Anda di halaman 1dari 19

PENGENTASAN KEMISKINAN

BERBASIS POTENSI LOKAL MENUJU


SEMARANG SEJAHTERA

MAKALAH

Disusun oleh :
..................................................
NIP. ..............................

PEMERINTAH KOTA SEMARANG


2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia menempatkan penanggulangan kemiskinan
sebagai salah satu prioritas nasional. Oleh sebab itu, maka penanggulangan
kemiskinan menjadi kewenangan dan tanggung jawab bersama antara
pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. dan
masyarakat Kewenangan dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota
dalam pembangunan sosial, dengan jelas diatur di dalam Undang-Undang
(UU) Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pada bagian
ketiga dari UU tersebut diatur Urusan Pemerintahan Konkuren, yang salah
satu di antaranya adalah urusan sosial. Salah satu urusan sosial adalah
penanggulangan kemiskinan atau penanggulangan fakir miskin. Di dalam
Undang-Undang No 13/2011, Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dan
tanggung jawab untuk menyelenggarakan penanggulangan kemiskinan
dengan membentuk Peraturan Daerah (Perda). Hal ini dimaksudkan, bahwa
penanggulangan kemiskinan di Indonesia, tidak semata-mata menjadi tugas
dan tanggung jawab Pusat, tetapi Pemerintah Provinsi dan Kabupatan/Kota
memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama.
Salah satu indikator utama keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu
negara dapat dilihat dari angka kemiskinannya. Dengan demikian,
kemiskinan menjadi salah satu tema utama dalam pembangunan.
Keberhasilan dan kegagalan pembangunan acapkali diukur berdasarkan
perubahan pada tingkat kemiskinan. Karena kemiskinan merupakan masalah
pembangunan yang ditandai dengan pengangguran, keterbelakangan, dan
keterpurukan. Masyarakat miskin sangat lemah dalam kemampuan berusaha
dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan sosial ekonomi. Dalam
konteks demikian, kemiskinan dengan demikian erat kaitannya dengan
kapasitas dan jumlah penduduk dalam suatu daerah itu sendiri.
Mencermati berbagai pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan di Indonesia, ada beberapa evaluasi terhadap beberapa kelemahan
dalam rangka pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan diantaranya
adalah program-program penanggulangan kemiskinan di daerah masih
bersifat parsial, belum terpadudan tidak komfrehensif, belum tersedianya
instrument upaya penanggulangan kemiskinan yang spesifik sesuai dengan
keragaman dimensi permasalahan kemiskinandi setiap daerah, berbagai upaya
yang semula diproyeksikan dapat mengatasi masalah kemiskinan, pada
kenyataannya justru melahirkan permasalahan baru yangpada gilirannya
berakibat menurunnya kepercayaan publik terhadap pemerintah dalam
mengatasi masalah kemiskinan.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Penulisan makalah ini mempunyai maksud agar Pemerintah Kota
Semarang berencana mempunyai inovasi dan pengembangan pemikiran
yang mengarah pada upaya-upaya pembangunan Kota Semarang dengan
pengentasan kemiskinan berbasis potensi lokal.
2. Tujuan
a. Meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat miskin di Kota
Semarang.
b. Menurunkan angka kemiskinan yang terdapat di Kota Semarang.

C. Fokus Permasalahan
1. Masih tingginya angka kemiskinan di Kota Semarang, sehingga
memberikan dampak penurunan tingkat ekonomi masyarakat.
2. Kurangnya pemberdayaan masyarakat miskin di wilayah Kota Semarang
berbasis potensi lokal.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Eksisting
Indonesia adalah negara yang masih menghadapi problema kemiskinan
akut, salah satu contoh kemiskinan di Indonesia yaitu di Kota Semarang. Di
Kota Semarang pada tahun 2020 masuk dalam kategori miskin sebanyak
84.4000 jiwa di Kota Semarang, angka ini sudah melalui verifikasi dan
identifikasi pemerintahan Kota Semarang pada tahun 2020. Persentase
penduduk miskin di Kota Semarang kondisinya selalu menurun sejak tahun
2016-2020. Namun dikarenakan adanya wabah pandemi yang juga berimbas
pada menurunnya perekonomian mengakibatkan persentase penduduk miskin
di Kota Semarang sedikit meningkat menjadi sebesar 4,34%, meskipun angka
ini masih yang terendah dibandingkan angka kemiskinan kabupaten/kota lain
di Jawa Tengah atau dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang setara.

