Anda di halaman 1dari 27

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA

BUKU PANDUAN

SATU PERANGKAT DAERAH


SATU DESA DAN KELURAHAN DAMPINGAN

PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG


TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Gerakan “Satu Perangkat Daerah Satu Desa Dampingan Menuju Desa


Sejahtera” yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bertujuan untuk
menanggulangi dan menurunkan angka kemiskinan di Jawa Tengah dengan prinsip
saling berkolaborasi dan gotong royong bersama seluruh pihak mulai dari Perangkat
Daerah, Pemerintah Desa, Kelurahan, lembaga zakat, dan unsur swasta perlu
diapresiasi dan direplikasi sebagai upaya menurunkan angka kemiskinan dan
mensejahterakan desa dampingan.

Oleh karenanya, Pemerintah Kabupaten Semarang berupaya mereplikasi dan


melaksanakan kebijakan tersebut melalui “Gerakan Satu Perangkat Daerah Satu
Desa/Kelurahan Dampingan Untuk Penanggulangan Kemiskinan” sebagai
upaya percepatan penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Semarang pada
khususnya dan di Jawa Tengah pada umumnya, dan juga pemulihan ekonomi pasca
terjadinya pandemi covid-19.

Diharapkan dengan dicanangkannya gerakan ini, Visi Misi Pemerintah


Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026 yaitu membangun Kabupaten Semarang
yang Bersatu, Berdaulat, Berkepribadian, Sejahtera dan Mandiri (Berdikari) dapat
terwujud serta menjadikan Kabupaten Semarang semakin sejahtera.

Ungaran, 29 Oktober 2021

BUPATI SEMARANG

CAP TTD

NGESTI NUGRAHA, SH. MH.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penanggulangan kemiskinan telah lama menjadi isu dan prioritas
pembangunan nasional dan daerah. Berbagai kebijakan, strategi, program dan
kegiatan telah diimplementasikan dalam Skala Nasional, Provinsi maupun
Kabupaten/Kota. Pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia
baik yang bersifat langsung (program-program perlindungan sosial) maupun
yang tidak langsung (program sektoral dan daerah) tidak terkecuali di Kabupaten
Semarang.
Kabupaten Semarang Tahun 2021-2026 mempunyai visi untuk
“Membangun Kabupaten Semarang menuju Bersatu, Berdaulat, Berkepribadian,
Sejahtera dan Mandiri (Berdikari)”. Penjabaran atas visi daerah tersebut telah
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun
2021-2026.
Penjabaran visi pembangunan terkait dengan kemiskinan diangkat dalam
Misi kedua pembangunan Kabupaten Semarang yaitu “Meningkatkan
kemandirian perekonomian daerah yang berbasis pada industri, pertanian dan
pariwisata (INTANPARI) Perdagangan, Jasa serta sektor lain yang berwawasan
lingkungan” dimana isu penanganan kemiskinan menjadi salah satu prioritas
untuk diturunkan dari kondisi saat ini secara berkala setiap tahun hingga
mencapai target 7.05 – 6.95% pada tahun 2026.
Penurunan kemiskinan tersebut memerlukan langkah-langkah strategis
dan diperlukan keterpaduan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di masing-
masing Perangkat Daerah.
Dari permasalahan tersebut, pada tahun 2021 Pemerintah Kabupaten
Semarang mengambil langkah intervensi kemiskinan melalui Program replikasi
inovasi daerah yaitu “Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan
Dampingan Untuk Penanggulangan Kemiskinan”.

B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Upaya
Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan Wilayah;
5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 - 2019;
6. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 15) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 96 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor
15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 199);

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 1
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2020 tentang Tata Kerja
dan Penyelarasan Kerja Serta Pembinaan Kelembagaan dan Sumber Daya
Manusia Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten/Kota (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 794);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 21 Tahun 2016 tentang
Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Semarang
(Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2016 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Nomor 21) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 13 Tahun
2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Semarang
Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat
Daerah Kabupaten Semarang (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang
Tahun 2016 Nomor 13, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang
Nomor 10);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Penanggulangan Kemiskinan (Lembaran Daerah Kabupaten Semarang
Tahun 2018 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang
Nomor 7);
10. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2021 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Semarang Tahun 2021-2026 ( Lembaran Daerah Kabupaten Semarang
Tahun 2021 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Semarang
Nomor 6).

C. Maksud dan Tujuan


Maksud pelaksanaan Program “Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan
Dampingan”, adalah sebagai upaya percepatan penurunan angka kemiskinan dan
pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 pada lokasi Desa/Kelurahan
dengan tingkat kesejahteraan rendah.
Adapun tujuan Program “Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan
Dampingan”, adalah :
1. Mewujudkan Pelaksanaan Program Satu Perangkat Satu Desa/Kelurahan
Dampingan dilakukan oleh perangkat daerah;
2. Update data by name by address penduduk miskin yang dilakukan oleh
Kelurahan atau Pemerintah Desa bersama Perangkat Daerah pendamping;
3. Pemetaan potensi desa yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat Desa dan Kelurahan.

D. Sasaran
Sasaran pelaksanaan Program “Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan
Dampingan” adalah meningkatkan pendapatan masyarakat miskin pada
Desa/Kelurahan dampingan menuju masyarakat yang lebih sejahtera.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 2
E. Hasil Yang Diharapkan
1. Terupdatenya data DTKS di desa miskin yang terintegrasi dengan data Sistem
Layanan dan Rujukan Terpada (SLRT) Kabupaten Semarang;
2. Teridentifikasinya potensi desa terutama pada Desa/Kelurahan dampingan;
3. Inovasi perangkat daerah dalam menggerakkan berbagai pihak (perguruan
tinggi, dunia usaha, dan lainnya) dalam pendampingan;
4. Meningkatnya swadaya dan partisipasi masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan dasar dan mengembangkan penghidupan berkelanjutan serta
menciptakan nilai tambah bagi produktivitas desa.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 3
BAB II
PENJELASAN UMUM

A. Batasan Kemiskinan
1. Definisi Kemiskinan
Secara umum, kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang atau
sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak- hak dasarnya untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Konsep
yang dipakai BPS dan juga beberapa negara lain adalah kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), sehingga kemiskinan
merupakan kondisi ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi pengeluaran).

