Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR


KABUPATEN/KOTA DI BANTEN 2017-2020
Octa Widya Pratiwi
Ilmu Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa

Korespondensi penulis: 5553200089@untirta.ac.id

Abstract. Income inequality can occur because the population has different consumption
patterns. The purpose of this study was to analyze the effect of per capita GRDP, HDI, and
DMW rates on income inequality between districts/cities in Banten Province. This study uses
panel secondary data using the panel data method, which is a combination of cross sections
of 8 regencies/cities and time series from 2017-2020. While the REM (Random Effect Model)
approach is used to estimate this regression model. The regression results show that per
capita GRDP and umk have a positive and significant effect on inequality between regions,
while the ipm variable has no and significant effect on inequality between regions.

Keywords:PDRB per capita, Human Development Index, District Minimum Wage

Abstrak. Ketimpangan pendapatan dapat terjadi karena penduduknya terdapat pola konsumsi
berbeda-beda. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh laju PDRB perkapita, IPM,
dan UMK terhadap ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Banten.
Penelitian ini menggunakan data sekunder panel metode panel data yaitu gabungan antara
cross section sebanyak 8 kabupaten/kota dan time series dari tahun 2017-2020. Sedangkan
pendekatan REM (Random Effect Model) digunakan untuk mengestimasi model regresi ini.
Hasil regresi menunjukkan bahwa variabel PDRB perkapita dan umk berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ketimpangan antar wilayah, sedangkan variabel ipm tidak terdapat
pengaruh dan signifikan terhadap ketimpangan antar daerah.

Kata kunci: PDRB perkapita, Indeks Pembangunan Manusia, Upah Minimum Kabupaten

1
PENDAHULUAN

Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia yang mana juga
merupakan pusat perekonomian dan pusat pemerintahan dengan memiliki enam
provinsi diantaranya yaitu Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi
Jawa Timur, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Banten, dan Provinsi D.I
Yogyakarta. Tingginya tingkat kegiatan perekonomian di Pulau Jawa ini dapat
dilihat dari kontribusi yang begitu besar terhadap Produk Domestic Bruto (PDB),
Maka dari itu Pulau Jawa sebagai penyumpang PDRB terbesar terhadap PDB
negara. Namun kenyataannya, besaran PDRB yang disumbangkan ini masih
meninggalkan jejak permasalahan terkait perekonomian yang ada pada daerahnya
sendiri yaitu ketimpangan pendapatan yang di buktikan oleh besarnya nilai PDRB
perkapita.

Menurut Badan Pusat Statistik (2018) PDRB perkapita di Pulau Jawa yang paling
besar yaitu pada Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp. 165.863,31, kemudian Provinsi
Jawa Timur sebesar Rp. 39.587,92, Provinsi Banten sebesar Rp. 34.191,75,
Provinsi Jawa Barat sebesar Rp. 29.161,39, Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp.
27.290,82, Provinsi D.I Yogyakarta sebesar Rp. 25.776,98. Data tersebut
memperlihatkan bahwa masih terdapat ketimpangan pendapatan bagi setiap
daerah yang ada di Pulau Jawa, terkhususnya di Provinsi Banten.

Ketimpangan pendapatan dapat diartikan sebagai adanya ketidakseimbangan


distribusi diberbagai rumah tangga suatu negara terkait pada pendapatan nasional
total. Dalam artian bahwa masyarakat memiliki jumlah pendapatan yang diterima
berbeda-beda yang memicu perbandingan pendapatan yang besar antara kaum
kaya dan kaum miskin. Besarnya nilai indeks gini dapat mengukur adanya
ketimpangan pendapatan dimana nilainya 0 terjadi kemerataan sempurna sampai
1 terjadinyaa ketimpangan sempurna. Provinsi banten sendiri pada september
2020 mengalami tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk yang meningkat
yang diukur oleh Gini Ratio sebesar 0,365 yang mana angka ini naik sebesar

2
0,002 poin apabila dibandingkan dengan Gini Ratio pada bulan Maret 2020
dengan sebesar 0,363.

Karakteristik wilayah yang berbeda tentu dapat mengakibatkan terjadinya


ketimpangan pembangunan ekonomi dan juga pendapatan perkapita suatu
penduduk antar kabupaten atau kota. Ketimpangan pembangunan yang terjadi di
Provinsi Banten antar kabupaten/kota dalam tahun 2016-2020 dapat dianalisis
dengan Indeks Wiliamson, seperti pada grafik dibawah ini.

