jakarta
Peraturan Perundang-undangan:

Depdagri, Kepmendagri Tahun 2006

Ketentuan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Ketentuan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


Pusat dan Pemerintah Daerah

Ketentuan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang Mengamanatkan Peraturan


Daerah tentang Pajak dan Retribusi

Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 Tentang Pajak Daerah

Peraturan Daerah Kota Kupang No. 2 tahun 2011 Tentang Pajak Daerah

Peraturan Daerah Kota Kupang No. 3 tahun 2002 Tentang Pajak Hiburan

SK Walikota Kupang No. 2 Tahun 2016 tentang Penetapan Pajak Daerah

Undang-Undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Sigrit Ernestus Hadi

Alamat : Naikolan

Tempat Tanggal Lahir : Kupang, 14 Februari 1996

Umur : 23

Agama : Katolik

Pendidikan

SD : 2001-2007 (SD Inpres Onatali, Rote Ndao)

SLTP : 2007-2010 (SMP Negeri 1 Pantai Baru, Rote Ndao)

SLTA : 2010-2013 (SMAK Syuradikara, Ende)

Perguruan Tinggi : Universitas Nusa Cendana, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Kupang

Anda mungkin juga menyukai