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata


pengeluaran per kapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan (GK), yang
diperoleh dari hasil survei (sampel). Angka kemiskinan yang dirilis BPS
merupakan data makro dan merupakan hasil Susenas (Survey Sosial Ekonomi
Nasional) yang menunjukkan persentase penduduk miskin terhadap jumlah
penduduk dalam suatu wilayah.

2. Kondisi Kemiskinan Kabupaten Semarang

a. Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Semarang


Kemiskinan di Kabupaten Semarang selama kurun waktu 2016-
2020 mengalami penurunan, akan tetapi pada tahun 2020 mengalami
peningkatan seiring dengan adanya pandemi virus covid-19, sebagaimana
ditampilkan grafik berikut :

Grafik 1
Perbandingan Persentase Kemiskinan Kabupaten Semarang, Provinsi
Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2016-2020

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2016-2020

Jika dibandingan dengan Kabupaten/Kota sekitar maka


Kabupaten Semarang persentase penduduk miskin Kabupaten Semarang
relatif lebih rendah daripada persentase penduduk miskin Nasional dan
Provinsi Jawa Tengah.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 4
Namun demikian apabila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota
sekitar, pada Tahun 2020 persentase penduduk miskin Kabupaten
Semarang lebih tinggi daripada Kota Semarang dan Kota Salatiga
sebagai berikut:

Grafik 2
Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Semarang Dibandingkan dengan
Kabupaten/Kota Sekitar, Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2020

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2020

Data mikro kemiskinan merupakan gambaran jumlah rumah


tangga dan individu miskin dihitung berdasarkan hasil proses
Pemutakhiran Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang setiap
tahunnya ditempuh melalui mekanisme verifikasi dan validasi (verval).
Berdasarkan hasil verval DTKS yang telah disahkan oleh Kementerian
Sosial, perkembangan status rumah tangga dan individu di Kabupaten
Semarang dengan status kesejahteraan 40% terendah (kategori
miskin) yang dirinci per Kecamatan Tahun 2020 sebagaimana berikut:

PERSENTASE
RUMAH PENDUDUK JUMLAH
NO. KECAMATAN PENDUDUK
TANGGA MISKIN MISKIN PENDUDUK
MISKIN
1. Getasan 5.678 19.223 52.060 36,92%
2. Tengaran 6.652 22.630 70.168 32,25%
3. Susukan 6.021 17.779 50.190 35,42%
4. Kaliwungu 3.455 10.405 30.772 33,81%
5. Suruh 8.417 27.701 71.667 38,65%
6. Pabelan 5.930 18.453 44.183 41,76%
7. Tuntang 6.158 21.371 67.731 31,55%
8. Banyubiru 4.315 14.301 44.878 31,87%
9. Jambu 3.630 11.041 41.148 26,83%
10. Sumowono 2.916 9.663 34.530 27,98%
11. Ambarawa 3.302 10.836 62.735 17,27%
12. Bandungan 3.663 12.498 58.786 21,26%
13. Bawen 3.752 12.353 58.134 21,25%
14. Bringin 6.115 19.080 47.543 40,13%
15. Bancak 3.133 9.829 24.679 39,83%
16. Pringapus 5.491 19.204 54.365 35,32%
17. Bergas 4.046 14.193 69.559 20,40%
18. Ungaran Barat 3.030 10.519 79.683 13,20%
19. Ungaran Timur 4.123 12.958 75.658 17,13%
Jumlah 89.827 294.037 1.038.469
Sumber: Kementerian Sosial, 2021 *) Data sampai dengan Oktober 2020

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 5
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan
dengan jumlah penduduk miskin tertinggi adalah Kecamatan Suruh, yaitu
sebanyak 27.701 jiwa. Meskipun demikian apabila ditinjau dari proporsi
kemiskinan, Kecamatan dengan persentase penduduk miskin tertinggi
justru berada pada Kecamatan Pabelan yang mencapai sebesar 41,76%,
disusul kemudian secara berturut-turut adalah Kecamatan Bringin
40,13%, Kecamatan Bancak 39,83%, Kecamatan Suruh 38,65% dan
Kecamatan Getasan 36,92%. Kondisi yang demikian secara tidak
langsung mengindikasikan bahwa masih terjadi ketimpangan ekonomi
antar wilayah di Kabupaten Semarang, khususnya Kecamatan pada
wilayah Kabupaten Semarang sisi/sebelah timur dan sisi/sebelah selatan.

b. Garis Kemiskinan
Garis Kemiskinan merupakan representasi dari rupiah yang
diperlukan atau harga yang dibayarkan agar penduduk dapat hidup layak
secara minimum yang mencakup pemenuhan kebutuhan minimum
makanan (setara dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari) dan non
makanan essential.
Garis Kemiskinan yang digunakan oleh BPS terdiri dari dua
komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang terdiri atas 52
jenis komoditi dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) yang
terdiri dari 51 jenis komoditi untuk perkotaan, dan 47 jenis komoditi
untuk perdesaan.
Berdasarkan data BPS, garis kemiskinan Kabupaten Semarang
Tahun 2020 adalah sebesar Rp. 404.455,-. Capaian ini meningkat dari
Tahun 2019 yang sebesar Rp. 377.674,-. Apabila dibandingkan dengan
capaian Provinsi Jawa Tengah pada Tahun 2020 yang sebesar RP.
395.407,-, garis kemiskinan Kabupaten Semarang lebih baik karena
capaiannya lebih tinggi dari rata-rata capaian Provinsi Jawa Tengah.
Berikut adalah garis kemiskinan Kabupaten Semarang Tahun
2016-2020