Dalam garafik tersebut didapat bahwa nilai Indeks Williamson dari 2016-2020
memiliki tingkatan yang berada di atas 0,7 dan cukup mendekati angka 1, yang
mana hal ini menunjukkan ketimpangan distribusi pendapatan perkapita yang
cukup tinggi atau tidak meratanya pertumbuhan ekonomi antar kabupaten/kota di
Provinsi Banten. Dalam grafik ini pada tahun 2020 memiliki peningkatan yang
cukup tinggi dengan Indeks Williamson sebesar 0,791. Penyebab ketimpangan
pendapatan perkapita ini tak lain karena tidak meratanya konsentrasi kegiatan
ekonomi yang dialami oleh wilayah yang ada di Provinsi Banten.

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu tujuan utama bagi negara baik
negara maju maupun negara berkembang. Tujuan pembangunan ekonomi tak lain
adalah pembangunan ekonomi yang merata pada setiap wilayah di suatu negara.
Karena hal ini merupakan kunci untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

3
suatu negara tersebut. Meskipun demikian, dengan adanya pembangunan ekonomi
secara langsung dan tak langsung dapat memicu dampak terkait permasalahan
ketimpangan wilatah (Rahman,2018).

Pemabangunan ekonomi regional dapat dilihat dari pertumbuhan serta pendapatan


regionalnya berupa PDRB atau Pendapatan Domestik Regional Bruto. Dengan
perbedaan PDRB antar wilayah ini menyebabkan terjadinya ketimpangan
pembangunan ekonomi (H Sutjipto,2022).

Kondisi pandemi Covid-19 pada tahun 2020 menyebabkan pertumbuhan ekonomi


Banten terkontraksi -3,38 persen dibandingkan capaian 4 tahun sebelumnya yaitu
periode 2016-2019 yang selalu tumbuh diatas 5 persen.

Tabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), PDRB Perkapita, dan Laju
Pertumbuhan Tahun 2020

PDRB
PDRB Laju Pertum-
Berlaku (Milyar
Kabupaten/Kota Perkapita (Juta buhan
Rp)
Rp)

1. Pandeglang 28.492,52 23,47 -0,54

2. Lebak 29.076,69 22,22 -0,88

3. Tangerang 136.005,32 34,79 -3,11


4. Serang 76.601,09 50,60 -1,96
5. Kota Tangerang 143.840,38 63,26 -16,40
6. Kota Cilegon 103.182,06 233,02 -0,88
7. Kota Serang 31.580,09 45,17 -1,29
8. Kota Tangsel 82.551,23 45,87 -1,01
BANTEN 626.437,44 47,60 -3,38

Pada tabel diatas merupakan gambaran perekonomian antar kabupaten/kota tahun


2020. Dapat dilihat dari tabel tersebut bahwasanya wilayah yang memiliki nilai
PDRB terendah terjadi pada Kabupaten Pandeglang dengan sebesar Rp. 28.492,52
milyar dan wilayah yang memiliki nilai PDRB tertinggi yaitu pada Kota

4
Tangerang dengan sebesar Rp. 143.840,38 milyar. Sedangkan jika pada PDRB
Perkapita, yang memiliki nilai PDRB perkapita terendah yaitu pada Kabupaten
Lebak dengan sebesar Rp. 22,22 juta dan yang memiliki nilai PDRB perkapita
tertinggi yaitu pada wilayah Kota Cilegon dengan sebesar Rp 233,02 juta. Hal ini
disebabkan karena Kota Cilegon memiliki industri manufaktur yaitu industri
kimia dan industri logam/bajadengan dengan skala yang besar. Laju pertumbuhan
ekonomi Banten pada tahun 2020 terkontraksi -3,38 persen akibat kondisi yang
terjadi pada saat itu berupa pandemi Covid-19 dengan perbandingan yang tidak
efisien pada 4 tahun sebelumnya yang mana selalu diatas 5 persen.

