Kemiskinan Daerah
Kabupaten Bantul 2018-2021
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga dokumen Strategi Penaggulangan Kemiskinan
Daerah (SPKD) Kabupaten Bantul Tahun 2018-2021 ini dapat terselesaikan.
BAB 1:
PENDAHULUAN .......................................................................................... 3
BAB 2:
KONDISI UMUM DAERAH....................................................................... 8
BAB 3:
PROFIL & DETERMINAN KEMISKINAN DAERAH .......................... 30
BAB 4:
ANALISIS APBD UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN..... 60
BAB 5:
PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN ................................................ 75
BAB 6:
ISU STRATEGIS DAN RENCANA AKSI DAERAH ............................ 105
BAB 7:
SISTEM MONITORING DAN EVALUASI ............................................ 130
BAB 8:
PENUTUP .................................................................................................... 134
usaha ekonomi mikro dan kecil serta program lain yaitu: Program Perlindungan Sosial,
yang meliputi Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan
dimaksud untuk level nasional sedangkan di level daerah dikawal oleh Tim Koordinasi
pembangunan dari waktu ke waktu, mengingat jumlah penduduk miskin yang cukup
signifikan dan cenderung fluktuatif dalam satu dekade terakhir. Melalui Perda
mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin, dengan memanfaatkan sumber daya lokal,
berwawasan lingkungan, dan menitik beratkan pada pengurangan risiko bencana serta
didasarkan pada keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
1. Maksud
Bantul ini dimaksudkan untuk memberi arah dan pedoman serta mensinergikan
di Kabupaten Bantul.
2. Tujuan
penanggulangan kemiskinan
Kemiskinan
Kemiskinan;
Kemiskinan;
10. Perbup Nomor 110/2017 tentang Kebijakan dan Pedoman Pelaksanaan APBD
Kab. Bantul;
11. Perbup Bantul Nomor 111/2017 tentang Standar Harga Barang dan Jasa
12. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) pada Bappeda Kabupaten Bantul Nomor
1. Kedudukan
Dokumen SPKD menjadi pedoman dan acuan seluruh pemangku kepentingan yang
merupakan bagian integral dari rencana pembangunan daerah. Oleh sebab itu, strategi,
rencana aksi dan sasaran SPKD tidak hanya menjadi rencana kerja dan program
2. Ruang Lingkup
penanggulangan kemiskinan.
Proses penyusunan dokumen SPKD Kabupaten Bantul terdiri dari 4 (empat) tahapan,
yaitu:
serta,
BAB I : PENDAHULUAN
Kondisi umum daerah adalah bentuk informasi tentang kondisi daerah sebagai
basis pijakan untuk merumuskan berbagai kebijakan yang terkait dengan aspek
daerah.
Secara makro, bentang alam Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang
terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian Timur
dan Barat, serta kawasan pantai di sebelah Selatan. Kondisi bentang alam tersebut
sebelah Utara, dengan Kabupaten Kulon Progo di sebelah Barat, dan dengan Samudra
Indonesia di sebelah Selatan. Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah 506,85 Km2,
terdiri dari 17 kecamatan yang dibagi menjadi 75 desa dan 933 pedukuhan. Kecamatan
Dlingo adalah kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas, yaitu 55,87 Km2.
Sedangkan jumlah desa dan pedukuhan yang terbanyak terdapat di Kecamatan Imogiri
dengan delapan desa dan 72 pedukuhan. Berdasarkan kondisi lahan terdapat luas lahan
506,85 km persegi yang terbagi dalam beberapa klasifikasi penggunaan lahan yang
terdiri dari pekarangan, sawah, tegal, dan kebun campur. Penggunaan lahan adalah
Bantul Di dalam tabel tersebut ditampilkan bahwa penggunaan lahan terbesar adalah
untuk kebun campur sebesar 32,75% dan sawah sebesar 31,43%, sedangkan yang
terkecil adalah tambak sebesar 0,06%. Terlihat bahwa pemanfaatan kebun campur
terbesar ada di Kecamatan Pajangan yaitu seluas 2.295 Ha. Adapun persawahan terluas
terdapat di Kecamatan Sewon dengan luas 1.408,8 Ha. Sementara itu, pemanfaatan
Permukiman di Kabupaten Bantul terdapat 13 titik Stasiun Pemantau curah hujan, yaitu
Sepanjang Tahun 2017 curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November dan
Desember yang tercatat di Stasiun Pemantau Kebonongan, yaitu sebanyak 1 287 mm.
Sedangkan, jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Januari sebanyak 25 hari tercatat di
Tabel 2.1
Jumlah Curah Hujan (CH) dan Banyaknya Hari Hujan (HH) menurut Stasiun
Pemantau Per Bulan
Station Pemantau
No. Bulan Ringinharjo Nyemengan Gandok Kotagede
CH HH CH HH CH HH CH HH
mm hari mm hari mm hari mm hari
1. Januari 460 24 277 16 84 7 427 25
2. Februari 484 19 316 9 435 17 402 21
3. Maret 528 20 264 13 363 17 379 18
4. April 27 1 277 16 217 13 201 14
5. Mei 19 3 41 2 103 6 41 4
6. Juni 135 11 33 1 16 1 4 1
7. Juli 2 1 - - - - - -
2.3. Kependudukan
Kabupaten Bantul tahun 2017 adalah 995.264 jiwa yang tersebar di 75 Desa dan 17
Kecamatan. Dari jumlah tersebut, 493.087 jiwa adalah laki-laki dan 502.177 jiwa adalah
perempuan. Jika dibandingkan dengan data hasil sensus penduduk SP 2010 tahun 2010
yang tercatat jumlah penduduk Kabupaten Bantul 911.503 jiwa berarti dalam 7 tahun
Kabupaten Bantul tahun 2017 adalah 1.964 jiwa per km 2 dan kepadatan tertinggi
Dlingo memiliki kepadatan penduduk terendah yang dihuni rata-rata 659 jiwa per km2
sehat dan menalankan kehidupan yang produktif (United Nation Development Program
perkembangan yang positif yaitu nilai IPM yang terus mengalami peningkatan yakni
sebesar 75,31 pada tahun 2010 hingga 78,42 pada tahun 2016.
Capaian level IPM Kabupaten Bantul juga termasuk dalam kelompok 40 besar
daerah dengan IPM tertinggi di Indonesia. Nilai IPM Bantul pada tahun 2016 mencapai
78,42 dan berada dalam kategori IPM tinggi. Pencapaian ini mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar 75,31. Komponen yang memiliki andil
terbesar terhadap IPM Kabupaten Bantul adalah indikator angka harapan hidup dan
pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten
Bantul tahun 2016 lebih tinggi dari DIY (78,38) dan Nasional (70,02).
diperoleh persentase tingkat kemiskinan tahun 2017 menjadi 14,07% atau lebih rendah
Berdasarkan pada System of National Account (SNA) tahun 2008, pada tahun
2017 penghitungan PDRB menggunakan tahun dasar 2010 menggantikan tahun dasar
2000. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantul pada tahun 2017 (angka sangat
tahun 2016 yang mampu tumbuh sebesar 5,06%. Hal ini disebabkan oleh melambatnya
dan perikanan dan industri pengolahan. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan
dan palawija. Perlambatan yang dialami pada sektor pertanian, lebih disebabkan oleh
cuaca terutama intesitas hujan yang meningkat diakhir tahun, sehingga pertanian
perlambatan pada kegiatan industri mikro dan kecil, hal ini disebabkan peningkatan
Tabel 2.3
Pertumbuhan PDRB 2016-2017
Nilai PDRB Kabupaten Bantul atas dasar harga berlaku pada tahun 2017 (sangat
sementara) mencapai angka 22,816 triliun rupiah. Secara nominal nilai PDRB tersebut
mengalami kenaikan dibanding tahun 2016 yang mencapai 20,924 triliun rupiah.