Grafik 3
Perkembangan Efektifitas Garis Kemiskinan Kabupaten Semarang
Tahun 2016- 2020 (Rupiah)

Garis Kemiskinan Trendline

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2020 (diolah)

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 6
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa perkembangan
garis kemiskinan Kabupaten Semarang selama lima tahun terakhir (2016-
2020) menunjukkan pola dan trend yang konsisten meningkat dari tahun
ke tahun.
Garis kemiskinan Kabupaten Semarang yang menunjukkan
konsistensi pola dan trend meningkat dari tahun ke tahun
mengindikasikan bahwa pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan yang telah dilakukan di Kabupaten Semarang secara umum
dapat dinilai cukup efektif karena secara konsisten mampu berdampak
positif mengangkat daya beli masyarakat sehingga dapat meningkatkan
posisi garis kemiskinan Kabupaten Semarang dari tahun ke tahun.

c. Persentase Penduduk Miskin (P0) Kabupaten Semarang


Persentase penduduk miskin Kabupaten Semarang dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir menunjukan pola menurun. Selama durasi
tahun 2016 – 2019, tingkat kemiskinan Kabupaten Semarang berhasil
mengalami penurunan secara konsisten dari tahun ke tahun. Namun
demikian pada Tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 0,47%.
Berikut adalah Persentase Penduduk Miskin (P0) Kabupaten
Semarang tahun 2016 sampai dengan tahun 2020.

Grafik 4
Perkembangan Tingkat Kemiskinan
Kabupaten Semarang Tahun 2016-2020 (%)

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2020 (diolah)

Meskipun terjadi kenaikan pada Tahun 2020, namun


perkembangan tingkat kemiskinan Kabupaten Semarang yang
menunjukan pola dan trend menurun dari tahun ke tahun
mengindikasikan bahwa penanggulangan kemiskinan yang telah
dilakukan di Kabupaten Semarang secara umum dapat dinilai sudah
cukup efektif.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 7
Adapun kenaikan tingkat kemiskinan Kabupaten Semarang pada
tahun 2020 dapat dimungkinkan terjadi karena mengikuti efek kenaikan
tingkat kemiskinan pada tataran nasional dan regional Provinsi Jawa
Tengah akibat dampak pandemi Covid-19 yang secara signifikan
mempengaruhi turunnya/lesunya perekonomian, sehingga memperparah
kondisi kemiskinan dan memicu timbulnya kemiskinan baru.

d. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Semarang


Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan satu ukuran rata-
rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai P1 semakin besar rata-rata
kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap kemiskinan. selain
harus menurunkan tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin,
kebijakan terkait penanggulangan kemiskinan juga harus dapat
mengurangi tingkat kedalaman kemiskinan.
Berikut adalah Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten
Semarang Tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 :
Grafik 5
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Semarang
Tahun 2016- 2020

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2020 (diolah)

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pola perkembangan


P1 Kabupaten Semarang dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir
(2016-2020) bersifat fluktuatif dari tahun ke tahun. Meskipun demikian
secara trend menunjukkan kecenderungan menurun.
Belum sinkronnya antara pola dan trend Nilai P1 Kabupaten
Semarang tersebut mengindikasikan bahwa penanggulangan kemiskinan
yang telah dilakukan di Kabupaten Semarang masih kurang efektif
dikarenakan belum mampu secara konsisten mengangkat pendapatan
penduduk miskin untuk dapat naik diatas garis kemiskinan.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 8
e. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Semarang
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran
mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin
tinggi nilai indeks (P2) semakin tinggi pula ketimpangan pengeluaran di
antara penduduk miskin.
Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Semarang dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan hasil yang fluktuatif atau
naik turun dari tahun ke tahun. Perkembangan P2 Kabupaten Semarang
dalam kurun waktu 2016-2020 dapat dilihat pada Grafik sebagaimana
berikut :
Grafik 6
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Semarang
Tahun 2016- 2020

Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2020 (diolah)

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pola perkembangan


P2 Kabupaten Semarang dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir
(2016-2020) bersifat fluktuatif dari tahun ke tahun. Meskipun demikian
secara trend menunjukkan kecenderungan menurun.
Belum sinkronnya antara pola dan trend Nilai P2 Kabupaten
Semarang tersebut mengindikasikan bahwa pelaksanaan program-
program penanggulangan kemiskinan yang telah dilaksanakan di
Kabupaten Semarang belum cukup efektif untuk mengurangi
ketimpangan pengeluaran penduduk miskin. Atau dapat disimpulkan
bahwa potensi ekonomi program-program penanggulangan kemiskinan
yang telah dilaksanakan belum cukup optimal untuk mengurangi
ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di Kabupaten Semarang.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 9
B. Data – Data Kemiskinan
Data terkait kemiskinan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok,
yaitu data makro dan data mikro yang resmi diterbitkan secara berkala oleh BPS.