Gambar Persentase Penduduk Miskin Kota Semarang Tahun 2015 – 2020

Sumber : BPS Jawa Tengah, 2021


Tabel Jumlah Penduduk Warga Miskin Kota Semarang Tahun 2016-2020
Kota Semarang Prov. Jateng Nasional
Versi Pemkot (Smg
No Tahun Versi BPS Versi BPS Versi BPS
/ BDT Kemensos
Jiwa (%) Jiwa (%) Jiwa (%) Jiwa (%)
1 2016 NA NA 83,59 4,85 4.493,75 13,19 27.764,32 10,70
ribu ribu ribu
2 2017 303.715 18,3 80,86 4,62 4.197,49 12,23 26,582,99 10,12
ribu ribu ribu
3 2018 280.211 16,8 73,65 4,14 3.867,42 11,19 25.674,58 9,66
ribu ribu ribu
4 2019 229.564 13,8 71,97 3,98 3.679,40 10,58 24.785,87 9,22
ribu ribu ribu
5 2020 271.396 16,15 79,58 4,34 3.980,90 11,41 27.549,69 10,19
ribu ribu ribu
Sumber : Dinas Sosial, 2021

Sebagai bahan perbandingan, berdasarkan data versi BPS Kota


Semarang, data update Januari 2021 rasio penduduk miskin Kota Semarang
tahun 2020 hanya menyentuh angka 4,34 % atau sebesar 79,58 ribu jiwa dan
bahkan jauh lebih rendah bila dibandingkan angka kemiskinan Jawa Tengah
yang mencapai 3.980,90 ribu jiwa (11,41%).

Gambar Perbandingan Angka Kemiskinan Kedungsepur Tahun 2016-2020

Sumber : BPS Provinsi Jateng, 2021


Kondisi kemiskinan di wilayah metropolitan Semarang yaitu
KEDUNGSEPUR (Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Semarang,
Purwodadi) cenderung memiliki kemiripan, dimana keenam kota dan
kabupaten tersebut mengalami penurunan angka kemiskinan di tahun 2016-
2019, tetapi kembali mengalami kenaikan pada tahun 2020. Apabila
dibandingkan dengan kota atau kabupaten lain di KEDUNGSEPUR,
persentase masyarakat miskin di Kota Semarang selama 5 tahun terakhir
masih menempati posisi paling rendah.

Gambar Perkembangan Garis Kemiskinan Kota Semarang Tahun 2016-2020

Sumber : BPS Provinsi Jateng, 2021

Melihat fakta mengenai angka kemiskinan, maka ada kemauan yang


kuat dari pemerintah Kota Semarang untuk mewujudkan Kota Semarang yang
setara menjadi motivasi utama untuk melakukan perubahan, guna
mensejahterahkan masyarakat, sehingga program pertama dari sapta program
adalah penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. Untuk itu diperlukan
pengembangan strategi dan kebijakan penanggulangan kemiskinan yang tepat
program, tepat sasaran dan tepat guna sesuai dengan profil, kebutuhan,
karakteristik, dan potensi warga miskin.
B. Kebijakan dan Strategi
Berdasarkan Peraturan Walikota Semarang Nomor 4 Tahun 2020
Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja
Sekretariat Daerah Kota Semarang, Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan
Sumber Daya Manusia mempunyai tugas memberikan telaahan dan
rekomendasi terhadap isu strategis kepada Walikota di bidang
Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia sebagai bahan pertimbangan
Walikota dalam pengambilan kebijakan. Dalam melaksanakan tugas, Staf
Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia menyelenggarakan
fungsi :
1. Penyiapan bahan telaahan bidang kemasyarakatan dan sumber daya
manusia;
2. Penyusunan telaahan bidang kemasyarakatan dan sumber daya manusia;
3. Penyusunan rekomendasi tindak lanjut permasalahan strategis bidang
kemasyarakatan dan sumber daya manusia;
4. Pelaksanaan kegiatan pertemuan ilmiah, sosialisasi kebijakan di tingkat
internasional, nasional, provinsi dan kota di bidang kemasyarakatan dan
sumber daya manusia dalam rangka mewakili pemerintah daerah; dan
5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan
tugas dan fungsinya.
Pelaksanaan tugas dan fungsi Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan
Sumber Daya Manusia sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kota
Semarang, yaitu :
Visi :
Terwujudnya Kota Semarang yang Semakin Hebat yang Berlandaskan
Pancasila, dalam Bingkai NKRI yang Ber-Bhineka Tunggal Ika
Misi :
1. Meningkatkan kualitas dan kapasitasSumber Daya Manusia yang Unggul
dan Produktif untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan social.
2. Meningkatkan potensi ekonomi local yang berdaya saing dan stimulasi
pembangunan industry, berlandaskan riset dan inovasi berdasar prinsip
demokrasi ekonomi Pancasila.
3. Menjamin kemerdekaan masyarakat menjalankan ibadah, pemenuha hak
dasar dan perlindungan kesejahteraan sosial serta hak asasi manusia bagi
masyarakat secara berkeadilan.
4. Mewujudkan infrastruktur berkualitas yang berwawasan lingkungan
untuk mendukung kemajuan kota.
5. Menjalankan reformasi birokrasi pemerintahan secara dinamis
danmenyusun produk hokum yang sesuai nlai-nilai Pancasila dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

