MAKALAH
Disusun oleh :
..................................................
NIP. ..............................
A. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia menempatkan penanggulangan kemiskinan
sebagai salah satu prioritas nasional. Oleh sebab itu, maka penanggulangan
kemiskinan menjadi kewenangan dan tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. dan
masyarakat Kewenangan dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota
dalam pembangunan sosial, dengan jelas diatur di dalam Undang-Undang
(UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pada bagian
ketiga dari UU tersebut diatur Urusan Pemerintahan Konkuren, yang salah
satu di antaranya adalah urusan sosial. Salah satu urusan sosial adalah
penanggulangan kemiskinan atau penanggulangan fakir miskin. Di dalam
Undang-Undang No 13/2011, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dan
tanggung jawab untuk menyelenggarakan penanggulangan kemiskinan
dengan membentuk Peraturan Daerah (Perda). Hal ini dimaksudkan, bahwa
penanggulangan kemiskinan di Indonesia, tidak semata-mata menjadi tugas
dan tanggung jawab Pusat, tetapi Pemerintah Provinsi dan Kabupatan/Kota
memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama.
Salah satu indikator utama keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu
negara dapat dilihat dari angka kemiskinannya. Dengan demikian,
kemiskinan menjadi salah satu tema utama dalam pembangunan.
Keberhasilan dan kegagalan pembangunan acapkali diukur berdasarkan
perubahan pada tingkat kemiskinan. Karena kemiskinan merupakan masalah
pembangunan yang ditandai dengan pengangguran, keterbelakangan, dan
keterpurukan. Masyarakat miskin sangat lemah dalam kemampuan berusaha
dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan sosial ekonomi. Dalam
konteks demikian, kemiskinan dengan demikian erat kaitannya dengan
kapasitas dan jumlah penduduk dalam suatu daerah itu sendiri.
Mencermati berbagai pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan di Indonesia, ada beberapa evaluasi terhadap beberapa kelemahan
dalam rangka pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan diantaranya
adalah program-program penanggulangan kemiskinan di daerah masih
bersifat parsial, belum terpadudan tidak komfrehensif, belum tersedianya
instrument upaya penanggulangan kemiskinan yang spesifik sesuai dengan
keragaman dimensi permasalahan kemiskinandi setiap daerah, berbagai upaya
yang semula diproyeksikan dapat mengatasi masalah kemiskinan, pada
kenyataannya justru melahirkan permasalahan baru yangpada gilirannya
berakibat menurunnya kepercayaan publik terhadap pemerintah dalam
mengatasi masalah kemiskinan.
C. Fokus Permasalahan
1. Masih tingginya angka kemiskinan di Kota Semarang, sehingga
memberikan dampak penurunan tingkat ekonomi masyarakat.
2. Kurangnya pemberdayaan masyarakat miskin di wilayah Kota Semarang
berbasis potensi lokal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Eksisting
Indonesia adalah negara yang masih menghadapi problema kemiskinan
akut, salah satu contoh kemiskinan di Indonesia yaitu di Kota Semarang. Di
Kota Semarang pada tahun 2020 masuk dalam kategori miskin sebanyak
84.4000 jiwa di Kota Semarang, angka ini sudah melalui verifikasi dan
identifikasi pemerintahan Kota Semarang pada tahun 2020. Persentase
penduduk miskin di Kota Semarang kondisinya selalu menurun sejak tahun
2016-2020. Namun dikarenakan adanya wabah pandemi yang juga berimbas
pada menurunnya perekonomian mengakibatkan persentase penduduk miskin
di Kota Semarang sedikit meningkat menjadi sebesar 4,34%, meskipun angka
ini masih yang terendah dibandingkan angka kemiskinan kabupaten/kota lain
di Jawa Tengah atau dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang setara.