Kenaikan ini dipengaruhi oleh meningkatnya produksi dan laju inflasi yang terkendali.
Nilai PDRB Kabupaten Bantul tahun 2017 atas dasar harga konstan tahun 2010
mencapai 17,117 triliun rupiah, mengalami kenaikan dibanding tahun 2016 yang
mencapai 16,377 triliun rupiah. Kenaikan PDRB ini murni disebabkan oleh
meningkatnya produksi seluruh sektor ekonomi dan sudah terbebas dari pengaruh
inflasi.
Nilai PDRB per kapita Kabupaten Bantul atas dasar berlaku sejak tahun 2015-
2017 senantiasa mengalami kenaikan. Pada tahun 2016 nilai PDRB per kapita tercatat
sebesar Rp21.275 ribu. Secara nominal mengalami kenaikan pada tahun 2017 menjadi
Rp22.925 ribu.
dapat dilihat dari nilai PDRB per kapita, yang merupakan hasil bagi antara nilai tambah
yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan jumlah penduduk. Oleh karena
itu, besar kecilnya jumlah penduduk akan mempengaruhi nilai PDRB per kapita,
sedangkan besar kecilnya nilai PDRB sangat tergantung pada potensi sumber daya alam
dan faktor-faktor produksi yang terdapat di daerah tersebut. PDRB per kapita atas
dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per satu orang penduduk.
Sektor primer mengalami penurunan kontribusi dari 16% pada tahun 2013
menjadi 13,16% pada tahun 2017. Sektor sekunder mengalami peningkatan, walaupun
tidak terlalu besar, dari 24,99% pada tahun 2013 menjadi 25,00% pada tahun 2017.
Sementara sektor tersier sebagai sektor yang memiliki peran terbesar dalam struktur
perekonomian Kabupaten Bantul, meningkat dari 58,99% pada tahun 2013 menjadi
positif, khususnya pada sektor tersier. Penurunan peran sektor primer bisa diimbangi
Pegawai Negeri Sipil di Wilayah Kabupaten Bantul terdiri dari Pegawai Otonomi
Daerah dan Pegawai Vertikal. Pegawai Otonomi Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2017
pendidikan S1 sebanyak 48,21% atau 4.138 orang, disusul oleh jenjang pendidikan SMA
sebanyak 21,87% atau 1.877 orang. Hal ini menunjukkan bahwa jenjang pendidikan
SDM Bantul cukup baik. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut:
datanya menunjukkan perimbangan gender yang baik. Pada PNS dengan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, mulai dari D1 hingga S1, perimbangan gender nya relatif
berimbang. Kesenjangan dalam hal jumlah justru menguat pada PNS dengan jenjang
semakin tinggi eselon, persentase perempuan semakin sedikit. Beberapa upaya perlu
data sebelumnya, bahwa dari segi jenjang pendidikan, semakin tinggi tingkat
Menurut BPS (2018) Jumlah Pegawai Otonomi Daerah Kabupaten Bantul menurut
1496 orang, yang terdiri dari: 825 orang lakilaki dan 671 orang perempuan.
2.8. Ketenagakerjaan
tercatat jumlah pendaftar pencari kerja pada tahun 2017 sebesar 11.563 orang. Jumlah
tenaga kerja yang ditempatkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Bantul tahun 2017 tercatat sebanyak 2.650 jiwa, yang terdiri dari 388 orang laki-laki
dan 2.262 orang perempuan Tingginya angka pengangguran tidak hanya menimbulkan
bidang social, seperti kemiskinan dan kerawanan sosial. Berdasarkan hasil Survei
Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada tahun 2017 di Kabupaten Bantul, persentase
penduduk yang bekerja sebesar 97,13 persen terhadap jumlah angkatan kerja.
yang bekerja. Kelompok umur 15-54 sangat dominan (76,52 persen) bekerja pada
berbagai lapangan usaha. Pada kelompok umur sama, wanita (77,37 persen) sedikit
lebih banyak dibanding laki-laki (75.83 persen) yang bekerja diberbagai lapangan
usaha.
atas yang bekerja menurut lapangan usaha. Lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan
Restoran paling tinggi (25,83 persen) menyerap tenaga kerja diantara lapangan usaha
lainnya diikuti sedikit dibawahnya adalah Industri Pengolahan (24,78 persen) dan
peringkat tiga adalah lapangan usaha pertanian yang menyerap 18,17 persen tenaga
2.9. Pertanian
Luas Lahan Sawah Kabupaten Bantul pada tahun 2017 menurut Dinas Pertanian,
Pangan, Kelautan dan Perikanan tercatat 15.184 Ha, Lahan Bukan Sawah tercatat
12.692 Ha dan Lahan Bukan Pertanian tercatat seluas 22.324 Ha. Lahan Bukan Sawah
meliputi tegal/kebun, lahan ditanami pohon / hutan rakyat, dan lainnya. Sedangkan
Lahan Bukan Pertanian meliputi tanah untuk bangunan dan pekarangan, hutan Negara,
lahan tidak ditanami/rawa, dan tanah lainnya. Pada tahun 2016 produksi tanaman padi
sawah tercatat 182.980 ton dengan rata-rata produksi sebesar 61 kw/ha, produksi
tanaman padi ladang 231 ton dengan rata-rata produksi 36 kw/ha, produksi jagung
25.394 ton dengan rata-rata produksi 70 kw/ha, produksi ubi kayu 27.962 ton dengan
rata-rata produksi 205 kw/ha, produksi ubi jalar 425 ton dengan rata-rata produksi
177 kw/ha, produksi kacang tanah 3.448 ton dengan rata-rata produksi 14 kw/ha dan
produksi kedelai 1.262 ton dengan rata-rata produksi 13 kw/ha. Untuk tanaman
sayuran, produksi terbanyak pada tahun 2017 adalah bawang merah, dengan jumlah
Sedangkan untuk tanaman biofarmaka produksi tertinggi pada tahun 2017 adalah
Gambar 13. Produksi Padi, Ubi Kayu dan Jagung (Ton) di Kabupaten Bantul, 2012-2016
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Bantul 2017
populasi ternak besar tahun 2017 tercatat jumlah sapi potong sebanyak 56.904 ekor,
sapi perah sebanyak 80 ekor, kerbau 248 ekor, dan kuda 1.258 ekor. Sedangkan untuk
ternak kecil pada tahun 2017 tercatat jumlah kambing sebanyak 87.195 ekor, domba
74.955 ekor dan babi 3.544 ekor. Adapun jumlah populasi unggas tahun 2017 tercatat
jumlah ayam ras petelur sebanyak 792.862 ekor, ayam ras pedaging sebanyak 712.307
ekor, ayam buras sebanyak 841.103 ekor dan itik sebanyak 163.528 ekor.