C. Inovasi Pengembangan
Perencanaan, penentuan sasaran, dan kriteria miskin serta pengaturan
teknis pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan
selama ini olehpemerintah atau instansi terkait seringkali bersifat terpusat,
sehingga program tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau
daerah tertentu. Penanggulangan kemiskinan yang komprehensif memerlukan
keterlibatan berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah
daerah (Provinsi maupun Kabupaten / Kota), dunia usaha (sektor swasta) dan
masyarakat merupakan pihak-pihak yang memiliki tanggungjawab sama
terhadap penanggulangan kemiskinan. Untuk menunjang penanggulangan
kemiskinan yang komprehensif sekaligus sebagai tindak lanjut dari strategi
tingkat nasional, maka penanggulangan kemiskinan di Kota Semarang dalam
rangka pemenuhan kebutuhan hak dasar masyarakat secara berkeadilan tanpa
perbedaan diupayakan dengan strategi utama :
1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin;
2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin;
3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil;
4. Mengembangkan inovasi program pemberdayaan masyarakat dalam
rangka penanggulangan kemiskinan;
5. Penguatan kelembagaan penanggulangan kemiskinan dalam rangka
mewujudkan sinergi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
Selain beberapa strategi di atas, untuk menanggulangi kemiskinan di
Kota Semarang, Pemerintah juga harus merealisaskan kebijakan sebagai
landasan untuk penerapan inovasi pengentasan kemiskinan, antara lain :
1. Kebijakan pemenuhan hak atas layanan pendidikan :
a. Memperluas akses pendidikan untuk semua kalangan masyarakat
untuk pencapaian Wajar Dikdas 12 tahun dengan biaya terjangkau
(gratis);
b. Peningkatan kualitas hasil pendidikan;
c. Peningkatan kualitas tenaga pendidik;
d. Pemenuhan sarana dan prasarana sekolah (pendidikan);
e. Meningkatkan layanan perpustakaan.
2. Kebijakan pemenuhan hak atas layanan kesehatan :
a. Memperluas akses kesehatan untuk semua kalangan masyarakat
dengan biaya terjangkau (gratis);
b. Pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan beserta tenaga kesehatan;
c. Pengembangan RSUD melalui pola BLUD.
3. Kebijakan pemenuhan hak atas pekerjaan dan berusaha :
a. Meningkatkan kesempatan kerja serta mendorong mobilitas tenaga
kerja pada sektor ekonomi berbasis lokal;
b. Meningkatkan upaya perlindungan ketenagakerjaan;
c. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pemberdayaan
masyarakat dan balai latihan kerja (BLK);
d. Mengembangkan sektor industri kecil, menengah dan kreatif;
e. Penguatan ekonomi kerakyatan melalui peningkatan kompetensi dan
daya saing usaha koperasi dan UMKM.
4. Kebijakan pemenuhan hak atas pangan :
a. Peningkatan ketersediaan pangan dan gizi masyarakat yang
berkelanjutan;
b. Peningkatan kompetensi tenaga penyuluh pertanian;
c. Penganekaragaman produksi pangan;
d. Pengawasan distribusi dan ketersediaan barang;
e. Peningkatan perlindungan konsumen.
5. Kebijakan pemenuhan hak atas perumahan :
a. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana permukiman
perkotaan dan pedesaan;
b. Pengembangan lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat;
c. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya rumah dan sanitasi yang sehat.
6. Kebijakan pemenuhan hak atas air bersih :
a. Peningkatan perlindungan terhadap sumberdaya air dan jaminan akses
masyarakat miskin ke air bersih dan sanitasi;
b. Peningkatan peran serta lembaga dan organisasi masyarakat lokal
dalammengelola dan memanfaatkan sumberdaya air;
c. Peningkatan pengetahuan warga miskin mengenai pengelolaan
sumberdaya air dan sanitasi layak;
d. Pengembangan mekanisme penyediaan air bersih bagi kelompok
rentan dan masyarakat miskin yang tinggal di wilayah rawan air.
7. Kebijakan pemenuhan hak atas sumber daya alam dan lingkungan hidup :
a. Peningkatan pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup serta
terkendalinya pelanggaran penambangan liar (pelayanan tindak lanjut
pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran/ perusakan
lingkungan);
b. Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan
kelestariannya;
c. Peningkatan ketersediaan ruang terbuka hijau;
d. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya
alam dan energi yang berwawasan lingkungan;
e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur irigasi serta
pengelolaan dan konservasi sumber daya air;
f. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sistem drainase dan saluran
pembuang.
8. Kebijakan pemenuhan hak atas keadilan dan kesetaraan gender :
a. Penguatan kelembagaan organisasi wanita atau penguatan peran
wanita dalam pembangunan;
b. Peningkatan peran serta gender dalam pembangunan desa;
c. Meningkatkan perlindungan perempuan dan anak;
d. Pemantapan program keluarga berencana;
e. Meningkatkan keluarga sejahtera.

