Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS HUBUNGAN BELANJA MODAL DAN BELANJA

PEMELIHARAAN PADA ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

Diajukan sebagai Mata Kuliah Bahasa Indonesia

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Oleh:

ANI MUFIDA YULIANTERI

216120100002

Dosen Pembimbing :

Uswatun Hasanah, M.Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS BAKTI INDONESIA

2022

KATA PENGANTAR

1
Syukur Alhamdulillah kita patut panjatkankepada Allah SWT atas karunia, petunjuk,
rahmat, dan hidaya yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya,sehinnga penulis dapat
menyusun skripsi ini. Tak lupa juga shalawat dan salam kita kirimkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang
tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Hubungan Belanja Modal dan
Belanja Pemeliharaan Pada Anggran Pemerintah”

Skripsi yang saya buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan
Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Bakti Indonesia

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terimah kasih kepada kedua orang
tua penulis bapak Naad dan ibu Ruhaiyah yang senantiasa memberi harapan, semangat,
perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudaraku tercinta yang
senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga
besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi
ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan
terima kasih banyak disampaikan dengan hormat

kepada :

1. Bapak Dr. Haya, SHI., M.Pd.I Rektor Universitas Bakti Indonesia.

2. Bapak Nur Prasetyo, M.Si , Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Bakti Indonesia.

3. Ibu Uswatun Hasana, M.Pd Selaku Dosen Bahasa Indonesia

4. Bapak/ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Bakti Indonesia yang tak kenal lelah banyak
menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.

5. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas bakti Indonesia.

2
6. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen dan
Akuntansi Angkatan 2021, yang selalu meluangkan waktunya untuk belajar bersama dengan
tidak sedikit bantuan dan dorongannya dalam aktivitas studi penulis.

9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu, yang telah
memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat
merampungkan penulisan Skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman,
penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Bakti Indonesia

Banyuwangi, 6 juli 2022

Penulis

DAFTAR ISI

3
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................4
BAB I...............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................5
A. Latar Belakang......................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................................7
D. Manfaat apenelitian..............................................................................................................8
BAB II.............................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................8
A. Landasan Teori.....................................................................................................................8
a. Pengertian Belanja Modal........................................................................................................8
b. Peran Belanja Modal.............................................................................................................10
c. Belanja Pemeliharaan.........................................................................................................11
d. Hubungan Belanja modal dan Belanja Pemeliharaan.........................................................11
e. Hubungan Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah.....................................................13
f. Belanja Modal dan Belanja Pemeliharan dalam Anggaran Daerah....................................13
g. Anggaran Berbasis Kinerja.................................................................................................14
B. Penelitian Terdahulu.............................................................................................................15
h. D. Hipotesis Penelitian.......................................................................................................15
BAB III..........................................................................................................................................16
METODE PENELITIAN..............................................................................................................16
A. Metode Penelitian...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

BAB I

4
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan untuk perolehan aset
tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari suatu periode akuntansi (PP No.24
Tahun 2005).

Pemerintah mengalokasikan dana dalam bentuk nggaran belanja modal dalam APDB
untuk menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Anggaran belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan
praasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah maupun untuk fasilitas
publik.
Saat ini banyak daerah yang berlomba untuk meningkatkan pembangunan daerahnya
sendiri, karena salah satu faktor pendukung kesejahtraan daerah adalah dengan tersedianya
infrastruktur yang memadai. Namun faktanya seperti yang dilansir dalam
wartaekonomi.co.id, masih banyak pemerintah daerah (pemda) lebih banyak mengalokasikan
belanjanya pada sektor-sektor yang kurang diperlukn dan lebih banyak digunakan untuk
belanja rutin, sebab 100% belanja rata-rata 20% yang digunakan untuk belanja modal dalam
rangka pengadaan aset untuk investasi meningkatkan pelayanan publik.
Rendahnya penyerapa belanja terutama disebabkan oleh masih minimnya belanja
kementrian Negara/Lembaga terutama pada belanja barang dan belanja modal (Dirtjen
Pertimbangan Keuangan, 2012). Keterbatasan sarana dan prasarana yang tidak mendukung
untuk investasi. Berasal dari dana bantuan (fund), pengalokasian sumber-sumber pendapatan
daerah yang diperuntukkan untuk kepentingan publik, baik alokasi dana untuk belanja
langsung maupun tidaak langsung, lemahnya perencanaan penerapan rencana strategi
anggaran serta realisasi anggaran pada kurun waktu satu tahun anggaran yang telah
diputuskan dalam APBP. Perkembangan penyerapan anggaran yang buruk dan timpang.
Melihat adanya kondisi belanja modal dalam APBD di pemerintah provinsi di
Indonesia khususnya dalam hal ini yaitu pemerintah daerah kurang diperhatikan, pemerintah
daerah seharusnya dapat mengalokasikan APBDnya untuk belanja modal dan tidak habis