C. Inovasi Pengembangan
Perencanaan, penentuan sasaran, dan kriteria miskin serta pengaturan
teknis pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan
selama ini olehpemerintah atau instansi terkait seringkali bersifat terpusat,
sehingga program tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau
daerah tertentu. Penanggulangan kemiskinan yang komprehensif memerlukan
keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah
daerah (Provinsi maupun Kabupaten / Kota), dunia usaha (sektor swasta) dan
masyarakat merupakan pihak-pihak yang memiliki tanggungjawab sama
terhadap penanggulangan kemiskinan. Untuk menunjang penanggulangan
kemiskinan yang komprehensif sekaligus sebagai tindak lanjut dari strategi
tingkat nasional, maka penanggulangan kemiskinan di Kota Semarang dalam
rangka pemenuhan kebutuhan hak dasar masyarakat secara berkeadilan tanpa
perbedaan diupayakan dengan strategi utama :
1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin;
2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin;
3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil;
4. Mengembangkan inovasi program pemberdayaan masyarakat dalam
rangka penanggulangan kemiskinan;
5. Penguatan kelembagaan penanggulangan kemiskinan dalam rangka
mewujudkan sinergi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
Selain beberapa strategi di atas, untuk menanggulangi kemiskinan di
Kota Semarang, Pemerintah juga harus merealisaskan kebijakan sebagai
landasan untuk penerapan inovasi pengentasan kemiskinan, antara lain :
1. Kebijakan pemenuhan hak atas layanan pendidikan :
a. Memperluas akses pendidikan untuk semua kalangan masyarakat
untuk pencapaian Wajar Dikdas 12 tahun dengan biaya terjangkau
(gratis);
b. Peningkatan kualitas hasil pendidikan;
c. Peningkatan kualitas tenaga pendidik;
d. Pemenuhan sarana dan prasarana sekolah (pendidikan);
e. Meningkatkan layanan perpustakaan.
2. Kebijakan pemenuhan hak atas layanan kesehatan :
a. Memperluas akses kesehatan untuk semua kalangan masyarakat
dengan biaya terjangkau (gratis);
b. Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan beserta tenaga kesehatan;
c. Pengembangan RSUD melalui pola BLUD.
3. Kebijakan pemenuhan hak atas pekerjaan dan berusaha :
a. Meningkatkan kesempatan kerja serta mendorong mobilitas tenaga
kerja pada sektor ekonomi berbasis lokal;
b. Meningkatkan upaya perlindungan ketenagakerjaan;
c. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pemberdayaan
masyarakat dan balai latihan kerja (BLK);
d. Mengembangkan sektor industri kecil, menengah dan kreatif;
e. Penguatan ekonomi kerakyatan melalui peningkatan kompetensi dan
daya saing usaha koperasi dan UMKM.
4. Kebijakan pemenuhan hak atas pangan :
a. Peningkatan ketersediaan pangan dan gizi masyarakat yang
berkelanjutan;
b. Peningkatan kompetensi tenaga penyuluh pertanian;
c. Penganekaragaman produksi pangan;
d. Pengawasan distribusi dan ketersediaan barang;
e. Peningkatan perlindungan konsumen.
5. Kebijakan pemenuhan hak atas perumahan :
a. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana permukiman
perkotaan dan pedesaan;
b. Pengembangan lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat;
c. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya rumah dan sanitasi yang sehat.
6. Kebijakan pemenuhan hak atas air bersih :
a. Peningkatan perlindungan terhadap sumberdaya air dan jaminan akses
masyarakat miskin ke air bersih dan sanitasi;
b. Peningkatan peran serta lembaga dan organisasi masyarakat lokal
dalammengelola dan memanfaatkan sumberdaya air;
c. Peningkatan pengetahuan warga miskin mengenai pengelolaan
sumberdaya air dan sanitasi layak;
d. Pengembangan mekanisme penyediaan air bersih bagi kelompok
rentan dan masyarakat miskin yang tinggal di wilayah rawan air.
7. Kebijakan pemenuhan hak atas sumber daya alam dan lingkungan hidup :
a. Peningkatan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup serta
terkendalinya pelanggaran penambangan liar (pelayanan tindak lanjut
pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran/ perusakan
lingkungan);
b. Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan
kelestariannya;
c. Peningkatan ketersediaan ruang terbuka hijau;
d. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya
alam dan energi yang berwawasan lingkungan;
e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur irigasi serta
pengelolaan dan konservasi sumber daya air;
f. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sistem drainase dan saluran
pembuang.
8. Kebijakan pemenuhan hak atas keadilan dan kesetaraan gender :
a. Penguatan kelembagaan organisasi wanita atau penguatan peran
wanita dalam pembangunan;
b. Peningkatan peran serta gender dalam pembangunan desa;
c. Meningkatkan perlindungan perempuan dan anak;
d. Pemantapan program keluarga berencana;
e. Meningkatkan keluarga sejahtera.
D. Target Pencapaian
Kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial
yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya, ditandai
adanya pengangguran, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan. Oleh karena
itu, kemiskinan merupakan masalah nasional yang penanggulangannya tidak
dapat ditunda dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan
kesejahteraan sosial. Pemerintah Kota Semarang dalam mengatasi
pengentasan kemiskinan memiliki beberapa target di antaranya :
1. Adanya optimalisasi Peraturan Daerah No 12 tahun 2016 terkait
Penanggulangan Kemiskinan Kota Semarang. Sesuai dengan kewajiban
dan tanggungjawab pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan,
Peraturan Daerah bertujuan untuk pemerintah dalam memberikan
pelayanan optimal, terencana, sistematis, efektif, efisisen dan
berkelanjutan.