Bantul jumlah produksi budidaya ikan kolam tahun 2017 tercatat 11.586.350 kg.
Menurut hasil Survei Industri Besar/Sedang tahun 2013 yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik di Kabupaten Bantul, tercatat sebanyak 92 unit usaha yang
16.504 orang. Data jumlah usaha industri Besar/Sedang ini lebih rendah dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 96 usaha dengan total tenaga kerja
2.11. Perdagangan
Data Dinas Perdagangan mencatat total volume ekspor Kabupaten Bantul pada
Eksportir di Kabupaten Bantul pada tahun 2017 tercatat sebanyak 570 eksportir.
2.12. Transportasi
Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul, total panjang
jalan Kabupaten tahun 2017 adalah 624,47 Km seluruhnya terdiri dari jalan aspal. Jika
dirinci menurut kondisi jalan, 271,39 Km dalam keadaan baik, 191,84 Km dalam
Banyaknya kendaraan umum yang layak uji tahun 2017 menurut data dari Dinas
Perhubungan tercatat sebanyak 1.370 unit kendaraan, yang terdiri dari 128 unit mobil
penumpang, 669 unit mobil bus, 550 unit Truk, 5 unit pick up, 8 unit mobil barang jenis
lainnya, 4 unit kereta gandengan dan 6 unit traktor. Sedangkan untuk kendaraan bukan
umum yang layak uji tahun 2017 berjumlah 9.262 unit yang terdiri dari 125 mobil bus,
6.627 unit mobil Pik-Up, 2.472 unit truk, 30 unit mobil barang jenis lainnya, 3 unit
2.13. Keuangan
Realisasi Penerimaan Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2017 tercatat sebesar Rp.
2.086.878.989.570,-, yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp.
Jumlah Bank Umum di Kabupaten Bantul yang tercatat di Otoritas Jasa Keuangan
Yogyakarta pada tahun 2017 sebanyak 116 unit, terdiri dari Bank dengan status Kantor
Pusat 17 unit, Kantor Cabang 4 unit, Kantor Cabang Pembantu 34 unit, dan Kantor Kas
61 unit. Pada bulan Desember 2017, besarnya dana masyarakat yang terhimpun dalam
bentuk tabungan tercatat Rp. 3.619.218 juta dengan 841.118 penabung dan dalam
bentuk deposito tercatat Rp. 1.860.637 juta dengan 19.536 deposan. Sedangkan jumlah
kredit yang disalurkan pada Desember 2017 sebesar Rp. 4.470.122 juta dengan jumlah
2.14. Transmigrasi
suatu wilayah untuk dipindahkan ke wilayah lain yang kurang padat penduduk. Jumlah
transmigran umum asal Kabupaten Bantul pada tahun 2017 ada sebanyak 34 Jiwa, yang
berasal d ari 11 Kepala Keluarga (KK). Sejumlah 4 jiwa di Gorontalo, 6 jiwa di Sulawesi
Badan Pusat Statistik bahwa Kemiskinan Absolut yaitu kemiskinan yang ditentukan
Pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa
bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum/ kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan
Garis kemiskinan absolut sangat penting untuk menilai efek dari kebijakan
Angka kemiskinan akan dapat dibandingkan antara satu negara dengan negara
lain, jika garis kemiskinan absolut yang digunakan sama di negara yang dibandingkan.
Bank dunia memerlukan garis kemiskinan absolut agar dapat membandingkan angka
kemiskinan antar negara. Hal ini bermanfaat dalam menentukan kemana menyalurkan
sumber daya sosial atau dana yang ada, juga dalam menganalisis kemajuan dalam
Tidak tercapainya standar hidup layak oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang sifatnya multidimensi seperti tidak mencukupinya kualitas Sumber Daya
dan iklim wirausaha khususnya bagi Usaha Kecil dan Menengah (UMKM). Sementera
perlindungan sosial yang cukup akan melindungi masyarakat dari guncangan sosial
yang dapat menyebabkan seseorang jatuh kedalam kemiskinan ketika terjadi bencana,
sakit ataupun krisis ekonomi. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010
usaha ekonomi mikro, kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan
strategi :
kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah
kemiskinan. Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi
Sustainable Development Goals) oleh Presiden Joko Widodo pada bulan Juli 2017
membawa agenda baru itu ke tingkat nasional dan daerah, PP tersebut juga
memberi peran yang jelas bagi aktor non-pemerintah. Hal ini sangat penting
karena Indonesia adalah salah satu contoh terbaik dunia tentang masyarakat
SDGs.
SDGs sangat bergantung pada tiga faktor utama, yaitu Percepatan, Pembiayaan
dan Inklusi yang harus menjadi prioritas untuk tahun 2018 dan tahun-tahun
mendatang.
Pada bulan Juli 2018, pemerintah daerah harus menyusun Rencana Aksi
juga harus siap untuk mengintegrasikan sasaran, target dan indikator SDGs
pusat dan daerah di Indonesia. Ini termasuk penerbitan Sukuk Hijau oleh
inovatif untuk SDGs dan banyak negara telah menunjukkan minat untuk
sektor swasta penting untuk melacak upaya nasional secara kesel uruhan
dan mendorong mereka untuk bertindak untuk pencapaian SDGs, dan lebih
Indonesia.
sebanyak adalah 98.604 KK dan jumlah individu sebanyak 313.731 orang. jumlah
rumah tangga dari desil 1 sampai desil 3 adalah 83.291 dengan jumlah terendah adalah
sebanyak 258.965 orang dengan jumlah terendah adalah Kecamatan Kretek dan
tertinggi adalah Kecamatan Imogiri. Dibandingkan dengan data PPLS 2011 yang
perubahan, dimana di PPLS 2011 jumlah Rumah Tangga sebanyak 112.300 KK dan
Tabel 3.1
Tabel 3.2
persen) berada pada Desil 2 dan paling sedikit pada Desil 4 (5,96 persen).
Kemiskinan Daerah
(GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki
Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-
dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis
komoditi di pedesaan.
Sumber data utama yang dipakai oleh BPS untuk mengukur Garis Kemiskinan (GK)
adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul Konsumsi dan Kor.
Rumus Penghitungan :
GK = GKM + GKNM
GK = Garis Kemiskinan
umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian dihitung Garis Kemiskinan
mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Penyetaraan nilai
rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam menghitung
2100 terhadap harga implisit rata-rata kalori menurut daerah j dari penduduk
referensi, sehingga:
Pada periode sebelum tahun 1993 terdiri dari 14 komoditi di perkotaan dan 12
komoditi di pedesaan. Sejak tahun 1998 terdiri dari 27 sub kelompok (51 jenis
Susenas modul konsumsi. Rasio tersebut dihitung dari hasil Survei Paket
sebagai berikut:
NFp = Pengeluaran minimun non-makanan atau garis kemiskinan non makanan daerah
p (GKNMp).