D. Target Pencapaian
Kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial
yang berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya, ditandai
adanya pengangguran, keterbelakangan, dan ketidakberdayaan. Oleh karena
itu, kemiskinan merupakan masalah nasional yang penanggulangannya tidak
dapat ditunda dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan
kesejahteraan sosial. Pemerintah Kota Semarang dalam mengatasi
pengentasan kemiskinan memiliki beberapa target di antaranya :
1. Adanya optimalisasi Peraturan Daerah No 12 tahun 2016 terkait
Penanggulangan Kemiskinan Kota Semarang. Sesuai dengan kewajiban
dan tanggungjawab pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan,
Peraturan Daerah bertujuan untuk pemerintah dalam memberikan
pelayanan optimal, terencana, sistematis, efektif, efisisen dan
berkelanjutan.
2. Kesadaran dan kepedulian masyarakat belum terbentuk, perlu digali lagi
ajakan berpartisipasi dengan didasarkan pada budaya dan agama.
3. Peraturan Daerah No 12 tahun 2016 terkait Penanggulangan Kemiskinan
Kota Semarang ditujukan kepada penduduk miskin di Kota Semarang,
dimana ruang lingkup dan jangkauan kegiatannya meliputi perlindungan
dan jaminan sosial, pemberdayaan sosial serta partisipasi masyarakat.
Arah penyelenggaraan Peraturan Daerah No 12 tahun 2016 terkait
Penanggulangan Kemiskinan Kota Semarang adalah untuk memenuhi
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga masyarakat miskin Kota
Semarang agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, serta
mampu melaksanakan fungsi sosialnya.