Menurut (H Sutjipto,2022) Pembangunan ekonomi dapat dikatakan berhasil


apabila suatu wilayah dapat meningkatkan pendapatan perkapita sehingga
pertumbuhan ekonominya pun meningkat. Ketimpangan pendapatan tak hanya
terlihat dalam hal PDRB saja, namun perlu memperhatikan Indeks Pembangunan
Manusia yang mana IPM ini dapat mengukur capaian pembangunan manusia
dengan menggunakan beberapa dari komponen dasar kualitas hidup. Jika IPM
pada suatu wilayah tinggi maka produktivitas penduduk akan semakin tinggi yang
nantinya pendapatan dapat meningkat. Namun sebaliknya, jika IPM yang
dimilikinya rendah maka produktivitas penduduknya juga akan rendah yang akan
berdampak pada pendapatan. Terlebih jika tingkat pengangguran di suatu regional
cenderung tinggi akan menyebabkan tejadinya ketimpangan pendapatan.
Tingginya tingkat pengangguran juga terjadi karena adanya Upah Minimum
Kabupaten yang tidak merata. Hal ini menyebabkan masih adanya ketimpangan
pendapatan di suatu regional.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka adapun perumusan masalah dan
tujuan penelitian ini adalah bagaimana pengaruh PDRB perkapita, Indeks
Pembangunan Manusia, dan Upah Minimum Kabupaten terhadap Ketimpangan
Pendapatan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Banten tahun 2017-2020 secara
parsial dan simultan. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadikan
informasi guna pemikiran dan masukan bagi Pemerintah dalam

5
mempertimbangkan kebijakan dan juga memperhatikan permasalahan
ketimpangan pendapatan antar wilayah di indonesia.

METODE PENELITIAN

Obyek yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah ketimpangan
pendapatan yang dilihat melalui indeks gini pada kabupaten/kota di Provinsi
Banten tahun 2017-2020. Ditambahkan dengan beberapa variabel yaitu PDRB
perkapita, Indeks Pembangunan Manusia, dan Upah Minimum Kabupaten. Ruang
lingkup pada penelitian yakni kabupaten/kota di Provinsi Banten berupa Kota
Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota Cilegon, Kota
Serang, Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, dan Kabupaten Pandeglang.

Metode penelitian yang digunakan berupa pendekatan penelitian kuantitatif. Jenis


data yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan metode panel
data yaitu gabungan antara cross section sebanyak 8 kabupaten/kota dan time
series dari tahun 2017-2020. Penulis memilih tahun 2017-2020 dikarenakan tahun
sebelumnya sudah mengetahui signifikan tidaknya pada ketimpangan pendapatan
dan ingin mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh di tahun yang penulis
tetapkan. Data yang di gunakan pada penelitian ini bersumber dari Badan Pusat
Statistik.

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis regresi metode panel


data dengan model persamaaan dalam penelitian ini, sebagai berikut.

𝑌𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1𝑃𝐷𝑅𝐵𝑃𝐾𝑃𝑖𝑡 + 𝛽2𝐼𝑃𝑀𝑖𝑡 + 𝛽3𝑈𝑀𝐾𝑖𝑡 + 𝜇𝑖𝑡

Keterangan :

Y : Ketimpangan Pendapatan

PDRBPKP : Produk Domestik Regional Bruto Perkapita

IPM : Indeks Pembangunan Manusia

UMK : Upah Minimum Kabupaten/Kota

6
HASIL

Hasil Analisis Uji Normalitas dan Asumsi Klasik

Pengujian Uji Normalitas dan Asumsi Klasik ini dilakukan supaya data
yang diteliti memperoleh hasil yang terbaik

tabel 2. Hasil Uji Normalitas

Jarque-Bera Prob
0.980062 0.612607

Berdasarkan hasil pada tabel tersebut didapatkan bahwa nilai Jarque-Bera


(0.9800) < Chi-Square tabel (41.33714) dan nilai Prob > (0,05), dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas


PDRBPKP IPM UMK
PDRBPKP 1 0.151406 0.704536
IPM 0.151406 1 0.123435
UMK 0.704536 0.123435 1

Berdasarkan hasil tabel tersebut nilai Correlation Matrix < 0.80 maka dapat
dikatakan tidak terjadi multikolinearitas dalam penelitian ini.

Tabel 4. Hasil Uji


Heteroskedastisitas
Jumlah Chisquare
Jumlah Data (n) R-squared Chisquare tabel Hasil
Variabel Statistik = (R-
32 0.04649 4 1.48768 41.33713815 Tolak H0

Berdasarkan hasil tabel tersebut didapatkan bahwa nilai Chi-Square hitung < Chi-
Square tabel, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
heterokedastisitas.