Vi = Nilai pengeluaran per komoditi/sub-kelompok non-makanan daerah p (dari
Susenas modul konsumsi).
ri = Rasio pengeluaran komoditi/sub-kelompok non-makanan menurut daerah (hasil
SPPKD 2004).
i = Jenis komoditi non-makanan terpilih di daerah p.
p = Daerah (perkotaan atau pedesaan).
Garis Kemiskinan (GK) Daerah Istimewa Yogyakarta pada September 2016 sebesar Rp.
360.169 per kapita per bulan yang lebih tinggi di banding Maret 2016 yang sebesar
Rp.354.084 per kapita per bulan artinya mengalami kenaikan angka GK sebesar 1,72
persen. Peningkatan GK ini searah dengan inflasi Maret 2016 – September 2016 yang
Bila dilihat pada tabel di bawah ini, komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM),
terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih lebih besar dibandingkan peranan
Maret 2016 sumbangan GKM terhadap GK sebesar 71,25 persen dan 70,88 persen pada
September 2016. Selama satu semester (Maret 2016 - September 2016) GK daerah
perkotaan meningkat sebesar 1,57 persen atau besaran absolut dari Rp. 364.786
perkapita per bulan menjadi Rp. 370.510 perkapita per bulan. Apabila GK September
per kapita per bulan) akan terlihat kenaikannya mencapai 3,07 persen. Sementara itu
Garis kemiskinan di daerah perdesaan pada September 2016 sebesar Rp 337.230,- per
kapita per bulan atau mengalami kenaikan 3,96 persen dibanding keadaan September
2015 (Rp 324.386,- per kapita per bulan). Jika dilihat selama satu semester (Maret
Tabel 3.3
Garis Kemiskinan menurut Tipe Daerah Prov. DI Yogyakarta
September 2015-September 2016
komoditi dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian
Seperti terlihat pada Tabel di bawah ini, berdasarkan komoditas makanan, terdapat
5 komoditas yang secara persentase memberikan kontribusi yang cukup besar pada
garis kemiskinan makanan di perkotaan yaitu beras, daging sapi, rokok kretek filter, kue
basah dan telur ayam ras. Lima komoditi makanan yang berpengaruh cukup besar
telur ayam ras, dan bawang merah. Komoditi non makanan yang memberikan
sumbangan besar pada garis kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan yaitu
perumahan, bensin, pendidikan dan listrik. Komoditi lainnya yang termasuk dalam
posisi lima terbesar di perdesaan adalah kayu bakar, sedangkan di perkotaan adalah
biaya kesehatan.
Tabel 3.4
Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran pesuduk dari garis
kemiskinan.
Tabel 3.5
2016 indeks kedalaman kemiskinan untuk Kota dan Desa mengalami penuruan dari
2,32 menjadi 1,75. Namun indeks kedalaman kemiskinan Desa pada September 2015
hingga September 2016 naik dari 2,57 menjadi 2,83 bahkan pada Maret 2016 indeks
kemiskinan Kota pada September 2015 hingga September 2016 mengalami penurunan
dari 2,19 menjadi 1,26. Penuruan indeks kedalaman kemiskinan ini mengindikasikan
tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
2016 indeks keparahan kemiskinan untuk Kota dan Desa mengalami penuruan dari
0,63 menjadi 0,36. Untuk Desa juga mengalami penurunan pada periode yang sama dari
0,68 menjadi 0,67 walaupun mengalami kenaikan pada periode Maret 2016 sebesar
1,05. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan di Kota pada periode September 2015
hingga September 2016 mengalami penurunan dari 0,60 menjadi 0,22, demikian juga
untuk periode Maret 2016 juga mengalami penurunan dibanding periode September
2015. Indeks keparahan kemiskinan (P2) di daerah perdesaan sebesar 0,67 sedangkan
miskin di daerah perdesaan juga lebih lebar dibandingkan dengan di daerah perkotaan.
Raskin merupakan subsidi pangan dalam bentuk beras yang diperuntukkan bagi
Tabel 3.7
Persentase Rumah Tangga yang Membeli/Menerima Beras Miskin (Raskin)/Beras
Sejahtera (Rastra) dan Jumlah Raskin/Rastra yang Dibeli/Diterima
menerima (35,93 persen) sedangkan di Prov DIY 33,85 persen. Untuk jumlah raskin
rata-rata nasional kurang dari 15 Kg (71,32 persen) sedangkan di Prov DIY 55,36
Prov DIY (30,34 persen). Untuk jumlah raskin antara 30 – 45 Kg rata-rata nasional
sebesar 7,52 persen, sedangkan di Prov DIY (13,48 persen). Dan jumlah raskin lebih
dari 45 Kg ditingkat rata-rata nasional 1,45 persen sedangkan di Prov DIY kurang dari 1
Indonesia melalui Kementrian Sosial dalam rangka program percepatan dan perluasan
sosial. kartu ini berfungsi untuk membantu meringankan hidup rakyat miskin antara
lain mendapatkan subsidi beras atau lebih dikenal dengan Beras RASKIN,
kepada masyarakat sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri tanggal 17 Juni 2013 Nomor
Pengaduan Masyarakat.
Tabel 3.8
Persentase Rumah Tangga Menerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS)/
Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) di Provinsi DI Yogyakarta 2017
punya KPS atau KKS yang lebih tinggi dibanding di perdesaan (66,50 persen).
6. Jaminan Sosial
kebutuhan hidup dasar yang layak, sebagaimana dalam deklarasi PBB tentang HAM
tahun 1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952. Utamanya adalah sebuah bidang
Tabel 3.9
Persentase Rumah Tangga yang memiliki atau menerima Jaminan Sosial
di Provinsi DI Yogyakarta & Kab. Bantul, 2017
No. Jenis jaminan DI Yogyakarta Bantul
namun persentase Rumah Tangga menerima jaminan sangat kecil, asuransi kecelakaan
kerja (7,61 persen) dan asuransi kematian (5,83 persen) apalagi pesangon ketika PHK
(1,94 persen).
7. Kepemilikan asset
akan berdampak mengurangi ketimpangan antar golongan karena dengan adanya aset
masyarakat tersebut.
Tabel 3.10
Persentase Rumah Tangga di Kota & Desa dengan Kepemilkan Aset dan
Jenis Aset, 2017 DI Yogyakarta dan Kab. Bantul
No. Aset DI Yogyakarta Bantul
1. Tabung gas 5,5 Kg. atau lebih 17,06 % 13,23 %
2. Lemari es/kulkas 57,46 % 53,00 %
3. AC/Pemanas air 9,70 %/3,84% 8,5 %
4. Emas/perhiasan minimal 10 gr 28,85 % 27,83 %
6. Sepeda motor 84,72 % 84,51 %
7. Perahu/perahu motor 0,22 %/0,13% 0,75 %
8. Mobil 20,40 % 17,77 %
9. TV Layar Datar 15,85 % 11,29%
10. Tanah/lahan 63,86 % -
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat 2017
diberikan oleh Pemerintah melalui perbankan kepada UMKMK atay koperasi yang layak
tapi belum bankable. Sektor usaha yang dapat memanfaatkan KUR adalah pertanian,
perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam.