5
digunakan untuk belanja pegawai dan belanja rutin. Diberlakukannya otonomi daerah
memberikan kesempatan pemerintah daerah untuk lebih mengembangkan potensi daerah.
Peningkatan APBD nampaknya belum mampu membiayai belanja modal, seperti
belum mampu memperbaiki kondisi infrastruktur jalan, terutama jalan-jalan kabupaten
diperbatasan antara kabupaten/kota sekitar. Kondisi jalan di daerah masih 50% yang
kondisinya masih ada yang rusak, baik rusak sedang maupun parah.
Hal ini dikarenakan karena pihak pelaksanannya sendiri, pihaknya masih menunggu
lelang terlebih dahulu. Hal ini juga disebabkan karena pemerintah daerah dalam membangun
jalan tidak memperhatikan aspek kualitas, sehingga hasilnya cepat rusak dan buruk.
Masyarakat mengeluhkan terkait kecamatan disejumlah titik jalan karena jalan rusak dan
juga butuh pelebaran, kabupaten telah menerbitkan perda Nomor 3 Tahun 2017 tentang
perceapatan infrastruktur.
Berdasarkan perda yang berlaku hingg tahun 2022, diharapkan mapu menargetkan
peningkatan jalan sepanjang 100KM setiap tahunnya. Akan tetapi, proses percepatan
pembangunan infrastruktur ini masih terhambat dengan belum selesainya proses lelang.
Karena prosesnya tidak mudah, lelang tidak ada di DPU tapi oleh instansi lain.
Menunjang ketersediaan pengalokasian dana untuk belanja modal dan belanja
pemeliharaan, sumber-sumber penerimaan daerah yang potensial harus digali secara
maksimal di dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk
diantaranya adalah pajak daerah dan retribusi daerah yang sudah sejak lama menjadi salah
satu unsur pendapatan asli daerah (PAD). Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
publik, pemerintah daerah seharusya mengubah komposisi belanjanya.
Pengalokasian belanja modal ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik melalui peningkatan aset tetap pemerintah daerah, yakni peralatan, bangunan,
infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Pemerintah daerah setiap tahun memgalokasikan
belanja modal baik untuk mengganti aset lama maupun pembelian aset baru sehingga aset
pemerintah daerah bertambah nilainnya dari tahun ke tahun, sehingga dapat dikatakan aset
tetap pemerintah daerah yang bersumber daei pelaksanaan APBD merupakan outcome/output
Dari terealisasinya belanja modal dalam setiap tahun anggarannya.
Hal ini terlihat ketika dalam proses penyusunan APBN/APBD pemerintah tidak
melihat nilai aset tetap sebagai dasar penentuan belanja pemeliharaan. Bahkan ada daerah

6
yang belum memiliki neraca awal yang notabene digunakan sebagai dasar untuk mengetahui
besarnya aset tetap dimiliki. Tidak sedikit pula daerah-daerah yang tetap memgalokasikan
dana untuk pemeliharaan aset yang sebenarnya sudah tidak berfungsi lagi atau bahkan sudah
hilang.
Oleh karena penjelasan yang telah penulis jabarkan diatas, penulis mencoba
mengetahui apakah variabel penerimaan pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap
belanja modal, maka penelitian ini penulis beri judul ‘’ Pengaruh Penerimaan Pendapatan
Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Tahun 2021-2022.’’