Tabel 5. Hasil Uji


Autokorelasi
Metode Panel
Nilai Du Nilai Dw Nilai 4-Du Estimasi Pengujian Hasil
REM
Crossection weights 1.7323 1.900496 2.2677 323 < 1.9004 < 2.26 Tolak H0

7
Berdasarkan hasil tabel tersebut didapat bahwa nilai Du<dW<(4-Du) atau 1.7323
< 1.9004 < 2.2677, maka daapt disimpulkan bahwa permasalahan autokorelasi
dapat diatasi.
Hasil Pengujian Pemilihan Model

Untuk menentukan model terbaik yang digunakan, maka peneliti melakukan uji
pemilihan teknik estimasi regresi data panel, yaitu uji Chow dan uji Hausman.

Hasil Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 6.513482 (7,21) 0.0004


Cross-section Chi-square 36.931125 7 0.0000

Berdasarkan hasil uji Chow di dapat Prob.Cross-section Chi Square < a atau
(0.0000) < (0.05) maka model sementara yang digunakan adalah Fixed Effect
Model (FEM).

Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test


Equation: Untitled
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 5.296644 3 0.1513

Berdasarkan hasil uji Hausman didapat Prob.Cross-section Random > α atau


(0.1513) > (0.05) maka model yang digunakan adalah Fixed Effect Model (REM).

Hasil Analisis Regresi REM

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.396850 0.239214 1.658974 0.1083


PDRBPKP? 3.43E-11 3.10E-10 0.110486 0.9128
IPM? -1.45E-07 3.32E-07 -0.435024 0.6669
UMK? 9.35E-09 1.02E-08 0.916117 0.3674

8
Random Effects (Cross)
_KBLBK--C -0.017279
_KBPDGLG--C -0.011031
_KBSRG--C -0.030101
_KBTGRG--C -0.008282
_KCLGN--C 0.013804
_KSRG--C 0.023077
_KTNGRG--C 0.003948
_TGRGSLTN--C 0.025863

Weighted Statistics

R-squared 0.046490 Mean dependent var 0.124330


Adjusted R-squared -0.055672 S.D. dependent var 0.018207
S.E. of regression 0.018707 Sum squared resid 0.009799
F-statistic 0.455064 Durbin-Watson stat 1.900496
Prob(F-statistic) 0.715806

Berdasarkan hasil analisis tersebut didapatkan hasil persamaan regresi sebagai


berikut:

𝑌𝑖𝑡 = 0.396850 + 3.43𝐸 − 11 𝑃𝐷𝑅𝐵𝑃𝐾𝑃𝑖𝑡−1.45𝐸 − 07 𝐼𝑃𝑀𝑖𝑡


+ 9.35𝐸 − 09 𝑈𝑀𝐾𝑖𝑡 + 𝜇𝑖𝑡

Keterangan :

POV : Ketimpangan Pendapatan

PDRBPKP : Produk Domestic Regional Bruto Perkapita

IPM : Indeks Pembangunan Manusia

UMK : Upah Minimum Kabupaten/Kota

β0 : Konstanta

β1, β2, β3 : Koefisien Regresi masing-masing variabel independen

µ : Error

i : Data cross section kabupaten/kota di Provinsi Banten

t : Data time series periode Tahun 2017-2020

Dapat diketahui hasil estimasi regresi data panel REM Cross-section bahwa setiap
negara ataupun daerah memiliki nilai konstanta yang berbeda. Hal ini dapat
membuktikan bahwa setiap negara tentu memiliki adanya perbedaan faktor-faktor
lain yang berpengaruh terhadap Ketimpangan Pendapatan antar Kabupaten/Kota

9
di setiap Provinsi. Tentunya hasil konstanta masing-masing provinsi yang
diteliti (Ci) dijumlahkan dengan hasil konstanta umum (C) pada model
persamaan panel dengan metode Fixed Effect Model (FEM) Cross-section
Weights yang menghasilkan nilai konstanta kontribusi (Ci + C).

Dari hasil estimasi variabel PDRB Perkapita menunjukan berpengaruh secara


signifikan terhadap ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi
Banten tahun 2017 - 2020, hasil tersebut dibuktikan dengan nilai tstatistik < t tabel
sebesar 0,110 < 2,0452, nilai probabilitas tstatistik β1 0,9128 < α (α = 0,05). Pada
variabel Nilai Indeks Pembangunan Manusia t statistik -0,4350 > t tabel -2,0452
dengan nilai Probabilitas tstatistik β2 (0,6669) > 0,05, artinya Nilai Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) tidak terdapat pengaruh dan tidak signifikan
terhadap ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun
2017-2020. Dari hasil estimasi variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota t
statistik 0.9161 < t tabel 2,0452 dengan nilai Probabilitas tstatistik β3 (0,3674) >
0,05, artinya variabel Upah Minimum Kabupataen/Kota menunjukan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di
Provinsi Banten tahun 2017 – 2020.