BRI Cabang Bantul melaporkan bahwa sampai dengan Agustus 2017, jumlah
KUR Mikro sebanyak 10.220 debitur dan KUR Ritel sebanyak 72 debitur. BPD DIY
Cabang Bantul melaporkan jumlah KUR 930 debitur. Saat ini BPD DIY Cabang Bantul
bekerja sama dengan Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Bantul untuk
persentase.
bawah laju penurunan tingkat nasional. Dengan kata lain, capaian posisi relatif
persentase penduduk miskin (%) di Kabupaten Bantul tahun 2017 sebesar 14,07
persen berada di bawah capaian nasional tahun 2017 (10.64 persen) dan
menunjukan bahwa telah ada upaya terus menurun tingkat kemiskinan akan
September 2017 atau sama dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan di Provinsi Jawa
Tengah pada Maret 2017. Indeks kedalaman Provinsi Jawa Tengah menurun cukup
signifikan pada Maret 2018. Demikian juga dengan Provinsi Jawa Timur, indeks
2017 kedua Provinsi mempunyai indeks sama (2,09). Jika dibandingkan dengan
buruk. Hal ini menunjukan diperlukan upaya lebih kuat lagi untuk menurunkan
Kabupaten Bantul.
dibanding indeks keparahan kemiskinan nasional 0,52% pada Maret 2016. Hal ini
2017, Kabupaten Bantul (37,82 persen) atau lebih tinggi dibanding Provinsi DI
sekalipun.
persen) dan jauh lebih tinggi daripada tingkat nasional dengan capain 13,47 persen.
untuk jenis Kartu Perlindungan Sosial (KPS) atau Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)
namun masih sangat mungkin untuk meningkatkan persentase penerima KPS atau
KKS.
Kabupaten Bantul pada tahun 2017 sebesar 10,99 persen, sedangkan yang
menerima PIP di Provinsi DI Yogyakarta 16,00 persen dan secara nasional mencapai
masih sangat bisa ditingkatkan karena persentase penerima program masih rendah
Analisis kepemilikan aset dipilih enam dari sebelas data yang disediakan oleh BPS RI
Pertama, Tabung gas 5,5 Kg. atau lebih di Kabupaten Bantul 13,23 persen,
13,21 persen. Artinya aset tabung gas yang dimiliki Rumah Tangga di Kabupaten
Bantul sangat mendekati tingkat nasional namun cukup rendah dibanding ditingkat
Provinsi DI Yogyakarta mencapai 57,46 persen dan tingkat Nasional mencapai 67,16
nasional (24,82 persen). Bisa dikatakan Rumah Tangga di Bantul cukup menyukai
investasi dalam bentuk emas atau perhiasan. Keempat, sepeda motor, kepemilikan
sepeda motor di Kabupaten Bantul (84,51 persen) yang hampir sama dengan
10 persen lebih tinggi dibanding di tingkat nasional (78,90 persen). Artinya sepeda
motor telah menjadi aset multi fungsi yang akan mempengaruhi kinerja ekonomi
rumah tangga. Kelima, mobil, persentase rumah tangga yang memilki mobil di
Provinsi DI Yogyakarta (20,40 persen) sedangkan tingkat nasional 14,98 persen. Jika
tingkat nasional (20,01 persen). Artinya, masyarakat Bantul dan Yogyakarta masih
kemiskinan nasional.
miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan
miskin, kebijakan yang terkait dengan kemiskinan juga sekaligus harus bisa
kemiskinan lebih tinggi. Menurut Kepala BPS ada tiga penyebab, pertama inflasi
di desa lebih daripada inflasi di kota, kedua, distribusi makanan dari kota ke desa
jaraknya cukup jauh sehingga muncul margin perdagangan lebih besar, ketiga
lebih mahal.
Indonesia dalam rangka Program Percepatan dan Perluasan Sosial (P4S). Dengan
sosial, seperti: Raskin dan Bantuan Siswa Miskin (BSM). Kabupaten Bantul cukup
nasional (13,47%)
KIP (Kartu Indonesia Pintar) merupakan kartu yang diperuntukan bagi keluarga
miskin dan rentan untuk anggota keluarga berusia 7-18 tahun agar tetap sekolah
sehingga diharapkan angka putus akan menurun drastis. Target program ini
adalah dapat mendanai 15,5 juta keluarga kurang agar tetap bersekolah.
Persentase Rumah Tangga penerima KIP dalam Program Indonesia Pintar (PIP)
di Kabupaten Bantul pada tahun 2017 sebesar 10,99 persen, sedangkan yang
relevan, namun berada diatas tren capaian nasional. Hal ini menunjukan bahwa
bahkan cukup jauh dibawah Indeks Kemiskinan Nasional pada Maret 2017
relevan untuk terus menurun Indeks Keparahan Kemiskin menyamai atau lebih
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 55
kecil melalui berbagai program bantuan kepada masyarakat miskin dan
Indeks Keparahan Kemiskinan dapat menjadi lebih baik atau melampaui Indeks
kepemilikan KPS.
Tabel 3.12
Analisis Keterkaitan Indikator Kemiskinan Terhadap Perspektif
Perspektif
Indikator Posisi Relatif Perkembangan Efektivitas Relevansi Keterkaitan
Tahun 2017 Antar Waktu
Tabel 3.13
Program Percepatan Penanggulan Kemiskinan
Perspektif
Indikator Posisi Relatif Efektivitas Relevansi Keterkaitan
Tahun 2017
Raskin/Rastra Persentase Cukup Cukup Dari hasil analisis
penerima Raskin efektif relevan keterkaitan 3 indikator
di Kab. Bantul program percepatan
(37,82%) lebih penanggulangan
tinggi dibanding kemiskinan di Kabupaten
Nasional Bantul terhadap
(35,93%) perspektif posisi
Kartu Persentase Efektif Relevan Kabupaten berada diatas
Perlindungan kepemilikan KPS capaian Nasional untuk
Sosial (KPS) di Kab. Bantul dua indikator namun satu
(24,08%) lebih indikator berada dibawah
tinggi dibanding capaian Nasional
Nasional
(13,47%)
Program Persentase Tidak Cukup
Indonesia Rumah Tangga efektif Relevan
Pintar penerima PIP di
Kab. Bantul
(10,99%) lebih
kecil dibanding
Nasional
(17,10%)
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan
daerah akan terlaksana secara optimal apabila diikuti dengan pemberian sumber-
sumber penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu pada peraturan
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa ruang lingkup keuangan daerah meliputi:
1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman
3. Penerimaan daerah
4. Pengeluaran daerah
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintahan daerah dalam rangka
dan pembiayaan daerah. Oleh karena itu dalam menganalisis pengelolaan keuangan
daerah, dan pembiayaan daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah nantinya akan
atau kapasitas keuangan daerah pada dasarnya adalah sejauh mana daerah mampu
a. Pendapatan Daerah
penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas
dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak
perlu dibayar kembali oleh Daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri atas
Rata-Rata
2016 2017
pertumbuhan
Uraian
(RP) (RP)
%
PENDAPATAN 2,000,334,145,353.84 2,086,879,034,570.45 8.43%
Pendapatan Asli
Daerah 404,454,682,746.07 494,179,113,471.97 23.61%
Pajak Daerah 133,474,721,165 165,562,359,004.37 18.94%
Rata-Rata
2016 2017
Pertumbuhan
Uraian
(RP) (RP) %
PENDAPATAN 2,000,334,145,353.84 2,086,879,034,570.45 8.43%
BELANJA 2,016,543,978,974 2,076,742,163,062.60 10.88%
BELANJA TIDAK
LANGSUNG 1,266,738,323,230 1,116,642,511,784.00 5.72%
Belanja Pegawai 1,032,505,302,997 825,306,291,768.00 -0.06%
Belanja Bunga
Belanja Subsidi - -
Belanja Hibah 32,710,102,500 50,474,188,248.00 109.41%
Belanja Bantuan
Sosial 3,267,350,000 16,503,000,000.00 86.74%
Belanja Bagi Hasil 12,429,955,580 14,330,194,685.00 6.62%
Belanja Bantuan
Keuangan 185,304,699,853 222,760,211,526.00 69.13%
Belanja tidak
Terduga 520,872,300 2,121,325,557.00 116.69%
BELANJA
LANGSUNG 749,805,655,744 960,099,651,278.60 21.26%
Belanja Pegawai 44,678,753,435 69,976,098,898.00 1.79%
Belalanja Barang 421,066,369,647 557,504,286,927.46 31.31%
d. Pembiayaan Daerah
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
Rata-Rata
2016 2017
Uraian Pertumbuhan
(RP) (RP) %
PENDAPATAN 2,000,334,145,353.84 2,086,879,034,570.45 8.43%
BELANJA 2,016,543,978,974 2,076,742,163,062.60 10.88%
Belanja Subsidi - -
PEMBIAYAAN
NETTO 268,326,441,720 237,089,480,812.54 46.03%
PENERIMAAN
PEMBIAYAAN 293,078,441,720.00 261,454,280,812.54 29.92%
PENGELUARAN
PEMBIAYAAN 24,752,000,000.00 24,364,800,000.00 -10%
Pemerintah Daerah melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas, dan rasio aktivitas
serta kemampuan aset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Rasio
memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur
panjangnya.