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik perumusan
masalah sebagai berikut:

1. Apakah belnja modal berhubungan dengan belanja pemeliharaan pada pemerintah


Kabupaten/Kota?
2. Apakah belanja modal tahun sebelumnya (2005) berhubungan secara signifikan dengan
belanja pemeliharaan tahun berikutnya (2006) pada pemerintah Kabupaten/Kota?
3. Apakah terdapat perbedaan antara belanja modal dengan belanja pemeliharaan pada
pemerintah Kota dab pemerintah Kabupaten?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan
sebagai berikut:
a. Untuk memberikan bukti empiris tentang hubungan antara alokasi belanja modal dengan
belanja pemeliharaan pada pemerintah Kabupaten/Kota.
b. Untuk memberikan bukti empiris tentang hubungan belanja modal tahun sebelumnya
(2005) dengan pemeliharaan tahun berikutnya (2006) pada pemerintah Kabupaten?Kota.
c. Untuk memberikan bukti empiris apakah hubungan belanja modal dengan belanja
pemeliharaan pada pemerintah kota berbeda dibandingkan kabupaten.

7
C. Manfaat apenelitian

Adakah manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Memberikan kontribusi empiris untuk memperkuat penelitian sebelumnya, terkait adanya


hubungan antara belanja modal dengan belanja pemeliharaan yang diteliti pada
pemerintah Kabupaten/Kota
b. Memberi kontribusi kebijakan, sebagai bahan masukan bagi pemerintah pusat,
Pemerintah daerah, dan legislatif dalam hal penyusunan kebijakan di masa yang akan
datang yang berkaitan dengan perencanaan, pengadilan, dan evaluasi dari APBN dan
APBD serta UUdan PP yang menyertainya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

8
A. Landasan Teori
a. Pengertian Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan


modal yang sifatnya menambah aset tetap yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan
yang sifatnya untuk mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan
kapasitas dan kualitas aset. belanja modal merupakan belanja yang masa manfaatnya
melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah, serta
menimbulkan konsekuensi bertambahnya belanja yang bersifat rutin seperti biaya
pemeliharaan. Aset tetap yang diperoleh sebagai hasil terrealisasinya belanja modal.

Pada dasarnya pengalokasian anggaran untuk belanja modal dimaksudkan untuk


menambah aset tetap pemerintah. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan
daerah akan sarana dan prasarana publik, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas
pemerintah maupun untuk menambah fasilitas publik. Biasanya tiap tahun diadakan
pengadaan aset tetap oleh pemerintah daerah sesuai dengan prioritas anggaran dan
pelayanan publik yang memberikan dampak jangka panjang secara keuangan.

Belanja modal dibagi menjadi dua kelompok utama yakni :

1) Belanja publik yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh
masyarakat umum. Contohnya, pembangunan jembatan dan jalan raya, pembelian alat
transportasi massa dan pembelian mobil ambulans.
2) Belanja aparatur yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh
masyarakat, tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur. Contohnya, pembelian
kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintah, pembangunan rumah dinas.

Belanja modal sendiri termasuk salah satu jenis belanja yang memiliki
karakteristik spesifik terutama terkait proses pengalokasian. Penganggaran belanja modal

9
tidak hanya melibatkan perundingan diantara Eksekutif, tetapi juga sangat bergantung
pada pendapat perencana dan arsitek. Selain itu, alokasi dana untuk belanja modal juga
harus memperhatikan kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam jangka panjang
terutama pemeliharaan aset tetap yang diperoleh dari belanja modal. Pengeluaran untuk
belanja modal harus mendapat perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan
pengeluaran rutin. Hal ini disebabkan karena pengeluaran investasi/modal memiliki efek
jangka panjang, sedangkan pengeluaran rutin lebih berdampak jangka pendek.
Kesalahan dalam melakukan pengambilan keputusan investasi tidak saja akan berdampak
pada anggaran tahun berjalan, namun juga akan membebani anggaran tahun-tahun
berikutnya.

Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap yakni dengan
membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lainnya atau dengan membeli. Khusus
dilingkup pemerintah cara yang biasa dilakukan adalah dengan membeli. Proses
pembelian yang dilakukan umumnya dilaksanakan melalui proses tender atau lelang yang
cuku rumit dan terkadang sarat akan kepentingan politis. Munculnya aset tetap sebagai
hasil dari terrealisasinya anggaran belanja modal memiliki konsekuensi munculnya
belanja pemeliharaan pada masa yang akan datang. Namun demikian, perlu diperhatikan
karena ada beberapa belanja pemeliharaan yang memenuhi persyaratan sebagai belanja
modal, yaitu apabila:
(a) pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas,
kualitas,
dan volume aset yang telah dimiliki dan
(b) pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimum nilai kapitalisasi aset tetap/aset
lainnya.
Menurut Perdirjen Perbendaharaan No. PER-33/PB/2008 tentang pedoman
penggunaan akun pendapatan, belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal sesuai
dengan bagian akun standar, suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila:
1). pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap, atau aset lainnya
yang menambah masa umur, manfaat, dan kapasitas.