2. Kesadaran dan kepedulian masyarakat belum terbentuk, perlu digali lagi
ajakan berpartisipasi dengan didasarkan pada budaya dan agama.
3. Peraturan Daerah No 12 tahun 2016 terkait Penanggulangan Kemiskinan
Kota Semarang ditujukan kepada penduduk miskin di Kota Semarang,
dimana ruang lingkup dan jangkauan kegiatannya meliputi perlindungan
dan jaminan sosial, pemberdayaan sosial serta partisipasi masyarakat.
Arah penyelenggaraan Peraturan Daerah No 12 tahun 2016 terkait
Penanggulangan Kemiskinan Kota Semarang adalah untuk memenuhi
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga masyarakat miskin Kota
Semarang agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, serta
mampu melaksanakan fungsi sosialnya.
F. Solusi
Kemiskinan merupakan masalah klasik yang telah ada sejak dahulu kala
dan nampaknya akan tetap menjadi masalah aktual hingga kini. Oleh sebab
itu, meskipun telah dilakukan program pengentasan kemiskinan, namun
hingga kini kemiskinan masih tetap ada. Disini Staf Ahli Bidang
Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia sebagai yang membantu tugas
dan fungsi Walikota Semarang juga memiliki beberapa gagasan untuk
perubahan pembenahan kondisi Pemerintah Kota Semarang, antara lain :
1. Dengan melakukan pembenahan pada sektor internal akan memberikan
ruang kepada Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya
Manusia untuk meningkatkan kontribusinya kepada peningkatan
perekonomian masyarakat di Kota Semarang. Dengan begitu akan dapat
teribat secara langsung untuk membantu dalam memberikan inovasi
gagasan terkait pengentasan kemiskinan di Kota Semarang.
2. Dengan adanya pembenahan eksternal akan memberikan kemudahan Staf
Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia untuk
melakukan berbagai kolaborasi kepada instansi lain untuk meningkatkan
konstribusi pengembangan sumber daya manusia di Kota Semarang.
Dengan begitu akan membantu meningkatkan kondisi masyarakat di Kota
Semarang dengan inovasi pengentasan kemiskinan.
3. Untuk meninkatkan pengembanggan strategi pengentasan kemiskinan
dibutuhkan kebijakan sebagai landasan hukum yang membawahi
pelaksanaan inovasi pengentasan kemiskinan, maka dari itu dibutuhkan
kebijakan yang strategis untuk membantu dalam pelaksanaan pengentasan
kemiskinan di Kota Semarang.
4. Peningkatan sumber daya manusia pada instansi Pemerintah Kota
Semarang agar dapat melaksanakan berbagai strategi inovasi pelaksanaan
pengentasan kemiskinan di Kota Semarang.
A. Simpulan
Strategi penanggulangan kemiskinan Kota Semarang diterapkan dengan
target Pemerintah Kota Semarang dapat menurunkan persetase tingkat
masyarakat miskin di Kota Semarang. Secara persentase jumlah masyarakat
miskin kecil, tapi secara jumlah pasti besar. Pemerintah menyadari bahwa
intinya bukan soal besar kecilnya tetapi bagaimana cara menanggulangi orang
miskin adalah lebih penting. Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah
Kota Semarang telah menyiapkan berbagai program, misalnya bidang
pendidikan, pekerjaan, layanan perumahan, partisipasi masyarakat.
Pemahaman masyarakat yang masih rendah mengenai hak mereka
untuk memperoleh penghidupan yang layak. Strategi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (SPKD) telah menjadi acuan bagi pemerintah dalam
pengentasan kemiskinan, aplikasinya perlu pengawasan dan disusun program
yang lebih praktis. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diambil kebijakan
pembangunan yang berpihak pada penanggulangan kemiskinan, yang antar
lain meliputi optimalisasi pemanfataan APBD, penajaman program-program,
pengarahan dana pinjaman dan hibah dan sinkronisasi kegiatan perancanaan,
pelaksanaan dan pemantauan.
Melihat persentase kemiskinan di Kota Semarang Tahun 2020 sebesar
4,34 %, maka dengan inovasi pengentasan kemiskinan yang dilakukan dapat
menurunkan angka persentase tersebut pada tahun selanjutnya. Dengan
penurunan angka kemiskinan di Kota Semarang akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Badan Pusat Statistik Kota Semarang, (2016), Kota Semarang Dalam Angka,
Kota Semarang : BPS.