Rata-Rata
TAHUN
Pertumbuhan
Uraian
2016 2017 %
ASET
ASET LANCAR
KAS 296,308,785,282 247,225,967,225.39 6.7%
Kas di Kas Daerah 221,268,668,753.62 229,851,336,932.90 4.1%
Kas di Pemegang
Kas/Bendahara 74,654,448.00 833,005,672.00
Pengeluaran 408.8%
Kas di Bendahara
460,910,384.00 713,824,537.00
Penerimaan 162.1%
Kas di BLUD 30,269,625,119.92 13,541,504,539.49 208.1%
Kas di Bendahara BOS 17,353,282,450.00 2,281,585,544.00 50.07%
Kas di Bendahara Block
2,683,771,212,600 -
Grant 43.80%
Kas di KPU dan Panwas - -
Kas di Bantuan Dana
43,932,000.00 4,710,000.00
Bergulir
ASET TETAP
Tanah 535,067,314,152.00 517,919,614,242.00 964.54%
Peralatan dan Mesin 514,461,731,543.57 561,102,664,150.57 18.22%
Gedung dan Bangunan 1,261,647,454,204.97 1,194,597,731,231.78 6.24%
Jalan, Irigasi dan Jaringan 1,821,460,231,355.26 1,973,041,023,200.00 9.77%
Aset Tetap Lainnya 73,057,689,969.00 65,734,074,972.00 3.70%
Konstruksi dalam
644,050,000.00
Pengerjaan -35.34%
(-
Akumulasi Penyusutan (-1824330894618,56)
1895906957057,62)
Jumlah Aset Tetap 2,382,007,576,606.24 2,416,488,150,738.73 4.23%
ASET LAINNYA
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA
PENDEK
Bagian Lancar Utang
Dalam Negeri
Pendapatan diterima
54,070,542.93 211,677,621.80
dimuka 196.97%
Utang Jangka Pendek
Lainnya
Utang Belanja 8,987,426,141.00 13,717,202,977.00 4.12%
Utang Perhitungan Pihak
1,161,600.00
Ketiga (PFK)
Jumlah Kewajiban
9,042,658,283.93 13,928,880,598.80
Jangka Pendek 4.07%
KEWAJIBAN JANGKA
PANJANG
Utang Dalam Negeri -
Pemerintah Pusat
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan
252,116,629,105.54
Anggaran
Cadangan Pendapatan
yang ditangguhkan
Cadangan Investasi
Jangka Pendek
Cadangan Piutang 139,605,198,463.12
Cadangan Persediaan 48,774,707,769.70
Dana Lancar lainnya 44,190,994,576.00
Dana yang Harus
Disediakan untuk
pembayaran utang jangka
pendek
JUMLAH EKUITAS DANA
9,041,496,683.93
LANCAR
393,493,475,686.91
EKUITAS DANA
INVESTASI
Diinvestasikan dalam
Investasi Jangka Panjang
Diinvestasikan dalam Aset
229,152,262,959.40
Tetap
pembiayaan daerah pada periode tahun anggaran sebelumnya. Hal ini diperkuat
jaminan sosial.
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 69
Mengetahui kebijakan pengelolaan keuangan pada periode sebelumnya
analisis Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, dan analisis Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran.