10
2). pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi aset tetap atau aset
lainnya yang telah ditetapkan pemerintah;
3). perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual, tetapi digunakan untuk
kegiatan operasional sehari-hari.

b. Peran Belanja Modal

Belanja modal yang meliputi antara lain untuk perolehan aset tanah, gedung dan
bangunan, peralatan dan aset tak berwujud. untuk memperoleh asset tetap, pemerintah daerah
mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran yang dialokasi Belanja modal ditentukan sesuai
dengan kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana yang baik guna kelancaran pelaksanaan
tugas pemerintahan dan sarana umum.

Asset tetap yang dimiliki sebagai akibat dari belanja modal menjadi syarat utama bagi
pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan publik. Untuk memperoleh aset tetap,
pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal sehingga dapat
mengalokasikan belanja modal ini sesuai dengan kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana,
sehingga dapat dengan lancar melaksanakan tugas pemerintahan dan fasilitas umum. Umumnya,
pemerintah daerah membeli asset tetap setiap tahun berdasarkan prioritas anggaran dan layanan
publik dengan dampak finansial jangka panjang. Secara teori, ada tiga cara untuk memperoleh
asset tetap, yaitu melakukan pembagunan sendiri, menukarnya dengan aset tetap lainnya, dan
membeli. Cara yang biasa dilakukan adalah membeli melalui proses lelang atau penawaran yang
sangat rumit.

c. Belanja Pemeliharaan

Belanja pemeliharaan yang dikeluarkan yang tidak menambah dan memperpanjang masa
manfaat, dan atau kemungkinan besar tidak memberi manfaat ekonomi dimasa yang akan datang
dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja tetap dikategorikan
sebagai belanja pemeliharaan dalam laporan keuangan.

Anggaran pemeliharaan dihitung berdasarkan waktu atau periode penggunaan aset tetap
dan biaya perolehan aset tetap. Dengan kata lain, jika aset tetap dibeli pada awal tahun, maka
alokasi biaya pemeliharaan adalah satu tahun.

11
Namun pada kenyataannya di bidang pemerintahan daerah tidak selalu mengalokasikan
belanja pemeliharaan berdasarkan aset tetap yang dimilikinya. Hal ini terlihat ketika banyak
pemerintah daerah yang gagal menggunakan nilai aset tetap sebagai dasar penentuan belanja
pemeliharaannya. Bahkan beberapa pemerintah daerah tidak memiliki saldo awal sebagai dasar
pengalokasian belanja pemeliharaan.

d. Hubungan Belanja modal dan Belanja Pemeliharaan

Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, pengalokasian belanja modal sangat


berkaitan dengan perencanaan keuangan jangka panjang, terutama pembiayaan untuk
pemeliharaan aset tetap yang dihasilkan dari belanja modal tersebut. menyatakan bahwa
kebijakan belanja modal harus memperhatikan kemanfaatan dan kemampuan keuangan
pemerintah daerah dalam pengelolaan aset tersebut dalam jangka panjang. Artinya, jika suatu
daerah berencana menganggarkan belanja modal dalam anggaran belanja pemeliharaan,
pemerintah juga harus berkomitmen menyediakan dana pemeliharaan dan pemulihan aset tetap
yang diperoleh dari belanja modal.

Dalam manajemen keuangan dan akuntansi, selain menghitung jumlah penggunaan aset
tersebut dalam operasional organisasi dalam bentuk penyusutan, biaya pemeliharaan aset
tersebut juga harus diperhatikan agar dapat digunakan secara tepat sesuai dengan tujuannya.
Biaya pemeliharaan terjadi secara berkala atau berulang setiap tahun pada asset tetap milik
pemerintah daerah.

Kegiatan investasi yang dilakukan oleh pemerintah biasanya dilaksanakan dengan


tujuan untuk memperoleh fasilitas yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan tapi
untuk memberikan layanan pada masyarakat selama bertahun-tahun. Menurut Govermental
Accounting Standard Board, infrastruktur adalah aset yang diperoleh dari pengeluaran modal
yang dimiliki dan biasanya memiliki masa manfaat yang panjang. Aspek “masa manfaat yang
panjang” membantu menjelaskan mengapa pemerintah perlu menghubungkan antara pengeluaran
modal dan pengeluaran operasional. Fakta bahwa keputusan modal tahun anggaran berjalan
memiliki implikasi signifikan untuk operasi masa depan, termasuk pemeliharaannya,
menunjukkan bahwa aspek dari keputusan modal pada anggaran operasional masa depan harus
diperhitungkan dalam tiap proses penganggaran.