E. Kendala yang Dihadapi


Penanggulangan kemiskinan atau fakir miskin, sudah menjadi salah
satu program unggulan di Kota Semarang. Peraturan Daerah (Perda) No 12
tahun 2016 memberikan mandat kepada setiap OPD yang memiliki program
penanggulangan kemiskinan, menjadi bagian dari Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan Kota Semarang. Kemudian, di dalam Perda
tersebut diatur dengan jelas dan tegas, adalah kelompok program
penanggulangan kemiskinan. Tetapi dalam pelaksanaannya munculnya
kendala yang merupakan indikator dari kemiskinan tersebut, antara lain :
1. Keterbatasan pangan, merupakan ukuran yang melihat kecukupan pangan
dan mutu pangan yang dikonsumsi. Ukuran indikator ini adalah stok
pangan yang terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin, dan
buruknya status gizi bayi, anak balita dan ibu.
2. Keterbatasan akses kesehatan, merupakan ukuran yang melihat
keterbatasan akses kesehatan dan rendahnya mutu layanan kesehatan.
Keterbatasan akses kesehatan dilihat dari kesulitan mendapatkan layanan
kesehatan dasar, rendahnya mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya
layanan reproduksi, jauhnya jarak fasilitas layanan kesehatan, mahalnya
biaya pengobatan dan perawatan. Kelompok miskin umumnya cenderung
memanfaatkan pelayanan di puskesmas dibandingkan dengan rumah
sakit.
3. Keterbatasan akses pendidikan. Indikator ini diukur dari mutu pendidikan
yang tersedia, mahalnya biaya pendidikan, terbatasnya fasilitas
pendidikan, rendahnya kesempatan memperoleh pendidikan.
4. Keterbatasan akses pada pekerjaan. Indikator ini diukur dari terbatasnya
kesempatan kerja dan berusaha, lemahnya perlindungan terhadap asset
usaha, perbedaan upah, lemahnya perlindungan kerja terutama bagi
pekerja anak dan pekerja perempuan.
5. Keterbatasan akses terhadap layanan perumahan dan sanitasi. Indikator
yang digunakan adalah kesulitan memiliki rumah yang sehat dan layak
huni, dan lingkungan permukiman yang sehat dan layak.
6. Keterbatasan akses terhadap air bersih. Indikator yang digunakan adalah
sulitnya mendapatkan air bersih, terbatasnya penguasaan sumber air, dan
rendahnya mutu sumber air.
7. Keterbatasan akses terhadap tanah. Indikator yang digunakan adalah
struktur kepemilikan dan penguasaan tanah, ketidakpastian kepemilikan
dan penguasaan tanah. Akses terhadap tanah ini merupakan persoalan
yang mempengaruhi kehidupan rumah tangga petani.
8. Keterbatasan akses terhadap sumber daya alam. Indikator yang digunakan
adalah buruknya kondisi lingkungan hidup, rendahnya sumber daya alam.
Indikator ini sangat terkait dengan penghasilan yang bersumber dari
sumberdaya alam, seperti daerah perdesaan, daerah pesisir, dan daerah
pertambangan.
9. Tidak adanya jaminan rasa aman, indikator ini berkaitan dengan tidak
terjaminnya keamanan dalam menjalani kehidupan baik sosial maupun
ekonomi.
10. Keterbatasan akses untuk partisipasi. Indikator ini diukur melalui
rendahnya keterlibatan dalam pengambilan kebijakan.
11. Besarnya beban kependudukan, indikator ini berkaitan dengan besarnya
tanggungan keluarga, dan besarnya tekanan hidup.

F. Solusi
Kemiskinan merupakan masalah klasik yang telah ada sejak dahulu kala
dan nampaknya akan tetap menjadi masalah aktual hingga kini. Oleh sebab
itu, meskipun telah dilakukan program pengentasan kemiskinan, namun
hingga kini kemiskinan masih tetap ada. Disini Staf Ahli Bidang
Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia sebagai yang membantu tugas
dan fungsi Walikota Semarang juga memiliki beberapa gagasan untuk
perubahan pembenahan kondisi Pemerintah Kota Semarang, antara lain :
1. Dengan melakukan pembenahan pada sektor internal akan memberikan
ruang kepada Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya
Manusia untuk meningkatkan kontribusinya kepada peningkatan
perekonomian masyarakat di Kota Semarang. Dengan begitu akan dapat
teribat secara langsung untuk membantu dalam memberikan inovasi
gagasan terkait pengentasan kemiskinan di Kota Semarang.
2. Dengan adanya pembenahan eksternal akan memberikan kemudahan Staf
Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia untuk
melakukan berbagai kolaborasi kepada instansi lain untuk meningkatkan
konstribusi pengembangan sumber daya manusia di Kota Semarang.
Dengan begitu akan membantu meningkatkan kondisi masyarakat di Kota
Semarang dengan inovasi pengentasan kemiskinan.
3. Untuk meninkatkan pengembanggan strategi pengentasan kemiskinan
dibutuhkan kebijakan sebagai landasan hukum yang membawahi
pelaksanaan inovasi pengentasan kemiskinan, maka dari itu dibutuhkan
kebijakan yang strategis untuk membantu dalam pelaksanaan pengentasan
kemiskinan di Kota Semarang.
4. Peningkatan sumber daya manusia pada instansi Pemerintah Kota
Semarang agar dapat melaksanakan berbagai strategi inovasi pelaksanaan
pengentasan kemiskinan di Kota Semarang.