2016 2017
Uraian
(RP) (RP)
BELANJA 2,016,543,978,974 1,145,389,576,382
1,265,890,290,230 817,692,644,574.00
BELANJA TIDAK LANGSUNG
Belanja Pegawai 1,032,505,302,997 817,692,644,574.00
Gaji Dan Tunjangan 714,667,286,650 663,489,993,481.00
308,820,477,912 148,260,315,093.00
Tambahan Penghasilan PNS
8,698,704,073.00 12,595,754,406.00
Belanja Bahan Pakai Habis
Belanja Bahan /Material 37,750,177,837.00 42,107,677,152.84
Belanja Jasa Kantor 28,944,102,300.00 36,074,704,232.00
Belanja Premi Asuransi 14,859,560.00 6,567,897,370.00
Belanja Perawatan Kendaraan
9,421,828,508.18 12,729,167,082.00
Bermotor
7,437,945,254.00 9,167,822,906.00
Belanja Cetak Dan Penggandaan
915,225,000.00 1,151,322,000.00
Belanja sewa Sarana Mobilitas
25,126,909,861.00 34,499,711,747.00
Belanja Makanan Dan Minuman
Belanja Pakaian Dinas Dan
295,939,899.00 5,331,745,000.00
Atributnya
Belanja Pakaian Kerja 1,079,931,264.00 1,542,237,500.00
Belanja Pakaian Khusus Dan
1,569,372,025.00 3,230,590,000.00
Hari-Hari Tertentu
Belanja Perjalanan Dinas 27,795,508,307.00 43,034,675,215.00
Belanja Pendidikan Biasiswa
213,500,000.00 431,000,000.00
PNS
Belanja
Khusus,pelatihan,sosialisasi dan 3,275,132,200.00 26,513,213,000
bimbangan teknis PNS
Belanja Perjalanan Pindah
Tugas
Belanja Jasa Konsultansi 8,532,861,750.00 10,878,202,224.00
Belanja Modal 284,060,532,661.95 39,031,683,113.00
Belanja Modal Pengadaan
11,654,412,824.00 10,081,550,000.00
Tanah
8,569,645,964 11,858,848,163.00
Belanja Pengadaan Komputer
Belanja Modal Pengadaan
1,086,406,743
Mebeulair
Belanja Modal Pengadaan
Peralatan Dapur
Belanja Modal Pengadaan
Penghias Ruangan Rumah
Tangga
Belanja Modal Pengadaan Alat-
467,968,100 1,044,576,644.00
Alat Studio
Belanja Modal Pengadaan Alat-
675,816,200 622,646,009.00
Alat Komunikasi
Belanja Pengadaan Alat-Alat
350,499,400
Ukur
Belanja Modal Pengadaan Alat-
2,729,221,443.49 4,999,700.00
Alat Laboratorium
BEJANJA
(UNTUK TOTAL PENGELURAN
PEMENUHAN (BELANJA+PEMBIAYAAN PROSENTASE
URAIAN KEBUTUHAN PENGELUARAN)
APARATUR)
(a) / (b) x
(a) (b)
100%
Tahun Anggaran 2013 875,988,941,318 1,426,781,456,966 61.4%
Tahun Anggaran 2014 935,908,415,004 1,743,660,531,492 53.7%
Tahun Anggaran 2015 1,016,655,176,910 1,966,798,995,457 51.7%
Tahun Anggaran 2016 1,077,184,056,432.00 2,041,295,978,974.11 52.8%
Tahun Anggaran 2017 926,004,451,444.00 2,161,336,557,886.00 42.8%
jangka menengah daerah selama lima tahun kedepan serta alokasi untuk belanja
2,585,385,627,842.18
Pendapatan 2,086,878,989,570.45 2,056,183,267,071.60 2,218,300,530,815.31 2,394,298,087,776.96
Pendapatan Asli
535,604,949,964.00
Daerah 494,179,068,471.97 420,143,106,639.00 455,560,086,228.67 493,963,801,497.74
Pendapatan Pajak
144.571.000.000.00 184,300,517,355.26
Daerah 165,562,359,004.37 156,757,251,000.00 169,971,887,259.30
34.545.806.199.00 44,039,634,467.25
Hasil Retribusi Daerah 31,575,738,483.00 37,458,017,661.58 40,615,728,550.45
Hasil Pengololaan
Kekayaan Daerah yang 20,130,437,131.20 19,707,296,087.00 21,368,621,147.13 23,169,995,909.84 25,123,226,565.04
Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan
276,910,533,853.40 221,319,004,353.00 239,976,196,419.96 260,206,189,778.16 282,141,571,576.46
Asli Daerah yang Sah
Lain-lain Pendapatan
276,910,533,853.40 259,559,629,432.60 264,303,738,540.05 269,136,088,076.89 274,058,319,315.12
Daerah yang Sah
Pendapatan Hibah 10,598,764,728.00 4,500,000,000.00 4,500,000,000.00 4,500,000,000.00 4,500,000,000.00
Dana Bagi Hasil Pajak
dari Provinsi dan
145,068,714,991.48 141,733,524,432.60 144,369,767,987.05 147,055,045,671.61 149,790,269,521.10
Pemerintah Daerah
Lainnya
Dana Penyesuaian dan
131,691,087,000.00 113,326,105,000.00 115,433,970,553.00 117,581,042,405.29 119,768,049,794.02
otonomi Khusus
Bantuan Keuangan
dari Provinsi atau
18,085,091,821.00 14,842,383,642.00 - - -
Pemerintah Daerah
lainnya
Sesuai dengan ruang lingkup keuangan daerah, pengelolaan pendapatan daerah Kabupaten Bantul diarahkan pada sumber-sumber
pendapatan yang selama ini telah menjadi sumber penghasilan Kas Daerah.
Proyeksi SiLPA tahun 2017 sampai dengan tahun 2021 diprediksikan berdasarkan pertimbangan trend pertumbuhan SiLPA kurun
waktu 2013-2017.
Berdasarkan data historis yang ditampilkan pada tabel sebelumnya maka perkiraan kapasitas kemampuan keuangan daerah untuk
mendanai pembangunan Kabupaten Bantul dalam jangka waktu lima tahun (2016-2021), adalah sebagai berikut:
Proyeksi belanja yang meliputi kebutuhan belanja wajib dan mengikat dihitung berdasarkan rata-rata tingkat realisasi pengeluaran
wajib dan mengikat tahun 2013-2017 sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini:
Peningkatan belanja pegawai pada komponen belanja tidak langsung rata-rata sebesar 2,5% mengacu ketentuan peraturan perundang-
undangan, belanja tidak terduga pada tahun 2019 yang dianggarkan lebih kecil karena pada tahun anggaran 2019 dengan asumsi bahwa
polemic terkait dengan dana PERSIBA sudah selesai dengan adanya ketetapan hukum.
Proyeksi pembiayaan dihitung berdasarkan rata-rata tingkat realisasi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan tahun 2013-2017
Kebijakan alokasi anggaran merupakan serangkaian aktivitas sebagai upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan alokasi anggaran
ALOKASI
JENIS DANA APBD APBD PROYEKSI PROYEKSI PROYEKSI
TA 2017 TA 2018 TA 2019 TA 2020 TA 2021
(%) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp)
PRIORITAS I 70 70 70 70 1781657271069.54 70
1,639,204,499,359.89 1,556,389,758,280.50 1,664,019,434,334.58 1,910,136,118,633.91
PRIORITAS 25 25 25 25 636306168239.12 25
Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun dalam
rangka wajib belajar sembilan tahun, data termasuk Madrasah Ibtidaiyah (MI)
c. Kualifikasi guru
Jumlah anak yang bersekolah berjumlah 49.759 anak dengan rincian sebanyak
27.933 anak kelompok usia 7-12 tahun, sebanyak 14.361 anak kelompok usia
13-15 tahun, dan sebanyak 7.465 anak kelompok usia 16-18 tahun. Kecamatan
Kasihan memiliki jumlah tertinggi anak yang bersekolah yakni sebanyak 4.341
orang dengan jumlah tertinggi di Kecamatan Dlingo sejumlah 652 anak dan
g. Penganggaran
h. Faktor-faktor lingkungan
a. Kekuatan (Strengths)
8) Letak, lokasi dan kondisi yang kondusif dari setiap jalur, jenis dan jenjang
b. Kelemahan (Weakness)
bidang pendidikan
a. Peluang ( Opportunities )
cukup baik
10) Kebudayaan lokal yang hidup di masyarakat Bantul sebagai wujud kearifan dan
keunggulan lokal
komunikasi ;
kesehatan, yaitu Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (Eo), Angka Kematian, Angka
Kesakitan dan Angka Status Gizi. Gambaran Bantul Sehat dari berbagai data dan
informasi
pada Tahun 2016 adalah 73,44 tahunsedangkan pada Tahun 2017adalah 73,5
tahun. Pada Tahun 2013 sebesar 73,19meningkat menjadi73,5 pada Tahun 2017.
b. Angka Kematian
Angka kematian ibu pada tahun 2017 turun dibandingkan pada tahun 2016.