12
Alokasi belanja modal biasanya didasarkan pada kebutuhan masingmasing unit kerja,
dalam hal ini tidak semua unit kerja atau unit organisasi di pemerintah daerah terlibat dalam
kegiatan atau proyek pengadaan aset tetap. Alokasi belanja modal disesuaikan dengan tugas
pokok dan fungsi masing-masing unit kerja. Adanya unit kerja yang memberikan pelayanan
publik berupa sarana dan prasarana fisik, seperti sarana pendidikan (gedung sekolah, peralatan
laboratorium, peralatan bergerak), pelayanan kesehatan (rumah sakit, peralatan kesehatan,
ambulans), jalan dan jembatan. Sedangkan unit kerja lain hanya memberikan pelayanan langsung
berupa pelayanan administrasi (pencatatan sipil, status ijin tinggal), pengamanan, pemberdayaan,
pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan.

Dibandingkan dengan belanja modal, belanja pemeliharaan terjadi di semua unit kerja
atau unit pemerintah daerah karena memiliki aset tetapKarena ini pekerjaan rutin, maka biaya
perawatan tidak bergantung pada unit kerja, tapi pada jumlah aset yang dimiliki. Perbedaan
lainnya adalah jumlah pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Meskipun keduanya
melibatkan negosiasi antara eksekutif, departemen anggaran dan pimpinan layanan, terutama
dalam hal belanja modal (terutama belanja infrastruktur), mereka telah menerima masukan yang
sangat besar dari para insinyur, arsitek, dan perencana.

e. Hubungan Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah

Dengan bertambahnya belanja modal maka akan berdampak pada aktivitas periode yang
akan datang, yaitu dengan produktivitas masyarakat yang meningkat dan bertambahnya investor
yang berdampak pada peningkatan pendapatan asli daerah. Setelah itu adalah pembangunan
infrastruktur baik sarana maupun prasarana yang aman dan nyaman, untuk menarik investor
untuk membuka usaha didaerah tersebut yang kemudian berdampak pada tersedianya lapangan
kerja. Adanya pembangunan dengan meningkatkan kualitas layanan publik, hal ini yang
mencerminkan adanya peningkatan pendapatan asli daerah.

f. Belanja Modal dan Belanja Pemeliharan dalam Anggaran Daerah

Belanja modal merupakan belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan
akan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menimbulkan konsekuensi menambah

13
belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan. Belanja modal bertujuan untuk
mendapatkan aset tetap pemerintah daerah, yakni dengan membangun sendiri, menukarkan
dengan aset tetap lainnya, atau dengan cara membeli. Dalam bentuk anggaran belanja modal
APBD, alokasi belanja modal didasarkan pada kebutuhan sarana dan prasarana daerah. yang
setiap tahun diadakan publik pengadaan aset tetap oleh pemerintah daerah, sesuai dengan
prioritas anggaran dan pelayanan publik yang akan memberikan manfaat jangka panjang secara
financial.

Pada belanja pemeliharaan, bila suatu aset tetap yang diperoleh pada awal tahun maka
biaya pemeliharaan yang dialokasikan adalah untuk satu tahun periode tertentu dan jika aset itu
diperoleh pada pertengahan tahun, maka alokasi biaya pemeliharaan juga dialokasikan untuk
setengah tahun periode tertentu atau satu semester. Dalam hal ini, belanja pemeliharaan tidak
tergantung pada fungsi satuan kerja, tetapi pada jumlah aset yang dimiliki. Hal ini yang
berpengaruh pada anggaran operasional apabilamenghabiskan dana dari anggaran yang telah di
tetapkan untuk belanja modal.

g. Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (ABPD) dalam era otonomi daerah disusun
dengan pendekatan kinerja, artinya sistem anggaran yang mengutamakan pencapaian hasil
kinerja atau keluaran (output) dari perencanaan alokasi biaya yang telah ditetapkan. Dengan
demikian diharapkan penyusunan dan pengalokasian anggaran dapat lebih disesuaikan dengan
skala prioritas dan preferensi daerah yang bersangkutan. Anggaran berbasis kinerja dikenal
dalam pengelolaan keuangan daerah sejak diterbitkannya PP Nomor 105 tahun 2000 yang dalam
pasal 8 dinyatakanbahwa APBD disusun dengan pendekatan kinerja. Penerapan anggaran
berbasis kinerja pada instansi pemerintah di Indonesia dicanangkan melalui pemberlakuan UU
nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan nagara dan diterapkan secara bertahap mulai tahun
anggaran 2005.

Anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya pada kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas.
Pengertian tersebut mengungkapkan peran strategis anggaran dalam pengelolaan kekayaan
sebuah organisasi sektor publik tentunya berkeinginan memberikan pelanyanan maksimal

14
kepada masyarakat, tetapi sering kali keinginan tersebut terhambat oleh terbatasnya sumber daya
yang dimiliki. Disinilah dituntut peran penting anggaran dapat juga dikatakan sebagai pernyataan
mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu dalam ukuran
finansial. Pembuatan anggaran dalam organisasi sektor publik, terutama pemerintah, merupakan
sebuah proses yang cukup rumit dan mengandung muatan politis yang cukup segnifikan.
Berbeda dengan penyusunan anggaran diperusahaan swasta yang muatan politisnya relatif lebih
kecil.

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama
periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial sedangkan penganggaran adalah
proses atau metode untuk mepersiapkan suatu anggaran.

Anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang dirahasiakan, namun disisi
lain, disektor publik, anggaran harus dikomunikasikan kepada publik agar dapat dikritisi,
didiskusikan, dan diinformasikan.Anggaran sektor publik merupakan sarana
pertanggungjawaban untuk mengelola dana publik dan melaksanakan program-program yang
didanai oleh dana publik. Anggaran sektor publik menggambarkan kegiatan pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, setiap anggaran publik haruslah untuk
kepentingan rakyat, bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kewenangan
pemerintah. Untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui partisipasi pemerintah dalam perencanaan masyarakat, anggaran menjadi sangat efektif,
dan anggaran harus sesuai dengan prinsip yang diakui.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian sehingga
dapat mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada
penelitian penulis.

C. Kerangka pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dibangun untuk mengetahui antara belanja modal
dan belanja pemeliharaan di mana ada indikasi bahwa jumlah dana yang dianggarkan pada
belanja modal akan secara langsung mempengaruhi jumlah anggaran untuk belanja
pemeliharaan. Belanja modal adalah belanja yang dianggarkan untuk memperoleh aset tetap

15
pada tahun berjalan. Belanja ini mungkin baru akan terealisasi pada pertengahan atau pada akhir
periode tahun berjalan. Jadi aset tetap baru akan ada pada periode berjalan.

h. D. Hipotesis Penelitian

Dari uraian terdahulu dalam hubungannya dengan rumusan masalah maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah : Diduga Belanja Modal memiliki Hubungan dengan
Belanja Pemeliharaan Pada Anggaran Pemerintah Da

BAB III

METODE PENELITIAN

16
A. Metode Penelitian

Metode penelitian diuraikan mengenai variabel penelitian dan definisi operasional,


populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, uji kualitas data,
metode analisis data, penelitian terdahulu, hipotesis, dan kerangka pemikira
Metode komparatif sering dilakukan pada jenis penelitian yang mengarag pada
perbedaan variabel dalam suatu aspke yang diteliti. Dalam penelitian ini tidak terjadi
sebuah manipulasi dari peneliti, hingga datanya benar-benar akurat.Penelitian ini
dilakukan sealami mungkin dengan melakukan pengumpulan data dengan suatu perintah.
Dan hasilnya dapat dianalisa secara statistik untuk mencari suatu perbedaan variabel yang
sedang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

17
Abdullah, Syukri & Abdul Halim. 2006. Study atas Belanja Modal pada Anggaran Pemerintahan
Daerah dalam Hubungan dengan Belanja Pemeliharaan dan Sumber
Pendapatan.www.swamandiri.org

Abdullah. 2007. Hubungan Belanja Modal dengan Belanja Pemeliharaan pada Pemerintah
Kabupaten/Kota di Indonesia peride 2003-2004. https://etd.ugm.ac.id/index.penelitian

Gunantra dan Dwirandra. 2014. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum pada
Pertumbuhan Ekonomi Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Pemoderasi di Bali

18

Anda mungkin juga menyukai