Data Makro
Data makro kemiskinan merupakan data yang diperoleh melalui
mekanisme survey (sampel), bersifat kualitatif, memberikan gambaran umum
dan profil suatu daerah, sebagai bahan analisis untuk pengambilan kebijakan
makro penanggulangan kemiskinan, dan tidak dapat menampilkan secara by
name by address. Contoh data makro adalah data kemiskinan Nasional dan
Provinsi yang diterbitkan 2 kali setahun (periode Maret dan September) dan 1 kali
setahun periode Maret untuk kabupaten/kota dalam Berita Resmi Statistik BPS.
Data Mikro
Data mikro kemiskinan merupakan data yang diperoleh melalui
mekanisme sensus (bersifat menyeluruh), bersifat kuantitatif, dapat memberikan
informasi detail, dan dapat dipergunakan sebagai intervensi program/kegiatan
secara by name by address. Contohnya adalah Data Terpadu Penanganan Fakir
Miskin dan Orang Tidak Mampu (DT PFM OTM) yang merupakan hasil
pemutakhiran Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang diterbitkan oleh
Kementerian Sosial. Data Mikro digunakan untuk intervensi program/kegiatan
penanggulangan kemiskinan.
Data Terpadu PFM OTM adalah sistem data elektronik yang memuat
informasi sosial, ekonomi, dan demografi serta karakteristik sekitar 40% rumah
tangga dengan status kesejahteraan terendah yang ditetapkan oleh Kementerian
Sosial. Data Terpadu PFM OTM digunakan untuk memperbaiki kualitas
penetapan sasaran program-program perlindungan sosial, serta membantu
perencanaan program, memperbaiki penggunaan anggaran, dan sumber daya
program perlindungan sosial. Data Terpadu PFM OTM merupakan basis data
mikro untuk penanggulangan kemiskinan berdasarkan Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial, yang telah dimutakhirkan Pada Bulan Oktober Tahun
2020.

C. Strategi Penanggulangan Kemiskinan


Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 7 Tahun
2018 tentang Penanggulangan Kemiskinan, strategi penanggulangan kemiskinan
dilakukan melalui :
1. Mengurangi beban pengeluaran warga miskin yang dilakukan untuk
pemenuhan kebutuhan dasar (basic life acsess) yaitu sandang, pangan,
papan, pendidikan, kesehatan, air bersih.
2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan warga miskin.
Dilakukan melalui pola pelatihan/keterampilan kewirausahaan pemula (start
up) dan bantuan modal awal; Untuk menentukan penerima manfaat
program/kegiatan agar memperhatikan kriteria yang terdapat pada Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 10
3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil
Dilakukan melalui program/kegiatan terkait fasilitasi pengembangan
kewirausahaan, fasilitasi akses modal/kredit bersubsidi (jamkrida/
KUR/Mitra25), pemberdayaan dan pendampingan berkelanjutan, sertifikasi
produk/HAKI, serta menjaga stabilisasi iklim usaha dan fasilitasi
pemasaran.
4. Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
Dilakukan melalui sinergitas dokumen perencanaan sampai dengan
monitoring dan evaluasinya, serta pengembangan kemitraan dengan
melibatkan perguruan tinggi dengan KKN Tematik, TJSLP/CSR
Perusahaan/BUMN/BUMD, serta mendorong pembangunan kawasan
perdesaan.
5. Pemberdayaan warga miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Dilakukan melalui pemberdayaan warga miskin dengan program-program
dan kegiatan pada Perangkat Daerah agar warga dapat mandiri untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya.

D. Desa/Kelurahan Dampingan
Desa/Kelurahan Dampingan merupakan target desa lokasi yang
memenuhi kriteria untuk dilakukan intervensi penanggulangan kemiskinan.
Pemilihan desa lokasi yang mendapatkan pendampingan dan/atau pembinaan
didasarkan pada kriteria tingkat kesejahteraan terendah desa yang merupakan
hasil pengolahan data jumlah rumah tangga pada desil 1 dan desil 2 Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (membandingkan tingkat kesejahteraan
Desa/Kelurahan dalam satu Kecamatan).
Desil 1 merupakan rumah tangga/individu dengan kondisi kesejahteraan
sampai dengan 10% terendah di Kabupaten Semarang, yang menunjukkan
kategori rumah tangga sangat miskin, sedangkan Desil 2 merupakan rumah
tangga/individu dengan kondisi kesejahteraan antara 11% - 20% terendah di
Kabupaten Semarang, yang menunjukkan kategori rumah tangga miskin
sebagaimana data terlampir.

E. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya
(empowerment) atau penguatan (strengthening) kepada masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai kemampuan individu yang
bersenyawa dengan masyarakat dalam membangun keberdayaan masyarakat
yang bersangkutan sehingga bertujuan untuk menemukan alternatif-alternatif
baru dalam pembangunan masyarakat (Mardikanto, 2014).
Pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat desa melalui gerakan “Satu Perangkat Daerah Satu
Desa/Kelurahan Dampingan Untuk Penanggulangan Kemiskinan“
dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,
kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 11
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
Dalam pelaksanaannya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan
prinsip – prinsip sebagai berikut :
a. Partisipasi : peran serta aktif semua masyarakat/kelompok masyarakat pada
setiap tahapan pembangunan desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
pelestarian kegiatan.
b. Keberlanjutan : menjamin kegiatan tetap dapat dilanjutkan oleh masyarakat
dan pemerintah desa.
c. Integrasi : kegiatan dapat dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan
disesuaikan kebutuhan desa melalui pencermatan Rencana Pembangunan
Menengah Desa yang pada akhirnya desa mampu membiayai sendiri.
d. Tranparansi : semua masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi
dan proses pengambilan keputusan pembangunan desa sehingga
pengelolaan kegiatan dilaksanakan secara terbuka.
e. Prioritas : masyarakat diberikan kesempatan memilih kegiatan yang
diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaatan
untuk pengentasan kemiskinan dan upaya perbaikan lingkungan.
f. Demokratis : masyarakat mengambil keputusan pembangunan desa dengan
musyawarah dan mufakat.
Dengan prinsip – prinsip pemberdayaan tersebut, jika perangkat daerah
dan stakeholder sudah tidak melakukan pembinaan/ pendampingan semua tetap
dapat dijalankan oleh masyarakat dan pemerintah Desa.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 12
BAB III
PELAKSANAAN GERAKAN
SATU PERANGKAT DAERAH SATU DESA/KELURAHAN DAMPINGAN