Perumusan strategi penanganan dilakukan dengan menggunakan


metode SWOT (strength, weakness, oppurtunity, threath) untuk mengetahui
analisis pengentasan kemiskinan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota
Semarang, dengan analisis SWOT sebagai berikut :
Tabel Matriks SWOT Pengentasan Kemiskinan
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Adanya lembaga TKPKD 1. Kurang optimalnya Peraturan
Faktor Internal dan instansi terkait Daerah terkait kemiskinan
2. Pencapaian sasaran 2. Kualitas sumber daya manusia
penanggulangan kemiskinan 3. Perbedaan akses dan modal
3. Lahan pertanian yang masih masyarakat
cukup luas 4. Pengangguran
4. Perkembangan Usaha 5. Penciptaan lapangan kerja
Mikro, Kecil dan Menengah 6. Rata-rata tingkat pendidikan
Faktor Eksternal 5. Adanya program
pemberdayaan ekonomi
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Adanya TKPKD Provinsi 1. Penguatan kelembagaan 1. Optimalisasi Peraturan Daerah
2. Adanya lembaga terkait dan TKPKD sebagai payung hukum
koordinasi TKPK Nasional 2. Peningkatan akses terhadap penanggulangan kemiskinan
3. Adanya komitmen pemerintah pelayanan dasar 2. Pengembangan program
daerah dalam penanggulangan 3. Pemberdayaan masyarakat pemberdayaan sosial dan
kemiskinan melalui pengembangan perlindungan jaminan sosial
4. Adanya program pemerintah UKM 3. Pengembangan pelatihan kerja dan
dalam pengentasan kemiskinan 4. Penyediaan dan produktivitas kerja serta
5. Besarnya potensi sumber daya pengembangan sarana dan produktivitas tenaga kerja
alam pertanian prasarana pertanian 4. Meningkatkan kapasitas dan
6. Peluang usaha dari pariwisata 5. Meningkatkan kualitas pengelolaan pendidikan
pendampingan kepada 5. Peningkatan kelembagaan dan
masyarakat miskin potensi parawisata untuk
meningkatkan kapasitas
masyarakat
Ancaman (T) Strategis S-T Strategi W-T
1. Adanya kesalahan persepsi 1. Sosialisasi program Mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dalam memaknai bantuan pemerintah secara intensif melalui kolaborasi pemerintah, pelaku
pemerintah 2. Meningkatkan kesejahteraan usaha, dan investasi serta pemanfaatan
2. Adanya krisis ekonomi dan pemerataan ekonomi daerah secara tepat
3. Adanya alih fungsi lahan 3. Peningkatan keterampilan
4. Tingkat kemiskinan nasional dan kelembagaan untuk
5. Penguasaan aset ekonomi oleh meningkatkan kemandirian
penduduk asing masyarakat