Dari hasil analisis yang diperoleh bahwa terdapatnya pengaruh dari variabel
PDRB perkapita, Indeks Pembangunan Manusia, dan Upah Minimum Kabupaten
secara simultan terhadap Ketimpangan Pendapatan antar Kabupaten/Kota di
Provinsi Banten. Pengaruh yang diberikan oleh variabel independen terhadap
variabel dependen adalah signifikan. Hal ini dibuktikan dari nilai f Stat 455,064 >
2.9466 f tabel dengan nilai Probabilitas Fsatistik 0,715 > α (α = 0,05). Besarnya
pengaruh yang diberikan oleh PDRB perkapita, Indeks Pembangunan Manusia,
dan Upah Minimum Kabupaten terhadap Ketimpangan Pendapatan antar
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. sebesar 5,56 persen dan sisanya sebesar
94,44% dipengaruhi faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

PEMBAHASAN

Pengaruh Product Domestic Regional Bruto Perkapita terhadap


ketimpangan pembangunan antar kabupaten/kota
Berdasarkan penelitian diatas maka dapat dijelaskan bahwa variabel PDRB
perkapita berpengaruh negatif dan signifikan dengan nilai koefisien sebesar
0.396850 terhadap ketimpangan pendapatan tahun 2017 sampai tahun 2020. Hal
ini menunjukan bahwa pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan
pendapatan memiliki hubungan yang positif.

10
Sesuai dengan teori Karl Mark (1787) yang telah dikemukakan bahwa
pertumbuhan ekonomi di tahap awal pembangunan akan meningkatkan
permintaan tenaga kerja. Permintaan kenaikan upah tenaga kerja selanjutnya
berpengaruh terhadap kenaikan resiko kapital terhadap tenaga kerja sehingga
terjadi penurunan terhadap permintaan tenaga kerja. Hal ini mengakibatkan
timbulnya masalah pengangguran dan terjadinya disparitas pendapatan. Neo
Marxist menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi justru akan selalu
menyebabkan melebarnya jurang ketidakmerataan antara si kaya dan si miskin.
Hal ini terjadi karena adanya akumulasi modal dan kemajuan teknologi yang
cenderung meningkatkan sumber daya dan kapital oleh para penguasa modal,
sebaliknya nonpemilik modal akan tetap berada dalam kemiskinan.

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap ketimpangan


pembangunan antar kabupaten/kota

Hasil analisis data dari penelitian ini menjelaskan bahwa indeks


pembangunan manusia menunjukkan tanda negatif dan berpengaruh secara
signifikan terhadap ketimpangan pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi
Banten. Artinya, jika indeks pembangunan manusia meningkat maka
ketimpangan pembagunan ekonomi antarwilayah menurun dan begitupun
sebaliknya. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Becker dalamJhingan (Jhingan,
2014)yang mengatakan bahwa indeks pembangunan manusia berpengaruh
negatif terhadap ketimpangan dan hasil ini juga sesuai dengan teori human
capital yaitu bahwa pendidikan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi dan akan mengurangi disparitas pendapatan. Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yosi, dkk (2013) bahwa IPM berpengaruh
signifikan terhadap ketimpangan pendapatan.

Pengaruh Upah Minimum Kabupaten terhadap ketimpangan pembangunan


antar kabupaten/kota

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel upah minimum memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap ketimpangan pendapatan antar
kabupaten/kota di Provinsi Banten. Artinya apabila terjadi kenaikan upah
minimum sebesar 1% maka akan terjadi peningkatan pada ketimpangan
pendapatan. Upah minimum meningkat akan berpengaruh terhadap ketimpangan
pendapatan, karena upah yang diterima setiap daerah Kabupaten/Kota di Provinsi
Banten tersebut masih berbeda-beda. Dengan adanya perbedaan pendapatan di
pada setiap daerah di Provinsi Banten yang berakibat pada ketidakmerataan
pendapatan sehingga berdampak pada semakin meningkatnya ketimpangan
pendapatan. Dengan begitu perlunya upaya dari pemerintah untuk meningkatkan