97,65/100.000.
kelahiran hidup naik jika dibandingkan tahun 2016 sebanyak 7,65/1.000 kelahiran
hidup. Perkembangan angka kematian bayi di Kabupaten Bantul dari Tahun 2013
Kasus kematian balita pada Tahun 2017 sebanyak 115 Balita dengan jumlah kematian
penyebaran kasus kematian Balita di Kabupaten Bantul tahun 2017 dapat dilihat pada
gambar berikut.
Senopati sudah didominasi oleh penyakit tidak menular. Hal ini mempertegas
penyakit hipertensi.
c.2.1. Diare
Angka kesakitan diare pada tahun 2017 sebesar 5,91 per 1000 penduduk meningkat
bila dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 5,19 per 1000 penduduk dan dilaporkan
Pada Tahun 2017 jumlah kasus DBD turun bila dibandingkan pada Tahun 2016. Pada
tahun 2016 terdapat 2442 kasus DBD (IR 2,62‰), sedangkan pada Tahun 2017
Balita gizi buruk ada 202 Balita, dengan jumlah Laki-laki 104 Balita dan
Perempuan 98 Balita. Prevalensi Balita gizi buruk sesuai standar Berat Badan
pada tahun 2016 sebanyak 195 Balita dengan prevalensi sebesar 0,40%. Hal ini
Balita mulai dari tahun 2012 - 2017 digambarkan pada grafik berikut ini.
yang dikelola oleh Dinas Kesehatan dan RSUD Panembahan Senopati. Anggaran
g. Sarana kesehatan
tabel berikut.
rumah tangga yang dipantau ternyata baru sebesar 47,14 % yang telah ber-PHBS
hampir semua rumah yang ada atau berjumlah 245.087 unit. Dari rumah yang
Hasil pemeriksaan sarana sanitasi dasar dirumah tangga dijelaskan pada grafik
berikut:
Permukiman
dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. DPUPKP mempunyai
kewenangan daerah dan tugas pembantuan bidang pekerjaan umum, perumahan rakyat
optimalisasi tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan kegiatan survai lapangan,
rencana, evaluasi dan laporan implementasi secara tepat dan cepat sesuai kurun
waktunya. Jumlah Pegawai Dinas PUPKP Kabupaten Bantul per 1 Januari 2017 ada 134
Kabupaten Bantul 2016-2021 maka isu startegis Kabupaten Bantul 2016 – 2021 adalah
sebagai berikut:
1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia yang antara lain meliputi kesehatan,
masyarakat lokal.
4. Mendorong sektor industri dan perdagangan sebagai salah satu unggulan daerah.
perekonomian.
Rencana strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang
direncanakan dicapai dalam kurun waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun
dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul.
Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang
berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah. Sebagaimana
kehidupan sosial.
mewujudkan pembangunan.
yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Oleh karena itu, sebuah visi belum
dapat dikatakan sempurna tanpa adanya serangkaian misi yang berfungsi untuk
untuk mencapai visi, melaksanakan misi dengan menjawab isu strategis daerah
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan
Visi : Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bantul Yang Sehat, Cerdas, Dan Sejahtera,
Berdasarkan Nilai Nilai Keagamaan, Kemanusiaan, Dan Kebangsaan Dalam Wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
No. Misi Tujuan Indikator Sasaran Indikator
Tujuan Strategis Kinerja
Utama
1. Meningkatkan Mewujudkan Indeks Tata Terwujudnya Indeks Tata
tata kelola tata kelola Kelola penyelenggaraan Kelola
pemerintahan pemerintahan Pemerintahan pemerintahan Pemerintahan
yang baik, yang baik, (Indonesia daerah yang (Indonesia
efisien dan efisien dan Governance berkualitas Governance
bebas KKN bebas KKN Index/IGI) Index/IGI)
melalui
percepatan
reformasi
birokrasi
Terpenuhinya Pertumbuhan
kebutuhan produksi
pangan tanaman
masyarakat pangan
Bantul berupaya menekan angka kemiskin di Kabupaten Bantul sekitar 1,3 persen tiap
tahun (http://jogja.tribunnews.com/2018/07/17/angka-kemiskinan-bantul-ditarget-
disusun dengan penurunan sekitar 1,3 persen. Sedangkan Pemerintah Provinsi D.I.
Rencana aksi daerah adalah berbagai rencana aktivitas yang dikerjakan atau
menanggulangi kemiskinan sejak tahun 2018 hingga tanun 2021 dengan target akhir
Tahun I
Target Penuruan Kemiskinan 13,4 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Ekonomi
Peningkatan daya 1. Fasilitasi produk Dinas Bertambah banyak
saing produk daerah bersertifikasi halal Perdagangan, produk bersertifikat
2. Fasilitasi produsk Dinas UMKM
RPJMD Percepatan 1: bersertifikasi SNI
Terwujudnya Meningkatkan
perekonomian daerah kemampuan dan
yang berkualitas pendapatan warga
Peningkatan kualitas 1. Pelatihan berproduksi Dinas Tenaga Bertambahnya jumlah
miskin
produktivitas sesuai standar nasional Kerja, Dinas tenaga trampil dan
masyarakat 2. Menyediakan alat-alat Sosial wirausaha yang
produksi sesuai standar berpeluang bekerja di
nasional sektor industri
menengah
Tahun III
Target Penuruan Kemiskinan 8,9 %
Sasaran Program Strategi Kegiatan Pengelola Indikator
1 2 3 4 5 6
Aspek: Ekonomi
Peningkatan produksi 1. Menetapkan harga ikan yang Dinas Harga ikan terjangkau
RPJMD Percepatan 4: perikanan murah sebagai sumber Perikanan, warga miskin, harga
Terpenuhinya Pemberdayaan warga protein warga miskin untuk Dinas pakan ikan lebih
memenuhi kebutuhan dasar
kebutuhan perikanan miskin untuk Perdagangan murah
konsumsi
masyarakat memenuhi kebutuhan
2. Subsidi pakan ikan untuk
dasar
peternak ikan
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul sesuai target. Selain itu juga, untuk
daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana dan bersinergi dengan dunia usaha
telah menjalin kerjasama antara lain UNDP, Kementerian Keuangan, dan Baznas
nasional
dengan menjalin kerjasama dengan para pelaku industri ditingkat lokal dan
nasional
c. Sesuai dengan Rencana Aksi Daerah, setiap OPD mempunyai tugas pokok dan
bentuk koordinasi
hidup dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin. Program nasional dalam
kelompok ini antara lain adalah Program Keluarga Harapan (PKH), Program
(BSM).
ekonomi mikro dan kecil; yang bertujuan memberikan akses dan penguatan
ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil. Program nasional dalam
6.1. Monitoring
a. Pelaksana
penanggulangan kemiskinan.
b. Obyek
c. Metode
d. Pelaporan
hingga hasilnya. Sehingga kegiatan pengukuran capain baru dapat dilakukan jika
tertentu.
Hasil (outcome) pada SPKD adalah seberapa berhasil program dan kegiatan yang
8.1. Kesimpulan
berbagai Kebijakan, Program dan Kegiatan namun hasil capain selalu dibawah
capaian Nasional.
untuk aparatur dengan alokasi untuk masyarakat sudah sesuai dengan yang
8.2. Rekomendasi
industri, perdagangan, hotel, dan restoran sebagai sektor yang menyerap SDM
sektor pertanian