Dari analisis menggunakan metode SWOT di atas, didapatkan strategi


untuk pengentasan kemiskinan di Kota Semarang, antara lain :
1. Strategi S-O
a. Penguatan kelembagaan TKPKD
b. Peningkatan akses terhadap pelayanan dasar
c. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKM
d. Penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana pertanian
e. Meningkatkan kualitas pendampingan kepada masyarakat miskin
2. Strategi W-O
a. Pengembangan Peraturan Daerah sebagai payung hukum
penanggulangan kemiskinan
b. Pengembangan program pemberdayaan sosial dan perlindungan
jaminan sosial
c. Pengembangan pelatihan kerja dan produktivitas kerja serta
produktivitas tenaga kerja
d. Meningkatkan kapasitas dan pengelolaan pendidikan
e. Peningkatan kelembagaan dan potensi parawisata untuk meningkatkan
kapasitas masyarakat
3. Strategi S-T
a. Sosialisasi program pemerintah secara intensif
b. Meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan ekonomi
c. Peningkatan keterampilan dan kelembagaan untuk meningkatkan
kemandirian masyarakat
4. Strategi W-T
Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui kolaborasi pemerintah,
pelaku usaha, dan investasi serta pemanfaatan daerah secara tepat.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Strategi penanggulangan kemiskinan Kota Semarang diterapkan dengan
target Pemerintah Kota Semarang dapat menurunkan persetase tingkat
masyarakat miskin di Kota Semarang. Secara persentase jumlah masyarakat
miskin kecil, tapi secara jumlah pasti besar. Pemerintah menyadari bahwa
intinya bukan soal besar kecilnya tetapi bagaimana cara menanggulangi orang
miskin adalah lebih penting. Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah
Kota Semarang telah menyiapkan berbagai program, misalnya bidang
pendidikan, pekerjaan, layanan perumahan, partisipasi masyarakat.
Pemahaman masyarakat yang masih rendah mengenai hak mereka
untuk memperoleh penghidupan yang layak. Strategi Penanggulangan
Kemiskinan Daerah (SPKD) telah menjadi acuan bagi pemerintah dalam
pengentasan kemiskinan, aplikasinya perlu pengawasan dan disusun program
yang lebih praktis. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diambil kebijakan
pembangunan yang berpihak pada penanggulangan kemiskinan, yang antar
lain meliputi optimalisasi pemanfataan APBD, penajaman program-program,
pengarahan dana pinjaman dan hibah dan sinkronisasi kegiatan perancanaan,
pelaksanaan dan pemantauan.
Melihat persentase kemiskinan di Kota Semarang Tahun 2020 sebesar
4,34 %, maka dengan inovasi pengentasan kemiskinan yang dilakukan dapat
menurunkan angka persentase tersebut pada tahun selanjutnya. Dengan
penurunan angka kemiskinan di Kota Semarang akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

B. Saran dan Rekomendasi


1. Seluruh pemangku kepentingan perlu merespon SPKD ini dengan
melakukan hal yang sama untuk menjamin sinergitas dan implementasi
serta pencapaian target penurunan angka kemiskinan sesuai dengan
kewenangannya. Seluruh pemangku kepentingan diharapkan juga
melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan dalam koridor kewenangan dan peraturan
yang berlaku.
2. Peningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat miskin Kota Semarang
yang bergerak pada sektor-sektor industri berbasis potensi lokal, perlu
adanya inisiasi program yang terarah dan berkelanjutan.
3. Perlu adanya pendataan para pelaku usaha agar menghasilkan database
para pelaku industri berbasis potensi lokal, sehingga inisiasi program
yang tepat guna, tepat sasaran dan berkelanjutan dapat dijalankan
berdasarkan kebutuhan para pelaku usaha.
4. Peningkatkan efektivitas pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin
berbasis potensi lokal di Kota Semarang, baik dari bantuan berupa
bimbingan teknis, permodalan, bantuan alat produksi dan sebagainya,
perlu diawali dengan pendataan para pelaku usaha.
5. Seluruh strategi inovasi pengentasan kemiskinan sebaiknya dilakukan
secara menyeluruh, terpadu, lintas sektor, dan sesuai dengan kondisi dan
budaya lokal, memberikan perhatian terhadap aspek proses, tanpa
mengabaikan hasil akhir dari proses tersebut, melibatkan dan merupakan
hasil proses dialog dengan berbagai pihak dan konsultan dengan segenap
pihak yang berkepentingan terutama masyarakat miskin.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Semarang, (2016), Kota Semarang Dalam Angka,
Kota Semarang : BPS.

Suharto, Edi. (2009). Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat.


(Bandung: PT Refika Aditama).

Ummami., 2013; Cara Pandang dan Upaya Pemerintah dalam Mengurangi


Kemiskinan, Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota.

Anda mungkin juga menyukai