A. Prinsip Pelaksanaan
1. Komitmen
Pelaksanaan Gerakan “Satu Perangkat Daerah Satu
Desa/Kelurahan Dampingan Untuk Penanggulangan Kemiskinan”
membutuhkan komitmen bersama guna menumbuhkan semangat gotong
royong dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Semarang.
Komitmen tersebut dibangun dan ditumbuhkan secara berkesinambungan
oleh semua Perangkat Daerah Pelaksana bersama dengan Kelurahan,
Pemerintah Desa, stakeholder terkait, dan masyarakat.
2. Pengetahuan, Kemampuan dan Keterampilan
a) Peningkatan pengetahuan dan pemahaman Perangkat Daerah pada
program-program penanggulangan kemiskinan guna menumbuhkan ide
dan kreativitas dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang
berada pada tingkat kesejahteraan rendah (miskin);
b) Peningkatan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan pemerintah
Desa, lembaga kemasyarakatan Desa/Kelurahan dan masyarakat miskin
di desa/Kelurahan lokasi dampingan.
3. Kemandirian dan Kelembagaan Masyarakat
a) Penguatan lembaga kemasyarakatan desa dalam mendukung
penanggulangan kemiskinan;
b) Peningkatan kepedulian dan gotong royong dalam kerangka
pemberdayaan masyarakat guna membangun kemandirian desa dan
kemandirian masyarakat desa.
4. Keterpaduan dan Koordinasi
a) Membangun sinergitas program/kegiatan lintas sektor dalam
penanggulangan kemiskinan;
b) Koordinasi dan kerjasama dengan pihak-pihak terkait melalui program-
program kemitraan.
5. Fasilitasi Pemerintah
Perangkat Daerah berperan sebagai fasilitator semua proses pendampingan
desa lokasi dalam penanggulangan kemiskinan serta mendorong
implementasi Sistem Informasi Desa (SID) oleh Pemerintah Desa.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 13
B. Tahapan Pelaksanaan

1. Pemilihan Lokasi
Pemilihan desa lokasi dampingan oleh Perangkat Daerah diarahkan
pada Desa/Kelurahan dengan kategori tingkat kesejahteraan rendah
(Desa/Kelurahan merah) di Kabupaten Semarang, berdasarkan hasil olah data
DTKS periode Oktober 2020.

2. Pemetaan Permasalahan dan Potensi Desa


Pemetaan permasalahan dan potensi Desa/Kelurahan digunakan
sebagai dasar penentuan pelaksanan kegiatan berdasarkan permasalahan dan
potensi desa/Kelurahan terutama untuk program penanggulangan kemiskinan
pada Desa/Kelurahan dampingan sehingga dapat dilakukan intervensi
bersama dengan Perangkat Daerah sesuai dengan tugas pokok.

3. Assesment
Assesment dilakukan oleh Perangkat Daerah guna mengetahui kondisi
riil Desa/Kelurahan dampingan melalui:
a) Inventarisasi program-program penanggulangan kemiskinan di desa
dampingan baik oleh pemerintah, stakeholder lainnya, serta potensi dan
permasalahan Desa dampingan, terkait aspek ekonomi,
lingkungan/infrastruktur, sosial, untuk mengetahui perkembangan desa
guna memudahkan intervensi pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat dengan data sederhana sehingga mudah dipraktekkan. Hasil
inventarisasi dimaksud dituangkan dalam format pada lampiran I.
b) “Scanning cepat“ terhadap karakteristik masyarakat miskin di desa
dampingan (format pada lampiran II), meliputi :
1) Tidak masuk dalam kepesertaan program–program pemerintah
(KKS, KIP, KIS, BPJS mandiri, PKH, Rastra).
2) Anggota keluarga yang tidak memiliki kartu identitas (KTP, Akte
Kelahiran dan Kartu Pelajar);
3) Anak yang tidak bersekolah pada usia sekolah (7-18 tahun);
4) Anggota rumah tangga yang memiliki penyakit kronis dan disabilitas
(cacat);
5) Rumah Tidak Layak Huni (RTLH);
6) Sumber air minum (sumur/mata air) yang tidak terlindungi;
7) Tidak memiliki fasilitas tempat BAB (jamban);
8) Sumber penerangan utama bukan listrik;
9) Kepala rumah tangga yang tidak bekerja.

Data yang digunakan untuk proses scanning cepat adalah Data Terpadu
PFM OTM yang sudah diolah oleh Dinas Sosial Kabupaten Semarang.
Hasil scanning cepat selanjutnya dikomunikasikan dalam Musyawarah
Desa (Musdes) untuk mendapatkan verifikasi dari berbagai pihak yang
disepakati dalam forum Musdes tersebut.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 14
c) Hasil inventarisasi program penanggulangan kemiskinan dan scanning
cepat yang merupakan double checking assesment, perlu dibahas lebih
lanjut melalui FGD dengan masyarakat dan stakeholder terkait.
d) Selain melakuan double checking assesment, Perangkat Daerah juga
melihat perkembangan implementasi SID yang dilakukan oleh
Pemerintah Desa, untuk memastikan substansi SID berupa informasi
digital desa meliputi kependudukan, pendidikan, kesehatan, kondisi
sarana prasarana dasar, kemiskinan dan kerentanan, pembangunan,
keuangan desa, asset desa, organisasi kemasyarakatan, kegiatan ekonomi
masyarakat serta informasi kawasan perdesaan.

4. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh Perangkat Daerah sebagai
pembina dan fasilitator dengan melibatkan pemerintah desa, lembaga
kemasyarakatan desa, para pendamping desa (KPMD, PD, PLD, Pendamping
PKH, TKSK dan sebagainya) serta masyarakat desa dampingan secara
partisipatif, melalui :
a) Optimalisasi potensi yang tersedia untuk menangani permasalahan desa
dampingan;
b) Mengkoordinasikan tindak lanjut dengan Perangkat Daerah lain atau
stakeholder lainnya;
c) Mendorong peran Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan
(TJSLP) atau Corporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan, BUMN
dan BUMD yang mendukung penanggulangan kemiskinan di desa
dampingan;
d) Memanfaatkan sumber pembiayaan non APBD seperti Filantropi,
BAZNAS, BAZDA, Unit Pengelola Zakat (UPZ) atau penggalangan
donasi di lingkungan kerja.
Tahapan pelaksanaan gerakan “Satu Perangkat Daerah Satu
Desa/Kelurahan Dampingan Untuk Penanggulangan Kemiskinan” dapat
diilustrasikan dalam gambar berikut ini :

Gambar 1
Tahapan Pelaksanaan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 15
C. Pelaksana
1. Perangkat Daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang secara teknis melakukan
koordinasi dengan dilaksanakan oleh Perangkat Daerah dengan Bupati
Semarang sebagai Pembina, dan Wakil Bupati Semarang sebagai Penanggung
Jawab pelaksanaan program/kegiatan di desa dampingan.

2. Desa dan Kelurahan


Pelaksanaan Gerakan “Satu Perangkat Daerah Satu
Desa/Kelurahan Dampingan Untuk Penanggulangan Kemiskinan” secara
teknis dilaksanakan di desa dengan melibatkan Pemerintah Desa dan
Kelurahan, lembaga-lembaga kemasyarakatan desa, dan pendamping-
pendamping desa yang telah menjadi fasilitator di desa dampingan yaitu
Pendamping Desa (PD), Pendamping Lokal Desa (PLD), Kader
Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), Pendamping PKH, TKSK, dan lain
sebagainya.
3. Mitra Pelaksana
Selain pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, maupun desa, Gerakan
“Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan Untuk
Penanggulangan Kemiskinan” juga dapat didukung melalui kemitraan
melalui TJSLP/CSR Perusahaan, BAZNAS, BAZDA, Unit Pengumpul
Zakat (UPZ), Perguruan Tinggi serta dukungan donasi dari berbagai pihak.

D. Hubungan Antar Pihak


Gerakan “Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan
Untuk Penanggulangan Kemiskinan” merupakan gerakan yang dilaksanakan
secara bersama - sama dengan semangat gotong royong untuk percepatan
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Semarang, sehingga diperlukan
koordinasi di setiap jenjang dan sinergitas program/kegiatan secara lintas sektor
serta menjalin kemitraan dengan pihak-pihak yang terkait.

E. Jangka Waktu Pelaksanaan


Gerakan “Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan
Untuk Penanggulangan Kemiskinan” dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun
2021-2026.

F. Pendanaan
Pendanaan gerakan “Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan
Dampingan Untuk Penanggulangan Kemiskinan” didukung melalui :
1. Anggaran Pendapatan Belanja Nasional;
2. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Jawa Tengah;
3. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Semarang;
4. Angaran Pendapatan Belanja Desa;
5. Dana Kelurahan;
6. Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan(TJSLP) Perusahaan;
7. Baznas, Bazda Provinsi Jawa Tengah, BAZDA Kabupaten Semarang dan
Unit Pengumpul Zakat (UPZ);
8. Perguruan Tinggi, donasi dari pihak ketiga serta swadaya (gotong royong
masyarakat)

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 16
BAB IV
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Pemantauan
Pemantauan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh masing-
masing Perangkat Daerah untuk mengetahui proses pelaksanaan kegiatan dengan
maksud untuk melihat kemajuan pelaksanaan kegiatan tersebut sekaligus melihat
berbagai hal yang mendukung atau menghambat pelaksanaan gerakan “Satu
Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan Untuk
Penanggulangan Kemiskinan”. Metode yang digunakan dalam pemantauan
dapat dilaksanakan dengan dialog dengan teknik FGD, observasi dan kajian
dokumen (format pada lampiran III dan lampiran IV).

B. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
dampak dan/atau perubahan kondisi potensi desa dan karekteristik masyarakat
miskin dalam pelaksanaan gerakan “Satu Perangkat Daerah Satu
Desa/Kelurahan Dampingan Untuk Penanggulangan Kemiskinan”. Evaluasi
dilakukan oleh Perangkat Daerah sesuai dengan format pada lampiran V dan
lampiran VI.

C. Pelaporan
Sebagai implementasi prinsip akuntabilitas, maka Perangkat Daerah di
Kabupaten Semarang wajib menyampaikan laporan pelaksanaan gerakan “Satu
Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan Untuk
Penanggulangan Kemiskinan”.
Pelaporan disampaikan kepada Wakil Bupati Semarang selaku Ketua
TKPKD Kabupaten Semarang cq. Badan Perencanaan, Penelitian dan
Pengembangan Daerah selaku Sekretariat TKPKD Kabupaten Semarang setiap
tahun, selambat-lambatnya minggu pertama bulan Januari tahun berikutnya,
dengan sistematika:
1. Bab I Pendahuluan :
Berisikan latar belakang pelaksanaan kegiatan perangkat daerah di lokasi desa
dampingan, dasar hukum, maksud dan tujuan, sasaran, dan hasil yang
diharapkan.
2. Bab II Pelaksanaan :
Berisikan penjelasan terkait persiapan pelaksanaan, tahapan pelaksanaan,
pihak yang terlibat, bentuk intervensi, pembiayaan.
3. Bab III Permasalahan dan solusinya :
Berisikan identifikasi permasalahan/kendala yang dihadapi beserta upaya
penyelesaiannya.
4. Bab IV Kesimpulan dan Saran :
Berisikan penjelasan singkat terkait hasil/dampak kegiatan pada desa
dampingan.
Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan
Untuk Penanggulangan Kemiskinan 17
BAB V
PENUTUP