11
upah minimum yang masih rendah dan disamakan dengan daerah yang memiliki
upah minimum yang tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sungkar dkk (2015) yang menyatakan bahwa Upah Minimum
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap ketimpangan pendapatan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai analisis pengaruh PDRB


perkapita, Indeks Pembangunan Manusia, dan Upah Minimum Kabupaten antar
kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2017-2020 dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :

1. Variabel PDRB perkapita (X1) hipotesis menyatakan bahwa H0 ditolak yang


berarti ada pengaruh yang signifikan terhadap ketimpangan pendapatan di antar
kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2017-2020. Hal tersebut dikarenakan
penduduk Kota Banten lulusan SMA dan Perguruan Tinggi masih ada yang
menjadi pengangguran. Pengangguran tersebut disebabkan karena para pencari
kerja tersebut memilih untuk menunggu mendapatkan pekerjaan yang sesuai
dengan keahlian dan keinginannya.

2. Variabel Indeks Pembangunan Manusia (X2) hipotesis menyatakan bahwa H0


ditolak yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap ketimpangan
pendapatan antar kabupaten/kota di Provinsi Banten tahun 2017-2020. Artinya,
jika indeks pembangunan manusia meningkat maka ketimpangan
pembagunan ekonomi antarwilayah menurun dan begitupun sebaliknya

3. Variabel Upah Minimum Kabupaten (X3) hipotesis menyatakan bahwa H0


ditolak yang berarti ada pengaruh yang signifikan terhadap ketimpangan
pendapatan di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008- 2018. Hal tersebut
disebabkan karena adanya perbedaan pendapatan di pada setiap daerah di Banten
yang berakibat pada ketidakmerataan pendapatan sehingga berdampak pada
semakin meningkatnya ketimpangan pendapatan.

4. Ketimpangan pendapatan di Provinsi Banten termasuk pada kategori


ketimpangan sedang, sehingga perlunya tindak lanjut dari pemerintah terkait
dengan kebijakan ekonomi maupun non ekonomi agar ketimpangan pendapatan
dapat turun dan dapat terjadi pemerataan pendapatan.

SARAN

1. Pemerintah di setiap wilayah Provinsi Banten diharapkan lebih meningkatkan


sumber daya manusia dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia

12
sehingga kualitas manusia akan menjadi lebih baik yang diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas serta pertumbuhan ekonomi di tiap-tiap wilayah.

2. Perlunya tinjauan dari pemerintah untuk memperhatikan besaran upah


minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang diterima masyarakat Provinsi D.I
Yogyakarta dengan melakukan upaya pemerataan upah minimum di setiap daerah.

3. Pembangunan di daerah-daerah tertinggal perlu diperhatikan agar tidak terjadi


ketimpangan dalam setiap perekonomian masyarakat, sehingga pembangunan
ekonomi yang dilakukan diharapkan dapat meningkatkan minat investor asing
untuk menanamkan modalnya dan berdampak positif baik pembangunan manusia
di wilayah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Putri, Y. E., Amar, S., & Aimon, H. (2015). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi, 3(6).

Prastiwi, D. H., Laut, L. T., & Destiningsih, R. (2020). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PULAU JAWA TAHUN
2014-2018. DINAMIC: Directory Journal of Economic, 2(1), 33-50.

Azim, A. N., Sutjipto, H., & Ginanjar, R. A. F. (2022). DETERMINAN KETIMPANGAN


PEMBANGUNAN EKONOMI ANTARPROVINSI DI INDONESIA. JURNAL RISET ILMU
EKONOMI, 2(1), 1-16.

Hartini, N. T. (2017). Pengaruh PDRB Per Kapita, Investasi Dan Indeks Pembangunan Manusia
Terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2011-2015. Journal of Economics and Public Policy, 2(1), 69-79.

Pratowo, N. I. (2012). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan


Manusia. Jurnal Studi Ekonomi Indonesia, 1(1), 15-31.

Suliswanto, M. S. W. (2010). Pengaruh produk domestik bruto (PDB) dan indeks pembangunan
manusia (IPM) terhadap angka kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 8(2),
357-366.

Irkham, M. (2019). Analisis ketimpangan wilayah provinsi banten. Akuntabel, 16(1), 98- 110.

13

Anda mungkin juga menyukai