Panduan ini diharapkan menjadi pedoman bagi seluruh Perangkat Daerah


dalam melaksanakan Gerakan penanggulangan kemiskinan melalui Program “Satu
Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan Untuk Penanggulangan
Kemiskinan”, mulai dari pemilihan lokasi, identifikasi potensi, assessment, masalah
dan kebutuhan, perencanaan kegiatan, sampai dengan pada pelaksanaan intervensi
kegiatan.
Melalui serangkaian aktivitas tersebut diharapkan permasalahan kemiskinan
di desa prioritas dapat ditangani secara komprehensif, berkelanjutan dan dilandasi
dengan semangat kebersamaan, serta keswadayaan masyarakat.
Akhirnya upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Semarang
khususnya di desa prioritas akan berhasil dengan optimal dan didukung dengan
komitmen, peran nyata dan rasa tanggungjawab yang tinggi dari seluruh Perangkat
Daerah bersama dengan Camat, Lurah, Pemerintah Desa, stakeholder terkait dan
masyarakat desa, TKPKD Kabupaten, TPK Kecamatan, Desa/Kelurahan.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 18
LAMPIRAN 1

Form 1 :
DAFTAR INVENTARISASI PERMASALAHAN DAN POTENSI DESA

BENTUK INTERVENSI
POTENSI DESA
NO (satuan
PERMASALAHAN SUDAH PERLU KETERANGAN
kuantitatif)
DILAKUKAN DILAKUKAN
1 2 3 4 5 6
1 Hasil ketela Pemasaran Pelatihan Akses permodalan Dilakukan
… ton masih mentah (belum pengolahan Pelatihan pendampingan
olahan) ketela Packaging dan pemasaran
peningkatan
kualitas mutu
produk olahan

2 Ketersedian Belum dimanfaatkan dan - Penampungan air -


sumber mata air … dikelola bersih komunal
m3 dengan baik

3 …
4 …
5 Dst

Petunjuk pengisian tabel:

1. Nomor; diisi nomor urut tabel.


2. Potensi desa; diisi dengan kondisi sumber daya manusia dan sumber daya alam
yang tersedia di desa tersebut.
3. Permasalahan; diisi dengan kondisi yang belum sesuai harapan terkait potensi
desa namun belum dilakukan intervensi.
4. Bentuk intervensi yang sudah dilakukan; kegiatan intervensi yang sudah
dilaksanakan, sampai dengan saat ini masih berjalan sesuai dengan potensi desa
yang ada.
5. Bentuk intervensi yang perlu dilakukan; kegiatan intervensi yang perlu
dilaksanakan, merujuk pada potensi desa yang ada.
6. Keterangan; diisi catatan lain yang dibutuhkan, termasuk rencana tindaklanjut
penyempurnaan terhadap intervensi yang sudah dilakukan pada kolom 4.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 19
LAMPIRAN 2

Form 2 :
DAFTAR HASIL SCANNING CEPAT KARAKTERISTIK MASYARAKAT
DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RENDAH

KARAKTERISTIK MASYARAKAT KONDISI


NO DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN AWAL KETERANGAN
RENDAH (volume/satuan)
1 2 3 4
1 Tidak masuk dalam kepesertaan program–
program pemerintah.

a. Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)/Kartu


Perlindungan Sosial (KPS)
b. Kartu Indonesia Pintar (KIP)/Bantuan Siswa
Miskin (BSM)
c. Kartu Indonesia Sehat (KIS)/BPJS Kesehatan
PBI/Jamkesmas
d. BPJS Kesehatan Peserta Mandiri
e. Program Keluarga Harapan (PKH)
f. Beras untuk Orang Miskin
(Raskin)/Rastra/BPNT
2 Anggota keluarga yang tidak memiliki kartu
identitas (KTP, Akte Kelahiran dan Kartu
Pelajar).
3 Anak yang tidak bersekolah pada usia sekolah
(7-18 tahun);
4 Anggota rumah tangga yang memiliki penyakit
kronis dan disabilitas.
a. Penyakit kronis
b. Disabilitas (cacat)
5 Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
a. Prioritas 1
b. Prioritas 2
c. Prioritas 3
6 Sumber air minum (sumur/ mata air) yang tidak
terlindungi.
7 Tidak memiliki fasilitas tempat BAB (jamban).
8 Sumber penerangan utama bukan listrik.
9 Kepala rumah tangga yang tidak bekerja.

Petunjuk pengisian tabel:

1. Nomor ; diisi nomor urut tabel.


2. Karakteristik masyarakat dengan tingkat kesejahteraan rendah sesuai dengan
kondisi di desa sasaran.
3. Kondisi awal; diisi dengan volume/satuan hasil identifikasi karakteristik yang
bersangkutan pada saat scanning cepat.
4. Keterangan; diisi catatan lain yang dibutuhkan.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 20
LAMPIRAN 3

Form 3 :
PEMANTAUAN PENGEMBANGAN POTENSI DESA

HASIL HASIL INTERVENSI


INVENTARISASI YANG KENDALA/
No SOLUSI KETERANGAN
POTENSI DESA DILAKUKAN HAMBATAN
(satuan kuantitatif) (volume/satuan)

1 2 3 4 5 6
1 Hasil ketela …
ton
2 Ketersedian sumber
mata air
… m3

3 ……
4 ……….
5 ……….
6 Dst

Petunjuk pengisian tabel:

1. Nomor ; diisi nomor urut tabel.


2. Hasil inventarisasi potensi desa; diisi dengan isian sesuai pada form 1 kolom
2; Daftar Inventarisasi Potensi dan Permasalahan Desa.
3. Intervensi yang dilakukan (volume/satuan); diisi dengan realisasi pelaksanaan
intervensi kegiatan yang telah/sedang dilaksanakan.
4. Kendala/Hambatan; diisi dengan permasalahan yang menghambat
pelaksanaan intervensi.
5. Solusi; diisi dengan upaya penyelesaian terhadap kendala/hambatan yang
tertuang di kolom 4.
6. Keterangan; diisi catatan lain yang dibutuhkan.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 21
LAMPIRAN 4

Form 4:
PEMANTAUAN PERKEMBANGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT
DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RENDAH

KARAKTERISTIK
INTERVENSI
MASYARAKAT DENGAN KONDISI AWAL KENDALA/
NO YANG SOLUSI KETERANGAN
TINGKAT KESEJAHTERAAN (volume/ satuan) HAMBATAN
DILAKUKAN
RENDAH

1 2 3 4 5 6 7
1 Tidak masuk dalam
kepesertaan program– program
pemerintah.
a. Kartu Keluarga Sejahtera
(KKS)/ Kartu Perlindungan
Sosial(KPS)
b. Kartu Indonesia Pintar (KIP)/
Bantuan SiswaMiskin (BSM)

c. Kartu Indonesia Sehat(KIS)/


BPJS Kesehatan PBI/
Jamkesmas
d. BPJS Kesehatan Peserta
Mandiri
e. Program Keluarga Harapan
(PKH)
f. Beras untuk Orang Miskin
(Raskin)/Rastra/BPNT
2 Anggota keluarga yang tidak
memiliki kartu identitas (KTP,
Akte Kelahiran dan Kartu Pelajar).

3 Anak yang tidak bersekolah


pada usia sekolah (7-18 tahun);

4 Anggota rumah tangga


yang memiliki penyakit kronis dan
disabilitas.
a. Penyakit kronis

b. Disabilitas (cacat)

5 Rumah Tidak Layak Huni


(RTLH)
a. Prioritas 1

b. Prioritas 2

c. Prioritas 3

6 Sumber air minum (sumur/mata


air) yang tidak terlindungi.

7 Tidak memiliki fasilitas tempat


BAB (jamban).

8 Sumber penerangan utama bukan


listrik.

9 Kepala rumah tangga yang


tidak bekerja.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 22
Petunjuk pengisian tabel:

1. Nomor ; diisi nomor urut tabel.


2. Karakteristik masyarakat dengan tingkat kesejahteraan rendah sesuai dengan
kondisi di desa sasaran.
3. Kondisi awal; diisi dengan volume/satuan hasil identifikasi karakteristik yang
bersangkutan pada saat scanning cepat.
4. Intervensi yang dilakukan (volume/satuan); diisi dengan realisasi
pelaksanaan intervensi kegiatan yang telah/sedang dilaksanakan.
5. Kendala/Hambatan; diisi dengan permasalahan yang menghambat pelaksanaan
intervensi.
6. Solusi; diisi dengan upaya penyelesaian terhadap kendala/hambatan yang
tertuang di kolom 5.
7. Keterangan; diisi catatan lain yang dibutuhkan.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 23
LAMPIRAN 5

Form 5 :
EVALUASI PENGEMBANGAN POTENSI DESA

NO HASIL KONDISI
INVENTARISASI PERMASALAHAN SETELAH KETERANGAN
POTENSI DESA INTERVENSI
(satuan kuantitatif)

1 2 3 4 5
1 Hasil ketela … ton Pemasaran masih
mentah (belum
olahan) ....... .......
2 Ketersedian sumber Belum
mata air ... m3 dimanfaatkan dan
dikelola dengan
baik ....... .......

Petunjuk pengisian tabel:

1. Nomor; diisi nomor urut tabel.


2. Hasil inventarisasi potensi desa; diisi dengan isian sesuai pada form 1 kolom 2
(Daftar Inventarisasi Potensi Desa).
3. Permasalahan; diisi dengan kondisi yang belum sesuai harapan terkait potensi
desa namun belum dilakukan intervensi.
4. Kondisi setelah intervensi; diisi dengan hasil setelah dilakukan intervensi.
5. Keterangan; diisi catatan lain yang diperlukan.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 24
LAMPIRAN 6

Form 6 :
EVALUASI PERKEMBANGAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT
DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RENDAH

KARAKTERISTIK KONDISI
NO MASYARAKAT DENGAN SETELAH
KONDISI AWAL
TINGKAT KESEJAHTERAAN INTERVENSI KETERANGAN
(volume/satuan)
RENDAH (volume/satuan)
1 2 3 4 5
1 Tidak masuk dalam
kepesertaan program– program pemerintah
a. Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)/ Kartu
Perlindungan Sosial(KPS)
b. Kartu Indonesia Pintar (KIP)/ Bantuan
SiswaMiskin (BSM)
c. Kartu Indonesia Sehat(KIS)/ BPJS
Kesehatan PBI/ Jamkesmas
d. BPJS Kesehatan Peserta Mandiri
e. Program Keluarga Harapan (PKH)
f. Beras untuk Orang Miskin
(Raskin)/Rastra/BPNT
2 Anggota keluarga yang tidak memiliki
kartu identitas (KTP, Akte Kelahiran dan
Kartu Pelajar).

3 Anak yang tidak bersekolah pada usia


sekolah (7-18 tahun);
4 Anggota rumah tangga yang
memiliki penyakit kronis dan disabilitas.
a. Penyakit kronis
b. Disabilitas (cacat)
5 Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
d. Prioritas 1
e. Prioritas 2
f. Prioritas 3
6 Sumber air minum (sumur/mata air) yang
tidak terlindungi.
7 Tidak memiliki fasilitas tempat BAB
(jamban).

8 Sumber penerangan utama bukan listrik.

9 Kepala rumah tangga yang tidak bekerja.

Petunjuk pengisian tabel:


1. Nomor; diisi nomor urut tabel.
2. Karakteristik masyarakat dengan tingkat kesejahteraan rendah sesuai dengan
kondisi di desa sasaran.
3. Kondisi awal; diisi dengan volume/satuan hasil identifikasi karakteristik yang
bersangkutan pada saat scanning cepat.
4. Kondisi setelah intervensi; diisi dengan volume/satuan hasil identifikasi
karakteristik yang bersangkutan setelah dilakukan intervensi.
5. Keterangan; diisi catatan lain yang dibutuhkan.

Panduan Satu Perangkat Daerah Satu Desa/Kelurahan Dampingan


Untuk Penanggulangan Kemiskinan 25

Anda mungkin juga menyukai